No Tanggal Pengujian Titik-titik Kolektor Surya Temperatur Maksimum
1 04 Januari 2016 Air Masuk 460C
Pukul 12.41 WIB Pipa Tembaga 520C
Ruangan Kolektor Surya 570C
Kaca Penutup 2 580C
Ruangan Kolektor Surya 490C
Kaca Penutup 2 490C
Temperatur Air Laut 460C
Plat Absorber 520C
3 06 Januari 2016 Air Masuk 390C
Pukul 11.49 WIB Pipa Tembaga 490C
Ruangan Kolektor Surya 600C
Kaca Penutup 2 560C
Temperatur Air Laut 430C
Plat Absorber 620C
4 07 Januari 2016 Air Masuk 410C
Pukul 11.58 WIB Pipa Tembaga 440C
Ruangan Kolektor Surya 460C
Temperatur Air Laut 450C
Plat Absorber 510C
5 08 Januari 2016 Air Masuk 500C
Pukul 14.50 WIB Pipa Tembaga 610C
Ruangan Kolektor Surya 690C
Kaca Penutup 2 720C
Kaca Penutup 1 410C
Air Keluar 600C
Permukaan Kayu 390C
Air Sirkulasi 540C
Air Keluar dari APK 540C
Temperatur Air Laut 560C
Plat Absorber 820C
6 09 Januari 2016 Air Masuk 440C
Pukul 12.03 WIB Pipa Tembaga 540C
Ruangan Kolektor Surya 660C
Kaca Penutup 2 680C
Kaca Penutup 1 510C
Air Keluar 540C
Permukaan Kayu 360C
Air Sirkulasi 470C
Air Keluar dari APK 500C
Temperatur Air Laut 500C
DAFTAR PUSTAKA
[1] Duffie John A. & Beckmann William A. 1991. Solar Engineering of Thermal
Processes. John Wiley & Sons, Inc, New York.
[2] Philip Kristanto & James Laeyadi. Kolektor Surya Prismatik. Jurnal Teknik
[4] Inti solar. Kolektor Flat.http://www.intisolar.com/news/kolektor_flat.html.
Diakses tanggal 15 Februari 2016.
[5] Rosa Yasmendra. Rancang Bangun Kolektor Surya Plat Datar Energi Surya
untuk Sistem Pengeringan Pasca Panen.Jurnal Teknik Mesin
Politeknik Negeri Padang Vol.4, No.2, Desember 2007;ISSN
1829-8958.
[6] Handoyo E.A. Pengruh Jarak Kaca ke Plat Terhadap Panas yang Diterima
Suatu Kolektor Surya Plat Datar. Jurnal Teknik Mesin Universitas
Kristen Petra Vol.3, No.2, Oktober 2001:52-56.
[7] Tirtoatmodjo R. Handoyo E.A. Unjuk Kerja Pemanas Air Jenis Kolektor
Surya Plat Datar dengan Satu dan Dua Kaca Penutup. Jurnal Teknik
Mesin Universitas Kristen Petra Vol. 1, No.2, Oktober 1999:115-121.
[8] Philip K, San Y.K. Pengaruh Tebal Plat dan Jarak Antar Pipa Terhadap
Performansi Kolektor Surya Plat Datar. Jurnal Teknik Mesin
Universitas Kristen Petra Vol.3, No.2, Oktober 2001:47-51.
[9] Literatur 2 Hal 250
[10] Literatur 2 Hal 296
[11] http://www.google.com/flat-platecollector//gambar.html
[12] http://www.google.com/consentratorcollector.html
[14] http://www.google.com/evacuatedreceivedpicture.html
[15] http://en.wikipedia.org/wiki/Solar_water_heating
[16] Literatur 2 Hal 23.
[17] Literatur 3 Hal 27-28.
[18] Literatur 3 Hal 30-37.
[19] Welty, Wicks, Wilson, Rorrer. Fundamental Of Momentum, Heat, And Mass
Transfer. 2002. Vol.2. Edisi Ke-empat, Alih Bahasa, Ir. Gunawan
Prasetio. Erlangga, Jakarta. Hal : 2.
[20] http://bloghasnan
blogspot.com/2012/04/memahami.sifat-sifat.dasar.aliran.html
[21] Cengel, A. Yunus. 2002. Heat Transfer. Ebook Edition. Hal : 28.
[22] Koestoer, Raldi Artono. 2002. Perpindahan Kalor. Edisi pertama. Salemba
Teknika, Jakarta. Hal : 187.
[23] Matuska T.Z. hal.V Mathematical Model and Desaign Tool KOLEKTOR 2.2
Referrence Handbook (3rd draft, 01-2009). Czech Technical
University in Prague, Faculty of Mechanical Engineering Dept. Of
Environmental Engineering; 2009.
[24] Lienhard IV JH. Lienhard V JH. A Heat Transfer Textbook, Third Edition
Phlogiston Press. Cambridge Massachusetts; 2003.
[25] Johnson’s D. Table of absorptivity and emissivity of common materials and coatings. http://www.solarmirror.com/fom/fom-serve/cache/43.html.
Diakses tanggal 20 Februari 2016
[26] L. Streeter, Victor. 1995. Mekanika Fluida jilid 2. Alih Bahasa, Arko Prijono,
M.S.E. Erlangga, Jakarta. Hal : 10.
[27] Literatur 26 Hal 2.
[28] Literatur 26 Hal 95.
[29] Literatur 26 Hal 103.
[30] Soteris. A.Kalogirou (2009),Solar Energy Engineering, Printed in the United
States Of America
[31] Mehmet Esent, Hikmet Hesen, (2005), Experimental Investigation Of A Two-
Phase Closed Thermosyphon Solar Water Heater, Solar Energy 79
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Pelaksanaan Penelitian
Metedologi merupakan tahapan-tahapan dalam pengerjaan skripsi.
Penelitian ini dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang meliputi :
Tidak
Ya Tahap Persiapan :
1. Perancangan kolektor surya
2. Persiapan tangki air laut dan sirkulasi 3. Pembuatan pipa distribusi dan APK 4. Pengujian kolektor surya
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November 2015 sampai Februari 2016
bertempat di gedung lantai IV Magister Pascasarjana Teknik Mesin, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3.3. Metode Perancangan
Perancangan alat pemanas air meliputi kolektor surya. Kolektor yang dipilih
adalah plat datar.
Kolektor surya ini nantinya sebagai pengganti pemanas (heater) pada
desalinasi air laut dengan suhu air laut yang dicari adalah 270C – 500C. Tujuannya
untuk mendapatkan uap air murni yang dikondensasikan melalui evaporator
dalam keadaan vacuum sehingga menghasilkan air murni dan konsentrat garam,
juga mengurangi penggunaan arus listrik atau bahan bakar untuk memanaskan air
laut. Oleh karena itu pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam perancangan ini,
yaitu ekonomis, produktifitas tinggi, mudah pembuatan dan mudah dioperasikan.
Perancangan kolektor yang akan dibahas meliputi plat absorber, penutup
transparan (kaca) dan isolasi pada kolektor. Adapun langkah perancangan terdiri
dari 4 tahap atau fase, yakni : (Pahl dan Beitz)
1. Fase perumusan (Formulation Phase)
2. Fase fungsi (Functional Phase)
3. Fase perancangan (Design Phase)
4. Hasil (Result)
3.4. Perancangan Kolektor surya
3.4.1. Perancangan Kaki Penyangga
Untuk kaki penyangga kolektor surya ini haruslah kuat dan kokoh karena
memiliki fungsi sebagai tumpuan kolektor dan dudukan lemari yang dirangkai dan
dilas. Pemilihan bahan kaki penyangga kolektor surya ini mempertimbangkan
beban yang akan dipikul oleh penyangga tersebut, oleh karena itu bahan yang
3.4.2. Perancangan Absorber
Perancangan absorber pada kolektor surya berfungsi untuk menyerap radiasi
surya dan mengkonversikannya menjadi panas. Energi dialirkan melalui fluida
kerja udara secara konveksi. Absorber yang dirancang disini, yakni plat
alumunium. Dengan mengacu fungsinya sebagai absorber, maka dipilih sifat
bahan antara lain.
Absorbsivitas tinggi ( )
Emisifitas panas rendah ( )
Kapasitas panas kecil (Cp)
Konduktifitas besar (k)
Refleksi rendah ( )
Tahan panas dan tahan korosi
Kaku dan mudah dibentuk
Ada di pasaran
Bahan-bahan yang biasa dipakai untuk plat pengumpul panas yakni: seng,
alumunium, tembaga, kuningan dan baja. Sesuai dengan pertimbangan diatas
dalam perancangan ini digunakan plat alumunium dengan ketebalan 0,3 mm dan
permukaannya dilapisi dengan cat hitam kusam (dof), agar tidak terjadi korosi dan
mempunyai absorbsivitas maksimum.
3.4.3. Perancangan Kaca Penutup
Kaca penutup berfungsi untuk meneruskan radiasi surya dan mencegah
panas yang keluar dari kolektor ke lingkungan pada bagian atas. Berdasarkan
fungsi ini maka kaca penutup harus mempunyai sifat:
Transmisivitas tinggi
3.4.4. Perancangan Isolasi
Isolasi berfungsi untuk memperkecil panas yang hilang dari kolektor ke
lingkungan pada bagian belakang dan samping kolektor. Pada isolasi terjadi
perpindahan panas secara konduksi sehingga kehilangan panas dipengaruhi oleh
sifat-sifat bahan. Isolasi yang digunakan adalah:
Konduktifitas termal bahan (k) kecil
Mudah dibentuk dan praktis
Tahan lama
Ada di pasaran
Isolasi yang dirancang pada kolektor surya terdiri dari 3 lapisan, tujuannya adalah
agar dapat mengurangi panas yang terbuang ke lingkungan akibat perpindahan
panas konduksi, yaitu: rockwoll, sterofoam, dan kayu triplek yang berfungsi juga
sebagai frame daripada kolektor.
3.5. Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan alat dan bahan untuk perancangan dan
pengukuran selama proses pembuatan dan pengujian.
3.5.1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian di antaranya :
1. Pemotong pipa tembaga (Tube Cutter)
Digunakan untuk memotong pipa tembaga. Prinsip kerjanya adalah dengan
menjepit dan memutar pipa tembaga sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan.
2. Las Gas
Digunakan untuk menyambung pipa tembaga antara satu dengan yang
lainnya mengunakan pipa sambungan U.
Gambar 3.3 Las Gas
3. Pompa
Pompa yang digunakan untuk mensirkulasikan air ke dalam pipa tembaga
adalah pompa aquarium yang memiliki daya cukup rendah.
Dengan spesifikasi pompa sebagai berikut :
Merk/model : Armada AR-1800
Frequence : 50 Hz
Tegangan/frekuensi : 220-240 V
Daya : 28 Watt
Total head : 1.5 m
Kapasitas maksimum : 1500 L/H
4. Gelas ukur
Digunakan untuk mengukur jumlah air yang masuk kedalan bejana air laut
dan air sirkulasi. Dalam bejana 1 air laut diisi sebanyak 20 Liter dan
bejana 2 sebagai air sirkulasi sebanyak 10 liter.
Gambar 3.5 Gelas ukur
5. Agilent (Termokopel)
Digunakan untuk mengukur suhu di setiap titik pada kolektor maupun
tangki air.
Gambar 3.6 Agilent (termokopel)
Spesifikasi agilent :
a. Daya 35 Watt
b. Jumlah saluran termokopel 20 buah
c. Tegangan 250 volt
d. Mempunyai 3 saluran utama
e. Ketelitian termokopel 0,030C
f. Dapat memindai data hingga 250 saluran per detik
h. Fungsional antara lain pembacaan suhu termokopel, Resistence
Temperature Detector (RTD), termistor, dan arus listrik AC
6. Hobo Microstation Data Logger
Digunakan untuk mengukur temperatur udara, kecepatan angin, intensitas
cahaya dan kelembaban.
Gambar 3.7 Hobo Microstation data logger
Spesifikasi sebagai berikut :
a. Skala pengoperasian : 200– 500C dengan baterai alkalin
400– 700C dengan baterai litium
b. Input sensor : 3 sensor pintar multi channel monitoring
c. Dimensi : 8,9 cm x 11,4 cm x 5,4 cm
d. Berat : 0,36 kg
e. Memori : 512Kb penyimpanan data nonvolatile flash
f. Interval pengukuran : 1 detik – 18 jam (tergantung pengguna)
g. Akurasi waktu : 0 - 2 detik
7. Anemometer
Digunakan untuk mengukur kecepatan aliran udara yang mengalir pada
Gambar 3.8 Anemometer
Spesifikasi :
Measuring Range of Temperature : -100C to 450C
Wind Speed Measuring Range : 0.3 to 30 m/s
Accuracy of Temperature : ± 20C
Accuracy of Wind Speed : ± 30C ± 0.1 dgts
Wind Speed Unit Selection : m/s,ft/min,knots,km/hr,mph
3.5.2. Bahan
1. Besi siku
Bahan ini digunakan sebagai kerangka atau dudukan dari bagian isolator
pada kolektor surya, ukuaran dari kerangka ini adalah panjang 126 cm, lebar 66
cm dan tinggi 20,5 cm.
Gambar 3.9 Kerangka Besi
2. Kayu Triplek
Bahan ini digunakan sebagai bagian luar pada kolektor surya, juga
Konduktivitas termal kayu adalah 0,140 W/mK. Ukurannya adalah dengan
panjang 125 cm, lebar 64 cm. Ketebalan triplek yang digunakan adalah 7 mm.
Gambar 3.10 Kayu Triplek
3. Rockwool
Bahan ini digunakan sebagai lapisan isolator, digunakan untuk mencegah
panas dari kolektor hilang keluar. Jenis rockwool yang dipakai adalah wire mesh
yang memiliki konduktivitas 0, 042 W/mk. Pada rancang bangun ini ketebalan
rockwool yang dirancang pada kolektor adalah 60 mm.
Gambar 3.11 Rockwool
4. Gabus (Sterofoam)
Bahan ini digunakan sebagai lapisan isolator, untuk mencegah kehilangan
panas pada kolektor surya. Konduktivitas sterofoam adalah 0,036 W/m.K.
Gambar 3.12 Gabus (Steorofom)
5. Kaca
Bahan ini digunakan sebagai jalur masuknya radiasi matahari dan untuk
mengurangi udara panas yang berada didalam kolektor agar tidak keluar, dalam
hal ini kaca penutup dibuat 2 lapis dengan ukuran sebagai berikut.
Kaca Penutup I
a. Panjang = 1000 mm
b. Lebar = 500 mm
c. Tebal = 5 mm
Kaca penutup II
a. Panjang = 1200 mm
b. Lebar = 600 mm
c. Tebal = 5 mm
Konduktivitas termal kaca berbahan glass adalah 1,3 W/m.K, transmisivitas ( ) =
0,85, refleksi ( ) = 0,09 absorsivitas ( ) = 0,06 dan emisivitas ( ) = 0,88.
6. Plat Aluminium
Bahan ini digunakan sebagai absorber. Plat aluminium ini memiliki
konduktivitas yang baik yaitu sebesar 237 W/m.K, emisivitas ( ) = 0,97 diberi cat
hitam agar radiasi yang masuk pada kolektor surya akan diserap sepenuhnya oleh
plat.
Gambar 3.14 Plat Alumunium
7. Pipa tembaga
Bahan ini digunakan sebagai penukar kalor untuk sirkulasi air, pipa tembaga
memilki penyerap dan penghantar panas yang baik. Konduktivitas tembaga adalah
385 W/m.K. Ukuran pipa tembaga yang digunakan adalah dimater ¼ inchi (6,35
mm), panjang total 18 m.
Gambar 3.15 Pipa tembaga
8. Air murni dan air laut
Air murni digunakan sebagai sirkulasi pada pipa penukar kalor untuk
memanaskan air laut, sedangkan air laut yang akan dipanasi untuk mendapatkan
9. Poros (pejal)
Bahan ini digunakan sebagai penyangga kolektor yang akan disambungkan ke
bearing, untuk mengatur kemiringan dari kolektor surya.
Gambar 3.16 Poros (pejal)
10.Bearing
Bahan ini digunakan sebagai penyangga poros, untuk mengatur kemiringan dari
kolektor surya.
11.Tangki Air sirkulasi
Tangki ini terbuat dari sterofoam. Digunakan sebagai tempat air sirkulasi yang
akan dipompakan ke dalam pipa tembaga pada pada kolektor, ukuran dari
tangki ini adalah tinggi 30 cm, lebar 40 cm.
12.Tangki Air laut
Digunakan sebagai tempat air laut yang akan dipanasi oleh pipa penukar kalor,
ukuran tangki ini yaitu 0,3 m x 0,3 m x 0,4 m
Gambar 3.18 Tangki air laut
13.Penyangga Kolektor surya.
Digunakan sebagai penyangga atau dudukan pada kolektor surya. Ukurannya
adalah panjang 1,7 m x 1 m x 1,25 m.
3.6. Set Up Experimental
Kabel termokopel yang terhubung ke agilent ditempelkan ke plat absorber,
kaca, kayu, pipa tembaga, kaca, ruang kolektor, air laut dan air sirkulasi. Untuk
memperoleh data-data temperatur dalam setiap menitnya (interval waktu
perekaman dapat disesuaikan). Lalu pada bagian belakang agilent dipasang
flasdisk untuk merekam data-data temperatur dari setiap kabel-kabel tersebut,
kemudian tekan tombol scan pada agilent, lalu dihubungkan ke laptop
menggunakan kabel data USB. Setelah proses perekaman selesai, data dari kedua
alat ukur ini dapat dilihat pada laptop dalam bentuk Microsoft excel.
Gambar 3.16 Set Up Experimental
Aigilent Kabel Termokopel
1
2
3
6
7
4
8
5
10
9
Tabel 3.1 Titik-titik Pengukuran Temperatur pada Kolektor Surya
Chanel 101 Air Masuk Titik 1
Chanel 108 Air Keluar Titik 2
Chanel 112 Pipa Tembaga Titik 3
Chanel 113 Air Sirkulasi Titik 4
Chanel 114 Air Laut Titik 5
Chanel 115 Plat Absorber Titik 6
Chanel 116 Kaca Atas Titik 7
Chanel 117 Air Keluar APK Titik 8
Chanel 118 Ruangan Titik 9
Chanel 119 Kaca Bawah Titik 10
Berikut prosedur dalam pengujian, adapun langkah-langkah pengaturan agilent sebagai berikut :
1. Tentukan titik-titik yang akan diukur pada kolektor surya, yang tertera pada tabel diatas.
2. Hubungkan termokopel yang telah dipasang pada kolektor ke Agilent data
acquisition.
3. Tandai kabel-kabel termokopel sesuai chanel pada agilent data acquition dengan memberi label supaya data pengukuran tidak tertukar.
4. Masukkan flasdisk ke port usb.
5. Hidupkan alat dengan menekan tombol on/off.
6. Tekan tombol interval untuk mengatur lama pengukuran yang akan dilakukan. Selanjutnya gunakan tombol pemindah angka dan switch perubah angka untuk mengatur waktu yang diinginkan.
7. Jika batas pengukuran telah dicapai, tekan tombol scan lama sampai muncul scan stop pada display alat, kemudian keluarkan flasdisk.
8. Data pengukuran temperatur telah tersimpan dalam format Microsoft
BAB IV
RANCANG BANGUN DAN HASIL DATA
4.1. Rancang Bangun Alat
Gambar 4.1 Kolektor Surya
4.1.1. Penyangga Kolektor Surya
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, rangka alat pemanas ini
memiliki fungsi sebagai tumpuan kolektor. Oleh karena itu haruslah kuat dan
kokoh, maka bahan yang dipilih yaitu besi siku ketebalan 3mm. Pada rancang
bangun ini, penyangga alat pemanas air ini memiliki dimensi dengan panjang 1,7
m, lebar 1 dan tinggi 1,25 m, dan ukuruan dari besi siku L tersebut adalah 5cm x
5cm.
4.1.2. Perancangan Tangki Air Laut.
Pada perancangan tangki air laut dirujuk dari kapasitas evaporator pada skripsi
Frengky Nababan, 2016 hal (33-34). Untuk menguapkan air laut sebanyak 20
panjang 0,3 m, lebar 0,3 m dan tinggi 0,4 m, terbuat dari bahan fiber glassdan
diisoalsi agar panasnya tidak mudah hilang.
Luas alas = p x l sehingga A = 0,3m x 0,3m = 0,09 m2
Maka; V = A x t = 0,036 m3
Dimensi yang diperoleh, p = 0,3m; l = 0,3m; t = 0,4m.
Gambar 4.2Perancangan Tangki
4.1.3. Perancangan Pipa Air Sirkulasi.
Perancangan pipa pada kolektor.
Pipa yang digunakan pada kolektor adalah pipa tembaga, ukuran ¼ inchi (6,35
Gambar 4.3 Perancangan Pipa
Perancangan pipa pada tangki air laut.
Perancangan pipa sebagai penukar kalor pada tangki air laut, dengan jenis pipa
tembaga galvanize, ukuran ¼ inchi (6,35 mm), panjang 2 m.
Gambar 4.4 Pipa Penukar Kalor
Jumlah energi panas untuk menaikkan temperatur air (qA)dapat dihitung. Dimana
laju aliran air yang melewati pipa-pipa penukar panas adalah 400ml/menit atau
0,0004m3/menit.Pada tanggal 4 Januari 2016, temperatur rata-rata antara air
sebelum masuk dan keluar pipa ̅A = (30,14+38,96)/2 = 34,55oC maka dari
lampiran 3 dan4 diperoleh sifat-sifat air A = 994,3 kg/m3dancpA = 4178 J/kg.K.
Sedangkan massa air mApada menit pertama adalah:
ṁA = A × QA
= 994,3× 0,0004
Maka kapasitas panas pada air qApada menit pertama adalah:
qA = mA × cpA × (TAf - TAi)
= 0,0066167 × 4178 × (311,96-303,14)
= 243,784 Watt
4.1.4. Perancangan Kolektor Surya
Kolektor surya pada rancang bangun ini adalah tipe plat datar. Panjang dari
pada kolektor surya ini adalah 1,5 m dengan lebar 0,64m. Berikut ini adalah
gambar detail kolektor surya beserta ukurannya [dalam mm].
Gambar 4.6 Dimensi Kolektor Surya
Kolektor surya terdiri atas 4 lapisan yaitu kayu, sterofoam, rockwoll dan plat
alumunium.
Tabel 4.1 Konduktivitas Termal Bahan
Kaluminium = 237 W/m.K Ksterofoam = 0,036 W/m.K
Kkayu= 0,140 W/m.K Kglass= 1,3W/m.K
Krockwoll= 0,042 W/m.K Ktembaga = 385 W/m.K
Berikut dimensi dari kolektor surya :
(Keterangan : A=Luas; p=panjang; l=lebar; t=tebal)
A1 = p1 x l1 = 1,5 m x 0,169 m = 0.253 m2, A1.1 = 0,64 m x 0,169 m = 0,108 m2
A2 = p2 x l2 = 1,5 m x 0,160 m = 0.240 m2, A1.2 = 0,64 m x 0,160 m = 0,102 m2
A3 = p3 x l3 = 1,5 m x 0,110 m = 0.165 m2, A1.3 = 0,64 m x 0,110 m = 0,070 m2
A5 = p5 x l5 = 1,5 m x 0,51 m =0.765 m2
A6 = p6 x l6 = 1,5 m x 0,55 m = 0.825 m2
A7 = p7 x l7 = 1,5 m x 0,60 m = 0.90 m2
A8 = p8 x l8 = 1,5 m x 0,64 m = 0.96 m2
t1 = t8 = 7 mm
t2 = t7 = 50 mm
t3 = t6 = 60 mm
t4 = t5 = 0,3 mm
4.2. Perhitungan dan Hasil Data
Pada penelitian ini, perhitungan dan hasil data diperoleh dari pengujian alat
yang dilakukan pada tanggal 4 Januari 2016 saat kondisi matahari cerah.
4.2.1. Analisis Intensitas Radiasi Matahari (Solar Radiation)
Intensitas radiasi matahari diukur dengan menggunakan alat ukur sensor
radiasi yaitu pyranometer yang terdapat pada Hobo Micro Station Data Logger.
Alat ukur ini berada di Laboratorium Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara.
Berikut data hasil pengukuran Hobo terhadap IntensitasRadiasi Matahari pada
tanggal 04 Januari 2016.
Tabel Data Intensitas Matahari 04 Januari 2016 untuk permenitnya tertera pada
lampiran 1.
Berikut adalah grafik Intensitas matahari tanggal 04 Januari 2016, pada gambar
Gambar 4.7 Grafik Intensitas Radiasi Matahari Tanggal 04 Januari 2016
Radiasi rata-rata intensitas radiasi matahari pada tanggal 04 Januari 2016
dari pukul 09.00 WIB – 17.00 WIB adalah 434,8 W/m2.
4.2.2. Perhitungan Kolektor Surya
Perhitungan panas dan efisiensi pada kolektor surya dilakukan setiap menit.
Untuk perhitungan pada laporan ini digunakan data pengujian pada hari ke empat
pengujian, yaitu pada tanggal 04 Januari 2016 saat intensitas radiasi matahari
maksimum pada pukul 12.41 WIB. Temperatur permukaan plat, permukaan kaca
dan dalam kolektor diperoleh dari data Agilent, sedangkan temperatur lingkungan
dan intensitas radiasi matahari diambil dari data Hobo.
Berikut adalah data suhu pada tiap titik kolektor dan Intensitas Radiasi Matahari
maksimum pada tanggal 04Januari 2016 pukul 12.41 WIB.
Tabel 4.2 Data Suhu dan Intensitas Radiasi Matahari 04 Januari 2016 pada pukul
12.41 WIB.
Waktu
Suhu (0C) Intensitas
Matahari
(W/m2) Plat Ruang
Kolektor
Kaca
1
Kaca
2
Kayu Lingkungan
Berikut adalah grafik temperatur beberapa titik pada kolektor, pada gambar 4.8
Gambar 4.8 Grafik Temperatur Pada Beberapa Titik Kolektor vs Waktu
tanggal04 Januari 2016
Grafik diatas menunjukkan temperatur pada tiap titik kolektor dan
lingkungan seperti plat absorber, ruang kolektor, dan bagian terluar kolektor yakni
kayu, dapat kita lihat temperatur tertinggi adalah plat absorber pada warna garis
hitam menunjukkan bahwa konduktivitas dari bahan plat absorber yakni plat
alumunium yaitu 237 W/m.K, dengan diberi cat hitam yang dapat menyerap
radiasi matahari sangat baik. Dapat juga kita lihat pada grafik bahwa perubahan
atau naik turunnya temperatur berdasarkan waktu dengan kondisi matahari cerah
atau tertutup awan yang menyebabkan berkurangnya radiasi yang masuk sehingga
menurunnya temperatur pada beberapa titik kolektor dan sebaliknya.
4.2.3. Menghitung Koefisien Konveksi
a. Menghitung Koefisien Konveksi Permukaan Luar (h1)
Koefisien konveksi permukaan luar adalah koefisen konveksi antara udara
lingkungan terhadap permukaan kayu, h1 (koefisien konveksi natural)
Temperatur Lingkungan (TL) vs Temperatur Permukaan Kayu (Tk)
Temperatur Lingkungan (TL) = 33,860C = 306,86 K
Temperatur Kayu (Tk) = 38,840C = 311,84 K
Tabel 4.3 Sifat Fisik Udara pada Temperatur 309,35 K, pada lampiran 2.
309,35 1.1302698 1007.003 1,8901508 2,699219 2,317348 0,705690
Menghitung bilangan Grashoff (GrL)
= viskositas udara = 1,8901508 Ns/m2
Maka :
GrL = 1,92 x 109
Menghitung bilangan Rayleigh (RaL)
RaL = GrL x Pr
Menghitung bilangan Nusselt (Nu%)
Nux = 0,59 RaL0,25 untuk 104≤ RaL ≤ 109
Nux = 0,1 RaL1/3 untuk 109≤ RaL ≤ 1013
Nux = bilangan Nusselt
Karena RaL diantara 104≤ RaL ≤ 109, maka besarnya bilangan Nusselt adalah
Nux = 0,59 RaL0,25
= 0,59 x (1,35 x 109)0,25
= 113,249
Menghitung koefisien konveksi (h1)
Nux = atau h1=
Nux = bilangan Nusselt
l = lebar kolektor surya= 0,64 m
k = konduktivitas termal udara = 2,699219 x 10-2 W/mk
maka :
h1 =
= 4,776 W/m2K
Untuk hasil perhitungan setiap menitnya menggunakan Microsoft Excel yang
tertera pada lampiran 5.
b. Menghitung Koefisien Konveksi Permukaan Dalam (h2)
Koefisien konveksi permukaan dalam adalah koefisien konveksi antara udara
dalam kolektor terhadap permukaan plat absorber.
Temperatur udara kolektor (Tu) vs temperatur permukaan plat absorber (Tp)
Temperatur udara kolektor (Tu) = 61,340C = 334,34 K
Temperatur plat absorber (Tp) = 69,410C = 342,41 K
Temperatur Film (Tf) = 65,370C = 338,37 K
Tabel 4.4 Sifat Fisik Udara pada Temperatur 338,37 K, pada lampiran 2.
Tf
Menghitung bilangan Grashoff (GrL)
= viskositas udara = 2,027146 Ns/m2
Maka :
GrL = 2,07 x 109
Menghitung bilangan Raykeight (RaL)
RaL = GrL x Pr
Menghitung bilangan Nusselt (Nux)
Nux = 0,59 RaL0,25 untuk 104≤ RaL ≤ 109
Nux = atau h2=
Nux = bilangan Nusselt
l = lebar penampang plat= 0,05 m
k = konduktivitas termal udara = 2,027146 x 10-2 W/mk
maka :
h2 =
= 67,011 W/m2K
Untuk hasil perhitungan setiap setiap menitnya menggunakan Microsoft Excel
yang tertera pada lampiran 5.
4.2.4. Menghitung Kehilangan Panas
1. Menghitung Kehilangan Panas pada Sisi Dinding (Q1)
Q1 = Ud.A(Tu– TL)=
Ud = koefesien pindahan panas menyeluruh pada dinding
h1 = koefesien konveksi permukaan luar (W/m2.K)
kst = konduktivitas termal sterofoam (W/m.K)
krw = konduktivitas termal rockwoll (W/m.K)
kp = konduktivitas termal plat absorber (W/m.K)
A1 = luas permukaan kayu pada sisi dinding (m2)
A2 = luas permukaan sterofoam pada sisi dinding (m2)
A3 = luas permukaan rockwoll pada sisi dinding (m2)
Gambar 4.9 Lapisan-lapisan Susunan Kolektor
= 0,197238 K/W
= 5.787037 K/W
= 8,658008 K/W
= 0,00001688 K/W
= 0,19897185 K/W
Maka :
Qa =
= 1,75 Watt
Pada sisi dinding atas dan bawah meiliki dimensi yang sama, maka kehilangan
panas pada sisi dinding atas dan bawah 1,75 x 2 = 3,5 Watt.
Kehilangan panas pada sisi dinding lainnya,
A1.1 = luas permukaan kayu pada sisi dinding (m2)
A2.1 = luas permukaan sterofoam pada sisi dinding (m2)
A3.1 = luas permukaan rockwoll pada sisi dinding (m2)
Q1 = Ud.A(Tu– TL)=
panas pada sisi kiri dan kanan 0,744 x 2 = 1,489 Watt.
Jadi total kehilangan panas pada seluruh sisi dinding kolektor surya adalah,
Q1 = 3,5 + 1,489 = 4,989 Watt
Untuk hasil perhitungan setiap menitnya menggunakan Microsoft Excel yang
tertera pada lampiran 6.
2. Menghitung Kehilangan Panas pada Sisi Alas (Q2)
Q2 = UbA(Tu-Tr) =
Ub = koefisien pindahan panas menyeluruh pada sisi bawah (alas)
h1 = koefisien konveksi permukaan luar (W/m2.K)
kst = konduktivitas termal sterofoam (W/m.K)
krw = konduktivitas termal rockwoll (W/m.K)
kp = konduktivitas termal plat absorber (W/m.K)
A8 = luas permukaan kayu pada sisi alas (m2)
A7 = luas permukaan sterofoam pada sisi alas (m2)
A6 = luas permukaan rockwoll pada sisi alas (m2)
Untuk hasil perhitungan setiap menitnya menggunakan Microsoft Excel yang
tertera pada lampiran 6.
3. Menghitung Kehilangan Panas pada kaca/Cover (Q3)
Berikut adalah disain dari kolektor surya plat datar dengan kaca berlapis, pada
gambar 4.10.
Gambar 4.10Dimensi Kolektor Surya
qa = Ua x Aa x (TPA– TL)
Keterangan :
Qa = Kehilangan panas dari bagian atas
Aa = Luas sisi kolektor bagian atas
TPA = Temperatur plat absorber
Tk2 = Temperatur kaca penutup 2
TG1 = Ruangan antara kaca penutup 1 dan 2
TG2 = Ruangan kolektor surya (antara kaca 2 dan absorber).
TL = Temperatur lingkungan
Gambar 4.11 Grafik Temperatur Kaca Penutup 1 dan Penutup 2
Nilai qa sebanding dengan perkalian koefisien kehilangan energi panas dari bagian
atas (Ua) dengan luas sisi kolektor bagian atas (Aa) dan temperatur plat abosrber
(TPA) dan lingkungan (TL).
Ua =
hv-K1 = Koefisien kehilangan panas secara konveksi akibat angin yang berhembus
diatas permukaan kaca penutup 1.
hv-K1 = 5,7 + 3,8v (v< 5 m/s)
hv-K1 = 6,4 v0,78 (v> 5 m/s)
dimana nilai kecepatan angin (v) yang terukur pada pukul 12.41 WIB adalah
0,006 m/s lebih kecil dari 5 m/s2
hv-K1 = 5,7 + 3,8v
= 5,7 + (3,8 x 0,006)
hd-K1atau hd-K2 = Koefisien kehilangan energi panas karena konduktivitas termal
kaca penutup 1 atau 2.
hd-K1 =
k = konduktivitas termal kaca berbahan glass adalah 1,3 W/m.k
t = tebal kaca penutup 1 ( 5mm = 0,005m).
hd-K1 =
= 260 W/m2.K
hv-K2 = Koefisien kehilangan panas akibat konveksi natural pada kaca penutup 2.
hv-K2 =
Nu = bilangan Nusselt
k = konduktivitas termal udara
t = ketinggian pada ruangan kosong antara kaca penutup 1 dan 2 (G1)
Dalam perhitungan bilangan tersebut memerlukan sifat-sifat udara yang dianalisa
pada temperatur ruangan kosong antara penutup 1 dan 2 (G1) yang diperoleh dari
nilai rata-rata antara Tk1 dan Tk2.
TG1 =
= 328,44 K
Tabel 4.5 Sifat fisik udara pada temperatur 328,44 K, pada lampiran 2.
Tf
328,44 1.0667500 1008.137 0,0000188 0,0284045 0.703018
Sehingga bilangan RaL diperoleh dengan persamaan .
RaL(G1) = GrL(G1) × PrL(G1)
= 6301090,184× 0.703296
= 4429781,899
Bilangan NuLuntuk 102< RaL< 108 dapat dihitung dengan persamaan berikut.
Dimana dari tabel 2.4 dengan = 0 diperoleh parameter m = 0,07, n = 0,32 × 104,
Maka hv-K2didapat dengan persamaan.
hv-K2 =
=
= 70,61 W/m2.K.
hd-K2sama dengan nilaihd-K1karena konduktivitas bahan dan tebal kaca sama, yaitu
260 W/m2.K.
hr-PA = kehilangan panas akibat radiasi dari plat absorber ke lingkungan dapat
ditentukan dengan persamaan berikut.
Perhitungan hv-PA perlu diketahui dulu sifat udara pada temperatur ruang antara
kaca 2 dan plat absorber (TG2) = 61,18oC = 334,34 K.
Tabel 4.6 Sifat fisik udara pada temperatur 334,34 K, pada lampiran 2.
Tf
334,34 1.0470965 1,0083738 0,00001935 0,028841 0,702191
Sedangkan tG2 = 0,04 m. Maka GrL pada ruang antara kaca dengan plat absorber
Setelah hv-PA diperoleh maka Uaadalah:
Ua =
Ua =
= 4,05 W/m2. K
Besarnya kehilangan panas melalui permukaan kaca penutup 1 dengan luas AK1 =
0,96 m2dapat dihitung dengan persamaan.
Q3 = Ua × AK1 × (TPA-TL)
= 4,05 × 0,96 x ( 307,09)
= 137,45 Watt
Untuk hasil perhitungan setiap menitnya menggunakan Microsoft Excel yang
tertera pada lampiran 6.
Dari hasil perhitungan kehilangan panas yang telah dilakukan, maka diperoleh
total kehilangan panas pada kolektor adalah :
Qloss = Qdinding + Qalas + Qatas
= 4,99 + 5,38 + 137,45
= 147,838 Watt.
Untuk hasil perhitungan setiap menitnya dihitung menggunakan Microsoft Excel yang tertera pada lampiran6.
Gambar 4.12 Grafik Kehilangan Panas pada Dinding, Alas, dan Atas vs Waktu
pada Tanggal 04 Januari 2016
4.2.5 Menghitung Energi yang Sampai ke Kolektor untuk Kaca Berlapis
Energi yang sampai pada kolektor dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
2
1 Idt A Qincident
Dimana:
A : Luas penampang dari pelat absorber (m2)
: 0,96 m2
Penelitian dimulai pukul 09.00 WIB pada intensitas awal 385 W/m2 dan
intensitas tertinggi 870 W/m2 pada pukul 12.41 WIB. Dengan memperhatikan
grafik intensitas matahari yang terjadi pada saat penelitian ini ditunjukkan pada
Gambar 4.10, maka dapat kita hitung besarnya energi berguna kolektor Alat
pemanas air tenaga surya.
Dengan memperhatikan grafik intensitas matahari yang terjadi saat penelitian ini
maka dapat kita hitung besarnya energi yang sampai pada solar kolektor pemanas
Gambar 4.10. Grafik Intensitas Matahari Vs Waktu,Tanggal 04 Januari 2016
Untuk menyelesaikan persamaan:
2
Idtdapat dihitung dari luas dibawah kurva dengan menggunakan metode
trapesium. Dimana setiap 1 menit (60 detik) kita menghitung luas dibawah kurva
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Sehingga luas dibawah kurva dalam 1 (satu) menit adalah 23.250 Joule/m2.
Karena air telah mencapai temperatur maksimum pada pukul 12.41 WIB, dengan
menggunakan bantuan MS Excel, maka besarnya luas di bawah kurva di dapat
sebagai berikut:
7.380.345
L
Sehingga energi yang sampai pada kolektor adalah:
kJ
Q
incident
5972
.
123
4.2.6 Energi yang Diserap oleh Air Pada Kolektor Kaca Berlapis
Energi ini dapat di hitung dengan menggunakan rumus:
)
Cp.w = Panas jenis dari air laut(kJ/kg.
0
C) = 4,18 kJ/kg0C
Tw1 = Temperatur awal air sebelum dipanaskan oleh kolektor (
0
C) = 33,080C
Tw2 = Temperatur aktual setelah dipanaskan oleh kolektor (
0
4.2.7 Efisiensi dari Kolektor dengan Kaca Berlapis
Efisiensi kolektor untuk memanaskan air dengan menggunakan air
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari rancang bangun ini adalah :
1. Telah dirancang bangun pemanas kolektor surya plat datar dengan kaca
berlapis. Adapun ukuran kolektor surya adalah 1,5 m x 0,64 m x 0,169 m
yang tersusun atas 4 lapisan yaitu kayu (triplek), sterofoam, rockwoll sebagai
isolator dan plat alumunium sebagai penyerap panas, sedangkan ukuran kaca
berlapis pada kolektor surya kali ini, kaca penutup 1 yaitu 1,2 m x 0,6 m x
0,005 m dan kaca penutup 2 yaitu 1,0 m x 0,5 m x 0,005 m dengan jarak
antara kaca penutup 1 dan kaca penutup 2 yaitu 50 mm. Dan tangki air yang
dipanasi dengan ukuran 0,3 m x 0,3 m x 0,4 m dengan kapasitas 30 liter.
Dengan menggunakan kaca berlapis panas pada kolektor tidak mudah hilang
akibat dari panas yang terperangkap pada ruangan antara kaca 1 dan 2.
2. Temperatur maksimum beberapa titik kolektor pada tanggal 04 Januari 2016
pukul 12.41 WIB sebagai berikut :
a. Plat absorber : 69,41 0C
b. Kaca penutup 1 : 48,02 0C
c. Kaca penutup 2 : 62,85 0C
d. Gap 1 : 55,44 0C
e. Gap 2 : 61,34 0C
3. Dari hasil perhitungan yang dilakukan, maka diperoleh prestasi kerja dari
pada kolektor surya plat datar dengan kaca berlapis sebagai berikut :
1. Supaya lebih memperhitungkan lagi pada saat pembuatan untuk
mengurangi kebocoran-kebocoran pada bagian kolektor, terkhusus pada
pipa APK yang langsung terhubung ke tangki air laut dan air surya, supaya
mengurangi kehilangan panas.
2. Perlu diperhatikan dalam hal posisi peletakan kolektor surya agar dapat
menerima radiasi matahari secara maksimal.
3. Temperatur maksimum air yang dipanasi adalah 530C, air akan
berevaporasi pada suhu 1000C, maka nantinya perancangan evaporator
pada desalinasi air laut harus dalam kondisi vacumm agar air dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kolektor Surya Plat Datar
Kolektor suryaplat datar seperti pada gambar 2.1 merupakan kotak tertutup
yang bagian atas dipasang kaca atau plastik transparan dengan lempengan
konduktor penyerap panas di bagian bawahnya. Kolektor ini biasanya dilapisi
dengan lapisan untuk menyerap dan meminimalkan kehilangan panas.
Gambar 2.1. Bagian Kolektor Surya Plat Datar [3]
Sistem kerja dari kolektor ini yaitu sinar matahari akan melewati kaca
transparan pada kolektor dan langsung menuju lempengan konduktor penyerap
panas (plat absorber) yang kemudian mengubah energi matahari yang diterima
menjadi energi panas. Selanjutnya panas ditransfer ke cairan dalam pipa tembaga
yang melekat pada plat absorber yang dicat menggunakan bahan khusus yang
menyerap dan mempertahankan panas lebih baik dari cat hitam biasa. Plat
absorber terbuat dari logam tembaga atau aluminium, karena logam merupakan
konduktor panas yang baik. Tembaga adalah konduktor yang lebih baik tetapi
kurang tahan terhadap korosi dibandingkan aluminium dan harganyalebih mahal.
Keuntungan utama dari kolektor surya plat datar adalah kolektor ini
memanfaatkan kedua komponen radiasi matahari yaitu melalui sorotan langsung
dan sebaran sehingga tidak memerlukan tracking matahari dan juga karena
pembuatan yang murah. Kolektor plat datar juga dapat bertahan selama lebih dari
25 tahun [4].
Kolektor surya plat datar terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:
1. Kaca penutup
Kaca penutup berfungsi untuk meneruskan radiasi surya berupa
gelombang pendek dan mencegah panas yang keluar dari kolektor ke lingkungan
pada bagian atas. Berdasarkan fungsi ini maka kaca penutup harus mempunyai
berpengaruh kepada temperatur penyerapan plat absorber didapat bahwa
temperatur plat tertinggi dicapai saat kaca yang dipakai jenis kaca bening dengan
tebal 3 mm dengan jarak kaca ke plat absorber 20 mm [6].
Jumlah kaca penutup dari kolektor mempengaruhi unjuk kerja dari
kolektor.Secara umum diperoleh hasil bahwa dengan menggunakan dua buah kaca
penutup diperolehefisiensi yang lebih baik dibandingkan hanya menggunakan satu
kaca.Perbedaan suhu antaraair keluar kolektor dan yang masuk ke kolektor
dengan 2 kaca penutup bisa lebih tinggi hinggasekitar 17°C dibandingkan
kolektor dengan sebuah kaca penutup [7].
2. Plat absorber
Plat penyerap atau plat absorber berfungsi menyerap radiasi matahari yang
diteruskan kaca penutup dan mengkonversikan menjadi energi panas. Energi
panas dialirkan melalui fluida kerja udara secara konveksi. Bahan-bahan yang
dipakai untuk plat penyerap biasanya yaitu: aluminium, tembaga, kuningan, dan
baja. Berdasarkan fungsi plat absorber maka dalam pemilihan bahan plat harus
a. Absorbsivitas tinggi ( )
b. Emisifitas panas rendah ( )
c. Kapasitas panas kecil (Cp).
d. Konduktifitas besar (k)
e. Refleksi rendah ( )
f. Tahan panas dan tahan korosi
g. Kaku dan mudah dibentuk
h. Ada dipasaran
Ketebalan plat penyerap dan jarak antar pipa penyalur cairan terhadap
performansi kolektor plat datar memiliki hubungan yang cukup signifikan.
Performansi kolektor plat datar berbahan tembagatertinggi dihasilkan dengan
konfigurasi ketebalan plat1,2 mm dan jarak antar pipa penyalur cairan 73,6 mm[8].
3. Isolasi
Isolasi berfungsi untuk memperkecil panas yang hilang dari kolektor ke
lingkungan pada bagian belakang dan samping kolektor.Pada isolasi terjadi
perpindahan panas secara konduksi sehingga kehilangan panas dipengaruhi oleh
sifat-sifat bahan. Isolasi yang digunakan haruslah memenuhi kreteria berikut [5]:
a. Konduktivitas termal bahan kecil
b. Mudah dibentuk dan praktis
c. Harga murah dan ada dipasaran
d. Tahan lama
2.2. Klasifikasi Kolektor Surya
Kolektor surya dapat didefenisikan sebagai sistem perpindahan panas yang
menghasilkan energi panas dengan memanfaatkan radiasi sinar matahari sebagai
sumber energi utama. Ketika cahaya matahari menimpa absorber pada kolektor
surya, sebagian cahaya akan dipantulkan kembali ke lingkungan, sedangkan
sebagian besarnya akan diserap dan dikonversi menjadi energi panas, lalu panas
tersebut dipindahkan kepada fluida yang bersirkulasi didalam kolektor surya
untuk kemudian dimanfaatkan guna berbagai aplikasi. Kolektor surya yang pada
1. Cover, berfungsi untuk mengurangi rugi panas secara konveksi menuju
lingkungan.
2. Absorber, berfungsi untuk menyerap panas dari radiasi cahaya matahari.
3. Kanal, berfungsi sebagai saluran transmisi fluida kerja.
4. Isolator, berfungsi meminimalisasi kehilangan panas secara konduksi dari
absorber menuju lingkungan.
5. Frame, berfungsi sebagai struktur pembentuk dan penahan beban kolektor.
2.2.1. Jenis Kolektor Surya
Terdapat tiga jenis kolektor surya yang diklasifikasikan ke dalam solar
thermal collector system dan juga memiliki korelasi dengan pengklaisifikasian
kolektor surya berdasarkan dimensi dan geometri dari receiver yang dimilikinya.
1. Flat-Plate Collector
Kolektor surya merupakan plat datar merupakan alat yang digunakan
untuk memanaskan fluida kerja yang mengalir kedalamnya dengan
mengkonversikan energi radiasi matahari menjadi panas. Fluida yang dipanaskan
berupa cairan minyak, air, oli, dan udara. Kolektor surya plat datar mempunyai
temperatur keluaran dibawah 95oC. Dalam aplikasinya kolektor plat datar
digunakan untuk memanaskan udara dan air.
Keuntungan utama dari sebuah kolektor surya plat datar adalah dengan
memanfaatkan kedua komponen radiasi matahari yaitu melalui sorotan langsung
dan sebaran, tidak memerlukan tracking matahari dan juga karena desainnya yang
sederhana, hanya sedikit memerlukan perawatan dan biaya pembuatan yang
murah. Pada umunya kolektor jenis ini digunakan untuk memanaskan ruangan
dalam rumah, pengkondisian udara, dan proses-proses pemanasan dalam industri.
Tipe ini dirancang untuk aplikasi yang membutuhkan energi panas pada
temperatur dibawah 100oC. Spesifikasi tipe ini dapat dilihat dari absorbernya yang
berupa plat datar yang terbuat dari material dengan konduktivitas termal tinggi,
dan dilapisi dengan cat berwarna hitam. Kolektor plat datar memanfaatkan radiasi
matahari langsung dan terpancar. Aplikasi umum kolektor tipe ini antara lain
panas industri. Komponen penunjang yang terdapat pada kolektor plat datar antara
lain, transparant cover, absorber, insulasi, dan kerangka. [10]
Gambar 2.2 Kolektor surya plat datar [11]
2. Concentrating collector
Jenis kolektor ini dirancang untuk aplikasi yang membutuhkan energi
panas temeperatur antara 100-400oC. Kolektor jenis ini mampu memfokuskan
energi radiasi cahaya matahari pada suatu receiver, sehingga dapat meningkatkan
kuantitas energi panas yang diserap oleh absorber. Spesifikasi jenis ini dapat
dikenali dari adanya komponen konsentrator yang terbuat dari material dengan
transmisivitas tinggi. Berdasarkan komponen absorbernya jenis ini
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu, Line Focus dan Point Focus.[12]
Gambar 2.3 Konsentrator
Agar cahaya matahari selalu dapat difokuskan terhadap tabung absorber,
konsentrator harus dirotasi. Pergerakan ini disebut dengan tracking. Temperatur
fluida melebihi 400oC dapat dicapai pada sistem kolektor ini seperti terlihat pada
3. Evacuated Tube Collector
Jenis ini dirancang untuk menghasilkan energi panas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan dua jenis kolektor surya sebelumnya. Keistimewaan terletak
pada efisiensi transfer panasnya yang tinggi tetapi faktor kehilangan panasnya
yang relatif rendah. Hal ini dikarenakan fluida yang terjebak diantara absorber dan
penutupnya dikondisikan dalam keadaan vakum, sehingga mampu
meminimalisasi kehilangan panas yang terjadi secara konveksi dari permukaan
luar absorber menuju lingkungan. [13]
Gambar 2.4 Evacuated Receiver[14]
2.2.2. Sistem Pemanas Air Tenaga Surya
1. Sistem Langsung
Sistem langsung atau sistem loop terbuka mensirkulasikan air yang
dipanaskan langsung melalui kolektor. Sistem ini lebih murah dari pada sistem
tidak langsung dan melakukan perpindahan panas yang baik dari kolektor ke
tangki penyimpanan, namun memiliki banyak kekurangan seperti :
Memberikan perlindungan panas yang kecil atau tidak ada
Pada daerah dingin tidak memberikan perlindungan terhadap
pembekuan
Sistem ini sering tidak dianggap cocok untuk cuaca dingin karena kolektor
Gambar 2.5 Pemanas air sistem langsung [15]
a. Sistem pasif dengan tangki diatas kolektor
b. Sistem aktif dengan pompa dan kontroler didukung oleh sebuah
pane photovolatic.
2. Sistem Tidak Langsung
Sistem tidak langsung atau sistem loop tertutup menggunakan alat penukar
panas yang memisahkan air dari fluida penghantar panas (Heat transfer fluid)
yang bersirkulasi melalui kolektor. Dua jenis fluida penghantar panas yang paling
umum adalah air dan anti beku yaitu campuran air yang biasanya menggunakan
glikol propilen yang tidak beracun. Meskipun sedikit lebih mahal, sistem tidak
langsung memberikan perlindungan terhadap pembekuan dan biasanya
memberikan perlindungan terhadap kehilangan panas.
Gambar 2.6 Pemanas air sistem aktif tidak langsung [15]
d. Sistem tidak langsung dengan reservoir drainback. Dalam skema
kontroller dan pompa didorong oleh listrik.
2.3. Posisi Matahari
Untuk menghitung radiasi matahari langsung pada sebuah permukaan
miring dari radiasi pada sebuah permukaan horizontal, maka posisi matahari harus
diketahui setiap saat. Posisi matahari juga digunakan untuk menentukan radiasi
surya yang diteruskan melalui kaca, yang transmisivitas absorbsivitasnya
berubah-ubah sesuai dengan sudut masuk matahari.
- Sudut lintang , adalah sudut lokasi bidang dipermukaan bumi terhadap
ekuator bumi dimana untuk arah ke utara diberi tanda positif. Nilai
untuk sudut lintang : - 90 ≤ ɸ≤ 90.
- Sudut kemiringan β, adalah sudut antara permukaan bidang yang
dimaksud terhadap horizontal : 0 ≤ β ≤ 180o
.
- Sudut deklinasi matahari , merupakan sudut kemiringan bumi terhadap
matahari akibat rotasi bumi pada arah sumbu axis bumi-matahari; -23,
45o≤ ≤23, 45o.
Sudut deklinasi matahari dinyatakan dengan persamaan :
... 2.1
Dimana n menyatakan nomor urut hari dalam satu tahun yang diawali
dengan nomor urut 1 untuk tanggal 1 Januari.
- Sudut jam matahari , adalah pergeseran sudut dari matahari ke arah timur
barat dari garis bujur lokal akibat rotasi bumi pada sumbunya. Besar
pergeseran sudut tersebut 15o tiap jam.
- Sudut ketinggian matahari , adalah sudut antara radiasi langsung dari
matahari dengan bidang horisontal yang ditentukan berdasarkan persamaan :
[16]
sin = cos cos cos + sin ɸ sin ... 2.2
- Sudut zenith , adalah sudut antara radiasi langsung dari matahari dengan
garis normal bidang horisontal yang dinyatakan dengan persamaan :
cos = sin ... 2.3
- Sudut azimut (
cos =
... 2.4
Gambar 2.8 Posisi Sudut Matahari [17]
2.4. Perpindahan panas
2.4.1. Konduksi
Panas mengalir secara konduksi dari daerah yang bertemperatur tinggi ke
daerah yang bertemperatur rendah. Kalor dipindahkan melalui benda perantara,
namun benda perantaranya tidak ikut berpindah. Proses konduksi terjadi karena
elektron-elektron bebas atau foton (paket gelombang akustik) yang berpindah.
suatu zat pada suatu tempat bersuhu lebih tinggi dari pada molekul di tempat lain,
maka atom atau molekul tersebut akan bergerak dengan energi lebih besar dari
pada bagian lainnya. Melalui proses tumbukan, energi dapat dipindahkan kepada
molekul-molekul atau atom lainnya.
Laju perpindahan panas konduksi dapat dinyatakan dengan Hukum
Fourrier. [19]
Gambar 2.9 Perpindahan Panas Konduksi
Laju perpindahan panas konduksi dapat dinyatakan dengan Hukum Fourrier
... 2.10
dimana : = Laju perpindahan panas (Watt)
k = Konduktivitas Termal (W/m.K)
A = Luas penampang yang terletak pada aliran panas (m2)
= Gradien temperatur dalam aliran panas (K/m)
Nilai angka konduktifitas termal menunjukkan seberapa cepat kalor mengalir
dalam bahan tertentu.
Peristiwa perpindahan konduksi pada kolektor surya terjadi pada sisi-sisi
kolektor yang diisolasi oleh rockwoll, sterofoam dan kayu. Energi panas hilang
(Qloss) berpindah dari ruang dalam (kanal) kolektor menuju temperatur yang
lebih dingin (temperatur lingkungan).
2.4.2. Konveksi
Konveksi merupakan perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan massa
medianya, dan media konveksi adalah fluida. Konveksi terjadi karena adanya
perbedaan kecepatan fluida bila suhunya berbeda, yang tentunya akan berakibat
pada perbedaan berat jenis (berat tiap satuan volume). Fluida yang bersuhu tinggi
akan mempunyai berat jenis yang lebih kecil bila dibandingkan dengan fluida
sejenisnya yang bersuuhu lebih rendah. Karena itu, maka fluida yang bersuhu
tinggi akan naik sambil membawa energi. Hal inilah yang berakibat pada
terjadinya perpindahan kalor konveksi. Udara yang mengalir diatas suatu
permukaan logam pada sebuah alat pemanas udara surya, dipanasi secara
konveksi yaitu konveksi paksa dan konveksi alamiah, apabila aliran udara
disebabkan oleh blower maka ini disebut konveksi paksa dan apabila disebabkan
oleh gradien massa jenis maka disebut konveksi alamiah.
Gambar 2.11 Perpindahan Panas Konveksi Paksa dan Konveksi Natural
Perpindahan panas konveksi pada saluran kolektor sangat dipengaruhi oleh
Gambar 2.12 Perpindahan Panas Konveksi Plat Datar[20]
Bilangan Reynold pada plat datar dirumuskan sebagai berikut :
...2.11
dimana :
Re = bilangan Reynold
V = kecepatan rata-rata dari fluida (m/s)
L = panjang kolektor (m)
= massa jenis (kg/m3)
= viskositas dinamik (kg/m.s)
Dengan pembagian jenis aliran berdasarkan bilangan Reynold sebagai berikut :
Re ≤ 5x105
untuk aliran Laminar
Re ≥ 5x105
untuk aliran Turbulen
Untuk laju perpindahan panas dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut :
...2.12 dimana :
h = koefisien konveksi (W/m2.K)
A = luas permukaan kolektor surya (m2)
Ts = temperatur dinding (K)
= temperatur udara lingkungan (K)
Qh = laju perpindahan panas (Watt)
Kolerasi yang sering digunakan dalam menentukan koefisien perpindahan
...2.13
= Koefisien udara pada temperatur film (1/K)
L = Panjang Kolektor (m)
k = Konduktivitas termal (W/m.K)
Penentuan kondisi aliran pada kasus konveksi natural adalah menggunakan
bilangan GrL yang telah didefenisikan pada persamaan :
... 2.16
Menurut bidangnya, konveksi natural dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Bidang vertikal
Arah aliran fluida akibat konveksi natural pada bidang vertikal mempunyai dua
kemungkinan. Pertama temperatur bidang lebih tinggi dari temperatur fluida
sehingga mengalir ke atas atau sebaliknya temperatur bidang lebih rendah dari
temperatur fluida, sehingga arah aliran ke bawah. Secara kuantitatif persamaan
mencari nilai bilangan Nu adalah sama, hanya arahnya saja yang berbeda.
Parameter bilangan Rayleigh dihitung dengan menggunakan panjang
dapat digunakan. Persamaan yang paling sederhana dapat dijumpai pada Mc
Adams (1945), Warner dan Arpaci (1968), dan Bayley (1955), yaitu :
Nu = 0,5 RaL0,25 untuk 104 RaL 109... 2.17
Nu = 0,1 RaL1/3 untuk 109 RaL 1013... 2.18
2. Bidang miring
Bidang vertikal dapat dianggap sebagai bidang miring dengan kemiringan 900.
Dengan kata lain bidang miring adalah bidang vertikal yang sudut kemiringannya
kurang dari 900. Jika fakta ini dibawa ke kasus konveksi natural, maka semua
persamaan pada bidang vertikal dengan satu catatan kemiringannya harus
diperhitungkan. Untuk lebih jelasnya sebuah plat yang panas dimiringkan dengan
sudut kemiringan < 900 terhadap vertikal ditampilkan pada Gambar 2.15
Gambar 2.13 Konveksi Natural dan Tebal Lapisan Batas pada Bidang Miring
2.4.3. Radiasi
Radiasi adalah proses perpindahan panas melalui gelombang
elektromagnetik atau paket-paket energi (photon) yang dapat dibawa sampai pada
jarak yang sangat jauh tanpa memerlukan interaksi dengan medium. Disamping
itu jumlah energi yang membedakan antara peristiwa perpindahan panas konduksi
Gambar 2.14 Perpindahan Panas Radiasi
Perpindahan panas secara radiasi dirumuskan sebagai berikut
... 2.19 dimana :
Qr = laju perpindahan panas radiasi (W)
= emisivitas panas permukaan (0 ≤1)
= konstanta Stefan Boltzman (5,67 x 10-8 W/m2K4)
A = luas permukaan (m2)
Banyaknya kalor yang dipindahkan tiap satuan waktu melalui proses radiasi
dinyatakan oleh hukum Stefan Boltzmann sebagai :
... 2.20
Tidak seluruh energi yang disebutkan dalam konstanta surya mencapai
permukaan bumi, karena terdapat absorpsi yang kuat dari karbondioksida dan uap
air di atmosfer.
Radiasi surya yang menimpa permukaan bumi juga bergantung dari kadar
debu dan zat pencemar lainnya dalam atmosfer. Energi surya yang maksimal akan
mencapai permukaan bumi bila berkas sinar itu langsnug menimpa permukaan
bumi karena :
a. Terdapat bidang pandang yang lebih luas terhadap fluks surya yang datang
b. Berkas sinar surya menempuh jarak yang lebih pendek di atmosfer,
sehingga mengalami absorpsi lebih sedikit dari pada sudut timpanya
Frekuensi dari cahaya tidak akan berubah pada saat cahaya tersebut
memasuki suatu medium ke medium lain selama energinya tetap. Laju energi
yang dipindahkan tergantung kepada beberapa faktor, yaitu :
a. Temperatur (permukaan yang mengemisi dan yang menerima radiasi)
b. Emisivitas (permukaan yang terradiasi)
c. Refleksi, Absorpsi, dan Transmisi
d. Faktor pandang (views factor) antara permukaan yang mengemisi dan
yang menerima radiasi (sudut pandang antara manusia terhadap sumber
radiasi). [21]
Gelombang elektormagnetik berjalan melalui suatu medium dan mengenai
suatu permukaan atau medium lain maka sebagian gelombang akan dipantulkan
sedangkan, gelombang yang tidak dipantulkan akan menembus ke dalam medium
atau permukaan yang dikenainya. Pada saat melalui medium, intensitas
gelombang secara berkelanjutan akan mengalami pengurangan. Jika pengurangan
tersebut berlangsung sampai tidak ada lagi gelombang yang akan menembus
permukaan yang dikenainya maka permukaan ini disebut sebagai benda yang
bertingkah laku seperti benda hitam.
Karakteristik lain dari benda hitam adalah bahwa semua radiasi yang jatuh
padanya akan diserap dan bahwa emisi maksimal mungkin terjadi dalam semua
panjang gelombang dan semua arah. Jika gelombang melalui suatu medium tanpa
mengalami pengurangan hal ini disebut sebagai benda (permukaan) transparan
dan jika hanya sebagian dari gelombang yang mengalami pengurangan hal ini
disebut sebagai permukaan semi transparan. Apakah suatu medium adalah benda
yang bertingkah laku seperti benda hitam, transparan atau semi transparan
tergantung kepada ketebalan lapisan materialnya.
Benda logam biasanya bersifat seperti benda hitam. Benda nonlogam
umumnya memerlukan ketebalan yang lebih besar sebelum benda ini bersifat
seperti benda hitam. Permukaan yang bersifat seperti benda hitam tidak akan
memantulkan cahaya radiasi yang diterimanya, oleh karena itu disebut sebagai
memantulkan radiasi akan terlihat hitam. Permukaan dari benda hitam adalah
permukaan yang paling ideal yang mempunyai sifat-sifat :
a. Benda hitam menyerap semua radiasi yang disengaja (irradiasi) tanpa
melihat panjang gelombang dan arah datangnya sinar (diffuse).
b. Pada semua temepratur dan panjang gelombang yang diizinkan, tidak ada
permukaan yang dapat menghasilkan energi lebih banyak dari pada benda
hitam.
c. Walaupun emisi radiasi yang dihasilkan oleh benda hitam adalah fungsi
dari panjang gelombang dan temperatur, dan tidak bergantung pada arah
datangnya sinar. [21]
Karakteristik radiasi dari permukaan yang bertingkah laku seperti benda hitam :
1. Emisivitas
Emisivitas adalah rasio energi yang diradiasikan oleh material tertentu
dengan yang diradiasikan oleh benda hitam pada temepratur yang sama.
Emisivitas merupakan ukuran kemampuan suatu benda untuk
meradiasikan energi yang diserapnya. Benda hitam sempurna memiliki
emisivitas sama dengan satu ( tetapi objek sesungguhnya memiliki
emisivitas kurang dari satu. Umumnya, semakin kasar dan hitam benda
tersebut, emisivitas meningkat mendekati 1. Semakin reflektif suatu benda,
maka benda tersebut memiliki emisivitas mendekati 0. Emisivitas adalah
satuan yang tidak berdimensi. Emisivitas bergantung pada faktor
diantaranya temperatur, sudut emisi, dan panjang gelombang radiasi.
2. Absorbsivitas (Penyerapan)
Tidak seperti halnya emisivitas, absorpsivitas atau refleksivitas dan
transmisivitas bukanlah bagian dari sifat-sifat permukaan karena ketiga hal
ini bergantung kepada radiasi yang datang ke permukaan. Absorpsi adalah
proses pada saat suatu permukaan tersebut, melainkan ada sebagian yang
dipantulkan atau ditransmisikan. Akibat langsung dari proses penyerapan
ini adalah terjadinya peningkatan energi dari dalam medium yang terkena
3. Transmisivitas
Transmisivitas adalah fraksi dari jumlah energi radiasi yang
ditransmisikan berjumlah total energi radiasi yang diterima suatu
permukaan. Radiasi surya adalah radiasi gelombang pendek yang diserap
oleh plat penyerap sebuah kolektor surya dan diubah menjadi panas. Oleh
karena itu, plat penyerap harus memiliki harga α yang setinggi-tingginya dalam batas yang masih praktis. Plat penyerap yang menjadi panas
memancarkan radiasi termal dalam daerah batas yang masih praktis. Plat
penyerap yang menjadi panas memancarkan radiasi termal dalam daerah
panjang gelombang yang panjang (infra merah) kerugian radiasi dapat
dikurangi sehingga sangat kecil dengan cara menggunakan permukaan
khusus yang memiliki harga absorbsivitas yang tinggi (α, tinggi) dalam
daerah panjang gelombang pendek (radiasi surya) dan harga emisivitas
yang rendah ( rendah) dalam daerah inframerah [22]
2.5. Penukar Kalor (Heat Exchanger)
Alat penukar kalor (heat exchanger) merupakan suatu alat yang sangat
penting dalam proses pertukaran panas. Alat tersebut berfungsi untuk
memindahkan panas antara dua fluida yang berbeda temperatur dan dipisahkan
oleh suatu sekat pemisah. Penukar kalor yang digunakan di industri lebih
diutamakan untuk menukarkan energi dua fluida (zatnya boleh sama) yang
berbeda temperaturnya. Pertukaran energi dapat berlangsung melalui bidang atau
permukaan perpindahan panas yang memisahkan kedua fluida atau secara kontak
langsung (fluidanya bercampur).
Energi yang dipertukarkan akan menyebabkan perubahan temperatur fluida
(panas sensibel) atau kadang dipergunakan untuk berubah fasa (panas laten). Laju
perpindahan energi dalam penukar kalor dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
kecepatan aliran fluida, sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh kedua fluida yang saling
dipertukarkan energinya (viskositas, konduktivitas termal, kapasitas panas
spesifik), beda temperatur antara kedua fluida, dan sifat permukaan bidang
2.5.1. Jenis Penukar Kalor
Pada umumnya penukar kalor bekerja pada temperatur dan tekanan yang
tinggi serta kadang-kadang menggunakan fluida yang bersifat kurang ramah
terhadap kehidupan kita. Sehingga diperlukan beberapa proses perpindahan panas
yang tepat untuk mencegah adanya kerusakan dan kegagalan operasi.
Berdasarkan proses perpindahan panas yang terjadi, penukar kalor dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
a. Tipe kontak langsung, dimana antara dua zat yang diperlukan energinya
dicampur atau dikontakkan secara langsung.
b. Tipe tidak kontak langsung, maksudnya antara kedua zat yang
dipertukarkan energinya dipisahkan oleh permukaan bidang padatan
seperti dinding pipa, plat, dan lain sebagainya antara kedua zat tidak
tercampur.
Berdasarkan berapa kali fluida melalui penukar kalor dibedakan jenis satu kali
laluan dengan multi atau banyak laluan.
Pada jenis satu laluan masih terbagi dalam tiga tipe berdasarkan arah aliran dari
fluida, yaitu :
a. Penukar kalor tipe berlawanan, yaitu bila kedua fluida mengalir dengan
arah yang saling berlawanan. Pada tipe ini mungkin terjadi bahwa
temperatur fluida yang menerima panas saat keluar penukar kalor lebih
tinggi dibanding temperatur fluida yang memberikan kalor saat
meninggalkan penukar kalor.
b. Penukar kalor tipe aliran sejajar, yaitu bila arah aliran dari kedua fluida
didalam penukar adalah sejajar. Artinya kedua fluida masuk pada sisi yang
satu dan keluar dari sisi yang lain.
c. Penukar kalor dengan aliran silang, artinya arah aliran kedua fluida saling
bersilangan. Contoh yang sering kita lihat adalah radiator mobil dimana
aliran air pendingin mesin yang memberikan energinya ke udara saling
2.6. Kehilangan Panas pada Bagian Atas
Kehilangan energi panas tersebut terjadi dari bagian atas (qa),bawah (qb)
dan samping (qs).Indikator perubahan panas ditunjukkan dari perubahan
temperatur lingkungan (TL), kaca penutup 1 (TK1), gap udara 1 (TG1),kaca penutup
2 (TK2), gap udara 2 (TG2), plat absorber (TPA).
Gambar 2.15Kehilangan Panas pada Bagian Atas
Nilaiqasebanding denganperkaliankoefisien kehilangan energi panas dari
bagian atas (Ua)dengan luas sisi kolektor bagian atas (Aa) dan selisih temperatur
plat absorber (TPA) dan lingkungan(TL)dansecara matematis seperti pada
persamaan.
qa = Ua × Aa× (TPA-TL)... 2.22
Dimana Ua dalam satuan W/m2.Kdapat dihitung dengan persamaan (2.23).
Ua =
... 2.23
hv-K1merupakan koefisien kehilangan panas secara konveksiakibat angin
yang berhembus diatas permukaan kaca penutup 1 dapat dihitung dengan
persamaan (2.24) dan (2.25) yang diusulkan oleh McAdams [23].
hv-K1 = 5,7 + 3,8v (v< 5 m/s)... 2.24
hv-K1 = 6,47v0,78 (v> 5 m/s)... 2.25