• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Cafe Goedang Coffee Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Cafe Goedang Coffee Medan"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1 No.___ Kuesioner

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kecerdasan Emosional Terhadap

Kepuasan Kerja Karyawan

Saya salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara bermaksud melakukan penelitian dengan menggunakan kuesioner ini. Saya mohon kesediannya untuk mengisi kuesioner ini.

Berilah jawaban berikut sesuai dengan pendapat anda dengan cara memberi tanda centang (√) pada kolom yang tersedia.

Skor Pendapat Responden

Tidak Setuju 1 2 3 4 5 Setuju

Identitas Responden a. Jenis kelamin :

a. Laki – laki b. Perempuan

b. Usia : • 20-25 tahun

• 26-30 tahun

• 31-35 tahun

• Lebih dari 35 tahun

c. Pendidikan :

• SLTA / sederajat

• Diploma

• Sarjana

d. Lama bekerja : • 1-2 tahun

• 3-5 tahun

(2)

I.Gaya Kepemimpinan Transformasional

No. Pernyataan Skala Pengukuran

1 2 3 4 5

1 Pimpinan saya merupakan teladan bagi saya

2 Pimpinan menerapkan perilaku yang baik kepada saya

3 Pimpinan percaya dengan kemampuan saya

4 Pimpinan menjelaskan visi dan misi perusahaan

5 Pimpinan menginspirasi saya melalui motivasinya

6 Pimpinan mengarahkan saya untuk tetap fokus saat bekerja

7 Pimpinan menuntut saya untuk bersikap kreatif

8 Pimpinan menuntut saya untuk mampu berinovasi

9 Pimpinan mendorong saya untuk yakin akan kemampuan yang saya miliki

10 Pimpinan mengarahkan cara mengambil keputusan dengan tepat

11 Pimpinan mau mendengarkan aspirasi dari bawahannya

12 Pimpinan selalu mengajarkan bagaimana untuk bekerja dengan baik

(3)

II.Kecerdasan Emosional

No. Pernyataan Skala Pengukuran

1 2 3 4 5

1 Saya mampu menangani perasaan saya

2 Saya mampu mengendalikan emosi saya

3 Saya memiliki keinginan dari dalam diri saya terhadap sesuatu yang ingin saya capai

4 Ada dorongan dari dalam diri saya untuk mencapai keinginan saya

5 Saya memiliki sifat optimis

6 Saya memiliki rasa empati kepada orang lain

7 Saya mampu mendengarkan perasaan disampaikan oleh orang lain

8 Saya mampu menerima pendapat dari orang lain

9 Saya mampu berinteraksi dengan baik

(4)

III.Kepuasan Kerja Karyawan

No. Pernyataan Skala Pengukuran

1 2 3 4 5

1 Lingkungan kerja saya sekarang sesuai dengan yang saya harapkan

2 Uraian Tugas yang saya terima sesuai dengan harapan

3 Tanggung jawab saya sesuai dengan harapan

(5)

Lampiran 2

(6)
(7)

VAR00015 104.2333 87.909 .625 .934

VAR00016 104.1000 91.817 .401 .937

VAR00017 104.1333 93.844 .197 .940

VAR00018 104.2000 92.234 .519 .936

VAR00019 104.2000 89.959 .594 .935

VAR00020 104.5000 94.190 .245 .938

VAR00021 104.1333 87.982 .803 .932

VAR00022 104.2000 91.752 .581 .935

VAR00023 104.4000 91.421 .420 .937

VAR00024 104.2333 86.737 .719 .933

VAR00025 104.4000 94.248 .168 .940

VAR00026 104.1333 88.051 .711 .933

VAR00027 104.0667 86.961 .757 .932

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

(8)

Lampiran 3

HASIL REGRESI ANALISIS LINIER BERGANDA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.204 5.770 1.422 .166

Gaya Kepemimpinan .407 .126 .461 3.235 .003

Kecerdasan Emosional .415 .139 .426 2.987 .006

a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja

Lampiran 4

(9)

Lampiran 5

Lampiran 6

Uji Normalitas Pendekatan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 2.47405048

Most Extreme Differences Absolute .165

Positive .075

Negative -.165

Kolmogorov-Smirnov Z .902

Asymp. Sig. (2-tailed) .390

(10)

Lampiran 7

Lampiran 8

Uji Glesjer Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 5.183 3.930 1.319 .198

Gaya Kepemimpinan -.002 .086 -.005 -.027 .978

Kecerdasan Emosional -.091 .095 -.187 -.966 .343

(11)

Lampiran 9

Uji Nilai Tolerance dan VIF

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 8.204 5.770 1.422 .166

Gaya

Kepemimpinan .407 .126 .461 3.235 .003 .955 1.048

Kecerdasan

Emosional .415 .139 .426 2.987 .006 .955 1.048

a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja

Lampiran 10

Hasil Uji F Signifikansi Simultan (UJI-F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 161.860 2 80.930 12.310 .000a

Residual 177.507 27 6.574

Total 339.367 29

a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Emosional, Gaya Kepemimpinan b. Dependent Variable: Kepuasan Kerja

(12)

Lampiran 11

Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.204 5.770 1.422 .166

Gaya Kepemimpinan .407 .126 .461 3.235 .003

Kecerdasan Emosional .415 .139 .426 2.987 .006

a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja

Lampiran 12

Hasil Pengujian Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .691a .477 .438 2.56405

(13)

Lampiran 13

Distribusi Jawaban Pernyataan Responden Variabel Gaya Kepemimpinan

No. Item

Gaya Kepemimpianan

Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13

(14)
(15)

Lampiran 14

Distribusi Jawaban Pernyataan Responden Variabel Kecerdasan Emosional

No. Item

Kecerdasan Emosional

Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10

(16)
(17)

Lampiran 15

Distribusi Jawaban Pernyataan Responden Variabel Kepuasan Kerja

No. Item

Q1 Q2 Q3 Q4

(18)
(19)

DAFTAR PUSTAKA

Anorga, Pandji, 2000. Manajemen Bisnis, Rhineka Cipta, Semarang.

BUKU

Astomoen, H Moko, 2005. Entreprenurship, Alfabeta, Bandung.

Basrowi, 2011. Kewirausahaan Untuk Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Bongsu, Raja. & Helmi, Syafrizal, 2010. Keriwausahaan, Usu Press, Medan. Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Usu

Press, Medan.

Erlina, 2011. Metodologi Penelitian, USU Press, Medan.

Hasibuan, Malayu, 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajat, 2009. Metode Riset untuk Ekonomi dan Bisnis, Erlangga, Kaliurang.

Nasution, Arman Hakim. Arifin Noer, Bustanul. & Suef, Mokhamad, 2005.

Membangun Spirit Entrepreneur Muda Indonesia, Elexmedia Komputindo, Jakarta.

Northouse, Peter G, 2013. Kepemimpinan Teori dan Praktik, Indeks, Jakarta Barat.

Riduwan, 2012. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Alfabeta, Jakarta.

Robbin, Stephen P. & Judge, Timothy A, 2008. Perilaku Organisasi, Salemba Empat, Jakarta.

Safaria, Triantoro, 2004. Kepemimpinan, Graha Ilmu, Jakarta.

Situmorang, Syafrizal Helmi. & Lutfi, Muslich, 2014. Analisis Data, Usu Press, Medan.

Sunyoto, Danang, 2013. Kewirausahaan Untuk Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta.

(20)

Thoha, Miftah, 2000. Kepemimpinan Dalam Manajemen, Grafindo, Jakarta. Yanuarita, Franc. Andri, 2014. Rahasia Otak dan Kecerdasan Anak, Teranova

Books, Jawa Tengah.

Jandaghi, Gholamreza. & Matin, Hasan Zareei. 2009. Comparing

Transformational Leadership in Successful and Unsuccessful Companies. The Journal of International Social Research. Vol. 2, No. 6, Hal. 356-372.

JURNAL

Muchtar, Yasmin Chairunisa. & Qamariah, Inneke. 2014. The Influence of Transformational Leadership Style on Innovation Mediated by

Organizational Culture. Journal of Management Research. Vol. 6, No. 4, Hal. 176-186.

Naseer, Zainab., Chishti, Saeed-ul-Hassan., Rahman, Fazalur. & Jumani, Nabi Bux. 2011. Impact Of Emotional Intelligence on Team Performance in Higher Education Institutes. International Online Journal of Educational Sciences. Vol. 3, No. 1, Hal. 30-46.

Nesculescu, Ecaterina. & Mironov, Gabriela. 2010. Emotional Intelligence in Romnaian Business. European Integration – Realities and Perspectives. Pinos, Victor., Twigg, Nicholas W., Parayitam, Satyanarayana. & Olson,

Bradley J. 2006. Leadership In The 21st Century: The Effect Of Emotinal Intelligence.Academy of Strategic Management Journal. Vol. 5, No.2, Hal. 124-135

Pramesti, Nectaria Putri. 2013. Hubungan Gaya Kepemimpinan Manajer Proyek, Kepercayaan dan Kberhasilan Proyek Kontruksi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Vol. 12, No. 2, Hal. 128-136.

Sarinnapakorn, Fonthip. & Sucaromana, Usaporn. 2013. Emotional Intelligence among Business Consultants: A Comparative Study. Asian Social Science. Vol. 9, No. 3, Hal. 1-6.

(21)

Sumiyarsih, Wiwik., Mujiasih, Endah., & Ariati, Jati, 2012. Hubungan Antara Kecerdasan emosional Dengan Organizational Citizenship Behavior

(OCB) Pada Karyawan CV. Aneka Ilmu Semarang. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Vol. 11, No. 1, Hal. 19-27.

Hermana, Yusdian Frizi. 2013. Pengrauh Kecerdasan Emosional Wirausaha Terhadap Keberhasilan Usaha (Survei pada Pengusaha Kain di Sentra

Industri Kain Cigondewah Bandung). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

SKRIPSI

Manthey, Faisal Reza. 2011. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Bengkel Barspeed Medan.

Universitas Sumatera Utara. Medan.

Dyan, Catarina. 2010. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan

Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan (Studi PAda Proyek

Konversi Energi Batubara PT Petrokimia Gresik). Universitas Brawijaya. Malang.

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif kuantitatif.

Penelitian asosiatif menurut Sugiyono (2004 : 11) merupakan “penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih”. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional dan

kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di café GOEDANG COFFEE yang ada di

MedanJalan mahoni. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2016.

3.3 Batasan Operasional

Batasan Operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel independen (X), yaitu:

a. Gaya Kepemimpinan Transformasional (X1)

b. Kecerdasan Emosional (X2)

2. Variabel dependen (Y), yaitu:

a. Keberhasilan Usaha (Y)

3.4Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini variabel – variabel yang dioperasionalkan adalah

semua variabel yang termasuk dalam hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk

memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian, maka

(23)

1.Variabel Independen (X) : Gaya Kepemimpinan Transformasional (X1)

Kepemimpinan transformasional merupakan proses dimana orang terlibat

dengan orang lain, dan menciptakan hubungan yang meningkatkan motivasi dan

moralitas dalam diri pemimpin dan pengikut.

Jenis pemimpin ini memiliki perhatian pada kebutuhan dan motif pengikut, serta

mencoba membantu pengikut mencapai potensi terbaik mereka (Northouse

2013:176).

2.Variabel Independen (X) : Kecerdasan Emosional (X2)

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan

emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi, dan pengungkapannya

melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan

keterampilan sosial, Goleman (Yanuarita, 2014:10)

3.Variabel Dependen (Y) : Kepuasan Kerja (Y)

Kepuasan kerja merupakan suatu sikap umum terhadap pekerjaan

seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dan

banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima (Robbins 2001:17)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Defenisi Indikator Skala

Gaya

(24)

meningkatkan c. Keinginan dari dalam

diri.

d. Dorongan dari dalam diri.

e. Optimisme

(25)

dengan b. Kesesuaian uraian

tugas dengan harapan c. Kesesuaian tanggung

Sumber : Northouse (2013), Robbin dan Judge (2009), Nasution (2001), Anoraga danRetno (2011), Jandaghi et al.,(2009), Sukiman (2001), dan Robbins (2001).

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan skala numerik (numeric scale). Erlina

(2008:61) menyatakan, skala numerik sama dengan skala perbedaan semantik

dengan memberikan angka sebagai penilaian diantara nilai yang ada. Angka bisa

(26)

Tabel 3.2

Skor Pendapat Responden

Tidak Setuju 1 2 3 4 5 Setuju

Sumber : Erlina (2009:61)

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

3.6.1 Populasi

Kuncoro (2009:118) populasi adalah “kelompok elemen yang lengkap,

yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik

untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian”. Populasi dari penelitian ini

adalah seluruh karyawan dari Cafe sebanyak 30 orang.

3.6.2 Sampel

Sampel adalah “suatu himpunan bagian dari unit populasi” (Kuncoro,

2009 : 118). Sampel pada penelitian ini didapat dengan teknik pengambilan

sampel Nonprobability Sampling dengan Sampel Jenuh. Menurut Kuncoro (2009)

Non Probability Sampling adalah tekhnik sampling yang memberi peluang atau

kesempatan tidak sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih jadi

sampel. Peneliti menggunakan teknik sampling ini karena jumlah populasi hanya

sebanyak 30 orang. Menurut Riduwan (2012:64), “sampling jenuh ialah teknik

pegambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal

juga dengan istilah sensus”. Sampling jenuh dilakukan apabila populasinya

(27)

Dalam penelitian ini, jumlah populasi sebanyak 30 orang oleh karena itu,

semua anggota populasi dijadikan sampel penelitian. Sehingga sampel yang

diambil pada penelitian ini sebanyak 30 orang.

3.7 Jenis Data

Peneliti menggunakan dua jenis data dalam melakukan penelitian ini yaitu:

a. Data Primer

Data primer (primary data) yaitu “data yang dikumpulkan sendiri oleh

perorangan/suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk

kepentingan studi yang bersangkutan yang dapat berupa interviu, observasi”.

(Situmorang dan Lufti, 2014:3).

b. Data Sekunder

Data sekunder dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak, dimana data itu

telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya (Erlina, 2011 : 31). Data sekunder

ini diperoleh melalui studi dokumentasi dengan mempelajari berbagai tulisan

melalui buku, jurnal, dan internet untuk mendukung penelitian ini.

3.8Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik,

yaitu:

1.Wawancara

Penulis melakukan wawancara langsung dengan karyawan untuk mendapatkan

(28)

2.Kuesioner

Kuesioner merupakan daftar pertanyaan mengenai variabel yang diteliti dalam

penelitian ini yang akan diisi oleh responden. Daftar pertanyaan(quesioner) yang

diberikan kepada karyawan Goedang Coffee yang menjadi responden dalam

penelitian.

3.9Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

3.9.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan sah atau valid jika pertanyaan pada

kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner itu (Ghozali, 2001: 52). Uji validitas dilakukan di Cafe Chirrugie yang

berada di Medan. Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian validitas data

instrumen adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai rhitung> rtabel maka pernyataan tersebut dinyatakan valid.

(29)
(30)

Sumber : Hasil Pengelolahan SPSS (2016)

Pada Tabel 3.3 diatas terlihat seluruh pernyataan valid, karena seluruh

nilai Corrected Item-Total Correclation pada tiap pernyataaan memiliki nilai

diatas 0,361 sehingga dapat dinyatakan 27 (Dua puluh Tujuh) butir pernyataan

pada kuesioner dalam penelitian ini valid.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang dinyatakan valid.

Uji ini digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari

variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan realibel atau handal jika

jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu. Pernyataan yang telah dinyatakan valid dalam uji validitas maka akan

ditentukan realibilitasnya dengan kriteria sebagai berikut :Jika nilai Cronbach's

Alpha> 0,8 maka reliabilitas sangat baik0,7 <Cronbach's Alpha< 0,8 maka

reliabilitas baikJika nilai Cronbach's Alpha< 0,7 maka tidak reliable.

Tabel 3.4 Reliabillity Statistic

Sumber : Hasil Pengelolahan SPSS (2016)

(31)

Tabel 3.4 menjelaskan bahwa semua butir pernyataan instrument

kuesioner memiliki reliable sangat baik karena nilai Cronbach's Alphasebesar

0,924 lebih besar dari 0,80.

3.10 Uji Asumsi Klasik

3.10.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah

data mengikuti atau mendekati distribusi normal” (Situmorang dan Lufti,

2014:114).Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

pendekatan histogram, grafik dan Kolmogorv-Smirnov dengan menggunakan

tingkat signifikan 5%.

3.10.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah grup

mempunyai varian yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians

sama, dan ini yang seharusnya terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas.

Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas

(Situmorang dan Lufti, 2014 : 121).

Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

pendekatan grafik dan statistik melalui uji Glejser dengan menggunakan tingkat

signifikan 5%.

3.10.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

(32)

model regresi” (Situmorang dan Lufti, 2014 : 147). Adanya multikolinearitas

dapat dilihat dari Tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF).

Batas Tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF adalahm 5. Apabila Tolerance

value < 0,1 atau VIF > 5 maka terjadi multikolinieritas. Tetapi jika Tolerance

value > 0,1 atau VIF < 5 maka tidak terjadi multikolinearitas.

3.11 Teknik Analisis Linear Berganda

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh Kepemimpinan

Transformasional dan Kecerdasan Emosional terhadap keberhasilan usaha. Selain

itu analisis linier regresi digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang

diajukan,yang modelnya sebagai berikut:

Y= a+b1X1+b2X2+e

Keterangan :

Y = Kepuasan Kerja

X1 = Kepemimpinan Transformasional X2 = Kecerdasan Emosional

B = Koefisien Regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan) a = Konstanta

e = Variabel pengganggu

3.12 Pengujian Hipotesis

a. Uji F atau Uji signifikansi Persamaan

Uji F adalah pengujian signifikan persamaan yang digunakan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh variable bebas (X1,X2) secara bersama-sama

(33)

b. Uji t

Uji t adalah pengujian koefisien regresi parsial indivdual yang digunakan

untuk mengetahui apakah variable independen (X) secara individual

mempengaruhi variable dependen (Y).

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui presentase

perubahan variable tidak bebas (Y) yang disebabkan oleh variable bebas (X). Jika

R2 semakin besar , maka presentase perubahan variable tidak bebas (Y) yang

disebabkan oleh variable bebas (X) semakin tinggi. Jika R2 semakin kecil, maka

presentase perubahan variable tidak bebas (Y) yang disebabkan oleh variable

(34)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Café Goedang Coffee Medan

Usaha Cafe termasuk salah satu usaha yang diperkirakan berhasil di

beberapa kota di Indonesia, dimana telah berjalan selama bertahun-tahun dan

memilki cita rasa masakan tersendiri. Usaha Cafe dapat bertahan dan berkembang

seperti sekarang tentu saja berkat kerja keras pemilik dan para karyawannya.

Goedang Coffee merupakan salah satu cafe yang terletak di jalan

Mahoni,Kota Medan. Yang didirikan pada tanggal 6 Februari 2010. Goedang

Coffee merupakan suatu bentuk usaha yang bergerak di bidang jasa pelayanan

pangan, yaitu masakan Indonesia, Italia, Barat, dan Chinese. Goedang Coffee

menawarkan pelayanan yang baik, dan tempat yang nyaman. Cafe Goedang

Coffee juga memberikan fasilitas Wi-fi dan lapangan parkir yang luas.

Goedang Coffee mempunyai tujuan antara lain:

a. Mencari keuntungan/laba secara wajar dan berusaha meningkatkan laba yang

diperoleh demi kelangsungan hidup dan perluasan usaha, serta menjaga citra

atau nama baik cafe.

b. Memberi kepuasan bagi para konsumen melalui pemenuhan kebutuhan

(35)

4.2. Karakteristik Responden

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1

Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Kategori Nominal Jumlah %

1. Laki-laki 13 43,3

2. Perempuan 17 56,7

Total 30

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa mayoritas responden berjenis kelamin

perempuan dengan persentase (56,7 %) atau berjumlah 17 orang, dan 13

responden berjenis kelamin laki-laki dengan persentase (43,3 %)

4.2.2 Karateristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.2

Karateristik Responden Berdasarkan Usia

No. Kategori

(Tahun)

Jumlah

Nominal %

1. 20 – 25 23 76,7

2. 26 – 30 7 23,3

3. 31 – 35 0 0

4. > 35 0 0

Total 30

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan usia

terdiri dari usia 20 – 25 tahun berjumlah 23 orang (76,7%) dan usia 26 – 30

(36)

4.2.3 Karateristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.3

Karateristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Kategori Nominal Jumlah %

1. SMA 23 76,7

2. Diploma 4 13,3

3. Sarjana 3 10

Total 30

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan

pendidikan terdiri dari 23 orang (76,7%) berpendidikan SMA, 4 orang (13,3%)

berpendidikan Diploma dan 3 orang (10%) berpendidikan Sarjana.

4.2.4 Karateristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Tabel 4.4

Karateristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja

No. Kategori (Tahun) Nominal Jumlah %

1. 1 – 2 16 53,3

2. 3 – 5 9 30

3. > 6 5 1,7

Total 30

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan lama

bekerja dari 16 orang (53,3%) bekerja selama 1 - 2 tahun, 9 orang (30%) bekerja 3

(37)

4.3 Deskriptif Variabel

4.3.1 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan

Tabel 4.5

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional

Sumber: Hasil Penelitian

1. Pada pernyataan pertama, “Pimpinan saya merupakan teladan bagi saya.”,

sebanyak 13,3% responden menyatakan sangat setuju, 66,7% responden

menyatakan setuju, dan 20% responden menyatakan kurang setuju dengan

pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden

menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.

No. Item

Sangat Setuju Setuju Kurang

(38)

2. Pada pernyataan kedua, “Pimpinan menerapkan perilaku yang baik kepada

saya”, sebanyak 6,7% responden menyatakan sangat setuju, 76,7%

responden menyatakan setuju, dan 16,7% responden menyatakan kurang

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.

3. Pada pernyataan ketiga, “Pimpinan percaya dengan kemampuan saya”,

sebanyak 6,7% responden menyatakan sangat setuju, 66,7% menyatakan

setuju, dan 26,7% responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan

tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan

setuju terhadap pernyataan tersebut.

4. Pada pernyataan keempat, “Pimpinan menjelaskan visi dan misi

perusahaan”, sebanyak 20% responden menyatakan sangat setuju, 66,7%

responden menyatakan setuju, dan 13,3% responden menyatakan kurang

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

responden menyatakansetuju terhadap pernyataan tersebut.

5. Pada pernyataan kelima, “Pimpinan menginspirasi saya melalui

motivasinya”, sebanyak 10% responden menyatakan sangat setuju, 76,7%

responden menyatakan setuju, dan 13,3% responden menyatakan kurang

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

(39)

6. Pada pernyataan keenam, “Pimpinan mengarahkan saya untuk tetap fokus

saat bekerja”, sebanyak 16,7% responden menyatakan sangat setuju, 70%

responden menyatakan setuju, dan 13,3% responden menyatakan kurang

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.

7. Pada pernyataan ketuju, “Pimpinan menuntut saya untuk bersikap

kreatif.”, sebanyak 23,3% responden menyatakan sangat setuju, 56,7%

responden menyatakan setuju, dan 20% responden menyatakan kurang

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.

8. Pada pernyataan kedelapan, “Pimpinan menuntut saya untuk mampu

berinovasi”, sebanyak 26,7% responden menyatakan sangat setuju, 56,7%

responden menyatakan setuju, dan 16,7% responden menyatakan kurang

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.

9. Pada pernyataan kesembilan, “Pimpinan mendorong saya untuk yakin

akan kemampuan yang saya miliki”, sebanyak 23,3% responden

menyatakan sangat setuju, 53,3% responden menyatakan setuju, dan

23,3% responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju

(40)

10.Pada pernyataan kesepuluh, “Pimpinan mengarahkan cara mengambil

keputusan dengan tepat.”, sebanyak 20% responden menyatakan sangat

setuju, 63,3% responden menyatakan setuju, dan 16,7% responden

menyatakan kurang setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju terhadap

pernyataan tersebut.

11.Pada pernyataan kesebelas, “Pimpinan mau mendengarkan aspirasi dari

bawahannya”, sebanyak 23,3% responden menyatakan sangat setuju,

63,3% responden menyatakan setuju, dan 13,3% responden menyatakan

kurang setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

mayoritas responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.

12.Pada pernyataan kedua belas, “Pimpinan selalu mengajarkan bagaimana

untuk bekerja dengan baik.”, sebanyak 30% responden menyatakan sangat

setuju, 56,7% responden menyatakan setuju, dan 13,3% responden

menyatakan kurang setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju terhadap

pernyataan tersebut.

13.Pada pernyataan ketiga belas, “Pimpinan memotivasi saya akan target

yang diinginkan”, sebanyak 23,3% responden menyatakan sangat setuju,

63,3% responden menyatakan setuju, dan 13,3% responden menyatakan

kurang setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

(41)

4.3.2 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kecerdasan Emosional

Tabel 4.6

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kecerdasan Emosional

Sumber: Hasil Penelitian

1. Pada pernyataan pertama,“Saya mampu menangani perasaan saya.”, sebanyak

16,7% responden menyatakan sangat setuju, 56,7% responden menyatakan

setuju, dan 26,7% responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan

tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju

terhadap pernyataan tersebut

2. Pada pernyataan kedua, “Saya mampu mengendalikan emosi saya”, sebanyak

23,3% responden menyatakan sangat setuju, 53,3% responden menyatakan

setuju, dan 23,3% responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan

tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju

terhadap pernyataan tersebut.

No. Item

Sangat Setuju Setuju Kurang

(42)

3. Pada pernyataan ketiga, “Saya memiliki keinginan dari dalam diri saya terhadap

sesuatu yang ingin saya capai”, sebanyak 23,3% responden menyatakan sangat

setuju, 66,7% menyatakan setuju, dan 10% responden menyatakan kurang

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.

4. Pada pernyataan keempat, “Ada dorongan dari dalam diri saya untuk mencapai

keinginan saya”, sebanyak 23,3% responden menyatakan sangat setuju, 63,3%

responden menyatakan setuju, dan 13,3% responden menyatakan kurang

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

responden menyatakansetuju terhadap pernyataan tersebut.

5. Pada pernyataan kelima, “Saya memiliki sifat optimis”, sebanyak 10%

responden menyatakan sangat setuju, 83,3% responden menyatakan setuju,

dan 6,7% responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju terhadap

pernyataan tersebut.

6. Pada pernyataan keenam, “Saya memiliki rasa empati kepada orang lain”,

sebanyak 16,7% responden menyatakan sangat setuju, 70% responden

menyatakan setuju, dan 13,3% responden menyatakan kurang setuju dengan

pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden

(43)

7. Pada pernyataan ketuju, “Saya mampu mendengarkan perasaan disampaikan oleh

orang lain.”, sebanyak 73,3% responden menyatakan setuju, dan 26,7%

responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju terhadap

pernyataan tersebut.

8. Pada pernyataan kedelapan, “Saya mampu menerima pendapat dari orang lain”,

sebanyak 20% responden menyatakan sangat setuju, 70% responden

menyatakan setuju, dan 10% responden menyatakan kurang setuju dengan

pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden

menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.

9. Pada pernyataan kesembilan, “Saya mampu berinteraksi dengan baik”, sebanyak

10% responden menyatakan sangat setuju, 83,3% responden menyatakan

setuju, dan 6,7% responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan

tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju

terhadap pernyataan tersebut.

10.Pada pernyataan kesepuluh, “Saya mampu berkomunikasi dengan baik”,

sebanyak 10% responden menyatakan sangat setuju, 63,3% responden

menyatakan setuju, dan 26,7% responden menyatakan kurang setuju dengan

pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden

(44)

4.3.3 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kepuasan Kerja

Tabel 4.7

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kepuasan Kerja

Sumber: Hasil Penelitian

1. Pada pernyataan pertama,“Lingkungan kerja saya sekarang sesuai dengan yang

saya harapkan”, sebanyak 23,3% responden menyatakan sangat setuju,

53,3% responden menyatakan setuju, dan 23,3% responden menyatakan

kurang setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

mayoritas responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut

2. Pada pernyataan kedua, “Uraian Tugas yang saya terima sesuai dengan

harapan”, sebanyak 10% responden menyatakan sangat setuju, 63,3%

responden menyatakan setuju, dan 26,7% responden menyatakan kurang

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.

3. Pada pernyataan ketiga, “Tanggung jawab saya sesuai dengan harapan”,

sebanyak 23,3% responden menyatakan sangat setuju, 63,3% menyatakan

setuju, dan 13,3% responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan

tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan

setuju terhadap pernyataan tersebut.

No. Item

Sangat Setuju Setuju Kurang

Setuju Setuju Tidak Sangat Tidak Setuju Total

F % F % F % F % F % F %

1. 7 23,3 16 53,3 7 23,3 0 0 0 0 30 100

2. 3 10 19 63,3 8 26,7 0 0 0 0 30 100

3. 7 23,3 19 63,3 4 13,3 0 0 0 0 30 100

(45)

4. Pada pernyataan keempat, “Penghasilan yang saya terima sesuai dengan beban

kerja saya”, sebanyak 30% responden menyatakan sangat setuju, 56,7%

responden menyatakan setuju, dan 13,3% responden menyatakan kurang

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

responden menyatakansetuju terhadap pernyataan tersebut.

4.4 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk melihat apakah suatu model layakatau

tidak layak digunakan dalam penelitian.Uji asumsi klasik adalah persyaratan

statistik yang harus dipenuhi pada regresi liner berganda. Uji Asumsi Klasik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

4.4.1 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti

atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan

pendekatan Kolmogorov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%

maka jika nilai Asymp.sig. (2-tailed)diatas, nilai signifikan 5% artinya variabel

residual berdistribusi normal (Situmorang dan Lufti, 2012:100)

Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat grafik histrogram

dan grafik normal plot yang membandingkan antara dua absorvasi dengan

(46)

a. Pendekatan Histogram

Sumber :Hasil pengolahan SPSS

Gambar 4.1

Histogram Uji Normalitas

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa variabel berdistribusi

normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data yang berbentuk lonceng dan tidak

(47)

b. Pendekatan Grafik

Sumber :Hasil pengolahan SPSS

Gambar 4.2 Plot Uji Normalitas

Pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa pada scatter ploterlihat titik yang

mengikuti data di sepanjang garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa residual

peneliti normal. Namun untuk lebih memastikan bahwa di sepanjang garis

(48)

c. Pendekatan Kolmogorov-Smirnov

Tabel. 4.8

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 2.47405048

Most Extreme Differences Absolute .165

Positive .075

Negative -.165

Kolmogorov-Smirnov Z .902

Asymp. Sig. (2-tailed) .390

a. Test distribution is Normal.

Sumber :Hasil pengolahan SPSS

Pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah

0.390 dan diatas nilai signifiksn (0,05) atau 5%, sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel residual berdistribusi normal.

4.4.2 Uji Heteroskedastisitas

Tujuan uji heteroskedastisitas adalah untuk mengetahui apakah dalam

sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual antara satu

pengamatan dengan pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang

(49)

Ada beberapa cara untuk mendekati ada atau tidaknya heteroskedastisitas

yaitu :

a. Pendekatan Grafik

Sumber :Hasil pengolahan SPSS

Gambar 4.3

Scatterplot Heteroskedastisitas

Berdasarkan gambar 4.3 dapat terlihat bahwa tidak ada pola yang jelas serta

titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka

berdasarkan metode grafik tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi

layak dipakai untuk memprediksi kepuasan kerja berdasarkan masukan variabel

(50)

b. Uji Glesjer

Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap

variabel independen.Jika variabel independen signifikan secara statistik

mempengaruhi variabel dependen maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 4.9

Hasil Uji Glejser heteroskedastisitas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 5.183 3.930 1.319 .198

Gaya Kepemimpinan -.002 .086 -.005 -.027 .978

Kecerdasan Emosional -.091 .095 -.187 -.966 .343

a. Dependent Variable: Absut

Sumber :Hasil pengolahan SPSS

Pada Tabel 4.10 terlihat variabel independen (gaya kepemimpinan dan

kecerdasan emosional) yang tidak signifikan secara statistik mempengaruhi

variabel dependen absolute Ut (absUt). Hal ini terlihat dari probabilitas gaya

kepemipinan (0.978)dan kecerdasan emosional(0,343) diatas tingkat kepercayaan

5 % (0.05), jadi disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya

(51)

4.4.3 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknnya gejala

multikolinearitas pada data dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance value

dan Varians Inflation factor (VIF). Dengan kriteria sebagai berikut :

1. Apabila VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan Multikolinearitas.

2. Apabila VIF < dari 5 maka tidak terdapat Multikolinearitas.

3. Apabila tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan

multikolinearitas.

4. Apabila tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas.

Tabel 4.10

a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja

Sumber :Hasil pengolahan SPSS

Pada Tabel 4.9 terlihat bahwa nilai tolerance semua variabel bebas adalah lebih

besar dari nilai ketetapan 0,1 dan nilai VIF semua variabel bebas adalah lebih

kecil dari nilai ketetapan 5. Oleh karna itu, data dalam penelitian ini dikatakan

(52)

4.5 Pengujian Hipotesis

4.5.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat secara bersama-sama pengaruh atau

hubungan signifikan variabel bebas berupa gaya kepemimpinan dan kecerdasan

emosional terhadap variabel terikat berupa kepuasan kerja karyawan café

Goedang Coffee Medan.

Tabel 4.12

Hasil Uji F Signifikansi Simultan (UJI-F) ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 161.860 2 80.930 12.310 .000a

Residual 177.507 27 6.574

Total 339.367 29

a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Emosional, Gaya Kepemimpinan b. Dependent Variable: Kepuasan Kerja

b. Dependent Variable: Minat Berwirausaha

Sumber :Hasil pengolahan SPSS

Tabel 4.12 diatas mengungkapkan bahwa nilai F-hitung adalah 12,310

dengan tingkat signifikansi 0,000. Sedangkan F-tabel pada tingkat kepercayaan

95% (α = 0,05) adalah 3,35 . Oleh karena itu pada kedua perhitungan yaitu F

-hitung > F-tabel dan tingkat signifikansinya (0,000) < 0,05 menunjukan bahwa

pengaruh variabel bebas (gaya kepemimpinan dan kecerdasan emosional) secara

(53)

4.5.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Uji-t dilakukan untuk menguji secara parsial apakahgaya kepemimpinan dan

kecerdasan emosional secara parsial atau masing-masing berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan kerja karyawan café Goedang Coffee Medan.

Tabel 4.13

Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.204 5.770 1.422 .166

Gaya Kepemimpinan .407 .126 .461 3.235 .003

Kecerdasan Emosional .415 .139 .426 2.987 .006

a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja

Sumber :Hasil pengolahan SPSS

1. Variabel gaya kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap kepuasan kerja hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,003) lebih kecil

dari 0,05 dan t-hitung (3,235) lebih besar dibandingkan t-tabel (2,05183).

2. Variabel kecerdasan emosional berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap Minat Berwirausaha hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,006) lebih

(54)

4.5.3 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa besar

kontribusi variabel bebas (gaya kepemimpinan dan kecerdasan emosional)

terhadap variabel terikat (kepuasan kerja). Koefisien determinasi berkisar antara

nol sampai satu (0 ≤ R2≥ 1).

Tabel 4.14

Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .691a .477 .438 2.56405

a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Emosional, Gaya Kepemimpinan

Sumber :Hasil pengolahan SPSS

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa :

1. Nilai R sebesar 0.691 sama dengan 69,1 % berarti hubungan antara variabel

gaya kepemimpinan dan kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja

sebesar 69,1% artinya memiliki hubungan yang erat

2. Nilai Adjusted R Square0,438 berarti 43,8% Minat berwirausaha dapat di

jelaskan oleh gaya kepemimpinan dan kecerdasan emosional Sedangkan

sisanya 56,2 % dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang diteliti dalam

penelitian ini seperti kompensasi, budaya organisasi dan lain sebagainya

3. Standard Error of the Estimate artinya mengukur variasi dari nilai yang

(55)

4.6 Analisis Regresi Linear Berganda

Metode analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui berapa

besar pengaruh variabel bebas (gaya kepemimpinan dan kecerdasan emosional)

terhadap variabel terikat (kepuasan kerja). Data diolah secara statistik untuk

keperluan analisis dan pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu

program SPSS.Adapun bentuk umum persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Y = α + b1X1 + b2X2+ e

Dimana :

Y = Kepuasan Kerja

X1 = Gaya Kepemimpinan Kecerdasan Emosional

X2 = Kecerdasan Emosional

α = Konstanta

b1, b2 = Koefisien regresi e = Standar eror

Berdasarkan pengujian menggunakan SPSS, maka hasil persamaan regresi linear

berganda dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini :

Tabel 4.11

Hasil Regresi Linier Berganda Coefficientsa

a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja

(56)

Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui pada kolom kedua (unstandardized

Coefficients) bagian B diperoleh nilai b1 variabel gaya kepemimpinan sebesar

0,407 nilai b2 variabel kecerdasan emosional sebesar 0,415 dan nilai konstanta (a)

adalah 8,204 maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = 8,204 + 0,407 + 0,415

Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Konstanta (a) = 8,204 ini menunjukkan bahwa jika variabel gaya kepemimpinan

dan kecerdasan emosional dianggap konstan maka tingkat variabel kepuasan kerja

akan meningkat sebesar 8,204

2. Koefisien b1 (X1) = 0,407 menunjukkan bahwa jika gaya kepemipinan meningkat

satu satuan maka nilai minat berwirausaha meningkat sebesar 0,407 satuan.

3. Koefisien b2 (X2) = 0,415 menunjukkan bahwa jika sosial media meningkat satu

(57)

4.7 Pembahasan

4.7.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja

Berdasarkan hasil uji t-parsial, dapat disimpulkan bahwa variabel gaya

kepemimpinan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja, dimana nilai t-hitung varibel gaya kepemimpinan (3,235) > t-tabel

(2,05183) dan nilai signifikansi (0,003 < 0,05). Diketahui dari mayoritas jawaban

responden mengenai variabel gaya kepemimpinan dimana pernyataan yang

mendapatkan respon setuju yang paling dominan oleh responden (86,7%

reponden) adalah “Pimpinan selalu mengajarkan bagaimana untuk bekerja dengan

baik” hal ini menunjukan mayoritas responden yang merupakan karyawan café

Goedang Coffee Medan setuju bahwa peran seorang pemimpin dibutuhkan untuk

dapat memberikan arah atau pembelajaran bagi karyawan dalam bekerja dengan

baik.

Perilaku pemimpin merupakan salah satu faktor penting yang dapat

mempengaruhi kepuasan kerja. Hubungan yang akrab dan saling tolong-menolong

dengan teman sekerja serta dengan pemimpin adalah sangat penting dan memiliki

hubungan kuat dengan kepuasan kerja, semakin baik pemimpin dalam

membawahi karyawannya semakin nyaman dan puas juga para karyawan dalam

melakukan pekerjaanya, begitu pula sebaliknya.

Pernyataan yang paling dominan mendapatkan tanggapan cenderung tidak

setuju adalah “Pimpinan percaya dengan kemampuan saya” hal ini menunjukan

sebagian responden yang merupakan karyawan café yang merasa bahwa adanya

(58)

diharapkan kepada pimpinan café untuk lebih membuka diri khusunya

memberikan masukan atau arahan kepada karyawan apabila terjadi kesalahan

yang dilakukan oleh karyawan sehingga dikemudian hari skill atau kemampuan

para karyawan sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh pimpinan dan pada

akhirnya terbentuklah rasa saling percaya antara pimpinan dan karyawan.

Hasil penelitian ini didukung oleh Fauzan (2010) yang menyatakan gaya

kepemimpinan berepngaruh postif dan signifikan terhadap kepuasan kerja PT.

Yudhistira Ghalia Indonesia Area Yogyakarta dimana pada penelitian ini nilai

t-hitung variabel gaya kepemimpinan (2,561) > t-tabel (1,821) dan signifikansi

(0,012 < 0,05).

Kepemimpinan adalah proses dimana individu memengaruhi sekelompok

individu untuk mencapai tujuan bersama (Northouse, 2013:5). Menurut Robbins

(2009:58), kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi suatu

kelompok ke arah tercapainya suatu tujuan. Definisi kepemimpinan secara luas

meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi

perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki

kelompok dan budayanya. Menurut Hasibuan (2011 : 170), pemimpin adalah

seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk

mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas pekerjaan orang tersebut

(59)

4.7.2 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kepuasan Kerja

Berdasarkan hasil uji t-parsial, dapat disimpulkan bahwa variabel

kecerdasan emosional secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja, dimana nilai hitung varibel kecerdasan emosional (2,987) >

t-tabel (2,05183) dan nilai signifikansi (0,006 < 0,05). Diketahui dari mayoritas

jawaban responden mengenai variabel kecerdasan emosional dimana pernyataan

yang mendapatkan respon setuju yang paling dominan oleh responden (93,3%

reponden) adalah “Saya mampu berinteraksi dengan baik” hal ini menunjukan

mayoritas responden yang merupakan karyawan café Goedang Coffee Medan

setuju bahwa kecerdasan emosional khusunya memiliki kemampuan berinteraksi

dengan baik merupakan kecerdasan emosional yang sangat penting.

Sesuai dengan teori peristiwa afektif dimana kecerdasan emosional dalam

bekerja sangat berhubungan dengan kepuasan kerja.Kepuasan kerja merupakan

sikap emosional yang menyenangkan, dimana karyawan merasa senang dengan

tempat kerjanya dan memiliki hubungan baik dengan rekan kerja. Hasil tersebut

menunjukkan implikasi bahwa karyawan dengan kecerdasan emosional lebih

tinggi akan menumbuhkan rasa kepuasan kerja yang juga tinggi dan kesempatan

mereka untuk meninggalkan perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan

karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang rendah.

Pernyataan yang paling dominan mendapatkan tanggapan cenderung tidak

setuju adalah “Saya mampu menangani perasaan saya” hal ini menunjukan ada

sebagian karyawan yang kurang mampu untuk dapat menangani perasaan diri

(60)

profesionalisme dalam bekerja, membedakan urusan pribadi dengan urusan

pekerjaan.

Hasil penelitian ini didukung oleh Nuraningsi (2015) yang menyatakan

kecerdasan emosional berepngaruh postif dan signifikan terhadap kepuasan kerja

The Seminyak Beach and SPA Bali,dimana pada penelitian ini nilai t-hitung

variabel kecerdasan emosional (3,901) > t-tabel (1,6551) dan signifikansi (0,004 <

0,05).

Goleman dalam Yanuarita (2014:10), kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga

keselarasan emosi, dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri,

pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Menurut Robbins

dan Judge (2009, 335) Kecerdasan emosional (emotional intelligence) adalah

kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta mengelola petunjuk-petunjuk dan

informasi emosional. Orang-orang yang mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan

mampu dengan baik membaca emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam

(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam

penelitian ini, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan (Uji-F) diketahui bahwa variabel gaya kepemimpinan dan

kecerdasan emosional secara serempak berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kepuasan kerja karyawan cafe Goedang Coffee Medan.

2. Berdasarkan (Uji-t) secara parsial variabel gaya kepemimpinan dan variabel

kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan

kerja karyawan cafe Goedang Coffee Medan. Kecerdasan emosional

merupkan variabel dominan pada penelitian ini.

3. Berdasarkan perhitungan koefisien determinan (R2) menunjukkan bahwa

hubungan antar variabel gaya kepemimpinan dan kecerdasan emosional

memiliki hubungan yang cerat terhadap kepuasan kerja karyawan cafe

(62)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti memberi saran

sebagai berikut :

1. Kepada pimpinan café untuk lebih membuka diri khususnya memberikan

masukan atau arahan kepada karyawan apabila terjadi kesalahan yang

dilakukan oleh karyawan sehingga skill atau kemampuan para karyawan

sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh pimpinan dan pada akhirnya

terbentuklah rasa saling percaya antara pimpinan dan karyawan.

2. Kepada karyawan untuk lebih meningkatkan profesionalisme dalam

bekerja, membedakan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan.

3. Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas untuk mengukur kepuasan

kerja, sehingga disarankan bagi peneliti selanjutnya diharapkan

memperhatikan variabel tersebut dengan mengembangkan indikator yang

lebih tepat atau menambahkan variabel lainnya seperti kompensasi,

budaya perusahaan, pengembangan karir dan variabel lainnya yang lebih

relevan yang memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan cafe

(63)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Uraian Teoritis

2.1.1 Kepemimpinan

2.1.1.1 Defenisi Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses dimana individu memengaruhi sekelompok

individu untuk mencapai tujuan bersama (Northouse, 2013:5). Kepemimpinan

melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi di antara

orang-orang yang menginginkan perubahan signifikan, dan perubahan tersebut

mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya

(bawahan). Pengaruh dalam hal ini berarti hubungan diantara pemimpin dan

pengikut sehingga bukan sesuatu yang pasif, tetapi merupakan suatu hubungan

timbal balik dan tanpa paksaan. Dengan demikian, kepemimpinan itu merupakan

proses yang saling mempengaruhi.

Masalah kepemimpinan telah muncul bersamaan dengan dimulainya

sejarah manusia yaitu sejak manusia menyadari pentingnya hidup berkelompok

untuk mencapai tujuan bersama. Mereka membutuhkan seseorang atau beberapa

orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan daripada yang lain, terlepas dalam

bentuk apa kelompok manusia itu dibentuk. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena

manusia selalu mempunyai keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu.

Menurut Robbins (2009:58), kepemimpinan merupakan kemampuan untuk

(64)

kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan

tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,

mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Menurut Hasibuan

(2011: 170), pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan

kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas

pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan.

2.1.1.2 Unsur Pokok Kepemimpinan

Rumusan kepemimpinan dari sejumlah ahli tersebut menunjukkan bahwa

dalam suatu organisasi terdapat orang yang mempunyai kemampuan untuk

mempengaruhi, mengarahkan, membimbing dan juga sebagian orang yang

mempunyai kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mengikuti apa

yang menjadi kehendak dari pada atasan atau pimpinan mereka. Karena itu,

kepemimpinan dapat dipahami sebagai kemampuan mempengaruhi bawahan agar

terbentuk kerjasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.

Apabila orang-orang yang menjadi pengikut atau bawahan dapat dipengaruhi oleh

kekuatan kepemimpinan yang dimiliki oleh atasan maka mereka akan mau

(65)

Pemimpin

Gambar 2.1 Unsur-unsur Pokok dalam Kepemimpinan

Pemimpin mempengaruhi bawahannya, demikian sebaliknya. Orang-orang

yang terlibat dalam hubungan tersebut menginginkan sebuah perubahan sehingga

pemimpin diharapkan mampu menciptakan perubahan yang signifikan dalam

organisasi dan bukan mempertahankan status. Selanjutnya, perubahan tersebut

bukan merupakan suatu yang diinginkan pemimpin, tetapi lebih pada tujuan yang

diinginkan dan dimiliki bersama. Tujuan tersebut merupakan sesuatu yang

diinginkan, yang diharapkan, yang harus dicapai dimasa depan sehingga tujuan ini

menjadi motivasi utama visi dan misi organisasi. Pemimpin mempengaruhi

pengikutnya untuk mencapai perubahan berupa hasil yang diinginkan bersama

(Anoraga, 2000:190). Kepemimpinan merupakan aktivitas orang-orang, yang

terjadi di antara orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk

orang-orang sehingga kepemimpinan melibatkan pengikut. Proses kepemimpinan juga

Pengikut Pengaruh

Tujuan

Keinginan / Niat

Tanggung Jawab Pribadi

(66)

melibatkan keinginan dan niat, keterlibatan yang aktif antara pemimpin dan

pengikut untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Dengan demikian, baik

pemimpin ataupun pengikut mengambil tanggung jawab pribadi (personal

responbility) untuk mencapai tujuan bersama tersebut.

Menurut Kielson (Anoraga:2000) ada Perubahan paradigma yang

muncul sehingga harus diadopsi oleh pemimpin dan organisasi. Paradigma ini

akan menentukan pola dan gaya kepemimpinan seorang pemimpin sehari-hari,

selama pemimpin mengarahkan organisasi menuju kesuksesan di masa depan.

Dalam hal ini, secara umum paradigma diartikan sebagai pola pikir dan cara

pandang yang mencerminkan pemahaman dan penerimaan akan dunia.

Realitas Baru Bagi Pemimpin

Paradigma Lama Paradigma baru

Masa Industri Masa Informasi

Stabilitas Kontrol

Kompetensi Kolaborasi

Barang Orang dan Hubungan

Sumber: Safaria (2004)

Gambar 2.2 Perbedaan orientasi atau Paradigma Lama dan Baru

Tugas seorang pemimpin pada garis besarnya ada tiga (Anoraga, 2000: 193) yaitu:

1. Memberikan struktur terhadap situasi

Tugas pemimpin memberikan struktur terhadap suatu situasi maksudnya

adalah menyederahanakan dan mencarikan alternatif pemesahan/solusi

(67)

2. Mengendalikan tingkah laku kelompok

Mengawasi, memantau dan mengendalikan tingkah laku kelompok yang

mungkin dapat merugikan atau tingkah laku individu yang dapat

merugikan kemlompok.

3. Sebagai juru bicara kelompoknya.

Memberikan informasi yang benar, meluruskan informasi kepada

masyarakat tentang sesuatu yang diperlukan dalam rangka mengamankan

kelompoknya. Juga memberikan informasi ke bawahan tentang sesuatu

yang dibutuhkan bawahan.

Dalam kehidupannya sebagai pemimpin di dalam kelompok social

organisasi, seorang pemimpin akan dituntut oleh beberapa hal, yang

meliputisekumpulan peran yang kompleks, dan demikian pula dengan fungsinya.

Dalam kaitannya dengan fungsi dan peran, seorang pemimpin dapat

mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada para pembantunya sesuai

dengan kedudukan yang ada dan berlaku.

Peranan pemimpin yang dimaksud (Anoraga, 2000:194) adalah :

1. Pemimpin sebagai perencana

2. Pemimpin sebagai pembuat kebijakan

3. Pemimpin sebagai ahli

4. Pemimpin sebagai pelaksana

5. Pemimpin sebagai pengendali

6. Pemimpin sebagai pemberi hadiah dan hukuman

(68)

8. Pemimpin sebagai tempat menimpa segala kesalahan

9. Pemimpin sebagai pengganti peran anggota lain

Kepemimpinan memiliki kaitan yang erat degan kekuasaan. Dalam hal ini

Boonedan Kurzt dalam Anoraga (2000,195) mengemukakan: “Apa pun bentuknya

kepemimpinan selalu melibatkan penggunaan kekuasaan. Mereka juga

mengemukakan defenisi kekuasaan sebagai : Kemampuan seseorang dalam

mempengaruhi perilaku orang lain.”

2.1.2 Gaya Kepemimpinan Tranformasional

2.1.2.1 Defenisi Gaya Kepemimpinan Transformasional

Gaya kepemimpinan seorang pemimpin merupakan hal yang ikut

menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Dan penerapan

gayamemimpin antara satu organisasi dengan organisasi yang lain berbeda-beda

sesuai dengan kondisi organisasi dan pola kerja anggota organisasi, sehingga

dalam penerapannya gaya kepemimpinan ini akan meningkatkan kinerja para

anggota organisasi.

Menurut Hasibuan (2011 : 170), gaya kepemimpinan adalah cara seorang

pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja

secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Robbins (2009), gaya

kepemimpinan adalah cara yang digunakan seseorang untuk mempengaruhi

kelompok menuju tercapainya sasaran. Dalam hal ini usaha menselaraskan

persepsi di antara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan orang yang

(69)

Menurut Northouse(2013,176) Kepemimpinantransformasional

merupakan proses dimana orang terlibat dengan orang lain, dan menciptakan

hubungan yang meningkatkan motivasi dan moralitas dalam diri pemimpin dan

pengikut. Jenis pemimpin ini memiliki perhatian pada kebutuhan dan motif

pengikut, serta mencoba membantu pengikut mencapai potensi terbaik mereka.

Menurut Tjiptono dan Syakhroza dalam Pramesti (2013) kepemimpinan

transformasional adalah kepemimpinan yang mencakup upaya perubahan

organisasi (sebagai kepemimpinan yang dirancang untuk mempertahankan status

quo). Perubahan yang dilakukan organisasi ini dikarenakan cara-cara organisasi

lama sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi pada saat medatang.

Menurut Burns dalam Jandaghi et al., (2009) kepemimpinan transformasional

adalah proses di mana para pemimpin dan pengikutmempromosikan satu sama

lain untuk tingkat yang lebih tinggi moralitas dan motivasi . Pemimpin

transformasional membantu pengikut mereka untuk melihat masalah lama melalui

perspektif baru . Mereka merangsang pengikut mereka untuk mencoba lebih

tinggi dari tingkat biasanya. Pemimpin transformasional menginspirasi para

pengikutnya untuk berpikir lebih dari mereka sendiri bertujuan dan kepentingan

dan untuk fokus pada tim yang lebih besar , organisasi , tujuan nasional dan

global, memberikan perspektif masa depan , pemimpin seperti ini mempengaruhi

lebih dari pengikut mereka dengan cara menganggap bahwa perspektif sebagai

tujuan mereka sendiri dan menunjukkan upaya yang tinggi untuk mencapainya .

(70)

ideal dengan mengkoordinasikan karyawan dan mengintegrasikan semua sistem

komponen.

Bass dalam (Northouse, 2013:179) bahwa kepemimpinan transformasional

memotivasi pengikut untuk melakukan lebih dari yang di harapkan dengan:

a. Meningkatkan tingkat pemahaman pengikut akan kegunaan dan nilai dari

tujuan yang rinci dan ideal;

b. Membuat pengikut mengalahkan kepentingan sendiri demi tim atau

organisasi;

c. Menggerakan pengikut untuk memenuhi kebutuhan tingkatan yang lebih

tinggi.

Burn dalam (Anoraga, 2009) mengidentifikasi dua tipe kepemimpinan politik,

yaitu kepemimpinan tranformasional dan kepemimpinan transaksional.

Kepemimpinan Transformasional dicirikan sebagai pemimpin yang berfokus

padapencapaian perubahan nilai-nilai, kepercayaan, sikap, perilaku, emosional

dan kebutuhan bawahan menuju perubahan yang lebih baik di masa depan.

Pemimpin transformasional merupakan seorang agen perubahan yang berusaha

keras untuk melakukan transformasi ulang organisasi secara menyeluruh sehingga

organisasi bisa mencapai kinerja yang lebih maksimal di masa depan.

Menurut Bass, pemimpin transformasional ini mampu membawa organisasi

menuju kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemimpin transaksional.

Iklim dan akibat yang di peroleh bawahan dari pemimpin transformasional adalah

dengan meningkatnya motivasi kerja, antusiasme, komitmen, kepuasan kerja,

(71)

2.1.2.2 Karakteristik Gaya Kepemimpinan Transformasional

Dari hasil penelitiannya, Devanna dan Tichy dalam (Luthans : 2001)

mengemukakan beberapa karakteristik dari pemimpin transformasional yang

efektif, antara lain :

1. Mereka mengidentifikasi dirinya sendiri sebagai agen perubahan.

2. Mereka mendorong keberanian dan pengambilan resiko.

3. Mereka percaya pada orang-orang.

4. Mereka dilandasi oleh nilai-nilai.

5. Mereka adalah seorang pembelajar sepanjang hidup (lifelongs learners).

6. Mereka memiliki kemampuan untuk mengatasi kompleksitas, ambiguitas,

dan ketidakpastian.

7. Mereka juga adalah seorang pemimpin yang visioner.

Berhasil atau tidaknya sebuah perusahaan sangat ditentukan oleh

kepemimpinan, karena pemimpin bertanggungjawab atas kegagalan pelaksanaan

pekerjaan, sebaliknya kesuksesan dalam memimpin sebuah organisasi merupakan

keberhasilan seseorang mempengaruhi orang lain untuk menggerakkan atau

menjalankan visinya, selain itu adanya koordinasi atau kerjasama yang baik antara

pimpinan dan bawahannya. Pernyataan tersebut sebagaimana diuraikan oleh

(Wahjosumidjo, 2001:172) kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan

motivasi karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada

kewibawaan, selain itu bagaimana menciptakan motivasi dalam diri setiap

Gambar

GRAFIK HISTOGRAM UJI NORMALITAS
Tabel 3.1  Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.3 Validasi Tiap Pernyataan
Tabel 3.4 Reliabillity Statistic
+7

Referensi

Dokumen terkait

Presiden tentang Pembubaran Dewan Riset Nasional, Dewan Ketahanan Pangan, Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura, Badan Standardisasi dan Akreditasi

Hasil penelitian dapat disimpulkan : 1) Nilai tambah pada rantai pasok produk tuna beku di PT. Sari Tuna Makmur Kota Bitung, berupa nilai tambah pada jumlah tenaga kerja

Kaitan hubungan antara sifat fisik, kimia, fisiologi dan organoleptik buah dan sayuran adalah pada tingakat kematangan buah dan sayur maka akan mengalami perunbahan berat,

Cara instan tersebut adalah dengan meng-copy paste perencanaan pembelajaran yang digunakan sebagai patokan dalam proses pembelajaran atau biasa disebut sebagai perilaku plagiat

Secara epistimologi six sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki suatu proses dengan memfokuskan pada usaha-usaha untuk memperkecil variasi yang terjadi

Kepadatan yang tinggi itu sendiri merupakan faktor paling umum yang dapat menimbulkan perasaan sesak, namun seperti yang kita lihat, hal itu tidak selalu menuntun pada rasa

(1) Guru Bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan bimbingan dan konseling berupa teknik permainan peran (role playing), dimana teknik ini dapat di gunakan

4. Pada menu konsultasi ini pengguna bisa mengkonsultasikan gejala yang terjadi pada ayamnya sehingga tahu penyakit apa yang diderita oleh ayam dengan mengetahui