Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
POTENSI DAN PERKEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANDAILING
NATAL
KERTAS KARYA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
HERY BAJORA NASUTION
NIM : 062204080
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR
DALAM PROGRAM STUDI PARIWISATA
BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA
MEDAN
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
POTENSI DAN PERKEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANDAILING NATAL
KERTAS KARYA
DIKERJAKAN
O L E H
HERY BAJORA NASUTION NIM : 062204080
Pembimbing
Drs. HARIS SUTAN LUBIS, MSP
Kertas Karya ini diajukan kepada Panitia Ujian
Program Pendidikan Non Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk melengkapi salah satu Syarat Ujian Diploma III Dalam Program Studi Pariwisata
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR DALAM PROGRAM STUDI PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
Disetujui Oleh :
PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Medan, Juni 2009
Program Study Pariwisata Ketua,
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
PENGESAHAN
Diterima oleh:
PANITIA UJIAN PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR
SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA USU MEDAN
DALAM PROGRAM STUDI PARIWISATA
Pada :
Tanggal :
Hari :
PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dekan
Drs Syaifuddin, M.A.Ph.D
NIP.132098531
Panitia Penilaian :
No. Nama Tanda Tangan
1. Drs. Haris Sutan Lubis M.Sp ( Dosen Pembimbing) ( )
2. Drs. Marzaini Manday, MSPD ( Dosen Pembaca ) ( )
3. Drs. Ridwan Azhar, M.Hum ( Ketua Program Studi) ( )
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
menganugerahkan rahmat dan kesehatan serta pengetahuan kepada penulis sehinnga
dapat menyelesaikan kertas karya yang berjudul “ Potensi dan Perkembangan Pariwisata
di Kabupaten Mandailing Natal” dengan baik dan tepat waktu.
Kertas karya ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
Program Diploma-III Pariwisata Universitas Sumatera Utara. Semoga kertas karya ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa kertas karya ini tidak luput dari kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
kertas karya ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kelancaran kertas karya ini, kepada :
1. Drs. Syaifuddin, M.A. Ph.D, Selaku Dekan Fakultas Sastra USU
2. Drs. Ridwan Azhar, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Diploma-III Pariwisata
USU.
3. Alm. Bapak Hazed Djoeli, selaku koordinator praktek bidang keahlian usaha
wisata yang telah banyak memberikan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi
penulis dalam menjalani masa perkuliahan dan memasuki dunia kerja.
4. Drs. Haris Sutan Lubis M.SP selaku dosen pembimbing dalam penyelesaian
kertas karya ini.
5. Drs. Marzaini Manday, MSPD selaku dosen pembaca dalam penyelesaian kertas
kaya ini.
6. Papaku (alm) yang tidak sempat menyaksikan aku menyelesaikan pendidikan ku
di pariwisata ini. Do’a ku selalu menyertai papa.
7. Mamaku yang telah banyak membimbingku, memberikan aku kasih sayang,
perhatian dan pelajaran hidup. Do’a ku buat mama karena aqku masih sangat
membutuhkan bimbingan dan perhatian dari mama.
8. Sahabat-sahabatku Mahasiswa Pariwisata USU angkatan ‘06
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
10.Seluruh keluarga besar Ompung Sutan Soaloon Lubis, Tulang Iken, Tulang Oki,
Tulang Taufik, Tulang Helmi, Tuok Azwar, Tuok Erni, Ujing Dumek, Uda
Syaiful, danjuga tulang, ujing uda’ yang yang belum sepat ditulis, penulis
mengucapka terimakasih atas bantuan, semangat dan nasihat yang telah diberikan
selama ini.
11.Kepada sepupu ku, Bang Rizki, Bang Angga, Bang Iman, Bang Fauzi, Kak Riri,
Kak Anggi, Adek Imam, Adek Mumut, dan lain-lain.
12.Bang Enda yang telah banyak memberikan dorongan dan pelajaran bagiku.
13.Seluruh Dosen Pariwisata yang telah memberikan pengajaran dengan segenap
hati mereka.
Akhir kata, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu, menasihati, memberi dorongan, dan berbagi pengalaman dengan saya selama
menjalani perkuliahan.
Medan, Juni 2009
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
ABSTRAK v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1Alasan Pemilihan Judul 1
1.2Pembatasan Masalah 1
1.3Tujuan Penelitian 2
1.4Metode Penelitian 2
1.5Sistematika Penulisan 2
BAB II KAJIAN TEORITIS 4
2.1 Konsep dan Definisi Pariwisata 4
2.1.1 Konsep Pariwisata 4
2.1.2 Ruang Lingkup Kepariwisataan 4
2.2 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata 6
2.3 Sarana Kepariwisataan 7
2.3.2 Prasarana Kepariwisataan 8
2.4 Pengertian Produk Industri Pariwisata 9
BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL 12
3.1 Letak Geografis 12
3.2 Keadaan Alam 12
3.2.1 Luas Wilayah 13
3.2.2.Geografi dan Mata Pencaharian Penduduk 13
3.2.3 Sosial dan Budaya 14
3.2.4 Sejarah Awal Pembentukan kabupaten Mandailing Natal 17
BAB IV POTENSI DAN PENGEMBANGAN DAERAH WISATA 18
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
4.2.2 Objek Wisata 23
4.2.3 Hambatan yang Timbul Dalam Pengembangan Objek Wisata 34
4.2.4 Usaha-Usaha Mengatasi Hambatan Tersebut 35
BAB V PENUTUP 36
Kesimpulan dan Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 39
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 40
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK
Sebagai Bangsa Indonesia yang memiliki kebudayaan tinggi kita harus tetap
menjaga dan melestarikan objek wisata sebagai motivasi untuk mendorong
perkembangan di bidang kepariwisataan. Pengembangan kepariwisataan mempunyai
sasaran utama yaitu untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang berdiam di sekitar
objek wisata tersebut, yang pada akhirnya akan membina kesadaran dan melibatkan
masyarakat dalam partisipasi pembangunan.
Pengembangan dan pembangunan suatu daerah wisata memerlukan kerjasama
erat dari pemerintah, perencana fisik, arsitek, investor juga memerlukan bantuan dari
pakar ekonomi, sosiologi, ekowisata, serta masyarakat yang diharapkan aktif ikut serta
dalam melancarkan segala usaha yang diupayakan oleh pemerintah demi kebaikan
bersama. Pada tahap pembangunan sekarang ini, pariwisata masuk kedalam proses
perkembangan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan masyarakat terutama dari segi
ekonomi dan ilmu pengetahuan. Pariwisata juga mengembangkan tugas pokok untuk
dapat menciptakan dan meningkatkan devisa Negara, memperkenalkan alam dan
kebudayaan Indonesia, semuanya dilakukan dengan tetap memelihara dan
memperlihatkan kepribadian nasional serta kelestarian lingkungan hidup.
Dengan semakin berkembangnya tekhnologi dalam bidang komunikasi dan
transportasi, maka pengaruh kebudayaan asing merupakan suatu hal yang tidak dapat
dihindarkan, halini dapat membawa nilai-nilai kebudayaan bangsa kita. Untuk itu
kewajiban melestarikannya harus diperhatikan.
Perkembangan kepariwisataan ditinjau dari pembinaan kebudayaan dimana kita
harus ikut berpartisipasi untuk mengembangkan kepariwisataan yang semaksimal
mungkin, akan tetapi tidak merusak nilai budaya bangsa sendiri. Dengan kata lain
kebudayaan bangsa jangan sampai terpengaruh arus globalisasi.
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.6 Alasan Pemilihan Judul
Kegiatan kepariwisataan pada saat ini menunjukkan perkembangan yang semakin
Meningkat, Hal ini dapat dilihat dari tekad pemerintah unutk meningkatkan sector
pariwisata sebagai penghasil devisa setelah migas dan agrarian. Maka sudah sewajarnya
perkembangan di sektor kepariwisataan lebih ditingkatkan kearah yang lebih baik lagi,
meliputi perbaikan prasarana dan sarana pembinaan serta peningkatan tenaga kerja,
peningkatan pelayanan dan lain-lain.
Adapun tugas pokok pariwisata yang merupakan unsur terpenting adalah
mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional
menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan untuk memperbesar penerimaan devisa
negara, meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat setempat, mendorong
pembangunan daerah serta memperkenalkan alam, nilai dan budaya bangsa terhadap
dunia luar.
Keanekaragaman dan keunikan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
menjadikan Indonesia sebagai salah satu daerah tujuan wisata bai wisatawan
mancanegara maupun domestic. Berdasarkan hal tersebut maka sebagai insan pariwisata
haruslah memberikan perhatian yang lebih terhadap kelestarian kebudayaan yang masih
ada pada saat sekarang ini. Potensi, pengembangan dan pelestarian suatu objek wisata
harus dilakukan dengan persiapan matang dan harus selalu berimbang.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penulis memilih judul “Potensi dan
Perkembangan Pariwisata di Kabupaten Mandailing Natal”.
1.7 Pembatasan Masalah
Agar tidak menyimpang dari masalah yang akan dibahas, dalam penyusunan
kertas karya ini penulis membatasi ruang lingkup hanya dalam potensi wisata, upaya
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
1.8 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan kertas karya ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan Program Diploma III Pariwisata Universitas Sumatera Utara.
Selain itu juga bertujuan :
a. Untuk megetahui seberapa besar potensi wisata yang dapat dikembangkan
di Kabupaten Mandailing Natal.
b. Untuk mengetahui seberapa besar peranan pemerintah, pihak pengelola
dan juga masyarakat setempat dalam upaya pengembangan segenap
potensi wisata.
c. Agar kertas karya ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan masukan
bagi siapa saja yang berkepentingan, khususnya dalam dunia
kepariwisataan.
1.9 Metode Penelitian
Dalam penelitian kertas karya ini, metode penelitian yang dipakai oleh penulis
adalah :
a. Library Research
Yaitu pengumpulan data-data yang dilakukan dengan cara membaca dan
mempelajari berbagai buku yang berkenaan dengan judul kertas karya ini.
b. Field Research
Yaitu pengumpulan data dengan mengadakan penelitian lagsung
kelapangan secara observasi guna memperoleh informasi yang lebih
banyak.
1.10 Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan dalam menuliskan kertas karya ini, penulis menguraikan
5 bab dan pada setiap bab dibagi menjadi beberapa sub-bab, antara lain sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang alasan pemilihan judul,
pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian dan sistematika
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
BAB II KAJIAN TEORITIS
Dalam bab ini penulis akan menguraikan beberapa hal atau pengertian
yang brhubungan dengan dunia kepariwisataan seperti pengertian
pariwisata, sarana dan prasarana kepariwisataan, pengertian wisatawan
dan pengertian produk indutri pariwisata.
BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang gambaran umum
kabupaten tersebut, ysng mencakup letak geografis, keadaan alam,
kependudukan, sosial, budaya.
BAB IV POTENSI WISATA
Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai potensi wisata,
pengembangan potensi wisata, hambatan-hambatan yang timbul dalam
pengembangannya.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran.
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
BAB II
KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep dan Definisi Pariwisata
2.1.1 Konsep Pariwisata
Sebagai suatu konsep, pariwisata dapat ditinjau dari beberapa segi yang berbeda.
Pariwisata dapat dilihat sebagai suatu kegiatan melakukan perjalanan dari rumah dengan
maksud tidak melakukan usaha, melainkan bersantai. Pariwisata dapat juga dilihat
sebagai suatu bisnis, yang berhubungan dengan penyediaan barang dan jasa bagi
wisatawan dan menyangkut setiap pengeluaran oleh wisatawan atau pengunjung dalam
perjalanan.
Institute of tourist in Britain (sekarang Tourism Society in Britain) di tahun 1967
mendefinisikan pariwisata sebagai : kepergian orang-orang untuk sementara waktu
pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggaldan tempat bekerja sehari-hari,
serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat tujuan tersebut. Ini mencakup
kepergian untuk berbagai maksud kunjungan sehari atau darmawisata.
Dari definisi tersebut, Robert Mc Intosh bersama Shasikant Gupta mencoba
merumuskan suatu konsepsi mengenai pariwisata yang dapat dipergunakan sebagai
pegangan untuk membangun industri, yang kita namakan ondustri pariwisata. Dan
mereka mengungapkan bahwa pariwisata adalh gabungan gejala dan hubungan yang
timbul dari interaksi wisatawan, bisnis pemerintah tuan rumah, serta masyarakat tuan
rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan serta pengunjung lainnya.
( Pendit, 1990;30 ).
2.1.2 Ruang Lingkup Kepariwisataan
Secara global komponen yang terlibat di dalam industri pariwisata ada beberapa
bagian antara lain : wisatawan, industri pariwisata termasuk tenaga kerjanya,
lembaga-lembaga pendidika penghasil tenaga kera, dan pemerintah.
a. Wisatawan
Fokus terhadap wisatawan menyangkut karakter demografi dari wisatawan
tersebut, prilaku, psikografk. Karakteristik wisatawan dapat diteliti baik dalam maupun
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
tersebut dapat dikaitkan dengan jenis atraksi wisata yang disukai, lama tinggal, jenis
akomodasi yang diinginkan, dan sebagainya.
Pengetahuan tentang karakter wisatawan akam membantu penyelenggaraan
pariwisata dan pemerintah, untuk mengembangkan industri pariwisata sesuai dengan
permintaan pasar.
b. Industri Pariwisata
Ruang lingkup industri pariwisata menyangkut berbagai sektor ekonomi. Adapun
aspek-aspek yang tercakup dalam industri pariwisata antara lain :
1. Restoran
2. Penginapan
3. Pelayanan Perjalanan
4. Transportasi
5. Pengembangan daerah tujuan wisata
6. Fasilitas rekreasi
7. Atraksi wisata
c. Lembaga-Lembaga Pelatihan dan pendidikan
Lembaga pendidikan sebagai penyedia tenaga kerja terampil di industri pariwisata
merupakan fokus dari penelitian. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam pengembangan ini
adalah penyempurnaan kurikulum mata kuliah kepariwisataan, efektifitas pengajaran, dan
relevansi program pendidikan dengan kebutuhan industri pariwisata.
d. Sektor Pemerintahan
Sebagai pengkoordinir kegiatan pariwisata, pemerintah mempunyai peranan yang
sangat besar dalam mengembangkan pariwisata. Kebijakan jangka pendek maupun
jangka panjang, memerlukan penelitian. Penelitian oleh pemerintah terhadap bidang
perhotelan menyangkut perizinan, tingkat penyerapan tenaga kerja oleh industri
pariwisata, didistribusi pendapatan, strategi promosi wisata seperti tahun kunjungan
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
Pada thun 1963, PBB telah mensponsori suatu konferensi mengenai travel dan
pariwisata yang diadakan di Roma. Konferensi ini berhasil merekomendasikan definisi
untuk pengunjung dan wisatawan untuk dipergunakan dalam statistik internasional.
2.2 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata
Pada literatur luar negeri tidak pernah ditemukan objek dan daya terik wisata
seperti yang kita kenal di Indonesia, namun mereka hanya menggunakan istilah “ tourist
attraction “ saja dengan segala sesuatu yang menjadi daya tarik untuk mengunjungi
daerah tertentu, dimana tourist attraction itu juga merupakan salah satu unsur pokok
dalam pembangunan kepariwisataan yang keberadaannya akan mendorong wisatawan
untuk mengunjunginya.
Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup yang memiliki
daya tarik untuk mengunjungi suatu daerah. Hal-hal tersebut adalah :
1. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang termasuk dalam
kelompok ini seperti iklim, bentuk tanah dan pemandangan, flora dan fauna, pusat
kesehatan.
2. Hasil ciptaan manusia yang berupa benda-benda bersejarah, kebudayaan dan
Keagamaan.
3. Tata cara hidup masyarakat.
Membicarakan objek dan atraksi wisata ada baiknya dikaitkan dengan pengertian
produksi dari pariwisata itu sendiri. Hal ini dianggap perlu karena sampai sekarang ini
masih dijumpai perbedaan pendapat antara para ahli mengenai pengertian produk industri
pariwisata dari satu pihak dan atraksi di pihak lain.
Terdapat perbedaan yang prinsipil antara pengertian produk industri pariwisata
dengan objek dan atraksi wisata. Produk industri wisata meliputi keseluruhan pelayanan
yang diperoleh, dirasakan atau dinikmati wisatawan, semenjak ia meninggalkan rumah
dimana ia biasa tinggal, sampai kedaerah tujuan wisata yang dipilihnya dan kembali ke
rumah dimana ia berangkat semula. Jadi objek dan atraksi wisata itu sebenarnya sudah
termasuk dalam produk industri wisata, karena kalau tidak motivasi untuk berkunjung
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
wisata sudah pasti ada objek dan atraksi wisata. Adapun alasannya wisatawan berkunjung
ke daerah tersebut bila mereka merasa manfaat kepuasan atau pelayanan yang diberikan.
Jadi kita hanya dapat mengatakan suatu obek wisata bila untuk melihat objek
tersebut tidak ada persiapan terlebih dahulu dimana seorang saja dapat menikmatinya
tanpa bantuan orang lain, karena memang sifat monumental. Contohnya, pemandangan
alam, bangunan bersejarah. Lain halnya dengan atraksi wisata yang dipersiapkan terlebih
dahulu agar dapat dilihat dan dinikmati. Atraksi wisata ini sifatnya entertainment atau
hiburan yang diperagakan oleh manusia seperti tari-tarian, upacara adat, dan lain-lain.
2.5 Sarana Kepariwisataan
Sarana kepariwisataan yang dimaksud disini adalah semua kegiatan pariwisata yang
menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, mulai dari
wisatawan berangkat menuju daerah wisata, hingga kembali ke negara asalnya. Dalam
dunia kepariwisataan dikenal tiga sarana yang melengkapi, yaitu :
1. Sarana Pokok Kepariwisataan
Yang dimaksud sarana pokok kepariwisataan adalah : perusahaan-perusahaan
yang hidup dan kehidupannya sangat bergantung kepada lalu lintas wisatawan dan
traveler lainnya. Fungsinya adalah memberikan fasilitas pokok yang dapat memberikan
pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Adapun perusahaan yang termasuk dalam
kelompok ini yaitu :
a. Perusahaan yang usaha kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan
perjalanan wisatawan atau disebut juga ‘receptive tourist plan’. Misalnya travel
agent, tour operator dan lain-lain.
b. Perusahaan yang memberikan pelayanan di daerah tujuan kemana wisatawan itu
pergi yang biasa disebut ‘resident tourist plan’. Misalnya hotel, mess, homestay,
inn dan lain sebagainya.
2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan
Sarana pelengkap kepariwisataan adalah kegiatan usaha pariwisata yang
menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi saran
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
wisata. Termasuk didalamnya adalah sarana olahraga seperti arung jeram, lapangan golf,
paralayang, banana boat, dan lain-lain. (Yoeti, 1996)
3. Sarana Penunjang Kepariwisataan
Sarana penunjang kepariwisataan ialah kegiatan usaha pariwisata yang menunjang
sarana pokok dan sarana pelengkap yang mempunyai fungsi untuk membuat wisatawan
merasa terhibur dan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang
dikunjunginya, misalnya took souvenir, kasino, diskotik dan lain-lain.
( dalam Yoeti, 1996:8)
2.3.2 Prasarana Kepariwisataan
Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses
perekonomian dapat berjalan lancer sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan
manusia dalam memudahkan kebutuhannya.
Seorang ahli pariwisata, Lothar A Kreck dalam bukunya yang berjudul
“International Tourism” membagi prasarana atas dua bagian ( dalam Yoeti, 1982:172)
a. Prasarana perekonomian seperti pengangkutan, komunikasi, perbankan dan
lain-lain.
b. Prasarana social seperti system pendidikan, factor keamanan, pelayanan
kesehatan dan lain-lain.
Sedangkan Prof. Salah Wahab dalam bukunya yang berjudul “ Tourism
Management” , membagi prasarana menjadi tiga bagian ( dalam Yoeti, 1982:178 )
a. Prasarana umum seperti air bersih, listrik, jalan raya dan lain-lain.
b. Prasarana kebutuhan masyarakat seperti rumah sakit, kantor polisi, kantor pos,
dan lain-lain.
c. Prasarana kepariwisataan yang kegiatan usahanya memberi pelayanan kepada
wisatawan seperti badan usaha yang mengurs kedatangan wisatawan, fasilitas
yang disediakan untuk menampung wisatawan, dan semua fasilitas untuk
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
2.6 Pengertian Produk Industri Pariwisata
The Association of International Expert and Scientific in Tourism (AIEST) dalam tahun
1973 memberi batasan sbb:
“The product covers The complete experiences from the time he (tourist) leaves
home to the time he returns to it.”
Produk industri pariwisata adalah semua bentuk pelayanan yang dinikmati wisatawan,
semenjak ia meninggalkan tempat dimana ia biasa berdiam, selama berada di daerah
tujuan wisata yang dikunjungi, hingga ia kembali pulang ke tempat asalnya semula
Victor T.C. Middleton dalam buku Marketing In Travel and Tourism memberi
batasan produk industri pariwisata sbb:
“The product may be defined as a bundle or package of tangible and intangible
components, based on activity at a destination”
“There are five main components in the total product which are discussed below:
- Destination Attractions
- Destination Facilities and Services - Accessibilities of The Destinations
- Image of the Destinations - Price to the Customers
a. Aksesibiltas daerah tujuan wisata
Semua yang dapat memberi kemudahan kepada wisatawan untuk datang
berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata (DTW).
- Infrastucture : Airport, Seaport, Railways, Highways, Roads,
Bridges.
- Tranportations : Airline, Cruisership, Hovercraft, Coach Bus, Taxis, and Tourist Buses.
- Government Regulation : Tranportation regulation, Routes Operated, and Visa regulation.
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
b. Fasilitas dari daerah tujuan wisata
Fungsinya memenuhi kebutuhan wisatawan selama tinggal untuk sementara
waktu di DTW yang dikunjungi.
- Accomodation units : Hotels, Motels, Appartment dll.
- Restaurants, Bars & Café : Ranging from fastfood through to Luxury Restaurants.
- Transportation at the destination : Taxis, Coaches, Car Rental, Cycle Hire.
- Sport and Activities : Skiing, Golfing, Sailing, Fishing, ect.
- Others facilities : Handicraft, Arts, Souvenirs, Guiding Course.
- Retail outlets : Local travel agent, film and camera supplies, Drug
store, etc.
- Other services : Hairdressing, Tourist information center, Tourist
police, etc.
c. Tourist attraction
Semua yang menjadi daya tarik mengapa wisatawan tertarik datang berkunjung
pada suatu daerah tujuan wisata (DTW).
- Natural Attractions : Landscape, Seascape, Beaches, Climate, etc.
- Cultural Attractions : History and Folklore, Religions, Arts,
Theatre, Museums, Festivals and Pageants.
- Social Attractions : the way of life of the resident population, languages, opportunities for social encounters.
- Built Attractions : Buildings, Monuments, Ski slopes, Golf courses, special shops and themed retail areas.
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
- Tidak berwujud (intangible product), karena itu ia tidak dapat dipindahkan, dicoba, ditabung, atau ditumpuk digudang.
- There is no transfer of ownership
- The relationship between buyer and seller not completed end when transaction all ready finish.
- Buyers are often dependen on the seller during the consumption and use of the services.
-
e. Fragmented supply dan Composite demand
Produk industri pariwisata merupakan kumpulan dari beberapa produk perusahaan
termasuk kelompok industi pariwisata dalam hal ini bertindak sebagai penyedia jasa
(supplier).Supplier ini terdiri dari Transfer Service, Hotel Accomodation, Restaurant,
Entertainment, Tourist Attraction, Souveniershop and Shopping Center, yang satu dengan
lainya terpisah (fragmented) dan berbeda dalam hal: lokasi, kepemilikan, fungsi,
manajemen dan produknya, namun permintaannya selalu dalam bentuk campuran atau
kombinasi (Composite) dari beberapa produk, minimal produk transportasi, kamar untuk
menginap di hotel, makan pagi di hotel (paket wisata sederhana). (I Gede Iwan
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
BAB III
GAMBARAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL
3.1 Letak Geografis
Kabupaten Mandailing Natal secara geografis terletak antara 00.10'10 0
50'Lintang Utara dan 98 0 50' - 100 0 10' Bujur Timur. Wilayah administrasi Mandailing
Natal dibagi atas 17 kecamatan dan 375 desa/kelurahan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 1998 pada tanggal 23
November 1998. Pada Tanggal 15 Februari 2007 Kabupaten Mandailing Natal
mengeluarkan Perda No 10 Tahun 2007 tentang pembentukan kecamatan di Kabupaten
Mandailing Natal, Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Huta Bargot, Kecamatan Puncak
Sorik Marapi, Kecamatan Pakantan, dan Kecamatan Sinunukan. Kemudian pada tanggal
7 Desember 2007, Kecamatan Naga Juang dibentuk dengan Perda No. 46 Tahun 2007.
Dengan demikian Kabupaten Mandailing Natal kini memiliki 23 Kecamatan dengan
jumlah desa sebanyak 353 dan Kelurahan sebanyak 32 kelurahan.
Daerah Kabupaten Mandailing Natal secara geografis terletak paling selatan dari
propinsi Sumatera Utara dengan batas-batas sebagai berikut :
• Sebelah Utara dengan Kabupaten Padang Lawas
• Sebelah Selatan dengan Propinsi Sumatera Barat.
• Sebelah Timur dengan Propinsi Sumatera Barat
• Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia .
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
Kabupaten Mandailing Natal secara geografis terletak antara 00.10' 10 0
50'Lintang Utara dan 98 0 50' - 100 0 10' Bujur Timur. Wilayah administrasi Mandailing
Natal dibagi atas 17 kecamatan dan 375 desa/kelurahan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 1998 pada tanggal 23
November 1998. Pada Tanggal 15 Februari 2007 Kabupaten Mandailing Natal
mengeluarkan Perda No 10 Tahun 2007 tentang pembentukan kecamatan di Kabupaten
Mandailing Natal, Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Huta Bargot, Kecamatan Puncak
Sorik Marapi, Kecamatan Pakantan, dan Kecamatan Sinunukan. Kemudian pada tanggal
7 Desember 2007, Kecamatan Naga Juang dibentuk dengan Perda No. 46 Tahun 2007.
Dengan demikian Kabupaten Mandailing Natal kini memiliki 23 Kecamatan dengan
jumlah desa sebanyak 353 dan Kelurahan sebanyak 32 kelurahan.
Daerah Kabupaten Mandailing Natal secara geografis terletak paling selatan dari
propinsi Sumatera Utara dengan batas-batas sebagai berikut :
• Sebelah Utara dengan Kabupaten Padang Lawas
• Sebelah Selatan dengan Propinsi Sumatera Barat.
• Sebelah Timur dengan Propinsi Sumatera Barat
• Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia .
3.2.1 Luas Wilayah
Kabupaten Mandailing Natal mempunyai luas daerah sebesar 662.070 Ha atau
9,24 persen dari wilayah propinsi Sumatera Utara. Wilayah yang terluas adalah
Kecamatan Muara Batang Gadis yakni 143.502 Ha (21,67%) dan terkecil yaitu
Kecamatan Lembah Sorik Marapi sebesar 3.472,57 Ha (3,46%).
3.2.2. Geografi dan Mata Pencaharian Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Mandailing Natal tahun 2007 yakni 417.590 jiwa.
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
banyak rumah tangga 94.477.KK dengan rata-rata anggota rumah tangga yakni 4. Laju
pertumbuhan penduduk Mandailing Natal tahun 2007 sebesar 0,93 % . Struktur penduduk
Mandailing Natal menunjukkan bahwa usia produktif (15-64 tahun) sangat menonjol
sebesar 55,54 % dan usia ketergantungan terdiri usia (0-14 tahun) sebesar: 41,43 % dan
Lansia (65+ ) sebesar 3,03%.
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan
komposisi terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi.
Hasil Sakernas 2007, Angkatan Kerja ( usia 15 tahun keatas) sebesar 193.109 orang dan
bukan angkatan kerja 51.494 orang. TPAK merupakan ukuran yang menggambarkan
jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 tenaga kerja.
TPAK Kab. Mandailing Natal sekitar 78,95% yang tertinggi di kecamatan
Panyabungan Timur (90,70% ) dan terkecil di kecamatan Lembah Sorik Marapi
(47,85%). Sedangkan tingkat rasio pekerja Kab. Mandailing Natal yakni 91,45%. Di sisi
lain dapat dianalisa bagian angkatan kerja yang masih mencari pekerjaan atau biasa
disebut penggangguran terbuka (TPT). TPT di Mandailing Natal yakni 8,55%. TPT yang
tertinggi Kec. Lembah Sorik Marapi (12,92%) dan terendah kecamatan Natal (3,43%).
3.2.3 Sosial dan Budaya
Bangsa Mandailing Suku bangsa Mandailing atau kelompok etnis (ethnic group)
Mandailing adalah salah satu dari sekain ratus suku bangsa penduduk asli Indonesia. Dari
zaman dahulu sampai sekarang suku bangsa tersebut turun-temurun mendiami wilayah
etnisnya sendiri yang terletak di Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatra Utara.
Menurut tradisinya orang Mandailing menamakan wilayah etnisnya itu Tano Rura
Mandailing yang artinya ialah tanah lembah Mandailing. Tapi namanya yang populer
sekarang ialah Mandailing, sama dengan nama suku bangsa yang mendiaminya.
Berdasarkan tradisi masa lalu, wilayah etnis Mandailing terdiri dari dua bagian, yang
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
utara dan Mandailing Julu (Mandailing Hulu), berada di bagian selatan dan berbatasan
dengan daerah Provinsi Sumatra Barat.
Masyarakat Mandailing merupakan masyarakat agraris yang patrilineal. Sebagian
besar warganya bertempat tinggal di daerah pendesaan dan hidup sebagai petani dengan
mengolah sawah dan mengerjakan kebun karet, kopi, kulit manis, dsb. Sampai pada masa
pemerintahan kolonial Belanda penduduk di kawasan Mandailing Godang dipimpin oleh
raja-raja dari marga (clan) Nasution, sedangkan penduduk di kawasan Mandailing Julu
dipimpin oleh raja-raja dari marga Lubis. Pada masa itu di kedua kawasan tersebut
terdapat banyak kerajaan tradisional yang kecil-kecil berupa komunitas yang dinamakan
Huta atau Banua. Masing-masing mempunyai kesatuan teritorial dan pemerintahan yang
otonom.
Eksistensi masyarakat Mandailing sebagai suku bangsa atau kelompok etnis
diperlihatkan dan dikukuhkan oleh kenyataan bahwa masyarakat Mandailing mempunyai
kesatuan kebudayaan dan juga bahasa sendiri yang membuatnya berbeda atau dapat
dibedakan dari suku bangsa yang lain. Dan juga karena warga masyarakat Mandailing
menyadari adanya identitas dan kesatuan kebudayaan mereka sendiri yang membuat
mereka (merasa) berbeda dari warga masyarakat yang lain.
Secara historis, eksistensi atau keberadaan suku bangsa Mandailing didukung oleh
kenyataan disebut nama Mandailing dalam puluh atau syair ke-13 kitab Nagarakretagama
yang ditulis oleh Prapanca sekitar tahun 1365 (abad ke-14). Dalam hal ini, Said (tanpa
tahun:9) antara lain mengemukakan bahwa "teks sair ke-13 Negarakertagama tersebut
dalam huruf Latin bahasa Kawi, dapat dikutip sebagian sebagai berikut:
"Lwir ning nuasa pranusa pramuka sakahawat kaoni ri Malayu/ ning Jambi mwang Palembang i Teba len Darmmacraya tumut/ Kandis, Kahwas Manangkabwa
ri Siyak i Rekan Kampar mwang Pane/
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
Seperti terlihat pada teks tersebut ekspansi Majapahit ke Malaya (Sumatra) merata
sejak Jambi, Palembang, Muara Tebo, Darmasraya, Haru, Mandahiling, jelasnya
Mandailing. Meperhatikan bahwa nama Mandailing tidak ada duanya di Indonesia, maka
yang dimaksud tidak lain dari Mandailing yang lokasinya di Tapanuli Selatan. Demikian
dikemukan.
Sistem Sosial, Adat Istiadat dan Pemerintahan Dalam waktu yang terbatas tentu
tidak dapat dibicarakan budaya Mandailing secara keseluruhan. Oleh karena itu yang
akan dibicarakan pada kesempatan ini hanyalah sebagian kecial dari unsur dan aspeksnya
saja.
Meskipun sudah banyak terjadi perubahan, tapi sampai saat ini, dalam struktur
masyarakat Mandailing yang patrilineal terdapat kelompok-kelompok kekerabatan yang
dibentuk berdasarkan hubungan darah (blood ties) dan hubungan perkawinan (affinial
ties). Kelompok kekerabatan yang dibentuk berdasarkan hubungan darah, oleh orang
Mandailing dinamakan marga (clan). Hubungan kekerabatan (kinship) antara
orang-orang Mandailing dalam satu marga disebut kahanggi (abang-adik).
Suku bangsa atau masyarakat Mandailing terdiri dari banyak marga atau
kelompok kerabat satu keturunan yang masing-masing punya nama sendiri. Dan di
antaranya yang terbesar ialah marga Lubis dan marga Nasution. Setiap marga juga punya
tokoh nenek moyangnya (ancestor) sendiri. Tokoh nenek moyang orang-orang
Mandailing marga Lubis ialah seorang yang bernama Namora Pande Bosi. Orang-orang
Mandailing marga Nasution punya tokoh nenek moyang yang bernama Si Baroar.
Demikianlah menurut lagenda atau mitos yang diyakini oleh masyarakat Mandailing.
Kelompok kekerabatan yang dibentuk berdasarkan hubungan perkawinan (affinal
ties) terdiri dari dua bagian, yaitu kelompok kerabat pemberi anak gadis dalam
perkawinan (bride giver) yang dinamakan mora dan kelompok kerabat penerima anak
gadis (bride receiver) yang dinamakan anak boru.
Dengan demikian dalam masyarakat Mandailing terdapat tiga kelompok
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
punya hubungan kekerabatan berabang-adik) dan anak boru. Ketiga kelompok
kekerabatan tersebut digunakan oleh masyarakat Mandailing sebagai komponen tumpuan
untuk sistem sosialnya yang dinamakan Dalian Natolu (tumpuan yang tiga). Sistem sosial
yang dinamakan Dalian Natolu itu berfungsi sebagai mekanisme untuk melaksanakan
adat dalam kehidupan masyarakat Mandailing.
3.2.4 Sejarah Awal Pembentukan kabupaten Mandailing Natal
Kabupaten Mandailing Natal resmi terbentuk pada tanggal 23 Nopember 1998
berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1998 tanggal 23 Nopember 1998 Tentang
Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal.
Selanjutnya Kabupaten Mandailing Natal diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri
Syarwan Hamid pada tanggal 9 Maret 1999 di Kantor Gubernur Sumatera Utara Medan
dan pejabat Bupati Mandailing Natal pada masa itu adalah H. Amru Daulay, SH.
Sedangkan peresmian gedung sementara kantor pemerintahan Mandailing Natal di
Panyabungan dilakukan oleh Gubernur Sumatera Utara, Alm. Tengku Rizal Nurdin pada
tanggal 11 Maret 1999, di komplek bekas perkantoran Proyek Pembangunan Irigasi
Batang Gadis di daerah Dalan Lidang Kecamatan Panyabungan yang kemudian
dioperasikan sebagai komplek perkantoran pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal
dan sekarang lebih dikenal dengan komplek perkantoran Bupati lama.
Istilah Mandailing Natal sendiri pada mulanya sudah dikenal sejak tahun 1365
berdasarkan karya sejarah Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Kemudian
setelah Kabupaten Mandailing Natal resmi terbentuk, istilah tersebut disosialisasikan oleh
H. Amru Daulay, SH., selaku Pejabat Bupati Mandailing Natal berdasarkan Surat
Keputusan Nomor 100/253.TU/1999 yang menyebutkan bahwa akronim nama
Kabupaten Mandailing Natal adalah Kabupaten Madina yang Madani.
Selanjutnya pada tahun 2000 Pejabat Bupati Mandailing Natal H. Amru Daulay,
SH, diangkat menjadi Bupati Mandailing Natal defenitip untuk periode tahun 2000
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
Melalui pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) secara langsung pada tahun 2005,
bapak H. Amru Daulay, SH kembali terpilih untuk memimpin pemerintahan Kabupaten
Mandailing Natal untuk periode yang kedua sampai dengan tahun 2010.Kabupaten
Mandailing Natal terletak pada 00 10’’-10 50’’ Lintang Utara dan 980 50’’ sampai 1000
10’’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 samapai 2,145 diatas permukaan laut. Luas
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
BAB IV
POTENSI WISATA 4.1 Potensi Wisata Mandailing Natal
Sebagai sebuah daerah tujuan wisata, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) di
Sumatera Utara memang belum cukup dikenal. Namun potensi wisatanya setara dengan
kawasan-kawasan ekowisata semacam di Taman Nasional Kerinci Seblat di Jambi
maupun Pegunungan Dieng di Jawa Tengah.
Persoalan utama pariwisata di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) terutama
karena jaraknya yang cukup jauh dari Medan, ibukota Sumatera Utara. Mencapai 480
kilometer lebih. Minimal 12 jam perjalanan dengan angkutan darat.
Solusi jarak ini hanya dapat diatasi dengan angkutan udara dari Bandara Polonia
Medan menuju Bandara Aek Godang di Kabupaten Tapanuli Selatan. Dari Aek Godang
ke Panyabungan, ibukota Madina, sekitar 40 kilometer lagi. Saat ini penerbangan hanya
dilayani Merpati Airlines yang terbang dua kali seminggu, yakni Senin pukul 12.00 dan
Rabu pukul 10.00 Wib. Harga tiketnya Rp 320 ribu.
Objek wisata di Madina, berpusat pada desa-desa yang berada di kawasan Taman
Nasional Batang Gadis (TNBG). TNBG ini baru saja diresmikan sebagai taman nasional
ke 42 di Indonesia oleh Menteri Kehutanan MS Kaban pada 25 Februari 2005.
Madina yang sering disinggahi karena telah dikenal dan menarik hanyalah Ponpes
Mustafawiyah Purba Baru di Kecamatan Lembah Sorik Marapi. Para turis mancanegara
tertarik melihat keberadaan gubuk-gubuk kecil berukuran 1,5 x 2,5 meter yang berbaris di
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
daerah negeri ini. Keberadaan gubuk-gubuk kecil sebagai tempat santri dididik untuk
hidup mandiri membuat kesan yang agak asing, dan didukung jumlah santri yang
mencapai 8000 orang membuat suasana Ponpes Purba Baru menarik untuk disinggahi.
Dari segi panorama alam, suasana objek wisata di Madina masih jauh berbeda
dengan kawasan Parapat (Danau Toba), Berastagi bahkan Bukit Lawang di Kabupaten
Langkat. Di kawasan tersebut turis mancanegara banyak dijumpai. Namun tidak
demikian halnya dengan Madina yang menyimpan banyak potensi wisata yang terpendam
namun belum dikelola secara maksimal.
Dalam brosur pariwisata yang dikeluarkan bagian pariwisata Pemkab Madina,
tercantum beberapa pesona wisata yang dipromosikan untuk turis asing dan sisi lain yang
berhubungan dengan pariwisata serta aktivitas perjalanan. Pesona wisata yang
dipromosikan antara lain meliputi Bendungan Batang Gadis, Air Panas Siabu, Gordang
Sambilan, Bagas dan Sopo Godang, Sopotinjak, Lubuk Larangan, Danau Siombun,
Danau Marambe, Danau Saba Baru, Gunung Sorik Marapi, Sibanggor, Cerita Rakyat
Sampuraga, Muarasipongi. Kemudian Taman Nasional Batang Gadis (TNBG), Pantai
Natal, Pantai Sikara-kara, Sumur Besar Multatuli, Pulau Ungeh, Ponpes Mustafawiyah
Purba Baru, Pasar Tradisional Panyabungan, Mesjid Raya Panyabungan dan Komplek
Perkantoran Pemkab Madina di Perbukitan Payaloting Panyabungan.
Padahal masih banyak objek wisata sejarah Madina yang dikenal masyarakat
secara luas, objek tersebut tersimpan di berbagai kecamatan dan desa yang apabila
dikembangkan akan menarik bagi datangnya turis domestik dan mancanegara seperti di
Panyabungan dekat Desa Runding ditemukan peninggalan kebudayaan manusia dari
zaman batu, yaitu peninggalan berupa menhir yang tersebar di suatu lokasi hutan
kawasan desa itu. Masih di Panyabungan di lokasi Padang Mardia, oleh masyarakat
setempat terdapat sisa-sisa peninggalan Hindu-Budha yang berbaur dengan sisa-sisa
kebudayaan zaman meganlitikum. Lalu di Pidoli Lombang, dapat dijumpai komplek
percandian yang sudah runtuh dan hanya tersisa bagian pondasinya dari susunan
lempengan batu bata ukuran lebar, yang sekarang dijadikan sebagai areal persawahan
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
Kemudian di Kecamatan Siabu di Desa Simangambat, di sini akan dijumpai objek
wisata yang oleh masyarakat disebut yaitu bebatuan/candi sisa peninggalan umat Hindu
dari abad ke-8, lebih tua tiga abad dari Candi Portibi di Tapsel. Jarak beberapa meter dari
Bagas Godang Panyabungan Tonga, terdapat sebuah makam kuno yang diyakini
masyarakat sebagai makam SI Baroar yaitu nenek moyang yang menurunkan marga
Nasution di Mandailing.
Selanjutnya untuk wisatawan yang hobi hutan ilalang di Lembah Tor Sihite yang
di bawahnya mengalir Sungai Batang Gadis menuju Bendungan Irigasi Batang Gadis
sangat menarik untuk dijadikan objek wisata. Kemudian Aek Namilas tempat pengolahan
belerang di Batang Natal, Brankas dan Meriam peninggalan Inggris dan Benteng Portugis
di Natal, Bangunan peninggalan Belanda berupa Pesanggerahan di Kotanopan, gua-gua
alam di Pastap.
Tidak kalah menariknya desa-desa yang memiliki karakteristik khas kebudayaan
Mandailing seperti Desa Maga, Singengu, Manambin, Hutapungkut, Hutagodang, Botung
dan Tobang di Kotanopan dengan peninggalan Bagas Godangnya, budaya khas
masyarakat Ulu di Muarasipongi dan Pakantan sebagai daerah yang banyak menyimpan
khasanah tradisi Mandailing.
Kabupaten Mandailing Natal memiliki objek wisata berupa keindahan alam dan
peninggalan sejarah. Daerah ini memiliki hutan yakni Taman Nasional Batang Gadis
108.000 hektar (26 % dari luas hutan), dengan kisaran ketinggian 300 – 2.145 meter
diatas pemukaan laut. Taman ini memiliki 242 tumbuhan berpembuluh (vascular plaut)
atau 1,00 % dari tanaman pembuluh di Indonesia, memiliki 218 jenis satwa burung (38
jenis langka), dan 25 jenis mamalia besar.
Objek peninggalan sejarah berupa Bagas Godang (Istana Raja), Terowongan Jepang,
Meriam Portugis dan Sumur Multatuli, merupakan potensi wisata yang cukup baik.
Objek wisata yang masih alami tetapi telah banyak dikunjungi para wisatawan adalah :
1. Air Panas Sibanggor, di Kecamatan Tambangan
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
3. Air Panas Siabu, di Kecamatan Siabu
4. Danau Siombun, di Kecamatan Panyabungan
5. Danau Marambe, di Kecamatan Panyabungan Barat
6. Bendungan Batang Gadis, di Kecamatan Panyabungan
7. Atraksi Monyet, di Kecamatan Siabu
8. Air Panas Putusan, di Kecamatan Panyabungan Selatan
9. Air Terjun Sitaut, di Kecamatan Kotanopan
10.Panaroma Sopotinjak, di Kecamatan Batang Natal
11.Sumur Multatuli, di Kecamatan Natal
12.Pantai Natal, di Kecamatan Natal
13.Pantai Sikara-Kara, di Kecamatan Natal
Jika potensi tersebut dikelola dengan baik tentu akan meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan peningkatan taraf hidup masyarakat.
Dalam brosur pariwisata yang dikeluarkan bagian pariwisata Pemkab Madina, tercantum
beberapa pesona wisata yang dipromosikan untuk turis asing dan sisi lain yang
berhubungan dengan pariwisata serta aktivitas perjalanan. Pesona wisata yang
dipromosikan antara lain meliputi Bendungan Batang Gadis, Air Panas Siabu, Gordang
Sambilan, Bagas dan Sopo Godang, Sopotinjak, Lubuk Larangan, Danau Siombun,
Danau Marambe, Danau Saba Baru, Gunung Sorik Marapi, Sibanggor, Cerita Rakyat
Sampuraga, Muarasipongi. Kemudian Taman Nasional Batang Gadis (TNBG), Pantai
Natal, Pantai Sikara-kara, Sumur Besar Multatuli, Pulau Ungeh, Ponpes Mustafawiyah
Purba Baru, Pasar Tradisional Panyabungan, Mesjid Raya Panyabungan dan Komplek
Perkantoran Pemkab Madina di Perbukitan Payaloting Panyabungan.
Padahal masih banyak objek wisata sejarah Madina yang dikenal masyarakat secara
luas, objek tersebut tersimpan di berbagai kecamatan dan desa yang apabila
dikembangkan akan menarik bagi datangnya turis domestik dan mancanegara seperti di
Panyabungan dekat Desa Runding ditemukan peninggalan kebudayaan manusia dari
zaman batu, yaitu peninggalan berupa menhir yang tersebar di suatu lokasi hutan
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
setempat terdapat sisa-sisa peninggalan Hindu-Budha yang berbaur dengan sisa-sisa
kebudayaan zaman meganlitikum. Lalu di Pidoli Lombang, dapat dijumpai komplek
percandian yang sudah runtuh dan hanya tersisa bagian pondasinya dari susunan
lempengan batu bata ukuran lebar, yang sekarang dijadikan sebagai areal persawahan
Saba Biara.
Kemudian di Kecamatan Siabu di Desa Simangambat, di sini akan dijumpai objek
wisata yang oleh masyarakat disebut jireta
Itulah sebagian dari objek-objek wisata terpendam yang potensial dikembangkan di
Kabupaten Madina, namun belum terkelola dan terjamah dengan baik. Sejumlah
fenomena yang dihadapi dunia kepariwisataan di Madina merupakan tantangan yang
harus dihadapi dan harus segera diselesaikan, jika Kabupaten Madina ingin memperoleh
peluang. Peluang itu bukan tidak mungkin dapat dicapai, mengingat Kabupaten Madina
mempunyai potensi ke arah tersebut. Masalahnya sekarang terpulang kepada semua
stakeholder di Madina, keberhasilan Madina sebagai daerah persinggahan para turis
tergantung dari kemampuan mengatasi semua kendala dan permasalahan, menjadi satu yaitu bebatuan/candi sisa peninggalan umat
Hindu dari abad ke-8, lebih tua tiga abad dari Candi Portibi di Tapsel. Jarak beberapa
meter dari Bagas Godang Panyabungan Tonga, terdapat sebuah makam kuno yang
diyakini masyarakat sebagai makam SI Baroar yaitu nenek moyang yang menurunkan
marga Nasution di Mandailing.
Selanjutnya untuk wisatawan yang hobi hiking hutan ilalang di Lembah Tor Sihite
yang di bawahnya mengalir Sungai Batang Gadis menuju Bendungan Irigasi Batang
Gadis sangat menarik untuk dijadikan objek wisata. Kemudian Aek Namilas tempat
pengolahan belerang di Batang Natal, Brankas dan Meriam peninggalan Inggris dan
Benteng Portugis di Natal, Bangunan peninggalan Belanda berupa Pesanggerahan di
Kotanopan, gua-gua alam di Pastap.Tidak kalah menariknya desa-desa yang memiliki
karakteristik khas kebudayaan Mandailing seperti Desa Maga, Singengu, Manambin,
Hutapungkut, Hutagodang, Botung dan Tobang di Kotanopan dengan peninggalan Bagas
Godangnya, budaya khas masyarakat Ulu di Muarasipongi dan Pakantan sebagai daerah
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
peluang yang sangat menguntungkan. Menguntungkan bukan saja meningkatnya PAD
Madina tapi juga taraf hidup masyarakat.
4.2.2 Objek Wisata 1. Sibanggor
Berwisata selama satu hari penuh dengan menyewa mobil, atau pun menumpang
angkutan umum dari Panyabungan, bisa dimulai dari Sibanggor. Kawasan Sibanggor
yang berada di Kecamatan Tambangan, terdiri dari tiga desa, Sibanggor Jae, Sibanggor
Tonga dan Sibanggor Julu. Ketiganya punya panorama hijau menarik dengan lanskap
pegunungam.
Desa Sibanggor Tonga, yang berada sekitar 12 kilometer dari Panyabungan, dapat
ditemukan solfatara, sumber air panas yang mengandung belerang. Gelegar suara dari
sumber air panas itu terdengar hingga beberapa meter. Lokasinya berada persis di tepian
jalan, sehingga mudah dikunjungi. Lahan parkir cukup luas untuk beberapa mobil.
Masyarakat secara swadaya mendirikan tempat pemandian air panas. Ada dua kolam
yang dirikan berdampingan. Kolam pertama yang cukup panas, sumber airnya langsung
dari pusat air panas. Sementara kolam kedua yang airnya lebih hangat bersumber dari
aliran dari kolam pertama. Jika ingin mandi, ada beberapa kamar ganti disediakan.
Tak jauh dari situ terdapat aliran Sungai Aek Nilas. Aliran sungai itu berbatasan
langsung dengan tembok perbukitan. Di sini juga terdapat beberapa sumber air panas.
Letupan-letupan kecil dari sumber air panas itu bisa melentik hingga satu meter.
Panasnya bisa mencapai 70 derajat celcius.
Kadar panas itu membuat batu-batuan di sekitarnya berubah warna menjadi merah
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
Tilas menjadi hangat. Aliran sungai yang deras dengan bebatuan yang di tengahnya
menjadi lokasi menarik untuk aktifitas wisata sungai. Sayang, karena dangkal, sejauh ini
masih belum bisa dijadikan lokasi arung jeram.
Setelah bermain air panas sekitar satu jam, perjalanan bisa dilanjutkan menuju Desa
Sibanggor Julu. Hanya sekitar 10 menit perjalanan. Keunikan Sibanggor Julu terutama
karena di sini masih terdapat rumah-rumah tradisional. Modelnya rumah panggung,
beratap ijuk dengan material dari kayu.
Barisan rumah tradisional itu menjadi pemandangan yang eksotis. Desa yang
berada di kaki Gunung Sorik Marapi itu merupakan salah satu kekayaan khasanah budaya
Mandailing, dengan warganya yang masih kental dengan budaya dan bahasa Mandailing.
Penghidupan utamanya adalah pertanian dataran tinggi. Perkebunan jeruk dan tanaman
sayuran dapat dilihat di mana-mana.
2. Gunung Sorik Marapi
Pendakian menuju Gunung Sorik Marapi bisa dimulai dari Sibanggor Julu ini.
Posisinya berada di lereng timur Gunung Sorik Marapi yang berada di ketinggian 2.145
meter dari permukaan laut. Gunung ini merupakan daya tarik utama wisata di TNBG.
Gunung Sorik Marapi yang berada pada koordinat 00o41' 11.72" lintang utara dan
99o32' 13.09" bujur timut, merupakan gunung berapi aktif. Data dari Direktorat
Vulkanologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan
gunung ini pernah meletus sebanyak tujuh kali. Masing-masing pada tahun 1830, 1879,
1892, 1893, 1917, 1970, 1986 dan terakhir pada tahun 1987.
Pada letusan terakhir, Sorik Marapi memuntahkan debu dan lahar panas yang
mengaliran sampai ke Kabupaten Pasaman di Sumatera Barat. Dengan kondisi ini, maka
para pendaki diminta untuk melapor ke Pos Pengamatan Gunung Sorik Marapi yang ada
di sana, untuk mengetahui statusnya.
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
sekitar yang mencari binatang buruan atau kayu bakar. Makanya nyaris tidak ada sampah
modrenisasi di gunung ini seperti halnya gunung-gunung di Pulau Jawa atau Sumatera.
Perjalanan ke puncak memang cukup membutuhkan tenaga karena tanjakan yang
terus menerus. Tetapi hal itu impas dengan eksotisme sajiannya yang bisa dinikmati
mulai titik pendakian. Kawah akan tergapai dalam tempo tiga jam perjalanan. Selama
perjalanan mendapatkan kawah itu, sejumlah tumbuhan langka dan unik bisa dilihat
sepanjang perjalanan seperti anggrek dan tanaman perdu lainnya. Sementara kicauan
burung beragam jenis menjadi pesona lainnya.
Jika beruntung, dapat juga menemukan jejak atau mendengar suara binatang
langka. Kawasan ini memang tempat habitat kambing hutan (Naemorhedus
sumatraensis), tapir (Tapirus indicus), kucing hutan (Catopumatem minckii), kancil
(Tragulus javanicus), binturong (Arctitis binturong), beruang madu (Helarctos
malayanus), rusa (Cervus unicolor) dan kijang(Muntiacus muntjac) atau landak (Hystix
brachyura).
Baik mendaki maupun turun menggunakan jalur yang sama. Jika pendakian
membutuhkan waktu sekitar empat atau lima jam, maka turun dari puncak hanya sekitar
dua jam saja. Sejumlah penduduk sekitar bisa diminta menjadi guide.
3. Danau Sababegu
Pendakian juga bisa dilakukan melalui Danau Sababegu yang berada di Desa
Sopotinjak, di Kecamatan Batang Natal. Lokasinya berada sekitar 500 meter dari tepian
jalan raya Medan – Padang, Sumatera Barat, atau sekitar 20 menit dari Sibanggor Julu.
Hanya saja jalur pendakian dari sini tidak begitu jelas.
Danau Sababegu punya pesona yang mengagumkan. Pada waktu pagi, kondisinya
sama persis seperti Danau Beratan di Bedugul, Bali. Kabut tipis perlahan naik dari atas
air. Sementara pohon-pohon di tepian danau menjadi pagar hijau di sekelilingnya, kontras
dengan tumbuh ilalang yang ada di tepian danau. Memandangnya lamat-lamat,
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
menyehatkan. Danau yang diketahui keberadaannya sejak tahun 1999, ini merupakan
sumber mata air bagi warga desa di sekitarnya. Makanya rencana menjadikan danau ini
sebagai objek wisata, dikhawatirkan sebagian warga karena berpotensi mencemari
sumber air.
4. Bagas Godang
Bagas Godang (Rumah Raja) senantiasa dibangun berpasangan dengan sebuah
balai sidang adat yang terletak di hadapan atau di samping Rumah Raja. Balai sidang adat
tersebut dinamakan Sopo Sio Rancang Magodang atau Sopo Godang. Bangunannya
mempergunakan tiang-tiang besar yang berjumlah ganjil sebagaimana jumlah anak
tangganya. Untuk melambangkan bahwa pemerintahan dalam Huta adalah pemerintahan
yang demokratis, maka Sopo Godang dibangun tanpa didinding. Dengan cara ini, semua
sidang adat dan pemerintahan dapat dengan langsung dan bebas disaksikan dan didengar
oleh masyarakat Huta. Sopo Godang tersebut dipergunakan oleh Raja dan tokoh-tokoh
Na Mora Na Toras sebagai wakil rakyat untuk "tempat mengambil keputusan-keputusan
penting dan tempat menerima tamu-tamu terhormat". Sesuai dengan itu, maka bangunan
adat tersebut diagungkan dengan nama Sopo Sio Rancang Magodang inganan ni
partahian paradatan parosu-rosuan ni hula dohot dongan (Balai Sidang Agung tempat
bermusyawarah/mufakat, melakukan sidang adat dan tempat menjalin keakraban para
tokoh terhormat dan para kerabat).
Biasanya di dalam bangunan ini ditempatkan Gordang Sambilan iaitu alat muzik
tradisional Mandailing yang dahulu dianggap sakral (sacred).
Setiap Bagas Godang yang senantiasa didampingi oleh sebuah Sopo Godang harus
mempunyai sebidang halaman yang cukup luas. Oleh kerana itulah maka kedua bangunan
tersebut ditempatkan pada satu lokasi yang cukup luas dan datar dalam Huta. Halaman
Bagas Godang dinamakan Alaman Bolak Silangse Utang (Halaman Luas Pelunas
Hutang). Sesiapa yang mencari perlindungan dari ancaman yang membahayakan dirinya
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
pada saat orang yang sedang dalam bahaya memasuki halaman nin, ia dilindungi Raja,
dan tidak boleh diganggu-gugat.
5. Sampuraga
“..Sampuraga na maila mar inang..”
Ajaib, jika kita mengatakan kata tersebut di atas air panas Sampuraga maka air
tersebut akan meng gur-gur. Komplek Wisata Sampuraga di desa Longat. Kompleks ini
memperlihatkan suatu wisata sejarah yang menakjubkan. Sebuah kawasan wisata sejarah
yang mempunyai cerita magis, Sampuraga tersebut adalah seorang anak lelaki durhaka
yang tidak mengakui ibu kandung nya sendiri, sehingga ia, seluruh istananya berubah
menjadi air panas, batu, dan sungai. Hal ini sangat dipercaya keberadaannya oleh
masyarakat Mandailing. Karena membunyai bukti fisik seperti Bekas meriam, istana
besar yang menjadi batu beserta perabotannya, tempat memasak yang menjadi berubah
sumber air panas ( air nya berbau gulai-masakan ).
6. Taman Nasional Batang Gadis
Kekayaan hayati di Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) cukup tinggi. Hasil
penelitian menunjukkan, dalam petak penelitian seluas 200 meter persegi terdapat 242
jenis tumbuhan berpembuluh (vascular plant) atau sekitar 1 persen dari flora yang ada di
Indonesia yang saat ini jumlahnya sekitar 25.000 jenis tumbuhan berpembuluh.
Tingginya nilai kekayaan flora di TNBG menjadikan kawasan ini harus segera
dilindungi karena masih banyak jenis-jenis tumbuhan yang belum belum diketahui
manfaatnya bagi kehidupan manusia sehingga perlu dikaji lebih lanjut.
Di TNBG dapat ditemukan bunga langka dan dilindungi yaitu bunga Padma
(Rafflesia sp.) jenis baru. Bunga ini merupakan kerabat bunga padma (Rafflesia arnoldi
R. Brown) yang adalah flora maskot Indonesia dan bunga terbesar di dunia.Bunga yang
ditemukan di lereng Gunung Sorik Merapi seperti pada gambar ini diduga merupakan
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
Bunga padma sangat unik karena dia tidak memiliki akar, batang maupun daun. Bunga
padma tumbuh sebagai parasit di jenis liana tertentu (biasanya di Tetrastigma sp.) dan
merupakan jenis flora yang secara global terancam punah. Hingga kini, bunga ini masih
di teliti di oleh para ahli tanaman di Herbarium Bogoriense, Bogor, Jawa Barat.
Selain itu ada “kantong semar” (Nephentes sp). Tumbuhan ini termasuk
karnivora, menyerap unsur makanan penting dari serangga dan arthropoda yang jatuh dan
terbenam ke dalam kantong. Kantong itu sebenarnya adalah daun yang mengalami
modifikasi dan berisi cairan yang digunakan untuk mencerna makanan.
Kantong semar ini merupakan tumbuhan dari suku Nephentaceae. Tumbuhan ini
dilindungi berdasarkan UU No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Undang- Undang ini ditindaklanjuti dengan PP nomor 7 tahun
1999 tentang jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi.
A. Surga Burung
Kira-kira 200-an burung teridentifikasi padahal ketinggian lokasi pengamatan
antara 0 - 1300 m dpl dan belum mencapai ketinggian 1500an. Jadi, Batang Gadis
merupakan surganya burung, karena jarang sekali pengamatan satwa waktunya hampir
sebulan bisa mendapatkan 200 jenis burung.
Dari 200 spesies yang tercatat, 6 jenis rangkong dipastikan terdapat di kawasan
tersebut, jadi tinggal 3 ekor lagi dari 9 spesies rangkong di sumatera, jenis ‘finfoot’ yang
dikenal migran dan datanya sangat jarang ditemukan di Indonesia, juga tercatat di situ.
Dari 200 spesies burung, 38 spesies diantaranya dalam status dilindungi dan 5
diantaranya adalah endemik Sumatera. Tim fauna juga menemukan banyak spesies elang,
kutilang, pelatuk, bahkan burung-burung yang sulit ditemukan dan hanya dijumpai di
daerah-daerah yang sulit terjamah manusia, seperti seperti jenis burung luntur gunung
atau ‘trogon’.dan burung cirik-cirik kumbang –Nyctyornis amictus.
Dalam suatu survai burung, juga dijumpai spesies paling eksotik dan menarik
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
bentuknya unik dan memiliki bulu ekor di bagian tengah yang jauh lebih panjang dari
bulu ekor tepi, juga memiliki suara seperti orang sedang tertawa terbahak-bahak.
Selain itu adapula burung yang unik selalu di jalan dan kadangkala ingin bercanda
dengan kita yaitu kicuit batu Motacilla cinerea. Burung ini seringkali berjalan di tanah
dan menungging-nunggingkan ekornya naik turun untuk mencari perhatian. Adalagi jenis
Tepekong rangkang Hemiprochne comata dengan cirri khas dua garis putih melintang di
atas dan bawah bagian matanya, selalu mengamati gerak-gerik kita pada saat
pengamatan. Lucunya burung ini dapat dengan cuek nya hinggap di dahan kering lalu
terbang berputar dan hinggap lagi di dahan yang kering tanpa merasa terganggu oleh
kehadiran manusia. Berung di Batang Gadis memang terasa jinak, adalagi burung yang
lebih cuek yaitu burung luntur gunung. Pernah tim fauna menjumpai burung tersebut
hinggap dekat dengan pengamat tanpa bergerak walau pengamat tersebut lalu lalang
berjalan. Seolah berkata: “segera lindungi habitat kami”.
Sangat indahnya kawasan hutan dan fauna burung di Batang Gadis, menjadikan
kawasan ini cocok dan potensial untuk dijadikan kawasan ekowisata ‘Birdwatching’.Nah,
tinggal bagaimana semua pihak atau pemangku kepentingan (stakeholder) memiliki
komitmen untuk merencanakan dan membangun ini semua.
B. Bunga Jenis Baru
Tim survei Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Museum Zoologi-LIPI,
Peneliti Conservation International Indonesia, Dinas Kehutanan Madina - yang dilakukan
pada 6 Februari - 20 Maret 2004 - berhasil menemukan jenis bunga padma (Rafflesia sp.)
yang diduga sebagai jenis baru.
Bunga tersebut ditemukan di daerah yang relatif datar di Gunung Sorik Mas Kecil (Anak
Gunung Sorik Marapi), sekitar 3 km atau 2 jam jalan kaki dari Desa Sibangor Julu.
Lokasi tempat penemuan tergolong hutan primer yang tidak terganggu, memiliki
tutupan kanopi yang rapat, sekitar 75 persen. Tanah di lokasi tersebut berwarna hitam
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
kanopi dan di atas tanah.
Bunga padma yang ditemukan tumbuh di liana pada elevasi sekitar 1.500 meter dpl.
Berbeda dengan bunga padma pada umumnya yang berwarna kemerahan, bunga yang
ditemukan berwarna hitam, meski dalam kondisi segar dan yang belum mekar.
Pada batang liana yang sama, terdapat bolep (bulb) lain berukuran sebesar jambu
(diameter sekitar 5 cm) sudah mekar, yang kemungkinan berbeda jenis. Jenis yang lebih
kecil ini memiliki warna kulit agak kecoklatan, dan bagian atas merah. Diameter lubang
tengah sekitar 2 - 3 cm. Menurut beberapa anggota masyarakat, di lokasi tersebut terdapat
tiga macam bunga padma. Jenis yang ketiga memiliki warna merah muda, berukuran
lebih besar dari yang pernah ditemukan. Dalam satu akar biasanya ditemukan enam
hingga delapan bolep. Berdasar keterangan warga, bunga yang mekar biasanya dapat
bertahan hingga tiga bulan.
Tak jauh dari Sopotinjak - sering disebut sebagai kawasan Puncak Mandailing
Natal - masuk ke hutan kemudian naik sedikit sekitar 30 m terdapat danau yang sangat
cantik. Masyarakat desa mengenalnya dengan danau setan, karena menurut masyarakat
danau ini terkenal angker, tempat berkumpulnya para makhluk halus, sehingga jarang
didatangi masyarakat.
Danau tersebut cantik sekali dan masih terdapat banyak satwa yang mampir untuk
melepas dahaga di danau ini. "Terbukti dari camera trap (kamera perangkap) yang
dipasang tim fauna pada survei kehati di TNBG beberapa waktu lalu, hampir
seperempatnya ditemukan di sini," kata Sunarto, peneliti biologi dari Conservation
Internastional Indonesia.
Bagi penggemar petualangan alam bebas tempat ini cukup memberikan tantangan.
Bukan saja medan yang beragam, pacet (binatang kecil penghisap darah)juga jadi
"musuh" bersama. Baru menapak saja, beragam jenis pacet sudah menghampiri, dari
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
TNBG seluas 108.000 ha keseluruhannya berada di wilayah Kabupaten
Mandailing Natal (Madina, Sumatera Utara). Kawasan itu memberikan jasa lingkungan
yang besar, khususnya bagi masyarakat Madina dan Sumatera Utara umumnya. Sebagai
daerah tangkapan air dan hulu dari beberapa sungai besar di Madina, kelestarian kawasan
ini sangat penting untuk menjamin pasokan air. Terpenuhinya kebutuhan air sangat vital
bagi kegiatan perekonomian masyarakat agraris di kawasan itu.
Survai Burung di Taman Nasional Batang Gadis menyimpulkan bahwa kawasan
hutan ini merupakan bagian potensial habitat burung yang perlu dilindungi.
Kekayaan burung ini juga bisa dimanfaatkan sebagai arena wisata alam ‘bird waching’.
Salah satu pegunungan besar yang mengapit kota kecil tersebut adalah Taman
Nasional Batang Gadis yang kini menarik perhatian internasional karena selain usulan
kawasan tersebut merupakan kawasan kosnervasi yang diajukan secara sungguh-sungguh
oleh masyarakat Mandailing Natal.
Kawasan yang baru saja ditunjuk sebagai Taman Nasional Batang Gadis (TNBG),
Mandailing Nata1 (Madina), Sumatera Utara, seluas 108.000 Ha ternyata merniliki
kekayaan hayati yang tinggi. Fakta ini terungkap lewat survei awal yang dilakukan
Conservation International (CI) Indonesia bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Pusat Penelitian dan Pengembangan (PusLitBang) Hutan dan Konservasi Alam-
Departemen Kehutanan dan pemerintah daerah Kabupaten Mandailing Natal. Survei ini
dilakukan selama kurang lebih 6 minggu, dari 2 Februari hingga 20 Maret 2004.
Survei terpadu ini berhasil memberikan gambaran yang dapat dijadikan sebagai
masukan awal dalam menentukan model pengelolaan, cakupan wilayah, zonasi dan
hal-hal terkait lainnya. "Kawasan Taman Nasional Batang Gadis ini merupakan harta yang
paling berharga bagi masyarakat di sekitarnya. Selain dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari seperti terjaminnya suplai air bersih, masyarakat juga terhindar dari bencana alam
seperti yang belum lama ini terjadi di Bahorok, tetapi dengan catatan jika masyarakat
Madina menjaga hutannya dengan baik," tutur Dr. Endang Sukara, Deputi Ketua LIPI
Hery Bajora Nasution : Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Mandailing Natal, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan hasil penelitian flora, dalam plot seluas 200 meter persegi terdapat
222 jenis tumbuhan berpembuluh (vascular plant) atau sekitar 0,9% dari flora yang ada di
Indonesia (terdapat sekitar 25.000 jenis tumbuhan berpembuluh di Indonesia). Sementara
dalam plot seluas 1 Ha, terdapat 184 jenis pohon yang berdiameter lebih dari 10 cm
dengan jumlah pohon sebanyak 583. Survei ini juga berhasil menemukan bunga Padma
(Raffesia sp.) jenis baru. Hingga kini, bunga tersebut belum diberi nama ilmiah dan
masih diteliti oleh pakar di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi-LIPI.
Di sisi lain, tim survei fauna mengidentifikasi berbagai jenis mamalia di daerah
TNBG dan sekitarnya pada ketinggian 50-1350 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Melalui perangkap kamera, tim ini berhasil merekam gambar harimau Sumatera
(Panthera tigris sumatrae), kambing hutan (Naemorhedus sumatraensis), tapir (Tapirus
indicus), kucing hutan (Catopuma temminckii), kancil (Tragulusjavanicus), binturong
(Arctitis binturong), beruang