• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN PARTISIPASI PEDAGANG UNTUK MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BERSIH DI PASAR PRINGGAN KOTA MEDAN 2019 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN PARTISIPASI PEDAGANG UNTUK MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BERSIH DI PASAR PRINGGAN KOTA MEDAN 2019 SKRIPSI"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

SITI NURHANIZAH NIM. 151000135

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

SITI NURHANIZAH NIM.151000135

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D.

Anggota : 1. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes.

2. Dr. Sri Malem Indirawati, S.K.M., M.Si.

(5)

“Pelaksanaan Pengelolaan Sampah dan Partisipasi Pedagang untuk Menciptakan Lingkungan Bersih di Pasar Pringgan Kota Medan 2019”

beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2019

Siti Nurhanizah

(6)

disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Pasar merupakan salah satu tempat penghasil sampah dari aktivitas penjual dan pembeli. Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan efek yang negatif terhadap kesehatan dan menyebabkan menurun kualitas lingkungan. Pasar Pringgan merupakan salah satu pasar penghasil sampah di Kota Medan dan masih ditemukan sampah berserakan di sekitar pasar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan sampah dan partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di Pasar Pringgan Kota Medan tahun 2019. Penelitianini menggunakan metode survei deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh pedagang di Pasar Pringgan yaitu 278 pedagang dan jumlah sampel 74 pedagang. Teknik pengambilan sampel adalah Accidental sampling dengan mengambil responden yang tersedia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah sampah yang dihasilkan Pasar Pringgan 11,88m3 perhari dan dalam setahun sekitar 4.336,2m3. Pedagang berjenis kelamin perempuan sebanyak 45 orang (60,8%) dengan rata-rata usia 41-50 tahun sebanyak 39 orang (52,7%), jenis usaha terbanyak ialah pedagang sayur sebanyak 27 orang (36,5%) dan pendidikan pedagang rata-rata tamatan SMP sebanyak 29 orang (39%). Pengelolaan sampah berdasarkan indikator penyimpanan sampah berada pada kategori buruk, pengumpulan sampah pada kategori buruk, pengangkutan sampah pada kategori baik dan pembuangan dan pengolaan sampah pada kategori buruk.Secara umum partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah pada kategori buruk 64 orang (88,5%), partisipasi pedagang dalam pembuangan sampah pada kategori baik 39 orang (52,7%), partisipasi pedagang dalam pembayaran retribusi kebersihan pada kategori baik 74 orang (100%), partisipasi pedagang dalam peraturan kebersihan pada kategori buruk 74 orang (100%). Diharapkan pihak pengelola pasar membuat peraturan tentang kebersihan pasar dan memberikan sanksi apabila pedagang melanggarnya serta mensosialisasikan kepada pedagang tentang kesehatan dan pengelolaan sampah yang baik dan pengelola pasar berkerjasama dengan lintas sektor untuk dapat mengelola sampah pasar dengan baik.

Kata kunci: Pengelolaan sampah, partisipasi, pasar

(7)

unusable remains or by-products of something. Market is one of place where waste produced by activities of trader and buyer. Poor waste management can impact negatively on health and environment can provide negative effect on health and lead to decreased environmental quality. Pringgan Market is one of the garbage market in Medan and still found waste scattered around the market.

The purpose of this research is to know the implementation of waste management and the participation was examine the implementation of waste management and participation of traders to create a clean environment in Pringgan Market, Medan in 2019. This research uses a descriptive survey method. The population is all traders in the Pringgan Market consisting by 278 traders and 74 traders for sample. Sampling techniques by choosing available respondents. The results showed that Pringgan Market produce waste as much 11,88m3 per day and around 4.336,2m3 in a year. There are 45 female traders with an average age of 41-50 years as many 39 people (52.7%), the most bussiness type is vegetable traders as many 27 merchants (36,5%). the average of education is in junior high school as many 29 traders (39%). Waste management based on garbage storage indicator is in poor management as poor as garbage collection. Transportation of garbage loads is on good category but disposal and waste management in bad category. Generally, the participation of traders in equipping of trash in bad category, there are 64 people (88,5%), traders participation in disposal garbage is in good category as many 39 people (52,7%), traders participations in paying the levy of cleanness is in good category as many 74 people (100%), but traders participation in regulation of hygiene is on bad category, there are 74 people (100%). The expectation is the market manager could make and apply the rules and sanction regard by market cleanliness and socialize to traders about good waste management. Additionally, market manager could cooperation with cross- sectors to be able to manage market waste well.

Keywords: Waste management, participation, market

(8)

rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan, kesempatan, dan kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pengelolaan Sampah dan Partisipasi Pedagang untuk Menciptakan Lingkungan Bersih di Pasar Pringgan Kota Medan 2019” yang disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, antara lain:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M. selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi arahan, bimbingan, dan saran guna kesempurnaan skripsi ini.

5. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes. sebagai Dosen Penguji I.

(9)

Kesehatan Masyarakat USU.

8. Dian Afriyanti, A.Md. selaku staff Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah membantu mempersiapkan segala administrasi di Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

9. Dosen dan Staff Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

10. PT. Parben’s yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di Pasar Pringgan Kota Medan.

11. Kedua orang tua kandung penulis Alm. M. Hasbi Nasution dan Almh.

Yusnizah Parinduri.

12. Teristimewa rasa dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Ir. Lahmuddin Lubis, M.P., Marlaini, dr. M. Putra Mahmuddin, dr. Siti Mahreni Insani, M. Rizki Fauzi, S.K.G. dan Siti Aida Mahrani, S.E.

13. Sahabat-sahabat Angels Squad, Langsir Gengs, Papinem, Kesling Squad, dan Kecebong Nakal, untuk dukungan, semangat, support yang luar biasa yang serta kepada Rulan, Rizky dan Siti Rahmaida Munthe yang telah membantu dalam penelitian.

14. Teman seperjuangan Kesehatan Lingkungan, teman PBL, teman LKP dan teman stambuk 2015 FKM USU yang telah dilewati bersama.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari

(10)

bagi pembaca.

Medan, Oktober 2019

Siti Nurhanizah

(11)

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 5

Tujuan umum 5

Tujuan khusus 6

Manfaat Penelitian 6

Tinjauan Pustaka 8

Sampah 8

Sumber sampah 9

Jenis- jenis sampah 10

Faktor- faktor yang mempengaruhi peningkatan sampah 12

Dampak pengelolaan sampah 14

Aspek organisasi dan manajemen 17

Aspek pembiayaan 18

Pelaksanaan Pengelolaan Sampah 18

Pasar 21

Klasifikasi pasar 21

Pasar sehat 24

Sanitasi pasar 24

Pengertian Partisipasi 25

Bentuk-bentuk partisipasi 26

Prinsip-prinsip partisipasi 26

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pedagang 29

Landasan Teori 31

Kerangka Konsep 32

(12)

Variabel dan Definisi Operasional 34

Metode Pengumpulan Data 36

Metode Pengukuran 36

Metode Analisis Data 41

Hasil Penelitian 42

Gambaran Umum Pasar Pringgan 42

Jumlah Sampah Padat Pasar Pringgan 42

Sistem Pengelolaan Sampah Padat Pasar Pringgan 43

Karakteristik Responden 45

Partisipasi Pedagang 48

Pembahasan 54

Jumlah Sampah Padat Pasar Pringgan 54

Sistem Pengelolaan Sampah Padat Pasar Pringgan 55

Partisipasi Pedagang 60

Sistem Pengelolaan Sampah Padat yang Disarankan di

Pasar Pringgan 64

Keterbatasan Penelitian 65

Kesimpulan dan Saran 66

Kesimpulan 66

Saran 67

Daftar Pustaka 68

Lampiran 71

(13)

1 Hasil Observasi Sistem Pengelolaan Sampah di Pasar

Pringgan Medan 43

2 Distribusi Pedagang Berdasarkan Jenis Kelamin di Pasar

Pringgan Medan 45

3 Distribusi Pedagang Berdasarkan Usia di Pasar Pringgan

Medan 45

4 Distribusi Pedagang Berdasarkan Pendidikan di Pasar

Pringgan Medan 46

5 Distribusi Pedagang Berdasarkan Lama Berdagang di Pasar

Pringgan Medan 46

6 Distribusi Pedagang Berdasarkan Jenis Dagangan di Pasar

Pringgan Medan 47

7 Hasil Distribusi Partisipasi Pedagang tentang Penyediaan

Tempat Sampah di Pasar Pringgan Medan 48

8 Kategori Partisipasi Pedagang Berdasarkan Penyediaan

Tempat Sampah di Pasar Pringgan Medan 50

9 Hasil Distribusi Partisipasi Pedagang tentang Pembuangan

Sampah di Pasar Pringgan Medan 50

10 Kategori Partisipasi Pedagang Berdasarkan Pembuangan

Sampah di Pasar Pringgan Medan 52

11 Hasil Distribusi Partisipasi Pedagang tentang Peraturan

Kebersihan di Pasar Pringgan Medan 53

(14)

1 Kerangka konsep penelitian 32

(15)

1 Lembar Observasi Lapangan 71

2 Kuesioner untuk Pedagang 73

3 Surat Permohonan Izin Penelitian 76

4 Surat Selesai Melaksanakan Penelitian 77

5 Output Distribusi Frekuensi 78

6 Dokumentasi Penelitian 84

(16)

DFID Department for International Development PD Perusahaan Daerah

PU Pekerjaan Umum RDF Refused Derifed Fuel SNI Standar Nasional Indonesia SPA Stasiun Peralihan Antara SWI Sustainable Waste Indonesia TPA Tempat Pembuangan Akhir TPS Tempat Pembuangan Sementara

TPST Tempat Pembuangan Sementara Terpadu UPTD Unit Pelaksana Teknis Dinas

WHO World Health Organization

(17)

pada tanggal 30 Juni 1997. Penulis beragama Islam, anak tunggal dari pasangan Bapak Alm. M. Hasbi Nasution dan Ibu Almh.Yusnizah.

Pendidikan formal dimulai di TK. Nusa Indah Medan Tahun 2002, Pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 064037 Medan Tahun 2003-2008, SD Negeri Percobaan Tahun 2008-2009, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Medan Tahun 2009-2012, sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Medan Tahun 2012-2015, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Oktober2019

Siti Nurhanizah

(18)

Pendahuluan

Latar Belakang

Kesehatan lingkungan merupakan salah satu aspek dari kesehatan masyarakat, yang menitik beratkan kepada lingkungan kehidupan sekitar manusia yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Hubungan antara manusia dan lingkungannya selanjutnya dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan dapat pula menghasilkan sesuatu yang merugikan lingkungan. Sesuatu yang merugikan lingkungan disebut sebagai “environmental hazards” dan hal tersebut dapat mempengaruhi aktivitas manusia. Segala aktivitas manusia, dapat saling berhubungan timbal balik dengan sistem penunjang kehidupan dan sumber daya serta sisa-sisa aktivitas manusia (sampah).

Sampah merupakan masalah lingkungan yang sudah tidak asing ditelinga kita dan tidak ada henti hentinya dibicarakan. Jika mendengar istilah sampah, yang terlintas dalam benak kita adalah setumpuk limbah yang mengakibatkan pencemaran lingkungan.

Timbulnya sampah sudah menjadi konsekuensi dari kehidupan manusia.

Berbagai aktivitas dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi makanan, minuman dan barang lain dari sumber daya alam yang tersedia. Di sisi lain aktivitas tersebut juga menghasilkan bahan buangan yang sudah tidak dibutuhkan oleh manusia dan mengakibatkan bahan buangan makin hari makin bertambah banyak. Akan tetapi manusia tidak menyadari bahwa setiap hari sudah menghasilkan sampah. Faktor yang

(19)

dan juga partisipasi masyarakat yang kurang dalam memelihara kebersihan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya.

Bertambahnya jumlah penduduk berpengaruh terhadap jumlah sampah, yaitu perbedaan produksi sampah setiap orang dikarenakan kondisi sosial, budaya dan ekonomi atau sekelompok masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat maka semakin banyak jumlah sampah yang dihasilkan.

Berdasarkan riset Sustainable Waste Indonesia (SWI) tahun 2018 mengatakan bahwa sebanyak 24% sampah di Indonesia masih belum dikelola.

Diketahui bahwa jenis sampah organik merupakan jenis sampah yang paling banyak dihasilkan (60%,), sampah plastik (14%), sampah kertas (9%), metal (4,3%), kaca, kayu, dan bahan lainnya (12,7%).

Negara-negara maju sudah peka terhadap masalah kesehatan lingkungan yaitu masalah pembuangan sampah padat yang sudah diatur dengan baik, salah satunya untuk memudahkan pengelolaan dilakukan pemisahan setiap jenis sampah padat. Sedangkan di negara-negara berkembang, sampah masih dibuang tanpa melakukan pemisahan jenis sampah padat lebih dahulu, sehingga sampah menjadi sangat heterogen di wadah-wadah penampungan sampah yaitu masih menjadi satu sampah organik, sampah anorganik, dan logam yang mengakibatkan sulitnya penanganan. Selain menyulitkan penanganan akan menyebabkan masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat. Antara lain ialah masalah estetika, banjir yang disebakan oleh tersumbatnya saluran air, risiko kebakaran, pencemaran lingkungan dan menurun derajat kesehatan masyarakat yang disebabkan meningkatnya penyakit-penyakit yang ditularkan dari vektor (Sumantri, 2010).

(20)

Berdasarkan Statistik Lingkungan Hidup 2018, volume sampah Kota Medan tahun 2016 menghasilkan sampah organik 1.218,00m3 dan sampah anorganik 656,00m3. Pada tahun 2017 menghasilkan volume sampah organik 1.230,00 m3 dan sampah anorganik 662,00m3. Dinas Kebersihan Kota Medan mengatakan pada tahun 2018 sebanyak ± 247.712,66 Ton sampah Kota Medan yang terdiri ± 181.223,29 Ton sampah organik dan ± 66.489,37 Ton sampah anorganik.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 3 Tahun 2013, pengelolaan sampah terdiri dari pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, pemrosesan akhir sampah. Berdasarkan penelitian Arifin (2018) dalam Pengelolaan Sampah Pasar Kuraitaji Kecamatan Pariaman Selatan Kota Pariaman mengatakan pengelolaan sampah di Pasar Kurai Taji dengan konsep Reduce, Reuse, dan Recycle (3R) belum diterapkan oleh pengelola pasar. Para pedagang secara keseluruhan serta masyarakat disekitar pasar belum ada melakukan pengurangan timbulan sampah, dan pemanfaatan sampah pasar kembali. Tidak ada perilaku peduli lingkungan oleh pedagang di Pasar Kurai Taji.

Pasar Pringgan merupakan salah satu pasar tradisional di Kota Medan yang berlokasi di Jalan Iskandar Muda Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara yang dimiliki oleh pemerintah kota medan tapi dikelola oleh PT.

Parben’s. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, sistem pengumpulan sampah yang dilakukan pengelola di Pasar Pringgan ialah pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan sementara hingga masih belum maksimal. Keberadaan sampah yang masih berserakan di sekitar

(21)

pasar, Tempat Penampung Sementara (TPS) yang tidak memenuhi syarat seperti : tidak memisahkan tempat sampah kering atau anorganik dengan sampah basah atau organik, tidak memiliki tutup sehingga menimbulkan bau untuk disekitarnya dan dapat mendatangkan vektor penyakit serta dapat menjadikan tempat perkembangbiakan vektor penyakit, juga jaraknya yang dekat dengan toko atau pedagang.

Faktor penunjang lainnya ialah perilaku pedagang dalam mengelola sampah seperti perlakuan terhadap sampah, penyediaan tempat sampah, bahan pewadahan tempat sampah yang digunakan. Umumnya wadah untuk mengumpulkan sampah di Pasar Pringgan yang digunakan belum memenuhi syarat kesehatan seperti konstruksinya kuat, mempunyai tutup, tidak bocor sehingga sampah tidak berserakan. Para pedagang di Pasar Pringgan menggunakan ember bekas cat, kantong plastik, karung, serta keranjang yang terbuat dari rotan sebagai wadah untuk menampung sampah. Jika ini dibiarkan akan mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat yaitu akan menjadi tempat perkembangbiakan mikroorganisme, tempat sarang lalat dan tikus juga mengganggu estetika lingkungan pasar serta dapat menurunkan pembeli datang untuk berbelanja di Pasar Pringgan.

Menurut penelitian Zulkarnaini (2009) bahwa tingkat partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah Pasar Pagi Arengka Kota Pekanbaru berdasarkan kriteria interpretasi skor secara keseluruhan tingkat partisipasi pedagang termasuk kategori sedang dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi adalah pendidikan, pendapatan, kepedulian terhadap sampah, peraturan, kondisi

(22)

lingkungan dan fasilitas. Menurut Siahaan (2017) dalam penelitian tentang sistem pengelolaan sampah dan partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di Pasar Dwikora Kota Pematang Siantar Tahun 2017 menyimpulkan bahwa partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah pada kategori kurang baik 50 orang (52,6%), partisipasi pedagang dalam pembuangan sampah pada kategori kurang baik 49 orang (51,6%), partisipasi pedagang dalam pembayaran retribusi pada kategori baik 95 orang (100%), dan partisipasi pada peraturan kebersihan pada kategori baik 71 orang (74,7%).

Menurut hasil survei pendahuluan, kurangnya partisipasi pedagang terhadap sampah seperti membuang sampah tidak pada tempatnya, tidak memiliki tempat sampah dan akan membuang sampah di sekitar toko dan hanya membiarkan sampah menumpuk di depan tokonya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih mendalam tentang pengelolaan sampah dan partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di Pasar Pringgan Kota Medan.

Perumusan Masalah

Masalah sampah yang masih berserakan mengakibatkan Pasar Pringgan menjadi tidak bersih (kotor). Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan sampah dengan baik serta melibatkan partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di Pasar Pringgan Kota Medan.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pelaksanaan pengelolaan sampah dan partisipasi yang dilakukan pedagang untuk menciptakan lingkungan yang bersih di Pasar Pringgan Kota Medan.

(23)

Tujuan khusus. Terdapat beberapa tujuan khusus, antara lain :

1. Untuk mengetahui karakteristik responden di Pasar Pringgan Kota Medan.

2. Untuk mengetahui jumlah sampah padat Pasar Pringgan Kota Medan tahun 2019.

3. Untuk mengetahui tempat penyimpanan sampah padat di Pasar Pringgan Kota Medan.

4. Untuk mengetahui cara pengumpulan sampah padat di Pasar Pringgan Kota Medan.

5. Untuk mengetahui cara pengangkutan sampah padat di Pasar Pringgan Kota Medan.

6. Untuk mengetahui cara pembuangan sampah padat sementara serta pembuangan akhir sampah di Pasar Pringgan Kota Medan.

7. Untuk mengetahui partisipasi pedagang dalam menciptakan lingkungan bersih di Pasar Pringgan Kota Medan.

Manfaat Penelitian

Berikut manfaat penelitian ini :

1. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi Perusahaan Daerah Pasar Pringgan atau PT. Parben’s dalam upaya penyehatan pengelolaan sampah.

2. Diharap dapat kiranya membantu Perusahaan Daerah Pasar Pringgan atau PT. Parben’s dan Dinas Kebersihan Kota Medan dalam penanggulangan sampah, khususnya sampah Pasar Pringgan.

(24)

3. Bagi penulis, sebagai pengalaman nyata dan pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan.

4. Sebagai informasi dan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

Khususnya pada bidang kesehatan lingkungan.

(25)

Pengertian sampah. Menurut World Health Organization (WHO), sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).

Menurut Undang–Undang Nomor 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari dan/atau proses alam yang berbentuk padat yang terdiri atas sampah rumah tangga maupun sejenis rumah tangga.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-2454-2002, sampah adalah

limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan

lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.

Sampah ialah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat (Slamet, 2007). Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atatu benda padat yang sudah dibuang lagi dalam kegiatan manusia dan dibuang. Sedangkan menurut para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak diguna kan tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2007).

(26)

Berdasarkan pengertian sampah di atas dapat disimpulkan bahwa sampah adalah suatu benda yang umumnya berbentuk padat yang tidak terjadi dengan sendirinya, dan berhubungan dengan aktifitas atau kegiatan manusia dan/atau proses alam yang dianggap tidak berguna lagi, yang tidak dikehendaki, tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi dan dibuang sehingga diperlukan pengelolaan agar tidak membahayakan lingkungan.

Sumber sampah. Sampah yang ada di permukaan bumi dapat berasal dari beberapa sumber berikut (Chandra, 2006).

1. Permukiman penduduk

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisaproses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu, atau sampah sisa tumbuhan.

2. Tempatumum dan tempat perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan.

Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat secamam itu dapat berupa sisa- sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.

3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud ialah, tempat layanan kesehatan (misalnya rumah sakit dan puskersmas), kompleks militer,

(27)

gedung pertemuan, dan sarana pemerintah yang lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.

4. Industri berat dan ringan

Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik sifatnya distribusif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya.

5. Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

6. Jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari:

kertas-kertas, kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil- onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik, dan sebagainya.

Jenis- jenis sampah. Terdapat beberapa jenis-jenis sampah menurut Notoatmodjo (2007), antara lain:

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya terdiri dari:

a. Sampah anorganik ialah sampah yang tidak membusuk. Contohnya:

logam/besi, pecahan gelas, plastik,dan lain-lain.

(28)

b. Sampah organik ialah sampah yang dapat membusuk. Contohnya sisa makanan, daun, sayur, buah.

2. Berdasarkan dapat atau tidak dapat dibakar. Terdiri dari antara lain:

a. Sampah yang mudah dibakar, contohnya: kertas, kayu, plastik, kain bekas.

b. Sampah yang tidak dapat dibakar, contohnya: kaleng, besi, logam, gelas.

3. Berdasarkan karakteristik sampah.Terdiri dari antara lain:

a. Garbage

Macam limbah berasal dari Jenis sampah hasil dari pengolahan atau pembuatan makanan, yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari restoran, rumah tangga, hotel, dan sebagainya.

b. Rubbish

Sampah yang berasal dari perkantoran dan perdagangan, baik yang mudah terbakar, seperti kertas, karton, plastik, dan sebagainya. Maupun yang tidakmudah terbakar seperti kaca, kaleng, dan gelas, dan sebagainya.

c. Ashes (abu)

Sampah yang berasal dari sisa pembakaran bahan-bahan yang mudah terbakar seperti abu rokok.

d. Street sweeping (sampah jalanan)

Sampah berasal dari pembersihan jalan, terdiri dari campuran bermacam- macam sampah, daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya.

(29)

e. Dead animal (bangkai binatang)

Sampah yang berasal dari bangkai binatang yang mati disebabkan oleh alam, ditabrak kendaraan, atau dibuang oleh orang.

f. Abandoned vehicles ( bangkai kendaraan)

Sampah yang berasal dari yang berasal dari bangkai mobil, sepeda, sepeda motor, dan sebagainya.

g. Sampah industri

Sampah yang berasal dari indutri atau pabrik-pabrik.

h. Contruction wastes (sampah dari daerah pembangunan)

Sampah dari proses pembangunan gedung, rumah dan sebagainya yang berupa puing-puing, potongan kayu, besi beton, bambu, dan sebagainya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan sampah. Menurut Chandra (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan sampah adalah:

1. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk.

Semakin padat penduduk, sampah makin menumpuk karena tempat atau ruang untuk menampung sampah kurang. Semakin meningkat aktivitas penduduk, sampah yang dihasilkan semakin banyak, misalnya pada aktivitas pembangunan, perdagangan, industri, dan sebagainya.

2. Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang tidak dipakai

Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat dibandingkan dengan truk.

3. Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali

(30)

Metode ini dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi oleh keadaan, jika harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit.

4. Faktor geografis

Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, pantai, atau dataran rendah.

5. Faktor waktu

Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Jumlah sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah sampah pada siang hari lebih banyak daripada jumlah di pagi hari, sedangkan sampah di daerah pedesaan tidak begitu bergantung pada waktu.

6. Faktor sosial ekonomi dan budaya

Contoh, adat istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat.

7. Faktor musim

Pada musim hujan sampah mungkin akan tersangkut pada selokan pintu air, atau penyaringan air limbah.

8. Kebiasaan masyarakat

Contoh jika seseorang suka mengkonsumsi jenis satu makanan atau tanaman sampah makanan itu akan meningkat.

9. Kemajuan teknologi

Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Contoh plastik, kardus, rongsokan AC, TV, kulkas, dan sebagainya.

(31)

10. Jenis sampah

Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks pula macam dan jenis sampahnya.

Dampak pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah akan membawa dampak terhadap masyarakat dan lingkungan. Dampaknya tentu ada yang positif dan ada yang negatif, yaitu:

Dampak positif pengelolaan sampah terhadap masyarakat dan lingkungan. Menurut Budiman Chandra (2006), pengelolaan sampah yang baik akan memberi dampak yang positif terhadap masyarakat dan lingkungan yaitu:

a. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah.

b. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.

c. Sampah dapat diberikanuntuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah terhadap ternak.

d. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang pengerat.

e. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah.

f. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat.

g. Keadaan lingkungan yang baik dapat mencerminkan kemajuan budaya masyarakat.

(32)

h. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain.

Dampak negatif pengelolaan sampah terhadap masyarakat dan lingkungan. Menurut Budiman Chandra (2006), pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, seperti berikut :

a. Pengelolaan sampah yang kurang baik menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat atau tikus.

b. Insidensi penyakit demam berdarah dengeu akan meningkat karena vektor penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng ataupun ban bekas yang berisi air hujan.

c. Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan, misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca, dan sebagainya.

d. Gangguan psikosomatis, misalnya sesak napas, insomnia, stress, dan lain-lain.

e. Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata.

f. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.

g. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran yan lebih luas.

h. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air menjadi dangkal.

(33)

i. Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal.

j. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat seperti jalan, jembatan, dan saluran air.

k. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial budaya masyarakat setempat.

l. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan kotor akan menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.

m. Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak pengelola.

n. Angka kasus kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehingga produktivitas masyarakat menurun.

o. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang.

p. Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah wisatawan yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat setempat.

q. Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis.

r. Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa.

(34)

Aspek organisasi dan manajemen. Aspek organisasi dan manajemen adalah suatu kegiatan yang multi disiplin yang bertumpu pada prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut aspek-aspek ekonomi, sosial, budaya, dan kondisi fisik wilayah kota, dan memperhatikan pihak yang dilayani yaitu masyarakat kota.

Perancangan dan pemilihan bentuk organisasi disesuaikan dengan:

1. Peraturan pemerintah yang membinanya.

2. Pola sistem operasional yang diterapkan.

3. Kapasitas kerja sistem.

4. Lingkup pekerjaan dan tugas yang harus ditangani.

Kebijakan yang diterapkan di Indonesia dalam mengelola sampah kota secara formal seperti yang diarahkan oleh Departemen Pekerjaan Umum sebagai departemen teknis yang membina pengelolaan persampahan perkotaan di Indonesia. Bentuk institusi pengelola persampahan kota yang dianut di Indonesia:

1. Seksi kebersihan di bawah satu dinas, misalnya Dinas Pekerjaan Umum (PU) terutama apabila masalah kebersihan kota masih bisa ditanggunglangi oleh suatu seksi di bawah dinas tersebut.

2. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di bawah suatu dinas, misalnya Dinas PU terutama apabila struktur organisasi belum ada seksi khusus di bawah dinas yang mengelola kebersihan sehingga lebih memberikan tekanan pada masalah operasional, dan lebih mempunyai otonomi daripada seksi.

(35)

3. Dinas Kebersihan akan memberikan percepatan dan pelayanan kepada masyarakat dan bersifat nirlaba. Dinas ini perlu dibentuk karena aktivitas dan volume pekerjaan yang sudah meningkat.

4. Perusahaan Daerah (PD) kebersihan, merupakan organisasi pengelola yang dibentuk bila permasalahan kota tersebut sudah cukup luas dan kompleks. Pada prinsipnya perusahaan daerah ini tidak lagi disubsidi pemerintah daerah (pemda), sehingga efektivitas penarikan retribusi akan lebih menentukan.

Aspek pembiayaan. Aspek pembiayaan merupakan sumber penggerak agar roda sistem pengelolaan persampahan dapat berjalan dengan lancar. Alokasi biaya pada pengelolaan sampah meliputi:

1. Honor/gaji petugas 2. Pembelian alat-alat

3. Biaya operasi/bahan bakar dan pemeliharaan alat-alat

4. Pembelian tanah untuk lokasi kantor, tempat penampungan sementara, dipo, serta tempat pembuangan

5. Biaya lain, seperti listrik, air, telepon, dan lainnya Pelaksanaan Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 3 Tahun 2013, pengelolaan sampah terdiri dari pewadahan tempat sampah padat, pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah padat.

(36)

1. Pewadahan sampah padat

Pewadahan adalah kegiatan menampung sampah sementara dalam suatu wadah individual atau komunal di tempat sumber sampah dengan mempertimbangkan jenis-jenis sampah.

Pewadahan individual dapat berupa bin atau wadah lain yang memenuhi persyaratan. Pewadahan komunal dapatberupa TPS. Pewadahan yang memenuhi syarat antara lain: konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor, memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan, dan ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang (Chandra, 2007).

2. Pengumpulan

Pengumpulan adalah kegiatan mengambil dan memindahkan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R. Pengumpulan sampah tidak boleh dicampur kembali setelah dilakukan pemilahan dan pewadahan. Pengumpulan atas jenis sampah yang dipilah dilakukan melalui antara lain:

a. Pengaturan jadwal pengumpulan sesuai dengan jenis sampah terpilah dan sumber sampah

b. Penyediaan sarana pengumpul sampah terpilah.

Jenis sarana pengumpulan sampah dapat berupa antara lain : a. Motor sampah

b. Gerobak sampah c. Sepeda sampah.

TPS harus memenuhi kriteria teknis:

(37)

a. Jenis pembangunan penampung sampah sementara bukan merupakan wadah permanen

b. Luas lokasi dan kapasitas sesuai kebutuhan c. Lokasinya mudah diakses

d. Tidak mencemari lingkungan

e. Penempatan tidak mengganggu estetika dan lalu lintas f. Memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan 3. Pengangkutan

Pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau tempat penampungan sementara menuju tempat pengolahan sampah terpadu atau tempat pemrosesan akhir dengan menggunakan kendaraan bermotor yang didesain untuk mengangkut sampah. Pengangkutan sampah dapat dilaksanakan dengan sarana, antara lain:

a. Dump truck/tipper truck b. Armroll truck

c. Compactor truck d. Street sweeper vehicle e. Trailer

4. Pembuangan Akhir Sampah Padat

Pembuangan akhir sampah adalah proses pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sampah sebelumnya ke media lingkungan secara aman.Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah

(38)

tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan.

Pembuangan akhir sampah dilakukan di TPA, meliputi kegiatan:

a. Penimbunan/pemadatan b. Penutupan tanah

c. Pengolahan lindi d. Penanganan gas

Persyaratan TPA memenuhi kriteria aspek:

a. Jarak terhadap sumber air minum lebih besar dari 100 m

b. Jarak dari permukiman, yaitu lebih dari 1 km (satu kilometer) dengan mempertimbangkan pencemaran lindi, kebauan, penyebaran vektor penyakit, dan aspek sosial

Pasar

Pengertian pasar. Menurut Peraturan Menteri Perdagangan No. 53 2008, pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisonal, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya.

Klasifikasi pasar. Klasifikasi pasar dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam. Pasar menurut sifat atau jenis barang yang diperjualbelikan disebut juga pasar konkrit. Pasar konkrit (pasar nyata) adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang dilakukan secara langsung. Penjual dan pembeli bertemu untuk melakukan transaksi jual beli (tawar menawar). Barang-barang yang diperjualbelikan di pasar konkrit terdiri dari atas berbagai jenis barang yang ada di tempat tersebut. Contoh pasar konkrit yaitu pasar tradisional, supermarket,

(39)

dan swalayan. Namun ada juga pasar konkrit yang menjual satu jenis barang.

Misalnya pasar buah hanya menjual buah-buahan, pasar hewan hanya menjual sayur-mayur (Adhyzal, 2003).

Pasar konkrit pada kenyataannya dapat dikelompokkan menjadi berbagai bentuk yaitu pasar konkrit berdasarkan manajemen pengelolaan, manajemen pelayanan, jumlah barang yang dijual, banyak sedikit barang yang dijual, dan ragam barang yang dijual (Adhyzal, 2003).

1. Berdasarkan manajemen pengelola. Terdiri dari beberapa antara lain:

a. Pasar tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat. Tempat usahanya dapat berbentuk toko, kios, los, dan tenda yang menyediakan barang-barang konsumsi sehari-hari masyarakat. Pasar tradisional biasanya dikelola oleh pedagang kecil, menengah, dan koperasi. Proses penjualan dan pembelian dilakukan dengan tawar-menawar.

b. Pasar modern

Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, dan koperasi yang dikelola secara modern. Pada umumnya pasar modern menjual barang kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang sifatnya tahan lama. Modal usaha yang dikelola oleh pedagang jumlahnya besar.

Kenyamanan berbelanja bagi pembeli sangat diutamakan. Biasanya menjual memasang label harga pada setiap barang. Contoh pasar modern yaitu plaza, supermarket, hipermart, dan shopping centre.

(40)

2. Berdasarkan manajemen pelayanan. Terdiri dari beberapa antara lain:

a. Pasar swalayan (supermarket)

Pasar swalayan adalah pasar yang menyediakan barang-barang kebutuhan masyarakat, pembeli bisa melilih barang secara langsung dan melayani diri sendiri barang yang diinginkan. Biasanya barang-barang yang dijual barang kebutuhan sehari-hari sampai elektronik. Seperti sayuran, beras, daging, perlengkapan mandi sampai radio dan televisi.

b. Pertokoan (shopping centre)

Shopping centre (pertokoan) adalah bangunan pertokoan yang berderet-

deret di tepi jalan. Biasanya atas peran pemerintah ditetapkan sebagai wilayah khusus pertokoan. Shopping centre berbentuk ruko yaitu perumahan dan pertokoan, sehingga dapat dijadikan tempat tinggal pemiliknya atau penyewa.

c. Mall/ plaza/ supermall

Mall/plaza/supermall adalah tempat atau bagunan untuk usaha yang lebih besar yang dimiliki/disewakan baik pada perorangan, kelompok masyarakat tertentu, atau koperasi. Pasar ini biasanya dilengkapi saran hiburan, rekreasi, ruang pameran, gedung bioskop, dan seterusnya.

3. Berdasarkan Jumlah Barang yang Dijual. Terdiri dari beberapa antara lain:

a. Pasar eceran

Pasar eceran adalah tempat kegiatan atau usaha perdagangan yang menjual barang dalam partai kecil. Contoh toko-toko kelontong, pedagang kaki lima, pedagang asongan, dan sebagainya.

(41)

b. Pasar grosir

Pasar grosir adalah tempat kegiatan/usaha perdagangan yang menjual barang dalam partai besar, misalnya lusinan, kodian, satu dos, satu karton, dan lain-lain. Pasar grosir dimiliki oleh pedagang besar dan pedagang eceran. Contoh pusat-pusat grosir, makro, dan sebagainya (Adhyzal, 2003).

Pasar sehat. Pasar sehat adalah kondisi pasar yang bersih, aman, nyaman, dan sehat yang terwujud melalui kerjasama seluruh stakeholder terkait dalam menyediakan bahan pangan yang aman dan bergizi bagi masyarakat (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 519 tahun 2008).

Sanitasi pasar. Menurut Mukono (2006), sanitasi pasar terdiri dari antara

lain:

a. Pembagian tata ruang

Merupakan faktor yang paling penting untuk menjamin sanitasi pasar.

Serta yang paling menonjol dalam pembagian tata ruang pasar adalah faktor estetika.

b. Klasifikasi barang dagangan

Klasifikasi barang dagangan dianggap sangat penting karena untuk memudahkan pengumpulan sampah di pasar.

c. Tempat sampah sementara

Hal ini diperlukan agar pedagang bisa membuang sampah dengan mudah tanpa meninggalkan terlalu jauh barang dagangannya. Serta para pedagang tidak memiliki alasan untuk membuang sampah disembarangan tempat karena tidak memiliki tempat sampah sembarangan.

(42)

d. Saluran untuk limbah cair

Saluran di pasar sangat penting untuk estetika, kebersihan, dan kenyamanan. Saluran berfungsi untuk pembuangan benda cair terutama dari kios daging, ikan, dan warung. Saluran di dalam pasar harus dikontrol agar para pedagang tidak membuang sampah di got/saluran air.

e. Fasilitas umum MCK ( mandi, cuci, kakus)

Di dalam lingkungan pasar seharusnya ada fasilitas umum seperti di atas.

Kebersihan fasilitas umum sangat penting karena berkaitan dengan sumber vektor.

f. .Tempat parkir kendaraan bermotor

Tempat parkir berhubungan dengan kesehatan karena asap mobil yang keluar dari knalpot, misalnya CO, HC, Pb. Bahan kimia tersebut dapat terakumulasi/terkumpul di tubuh manusia dan bisa menyebabkan gangguan fungsi dari tubuh manusia.

Partisipasi

Pengertian partisipasi. Menurut Soekidjo dalam (Rahmadani, 2017), partisipasi adalah peran serta aktif anggota masyarakat dalam berbagai jenjang kegiatan. Dilihat dari konteks pembangunan kesehatan, partisipasi adalah keterlibatan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk menjalin kemitraan diantara masyarakat dan pemerintah dalam perencanaan, implementasi, dan berbagai aktifitas program kesehatan, mulai dari pendidikan kesehatan, program pengembangan program kemandirian dalam kesehatan, sampai dengan

(43)

mengontrol perilaku masyarakat dalam menanggapi teknologi dan infrastruktur kesehatan.

Bentuk - bentuk partisipasi. Menurut Effendi, partisipasi ada dua bentuk, yaitu partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal.

1. Partisipasi vertikal adalah suatu bentuk kondisi tertentu dalam masyarakat yang terlibat di dalamnya atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan mana masyarakat berada sebagai posisi bawahan

2. Partisipasi horizontal adalah dimana masyarakatnya tidak mustahil untuk mempunyai prakarsa dimana setiap anggota/kelompok masyarakat berpartisipasi secara horizontal antara satu dengan yang lainnya, baik dalam melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain. Menurut Effendi sendiri, tentu saja partisipasi seperti ini merupakan tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri

Prinsip-prinsip partisipasi. Prinsip-prinsip partisipasi menurut Department for International Development (DFID) dalam Monique Sumampouw (2004) adalah :

1. Cakupan

Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.

(44)

2. Kesetaraan dan kemitraan (equal partnership)

Pada dasarnya setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.

3. Transparansi

Semua pihak harus dapat menumbuh kembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.

4. Kesetaraan kewenangan (sharing power/equal powership)

Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.

5. Kesetaraan tanggung jawab (sharing responsibility)

Berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.

6. Pemberdayaan (empowerment)

Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.

(45)

7. Kerjasama

Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.

Menurut Desfan dalam penelitian di Pasar Senapelan cara berpartisipasi pedagang dapat diketahui antara lain:

a. Bentuk partisipasi aktif meliputi penyediaan tempat sampah, tidak membuang sampah sembarangan, membayar retribusi kebersihan dan terlibat dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan para pedagang. Dikategorikan partisipasi aktif karena pedagang menunjukkan adanya kesadaran memelihara kebersihan Iingkungan pasar, memenuhi hak dan kewajiban sebagai pedagang yang bertanggung jawab seperti membayar retribusi serta kewajiban lainnya, mentaati berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kerelaan melakukan pengorbanan yang dituntut oleh pembangunan demi kepentingan bersama yang Iebih luas dan lebih penting. Partisipasi aktif ini tampak pada kelompok pedagang toko. Karena itu, partisipasi aktif pedagang toko perlu ditularkan kepada kelompok pedagang kaki lima yang partisipasinya pasif.

b. Bentuk partisipasi pasif adalah tidak membantu petugas kebersihan.

Hal ini dapat dilihat dari sikap yang tidak perduli pada masalah kebersihan, perilaku dan tindakan pedagang yang membuang sampah sembarangan, serta melakukan hal-hal yang dapat menghambat upaya

(46)

peningkatan kebersihan pasar. Sikap, perilaku dan tindakan ini jelas terlihat di kelompok pedagang kaki lima yang partisipasinya sangat pasif. Kedua, faktor-faktor yang menghambat partisipasi para pedagang dalam pemeliharaan kebersihan pasar adalah kebiasaan para pedagang yang membuang sampah sembarangan dan anggapan para pedagang bahwa dengan membayar retribusi kebersihan maka tanggungjawab kebersihan pasar terletak pada UPTD Pasar dan yang termasuk juga faktor penghambat dalam pemeliharaan kebersihan Pasar Senapelan adalah keterbatasan sumber daya UPTD Pasar yang meliputi tenaga kerja dan armada pengangkutan sampah serta Iemahnya penerapan sanksi terhadap pembuangan sampah sembarangan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pedagang. Berdasarkan kutipan dalam Zulkarnaini (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di pasar sebagai berikut:

Faktor internal. Faktor internal yang mempengaruhi tingkat partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di pasar, meliputi pendidikan, pendapatan, kepedulian terhadap sampah, pengetahuan tentang sampah.

a. Pendidikan

Salah satu tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dalam partisipasinya ditentukan oleh tingkat pendidikan.

(47)

b. Pendapatan

Pendapatan pedagang dibagi menjadi dua kelompok yaitu pendapatan bersih dari usaha dan pendapatan simpangan.

c. Kepedulian terhadap sampah

Kepedulian terhadap sampah meliputi pemisahan bentuk sampah (antara kering dan basah), sistem pembuangan sampah dimana sampah terlebih dahulu dikumpulkan pada wadah kantong plastik atau keranjang bambu, kemudian diangkut dengan truk.

d. Pengetahuan tentang sampah

Pengetahuan tentang sampah meliputi jenis sampah, cara pengelolaan dan pemanfaatan sampah, dampak dari sampah terhadap kesehatan.

Faktor eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di pasar, meliputi :

a. Peraturan

b. Bimbingan penyuluhan c. Kondisi lingkungan d. Fasilitas

Partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah. Partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah meliputi :

1. Kebiasaan mengumpulkan sampah dagangan 2. Menegur orang membuang sampah sembarangan 3. Memberikan gagasan untuk kegiatan kebersihan

4. Menghadiri rapat/pertemuan untuk membicaran masalah kebersihan

(48)

5. Membayar retribusi sampah pasar 6. Membuang sampah pada tempatnya

7. Menjaga kondisi kebersihan sampah di tempat berusaha 8. Menyediakan tempat sampah sementara sendiri

9. Kerjasama antar pedagang dalam menjaga kebersihan

10. Melakukan evaluasi bersama terhadap kebersihan di lingkungan sekitar pasar

Landasan Teori

Sampah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ialah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat (Slamet, 2013). Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi sampah yaitu jumlah penduduk, semakin banyak jumlah penduduk maka semakin banyak pula produksi sampahnya, hal ini berpacu dengan laju pertambahan penduduk, keadaan sosial ekonomi, semakin tinggi sosial ekonomi masyarakat maka semakin banyak sampah yang diproduksi yang biasanya bersifat sampah tidak dapat membusuk dan hal ini tergantung bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku juga kesadaran masyarakat, kemajuan teknologi, kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara menyebar luasnya suatu penyakit.

(49)

Kerangka Konsep

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 3 Tahun 2013

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian 1. Sistem Pengelolaan Sampah Padat Pasar

Pringgan:

a. Pewadahan Sampah Padat b. Pengumpulan Sampah Padat c. Pengangkutan Sampah Padat d. Pembuangan Akhir Sampah Padat

e. Pembuangan Sampah

Partisipasi Pedagang

1. Penyediaan TempatSampah Padat 2. Pembuangan Sampah Padat 3. Pembayaran Retribusi Kebersihan 4. Peraturan kebersihan

Baik

Buruk

Baik

Buruk

(50)

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara, bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan pengelolaan sampah serta partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan yang bersih di Pasar Pringgan Kota Medan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Pasar Pringgan Kota Medan. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut karena lokasi tersebut belum pernah dilakukan penelitian tentang pelaksanaan pengelolaan sampah dan partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan yang bersih di Pasar Pringgan Kota Medan.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanankan pada bulan Juli hingga Agustus 2019, mulai dari pengambilan dan pengumpulan data serta mempelajari sistem pengelolaan sampah.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi penelitian ini adalah seluruh pedagang yang berjualan di Pasar Pringgan Kota Medan yang berjumlah 278 orang Pasar Pringgan.

Sampel. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebagian dari populasi dari pedagang Pasar Pringgan Kota Medan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan berdasarkan rumus Slovin (Notoatmodjo, 2005) sebagai patokan untuk menentukan ukuran sampel minimal yang harus diambil, yaitu :

(51)

n = 1+𝑁(𝑑2)

Dimana : n= Jumlah sampel N= Jumlah populasi

d= Tingkat kepercayaan/ ketetapan yang diinginkan (0,1) sehingga : n = 278

1+278(𝑜,12)

n = 73,5 atau n =74 orang

Sampel diambil dengan metode Accidental Sampling yaitu metode pengambilan sampel dimana responden yang kebetulan ada atau bersedia.

Variabel dan Definisi Operasional

1. Karakteristik responden adalah gambaran mengenai identitas responden yang meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, lama berdagang, dan jenis dagangan.

2. Jumlah sampah ialah banyaknya sampah yang diproduksi atau dihasilkan pasar pringgan.

3. Sistem pengelolaan sampah adalah suatu kegiatan yang tatanannya dimulai dari kegiatan penyimpanan sampah padat, pengumpulan sampah padat, pengangkutan sampah padat, pembuangan sampah padat yang dilaksanakan di Pasar Pringgan yang dilakukan oleh petugas kebersihan pasar dan petugas kebersihan kota.

4. Jenis sampah adalah macam sampah yang terbagi dua yaitu sampah organik dan anorganik yan terdapat di Pasar Pringgan.

(52)

5. Penyimpanan sampah adalah upaya untuk penampung sampah sementara yang dilakukan oleh pedagang dalam pemilihan tempat sampah (ember sampah, tong, keranjang, kantung plastik) di setiap kios/lods.

6. Pengumpulan sampah sampah adalah aktivitas yang dilakukan oleh petugas kebersihan pasar dengan mengumpulkan sampah dari setiap tempat sampah yang dimiliki pedagang maupun sampah yang berserakan kemudian membuang ke tempat pengumpulan sampah sementara sebelum diangkut/

dibuang ke TPA.

7. Pengangkutan sampah padat adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas pengangkut sampah yang mengangkut sampah dari tempat pengumpulan sampah sementara ke TPA.

8. Pembuangan dan pengolahan sampah padat adalah kegiatan pembuangan sampah yang dilakukan petugas kebersihan kota yang mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara dan dibawa tempat pembuangan akhir serta kemudian diolah di TPA.

9. Partisipasi pedagang adalah keikutsertaan pedagang serta berperan dalam menjaga kebersihan lingkungan serta usaha keberhasilan pengelolaan sampah yang terdiri dari penyediaan tempat sampah, pembuangan sampah, pembayaran retribusi kebersihan, dan peraturan kebersihan.

10. Penyediaan tempat sampah padat adalah keikutsertaan pedagang dalam kepemilikan menyediakan tempah sampah untuk menciptakan lingkungan pasar yang bersih.

(53)

11. Pembuangan sampah padat adalah keikutsertaan pedagang dengan kesadaran sendiri dalam membuang sampah pada tempatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan pasar.

12. Pembayaran retribusi adalah keikutsertaan pedagang dalam pembayaran iuran kebersihan yang dikutip oleh pihak pengelola pasar.

13. Peraturan kebersihan adalah peraturan kebersihan yang diterapkan oleh pihak pengelola pasar kepada pedagang untuk menjaga lingkungan pasar tetap bersih.

14. Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat adalah sampah tidak berserakan, tersedia tempat-tempat sampah yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan tempat sampah, sampah yang terkumpul dan dibuang tepat pada waktu dan tidak menjadi sarang lalat serta tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan pengisian kuesioner oleh sampel dalam penelitian.

Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari data Pengelola Pasar Pringgan Kota Medan serta instansi pemerintah yang berhubungan dengan penelitian ini.

Metode Pengukuran

Metode pengukuran berupa kuesioner yang ditujukan kepada pedagang di Pasar Pringgan Kota Medan yang berkaitan dengan partisipasi pedagang untuk

(54)

menciptakan lingkungan yang bersih di pasar dan observasi pengelolaan sampah Pasar Pringgan Kota Medan.

1. Observasi sistem pengelolaan sampah pasar

Kriteria penilaian berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 Tahun 2013 sebagai berikut :

a. Penyimpanan sampah padat

Dikatakan baik jika memenuhi syarat jika sebagai berikut ini : 1. Setiap kios/los tersedia tempat sampah

2. Tempat sampah dibedakan antara tempat sampah organik dengan anorganik

3. Tempat sampah terbuat dari bahan kedap air dan tidak mudah rusak tidak mudah rusak

4. Tempat sampah mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa pengotoran tangan

Maka, dikatakan buruk jika tidak memenuhi semua syarat di atas.

b. Pengumpulan sampah padat

Dikatakan baik jika memenuhi syarat jika sebagai berikut ini : 1. Memiliki peralatan pengumpulan sampah yang tidak rusak 2. Frekuensi pengumpulan 1 hari sekali

3. Mempunyai petugas pelaksana yang tetap

4. Semua sampah terkumpul dari setiap kios/ los dan tidak ada sisa 5. Membedakan antara tempat pengumpul sampah yang mudah

membusuk dan tidak membusuk

(55)

6. Desain TPS mudah untuk memasukkan/mengosongkan sampah dan tidak mudah berserakan

7. Sampah di TPS tidak berserakan

8. TPS dilengkapi tutup dan jauh dari penjamah makanan 9. TPS tidak terlalu penuh

10. TPS tidak menimbulkan bau

Maka, dikatakan buruk jika tidak memenuhi semua syarat di atas.

c. Pengangkutan sampah padat

Dikatakan baik jika memenuhi syarat jika sebagai berikut ini :

1. Sampah di tempat pengumpulan sampah terangkut habis semuanya setiap hari

2. Frekuensi pengangkutan ke TPA 1 hari sekali 3. Armada pengangkut sampah memiliki tutup

Maka, dikatakan buruk jika tidak memenuhi semua syarat di atas.

d. Pembuangan dan pengolahan sampah padat

Dikatakan baik jika memenuhi syarat yaitu pengumpulan dan penumpukan sampah tidak merupakan tempat perindukan serangga dan binatang pengerat serta memperhatikan prinsip estetika. Maka, dikatakan buruk jika tidak memenuhi satu syarat di atas.

2 Partisipasi pedagang

Untuk mengukur partisipasi pedagang di Pasar Pringgan menggunakan skala pengukuran Guttman. Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :

(56)

a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai > 50% dari seluruh skor yang ada.

b. Kategori buruk adalah apabila responden mendapat nilai < 50% dari skor yang ada.

a. Penyediaan tempat sampah padat

Untuk penyediaan tempat sampah responden diukur dengan 6 pertanyaan, dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 1;

2. Jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0 Sehingga diperoleh skor tertinggi = 6. Selanjutnya dikategorikan atas baik, dan kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Baik, jika responden dapat menjawab > 50% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor > 3

2. Buruk, jika responden dapat menjawab < 50% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor ≤ 3

b. Pembuangan sampah padat

Untuk pembuangan sampah responden diukur dengan 4 pertanyaan, dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 1;

2. Jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0 Sehingga diperoleh skor tertinggi = 4. Selanjutnya dikategorikan atas baik dan kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut :

(57)

1. Baik, jika responden dapat menjawab > 50% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor > 2

2. Buruk, jika responden dapat menjawab < 50% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor ≤ 2

c. Pembayaran retribusi kebersihan

Untuk pembayaran retribusi kebersihan responden diukur dengan 1 pertanyaan, dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 1;

2. Jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0 Sehingga diperoleh skor tertinggi = 1.

d. Peraturan kebersihan

Untuk peraturan kebersihan responden diukur dengan 3 pertanyaan, dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 1;

2. Jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0 Sehingga diperoleh skor tertinggi = 3. Selanjutnya dikategorikan atas baik dan kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Baik, jika responden dapat menjawab > 50% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor > 2

2. Buruk, jika responden dapat menjawab < 50% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor ≤ 2

(58)

Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini yaitu data yang sudah dikumpulkan melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner, diolah dengan menggunakan sistem komputerisasi. Data tersebut yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang kemudian dianalisis secara deskriptif.

(59)

Pasar tradisional Pringgan terletak di Kecamatan Medan Baru Kota Medan, dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan pemukiman warga

2. Sebelah Timur berbatasan dengan pusat perbelanjaan Ramayana 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan pemukiman warga

4. Sebelah Utara berbatasan dengan pemukiman warga

Pringgan telah berdiri sejak tahun 1950an, dan mulanya dikelola oleh PD.

Pasar Kota Medan dan sekarang dikelola oleh PT. Parben’s sejak Januari 2018.

Pasar tradisional Pringgan memiliki luas lahan sebesar 5.974m2 dengan jumlah pedagang yang berjualan saat ini yaitu 278 pedagang terdiri dari 100 orang pedagang sayur, 80 orang pedagang daging & ayam, 20 orang pedagang pecah belah, 6 orang pedagang buah, 20 orang pedagang pakaian, 6 orang pedagang emas, 12 orang pedagang makanan, 20 orang pedagang ikan, 10 orang pedagang sembako, dan 4 orang pedagang kosmetik. Jumlah tenaga kerja di kantor pengelola pasar terdiri dari 6 orang. Sedangkan petugas khusus kebersihan pasar terdiri dari 5 orang.

Jumlah Sampah Padat Pasar Pringgan

Sampah yang dihasilkan dari aktivitas pedagang dan pembeli di Pasar Pringgan dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik.

Berdasarkan observasi jumlah sampah yang dihasilkan pasar setiap harinya

3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan Pengelolaan Sampah di Pasar Terapung Tembilahan belum memenuhi syarat kesehatan yaitu masih banyak pedagang yang tidak

Untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah yang meliputi: penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahan sampah yang dilaksanakan di basement pasar Petisah kota Medan..

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui sistem pengelolaan sampah di Pasar Pringgan Kota Medan, (2) Mengetahui perilaku pedagang dalam mengatasi permasalahan sampah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di pasar Bauntung Banjarbaru Jenis

Apakah Dinas Pasar sudah menyediakan perwadahan sampah yang terpisaha. antara sampah organik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan Pengelolaan Sampah di Pasar Terapung Tembilahan belum memenuhi syarat kesehatan yaitu masih banyak pedagang yang tidak

bahan yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi dan harus dibuang. 2.2.4.1 Tujuan Pengelolaan Sampah. Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan

Partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah maksudnya adalah : (1) Kebiasaan mengumpulkan sampah dagangan, (2) Menegur orang membuang sampah sembarangan, (3) Memberikan