Daftar Perusahaan Property dan Real Estate 2008 – 2010 yang menjadi
6 BIPP PT Bhuwanatala Indah Permai
Tbk
V V X
7 BKDP PT Bukit Darmo Property Tbk V V X
8 BKSL PT Sentul City (formerly Bukit Sentul) Tbk
V V X
9 BMSR PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk
24 GMTD PT.Gowa Makassar Tourism
Development, Tbk
25 GPRA PT Perdana Gapuraprima, Tbk V V V 9
26 INPP PT Indonesian Paradise Property Tbk
V X V
27 JIHD PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk
V V X
28 JKON PT Jaya Konstruksi Manggala Pra Tbk
V V V 10
29 JRPT PT Jaya Real Property Tbk V V V 11
30 JSPT PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk
V V X
31 KARK PT Dayaindo Resources
International Tbk
V V V 12
32 KIJA PT Kawasan Industri Jababeka Tbk
V V X
33 KPIG PT Global Land Development
Tbk
51 RBMS PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk
V V V 17
52 RODA PT Royal Oak Development Asia Tbk
V V X
53 SCBD PT Danayasa Athatama Tbk V V X
54 SIIP PT Suryainti Permata Tbk V V V 18
55 SMDM PT Suryamas Dutamakmur Tbk V V X
56 SMRA PT Summarecon Agung Tbk V V V 19
57 SSIA PT Surya Semesta Internusa Tbk V V X
58 TOTL PT Total Bangun Persada Tbk V V V 20
59 TRUB PT Truba Alam Manunggal
Engineering Tbk
V V X
Data Penelitian Setiap Variabel dari Tahun 2008-2010 Pada Perusahaan Real Estate
NO Sampel
% Kepemilikan
Institusional (X1) ROA (Y)
Descriptive Statistics
a. All requested variables entered.
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 2.69 3.62 3.24 .225 63
Std. Predicted Value -2.439 1.722 .000 1.000 63
Standard Error of Predicted
Value .274 .726 .371 .109 63
Adjusted Predicted Value 2.62 3.77 3.24 .239 63
Residual -3.394 4.671 .000 2.154 63
Std. Residual -1.563 2.151 .000 .992 63
Stud. Residual -1.584 2.197 .000 1.007 63
Deleted Residual -3.488 4.872 -.004 2.218 63
Stud. Deleted Residual -1.605 2.271 .004 1.020 63
Mahal. Distance .006 5.949 .984 1.270 63
Cook's Distance .000 .104 .015 .020 63
Centered Leverage Value .000 .096 .016 .020 63
DAFTAR PUSTAKA
Barzegar, Bahram. Dan K. Nagenra Babu, 2008.”The Effect of Ownership
Structure on Firm Performance: Evidence from Iran”, The Icfai Journal of Applied Finance,Vol. 14, No. 3, hal 43-55.
Bathala, C.T., et. Al, 1994.” Manajerial Ownership, debt policy, and the impact of
institusional holdings; and agency perspective”, Financial Management 23,
hal 38-50.
Brigham Houston, 2010. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan” Salemba Empat, Jakarta
Dwi Hastuti, Theresia, 2005. “Hubungan antara good corporate governance dan struktur kepemilikan dengan kinerja keuangan.
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Departemen Akuntansi, 2011.
Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Ujian Komprehensif Program Strata Satu (S1), Medan.
Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hastuti, Theresia Dwi, 2005. “Hubungan Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Perusahaan”, SNAVIII Solo,15-16 September 2005, hal 238-248.
Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling, 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership structure”. Journal of Financial
Economics, vol 13, hal.305-360.
Kartikawati, Wening. 2006. “Pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Kurniati, Wahyuning, 2007. “pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Hutang perusahaan (Studi pada perusahaa textiledi BEJ” UNDIP, Diakses
22 April 2013.
Lastanti, Sri Hexana. 2004. “Hubungan Struktur Corporate Governance dengan Kinerja Perusahaan dan Reaksi Pasar.” Konferensi Nasional Akuntansi, hal
Nur’aeni, Dini, 2010. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham terhadap Kinerja
Perusahaan”. Fakultas Ekonomi UNDIP: Semarang.
Peraturan Bapepam No. IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka.
Pound, J, 1988. “Proxy Contest and the Efficiency of Shareholder Oversight”, Journal of Financial Economics,Vol 20, hal 237-265.
Pujiningsih, Andiany Indra, 2011. “pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktik Corporate Governance dan Kompensasi Bous Terhadap Manajemen Laba pada perusahaan manufaktur di BEI 2007-2009, Universitas Diponegoro. Diakses 22 April 2013
Suiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Ketiga belas, Bandung: Alfabeta.
Sarjono, Haryadi, 2009. SPSS vs LISREL. Salemba Empat.
Sujoko dan Soebiantoro, Ugy, 2007. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham,
Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern terhadap Nilai perusahaan (Studi Empirik pada Perusahaan Manufaktur dan Non Manufakturdi BEJ)” Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen petra. Vol 9, No. 1, Maret 2007: 41-48, diakses 22 April 2013.
Sih Rahayu, Dyah, 2001. “Pengaruh kepemilikan saham manajerial dan institusional pada struktur modal perusahaan.
Sam’ani, 2008. “ Pengaruh Good Corporate Governance Dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2004 - 2007”. Fakultas Ekonomi UNDIP: Semarang.
Sekar Edi, Sawitri, 2011. “Pengaruh Antara Mekanisme Corporate Governance dengan Kinerja Keuangan Perusahaan”. Fakultas Ekonomi UNDIP:
Semarang.
http://www.idx.co.id/Home/ListedCompanies/ReportDocument/tabid/91/language/en-US/Default.aspx (16 Februari 2013, 07:56)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian sebab akibat (causal research).
Penelitian kausal bertujuan untuk menguji hipotesis dan merupakan penelitian
yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Dalam
penelitian kausal terdapat dua jenis variabel yaitu variabel independen yakni
variabel yang mempengaruhi dan variabel dependen atau variabel yang
dipengaruhi (Sugiono, 2009:59).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan di bidang Property
dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan sampel
dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yang didasarkan
atas beberapa kriteria yaitu:
1. Perusahaan Property dan Real Estate yang telah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sebelum tahun 2008, dan menyampaikan laporan keuangan
dalam rupiah yang dibukukan pada periode tahun 2008-2010.
2. Perusahaan yang memiliki data lengkap mengenai kepemilikan
institusional.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 21 perusahaan dari 60 perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di BEI. Sehingga total sampel penelitian ini berjumlah 63 sampel.
Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai prosedur penyampelan adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Prosedur Penentuan Kriteria dalam Pemilihan Sampel
Prosedur Penentuan Sampel Jumlah
1. Perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2010 dan mempunyai laporan keuangan tahunan yang lengkap dan disampaikam dalam ICMD tahun 2010.
60
2. Tidak memiliki data yang lengkap mengenai kepemilikan institusional
(18)
3. Mengalami kerugian dalam tahun 2008-2010 (21)
Total perusahaan yang dapat dijadikan sample penelitian 21
Total sample penelitian tahun 2008-2010 (21x3) 63
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan yang
dipublikasikan setiap tahun pada periode tahun 2008-2010. Data didapat dari
laporan keuangan tahunan perusahaan yang diperoleh dari situs Bursa Efek
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaan, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang berkaitan dengan
masalah yang sedang diteliti, penelusuran data ini dilakukan dengan cara:
1. Penelusuran secara manual untuk data dalam format kertas hasil cetakan.
Data yang disajikan dalam format kertas hasil cetakan antara lain berupa
jurnal, buku, skripsi dan thesis.
2. Penelusuran dengan menggunakan komputer untuk data dalam format
elektronik. Data yang disajikan dalam format elektronik ini antara lain
berupa laporan-laporan BEI, dan situs internet.
3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.5.1 Variabel Independen
Menurut Sugiono (2009:59) menganyatakan bahwa variabel
independen ini sering di sebut juga sebagai variabel stimulus, predictor,
antecedent. Dalam bahasa Indonesia di sebut juga variabel bebas. Variabel
bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
3.5.1.1. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham
oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum,
akhir tahun. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk
mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring yang
efektif dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Indikator yang
digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional adalah
persentase jumlah saham yang dimiliki oleh pihak institusi dari
seluruh jumlah modal saham yang beredar.
3.5.2 Variebel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan
perusahaan. Return on assets (ROA) digunakan sebagai salah satu alat
untuk melakukan pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan
kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. Return
on Asset (ROA) dihitung dengan rumus:
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan analisis statistik yang mengunakan regresi linier berganda dan
menggunakan SPSS. Metode dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan
3.6.1 Moderating Regression Analysis (MRA)
Moderated Regression Analysis (MRA) atau uji interaksi merupakan
aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan
regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel
independen). Maka persamaan statistik yang digunakan untuk menentukan
apakah variabel kepemilikan institusional memperkuat atau memperlemah
pengaruh terhadap kinerja adalah:
Y = a + b1X1 + e
Keterangan :
Y = Kinerja Perusahaan (ROA)
a = Konstanta
X1 = Kepemilikan Institusional
b1 = Koefisien regresi
e = variabel pengganggu
Untuk menguji apakah kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap kinerjaperusahaan, digunakan uji t. Uji t yang merupakan uji
parsial setiap variabel independent terhadap variabel dependent. Adapun
kriterianya , yaitu:
• Jika tingkat signifikan kepemilikan Institusional lebih kecil dari α sebesar
0,05 maka kepemilikan institusional dinyatakan ada pengaruh
• Jika tingkat signifikan kepemilikan Institusional lebih besar dari α
sebesar 0,05 maka kepemilikan institusional dinyatakan tidak ada
pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Apabila hasil uji t menunjukkan bahwa adanya pengaruh
kepemilikan institusional terhadap kinerja, maka untuk uji selanjutnya
digunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis atas variabel-variabel diatas.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan
uji asumsi klasik. Model regresi akan layak dijadikan alat estimasi apabila
memenuhi persyaratan Best Linear Unbiasedestimator, yakni tidak
terdapat heterokedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi. Uji asumsi
klasik yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.
3.6.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat bahwa suatu data
terdistribusi secara normal atau tidak. Menurut Ghozali (2006), ada
dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik.
Penelitian ini menggunakan analisis statistik dengan uji Kolmogrov
Smirnov. Pedoman pengambilan keputusan rentang data tersebut
mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji
1. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka
distribusi data adalah normal.
2. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka
distribusi data adalah tidak normal (Haryadi, 2011:97).
3.6.2.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu dengan yang lain. Masalah autokorelasi ini
umumnya terjadi pada data time series. Terjadi atau tidaknya
autokorelasi bisa diketahui dengan membandingkan nilai statistik
hitung Durbin-Watson. Adapun kriteria untuk mengetahui terjadi
atau tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut :
1. jika nilai D-W dibawah -2 maka terjadi autokorelasi positif.
2. jika nilai D-W diantara -2 sampai +2 maka tidak terjadi
autokorelasi.
3. jika nilai D-W diatas +2 maka terjadi autokorelasi negatif
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah dengan melihat grafik plot antara
nilai prediksi variabel dependen dengan nilai residualnya. Deteksi
ada atau tidaknya heteroskedstisitas dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scarrteplot dengan dasar analisis:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, sperti titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbuh Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. (Ghozali, 2006:38).
3.6.3 Pengujin Hipotesis 3.6.3.1 Uji Parsial (t-test)
Uji parsial digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh variabel independen secara parsial dalam menerangkan
dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel
berdasarkan kriteria berikut:
H0 diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel, pada α = 5%
H0 ditolak dan Ha diterima apabila t hitung > t tabel, pada α = 5%
3.6.3 Uji Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan
variabel dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R
berada di atas 0.5 dan mendekati 1.
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi dependen Nilai koefisien
determinasi (R2) berada diantara nol dan satu. Nilai koefisien determinasi
yang kecil berarti kemampuan variabel – variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Semakin nilai
koefisien determinasi mendekati 1 berati semakin baik garis regresi sampel
mencocokan data atau berapa persen variabel dependen yang dapat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Hasil Penelitian
4.1.1 Uji t atas Moderating Regression Analysis (MRA)
Persamaan statistik dalam Moderating Regression Analysis (MRA)
adalah:
Y = a + b1X1 + e
Keterangan :
Y = Kinerja Perusahaan (ROA)
a = Konstanta
X1 = Kepemilikan Institusional
b1 = Koefisien regresi
e = variabel pengganggu
Uji t merupakan uji parsial setiap variabel independent terhadap
variabel dependent. Ini juga dapat melihat apakah variabel kepemilikan
institusional (X) adalah variabel moderator. Adapun kriterianya , yaitu:
• Jika tingkat signifikan lebih kecil dari α sebesar 0,05 maka
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
• Jika tingkat signifikan lebih beasr dari α sebesar 0,05 maka
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja
Hasil uji t atas persamaan statistik diatas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Moderating Regression Analysis (MRA)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.453 1.000 2.452 .017
X .013 .015 .104 .815 .418
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Olahan Penulis, 2013 dari program 16.
Dari nilai signifikansi Variabel X sebesar 0.418 > 0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel X signifikan negatif. Sehinga menerangkan
bahwa tidak ada pengaruh sturktur institusional terhadap kinerja keuangan
perusahaan Property dan Real estate di BEI.
4.1.2 Uji Asumsi Klasik 4.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel
independen dan variabel dependen telah terdistribusi secara normal
(Ghozali 2005). Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat
GAMBAR IV. 1
Sumber: Data Olahan Penulis, 2013 dari program 16.
GAMBAR IV. 2
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan, diketahui bahwa
asumsi normalitas terpenuhi. Hal tersebut dapat disimpulkan dilihat
dari gambar IV. 1 yang berbentuk lonceng. Semakin tinggi bentuk
lonceng (bell shaped) menunjukan data semakin berdistribusi normal
dan asumsi normalitas terpenuhi. Begitu juga dengan yang ditunjukan
oleh grafik Normality Probability Plot berupa penyebaran data
(Titik-titik) pada gambar IV.2 yang berada disekitar sumbu diagonal yang
mengikuti arah garis diagonal menunjukan data semakin berdistribusi
normal dan memenuhi asumsi normalitas
4.1.2.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya
korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan
variabel pengganggu pada periode sebelumnya. Cara yang dapat
digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan
menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan:
1. jika nilai D-W dibawah -2 maka terjadi autokorelasi positif.
2. jika nilai D-W diantara -2 sampai +2 maka tidak terjadi
autokorelasi.
3. jika nilai D-W diatas +2 maka terjadi autokorelasi negatif.
Tabel 4.3
Sumber: Data Olahan Penulis, 2013 dari program 16.
Tabel 4.3 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 1,220.
Dapat dilihat bahwa nilai D-W (1,220) berada antara -2 dan +2, maka
dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.
4.1.2.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan dengan memperhatikan pola
gambar Scatterplot dari hasil pengolahan data dengan SPSS.
Heterokedastisitas dikatakan tidak terjadi apabila gambar Scatterplot
menunjukkan pola dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Titik-titik yang ada tidak membentuk pola tertentu yang
teratur seperti bergelombang, melebar kemudian
menyempit.
2. Titik – titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y.
Pola Scatterplot yang diperoleh dari pengolahan data dengan
Sumber: Data Olahan Penulis, 2013 dari program 16.
Gambar 4.1
Scatterplot Uji Heterokedastisitas
Dari gambar scarterplot atau diagram titik diatas terlihat bahwa
titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y atau tidak membentuk suatu pola
tertentu, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi linier
berganda terbebas dari heterokedastisitas dan layak digunakan dalam
penelitian.
4.1.3 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi
berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 16.
4.1.3.1 Uji parsial (t-test)
Uji parsial (uji-t) pada dasarnya bertujuan untuk menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independent secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berdasarkan
pengolahan spss hasil uji parsial yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
variabel kepemilikan institusional nilai thitung sebesar 0,815< ttabel
sebesar 2.452 dan nilai signifikansi 0.418 > 0,05. Maka Ho
diterima dan Ha ditolak artinya variabel kepemilikan institusional
berpengaruh signifikan negative terhadap variabel ROA. Artinya
walaupun ditingkatkan variabel kepemilikan satu satuan maka
Konstanta sebesar 2.453, artinya walaupun variabel bebas nol
maka variabel ROA tetap sebesar 2.453.
4.1.4 Uji Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel
dependen. Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi dependen (Ghozali, 2005).
Koefisien korelasi maupun koefisien determinasi dari penelitian ini
ditunjukkan dalam output spss berikut:
Tabel 4.8
Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .104a .011 -.005 2.17145 1.220
a. Predictors: (Constant), X
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Olahan Penulis, 2013 dari program 16.
Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0.5
dan mendekati 1. Pada model summary di atas nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0,104 menunjukkan bahwa korelasi antara variabel ROA dengan
Nilai koefisien determinasi (R2) berada diantara nol dan satu. Nilai
koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel – variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas
(Ghozali, 2005). Semakin nilai koefisien determinasi mendekati 1 berati
semakin baik garis regresi sampel mencocokan data atau berapa persen
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Pada
tabel 4.7 menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang ditunjukkan dari
nilai adjusted R2 sebesar 0.011. Hal ini berarti bahwa 11% variasi kinerja
perusahaan dapat dijelaskan oleh kepemilikan institusional, sedangkan
sisanya sebesar 89% kinerja perusahaan dijelaskan oleh variabel lainnya.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil pengujian variabel penelitian secara parsial, didapati bahwa
variabel independen yaitu kepemilikan institusional berpengaruh negative
terhadap variabel dependen yaitu kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan
signifikansi t sebesar signifikansi 0.815 > 0,05. Pengawasan yang dilakukan oleh
pemegang saham institusi berpengaruh negative terhadap kinerja perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Dini
Nur’aeni (2010) meneliti pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap kinerja
perusahaan. Penelitian tersebut menggunakan struktur kepemilikan saham berupa
struktur kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik
dan kepemilikan asing sebagai variabel independen. Sedangkan kinerja
perusahaan diukur dengan return on asset (ROA). Objek penelitian menggunakan
waktu 2006-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen
dan kepemilikan saham oleh publik tidak berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan, sedangkan kepemilikan saham institusional dan asing, badan hukum,
pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan.
Hal ini disebabkan karena perbedaan kebijakan setiap perusahaan yang
mana merupakan faktor yang memicu perbedaan dalam penelitian ini. Bermula
dari peran struktur kepemilikan perusahaan dalam menjelaskan komitmen dari
pemilik untuk menyelamatkan perusahaan, kepemilikan institusional dianggap
mampu meninimalisasi konflik kepentingan karena dapat menselaraskan tujuan
antara manajemen (agen) dan pemegang saham (principal). Hal ini dikarenakan
adanya peran monitoring oleh pemegang saham yang berupa institusi untuk
mengendalikan manajemen hingga mencapai efisiensi penggunaan sumber dana
dan mencegah perilaku menyimpang yang mungkin dilakukan manajemen.
Berlandaskan teori tersebut, kepemilikan institusional oleh beberapa peneliti
dipercaya dapat mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya
berpengaruh pada kinerja perusahaan. Namun, kepemilikan institusional yang
cederung tinggi dapat berdampak negatif bagi kinerja perusahaan karena akan
menimbulkan konflik antar pemegang saham yang disebabkan oleh pemengang
saham dengan kepemilikan institusional yang tinggi mengendalikan atau
mengarahkan kebijakan manajemen berlandaskan kepentingan pribadinya. Untuk
itu dua variabel independen mengukur kepemilikan institusional dengan
dari seluruh total saham (Variabel kepemilikan institusional) dan jumlah
persentase kepemilikan saham oleh institusi diatas 20%
Pengaruh dari kepemilikan Institusional perusahaan dapat dijelaskan dari
hasil penelitian berikut ini: (1) Terdapat hubungan yang signifikan negative antara
kepemilikan Institusional dan produktifitas sebagai salah satu proksi dari kinerja
perusahaan, (2) Pengaruh kepemilikan Institusional lebih kuat untuk perusahaan
yang didominasi oleh legal person shareholders daripada perusahaan yang
didominasi oleh perusahaan, (3) Profotabilitas perusahaan berhubungan positif
dengan proksi pemilikan saham oleh legal person tetapi berhubungan negatif
dengan proksi pemilikan saham oleh perusahaan dan (4) Produktifitas tenaga kerja
cenderung menurun saat proporsi kepemilikan saham oleh perusahaan meningkat.
Hasil pengujian variabel penelitian secara simultan, diketahui bahwa
variabel independen kepemilikan institusional berpengaruh negative terhadap
variabel dependen yaitu kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan signifikansi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini menguji pengaruh stuktur kepemilikan institusional terhadap
kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA Berikut adalah kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian ini:
1. Kepemilikan institusional secara simultan tidak berpengaruh signifkan
terhadap ROA (kinerja perusahaan) pada perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa banyaknya jumlah kepemilikan institusional
dalam perusahaan yang menjamin terwujudnya peningkatan kinerja
perusahaan dengan menciptakan kinerja yang berprofesional dengan
menggunakan SDM yang unggul.
2. Struktur kepemilikan, yakni kepemilikan terkonsentrasi memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan
property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal
ini menunjukkan bahwa struktur kepemilikan terkonsentrasi mampu
meningkatkan kinerja perusahaan.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
terhadap kinerja yang dilihat dari persentse kepemilikan saham oleh
institusi, tidak meliputi kepemilikan manajerial, kepemilikan asing,
kepemilikan oleh pemerintah maupun kepemilikan oleh publik.
2. Variabel kepemilikan institusional dalam penelitian ini hanya
berdasarkan pada total persentase kepemilikan saham oleh pihak
institusional saja, tanpa mengelompokkan kepemilikan institusional
asing dan kepemilikan institusional dalam negeri dan Perusahaan yang
digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini hanya perusahaan Real
estate dan property yang terdaftar di BEI saja. Dan Periode tahun
pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini relatif pendek yaitu
3 tahun, dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.
5.3 Saran
1. Sebaiknya Penelitian selanjutnya perlu memasukkan unsur struktur
kepemilikan lainnya seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan
asing, kepemilikan oleh pemerintah ataupun kepemilikan oleh publik.
2. Sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan sampel perusahaan
yang tidak hanya pada perusahaan Real estate dan property saja,
tetapi dapat dikembangkan dengan menggunakan sampel dari
kelompok perusahaan lain yang listed di Bursa Efek Indonesia. Dan
memperpanjang periode tahun pengamatan dengan periode atau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan
institusional dan manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan
(sujoko dan Soebiantoro, 2007,44) bahwa struktur kepemilikan merupakan
jenis institusi atau perusahaan yang memegang saham terbesar dalam suatu
perusahaan. Sedangkan, pujiningsih (2011:24) menyatakan bahwa struktur
kepemilikan tercermin baik melalui instrument saham maupun instrmen
utang shingga melalui struktur tersebut dapat di telaah kemunggkian
bentuk masalah keagenan yang akan terjadi. Istilah struktur kepemilikan
digunakan untuk menunjukan bahwa variabel-variabel yang penting dalam
struktur modal tidak hanya ditentukan oleh hutang dan ekuitas saja tetapi
juga ditentukan oleh presentase kepemilikan saham oleh manajemen dan
institusi (Jensen dan mecking, 1976 dalam kurniati, 2007, hal. xxvi-xxvii).
Menurut Nur’aeni (2010: 18-19), ada beberapa hal yang perlu di
perhatikan dalam sturktur kpemilikan, antara lain:
1. Kepemilikan sebagian kecil perusahaan oleh manajemen
mempengaruhi kecenderungan untuk memaksimalkan nlai pemegang
sahanm dibaning sekedar mencapai tujuan perusahaan semata.
3. Identitas pemilik menentukan prioritas tujuan social perusahaan dan
maksimalisasi nilai pemegang saham, misalnya perusahaan milik
pemerintah cenderung untuk mengikuti tujuan politik dibanding tujuan
perusahaan.
Menurut Nur’aeni (2010:20-28) sruktur kepemilikan terbagi empat:
a. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah presentase kepemilikan saham
yang dimiliki oleh institusi instiusi lain pada suatu perusahaan (kurniati,
2007:xlvi).
Di Indonesia, kepemilikan saham institusonal terbagi menjadi
kepemilikan eksternal dan institusional. Kepemilikan eksternal adalah
kepemilikan oleh lembaga investasi seperti dana pension, ansuransi,
reksadana, dan prusahaan investasi lainnya, dan menjadi bagian dari
kepemilikan saham oleh institusi bisnis seperti perseroan terbatas (PT).
Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong
peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kineja manajmen,
karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasan yang dapat
digunakan untuk mendukung atau seballiknya terhadap kinerja
manajemen. Investor institusional sering disebut sebagai investor yang
canggih (sophisticated) dan seharusnya lebih dapat menggunakan
informasi periode sekarang dalam memprediksi laba masa.
Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh
pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola.
Kepemilikan manajer akan saham perusahaan dipandang dpat
menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham
diluar manajemen sehingga permasalahaan keagenan diasumsikan akan
hilang apabila seorang manajer adalah juga sebagai seorang pemilik
(Jensen dan mecking, 1976 dalam Nur;aeni, 2010: 19).
c. Kepemilikan publik
Kepemilikan publik menunjukan besarnya private information
yang harus dibagikan manajer kepada public. Private information tersebut
merupakan informasi internal yang semula hanya diketahui oleh manajer,
seperti standar yang dipakai dalam pengukuran kinerja perusahaan,
keberadaan perencanaan bonus, Dan sebagainya (Rosma, 2007 dalam
Nur’aeni, 2010: 26).
d. Kepemilikan asing
Kepemilikan asing merupakan proporsi saham biasa perusahaan
yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah serta
bagian-bagiannya yang berstatus diluar negeri (Nur’aeni 2010: 27).
2.1.2 Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja Keuangan perusahaan adalah penentuan ukuran-ukuran
tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam
analisa perusahaan yang ditujukan untuk menujukkan perubahan dalam
kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan” (Van Horne, 2003:95)
Kinerja juga merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap
perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan
perusahaan dalam mengalokasikan sumber dayanya ke dalam bentuk operasi
perusahaan atau merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam
mengelola dan mengalokasikan sumberdayanya. Tujuan dari penilaian
kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran
organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya agar membedakan hasil dan tindakan yang diinginkan. Penilaian
kinerja perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan dan dari
segi perubahan harga saham.
kinerja merupakan sebuah konsep yang sulit, baik definisi maupun
dalam pengukurannya, karena sebagai sebuah konstruk, kinerja bersifat
multidimensional dan oleh karena itu pengukuran menggunakan dimensi
pengukuran tunggal tidak mampu memberikan pemahaman yang
komprehensif. kinerja hendaknya menggunakan atau mengintegrasikan
dimensi pengukuran yang beragam. Sampai saat ini masih muncul perdebatan
tentang pendekatan yang tepat bagi konseptualisasi dan pengukuran kinerja
organisasi, sehingga ukuran kinerja yang cocok dan layak tergantung pada
keadaan unik yang dihadapi peneliti.
Pengukuran keuangan dinyatakan dalam ketentuan moneter.
diciptakan diluar sistem akuntansi yang formal. untuk mengevaluasi kondisi
keuangan dan kinerja perusahaan, analisis keuangan membutuhkan ukuran
keuangan yang pasti. Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas.
“analisis laporan keuangan berguna untuk membantu mengantisipasi kondisi
masa depan, yang lebih penting lagi adalah sebagai titik awal untuk
merencanakan tindakan-tindakan yang akan memperbaiki kinerja di masa
depan” (Brigham Houston 2010:133) .
Rasio profitabilitas merupakan rasio pengukuran yang menjelaskan
seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam
hubungan penjualan, asset maupun laba bagi modal sendiri. Rasio
profitabilitas dibagi menjadi enam antara lain: gross profit margin (GRM),
net profit margin (NPM), operating return on assets (OPROA), return on
assets (ROA), return on equity (ROE), operating ratio (OR).
Dan “return on assets (ROA) merupakan salah satu bentuk dari rasio
profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan
dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasional
perusahaan agar menghasilkan keuntungan”. Besarnya ROA dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Return on Assets (ROA) =
Earning After Tax (EAT) merupakan laba bersih setelah pajak. Total
Assets merupakan nilai buku total aktiva. Pengukuran kinerja keuangan
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan untuk
menghasilkan laba. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam
kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal
yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan
laba.
ROA memiliki keunggulan, diantaranya yaitu:
1. Merupakan ukuran yang komprehensif dimana seluruhnya
mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.
2. Mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut.
3. Merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit
organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit
usaha.
Namun meskipu ROA memiliki keunggulan terdapat pula beberapa
kelemahan atas penggunaan ROA yaitu:
1. Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer
divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project yang
menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya proyek-proyek
tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan secara
keseluruhan.
2. Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek
3. Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek,
tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka
panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan,
pengurangan budget pemasaran, dan penggunaan bahan baku yang
relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka
panjang.
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Dini Nur’aeni (2010) meneliti pengaruh struktur kepemilikan saham
terhadap kinerja perusahaan. Penelitian tersebut menggunakan struktur
kepemilikan saham berupa struktur kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, kepemilikan publik dan kepemilikan asing sebagai variabel
independen. Sedangkan kinerja perusahaan diukur dengan return on asset (ROA).
Objek penelitian menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dalam rentang waktu 2006-2008. Metode pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling dan model analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan manajemen dan kepemilikan saham oleh publik tidak berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan, sedangkan kepemilikan saham institusional dan
asing, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Bahram Barzegar dan K Nagendra Babu (2008) melakukan pengujian
Didalam penelitiannya struktur kepemilikan (variabel independen) digolongkan
menjadi struktur kepemilikan institusional dan non-institusional. Sedangkan
kinerja perusahaan diukur menggunakan ROA, ROE dan Tobin’s Q. Variabel
kontrol yang digunakan antara lain risiko, debt to asset ratio, ukuran perusahaan,
umur perusahaan, konsentrasi kepemilikan, dll. Hasil penelitian mengindikasikan
bahwa perusahaan dengan kepemilikan institusional memiliki kinerja yang lebih
baik dibanding perusahaan dengan kepemilikan non-institusional. Kepemilikan
institusional memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan
(ROA). Sebagai tambahan, diperoleh hasil bahwa kepemilikan tersebar (diffused
ownership) memiliki kinerja yang lebih baik dibanding perusahaan dengan
kepemilikan terkonsentrasi. Selain itu, hasil penelitian menemukan bahwa
terdapat hubungan signifikan negatif antara kinerja dengan debt to asset ratio
dengan ROA sebagai alat ukur kinerja perusahaan. Dari keseluruhan hasil yang
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan positif antara
kepemilikan institusional dengan kinerja dalam studi kasus di Iran.
Sawitri Sekar Edi, (2011) meneliti tentang pengaruh Corporate
Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan dewan
komisaris, dewan komisaris independen, dewan direksi, komite audit dan
kepemilikan institusional sebagai variabel independen serta kinerja perusahaan
diukur dengan TOBIN’s Q. Objek penelitian menggunakan perusahaan yang
terdaftar di LQ45 dalam rentang waktu 2005-2009. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kepemilikan institusional, dewan komisaris dan dewan direksi berpengaruh
komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan dan komite audit berpengaruh tidak signifikan.
Sam’ani (2008) melakukan penelitian untuk menemukan bukti empiris
pengaruh elemen-elemen dalam penerapan good corporate governance terhadap
kinerja perusahaan perbankan di Indonesia. Dari hasil pengujian hipotesis,
menunjukkan bahwa pengaruh corporate governance yang diproksi oleh aktivitas
komisaris, ukuran dewan direksi, komite audit mempunyai hubungan yang positif
dan signifikan terhadap kinerja. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional dan rasio leverage mempunyai hubungan yang negatif
dan signifikan terhadap kinerja.
Hexana Sri Lastanti (2004) meneliti hubungan antara struktur corporate
governance dengan kinerja perusahaan dan reaksi pasar. Dalam penelitian tersebut
digunakan struktur corporate governance berupa komposisi dewan komisaris
independen, struktur kepemilikan terkonsentrasi dan kepemilikan institusional.
Sedangkan kinerja perusahaan diproksi oleh nilai perusahaan (Tobin’s Q) dan
kinerja keuangan (ROA dan ROE). Hasil penelitian menyatakan terdapat
hubungan positif signifikan antara independensi dewan komisaris dan Tobin’s Q.
Sementara variabel lain tidak berpengaruh secara signifikan, baik terhadap
Tobin’s Q, ROA, ataupun ROE.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Babu (2008) dalam Kinerja
memiliki kinerja yang lebih baik dibanding
perusahaan dengan
kepemilikan
terkonsentrasi. Debt to
Sam’ani
institusional, dewan komisaris,dewan ukuran dewan direksi, komite audit berhubungan signifikan positif terhadap kinerja. Kepemilikan institusional dan rasio
leverage mempunyai
dan kinerja keuangan (ROA dan ROE).
Terdapat hubungan positif
signifikan antara
independensi dewan
komisaris dan Tobin’s Q. Sementar variabel lain tidak berpengaruh secara signifikan, baik terhadap
Tobin’s Q, ROA, ataupun
ROE.
2.3 Kerangka Konseptual
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan modal konseptual tentang bagaimana
teori yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah peneliti
identifikasikan sebagai masalah penting. Berdasarkan kerangka konseptual diatas,
ditentukan bahwa variabel independen yang berupa kepemilikan institusional dan
kinerja perusahaan sebagai variabel dependen. Selain itu, jika jumlah kepemilikan
saham oleh institusi diatas 20% dan Kepemilikan saham diatas 20% merupakan
kepemilikan saham dengan hak pengendali sehingga dengan adanya hak
mengendaikan aktivitas perusahaan, dapat memperkuat pengaruh kepemilikan
institusi dalam meningkatkan kinerja. Dalam pengukuran kinerja perusahaan
peneliti menggunakan rasio pengukuran profitabilitas berupa ROA (Return on
Asset). Objek penelitian utama adalah kepemilikan institusional.
Bermula dari peran struktur kepemilikan perusahaan dalam menjelaskan
komitmen dari pemilik untuk menyelamatkan perusahaan, kepemilikan
institusional dianggap mampu meninimalisasi konflik kepentingan karena dapat
menselaraskan tujuan antara manajemen (agen) dan pemegang saham (principal).
Hal ini dikarenakan adanya peran monitoring oleh pemegang saham yang berupa
institusi untuk mengendalikan manajemen hingga mencapai efisiensi penggunaan
sumber dana dan mencegah perilaku menyimpang yang mungkin dilakukan
manajemen. Berlandaskan teori tersebut, kepemilikan institusional oleh beberapa
peneliti dipercaya dapat mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya
cederung tinggi dapat berdampak negatif bagi kinerja perusahaan karena akan
menimbulkan konflik antar pemegang saham yang disebabkan oleh pemengang
saham dengan kepemilikan institusional yang tinggi mengendalikan atau
mengarahkan kebijakan manajemen berlandaskan kepentingan pribadinya. Untuk
itu dua variabel independen mengukur kepemilikan institusional dengan
pegelompokan yang berbeda yakni jumlah persentase kepemilikan institusional
dari seluruh total saham (Variabel kepemilikan institusional) dan jumlah
persentase kepemilikan saham oleh institusi diatas 20%
Pengaruh dari kepemilikan Institusional perusahaan dapat dijelaskan dari
hasil penelitian berikut ini: (1) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara kepemilikan Institusional dan produktifitas sebagai salah satu proksi dari
kinerja perusahaan, (2) Pengaruh kepemilikan Institusional lebih kuat untuk
perusahaan yang didominasi oleh legal person shareholders daripada perusahaan
yang didominasi oleh perusahaan, (3) Profotabilitas perusahaan berhubungan
positif dengan proksi pemilikan saham oleh legal person tetapi berhubungan
negatif dengan proksi pemilikan saham oleh perusahaan dan (4) Produktifitas
tenaga kerja cenderung menurun saat proporsi kepemilikan saham oleh
perusahaan meningkat.
Dalam penelitian ini,. Pengaruh hutang terhadap kinerja keuangan
perusahaan dapat menutupi peran kepemilikanan institusional dalam
mempengaruhi kinerja. Akan tetapi, besarnya jumlah hutang juga akan
besarnya biaya modal yang ditanggung perusahaan dibandingkan besarnya free
cash flow yang dihindari.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang konsep yang diperkirakan
sebagai kebenaran atau kesalahan tentang suatu fenomena yang sedang diamati
yang kemudian diformulasikan untuk pengujian yang bersifat empirik.
Berdasarkan tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka
konseptual, maka peneliti membuat rumusan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kenerja
perusahaan property dan real estate yang terdaftardi Bursa Efek
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai
perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan
pendanaan, investasi dan kebijakan dividen. Struktur modal merupakan salah satu
keputusan keuangan yang kompleks karena berhubungan dengan variabel
keputusan keuangan lainnya dalam mencapai tujuan perusahaan. Pemilihan antara
pendanaan hutang dan ekuitas sering disebut dengan keputusan struktur modal.
Pendanaan ekuitas yang menjadi fokus penelitian ini karena investor
ekuitas yang telah menanamkan uangnya menerima pangsa saham dan menjadi
pemegang saham, pemilik sebagian perusahaan. Kombinasi pendanaan ekuitas
pada akhirnya menciptakan struktur kepemilikan yang berbeda pula. Menurut
beberapa peneliti struktur kepemilikan dipercaya mampu mempengaruhi jalannya
perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam
mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Hal ini
disebabkan oleh karena adanya kontrol yang mereka miliki.
Perusahaan property dan real estate merupakan bidang yang menjanjikan
untuk berkembang di Indonesia melihat potensi jumlah penduduk yang terus
bertambah besar, semakin banyaknya pembangunan di sektor perumahaan,
apartemen, pusat-pusat perbelanjaan, gedung-gedung perkantoran dan rasio
kepemilikan rumah yang cukup rendah. Selain itu jenis usaha ini membutuhkan
sumber pendanaan yang beragam akan menciptakan struktur kepemilikan
perusahaan real estate dan property yang beragam pula.
Perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada
umumnya merupakan perusahaan yang telah memiliki struktur organisasi terpisah
antara pihak pemilik (principal) dan pengelolanya (agent). Pemilik terdiri dari
para pemegang saham dan stakeholder, sedangkan pihak pengelolanya terdiri dari
pihak manajemen yang ditunjuk oleh pemilik untuk menjalankan aktivitas
perusahaan. Berdasarkan teori agensi (agency theory) Sheifer dan Vishny (1997
dalam wening kartikan hal 2), manajer professional (professional managers)
dipekerjakan untuk mengelola usaha perusahaan dengan tujuan untuk
memaksimalkan laba perusahaan dan kekayaan pemegang saham, namun pada
prakteknya manajer tidak sejalan dengan kepentingan pemilik melainkan
mengesampingkan efisiensi penggunaan sumber dana. Hal ini terjadi karena
manajer cenderung berusaha mengutamakan kepentingan pribadinya dan
mengorbankan kepentingan para pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling
(1976 dalam Dyah sih Rahayu hal 181), apa yang dilakukan manajer tersebut akan
menambah biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan
perusahaan dan berpengaruh terhadap harga saham sehingga menurunkan nilai
perusahaan.
Konflik agensi (agency conflict) dipicu juga oleh pengelola (manajer) yang
mempunyai informasi mengenai perusahaan, yang tidak dimiliki pemilik
perusahaan (asymmetric information). Adanya asimetri informasi dan konflik
yang tidak benar kepada pemilik, terutama bila informasi tersebut berkaitan
dengan pengukuran kinerja manajer.
Menurut Bathala, et. al., (1994:40) beberapa alternatif yang dapat
digunakan untuk mengurangi agency costs, antara lain: “1) mensejajarkan
kepentingan manajemen dengan mengikutsertakan manajer untuk memiliki saham
perusahaan tersebut (insider ownership), (2) meningkatkan dividend payout ratio,
(3) melibatkan pihak ketiga (debtholders) yang masuk melalui kebijakan hutang,
dan (4) meningkatkan kepemilikan institusional”.
Kepemilikan institusional dapat menurunkan teori agensi, karena investor
institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen dengan
kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk melakukan aktivitas
yang merugikan pemilik menjadi berkurang dan sekaligus meningkatkan kinerja
perusahaan. Selain itu perannya sebagai monitoring yang efektif menggantikan
posisi hutang dan menyebabkan penurunan hutang. (Bathala et al 1994 dalam
Wening Kartikawati hal 3) juga menemukan bahwa kepemilikan institusional
menggantikan kepemilikan manajerial dalam mengontrol agency cost.
Selain kepemilikan institusional, peningkatan hutang juga dapat
menurunkan besarnya konflik antara pemegang saham dengan manajer karena
adanya peran monitoring, Hal ini disebabkan kreditur dapat mempengaruhi
perilaku dan tindakan manajer untuk dapat memenuhi perjanjian pinjaman (debt
covenant). Hal ini memberikan pengawasan lebih terhadap manajemen bagi
pemberi pinjaman dibandingkan pemegang saham (shareholders). Disamping itu
sehingga menurunkan kemungkinan adanya pemborosan yang dilakukan oleh
manajemen. Adanya kewajiban membayar beban hutang berimbas pada
penurunan penggunaan sumber dana untuk kebutuhan pribadi manajer diharapkan
akan memaksimalkan laba yang pada akhirnya terukur sebagai peningkatan
kinerja perusahaan.
Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi, menanggung biaya modal
yang lebih tinggi dibanding perusahaan dengan tingkat hutang yang rendah.
Pengelompokan pemilik menjadi pemilik dengan kepemilikan mayoritas
(controlling) dan pemilik dengan kepemilikan minoritas disebabkan oleh adanya
kepemilikan yang terkonsentrasi pada beberapa pemilik. Semakin tinggi
konsentrasi kepemilikan organisasi tertentu, semakin tinggi pula kinerja
organisasi tersebut dibanding dengan organisasi yang kepemilikannya tersebar
(diffuse).
Hal ini disebabkan kepemilikan insttusional dapat menangani masalah
agensi antara manajemen dan pemilik. Sebaliknya, kepemilikan yang tersebar
(diffuse) memungkinkan para manajer memperoleh keleluasaan (managerial
discretion) dalam menjalankan organisasi yang bisa jadi tidak konsisten dengan
kepentingan pemilik yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. menurutnya
perusahaan yang konsentrasi kepemilikan oleh pihak-pihak terbatas tinggi,
kinerjanya akan lebih baik dibanding perusahaan yang kepemilikannya relatif
tersebar (diffuse).
Dan judul ini pernah di teliti oleh Dini Nur’aeni (2010) dan hasil dari
terhadap kinerja perusahaan. Dan Penelitian tersebut menggunakan struktur
kepemilikan saham berupa struktur kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, kepemilikan publik dan kepemilikan asing sebagai variabel
independen. Sedangkan kinerja perusahaan diukur dengan return on asset (ROA).
Objek penelitian menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dalam rentang waktu 2006-2008. Metode pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling dan model analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan manajemen dan kepemilikan saham oleh publik tidak berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan, sedangkan kepemilikan saham institusional dan
asing, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, saya memutuskan untuk berfokus dan meneliti
kembali pada pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan,
melihat belum ada peneliti terdahulu yang berfokus pada kepemilikan
institusional. Selain itu, hasil penelitian terdahulu yang memasukkan unsur
pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan menunjukkan
hasil yang berbeda-beda. Untuk itu penelitian ini mengunakan variabel
independen berupa kepemilikan institusional, yang mana akan menguji pengaruh
terhadap variabel dependen yaitu kinerja keuangan perusahaan. Maka penulis
tertarik untuk mengambil judul “Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Property dan
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap
kenerja perusahaan property dan real estate yang terdaftardi Bursa
Efek Indonesia?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui lebih dalam pengaruh kepemilikan institusional terhadap
kinerja perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi peneliti, sebagai bahan pembelajaran untuk menambah
pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya mengenai pengaruh
kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan.
2. Bagi pemilik dan pengelola perusahaan, Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam
meningkatkan kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan
3. Bagi calon peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat
ABSTRACT
THE ANALYSIS EFFECT OF INSTITUTIONAL OWNERSHIP ON
FIRM PERFORMANCE (CASE STUDY ON THE PROPERTY
AND REAL ESTATE COMPANY THAT LISTED IN
INDONESIAN STOCK EXCHANGE 2008-2010)
This study investigates the impact of institutional ownership on firm performance. Institutional ownership as independent variable and Debt to Asset
Ratio as a control variable. The study also tried to examine whether the
institutional ownership is a independent variable. Company performance is proxied by Return On Asset (ROA) as dependent variable. Data that used in this research is financial report from each company, publized through website www.idx.co.id.
Analysis method that used in this research is kuantitatif methods, by testing assumptions of classical, and then using multiple linear regression as statistical analysis. The population of this research are the Property and Real Estate companies that listed in Indonesian Stock Exchange in the period of 2008 until 2010. The sampling method that used is purposive sampling with total sample of 21 companies a year.
Result from this study indicates that institutional ownership haven’t
significant influence on firm performance. In this case shows that the large number of institutional ownership in a company that guarantees the realization of improved corporate performance by creating a professional performance by using superior human resource.
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA 2008-2010
OLEH
SEPTE WK GRESSTIA 080503156
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya
yang berjudul “Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2010” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan
ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Mei 2013 Yang Membuat Pernyataan,
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PROPERTY
DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA 2008-2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan variabel independen kepemilikan institusional. Penelitian ini juga mencoba menelaah apakah kepemilikan institusional merupakan variabel indepeden. Berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan diproksikan dengan Return on Asset (ROA). Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 sampai 2010. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
puposive sampling dengan total sampel per tahun sebanyak 21 perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dalam hal ini menunjukkan bahwa banyaknya jumlah kepemilikan insitusional dalam perusahaan yang menjamin terwujutnya peningkatan kinerja perusahaan dengan menciptakan kinerja yang berprofesional dengan menggunakan SDM yang unggul.
ABSTRACT
THE ANALYSIS EFFECT OF INSTITUTIONAL OWNERSHIP ON
FIRM PERFORMANCE (CASE STUDY ON THE PROPERTY
AND REAL ESTATE COMPANY THAT LISTED IN
INDONESIAN STOCK EXCHANGE 2008-2010)
This study investigates the impact of institutional ownership on firm performance. Institutional ownership as independent variable and Debt to Asset
Ratio as a control variable. The study also tried to examine whether the
institutional ownership is a independent variable. Company performance is proxied by Return On Asset (ROA) as dependent variable. Data that used in this research is financial report from each company, publized through website www.idx.co.id.
Analysis method that used in this research is kuantitatif methods, by testing assumptions of classical, and then using multiple linear regression as statistical analysis. The population of this research are the Property and Real Estate companies that listed in Indonesian Stock Exchange in the period of 2008 until 2010. The sampling method that used is purposive sampling with total sample of 21 companies a year.
Result from this study indicates that institutional ownership haven’t significant influence on firm performance. In this case shows that the large number of institutional ownership in a company that guarantees the realization of improved corporate performance by creating a professional performance by using superior human resource.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun 2008-2010” sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak pihak yang telah berperan
memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati,
tulus dan ikhlas penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, MEc, AC, Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Syafruddin Ginting Sugihan, MAFIS, Ak., selaku Ketua
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan
bapak Drs. Hotmal Ja’far selaku Sekretaris Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak, dan Dra. Mutia Ismail, MM, Ak.
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas