• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI DESKRIPTIF TERHADAP ORIENTASI BELAJAR ORANG DEWASA PADA PESERTA PELATIHAN TEKNIS PENGOLAHAN BAGI NON APARATUR DI BBPP LEMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI DESKRIPTIF TERHADAP ORIENTASI BELAJAR ORANG DEWASA PADA PESERTA PELATIHAN TEKNIS PENGOLAHAN BAGI NON APARATUR DI BBPP LEMBANG."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI DESKRIPTIF TERHADAP ORIENTASI BELAJAR ORANG DEWASA PADA PESERTA PELATIHAN TEKNIS PENGOLAHAN BAGI

NON APARATUR DI BBPP LEMBANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Pendidikan Luar Sekolah

Oleh

Jesika Kumala Sari

1002002

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Studi Deskriptif Terhadap Orientasi

Belajar Orang Dewasa Pada Peserta

Pelatihan Teknis Pengolahan Bagi Non

Aparatur

Oleh

Jesika Kumala Sari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Jesika Kumala Sari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

JESIKA KUMALA SARI

STUDI DESKRIPTIF TERHADAP ORIENTASI BELAJAR ORANG DEWASA PADA PESERTA PELATIHAN TEKNIS PENGOLAHAN BAGI

NON APARATUR DI BBPP LEMBANG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd.

NIP. 19590826 198603 1 003

Pembimbing II

Dr. Yanti Shantini, M.Pd.

NIP. 19730128 20050 1 2001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd.

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah ... 11

1. Definisi Pendidikan Luar Sekolah ... 11

2. Komponen, Proses dan Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ... 12

3. Pelatihan dalam Pendidikan Luar Sekolah ... 15

B. Konsep Pelatihan ... 16

1. Definisi Pelatihan atau Training ... 16

2. Pendekatan Pelatihan ... 17

3. Melaksanakan Proses Pelatihan ... 18

(5)

Jesika Kumala Sari, 2014

C. Konsep Pendidikan Orang Dewasa ... 23

1. Pengertian Pendidikan Orang Dewasa... 23

2. Menilai kebutuhan dan minat ... 23

D. Konsep Orientasi Belajar ... 24

1. Pengertian Orientasi Belajar ... 24

2. Asumsi Mengenai Belajar Mengajar ... 27

3. Asumsi dan Implikasinya ... 28

4. Kecerdasan Emosional ... 34

BABIII METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 36

1. Lokasi Penelitian ... 36

2. Subjek Penelitian ... 36

B. Desain Penelitian ... 36

1. Tahap Pra-Lapangan ... 36

2. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 37

3. Tahap Analisis Data... 37

4. Tahap Penulisan Laporan ... 37

C. Metode Penelitian ... 37

D. Definisi Operasional ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 39

(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45

1. Latar Belakang Sejarah BBPP Lembang ... 45

2. Visi, misi dan Motto Lembaga ... 46

3. Keadaaan fasilitas personal dan kelengkapan lingkungan kerja di lembaga ... 47

4. Personalia ... 48

5. Identitas Informan Penelitian ... 49

B. Hasil Penelitian ... 49

1. Potensi Diri dan Kebutuhan Peserta Pelatihan ... 49

a. Kesadaran diri ... 49

b. Pengaturan diri ... 50

c. Motivasi ... 51

d. Empati ... 52

e. Keterampilan sosial ... 53

f. Meningkatkan kesejahteraan ... 54

g. Meningkatkan produktivitas kerja ... 55

2. Implementasi Peserta Pelatihan ... 55

a. Reaksi ... 55

b. Belajar ... 55

c. Behavior ... 56

d. Hasil ... 57

3. Rumusan Orientasi Belajar Bagi Peserta Pelatihan ... 58

a. Orientasi pengetahuan ... 58

b. Orientasi tujuan pribadi ... 58

c. Orientasi tujuan masyarakat ... 59

d. Orientasi keinginan untuk bersosialisasi ... 61

(7)

Jesika Kumala Sari, 2014

4. Tindak Lanjut Kegiatan Pelatihan ... 62

a. Jenis kegiatan ... 62

b. Langkah-langkah kegiatan ... 63

c. Pihak terkait ... 64

d. Waktu tindak lanjut ... 64

e. Tempat tindak lanjut ... 64

C. PEMBAHASAN ... 64

1. Potensi Diri dan Kebutuhan Peserta Pelatihan ... 64

2. Implementasi Peserta Pelatihan ... 71

3. Rumusan Orientasi Belajar Bagi Peserta Pelatihan ... 74

4. Tindak Lanjut Kegiatan Pelatihan ... 81

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 89

(8)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis akan pembelajaran orang dewasa pada pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur yang dilaksanakan di BBPP Lembang. Menjadi pendekatan dalam pembelajaran pada pelatihan ini mendorong peneliti untuk mengkaji lebih lanjut tentang orientasi belajar dari peserta. Orientasi belajar itu sendiri merupakan arah tindakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai potensi kehidupan dan kebutuhan untuk bisa menghadapi permasalahan yang dialami. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang: 1) potensi diri dan kebutuhan yang dihadapi peserta pelatihan, 2) implementasi hasil pelatihan oleh peserta pelatihan, 3) upaya merumuskan orientasi belajar peserta pelatihan 4) tindak lanjut pelatihan.

Tinjauan konseptual teoritik penelitian ini mencakup konsep pendidikan luar sekolah, konsep pelatihan, konsep pendidikan orang dewasa, dan konsep orientasi belajar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dan menggunakan pendekatan kualitatif dengan subyek penelitian widyaiswara dan peserta pelatihan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan triangulasi data di BBPP Lembang.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut : (1) peserta pelatihan sudah memahami akan potensi diri mereka. Tetapi, dari kelima indikator yang diteliti, hasil yang paling dominan yaitu indikator motivasi, empati dan keterampilan sosial. Sedangkan dari aspek kebutuhan yang dihadapi, peserta sudah mengerti akan kebutuhan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja peserta. (2) peserta pelatihan akan langsung mengimplementasikan di kehidupan dan kegiatan sehari-hari peserta dari apa yang sudah di pelajari selama kegiatan pelatihan berlangsung. Karena peserta sudah memiliki keterampilan dalam membuat inovasi baru dari hasil pertanian. (3) widyaiswara membuat rumusan orientasi belajar sudah sesuai dengan kebutuhan dan harapan peserta pelatihan. Orientasi belajar yang lebih difokuskan adalah orientasi pengetahuan dan pemenuhan kebutuhan. (4) widyaiswara akan mengadakan tindak lanjut kepada peserta pelatihan setelah kegiatan pelatihan selesai. Dan kegiatan tindak lanjut akan dilaksanakan setelah tiga bulan setelah pelatihan selesai. Kegiatan tindak lanjut ini berlangsung selama empat hari dan kegiatannya dilaksanakan di daerah asal peserta pelatihan. Rekomendasi terhadap orientasi belajar orang dewasa ini diharapkan peserta lebih memahami potensi diri mereka secara keseluruhan dan kebutuhan yang dihadapi, serta diharapkan mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari dari kegiatan pelatihan di kehidupan sehari-hari. Serta widyaiswara membuat orientasi belajar untuk peserta lebih baik lagi agar sesuai dengan kebutuhan peserta. Dan lembagapun harus mendukung agar dapat menghasilkan peserta yang berkualitas.

Kata kunci: Orientasi belajar orang dewasa, Pelatihan teknis pengolahan.

(9)

Jesika Kumala Sari, 2014

ABSTRACT

This research is motivated by the author's interest toward adult learning orientation on participants processing non technical training for non apparatus that was conducted in BBPP Lembang. Being in a learning approach to training encourages researchers to examine learn more about the orientation of the participants. Orientation learning is a course of action in the learning process to achieve the potential of life and necessity to cope with the problems experienced. The purpose of this study is to obtain an overview of: 1) potential and necessity that faced by the participants, 2) implementation of the results training by participants, 3) efforts to formulate a learning orientation participants 4) follow-up training.

Conceptual overview in this study covers the theoretical concept of non-formal education, training concept, the concept of adult education, and the concept of learning orientation.

The method used in this research is descriptive method, and uses a qualitative approach with research subjects, and they are trainers and participants. The techniques of collecting data used interview, observation, document study, and triangulation of data in BBPP Lembang. the results obtained the following conclusions: (1) will have to understand their own potential. However, from the five indicators studied, the dominant result is motivation indicator, empathy and social skills. While from the necessity aspect the participants have understand about the knowledge and skills to improve their welfare and productivity. (2) the participants of training will be implemented what have been learned during the training activities immediately in their life and daily activities. Because they already have skills in making new innovations of agricultural products. (3) widyaiswarahave make formulation of learning orientation in accordance with necessity and expectations of them. The orientation learning is more focuse to knowledge orientation. (4) widyaiswara will hold a follow-up to the participants after the training finished. And follow-up activities will be carried out on three months after the training completed. This follow-up activity lasted for four days and the activities conducted in their region. Recommendations toward adult learning orientation is expected that participants understand their overall potential and necessity, and can apply what they have learned of the training activities in daily life. And widyaiswara make learning orientation be better to participants in order to appropriate with their necessity. And the institution must support to produce excellent quality of the participants.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang sangat berharga dan sangat

menentukan keberhasilan pembangunan suatu masyarakat atau bangsa. Namun,

keberhasilan pembangunan suatu masyarakat atau bangsa ini juga banyak ditentukan

oleh kualitas pribadi sumber daya manusianya. Pribadi sumber daya manusia yang

berkualitas adalah pribadi yang kuat, tangguh, ulet, bijaksana, toleran, dapat bekerja

secara mandiri maupun kelompok serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan

baru. Maka dari itu mereka diberikan pelatihan atau pendidikan agar mempercepat

proses penyesuaian dirinya. (Hagul, 1985, hlm. 15)

Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pengertian pendidikan disini

menegaskan bahwa dalam pendidikan hendaknya tercipta sebuah wadah di mana

peserta didik bisa secara aktif mempertajam dan memunculkan ke permukaan

potensi-potensinya sehingga menjadi kemampuan-kemampuan yang dimilikinya

secara alamiah. Berkaitan dengan pengertian pendidikan, ada tiga jenis pendidikan

yaitu pendidikan formal, informal dan nonformal. Pendidikan juga terdapat perbedaan

yang jelas antara pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan nonformal.

Menurut definisi dan fungsi dari Pendidikan Non Formal sebagaimana yang

tercantum di dalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 yaitu:

(11)

2

Jesika Kumala Sari, 2014

hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional”.

Layanan pendidikan non formal diselenggarakan melalui satuan-satuan yang ada

di pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah. Salah satu satuan pendidikan

luar sekolah adalah pelatihan, dimana pelatihan adalah upaya pembekalan bagi

masyarakat dalam kehidupannya, dalam tujuan pelatihan dimaksudkan agar setiap

orang yang telah mengikuti proses pendidikan dan pelatihan mampu untuk bekerja

sesuai dengan pekerjaannya yang disyaratkan baik melalui bimbingan kerja, maupun

berwiraswasta dan mandiri.

Dalam pengertian pelatihan yang dikemukakan Flippo dalam (Kartika, 2011,

hlm. 8), bahwa pada dasarnya pelatihan merupakan suatu usaha pengetahuan dan

keterampilan agar karyawan dapat mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Lebih jauh

lagi Mills dalam (Kartika, 2011, hlm. 8) menjelaskan bahwa pelatihan yang dibarengi

dengan penuh pengertian merupakan pendidikan lanjutan dan menjadi dasar yang

lebih luas sehingga pekerja akan menjadi lebih terampil, lebih bahagia dalam

pekerjaannya itu dan akan membuat dirinya sadar terhadap kesempatan-kesempatan

untuk mencapai kemajuan atau bahkan untuk merubah latihannya sesuai dengan yang

diinginkannya. Selanjutnya Mills menyatakan bahwa tujuan memperoleh skills,

sikap, kebiasaan berfikir dan kualitas watak yang memungkinkan mereka dapat

memahami pekerjaan-pekerjaannya dan dapat melakukannya secara efisiensi dan

memuaskan.

Mengenai pendidikan nonformal di daerah pedesaan, sedikit sekali program

yang menyelenggarakan pendidikan umum atau pendidikan dasar. Pada dasarnya

yang bisa dilihat adalah program pemberantasan buta huruf di kalangan pedesaan

yang diselenggarakan di kebanyakan negara berkembang. Pelatihan pertanian adalah

satu jenis ragam pelatihan sesuai dengan kondisi lingkungan di pedesaan. Pelatihan

pertanian sangat penting untuk masyarakat di pedesaan karena untuk menambah

(12)

3

dari pertanian. Menurut (Manzoor, 1984, hlm. 30) pendidikan pertanian itu pada

umumnya mengabaikan kenyataan tentang peranan penting kaum wanita dalam usaha

pertanian, padahal golongan wanita merupakan sebagian besar dari angkatan kerja

pertanian di negara-negara berkembang.

Menurut (Carmencita, 2008, hlm. 1) menyediakan pangan dalam jumlah yang

cukup, bergizi dan aman merupakan prioritas utama bagi hampir semua negara di

dunia. Kebijakan pangan umum untuk mencapai hal ini meliputi peningkatan

program keluarga berencana untuk menekan laju pertumbuhan penduduk,

peningkatan teknologi budidaya pertanian untuk menaikan produksi pangan dan

peningkatan teknologi pengolahan pangan untuk memperbaiki efisiensi penggunaan

bahan pangan. Dampak dari pengolahan pangan, termasuk sayur dan buah yang

umumnya bersifat perishable adalah:

1. Memperpanjang periode ketersediaan pangan,

2. Memperbesar keaneka ragaman pangan yang dipasarkan,

3. Meningkatkan kemudahan penyajian,

4. Menekan harga jual, dan

5. Memperluas daerah pemasaran.

Pengolahan makanan adalah mengawetkan produk-produk yang perishable

sehingga dapat disimpan dan dipasarkan sepanjang tahun di dalam maupun luar negri.

Pengolahan makanan juga dapat mengubah bahan pangan menjadi produk-produk

baru, produk-produk dengan gaya guna lebih tinggi atau produk-produk cepat saji.

Semua metode pengolahan pangan dirancang dengan tujuan mencegah terjadinya

perubahan pada karakterteristik pangan yang tidak dikehendaki. Sayuran dan buah

pada umumnya bersifat sangat perishable sehingga memerlukan penanganan

pasca-panen dan pengolahan menjadi berbagai produk olahan yang awet dan disukai.

Kehilangan pasca-panen sayur dan buah dapat mencapai 5% sampai 50% ataupun

(13)

metode-4

Jesika Kumala Sari, 2014

metode penanganan pasca-panen dan pengolahan yang memadai. (Carmencita, 2008,

hlm. 1)

BBPP adalah salah satu lembaga yang melatih para petani dalam menunjang

pengetahuan maupun keterampilan dalam hal pertanian. Menurut peraturan pertanian

Nomor: 49/Permentan/OT.140/9/2011, tanggal 6 September 2011 tentang pedoman

dan pelatihan pertanian aparatur dan non aparatur, juga disebutkan bahwa pelatihan

ini sudah terakreditasi di BBPP Lembang. Petani adalah orang yang menanam,

memanen dan mengolah atau yang mengurus semua tentang pertanian. Kebanyakan

para petani buah dan sayur tidak semua mengerti dalam pengolahan pasca panen.

Mereka hanya menjual dan belum ada inovasi baru untuk membuat keterampilan atau

hasil panen menjadi bervariasi yang bernilai jual tinggi. Hanya beberapa petani sayur

dan buah saja yang dapat memanfaatkan hasil pertanian yang diolah dengan baik.

Petani di indonesia secara kategori usia adalah orang dewasa. Di dalam sistem

pendidikan, salah satu aspek penting yang perlu mendapat perhatian adalah

pendidikan untuk orang dewasa. Tidak seharusnya pendidikan selalu berorientasi

pada murid sekolah yang berusia relatif muda karena kenyataan di lapangan, tidak

sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan, baik melalui pendidikan

informal maupun nonformal. Peserta pelatihan pertanian ini adalah non aparatur atau

yang biasa disebut dengan Petani. Petani atau non aparatur adalah orang dewasa

sebagai peserta didik dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak

didik pada umumnya sehingga memerlukan pendekatan khusus, konsep, metode, dan

strategi yang didasarkan pada asumsi atau pemahaman orang dewasa sebagai siswa.

Orang dewasa memiliki karakteristik yang berbeda dari karakteristik anak.

Karakteristik orang dewasa yaitu, orang dewasa telah memiliki banyak pengalaman

hidup, orang dewasa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, orang dewasa telah

memiliki banyak peranan dan tanggung jawab, kurang kepercayaan pada kemampuan

diri untuk belajar kembali, dan orang dewasa lebih beragam dari para pemuda.

(14)

5

Proses pembelajaran peserta pelatihan harus memperhatikan prinsip-prinsip

pembelajaran yang digunakan pendidikan orang dewasa. Pendidikan orang dewasa

berlangsung dalam bentuk pengarahan diri sendiri untuk memecahkan masalah

(Suprijanto, 2007, hlm. 11) ada perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa jika

ditinjau berdasarkan umur, ciri psikologis, dan ciri biologis. Ditinjau dari segi umur,

seseorang yang berumur antara 16-18 tahun dapat dikatakan sebagai orang dewasa

dan yang kurang dari 16 tahun dapat dikatakan masih anak-anak. Ditinjau dari

psikologis, seseorang yang dapat mengarahkan diri sendiri, tidak selalu tergantung

pada orang lain, mau bertanggung jawab, mandiri, berani mengambil resiko, dan

mampu mengambil keputusan, orang tersebut dikatakan telah dewasa secara

psikologis. Sedangkan ditinjau dari ciri-ciri biologis, seseorang yang telah

menunjukan tanda-tanda kelamin sekunder, orang tersebut dikatakan sudah dewasa

secara biologis.

Menurut (Zaenudin, 2012, hlm. 2) manusia membutuhkan pengembangan diri

sesuai minat dan bakatnya. Hal tersebut menyangkut ilmu pengetahuan dan

keterampilan. Karenanya proses belajar tidak pernah berhenti sejak kanak-kanak

sampai dewasa bahkan di usia tua. Manusia dewasa khususnya, senantiasa

memerlukan tantangan dan pengalaman baru dari proses belajar yang mereka

lakukan. Adapun proses belajar mengajar orang dewasa berbeda dengan proses

belajar mengajar anak-anak. Untuk itulah diperlakukan suatu pendekatan untuk

pengajaran bagi orang dewasa yang dikenal sebagai andragogi.

Konsep andragogi yaitu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.

Dewasa ini di kalangan para ahli pendidikan orang dewasa telah berkembang baik di

Eropa maupun di Amerika Utara, suatu teori mengenai cara mengajar orang dewasa.

Untuk membedakan dengan pedagogi, maka teori baru tersebut dikenal dengan nama

andragogi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu andr yang berati orang dewasa dan

(15)

6

Jesika Kumala Sari, 2014

dirumuskan sebagai suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.

(Zaenudin, 2012, hlm. 2)

Pendidikan tersebut diperuntukkan bagi orang-orang dewasa dalam lingkungan

masyarakat, agar mereka dapat mengembangkan kemampuan, memperkaya

pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan profesi yang telah dimiliki, meperoleh

cara-cara baru, serta mengubah sikap dan perilaku orang dewasa. Tujuan pendidikan

ini ialah supaya orang-orang dewasa mampu mengembangkan diri secara optimal dan

berpartisipasi aktif, malah menjadi pelopor di masyarakat, dalam kehidupan sosial,

ekonomi, dan budaya yang terus berubah dan berkembang.

Salah satu teknik berhubungan antar manusia yang dapat digunakan dalam proses

pengajaran, untuk meningkatkan kualitas hubungan individu dalam kelompok atau

kelas, dengan pendekatan andragogi. Karena itu, agar peserta berpartisipasi aktif,

dalam prosesnya menggunakan siklus belajar orang dewasa. Dengan demikian,

banyak dilakukan kegiatan-kegiatan yang dapat memberi pengalaman belajar seperti

melalui berbagai macam kegiatan. Proses kegiatan belajar ini harus berorientasi pada

tujuan kegiatan belajar artinya bahwa kegiatan belajar direncanakan, dilaksanakan

dan diarahkan untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

dan bersama warga belajar atau peserta pelatihan. pada orang dewasa, memiliki

orientasi belajar cenderung berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi

(Problem Centered Orientation). (Teomokole, 2010)

Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa merupakan kebutuhan untuk

menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama

dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa. Selain itu,

perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu.

Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau

dimanfaatkan dalam waktu segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari

masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada

(16)

7

memperoleh sekolah yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat

materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut

hendaknya bersifat praktis (menjawab kebutuhan) dan dapat segera diterapkan di

dalam kenyataan sehari-hari.

Menurut Sheffield dalam (Azhari, 2011) orientasi belajar orang dewasa adalah

prinsip utama yang memberi makna atau arah pada tindak atau proses pembelajaran

yang berkelanjutan, yang dilakukan oleh pelajar dewasa. Dalam riset lanjutan yang

dilakukan oleh Sheffield, ia menemukan lima orientasi belajar orang dewasa, yakni :

a. Orientasi Pengetahuan.

b. Orientasi Tujuan Pribadi.

c. Orientasi Tujuan Masyarakat.

d. Orientasi Keinginan untuk Bersosialisasi.

e. Orientasi Pemenuhan Kebutuhan.

Dapat disimpulkan bahwa orientasi belajar orang dewasa adalah suatu sikap

mengenai arah tindakan dalam proses pembelajaran yang berkelanjutan yang

dilakukan oleh orang dewasa untuk mencapai potensi kehidupan. Hal ini dikarenakan

belajar bagi orang dewasa merupakan kebutuhan untuk menghadapi dan

menyelesaikan permasalahan yang dialami dalam kehidupan keseharian, terutama

berkaitan dengan peran kerja atau peran sosialnya. Dalam implikasinya bahwa sifat

materi pembelajaran orang dewasa lebih bersifat praktis dan dapat segera diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari.

Karena peserta pelatihan yang didominasi oleh orang dewasa yang memiliki

beragam usia dan memiliki kemampuan maupun pengalaman yang berbeda-beda dan

juga mempunyai orientasi terhadap belajar. Sehingga melalui metode atau pendekatan

pendidikan orang dewasa, peserta pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan

keterampilan dalam pengolahan hasil pertanian yang mereka panen setiap musimnya.

Melalui pelatihan teknis pengolahan hasil buah dan sayur, mereka akan mendapatkan

(17)

8

Jesika Kumala Sari, 2014

peningkatan kualitas penjualan maupun pemasaran. Hal tersebut mendorong peneliti

untuk mengkaji mengenai orientasi belajar pada petani sebagai orang dewasa pada

peserta pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur di BBPP Lembang.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil observasi lapangan, maka

teridentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Peserta pelatihan bersifat heterogen sehingga ada keanekaragaman diantara

peserta pelatihan.

2. Peserta pelatihan merupakan orang dewasa yang sudah mempunyai konsep diri,

yaitu kepribadian yang tidak bergantung kepada orang lain. Tetapi konsep diri

disini tidak dijadikan dasar utama dalam pelaksanaan pelatihan teknis

pengolahan.

3. Peserta pelatihan merupakan orang dewasa yang sudah mempunyai pengalaman

yang banyak dan pengalaman ini dapat menjadi sumber yang penting. Namun,

pengalaman peserta tersebut tidak selalu didasari oleh pengetahuan yang

memadai sehingga dalam pelaksanaan pelatihan tidak dijadikan fokus utama.

4. Peserta pelatihan terdiri dari orang dewasa yang mempunyai kesiapan belajar

yang diprioritaskan pada tugas-tugas perkembangan dan peran sosialnya. Tugas

yang diberikan kepada peserta hanya sebagai pendukung proses pelatihan. Dalam

hal ini widyaiswara perlu menjelaskan hubungan antara materi yang akan

disampaikan dengan tugas dan peran sosialnya.

5. Peserta pelatihan terdiri dari orang dewasa yang mempunyai orientasi terhadap

belajar atau prospektif waktu dalam arti ingin secepatnya mengaplikasikan apa

(18)

9

diterapkan dalam pelatihan. Karena orientasi belajar berpusat pada pemecahan

masalah yang sedang dihadapi dalam kehidupan keseharian peserta. Sehingga

dalam hal ini widyaiswara perlu memberikan gambaran tentang masalah mana

saja yang bisa dipecahkan oleh materi yang akan disampaikan.

6. Peserta pelatihan belum pernah mengikuti pelatihan sejenis.

7. Widyaiswara dibalai besar pelatihan pertanian lembang memiliki tingkat

pendidikan dan keahlian yang berbeda-beda, sehingga mampu mengembangkan

metode pembelajaran yang berbeda-beda.

C. Rumusan Masalah Penelitian

1. Apakah peserta pelatihan memahami potensi diri dan kebutuhan yang dihadapi?

2. Apakah peserta pelatihan akan mengimplementasikan hasil pelatihan yang sudah

dipelajari setelah mengikuti pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur?

3. Apakah widyaswara merumuskan orientasi belajar bagi peserta pelatihan dalam

pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur?

4. Apakah widyaswara mengadakan tindak lanjut setelah diadakan pelatihan teknis

pengolahan bagi non aparatur?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh gambaran tentang data dan informasi mengenai pemahaman

peserta pelatihan terhadap potensi diri dan kebutuhan yang dihadapinya.

2. Untuk memperoleh gambaran tentang data dan informasi mengenai implementasi

hasil pelatihan yang telah dipelajari setelah mengikuti pelatihan teknis

pengolahan bagi non aparatur.

3. Untuk memperoleh gambaran tentang data dan informasi mengenai merumuskan

orientasi belajar oleh widyaiswara bagi peserta sebelum diadakannya pelatihan

teknis pengolahan bagi non aparatur.

4. Untuk memperoleh gambaran tentang data dan informasi mengenai tindak lanjut

(19)

10

Jesika Kumala Sari, 2014 E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, manfaat yang dapat diperoleh dari

penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis, diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan

informasi mengenai suatu proses pembelajaran pelatihan dengan menggunakan

pendekatan pendidikan orang dewasa khususnya mengenai orientasi belajar

orang dewasa dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan membantu

memecahkan masalah pada orang dewasa.

2. Manfaat secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

bagi pihak penyelenggara program pelatihan, widyaiswara dan peserta pelatihan.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka

berikut ini adalah rencana peneliti membagi pokok-pokok pembahasan yang terdiri

dari:

1. BAB I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah

Penelitian, Rumusan Masalah Penilitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian

dan Struktur Organisasi Skripsi.

2. BAB II Kajian Pustaka terdiri dari Konsep Pendidikan Luar Sekolah, Konsep

Pelatihan, Konsep Pendidikan Orang Dewasa, Konsep Orientasi Belajar.

3. BAB III Metode Penelitian terdiri atas Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel

Penelitian, Desain Penelitian dan Justifikasi, Metode Penelitian dan justifikasi,

Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen,

Teknik Pengumpulan Data dan Alasan Rasionalnya, Analisis Data.

4. BAB IV Hasil penelitian dan Pembahasan terdiri atas Pengolahan atau Analisis

data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah Penelitian,

Pertanyaan Penelitian, Hipotesis, Tujuan Penelitian dan Pembahasan atau

(20)

11

5. BAB V Simpulan dan Saran terdiri dari penafsiran dan pemaknaan peneliti

(21)

12

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di laksanakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)

Lembang Bandung. BBPP merupakan lembaga pelatihan yang mengembangkan

pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian. BBPP beralamat

di Jl. Kayu Ambon No.82 Lembang, Bandung Barat.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu yang terkait dengan hal yang akan diteliti.

Sedangkan sumber data ialah suatu hal, benda, atau tempat dimana peneliti

mengamati, membaca, atau bertanya tentang data. Penentuan sumber data pada orang

yang diwawancarai dilakukan secara purposive, menurut Sugiyono (Sugiyono, 2013 ,

hlm. 52) purposive dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu, purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu. Dalam penelitian ini sumber data berasal dari penyelenggara pelatihan,

peserta pelatihan dan widyaswara di BBPP Lembang. Subjek penelitian disini

berjumlah empat orang. Terdiri dari dua widyaswara dan dua peserta pelatihan.

B. Desain Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu sebagai

berikut:

1. Tahap Pra-Lapangan

Tahap pertama yang dilakukan oleh peneliti yaitu melakukan observasi langsung

ke lokasi penelitian dan mengobservasi pada pelatihan yang menjadi bahan

penelitian. Tempat penelitian ini dilakukan di Balai Besar Pelatihan Pertanian

(BBPP) Lembang. Yang berlokasi di jalan kayuambon no.82 Lembang Kabupaten

(23)

37

Jesika Kumala Sari, 2014

terkait atau kepada pihak BBPP Lembang. Peneliti juga sering berkonsultasi kepada

penyelenggara diklat, Widyaswara maupun petugas terkait lainnya agar penelitian

yang sedang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana. Peneliti juga melakukan

wawancara kepada pihak-pihak yang terkait mengenai penelitian yang sedang

dilakukan.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaan lapangan merupakan bagian yang harus dilakukan oleh peneliti

di lokasi penelitiannya. Tugas yang dilakukan pada tahap pekerjaan lapangan adalah

mengumpulkan data melalui teknik-teknik yang sudah disusun dan direncanakan

sesuai prosedur penelitian dan kondisi yang ada di lapangan.

3. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data dalam penelitian, dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Peneliti

sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang

diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan

melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu. Pengumpulan data yang

dilakukan oleh peneliti adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi.

4. Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan adalah tahapan gabungan dari pengumpulan data dan

analisis data. pada tahap penulisan laporan ini, peneliti mengolah data dari awal

sampai akhir sesuai dengan teori dan data empiriknya.

C. Metode Penelitian

Menurut (Arikunto, 2000, hlm. 309), metode deskriptif merupakan sebuah

metode penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai

status suatu gejala yang ada. Yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat

penelitian dilakukan. Dalam penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji

hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel,

(24)

38

pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara

sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat.

Metode penelitian deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan memaparkan tentang orientasi belajar orang dewasa pada peserta

pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur. Pada penulisannya pun lebih

mengarah pada pengumpulan dan penyusunan data mengenai potensi diri dan

kebutuhan yang dihadapi, implementasi hasil pelatihan, upaya widyaiswara dalam

merumuskan orientasi belajar dan tindak lanjut pelatihan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

(Sugiyono, 2013 , hlm. 9) menyatakan bahwa:

“Pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi.”

Pendekatan kualitatif digunakan untuk melibatkan peneliti langsung pada

kehidupan nyata subjek yang diteliti yaitu terlibat langsung dilapangan dan

mengumpulkan data dan informasi yang sesuai dengan fokus masalah yang diteliti.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah dalam penelitian,

maka penulis memberikan penjelasan umum maupun definisi operasional dalam

penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Orientasi belajar orang dewasa

Orientasi belajar orang dewasa adalah arah tindakan dalam proses pembelajaran

yang berkelanjutan yang dilakukan oleh orang dewasa untuk mencapai potensi

kehidupan. Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa merupakan kebutuhan

untuk bisa menghadapi dan menyelesaikan permasalahan yang dialami dalam

kehidupan keseharian, terutama berkaitan dengan peran kerja atau peran sosialnya.

(25)

39

Jesika Kumala Sari, 2014

praktis dan dapat segera diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga petani

yang sudah dibekali ilmu selama proses pelatihan, mereka sudah seharusnya

mengaplikasikan hasil yang sudah dipelajari dalam pelatihan.

2. Pelatihan teknis pengolahan

Pelatihan teknis pengolahan merupakan pelatihan salah satu cara penanganan

buah-buahan dan sayuran pada saat produksi melimpah yaitu dengan mengolahnya

menjadi berbagai macam produk olahan buah dan sayur sehingga memiliki daya

simpan yang lebih panjang dan jangkauan pemasarannya akan lebih luas. Pelatihan

teknis pengolahan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan peserta pelatihan.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti

itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi”

seberapa jauh peneliti ini siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke

lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap

pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasana terhadap bidang yang

diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik

maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui

evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode ini, penguasaan teori dan

wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.

Menurut Nasution dalam Sugiyono (2013, hlm. 223) menyatakan:

(26)

40

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat difahami bahwa, dalam penelitian

kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang

menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang akan

dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

1. Observasi

Menurut Nasution dalam Sugiyono (2013, hlm. 226) menyatakan bahwa,

observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui

observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat

canggih, sehingga nbenda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun

yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas. Sanafiah

Faisal dalam Sugiyono (2013, hlm. 226) mengklasifikasikan observasi menjadi

observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara

terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang

tak berstruktur (unstructured observation), selanjutnya Susan Stainback dalam

Sugiyono (2013, hlm. 226) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu

pasive participaton, moderate participation, active participation, dan complete

participation.

Peneliti melakukan observasi dalam proses pelatihan kepada peserta pelatihan.

Yang diobservasi peneliti adalah melihat potensi diri peserta pelatihan. Seperti mulai

dari kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosialnya.

(27)

41

Jesika Kumala Sari, 2014

Ensberg dalam Sugiyono (2013, hlm. 231) mengatakan bahwa wawancara adalah

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan

untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal0hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data

ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau

setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Dalam penelitian ini, peneliti

sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam.

Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang

yang ada di dalamnya.

Peneliti mewawancarai peserta pelatihan maupun widyaiswara sebagai

narasumber untuk menjawab pertanyaan peneliti mengenai:

a. Potensi diri dan kebutuhan peserta pelatihan.

b. Implementasi dari hasil pelatihan

c. Upaya widyaiswara dalam merumuskan orientasi belajar bagi peserta pelatihan.

d. Tindak lanjut pelatihan.

3. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen

yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories),

ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya

foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya

karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.studi dokumen

adalah pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian

kualitatif. Dalam hal dokumen Bogdan dalam Sugiyono (2013, hlm.240) menyatakan

(28)

42

broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which

describes his or her own actions, experience and belief”.

4. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan

data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data

dengan triangulasi, maka sebenernya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus

menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik

pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Dalam hal triangulasi, Susan Stainback dalam Sugiyono (2013, hlm.241)

menyatakan bahwa “the aims is not determine the truth about some social phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase one’s understanding

of what ever is being investigated”. Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari

kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman

peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Selanjutnya Bogdan menyatakan “what

the qualitative researcher is interested in is not truth perse, but rather perspectives.

Thus, rather than trying to determine the “truth” of people’s perceptions, the purpose of corroboration is to help reserchers increase their understanding and the

probability that their finding will be seen as credible or worthy of concideration by others”.

Tujuan penelitian kualitatif memang bukan semata-mata mencari kebenaran,

tetapi lebih pada pemahaman subyek terhadap dunia sekitarnya. Dalam memahami

dunia sekitarnya, mungkin apa yang dikemukakan informan salah, karena tidak sesuai

dengan teori, tidak sesuai dengan hukum.

Peneliti melakukan triangulasi data dengan membandingkan data yang diperoleh

dari subjek penelitian yakni dari wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

(29)

43

Jesika Kumala Sari, 2014

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai dilapangan. Dalam hal ini Nasution

dalam Sugiyono (2013, hlm. 245) menyatakan “Analisis telah mulai sejak

merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung

terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi

penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang “grounded”, namun dalam

penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan

bersamaan dengan pengumpulan data. Infact, data analysis in qualitative research is

an on going activity that occures throughout the investigative process rather than

after process. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses

pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data.

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah proses dalam memperoleh data dari hasil observasi,

wawancara dan hasil studi dokumentasi yang dialami oleh peneliti itu sendiri.

Pengumpulan data ini menyangkut semua hal yang berhubungan dengan penelitian

yang secara alamiah dan berhubungan dengan kegiatan penyelenggaraan pelatihan

teknis pengolahan hasil buah dan sayur di BBPP Lembang.

2. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti

ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu

perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat

dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode

(30)

44

tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan.

Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala

sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang

harus dijadikan perhatian perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.

3. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini

Miles and Huberman dalam Sugiyono (2013, hlm. 249) menyatakan” the most frequent form of display data for qualitative reserch data in the past has been

narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka

akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

(31)

45

(32)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan simpulan dan saran berdasarkan

temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang

diteliti yaitu: “Studi Deskriptif Terhadap Orientasi Belajar Orang Dewasa Pada Peserta Pelatihan Teknis Pengolahan Bagi Non Aparatur Di BBPP Lembang”.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah diungkapkan pada bab IV, peneliti

dapat menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Potensi Diri dan Kebutuhan Peserta Pelatihan

Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa peserta pelatihan memahami potensi

diri mereka. Dari aspek potensi diri yang diteliti memiliki lima indikator. Yaitu

indikator kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial.

Tetapi yang paling dominan dari lima indikator yang diteliti adalah indikator

motivasi, empati dan keterampilan sosial. Dilihat dari kesadaran diri, peserta

pelatihan merasa dirinya memiliki kemampuan dan kepercayaan diri yang kuat dari

petani lainnya, tetapi ada juga peserta yang merasa sadar jika kemampuannya kurang

dari petani lainnya sehingga kepercayaan dirinyapun ikut menurun. Tetapi dalam hal

ini, widyaiswara memberikan kesimpulan jika pada dasarnya mereka memiliki

kemampuan lebih dari petani lainnya sehingga dapat dipilih untuk menjadi peserta

pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur di BBPP Lembang. Peserta pelatihan

mampu mengatur dirinya untuk terus berusaha dalam melaksanakan pekerjaannya

hingga tercapainya tujuan yang mereka harapkan terutama dalam hal meningkatkan

nilai ekonomi atau pendapatan. Peserta pelatihan memiliki motivasi yang tinggi

untuk mengikuti pelatihan teknis pengolahan ini dikarenakan banyak keuntungan dan

tujuan yang mereka harapkan dari pelatihan ini. Mereka berharap jika pengetahuan

(33)

85

Jesika Kumala Sari, 2014

produksi dapat di olah menjadi berbagai macam inovasi dan memiliki nilai jual yang

tinggi. Motivasi disini bukan hanya dari keinginan peserta sendiri tetapi hal ini di

dukung oleh pihak luar seperti dinas setempat yang memberikan motivasinya dalam

bentuk moril maupun materil. Peserta pelatihan mempunyai empati yang baik.

Semua peserta pelatihan mampu memahami dan mampu menyelaraskan diri dengan

peserta lainnya walaupun peserta berasal dari berbagai macam daerah yang berbeda.

Tetapi hal ini tidak menjadi penghambat untuk mereka. Peserta pelatihan memiliki

keterampilan sosial yang bagus. Karena mereka mampu untuk memimpin dan

menyelesaikan masalah dalam kerja tim. Hal ini dikarenakan para peserta yang

terpilih mengikuti pelatihan teknis pengolahan ini, merupakan ketua kelompok tani

di daerahnya masing-masing.

Pada aspek kebutuhan, memiliki dua indikator yaitu indikator meningkatkan

kesejahteraan dan indikator produktivitas kerja. Peserta pelatihan membutuhkan

pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan,

mereka ingin pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dapat membuat

produk-produk olahan yang memiliki nilai jual tinggi sehingga dapat membantu peserta

dalam hal peningkatan pendapatan para petani. Peserta lebih disiplin dan menghargai

waktu dalam bekerja. Peserta menyadari jika produktivitas lebih baik, maka

pendapatan yang dihasilkan juga akan meningkat. Sehingga permasalahan yang

dihadapi di kehidupannya akan mudah terselesaikan dengan baik.

Peserta pelatihan sudah memahami kebutuhan yang dihadapi. Seperti kebutuhan

akan pengetahuan, keterampilan yang dapat mendukungnya dalam menambah dan

meningkatkan pendapatan yang lebih baik dari sebelumnya. Sehingga kesejahteraan

yang diharapkan akan tercapai dan terpenuhi. Sama halnya dengan produktivitas

kerja, peserta pelatihan sudah mulai mengetahui bagaimana cara meningkatkan

produktivitas kerja mereka dalam hal disiplin waktu agar dapat bekerja lebih

produktif. Sehingga pekerjaan yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang sesuai

(34)

86

2. Implementasi Hasil Pelatihan

Peserta pelatihan akan mengimplementasikan hasil pelatihan yang sudah

diajarkan selama kegiatan pelatihan berlangsung. Hal ini ditunjang dari pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang sudah lebih baik dan meningkat dari sebelumnya.

Khususnya dalam hal keterampilan, peserta sudah dapat membuat inovasi-inovasi

baru dari produk hasil olahan pertanian. Sehingga para peserta akan langsung

mengimplementasikan di kehidupan mereka dalam mengolah hasil pertanian sesuai

dengan potensi di daerah mereka masing-masing agar produk yang dihasilkan

memiliki nilai jual dan kualitas yang lebih baik sehingga pendapatanpun akan

meningkat.

Peserta senang mengikuti kegiatan pelatihan teknis pengolahan ini. Peserta juga

akan mengimplementasikan hasil pelatihan yang sudah diajarkan selama proses

pelatihan di kehidupan mereka. Kegiatan yang dilakukan oleh widyaswara sesuai

dengan materi-materi yang seharusnya dipelajari oleh peserta pelatihan khususnya

dalam materi pengolahan hasil pertanian. Perilaku peserta mulai berubah jauh lebih

baik, serta meningkat dalam pengetahuan dan keterampilannya. Hasil yang didapat

selama kegiatan pelatihan ini yaitu, meningkatnya produktivitas kerja peserta

pelatihan dan dalam hal ini widyaiswara memberikan materi-materi pengetahuan

maupun keterampilannya sehingga peserta dapat lebih disiplin untuk bekerja dan

menjadi lebih produktif lagi.

3. Orientasi Belajar Peserta Pelatihan

Widyaiswara merumuskan orientasi belajar sudah sesuai dengan orientasi belajar

peserta dalam memenuhi kebutuhan yang diharapkan. Ada lima indikator yang

diteliti. Seperti indikator orientasi pengetahuan, orientasi tujuan pribadi, orientasi

tujuan masyarakat, orientasi keinginan untuk bersosialisasi, dan orientasi pemenuhan

(35)

87

Jesika Kumala Sari, 2014

pengetahuan dan pemenuhan kebutuhan. Widyaswara merumuskan materi

pengetahuan yang akan diberikan kepada peserta pelatihan sesuai dari hasil

identifikasi kebutuhan, yaitu tentang pengolahan hasil. Pengetahuan ini sangat

penting untuk mengetahui cara-cara pengolahan. Widyaswara membuat tujuan dalam

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta yang akan menjamin kemajuan

profesi peserta sebagai petani yang lebih unggul dari petani lainnya. Selain itu juga,

akan meningkatkan nilai pendapatan peserta dari pembekalan pengetahuan dan

keterampilan yang sudah dipelajari selama pelatihan.

Peserta pelatihan menjadi lebih efektif, peka terhadap masalah yang ada

dimasyarakat, mapun membantu melayani masyarakat dalam hal pertanian ataupun

dalam membagikan ilmunya untuk membantu masyarakat lainnya, yang masih

kurang pengetahuannya dalam hal pengolahan pertanian. Peserta diberikan motivasi

agar mampu menjadi petani yang lebih baik dan unggul agar kesejahteraannya

meningkat dan dapat berkontribusi untuk kemajuan daerahnya. Selain itu, peserta

mampu memenuhi kebutuhan pribadi maupun kebutuhan kelompok. Peserta dibekali

ilmu untuk mengetahui cara-cara dalam mengolah hasil pertanian, maupun

pemasarannya. Sehingga akan mendapatkan nilai tambah dalam hal pendapatan. Jika

dalam kepentingan kelompok, peserta dapat membagi ilmunya kepada anggota

kelompok lainnya dan dapat bekerjasama dalam bidang pertanian yang dalam

mengolah hasil pertanian demi kemajuan daerah. Dalam orientasi pemenuhan

kebutuhan, peserta pelatihan mampu memecahkan masalah yang dihadapi peserta

pelatihan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti, dalam membuat inovasi-inovasi dari

pengolahan hasil pertanian agar peserta mempunyai kegiatan-kegiatan yang positif

dan juga dapat menambah nilai pendapatan peserta pelatihan. Sehingga orientasi

belajar yang dirumuskan oleh widyaiswara akan tepat maupun terlaksana dengan baik

dan sesuai yang dengan kebutuhan peserta pelatihan.

(36)

88

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa dari jenis kegiatan yang dilakukan peserta

pelatihan di dalam kegiatan sehari-harinya yaitu mengimplementasikan atau

menerapkan ilmu-ilmu yang sudah diajarkan selama proses pelatihan yang sudah

berlangsung kepada anggota-anggota di kelompok tani yang ada di daerahnya.

Pengetahuan dan keterampilannya diterapkan sesuai dengan potensi daerahnya

masing-masing. Langkah-langkah yang dilakukan peserta pasca pelatihan yaitu mulai

dari meminta izin untuk membuka usaha, pengemasan dan pelabelan produk yang

dihasilkan dan melakukan pemasaran agar produk yang dihasilkan dapat terjual.

Pihak yang akan mengadakan tindak lanjut ini adalah pihak widyaswara,

penyelenggara diklat yang sudah melakukan kegiatan diklat. Kegiatan tindak lanjut

ini diadakan tiga bulan setelah kegiatan pelatihan berlangsung. Sedangkan waktu

pelaksanaannya empat hari. Berdasarkan tempat tindak lanjut, diadakan di tempat

tinggal atau di daerah peserta pelatihan berasal. Pihak widyaswara maupun pihak

lembaga terkait akan mengadakan tindak lanjut/bimbingan lanjutan setelah kegiatan

pelatihan ini selesai. Untuk melihat dan menilai bagaimana hasil dari pelatihan yang

sudah dilaksanakan sebelumnya.

B. Saran

Setelah mengkaji dari hasil penelitian mengenai studi analisis terhadap orientasi

belajar orang dewasa pada peserta pelatihan teknis bagi non aparatur di BBPP

Lembang. maka diungkapkan beberapa saran yang diharapkan berguna bagi semua

pihak.

1. Pihak Lembaga Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang.

a. Diadakan pelatihan teknis pengolahan hasil buah dan sayur bagi non aparatur

tiap tahunnya. Hal ini berguna untuk menambah pengetahuan, maupun

keterampilan peserta pelatihan dalam hal pengolahan hasil pertanian.

b. Diharapkan lembaga BBPP Lembang ini lebih meningkatkan kualitas

(37)

89

Jesika Kumala Sari, 2014

2. Widyaiswara

a. Widyaiswara harus lebih baik lagi dalam membuat orientasi belajar bagi

peserta pelatihan agar semua yang dirumuskan sesuai dan tidak ada yang

terlewatkan.

b. Widyaiswara dan peserta harus lebih kompak lagi dalam pelaksanaan

pembelajaran agar proses pelatihan berlangsung dengan baik dan sesuai

tujuan.

3. Peserta Pelatihan.

a. Peserta pelatihan diharapkan lebih mengenali potensi secara menyeluruh dan

kebutuhan yang dihadapinya.

b. Peserta pelatihan diharapkan untuk mengimplementasikan pengetahuan,

sikap maupun keterampilan yang sudah diajarkan selama pelatihan di

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku :

Carmencita. (2008). Teknologi Pengolahan Buah dan Sayur. Bandung: Widya

Padjajaran.

Depdiknas, (2003). Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional. Bandung

Hagul, P. (1985). Pembangunan Desa dan Swadaya Masyarakat . Jakarta : CV

Rajawali .

Kamil. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan (konsep dan aplikasi). Bandung :

Alfabeta.

Kartika, I. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung: Alfabeta.

Latif, A. (2007). Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan . Bandung : PT

Refika Aditama .

Lunadi, A. (1993). Pendidikan Orang Dewasa . Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Manzoor, P. d. (1984). Pembangunan Desa dan Lembaga Masyarakat. Jakarta:

Rajawali.

Sudjana. (2001). Pendidikan Luar Sekolah . Bandung : Falah Production.

Sudjana. (1983). Strategi Kegiatan Belajar Mengajar Dalam Pendidikan

Nonformal . Bandung : Theme 76.

Sugiyono. (2013 ). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung :

Alfabeta .

(39)

Jesika Kumala Sari, 2014

Uno, H. (2006). Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran . Jakarta: PT

Bumi Aksara .

Zaenudin. (2012). Andragogi . Bandung : Angkasa Bandung.

Sumber internet :

Alexander. (1998, Januari). Pengertian dan beberapa asumsi dasar. Dipetik Mei

15, 2014, dari Pengertian dan beberapa Asumsi dasar:

http://08-

048mutia.blogspot.com/2010/02/pengertian-dan-beberapa-asumsi-dasar.html

Azhari, R. (2011, februari 22). Pendidikan Orang Dewasa dan Orientasi Belajar

Orang dewasa. Dipetik mei 15, 2014, dari Pendidikan Orang Dewasa dan

Orientasi Belajar Orang Dewasa: [online]

http://azharirafnel.blogspot.com/2011/11/pendidikan-orang-dewasa-dan-orientasi.html

Knowles. (2007). Diambil kembali dari pendidikan orang dewasa [online]

tersedia: https://prari007luck.wordpress.com/tag/orientasi-belajar/

Teomokole. (2010). Dipetik 2014 , dari pendekatan-pendidikan-orang-dewasa

[online] tersedia :

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Priyono (1998), laju natalitas spesifik monyet ekor panjang di alam tidak dapat dihitung secara tepat karena : 1) Umur setiap individu monyet ekor panjang di alam tidak

“Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai

mengatakan, bahwa BRI Syariah Kantor Cabang Sidoarjo melakukan perekrutan dari dalam atau internal, yaitu berasal dari grup BRI. Posisi yang dapat diisi dari internal,

3 YEAR TERMS Bouchard, Ellen Kitzmann, Tricia Olson, Lindsay Read, Katherine Renshaw, Emmaly Schladetzky, Zachary Walker, Stacia Walter, Adam Jackson, Brandon. ZONING

Penelitian yang dilakukan oleh Aryani (2012), ada beberapa hambatan yang dialami oleh guru dalam pelaksanaan pendekatan saintifik (scientific approach) antara lain: (1)

Melihat dari fenomena yang telah diuraikan diatas, bidang industri kreatif berpotensi untuk memiliki banyak pesaing, sehingga para pelaku usaha industri kreatif harus

Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Burok, Pulau Rusa, Pulau Keuresek, Pulau Meurandeh, Pulau Bunta, Pulau Batee, Pulau Lumpat, Pulau Geupon, PulauTeunom, Pulau

MUHAMMAD ABDULLAH SANI NASUTION : The Estimate of Carbon Stock of Ground Cover at Agroforestry Coffe (Coffea arabica L.) with the Main Plant of Suren (Toona sureni Merr.) and