ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN
BANJARNEGARA PERIODE 2007-2014
(ANALYZE FACTORS INFLUENCING THE LOCALLY-GENERATED REVENUE IN BANJARNEGARA REGENCY PERIOD OF 2007-2014)
Oleh
DIAN ANGGRAINI SUNGKOWATI 20120430259
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
(ANALYZE FACTORS INFLUENCING THE LOCALLY-GENERATED REVENUE IN BANJARNEGARA REGENCY PERIOD OF 2007-2014)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Program Studi Ekonomi Keuangan dan Perbankan Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
DIAN ANGGRAINI SUNGKOWATI 20120430259
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
iii
Tuhanmu hendaknya kamu berharap”.
(QS: Al-Insyirah 6-8)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga kaum itu berusaha mengubah nasibnya sendiri”.
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi Ini Kupersembahkan untuk....
Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan kasih sayang dan motivasi yang tak
terbalas sampai skripsi ini selesai tersusun
v
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
4. Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri ... 35
B. Kerangka Penelitian ... 42
1. Hubungan PDRB terhadap PAD ... 42
2. Hubungan Jumlah Penduduk terhadap PAD………... 44
vi
C. Hasil PenelitianTerdahulu………. 47
D. Hipotesis………. 49
E. Model Penelitian………. 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50
A. Obyek/Subyek Penelitian ... 50
B. Jenis Data dan Sumber Data ... 50
C. Teknik Pengumpulan Data ... 50
D. Definisi Operasional Variabel ... 51
E. Uji Asumsi Klasik ... 52
3. Uji Koefisien Determinasi (R-Square) ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59
A. Gambaran Umum Objek/Subyek Penelitian ... 59
B. Hasil Penelitian ... 69
1. Uji Asumsi Klasik ... 69
a.Uji Normalitas ... 69
b.Uji Multikolinearitas ... 70
c.Uji Heterokedastisitas ... 70
d.Uji Autokorelasi ... 71
2. Pengujian Hipotesis ... 71
a. Uji F-Statistik ... 73
b. Uji t-Statistik ... 73
c. Menghitung Koefisien Determinasi ... 75
C. Pembahasan... 75
vii
B. Keterbatasan ... 85
C. Saran ... 85
viii
DAFTAR TABEL
TABEL 1.1 Pendapatan Asli Daerah ... 5
TABEL 1.2 Produk Domestik Regional Bruto ... 7
TABEL 1.3 Jumlah Penduduk ... 13
TABEL 1.4 Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri ... 14
TABEL 4.1 Pendidikan ... 61
TABEL 4.2 Uji Normalitas ... 70
TABEL 4.3 Uji Multikolinearitas ... 70
TABEL 4.4 Uji Heterokedastisitas ... 71
ix
GAMBAR 2.1 Model Penelitian Regresi ………... 49
ABSTRACT
This research aims to analyze factors influencing the Locally-generated revenue in Banjarnegara Regency. This research used secondary data in the form of time series and cross section data from annual data over the period 2007-2014. Data of this research obtained from The Central Statistics Agency (CSA) and the Integrated Licensing Services Office (ILSO) of Banjarnegara Regency. Data collecting technique in this research used was documentation method and literature review. The analysis tool used was Multiple Linear Regression
Based on the analysis obtained that partially variable Gross Regional Domestic Product and Domestic Capital Investment were positive and significant influence on the Locally-generated revenue while variable total population was positive and not significant influence on the Locally-generated revenue. Simultaneously, Gross Regional Domestic Product, total population and Domestic Capital Investment significant influence on the Locally-generated revenue with number of F-count 306.0166 and significant 0,000. The number of R-Square as many 0.967. It showed that Gross Regional Domestic Product, total population and Domestic Capital Investment simultaneously had an influence on the Locally-generated revenue as much 96,7%.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia otonomi daerah sangat penting bagi daerah otonom untuk
mengembangkan potensi daerahnya. Seperti tercantum dalam UU No. 32
Tahun 2004, Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Asas desentralisasi sangat dibutuhkan oleh daerah otonom.
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah
pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dalam sistem NKRI. Dengan adanya otonomi daerah,
permasalahan di daerah lebih efektif dan efisien apabila urusan-urusan di
daerah ditangani oleh pemerintah lokal. Kemandirian suatu daerah sangat
diperlukan karena suatu daerah yang mandiri berarti tingkat
ketergantungannya kepada pemerintah pusat sangat rendah. Daerah yang
mandiri dapat dilihat dari kinerja daerah dalam mengelola keuangannya.
Ketergantungan terhadap pemerintah pusat harus seminimal mungkin
sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi sumber keuangan
terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan
daerah sebagai prasarat mendasar dalam system pemerintahan Negara. PAD
2
daerah. Pendapatan Asli Daerah yang besar juga menunjukan besarnya
partisipasi masyarakat dalam menanggung biaya pembangunan dan
pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Pendapatan Asli
Daerah yang besar dapat memberikan kebebasan besar bagi pemerintah daerah
untuk membuat inisiatif dan rencana yang dibutuhkan oleh daerah.
(A.Kuswandi, 2009).
Menurut Undang-undang No.33 Tahun 2004, keuangan daerah adalah
kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri, yang
didukung oleh perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah serta antara Provinsi dan Kabupaten/Kotamadya yang
merupakan prasyarat dalam system pemerintah daerah. Dalam rangka
menyelenggarakan otonomi daerah, kewenangan keuangan yang melekat pada
setiap kewenangan pemerintah menjadi kewenangan daerah. Undang-undang
No. 33 Tahun 2004 pasal 1 menyebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah
selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah, yang
dipungut berdasarkan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan tolak ukur yang penting
untuk menentukan tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi
daerah secara nyata dan bertanggung jawab. Otonomi daerah membawa
dampak positif bagi daerah yang memiliki sumber daya alam, tetapi tidak
demikian dengan daerah yang miskin sumber daya alamnya, yang merupakan
salah satu masalah yang dihadapi pemerintah daerah Kabupaten/Kota pada
sehingga proses otonomi daerah belum bisa berjalan sebagai mana mestinya
(Aziz, 1997).
Pendapatan asli daerah faktor penting dalam otonomi daerah yaitu
pendapatan yang diterima oleh pemerintah daerah atas segala sumber dan
potensi yang ada di daerah yang harus diolah oleh pemerintah daerah di dalam
memperoleh pendapatan daerah. Untuk menggali berbagai potensi di suatu
daerah diharapkan daerah dapat memanfaatkan potensi yang ada untuk
meningkatkan pembangunan daerahnya. Prinsip dasar pemberian otonomi
dimaksud berdasarkan atas pertimbangan bahwa daerahlah yang lebih
mengetahui kebutuhan dan standar pelayanan bagi masyarakat di daerahnya.
Atas pertimbangan ini, maka pemberian otonomi diharapkan pada akhirnya
akan lebih memacu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan
lain-lain pendapatan daerah yang sah secara bersama-sama menjadi komponen
PAD. Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang
utama dan sangat penting bagi pemerintah daerah. Pajak daerah berdasarkan
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi
daerah terdiri dari Pajak Kabupaten/kota. Pajak daerah dan retribusi daerah
dianggap sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terbesar
sehingga pelaksanaannya harus jelas dan tidak menyimpang dari yang
ditetapkan Undang-undang Pemerintah daerah dapat menentukan tarif
4
ditetapkan sehingga kemampuan masyarakat untuk membayar pajak serta
retribusi tidak berat.
Ketika suatu daerah memiliki pendapatan asli daerah yang besar dan
selalu meningkat setiap tahunnya, maka daerah tersebut sudah dapat
memaksimalkan kemampuan daerahnya dan mencerminkan keadaan atau
kemampuan ekonomi yang baik dan stabil. Namun, ketika suatu daerah
mengalami kesulitan dalam memaksimalkan sumber-sumber Pendapatan Asli
Daerah maka akan timbul masalah dan gejolak ekonomi yang tidak stabil di
daerah tersebut.
Jadi, pemerintah daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) harus dapat dengan bijak menyaring apa saja yang dapat dimasukkan
kedalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan ditentukan dalam
Peraturan Daerah dan dibutuhkan sosialisasi dari pemda untuk memberikan
informasi dan pemahaman yang seluas-luasnya mengenai Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan pentingnya bagi pembangunan daerah dan kesejahteraan
kepada masyarakat. Transparansi anggaran harus dilaksanakan guna
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah yang
bersangkutan.
Pemerintah Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu daerah yang
diberi hak otonomi daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dari tahun ke
memperhatikan potensi yang dimilikinya terutama dalam mengidentifikasi
keterkaitan antara PAD, PDRB, Jumlah Penduduk dan Investasi.
Tabel 1.1
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
Sumber : BPS Kab. Banjarnegara, diolah.
PAD Kabupaten Banjarnegara setiap tahun terus meningkat, terlihat
dalam Tabel 1.1. Di tahun 2010 Pendapatan Asli Daerah meningkat sebesar
14,89% , di tahun 2011 meningkat sebesar 16,75%, ditahun 2012 meningkat
6,58%, dan di tahun 2013 meningkat sebesar 5,47%.
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran yang nyata dari
dampak suatu kebijakan pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam
bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan laju pertumbuhan yang
terbentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang tidak langsung
menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah
indikator ini sangat perlu untuk mengetahui keberahsilan pembangunan yang
telah dicapai dan berguna untuk menentukan arus pembangunan di masa yang
akan datang. Laju pertumbuhan ekonomi daerah dapat ditunjukkan dengan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Indikator yang sering kali
6
aspek ekonomi dan ketenaga kerjaan sebagai penopang kekuatan dan
kelemahannya (Sukirno, 1978).
Pembangunan di suatu daerah dapat dikatakan berhasil apabila
pertumbuhan perekonomian meningkat. Pada umumnya perkembangan
perekonomian suatu wilayah dapat diketahui melalui perkembangan PDRB
dan sumbangan setiap sektor terhadap nilai PDRB tersebut. Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) pada dasarnya merupakan salah satu indikator
pertumbuhan ekonomi suatu negara/wilayah/daerah. PDRB adalah jumlah
nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu
atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi. Perkembangan perekonomian suatu daerah dapat dilihat
dari laju pertumbuhan PDRB.
Perkembangan PDRB di Kabupaten Banjarnegara. Pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Banjarnegara yang terlihat dari PDRB, didominasi oleh
sektor pertanian sebesar 36,09%, sektor jasa-jasa sebesar 18,50%, sektor
perdagangan sebesar 13,63%, sektor industri sebesar 11,51%, sektor bangunan
sebesar 7,05%, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar
7,25%, sektor angkutan dan komunikasi sebesar 5,03%, sektor pertambangan
dan penggalian sebesar 0,49% dan sektor listrik, gas dan air bersih sebesar
0,46%. Selama tahun 2011, banjarnegara mengalami laju pertumbuhan
ekonomi mencapai 4,85%, sedangkan inflasi secara komulatif sebesar 4,73%.
Tabel 1.2
PDRB Kabupaten Banjarnegara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009-2013
Tahun PDRB Peningkatan PDRB (%)
2009 2.89 -
Tabel 1.2 menunjukkan PDRB Kabupaten Banjarnegara meningkat
setiap tahunnya, tahun 2010 PDRB meningkat 7,37%, tahun 2011 PDRB
meningkat 0,95%, tahun 2012 PDRB meningkat 1,86%, tahun 2012 PDRB
meningkat 1,83%.
Tingginya nilai PDRB menunjukkan bahwa daerah tersebut mengalami
kemajuan dalam perekonomian. Hubungan antara PAD dengan PDRB
merupakan hubungan secara fungsional, karena PDRB merupakan fungsi dari
PAD. Dengan meningkatnya PDRB maka akan menambah penerimaan
pemerintah daerah untuk membiayai program-program pembangunan dan
mendorong peningkatan pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat
yang diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitasnya.
Keberhasilan pembangunan perekonomian dari suatu wilayah dan
kinerjanya dapat diamati melalui beberapa indikator makro. Indikator makro
tersebut dapat dianalisis melalui PDRB yang dapat didenifinisikan sebagai
penjumlahan nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan
ekonomi yang beroperasi di wilayah/daerah tersebut dalam periode tertentu.
8
aktivitas ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat
dengan peningkatan produk barang dan jasa, yang diukur dengan besaran
dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan juga sebagai indikator
untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah dalam suatu periode tertentu.
Data PDRB juga dapat menggambarkan kemampuan daerah mengelola
sumber daya pembangunan yang dimilikinya, oleh karena itu besaran PDRB
setiap daerah bervariasi sesuai dengan potensi yang dimiliki dan faktor
produksi masing-masing daerah (Sukirno, 1978).
Jumlah penduduk selalu bertambah sehingga kepadatan populasi terus
meningkat. Hal ini akan berpengaruh pada daya dukung lingkungan. Daya
dukung lingkungan yang terbatas menyebabkan terjadinya kelangkaan sumber
daya alam, terjadinya pencemaran, dan timbul persaingan untuk mendapatkan
sumber daya alam. Selain itu pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa diikuti
pertumbuhan ekonomi yang seimbang sering kali hanya menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas rendah. Masalah kependudukan dan kerusakan
lingkungan hidup merupakan dua permasalahan yang kini sedang dihadapi
bangsa Indonesia, khususnya maupun negara-negara lainnya di dunia
umumnya. Brown (1992:265-280), menyatakan bahwa masalah lingkungan
hidup dan kependudukan yaitu masalah pencemaran lingkungan fisik,
desertifikasi, deforestasi, overs eksploitasi terhadap sumber-sumber alam,
serta berbagai fenomena degradasi ekologis semakin hari semakin
menujukkan peningkatan yang signifikan. Keprihatinan ini tidak saja
merupakan “warning” bagi kehidupan, bahwa kondisi lingkungan hidup
sedang berada pada tahap memprihatinkan. Seandainya tidak dilakukan upaya
penanggulangan secara serius, maka dalam jangka waktu tertentu kehidupan
ini akan musnah. Hal ini terjadi menurut Soemarwoto (1991:1), karena
lingkungan (alam) tidak mampu lagi memberikan apa-apa kepada kita.
Padahal seperti kita ketahui bahwa manusia merupakan bagian integral dari
lingkungan hidupnya, ia tidak dapat dipisahkan dari padanya.
Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah
penduduk cukup padat. Tidak bisa di pungkiri bahwa laju pertumbuhan
penduduk. Indonesia begitu pesat dan tidak bisa di hindari, meskipun
pemerintah telah melakukan upaya dan berbagai solusi serta berbagai
semboyan telah di tawarkan kepada masyarakat namun tetap saja laju
pertumbuhan penduduk tidak bisa terbantahkan. Meskipun solusi yang di
tawarkan tidak sesuai dengan harapan pemerintah, tapi setidaknya bisa
mereduksi sebagian masalah yang ada. Penduduk merupakan unsur penting
dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan
ekonomi.
Padatnya penduduk suatu daerah akan menyebabkan ruang gerak suatu
daerah semakin terciut, dan hal ini disebabkan manusia merupakan bagian
integral dari ekosistem, dimana manusia hidup dengan mengekploitasi
lingkungannya. Pertumbuhan penduduk yang cepat meningkatkan permintaan
terhadap sumber daya alam. Pada saat yang sama meningkatnya konsumsi
10
akan berpengaruh pada semakin berkurangnya produktifitas sumber daya
alam. Menurut Wijono (1998:5) kondisi sebagaimana digambarkan tersebut
dapat diibaratkan seperti lilin, pertumbuhan penduduk yang cepat akan
membakar lilin dari kedua ujungnya. Sehingga batang lilin itu akan cepat
meleleh dan habis.Konsekwensinya adalah berubahnya salah satu atau
beberapa komponen dalam ekosistem, mengakibatkan perubahan pada
interaksi komponen-komponen itu, sehingga struktur organisasi dan
sifat-sifat fungsional ekosistem akan berubah pula.
Penduduk adalah semua orang yang biasanya tinggal di suatu tempat
atau rumah tangga 6 bulan dan lebih atau yang belum 6 bulan namun berniat
untuk menetap. (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Jumlah penduduk dari
tahun ke tahun selalu bertambah, pertambahan penduduk mengalami
peningkatan yang signifikan. Hal ini dibuktikan dengan adanya kurva
perolehan angka penduduk oleh badan pusatstatistik di berbagai kota di
Indonesia yang selalu menunjukkan peningkatan. Pertambahan jumlah
penduduk disebabkan oleh berbagai faktor, diantarannya kelahiran dan
kematian seseorang dan juga migrasi penduduk yang tidak terkendali. Dampak
yang ditimbulkan dari pertambahan jumlah penduduk akan mempengaruhi
keseimbangan lingkungan dan kelestarian alam didaerahnya. Keseimbangan
lingkungan akan terganggu karena luas daerah yang tersedia terkadang tidak
sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk di suatu daerah. Begitu juga
mengakibatkan penduduk tidak lagi peduli terhadap kelestarian alam
sekitarnya dan hanya memikirkan kepentingan individualism.
Santosa dan Rahayu (2005) mengatakan, penduduk yang tinggi diiringi
dengan perubahan teknologi akan mendorong tabungan dan juga penggunaan
skala ekonomi di dalam produksi. Jumlah penduduk dalam satu indikator
penting dalam suatu Negara Para ahli ekonomi klasik yang di pelopori Adam
Smith bahkan menganggap bahwa jumlah penduduk merupakan input yang
potensial yang dapat digunakan sebagai faktor produksi untuk meningkatkan
produksi suatu rumah tangga perusahaan. Semakin banyak penduduk maka
semakin banyak pula tenaga kerja yang dapat digunakan. Oleh karena jumlah
penduduk terus bertambah, maka banyak yang harus dicanangkan untuk
mengatasi keadaan jumlah penduduk yang semakin bertambah.Penambahan
penduduk merupakan satu hal yang dibutuhkan dan bukan suatu masalah
melainkan sebagai unsur penting yang dapat memacu pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi. Besarnya pendapatan dapat mempengaruhi penduduk.
Jika jumlah penduduk meningkat maka pendapatan yang dapat ditarik juga
meningkat.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi sebenarnya bisa memberikan
dampak positif, di antaranya dapat menjadi unsur penting dalam usaha untuk
meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi dengan
ketersediaan tenaga kerja yang melimpah. Pertumbuhan penduduk yang
tinggi, khusunya yang terjadi di Indonesia tidak hanya bisa berdampak positif
12
tentunya akan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Dampak negatif dari
pertumbuhan penduduk yang tinggi ini akan timbul apabila pertumbuhan
penduduk yang terjadi tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana yang
memadai untuk mendukung keberlangsungan hidup penduduk yang
bersangkutan dalam rangka memperoleh kehidupan dan penghidupan yang
makmur dan sejahtera.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan
lapangan pekerjaan yang luas maka hal ini akan menimbulkan pengangguran
di mana-mana dan kemiskinan pun tercipta. Ini tentu saja akan mempengaruhi
proses kehidupan di bidang lainnya. Kebutuhan ekonomi yang tidak memadai
juga dapat berpengaruh pada tingkat pendidikan dan kesehatan seseorang.
Bagaimana mau memperoleh pendidikan dan kesehatan yang layak, jika untuk
kebutuhan hidup sehari-haripun mereka susah mendapatkannya. Tak hanya
berhenti di situ saja, tingkat kriminalitas pun akan meningkat. Orang dalam
kondisi lapar akan berbuat apa saja yang penting kebutuhannya bisa terpenuhi.
Ujung dari pertumbuhan penduduk yang tinggi itu adalah menimbulkan
kerusakan lingkungan dengan segala dampak yang menyertainya seperti
menurunnya kualitas pemukiman dan lahan yang ditelantarkan. Intinya,
pertumbuhan penduduk yang tinggi berpotensi menimbulkan kemiskinan dan
menurunnya kesejahteraan rakyat, sampai menurunnya kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) yang dapat menghambat perkembangan negara Indonesia.
Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Banjarnegara dapat dipengaruhi
Pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan kematian
saja disebut pertumbuhan alami dan pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi
oleh tingkat kelahiran, kematian dan migrasi disebut pertumbuhan non alami.
Tabel 1.3
Jumlah Penduduk Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan (%)
2009 0.93 -
Dari Tabel 1.3 menunjukkan bahwa Jumlah penduduk pada tahun 2010
tidak mengalami peningkatan, tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar
5,10%. Tahun 2012 mengalami penurunan sebesar -8,88%, dan tahun 2012
menurun sebesar -1,12%.
Pertumbuhan ekonomi daerah dapat dicerminkan dari tingkat investasi
suatu daerah. Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi
yang lebih besar. Secara teoritis, daerah dengan peringkat daya tarik investasi
yang tinggi akan memilih jumlah PAD yang tinggi pula, karena investasi di
suatu daerah dengan sendirinya akan merangsang pertumbuhan ekonomi
daerah tersebut untuk kemudian meningkatkan jumlah pendapatan daerah dari
pajak.
Perkembangan Investasi di Kabupaten Banjarnegara. Nilai investasi di
Kabupaten Banjarnegara mengalami peningkatan yang cukup bagus. Indikator
14
investor dari tahun ketahun. Pada tahun 2013 pertumbuhan nilai investasi
tumbuh ke level lebih tinggi di atas 100% lebih di bandingkan pencapaian
tahun 2012. Pertumbuhan nilai investasi ini diikuti pula dengan bertambahnya
jumlah investor dimana dampak baiknya terjadi peningkatan daya serap tenaga
kerja” .
Tabel 1.4
Investasi Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
Tahun Investasi Pertumbuhan ( %)
2009 175,115.12 -
Tabel 1.4 menunjukkan Investasi Kabupaten Banjarnegara tahun
2010 mengalami peningkatan 11,76%, tahun 2011 mengalami penurunan
-14,70%, tahun 2012 mengalami peningkatan 64,36%, dan tahun 2013
mengalami peningkatan sebesar 27,97%.
Investasi di Banjarnegara mengalami pertumbuhan yang membaik dari
tahun ke tahun. Peningkatan ini tidak lepas dari iklim beriventasi yang makin
kondusif dari tahun ke tahun. Kondisi ini mendorong masuknya pengusaha
yang mempunyai modal menengah keatas menanamkan investasinya di
Banjarnegara, termasuk naiknya besaran nilai investasi yang ditanamkan.
Meski mengalami pertumbuhan yang kian membaik dari tahun ketahun,
bola juga tengah diupayakan oleh pihaknya untuk menarik sebanyak mungkin
investor masuk ke Banjarnegara.
Kabupaten Banjarnegara melakukan upaya untuk mempersiapkan
kelayakan infrastruktur pendukung investasi, Kesiapan infrastruktur
diantaranya adalah menjamin ketersediaan lokasi untuk investasi, terserdianya
akses jalan menuju lokasi, dan tersedianya jaringan listrik. Termasuk di
dalamnya adalah perlindungan atau adanya nilai jualtanah yang wajar.
Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah dapat meningkatkan
pendapatan daerahnya sehingga pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga
meningkat. Melalui otonomi daerah, pemerintah Kabupaten Banjarnegara
sangat berperan penting dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD), terutama dalam hal menggali potensi daerahnya. Sehingga pendapatan
daerah yang meningkat dapat digunakan untuk pembiayaan pembangunan.
Sesuai dengan latar belakang masalah, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banjarnegara, Tahun 2007-2014”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh PDRB Kabupaten Banjarnegara terhadap
16
2. Bagaimana pengaruh Jumlah Penduduk Kabupaten Banjarnegara terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banjarnegara.
3. Bagaimana pengaruh Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri
Kabupaten Banjarnegara terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Banjarnegara.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah diidentifikasi sebelumnya maka
penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh PDRB Kabupaten Banjarnegara
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banjarnegara.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Jumlah Penduduk Kabupaten
Banjarnegara terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Banjarnegara.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Investasi Penanaman Modal
Dalam Negeri Kabupaten Banjarnegara terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Banjaenagara.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan
syarat guna meraih gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bagi akademisi, sebagai sumbangsih bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan sebagai bahan informasi serta dapat digunakan sebagai
referensi dalam penelitian selanjutnya.
3. Bagi pemerintah, sebagai bahan pemikiran untuk menetapkan
kebijakan-kebijakan pembangunan daerah dalam rangka upaya meningkatkan
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pengertian pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal
1angka 18 bahwa “Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
Menurut Warsito (2001:128) Pendapatan Asli Daerah “Pendapatan asli
daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh
pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah,
laba dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah
lainnya yang sah”. Sedangkan menurut Herlina Rahman (2005:38) Pendapatan
asli daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak
daerah, hasil distribusi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan dalam
pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari Pos
Penerimaan Pajak yang berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah, Pos
Penerimaan Non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos
Penerimaan Investasi serta Pengelolaan Sumber Daya Alam (Bastian, 2002).
berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Identifikasi sumber Pendapatan Asli
Daerah adalah meneliti, menentukan dan menetapkan mana sesungguhnya
yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dengan cara meneliti dan
mengusahakan serta mengelola sumber pendapatan tersebut dengan benar
sehingga memberikan hasil yang maksimal (Elita, 2007).
Proporsi Pendapatan Asli Daerah yang rendah, di lain pihak
menyebabkan Pemerintah Daerah memiliki derajat kebebasan rendah dalam
mengelola keuangan daerah. Sebagian besar pengeluaran, baik rutin maupun
pembangunan, dibiayai dari dana perimbangan, terutama Dana Alokasi Umum.
Alternatif jangka pendek peningkatan penerimaan Pemerintah Daerah adalah
menggali dari Pendapatan Asli Daerah (Pratiwi, 2007).
Pendapatan asli daerah diartikan sebagai pendapatan daerah yang
tergantung keadaan perekonomian pada umumnya dan potensi dari
sumber-sumber pendapatan asli daerah itu sendiri. Sutrisno (1984: 200) pendapatan asli
daerah adalah suatu pendapatan yang menunjukkan kemampuan suatu daerah
untuk menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan daerah.
Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang efektif dan efisien
perlu dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi daerah
maupun perekonomian nasional. Citra keuangan pemerintah daerah akan
tercermin dari besarnya PAD yang diperoleh, dan bagaimana alokasi keuangan
pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan Pemda dan untuk
mensejahterakan masyarakatnya. Kontribusi yang dicapai dari pendapatan asli
20
membangun daerah agar lebih berkembang dan mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Salah satu sumber pendapatan asli daerah yang
utama dan sangat penting bagi pemerintah daerah yaitu pajak daerah. Jadi,
pemerintah daerah dalam hal meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
haruslah dapat dengan bijak menyaring apa saja yang dapat dimasukkan
kedalam penerimaan PAD, dan ditentukan dalam Peraturan Daerah dan
dibutuhkan sosialisasi dari pemda untuk memberikan informasi dan
pemahaman yang seluas-luasnya mengenai PAD dan pentingnya bagi
pembangunan daerah dan kesejahteraan kepada masyarakat. Transparansi
anggaran harus dilaksanakan guna meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah daerah yang bersangkutan.
a. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) mutlak harus dilakukan
oleh pemerintah daerah agar mampu untuk membiayai kebutuhannya sendiri,
sehingga ketergantungan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat semakin
berkurang dan pada akhirnya daerah dapat mandiri. Dalam Undang-undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah pada bab V(lima) nomor 1 (satu) disebutkan bahwa
pendapatan asli daerah bersumber dari:
1). Pajak Daerah
Menurut UU No 28 tahun 2009 Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada
daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Berdasarkan UU nomor 28 tahun 2009 pajak
kabupaten/kota dibagi menjadi beberapa sebagai berikut, Pajak Hotel, Pajak
Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerbangan Jalan, Pajak
Mineral bukan logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak air tanah, Pajak sarang
burung walet, Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan, dan Pajak
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
2). Retribusi Daerah
Pemerintah pusat kembali mengeluarkan regulasi tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, melalui Undang-undang Nomor 28 tahun 2009. Dengan
UU ini dicabut UU nomor 18 Tahun 1997 sebagaimana sudah dirubah dengan
UU nomor 34 Tahun 2000. Berlakunya UU pajak dan retribusi daerah yang
baru di satu sisi memberikan keuntungan daerah dengan adanya
sumber-sumber pendapatan baru, namun disisi lain ada beberapa sumber-sumber pendapatan
asli daerah yang harus dihapus karena tidak boleh lagi dipungut oleh daerah
terutama berasal dari retribusi daerah.
3). Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan
Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan
penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Undang-undang nomor 33 tahun 2004 mengklasifikasikan jenis
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut objek
22
perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada
perusahaan milik swasta maupun kelompok masyarakat.
4). Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 menjelaskan Pendapatan Asli
Daerah yang sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang
tidak termasuk dalam jenis pajak dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Pendapatan ini juga merupakan penerimaan daerah yang berasal
dari lain-lain milik pemerintah daerah. Undang-undang nomor 33 tahun 2004
mengklasifikasikan yang termasuk dalam pendapatan asli daerah yang sah
meliputi :
- Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan.
- Jasa giro.
- Pendapatan bunga.
- Keuntungan adalah nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
- Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan,
pengadaan barang ataupun jasa oleh pemerintah.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah barang dan
jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian diseluruh daerah
dalam tahun tertentu atau periode tertentu dan biasanya satu tahun
penghitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu harga berlaku dan
harga konstan PDRB harga atas harga berlaku merupakan nilai tambah barang
bersangkutan sementara atas harga konstan dihitung dengan menggunakan
harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar.
Semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin tinggi pula
kemampuan seseorng untuk membayar (ability to pay) berbagai pungutan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Dengan logika yang sama, pada tingkat distribusi
pendapatan tertentu yang tetap, semakin tinggi PDRB (Produk Domestik
Regional bruto) suatu daerah, semakin besar pula kemampuan masyarakat
daerah tersebut untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan
pemerintahannya. Dengan kata lain semakin tinggi PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto) per kapita riil suatu daerah, semakin besar pula potensi sumber
penerimaan daerah tersebut (Halim, 2001). Ini berarti PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto) merupakan salah satu komponen penting untuk mengetahui
potensi daerah sebagai upaya penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Menurut (H. Saberan, 2002: 5) Produk Domestik Regional Bruto adalah
nilai tambah yang mampu diciptakan berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu
wilayah. Istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan
gabungan dari empat kata yaitu: Pertama; Produk, artinya seluruh nilai
produksi baik barang maupun jasa, Kedua; Domestik, artinya perhitungan nilai
produksi yang dihasilkan hanya oleh faktor-faktor produksi yang berada dalam
wilayah domestik tanpa melihat apakah faktor produksi tersebut dikuasai oleh
penduduk atau bukan, ketiga; Regional, artinya perhitungan nilai produk yang
dihasilkan hanya oleh penduduk tanpa memperhatikan apakah faktor produksi
24
Bruto, maksudnya adalah perhitungan nilai produksi kotor karena masih
mengandung biaya penyusutan.
a. Perhitungan PDRB dapat dilakukan dengan empat cara pendekatan yaitu:
1). Pendekatan Produksi
Pendekatan Produksi dapat disebut juga pendekatan nilai tambah dimana
nilai tambah bruto (NTB) dengan cara mengurangkan nilai output yang
dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan biaya antara dari masing nilai
produksi bruto tiap sektor ekonomi. Nilai tambah merupakan nilai yang
ditambahkan pada barang dan jasa yang dipain oleh unit produksi sebagai input
antara nilai yang ditambahkan sama dengan balas jasa faktor produksi atas ikut
sertanya dalam proses produksi.
2). Pendekatan Pendapatan
Pada pendekatan ini, nilai tambah dari kegiatan-kegiatan ekonomi
dihitung dengan cara menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu
upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Untuk
sektor pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari keuntungan,
surplus usaha ( bunga neto, sewa tanah dan keuntungan) tidak diperhitungkan.
3). Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan ini digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang
digunakan oleh berbagai golongan dalam masyarakat untuk keperluan
konsumsi rumah tangga, pemerintah dan yayasan sosial; pembentukan modal;
domestik, total pengeluaran dari komponen-komponen diatas harus dikurangi
nilai impor sehingga nilai ekspor yang dimaksud adalah ekspor neto.
Penjumlahan seluruh komponen pengeluaran akhir ini disebut PDRB atas dasar
harga pasar.
4). Metode Alokasi
Metode ini digunakan jika data suatu unit produksi disuatu daerah tidak
tersedia. Nilai tambah suatu unit produksi didaerah tersebut dihitung dengan
menggunakan data yang telah dialokasikan dari sumber yang tingkatnya lebih
tinggi, misalnya data suatu kabupaten diperoleh dari alokasi data Provinsi.
Beberapa alokator yang digunakan adalah nilai produksi bruto atau neto,
jumlah produksi fisik, tenaga kerja, penduduk, dan alokator lainnya yang
dianggap cocok untuk menghitung nilai suatu unit produksi.
Menurut (Sadono Sukirno,2004) PDRB adalah merupakan nilai dari
seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam waktu satu tahun di suatu
wilayah tertentu tanpa membedakan kepemilikan faktor produksi, tapi lebih
memerlukan keberadaan faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi itu, PDRB merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi
suatu daerah. Kenaikan PDRB akan menyebabkan pendapatan daerah dari
sektor pajak dan retribusi meningkat. Hal tersebut berdampak pada peningkatan
PAD di daerah tersebut.
Salah satu cara untuk melihat kemajuan ekonomi adalah dengan
mencermati nilai pertumbuhan PDRB. Pertumbuhan ekonomi diukur
26
dipengaruhi oleh perubahan harga, sehingga perubahan yang diperoleh
merupakan perubahan riil yang tidak dipengaruhi oleh fluktuasi harga.
Menurut Boediono (2008) pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan
output per kapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi berkaitan
dengan kenaikan output perkapita dimana ada dua sisi yang perlu diperhatikan
yaitu output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Output perkapita
adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk.
Menurut Nugreheni (dalam Prasetyo, 2010), pengukuran akan kemajuan
sebuah perekonomian memerlukan alat ukur yang tepat,
b. Beberapa alat ukur pertumbuhan ekonomi antara lain: 1). Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB), atau ditingkat regional disebut Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), merupakan jumlah barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan
dalam harga pasar. Baik PDB atau PDRB merupakan ukuran yang global
sifatnya, dan bukan merupakan alat ukur pertumbuahan ekonomi yang tepat,
karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan penduduk yang
sesungguhnya, padahal sesungguhnya kesejahteraan harus dinikmati oleh setiap
penduduk di negara atau daerah yang bersangkutan.
2). Produk Domestik Bruto Per Kapita atau Pendapatan Per Kapita
Produk Domestik Bruto Per Kapita atau Produk Domestik Regional
Bruto per kapita pada skala daerah dapat digunakan sebagai pengukur
kesejahteraan penduduk suatu negara atau suatu daerah yang bersangkutan,
atau disebut juga sebagai PDB atau PDRB rata-rata.
Nilai PDRB atau pendapatan perkapita diperoleh dari berbagai
pendapatan nasional bruto atau pendapatan domestik bruto pada suatu tahun
tertentu dengan jumlah produk pada tahun tersebut. Dengan demikian,
pendapatan perkapita dapat dihitung dengan menggunakan salah satu
persamaan sebagai berikut (Sadono Sukirno, 2004):
(a).
(b).
Pendapatan perkapita menunjukkan kemampuan masyarakat untuk
membayar pengeluarannya termasuk mengkonsumsi barang dan jasa. Semakin
besar tingkat pendapatan perkapita masyarakat mempunyai pengaruh positif
dalam meningkatkan penerimaan pajak. Pendapatan perkapita merupakan salah
satu indikator yang penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah
dalam periode tertentu biasanya satu tahun.
Pendapatan perkapita merupakan salah satu ukuran bagi kemakmuran
suatu daerah, pendapatan perkapita yang tinggi cenderung mendorong naiknya
tingkat konsumsi perkapita yang selanjutnya menimbulkan intensif bagi
diubahnya struktur produksi pada saat pendapatan meningkat, permintaan akan
barang-barang manufaktur dan jasa pasti akan meningkat lebih cepat dari pada
permintaan akan produk-produk pertanian (Todaro, 2006).
Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula
28
kemampuan masyarakat daerah tersebut untuk membiayai pajak dan retribusi
yang ditarik pemerintah daerah. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
pendapatan perkapita suatu daerah, semakin besar pula potensi sumber
penerimaan daerah tersebut.
3. Jumlah Penduduk
Di negara sedang berkembang yang mengalami ledakan jumlah
penduduk termasuk Indonesia akan selalu mengkaitkan antara kependudukan
dengan pembangunan ekonomi. Akan tetapi hubungan antara keduanya
tergantung pada sifat dan masalah kependudukan yang dihadapi oleh setiap
negara, dengan demikian tiap negara atau daerah akan mempunyai masalah
kependudukan yang khas dan potensi serta tantangan yang khas pula
(Wirosardjono, 1998).
Penduduk merupakan salah satu faktor penting dalam perencanaan
pembangunan daerah. Alasannya sederhana, karena penduduk merupakan
sumber daya manusia yang partisipasinya sangat diperlukan agar pelaksanaan
hasil-hasil perencanaan dapat berjalan dengan baik. Penduduk juga merupakan
motor penggerak pembangunan, juga dapat bertindak sebagai obyek, dimana
akan menjadi salah target dalam setiap proses pembangunan. Oleh karena itu,
analisis kependudukan sangat mendukung efisiensi dan efektifitas perencanaan
pembangunan agar berhasil sebagaimana diharapkan.
a. Dampak positif pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk membawa dampak positif dan negatif bagi
- Tersedianya tenaga kerja untuk meningkatkan produksi dalam memenuhi
kebutuhan yang terus meningkat.
- Bertambahnya kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan sehingga
berkembang jumlah dan jenis usaha lokal.
- Meningkatnya investasi atau penanaman modal karena makin banyak
kebutuhan manusia.
- Meningkatnya inovasi karena penduduk dipaksa untuk memenuhi
kebutuhannya. Misalnya, agar produktivitas lahan pertaniannya meningkat,
manusia mengembangkan pupuk dan benih unggul untuk memenuhi
kebutuhan penduduk yang terus meningkat.
b. Dampak Negatif Pertumbuhan Penduduk
Disamping dampak positif, pertumbuhan penduduk yang tinggi juga
berpotensi menimbulkan dampak negatif terutama jika tidak diimbangi
dengankualitas penduduk dan ketersediaan sarana prasarana hidup serta
lapangan pekerjaan. Beberapa dampak tersebut antara lain sebagai berikut.
- Meningkatnya Angka Pengangguran
Angka pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan
pertumbuhan lapangan kerja akan menimbulkan masalah pengangguran.
Sebagian tenaga kerja tidak terserap oleh lapangan kerja yang ada karena
kecepatan pertumbuhan lapangan kerja baru kalah oleh kecepatan pertumbuhan
penduduknya.
30
Banyaknya tenaga kerja yang menganggur atau belum mendapatkan
pekerjaan sangat rentan terhadap perilaku kejahatan atau kriminal. Desakan
kebutuhan dapat memaksa sebagian penduduk untuk melakukan tindak
kejahatan.
- Meningkatnya Angka Kemiskinan
Pertumbuhan penduduk yang tinggi berdampak pada meningkatnya
kebutuhan akan sumber daya, khususnya sumber daya alam. Jika penduduk
bertambah, harus disediakan lahan baru untuk memenuhi kebutuhan pangan/
makanan dan rumah untuk tinggal. Diperlukan lowongan pekerjaan baru bagi
mereka untuk memenuhi kebutuhannya. Jika tidak terpenuhi, akan muncul
masalah kemiskinan.
- Berkurangnya Lahan untuk Pertanian dan Permukiman
Bertambahnya penduduk di suatu wilayah tentu membutuhkan lahan
pertanian dan permukiman baru. Setiap penduduk yang lahir memerlukan
rumah untuk tinggal dan lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan akan
makanan. Makin banyak yang lahir, makin banyak lahan pertanian dan
permukiman baru yang harus disediakan. Pada gilirannya, lahan pertanian yang
ada akan berkurang karena dipakai untuk permukiman.
- Makin Banyaknya Limbah dan Polusi
Kegiatan penduduk, baik kegiatan di rumah, kegiatan perdagangan, atau
industri pasti menghasilkan sampah atau limbah. Makin banyak penduduk,
makin banyak limbah yang dihasilkan. Pada gilirannya, sampah atau limbah
- Ketersediaan Pangan Makin Berkurang
Permukiman, industri, perdagangan, dan aktivitas manusia lainnya terus
berkembang yang akhirnya mengubah fungsi lahan pertanian menjadi non-
pertanian. Akibatnya, produksi pertanian berkurang dan terus berkurang. Ini
berarti ketersediaan pangan juga akan makin berkurang dan terpaksa harus
mendatangkannya dari daerah atau negara lainnya.
- Kesehatan Masyarakat Makin Menurun
Pertumbuhan penduduk yang tinggi, khususnya di daerah perkotaan,
akan membuat harga lahan makin mahal. Akibatnnya, sebagian penduduk tidak
mampu membeli lahan dengan luas yang cukup memadai untuk permukiman.
Permukiman menjadi sangat padat sehingga tidak sehat. Apalagi jika
sanitasinya buruk, tentu keadaan itu akan menimbulkan berbagai macam
penyakit.
- Berkembangnya Permukiman Tidak Layak Huni
Lahan yang makin terbatas akibat tingginya laju pertumbuhan penduduk,
terutama di daerah perkotaan, mendorong naiknya harga lahan sehingga sulit
dijangkau oleh sebagian penduduk. Akibatnya, sebagian penduduk terpaksa
tinggal di daerah yang kurang layak dengan membangun rumah seadanya.
Biasanya, mereka membangun rumah di tepi sungai, sepanjang rel kereta api,
atau lahan kosong milik pemerintah yang belum di manfaatkan Daerah tersebut
32
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis
Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili
kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap.
c. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu: 1). Fertilitas (Kelahiran)
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi
yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain
fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Natalitas
mempunyai arti yang sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya.
Fertilitas menyangkut peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan
natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan
reproduksi manusia.
2). Mortalitas (Kematian)
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen
demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi tentang
kematian penting,tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta,
yang terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Mati
adalah keadaan menghilangnya semua tanda – tanda kehidupan secara
permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
Data kematian sangat diperlukan antara lain untuk proyeksi penduduk
guna perancangan pembangunan. Misalnya, perencanaan fasilitas perumahan,
Data kematian juga diperlukan untuk kepentingan evaluasi terhadap program –
program kebijakan penduduk.
3). Migrasi
Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk. Peninjauan migrasi secara regional sangat penting
untuk ditelaah secara khusus mengingat adanya densitas (kepadatan) dan
distribusi penduduk yang tidak merata, adanya faktor – faktor pendorong dan
penarik bagi orang – orang untuk melakukan migrasi, di pihak lain, komunikasi
termasuk transportasi semakin lancar.
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari
suatutempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara atau pun batas
administratif/batas bagian dalam suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan
sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain.
Jumlah penduduk yang besar bagi Indonesia oleh para perencana
pembangunan dipandang sebagai asset modal dasar pembangunan tetapi
sekaligus juga sebagai beban pembangunan. Sebagai asset apabila dapat
meningkatkan kualitas maupun keahlian atau keterampilannya sehingga akan
meningkatkan produksi nasional. Jumlah penduduk yang besar akan menjadi
beban jika struktur, persebaran dan mutunya sedemikian rupa sehingga hanya
menuntut pelayanan sosial dan tingkat produksinya rendah sehingga menjadi
tanggungan penduduk yang bekerja secara efektif (Widarjono dalam Budiharjo,
34
Penduduk merupakan orang yang bertempat tinggal menetap dalam
suatu wilayah. Simon dalam Todaro (2003) mengemukakan bahwa
pertumbuhan penduduk bukanlah suatu masalah. Pengaruh jumlah penduduk
pada tingkat moderat pada dasarnya positif dan bermanfaat bagi pembangunan
ekonomi, baik bagi negara – negara maju, maupun yang sedang berkembang.
Semakin banyak orang, maka semakin banyak ide, semakin banyak orang yang
mempunyai bakat dan kreativitas, semakin banyak tenaga ahli dan dengan
demikian akan semakin berkembang teknoogi. Selanjutnya dalam jangka
panjang penduduk merupakan suatu keuntungan. Todaro (2003) juga mencatat
bahwa pertumbuhan penduduk juga merangsang pertumbuhan ekonomi.
Semakin besar jumlah penduduk akan mengakibatkan meningkatnya
permintaan terhadap barang – barang konsumsi, selanjutnya akan mendorong
economic of scaledalam berproduksi, sehingga akan menurunkan biaya
produksi, dan pada akhirnya akan mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah.
Dengan meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatkan pernintaan
terhadap barang – barang konsumsi. Hal ini selanjutnya dapat mendorong
peningkatan produksi sehingga akan mengakibatkan adanya perluasan dan
pendirian usaha baru pada sektor produksi. Pendirian usaha baru akan
menambah angkatan kerja yang bekerja, sehingga pendapatan per kapita
masyarakat akan cenderung meningkat. Dengan adanya kecenderungan
pertambahan penduduk pada gilirannya akan meningkatkan Pendapatan Asli
4. Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri
Pembentukan Investasi merupakan faktor penting yang bertanggung
jawab terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu Negara, ketika
pengusaha atau individu atau pemerintah melakukan investasi, maka ada
sejumlah modal yang ditanam atau dikeluarkan, atau ada sejumlah pembelian
barang dan jasa di masa akan datang. Pembentukan investasi dapat dilakukan
jika masyarakat tidak menggunakan semua pendapatannya untuk dikonsumsi,
melainkan ada sebagian yang ditabungkan. Tabungan ini diperlukan untuk
pembentukan investasi. Investasi dalam peralatan modal atau pembentukan
modal tidak saja dapat meningktkan faktor produksi atau pertumbuhan
ekonomi namun juga dapat memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat.
Dalam hal ini, jumlah pengangguran tentunya akan turun. Suatu Negara akan
berkembang secara dinamis jika investasi yang dikeluarkan jauh lebih besar
dari pada nilai penyusutan faktor-faktor produksinya akan cenderung
mengalami perekonomian yang stagnasi. Stagnasi merupakan sutu kondisi
dengan laju pertumbuhan yang lambat dan bahkan bias nol. Kondisi ini dapat
menimbulkan terjadinya pengangguran dalam jumlah yang relatif besar.
Kondisi yang sangat tidak diinginkan adalah kondisi stagnasi yang diikuti
dengan adanya inflasi yang tinggi sehingga perekonomian Negara menjadi
stagflasi.
Dalam ekonomi makro, investasi merupakan salah satu komponen dari
pendapatan nasional, Produk Domestik Bruto, PDB atau Gross Domestic GDP.
36
ditinjau dari pendapatan nasional Negara tersebut. GDP yang dihitung
berasarkan pengeluaran terdiri dari empat komponen utama yaitu konsumsi
dinotasikan C, investasi dinotasikan I, pembelian oleh pemerintah dinotasikan
G, dan total bersih ekspor atau ekspor neto dinotasikan dengan X-M. Notasi X
untuk ekspor dan M atau impor, Ekspor neto (X-M) menunjukkan selisih antara
nilai ekspor dan impor. Bentuk aljabar dari GDP dapat ditulis sebagai berikut:
Y = C + I + G + (X-M)
Y =GDP
Dari persamaan dapat diketahui bahwa investasi berkorelasi positif
dengan GDP, secara umum dapat dikatakan jika investasi naik, maka GDP
cenderung naik. Atau sebaliknya, jika investasi turun maka GDP cenderung
turun. Investasi dipengaruhi oleh tingkat pengembalian modal dan tingkat
bunga. Para pemilik modal akan berinvestasi jika tingkat pengembalian modal
lebih besar dari pada tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi menyebabkan
investasi menjadi tidak menarik atau tidak menguntungkan. Ketika tingkat
bunga tinggi sebagian modal digunakan untuk mencari keuntungan dari tingkat
bunga melalui deposito dan tabungan. Tingkat bunga tinggi pada akhir akan
mengurangi jumlah modal yang diinvestasikan jika pengeluaran investasi
berkurang maka GDP cenderung menurun.
Investasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan pembangunan
ekonomi, maka setiap daerah berupaya menciptakan iklim yang dapat
menggairahkan investasi dan pendapatan suatu daerah. Di suatu daerah
macam kegiatan. Investasi pemerintah daerah adalah penempatan sejumlah
dana dan/atau barang milik daerah oleh pemerintah yang mampu
mengembalikan nilai pokok di tambah dengan manfaat ekonomi, sosial, dan
atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu. (Permendagri No.52:2012).
Investasi merupakan kunci utama untuk mencapai peningkatan
pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari kemampuannya meningkatkan laju
pertumbuhan dan tingkat pendapatan. Semakin besar investasi suatu negara
akan semakin besar pula tingkat pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai.
Dengan demikian pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi investasi
(Haryanto, 2005). Selain itu investasi juga memperluas kesempatan kerja,
mendorong kemajuan teknologi dan spesialisasi dalam produksi sehingga
meminimalkan ongkos produksi serta penggalian sumberdaya alam,
industrialisasi dan ekspansi pasar yang diperlukan bagi kemajuan
perekonomian daerah (Machmud, 2002). Pendapat tersebut didukung dengan
adanya UU Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007 yang menyebutkan bahwa
salah satu tujuan dari penyelenggaraan investasi baik investasi PMDN
(Penanaman Modal Dalam Negeri) maupun PMA (Penanaman Modal Asing)
adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional yang selanjutnya tidak
hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi tetapi juga akan memeratakan dan
meningkatkan kesejahteraan nasional secara kontinyu yang disebut sebagai
pembangunan ekonomi.
Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk
38
penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
Ketentuan mengenai penanaman modal diatur didalam undang-undang No. 25
tahun 2005 tentang penanaman modal. Penanaman modal dalam negeri dapat
dilakukan oleh perseorangan WNI, badan usaha Negeri, dan atau pemerintah
negeri yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik
Indonesia. Kegiatan usaha usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan
penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan
tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan batasan kepemilikan modal Negeri
atas bidang usaha perusahaan diatur didalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun
2010 Tentang Perubahan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang
Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
Menurut Boediono, Investasi adalah pengeluaran (dihitung dalam jutaan
rupiah) oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang-barang/ jasa,
yaitu untuk penambahan stok barang, di gudang atau untuk perluasan pabrik.
Ini berarti bahwa barang-barang tersebut dibeli dengan harapan untuk
menghasilkan keuntungan kemudian. Ini selanjutnya berarti bahwa
pertimbangan-pertimbangan yang diambil oleh perusahaan dalam memutuskan
apakah membeli atau tidak membeli barang-barang/jasa-jasa tersebut adalah
harapan dari pengusaha akan kemungkinan keuntungan yang bisa diperoleh
(dengan menjual kemudian barang-barang tersebut, atau menggunakan untuk
proses produksi). Harapan keuntungan inilah yang merupakan faktor utama
dalam keputusan tersebut. Faktor keuntungan yang diharapkan biasanya
keuntungan yang akan diperoleh untuk setiap rupiah yang ditanamkan,
dandimensi waktu yang menunjukkan berapa lama aliran keuntungan ini
berlangsung.
Sumantoro mengemukakan, bahwa “Investasi adalah kegiatan
menanamkam modal, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan
pada waktunya nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari
hasil penanaman modal tersebut”. Dari pengertian tersebut kegiatan investasi
mengandung pengertian yang luas, karena investasi dapat dilakukan secara
langsung (direct investment) maupun secara tidak langsung, yang lebih dikenal
dengan (portfolio investment). Terdapat perbedaan pengertian antara investasi
secara tidak langsung (portfolio investment) yaitu biasanya dengan membeli
instrumen-instrumen di pasar modal dan investasi secara langsung (direct
investment) yaitu biasanya yang bersangkutan ingin ikut menguasai dan
menjalankan (mengelola) langsung investasi. Pada kasus investasi yang
pertama (portfolio investment), para investor tidak tertarik dan tidak
berkepentingan untuk menjalankan usaha dari perusahaan yang ia beli
sahamnya, mereka lebih berkepentingan terhadap deviden dan capital gain dari
saham yang ia beli. Sedangkan pada kasus investasi yang kedua (direct
investment), investor yang bersangkutan ingin menguasai dan menjalankan
langsung investasi yang dimaksud.
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan atau
penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang modal dan
40
yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini
memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan
jasa di masa yang akan datang.
a. Bentuk-bentuk investasi antara lain :
1). Investasi Tabungan Berjangka
Investasi ini adalah investasi yang tidak beresiko. Fungsinya hampir
sama seperti menabung tetapi uang tidak dapat diambil sebelum jangka waktu
tabungan berakhir.
2). Deposito
Seperti tabungan berjangka tetapi kurun waktunya tidak sepanjang
tabunganberjangka. Selain itu, deposito memiliki bunga yang cukup besar dari
tabunganberjangka.
3). Investasi Emas
Investasi ini merupakan salah satu investasi yang menguntungkan karena
nilaiemas selalu naik sebanyak 30% dalam satu tahun. Uang bisa mengalami
inflasi tetapi nilai emas selalu tetap.
4). Investasi Saham
Untuk investasi ini harus benar-benar memperhatikan dengan baik
kondisi pasar atau bursa saham karena nilainya naik turun disesuaikan dengan
fluktuasi pasar.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi antara lain:
Apabila tingkat bunga naik, maka investor saham akan menjual seluruh
atau sebagian sahamnya untuk dialihkan ke dalam investasi lainnya yang relatif
lebih menguntungkan dan bebas resiko, akibatnya indeks akan turun.
Sebaliknya bila tingkat bunga turun, maka masyarakat akan mengalihkan
investasinya pada saham yang relatif lebih profitable dan akibatnya indeks
akan naik. Dengan demikian tingkat bunga akan memberikan pengaruh negatif
terhadap indeks saham.
2). Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap tingkat investasi. Hal ini
disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko
proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat
mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi
informasi tentang harga-harga relatif.
3). Pendapatan Nasional
Dengan adanya tingkat pendapatan yang tinggi maka akan mendorong
permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga keuntungan perusahaan akan
bertambah dan akan mendorong kegiatan investasi yang lebih banyak. Jika
nilai pendapatan nasional bertambah maka nilai pasar investasi akan bertambah
pula.
4). Infrastruktur
Pembangunan kembali infrastruktur dapat menjadi suatu alternatif
pilihan yang dapat diambil oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi
42
selanjutnya akan berpengaruh pada meningkatnya gairah ekonomi masyarakat.
Dengan infrastruktur yang memadai, efisiensi yang dicapai oleh dunia usaha
akan makin besar dan investasi yang didapat semakin meningkat.
B. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian merupakan bagian terpenting dalam suatu laporan hasil
penelitian. Menurut Uma Sekaran (2006; 14), kerangka penelitian merupakan
model konseptual mengenai bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
masalah yang penting. Suatu konseptual memberikan penjelasan sementara
terhadap gejala yang menjadi masalah (obyek) penelitian.
1. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu alat untuk mengetahui
perkembangan dan struktur ekonomi suatu wilayah diyakini masih
merupakan indikator dalam menentukan arah pembangunan yang
digambarkan oleh perkembangan Produk Domestic Regional Bruto (PDRB).
Produk Domestic Regional Bruto dapat diartikan sebagai nilai barang dan
jasa-jasa yang diproduksi didalam Negara tersebut dalam satu tahun tertentu.
Barang–barang dan jasa-jasa ini diproduksi bukan saja oleh perusahaan milik
penduduk Negara tersebut tetapi oleh penduduk Negara lain yang bertempat
tinggal di Negara tersebut (Sukirno,2003:33)
Pendapatan perkapita merupakan salah satu ukuran bagi kemakmuran
suatu daerah, pendapatan perkapita yang tinggi cenderung mendorong