• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.6 Analisis Regresi Linear Berganda

Metode analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui berapa

besar pengaruh variabel bebas (gaya kepemimpinan dan kecerdasan emosional)

terhadap variabel terikat (kepuasan kerja). Data diolah secara statistik untuk

keperluan analisis dan pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu

program SPSS.Adapun bentuk umum persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Y = α + b1X1 + b2X2+ e

Dimana :

Y = Kepuasan Kerja

X1 = Gaya Kepemimpinan Kecerdasan Emosional X2 = Kecerdasan Emosional

α = Konstanta

b1, b2 = Koefisien regresi e = Standar eror

Berdasarkan pengujian menggunakan SPSS, maka hasil persamaan regresi linear

berganda dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini :

Tabel 4.11

Hasil Regresi Linier Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 8.204 5.770 1.422 .166 Gaya Kepemimpinan .407 .126 .461 3.235 .003 Kecerdasan Emosional .415 .139 .426 2.987 .006

a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja

Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui pada kolom kedua (unstandardized

Coefficients) bagian B diperoleh nilai b1 variabel gaya kepemimpinan sebesar

0,407 nilai b2 variabel kecerdasan emosional sebesar 0,415 dan nilai konstanta (a)

adalah 8,204 maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = 8,204 + 0,407 + 0,415

Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Konstanta (a) = 8,204 ini menunjukkan bahwa jika variabel gaya kepemimpinan

dan kecerdasan emosional dianggap konstan maka tingkat variabel kepuasan kerja

akan meningkat sebesar 8,204

2. Koefisien b1 (X1) = 0,407 menunjukkan bahwa jika gaya kepemipinan meningkat

satu satuan maka nilai minat berwirausaha meningkat sebesar 0,407 satuan.

3. Koefisien b2 (X2) = 0,415 menunjukkan bahwa jika sosial media meningkat satu

4.7 Pembahasan

4.7.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja

Berdasarkan hasil uji t-parsial, dapat disimpulkan bahwa variabel gaya

kepemimpinan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja, dimana nilai t-hitung varibel gaya kepemimpinan (3,235) > t-tabel

(2,05183) dan nilai signifikansi (0,003 < 0,05). Diketahui dari mayoritas jawaban

responden mengenai variabel gaya kepemimpinan dimana pernyataan yang

mendapatkan respon setuju yang paling dominan oleh responden (86,7%

reponden) adalah “Pimpinan selalu mengajarkan bagaimana untuk bekerja dengan

baik” hal ini menunjukan mayoritas responden yang merupakan karyawan café

Goedang Coffee Medan setuju bahwa peran seorang pemimpin dibutuhkan untuk

dapat memberikan arah atau pembelajaran bagi karyawan dalam bekerja dengan

baik.

Perilaku pemimpin merupakan salah satu faktor penting yang dapat

mempengaruhi kepuasan kerja. Hubungan yang akrab dan saling tolong-menolong

dengan teman sekerja serta dengan pemimpin adalah sangat penting dan memiliki

hubungan kuat dengan kepuasan kerja, semakin baik pemimpin dalam

membawahi karyawannya semakin nyaman dan puas juga para karyawan dalam

melakukan pekerjaanya, begitu pula sebaliknya.

Pernyataan yang paling dominan mendapatkan tanggapan cenderung tidak

setuju adalah “Pimpinan percaya dengan kemampuan saya” hal ini menunjukan

sebagian responden yang merupakan karyawan café yang merasa bahwa adanya

diharapkan kepada pimpinan café untuk lebih membuka diri khusunya

memberikan masukan atau arahan kepada karyawan apabila terjadi kesalahan

yang dilakukan oleh karyawan sehingga dikemudian hari skill atau kemampuan

para karyawan sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh pimpinan dan pada

akhirnya terbentuklah rasa saling percaya antara pimpinan dan karyawan.

Hasil penelitian ini didukung oleh Fauzan (2010) yang menyatakan gaya

kepemimpinan berepngaruh postif dan signifikan terhadap kepuasan kerja PT.

Yudhistira Ghalia Indonesia Area Yogyakarta dimana pada penelitian ini nilai

t-hitung variabel gaya kepemimpinan (2,561) > t-tabel (1,821) dan signifikansi

(0,012 < 0,05).

Kepemimpinan adalah proses dimana individu memengaruhi sekelompok

individu untuk mencapai tujuan bersama (Northouse, 2013:5). Menurut Robbins

(2009:58), kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi suatu

kelompok ke arah tercapainya suatu tujuan. Definisi kepemimpinan secara luas

meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi

perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki

kelompok dan budayanya. Menurut Hasibuan (2011 : 170), pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk

mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas pekerjaan orang tersebut

4.7.2 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kepuasan Kerja

Berdasarkan hasil uji t-parsial, dapat disimpulkan bahwa variabel

kecerdasan emosional secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja, dimana nilai hitung varibel kecerdasan emosional (2,987) >

t-tabel (2,05183) dan nilai signifikansi (0,006 < 0,05). Diketahui dari mayoritas

jawaban responden mengenai variabel kecerdasan emosional dimana pernyataan

yang mendapatkan respon setuju yang paling dominan oleh responden (93,3%

reponden) adalah “Saya mampu berinteraksi dengan baik” hal ini menunjukan

mayoritas responden yang merupakan karyawan café Goedang Coffee Medan

setuju bahwa kecerdasan emosional khusunya memiliki kemampuan berinteraksi

dengan baik merupakan kecerdasan emosional yang sangat penting.

Sesuai dengan teori peristiwa afektif dimana kecerdasan emosional dalam

bekerja sangat berhubungan dengan kepuasan kerja.Kepuasan kerja merupakan

sikap emosional yang menyenangkan, dimana karyawan merasa senang dengan

tempat kerjanya dan memiliki hubungan baik dengan rekan kerja. Hasil tersebut

menunjukkan implikasi bahwa karyawan dengan kecerdasan emosional lebih

tinggi akan menumbuhkan rasa kepuasan kerja yang juga tinggi dan kesempatan

mereka untuk meninggalkan perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan

karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang rendah.

Pernyataan yang paling dominan mendapatkan tanggapan cenderung tidak

setuju adalah “Saya mampu menangani perasaan saya” hal ini menunjukan ada

sebagian karyawan yang kurang mampu untuk dapat menangani perasaan diri

profesionalisme dalam bekerja, membedakan urusan pribadi dengan urusan

pekerjaan.

Hasil penelitian ini didukung oleh Nuraningsi (2015) yang menyatakan

kecerdasan emosional berepngaruh postif dan signifikan terhadap kepuasan kerja

The Seminyak Beach and SPA Bali,dimana pada penelitian ini nilai t-hitung

variabel kecerdasan emosional (3,901) > t-tabel (1,6551) dan signifikansi (0,004 <

0,05).

Goleman dalam Yanuarita (2014:10), kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga

keselarasan emosi, dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri,

pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Menurut Robbins

dan Judge (2009, 335) Kecerdasan emosional (emotional intelligence) adalah kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi emosional. Orang-orang yang mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan mampu dengan baik membaca emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait