Lampiran 1 No.___ Kuesioner
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kecerdasan Emosional Terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan
Saya salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara bermaksud melakukan penelitian dengan menggunakan kuesioner ini. Saya mohon kesediannya untuk mengisi kuesioner ini.
Berilah jawaban berikut sesuai dengan pendapat anda dengan cara memberi tanda centang (√) pada kolom yang tersedia.
Skor Pendapat Responden
Tidak Setuju 1 2 3 4 5 Setuju
Identitas Responden a. Jenis kelamin :
a. Laki – laki b. Perempuan
b. Usia : • 20-25 tahun
• 26-30 tahun
• 31-35 tahun
• Lebih dari 35 tahun
c. Pendidikan :
• SLTA / sederajat
• Diploma
• Sarjana
d. Lama bekerja : • 1-2 tahun
• 3-5 tahun
I.Gaya Kepemimpinan Transformasional
No. Pernyataan Skala Pengukuran
1 2 3 4 5
1 Pimpinan saya merupakan teladan bagi saya
2 Pimpinan menerapkan perilaku yang baik kepada saya
3 Pimpinan percaya dengan kemampuan saya
4 Pimpinan menjelaskan visi dan misi perusahaan
5 Pimpinan menginspirasi saya melalui motivasinya
6 Pimpinan mengarahkan saya untuk tetap fokus saat bekerja
7 Pimpinan menuntut saya untuk bersikap kreatif
8 Pimpinan menuntut saya untuk mampu berinovasi
9 Pimpinan mendorong saya untuk yakin akan kemampuan yang saya miliki
10 Pimpinan mengarahkan cara mengambil keputusan dengan tepat
11 Pimpinan mau mendengarkan aspirasi dari bawahannya
12 Pimpinan selalu mengajarkan bagaimana untuk bekerja dengan baik
II.Kecerdasan Emosional
No. Pernyataan Skala Pengukuran
1 2 3 4 5
1 Saya mampu menangani perasaan saya
2 Saya mampu mengendalikan emosi saya
3 Saya memiliki keinginan dari dalam diri saya terhadap sesuatu yang ingin saya capai
4 Ada dorongan dari dalam diri saya untuk mencapai keinginan saya
5 Saya memiliki sifat optimis
6 Saya memiliki rasa empati kepada orang lain
7 Saya mampu mendengarkan perasaan disampaikan oleh orang lain
8 Saya mampu menerima pendapat dari orang lain
9 Saya mampu berinteraksi dengan baik
III.Kepuasan Kerja Karyawan
No. Pernyataan Skala Pengukuran
1 2 3 4 5
1 Lingkungan kerja saya sekarang sesuai dengan yang saya harapkan
2 Uraian Tugas yang saya terima sesuai dengan harapan
3 Tanggung jawab saya sesuai dengan harapan
Lampiran 2
VAR00015 104.2333 87.909 .625 .934
VAR00016 104.1000 91.817 .401 .937
VAR00017 104.1333 93.844 .197 .940
VAR00018 104.2000 92.234 .519 .936
VAR00019 104.2000 89.959 .594 .935
VAR00020 104.5000 94.190 .245 .938
VAR00021 104.1333 87.982 .803 .932
VAR00022 104.2000 91.752 .581 .935
VAR00023 104.4000 91.421 .420 .937
VAR00024 104.2333 86.737 .719 .933
VAR00025 104.4000 94.248 .168 .940
VAR00026 104.1333 88.051 .711 .933
VAR00027 104.0667 86.961 .757 .932
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
Lampiran 3
HASIL REGRESI ANALISIS LINIER BERGANDA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.204 5.770 1.422 .166
Gaya Kepemimpinan .407 .126 .461 3.235 .003
Kecerdasan Emosional .415 .139 .426 2.987 .006
a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Uji Normalitas Pendekatan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 30
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.47405048
Most Extreme Differences Absolute .165
Positive .075
Negative -.165
Kolmogorov-Smirnov Z .902
Asymp. Sig. (2-tailed) .390
Lampiran 7
Lampiran 8
Uji Glesjer Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.183 3.930 1.319 .198
Gaya Kepemimpinan -.002 .086 -.005 -.027 .978
Kecerdasan Emosional -.091 .095 -.187 -.966 .343
Lampiran 9
Uji Nilai Tolerance dan VIF
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8.204 5.770 1.422 .166
Gaya
Kepemimpinan .407 .126 .461 3.235 .003 .955 1.048
Kecerdasan
Emosional .415 .139 .426 2.987 .006 .955 1.048
a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Lampiran 10
Hasil Uji F Signifikansi Simultan (UJI-F)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 161.860 2 80.930 12.310 .000a
Residual 177.507 27 6.574
Total 339.367 29
a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Emosional, Gaya Kepemimpinan b. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Lampiran 11
Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.204 5.770 1.422 .166
Gaya Kepemimpinan .407 .126 .461 3.235 .003
Kecerdasan Emosional .415 .139 .426 2.987 .006
a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Lampiran 12
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .691a .477 .438 2.56405
Lampiran 13
Distribusi Jawaban Pernyataan Responden Variabel Gaya Kepemimpinan
No. Item
Gaya Kepemimpianan
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13
Lampiran 14
Distribusi Jawaban Pernyataan Responden Variabel Kecerdasan Emosional
No. Item
Kecerdasan Emosional
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10
Lampiran 15
Distribusi Jawaban Pernyataan Responden Variabel Kepuasan Kerja
No. Item
Q1 Q2 Q3 Q4
DAFTAR PUSTAKA
Anorga, Pandji, 2000. Manajemen Bisnis, Rhineka Cipta, Semarang.
BUKU
Astomoen, H Moko, 2005. Entreprenurship, Alfabeta, Bandung.
Basrowi, 2011. Kewirausahaan Untuk Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Bongsu, Raja. & Helmi, Syafrizal, 2010. Keriwausahaan, Usu Press, Medan. Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Usu
Press, Medan.
Erlina, 2011. Metodologi Penelitian, USU Press, Medan.
Hasibuan, Malayu, 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.
Kuncoro, Mudrajat, 2009. Metode Riset untuk Ekonomi dan Bisnis, Erlangga, Kaliurang.
Nasution, Arman Hakim. Arifin Noer, Bustanul. & Suef, Mokhamad, 2005.
Membangun Spirit Entrepreneur Muda Indonesia, Elexmedia Komputindo, Jakarta.
Northouse, Peter G, 2013. Kepemimpinan Teori dan Praktik, Indeks, Jakarta Barat.
Riduwan, 2012. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Alfabeta, Jakarta.
Robbin, Stephen P. & Judge, Timothy A, 2008. Perilaku Organisasi, Salemba Empat, Jakarta.
Safaria, Triantoro, 2004. Kepemimpinan, Graha Ilmu, Jakarta.
Situmorang, Syafrizal Helmi. & Lutfi, Muslich, 2014. Analisis Data, Usu Press, Medan.
Sunyoto, Danang, 2013. Kewirausahaan Untuk Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta.
Thoha, Miftah, 2000. Kepemimpinan Dalam Manajemen, Grafindo, Jakarta. Yanuarita, Franc. Andri, 2014. Rahasia Otak dan Kecerdasan Anak, Teranova
Books, Jawa Tengah.
Jandaghi, Gholamreza. & Matin, Hasan Zareei. 2009. Comparing
Transformational Leadership in Successful and Unsuccessful Companies. The Journal of International Social Research. Vol. 2, No. 6, Hal. 356-372.
JURNAL
Muchtar, Yasmin Chairunisa. & Qamariah, Inneke. 2014. The Influence of Transformational Leadership Style on Innovation Mediated by
Organizational Culture. Journal of Management Research. Vol. 6, No. 4, Hal. 176-186.
Naseer, Zainab., Chishti, Saeed-ul-Hassan., Rahman, Fazalur. & Jumani, Nabi Bux. 2011. Impact Of Emotional Intelligence on Team Performance in Higher Education Institutes. International Online Journal of Educational Sciences. Vol. 3, No. 1, Hal. 30-46.
Nesculescu, Ecaterina. & Mironov, Gabriela. 2010. Emotional Intelligence in Romnaian Business. European Integration – Realities and Perspectives. Pinos, Victor., Twigg, Nicholas W., Parayitam, Satyanarayana. & Olson,
Bradley J. 2006. Leadership In The 21st Century: The Effect Of Emotinal Intelligence.Academy of Strategic Management Journal. Vol. 5, No.2, Hal. 124-135
Pramesti, Nectaria Putri. 2013. Hubungan Gaya Kepemimpinan Manajer Proyek, Kepercayaan dan Kberhasilan Proyek Kontruksi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Vol. 12, No. 2, Hal. 128-136.
Sarinnapakorn, Fonthip. & Sucaromana, Usaporn. 2013. Emotional Intelligence among Business Consultants: A Comparative Study. Asian Social Science. Vol. 9, No. 3, Hal. 1-6.
Sumiyarsih, Wiwik., Mujiasih, Endah., & Ariati, Jati, 2012. Hubungan Antara Kecerdasan emosional Dengan Organizational Citizenship Behavior
(OCB) Pada Karyawan CV. Aneka Ilmu Semarang. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Vol. 11, No. 1, Hal. 19-27.
Hermana, Yusdian Frizi. 2013. Pengrauh Kecerdasan Emosional Wirausaha Terhadap Keberhasilan Usaha (Survei pada Pengusaha Kain di Sentra
Industri Kain Cigondewah Bandung). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
SKRIPSI
Manthey, Faisal Reza. 2011. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Bengkel Barspeed Medan.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Dyan, Catarina. 2010. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan
Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan (Studi PAda Proyek
Konversi Energi Batubara PT Petrokimia Gresik). Universitas Brawijaya. Malang.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif kuantitatif.
Penelitian asosiatif menurut Sugiyono (2004 : 11) merupakan “penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih”. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional dan
kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di café GOEDANG COFFEE yang ada di
MedanJalan mahoni. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2016.
3.3 Batasan Operasional
Batasan Operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel independen (X), yaitu:
a. Gaya Kepemimpinan Transformasional (X1)
b. Kecerdasan Emosional (X2)
2. Variabel dependen (Y), yaitu:
a. Keberhasilan Usaha (Y)
3.4Definisi Operasional Variabel
Pada penelitian ini variabel – variabel yang dioperasionalkan adalah
semua variabel yang termasuk dalam hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk
memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian, maka
1.Variabel Independen (X) : Gaya Kepemimpinan Transformasional (X1)
Kepemimpinan transformasional merupakan proses dimana orang terlibat
dengan orang lain, dan menciptakan hubungan yang meningkatkan motivasi dan
moralitas dalam diri pemimpin dan pengikut.
Jenis pemimpin ini memiliki perhatian pada kebutuhan dan motif pengikut, serta
mencoba membantu pengikut mencapai potensi terbaik mereka (Northouse
2013:176).
2.Variabel Independen (X) : Kecerdasan Emosional (X2)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan
emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi, dan pengungkapannya
melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan
keterampilan sosial, Goleman (Yanuarita, 2014:10)
3.Variabel Dependen (Y) : Kepuasan Kerja (Y)
Kepuasan kerja merupakan suatu sikap umum terhadap pekerjaan
seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dan
banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima (Robbins 2001:17)
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Defenisi Indikator Skala
Gaya
meningkatkan c. Keinginan dari dalam
diri.
d. Dorongan dari dalam diri.
e. Optimisme
dengan b. Kesesuaian uraian
tugas dengan harapan c. Kesesuaian tanggung
Sumber : Northouse (2013), Robbin dan Judge (2009), Nasution (2001), Anoraga danRetno (2011), Jandaghi et al.,(2009), Sukiman (2001), dan Robbins (2001).
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan skala numerik (numeric scale). Erlina
(2008:61) menyatakan, skala numerik sama dengan skala perbedaan semantik
dengan memberikan angka sebagai penilaian diantara nilai yang ada. Angka bisa
Tabel 3.2
Skor Pendapat Responden
Tidak Setuju 1 2 3 4 5 Setuju
Sumber : Erlina (2009:61)
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
3.6.1 Populasi
Kuncoro (2009:118) populasi adalah “kelompok elemen yang lengkap,
yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik
untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian”. Populasi dari penelitian ini
adalah seluruh karyawan dari Cafe sebanyak 30 orang.
3.6.2 Sampel
Sampel adalah “suatu himpunan bagian dari unit populasi” (Kuncoro,
2009 : 118). Sampel pada penelitian ini didapat dengan teknik pengambilan
sampel Nonprobability Sampling dengan Sampel Jenuh. Menurut Kuncoro (2009)
Non Probability Sampling adalah tekhnik sampling yang memberi peluang atau
kesempatan tidak sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih jadi
sampel. Peneliti menggunakan teknik sampling ini karena jumlah populasi hanya
sebanyak 30 orang. Menurut Riduwan (2012:64), “sampling jenuh ialah teknik
pegambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal
juga dengan istilah sensus”. Sampling jenuh dilakukan apabila populasinya
Dalam penelitian ini, jumlah populasi sebanyak 30 orang oleh karena itu,
semua anggota populasi dijadikan sampel penelitian. Sehingga sampel yang
diambil pada penelitian ini sebanyak 30 orang.
3.7 Jenis Data
Peneliti menggunakan dua jenis data dalam melakukan penelitian ini yaitu:
a. Data Primer
Data primer (primary data) yaitu “data yang dikumpulkan sendiri oleh
perorangan/suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk
kepentingan studi yang bersangkutan yang dapat berupa interviu, observasi”.
(Situmorang dan Lufti, 2014:3).
b. Data Sekunder
Data sekunder dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak, dimana data itu
telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya (Erlina, 2011 : 31). Data sekunder
ini diperoleh melalui studi dokumentasi dengan mempelajari berbagai tulisan
melalui buku, jurnal, dan internet untuk mendukung penelitian ini.
3.8Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik,
yaitu:
1.Wawancara
Penulis melakukan wawancara langsung dengan karyawan untuk mendapatkan
2.Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan mengenai variabel yang diteliti dalam
penelitian ini yang akan diisi oleh responden. Daftar pertanyaan(quesioner) yang
diberikan kepada karyawan Goedang Coffee yang menjadi responden dalam
penelitian.
3.9Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
3.9.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan sah atau valid jika pertanyaan pada
kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner itu (Ghozali, 2001: 52). Uji validitas dilakukan di Cafe Chirrugie yang
berada di Medan. Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian validitas data
instrumen adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai rhitung> rtabel maka pernyataan tersebut dinyatakan valid.
Sumber : Hasil Pengelolahan SPSS (2016)
Pada Tabel 3.3 diatas terlihat seluruh pernyataan valid, karena seluruh
nilai Corrected Item-Total Correclation pada tiap pernyataaan memiliki nilai
diatas 0,361 sehingga dapat dinyatakan 27 (Dua puluh Tujuh) butir pernyataan
pada kuesioner dalam penelitian ini valid.
3.9.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang dinyatakan valid.
Uji ini digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari
variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan realibel atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu. Pernyataan yang telah dinyatakan valid dalam uji validitas maka akan
ditentukan realibilitasnya dengan kriteria sebagai berikut :Jika nilai Cronbach's
Alpha> 0,8 maka reliabilitas sangat baik0,7 <Cronbach's Alpha< 0,8 maka
reliabilitas baikJika nilai Cronbach's Alpha< 0,7 maka tidak reliable.
Tabel 3.4 Reliabillity Statistic
Sumber : Hasil Pengelolahan SPSS (2016)
Tabel 3.4 menjelaskan bahwa semua butir pernyataan instrument
kuesioner memiliki reliable sangat baik karena nilai Cronbach's Alphasebesar
0,924 lebih besar dari 0,80.
3.10 Uji Asumsi Klasik
3.10.1 Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah
data mengikuti atau mendekati distribusi normal” (Situmorang dan Lufti,
2014:114).Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan histogram, grafik dan Kolmogorv-Smirnov dengan menggunakan
tingkat signifikan 5%.
3.10.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah grup
mempunyai varian yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians
sama, dan ini yang seharusnya terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas.
Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas
(Situmorang dan Lufti, 2014 : 121).
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan grafik dan statistik melalui uji Glejser dengan menggunakan tingkat
signifikan 5%.
3.10.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
model regresi” (Situmorang dan Lufti, 2014 : 147). Adanya multikolinearitas
dapat dilihat dari Tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF).
Batas Tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF adalahm 5. Apabila Tolerance
value < 0,1 atau VIF > 5 maka terjadi multikolinieritas. Tetapi jika Tolerance
value > 0,1 atau VIF < 5 maka tidak terjadi multikolinearitas.
3.11 Teknik Analisis Linear Berganda
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh Kepemimpinan
Transformasional dan Kecerdasan Emosional terhadap keberhasilan usaha. Selain
itu analisis linier regresi digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang
diajukan,yang modelnya sebagai berikut:
Y= a+b1X1+b2X2+e
Keterangan :
Y = Kepuasan Kerja
X1 = Kepemimpinan Transformasional X2 = Kecerdasan Emosional
B = Koefisien Regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan) a = Konstanta
e = Variabel pengganggu
3.12 Pengujian Hipotesis
a. Uji F atau Uji signifikansi Persamaan
Uji F adalah pengujian signifikan persamaan yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variable bebas (X1,X2) secara bersama-sama
b. Uji t
Uji t adalah pengujian koefisien regresi parsial indivdual yang digunakan
untuk mengetahui apakah variable independen (X) secara individual
mempengaruhi variable dependen (Y).
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui presentase
perubahan variable tidak bebas (Y) yang disebabkan oleh variable bebas (X). Jika
R2 semakin besar , maka presentase perubahan variable tidak bebas (Y) yang
disebabkan oleh variable bebas (X) semakin tinggi. Jika R2 semakin kecil, maka
presentase perubahan variable tidak bebas (Y) yang disebabkan oleh variable
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Café Goedang Coffee Medan
Usaha Cafe termasuk salah satu usaha yang diperkirakan berhasil di
beberapa kota di Indonesia, dimana telah berjalan selama bertahun-tahun dan
memilki cita rasa masakan tersendiri. Usaha Cafe dapat bertahan dan berkembang
seperti sekarang tentu saja berkat kerja keras pemilik dan para karyawannya.
Goedang Coffee merupakan salah satu cafe yang terletak di jalan
Mahoni,Kota Medan. Yang didirikan pada tanggal 6 Februari 2010. Goedang
Coffee merupakan suatu bentuk usaha yang bergerak di bidang jasa pelayanan
pangan, yaitu masakan Indonesia, Italia, Barat, dan Chinese. Goedang Coffee
menawarkan pelayanan yang baik, dan tempat yang nyaman. Cafe Goedang
Coffee juga memberikan fasilitas Wi-fi dan lapangan parkir yang luas.
Goedang Coffee mempunyai tujuan antara lain:
a. Mencari keuntungan/laba secara wajar dan berusaha meningkatkan laba yang
diperoleh demi kelangsungan hidup dan perluasan usaha, serta menjaga citra
atau nama baik cafe.
b. Memberi kepuasan bagi para konsumen melalui pemenuhan kebutuhan
4.2. Karakteristik Responden
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1
Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Kategori Nominal Jumlah %
1. Laki-laki 13 43,3
2. Perempuan 17 56,7
Total 30
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa mayoritas responden berjenis kelamin
perempuan dengan persentase (56,7 %) atau berjumlah 17 orang, dan 13
responden berjenis kelamin laki-laki dengan persentase (43,3 %)
4.2.2 Karateristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2
Karateristik Responden Berdasarkan Usia
No. Kategori
(Tahun)
Jumlah
Nominal %
1. 20 – 25 23 76,7
2. 26 – 30 7 23,3
3. 31 – 35 0 0
4. > 35 0 0
Total 30
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan usia
terdiri dari usia 20 – 25 tahun berjumlah 23 orang (76,7%) dan usia 26 – 30
4.2.3 Karateristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.3
Karateristik Responden Berdasarkan Pendidikan
No. Kategori Nominal Jumlah %
1. SMA 23 76,7
2. Diploma 4 13,3
3. Sarjana 3 10
Total 30
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan
pendidikan terdiri dari 23 orang (76,7%) berpendidikan SMA, 4 orang (13,3%)
berpendidikan Diploma dan 3 orang (10%) berpendidikan Sarjana.
4.2.4 Karateristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Tabel 4.4
Karateristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
No. Kategori (Tahun) Nominal Jumlah %
1. 1 – 2 16 53,3
2. 3 – 5 9 30
3. > 6 5 1,7
Total 30
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan lama
bekerja dari 16 orang (53,3%) bekerja selama 1 - 2 tahun, 9 orang (30%) bekerja 3
4.3 Deskriptif Variabel
4.3.1 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan
Tabel 4.5
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional
Sumber: Hasil Penelitian
1. Pada pernyataan pertama, “Pimpinan saya merupakan teladan bagi saya.”,
sebanyak 13,3% responden menyatakan sangat setuju, 66,7% responden
menyatakan setuju, dan 20% responden menyatakan kurang setuju dengan
pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.
No. Item
Sangat Setuju Setuju Kurang
2. Pada pernyataan kedua, “Pimpinan menerapkan perilaku yang baik kepada
saya”, sebanyak 6,7% responden menyatakan sangat setuju, 76,7%
responden menyatakan setuju, dan 16,7% responden menyatakan kurang
setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.
3. Pada pernyataan ketiga, “Pimpinan percaya dengan kemampuan saya”,
sebanyak 6,7% responden menyatakan sangat setuju, 66,7% menyatakan
setuju, dan 26,7% responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan
setuju terhadap pernyataan tersebut.
4. Pada pernyataan keempat, “Pimpinan menjelaskan visi dan misi
perusahaan”, sebanyak 20% responden menyatakan sangat setuju, 66,7%
responden menyatakan setuju, dan 13,3% responden menyatakan kurang
setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
responden menyatakansetuju terhadap pernyataan tersebut.
5. Pada pernyataan kelima, “Pimpinan menginspirasi saya melalui
motivasinya”, sebanyak 10% responden menyatakan sangat setuju, 76,7%
responden menyatakan setuju, dan 13,3% responden menyatakan kurang
setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
6. Pada pernyataan keenam, “Pimpinan mengarahkan saya untuk tetap fokus
saat bekerja”, sebanyak 16,7% responden menyatakan sangat setuju, 70%
responden menyatakan setuju, dan 13,3% responden menyatakan kurang
setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.
7. Pada pernyataan ketuju, “Pimpinan menuntut saya untuk bersikap
kreatif.”, sebanyak 23,3% responden menyatakan sangat setuju, 56,7%
responden menyatakan setuju, dan 20% responden menyatakan kurang
setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.
8. Pada pernyataan kedelapan, “Pimpinan menuntut saya untuk mampu
berinovasi”, sebanyak 26,7% responden menyatakan sangat setuju, 56,7%
responden menyatakan setuju, dan 16,7% responden menyatakan kurang
setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.
9. Pada pernyataan kesembilan, “Pimpinan mendorong saya untuk yakin
akan kemampuan yang saya miliki”, sebanyak 23,3% responden
menyatakan sangat setuju, 53,3% responden menyatakan setuju, dan
23,3% responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju
10.Pada pernyataan kesepuluh, “Pimpinan mengarahkan cara mengambil
keputusan dengan tepat.”, sebanyak 20% responden menyatakan sangat
setuju, 63,3% responden menyatakan setuju, dan 16,7% responden
menyatakan kurang setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju terhadap
pernyataan tersebut.
11.Pada pernyataan kesebelas, “Pimpinan mau mendengarkan aspirasi dari
bawahannya”, sebanyak 23,3% responden menyatakan sangat setuju,
63,3% responden menyatakan setuju, dan 13,3% responden menyatakan
kurang setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.
12.Pada pernyataan kedua belas, “Pimpinan selalu mengajarkan bagaimana
untuk bekerja dengan baik.”, sebanyak 30% responden menyatakan sangat
setuju, 56,7% responden menyatakan setuju, dan 13,3% responden
menyatakan kurang setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju terhadap
pernyataan tersebut.
13.Pada pernyataan ketiga belas, “Pimpinan memotivasi saya akan target
yang diinginkan”, sebanyak 23,3% responden menyatakan sangat setuju,
63,3% responden menyatakan setuju, dan 13,3% responden menyatakan
kurang setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
4.3.2 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kecerdasan Emosional
Tabel 4.6
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kecerdasan Emosional
Sumber: Hasil Penelitian
1. Pada pernyataan pertama,“Saya mampu menangani perasaan saya.”, sebanyak
16,7% responden menyatakan sangat setuju, 56,7% responden menyatakan
setuju, dan 26,7% responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju
terhadap pernyataan tersebut
2. Pada pernyataan kedua, “Saya mampu mengendalikan emosi saya”, sebanyak
23,3% responden menyatakan sangat setuju, 53,3% responden menyatakan
setuju, dan 23,3% responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju
terhadap pernyataan tersebut.
No. Item
Sangat Setuju Setuju Kurang
3. Pada pernyataan ketiga, “Saya memiliki keinginan dari dalam diri saya terhadap
sesuatu yang ingin saya capai”, sebanyak 23,3% responden menyatakan sangat
setuju, 66,7% menyatakan setuju, dan 10% responden menyatakan kurang
setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.
4. Pada pernyataan keempat, “Ada dorongan dari dalam diri saya untuk mencapai
keinginan saya”, sebanyak 23,3% responden menyatakan sangat setuju, 63,3%
responden menyatakan setuju, dan 13,3% responden menyatakan kurang
setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
responden menyatakansetuju terhadap pernyataan tersebut.
5. Pada pernyataan kelima, “Saya memiliki sifat optimis”, sebanyak 10%
responden menyatakan sangat setuju, 83,3% responden menyatakan setuju,
dan 6,7% responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju terhadap
pernyataan tersebut.
6. Pada pernyataan keenam, “Saya memiliki rasa empati kepada orang lain”,
sebanyak 16,7% responden menyatakan sangat setuju, 70% responden
menyatakan setuju, dan 13,3% responden menyatakan kurang setuju dengan
pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
7. Pada pernyataan ketuju, “Saya mampu mendengarkan perasaan disampaikan oleh
orang lain.”, sebanyak 73,3% responden menyatakan setuju, dan 26,7%
responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju terhadap
pernyataan tersebut.
8. Pada pernyataan kedelapan, “Saya mampu menerima pendapat dari orang lain”,
sebanyak 20% responden menyatakan sangat setuju, 70% responden
menyatakan setuju, dan 10% responden menyatakan kurang setuju dengan
pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.
9. Pada pernyataan kesembilan, “Saya mampu berinteraksi dengan baik”, sebanyak
10% responden menyatakan sangat setuju, 83,3% responden menyatakan
setuju, dan 6,7% responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju
terhadap pernyataan tersebut.
10.Pada pernyataan kesepuluh, “Saya mampu berkomunikasi dengan baik”,
sebanyak 10% responden menyatakan sangat setuju, 63,3% responden
menyatakan setuju, dan 26,7% responden menyatakan kurang setuju dengan
pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
4.3.3 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kepuasan Kerja
Tabel 4.7
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kepuasan Kerja
Sumber: Hasil Penelitian
1. Pada pernyataan pertama,“Lingkungan kerja saya sekarang sesuai dengan yang
saya harapkan”, sebanyak 23,3% responden menyatakan sangat setuju,
53,3% responden menyatakan setuju, dan 23,3% responden menyatakan
kurang setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut
2. Pada pernyataan kedua, “Uraian Tugas yang saya terima sesuai dengan
harapan”, sebanyak 10% responden menyatakan sangat setuju, 63,3%
responden menyatakan setuju, dan 26,7% responden menyatakan kurang
setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut.
3. Pada pernyataan ketiga, “Tanggung jawab saya sesuai dengan harapan”,
sebanyak 23,3% responden menyatakan sangat setuju, 63,3% menyatakan
setuju, dan 13,3% responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan
setuju terhadap pernyataan tersebut.
No. Item
Sangat Setuju Setuju Kurang
Setuju Setuju Tidak Sangat Tidak Setuju Total
F % F % F % F % F % F %
1. 7 23,3 16 53,3 7 23,3 0 0 0 0 30 100
2. 3 10 19 63,3 8 26,7 0 0 0 0 30 100
3. 7 23,3 19 63,3 4 13,3 0 0 0 0 30 100
4. Pada pernyataan keempat, “Penghasilan yang saya terima sesuai dengan beban
kerja saya”, sebanyak 30% responden menyatakan sangat setuju, 56,7%
responden menyatakan setuju, dan 13,3% responden menyatakan kurang
setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
responden menyatakansetuju terhadap pernyataan tersebut.
4.4 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk melihat apakah suatu model layakatau
tidak layak digunakan dalam penelitian.Uji asumsi klasik adalah persyaratan
statistik yang harus dipenuhi pada regresi liner berganda. Uji Asumsi Klasik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.4.1 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti
atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
pendekatan Kolmogorov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%
maka jika nilai Asymp.sig. (2-tailed)diatas, nilai signifikan 5% artinya variabel
residual berdistribusi normal (Situmorang dan Lufti, 2012:100)
Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat grafik histrogram
dan grafik normal plot yang membandingkan antara dua absorvasi dengan
a. Pendekatan Histogram
Sumber :Hasil pengolahan SPSS
Gambar 4.1
Histogram Uji Normalitas
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa variabel berdistribusi
normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data yang berbentuk lonceng dan tidak
b. Pendekatan Grafik
Sumber :Hasil pengolahan SPSS
Gambar 4.2 Plot Uji Normalitas
Pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa pada scatter ploterlihat titik yang
mengikuti data di sepanjang garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa residual
peneliti normal. Namun untuk lebih memastikan bahwa di sepanjang garis
c. Pendekatan Kolmogorov-Smirnov
Tabel. 4.8
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 30
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.47405048
Most Extreme Differences Absolute .165
Positive .075
Negative -.165
Kolmogorov-Smirnov Z .902
Asymp. Sig. (2-tailed) .390
a. Test distribution is Normal.
Sumber :Hasil pengolahan SPSS
Pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah
0.390 dan diatas nilai signifiksn (0,05) atau 5%, sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel residual berdistribusi normal.
4.4.2 Uji Heteroskedastisitas
Tujuan uji heteroskedastisitas adalah untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual antara satu
pengamatan dengan pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang
Ada beberapa cara untuk mendekati ada atau tidaknya heteroskedastisitas
yaitu :
a. Pendekatan Grafik
Sumber :Hasil pengolahan SPSS
Gambar 4.3
Scatterplot Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar 4.3 dapat terlihat bahwa tidak ada pola yang jelas serta
titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
berdasarkan metode grafik tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi
layak dipakai untuk memprediksi kepuasan kerja berdasarkan masukan variabel
b. Uji Glesjer
Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap
variabel independen.Jika variabel independen signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 4.9
Hasil Uji Glejser heteroskedastisitas Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.183 3.930 1.319 .198
Gaya Kepemimpinan -.002 .086 -.005 -.027 .978
Kecerdasan Emosional -.091 .095 -.187 -.966 .343
a. Dependent Variable: Absut
Sumber :Hasil pengolahan SPSS
Pada Tabel 4.10 terlihat variabel independen (gaya kepemimpinan dan
kecerdasan emosional) yang tidak signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen absolute Ut (absUt). Hal ini terlihat dari probabilitas gaya
kepemipinan (0.978)dan kecerdasan emosional(0,343) diatas tingkat kepercayaan
5 % (0.05), jadi disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya
4.4.3 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknnya gejala
multikolinearitas pada data dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance value
dan Varians Inflation factor (VIF). Dengan kriteria sebagai berikut :
1. Apabila VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan Multikolinearitas.
2. Apabila VIF < dari 5 maka tidak terdapat Multikolinearitas.
3. Apabila tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan
multikolinearitas.
4. Apabila tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas.
Tabel 4.10
a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Sumber :Hasil pengolahan SPSS
Pada Tabel 4.9 terlihat bahwa nilai tolerance semua variabel bebas adalah lebih
besar dari nilai ketetapan 0,1 dan nilai VIF semua variabel bebas adalah lebih
kecil dari nilai ketetapan 5. Oleh karna itu, data dalam penelitian ini dikatakan
4.5 Pengujian Hipotesis
4.5.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat secara bersama-sama pengaruh atau
hubungan signifikan variabel bebas berupa gaya kepemimpinan dan kecerdasan
emosional terhadap variabel terikat berupa kepuasan kerja karyawan café
Goedang Coffee Medan.
Tabel 4.12
Hasil Uji F Signifikansi Simultan (UJI-F) ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 161.860 2 80.930 12.310 .000a
Residual 177.507 27 6.574
Total 339.367 29
a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Emosional, Gaya Kepemimpinan b. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
b. Dependent Variable: Minat Berwirausaha
Sumber :Hasil pengolahan SPSS
Tabel 4.12 diatas mengungkapkan bahwa nilai F-hitung adalah 12,310
dengan tingkat signifikansi 0,000. Sedangkan F-tabel pada tingkat kepercayaan
95% (α = 0,05) adalah 3,35 . Oleh karena itu pada kedua perhitungan yaitu F
-hitung > F-tabel dan tingkat signifikansinya (0,000) < 0,05 menunjukan bahwa
pengaruh variabel bebas (gaya kepemimpinan dan kecerdasan emosional) secara
4.5.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Uji-t dilakukan untuk menguji secara parsial apakahgaya kepemimpinan dan
kecerdasan emosional secara parsial atau masing-masing berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan kerja karyawan café Goedang Coffee Medan.
Tabel 4.13
Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.204 5.770 1.422 .166
Gaya Kepemimpinan .407 .126 .461 3.235 .003
Kecerdasan Emosional .415 .139 .426 2.987 .006
a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Sumber :Hasil pengolahan SPSS
1. Variabel gaya kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,003) lebih kecil
dari 0,05 dan t-hitung (3,235) lebih besar dibandingkan t-tabel (2,05183).
2. Variabel kecerdasan emosional berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap Minat Berwirausaha hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,006) lebih
4.5.3 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa besar
kontribusi variabel bebas (gaya kepemimpinan dan kecerdasan emosional)
terhadap variabel terikat (kepuasan kerja). Koefisien determinasi berkisar antara
nol sampai satu (0 ≤ R2≥ 1).
Tabel 4.14
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .691a .477 .438 2.56405
a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Emosional, Gaya Kepemimpinan
Sumber :Hasil pengolahan SPSS
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa :
1. Nilai R sebesar 0.691 sama dengan 69,1 % berarti hubungan antara variabel
gaya kepemimpinan dan kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja
sebesar 69,1% artinya memiliki hubungan yang erat
2. Nilai Adjusted R Square0,438 berarti 43,8% Minat berwirausaha dapat di
jelaskan oleh gaya kepemimpinan dan kecerdasan emosional Sedangkan
sisanya 56,2 % dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang diteliti dalam
penelitian ini seperti kompensasi, budaya organisasi dan lain sebagainya
3. Standard Error of the Estimate artinya mengukur variasi dari nilai yang
4.6 Analisis Regresi Linear Berganda
Metode analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui berapa
besar pengaruh variabel bebas (gaya kepemimpinan dan kecerdasan emosional)
terhadap variabel terikat (kepuasan kerja). Data diolah secara statistik untuk
keperluan analisis dan pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu
program SPSS.Adapun bentuk umum persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Y = α + b1X1 + b2X2+ e
Dimana :
Y = Kepuasan Kerja
X1 = Gaya Kepemimpinan Kecerdasan Emosional
X2 = Kecerdasan Emosional
α = Konstanta
b1, b2 = Koefisien regresi e = Standar eror
Berdasarkan pengujian menggunakan SPSS, maka hasil persamaan regresi linear
berganda dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini :
Tabel 4.11
Hasil Regresi Linier Berganda Coefficientsa
a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui pada kolom kedua (unstandardized
Coefficients) bagian B diperoleh nilai b1 variabel gaya kepemimpinan sebesar
0,407 nilai b2 variabel kecerdasan emosional sebesar 0,415 dan nilai konstanta (a)
adalah 8,204 maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = 8,204 + 0,407 + 0,415
Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Konstanta (a) = 8,204 ini menunjukkan bahwa jika variabel gaya kepemimpinan
dan kecerdasan emosional dianggap konstan maka tingkat variabel kepuasan kerja
akan meningkat sebesar 8,204
2. Koefisien b1 (X1) = 0,407 menunjukkan bahwa jika gaya kepemipinan meningkat
satu satuan maka nilai minat berwirausaha meningkat sebesar 0,407 satuan.
3. Koefisien b2 (X2) = 0,415 menunjukkan bahwa jika sosial media meningkat satu
4.7 Pembahasan
4.7.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja
Berdasarkan hasil uji t-parsial, dapat disimpulkan bahwa variabel gaya
kepemimpinan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan kerja, dimana nilai t-hitung varibel gaya kepemimpinan (3,235) > t-tabel
(2,05183) dan nilai signifikansi (0,003 < 0,05). Diketahui dari mayoritas jawaban
responden mengenai variabel gaya kepemimpinan dimana pernyataan yang
mendapatkan respon setuju yang paling dominan oleh responden (86,7%
reponden) adalah “Pimpinan selalu mengajarkan bagaimana untuk bekerja dengan
baik” hal ini menunjukan mayoritas responden yang merupakan karyawan café
Goedang Coffee Medan setuju bahwa peran seorang pemimpin dibutuhkan untuk
dapat memberikan arah atau pembelajaran bagi karyawan dalam bekerja dengan
baik.
Perilaku pemimpin merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja. Hubungan yang akrab dan saling tolong-menolong
dengan teman sekerja serta dengan pemimpin adalah sangat penting dan memiliki
hubungan kuat dengan kepuasan kerja, semakin baik pemimpin dalam
membawahi karyawannya semakin nyaman dan puas juga para karyawan dalam
melakukan pekerjaanya, begitu pula sebaliknya.
Pernyataan yang paling dominan mendapatkan tanggapan cenderung tidak
setuju adalah “Pimpinan percaya dengan kemampuan saya” hal ini menunjukan
sebagian responden yang merupakan karyawan café yang merasa bahwa adanya
diharapkan kepada pimpinan café untuk lebih membuka diri khusunya
memberikan masukan atau arahan kepada karyawan apabila terjadi kesalahan
yang dilakukan oleh karyawan sehingga dikemudian hari skill atau kemampuan
para karyawan sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh pimpinan dan pada
akhirnya terbentuklah rasa saling percaya antara pimpinan dan karyawan.
Hasil penelitian ini didukung oleh Fauzan (2010) yang menyatakan gaya
kepemimpinan berepngaruh postif dan signifikan terhadap kepuasan kerja PT.
Yudhistira Ghalia Indonesia Area Yogyakarta dimana pada penelitian ini nilai
t-hitung variabel gaya kepemimpinan (2,561) > t-tabel (1,821) dan signifikansi
(0,012 < 0,05).
Kepemimpinan adalah proses dimana individu memengaruhi sekelompok
individu untuk mencapai tujuan bersama (Northouse, 2013:5). Menurut Robbins
(2009:58), kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi suatu
kelompok ke arah tercapainya suatu tujuan. Definisi kepemimpinan secara luas
meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi
perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya. Menurut Hasibuan (2011 : 170), pemimpin adalah
seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk
mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas pekerjaan orang tersebut
4.7.2 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kepuasan Kerja
Berdasarkan hasil uji t-parsial, dapat disimpulkan bahwa variabel
kecerdasan emosional secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan kerja, dimana nilai hitung varibel kecerdasan emosional (2,987) >
t-tabel (2,05183) dan nilai signifikansi (0,006 < 0,05). Diketahui dari mayoritas
jawaban responden mengenai variabel kecerdasan emosional dimana pernyataan
yang mendapatkan respon setuju yang paling dominan oleh responden (93,3%
reponden) adalah “Saya mampu berinteraksi dengan baik” hal ini menunjukan
mayoritas responden yang merupakan karyawan café Goedang Coffee Medan
setuju bahwa kecerdasan emosional khusunya memiliki kemampuan berinteraksi
dengan baik merupakan kecerdasan emosional yang sangat penting.
Sesuai dengan teori peristiwa afektif dimana kecerdasan emosional dalam
bekerja sangat berhubungan dengan kepuasan kerja.Kepuasan kerja merupakan
sikap emosional yang menyenangkan, dimana karyawan merasa senang dengan
tempat kerjanya dan memiliki hubungan baik dengan rekan kerja. Hasil tersebut
menunjukkan implikasi bahwa karyawan dengan kecerdasan emosional lebih
tinggi akan menumbuhkan rasa kepuasan kerja yang juga tinggi dan kesempatan
mereka untuk meninggalkan perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan
karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang rendah.
Pernyataan yang paling dominan mendapatkan tanggapan cenderung tidak
setuju adalah “Saya mampu menangani perasaan saya” hal ini menunjukan ada
sebagian karyawan yang kurang mampu untuk dapat menangani perasaan diri
profesionalisme dalam bekerja, membedakan urusan pribadi dengan urusan
pekerjaan.
Hasil penelitian ini didukung oleh Nuraningsi (2015) yang menyatakan
kecerdasan emosional berepngaruh postif dan signifikan terhadap kepuasan kerja
The Seminyak Beach and SPA Bali,dimana pada penelitian ini nilai t-hitung
variabel kecerdasan emosional (3,901) > t-tabel (1,6551) dan signifikansi (0,004 <
0,05).
Goleman dalam Yanuarita (2014:10), kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga
keselarasan emosi, dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri,
pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Menurut Robbins
dan Judge (2009, 335) Kecerdasan emosional (emotional intelligence) adalah
kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta mengelola petunjuk-petunjuk dan
informasi emosional. Orang-orang yang mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan
mampu dengan baik membaca emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam
penelitian ini, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan (Uji-F) diketahui bahwa variabel gaya kepemimpinan dan
kecerdasan emosional secara serempak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja karyawan cafe Goedang Coffee Medan.
2. Berdasarkan (Uji-t) secara parsial variabel gaya kepemimpinan dan variabel
kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
kerja karyawan cafe Goedang Coffee Medan. Kecerdasan emosional
merupkan variabel dominan pada penelitian ini.
3. Berdasarkan perhitungan koefisien determinan (R2) menunjukkan bahwa
hubungan antar variabel gaya kepemimpinan dan kecerdasan emosional
memiliki hubungan yang cerat terhadap kepuasan kerja karyawan cafe
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti memberi saran
sebagai berikut :
1. Kepada pimpinan café untuk lebih membuka diri khususnya memberikan
masukan atau arahan kepada karyawan apabila terjadi kesalahan yang
dilakukan oleh karyawan sehingga skill atau kemampuan para karyawan
sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh pimpinan dan pada akhirnya
terbentuklah rasa saling percaya antara pimpinan dan karyawan.
2. Kepada karyawan untuk lebih meningkatkan profesionalisme dalam
bekerja, membedakan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan.
3. Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas untuk mengukur kepuasan
kerja, sehingga disarankan bagi peneliti selanjutnya diharapkan
memperhatikan variabel tersebut dengan mengembangkan indikator yang
lebih tepat atau menambahkan variabel lainnya seperti kompensasi,
budaya perusahaan, pengembangan karir dan variabel lainnya yang lebih
relevan yang memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan cafe
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Uraian Teoritis
2.1.1 Kepemimpinan
2.1.1.1 Defenisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses dimana individu memengaruhi sekelompok
individu untuk mencapai tujuan bersama (Northouse, 2013:5). Kepemimpinan
melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi di antara
orang-orang yang menginginkan perubahan signifikan, dan perubahan tersebut
mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya
(bawahan). Pengaruh dalam hal ini berarti hubungan diantara pemimpin dan
pengikut sehingga bukan sesuatu yang pasif, tetapi merupakan suatu hubungan
timbal balik dan tanpa paksaan. Dengan demikian, kepemimpinan itu merupakan
proses yang saling mempengaruhi.
Masalah kepemimpinan telah muncul bersamaan dengan dimulainya
sejarah manusia yaitu sejak manusia menyadari pentingnya hidup berkelompok
untuk mencapai tujuan bersama. Mereka membutuhkan seseorang atau beberapa
orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan daripada yang lain, terlepas dalam
bentuk apa kelompok manusia itu dibentuk. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena
manusia selalu mempunyai keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu.
Menurut Robbins (2009:58), kepemimpinan merupakan kemampuan untuk
kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Menurut Hasibuan
(2011: 170), pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan
kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas
pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan.
2.1.1.2 Unsur Pokok Kepemimpinan
Rumusan kepemimpinan dari sejumlah ahli tersebut menunjukkan bahwa
dalam suatu organisasi terdapat orang yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi, mengarahkan, membimbing dan juga sebagian orang yang
mempunyai kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mengikuti apa
yang menjadi kehendak dari pada atasan atau pimpinan mereka. Karena itu,
kepemimpinan dapat dipahami sebagai kemampuan mempengaruhi bawahan agar
terbentuk kerjasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
Apabila orang-orang yang menjadi pengikut atau bawahan dapat dipengaruhi oleh
kekuatan kepemimpinan yang dimiliki oleh atasan maka mereka akan mau
Pemimpin
Gambar 2.1 Unsur-unsur Pokok dalam Kepemimpinan
Pemimpin mempengaruhi bawahannya, demikian sebaliknya. Orang-orang
yang terlibat dalam hubungan tersebut menginginkan sebuah perubahan sehingga
pemimpin diharapkan mampu menciptakan perubahan yang signifikan dalam
organisasi dan bukan mempertahankan status. Selanjutnya, perubahan tersebut
bukan merupakan suatu yang diinginkan pemimpin, tetapi lebih pada tujuan yang
diinginkan dan dimiliki bersama. Tujuan tersebut merupakan sesuatu yang
diinginkan, yang diharapkan, yang harus dicapai dimasa depan sehingga tujuan ini
menjadi motivasi utama visi dan misi organisasi. Pemimpin mempengaruhi
pengikutnya untuk mencapai perubahan berupa hasil yang diinginkan bersama
(Anoraga, 2000:190). Kepemimpinan merupakan aktivitas orang-orang, yang
terjadi di antara orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk
orang-orang sehingga kepemimpinan melibatkan pengikut. Proses kepemimpinan juga
Pengikut Pengaruh
Tujuan
Keinginan / Niat
Tanggung Jawab Pribadi
melibatkan keinginan dan niat, keterlibatan yang aktif antara pemimpin dan
pengikut untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Dengan demikian, baik
pemimpin ataupun pengikut mengambil tanggung jawab pribadi (personal
responbility) untuk mencapai tujuan bersama tersebut.
Menurut Kielson (Anoraga:2000) ada Perubahan paradigma yang
muncul sehingga harus diadopsi oleh pemimpin dan organisasi. Paradigma ini
akan menentukan pola dan gaya kepemimpinan seorang pemimpin sehari-hari,
selama pemimpin mengarahkan organisasi menuju kesuksesan di masa depan.
Dalam hal ini, secara umum paradigma diartikan sebagai pola pikir dan cara
pandang yang mencerminkan pemahaman dan penerimaan akan dunia.
Realitas Baru Bagi Pemimpin
Paradigma Lama Paradigma baru
Masa Industri Masa Informasi
Stabilitas Kontrol
Kompetensi Kolaborasi
Barang Orang dan Hubungan
Sumber: Safaria (2004)
Gambar 2.2 Perbedaan orientasi atau Paradigma Lama dan Baru
Tugas seorang pemimpin pada garis besarnya ada tiga (Anoraga, 2000: 193) yaitu:
1. Memberikan struktur terhadap situasi
Tugas pemimpin memberikan struktur terhadap suatu situasi maksudnya
adalah menyederahanakan dan mencarikan alternatif pemesahan/solusi
2. Mengendalikan tingkah laku kelompok
Mengawasi, memantau dan mengendalikan tingkah laku kelompok yang
mungkin dapat merugikan atau tingkah laku individu yang dapat
merugikan kemlompok.
3. Sebagai juru bicara kelompoknya.
Memberikan informasi yang benar, meluruskan informasi kepada
masyarakat tentang sesuatu yang diperlukan dalam rangka mengamankan
kelompoknya. Juga memberikan informasi ke bawahan tentang sesuatu
yang dibutuhkan bawahan.
Dalam kehidupannya sebagai pemimpin di dalam kelompok social
organisasi, seorang pemimpin akan dituntut oleh beberapa hal, yang
meliputisekumpulan peran yang kompleks, dan demikian pula dengan fungsinya.
Dalam kaitannya dengan fungsi dan peran, seorang pemimpin dapat
mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada para pembantunya sesuai
dengan kedudukan yang ada dan berlaku.
Peranan pemimpin yang dimaksud (Anoraga, 2000:194) adalah :
1. Pemimpin sebagai perencana
2. Pemimpin sebagai pembuat kebijakan
3. Pemimpin sebagai ahli
4. Pemimpin sebagai pelaksana
5. Pemimpin sebagai pengendali
6. Pemimpin sebagai pemberi hadiah dan hukuman
8. Pemimpin sebagai tempat menimpa segala kesalahan
9. Pemimpin sebagai pengganti peran anggota lain
Kepemimpinan memiliki kaitan yang erat degan kekuasaan. Dalam hal ini
Boonedan Kurzt dalam Anoraga (2000,195) mengemukakan: “Apa pun bentuknya
kepemimpinan selalu melibatkan penggunaan kekuasaan. Mereka juga
mengemukakan defenisi kekuasaan sebagai : Kemampuan seseorang dalam
mempengaruhi perilaku orang lain.”
2.1.2 Gaya Kepemimpinan Tranformasional
2.1.2.1 Defenisi Gaya Kepemimpinan Transformasional
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin merupakan hal yang ikut
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Dan penerapan
gayamemimpin antara satu organisasi dengan organisasi yang lain berbeda-beda
sesuai dengan kondisi organisasi dan pola kerja anggota organisasi, sehingga
dalam penerapannya gaya kepemimpinan ini akan meningkatkan kinerja para
anggota organisasi.
Menurut Hasibuan (2011 : 170), gaya kepemimpinan adalah cara seorang
pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja
secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Robbins (2009), gaya
kepemimpinan adalah cara yang digunakan seseorang untuk mempengaruhi
kelompok menuju tercapainya sasaran. Dalam hal ini usaha menselaraskan
persepsi di antara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan orang yang
Menurut Northouse(2013,176) Kepemimpinantransformasional
merupakan proses dimana orang terlibat dengan orang lain, dan menciptakan
hubungan yang meningkatkan motivasi dan moralitas dalam diri pemimpin dan
pengikut. Jenis pemimpin ini memiliki perhatian pada kebutuhan dan motif
pengikut, serta mencoba membantu pengikut mencapai potensi terbaik mereka.
Menurut Tjiptono dan Syakhroza dalam Pramesti (2013) kepemimpinan
transformasional adalah kepemimpinan yang mencakup upaya perubahan
organisasi (sebagai kepemimpinan yang dirancang untuk mempertahankan status
quo). Perubahan yang dilakukan organisasi ini dikarenakan cara-cara organisasi
lama sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi pada saat medatang.
Menurut Burns dalam Jandaghi et al., (2009) kepemimpinan transformasional
adalah proses di mana para pemimpin dan pengikutmempromosikan satu sama
lain untuk tingkat yang lebih tinggi moralitas dan motivasi . Pemimpin
transformasional membantu pengikut mereka untuk melihat masalah lama melalui
perspektif baru . Mereka merangsang pengikut mereka untuk mencoba lebih
tinggi dari tingkat biasanya. Pemimpin transformasional menginspirasi para
pengikutnya untuk berpikir lebih dari mereka sendiri bertujuan dan kepentingan
dan untuk fokus pada tim yang lebih besar , organisasi , tujuan nasional dan
global, memberikan perspektif masa depan , pemimpin seperti ini mempengaruhi
lebih dari pengikut mereka dengan cara menganggap bahwa perspektif sebagai
tujuan mereka sendiri dan menunjukkan upaya yang tinggi untuk mencapainya .
ideal dengan mengkoordinasikan karyawan dan mengintegrasikan semua sistem
komponen.
Bass dalam (Northouse, 2013:179) bahwa kepemimpinan transformasional
memotivasi pengikut untuk melakukan lebih dari yang di harapkan dengan:
a. Meningkatkan tingkat pemahaman pengikut akan kegunaan dan nilai dari
tujuan yang rinci dan ideal;
b. Membuat pengikut mengalahkan kepentingan sendiri demi tim atau
organisasi;
c. Menggerakan pengikut untuk memenuhi kebutuhan tingkatan yang lebih
tinggi.
Burn dalam (Anoraga, 2009) mengidentifikasi dua tipe kepemimpinan politik,
yaitu kepemimpinan tranformasional dan kepemimpinan transaksional.
Kepemimpinan Transformasional dicirikan sebagai pemimpin yang berfokus
padapencapaian perubahan nilai-nilai, kepercayaan, sikap, perilaku, emosional
dan kebutuhan bawahan menuju perubahan yang lebih baik di masa depan.
Pemimpin transformasional merupakan seorang agen perubahan yang berusaha
keras untuk melakukan transformasi ulang organisasi secara menyeluruh sehingga
organisasi bisa mencapai kinerja yang lebih maksimal di masa depan.
Menurut Bass, pemimpin transformasional ini mampu membawa organisasi
menuju kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemimpin transaksional.
Iklim dan akibat yang di peroleh bawahan dari pemimpin transformasional adalah
dengan meningkatnya motivasi kerja, antusiasme, komitmen, kepuasan kerja,
2.1.2.2 Karakteristik Gaya Kepemimpinan Transformasional
Dari hasil penelitiannya, Devanna dan Tichy dalam (Luthans : 2001)
mengemukakan beberapa karakteristik dari pemimpin transformasional yang
efektif, antara lain :
1. Mereka mengidentifikasi dirinya sendiri sebagai agen perubahan.
2. Mereka mendorong keberanian dan pengambilan resiko.
3. Mereka percaya pada orang-orang.
4. Mereka dilandasi oleh nilai-nilai.
5. Mereka adalah seorang pembelajar sepanjang hidup (lifelongs learners).
6. Mereka memiliki kemampuan untuk mengatasi kompleksitas, ambiguitas,
dan ketidakpastian.
7. Mereka juga adalah seorang pemimpin yang visioner.
Berhasil atau tidaknya sebuah perusahaan sangat ditentukan oleh
kepemimpinan, karena pemimpin bertanggungjawab atas kegagalan pelaksanaan
pekerjaan, sebaliknya kesuksesan dalam memimpin sebuah organisasi merupakan
keberhasilan seseorang mempengaruhi orang lain untuk menggerakkan atau
menjalankan visinya, selain itu adanya koordinasi atau kerjasama yang baik antara
pimpinan dan bawahannya. Pernyataan tersebut sebagaimana diuraikan oleh
(Wahjosumidjo, 2001:172) kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan
motivasi karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada
kewibawaan, selain itu bagaimana menciptakan motivasi dalam diri setiap