TESIS
Oleh
SYAHWIN
067026022/FIS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Fisika pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SYAHWIN 067026022/FIS
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nama Mahasiswa : Syahwin
Nomor Pokok : 067026022
Program Studi : Fisika
Menyetujui Komisi Pembimbing :
(Prof. Dr. Muhammad Zarlis, M.Sc) (Drs. Nasir Saleh, M.Eng.Sc)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,M.Sc)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof.Dr.Eddy Marlianto,M.Sc
Anggota : 1. Prof.Dr.Muhammad Zarlis,M.Sc
logam dengan pembuatan yang sangat terkendali untuk mendapatkan nilai sifat fisis yang diharapkan. Telah dilakukan pembuatan program simulasi korelasi temperatur sintering terhadap sifat fisis keramik paduan Zirkonia (ZrO2) ber aditif CaO dengan
Alumina (Al2O3) pada komposisi : (30% ZrO2: 70% Al2O3) ; (40% ZrO2: 60% Al2O3)
; (50% ZrO2 : 50% Al2O3) dan (60% ZrO2 : 40% Al2O3) dan menganalisisnya untuk
mendapatkan gambaran sifat fisis yang sesungguhnya dari keramik tersebut. Batasan temperatur sintering dimulai dari 10000C sampai dengan 17000C. Hasil analisis simulasi menunjukkan bahwa keramik paduan Zirkonia (ZrO2) ber aditif 22% mole CaO dengan
Alumina (Al2O3) berkomposisi 40% ZrO2 : 60% Al2O3cenderung lebih kuat, keras dan
tangguh pada range temperatur sintering 15000C sampai dengan 17000C, dengan nilai fisis : densitas (bulk density) : (3817,988 sampai dengan 4331,222) Kg/m3 ; Porositas : (1,034 sampai dengan 0,090) % ; Kekerasan : (13,556 sampai dengan 18,171) Gpa ; Ketangguhan Perpatahan : (1,943 sampai dengan 2,229) MPa m1/2dan Kekuatan Patah : (156,246 sampai dengan 256,728) MPa.
making which hardly in control to get physical properties the expected. Have been making simulation program of sintering temperature correlation to of physical properties at alloy ceramics of Zirconia (ZrO2) additive CaO with Alumina (Al2O3) at
composition : (30% ZrO2 : 70% Al2O3) ; (40% ZrO2: 60% Al2O3) ; (50% ZrO2: 50%
Al2O3) and (60% ZrO2 : 40% Al2O3) and analyse him it for getting image of condition
physical properties truthfully sintering temperature is started from 10000C up to 17000C. Simulation analysis result indicate that ceramics of alloy of Zirconia (ZrO2)
additive 22% mole CaO with Alumina (Al2O3) Composition of 40% ZrO2 : 60% Al2O3
tend to stronger. taft and hard at range sintering temperature 15000C up to 17000C, With value fisis : density ( bulk density): (3817,988 up to 4331,222) Kg/m3; Porosity : (1,034 up to 0,090) % ; Hardness : (13,556 up to 18,171) Gpa ; Fracture Toughness : (1,943 up to 2,229) MPa m1/2; Bending Strength : (156,246 up to 256,728) MPa.
DATA PRIBADI
Nama lengkap berikut gelar : Drs. SYAHWIN
Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 17 Juli 1963
Alamat Rumah : Jl. Rahmadsyah No. 179 Medan – 20215
Telepon/Fax/Hp : +62617363431 / +6285831834443
e-mail : syahwin63@yahoo.com
Instansi Tempat Bekerja : FKIP – UISU Medan
Alamat Kantor : Jl. Sisingamangaraja – Teladan Medan.
Telepon/ Faks : +62617869730
DATA PENDIDIKAN
SD : SD Swasta Kesatria Medan Tamat : 1974
SMP : SMP Swasta Kesatria Medan Tamat : 1977
SMA : SMA Negeri 3 Medan Tamat : 1981
Strata-1 : FMIPA USU Medan Tamat : 1990
Strata-2 : Program Studi Magister Fisika Tamat : 2008
atas limpahan rahmat dan karunia Nya lah tesis ini yang ber judul “Analisis Simulasi
Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Sifat Fisis Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2)
ber Aditif CaO dengan Alumina (Al2O3)” dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar sebesarnya kepada Plt. Rektor Universitas Islam Sumatera
Utara Prof.Dr.Hj.Djanius Djamin,SH,MS yang telah memberikan bantuan dana
sehingga penulis dapat menyelasaikan pendidikan Program Magister Sains di Program
Studi Magister Fisika Sekolah Pascasarjana Univeritas Sumatera Utara. Tesis ini
merupakan tugas akhir pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Program
Studi Magister Fisika.
Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.Chairuddin P.Lubis, DTM&H, Sp.AK
atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan Program Magister Sains.
Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr.Ir.T.Chairun
Nisa B,M.Sc atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program Magister Sains
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Ketua Program Studi Magister Fisika, Prof. Dr. Eddy Marlianto M.Sc
Sekretaris Program Studi Magister Fisika, Drs. Nasir Saleh M.Eng.Sc beserta seluruh
Staf Pengajar pada Program Studi Magister Fisika Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya penulis
ucapkan kepada Prof.Dr. Muhammad Zarlis M.Sc selaku Pembimbing Utama yang yang
telah banyak mencurahkan ilmu dan buah fikirannya dengan penuh kesabaran, perhatian
Lubis, M.Sc telah memberi dukungan moril dan materil dalam menyelesaikan penelitian
tesis ini, seluruh staf administrasi Sekolah Pascasarjana USU, khususnya Sdr. Mulkan
yang dengan penuh kesabaran memberikan pelayanan terbaik di Sekolah Pascasarjana
USU dan Ibu Dra.Herlina Harahap M.Si yang telah banyak ikut memberi saran dan
tanggapan untuk penyempurnan tesis ini.
Rekan-rekan angkatan 2006 atas kerjasama dan kebersamaan dalam mengatasi
berbagai masalah selama masa perkuliahan bersama penulis serta semua orang yang
tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang ikut membantu penulis secara moril
maupun materil untuk menyelesaikan tesis ini.
Kepada Ayahanda Alm. Drs.H.Sabaruddin Ahmad dan Bunda Almh. Hj.
Mariana Sulun, abang, kakak dan adik serta isteri tersayang Dra.Sri Rahayu dan
anak-anak tercinta : Muhammad Miftahul Huda, Azizatul Mardhiyyah dan Muhammad
Shiddiq. Terima kasih atas segala pengorbanan kalian baik berupa moril maupun
materil, budi baik ini tidak dapat dibalas, hanya penulis serahkan kepada Allah SWT.
Semoga Allah tetap memberikan taufiq, hidayah dan inayah-Nya dalam
memanfaatkan segala ciptaan-Nya bagi kesejahteraan umat manusia dan selalu
berlomba dalam kebaikan Amin Ya Rabbal Alamin.
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Batasan Masalah ... 4
1.5 Hipotesis ... 5
1.6 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Zirkonia (ZrO2) ... 6
2.4.1 Densitas (Bulk Density) ... 9
2.4.2 Porositas (Porosity) ... 10
2.4.3 Kekerasan (Vickers Hardness) ... 11
2.4.4 Ketangguhan Perpatahan (Fracture Toughness, Kic) ... 11
2.4.5 Kekuatan Patah (Bending Strength) ... 12
2.5 Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Sifat Fisis Keramik ... 13
2.6 Analisis Simulasi ... 15
2.6.1 Simulasi ... 16
2.6.2 Langkah-langkah Simulasi ... 16
2.7 Struktur Program ... 22
2.7.1 Struktur Urut ... 22
2.7.2 Struktur Keputusan ... 23
2.7.3 Struktur Perulangan ... 24
2.8 Perangkat Lunak MAPLE ... 25
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 27
3.1 Sumber Data ... 27
3.2 Variabel dan Parameter ... 27
3.2.1 Variabel yang Diamati ... 27
3.4.1 Korelasi Temperatur Sintering Terhadap
Densitas (Bulk Density) ... 28
3.4.2 Korelasi Temperatur Sintering Terhadap
Porositas (Porosity) ... 29
3.4.3 Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Kekerasan
(Vickers Hardness) ... 29
3.4.4 Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Ketangguhan
Perpatahan (Fracture Toughness) ... 30
3.4.5 Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Kekuatan
Patah (Bending Strength) ... 30
3.5 Analisis Simulasi ... 31
3.6 Algoritma Program Simulasi ... 31
3.6.1 Algoritma Program Simulasi Korelasi Temperatur
Sintering Terhadap Densitas (Bulk Density)... 31
3.6.2 Algoritma Program Simulasi Korelasi Temperatur
Sintering Terhadap Porositas (Porosity)... 34
3.6.3 Algoritma Program Simulasi Korelasi Temperatur
Sintering Terhadap Kekerasan (Vicker Hardness) ... 36
3.6.5 Algoritma Program Simulasi Korelasi Temperatur
Sintering Terhadap Kekuatan Patah (Bending Strength) ... 41
3.7 Diagram Alir Program Simulasi ... 43
3.8 Analisis Hasil Simulasi ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50
4.1 Analisis Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Densitas ... 50
4.1.1 Hasil Simulasi ... 50
4.1.2 Analisa Hasil Simulasi ... 53
4.2 Analisis Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Porositas ... 54
4.2.1 Hasil Simulasi ... 54
4.2.2 Analisa Hasil Simulasi ... 57
4.3 Analisis Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Kekerasan ... 59
4.3.1 Hasil Simulasi ... 59
4.3.2 Analisa Hasil Simulasi ... 62
4.5 Analisis Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap
Kekuatan Patah ... 68
4.5.1 Hasil Simulasi ... 68
4.5.2 Analisa Hasil Simulasi ... 72
BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75
5.1 Kesimpulan ... 75
5.2 Saran ... 76
Nomor J u d u l Halaman
4.1 Data Hasil Simulasi Sifat Fisis Keramik Paduan Zirkonia (ZrO2)
ber Aditif 22% mole CaO dengan Alumina (Al2O3) Berdasarkan
2.1 Diagram Perubahan Sruktur Kristal ZrO2 ... 7
2.2 Perambatan retak dalam butir Zirkonia-t menimbulkan transformasi Zirkonia-t menjadi Zirkonia-m ... 7
2.3 Skema Pengujian Kekuatan Patah ... 13
2.4 Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Sifat Fisis Material Keramik Secara Umum ... 13
2.5 Alasan Penggunaan Simulasi ... 17
2.6 Langkah-langkah Simulai yang Sistematis ... 18
2.7 Diagram Alir Struktur Urut ... 23
2.8 Diagram Alir Struktur Keputusan ... 23
2.9 Beberapa Bentuk Diagram Alir Struktur Perulangan ... 24
2.10 Bentuk Tampilan MAPLE 7 ... 26
3.1 Diagram Alir Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Densitas... 45
3.2 Diagram Alir Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Porositas... 46
3.3 Diagram Alir Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Kekerasan... 47
3.4 Diagram Alir Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Ketangguhan Perpatahan... 48
3.5 Diagram Alir Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Kekuatan Patah ... 49
4.1 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Bulk Density Keramik Paduan (30 % ZrO2 : 70 % Al2O3) ... 51
4.2 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Bulk Density Keramik Paduan (40 % ZrO2 : 60 % Al2O3) ... 51
4.3 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Bulk Density Keramik Paduan (50 % ZrO2 : 50 % Al2O3) ... 52
4.7 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Porositas
Keramik Paduan (40 % ZrO2 : 60 % Al2O3) ... 56
4.8 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Porositas
Keramik Paduan (50 % ZrO2 : 50 % Al2O3) ... 56
4.9 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Porositas
Keramik Paduan (60 % ZrO2 : 40 % Al2O3) ... 57
4.10 Grafik Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap
Porositas Keramik Paduan (ZrO2 : Al2O3) ... 58
4.11 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Kekerasan
Keramik Paduan (30 % ZrO2 : 70 % Al2O3) ... 60
4.12 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Kekerasan
Keramik Paduan (40 % ZrO2 : 60 % Al2O3) ... 60
4.13 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Kekerasan
Keramik Paduan (50 % ZrO2 : 50 % Al2O3) ... 61
4.14 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Kekerasan
Keramik Paduan (60 % ZrO2 : 40 % Al2O3)... 61
4.15 Grafik Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap
Kekerasan Keramik Paduan (ZrO2 : Al2O3) ... 63
4.16 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Ketangguhan
Perpatahan Keramik Paduan (30 % ZrO2 : 70 % Al2O3) ... 65
4.17 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Ketangguhan
Perpatahan Keramik Paduan (40 % ZrO2 : 60 % Al2O3) ... 65
4.18 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Ketangguhan
Perpatahan Keramik Paduan (50 % ZrO2 : 50 % Al2O3) ... 66
4.19 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Ketangguhan
Perpatahan Keramik Paduan (60 % ZrO2 : 40 % Al2O3) ... 66
4.20 Grafik Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap
Ketangguhan Perpatahan Keramik Paduan (ZrO2: Al2O3) ... 67
4.21 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Kekuatan
4.24 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Kekuatan
Patah Keramik Paduan (60 % ZrO2 : 40 % Al2O3) ... 71
4.25 Grafik Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap
A Perbandingan Data Nilai Densitas (Bulk Density) Hasil Eksperimen dengan Hasil Simulasi Berdasarkan Komposisi
Keramik Paduan ... 79
B Perbandingan Data Nilai Porositas Hasil Eksperimen dengan
Hasil Simulasi Berdasarkan Komposisi Keramik paduan ... 80
C Perbandingan Data Nilai Kekerasan Hasil Eksperimen dengan
Hasil Simulasi Berdasarkan Komposisi Keramik Paduan ... 81
D Perbandingan Data Nilai Ketangguhan Perpatahan Hasil
Eksperimen dengan Hasil Simulasi Berdasarkan Komposisi
Keramik Paduan ... 82
E Perbandingan Data Nilai Kekuatan Patah Hasil Eksperimen
dengan Hasil Simulasi Berdasarkan Komposisi Keramik Paduan... 83
F Program Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap
Densitas (Bulk Density) Keramik Paduan ZrO2: Al2O3... 84
G Program Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap
Porositas Keramik Paduan ZrO2:Al2O3... 94
H Program Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap
Kekerasan Keramik Paduan ZrO2: Al2O3... 104
I Program Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap
Ketangguhan Perpatahan Keramik Paduan ZrO2:Al2O3... 114
J Program Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan teknologi keramik, pembuatan keramik didasarkan pada
sifat khas yang diharapkan, keramik tersebut digolongkan kepada keramik halus (fine
ceramic). Keramik halus dapat juga disebut keramik teknik, yakni keramik yang dibuat
dengan menggunakan oksida-oksida logam atau non logam, seperti: SiO2 , Al2O3 , CaO,
MgO, K2O, Na2O, ZrO2, dan dengan proses pembuatan yang sangat terkendali (Surdia,
Tata., 1985)
Penggunaan Zirkonia (ZrO2) dan Alumina (Al2O3) pada keramik halus sudah
sangat luas baik dibidang mekanik, otomotif maupun elektronik. Zirkonia (ZrO2) murni
umumnya memiliki struktur monoklinik, tetapi material tersebut tidak stabil pada
temperatur (1000 – 1100)0C, pada temperatur tersebut terjadi transformasi fasa dari monoklinik ke tetragonal, untuk merubah ke fasa yang stabil (c-ZrO2) dilakukan
penambahan aditif oksida-oksida tertentu seperti : CaO, MgO, Y2O3, Sc2O3. Dengan
penambahan aditif tersebut pada Zirkonia (ZrO2) akan diperoleh fase stabil ZrO2 pada
temperatur relatif lebih rendah dibawah titik lelehnya. Alumina (Al2O3) umumnya
mempunyai fase corundum (α - Al2O3) dengan struktur tumpukan padat hexagonal
(Hexagonal Closed Packed, HCP). Keunggulan Alumina antara lain mempunyai titik
keras, penghantar panas yang baik, sebagai isolator listrik dan tahan terhadap korosi
(Perdamean Sebayang, 2001).
Keramik yang dibuat dengan paduan Zirkonia (ZrO2) ber aditif 22 % mole CaO
dengan Alumina (Al2O3) akan mempunyai sifat yang lebih khas di banding dengan
keramik Zirkonia (ZrO2) maupun keramik Alumina (Al2O3). Setiap produk keramik
pada umumnya mempunyai sifat fisis antara lain densitas (bulk density), porositas
(porosity), kekerasan (vickers hardness), ketangguhan perpatahan (fracture toughnes),
kekuatan patah (bending strength). Demikian juga halnya pada produk keramik paduan
Zirkonia (ZrO2) ber aditif 22 % mole CaO dengan Alumina (Al2O3). Sifat fisis tersebut
erat kaitannya dengan komposisi bahan, ukuran butir bahan, cara memproses,
temperatur sintering, dan jumlah waktu pembakaran.
Penelitian ini berdasarkan data penelitian hasil eksperimen yang telah dilakukan
oleh Maghfirah Awan, 2007 menggunakan bahan baku ZrOCl28H2O sebagai sumber
ZrO2 , CaCO3 sebagai sumber aditif CaO dan serbuk Alumina (γ-Al2O3) dengan
komposisi ZrO2 : Al2O3 = 30:70 , 40:60 , 50:50 dan 60:40. Selain secara eksperimen
penelitian korelasi temperatur sintering terhadap sifat fisis keramik tersebut dapat juga
dilakukan menggunakan bantuan komputer yang dikenal dengan pendekatan fisika
komputasi, fisika komputasi ini dapat memudahkan penelitian. Fisika komputasi
merupakan gabungan ilmu fisika, analisis numerik dan pemrograman komputer. Dalam
fisika komputasi data-data eksperimen yang besar dan tidak linier dapat diolah dengan
bantuan perangkat lunak komputer demikian juga kendala yang lain dapat diatasi
menggunakan metode komputasi adalah : Densitas (Bulk Density), Porositas (Porosity),
Kekerasan (Vicker Hardness), Ketangguhan Perpatahan (Fracture Toughness), dan
Kekuatan Patah (Bending Strength). Perangkat lunak yang digunakan adalah MAPLE 7
1.2 Perumusan Masalah
Setiap produk keramik teknik mempunyai sifat yang khas, yang dimaksud
dengan sifat yang khas tersebut adalah nilai sifat yang diharapkan. Untuk mengetahui
sifat yang khas tersebut diperoleh dari analisa korelasi temperatur sintering terhadap
sifat fisisnya pada waktu pembakaran. Dengan demikian dapatlah di tentukan
kegunaan keramik tersebut. Pada produk keramik paduan Zirkonia (ZrO2) ber aditif
CaO dengan Alumina (Al2O3) perlu di analisis korelasi temperatur sintering terhadap
sifat fisisnya dengan beberapa macam komposisi bahan, terdapat kendala pada analisis
yang dilakukan berdasarkan eksperimen, antara lain keterbatasan alat, keterbatasan
pengamat (faktor keselamatan, mengingat suasana temperatur tinggi), dan waktu
pelaksanaan, hal tersebut akan mengakibatkan sebaran data yang sangat terbatas atau
dengan kata lain data yang diperoleh sedikit, dengan demikian kurang memadai untuk
mendapatkan nilai sesungguhnya, katerbatasan tersebut dapat dihindarkan dengan
menggunakan metode simulasi, selain akan mendapatkan data cukup, analisis ini juga
lebih mudah dilakukan dan akan menghemat waktu, karena dilakukan dengan bantuan
komputer. Dengan simulasi dapat diatasi keterbatasan pada eksperimen dan hasilnya
akan lebih mendekati hasil yang sebenarnya karena dapat diperoleh variasi data yang
data hasil eksperimen tersebut menjadi acuan dalam proses pembuatan simulasi.
Dengan demikian analisis secara simulasi perlu dilakukan guna melengkapi analisis
hasil eksperimen.
1.3 Tujuan Penelitian
Membuat simulasi korelasi temperatur sintering terhadap sifat fisis keramik
paduan Zirkonia (ZrO2) ber aditif CaO dengan Alumina (Al2O3) menggunakan
perangkat lunak MAPLE 7 dan menganalisis hasil simulasi tersebut untuk mendapatkan
gambaran sifat fisis yang sesungguhnya dari keramik paduan tersebut.
1.4 Batasan Masalah
a Produk keramik adalah keramik paduan Zirkonia (ZrO2) yang distabilkan
dengan CaO dengan Alumina (Al2O3) dengan komposisi : ZrO2 : Al2O3 =
30:70 , 40:60 , 50:50 dan 60:40
b Analisis dilakukan pada korelasi temperatur sintering terhadap sifat fisis
yakni : densitas (bulk density), porositas (porosity), kekerasan (vickers
hardness), ketangguhan perpatahan (fracture toughness), dan kekuatan patah
(bending strength).
c Analisis dilakukan berdasarkan hasil simulasi yang menggunakan perangkat
1.5 Hipotesis
Analisis simulasi korelasi temperatur sintering terhadap sifat fisis keramik
paduan Zirkonia (ZrO2) ber aditif CaO dengan Alumina (Al2O3) akan mendapatkan
hasil yang mendekati hasil yang sesungguhnya.
1.6 Manfaat Penelitian
a Penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan simulasi korelasi temperatur
sintering terhadap sifat fisis keramik paduan Zirkonia (ZrO2) ber aditif CaO
dengan Alumina (Al2O3).
b Penelitian ini juga bermanfaat bagi mahasiswa, dosen, peneliti, pembuat
keramik dan juga bagi yang tertarik pada fisika komputasi.
c Penelitian ini juga bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Zirkonia (ZrO2)
Zirkonia (ZrO2) merupakan oksida logam yang memiliki sifat polimorfi yaitu
tiga macam struktur kristal antara lain : monoklinik (m-ZrO2), tetragonal (t- ZrO2) dan
kubik (c-ZrO2). ZrO2 diperoleh melalui proses permurnian pasir zircon (ZrSiO4), pasir
zircon banyak ditemukan dalam bahan tambang. Zirkonia murni pada suhu kamar
memiliki struktur kristal monoklinik (m-ZrO2), dan bila terkena pemanasan temperatur
10000C-11000C akan berubah struktur kristalnya menjadi tetragonal (t-ZrO2) dan jika
didinginkan kembali pada suhu ruang maka akan berubah kembali menjadi monoklinik
(m-ZrO2). Dengan demikian Zirkonia (ZrO2) tidak stabil pada temperatur 10000
C-11000C. Gambar perubahan bentuk struktur kristal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1. Kondisi tidak stabil tersebut terjadinya transformasi fasa yang mengalami
perubahan volume hingga 3 – 5 % sehingga dapat menimbulkan retak mikro bila retak
mikro menjalar akan menimbulkan kerusakan material. Bentuk perambatan retak mikro
tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2. Zirkonia paling stabil dengan struktur kristal (c-
ZrO2). Untuk merubah ke fasa yang stabil dilakukan penambahan aditif berupa
oksida-oksida tertentu seperti : CaO, MgO, Y2O3, Sc2O3. Material keramik ZrO2 yang
mengalami proses penstabilan sebagian disebut keramik PSZ (partially stabilized
2.2 Alumina (Al2O3)
Alumina merupakan oksida keramik yang paling banyak di antara sekitar dua
puluh macam oksida keramik yang ada dan sering dianggap sebagai pelopor rekayasa
keramik modern (Smallman R.E. and Bishop R.J., 2000). Senyawa alumina (Al2O3)
bersifat polimorfi yaitu diantaranya memilki struktur alpha (α)-Al2O3 dan gamma (γ
)-Al2O3. Struktur kristal gamma (γ)-Al2O3 merupakan senyawa Alumina yang stabil
dibawah 10000C dan umumnya lebih reaktif dibandingkan dengan struktur alpha (α
)-Al2O3. Senyawa (γ)-Al2O3 adakalanya disebut Alumina aktif. Titik leleh Alumina
20500C, struktur kristal Alumina secara fisis tetap setabil hingga temperatur sekitar 15000C sampai dengan 17000C.
Gambar 2.1 Diagram Perubahan Sruktur Kristal ZrO2
(Smallman R.E. and Bishop R.J., 2000)
Lelehan Kubik Tetragonal Monoklinik
26800C 23700C 13700C
9500C
Gambar 2.2 Perambatan retak dalam butir Zirkonia-t menimbulkan transformasi Zirkonia-t menjadi Zirkonia-m
2.3 Keramik Paduan
Keramik teknik dibuat berdasarkan sifat khasnya yang diharapkan, dengan
demikian terjadi rekayasa dalam pembuatan keramik, agar keramik yang dihasilkan
mempunyai sifat yang khas sesuai dengan yang diharapkan. Selain proses pembuatan
yang terkendali, penentuan bahan baku juga menentukan kualitas produk keramik.
Dalam penentuan bahan baku keramik teknik tak terlepas dari paduan bahan keramik,
produk keramik yang terdiri dari gabungan beberapa bahan yang berbeda dikenal
dengan keramik paduan. Keramik paduan dibuat guna mendapatkan produk keramik
yang lebih baik dari keramik dengan bahan baku tunggal. Demikian juga halnya dengan
keramik paduan Zirkonia ZrO2 dengan Alumina Al2O3 dibuat untuk mendapatkan
produk keramik yang lebih baik.
2.4 Sifat Fisis Bahan Keramik
Keramik terbentuk melalui proses pemanasan/ pembakaran, bila suatu material
dipanaskan pada temperatur tertentu, maka material tersebut dapat berubah fasa dengan
kata lain sifat dan struktur suatu material dapat dipengaruhi oleh temperatur.
Temperatur pada proses pembakaran keramik disebut temperatur sintering (temperatur
pembakaran). Sintering adalah proses pembakaran keramik, selama proses sintering
berlangsung akan terjadi proses difusi diantara butir. Jenis difusi yang terjadi adalah
difusi volum dan difusi batas butir hal ini akan berakibat terjadi pengurangan pori,
perubahan sifat fisis keramik yakni perubahan nilai densitas dan porositas. Hal diatas
mengakibatkan keramik yang telah melalui proses sintering akan semakin padat.
Menurut Van Vlack, L.H., (2001) sinter (sintering) adalah pengikatan dengan cara
termal.
Menurut Reynen (1979), Ristic (1989) hal ini terdapat pada tesis Maghfirah
Awan (2007) proses sintering dapat berlangsung apabila :
a Adanya perpindahan materi diantara butir yang disebut proses difusi,
b Adanya sumber energi yang dapat mengakibatkan transfer materi, energi
tersebut digunakan untuk menggerakkan butiran hingga terjadi kontak dan
ikatan yang sempurna.
Perubahan temperatur sintering akan menyebabkan terjadinya difusi, dengan
adanya difusi akan mengakibatkan perubahan nilai fisis keramik. Dengan demikian
temperatur sintering dapat mempengaruhi sifat fisis suatu material. Sifat fisis suatu
material antara lain adalah : densitas (bulk density), porositas (porosity), kekerasan
(vickers hardness), ketangguhan perpatahan (fracture toughness), dan kekuatan patah
(bending strength)
2.4.1 Densitas (Bulk Density)
Densitas didefisikan sebagai kerapatan atau rapat massa berarti massa persatuan
volume. Persamaan umum densitas adalah , densitas dalam penelitian ini adalah
Bulk density. Bulk density dapat diukur dengan menggunakan prinsip Archimedes,
dengan bentuk persamaan :
v m
=
Bulk Density (2.1)
Dengan keterangan:
mk : massa sampel kering……….….….…(Kg)
mb : massa sampel basah (setelah direndam air) …..….…(Kg)
mt : massa sampel digantung didalam air ………...….(Kg)
(Jacobs, James A.,1997)
2.4.2 Porositas (Porosity)
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume total pori-pori per
volume seluruhnya. Jumlah porositas dalam persen pada keramik dapat dihitung dengan
rumus :
Porositas (%) (2.2)
Dengan keterangan:
mk : massa sampel kering………(Kg)
mb : massa sampel basah (setelah direndam air) ………(Kg)
mt : massa sampel digantung didalam air ……….(Kg)
(Jacobs, James A.,1997)
air x mt mb
mk ρ
ρ
− =
) (
(
)
(
)
x100%mt mb
mk mb
2.4.3 Kekerasan (Vickers Hardness)
Kekerasan didefinisikan sebagai ukuran ketahanan bahan terhadap deformasi
plastis pada permukaan bahan. Menghitung kekerasan suatu produk keramik dapat
diukur menggunakan Hardness Tester, kekerasan tersebut dalam bentuk rumus sebagai
berikut :
2.4.4 Ketangguhan Perpatahan (Fracture Toughness, Kic)
Ketangguhan perpatahan didefinisikan sebagai faktor intensitas tegangan kritis,
Kic agar terjadi perambatan perpatahan (Van Vlack, L.H., 2001). Intensitas tegangan
adalah salah satu sifat material, apabila intensitas tegangannnya naik atau retaknya lebih
dalam, intensitas tegangan ini akan cukup besar untuk memungkinkan terjadinya patah
secara sepontan. Ketangguhan perpatahan dapat dihitung mengunakan rumus sebagai
Dengan keterangan :
P : gaya penekanan ...(N)
C : jarak dari pusat ke salah satu ujung retak...(m)
E : modulus Young ...(Gpa)
Hv : kekerasan vicker ...(GPa)
2.4.5 Kekuatan Patah (Bending Strength)
Kekuatan patah didefinisikan sebagai ukuran ketahanan bahan terhadap tekanan
mekanis dan tekanan panas (thermal stress) (Junshiro, H.,1991). Pengukuran kekuatan
patah sampel keramik menggunakan metode Tiga Titik Tumpu (triple point bending).
Sedangkan nilai kekuatan patah dapat dicari menggunakan rumus sebagai berikut :
Kekuatan patah (2.5)
Dengan keterangan :
P : gaya penekan ...(N)
L : jarak dua penumpu...(m) b, h : dimensi sampel ...(m)
2 2
3
bh PL
2.5 Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Sifat Fisis Keramik
Berdasarkan keterangan 2.4 di atas, menandakan adanya korelasi antara
perubahan temperatur sintering terhadap perubahan nilai fisis suatu keramik. Korelasi
tersebut secara umum digambarkan oleh Ristic (1989) hal ini terdapat pada tesis
Maghfirah Awan (2007) seperti pada gambar 2.4 berikut
Gambar 2.4 Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Sifat Fisis Material Keramik Secara Umum (Ristic,1989)
Keterangan gambar 2.4 : (1) Porositas, (2) Densitas, (3) Sifat Listrik, (4) Kekuatan Mekanik, dan (5) Ukuran Butir (Grain Size)
Korelasi naiknya temperatur sintering terhadap sifat fisis keramik secara
geometris dapat dituliskan dalam bentuk persamaan berikut : P
L b
h
Gambar 2.3 Skema Pengujian Kekuatan Patah
Pro
p
(2.6)
Dengan keterangan : Vf : Variabel besaran fisis yang akan diamati
a dan b : Koefisien korelasi
T : Temperatur sintering
(Situmorang, Evi U. Margareta, 1996)
Data T merupakan hasil eksperimen (variabel). Untuk mendapatkan korelasi temperatur
terhadap besaran fisis tersebut harus dicari nilai a dan b. Secara statitistik data T dan Vf
dapat dianalogikan sebagai sampel, dengan demikian untuk mencari nilai a dan b dapat
digunakan cara pendekatan yakni regresi linier sederhana menggunakan data sampel
dengan rumus :
Dengan keterangan : Y : Variabel terikat
a dan b : Koefisien korelasi
X : Variabel bebas
berdasarkan hal di atas, persamaan (2.6) harus dirubah ke bentuk regresi linier
sederhana dengan cara mengubah kedua sisi persamaan mejadi bentuk logaritma yang
menghasilkan persamaan sebagai berikut :
(2.8) b
aT
Vf =
bX
a
Y
=
+
T b a
LogVf =log + log
hal ini analog dengan bentuk regresi linier sederhana persamaan (2.7) dengan
keterangan sebagai berikut : log Vf = Y
log a = a
log T = X
Dengan demikian koefisien a dan b dapat dicari dengan menggunakan metode kuadrat
terkecil persamaan regresi linier sederhana yakni :
(2.9)
dan
(2.10)
(Freund, John E.,1984)
2.6 Analisis Simulasi
Analisis simulasi merupakan proses penganalisaan hasil simulasi untuk
mengetahui keadaan sebenarnya dan memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti keseluruhannya, salah satu contoh hasil simulasi tersebut merupakan
data atau grafik dengan demikian menelaah dan menguraikan data/ grafik tersebut
hingga menghasilkan simpulan.
2.6.1 Simulasi
Kata simulasi berasal dari bahasa inggris yakni simulation dan to simulate yang
bermakna tiruan dan upaya menirukan. Simulasi merupakan salah satu cara untuk
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi didunia nyata (real world) (Asmungi,
2007).
Simulasi dapat juga diartikan sebagai pengambaran dengan memakai model
statistik atau pemeranan (Moeliono, Anton M.,1990). Penggunaan simulasi tersebut
hampir selalu digunakan bantuan komputer dengan demikian simulasi tersebut
dikatakan simulasi komputer atau dapat disebut dengan simulasi saja. Yang akan
disimulasikan tersebut merupakan suatu sistem dan agar tepat penggunaan simulasi
tersebut maka perlu diketahui alasan penggunaan simulasi yang dapat dilihat dari
gambar 2.5. Dari gambar tersebut terlihat simulasi digunakan apabila tidak dilakukan
secara ekperimen dengan sistem nyatanya dan tidak dilakukan dengan model fisis dan
tidak menggunakan penyelesaian analitik, ini berarti terdapat kendala pada :
pelaksanaan ekesperimen denga sisitem nyata, penggunaan model fisik dan
penyelesaian secara analitik pada model matematik. Dengan kata lain penggunaan
simulasi tersebut menggunakan model matematik, karena simulasi tersebut berbantuan
komputer maka model matematik tersebut sebagai dasar pembuatan program simulasi.
2.6.2 Langkah-langkah Simulasi
Penggunaan simulasi relatif mudah karena hanya memasukkan data yang
simulasinya, jika belum ada program simulasi maka perlu bibuat terlebih dahulu
program simulasi, untuk pembuatan program sebagai inti dari simulasi maka perlu
perhatikan langkah-langkah simulasi seperti gambar diagram alir pada gambar 2.6
Sistem
Eksperimen dengan sistem
nyata
Eksperimen dengan model
dari sistem
Model Fisisnya
Model Matematisnya
Penyelesaian
secara analitik Simulasi
Veri fikasi (Program
simulasi oke)
Validasi (Sesuai)
Tidak
Ya
Desain Eksprimental
Perencanaan Taktis
Pelaksanaan Percobaan
Dokomentasi Optional
Ya Tidak
Ya
Model Terpakai Formulasikan
Masalah
Definisi
Gunakan Simulasi
Mencari Sistem yang Lain
Kreasi Model
Pengumpulan Data
Penulisan Program Tidak
Ya
Tidak
Ya Tidak
Kakiay, Thomas J., (2004) membuat langkah-langkah simulasi yang sistematis
sebagai berikut:
a Kreasi Model
Kreasi model berarti membuat model sesuai dengan formulasi dan definisi
yang telah diperoleh, jenis model yang digunakan adalah model matematis.
Dalam pembuatan model harus diperhatikan variabel dari fungsi dan
konstanta yang ada, ditinjau juga distribusi probablitas yang ikut
menentukan parameter dan hubungannya dengan statistik apakah
menggunakan analisis regresi atau analisis lainnya.
b Pengumpulan Data
Mengambil dan mengumpulkan data yang diperlukan berdasarkan hasil
eksperimen sebagai acuan proses simulasi. Data tersebut diuraikan dalam
bentuk data statistik
c Penulisan Program
Membuat program simulasi berdasarkan model yang digunakan dengan
mengikuti kaidah yang berlaku pada bahasa pemrograman yang digunakan
seperti : Pascal, Fortran, Maple, Matlab, Mathematica dan lain-lain. Dalam
d Verifikasi
Melakukan pengecekan hasil program apakah telah sesuai dengan simulasi
yang diharapkan, jika belum maka melakukan perbaikan program hingga
output program benar-benar telah sesuai dengan simulasi yang diharapkan.
e Validasi
Malakukan pengecekan terhadap model yang digunakan apakah telah
memenuhi kebutuhan simulasi atau tidak, jika belum maka mengulangi lagi
proses kreasi model
f Desain Eksperimen
Langkah ini merupakan pilihan, yakni langkah tambahan untuk
mendapatkan ketepatan simulasi. Pada langkah ini menguji desain dengan
menggunakan teori Eksperimental Design.
g Perencanaan Taktis
Malakukan studi kelayakan dari Eksperimental Design, agar percobaan
dapat dilaksanakan secara terarah dengan menerapkan teknologi dengan
tujuan mengetahui dengan tepat lamanya waktu pelaksanaan percobaan
h Pelaksanaan Percobaan
Melaksanakan percobaan yang telah didesain, percobaan dapat digunakan
teknik penelitian dan dilengkapi dengan laporan percobaan.
i Model Terpakai
Malakukan mengecekan kembali baik menggunakan langkah tambahan
maupun tidak, apakah model yang sudah digunakan dapat memberikan hasil
yang benar-benar memadai sesuai dengan diharapkan jika masih terdapat
kekurangan (belum mendapatkan hasil yang optimal) maka malakukan
ulang kraesi model dan jika sudah optimal maka dilanjutkan dengan
mendokumentasikan program simulasi tersebut.
j Dokumentasi
Merupakan langkah terakhir yang berarti seluruh kegiatan pembuatan
simulasi telah selesai (telah diterima dan sesuia dengan yang diharapkan).
Untuk penggunaan secara masal perlu dibuat laporan akhir berupa
spesifikasi perangkat lunak dan cara menggunakannya.
Berdasarkan keterangan di atas program simulasi merupakan inti dari simulasi
tersebut, dalam merancang/ pembuatan suatu program harus mengikuti kaidah
pemrograman yang berlaku tergantung jenis bahasa pemrograman yang digunakan.
kemudian diterjemahkan kebentuk diagram alir. Dalam merancang program simulasi
dibutuhkan langkah-langkah yang sistematis. Menurut (Zarlis M, 2007)
Langkah-langkah yang diperlukan untuk perancangan program komputer bagi suatu aplikasi
adalah sebagai berikut :
a Identifikasikan apa masalahnya, masukkan dan keluaran yang diperlukan.
b Membuat bagan dan struktur cara penyelesaiaan, bagan secara global,
deskripsi subprogram.
c Memilih metoda penyelesaian, dengan struktur data dan algoritma yang
terbaik.
d Mengkodekan (coding), dengan memilih bahasa pemograman terbaik,
menterjemahkan algoritma ke bahasa pemograman.
e Pengoperasian dan eksekusi (Zarlis, M.1994).
2.7 Struktur Program
Program terdiri dari kumpulan perintah yang terstruktur, untuk dapat membuat
program perlu dipahami struktur dari program tersebut. Program mempunyai tiga dasar
struktur yakni : struktur urut, struktur keputusan dan struktur perulangan.
2.7.1 Struktur Urut
Struktur ini merupakan struktur yang paling sederhana. Setiap baris program
hingga baris program terakhir, semua baris program dikerjakan hanya sekali seperti
pada gambar 2.7 di bawah ini.
2.7.2 Struktur Keputusan
Pada struktur ini terdapat proses pengujian untuk melakukan keputusan apakah
suatu baris program dikerjakan atau tidak. Pengerjaan tersebut dilakukan apabila telah
sesuai dengan persyaratan. Dengan demikian struktur yang di dalamnya terdapat proses
pengujian dikatakan struktur keputusan seperti pada gambar 2.8
Gambar 2.8 Diagram Alir Struktur Keputusan (Stedjo, Budi &
Michael, AN., 2004) Mulai
Syarat Perintah ke 1
Perintah ke 2
Selesai Mulai
Baris Program ke 1
Baris Program ke 2
Baris Program ke …
Baris Program ke n
Selesai
2.7.3 Struktur Perulangan
Pada struktur perulangan terdapat satu atau beberapa baris program yang di
kerjakan berulang-ulang selama syarat dipenuhi seperti gambar 2.9
Gambar 2.9 Beberapa Bentuk Diagram Alir Struktur Perulangan (Stedjo, Budi & Michael AN., 2004)
Mulai
Perintah 1 Perintah 2 Perintah 3
Selesai Syarat Mulai
Perintah 1 Perintah 2 Perintah 3
Selesai Next For var awal,
akhir, step
Mulai
Perintah 1 Perintah 2 Perintah 3 Syarat
2.8 Perangkat Lunak MAPLE
MAPLE merupakan sistem perangkat lunak matemtika yang berbasis komputer,
yaitu komputer sistem aljabar dari Waterloo MAPLE Software (WMS), MAPLE dapat
diartikan mathematics applicable. MAPLE merupakan bahasa pemograman tingkat
tinggi generasi ke 4 (4GL) dengan syntax yang mirip dengan bahasa tingkat tinggi : C,
FORTRAN, BASIC, and PASCAL. MAPLE merupakan Computer Algebra System
(CAS) yang dapat memanipulasi pola, prosedur dan perhitungan algoritma, baik untuk
analisis maupun sintesis meliputi fasilitas-fasilitas untuk aljabar interaktif, kalkulus,
matematika diskrit, grafik (2 dan 3 dimensi), perhitungan kuantitatif, analisa tensor,
teori kelompok, dan area-area matematika lainnya. Hasil perhitungan MAPLE mampu
menjadi solusi matematika dengan metode numerik dan simbolik.
MAPLE mampu menyajikan pemrosesan simbolik dan visualisasi. Visualisasi
persamaan matematika dapat disajikan dalam berbagai variasi grafik, simulasi modeling
dan bahkan animasi. Semuanya dapat dengan mudah dilakukan (Tung Khoe Yao, 2005)
MAPLE merupakan sistem pemecahan masalah matematika / numerik dengan
lebih 3000 fungsi, dan merupakan solusi dalam dunia pendidikan, riset, dan industri
untuk produktif, kreatif, akurat, dan lebih efektif.
Sekarang Maple menjadi salah satu pemimpin perangkat analisis matematika,
terutama karena kemampuannya pada komputasi simbolik, ketelitian numerik tak
hingga, hingga konektivitas web yang inovatif, dan berbagai modelling dan simulasi.
Kemampuannya yang banyak ini digunakan dan dikembangkan oleh berbagai
Athena environment milik MIT, riset komputasi Stanford, Oxford, departemen
matematika Indiana University, University Texas-Austin, Cornell University,
University of South Carolina, dan berbagai universitas ternama di seluruh belahan
dunia. Beberapa produsen industri dunia juga memakai perangkat ini seperti Boeing,
Daimler Chrysler, Nortel dan Raytheon http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_komputasi,
2008)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Sumber Data
Pemilihan dan pengambilan data bersumber dari data penelitian yang telah
dilakukan oleh Maghfirah Awan, 2007.
3.2 Variabel dan Parameter
Variabel dan parameter yang digunakan pada penelitian ini di rinci pada variabel
yang diamati dan parameter yang digunakan.
3. 2.1 Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati pada analisis ini terdiri dari 2 (dua) variabel yaitu :
komposisi bahan dan temperatur sintering yaitu :
a Variabel komposisi bahan keramik perbandingan antara Zirkonia (ZrO2) dan
Alumina (Al2O3) dalam persentase : (30:70) , (40:60) , (50:50) dan (60:40)
b Variabel temperatur sintering dalam derajat celcius : 1000 , 1100 , 1200 ,
3.2.2 Parameter yang Digunakan
Parameter yang digunakan pada analisis ini meliputi : densitas, porositas,
kekerasan (vickers hardness), ketangguhan perpatahan (fracture toughness), dan
kekuatan patah (bending strength).
3.3 Kreasi Model
Kreasi model adalah membuat suatu model yang sesuai dengan topik fisika yang
dibahas. Topik tersebut adalah korelasi temperatur sintering terhadap nilai fisis suatu
keramik paduan. Model tersebut adalah model matematis (Law, Averill M., 2000).
Model matematis tentang korelasi adalah Vf = aTb...persamaan (2.6) a dan b
merupakan koefisin korelasi. Mencari nilai a dan b menggunakan analisis regresi linier
persamaan (2.9), dan (2.10) .
3.4 Korelasi Tempertur Sintering Terhadap Sifat Fisis Keramik
Korelasi temperatur sintering terhadap sifat fisis keramik paduan Zirkonia
(ZrO2) ber aditif 22% mole CaO dengan Alumina (Al2O3) dilakukan pada perbandingan
komposisi bahan keramik tersebut dalam persentase yakni : (30:70) , (40:60) , (50:50)
dan (60:40)
3.4.1 Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Densitas (Bulk Density)
Korelasi naiknya temperatur sintering terhadap densitas secara genometris
(3.1)
bentuk analogi persamaan regresi linier nya :
(3.2)
Nilai a dan b di cari dengan menggunakan metode kuadrat terkecil pada analisa regresi
linier sederhana (2.9) dan (2.10)
3.4.2 Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Porositas (Porosity)
Korelasi naiknya temperatur sintering terhadap porositas secara geometris
sebagai berikut :
(3.3)
bentuk analogi persamaan regresi linier nya :
(3.4)
Nilai a dan b di cari dengan menggunakan metode kuadrat terkecil pada analisa regresi
linier sederhana (2.9) dan (2.10)
3.4.3 Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Kekerasan (Vickers Hardness)
Korelasi naiknya temperatur sintering terhadap kekerasan (Vickers hardness)
secara geometris sebagai berikut :
(3.5)
bentuk analogi persamaan regresi linier nya :
Nilai a dan b di cari dengan menggunakan metode kuadrat terkecil pada analisa regresi
linier sederhana (2.9) dan (2.10)
3.4.4 Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Ketangguhan Perpatahan
(Fracture Toughness)
Korelasi naiknya temperatur sintering terhadap ketangguhan perpatahan
(fracture toughness) secara geometris sebagai berikut :
(3.7)
bentuk analogi persamaan regresi linier nya :
(3.8)
Nilai a dan b di cari dengan menggunakan metode kuadrat terkecil pada analisa regresi
linier sederhana (2.9) dan (2.10)
3.4.5 Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Kekuatan Patah (Bending
Strength)
Korelasi naiknya temperatur sintering terhadap kekuatan patah (bending
strength) secara geometris sebagai berikut :
(3.9)
bentuk analogi persamaan regresi linier nya :
(3.10)
Nilai a dan b di cari dengan menggunakan metode kuadrat terkecil pada analisa regresi
linier sederhana (2.9) dan (2.10)
b aT Kic =
T b a
Kic log log
log = +
b
f =aT
σ
T b a
f log log
3.5 Analisis Simulasi
Analisis simulasi yang dilakukan yaitu menganalisa hasil yang diperoleh secara
simulasi, simulasi terlebih dahulu dibuat dengan bantuan komputer (personal computer)
dalam bentuk program simulasi menggunakan bahasa pemrograman MAPLE 7.
3.6 Algoritma Program Simulasi
Algoritma dibuat sebagai acuan tahapan susunan diagram alir (flow chart) yang
merupakan acuan tahapan yang harus dilakukan pada program simulasi. Algoritma
tersebut dibuat berdasarkan korelasi temperatur sintering terhadap sifat fisis keramik
paduan Zirkonia (ZrO2) ber aditif CaO dengan Alumina (Al2O3).
3.6.1 Algoritma Program Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap
Densitas (Bulk Density)
Algoritma program simulasi korelasi temperatur sintering terhadap densitas
adalah sebagai berikut :
Langkah 1 Tentukan inisial data awal (menentukan nilai awal)
a jumlah data yang di amati (N)
b jumlah variabel Y (JMLY) = 0
c jumlah variabel X (JMLX) = 0
d jumlah variabel X2 (JMLXK) = 0 e jumlah variabel XY (JMLXY) = 0
Langkah 3 Inputkan data awal (hasil eksperimen) :
a temperatur sintering (Ti)...(0C)
b densitas air (ρ air)...(Kg/m3)
c massa sampel kering (mki)...(Kg)
d massa sampel setelah direndam air (mbi)...(Kg)
e massa sampel digantung didalam air (mti) ...(Kg)
Langkah 4 Hitung Nilai Densitas (Bulk Density) Keramik dengan
persamaan (2.1)
Langkah 5 Hitung variabel Yi = logaritma ρi
Langkah 6 Hitung variabel Xi = logaritma Ti
Langkah 7 Hitung variabel XKi = Xi2
Langkah 8 Hitung variabel XYi = Xi x Yi
Langkah 9 Hitung jumlah variabel Y (JMLY) = JMLY + Yi
Langkah 10 Hitung jumlah variabel X (JMLX) = JMLX + Xi
Langkah 11 Hitung jumlah variabel X2 (JMLXK) = JMLXK + XKi
Langkah 12 Hitung jumlah variabel XY (JMLXY) = JMLXY + XYi
Langkah 13 Kembalikan ke loop pada langkah 2 sampai dengan i = N
Langkah 14 Hitung jumlah total variabel Y (JTY) = JMLY
Langkah 15 Hitung jumlah total variabel X (JTX) = JMLX
Langkah 16 Hitung jumlah total variabel X2 (JTXK) = JMLXK air
i i
i
i x
mt mb
mk
ρ ρ
− =
Langkah 17 Hitung jumlah total variabel XY (JTXY) = JMLXY
Langkah 18 Hitung nilai log a dengan persamaan
Langkah 19 Hitung nilai koefisien korelasi (a) = anti log (log a)
Langkah 20 Hitung nilai koefisien korelasi (b) dengan persamaan (2.10)
Langkah 21 Hitung simulasi korelasi temperatur sintering terhadap densitas keramik
(menghitung nilai densitas hasil korelasi terhadap temperatur sintering)
dengan persamaan ρ=aTb. a dan b adalah koefisien korelasi
Langkah 22 Cetak tabel korelasi temperatur sintering terhadap Densitas keramik
(hasil eksperimen dan hasil simulasi) .
Langkah 23 Cetak grafik korelasi temperatur sintering terhadap Densitas keramik
(hasil eksperimen dan hasil simulasi).
3.6.2 Algoritma Program Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap
Porositas (Porosity)
Algoritma program simulasi korelasi temperatur sintering terhadap porositas
adalah sebagai berikut :
Langkah 1 Tentukan inisial data awal (menentukan nilai awal)
a jumlah data yang di amati (N)
b jumlah variabel Y (JMLY) = 0
c jumlah variabel X (JMLX) = 0
d jumlah variabel X2 (JMLXK) = 0 e jumlah variabel XY (JMLXY) = 0
Langkah 2 Loop (for ..) untuk i, mulai i = 1 sampai dengan i = N
Langkah 3 Inputkan data awal (hasil eksperimen) :
a temperatur sintering (Ti)...(0C)
b massa sampel kering (mki)...(Kg)
c massa sampel setelah direndam air (mbi)...(Kg)
d massa sampel digantung didalam air (mti) ...(Kg)
Langkah 4 Hitung Nilai Porositas (Pi) ... (%) Keramik dengan
persamaan (2.2)
Langkah 5 Hitung variabel Yi = logaritma Pi
Langkah 6 Hitung variabel Xi = logaritma Ti
(
)
(
)
x100%mt mb
mk mb P
i i
i i i
Langkah 7 Hitung variabel XKi = Xi2
Langkah 8 Hitung variabel XYi = Xi x Yi
Langkah 9 Hitung jumlah variabel Y (JMLY) = JMLY + Yi
Langkah 10 Hitung jumlah variabel X (JMLX) = JMLX + Xi
Langkah 11 Hitung jumlah variabel X2 (JMLXK) = JMLXK + XKi
Langkah 12 Hitung jumlah variabel XY (JMLXY) = JMLXY + XYi
Langkah 13 Kembalikan ke loop pada langkah 2 sampai dengan i = N
Langkah 14. Hitung jumlah total variabel Y (JTY) = JMLY
Langkah 15 Hitung jumlah total variabel X (JTX) = JMLX
Langkah 16 Hitung jumlah total variabel X2 (JTXK) = JMLXK Langkah 17 Hitung jumlah total variabel XY (JTXY) = JMLXY
Langkah 18 Hitung nilai log a dengan persamaan
Langkah 19 Hitung nilai koefisien korelasi (a) = anti log (log a)
Langkah 20 Hitung nilai koefisien korelasi (b) dengan persamaan (2.10)
Langkah 21 Hitung simulasi korelasi temperatur sintering terhadap porositas keramik
(menghitung nilai porositas hasil korelasi terhadap temperatur sintering)
dengan persamaan P =aTb. a dan b adalah koefisien korelasi.
Langkah 22 Cetak tabel korelasi temperatur sintering terhadap porositas keramik
(hasil eksperimen dan hasil simulasi).
Langkah 23 Cetak grafik korelasi temperatur sintering terhadap porositas keramik
(hasil eksperimen dan hasil simulasi).
3.6.3 Algoritma Program Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap
Kekerasan (Vickers Hardness)
Algoritma program simulasi korelasi temperatur sintering terhadap kekerasan
(vickers hardness) adalah sebagai berikut :
Langkah 1 Tentukan inisial data awal (menentukan nilai awal)
a jumlah data yang di amati (N)
b jumlah variabel Y (JMLY) = 0
c jumlah variabel X (JMLX) = 0
d jumlah variabel X2 (JMLXK) = 0 e jumlah variabel XY (JMLXY) = 0
Langkah 2 Loop (for ..) untuk i, mulai i = 1 sampai dengan i = N
Langkah 3 Inputkan data awal (hasil eksperimen) :
a temperatur sintering (Ti)...(0C)
c panjang diagonal identer (Di) ...(m)
Langkah 4 Hitung Nilai Kekerasan Keramik dengan persamaan (2.3)
Langkah 5 Hitung variabel Yi = logaritma Hvi
Langkah 12 Hitung jumlah variabel XY (JMLXY) = JMLXY + XYi
Langkah 13. Kembalikan ke loop pada langkah 2 sampai dengan i = N
Langkah 14 Hitung jumlah total variabel Y (JTY) = JMLY
Langkah 15 Hitung jumlah total variabel X (JTX) = JMLX
Langkah 16 Hitung jumlah total variabel X2 (JTXK) = JMLXK Langkah 17 Hitung jumlah total variabel XY (JTXY) = JMLXY
Langkah 18 Hitung nilai log a dengan persamaan
Langkah 19 Hitung nilai koefisien korelasi (a) = anti log (log a)
Langkah 20 Hitung nilai koefisien korelasi (b) dengan persamaan (2.10)
Langkah 21 Hitung simulasi korelasi temperatur sintering terhadap kekerasan
keramik (menghitung nilai kekerasan hasil korelasi terhadap temperatur
sintering) dengan persamaan b
aT
Hv = . a dan b adalah koefisien
korelasi .
Langkah 22 Cetak tabel korelasi temperatur sintering terhadap kekerasan keramik
(hasil eksperimen dan hasil simulasi) .
Langkah 23 Cetak grafik korelasi temperatur sintering terhadap kekerasan keramik
(hasil eksperimen dan hasil simulasi).
3.6.4 Algoritma Program Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap
Ketangguhan Perpatahan (Fracture Toughness)
Algoritma program simulasi korelasi temperatur sintering terhadap ketangguhan
perpatahan (fracture toughness) adalah sebagai berikut :
Langkah 1 Tentukan inisial data awal (menentukan nilai awal)
c jumlah variabel X (JMLX) = 0
d jumlah variabel X2 (JMLXK) = 0 e jumlah variabel XY (JMLXY) = 0
Langkah 2 Loop (for ..) untuk i, mulai i = 1 sampai dengan i = N
Langkah 3 Inputkan data awal (hasil eksperimen) :
a temperatur sintering (Ti)...(0C)
b gaya penekanan (Pi) ...(N)
c jarak dari pusat ke salah satu ujung retak (Ci)...(m)
d kekerasan (Hvi) ...(Gpa)
Langkah 4 Hitung Nilai Ketangguhan Perpatahan (Kici) keramik dengan
persamaan (2.4)
Langkah 5 Hitung variabel Yi = logaritma Kici
Langkah 6 Hitung variabel Xi = logaritma Ti
Langkah 7 Hitung variabel XKi = Xi2
Langkah 8 Hitung variabel XYi = Xi x Yi
Langkah 9 Hitung jumlah variabel Y (JMLY) = JMLY + Yi
Langkah 10 Hitung jumlah variabel X (JMLX) = JMLX + Xi
Langkah 11 Hitung jumlah variabel X2 (JMLXK) = JMLXK + XKi
Langkah 12 Hitung jumlah variabel XY (JMLXY) = JMLXY + XYi
Langkah 13 Kembalikan ke loop pada langkah 2 sampai dengan i = N
(
)
1/23 /
2 /
016 , 0
i i
i
i E Hv
C P
Langkah 14 Hitung jumlah total variabel Y (JTY) = JMLY
Langkah 15 Hitung jumlah total variabel X (JTX) = JMLX
Langkah 16 Hitung jumlah total variabel X2 (JTXK) = JMLXK Langkah 17 Hitung jumlah total variabel XY (JTXY) = JMLXY
Langkah 18 Hitung nilai log a dengan persamaan
Langkah 19 Hitung nilai koefisien korelasi (a) = anti log (log a)
Langkah 20 Hitung nilai koefisien korelasi (b) dengan persamaan (2.10)
Langkah 21 Hitung simulasi korelasi temperatur sintering terhadap ketangguhan
perpatahan keramik (menghitung nilai ketangguhan perpatahan hasil
korelasi terhadap temperatur sintering) dengan persamaan Kic = aTb. a
dan b adalah koefisien korelasi .
Langkah 22 Cetak tabel korelasi temperatur sintering terhadap ketangguhan
perpatahan keramik (hasil eksperimen dan hasil simulasi).
Langkah 23 Cetak grafik korelasi temperatur sintering terhadap ketangguhan
perpatahan keramik (hasil eksperimen dan hasil simulasi).
3.6.5 Algoritma Program Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap
Kekuatan Patah (Bending Strength)
Algoritma program simulasi korelasi temperatur sintering terhadap kekuatan
patah (bending strength) adalah sebagai berikut :
Langkah 1 Tentukan inisial data awal (menentukan nilai awal)
a jumlah data yang di amati (N)
b jumlah variabel Y (JMLY) = 0
c jumlah variabel X (JMLX) = 0
d jumlah variabel X2 (JMLXK) = 0 e jumlah variabel XY (JMLXY) = 0
Langkah 2 Loop (for ..) untuk i, mulai i = 1 sampai dengan i = N
Langkah 3 Inputkan data awal (hasil eksperimen) :
a temperatur sintering (Ti)...(0C)
b gaya penekanan (Pi)...(N)
c jarak kedua penumpu (Li)...(m)
d dimensi sampel bi dan hi ...(m)
Langkah 4 Hitung Nilai Kekuatan Patah keramik dengan persamaan (2.5)
Kekuatan Patah (σf) 2
2 3
i i
i i
h b
L P
Langkah 5 Hitung variabel Yi = logaritma σfi
Langkah 12 Hitung jumlah variabel XY (JMLXY) = JMLXY + XYi
Langkah 13 Kembalikan ke loop pada langkah 2 sampai dengan i = N
Langkah 14 Hitung jumlah total variabel Y (JTY) = JMLY
Langkah 15 Hitung jumlah total variabel X (JTX) = JMLX
Langkah 16 Hitung jumlah total variabel X2 (JTXK) = JMLXK Langkah 17 Hitung jumlah total variabel XY (JTXY) = JMLXY
Langkah 18 Hitung nilai log a dengan persamaan
Langkah 19 Hitung nilai koefisien korelasi (a) = anti log (log a)
Langkah 20 Hitung nilai koefisien korelasi (b) dengan persamaan (2.10)
Langkah 21 Hitung simulasi korelasi temperatur sintering terhadap kekuatan patah
keramik (mengitung nilai kekuatan patah hasil korelasi terhadap
temperatur sintering) dengan persamaan σf =aTb. a dan b adalah
koefisien korelasi .
Langkah 22 Cetak tabel korelasi temperatur sintering terhadap kekuatan patah
keramik (hasil eksperimen dan hasil simulasi).
Langkah 23 Cetak grafik korelasi temperatur sintering terhadap kekuatan patah
keramik (hasil eksperimen dan hasil simulasi).
3.7 Diagram Alir Program Simulasi
Diagram alir dibuat sebagai panduan dalam penyusunan program simulasi yang
berdasarkan algoritma analisis analisis korelasi temperatur sintering terhadap sifat fisis
keramik paduan Zirkonia (ZrO2) dengan Alumina (Al2O3). Diagram alir ini
berdasarkan nilai fisis yang diteliti yakni densitas, porositas, kekerasan, ketangguhan
perpatahan dan kekuatan patah. Diagram alir tersebut terdapat pada gambar 3.1 , 3.2 ,
3.8 Analisis Hasil Simulasi
Analisis dilakukan berdasarkan hasil program simulasi di atas, objek yang
dianalisis adalah korelasi temperatur sintering terhadap sifat fisis keramik paduan
Zirkonia (ZrO2) ber aditif CaO dengan Alumina (Al2O3) dengan komposisi :
Gambar 3.1 Diagram Alir Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Densitas
Cetak Tabel Korelasi T terhadap ρ
Cetak Grafik Korelasi T terhadap
Selesai
b = (N*JTXY-JTX*JTY)/
(N*JTXK- JTX^2) A
Input Data (hasil eksperimen)
Lg a = (JTY*JTXK-JTX*JTXY) / (N*JTXK-JTX^2)
Gambar 3.2 Diagram Alir Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Porositas
Cetak Tabel Korelasi T terhadap P
Cetak Grafik Korelasi T terhadap P
Selesai
b = (N*JTXY-JTX*JTY)/
(N*JTXK- JTX^2) A
Input Data (hasil eksperimen)
Lg a = (JTY*JTXK-JTX*JTXY) / (N*JTXK-JTX^2)
Gambar 3.3 Diagram Alir Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Kekerasan
Cetak Tabel Korelasi T terhadap Hv
Cetak Grafik Korelasi T terhadap Hv
Selesai
b = (N*JTXY-JTX*JTY)/
(N*JTXK- JTX^2) A
Input Data (hasil eksperimen)
Lg a = (JTY*JTXK-JTX*JTXY) / (N*JTXK-JTX^2)
Gambar 3.4 Diagram Alir Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Ketangguhan Perpatahan
Cetak Tabel Korelasi T terhadap Kic
Cetak Grafik Korelasi T terhadap Kic
Selesai
b = (N*JTXY-JTX*JTY)/
(N*JTXK- JTX^2) A
Input Data (hasil eksperimen)
Lg a = (JTY*JTXK-JTX*JTXY) / (N*JTXK-JTX^2)
Gambar 3.5 Diagram Alir Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Kekuatan Patah
Cetak Tabel Korelasi T terhadap σf
Cetak Grafik Korelasi T terhadap σf
Selesai
b = (N*JTXY-JTX*JTY)/
(N*JTXK- JTX^2) A
Input Data (hasil eksperimen)
Lg a = (JTY*JTXK-JTX*JTXY) / (N*JTXK-JTX^2)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Densitas
Analisis simulasi merupakan penganalisaan hasil simulai korelasi temperatur
sintering terhadap densitas setiap komposisi keramik paduan Zirkonia (ZrO2) ber aditif
CaO dengan Alumina (Al2O3).
4.1.1 Hasil Simulasi
Pengukuran nilai densitas keramik paduan pada komposisi : 30% ZrO2 : 70%
Al2O3 ; 40% ZrO2 :60% Al2O3 ; 50% ZrO2 : 50% Al2O3 ; dan 60% ZrO2 :40% Al2O3
secara eksperimen dilakukan pada temperatur sintering 12000C hingga 16000C, sedangkan secara simulasi dapat diketahui nilai densitas pada range temperatur sintering
lebih besar yakni 10000C hingga 17000C. Dari hasil pengukuran nilai densitas baik secara eksperimen maupun simulasi menunjukkan nilai densitas (bulk density)
cenderung meningkat bila temperatur sintering semakin tinggi hal ini diakibatkan oleh
proses penyusutan dan penumbuhan butir akibat terjadinya difusi. Dengan demikian
perubahan temperatur sintering mengakibatkan perubahan nilai densitas hal ini
menandakan adanya korelasi temperatur sintering terhadap nilai densitas tersebut. Hasil
4.1 , 4.2 , 4.3 dan 4.4 data pendukungnya terdapat pada lampiran A (Hal:79) dan
program simulasinya terdapat pada lampiran F (Hal:84)
Gambar 4.2 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Bulk Density Keramik Paduan (40 % ZrO2 : 60 % Al2O3)
Temperatur Sintering (0C)
Bulk Density (Kg/m
3 )
Hasil Eksperimen Hasil Simulasi Gambar 4.1 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Bulk Density
Keramik Paduan (30 % ZrO2 : 70 % Al2O3)
Bulk Density (Kg/m
3 )
Temperatur Sintering (0C)
Pada gambar tersebut terlihat hasil simulasi menunjukan kenaikan nilai densitas
secara linier akibat perubahan temperatur sintering. Pada grafik tersebut juga terlihat Gambar 4.3 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Bulk Density
Keramik Paduan (50 % ZrO2 : 50 % Al2O3)
Temperatur Sintering (0C)
Bulk Density (Kg/m
3 )
Hasil Eksperimen Hasil Simulasi
Gambar 4.4 Grafik Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Bulk Density Keramik Paduan (60 % ZrO2 : 40 % Al2O3)
Bulk Density (Kg/m
3 )
Hasil Eksperimen Hasil Simulasi
perbedaan antara hasil eksperimen dengan hasil simulasi hal ini dapat disebakan oleh
keterbatasan pada pelaksanaan eksperimen seperti keterbatasan alat (ralat alat) dan
keterbatasan pengamat seperti : keterbatasan waktu bagi pengamat dan kondisi suasana
eksperimen dengan temperatur tinggi. Dari gambar di atas terlihat bahwa hasil simulasi
mendekati hasil eksperimen.
4.1.2 Analisis Hasil Simulasi
Perbandingan hasil simulasi nilai Bulk Density keramik paduan dengan
komposisi : 30% ZrO2 :70% Al2O3 ; 40% ZrO2 :60% Al2O3 ; 50% ZrO2 : 50% Al2O3 ;
dan 60% ZrO2 : 40% Al2O3 pada temperatur sintering 10000C hingga 17000C dapat
dilihat pada gambar 4.5 dan program simulasinya terdapat pada lampiran F (Hal : 92)
Berdasarkan gambar 4.5 range nilai Densitas (Bulk Density) keramik paduan
(ZrO2 : Al2O3) sebagai berikut :
Gambar 4.5 Grafik Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Bulk Density Keramik Paduan (ZrO2 : Al2O3)
Bulk Density (Kg/m
3 )
(30% ZrO2 : 70% Al2O3)
(40% ZrO2 : 60% Al2O3)
(50% ZrO2 : 50% Al2O3)
(60% ZrO2 : 40% Al2O3)
30% ZrO2 : 70% Al2O3... 2339,426 Kg/m3 sampai dengan 4248,580 Kg/m3
40% ZrO2 : 60% Al2O3 ... 2537,398 Kg/m3 sampai dengan 4331,222 Kg/m3
50% ZrO2 : 50% Al2O3... 2490,091 Kg/m3 sampai dengan 4501,398 Kg/m3
60% ZrO2 : 40% Al2O3... 2437,881 Kg/m3 sampai dengan 4714,668 Kg/m3
Berdasarkan literatur densitas ZrO2 sebesar 5740 Kg/m3 (Buinski, Kenneth G.,
1996) dan densitas Al2O3 sebesar 3875 Kg/m3 (Jacobs, James., 1997) degan demikian
nilai densitas yang paling mendekati nilai teori adalah keramik paduan 60% ZrO2 :
40% Al2O3 yang disintering pada temperatur sebesar 1700 0C
4.2 Analisis Simulasi Korelasi Temperatur Sintering Terhadap Porositas
Analisis simulasi merupakan penganalisaan hasil simulai korelasi temperatur
sintering terhadap porositas setiap komposisi keramik paduan Zirkonia (ZrO2) ber aditif
CaO dengan Alumina (Al2O3) .
4.2.1 Hasil Simulasi
Pengukuran nilai porositas keramik paduan pada komposisi : 30% ZrO2 :70%
Al2O3 ; 40% ZrO2 :60% Al2O3 ; 50% ZrO2 : 50% Al2O3 ; dan 60% ZrO2 :40% Al2O3
secara eksperimen dilakukan pada temperatur sintering 12000C hingga 16000C, sedangkan secara simulasi dapat diketahui nilai densitas pada range temperatur sintering