PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN PARTISIPASI PEDAGANG DALAM MENJAGA KEBERSIHAN LINGKUNGAN
DI PASAR TERAPUNG KEC. TEMBILAHAN KOTA KAB. INDRAGIRI HILIR RIAU TAHUN 2015
SKRIPSI
OLEH :
NUR EVIANTRI
NIM. 121021103
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN PARTISIPASI PEDAGANG DALAM MENJAGA KEBERSIHAN LINGKUNGAN
DI PASAR TERAPUNG KEC. TEMBILAHAN KOTA KAB. INDRAGIRI HILIR RIAU TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
NUR EVIANTRI
NIM. 121021103
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh yang negatif terhadap kesehatan dan menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan. Pasar Terapung merupakan penghasil sampah terbesar di Tembilahan dan masih banyak ditemukan sampah yang berserakan di sekitar pasar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah dan partisipasi pedagang dalam menjaga kebersihan lingkungan di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir tahun 2015.
Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh pedagang di Pasar Terapung yaitu 1.063 orang dan jumlah sampel 91 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan undian. Data dianalisa secara deskriptif dengan menampilkan tabel frekuensi dan persen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan Pengelolaan Sampah di Pasar Terapung Tembilahan belum memenuhi syarat kesehatan yaitu masih banyak pedagang yang tidak memiliki tempat sampah yaitu 72,5% dan masih ada pedagang yang membuang sampah sembarangan yaitu 75,8%. Partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah pada kategori rendah yaitu 62,6%, Partisipasi pedagang dalam membuang sampah pada kategori rendah yaitu 72,5%, Partisipasi pedagang dalam pembayaran retribusi kebersihan pasar pada kategori rendah yaitu 71,4%, dan Partisipasi pedagang dalam peraturan kebersihan pada kategori rendah yaitu 63,7%.
Dengan demikian, pihak pengelola pasar bekerjasama dengan lintas sektor untuk dapat mengelola sampah pasar dengan baik dan memberikan informasi bagi pedagang mengenai pengelolaan sampah yang baik. Kepada pedagang juga diharapkan dapat menyediakan tempat sampah dan menjaga kebersihan lingkungan pasar.
ABSTRACT
Garbage is something that is not used, unutilized, unpopular, or something that is disposed derived from human activities and does not happen by itself. The impact of increases in human activities results increase in garbage productions. Poor garbage management can cause a negative impact on health and a decline in the quality of the urban environment. Floating Market is the largest waste sources in Tembilahan and it is common to find rubbish strewn around the market.
The purpose of this study was to determine the waste management system and the participation of traiders in keeping the environment clean at Floating Market Kec.Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau in 2015.
This study used a descriptive survey with 1603 merchants in Floating Market Tembilahan as population and the number of samples of 91 traders. The sampling technique in this study is simple random sampling. Data was analyzed descriptively with a table showing the frequency and percentage.
The results showed that the implementation of Solid Waste Management at Floating Market Tembilahan does not meet health requirements where there are still many traders who do not have a trash can, namely 72.5% and there are traders who throw litter to the river, namely 75.8%. Traders participation in the provision of bins is in the lower categories, namely 62.6%, participation of traders in disposing of waste is in the low category, namely 72.5%, traders’ participation in the payment of the levy hygiene marketis in the lower categories, namely 71.4%, and the participation of traders in regulation of cleanliness is in the low category, namely 63.7%.
Thus, the market management in cooperation with the relevant sectors is suggested to be able to manage waste properly in the Floating Market and provide information to traders on good waste management. Traders are also expected to provide bins and to keep the market environment clean.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, rasa syukur penulis kepada Allah SWT atas segala
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pelaksanaan
Pengelolaan Sampah dan Partisipasi Pedagang Dalam Menjaga Kebersihan
Lingkungan Di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau
Tahun 2015. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk
memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ayahanda, Ibunda, Kakak, Adik dan Suami tercinta yang selalu memberi
doa, dukungan, dan motivasi sehingga penulis akhirnya menyelesaikan
skripsi ini.
2. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dra. Nurmaini, MKM, PhD selaku dosen pembimbing I dan Ir. Indra
Chahaya S, MSi selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya dalam memberikan bimbingan dan masukan dalam
5. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku penguji I dan dr. Taufik Ashar, MKM selaku
penguji II yang telah memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi
ini.
6. Dra. Syarifah, MS selaku dosen penasehat akademi yang telah
membimbing dan memberikan motivasi penulis selama perkuliahan di
FKM USU.
7. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU yang telah membantu dan
memberikan ilmunya kepada penulis.
8. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Indragiri Hilir yang telah
membantu penulis selama melaksanakan penelitian.
9. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman yang telah membantu
penulis selama melaksanakan penelitian.
10. Seluruh teman-teman stambuk 2012 kelas Ekstensi khususnya Departemen
Kesehatan Lingkungan FKM USU yang telah berjuang bersama-sama
selama masa perkuliahan serta semua pihak yang telah berperan dalam
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi
ini.
Medan, Agustus 2015
RIWAYAT HIDUP
Nama : Nur Eviantri Tempat Lahir : Kotabaru
Tanggal Lahir : 23 Oktober 1986 Suku Bangsa : Batak
Agama : Islam
Nama Ayah : H. Mahlun Siregar Suku Bangsa Ayah : Batak
Nama Ibu : Hj. T. Derlani Harahap Suku Bangsa Ibu : Batak
Pendidikan Normal :
1. SD/ Tamat Tahun : SDN 02 Tembilahan /1998
2. SLTP/ Tamat Tahun : SLTPN 2 Tembilahan /2001
3. SLTA/Tamat Tahun : SMUN 1 Tembilahan /2004
4. Akademi/Tamat Tahun : DIII Kesehatan Gigi Poltekkes Medan/2007
5. Lama Studi di FKM USU : Tahun 2012-2015
Riwayat Pekerjaan :
DAFTAR ISI
2.4 Faktor-faktor Yang Menpengaruhi Jumlah Sampah ... 11
2.5 Pelaksanaan Pengelolaan Sampah ... 13
2.5.1 Operasional Pengelolaan Sampah ... 13
2.5.2 Perwadahan Sampah ... 13
2.5.3 Pengumpulan Sampah ... 15
2.5.4 Pengangkutan Sampah ... 18
2.5.5 Pembuangan Sampah ... 19
2.6 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Kesehatan, Masyarakat dan Lingkungan ... 24
2.6.2 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat ... 25
2.6.3 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Lingkungan ... 25
2.7 Pengertian Pasar ... 26
2.8 Klasifikasi Pasar ... 26
2.9 Pengertian Partisipasi ... 29
2.10 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Pedagang ... 31
2.11 Kerangka Konsep ... 33
3.6.1 Observasi Sistem Pengelolaan Sampah Pasar ... 38
3.6.2 Partisipasi Pedagang ... 41
3.7 Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 44
4.1 Gambaran Umum Pasar Terapung Tembilahan ... 44
4.2 Karakteristik Responden ... 45
4.2.1 Distribusi Pedagang Berdasarkan Lama Berdagang ... 45
4.2.2 Distribusi Pedagang Berdasarkan Jenis Dagangan ... 46
4.3 Pengelolaan Sampah Pasar Terapung ... 47
4.4.1 Partisipasi Pedagang Tentang Penyediaan Tempat Sampah ... 51
4.4.2 Partisipasi Pedagang Tentang Pembuangan Sampah ... 52
4.4.3 Partisipasi Pedagang Tentang Pembayaran Retribusi Sampah ... 54
4.4.4 Partisipasi Pedagang Tentang Peraturan Kebersihan ... 55
BAB V PEMBAHASAN ... 57
5.1 Karakteristik Responden ... 57
5.2 Sistem Pengelolaan Sampah Pasar Terapung ... 57
5.2.1 Perwadahan Sampah ... 59
5.2.2 Pengumpulan Sampah ... 60
5.2.3 Pengangkutan Sampah ... 61
5.2.4 Pemusnahan dan Pengolahan Sampah ... 61
5.3 Partisipasi Pedagang ... 63
5.3.1 Partisipasi Pedagang Tentang Penyediaan Tempat Sampah ... 63
5.3.2 Partisipasi Pedagang Tentang Pembuangan Sampah ... 64
5.3.3 Partisipasi Pedagang Tentang Pembayaran Retribusi Sampah ... 64
5.3.4 Partisipasi Pedagang Tentang Peraturan Kebersihan ... 65
5.4 Sistem Pengelolaan Sampah Yang Memenuhi Syarat di Pasar Terapung Tembilahan ... 66
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 70
6.1 Kesimpulan ... 70
6.2 Saran ... 71
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi pedagang berdasarkan lama berdagang di Pasar
Terapung Tembilahan ... 45
Tabel 4.2 Distribusi pedagang berdasarkan jenis dagangan di Pasar
Terapung Tembilahan ... 46
Tabel 4.3 Hasil observasi sistem pengelolaan sampah di Pasar Terapung
Tembilahan ... 47
Tabel 4.4 Hasil observasi partisipasi pedagang dalam menjaga kebersihan
lingkungan di Pasar Terapung Tembilahan ... 49
Tabel 4.5 Hasil wawancara partisipasi pedagang tentang penyediaan tempat sampah di Pasar Terapung Tembilahan ... 51
Tabel 4.6 Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan penyediaan tempat
sampah di pasar Terapung Tembilahan ... 52
Tabel 4.7 Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang pembuangan sampah di Pasar Terapung Tembilahan ... 53
Tabel 4.8 Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan pembuangan sampah di pasar Terapung Tembilahan ... 54
Tabel 4.9 Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang Pembayaran
Retribusi Sampah di Pasar Terapung Tembilahan ... 54
Tabel 4.10 Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang peraturan
kebersihan di Pasar Terapung Tembilahan ... 55
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.6. Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan
(SNI 19-2454-2002) ... 13
Gambar 2.11. Kerangka Konsep ... 33
Gambar 4.1 Denah Pasar Terapung Tembilahan ... 45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner untuk pedagang ... 74
Lampiran 2. Kuesioner untuk Dinas Kebersihan dan Disperindag ... 77
Lampiran 3. Lembar Observasi Lapangan ... 78
Lampiran 4. Lembar Observasi Pedagang ... 80
Lampiran 5. Surat Permohonan izin Penelitian ... 81
Lampiran 6. Surat Pelaksanaan Penelitian ... 82
Lampiran 7. Surat Keterangan Penelitian ... 83
Lampiran 8. Tabel Master ... 84
Lampiran 9. Hasil Olahan Tabel Distribusi Frekuensi ... 90
Lampiran 10. Denah TPS di pasar Terapung Tembilahan ... 99
ABSTRAK
Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh yang negatif terhadap kesehatan dan menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan. Pasar Terapung merupakan penghasil sampah terbesar di Tembilahan dan masih banyak ditemukan sampah yang berserakan di sekitar pasar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah dan partisipasi pedagang dalam menjaga kebersihan lingkungan di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir tahun 2015.
Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh pedagang di Pasar Terapung yaitu 1.063 orang dan jumlah sampel 91 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan undian. Data dianalisa secara deskriptif dengan menampilkan tabel frekuensi dan persen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan Pengelolaan Sampah di Pasar Terapung Tembilahan belum memenuhi syarat kesehatan yaitu masih banyak pedagang yang tidak memiliki tempat sampah yaitu 72,5% dan masih ada pedagang yang membuang sampah sembarangan yaitu 75,8%. Partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah pada kategori rendah yaitu 62,6%, Partisipasi pedagang dalam membuang sampah pada kategori rendah yaitu 72,5%, Partisipasi pedagang dalam pembayaran retribusi kebersihan pasar pada kategori rendah yaitu 71,4%, dan Partisipasi pedagang dalam peraturan kebersihan pada kategori rendah yaitu 63,7%.
Dengan demikian, pihak pengelola pasar bekerjasama dengan lintas sektor untuk dapat mengelola sampah pasar dengan baik dan memberikan informasi bagi pedagang mengenai pengelolaan sampah yang baik. Kepada pedagang juga diharapkan dapat menyediakan tempat sampah dan menjaga kebersihan lingkungan pasar.
ABSTRACT
Garbage is something that is not used, unutilized, unpopular, or something that is disposed derived from human activities and does not happen by itself. The impact of increases in human activities results increase in garbage productions. Poor garbage management can cause a negative impact on health and a decline in the quality of the urban environment. Floating Market is the largest waste sources in Tembilahan and it is common to find rubbish strewn around the market.
The purpose of this study was to determine the waste management system and the participation of traiders in keeping the environment clean at Floating Market Kec.Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau in 2015.
This study used a descriptive survey with 1603 merchants in Floating Market Tembilahan as population and the number of samples of 91 traders. The sampling technique in this study is simple random sampling. Data was analyzed descriptively with a table showing the frequency and percentage.
The results showed that the implementation of Solid Waste Management at Floating Market Tembilahan does not meet health requirements where there are still many traders who do not have a trash can, namely 72.5% and there are traders who throw litter to the river, namely 75.8%. Traders participation in the provision of bins is in the lower categories, namely 62.6%, participation of traders in disposing of waste is in the low category, namely 72.5%, traders’ participation in the payment of the levy hygiene marketis in the lower categories, namely 71.4%, and the participation of traders in regulation of cleanliness is in the low category, namely 63.7%.
Thus, the market management in cooperation with the relevant sectors is suggested to be able to manage waste properly in the Floating Market and provide information to traders on good waste management. Traders are also expected to provide bins and to keep the market environment clean.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Masalah sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena
kurangnya pengertian masyarakat terhadap akibat-akibat yang dapat ditimbulkan
oleh sampah. Faktor yang menyebabkan permasalahan sampah di Indonesia
semakin rumit adalah meningkatnya taraf hidup masyarakat yang tidak disertai
dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan dan juga partisipasi
masyarakat yang kurang untuk memelihara kebersihan dan membuang sampah
pada tempatnya (Slamet, 2009).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 yang
dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan
atau/proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan menurut Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat yang terdiri atas sampah
rumah tangga maupun sampah sejenis sampah rumah tangga. Sedangkan
pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi perencanaan, pengurangan, dan penanganan
sampah.
Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat
menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang
semakin beragam. Dampak peningkatan aktivitas manusia, lebih lanjut
kualitas lingkungan perkotaan karena pengelolaan persampahan yang kurang
memadai. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan suatu cara untuk menangani
masalah sampah tersebut sehingga fenomena sampah yang selama ini terjadi pada
kota tidak menjadi masalah serius bagi warga masyarakat perkotaan maupun
masyarakat pedesaan. Sejalan dengan itu, bahwa masalah persampahan telah
mengakibatkan pencemaran lingkungan secara berantai, seperti bau busuk yang
mengganggu, sumber penularan penyakit, tersumbatnya drainase dan sungai yang
dapat mengakibatkan banjir. (Naatonis, 2010)
Salah satu permasalahan sampah yang cukup rumit adalah permasalahan
sampah pasar, sebab selain jumlahnya yang relatif banyak, sampah pasar juga
mempunyai problematik tersendiri. Keadaan ini terjadi di pasar tradisional sebagai
salah satu wadah perekonomian sebagian besar masyarakat perkotaan. Aktivitas
yang ada baik itu jual beli antara pedagang dengan pengunjung atau pembeli
secara tidak langsung dapat menyebabkan adanya timbulan sampah pada pasar
tersebut setiap harinya.(Naatonis, 2010)
Menurut penelitian Susanawati (2004) mengenai evaluasi pengelolaan
sampah Pasar Johar berdasarkan persepsi pengelola dan pedagang serta arahan
pengelolaannya di Kota Semarang, mengatakan bahwa pengelola sampah
mengeluhkan tentang rendahnya partisipasi dari pedagang untuk ikut mengelola
sampah di Pasar Johar, terutama mengenai pewadahan secara individual yang
sangat diabaikan oleh pedagang. Pedagang juga mengeluhkan mengenai
karena dinilai sering mengalami kerusakan dan pengelola tidak menyediakan
peralatan cadangan sehingga mengakibatkan operasionalnya terhambat.
Menurut Naatonis (2010) dalam penelitiannya mengenai sistem
pengelolaan sampah berbasis masyarakat di kampung nelayan Oesapa Kupang,
menunjukkan pada subsistem pewadahan, sebagian besar masyarakat kampung
nelayan (26,92%) sudah mempunyai pewadahan, namun belum memisahkan
sampah menurut jenisnya. Sedangkan sistem pengumpulan yang dilakukan
petugas kebersihan masih kurang karena 73,08% masyarakat kampung nelayan
menyatakan kurang puas.
Menurut penelitian Zulkarnaini (2009) bahwa tingkat partisipasi pedagang
dalam pengelolaan sampah Pasar Pagi Arengka Kota Pekanbaru berdasarkan
kriteria Interpretasi skor secara keseluruhan tingkat partisipasi pedagang termasuk
kategori sedang dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi adalah
pendidikan, pendapatan, kepedulian terhadap sampah, peraturan, kondisi
lingkungan dan fasilitas.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan, Pasar Terapung merupakan salah
satu pasar pasar tradisional yang ada di kecamatan tembilahan kota kab. Indragiri
hilir riau. Pasar terapung dibangun di atas sungai Indragiri. Gedung pasar ini
memiliki 2 lantai. Lantai 1 terdiri dari para pedagang bahan mentah seperti
sayur-sayuran, ikan, telur, buah-buahan dan lain-lain, di lantai 2 terdiri dari pedagang
yang menjual makanan siap saji. Pengelolaan sampah tidak terlepas dari perilaku
diantaranya perlakuan terhadap sampah sebelum dibuang, penyediaan tempat
sampah, dan bahan pewadahan yang digunakan.
Sebagian besar pedagang di Pasar Terapung tidak memiliki tempat
penampungan sampah yang memadai, masih banyaknya timbulan dan tumpukan
sampah pada daerah sekitarnya (TPS), serta sebagian besar pedagang membuang
sampah ke sungai karena letak pasar yang berada diatas sungai dan kurangnya
petugas kebersihan di pasar Terapung.
Tempat penampungan sampah harus memenuhi syarat-syarat tempat
sampah yang dianjurkan, seperti: konstruksinya kuat, tidak mudah bocor, tempat
sampah mempunyai tutup, dan mudah untuk diangkat oleh satu orang.
Kebanyakan mereka menggunakan keranjang sampah yang terbuat dari bambu,
kardus dan kantong plastik. Pedagang yang tidak mempunyai kotak sampah
mereka akan membuang sampah di sekitar tempat pedagang, sehingga menjadikan
tempat tersebut kotor dan sebagian besar membuang ke sungai.
Tempat pengumpulan sampah yang terbuka dapat menjadikan tempat
perkembangbiakan kuman penyakit, yang akan menjadi sumber infeksi. Dan
tempat perkembangbiakannya vektor penyakit yang dapat menularkan penyakit
melalui makanan dan minuman, serta ganguan estetika. Kondisi ini perlu
dicermati agar tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.
Pewadahan sampah yang ada pada saat ini masih belum seragam, baik dari bentuk
dan kapasitas serta bahannya. Mulai dari Pengumpulan, pemindahan,
pengangkutan dan pembuangan sementara hingga ke pembuangan akhir dinilai
mengkaji sistem pengelolaan sampah yang sesuai, dengan cara menganalisa
sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di Pasar Terapung Kec. Tembilahan
Kota Kab. Indragiri Hilir Riau.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah sampah yang berserakan disekitar pasar Terapung mengakibatkan
pasar ini menjadi tidak rapi dan masih ada pedagang yang membuang sampah di
sungai yang berada dibawah gedung. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan
sampah dan partisipasi yang dilakukan pedagang untuk menciptakan lingkungan
bersih di pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan sampah dan partisipasi yang
dilakukan pedagang untuk menciptakan lingkungan yang bersih di Pasar
Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh
pengelola pasar meliputi: perwadahan sampah, pengumpulan sampah,
pengangkutan sampah, dan Pembuangan akhir sampah yang dilaksanakan
di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau.
2. Untuk mengetahui partisipasi pedagang dalam menciptakan lingkungan
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi pihak pengelola
Untuk dapat memberikan alternatif solusi terhadap system pengolahan
Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau.
2. Untuk dapat kiranya membantu Dinas Kebersihan, pertamanan dan
pemakaman Kab. Indragiri Hilir dalam penanggulangan sampah,
khususnya sampah pasar.
3. Untuk dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman serta sebagai
proses belajar bagi penulis dalam mengimplementasikan berbagai teori
yang diperoleh di bangku perkuliahan selama proses belajar di Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU Medan.
4. Sebagai informasi dan bahan referensi bagi penelitian-penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sampah
Sampah ialah segala sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan
bersifat padat. (Slamet, 2009). Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. (Chandra, 2007)
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 yang
dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan
atau/proses alam yang berbentuk padat.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun
2010 sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat yang terdiri atas sampah rumah tangga maupun sampah sejenis
sampah rumah tangga.
Menurut SNI 19-2454-2002, sampah adalah limbah yang bersifat padat
terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi
dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi
investasi pembangunan.
Berdasarkan pengertian sampah tersebut dapat disimpulkan bahwa sampah
adalah suatu benda berbentuk padat yang berhubungan dengan aktifitas atau
kegiatan manusia, yang tidak digunakan lagi, tidak disenangi dan dibuang secara
saniter yaitu dengan cara-cara yang diterima umum sehingga perlu pengelolaan
2.2 Jenis Sampah
1. Berdasarkan Asal Sampah
Menurut Gilbert dkk. dalam Artiningsih (2008), berdasarkan asalnya
sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut :
a. Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati
yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini
dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga
sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya
sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan
plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting.
b. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan Non
hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan
bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi: sampah logam dan
produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan
keramik, sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh
alam/mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian
lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada
tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng.
2. Berdasarkan Sifat Fisik
Menurut Gilbert dkk. dalam Artiningsih (2008), berdasarkan keadaan
a. Sampah Basah (Garbage)
Sampah golongan ini merupakan sisa-sisa pengolahan atau sisa sisa makanan dari
rumah tangga atau merupakan timbulan hasil sisa makanan, seperti sayur mayur,
yang mempunyai sifat mudah membusuk, sifat umumnya adalah mengandung air
dan cepat membusuk sehingga mudah menimbulkan bau.
b. Sampah Kering (Rubbish)
Sampah golongan ini memang dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis:
- Golongan sampah tak lapuk. Sampah jenis ini benar-benar tidak akan bisa
lapuk secara alami, sekalipun telah memakan waktu bertahun-tahun,
contohnya kaca dan mika.
- Golongan sampah tak mudah lapuk. Sekalipun sulit lapuk, sampah jenis
ini akan bisa lapuk perlahan-lahan secara alami. Sampah jenis ini masih
bisa dipisahkan lagi atas sampah yang mudah terbakar, contohnya seperti
kertas dan kayu, dan sampah tidak mudah lapuk yang tidak bisa terbakar,
seperti kaleng dan kawat.
3. Berdasarkan Dapat dan Tidaknya Dibakar
a. Sampah yang mudah terbakar
Sampah yang mudah terbakar, misalnya: kertas, karet, kayu, plastik, kain
bekas dan sebagainya.
b. Sampah yang tidak dapat terbakar
Sampah yang tidak dapat terbakar misalnya: kaleng-kaleng bekas,
2.3 Sumber-Sumber Sampah
1) Sampah yang berasal dari pemukiman
Sampah disuatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa
keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa
atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa
proses pengolahan makanan atau sampahbasah (garbage), sampah kering
(rubbish), abu, atau sampah sisa tumbuhan.(Candra, 2007)
2) Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti: pasar, tempat
hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa
kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.( Aswar, 2002)
3) Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,
departemen, perusahaan, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering,
dan mudah terbakar.
4) Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari
kertas, kardus, debu, batu-batuan, pasir, daun, palstik, dan sebagainya. (Candra,
2007)
5) Sampah yang berasal dari industri
Sampah dari proses industri ini misalnya sampah pengepakan barang,
6) Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami,
sisa sayur-mayur, dan sebagainya.(Candra, 2007)
7) Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
Sampah ini dapat berupa kotoran ternak, sisa makanan ternak, bangkai
binatang, dan sebagainya. (Aswar, 2002)
2.4Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Sampah
Menurut Budiman Candra (2007), faktor-faktor yang memengaruhi jumlah
sampah adalah sebagai berikut :
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk.
Semakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempat atau ruang
untuk menampung sampah kurang. Semakin meningkat aktivitas penduduk,
sampah yang dihasilkan semakin banyak, misalnya pada aktivitas pembangunan,
perdagangan, industri, dan sebagainya.
2. Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai
Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika
dibandingkan dengan truk.
3. Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali
Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi
bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi oleh keadaan, jika
4. Faktor geografis
Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, pantai, atau
dataran rendah.
5. Faktor waktu
Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Jumlah
sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah sampah pada siang
hari lebih banyak daripada jumlah di pagi hari, sedangkan sampah di daerah
perdesaan tidak begitu bergantung pada faktor waktu.
6. Faktor sosial ekonomi dan budaya
Contoh, adat istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat.
7. Faktor musim
Pada musim hujan sampah mungkin akan tersangkut pada selokan pintu
air, atau penyaringan air limbah.
8. Kebiasaan masyarakat
Contoh jika seseorang suka mengkonsumsi satu jenis makanan atau
tanaman sampah makanan itu akan meningkat.
9. Kemajuan teknologi
Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Contoh
plastik, kardus, rongsokan AC, TV, kulkas, dan sebagainya.
10. Jenis sampah
Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks pula
2.5 Pelaksanaan Pengelolaan Sampah 2.5.1 Operasional Pengelolaan Sampah
Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri dari
kegiatan perwadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat
terpadu dengan melakukan pemilahan sejak dari sumbernya. (SNI 19-2454-2002).
Gambar 2.5. Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan (SNI 19-2454-2002)
2.5.2 Perwadahan Sampah
Perawadah sampah yang dimaksud adalah wadah penampungan sampah
yang berupa bak/bin/tong/kantong/keranjang sampah.(SNI 19-2454-2002)
Sampah yang ada dilokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel, pasar dan
sebagainya) ditempatkan dalam tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering
sebaiknya dikumpul dalam tempat yang terpisah. Idealnya sampah basah
sampah yang mudah terbakar, sampah yang tidak mudah terbakar dan lain
sebagainya, hendaknya ditempatkan sendiri secara terpisah untuk mempermudah
dalam pemusnahannya.(Candra, 2007)
Adapun syarat-syarat tempat sampah yang dianjurkan adalah :
a. Konstruksinya kuat, jadi tidak mudah bocor, penting untuk mencegah
berserakannya sampah.
b. Tempat sampah mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat sedemikian rupa
sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan. Amat
dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa
mengotorkan tangan.
c. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh
satu orang.
d. Macam tempat sampah yang dipakai untuk penyimpanan sampah ini
banyak ragamnya. Di negara yang telah maju dipergunakan kertas plastik,
atau kertas tebal. Sedangkan di Indonesia yang lazim ditemui adalah,
keranjang plastik, rotan dan lain sebagainya. (Aswar, 2002)
Menurut SNI 19-2454-2002 pola pewadahan sampah dapat dibagi
menjadi:
1. Sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa
makanan dengan wadah warna gelap.
2. Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam dan lainnya,
3. Sampah bahan berbahaya beracun rumah tangga (jenis sampah
B3), dengan warna merah yang diberi lambang khusus atau semua
ketentuan yang berlaku.
2.5.3 Pengumpulan Sampah
Sampah yang disimpan sementara di rumah, kantor atau restoran, tentu
saja selanjutnya perlu dikumpulkan, untuk kemudian diangkut dan dibuang atau
dimusnahkan. Karena jumlah sampah yang dikumpul cukup besar, maka perlu
dibangun rumah sampah (dipo). Lazimnya penanganan masalahnya ini
dilaksanakan oleh Pemerintah atau oleh masyarakat secara bergotong-royong.
Tempat pengumpulan sampah ini tentunya harus pula memenuhi syarat kesehatan.
(Candra, 2007)
Menurut Candra (2007) Syarat tempat pengumpulan sampah yang
dianjurkan adalah:
a. Dibangun di atas permukaan setinggi kendaraan pengangkut sampah.
b. Mempunyai dua buah pintu, satu untuk tempat masuk sampah dan yang
lain untuk mengeluarkannya.
c. Perlu ada lubang ventilasi, bertutup kawat kasa untuk mencegah masuknya
lalat.
d. Di dalam rumah sampah harus ada keran air untuk membersihkan lantai.
e. Tidak menjadi tempat tinggal lalat dan tikus.
f. Tempat tersebut mudah dicapai, baik oleh masyarakat yang akan
Jika sampah yang dihasilkan tidak begitu banyak, misalnya pada suatu
komplek perumahan ataupun suatu asrama, dapat dibangun suatu container yang
ditempatkan di daerah yang mudah dicapai penduduk serta mudah pula dicapai
kendaraan pengangkut sampah. Umumnya suatu container dibangun dalam
ukuran yang cukup besar untuk menampung jumlah sampah yang dihasilkan
selama tiga hari. Sama halnya dengan penyimpanan sampah maka dalam
pengumpulan sampah ini, sebaiknya juga dilakukan pemisahan. Untuk ini dikenal
dua macam yakni:
a. Sistem duet, artinya disediakan dua tempat sampah yang satu untuk
sampah
organik dan lain untuk sampah anorganik.
b. Sistem trio, yakni disediakan tiga bak sampah yang pertama untuk sampah
organik, kedua untuk sampah anorganik yang mudah dibakar serta yang
ketiga untuk sampah anorganik yang tidak mudah terbakar (kaleng, kaca,
dan sebagainya). (Aswar, 2002).
Menurut SNI 19-2454-2002, Pola pengumpulan sampah terdiri dari :
1. Pola Individual Langsung
Pola individual langsung adalah cara pengumpulan sampah dari rumah
sampah/sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir
tanpa melalui proses pemindahan. Pola individual langsung dengan persyaratan
sebagai berikut:
a. Kondisi topografi bergelombang (rata-rata > 5%) sehingga alat pengumpul
b. Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan
lainnya.
c. Kondisi dan jumlah alat memadai.
d. Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3/hari
2. Pola Individual Tak Langsung
Pola individual tak langsung adalah cara pengumpulan sampah dari
masing-masing sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan
gerobak) untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir. Dengan
persyaratan sebagai berikut:
a. Bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya rendah.
b. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.
c. Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung.
d. Kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%).
e. Kondisi lebar jalan dapat dilalui alat pengumpul.
f. Organisasi pengelola harus siap dengan sistem pengendalian.
3. Pola Komunal Langsung
Pola komunal langsung adalah cara pengumpulan sampah dari
masing-masing titik wadah komunal dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir.
Dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Bila alat angkut terbatas.
b. Bila kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah.
c. Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah.
e. Wadah komunal mudah dijangkau alat pengangkut.
f. Untuk permukiman tidak teratur.
4. Pola Komunal Tak Langsung
Pola komunal tak langsung adalah cara pengumpulan sampah dari
masing-masing titik wadah komunal dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan
gerobak) untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir. Dengan
persyaratan sebagai berikut:
a. Peran serta masyarakat tinggi.
b. Penempatan wadah komunal mudah dicapai alat pengumpul.
c. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.
d. Kondisi topografi relatif datar (< 5%).
e. Lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul.
f. Organisasi pengelola harus ada.
2.5.4 Pengangkutan Sampah
Dari rumah sampah (dipo), sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir
atau pemusnahan sampah dengan mempergunakan truk pengangkut sampah yang
disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota. (Chandra, 2007)
Menurut SNI 19-2454-2002 persyaratan alat pengangkut yaitu:
1. Alat pengangkut sampah harus dilengkapi: dengan penutup sampah,
minimal dengan jaring.
2. Tinggi bak maksimum 1,6 m.
3. Sebaiknya ada alat ungkit.
5. Bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah.
Jenis peralatan dapat berupa:
1. Truk (ukuran besar dan kecil).
2. Dump truk/tipper truk.
3. Armroll truk.
4. Truk pemadat.
5. Truk dengan crane.
6. Mobil penyapu jalan.
7. Truk gandengan. 2.5.5 Pembuangan Sampah
Sampah yang telah dikumpulkan, selanjutnya perlu dibuang untuk
dimusnahkan. Ditinjau dari perjalanan sampah, maka pembuangan atau
pemusnahan ini adalah tahap terakhir yang harus dilakukan terhadap sampah.
Pembuangan sampah biasanya dilakukan di daerah yang tertentu sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu kesehatan manusia. Lazimnya syarat yang harus
dipenuhi dalam membangun tempat pembuangan sampah adalah:
a. Tempat tersebut dibangun tidak dekat dengan sumber air minum atau
sumber air lainnya yang dipergunakan oleh manusia (mencuci, mandi, dan
sebagainya)
b. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.
c. Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia.
Adapun jarak yang sering dipakai sebagai pedoman ialah sekitar 2 km dari
Sebelum sampai ke tempat pembuangan dan atau pemusnahan ini, sampah perlu
diangkut dahulu dari tempat-tempat pengumpulan sampah. Armada pengangkut
sampah yang cukup jumlahnya amat diharapkan. Alat pengangkut tersebut
sebaiknya kendaraan yang mempunyai tutup untuk mencegah berseraknya sampah
serta melindungi dari bau. Karena pekerjaan yang seperti ini membutuhkan biaya
yang tidak sedikit, lazimnya ditangani oleh Pemerintah, yang dalam
pelaksanaannya perlu mengikutsertakan masyarakat. (Aswar, 2002)
Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang
dapat digunakan, antara lain: (Chandra,2007)
a. Sanitary landfill
Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam
metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah
dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah
tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi
sarang binatang pengerat. Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyaratan
berikut:
- Tersedia tempat yang luas.
- Tersedia tanah untuk menimbunnya.
- Tersedia alat-alat besar
Lokasi sanitary landfill yang lama dan sudah tidak terpakai lagi dapat
b. Incineration
Incineration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah
dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan
fasilitas pabrik. Manfaat sistem ini, antara lain:
- Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya.
- Tidak memerlukan ruang yang luas.
- Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap.
- Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini adalah biaya
besar dan lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan
penduduk.
c. Composting
Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat
organic oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini
menghasilkan bahan berupa kompos dan pupuk.
d. Hot feeding
Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (mis. Babi). Perlu diingat
bahwa sampah basah tersebut harus diolah lebih dahulu (dimasak atau direbus)
e. Discharge to sewers
Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan
air limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah
memang baik.
f. Dumping
Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang,
atau tempat sampah.
g. Dumping in water
Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi
pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir.
h. Individual inceneration
Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk
terutama di daerah perdesaan.
i. Recycling
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai
atau daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat didaur ulang, antara lain,
plastik, gelas, kaleng, besi, dan sebagainya.
j. Reduction
Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari
jenis garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk
k. Salvaging
Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya kertas bekas.
Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit.
Menurut SNI 19-2454-2002 tentang teknik operasional pengelolaan
sampah perkotaan, secara umum teknologi pengolahan sampah dibedakan
menjadi 3(tiga) metode yaitu:
a. Metode Open Dumping
Merupakan sistem pengolahan sampah dengan hanya
membuang/menimbun sampah di suatu tempat tanpa ada perlakukan
khusus/pengolahan sehingga sistem ini sering menimbulkan gangguan
pencemaran lingkungan.
b. Metode Controlled Landfill (Penimbunan terkendali)
Controlled Landfill adalah sistem open dumping yang diperbaiki yang
merupakan sistem pengalihan open dumping dan sanitary landfill yaitu dengan
penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh yang
dipadatkan atau setelah mencapai periode tertentu.
c. Metode Sanitary landfill (Lahan Urug Saniter)
Sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah
ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan
penutup. Pekerjaan pelapisan tanah penutup dilakukan setiap hari pada akhir jam
operasi. Menurut SNI 19-2454-2002, Peralatan dan perlengkapan yang digunakan
di TPA sampah sebagai berikut :
2. Crawl/track dozer untuk pemadatan pada tanah lunak.
3. Wheel dozer untuk peralatan, pengurugan.
4. Loader dan powershowel untuk penggalian, peralatan, pengurugan dan
pemadatan.
5. Dragline untuk pengendalian dan pengurugan.
6. Scraper untuk pengurugan tanah dan pemerataan.
7. Kompaktor (landfril compactor) untuk pemadatan timbunan sampah pada
lokasi dalam.
2.6 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Kesehatan, Masyarakat Dan Lingkungan.
2.6.1 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Kesehatan
Menurut Slamet (2009), pengaruh pengelolaan sampah terhadap kesehatan
dikelompokkan menjadi:
1. Efek langsung
Yang dimaksud dengan efek langsung adalah efek yang disebabkan karena
kontak langsung dengan sampah tersebut. misalnya, sampah beracun, sampah
yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik, teratogenik, dan lainnya. Selain
itu ada pula sampah yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat
menimbulkan penyakit. Sampah ini dapat berasal dari sampah rumah tangga
selain sampah industri.
2. Efek tidak langsung
Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses
kesehatan dapat terjadi karena tercemarnya air, tanah, dan udara. Efek tidak
langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembangbiak di dalam
sampah. Sampah bila ditimbun sembarangan dapat dipakai sarang lalat dan tikus.
Lalat adalah vektor berbagai penyakit perut. Demikian juga halnya dengan tikus,
selain merusak harta benda masyarakat, tikus juga sering membawa pinjal yang
dapat menyebarkan penyakit Pest.
2.6.2 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat
Menurut Budiman Candra (2007) pengelolaan sampah disuatu daerah akan
membawa pengaruh bagi masyarakat yaitu :
1. Sampah dapat dijadikan pupuk
2. Sampah dapat dijadikan sebagai makanan ternak.
3. Dapat menurunkan minat wisatawan untuk berkunjung kedaerah tersebut
karena kondisi lingkungan yang buruk
4. Pengelolaaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial
budaya masyarakat setempat.
2.6.3 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Lingkungan
Menurut Budiman Candra (2007), pengelolaan sampah juga berpengaruh
terhadap lingkungan yaitu :
1. Sampah dapat digunakan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan
dataran rendah.
2. Mengurangi tempat untuk berkembangbiak serangga atau binatang
3. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup
masyarakat.
4. Pengelolaan sampah yang kurang baik apabila musim hujan sampah akan
menumpuk dan mengakibatkan banjir dan pemcemaran lingkungan.
2.7 Pengertian Pasar
Menurut Peraturan Menteri Perdagangan (2008), pasar adalah area tempat
jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai
pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan
maupun sebutan lainnya.
Pasar dalam arti sempit adalah suatu tempat pertemuan penjual dan
pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dan jasa. Sedangkan dalam
pengertian secara luas pasar diartikan sebagai tempat bertemunya penjual yang
mempunyai kemampuan untuk menjual barang/jasa dan pembeli yang
menggunakan uang untuk membeli barang dengan harga tertentu (Adhyzal, 2003).
2.8 Klasifikasi Pasar
Pasar menurut sifat atau jenis barang yang diperjualbelikan disebut juga
pasar konkrit. Pasar konkrit (pasar nyata) adalah tempat pertemuan antara penjual
dan pembeli yang dilakukan secara langsung. Penjual dan pembeli bertemu untuk
melakukan transaksi jual beli (tawarmenawar). Barang-barang yang
diperjualbelikan di pasar konkrit terdiri atas berbagai jenis barang yang ada di
tempat tersebut. Contoh pasar konkrit yaitu pasar tradisional, supermarket, dan
Misalnya pasar buah hanya menjual buahbuahan, pasar hewan hanya melayani
jual beli hewan, pasar sayur hanya menjual sayur-mayur (Adhyzal, 2003).
Pasar konkrit pada kenyataannya dapat dikelompokkan menjadi berbagai
bentuk yaitu pasar konkrit berdasarkan manajemen pengelolaan, manajemen
pelayanan, jumlah barang yang dijual, banyak sedikit barang yang dijual, dan
ragam barang yang dijual (Adhyzal, 2003).
1) Berdasarkan Manajemen Pengelolaan
a) Pasar Tradisional.
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah,
swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat. Tempat usahanya dapat berbentuk
toko, kios, los, dan tenda yang menyediakan barang-barang konsumsi sehari-hari
masyarakat. Pasar tradisional biasanya dikelola oleh pedagang kecil, menengah,
dan koperasi. Proses penjualan dan pembelian dilakukan dengan tawar-menawar.
b) Pasar Modern.
Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta,
dan koperasi yang dikelola secara modern. Pada umumnya pasar modern menjual
barang kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang sifatnya tahan lama. Modal
usaha yang dikelola oleh pedagang jumlahnya besar. Kenyamanan berbelanja bagi
pembeli sangat diutamakan. Biasanya penjual memasang label harga pada setiap
barang. Contoh pasar modern yaitu plaza, supermarket, hipermart, dan shopping
centre.
2) Berdasarkan Manajemen Pelayanan.
Pasar swalayan adalah pasar yang menyediakan barang-barang
kebutuhan masyarakat, pembeli bisa memilih barang secara langsung dan
melayani diri sendiri barang yang diinginkan. Biasanya barangbarang yang
dijual barang kebutuhan sehari-hari sampai elektronik. Seperti sayuran, beras,
daging, perlengkapan mandi sampai radio dan televisi.
b) Pertokoan (shopping centre).
Shopping centre (pertokoan) adalah bangunan pertokoan yang
berderet-deret di tepi jalan. Biasanya atas peran pemerintah ditetapkan sebagai wilayah
khusus pertokoan. Shopping centre berbentuk ruko yaitu perumahan dan
pertokoan, sehingga dapat dijadikan tempat tinggal pemiliknya atau penyewa.
c) Mall/plaza/supermall.
Mall/plaza/supermall adalah tempat atau bangunan untuk usaha yang
lebih besar yang dimiliki/disewakan baik pada perorangan, kelompok tertentu
masyarakat, atau koperasi. Pasar ini biasanya dilengkapi sarana hiburan,
rekreasi, ruang pameran, gedung bioskop, dan seterusnya.
3) Berdasarkan Jumlah Barang Yang Dijual.
a) Pasar Eceran.
Pasar eceran adalah tempat kegiatan atau usaha perdagangan yang
menjual barang dalam partai kecil. Contoh toko-toko kelontong, pedagang kaki
lima, pedagang asongan, dan sebagainya.
b) Pasar Grosir.
Pasar grosir adalah tempat kegiatan/usaha perdagangan yang menjual
lain-lain. Pasar grosir dimiliki oleh pedagang besar dan pembelinya pedagang
eceran. Contoh: pusat-pusat grosir, makro, dan sebagainya (Adhyzal, 2003).
2.9 Pengertian Partisipasi
Menurut Mubyarto yang dikutip oleh Abu Huraerah (2008) partisipasi
adalah tindakan mengambil bagian dalam kegiatan, sedangkan partisipasi
masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam suatu proses pembangunan di
mana masyarakat ikut terlibat mulai dari tahap penyusunan program, perencanaan
dan pembangunan, perumusan kebijakan, dan pengambilan keputusan.
Menurut Sulaiman yang dikutip oleh Abu Huraerah (2008) partisipasi
sosial sebagai keterlibatan aktif warga masyarakat secara perorangan, kelompok,
atau dalam kesatuan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan bersama,
perencanaan dan pelaksanaan program serta usaha pelayanan dan pembangunan
kesejahteraan sosial di dalam dan atau di luar lingkungan masyarakat atas dasar
rasa kesadaran tanggung jawab sosialnya.
Menurut Isbandi yang dikutip oleh Abu Huraerah (2008) partisipasi
masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian
masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan
keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya
mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi
perubahan yang terjadi.
Menurut Mikkelsen yang dikutip oleh Abu Huraerah (2008) dalam
(1) Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa
ikut serta dalam pengambilan keputusan;
(2) Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk
meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi
proyek-proyek pembangunan;
(3) Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan
yang ditentukannya sendiri;
(4) Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa
orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan
kebebasannya untuk melakukan hal itu;
(5) Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para
staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya
memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial;
(6) Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,
kehidupan, dan lingkungan mereka.
Dari beberapa defenisi partisipasi masyarakat yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan partisipasi
masyarakat adalah sesuatu melibatkan masyarakat bukan hanya kepada proses
pelaksanaan kegiatan saja, tetapi juga melibatkan masyarakat dalam hal
perencanaan dan pengembangan dari pelaksanaan program tersebut, termasuk
menikmati hasil dari pelaksanaan program tersebut.
Lebih lanjut secara sederhana partisipasi masyarakat adalah keterlibatan
kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai kepada
proses pengembangan kegiatan atau program tersebut.
2.10 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Pedagang
Dikutip dalam Zulkarnaini (2009), Faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di pasar adalah sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi tingkat partisipasi pedagang dalam
pengelolaan sampah di pasar, meliputi pendidikan, pendapatan, kepedulian
terhadap sampah, dan pengetahuan tentang sampah.
a) Pendidikan
Salah satu tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dalam
berpartisipasinya ditentukan oleh tingkat pendidikan.
b) Penghasilan
Penghasilan pedagang dibagi menjadi dua kelompok yaitu pendapatan
bersih dari usaha dan pendapatan sampingan.
c) Kepedulian terhadap Sampah
Kepedulian terhadap sampah meliputi pemisahan bentuk sampah (antara
kering dan basah), sistem pembuangan sampah, dimana sampah terlebih
dahulu dikumpulkan pada wadah kantong plastik atau keranjang bambu,
d) Pengetahuan tentang Sampah
Pengetahuan tentang sampah meliputi jenis sampah, cara pengolahan dan
pemanfaatan sampah, dampak dari sampah terhadap kesehatan, dan
dampak dari sampah terhadap lingkungan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat partisipasi pedagang dalam
pengelolaan sampah di pasar, meliputi :
a. Peraturan,
b. Bimbingan penyuluhan,
c. Kondisi lingkungan,
d. Fasilitas.
3. Partisipasi Pedagang Dalam Pengelolaan Sampah
Partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah meliputi :
a. Kebiasaan mengumpulkan sampah dagangan,
b. Menegur orang membuang sampah sembarangan,
c. Memberikan gagasan untuk kegiatan kebersihan,
d. Menghadiri rapat/pertemuan untuk membicaran masalah kebersihan,
e. Membayar retribusi sampah pasar,
f. Membuang sampah pada tempatnya,
g. Menjaga kondisi kebersihan sampah di tempat berusaha,
h. Menyediakan tempat sampah sementara sendiri,
j. Melakukan evaluasi bersama terhadap kebersihan di lingkungan sekitar
pasar.
2.11 Kerangka Konsep
Gambar 2.11 Skema Kerangka Konsep System Pengelolaan
Sampah Pasar :
1. Perwadahan sampah 2. Pengumpulan sampah 3. Pengangkutan sampah
4. Pembuangan sampah
Partisipasi Pedagang : 1. Penyediaan Tempat
sampah
2. Pembuangan Sampah 3. Pembayaran Retribusi 4. Peraturan Kebersihan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif, bertujuan untuk
mengetahui sistem pengelolaan sampah di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota
Kab. Indragiri Hilir dan partisipasi pedagang dalam menjaga kebersihan
lingkungan di pasar Terapung.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab.
Indragiri Hilir Riau. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai
tempat penelitian adalah karena belum pernah dilakukan penelitian tentang
pelaksanaan pengelolaan sampah dan partisipasi pedagang untuk menciptakan
lingkungan yang bersih di pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri
Hilir Riau, serta kondisi pasar masih buruk, seperti masih banyak sampah yang
berserakan dan menimbulkan bau yang tidak sedap serta lokasi pasar yang tidak
memenuhi syarat kesehatan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April s/d Juni tahun 2015, mulai
dari pengambilan dan pengumpulan data serta mempelajari sistem pengelolaan
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh pedagang yang berjualan di Pasar
Terapung yang berjumlah 1.063 kios/los dengan rincian Blok A ada 76 Kios/los,
Blok B ada 55 Kios/Los, TPS I ada 102 Kios/Los, TPS II ada 328 Kios/los, Blok
Sembako ada 328 Kios/los, dan Blok Ikan ada 210 Kios/Los
3.3.2. Sampel
Dalam penelitian ini sampel adalah sebagian dari populasi yang berada di
pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan berdasarkan rumus Slovin (Notoatmodjo,
2002). Sebagai patokan untuk menentukan ukuran sampel minimal yang harus
diambil, yaitu:
� =
Keterangan :
n = Sampel
N = Populasi
d = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan (0,1)
Sehingga,
= 91,4 sampel/orang (jadi jumlah sampel yang diambil 91 orang)
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Simple Random
Sampling dengan cara undian yaitu menulis nama-nama kios di pasar diatas kertas
undian, lalu kertas-kertas tersebut di ambil secara acak sebanyak 91 kertas. N
Kemudian 91 kertas tersebut dibuka untuk melihat nama kios yang menjadi
sampel.
3.3.3 Infoman
Dalam penelitian ini, penulis juga memperoleh data atau informasi dari
Kapala Bidang Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. INHIL dan
Kepala Seksi Kebersihan Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kab.
INHIL dengan menggunakan kuesioner.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil observasi tentang pengelolaan Sampah di
pasar Terapung dan melakukan wawancara dengan mempergunakan kuesioner
kepada pedagang yang berjualan di Pasar Terapung, serta wawancara dengan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. INHIL dan Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan Pemakaman Kab. INHIL.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data yang ada di Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan Pemakaman Kab. Indragiri Hilir Riau serta instansi pemerintah
yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.5 Defenisi Operasional
1. Sistem pengelolaan sampah adalah seluruh kegiatan yang dimulai dari
pembuangan sampah yang dilaksanakan di pasar Terapung yang dilakukan
oleh petugas kebersihan dan pengelola pasar.
2. Perwadahan sampah adalah upaya yang dilakukan oleh pedagang di setiap
kios/loods yang dimasukkan ke tempat sampah (ember sampah, tong,
keranjang, kantung plastik).
3. Pengumpulan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
petugas kebersihan pasar dengan mengumpulkan sampah dari setiap
tempat sampah yang dimiliki pedagang maupun sampah yang berserakan
kemudian membuang ke tempat pengumpulan sampah sementara (TPS)
sebelum diangkut/dibuang ke TPA.
4. Pengangkutan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
petugas pengangkut sampah yang mengangkut sampah dari tempat
pengumpulan sampah dan membawanya ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA)
5. Pembuangan dan pengolahan sampah adalah kegiatan pemusnahan atau
pembuangan sampah di tempat penampungan akhir dan kemudian diolah
di TPA.
6. Partisipasi pedagang adalah keikutsertaan pedagang dengan kesadaran
sendiri dalam menjaga kebersihan lingkungan serta usaha keberhasilan
pengelolaan sampah yang terdiri dari: penyediaan tempat sampah,
7. Penyediaan tempat sampah adalah keikutsertaan pedagang dalam
kepemilikan tempat sampah untuk menciptakan lingkungan pasar yang
bersih
8. Pembuangan sampah adalah keikutsertaan pedagang dengan kesadaran
sendiri dalam hal membuang sampah pada tempatnya dan menjaga
kebersihan lingkungan tempat berjualan.
9. Pembayaran retribusi adalah keikutsertaan pedagang dalam pembayaran
iuran kebersihan pasar yang dikutip oleh pihak Pengelola Pasar.
10.Peraturan kebersihan adalah peraturan yang diterapkan oleh pihak
pengelola pasar untuk menjaga kebersihan pasar.
11.Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat yaitu sampah tidak berserakan
dimana-mana, tempat-tempat sampah tersedia dengan cukup, sampah yang
terkumpul dibuang tepat pada waktunya dan tidak menjadi sarang lalat dan
tempat berkembangbiaknya binatang pengganggu lainnya.
3.6 Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran berupa kuesioner yang ditujukan kepada responden,
yaitu pedagang di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir
Riau yang berkaitan dengan partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan
bersih di pasar dan observasi pengelolaan sampah pasar Terapung.
3.6.1 Observasi sistem pengelolaan sampah pasar a. Perwadahan sampah
Untuk menilai penyimpanan sampah digunakan kriteria sebagai berikut:
- Apabila tempat sampah yang dipakai kedap air,
- tidak mudah dilobangi tikus, rata bagian dalam/halus,
- memiliki tutup,
- mudah diisi dan dikosongkan serta mudah dibersihkan
Tidak memenuhi syarat :
- Apabila tempat sampah yang dipakai tidak kedap air,
- Mudah dilobangi tikus,
- Tidak mempunyai tutup,
- Hanya berupa tumpukan biasa dan mudah berserakan
b. Pengumpulan sampah
Untuk menilai pengumpulan sampah digunakan kriteria sebagai berikut:
Memenuhi syarat :
- Apabila terdapat peralatan pengumpulan dan peralatan tidak
bocor/rusak,
- Frekuensi pengumpulan 1 hari sekali,
- Mempunyai petugas pelaksana yang tetap
- Dibedakan tempat sampah yang mudah membusuk dan tidak mudah
membusuk,
- Semua sampah terkumpul dari setiap kios/loods dan tidak ada sisa,
- TPS mudah untuk memasukkan/mengosongkan sampah dan tidak
mudah berserakan,
- TPS dilengkapi tutup
- TPS tidak terlalu penuh oleh sampah, sampah tidak berserakan, dan
TPS tidak menimbulkan bau.
Tidak memenuhi syarat :
- Apabila tidak terdapat peralatan pengumpulan, peralatan bocor/rusak,
- Frekuensi pengumpulan 3 hari sekali,
- Tidak mempunyai petugas pelaksana yang tetap, tidak dibedakan
tempat sampah yang mudah membusuk dan tidak mudah membusuk,
- Banyak sampah yang tidak terkumpul dari kios/loods,
- Hanya berupa tumpukan biasa, mudah berserakan, menyulitkan untuk
mengangkut,
- Tumpukan sampah melebihi daya tampung TPS, sampah berserakan
dan menimbulkan bau.
c. Pengangkutan sampah
Untuk menilai pengangkutan sampah digunakan kriteria sebagai berikut:
Memenuhi syarat :
- Apabila sampah yang ada di TPS terangkut habis semuanya setiap
hari,
- Frekuensi pengangkutan ke TPA 1 hari sekali,
- Truk pengangkut sampah memiliki tutup
Tidak memenuhi syarat :
- Apabila sampah yang ada di TPS tidak terangkut habis semuanya
setiap hari,