STUDI DESKRIPTIF TERHADAP ORIENTASI BELAJAR ORANG DEWASA PADA PESERTA PELATIHAN TEKNIS PENGOLAHAN BAGI
NON APARATUR DI BBPP LEMBANG
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Pendidikan Luar Sekolah
Oleh
Jesika Kumala Sari
1002002
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Studi Deskriptif Terhadap Orientasi
Belajar Orang Dewasa Pada Peserta
Pelatihan Teknis Pengolahan Bagi Non
Aparatur
Oleh
Jesika Kumala Sari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Jesika Kumala Sari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
JESIKA KUMALA SARI
STUDI DESKRIPTIF TERHADAP ORIENTASI BELAJAR ORANG DEWASA PADA PESERTA PELATIHAN TEKNIS PENGOLAHAN BAGI
NON APARATUR DI BBPP LEMBANG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd.
NIP. 19590826 198603 1 003
Pembimbing II
Dr. Yanti Shantini, M.Pd.
NIP. 19730128 20050 1 2001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ... v
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Rumusan Masalah ... 9
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah ... 11
1. Definisi Pendidikan Luar Sekolah ... 11
2. Komponen, Proses dan Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ... 12
3. Pelatihan dalam Pendidikan Luar Sekolah ... 15
B. Konsep Pelatihan ... 16
1. Definisi Pelatihan atau Training ... 16
2. Pendekatan Pelatihan ... 17
3. Melaksanakan Proses Pelatihan ... 18
Jesika Kumala Sari, 2014
C. Konsep Pendidikan Orang Dewasa ... 23
1. Pengertian Pendidikan Orang Dewasa... 23
2. Menilai kebutuhan dan minat ... 23
D. Konsep Orientasi Belajar ... 24
1. Pengertian Orientasi Belajar ... 24
2. Asumsi Mengenai Belajar Mengajar ... 27
3. Asumsi dan Implikasinya ... 28
4. Kecerdasan Emosional ... 34
BABIII METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 36
1. Lokasi Penelitian ... 36
2. Subjek Penelitian ... 36
B. Desain Penelitian ... 36
1. Tahap Pra-Lapangan ... 36
2. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 37
3. Tahap Analisis Data... 37
4. Tahap Penulisan Laporan ... 37
C. Metode Penelitian ... 37
D. Definisi Operasional ... 38
E. Instrumen Penelitian ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45
1. Latar Belakang Sejarah BBPP Lembang ... 45
2. Visi, misi dan Motto Lembaga ... 46
3. Keadaaan fasilitas personal dan kelengkapan lingkungan kerja di lembaga ... 47
4. Personalia ... 48
5. Identitas Informan Penelitian ... 49
B. Hasil Penelitian ... 49
1. Potensi Diri dan Kebutuhan Peserta Pelatihan ... 49
a. Kesadaran diri ... 49
b. Pengaturan diri ... 50
c. Motivasi ... 51
d. Empati ... 52
e. Keterampilan sosial ... 53
f. Meningkatkan kesejahteraan ... 54
g. Meningkatkan produktivitas kerja ... 55
2. Implementasi Peserta Pelatihan ... 55
a. Reaksi ... 55
b. Belajar ... 55
c. Behavior ... 56
d. Hasil ... 57
3. Rumusan Orientasi Belajar Bagi Peserta Pelatihan ... 58
a. Orientasi pengetahuan ... 58
b. Orientasi tujuan pribadi ... 58
c. Orientasi tujuan masyarakat ... 59
d. Orientasi keinginan untuk bersosialisasi ... 61
Jesika Kumala Sari, 2014
4. Tindak Lanjut Kegiatan Pelatihan ... 62
a. Jenis kegiatan ... 62
b. Langkah-langkah kegiatan ... 63
c. Pihak terkait ... 64
d. Waktu tindak lanjut ... 64
e. Tempat tindak lanjut ... 64
C. PEMBAHASAN ... 64
1. Potensi Diri dan Kebutuhan Peserta Pelatihan ... 64
2. Implementasi Peserta Pelatihan ... 71
3. Rumusan Orientasi Belajar Bagi Peserta Pelatihan ... 74
4. Tindak Lanjut Kegiatan Pelatihan ... 81
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 89
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis akan pembelajaran orang dewasa pada pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur yang dilaksanakan di BBPP Lembang. Menjadi pendekatan dalam pembelajaran pada pelatihan ini mendorong peneliti untuk mengkaji lebih lanjut tentang orientasi belajar dari peserta. Orientasi belajar itu sendiri merupakan arah tindakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai potensi kehidupan dan kebutuhan untuk bisa menghadapi permasalahan yang dialami. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang: 1) potensi diri dan kebutuhan yang dihadapi peserta pelatihan, 2) implementasi hasil pelatihan oleh peserta pelatihan, 3) upaya merumuskan orientasi belajar peserta pelatihan 4) tindak lanjut pelatihan.
Tinjauan konseptual teoritik penelitian ini mencakup konsep pendidikan luar sekolah, konsep pelatihan, konsep pendidikan orang dewasa, dan konsep orientasi belajar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dan menggunakan pendekatan kualitatif dengan subyek penelitian widyaiswara dan peserta pelatihan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan triangulasi data di BBPP Lembang.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut : (1) peserta pelatihan sudah memahami akan potensi diri mereka. Tetapi, dari kelima indikator yang diteliti, hasil yang paling dominan yaitu indikator motivasi, empati dan keterampilan sosial. Sedangkan dari aspek kebutuhan yang dihadapi, peserta sudah mengerti akan kebutuhan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja peserta. (2) peserta pelatihan akan langsung mengimplementasikan di kehidupan dan kegiatan sehari-hari peserta dari apa yang sudah di pelajari selama kegiatan pelatihan berlangsung. Karena peserta sudah memiliki keterampilan dalam membuat inovasi baru dari hasil pertanian. (3) widyaiswara membuat rumusan orientasi belajar sudah sesuai dengan kebutuhan dan harapan peserta pelatihan. Orientasi belajar yang lebih difokuskan adalah orientasi pengetahuan dan pemenuhan kebutuhan. (4) widyaiswara akan mengadakan tindak lanjut kepada peserta pelatihan setelah kegiatan pelatihan selesai. Dan kegiatan tindak lanjut akan dilaksanakan setelah tiga bulan setelah pelatihan selesai. Kegiatan tindak lanjut ini berlangsung selama empat hari dan kegiatannya dilaksanakan di daerah asal peserta pelatihan. Rekomendasi terhadap orientasi belajar orang dewasa ini diharapkan peserta lebih memahami potensi diri mereka secara keseluruhan dan kebutuhan yang dihadapi, serta diharapkan mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari dari kegiatan pelatihan di kehidupan sehari-hari. Serta widyaiswara membuat orientasi belajar untuk peserta lebih baik lagi agar sesuai dengan kebutuhan peserta. Dan lembagapun harus mendukung agar dapat menghasilkan peserta yang berkualitas.
Kata kunci: Orientasi belajar orang dewasa, Pelatihan teknis pengolahan.
Jesika Kumala Sari, 2014
ABSTRACT
This research is motivated by the author's interest toward adult learning orientation on participants processing non technical training for non apparatus that was conducted in BBPP Lembang. Being in a learning approach to training encourages researchers to examine learn more about the orientation of the participants. Orientation learning is a course of action in the learning process to achieve the potential of life and necessity to cope with the problems experienced. The purpose of this study is to obtain an overview of: 1) potential and necessity that faced by the participants, 2) implementation of the results training by participants, 3) efforts to formulate a learning orientation participants 4) follow-up training.
Conceptual overview in this study covers the theoretical concept of non-formal education, training concept, the concept of adult education, and the concept of learning orientation.
The method used in this research is descriptive method, and uses a qualitative approach with research subjects, and they are trainers and participants. The techniques of collecting data used interview, observation, document study, and triangulation of data in BBPP Lembang. the results obtained the following conclusions: (1) will have to understand their own potential. However, from the five indicators studied, the dominant result is motivation indicator, empathy and social skills. While from the necessity aspect the participants have understand about the knowledge and skills to improve their welfare and productivity. (2) the participants of training will be implemented what have been learned during the training activities immediately in their life and daily activities. Because they already have skills in making new innovations of agricultural products. (3) widyaiswarahave make formulation of learning orientation in accordance with necessity and expectations of them. The orientation learning is more focuse to knowledge orientation. (4) widyaiswara will hold a follow-up to the participants after the training finished. And follow-up activities will be carried out on three months after the training completed. This follow-up activity lasted for four days and the activities conducted in their region. Recommendations toward adult learning orientation is expected that participants understand their overall potential and necessity, and can apply what they have learned of the training activities in daily life. And widyaiswara make learning orientation be better to participants in order to appropriate with their necessity. And the institution must support to produce excellent quality of the participants.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang sangat berharga dan sangat
menentukan keberhasilan pembangunan suatu masyarakat atau bangsa. Namun,
keberhasilan pembangunan suatu masyarakat atau bangsa ini juga banyak ditentukan
oleh kualitas pribadi sumber daya manusianya. Pribadi sumber daya manusia yang
berkualitas adalah pribadi yang kuat, tangguh, ulet, bijaksana, toleran, dapat bekerja
secara mandiri maupun kelompok serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan
baru. Maka dari itu mereka diberikan pelatihan atau pendidikan agar mempercepat
proses penyesuaian dirinya. (Hagul, 1985, hlm. 15)
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pengertian pendidikan disini
menegaskan bahwa dalam pendidikan hendaknya tercipta sebuah wadah di mana
peserta didik bisa secara aktif mempertajam dan memunculkan ke permukaan
potensi-potensinya sehingga menjadi kemampuan-kemampuan yang dimilikinya
secara alamiah. Berkaitan dengan pengertian pendidikan, ada tiga jenis pendidikan
yaitu pendidikan formal, informal dan nonformal. Pendidikan juga terdapat perbedaan
yang jelas antara pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan nonformal.
Menurut definisi dan fungsi dari Pendidikan Non Formal sebagaimana yang
tercantum di dalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 yaitu:
2
Jesika Kumala Sari, 2014
hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional”.
Layanan pendidikan non formal diselenggarakan melalui satuan-satuan yang ada
di pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah. Salah satu satuan pendidikan
luar sekolah adalah pelatihan, dimana pelatihan adalah upaya pembekalan bagi
masyarakat dalam kehidupannya, dalam tujuan pelatihan dimaksudkan agar setiap
orang yang telah mengikuti proses pendidikan dan pelatihan mampu untuk bekerja
sesuai dengan pekerjaannya yang disyaratkan baik melalui bimbingan kerja, maupun
berwiraswasta dan mandiri.
Dalam pengertian pelatihan yang dikemukakan Flippo dalam (Kartika, 2011,
hlm. 8), bahwa pada dasarnya pelatihan merupakan suatu usaha pengetahuan dan
keterampilan agar karyawan dapat mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Lebih jauh
lagi Mills dalam (Kartika, 2011, hlm. 8) menjelaskan bahwa pelatihan yang dibarengi
dengan penuh pengertian merupakan pendidikan lanjutan dan menjadi dasar yang
lebih luas sehingga pekerja akan menjadi lebih terampil, lebih bahagia dalam
pekerjaannya itu dan akan membuat dirinya sadar terhadap kesempatan-kesempatan
untuk mencapai kemajuan atau bahkan untuk merubah latihannya sesuai dengan yang
diinginkannya. Selanjutnya Mills menyatakan bahwa tujuan memperoleh skills,
sikap, kebiasaan berfikir dan kualitas watak yang memungkinkan mereka dapat
memahami pekerjaan-pekerjaannya dan dapat melakukannya secara efisiensi dan
memuaskan.
Mengenai pendidikan nonformal di daerah pedesaan, sedikit sekali program
yang menyelenggarakan pendidikan umum atau pendidikan dasar. Pada dasarnya
yang bisa dilihat adalah program pemberantasan buta huruf di kalangan pedesaan
yang diselenggarakan di kebanyakan negara berkembang. Pelatihan pertanian adalah
satu jenis ragam pelatihan sesuai dengan kondisi lingkungan di pedesaan. Pelatihan
pertanian sangat penting untuk masyarakat di pedesaan karena untuk menambah
3
dari pertanian. Menurut (Manzoor, 1984, hlm. 30) pendidikan pertanian itu pada
umumnya mengabaikan kenyataan tentang peranan penting kaum wanita dalam usaha
pertanian, padahal golongan wanita merupakan sebagian besar dari angkatan kerja
pertanian di negara-negara berkembang.
Menurut (Carmencita, 2008, hlm. 1) menyediakan pangan dalam jumlah yang
cukup, bergizi dan aman merupakan prioritas utama bagi hampir semua negara di
dunia. Kebijakan pangan umum untuk mencapai hal ini meliputi peningkatan
program keluarga berencana untuk menekan laju pertumbuhan penduduk,
peningkatan teknologi budidaya pertanian untuk menaikan produksi pangan dan
peningkatan teknologi pengolahan pangan untuk memperbaiki efisiensi penggunaan
bahan pangan. Dampak dari pengolahan pangan, termasuk sayur dan buah yang
umumnya bersifat perishable adalah:
1. Memperpanjang periode ketersediaan pangan,
2. Memperbesar keaneka ragaman pangan yang dipasarkan,
3. Meningkatkan kemudahan penyajian,
4. Menekan harga jual, dan
5. Memperluas daerah pemasaran.
Pengolahan makanan adalah mengawetkan produk-produk yang perishable
sehingga dapat disimpan dan dipasarkan sepanjang tahun di dalam maupun luar negri.
Pengolahan makanan juga dapat mengubah bahan pangan menjadi produk-produk
baru, produk-produk dengan gaya guna lebih tinggi atau produk-produk cepat saji.
Semua metode pengolahan pangan dirancang dengan tujuan mencegah terjadinya
perubahan pada karakterteristik pangan yang tidak dikehendaki. Sayuran dan buah
pada umumnya bersifat sangat perishable sehingga memerlukan penanganan
pasca-panen dan pengolahan menjadi berbagai produk olahan yang awet dan disukai.
Kehilangan pasca-panen sayur dan buah dapat mencapai 5% sampai 50% ataupun
metode-4
Jesika Kumala Sari, 2014
metode penanganan pasca-panen dan pengolahan yang memadai. (Carmencita, 2008,
hlm. 1)
BBPP adalah salah satu lembaga yang melatih para petani dalam menunjang
pengetahuan maupun keterampilan dalam hal pertanian. Menurut peraturan pertanian
Nomor: 49/Permentan/OT.140/9/2011, tanggal 6 September 2011 tentang pedoman
dan pelatihan pertanian aparatur dan non aparatur, juga disebutkan bahwa pelatihan
ini sudah terakreditasi di BBPP Lembang. Petani adalah orang yang menanam,
memanen dan mengolah atau yang mengurus semua tentang pertanian. Kebanyakan
para petani buah dan sayur tidak semua mengerti dalam pengolahan pasca panen.
Mereka hanya menjual dan belum ada inovasi baru untuk membuat keterampilan atau
hasil panen menjadi bervariasi yang bernilai jual tinggi. Hanya beberapa petani sayur
dan buah saja yang dapat memanfaatkan hasil pertanian yang diolah dengan baik.
Petani di indonesia secara kategori usia adalah orang dewasa. Di dalam sistem
pendidikan, salah satu aspek penting yang perlu mendapat perhatian adalah
pendidikan untuk orang dewasa. Tidak seharusnya pendidikan selalu berorientasi
pada murid sekolah yang berusia relatif muda karena kenyataan di lapangan, tidak
sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan, baik melalui pendidikan
informal maupun nonformal. Peserta pelatihan pertanian ini adalah non aparatur atau
yang biasa disebut dengan Petani. Petani atau non aparatur adalah orang dewasa
sebagai peserta didik dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak
didik pada umumnya sehingga memerlukan pendekatan khusus, konsep, metode, dan
strategi yang didasarkan pada asumsi atau pemahaman orang dewasa sebagai siswa.
Orang dewasa memiliki karakteristik yang berbeda dari karakteristik anak.
Karakteristik orang dewasa yaitu, orang dewasa telah memiliki banyak pengalaman
hidup, orang dewasa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, orang dewasa telah
memiliki banyak peranan dan tanggung jawab, kurang kepercayaan pada kemampuan
diri untuk belajar kembali, dan orang dewasa lebih beragam dari para pemuda.
5
Proses pembelajaran peserta pelatihan harus memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran yang digunakan pendidikan orang dewasa. Pendidikan orang dewasa
berlangsung dalam bentuk pengarahan diri sendiri untuk memecahkan masalah
(Suprijanto, 2007, hlm. 11) ada perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa jika
ditinjau berdasarkan umur, ciri psikologis, dan ciri biologis. Ditinjau dari segi umur,
seseorang yang berumur antara 16-18 tahun dapat dikatakan sebagai orang dewasa
dan yang kurang dari 16 tahun dapat dikatakan masih anak-anak. Ditinjau dari
psikologis, seseorang yang dapat mengarahkan diri sendiri, tidak selalu tergantung
pada orang lain, mau bertanggung jawab, mandiri, berani mengambil resiko, dan
mampu mengambil keputusan, orang tersebut dikatakan telah dewasa secara
psikologis. Sedangkan ditinjau dari ciri-ciri biologis, seseorang yang telah
menunjukan tanda-tanda kelamin sekunder, orang tersebut dikatakan sudah dewasa
secara biologis.
Menurut (Zaenudin, 2012, hlm. 2) manusia membutuhkan pengembangan diri
sesuai minat dan bakatnya. Hal tersebut menyangkut ilmu pengetahuan dan
keterampilan. Karenanya proses belajar tidak pernah berhenti sejak kanak-kanak
sampai dewasa bahkan di usia tua. Manusia dewasa khususnya, senantiasa
memerlukan tantangan dan pengalaman baru dari proses belajar yang mereka
lakukan. Adapun proses belajar mengajar orang dewasa berbeda dengan proses
belajar mengajar anak-anak. Untuk itulah diperlakukan suatu pendekatan untuk
pengajaran bagi orang dewasa yang dikenal sebagai andragogi.
Konsep andragogi yaitu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.
Dewasa ini di kalangan para ahli pendidikan orang dewasa telah berkembang baik di
Eropa maupun di Amerika Utara, suatu teori mengenai cara mengajar orang dewasa.
Untuk membedakan dengan pedagogi, maka teori baru tersebut dikenal dengan nama
andragogi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu andr yang berati orang dewasa dan
6
Jesika Kumala Sari, 2014
dirumuskan sebagai suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.
(Zaenudin, 2012, hlm. 2)
Pendidikan tersebut diperuntukkan bagi orang-orang dewasa dalam lingkungan
masyarakat, agar mereka dapat mengembangkan kemampuan, memperkaya
pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan profesi yang telah dimiliki, meperoleh
cara-cara baru, serta mengubah sikap dan perilaku orang dewasa. Tujuan pendidikan
ini ialah supaya orang-orang dewasa mampu mengembangkan diri secara optimal dan
berpartisipasi aktif, malah menjadi pelopor di masyarakat, dalam kehidupan sosial,
ekonomi, dan budaya yang terus berubah dan berkembang.
Salah satu teknik berhubungan antar manusia yang dapat digunakan dalam proses
pengajaran, untuk meningkatkan kualitas hubungan individu dalam kelompok atau
kelas, dengan pendekatan andragogi. Karena itu, agar peserta berpartisipasi aktif,
dalam prosesnya menggunakan siklus belajar orang dewasa. Dengan demikian,
banyak dilakukan kegiatan-kegiatan yang dapat memberi pengalaman belajar seperti
melalui berbagai macam kegiatan. Proses kegiatan belajar ini harus berorientasi pada
tujuan kegiatan belajar artinya bahwa kegiatan belajar direncanakan, dilaksanakan
dan diarahkan untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
dan bersama warga belajar atau peserta pelatihan. pada orang dewasa, memiliki
orientasi belajar cenderung berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi
(Problem Centered Orientation). (Teomokole, 2010)
Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa merupakan kebutuhan untuk
menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama
dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa. Selain itu,
perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu.
Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau
dimanfaatkan dalam waktu segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari
masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada
7
memperoleh sekolah yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat
materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut
hendaknya bersifat praktis (menjawab kebutuhan) dan dapat segera diterapkan di
dalam kenyataan sehari-hari.
Menurut Sheffield dalam (Azhari, 2011) orientasi belajar orang dewasa adalah
prinsip utama yang memberi makna atau arah pada tindak atau proses pembelajaran
yang berkelanjutan, yang dilakukan oleh pelajar dewasa. Dalam riset lanjutan yang
dilakukan oleh Sheffield, ia menemukan lima orientasi belajar orang dewasa, yakni :
a. Orientasi Pengetahuan.
b. Orientasi Tujuan Pribadi.
c. Orientasi Tujuan Masyarakat.
d. Orientasi Keinginan untuk Bersosialisasi.
e. Orientasi Pemenuhan Kebutuhan.
Dapat disimpulkan bahwa orientasi belajar orang dewasa adalah suatu sikap
mengenai arah tindakan dalam proses pembelajaran yang berkelanjutan yang
dilakukan oleh orang dewasa untuk mencapai potensi kehidupan. Hal ini dikarenakan
belajar bagi orang dewasa merupakan kebutuhan untuk menghadapi dan
menyelesaikan permasalahan yang dialami dalam kehidupan keseharian, terutama
berkaitan dengan peran kerja atau peran sosialnya. Dalam implikasinya bahwa sifat
materi pembelajaran orang dewasa lebih bersifat praktis dan dapat segera diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Karena peserta pelatihan yang didominasi oleh orang dewasa yang memiliki
beragam usia dan memiliki kemampuan maupun pengalaman yang berbeda-beda dan
juga mempunyai orientasi terhadap belajar. Sehingga melalui metode atau pendekatan
pendidikan orang dewasa, peserta pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan
keterampilan dalam pengolahan hasil pertanian yang mereka panen setiap musimnya.
Melalui pelatihan teknis pengolahan hasil buah dan sayur, mereka akan mendapatkan
8
Jesika Kumala Sari, 2014
peningkatan kualitas penjualan maupun pemasaran. Hal tersebut mendorong peneliti
untuk mengkaji mengenai orientasi belajar pada petani sebagai orang dewasa pada
peserta pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur di BBPP Lembang.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil observasi lapangan, maka
teridentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Peserta pelatihan bersifat heterogen sehingga ada keanekaragaman diantara
peserta pelatihan.
2. Peserta pelatihan merupakan orang dewasa yang sudah mempunyai konsep diri,
yaitu kepribadian yang tidak bergantung kepada orang lain. Tetapi konsep diri
disini tidak dijadikan dasar utama dalam pelaksanaan pelatihan teknis
pengolahan.
3. Peserta pelatihan merupakan orang dewasa yang sudah mempunyai pengalaman
yang banyak dan pengalaman ini dapat menjadi sumber yang penting. Namun,
pengalaman peserta tersebut tidak selalu didasari oleh pengetahuan yang
memadai sehingga dalam pelaksanaan pelatihan tidak dijadikan fokus utama.
4. Peserta pelatihan terdiri dari orang dewasa yang mempunyai kesiapan belajar
yang diprioritaskan pada tugas-tugas perkembangan dan peran sosialnya. Tugas
yang diberikan kepada peserta hanya sebagai pendukung proses pelatihan. Dalam
hal ini widyaiswara perlu menjelaskan hubungan antara materi yang akan
disampaikan dengan tugas dan peran sosialnya.
5. Peserta pelatihan terdiri dari orang dewasa yang mempunyai orientasi terhadap
belajar atau prospektif waktu dalam arti ingin secepatnya mengaplikasikan apa
9
diterapkan dalam pelatihan. Karena orientasi belajar berpusat pada pemecahan
masalah yang sedang dihadapi dalam kehidupan keseharian peserta. Sehingga
dalam hal ini widyaiswara perlu memberikan gambaran tentang masalah mana
saja yang bisa dipecahkan oleh materi yang akan disampaikan.
6. Peserta pelatihan belum pernah mengikuti pelatihan sejenis.
7. Widyaiswara dibalai besar pelatihan pertanian lembang memiliki tingkat
pendidikan dan keahlian yang berbeda-beda, sehingga mampu mengembangkan
metode pembelajaran yang berbeda-beda.
C. Rumusan Masalah Penelitian
1. Apakah peserta pelatihan memahami potensi diri dan kebutuhan yang dihadapi?
2. Apakah peserta pelatihan akan mengimplementasikan hasil pelatihan yang sudah
dipelajari setelah mengikuti pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur?
3. Apakah widyaswara merumuskan orientasi belajar bagi peserta pelatihan dalam
pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur?
4. Apakah widyaswara mengadakan tindak lanjut setelah diadakan pelatihan teknis
pengolahan bagi non aparatur?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh gambaran tentang data dan informasi mengenai pemahaman
peserta pelatihan terhadap potensi diri dan kebutuhan yang dihadapinya.
2. Untuk memperoleh gambaran tentang data dan informasi mengenai implementasi
hasil pelatihan yang telah dipelajari setelah mengikuti pelatihan teknis
pengolahan bagi non aparatur.
3. Untuk memperoleh gambaran tentang data dan informasi mengenai merumuskan
orientasi belajar oleh widyaiswara bagi peserta sebelum diadakannya pelatihan
teknis pengolahan bagi non aparatur.
4. Untuk memperoleh gambaran tentang data dan informasi mengenai tindak lanjut
10
Jesika Kumala Sari, 2014 E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, manfaat yang dapat diperoleh dari
penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis, diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan
informasi mengenai suatu proses pembelajaran pelatihan dengan menggunakan
pendekatan pendidikan orang dewasa khususnya mengenai orientasi belajar
orang dewasa dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan membantu
memecahkan masalah pada orang dewasa.
2. Manfaat secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi pihak penyelenggara program pelatihan, widyaiswara dan peserta pelatihan.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka
berikut ini adalah rencana peneliti membagi pokok-pokok pembahasan yang terdiri
dari:
1. BAB I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah
Penelitian, Rumusan Masalah Penilitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian
dan Struktur Organisasi Skripsi.
2. BAB II Kajian Pustaka terdiri dari Konsep Pendidikan Luar Sekolah, Konsep
Pelatihan, Konsep Pendidikan Orang Dewasa, Konsep Orientasi Belajar.
3. BAB III Metode Penelitian terdiri atas Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel
Penelitian, Desain Penelitian dan Justifikasi, Metode Penelitian dan justifikasi,
Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen,
Teknik Pengumpulan Data dan Alasan Rasionalnya, Analisis Data.
4. BAB IV Hasil penelitian dan Pembahasan terdiri atas Pengolahan atau Analisis
data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah Penelitian,
Pertanyaan Penelitian, Hipotesis, Tujuan Penelitian dan Pembahasan atau
11
5. BAB V Simpulan dan Saran terdiri dari penafsiran dan pemaknaan peneliti
12
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di laksanakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)
Lembang Bandung. BBPP merupakan lembaga pelatihan yang mengembangkan
pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian. BBPP beralamat
di Jl. Kayu Ambon No.82 Lembang, Bandung Barat.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sesuatu yang terkait dengan hal yang akan diteliti.
Sedangkan sumber data ialah suatu hal, benda, atau tempat dimana peneliti
mengamati, membaca, atau bertanya tentang data. Penentuan sumber data pada orang
yang diwawancarai dilakukan secara purposive, menurut Sugiyono (Sugiyono, 2013 ,
hlm. 52) purposive dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu, purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu. Dalam penelitian ini sumber data berasal dari penyelenggara pelatihan,
peserta pelatihan dan widyaswara di BBPP Lembang. Subjek penelitian disini
berjumlah empat orang. Terdiri dari dua widyaswara dan dua peserta pelatihan.
B. Desain Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu sebagai
berikut:
1. Tahap Pra-Lapangan
Tahap pertama yang dilakukan oleh peneliti yaitu melakukan observasi langsung
ke lokasi penelitian dan mengobservasi pada pelatihan yang menjadi bahan
penelitian. Tempat penelitian ini dilakukan di Balai Besar Pelatihan Pertanian
(BBPP) Lembang. Yang berlokasi di jalan kayuambon no.82 Lembang Kabupaten
37
Jesika Kumala Sari, 2014
terkait atau kepada pihak BBPP Lembang. Peneliti juga sering berkonsultasi kepada
penyelenggara diklat, Widyaswara maupun petugas terkait lainnya agar penelitian
yang sedang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana. Peneliti juga melakukan
wawancara kepada pihak-pihak yang terkait mengenai penelitian yang sedang
dilakukan.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap pekerjaan lapangan merupakan bagian yang harus dilakukan oleh peneliti
di lokasi penelitiannya. Tugas yang dilakukan pada tahap pekerjaan lapangan adalah
mengumpulkan data melalui teknik-teknik yang sudah disusun dan direncanakan
sesuai prosedur penelitian dan kondisi yang ada di lapangan.
3. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data dalam penelitian, dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Peneliti
sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang
diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu. Pengumpulan data yang
dilakukan oleh peneliti adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi.
4. Tahap Penulisan Laporan
Tahap penulisan laporan adalah tahapan gabungan dari pengumpulan data dan
analisis data. pada tahap penulisan laporan ini, peneliti mengolah data dari awal
sampai akhir sesuai dengan teori dan data empiriknya.
C. Metode Penelitian
Menurut (Arikunto, 2000, hlm. 309), metode deskriptif merupakan sebuah
metode penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai
status suatu gejala yang ada. Yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
penelitian dilakukan. Dalam penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji
hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel,
38
pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara
sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat.
Metode penelitian deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan memaparkan tentang orientasi belajar orang dewasa pada peserta
pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur. Pada penulisannya pun lebih
mengarah pada pengumpulan dan penyusunan data mengenai potensi diri dan
kebutuhan yang dihadapi, implementasi hasil pelatihan, upaya widyaiswara dalam
merumuskan orientasi belajar dan tindak lanjut pelatihan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
(Sugiyono, 2013 , hlm. 9) menyatakan bahwa:
“Pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi.”
Pendekatan kualitatif digunakan untuk melibatkan peneliti langsung pada
kehidupan nyata subjek yang diteliti yaitu terlibat langsung dilapangan dan
mengumpulkan data dan informasi yang sesuai dengan fokus masalah yang diteliti.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah dalam penelitian,
maka penulis memberikan penjelasan umum maupun definisi operasional dalam
penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Orientasi belajar orang dewasa
Orientasi belajar orang dewasa adalah arah tindakan dalam proses pembelajaran
yang berkelanjutan yang dilakukan oleh orang dewasa untuk mencapai potensi
kehidupan. Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa merupakan kebutuhan
untuk bisa menghadapi dan menyelesaikan permasalahan yang dialami dalam
kehidupan keseharian, terutama berkaitan dengan peran kerja atau peran sosialnya.
39
Jesika Kumala Sari, 2014
praktis dan dapat segera diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga petani
yang sudah dibekali ilmu selama proses pelatihan, mereka sudah seharusnya
mengaplikasikan hasil yang sudah dipelajari dalam pelatihan.
2. Pelatihan teknis pengolahan
Pelatihan teknis pengolahan merupakan pelatihan salah satu cara penanganan
buah-buahan dan sayuran pada saat produksi melimpah yaitu dengan mengolahnya
menjadi berbagai macam produk olahan buah dan sayur sehingga memiliki daya
simpan yang lebih panjang dan jangkauan pemasarannya akan lebih luas. Pelatihan
teknis pengolahan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan peserta pelatihan.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti
itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi”
seberapa jauh peneliti ini siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke
lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap
pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasana terhadap bidang yang
diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik
maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui
evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode ini, penguasaan teori dan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2013, hlm. 223) menyatakan:
40
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat difahami bahwa, dalam penelitian
kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang
menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang akan
dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
1. Observasi
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2013, hlm. 226) menyatakan bahwa,
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat
canggih, sehingga nbenda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun
yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas. Sanafiah
Faisal dalam Sugiyono (2013, hlm. 226) mengklasifikasikan observasi menjadi
observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara
terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang
tak berstruktur (unstructured observation), selanjutnya Susan Stainback dalam
Sugiyono (2013, hlm. 226) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu
pasive participaton, moderate participation, active participation, dan complete
participation.
Peneliti melakukan observasi dalam proses pelatihan kepada peserta pelatihan.
Yang diobservasi peneliti adalah melihat potensi diri peserta pelatihan. Seperti mulai
dari kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosialnya.
41
Jesika Kumala Sari, 2014
Ensberg dalam Sugiyono (2013, hlm. 231) mengatakan bahwa wawancara adalah
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal0hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data
ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau
setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Dalam penelitian ini, peneliti
sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam.
Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang
yang ada di dalamnya.
Peneliti mewawancarai peserta pelatihan maupun widyaiswara sebagai
narasumber untuk menjawab pertanyaan peneliti mengenai:
a. Potensi diri dan kebutuhan peserta pelatihan.
b. Implementasi dari hasil pelatihan
c. Upaya widyaiswara dalam merumuskan orientasi belajar bagi peserta pelatihan.
d. Tindak lanjut pelatihan.
3. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen
yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories),
ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya
foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya
karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.studi dokumen
adalah pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif. Dalam hal dokumen Bogdan dalam Sugiyono (2013, hlm.240) menyatakan
42
broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which
describes his or her own actions, experience and belief”.
4. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data
dengan triangulasi, maka sebenernya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus
menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik
pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Dalam hal triangulasi, Susan Stainback dalam Sugiyono (2013, hlm.241)
menyatakan bahwa “the aims is not determine the truth about some social phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase one’s understanding
of what ever is being investigated”. Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari
kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman
peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Selanjutnya Bogdan menyatakan “what
the qualitative researcher is interested in is not truth perse, but rather perspectives.
Thus, rather than trying to determine the “truth” of people’s perceptions, the purpose of corroboration is to help reserchers increase their understanding and the
probability that their finding will be seen as credible or worthy of concideration by others”.
Tujuan penelitian kualitatif memang bukan semata-mata mencari kebenaran,
tetapi lebih pada pemahaman subyek terhadap dunia sekitarnya. Dalam memahami
dunia sekitarnya, mungkin apa yang dikemukakan informan salah, karena tidak sesuai
dengan teori, tidak sesuai dengan hukum.
Peneliti melakukan triangulasi data dengan membandingkan data yang diperoleh
dari subjek penelitian yakni dari wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
43
Jesika Kumala Sari, 2014
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai dilapangan. Dalam hal ini Nasution
dalam Sugiyono (2013, hlm. 245) menyatakan “Analisis telah mulai sejak
merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung
terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi
penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang “grounded”, namun dalam
penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan
bersamaan dengan pengumpulan data. Infact, data analysis in qualitative research is
an on going activity that occures throughout the investigative process rather than
after process. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses
pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data.
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah proses dalam memperoleh data dari hasil observasi,
wawancara dan hasil studi dokumentasi yang dialami oleh peneliti itu sendiri.
Pengumpulan data ini menyangkut semua hal yang berhubungan dengan penelitian
yang secara alamiah dan berhubungan dengan kegiatan penyelenggaraan pelatihan
teknis pengolahan hasil buah dan sayur di BBPP Lembang.
2. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti
ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu
perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat
dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode
44
tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan.
Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala
sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang
harus dijadikan perhatian perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.
3. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini
Miles and Huberman dalam Sugiyono (2013, hlm. 249) menyatakan” the most frequent form of display data for qualitative reserch data in the past has been
narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka
akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
45
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan simpulan dan saran berdasarkan
temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang
diteliti yaitu: “Studi Deskriptif Terhadap Orientasi Belajar Orang Dewasa Pada Peserta Pelatihan Teknis Pengolahan Bagi Non Aparatur Di BBPP Lembang”.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diungkapkan pada bab IV, peneliti
dapat menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Potensi Diri dan Kebutuhan Peserta Pelatihan
Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa peserta pelatihan memahami potensi
diri mereka. Dari aspek potensi diri yang diteliti memiliki lima indikator. Yaitu
indikator kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial.
Tetapi yang paling dominan dari lima indikator yang diteliti adalah indikator
motivasi, empati dan keterampilan sosial. Dilihat dari kesadaran diri, peserta
pelatihan merasa dirinya memiliki kemampuan dan kepercayaan diri yang kuat dari
petani lainnya, tetapi ada juga peserta yang merasa sadar jika kemampuannya kurang
dari petani lainnya sehingga kepercayaan dirinyapun ikut menurun. Tetapi dalam hal
ini, widyaiswara memberikan kesimpulan jika pada dasarnya mereka memiliki
kemampuan lebih dari petani lainnya sehingga dapat dipilih untuk menjadi peserta
pelatihan teknis pengolahan bagi non aparatur di BBPP Lembang. Peserta pelatihan
mampu mengatur dirinya untuk terus berusaha dalam melaksanakan pekerjaannya
hingga tercapainya tujuan yang mereka harapkan terutama dalam hal meningkatkan
nilai ekonomi atau pendapatan. Peserta pelatihan memiliki motivasi yang tinggi
untuk mengikuti pelatihan teknis pengolahan ini dikarenakan banyak keuntungan dan
tujuan yang mereka harapkan dari pelatihan ini. Mereka berharap jika pengetahuan
85
Jesika Kumala Sari, 2014
produksi dapat di olah menjadi berbagai macam inovasi dan memiliki nilai jual yang
tinggi. Motivasi disini bukan hanya dari keinginan peserta sendiri tetapi hal ini di
dukung oleh pihak luar seperti dinas setempat yang memberikan motivasinya dalam
bentuk moril maupun materil. Peserta pelatihan mempunyai empati yang baik.
Semua peserta pelatihan mampu memahami dan mampu menyelaraskan diri dengan
peserta lainnya walaupun peserta berasal dari berbagai macam daerah yang berbeda.
Tetapi hal ini tidak menjadi penghambat untuk mereka. Peserta pelatihan memiliki
keterampilan sosial yang bagus. Karena mereka mampu untuk memimpin dan
menyelesaikan masalah dalam kerja tim. Hal ini dikarenakan para peserta yang
terpilih mengikuti pelatihan teknis pengolahan ini, merupakan ketua kelompok tani
di daerahnya masing-masing.
Pada aspek kebutuhan, memiliki dua indikator yaitu indikator meningkatkan
kesejahteraan dan indikator produktivitas kerja. Peserta pelatihan membutuhkan
pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan,
mereka ingin pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dapat membuat
produk-produk olahan yang memiliki nilai jual tinggi sehingga dapat membantu peserta
dalam hal peningkatan pendapatan para petani. Peserta lebih disiplin dan menghargai
waktu dalam bekerja. Peserta menyadari jika produktivitas lebih baik, maka
pendapatan yang dihasilkan juga akan meningkat. Sehingga permasalahan yang
dihadapi di kehidupannya akan mudah terselesaikan dengan baik.
Peserta pelatihan sudah memahami kebutuhan yang dihadapi. Seperti kebutuhan
akan pengetahuan, keterampilan yang dapat mendukungnya dalam menambah dan
meningkatkan pendapatan yang lebih baik dari sebelumnya. Sehingga kesejahteraan
yang diharapkan akan tercapai dan terpenuhi. Sama halnya dengan produktivitas
kerja, peserta pelatihan sudah mulai mengetahui bagaimana cara meningkatkan
produktivitas kerja mereka dalam hal disiplin waktu agar dapat bekerja lebih
produktif. Sehingga pekerjaan yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang sesuai
86
2. Implementasi Hasil Pelatihan
Peserta pelatihan akan mengimplementasikan hasil pelatihan yang sudah
diajarkan selama kegiatan pelatihan berlangsung. Hal ini ditunjang dari pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang sudah lebih baik dan meningkat dari sebelumnya.
Khususnya dalam hal keterampilan, peserta sudah dapat membuat inovasi-inovasi
baru dari produk hasil olahan pertanian. Sehingga para peserta akan langsung
mengimplementasikan di kehidupan mereka dalam mengolah hasil pertanian sesuai
dengan potensi di daerah mereka masing-masing agar produk yang dihasilkan
memiliki nilai jual dan kualitas yang lebih baik sehingga pendapatanpun akan
meningkat.
Peserta senang mengikuti kegiatan pelatihan teknis pengolahan ini. Peserta juga
akan mengimplementasikan hasil pelatihan yang sudah diajarkan selama proses
pelatihan di kehidupan mereka. Kegiatan yang dilakukan oleh widyaswara sesuai
dengan materi-materi yang seharusnya dipelajari oleh peserta pelatihan khususnya
dalam materi pengolahan hasil pertanian. Perilaku peserta mulai berubah jauh lebih
baik, serta meningkat dalam pengetahuan dan keterampilannya. Hasil yang didapat
selama kegiatan pelatihan ini yaitu, meningkatnya produktivitas kerja peserta
pelatihan dan dalam hal ini widyaiswara memberikan materi-materi pengetahuan
maupun keterampilannya sehingga peserta dapat lebih disiplin untuk bekerja dan
menjadi lebih produktif lagi.
3. Orientasi Belajar Peserta Pelatihan
Widyaiswara merumuskan orientasi belajar sudah sesuai dengan orientasi belajar
peserta dalam memenuhi kebutuhan yang diharapkan. Ada lima indikator yang
diteliti. Seperti indikator orientasi pengetahuan, orientasi tujuan pribadi, orientasi
tujuan masyarakat, orientasi keinginan untuk bersosialisasi, dan orientasi pemenuhan
87
Jesika Kumala Sari, 2014
pengetahuan dan pemenuhan kebutuhan. Widyaswara merumuskan materi
pengetahuan yang akan diberikan kepada peserta pelatihan sesuai dari hasil
identifikasi kebutuhan, yaitu tentang pengolahan hasil. Pengetahuan ini sangat
penting untuk mengetahui cara-cara pengolahan. Widyaswara membuat tujuan dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta yang akan menjamin kemajuan
profesi peserta sebagai petani yang lebih unggul dari petani lainnya. Selain itu juga,
akan meningkatkan nilai pendapatan peserta dari pembekalan pengetahuan dan
keterampilan yang sudah dipelajari selama pelatihan.
Peserta pelatihan menjadi lebih efektif, peka terhadap masalah yang ada
dimasyarakat, mapun membantu melayani masyarakat dalam hal pertanian ataupun
dalam membagikan ilmunya untuk membantu masyarakat lainnya, yang masih
kurang pengetahuannya dalam hal pengolahan pertanian. Peserta diberikan motivasi
agar mampu menjadi petani yang lebih baik dan unggul agar kesejahteraannya
meningkat dan dapat berkontribusi untuk kemajuan daerahnya. Selain itu, peserta
mampu memenuhi kebutuhan pribadi maupun kebutuhan kelompok. Peserta dibekali
ilmu untuk mengetahui cara-cara dalam mengolah hasil pertanian, maupun
pemasarannya. Sehingga akan mendapatkan nilai tambah dalam hal pendapatan. Jika
dalam kepentingan kelompok, peserta dapat membagi ilmunya kepada anggota
kelompok lainnya dan dapat bekerjasama dalam bidang pertanian yang dalam
mengolah hasil pertanian demi kemajuan daerah. Dalam orientasi pemenuhan
kebutuhan, peserta pelatihan mampu memecahkan masalah yang dihadapi peserta
pelatihan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti, dalam membuat inovasi-inovasi dari
pengolahan hasil pertanian agar peserta mempunyai kegiatan-kegiatan yang positif
dan juga dapat menambah nilai pendapatan peserta pelatihan. Sehingga orientasi
belajar yang dirumuskan oleh widyaiswara akan tepat maupun terlaksana dengan baik
dan sesuai yang dengan kebutuhan peserta pelatihan.
88
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa dari jenis kegiatan yang dilakukan peserta
pelatihan di dalam kegiatan sehari-harinya yaitu mengimplementasikan atau
menerapkan ilmu-ilmu yang sudah diajarkan selama proses pelatihan yang sudah
berlangsung kepada anggota-anggota di kelompok tani yang ada di daerahnya.
Pengetahuan dan keterampilannya diterapkan sesuai dengan potensi daerahnya
masing-masing. Langkah-langkah yang dilakukan peserta pasca pelatihan yaitu mulai
dari meminta izin untuk membuka usaha, pengemasan dan pelabelan produk yang
dihasilkan dan melakukan pemasaran agar produk yang dihasilkan dapat terjual.
Pihak yang akan mengadakan tindak lanjut ini adalah pihak widyaswara,
penyelenggara diklat yang sudah melakukan kegiatan diklat. Kegiatan tindak lanjut
ini diadakan tiga bulan setelah kegiatan pelatihan berlangsung. Sedangkan waktu
pelaksanaannya empat hari. Berdasarkan tempat tindak lanjut, diadakan di tempat
tinggal atau di daerah peserta pelatihan berasal. Pihak widyaswara maupun pihak
lembaga terkait akan mengadakan tindak lanjut/bimbingan lanjutan setelah kegiatan
pelatihan ini selesai. Untuk melihat dan menilai bagaimana hasil dari pelatihan yang
sudah dilaksanakan sebelumnya.
B. Saran
Setelah mengkaji dari hasil penelitian mengenai studi analisis terhadap orientasi
belajar orang dewasa pada peserta pelatihan teknis bagi non aparatur di BBPP
Lembang. maka diungkapkan beberapa saran yang diharapkan berguna bagi semua
pihak.
1. Pihak Lembaga Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang.
a. Diadakan pelatihan teknis pengolahan hasil buah dan sayur bagi non aparatur
tiap tahunnya. Hal ini berguna untuk menambah pengetahuan, maupun
keterampilan peserta pelatihan dalam hal pengolahan hasil pertanian.
b. Diharapkan lembaga BBPP Lembang ini lebih meningkatkan kualitas
89
Jesika Kumala Sari, 2014
2. Widyaiswara
a. Widyaiswara harus lebih baik lagi dalam membuat orientasi belajar bagi
peserta pelatihan agar semua yang dirumuskan sesuai dan tidak ada yang
terlewatkan.
b. Widyaiswara dan peserta harus lebih kompak lagi dalam pelaksanaan
pembelajaran agar proses pelatihan berlangsung dengan baik dan sesuai
tujuan.
3. Peserta Pelatihan.
a. Peserta pelatihan diharapkan lebih mengenali potensi secara menyeluruh dan
kebutuhan yang dihadapinya.
b. Peserta pelatihan diharapkan untuk mengimplementasikan pengetahuan,
sikap maupun keterampilan yang sudah diajarkan selama pelatihan di
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku :
Carmencita. (2008). Teknologi Pengolahan Buah dan Sayur. Bandung: Widya
Padjajaran.
Depdiknas, (2003). Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional. Bandung
Hagul, P. (1985). Pembangunan Desa dan Swadaya Masyarakat . Jakarta : CV
Rajawali .
Kamil. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan (konsep dan aplikasi). Bandung :
Alfabeta.
Kartika, I. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung: Alfabeta.
Latif, A. (2007). Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan . Bandung : PT
Refika Aditama .
Lunadi, A. (1993). Pendidikan Orang Dewasa . Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Manzoor, P. d. (1984). Pembangunan Desa dan Lembaga Masyarakat. Jakarta:
Rajawali.
Sudjana. (2001). Pendidikan Luar Sekolah . Bandung : Falah Production.
Sudjana. (1983). Strategi Kegiatan Belajar Mengajar Dalam Pendidikan
Nonformal . Bandung : Theme 76.
Sugiyono. (2013 ). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung :
Alfabeta .
Jesika Kumala Sari, 2014
Uno, H. (2006). Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran . Jakarta: PT
Bumi Aksara .
Zaenudin. (2012). Andragogi . Bandung : Angkasa Bandung.
Sumber internet :
Alexander. (1998, Januari). Pengertian dan beberapa asumsi dasar. Dipetik Mei
15, 2014, dari Pengertian dan beberapa Asumsi dasar:
http://08-
048mutia.blogspot.com/2010/02/pengertian-dan-beberapa-asumsi-dasar.html
Azhari, R. (2011, februari 22). Pendidikan Orang Dewasa dan Orientasi Belajar
Orang dewasa. Dipetik mei 15, 2014, dari Pendidikan Orang Dewasa dan
Orientasi Belajar Orang Dewasa: [online]
http://azharirafnel.blogspot.com/2011/11/pendidikan-orang-dewasa-dan-orientasi.html
Knowles. (2007). Diambil kembali dari pendidikan orang dewasa [online]
tersedia: https://prari007luck.wordpress.com/tag/orientasi-belajar/
Teomokole. (2010). Dipetik 2014 , dari pendekatan-pendidikan-orang-dewasa
[online] tersedia :