• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebutuhan pelatihan petani sayur-sayuran (kasus di Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebutuhan pelatihan petani sayur-sayuran (kasus di Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat)"

Copied!
260
0
0

Teks penuh

(1)

..

'ic

6y

- l t . ~

ld

PcLr

i

@

FAKTOR-FAKTOR

YANG

BERHUBUNGAN

DENGAN

KEBUTUWATY

PELATTHAN PETANI

SAYUR-SAYURAN

(KASUS Dl ICECAMATAN SUKANAGARA KABUPATEN

CIAN JUR, PROVINSI JAWA BARAT)

Oleh:

A L I M I N

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

ALIMIN. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebutuhan Pelati han Petani Sayur-saywan (Kasus dl Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Provinsi

Jawa Barat). (Di bawah bimbingan RICHARD W.E. LUMENTANG sebagai

ketua dan rmOKO SUSANTO sebagai mggota).

Petani belum memiliki kompetensi alctual memadai untuk berperan optimal dalam sistem agribisnis sayur-sayuran yang kompetitif. Hal tersebut &pat diatasi melalui pelatihan yang sesuai dengan kebutuhrtn petani

dan

dengan

mempertimhgkan faktor-faktor terkait dengan kebutuhan tersebut.

Kebutuhan pelati han ialah kesenj angan kompetensi yang dapat diatasi melalui pelati han. Kesenjangan kompetensi ialah selisi h antara kompetensi patokan dengan kompetensi aktual. Kompetensi patokan ialah kompetensi yang disyaratkan dimiliki petani, disusun berdasarkan teori dan hasil validasi praktisi

lapangan (Penyuluh Pertanian setempat). Kompetensi aktual ialah kompetensi

yang dimiliki petani pada saat penelitian. Bidang kompetensi dibatasi pada manajemen usahatani dm teknik budidaya tanaman tomat dan cabai keriting.

Penelitian ini bertujuan untuk: ( 1 ) Mengetahui arah dan derajat hubungan antara faktor- faktor internal dengan kebutuhan pelatihan petani sayur-say-;

serta (2) Mengetahui arah dan derajat hubungan antara faktor-faktor eksternal dengan kebutuhan pelatihan petani sayur-sayuran.

Populasi penelitian adalah seluruh petani di Kecamatrtn Sukanagara,

Kabupaten Cimjur, Provinsi Jawa Barat yang berusahatani tomat dan cabai keriting terus-menerus sejak tahun 2001 sampai 2003. Total sampel adalah 53 orang. Pengumpulan data dilaksanakan dari bulan April sampa~ Juli 2004. Data

primer dikwnpulkan melalui wawancara langsung dengan petani sampel,

krpedoman pada kuesioner yang telah dsiapkan. Data dianalisis menggunakan uj i Korelasi Peringkat Spearman.

lhsil penelitian menunj ukkan: (1) Sernakin tinggi

taraf

faktor-faktor internal tertentu pada petani sayur-sayuran (yakni : tingkat pendidikan formal, jumlah pengbilan, jumlah peiatihan yang pernah diihti, luas penguasaan lahan, dm jurnlah modal), semakin tinggi kornpetensi aktual dan semakin rendah kesenjangan kompetensi petani sehingga semakrn rendah kebutufian pelatihan petani di bidang manajemen ussthatmi dan teknik budidaya tanrunan sayur- sayuran; (2) Semakin tingg taraf faktor eksternal tertentu pada petam sayur- sayuran (yakni tingkat keaktifan berkelompok), semakin tinggi kompetensi aktual clan semakin rendah kesenjangan kompetensi petani sehingga semakin rendah kebutuhan pelatihan petani di bidang manajemen usahatani dan teknik budidaya.
(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBlKUHAN

P E L A W N PETANI SAYUR-SAYURAN (KASUS DI KECAMATAN

S U K A N A G W KABUPATEN CIANKJR, PROVINSI JAWA BARAT)

ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belurn pernah

dipublikasikan. Semua sumber data clan informasi yang digunakan telah

diny atakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

(4)

FAKTOR-FAKTOR YANG

BERHUBUNGAN

DENGAN

KEBUTUHAN

PELATIHAN

PETANI

SAYLJRSAYURW

(KASUS

DI

KECAMATAN SUKANAGARA

KABUPATEN

CIANJUR,

PROWNSI JAWA BARAT)

Oleh:

A L I M I N

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleb gelar Magister Sains pada

Program Studi h u Penyulu han Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Tesis : Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebutuhan Pelatihan Petani Sayur-sayuran (Kasus di K m t a n Sukanagara,

Kabupaten Cianj ur, Provinsi Jawa Barat)

Narna Mahasiswa : Alimin

NRP : PO5 102003 1

Program Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan

1. Kornisi Pembirnbing

h. Richard

W

.E. Lumintane. MSEA Dr.

Im.

Dioko Susanto. SKM APU

Ketua Anggota

Mengetahui :

2. Ketua Program Studi

Ilmu Penyuluhan Pembangun

(6)

RIWAYAT HIDUP

Pendis lahir di Duruka, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara

pada tanggal 5 Juli 1959. Pendidikan sarjana diselesaikan pada tahun 1990 pada

Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo

Kendari. Pada tahun 2002 penulis memperoleh kesempatan melanj utkan

pendidikan program rnagister sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan

Pembangumn Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, atas beasiswa dan

BPPS Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggr Departernen Pendidkan Nasional

Republik Indonesia. Sej ak Tahun 1990 penulis bekerj a sebagai staf pengaj ar

Yayam Perguruan Tinggi Wuna pada Sekolah Tin@ Pertanian Wuna Raha dl

Kabupaten Muna, dm pda d u n 1992 diangkat sebagai pegawai negeri sipil

(7)

PRAKATA

Puji dm syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat clan kanmia-Nya sehingga lapran penelitian ber~udul "Falrtor-fahr yang

Berhu bangan dengan Kebutu ban Pelatihaa Petani Sayur-sayuran (Kmus di

Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Pmvinsi Jawa Barat)* ini dapt

disusun meski pun terdapat keterbatasan clan kekurangan di dalamnya.

P e n u l i s ~ t e r i m a k a s i h d a n ~ ~ - t u w n y a k e p k

1. Ir. Richard W .E. Lumintang, M. SEA selaku Ketua Kornisi Pembimbing dm

Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM., APU. Selaku anggota Kornisi Pembimbing

sekaligus selaku Komisi Penguji Tesis atas bimbingan yang telah diberikan.

2. Dr. Er. Basita Ginting Sugrhen, MA., selaku Penguji Luar Komisi Pembimbing

atas tanggapan, saran clan kriti

k

yang diberikan saat Ujian Tesis.

3. Dr. Ir. Amri Jahi, M.Sc. dm Prof Dr. H.R. Margono Slamet, masing-masing

selaku Ketua dm mantan Ketua Program Studi Ilmu Penyduhan

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Mtut Pertanian Bogor atas d d q q m y a

4. Segenrrp staf pengajar pada program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Sekolah Pascasarjana IPB, atas pemklajaran yang telah diberikm

5. Segenap unsur pimpinan IPB kmama staf, khususnya segenap uflsur pimpinan

dan staf administrasi Sekolah Pascasar~ana atas layanan yang diberikan

6. Bupati Kabupaten Cianjur, Kepala Dinas Pertmian Kabupaten Cianjur, Kepala

Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur, Camat Sukmagaq Kepala BPP

Kecamatan Sukanagara, Kepda Desa S- Kepda Desa Sindmgm,

dan Kepala Desa Sukajembar masing-masing beserb staf/apamtnya atas izin

(8)

7. Ketua Kelompok Tani Pasir Kupa di Desa Sukajembar, Ketua Kelompok Tani

Sadar Karya di Desa Sindangwi, dan Ketua Kelompok Tani Saluyu

Sukapakar di Desa Sukanagara, atas pemondokkan dan layanan informasildata

serta dukungan yang dibenkan dalam pengumpulan data pnmer.

8. Segenap responden dan informan yang telah memberkin layanan dengan baik

dalam wawancara pengumpulan data.

9. Rahmat S o p A.Md, Syanf Muttaqin, SP.,

d m

Cahya H a n c w SP atas

bantuamya dalam p g u m p d a n data primer.

1 0. Direktorat Jenderal Pendidi kan Tin= Departemen Pendidi kan Nasional

RepubIik Indonesia atas beasiswa BPPS yang telah diberikan.

1 1. Ketua STIP Wuna Rahs, Ketua Yayasan Perguman Tinggi Wuna Raha, serta

Koordinator Kopertis Wilayah IX Sulawesi atas dukunganya.

1 2. Bupati Kabupaten Mum atas bantuan

dana

yang diberi kan.

13. Ibunda Wa Ray, Adrnda Samsurra, xxta

Am&

Fathir Rahman Ahmq Banu h

D l e v a ~ d y , d a n S i t t i H o n q r ~ ~ ~ ~ q a t g d a n ~

14. R e h - r e k m rnahasiswa PPN 2002 (Ibu Deliana, Pak Zulkamain, dan lain-lain)

atas bantuan dm diskusinya; serta Staf PPN (Pak Satriyadi) atas bantunny8

15. Kornunitas Gunung Batu 62: Ibu Jaka sekeluarga, Iyayu, Mail, Pak Luthfi,

Imin, Uccuk, Kamal, dan Rido atas dukungannya selama ini.

Akhirnya, penulis berharap sernoga laporan ini bermanfaat bagi para

pembaca dan bergma bagi pengembangan i1mu penyuluhan pernbangumn.

Bogor, September 2004.

(9)

DAFTAR JSI

[image:9.620.77.550.115.770.2]

Halaman

...

DAFTAR TABEL x

...

DAFTAR LAMPIRAN rn

...

Latar Belakang 1

...

Masalah Penelitian 3

. .

Tuj uan Penel~t~an ... 3

. . ...

Kegunaan Penellti an 3 Definisi lstilah ... 4

TINJAUAN

PUSTAKA

...

8

Pengertian Pelati han ... 8

Pengertian Kebutuhan Pelatihan ...

.

.

...

8

... Analisis Kebutuhan Pelatihan 10

...

Lingkup Sasaran Belajar Pelatihan Petani Tomat dan Cabai Keriting 12 ... Faktor-faktor Terkait dengan Kebutuhan Pelatihan Petani 19 KERANGKA PIKlR DAN HIPOTESIS ...

-2h

... Kerangka Pikir .22& Hipotesis ... -23 Cl METODE PENELITIAN ... 24

... Populasi dan Sampel 24 ... Perancangan Penelitian 24 ... Data dan Instrumentasi -25 Data ... 25

Instrurnentasi ... 25

Uj i Validitas Instrumen ... 26

Uji Reliabilitas Instrumen ... -26

Pengumpulan Data ... 27

Analisis Data ... 2 7 HASIL DAN PEMBAHASAN ... -29

Keadaan Umum Kecamatan Sukanagara ... -29

Profil Responden ... 32

Kebutuhan Pelatihan Petani ... 42

Hubungan Berbagai Faktor dengan Kebutuhan Pelatihan Petani

...

50

K E S I M P W DAN SARAN ... 75

Kesimpulan ... -75

Saran ... 75

(10)

DAFTAR

TABEL

1. Luas tanam sayur-sayuran penting di tiap desa Kecamatan S h g a r a

. . .

. 3 0

2. Sebaran responden menwut kategori aspek profil dan desa sampel

...

32

3. Rataan jumlah penghasilan responden menurut surnber dan desa sampel

. . . .

.34

4. Rataan luas penguasaan lahan menurut status penguasaan dan desa sampel . 3 8

5. Kategori kompetensi aktual dan kesenjangan kompetensi responden dalam bidmg manajemen usahatani menurut skor rata-rata ... ... . . .. . ... . ... . .. .

... . ... . . .

42

6 . Kategori kornpetensi aktual dan kesenjangan kompetensi responden dalarn

bidang teknik budidaya menurut skor rata-rata . . .

. . .

. .

. . .

.

.

. . . . 44

7. Sebaran responden men- kategori kesenjangan kompetensi

dan desa sampel...,...,... 48

8. Nilai kritis (p)

dm

koefisien korelasi rank Spearman (r,) berbagai peubah
(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta wilayah Kecamatan Sukamgara, Kabupaten Cianjur,

...

Provinsi Jawa Barat.. 79

...

2. Pedoman kategorisasi dan skoring peubah.. 80

3. Hasil uji Kruskal Wallis terhadap perbedaan peringkat

...

berbagai peubah antar

desa

sarnpel 81

4. Hasil analisis ragam perbedaan antam skor kesenjangan

komptensi petani di bidang rnanajemen usahatani dengan

bidang teknis budidaya ... 82

5 . Hasil analisis korelasi peringkat Spearman tentang

hubungan antar peubah.. ... 83

6. Kompetensi patokan petani tomat dan cabai keriting

...

di bidang manajemen usahatani dan teknik budidaya. 84

. .

...
(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan usahatani sayur-sayuran dalam kerangka sistem agnbisnis

adalah penting. Pengembangan agribisnis sayur-say wan meningkatkan status gizi

masyarakat, pendapatan petani , penyerapan tenaga kerja, perluasan lapangan ke j a,

penerimaan devisa, dan pelestarian lahan. Sayur-sayuran merupakm bahan pangan

bergizi tinggi serta bercita rasa dm aroma tertentu, terutama sebagai salah satu bahan

menu p k o k ddam pola konsumsi masyarakat. Permintaan pasar domestik maupun

ekspor akan sayur-saywan terus meningkat, baik untuk memenuhi kebutuhan

rumahtangga mupun untuk industn. Hal itu sej alan dengan pertambahan penduduk

dan peningkatan pendapatan serta perubahan pola konsumsi pangan masyarakat.

Pengembangan agnbisnis sayur-sayuran di Indonesia didukung oleh

ketersdaan lahan, kesesuaian agroklimat, keragaman jenis tanaman, dan jumlah

petani yang besar. Salah satu wilayah pengembangan sayur-sayuran di Indonesia

ialah Provinsi Jawa Barat. Saragh (200 1 : 66-67) men y a r d a n pengembangan sayur-

sayuran di daerah tersebut terintegrasi secara vertikal b e r h k a n keunggulan

komparatif wilayah. Keunggulan p a r Jawa Barat bagan Utara

dan

Tengah

dimanfaatkan melalui pengembangan agnbisnis hlir, sedangkan keungguh

agrobiofisik J a w Barat b a n Selatan dimanfaatkan rnelalui pengembangan

wahatani

dan

agribisnis hdu. Strateg tersebut diharapkan menarik industn jasa

(perbankan, transportasi dm lain-lain) serta memperkecil pelarian sumberdaya

manusia dan modal dari Jawa Barat bagian Selatan, bahkrmn menarik sumberdaya

(13)

Kabupaten Cianjur, khususnya Kecarnatan S h g a r a , di wilayah Jawa

Barat bagtan Selatan merupakan salah satu daerah pengembangan usahatani sayur-

sayuran, khususnya tomat dan cabai keriting. Pada tahun 2002, luas panen tamman

tomat dan cabai keriting di Kecamatan Sukanagara ialah masing-masing 198 ha dan

30 1 ha (BPS Cianjur, 2003). Narnun, produktivitas dan nilai tambah yang dipemleh

petam dari komoditas tersebut masih rendah, sejalan den* pangsa produksi dm

ekspor tomat dan cabai keriting yang masih rendah S a r a nasional (Parnbudy, dkk,

2001 : 4 2 4 4 ) .

Petani perlu rnemili ki kompetensi y ang memadai untuk mengembangkan

usahatani sebagai man dari sistem agribisnis. Keadaan sumkrdaya petani sayur-

sayuran di Wupaten Cianjur tercermin pada kondisi nasional, yakni 87% dari 35

juta tenaga ke j a pertanian d~ Indonesia berpendidikan tamat dan tidak tarnat SD

(Deptan, 2002: 1). Paul et-al. (1 989: 6 ) mengemukakan bahwa pelatihan manajemen

usaha (bisnis) kecil yang sukses ialah memperhatikan sungguh-sungguh keterbatasan

pendidi kan peserta.

Pelatihan merupakan salah satu upaya peningkatan kompetensi guna

rnenjawab rendahnya kine j a (Donaldson & Scannel, 1 992: 1 -2) atau kurangnya

pengetahuan clan keterampilan seseorang (Hickerson & Middleton, 1975: 7). Tetapi,

seperb pada penyuluhan (Van den Ban & Hawkins, 1999: 227), penyelenggara

pelati han tidak j arang beranggapan bahwa pelati han yang diselenggarakan 'pasti'

dibutuhkan peserta, maka materinya diseragamkan untuk semua peserta (Comb &

Ahmed, 1985: 192) sehingga tidak efektif Pelatihan efektif jika sesuai kebutuhan

peserta serta memprhmbangkan faktor-faktor terkait dengan kebutuhan pelatihan

(14)

Analisis kebutuhan pelatihan mengungkapkan jenis pelatihan yang

dibutuhkan, karakteristi k orang-orang yang membutuhkan, dm faktor-faktor

terkait dengan kebutuhan pelatihan (Donaldson & Scannel, 1992: 32). Faktor-

faktor terkait dengan kebutullan pelatihan petani secara umum terdiri atas f&tor

internal dan faktor ekstemd petani.

Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan dijawab dalam penelitian

ini dinunuskan sebagai berikut:

(1) Kern& arah dm sejauh rnanakah keeratan hubungan antara faktor-faktor

internal dengan kebutuhan pelati han petani sayur-sayuran.

(2) Kemanakah arah dm sejauh manakah keeratan hubungan antara faktor-faktor

ekstemal dengan kebutuhan pelati han petani sayur-sayuran.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

( 1 ) Mengetahui arah dan derajat hubungan antara faktor-faktor internal dengan

kebutuhan pelati han petani say ur-sayuran.

(2) Mengetahui arah clan derajat hubungan antara faktor-faktor eksternal dengan

kebutuhan pelatihan petam sayur-sayan.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai:

(1) Sumbangan kepada ilmu penyuluhan pembangunan dalam hal metoda analisis

kebutuhan pelat ihan bagi petani sayur-sayuran.

(2) Bahan informasi dalam pemrogramam pelatihan dan penelitian kebutuhan

(15)

Definisi Istilab

( 1 ) Kebutuhan pelatihan petani ialah selisih antara skor kompetensi patokan dengan

skor kompetensi aktual petani.

(2) Kompetensi patokan ialah kemampuan dasar yang "sehanrsnya" dimiliki petmi

&lam berusahatani tomat dan cabai keriting, rneliputi:

(a) Pengetahurn manajemen usahatani ialah tingkat p e m b a n yang

"sehmnya" dimiliki petani terhadap pentingnya substansi dari 10 topik

bidang manajemen usahzttani, yaitu: (i) pencatatan usahatani, (ii)

inventarisasi kekayaan wahatani, (iii ) perencanaan produksi, ( iv)

perencanaan lahan, (v) perencanaan tenaga kerja d t a n i , (vi) perencanaan

kebutuhan sarana produksi

,

(vii) perencanaan keuangan, (viii) lembaga

p e m n h i 1 h t a n i , (ix) fungi penmaran hasil usahatani, dm (x)

analisis pendapatan usahatani.

@) Keterampilan manajemen usahatani ialah tingkat kemampuan (kecermatan

dan ketepatan) melakukan pekerjaan-pekejaan pengelolaan usahatani yang

"seharusnya" dimiliki petani, meliputi 10 topik, yaitu : (i) membuat cacatan

usahatani , (i) melakukan inventarisasi kekayaan usahatani, (iii) rnenyusun

rencana produksi, (iv) menyusun rencana penggmaan lahan, (v) menyusun

rencana kebutuhan tenaga kerja, (vi) menyusun rencana kebuhrhan sarana

produksi, (vii) menyusun rencana kebuhlhan keuangan, (ix) mengumpulkan

informasi pasar, (ix) melakukan penetrasi pasar, dan (x) menghltung

pendapatan usahatani

( c ) Pengetahuan tekni k budidaya ialah tingkat pemahaman yang "seharusnya"

(16)

tanaman tomat dan cabai keriting, yaitu: (i) proses prduksi dan penggunm

benih bermutu, (ii) pembibitan, (iii) penyiapan lahan pertanaman, (iv)

pemasmgan mulsa PHP (plastik hitam per&), (v) pemindahan bibit, (vi)

perneliharaan tanaman, (vii) pemupukan tanaman, (viii) pengamatan

organisma pengganggu trtnaman, (ix) pengendalian organisma pengganggu

tanaman, d m (x) pemanenan hasil.

(d) Keterampilan teknik budidaya ialah tingkat kernampuan (kecermatan

dan

ketepatan) melakukan pembudidayaan tanaman tomat dan cabai keriting

yang "seharusnya" dimiliki petani, meliputi 10 topik, yaitu : (i)

memproduksi dan menggmakan benih bermutu, (ii) membuat pembibitan,

(iii) menyiapkan lahan pertanaman, (iv) memasang mulsa PHP, (v)

memindahkan bibit, (vi) memelihara tanaman, (vii) memupuk tanaman,

(viii) mengidentifikasi orgamsma pengganggu tanaman, (ix) rnengendalikan

organisma pengganggu tanaman,

dan

(x) memanen hasil.

Masing-masing topik diberi nilai 3 sehingga skor rata-rata ialah 3,00.

(3) Faktor-faktor internal pe tani ialah: (a) faktor-faktor pribah dan keluarga,

meli puti umur, tingkat pendidikan formal, jwnlah tanggungan keluarga,

pengalaman berusahatani, jumlah penghasilan,

dm

jumlah pelatihan yang

pemah diikuti, serta @) faktor-faktor usahatani, meliputi luas pen- I A n ,

status penguasaan lahan, jumlah modal, dan jumlah peke j a tetap.

(4) Faktor-faktor eksternd petani ialah tingkat keakti fan berkelompok, keakti fan

berkonsultasi pada sesama,

dan

keaktifan berkonsultasi pada penyuluh.

( 5 ) Umur ialah usia petani sejak tahun kelahiran sarnpsu sat penelitian ini

(17)

(6) Tingkat pendidikan formal ialah pendidikan jalur sekolah formal tertinggi yang

pernah diikuti oleh petani.

(7) Jumlah tanggungan keluarga idah jumlah anggota keluarga petani yang pada

saat penelitian ini, kebutuhan mereka akan wdang, pangan, dan papan

ditanggung oleh petani, diukur dalarn orang.

(8) PengaIarnan bemsahatani ialah lamanya petani telah membudidaya dan

mengelola usahatani tomat dan cabai keriting sarnpai saat penelitian ini

dilkasanakan, diukur dalam tahun.

(9) Jurnlah penghasilan ialah j urnlah penghasilan tunai dan diperhitungkan yang

diterima oleh keluarga petani selama setahun sebelum penelitian ini

dilaksanakan, diukur ddam Rp/tahun.

( 1 0) Jumlah pelati han yang pernah diikuti ialah j umlah pelati han pertmian yang

dikuti oleh petani selama setahun sebelum penelitian ini dilaksanakan, diukur

dalam kali.

( 1 1 ) Luas pen- lahan ialah total luas lahan yang di kuasai oleh petam pa& saat

penelitian ini dilaksanakan, meliputi lahan cabang usahatani tomat &n cabai

keriting maupun lahan d a n g usahatani lainnya, diulcur dalam ha.

( 1 2) Status penguasaan lahan usahatani ialah status penguasaan lahan yang

dipergwmkan oieh petani sebagai lahan usahatmi tornadcabai keriting pada satu

musim tanam sebelum penelitian ini dilaksanakan, terdiri atas lahan sewa saja,

lahan milik saja, lahan sewa dan milik.

(1 3) Jumlah modal ialah j umlah uang tunai yang disediakan oleh petani untuk modal

operasional usahatani tomat dan cabai keriting pada satu musim tanam seklum

(18)

( 1 4) Jumlah peke rja tetap Marn usahatani ialah jurnlah anggota keluarga petm yang

berurnur 17-50 tahun dan secara tetap aktif bekerja dalam usahatani tomat dan

cabai keriting yang &usahakan oleh petani, diukur dalarn orang.

( 1 5) Tingkat keaktifan berkelompk ialah rata-rata frekwensi kehadiran petani dalam

pertemuan kelompok tani selama setahun sebelum penelitian ini dilaksanakan,

diukur dalam kal~lbulan.

(16) Tingkat keaktifan berkonsultasi pada sesarna petani ialah rata-rata frekwensi

rnelakukan kegiatrtn proaktif petani bertany a tentang masalah usahataninya

kepada petani lain selama setahun sebelum penelitian ini dilaksanakan, diukur

dalam kalilbulan.

( 1 7) Tingkat keakti fan berkonsultasi pada penyuluh ialah rata-cata fiekwensi

kegiatan proakti f petani bertany a tentang rnasalah usahataninya pa& penyuluh

(aparat pemerintah atau PPL maupun penyuluh swasta) selarna setahun sebelurn

penelitian ini dilaksanakan, diukur dalam ka1dbula.n.

( 1 8) Kompetensi a k t d ialah kemampuan dasar dalam berusahatani tomat dan cabai

keriting yang dunil~ki petani pada saat penelitian ini dilaksanakan, meliputi

bidang, ranah, dan topik yang sama dengan kompetensi patokan. Pengukuran

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertirn Pelatihan

Pelatihan merupakan salah satu bentuk penddikan nonformal (Slamet,

2003": 12). Pendidik. ndbrmal addah p&&b dan si-

b e r l w m g dl luar kerangka pendidi kan formal, menyediakan aneka-macam

proses pembelajaran bagi kelornpok-kelompok penduduk tertentu (Combs &

Ahrned, 1985: 10).

Pelatihan adalah pembelajarm yang dirancang mtuk menyegarkan

dan/atrtu meningkatkan k i n q a orangaang dalarn menge j a l m pekerjaan mereka.

Konsep pembelaj arm menunjuk pada peningkatan kemarnpuan psikomotor,

kogni tif, serta afe kti f. Orang-orang dimaksud ialah orang dewasa yang berkine rja

di bawah standar. Pekerjaam yang dimaksud adalah tugas-tugas h u s u s mereka.

Sedangkan kinerja adalah m - c a r a mereka melakukan tugas-tugas pekerjaan

(Hickemon & Middleton, 1975: 4-7).

Pelatihan ialah sejumlah k m p a t a n belajar yang disusun rapsh, sedangkan

belajar ialah proses perubahan tingkah laku (Dilt, 200 1 : 1 28). Pernbelajaran &lam

pelatihan Iebi h mengutamakan praktek danpada tmri (BPLP, 1995: 34).

Pengertian Kebutuhan Pelatihan

Kebutuhan adalah kesenj angan antara kondisi sekarang (aktual) dengan

yang s e h n y a atau lebih diinginkan (Boyle, 198 1: 144). Ada empat kategori

kebuhhan, yaitu (Slamet, 2003~: 21): (1) kebutuhan kernanan d a m bidang

ekonomi, sosial, psikologi, dm spiritual; (2) Kebutuhan pengalaman baru,

gagasan baru, dan cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu; ( 3 ) Kebutuhan

(20)

perasaan ikut memiliki; (4) Kebutuhan pengakuan, seperh status, prestise gengsi,

prestasi dan penghargaan. Kebutuhan menipakan penggerak utama perilah

sehingga tercipta ketidakseimbangan (Boyle, 1 98 1 : 145). Ketidakseimbangan

akibat kurang pgetahuan, ketemmpdan dan sikap melahirkan kebutuhan p e l a m .

Kebutuhan pelatihan lahir dari kebutuhan memperkeci 1 diskrepansi

(kesenjangan) kompetensi guna mem-ki kinerja Kebutuhan pelatihan addah

diskrepansi kompetensi yang clapat diatasi meldui pelatihan (Hickerson &

Middleton, 1975: 7). Kompetensi ialah k e c a k a p yang disyaratkan untuk

melakukan suatu pekerjaan, meliputi pengetahuan khusus, kekrampilan proses,

dan

sikap (Suparno, 2000: 22-23). Kesenjanp kompetensi ialah selisih mtara

kompetensi patokan den* kompetensi aktual. Kompetensi patokan ialah

kemampuan kerja yang disyaratkan bagi seseorang untuk melaksanakan tugas

pokoknya, sedangkan kompetensi aktual ialah kemarnpuan ke rja yang telah

dimiliki d a m melaksanakan tugas pokoknya @adan PSMP, 2001: 2).

Kesenjangan kompetensi meliputi (Hickerson & Middleton, 1975: 7) masalah

kognitif (kurang pengetahuan), masalah psikomotor (kurang keterampilan), dan

rnasalah afektif (sikap, nilai-nilai dm rninat kurang mendukung optmahasi kinerja).

Pernograman pelati han tidak &pat didasarkan pcIa kebutuhan terasakan

saja (Boyle, 198 1 : 1 43). Tidak semua kebutuhan seseorang rnenpakan kebutuhan

yang diketahui (perceived needr) olehnya, walaupun itu m e r u p a h kebutuhan

aktual (actual needs} aku ril (real needs) maupun terasakan (felt needs) baginya.

S u m kebutuhrtn terasah adalah hal-ha1 yang diyakini oleh seseorang sebagm

petlu di perhatikannya, meskipun belurn menjadi kebutuhan ril bagnya;

(21)

Panclangan terakhir

di

atas sejalan den* Donaldson & Scannel(1992: 7-

91, bahwa krkaitan dengan kompetensi, setiap orang termasuk ke dalam salah

satu dari empt kategori, yaitu: (1) belurn menyadat.l ketidak-kom-ya, (2)

menyadan ketidak-kompetenannya; (3) meny adari

ke

k o m p e t m y a ; atau (4)

belurn menyadari kekompetenannya. Kategori ketiga ti& membutuhkan

pelatihan, sedangkan kategori keempat membutuhkan motivasi . Kebutuhan

peiatihan ada pada kategori pertma dan paling nyata pada kategori kedua.

Analisis Kebutuhan Pelatihan

Pelatihan rnerupakan peran eduksttif yang sangat khas, karena mengajarkan

pengetahuan clan keterampilan mengerjakan peke jaan tertentu (Tfe, 1995: 2 14).

Pengetahuan atau keterampilan tersebut hams d i d i s i s sebelumnya, dm hasilnya

h m teragakm dan teramati (Donaldson & Scannel, 1992: 15).

Analisis kebutuhan pelatihan dengan pendekatan kompetensi kerja

meliputi analisis pekerjaan dan analisis tugas. Analisis pekerjaam addah proses

sistematis untuk mendefinisikan suatu pekerj aan, menentukan diskrepansi k i n q a

yang ada, sebagai dasar pemilihan sasaran belaj ar &lam pelati han. Analisis tugas

ialah perincian sasaran belaj ar tersebut atas komponen pengetahuan dan

keterampilan (Badan PSMP, 200 1 : 8).

Informasi yang dtperlukan dalam analisis tugas ialah: (1) Tugas-tugas

umum (mqor tasks), yakni dimensi-dimensi umum yang penting dari suatu

pekerj aan, h p a perilaku y ang berhubungan erat dengan fungsi pa& pekerjaan;

(2) Ukuran-ukuran tugas (task measures), yakni dasar mengevduasi kinerja,

secara formal dinyatakan sebagai ukuran kornponen-kornpnen pekerjaan; (3)

(22)

dilakukan pekerja untuk menyelesaikan tugas-tugas urnum; serta (4) Persyaratan

(conditions), yakni alat-alat, perlengkapan, dan lain-lain y ang mernungkuhn dan

mem- terlaksananya tugas-tugas (Hickerson & Middleton, 1 975: 27-3).

Langkah-langkah melakukan analisis tugas ialah wickerson & Middleton,

1975: 39): ( 1 ) identifi kasi tugas-tugas urnurn u funpi-fungi) pada pekerjaan; (2)

identifikasi Wan-ukuran kinerja untuk menyelesaikan tugas-tugas mum

tersebut; (3) identifikasi tugas-tugas khusus yang h a m Qlakukan pekerja untuk

memenuhi tugas-t ugas umurn tersebut; (4) identi fikasi syarat-syarat pelaksaman

tugas-tugas khusus; ( 5 ) pernilahan t u p t u g a s khusus yang dilaksanakan sesuai

ukuran yang ditentukan dengan y ang tidak; (6) pemeriksaan tugas-tugas khusus

yang menimbdkan kesenjangan kinerja; (7) identi fikasi penyebab kesenjangan

kinqa; (8) peneta pan kesenjangan kine rja yang dapat diatasi dengan pelatihan.

Menunrt Susanto (2003: 21 1-2121, langkah-langkah perenaman intervensi

mengubah perilaku masyarakat ialah: ( 1 ) menyusun i n s m e n untuk menggali

perilaku fdctual; (2) melakukan exercise dan penggalian pustaka untuk merumuskan

penlaku seharusnya; (3) memuskan kesenjangan perilaku faktual dan s e h n y a ;

serta (4) mengemhgkan pili han model pemecahan rnasalah dengan mengkaj i

kekuatan dan kelemahannya. Sedangkan Arif (1 993: 63) mengemukakan prosedur

peni1aia.n kebutuhan peiatihan sehgm lmikut: (1) mengembangkan s u t u model

kompetensi y ang diperlukan, (2) menilai tingkat penampilan kompetensi ; dan (3)

menilai kesenjangan antara model dengan tingkat penampilan sekarang.

Sumber informasi p e n y u s m malisi tugas ialah: (1) klien dm

supervisomya (fickerson & Middleton, 1975: 391, (2) pakar yang mengenal

(23)

mutakhir dan mengenal teknik mutakhir; dilengkapi dari buku-buku acuan, buku-

buku petunjuk, pustaka lain, dan dari para pekerja (Kemp, 1 994: 9 1-92); atau (3)

empat pihak, yaitu: s e w a n besar populasi; (calon) konsumer jasa; pengurus

lembap (platihan); dan pneliti atau peremam (Ife, 1W5: 6748).

Uraian di atas menunjukkan bahwa kebutuhan pelatihan dapat diukur dan

selisih antara kompetensi ptokan dengan kompetensi aktual. Kompetensi patokan

dapat disusun berdasarkan teori, sedangkan kompetensi aktual dapat dr ukur

berdasarkan kemarnpuan calon peserta pelatihan sendiri.

Lingkup Sasaran Belajar Pelatihan Petani Tomat dan Cabai

Petani merupakan pelaku agribisnis pada level usahatani (on -farm).

Menurut Bachtiar Rivai (liternanto, 1989: 7), w h t a n i idah organisasi dan dam,

kerja, dm modal yang ditujukm kepada produksi

di

lapangan pertanian. P e m

petani dalam usahataniny a ialah sebagai pernbudidaya dan pengelola (Mosher,

1966: 25). Secara dasar, lingkup sasaran belajar pelatihan petani adalah

pengetahuan dm keterampilam tentang teknik produksi dan manajemen usahatani.

Teknik Budidaya Tomat

Kegiatan produksi dalam usahatani secara m u m dikenal sebagai sapta

w b t a n i , meliputi penggunaan knih unggul, cwok tanarn, pengairan,

pernupukan, pengendalian ham dan penyakit, panen, serta pasca panen.

Benih unggul adalah benih bermutu tinggi, kernurnimya tqamin, kbas

dari hama dan penyakit, serta daya tumbuhnya tinm. Petani dapat menggunakan

k n i h yang dibeli atau memproduksi sendiri. Benih produksi petani hendaknya

berasal dm buah masak di pohon clan sehat, setelah d i w k dibiarkan selama 2-3

(24)

kemudian dikerinbmginkm, selanjutnya &kernas Mam kalenglbotol kering dan

(bila tidak segera digunakan) disimpan di tempt sejuk dan kering.

Penanaman tomat diawali dengm penyemaian benih. Kegiatan

penyemaian benih meli puti: penyiapan bedengan sernai; pemberian pupuk

kandang sebanyak 5 kg/m2; pembenarnan benih sedalarn 0,5-1 cm pada larikan-

larikan kecil berjarak 5 cm; pemeliharaan persemaian dan ganggwn mekanis

maupun kekeringan; dan penyapihan bibit pa& wadah

dan

media khusus setelah

krumur dua minggu di persemaian, lalu dipelihara di tempat yang teduh.

Penyiapan lahan pertanaman meliputi: (1) pembersihan dan penyangkulan

sedalam 25-30 cm dan penghdusan bongkahan tanah; (2) Pembuatan bedengan

benhran lebar 140 cm, t i n a 30 cm, panjang sesuai lahan, dan jar& antar

bedengan S O cm; (3) pembuatan lubang tanam berukuran panjang, lebar dan

dalam 15-20 cm serta jarak sekitar 80x50 cm. Pemberian pupuk dasar secara

tebar merata dengan dosis15-20 ton/ha pupuk kandang, 125 kgha urea, 300 kglha

TSP, dan 100 kgha KC1 (Pmhmmtoro, 2003: 61).

Pernindahan bibit ke lahan pertamman sebaiknya dilakukan setelah

berumur f 30 hari

di

penyapi han. Bibit sebaiknya ditanam dalarn posisi tegak lurus

dalarn lubang tanam, lalu lubang d i n g dengan tapisan atas tanah galian d m

disusul lapisan bawah, kemudian diberi pupuk 5 gram urea dan 7 gram KC1 pada

lubang tugalan atau garitan melingkar pada jarak 5 cm

d m

pokok tanaman,

selanjutnya diberi tudung penaung. (Trisnawati & Setiawan, 2003: 1 4-23).

Pemeliharaan tanaman meli puti pengairan, penyulaman, pengaj iran,

pemupukan, penyiaww pemupukan, pembubunan, pma@=a4

(25)

y m g kurang baik pertwnbuhannya. Pengajiran dilakukan H minggu setelah

tanam. Pemupukan susulan (sebulan setelah tanam) dengan urea 7 gram dan KC1

8 gram, diberikan dalam gantan melingkar 7 cm dari pokok tanaman; atau dengan

urea 125 kglha dan KC1 100 kglha secara tebar merata (Prihmantoro, 2003: 6 1 ).

Penyiangan, pendangiran dm pembubunan dilakukan krsamaam pemupukan.

Pemangkasan terdiri atas pemangkasan tunas mu&, batang, bunga ban buah.

Pengendalian harna dm penyakit meliputi pengamatan gejala dm

pengendaliannya. Beberapa hama tanaman tomat, yaitu nernatoda bisul akar, ulat

tanah, siput, bekicot, d m ulat buah. Beberapa penyakit tanaman tomat, yaitu layu

bakteri, busuk lunak bakteri, cekik oleh cendawan, busuk daun, k c a k kering,

layu cendawan, ujung keriting, tomto mosaics vimv (TMV), dan potato virm

(PVX). Hama &pat diberantas dengan Bayrusil, sedangkan penyakit diberantas

dengan dicabut hingga akar lalu dibakar (Trisnawati & Setiawan, 2003: 22-65).

Pemanenan yang @pat idah saat buah berwarna merah jambu atau

k e m e r a h - m d , di petik dengan memutarnya setengah lingkaran secara hati-

hati. Penanganan hasil pan- meliputi: (1) grading, yrtkni memilah buah atas

tiga tingkat mutu; (2) penyortiran, yakni menghilangkan sisa kelopak bunga yang

menempel pada buah, lalu buah dipilah berdasarkan ukuran yang sama; serta ( 3 )

Pembersihan (pelapan atau pencucian) buah (Tug yono, 2002: 36-38).

Kegiatan teknis pernasaran meliputi pengemasan dm pengangkutan.

Kemasan harus menjamin sanitasi dan kesehatan buah serla melindunginya dari

kerusakan, berpenmpilan memrik, berbahan kuat dm ringan serta murah dan

mudah didapatkan. Pengangkutan hendaknya cepat dan tepat waktu, kondisi tepat,

(26)

T e h i k Budidayrm Cabai Keriting

Tanaman sumber k n i h adalah jenis murni dan sehat. Buah yang dipilih

ialah berbentuk sempuma dan benar-berm matang, tidak cacat, serta bebas hama

dan penyakit, ldu dikeringkan, kemudian bijinya diambil dan disirnpan di ternpat

kering. Menjelang penyemaian, benih direndam dalam air untuk memilih benih

yang bsik bang tenggelam), lalu direndam satu malam dalam air bersuhu 50°C

guna menghilangkan penyakit yang menempel dan agar cepat berkecambah

(Suwandi, Sumami, dm B&ar dulum Santi ka, 2002: 54-55).

Langkah-langkah pern bibitam idah: (1) petnbuatan' bedengan berukuran

lebar 1 m, tinggi 40 cm, dan panjang sesuai kebutuhan; (2) penaburan pup&

kandang 4 kg/m2 dan TSP atau SP-36 halus sebanyak 25 g'rn2, lalu diaduk merata,

selanjutnya p e r a p i h bedengan, kemudian penyiraman agar pupuk segera

bereaksi dengm tanah; (3) pembuatan dur-dur bersilangan berjarak 7,5 X 10 cm,

lalu pada setiap titik persilrtngm disemai satu benih kemudian ditutupi lapisan

tanah atas; (4) Permukaan Mengan ditutupi kain y ang senantiasa dibasahi selama

ernpat hari (Prajnanta, 2003: 28). Perawatan persemaian idah: penyiraman,

penaungan, dm pengendalian hamalpenyakit (Widodo, 2002: 1 8- 1 9).

Penyapan lahan pertanaman ialah: pembajakan atau penyangkulm 2-3

kali, perataan tanah, pembwgan sisa-sisa gulma, pembuatan bedengan atau

guludan setinggi 3 M 0 cm, dan pembuatan lubang tanam menurut sistern baris

tunggal (be- 60-70 crn X 3&50 cm) atau sistem baris ganda (berukuran 50-

40 cm X 30-40 cm).

Bibit ditanam di lahan setelah berumur 21 hari atau berdaun 5-7 helai.

(27)

penanaman dilakukan penyiraman seperlunya (Suwmdi, Sumami,

dan

Bahar

dalam Santika, 2002: 57).

Pemeliharaan tanaman cabai ialah: ( I ) Pemupukan 1 (8 HST) dengan

larutan campuran NPK 3 kg dengan ZA 4 kg dalam 200 liter air, diberikan secara

kocor setiap 5 hari, guna mempercepat pertumbuban vegetatif; (2) Penmgkasan

tunas, bunga, dan daun t u d d i t agar kelembabm udara sekitar tanaman tidak

terldu tinggi, pertumbuhan vegetati f optimal, serangan penyakit terhindarkan,

serta volume dan mutu produksi meningkat; (3) Pengendalian hama dan p e n w t

(10 HST, kemudian 15 HST, selanjutnya setiap 2 rningggu) den@ &is dan cant

sesuai petunjuk pada kemasan obat; (4) Pemkrian ajir (bila cabang-cabang

produktif mulai terbentuk) sepanjang 130-140 cm &lam posisi miring 70-SO0,

disertai lanjaran dan penopang di kiri-kananya; ( 5 ) Pemupukan Il (setiap 4 Mi

panen) dengan campuran ZA:TSP:KCl:pupuk organik = 1:2:1:1, den= cara

tugalan di kiri kanan 15 cm dari pokok batang dan dosis 30 glbatang; atau

men- lamtan campuran NPK:KN03 = 5 : 1 dalam 200 liter air, dengan

cara kocor

dan

dosis 200 cchatang.

Identifikasi harna dm penyakit penting dilakukan guna pencegahan clan

pemberantasannya secltra tepat. Beberapa hama dan penyalut tanaman cabai ialah:

ulat (menyerang pangkal batang tanaman muda, daun dan buah sehingga batang rebah atau daw'buah rontok); aphid (menyebabkan daun mengeriting);

kerontokan bunga dan bakal buah (karena lahan terlampau kering atau terlampau

basah atau kurang mengandung hara atau terserang jamur); kerontokan buah

sebelum merah (akibat drainase lahan h g baik); daun dm Wl bunga

(28)

menyerang akar]; layu sementara (akibat serangan jarnur atau nematoda); kulit

buah berbercak putih (karena tanaman lemah, berdaun sedikit, atau terkena sinru

matahari langsung); ujung buah muda menguning lalu mernbusuk (akibat tanah

ber-pH tidak sesuai zttau berkadar Ca tin&); buah pecah dan akhimya mernbusuk

(akibat pengairan tiba-tiba atau klebihan, atau buah terkena sinar rnatahari

langsung); tanaman kerdil (akibat tanah ber-pH tinggi) (Widodo, 2002: 2440). Di

musim hujaq penyakit yang Iazim menyerang cabai idah antraknosdpatek,

bercak bakteri, layu fusarium, layu bakteri, busuk phytophtora, busuk

kuncupkklik, krcak daun, dan rebah batang (Prajnanta, 2002: 43-49).

Cabai dipanen bila tingkat kernasakan buah 80-90 %, dilakukan pgi hari

setelah embun kering, setiap 3-7 hari, dipetik dengan mendon* buah ke atas.

Penyortiran sebaiknya dilakukan pad. saat maupun setelah p e n . Pengemasan

hendaknya dengan wadah yang mudah diangkat, menjamin kebersi han, ekonomis,

mudah dihitung isinya, berventilasi, dan t a b benturan, sepert~: (a) keranjang

bambu berukuran rusuk alas 40 cm, tinggi 44 cm, dan diameter tutup 50 cm; (b)

karton ukuran 35X40X50 cm, sisi-sisinya berlubmg dengan diamater 1 cm dan

j m k antar titik pusat lubang 10 cm; (c) karung goni bekas pupuk urea 25 kg; (3)

Pengangkutan hendaknya c e p t dan kerusakan buah terjaga (Widodo, 2002: 30).

Manajemen Usahatmi

Petani sebagai manajer usahatani perlu memiliki pengetahuan &n

kderampilan tentang rnanajernen usahatani, khususnya tentang: kecenderungan

harga, pembiayaan, pengelolaan modal, serta ukuran-ukuran keberhasilan

usahatani (Hernanto, 1 989: 9 1 ). Manajer agribisnis perlu mernilikr pengetahuan

(29)

produksi, dan personalia. Kemampuan manajemen keuangan antara lain ialah

keahlian menginterpretasi catatan keuangan (Downey & Erickson, 1989: 4 1).

Catatan usahatani merupakan alat bantu pembuatan keputusan dan

pelaksanmn pengelolaan usahatani, yakni: (1) m e s i s kebemasilan wahtani

selarna priode tertentu; (2) menganalisis keadaan umum keuangan usahatani pada

saat tertentu; ( 3 ) menganalisis kemampuan d t a n i dalam memenuhi tuntutan

kreditur, perubahan, dm perluasan usaha, (4) menganalisis prestasi kerja sehubungan

dengan kemampuan manajemen

dan

hasil-hasil yang hcapai pada & yang laly

serta ( 5 ) memilih alternatif cara penggunaan sumberdaya untuk masa mendatang.

Knteria catatan usahatani yang baik idah menyajikan informasi secara sederhana,

mudah dimengerli, terpercaya, cermat, konsisten, clan tepat waktu, serta

menggambarkan keunikan usahatani (Downey & Erickson, 1989: 1 42- 1 44).

Penyatatan usahatani secara urnum tercakup dalm pembukuan usahatmi.

Kegiatan-kegiatan pembukum usahatani ialah: ( 1 ) inventarisasi kekayaan

wahatani (penghitungan, pengukuran, clan penilaian serta pengelompokhy a

menurut status, sifat, dan fungsinya); (2) penyusunan neraca usaha yang

menggambarkan kedudukan keuaflgan

d m

permodalan usahatani pada waktu

tertentu; (3) penyusunan pernyataan penerimaan dan pengeluaran usahatani dalam

tahun kalender y ang bersangkutan (Hemanto, 1 989: I 36- 1 44).

Petani seyogyany a merniliki pengetahuan

dan

keterampilan perencanaan

usahatani, meliputi: perencanaan lahm, perencaman produksi, perencanam

alokasi produksi, perencanaan temp ke j a , perencanaan sarana produksi,

perencanaan peralatan, dm perencanam modal. Kriteria rencana usahatani yang

(30)

logis. Kegunaan rencana usahatani ialah memudahiran taksasi kebutuhan

sumberdaya dan produksi, memudahkan pengendalian penggmam sumberdaya,

serta memudahkam pengorganisian dan pengoperasian usahatmi (Hemanto, 1989:

254-261).

Petani perlu pula memahami aspek-aspek pemasaran, terutama: ( 1 ) saluran

pemasaran, yakni lembaga-lembaga perantara penjualan produk, seperti

perusaham pemroses, pedagang borongan, pedagang eceran, atau konsumen

akhir; (2) fungsi pemasaran, y a b i informasi pasar, s t a n h s a s i dm penggolongan

mum, penanggungan resiko (Soekartawi, 1987: 153-155).

Faktor-Faktor Terkait dengan Kebutuhan Pelatihan Petani

Petani bukan bagian dari organisasi pelatihan sehlngga boleh saja menolak

materi pelatihan (Lumintang, 2003: 123). Eksperimen cialam Proyek Penyuluhan

Tetu di Kenya menyimpulkan bahwa penentu utama efektivitas penyuluhan ialah

pemberian pembelajaran secara tepat sasaran (Roling et-al, dalam Rogers, 1985 :

86). Simpulan ini menyiratkm perlunya penganalisisan faktor-faktor terkait

dengan k e g atam klajar untuk merancang pelatihan tepat sasaran.

Proses belajar dalam pelatihan merupakan proses komuni kasi

.

Efektivitas

komunikasi terkait dengan (Lionberger & Gwin, 1982: 5-25): ( 1 ) variabel

personal, yaitu pendtdikan, kemampuan manajemen, kesehatan, urnur, dan sikap;

(2) variabel situasional, yaitu ukuran usahatani, kelompk sosial, pawaran

tenaga kerj a, cara berpikir dan bertindak, kebijakan pemerintah, dan nilai-nilai

sosial; (3) variabel pendahuly yaitu akses informasi, saprotan, transprtasi,

peraturan pemerintah, pendldikan penyuluhan, dan tuj uan kelompk; (4) variabel

(31)

Ciriciri petam berkaitan erat dengan keputusan pengelolaan usahatminya

( S o e h w i , 199 1 : 183). Ciri-ciri petani meliputi: ( 1 ) karakteristik sosio-

ekonomik: pendihkan, status sosial, mobilitas sosial, ukuran usahatmi, orientasi

usahatani, sikap terhadap inovasi, dm jenis pekerjaan; (2) variabel personalitas:

tingkat empati, sikap terhadap dogma, intelegensi, sikap fatalisme, motivasi

meningkatkan taraf hidup, serta aspirasi terhadap pendidikan clan pekerjaan; (3)

perilaku komunikasi: partisipi sosial, komunikasi interpersonal dengan anggota

dan bukan anggota sistem sosial, kontak dengan agen pembaharu, intensitas

terdedah media massa, keaktifan mencari informasi rnengenai inovasi,

keanggotaan pada sistem sosial lebih modan (Rogers & Shoemaker, 1987: 93-96].

Dixon (Mardikanto, 1933: 72-75) mengernukdcan beberap sifat individu

yang mempengmh kecepatan adopsi inovasi ialah prasangka inter-personal,

pandangan terhadap kondisi lingkungan yang terbatas, si kap terhadap penguasa,

sikap kekeluargaan, fatalisme, kelemahan aspirasi, hany a berpikir untuk hari ini,

kekosmopolitan, kemampuan berpi kir kntis, dan tingkat kemajuan pemdabannya.

Van den Ban dan Hawkins (1999: 126) merangkum variabel-variabel yang

krhubungan dengan adopsi inovasi ialah penddikan, kemampuan baoa-tulis,

status sosial, ukuran usahatani, orientasi usahatam, si kap t e r W p kredit, sikap

terhadap penhhm, sikap terhadap pendidikan, intelegensi, partisipasi sosial,

kontak kota, kontak dengan agen perubahan, ketersentuhm media massa,

keaktifan berkomunikasi antar-pribadi, keaktifan mencari informasi, pengetahuan

(32)

KERANGKA PIKIR DAN

HIPOTESIS

Petani sayur-sayuran memiliki kompetensi aktual yang masih rendah

untuk berperan optimal dalam sistem agribisnis yang kompetitif, khususnya &lam

lingkup subsistem usahatani maupun kaitan antar subsistem agnbisnis. Hal ini

dapat diatasi melalui pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan petani dan

rnempertimbngkan faktor-faktor terkait dengan kebutuhan pelatihan tersebut.

Kebutuhan pelatihan ialah kesenjangan kompetensi, yaitu selisih antara

kompetensi patokan dengan kompetensi aktual. Kompetensi patokm ialah

kom petensi yang disy aratkan dimiliki seseorang untuk dapat mengerjakan tugas-

tugas pekerjaan (lobs) secara lebih efisien dan efektif. Kompetensi aktual ialah

kompetensi yang telah dimiliki seseorang. Pengerhan tersebut rnenyiratkan,

semakin tin= kompetensi aktual seseorang, semakin rendah kebutuhannya akan

pelatihan di bidang tertentu. Kompetensi aktual yang dimiliki seseorang

merupakan wuj ud keinovatifan dan kapasitas belajar yang bersangkutan.

Kajian pustaka menunj ukkan, faktor-faktor internal dan ekstemal petani

berhubungan positif dengan keinovatifan dan kapasi tas belaj ar petani, maka dapat

diduga berhubungan negatif dengan kebutuhan pelati han petani . Faktor-faktor

internal petani dimaksud ialah: (a) Faktor pribadi dan keluarga, y&i: umur, trngkat

pendidkin formal, jumlah tanggungan keluarga, pengdaman bemahatmi, jumlah

pghasilan, dm jumlah pelatihan yang pernah diikuti; (b) Faktor d t a n i ,

mi:

has penguasaan lahan, status penguasaan lahan, j umlah peke j a tetap, clan j umlah

modal. Faktor-faktor eksternal petani dimaksud ialah: keakti fan berkelompok,

(33)
[image:33.612.94.519.99.423.2]

Kerangka piku yang duraikan & atas secara jelas disajikan pa& Gambar 1

Gambar 1

.

Bagan kerangka pikir tentang hubungan antara peubah bebas dengan kebutuhan pelatihan petani

Hipotah

( 1 ) Diduga, semukln r inggl taraf faktor-faktor internal (umur, tingkat pendidi kan

formal, j umlah tanggungan keluarga, pengalaman h s a h a t a n i , j umlah

penghasilan, j umlah pelatihan yang pernah dii kuti, luas penguasaan lahan,

status penguasaan lahan, jumlah modal usahatani, dan jurnlah pekerja tetap

usahatani) semukin rendah taraf kebutuhan pelatihan petani sayur-sayuran.

(2) Diduga, semakin tinmi taraf faktor-faktor eksternal (tingkat keaktifan

berkelompok, tingkat keaktifan berkonsultasi pada sesama, d m tingkat

keakti fan berkonsultasi pada penyuluh) semakin renduh taraf kebutuhan

pelati han petani sayur-say wan.

1.a. Faktor internal petani: Faktor Pribadi & Keluarga ,

*P Umur (Xlal)

-

-+

-

-

-

-

-

-

-

-

Tingkat penddikan formal - (XI,)

Kebutubrm Pelatihao

Petani

=

Jurnlah tanggungan keluarga

=

Pengalaman berusahatani

l2-I

-

@lad

-

.P Tingkat keaktifan berkelompok

-

Jumlah penghasilan

-

ma51

@ Jumlah pelatihan yang pernah diikuti

W I A ~

1.b Faktor internal petani: Faktor Usahatmi

@11)

*

Luas penguasaan lahan

Status penguasaan lahan

-

Jumlah peke j a tetap

-

s Tingkat keaktifan betkonsultasi pada sesama -

K2)

Ti ngkat keakt i fan berkonsultasi pada penyul uh

m,3)

vl.hl) - @l.b2) Vlh3)

-

-

-

5- Jurnlah modal @I ..h4)

(34)

METODE PENELITIAN

Populasi dan h m p e l

Poputasi penelitian adalah seluruh petani di Kecamatan Sukanagara ymg

kmdmtani tomat dan cabai keriting terus-menerus sejak tahun 2001 sampi

2003. Sarnpel ditentukan secara bertahap (multistage sampling), sebagai berikut:

( I ) Penentuan desa m p e l secara purposif. Desa Sukajernbar, Desa Sindangsari,

dan

Desa Sukamgm dipilih karena rnerupakan sentra produksi tomat dm

cabai keriting di Kecamatan Sukanagara.

(2) Penentuan kelompok tani sampel secara a& sederhana. Kelompok Tani Pasir

Kupa dari 10 kelompok tani di Desa Sukajembar, Kelompok Tani Sadar Karya

dari tujuh kelompok tani & Desa Sindangsari, dan Kelompok Tani Saluyu

Sukapakar dari tujuh kelompok tani di Desa Sukanagara terpilih sebagai

kelompok tani sampel.

(3) Penentuan petani responden. Semua anggota kelompok tani sampel yang

krusahatani tomat clan cabai keriting terus-menerus sejak tahun 2001 sarnpai

2003 secara Iangsung dijadikan responden, yakni 16 orang di Desa

Sukajembar, 19 orang di Desa Sindangsari, dan 18 orang di Desa Sukanagara,

sehingga total 53 orang.

Perancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif korelasional dengan

metode survey, yakni penelitian yang menjelaskan hubungan antar-peubah sesuai

kemqka pkir teoritis dan rnenguji hpotesis serta membuat prediksi dan irnplhsi

(Wagiono &am Sam@, dkk, 1994: 34), benlasarkan data sampel yang d~kumpkan

(35)

Peubah-peubah yang diijelaskan terdiri atas peubah bebas dan peubah tidak

b e h . Peubah tidak bebas ialah taraf kebutuhan pelatihan petani. Sedangkan

peubab bebas dikelompokkan atas faktor-faktor sebagai herikut:

(1 ) Faktor-faktor intern1 petani, rneliputi: (a) faktor pribadi

dan

keluarga petani

(umur, tingkat pendidikan formal, jumlah tanggungm kel- pengalaman

bemahatam, jumlah peqghasilan dan jumlah pelatihan yang pernah diikuti);

serta

(b)

faktor usahatmi (luas penguasaan lahan, status penguasaan lahan,

jumlah modal, clan jumlah pekerja tetap); serta

(3) Faktor ekstertlal petani, y akni tingkat keaktifan krkelompok, tingkat keakti fan

berkonsultasi pada sesama petani, clan tingkat keaktih berkonsultasi pa&

penyuluh.

Data dan hstrumeatasi

Data

Data penelitian terdiri atas data primer dan data sekunder. Data sekunder

adalah tentang keadaan mum Kecamatan Sukanagara, sedangkan data primer

adalah tentang peubah-peubah penelitian tersebut di atas.

Instrumentaai

Instrumen penelitian ialah kuesioner yang disusun dalam bentuk

pertanyaan semi tehuka dengan m e n p u pada definisi istilah yang telah

dirumuskan. Kuesioner terdiri atas: (1) P e n m a n peubah-~ubah dari faktor

internal petani dari segi keluarga dan pribadi petani; (2) Pengukmn peubah-

peubah dari f&or internal petani dari segi usahatani; (3) Pengukuran peubah-

peubah faktor eksternal petani; (4) Pengukuran kompetensi aktual petani; dan ( 5 )

(36)

Uji Validitas Instrumen

Uji validitas instrumen penelitian ialah uji keteptan isi dan keg- alat

ukur sehingga mengukur ha1 sebenarnya

(Ha@

ddam Singarimbun & Effmd~,

1982: 96). Uji validitas dilakukan dengan cara: (a) telaah kepustakaan yang

berhubungan dengan manajemen usahatmi, teknik budidaya tomat dan cabai

keri tin& analisis kebuhihan pelatihan, serta faktor-faktor yang berhubungan

dengan kebutuhan pelatihan petani; (b) memperhatikan saran-saran para ahli dm

be berapa disiplin ilmu serta beberapa praktisi setempat yang terkai t dengan

penelitian (Penyuluh Pertanian Lapangan dan Petugas Pengainat &a).

Pendekatan tersebut dimaksudkam untuk mengoptirnalkan validitas kuesioner dari

segi isi (content), hiteria yang khubungan (criterion related), dan konstruk

(construct) (Kerlinger, 2002: 73 1 ).

Uji Reliabilitaa Instrumen

Kuesioner diuji-coba p a mengukur reliabilitasnya, yakni mengukur

tingkat kernantapan (stability), keteramalan (predictability) dan keterpayaan

(depe&biliiy), dan ketelitian (accurubility) kuesioner (Nazir, 1 999: 16 1 ). Uj i-

coba dilakukan dua Mi dalam waktu yang berbeda, p d a dua 20 orang petani

bukan sampel penelitian. Data hasil uji-cobrt handisis menggunakan rumus

(Kerlinger, 2002: 170)

Keterangm: r = kwfisien reliabilitas

p = koefisien korelasi Spearman.

Hasil uji reliabilitas hperoleh r = 0,854. Hal ini berarti bahwa instrumen

(37)

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dari bulan April s a m p Juli 2004. Data

sekunder dikumpulkan melalui studi dokurnenter di kantor desadesa sampel, BPP

Kecamatan Sukanagam, Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur, dan Kantor

Dinas Pertaman Kabupaten Cianjur. Data primer dikumpulkan selain melalui

wawancara dengan petani sampel, juga melalui observasi W t a n i .

Guna mengatasi bias pemahaman responden atas isi pertanyam kuesioner

atau kendala pen- bahasa, wawancara didamping PPL seternpat. PPL

dimaksud dilatih dan diuji coba terlebih dahulu agar menerjemahkan pertanyam

kuesioner secara tepat.

Data mentah tiap peubah diolah menjadi data ordinal. Kategorisasi dm

skoring data peubah bebas dilakukan berdasarkan pedoman sebagaimana terli hat

Guna mengetahui kecenderungan setiap peubah penelitian dilakukan

analisi s deskriptif. Guna mengetahui data peubah-peubah penelitian dari berbagai

desa dan kelornpok tani sarnpel terandalkan untuk menghasilkan infknsi yang

berlaku secara urnum pada populasi penelitian, maka dilakukan analisis perbedaan

peringkat setiap peubah antar-desa sampel dengan menggunakan Uji Kruskal

Wallis, berdasarkan rumus (Siegel, 1985: 230):

di mana :

H

= ~2 = Koefisien perbedaan peringkat peubah antar desa sampel

k = ban yak sampel

nj = banyak kasus pada peringkat k e j

(38)

Peringkat suatu peubah disimpulkan berbeda nyuta antar-desa sam pel apabila H

memiliki nilai p 5 p ( b ~ 2 , ~ pada a = 0,05; dm disimpulkan berbeda sangat

nyuta antar-desa sampel apabila

R

memiliki nilai p 5 p l- ~2 pada a = 0,Ol;

serta disimpul kan berbedu tidak nyara apabila p > p lt.bel ~ 2 , pada at = 0,OS.

Guna mengetahui taraf perklaan kesenjangan kompetensi petani antara

bidang rnanajemen usahatani dengan bidang teknik budidaya dilakukan analisis

mgam satu arah (one-way analysis of variance) berpasangan (Agresti & Finlay,

Guna mengetahui arah dan derajat hubungan antara tiap peubah

independen dengan kebutuhan pelatihan petani dilakukan uj i korelasi peringkat

Spearman, dengan rumus sebagai berikut (Siegel, 1985: 255):

6zd l 2

rs = 1=1

N > - N

Keterangan: r, = koefisien korelasi rank Spearman

di = selisih rank antara dua pehbah N = jumlah sampel

Dua peubah disimpulkan berhubungan rryuto apabila r,h 5 r,t pada a = 0,05; clan

disimpulkan berhubungan sungut nyatu apabila r,h I r,t pada ol = 0,01, serta

(39)

HASIL

DAN

PEMBAHASAN

Keadaan Umum Keamatan Sukanagara

Letak dan Luas Wilayah

Kecamatan Sukanagara merupakan satu dari 24 kecamatan di Kabupaten

Cianj ur Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Sukanagara termasuk dalam Wi layah

Pembangunan Tengah (WPT), bersama-sama dengan Kecarnatan Pagelaran dan

Kecamatan Kadupandak di selatannya, Kecamatan Takokak di baratnya,

Kecarnatan Campaka di utaranya, dan Kecamatam Campaka Mulya di timurnya,

serta Kecamatan Tanggeung yang tidak berbatasan langsung dengannya.

Kecamatan Sukanagara terdiri atas 10 desa, meiiputi 25 dusun, 63 RW,

dan 242 RT. Ibukota Kecamatan Sukanagara ialah Desa Sukanagara, be jarak

*

45 km dari ibukota kabupaten. Desa te jauh ialah Desa Sukajembar, 24 km dan

ibukota kecamatan atau 134 krn dari ibukota kabupaten.

Luas wilayah Kecamatan Sukanagara ialah 16.605,765 ha. Penggunaan

lahan meliputi perkebunan 4 1,82%, hutan negara 28,76%, tegalan 14,36%, hutan

rakyat 1 1,18%, sawah 3,06%, dan lain-lain 0,82%. Jenis penggunaan lahan terluas

ialah perkebunan, terdiri atas perkebunan teh dan jeruk milik negara dan swasta

(BPPS Cianjur, 2003). Petani bedatmi tomat dan cabe keriting menggunakan

lahan sawah dm tegalan milikinya, serta menyewa lahan perkebunan dan tanah

desa yang tidak termanfaatkan.

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kecarnatan Sukanagara per Juni 2003 adalah 45.279

(40)

bulan Juni 2003 tersebut belum tersedia sehingga tinjauan ini menggunakan data

menurut keadaan pada tahun 2002 (Dokumen Mantis Kecamatan Sukanagara).

Jumlah penduduk laki-laki dm perempuan hampir berimbang, y b

masing-masing sekitar 50 %. Total penduduk d e w ialah 27.446 orang dan

2 1.664 orang (78,86%) di antaranya memiliki mata pencaharian tertentu.

Sekitar 85% penduduk Kecamatan Sukanagrrra tamat SD dan tidakbelum

tamat SD. Sisanya, sekitar 15% tamat SLTP atau lebih tinggi. Hal ini berarti,

tingkat pendidikan formal penduduk Kecarnatan Sukanagara adalah rend&.

Hampir setengah dari seluruh penduduk yang bekerja adalah petani dan

buruh tani. Penduduk dewasa yang bermata pencahanan pokok bukan petani

krusahatani sebagai pekerjaan sambilan. Hal ini berarti bahwa pertaman

mempakan Iapangan peke jaan terpenthg bagi penduduk Kernatan Sukanagara.

Gambar

TABEL .................................................................................................
Gambar 1 . Bagan kerangka pikir tentang hubungan antara peubah bebas dengan
Tabel 1 menunjukkan, tanaman tomat dan cabai keriting diusahakan dalam
Tabel 2. Sebaran responden menurut kategori aspek prof11 dm desa sarnpel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena hasil ES merupakan nilai delta, maka set point pada kedua kontroler tersebut merupakan nilai set point laju aliran reflux dan steam reboiler awal dan ditambahkan

Analisis data dilakukan dengan mengambil data barang berupa data penjualan ban dalam 3 tahun terakhir, disamping itu data persediaan ban juga dijadikan sebagai data analisa jumlah

Semua proses yang terjadi dalam perpustakaan SMP Negeri 12 Kotabumi merupakan proses yang sangat sederhana, seperti peminjaman buku, pengembalian buku, pendataan

Hasil penelitian Suaryana (2008) yang juga menguji pengaruh konservatisme laba terhadap koefisien respon laba bahwa earnings response coefficient perusahaan yang

1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi.. terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih. Pengukuran. sekurang kurangnya dua kali pemeriksaan

Untuk mengaktifkan Menu Home, coba anda klik tab Menu Home pada tab menu atau tekan Alt+H, perhatikan ribbon menu yang tampil.. Untuk mengaktifkan Menu Insert,

Mereka merujuk kepada al-Qur’an dalam rangka untuk mengangkat dan memuliakan al-Qur’an serta betul-betul mencoba menguak dan menemukan nilai-nilai yang agung

Dari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa hasil terbaik pada deposisi lapisan nikel adalah pada penggunaan 3 persen berat glukopon pada larutan deposisi. Semakin