• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Kerangka Konseptual

Kepemimimpinan Transformasional merupakan proses dimana orang

terlibat dengan orang lain dan menciptakan hubungan yang meningkatkan

motivasi dan moralitas dalam diri pemimpin dan pengikut. Yang memiliki

perhatian pada kebutuhan dan motif pengikut, serta mencoba membantu pengikut

mencapai potensi terbaiknya (Northouse, 2013:176).

Hal-hal tersebut sangat diperlukan oleh seorang pemimpin perusahaan

dalam menjalankan perusahaan dan memimpin bawahannya. Pemimpinan yang

memiliki sifat transformasional akan memberikan arahan dan

memotivasibawahannya untuk melalukan pekerjaan dengan baik. Sehingga dapat

lebih berupaya dalam mencapai keberhasilan usaha.

Berdasarkan penelitian oleh Anggreini,Santosa (2009) menjelaskan bahwa

gaya kepemimpinan transformasional menunjukkan adanya pengaruh positif dan

signifikan terhadap kepuasan kerja. Pinos et al (2006) juga berpendapat bahwa

gaya kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh yang positif terhadap

kinerja karyawan dalam mencapai kepuasan kerja. Sehingga apabila kinerja

karyawan dapat berjalan dengan maksimal, maka perusahaan dapat mencapai

keberhasilannya.

Goleman dalam (Yanuarita, 2014:10) mendefinisikan bahwa kecerdasan

emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan

inteligensi, menjaga keselarasan emosi, dan pengungkapannya melalui

keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan

Kecerdasan emosional sangat diperlukan dalam mencapai kepuasan kerja

karyawan.Goleman dalam Yanuarita (2014:11-15) menyatakan bahwa kecerdasan

emosional adalah seseorang yang mampu menangani dan mengelola perasaannya.

Sehingga di dalam dunia usaha suatu individu yang dapat mengelola dan

menangani perasaannya saat menjalankan usaha akan dapat berpengaruh dengan

baik terhadap performa individu tersebut dalam menjalankan usahanya. Dan juga

bagi setiap individu yang memiliki kecerdasan emosional dalam menjalankan

usaha, akan menumbuhkan motivasi diri untuk bekerja dengan baik dalam

mencapai keberhasilannya (Yanuarita, 2014)

Dalam penelitian Subudi (2015) dinyatakan bahwa kecerdasan emosional

wirausaha berpengaruh positif dan signikan terhadap kepuasan kerja karyawan.

Penelitian tersebut juga didukung oleh Naseer, et al (2011) bahwa kecerdasan

emosional memiliki dampak yang positif terhadap kinerja tim dalam mencapai

kepuasan kerja. Dalam penelitian Anggreini (2009) menyatakan bahwa

kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan

dalam mencapai kepuasan kerja. Dengan kata lain semakin baik kepemimpinan

transformasional dan kecerdasan emosional maka dapat meningkatkan kinerja

karyawan. Sehingga dari peningkatan kinerja karyawan tersebut perusahaan dapat

mencapai kepuasan kerja dari perusahaan tersebut.

Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa gaya kepemimpinan

transformasional dan kecerdasan emosional memiliki pengaruh yang positif dalam

mencapai kepuasan kerja. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual

sumber:Anggreini,Santosa (2009), Pinos et al(2006), Subudi (2015), Naseer et al

(2011)

2.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

Gaya kepemimpinan transformasional dan kecerdasan emosional memiliki

pengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan Goedang Coffee Medan. Gaya Kepemimpinan Transformasional X1 Kecerdasan Emosional X2 Kepuasan Kerja Y

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemerintah Indonesia saat ini sedang meningkatkan kegiatan wirausaha

untuk mewujudkan keinginan bangsa Indonesia menjadi negara maju. Berbagai

cara terus dilakukan melalui pelatihan menjalankan Usaha Kecil Menengah

(UKM) ataupun memberikan seminar tentang kewirausahaan melalui wirausaha

yang sudah menjalankan kegiatan wirausaha. Kegiatan tersebut terus dilakukan

agar menciptakan bibit-bibit muda berjiwa wirausaha yang nantinya bisa

membuka lapangan pekerjaan baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.

Usaha kecil menengah (UKM) sering disebut juga sebagai Usaha Mikro

Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan

penting untuk suatu Negara atau daerah. Merupakan salah satu kekuatan

pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi.Kegiatan ekonomi kecil yang

berpengaruh besar dalam industri rumahan dan kegiatan ekonomi yang memiliki

peran besar dalam menyerap tenaga kerja yang besar, walaupun tidak sebesar

perusahaan.

Usaha Kecil Menengah (UKM) juga cukup fleksibel dan dapat dengan

mudah beradaptasi dengan pasang surut permintaan pasar, hal ini dapat dilihat

dari UKM sendiri cukup teridentifikasi dan memberikan kontribusi penting dalam

ekspor dan perdagangan.

Usaha pengembangan yang dilaksanakan belum terlihat hasil yang

dengan usaha besar. UKM di Indonesia sering dipahami dengan sudut pandang

yang berbeda berdasarkan pengklasifikasian menurut berbagai instansi

pemerintah. Menurut departemen perindustrian, UKM didefinisikan sebagai

perusahaan yang dimiliki oleh Warga Negara Indonesia (WNI), memiliki total

asset tidak lebih dari Rp. 600.000.000,- (diluar area perumahan dan perkebunan).

Sedangkan menurut Biro Pusat Statistik (BPS), definisi UKM lebih mengacu

kepada klasifikasi skala usaha dan jumlah tenaga kerja yang diserap yang

menggunakan skala kecil kurang dari 5 (lima) orang karyawan atau usaha

menengah yang menyerap tenaga kerja 5 (lima) hingga 19 (sembilan belas) orang.

Para penggerak UKM atau biasa disebut dengan wirausaha memiliki visi

dan misi dalam menjalankan usahanya. Dalam hal ini yang menjadi acuan adalah

pegusaha kecil, karakteristik beberapa wirausaha untuk menjalankan usahanya

memiliki banyak variatif yang terkadang memiliki produk dan jenis usaha yang

sama. Jika dilihat secara istilah, arti dari wirausaha adalah orang yang kreatif dan

inovatif serta mampu mewujudkannya untuk penigkatan kesejahteraan diri,

masyarakat dan lingkungannya (Lupioyadi, 2007 : 5).

Kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi

dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki

kehidupan usaha (Zimmerer , 2005: 132). Artinya, untuk menciptakan sesuatu,

diperlukan kreativitas dan jiwa inovator yang tinggi. Seseorang yang memiliki

kreativitas dan jiwa inovator tentu berpikir untuk mencari atau menciptakan

Wirausaha sebagai individu yang dituntut memiliki kemauan kerja yang

keras dan didorong suatu motivasi yang tinggi untuk mencapai keberhasilan

usahanya (Ranto, 2007 : 22). Pendiri memiliki pengalaman wirausahawan dan

pengetahuan yang diperlukan untuk memulai suatu usaha bisnis. Mereka

menyadari kelemahan dan kemudian mencari keterampilan yang mereka perlukan

untuk menjamin keberhasilan perusahaan.

Mc Clelland dalam Purnomo (2003;212) yang mengemukakan bahwa

suatu negara bisa menjadi makmur bila ada wirausaha sedikitnya 2% dari jumlah

penduduk. Negara-negara maju memilki jumlah wirausaha lebih dari angka itu.

Sebagai contoh, jumlah wirausaha di Amerika Serikat sudah mencapai 11,5

hingga 12 persen dari seluruh jumlah penduduk, di Singapura tujuh persen, China

dan Jepang 10 persen, India tujuh persen, dan Malaysia tiga persen. Menurut Biro

Pusat Statistik jumlah data persentase wirausaha dari total penduduk Indonesia

pada tahun 2012 masih sekitar 1,56%. Oleh karena itu, Indonesia harus dapat

memberdayakan generasi muda sejak dini untuk menjadi wirausaha.

Salah satu faktor yang dianggap penting bagi peningkatan kerja karyawan

untuk mencapai kepuasan kerja adalah kepemimpinan transformasional.

Kepemimpinan adalah proses dimana individu memengaruhi sekelompok individu

untuk mencapai tujuan bersama (Northouse, 2013:5). Karena pemimpin dapat

menentukan berhasil atau tidaknya tujuan perusahaan secara keseluruhan. Oleh

karena itu dalam meningkatkan peran karyawan, maka pelaksanaan

prinsip-prinsip komunikasi perlu ditingkatkan dan gaya kepemimpinan yang ada perlu

Kepemimpinan transformasional merupakan salah satu diantara sekian

model kepemimpinan yang ada. Bass dan Aviola dalam Hickman (2000)

mengistilahkan kepemimpinan transformasional sebagai Four I’s yang meliputi :

Pengaruh Ideal (Idealised Influence), Rangsangan Intelektual (Intelectual

Stimulation), Pertimbangan Individu (Individualised Consideration), Motivasi

Inspirasi (Inspirational Motivation),

Pendekatan kepemimpinan transformasional secara essensial menekankan

untuk menjunjung tinggi atau menghargai tujuan individu bawahan sehingga

nantinya para bawahan itu akan memiliki keyakinan bahwa kinerja aktual akan

melampaui harapan kinerja mereka. Menurut Gary Yukl (2001:305) dengan

kepemimpinan transformasional, para pengikut merasakan kepercayaan,

kekaguman, kesetiaan, dan penghormatan terhadap pemimpin, dan mereka

termotivasi untuk melakukan lebih dari pada yang awal nya di harapkan dari

mereka. Atmojo (2012) menemukan bahwa kepemimpinan transformasional

berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja. Fatima Bushra et al.

(2011) menyimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional positif

mempengaruhi kepuasan kerja.

Faktor lain yang mempengaruhi dalam mencapai kepuasan kerja adalah

kecerdasan emosional yang merupakan sisi lain dari kecerdasan yang dimiliki

manusia dan dianggap berperan penting dalam menentukan tingkat kesuksesan

hidup. Secara sederhana Goleman (2000) menjelaskan bahwa kecerdasan

emosional adalah suatu kecerdasan yang merujuk kepada kemampuan mengenali

dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam

hubungannya dengan orang lain. Pada paradigma lama, anggapan bahwa

kecerdasan intelektual satu-satunya tolak ukur kecerdasan sering dijadikan

parameter keberhasilan dan kesuksesan kinerja seseorang namun lambat laun

paradigma itu berubah karena dalam kenyataan tidak semua persoalan dapat

dipecahkan dengan hanya mengandalkan kecerdasan intelektual saja.

Keterampilan lain yang perlu dimiliki suatu manusia adalah pengetahuan

tentang tempramen, mengatur suasana hati, mengenali perasaan orang lain,

mengontrol emosi dan sebagainya. Oleh karena itu diperlukan kecerdasan lain

terutama menekankan pada bagaimana mengelola emosi dengan baik dan dapat

digunakan secara selaras dengan nalar. Karena di dalam dunia bisnis cafe

kecerdasan emosional dapat menjadi faktor pendukung dalam mencapai efektif

dan efisien dalam menjalankan usaha.

Ealias (2012) mengungkapkan bahwa ada hubungan positif yang sangat

tinggi antara kecerdasan emosional dan kepuasan kerja. Karyawan akan merasa

puas dalam bekerja dan bisa mengelola atau mengatur emosionalnya maka

karyawan akan bisa cepat tenang bila marah, bisa memahami sifat dari karyawan

lain maupun kelompok. Menurut Maryana,dkk. (2012) kecerdasan emosional

seorang karyawan merupakan faktor penentu keberhasilan kinerja, karena dalam

kecerdasan emosional seorang karyawan mampu mengendalikan segala ego dan

keinginannya serta mampu memahami orang lain atau rekan kerjanya sehingga

terciptanya suasana kelompok kerja yang dinamis. Kecerdasan emosional bisa

bisa tercapai dikarenakan semua karyawan bisa mengendalikan segala ego,

keinginan, dan memahami karyawan lain.

Di kota Medan sendiri semakin marak dengan banyaknya Cafe baru yang berdiri dan tersebar di wilayah Medan, namun tidak semua cafe di Medan banyak dikunjungi oleh konsumen, karena hanya cafetertentu yang terlihat ramai pengunjung. Sikap konsumen dan minat beli di sebuah cafedipengaruhi beberapa hal, seperti kualitas produk yang terjamin,dan kualitas pelayanan. Kualitas dari produk yang dijual harus dijagauntuk dapat bertahan dalam persaingan yang ketat. Hal tersebut mutlak dilakukanoleh pemilik usaha yang sedang dikelola. Jika sebuah usaha akan bertahan hidup,maka haruslah memikirkan cara efektif agar dapat bersaing. Salah satu cara adalahdengan meningkatkan kualitas pelayanan maupun produk yang dikelola.

Di dalam usaha cafe kepemimpinan tranformasional dan kecerdasan

emosional ini sangat diperlukan. Seperti halnya pemimpin cafe harus mampu

menerapkan kecerdasan emosional di dalam dirinya. Sehingga ia dapat

mengetahui apa yang dirasakan oleh karyawannya dan apa yang dirasakan oleh

konsumennya. Dengan mengetahui perasaan apa yang dirasakan oleh karyawan

dan konsumennya, pemimpin tersebut dapat mengetahui apa yang akan menjadi

keinginan dari konsumen maupun bawahannya.

Tingkat kepuasan kerja dapat dilihat dari upaya yang dilakukan cafe

tersebut dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki. Karena perusahaan dengan

sumberdaya manusianya, menentukan sasaran yang dicapai baik secara individual

maupun organisasional (Mangkuprawira, 2007).

Berdasarkan uraian diatas peneliti melakukan penelitian dengan judul :

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kecerdasan

Emosional terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Cafe Goedang Coffee di Medan

Dokumen terkait