• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Beban Kerja Terhadap Kinerja Alat Penumbuk Mekanis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Beban Kerja Terhadap Kinerja Alat Penumbuk Mekanis"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

40

LAMPIRAN

Lampiran 1. Flowchart

B1 = 1,5 kg B2 = 2 kg B3 = 2,5 kg Mulai

Persiapan bahan (udang rebon kering)

Dibersihkan udangrebon

Udang ditumbuk Dihidupkan stopwatch

Dihidupkan motor Dimasukkan udang kedalam

lesung

Analisis data sesuai parameter

selesai

Ditimbang udang rebon Sesuai perlakuan

Dicampurkan udang dengan garam dan air secukupnya

(2)

41

Lampiran 2. Data pengamatan waktu yang diperlukan alat untuk beroperasi (jam)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

B1 0,250 0,242 0,256 0,748 0,245

B2 0,316 0,356 0,342 1,014 0,338

B3 0,450 0,478 0,444 1,372 0,457

Total 1,016 1,076 1,042 3,134 1,040

Rataan 0,339 0,359 0,347 1,045 0,347

Lampiran 3. Data pengamatan berat bahan setelah ditumbuk

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

B1 1,43 1,42 1,42 4,27 1,42

B2 1,89 1,88 1.89 5,66 1,88

B3 2,35 2,37 2,35 7,07 2,36

Total 5,67 5,67 5,66 17 5,66

(3)

42

Lampiran 4. Data Pengamatan Kapasitas Efektif Alat Per Lesung (kg/jam) Daftar Analisis Sidik Ragam Kapasitas Efektif Alat

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Perhitungan Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas Efektif Alat = Berat bahan yang ditumbuk(Kg)

Waktu penumbukan (jam)

Perlakuan 1 (B1)

0,347 jam= 4,09kg/jam

Rata-rata Kapasitas Efektif Alat = 4,12 +4,09 +4,09

3 = 4,10 kg/jam

Rata-rata Kapasitas Efektif Alat = 5,45 +5,42 +5,45

3 = 5,44 kg/jam

Perlakuan 3

Ulangan 1

=

2,35 kg

0,347 jam=6,77kg/jam Ulangan 2 = 2,37 kg

(4)

43

Ulangan 3 = 2,35 kg

0,347jam=6,77kg/jam

Rata-rata Kapasitas Efektif Alat = 6,77 +6,97+6,77

3 = 6,83 kg/jam

Data Analisis Sidik Ragam Kapasitas Efektif Alat

SK Db JK KT Fhit. F0.05 F0.01

Perlakuan 2 11,236 5,618 1209,57 ** 5,143253 10,9242

Galat 6 0,28 0,05

Total 8 11,263 Ket : tn = tidak nyata

(5)

44

Lampiran 5. Data Pengamatan Persentase Bahan yang Hilang (%) dan Daftar Analisis Sidik Ragam Persentase Bahan Tertinggal

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Perhitungan Persentase Bahan yang Hilang Bahan yang Hilang = berat awal-berat akhir

berat awal × 100%

Rata-rata persentase bahan yang hilang = 4,6%+5,3%+5,3%

3 = 5,1%

Rata-rata persentase bahan yang hilang = 5,5%+5,85%+5,5%

(6)

45

Ulangan 3 = 2,5-2,35

2,5 ×100%=6,0%

Rata-rata persentase bahan yang hilang = 6,0%+5,2%+6,0%

3 = 5,73%

Data Analisis Sidik ragam Persentase Bahan yang Hilang

SK Db JK KT Fhit. F0.05 F0.01

Perlakuan 2 0,761 0,380 2,73 tn 5,143253 10,9242

Galat 6 0,835 0,139

Total 8 1,596

(7)

46

Lampiran 6. Data Pengamatan Konsumsi Bahan Bakar Solar (l/jam) dan Daftar Analisis Sidik Ragam konsumsi bahan bakar solar

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Solar

Konsumsi Bahan Bakar Solar = volume penambahan bahan bakar solar (liter)

waktu alat bekerja (jam)

Perlakuan 1 (B1)

Ulangan 1 =0,17 liter

0,347 Jam=0,489liter/jam

Ulangan 2 = 0,165 kg

0,347 jam=0,475 liter/jam

Ulangan 3 = 0,162

0,347 jam= 0,467 liter/jam

Rata-rata konsumsi bahan bakar solar = 0,489+0,475+0,467

3 = 0,477 liter/jam

Perlakuan 2 (B2)

Ulangan 1 = 0,190 liter

0,347 jam=0,547 liter/jam

Ulangan 2 = 0,215liter

0,347 jam=0,605 liter/jam

Ulangan 3 = 0,22 liter

0,347 jam=0,634liter/jam

Rata-rata konsumsi bahan bakar = 0,634 +0,605 +0,634

3 = 0,595 liter/jam

(8)

47

Ulangan 1

=

0,25liter

0,347 jam=0,720liter/jam

Ulangan 2 = 0,257liter

0,347 jam=0,741 liter/jam

Ulangan 3 = 0,248kg

0,347 jam= 0,715 liter/jam

Rata-rata konsumsi bahan bakar solar = 0,720 +0,741+0,715

3 = 0,725liter/jam

Data Analisis Sidik Ragam Konsumsi Bahan Bakar Solar

SK Db JK KT Fhit. F0.05 F0.01

Perlakuan 2 0.093 0.046 60,992 ** 5,143253 10,9242

Galat 6 0.005 0.001

Total 8 0.098

(9)

48

Lampiran7 Daftar Analisis Sidik Ragam Kadar Air Terasi Data analisis sidik ragam kadar air

SK Db JK KT Fhit. F0.05 F0.01

Perlakuan 2 18,566 9,283 7,346 * 5,143253 10,9242

Galat 6 7,582 1,264

Total 8 0.876

(10)

49

Lampiran 8. Gambar proses pengolahan terasi

udang rebon yang digunakan garam yang digunakan

Air yang digunakan proses pencampuran udang, garam dan air

(11)

50

Proses fermentasi terasi yang telah difermentasi

Terasi yang telah dicetak bahan tertinggal di lesung

(12)

51

lampiran 9. Gambar alat pengujian kadar air

Timbangan digital Oven

Proses pengovenan Desikator

(13)

52

Lampiran 10. Gambar alat penumbuk mekanis

alu dan lesung

(14)

53

Tampak belakang alat

(15)

54

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Aji, K. 2007. Deteksi Kerusakan Bantalan Gelinding Pada Pompa Sentifugal Dengan Analisa Sinyal Getaran. http://eprints.uns.ac.id[15 Februari].

Anggo, A. D., F. Swastawati., W. F. Ma’ruf dan L. Rianingsih. 2014. Mutu organoleptik dan kimiawi terasi udang rebon dengan kadar garam berbeda dan lama fermentasi. http://undip.ac.id[18 Desember 2015].

Darmono, K., Oktavianus Y.F.W., Johanes B.P., Andrian, K.M., aditya, P. P., Arief, S. R., Made, A. D., Achmad, F., Stephanus, D. K., dan Abiniswu. 2014. V – Belt. http://www. dharmastiti.staff.ugm.ac.id [15 Februari].

Daywin, FJ, RG. Sitompul, Imam Hidayat., 2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Daryanto, 1994. Pengetahuan Teknik Bangunan. Rineka Cipta, Malang.

Daryanto, 2002. Pengetahuan listrik. Bumi Aksara, Jakarta.

Daryanto, 2007. Dasar-Dasar Teknik Mesin. Rineka Cipta, Jakarta.

Eska, P., 2011. Higiene Sanitasi Industri Rumah Tangga Pengolahan Terasi dan Analisa Rhodamin B Pada Terasi Berbagai Merek Di Pasar Kota Medan. http://repository.usu.ac.id [25 Februari 2015].

Fatty, A. R. 2012. Pengaruh Penambahan Udang Rebon Terhadap Kandungan Gizi dan Hasil Uji Hedonik Pada Bola-Bola Tempe. http://www.lib.ui.ac.id [18 Desember 2015].

Fitriani, R., R., Utami., dan E. Nurhartadi. 2013. Kajian karakteristik fisikokimia dan sensori bubuk terasi udang dengan penambahan angkak sebagai pewarna alami dan sumber antioksidan. http://www.ilmupangan.fp.uns.ac.id [18 Desember 2015].

Hardjosentono, M., Wijato, Elon. R., Badra I. W dan R. Dadang. 1996. Mesin-Mesin Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Hermawan, S., 2012. Studi Karakteristik Hidrodinamika pada Slider Bearing dengan Permukaan Slip dan/atau Permukaan Bertekstur. http://www.undip.ac.id [15 Februari].

(17)

38

Mudjiman, A., 1982. Budidaya Udang Putih. Penebar Swadaya, Jakarta.

Moeljanto. 1992. Pengawetan dan PengolahanHasil Perikanan. Jakarta, Penebar Swadaya.

Niemann, G., 1982. Elemen Mesin: Desain dan Kalkulasi dari Sambungan, Bantalan dan Poros. Penerjemah Bambang Priambodo. Erlangga, Jakarta.

Nofica, G., 2012. Efek Hidromagnetik Terhadap Performa Mesin Diesel Pada Sistem HOT EGR. http://eprintis.undip.ac.id. [15 Juni 2016].

NurYani. 2006. Pengendalian mutu penanganan udang beku dengan konsep hazard analysis critical control point.http://www.undip.ac.id [18 Desember 2015].

Permaswari, A. D., R. Amanah dan Z. D Urbayani. 2013. Modifikasi Lesung Tradisional Menggunakan Prinsip Katrol. [18 Desember 2015].

Pratiwi, G. E. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor udang di indonesia. http://repository.unej.ac.id[18 Desember 2015].

Purwaningsih, S. 2000. Teknologi Pembekuan udang. Penebar Swadaya, Jakarta.

Putranto, B. M. 2014. Fungsi dan teknik permainan kesenian tradisional gejog lesung di sanggar nitibudhoyo dusun nitiprayan bantul. http://eprints.uny.ac.id[18 Desember 2015].

Ramadhan, E. 2014. Uji Alat Penggiling Flat Burr Mill pada Komunitas Beras, Ketan Putih dan Ketan Hitam. http://repository.usu.ac.id [15 Maret, 2016].

Roth, L., O.F.R Crow, and G.W.A Mahoney, 1982. Agriculture Engineering. AVI Publishing. Wesport, USA.

Thahir, R., 2010. Revitalisasi Penggilingan Padi melalui Inovasi Penyosohan Mendukung Swasembada Beras dan Persaingan Global. http://pustaka.litbang.pertanian.go.id [14 Maret 2016].

Simamora, S. D. 2014. Panduan Ekspor Udang Ke Uni Eropa. http://apindo.or.id. [18 Desember 2015].

Smith, H. P., dan L. H, Wilkes. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Soenarto, N dan S. Furuhama, 2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paramita, jakarta.

(18)

39

Suyanto, S. R dan A. Mujiman. 2001. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya, Jakarta.

Winarno, F. G., S. Fardiaz, D. Fardiaz., 1980. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia, Jakarta.

Zainuri dan A. Muhib. 2006. Mesin Pemindah Bahan. Andi offset, Yogyakarta.

(19)

23

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan April sampai dengan Agustus 2016, di

Laboratorium Keteknikan Pertanian Universitas Utara dan Desa Lorong Pemancar

Jl. Taman Makam Pahlawan Kelurahan Belawan I, pengujian kadar air

dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pangan Program Studi Ilmu dan

Teknologi Pangan Universitas Sumatera Utara

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah udang rebon,

air, garam dan bahan bakar solar.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat penumbuk

mekanis, ember, sendok, alat tulis, kalkulator, oven, gelas ukur, plastik vakum ,

stopwatch, timbangan, timbangan analitik, cawan alumunium, desikator dan kamera.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur

(kepustakaan), melakukan eksperimen dan melakukan pengamatan tentang

pengoperasian alat penumbuk mekanis. Kemudian melakukan analisis terhadap

kapasitas efektif alat, persentase bahan yang hilang, konsumsi bahan bakar solar

dan kadar air.

Penelitian ini menggunakan metode perancangan percobaan rancangan

acak lengkap (RAL) non faktorial dengan dengan satu faktor yaitu uji beban kerja

(20)

24

- Menyiapkan udang rebon kering yang akan ditumbuk

- Membersihkan udang dari bahan selain udang

- Menimbang bahan yang akan ditumbuk sesuai dengan perlakuan

- Mencampurkan udang rebon dan garam lalu ditambahkan air secukupnya

- Udang siap untuk ditumbuk

2. Pelaksanaan penelitian

- Memasukkan udang ke dalam lesung sesuai dengan perlakuan

- Menghidupkan mesin penumbuk mekanis

- Menghitung waktu menggunakan stopwatch

- Menumbuk udang sampai halus

- Mematikan stopwatch

- Melakukan pengamatan sesuai dengan parameter yang ditentukan

- Melakukan analisis data

Proses Penumbukan Udang Rebon

Proses penghalusan udang rebon dilakukan dengan cara terlebih dahulu

udang dibersihkan dari ikan-ikan kecil, kotoran kotoran (misalnya kayu, kerikil,

plastik, dll). Udang yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan kedalam wadah

(ember) untuk dilakukan pengadonan. Adonan terasi biasanya menggunakan

(21)

25

10:1: air secukpnya. Setelah selesai melakukan pengadonan, adonan tersebut

dimasukkan ke dalam lesung untuk dihaluskan. Proses penghalusan dilakukan

dengan cara menambahakan adonan sedikit demi sedikit kedalam lesung sambil

menagduk-aduk adonan tersebut agar tingkat kehalusannya merata dan adonan

tidak menggumpal.

Parameter yang diamati

Adapun parameter yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kapasitas efektif Alat

Kapasitas efektif alat dilakukan dengan membagi hasil udang tumbuk

terhadap waktu yang dibutuhkan untuk menumbuk udang. Hal ini dapat dihitung

dengan persamaan (1).

2. Persentase bahan hilang

Bahan yang hilang ditandai dengan bahan yang tertinggal di alu dan di

lesung serta bahan yang terjatuh ke tanah. Persentase bahan yang hilang diperoleh

dengan membandingkan antara berat bahan yang hilang dengan berat awal bahan

yang dinyatakan dalam persen. Hal ini dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan (2).

3. Konsumsi bahan bakar solar

Sebelum mesin penumbuk mekanis dihidupkan, tangki bahan bakar

penumbuk mekanis diisi sampai penuh sebelum penumbuk mekanis dijalankan,

setelah itu alat penumbuk mekanis dioperasikan sesuai dengan berat bahan yang

akan ditumbuk yaitu 1,5 kg, 2 kg dan 2,5 kg. Setelah selesai satu perlakuan, alat

penumbuk mekanis dimatikan, kemudian mengisi bahan bakar ke dalam tangki

(22)

26

ke dalam tangki. Hal ini dilakukan dengan 3 kali pengulangan untuk

masing-masing perlakuan. Hal ini dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan (3).

4. Kadar air

Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air yang terdapat

persatuan berat bahan. Caranya yaitu dengan mengeringkan bahan dalam oven

dengan suhu 60 oC selama 1 jam kemudian dinaikkan suhunya sekitar 80-90 oC

selama 3 jam, selanjutnya didinginkan di dalam desikator selama 15 menit lalu

ditimbang kembali. Setelah itu, bahan dipanaskan kembali di dalam oven selama

30 menit, kemudian didinginkan kembali dengan desikator selama 15 menit lalu

ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh berat yang konstan. Hal ini

(23)

27

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa pemberian

berbagai beban kerja pada alat penumbuk mekanis berpengaruh nyata terhadap

kapasitas efektif alat konsumsi bahan bakar solar dan kada air, berpengaruh tidak

nyata pada terhadap persentase bahan yang hilang. Hal ini dapat dilihat pada tabel

4. berikut ini:

Tabel 4. Data hasil uji beban kerja terhadap kinerja alat penumbuk mekanis

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai kapasitas efektif alat tertinggi

terdapat pada perlakuan B3 yaitu sebesar 6,83 kg/jam dan nilai kapasitas efektif

alat terendah terdapat pada perlakuan B1 yaitu 4,10 kg/jam. Persentase bahan

yang hilang tertinggi terdapat pada perlakuan B3 yaitu 5,7% dan persentase bahan

hilang terendah terdapat pada perlakuan B1 yaitu 5,1%. Konsumsi bahan bakar

solar tertinggi terdapat pada perlakuan B3 yaitu 0,725 liter/jam dan konsumsi

bahan bakar solar terendah terdapat pada perlakuan B1 yaitu 0,477 liter/jam. Nilai

kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan B3 yaitu 19,39% dan nilai kadar air

terendah terdapat pada perlakuan B1 yaitu 15,88%.

Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas efektif suatu alat menunjukkan produktifitas alat selama

beroperasi tiap satu satuan waktu. Kapasitas efektif alat diukur dengan membagi

(24)

28

yang dibutuhkan selama alat beroperasi. Dari hasil analisis sidik ragam dapat

dilihat bahwa perlakuan beban kerja memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

terhadap kapasitas efektif alat. Hasil pengujian menggunakan DMRT (Duncan

Multiple Range Test) menunjukkan pengaruh perbedaan beban kerja terhadap kapsitas efektif alat untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini

Tabel 5. Uji DMRT pengaruh beban kerja terhadap kapasitas efektif alat

Jarak DMRT kode sampel Rataan Notasi

0,05 0,01 0.05 0.01

- B1 4,10 a A

1 0,4467 0,6996 B2 5,44 b B

2 000,4626 0,7016 B3 6,83 c C

Keterangan : notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan yang satu berbeda

sangat nyata terhadap perlakuan yang lainnya. Perlakuan B3 berbeda sangat nyata

dengan perlakuan B2 demikian juga terhadap perlakuan B1. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa seluruh taraf perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda

sangat nyata terhadap satu dengan yang lainnya. Hubungan beban kerja alat

penumbuk mekanis terhadap kapasitas efektif alat dapat dilihat pada Gambar 1.

(25)

29

Gambar 2 hubungan beban kerja terhadap kapasitas efektif alat

Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa kapasitas efektif alat tertinggi

dihasilkan oleh perlakuan B3 dengan massa beban 2,5 kg sebesar 6,83 kg/jam

sedangakan kapasitas alat efektif terendah dihasilkan oleh perlakuan B1 dengan

beban kerja 1,5 kg/jam.

Kemampuan operator dan kinerja alat sangat berpengaruh terhadap angka

kapasitas efektif alat. Oleh karena itu, jika operator kurang mahir dalam

mengoperasikan alat maka waktu yang dibutuhkan selama pengolahan akan lebih

banyak sehingga akan mempengaruhi nilai kapasitas efektif alat.

Persentase Bahan yang Hilang

Bahan yang hilang ditandai dengan bahan yang tertinggal di alu,

lesung dan bahan yang terjatuh ke tanah. Pengukuran bahan yang hilang

dilakukan dengan cara berat awal dikurangi dengan berat akhir bahan. Persentase

bahan yang hilang diperoleh dengan cara membandingkan antara berat bahan

yang hilang dengan berat awal yang dinyatakan dalam persen.

Dari hasil uji analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa beban kerja

berpengaruh tidak nyata terhadap persentase bahan yang hilang, sehingga

pengujian dengan menggunakan uji duncan multiple range test tidak dilanjutkan.

Hubungan beban kerja alat penumbuk mekanis terhadap persentase bahan yang

(26)

30

Gambar 3. hubungan beban kerja terhadap bahan yang hilang

Dari gambar3 dapat dilihat persentase bahan yang hilang tertinggi

dihasilkan pada perlakuan B3 (massa 2,5kg) sebesar 5,7% dan persentase bahan

hilang terendah dihasilkan pada perlakuan B1 (masaa 1,5 kg) sebesar 5,1%.

Adapun bahan yang hilang disebabkan pada saat proses penumbukan bahan yang

ditumbuk keluar dari lesung akibat tumbukan dari alu. Bahan yang hilang ini juga

dapat disebabkan oleh operator yang kurang hati-hati pada saat pengadukan

adonan, dimana pada saat pengadukan berlangsung ada bahan yang terjatuh.

Selain itu bahan yang hilang juga disebabkan oleh operator yang kurang

memperhatikan kebersihan alat sehingga masih banyak bahan yang tertinggal di

alu dan lesung.

Konsumsi Bahan Bakar Solar

Konsumsi bahan bakar menunjukkan banyaknya bahan bakar yang

digunakan alat selama beroperasi. Konsumsi bahan bakar alat penumbuk mekanis

diukur dengan cara membagi volume penambahan bahan bakar solar terhadap

(27)

31

Dari hasil uji analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa beban kerja

berpengaruh sangat nyata terhadap konsumsi bahan bakar solar, sehingga

pengujian dilanjutkan dengan menggunakan uji duncan multiple range test. Hasil

pengujian menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) menunjukkan

pengaruh beban kerja terhadap konsumsi bahan bakar solar dapat dilihat pada

tabel 6 berikut.

Tabel 6. Uji DMRT pengaruh beban kerja konsumsi bahan bakar solar Jarak

Keterangan : notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

Pada tabel dapat dilihat bahwa perlakuan yang satu berbeda sangat

nyata terhadap perlakuan yang lainnya. Perlakuan B3 berbeda sangat nyata

dengan perlakuan B2 demikian juga terhadap perlakuan B1. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa seluruh taraf perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda

sangat nyata antara satu dengan yang lainnya. Hubungan beban kerja alat

penumbuk mekanis terhadap konsumsi bahan bakar solar dapat dilihat pada

(28)

32

Gambar 4. hubungan beban kerja terhadap konsumsi bahan bakar

Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa konsumsi bahan bakar solar

tertinggi dihasilkan pada perlakuan B3 (massa 2,5 kg) sebesar 0,725 liter/jam dan

konsumsi bahan bakar solar dihasilkan pada perlakuan B1 (masaa 1,5 kg) sebesar

0,477 liter/jam. Pada penelitian ini konsumsi bahan bakar semakin besar saat

beban kerja alat penumbuk mekanis semakin besar. Semakin banyak bahan yang

diolah maka semakin besar tenaga yang dibutuhkan alat penumbuk mekanis

untukberoperasi sehingga semakin besar pula bahan bakar yang digunakan alat

penumbuk mekanis untuk beroperasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zulias

(2014) yang menyatakan bahwa semakin besar tenaga yang diperlukan alat untuk

beroperasi maka akan semakin banyak menghabiskan bahan bakar.

Kadar air

Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan

bobot bahan. Kadar air suatu bahan diperoleh dengan melakukan pemanasan

(29)

33

dipanaskan. Penentuan kadar air dilakukan dengan dengan memanaskan bahan

menggunakan oven dengan suhu 105oC selama 24 jam. Kadar air diperoleh

dengan membandingkan selisih berat bahan sebelum dan sesudah dipanaskan

dengan berat awal yang dinyatakan dalam persen.

Hasil uji analisis sidik ragam kadar air menunjukkan bahwa setiap

perlakuan uji beban kerja alat penumbuk mekanis memberikan pengaruh yang

nyata sehingga pengujian duncan multiple range test (DMRT) dilanjutkan. Hasil

pengujian menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) menunjukkan

pengaruh beban kerja terhadap kadar air dapat dilihat pada tabel 7 berikut.

Tabel 7. Uji DMRT pengaruh beban kerja terhadap kadar air terasi

Jarak

Keterangan : notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.

Pada tabel dapat dilihat bahwa perlakuan yang satu berbeda nyata

terhadap perlakuan yang lainnya. Perlakuan B3 berbeda sangat nyata dengan

perlakuan B2 demikian juga terhadap perlakuan B1 sedangkan perlakuan B1 tidak

berbeda nyata terhadap perlakuan B2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh

taraf perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata antara satu dengan

yang lainnya.

Hubungan beban kerja alat penumbuk mekanis terhadap kadar air udang

(30)

34

Gambar 5. hubungan beban kerja terhadap kadar air

Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa kadar air udang tumbuk tertinggi

dihasilkan pada perlakuan B3 (massa 2,5 kg) sebesar 33,878% dan kadar air

terendah dihasilkan pada perlakuan B1 (masaa 1,5 kg) sebesar 33,19%, setelah

dilakukan penjemuran kadar air terasi mengalami penyusutan dimana kadar air

tertinggi dihasilkan pada perlakuan B3 (massa 2,5 kg) sebesar 19,39% dan kadar

air terendah dihasilkan pada perlakuan B1 (massa 1,5 kg) yaitu sebesar 15,88%.

Pada penelitian ini kadar air udang rebon basah yang digunakan yaitu sebesar

44.142%, setelah dilakukan penjemuran terhadap udang basah diperoleh kadar air

udang kering sebesar 21,105%. Udang kering kemudian diolah menjadi terasi

dengan mencampurkan garam dan air secukupnya. Setelah adonan terasi dicetak

lalu dilakukan kembali penjemuran untuk menghilangkan sebagian kadar kair.

Proses menghilangkan sebagian kadar air bertujuan untuk menjaga mutu dari

bahan terasi dan memperpanjang daya simpan terasi tersebut. Hal ini sesuai

(31)

35

terhadap mutu bahan pangan, dan hal ini merupakan salah satu sebab mengapa di

dalam pengolahan pangan air tersebut sering dikeluarkan atau dikurangi dengan

cara penguapan air tersebut sering dikeluarkan atau dikurangi dengan cara

(32)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Uji beban kerja alat penumbuk mekanis memberikan pengaruh nyata

terhadapkapasitas efektif alat, konsumsi bahan bakar solar dan kadar air

namun berpengaruh tidak nyata terhadap persentase bahan yang hilang

dan kadar ai.

2. Kapasitas efektif alat penumbuk mekanis tertinggi yaitu dengan

menggunakan beban kerja 2,5 kg sebesar 6,83 kg/jam

3. Persentase bahan hilang pada alat penumbuk mekanis yang paling sedikit

yaitu dengan menggunkan beban kerja 1,5 kg sebesar 5,1%

4. Konsumsi bahan bakar solar alat penumbuk mekanis tertinggi berada

pada perlakuan B3 dengan beban kerja 2,5 kg yaitu sebesar 0,725 l/jam

dan terendah berada pada perlakuan B1 dengan beban kerja 1,5 kg yaitu

sebesar 0,477 l/jam.

5. Kadar air terasi tertinggi dihasilkan pada perlakuan B3 dengan beban

kerja 2,5 kg yaitu sebesar 19.39% dan kadar air trendah dihasilkan pada

perlakuan B1 dengan beban kerja 1,5 kg yaitu sebesar 15,88%.

Saran

1. Perlu dilakukan pengujian lanjut dengan komoditi bahan yang berbeda.

2. Perlu dilakukan penumbukan kembali agar diperoleh adonan terasi yang

lebih halus.

3. Perlu dibuat tempat penjemuran yang baik agar terasi tidak mudah rusak

(33)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Udang

Udang yang terdapat di pasaran sebagian besar terdiri dari udang laut.

Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air tawar, terutama di daerah

sekitar sungai-sungai besar dan rawa-rawa dekat pantai. Udang-udang air tawar

ini pada umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonidae sehingga para ahli

sering menyebutnya sbagai kelompok udang palaemonid

(Suyanto dan Mujiman, 2001).

Udang diklasifikasikan ke dalam filum arthopoda, kelas crustacean, dan

bangsa decapoda. Setiap udang kemudian dibagi kembali atas suku, marga, dan

jenis yang berbeda-beda. Udang juga dibedakan menurut tempat hidupnga, yaitu

udang laut dan udang darat. Dari sekian banyak jenis yang terdapat diperairan

Indonesia, jenis udang laut yang dikategorikan memiliki nilai ekonomis penting

antara lain penaeus monodon (udang windu), panaeus merguiensis (udang putih),

dan metapenaeus monoceros (udang dogol). Udang air tawar yang memiliki nilai

ekonomis penting antara lain macrobranchium rosenbergii (udang galah),

panalirus spp (udang kipas), dan lobster (udang karang) (Purwaningsih, 2000).

Udang laut sendiri, terutama terdiri dari udang-udang dalam keluarga

penaeidae, beberapa jenis udang penaeidae yang terkenal dan sering tertangkap oleh para nelayan antara lain adalah : udang windu (penaeus monodon), udang

kembang (penaeus semisulcatus), udang putih (penaeus merguiensis), udang jari

(34)

6

belang (parapenaeopsis sculpitilis), udang kipas, dan udang ronggeng

(Suyanto dan Mujiman, 2001).

Buwono 1993 mengatakan bahwa udang merupakan salah satu produk

perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi yang

tinggi. Adapun komposisi kimia daging udang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi Kimia Daging Udang

Zat Kimia yang terkandung Persentase (%)

Air 71,5-79,5

Beberapa jenis benih yang biasanya masuk ke dalam tambak

bersama-sama benih udang putih antara lain adalah benih udang werus (Metapenaeus

monoceros), udang cendana (Metapenaeus brevicornis), udang windu (Panaeus monodon), rebon (Acetes sp.), reket (Mesopodopsis sp), dan udang biang atau udang buku (Caridina sp dan Palaemon sp.). Pada waktu rebon (Acetes sp.) masih

kecil (panjang antara 8-15 mm), sungut rebon panjang berwarna merah dan seperti

patah tak jauh dari pangkalnya (Mudjiman, 1982).

Udang rebon adalah salah satu hasil laut dari jenis udang-udangan namun

dalam ukuran yang sangat kecil dibanding udang yang lainnya. Udang ini

merupakan bahan baku utama dalam pembuatan terasi. Dipasaran udang ini lebih

mudah ditemukan sebagai bahan seperti terasi atau telah dikeringkan dan sangat

(35)

7

Gambar 1 udang rebon (Mysis relicta)

Udang rebon mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Berdasarkan

Direktorat Gizi Depkes (1992) dalam 100 gram udang rebon segar mengandung

protein 16,2 gram dan mengandung kalsium 757 mg. Namun, udang rebon

mudah busuk jika tidak diolah. Oleh karena itu rebon harus diolah terlebih dahulu

agar tidak kehilangan nilai gizinya, salah satu contoh produk olahan yaitu terasi

(fitriani, dkk, 2013).

Tabel 2. Kandungan Gizi Udang Rebon per 100 g

Kandungan gizi Udang rebon kering Udang rebon segar

Energi (kkal) 299 81

Protein (g) 59,4 16,2

Lemak (g) 3,6 1,2

Karbohidrat (g) 3,2 0,7

Kalsium (mg) 2.306 757

Fosfor (mg) 265 292

Besi (mg) 21,4 2,2

Vitamin A (SI) 0 60

Vitamin B1 (mg) 0,06 0,04

Air (g) 21,6 79,0

(36)

8

Terasi

Terasi adalah suatu jenis penyedap makanan berbentuk pasta, berbau khas hasil

fermentasi udang, ikan, atau campuran keduanya dengan garam atau bahan tambahan

lain.Hampir semua negara di Asia Selatan dan Tenggara memiliki produk ini yaitu

Hentak, Ngari, dan Tungtap di India, Bagoong di Filipina, Terasi di Indonesia, Belacan di

Malaysia, Ngapi di Myanmar, Ka-pi di Thailand. Pasta ikan atau udang biasanya terbuat

dari berbagai jenis ikan air tawar dan laut serta udang (Anggo., dkk, 2014).

Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari

ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau

fermentasi, disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada

umumnya bentuk terasi berupa padatan, kemudian teksturnya agak kasar, dan

memiliki khas aroma yang tajam akan tetapi rasanya gurih (Fitriyani, 2013).

Mutu Terasi Udang

Persyaratan mutu terasi udang rebon berdasarkan Standar Nasional

Indonesia (SNI) 01-2716.1-2009, dalam Eska (2011) dapat dilihat pada Tabel 1

dibawah ini.

Tabel 3. Persyaratan Mutu Terasi

Jenis Uji Satuan Persyaratan

I. Organoleptik Angka (1-9) Minimal 7

II. Cemaran Mikroba *

- Escherichia coli APM/g Minimal < 3

- Kadar Abu Tak Larut dalam Asam

% Fraksi Massa Maksimal 1,5

- Kadar Garam % Fraksi Massa Maksimal 10

- Kadar Protein % Fraksi Massa Maksimal 15

(37)

9

Proses Pengolahan terasi

Tahapan pembuatan terasi rebon tradisional yakni, pertama dilakukan

pembersihan, pencucian, pengukusan, penjemuran 1 (setengah kering),

penggaraman, penumbukkan 1, pemeraman (fermentasi) 24 jam, penjemuran 2,

penumbukan 2, pemeraman 24 jam, penjemuran 3, penumbukan 3, pemeraman 3

selama 4-7 hari hingga berbau khas terasi, dicetak dipotong-potong dan

terakhir pengemasan. Cara pembuatan terasi rebon modern, yakni pertama

pembersihan, pencucian, penggaraman, penggilingan, pemanasan (mendidih 5

menit), pemeraman 1 (fermentasi) 7 hari, penjemuran 1 (setengah kering).

Jika membandingkan dengan cara pembuatan terasi dia atas maka tahapan

pembuatan terasi yang dilakukan oleh wanita nelayan di Selangan Laut relatif

lebih sederhana, yaitu sebagai berikut:

1. Persiapan alat yang digunakan untuk membuat terasi

Peralatan yang dipergunakan dalam proses pembuatan terasi sangat

sederhana, yakni menggunakan lesung dan alu sebagai penumbuk/mengahaluskan

udang, baskom, cetakan terbuat dari kayu, baki,nampan, karung, gayung, dan

kursi duduk rendah terbuat dari kayu.

2. Penyiapan bahan baku

Bahan baku pembuatan terasi adalah rebon (udang kecil) yang

diperoleh dari hasil penyeseran sehingga masih dalam kondisi segar. Rebon

tersebut dijemur kurang lebih sehari agar kering. Jika tidak langsung diolah

menjadi terasi, udang rebon kering paling lama disimpan 1 bulan dan harus segera

diolah. Jika masa penyimpanan lebih dari 1 bulan, maka terasi yang diolah

(38)

10

3. Proses pemeraman (fermentasi)

Rebon kering dibungkus dalam karung dan diperam sehari semalam untuk

tujuan fermentasi.

4. Proses penghalusan

Rebon hasil fermentasi ditumbuk atau dihaluskan dengan mencampurkan

air laut sedikit demi sedikit, tanpa pemberian garam karena air laut sudah

cukup asin. Alat yang digunakan untuk menumbuk udang rebon adalah

lesung dan alu. Limbah yang dihasilkan dalam proses ini adalah ceceran

udang rebon saat melakukan penumbukkan.

5. Proses pencetakan dan pengeringan

Adonan yang sudah lembut selanjutnya dicetak dengan cetakan dari kayu,

dipadatkan dengan tangan dan langsung dijemur sampai kering selama 3 hari.

Dengan cara ini terasi baunya tidak terlalu menyengat dan rasanyapun tidak

terlalu asin. Dalam proses pencetakan yang masih menggunakan tangan ini, bau

udang rebon yang khas akan menempel di tangan selama beberapa hari. Terasi

yang sudah kering selanjutnya di kemas dalam kantong plastik, isi 10 atau 15

buah.

(Ma’ruf., dkk, 2013).

Prosedur pengolahan terasi berdasarkan Moeljanto (1992) yang telah

dimodifikasi mengikuti proses pembuatan terasi skala industri rumah tangga di

Semarang. Preparasi dilakukan dengan membersihkan rebon dari kotoran,

kemudian dicampur secara merata dengan garam sesuai perlakuan. Adonan

dimasukkan ke dalam alat penggilingan sedikit demi sedikit sambil

(39)

11

diletakkan di atas widig atau alat penjemur untuk penjemuran pertama.

Penjemuran dilakukan selama ±2 jam dengan sinar matahari. Pembalikan secara

berulang selama penjemuran dilakukan supaya adonan kering merata. Adonan

yang telah kering dimasukkan ke dalam baskom plastik sambil diangin-anginkan.

Adonan daging rebon kemudian digiling kembali lalu dijemur lagi selama ±2 jam.

Adonan yang sudah kering selanjutnya digiling lagi untuk menghasilkan

adonan terasi yang halus dan kalis sehingga mempermudah proses pencetakan.

Adonan terasi disimpan dalam baskom plastik dan ditutup tidak terlalu rapat.

Terasi kemudian dieramkan pada suhu ruang selama 48 jam. Proses pemeraman

ini bertujuan untuk melakukan fermentasi awal adonan terasi supaya

menghasilkan aroma khas terasi, kemudian dicetak berbentuk seperti tabung

dengan diameter ±3 cm dan panjang ±10 cm dengan berat per 100 g. Potongan

terasi diletakkan dalam nampan kemudian dijemur selama ±2 hari kemudian

dibungkus rapat dengan daun pisang dan dieramkan. Sampel diuji pada hari ke-8

dan 32 (dihitung sejak bahan baku mulai digiling). Proses pembuatan terasi sudah

selesai ketika bau khas terasi mulai tercium (Anggo, 2014).

Elemen Mesin

Motor Diesel

Motor penggerak adalah motor yang dapat mengubah tenaga panas hasil

dari suatu pembakaran menjadi tenaga mekanik. Motor penggerak dapat

dibedakan dalam 2 golongan, yaitu:

1. Motor dengan pembakaran diluar.

2. Motor dengan pembakaran didalam silinder.

(40)

12

Salah satu penggerak mula yang banyak dipakai adalah mesin kalor, yaitu

mesin yang menggunakan energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau

yang mengubah energi termal menjadi energi mekanik. Motor

diesel disebut juga motor bakar atau mesin pembakaran dalam karena pengubahan

tenaga kimia bahan bakar menjadi tenaga mekanik dilaksanakan di dalam mesin

itu sendiri. dalam motor diesel terdapat torak yang mempergunakan beberapa

silinder yang di dalamnya terdapat torak yang bergerak bolak-balik (translasi). Di

dalam silinder itu terjadi pembakaran antara bahan bakar solar dengan oksigen

yang berasal dari udara.Gas yang dihasilkan oleh proses pembakaran mampu

menggerakkan torak yang dihubungkan dengan poros engkol oleh batang

penggerak (Nofica, 2012).

Puli

Puli ada dua macam, yaitu puli tetap (fixed pulley) dan puli bergerak

(movable pulley). Puli tetap terdiri dari sebuah cakra dan sebuah tali yang

dilingkarkan pada alur (groove) dibagian atasnya dan pada ujungnya digantungi

beban. Puli bergerak terdiri dari cakra dan poros yang bebas. Tali dilingkarkan

dalam alur dibagian bawah. Salah satu ujung tali diikatkan tetap dan ujung

lainnya ditahan atau ditarik pada waktu pengangkatan, beban digantungkan pada

kait (hook) yang tergantung pada poros (Zainuri, 2006).

Jarak yang jauh antara dua poros sering tidak memungkinkan transmisi

langsung dengan pasangan roda gigi. Dengan demikian, cara transmisi putaran

dan daya lain yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan sebuah sabuk

atau rantai yang dibelitkan disekeliling puli atau sprocket pada poros. Jika pda

(41)

13

dpdn puli yang digerakkan n2 dan diameternya Dp, maka pertandingan putaran

dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

N1 N2 =

dp Dp

(Roth, dkk., 1982).

Ada beberapa jenis puli yang digunakan untuk sabuk penggerak yaitu:

- Puli datar

Puli ini kebanyakan dibuat dari besi tuang dan juga dari baja dengan bentuk

yang bervariasi.

- Puli mahkota

Puli ini lebih efektif dari puli datar karena sabuknya sedikit menyudut

sehingga untuk slip relatif sukar.

- Tipe lain

Puli ini harus mempunyai kisar celah yang sama dengan kaisar urat pada

sabuk penggeraknya.

Pemasangan puli antara lain dapat dilakukan dengan cara:

- Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar dimana

pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.

- Vertikal, pemasangan puli dilakukan tegak dimana letak pasangan puli adalah

pada sumbu vertikal

(Daryanto, 1994).

V-belt

Dengan perkembangan ilmu dan teknologi, kehandalan telah menjadi

indikator kunci untuk mengevaluasi kualitas dari pruduk mesin. V-belt merupakan

(42)

14

kebutuhan yang berbeda, untuk memastikan V-belt dapat memenuhi persyaratan

kehandalan yang diharapkan dalam kondisi kerja normal (Sun., et al, 2011).

V-belt merupakan alat transmisi pemindah daya/putaran yang ditempatkan

pada pulley, V-belt adalah belt yang berpenampang trapezium, terbuat dari

tenunan dan serat-serat yang dibenamkan pada karet kemudian dibungkus dengan

anyaman dan karet, digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros yang satu

ke poros yang lainnya melalui pulley yang berputar dengan kecepatan sama atau

berbeda (Darmono., dkk, 2006).

Sabuk berbentuk trapesium atau bentuk V dinamakan demikian karena sisi

sabuk dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk V.

Kontak gesekan terjadi antara sisi sabuk V dengan dinding alur menyebabkan

berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang

lebih kecil daripada sabuk yang pipih.

Susunan Khas sabuk V terdiri atas:

1. Bagian elastis yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi

2. Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan

daya rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut

(Smith dan Wilkes, 1990).

Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium, tenunan

atau teteron atau semacamnya digunakan sebagai inti sabuk untuk membawa

tarikan yang besar, sabuk V dibelitkan disekeliling alur puli yang berbentuk V

pula. transmisi i sabuk sabuk yang bekerja atas dasar gesekan, belitan,mempunyai

(43)

15

mudah untuk mendapatkan perbandingan putaran yang diinginkan. Kekurangan

dari sabuk ini adalah terjadi slip antara sabuk dan pulisehingga tidak dipakai

untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang tetap (Daryanto, 2007).

Sebagian besar transmisi sabuk menggunakan sabuk-V karena mudah

penanganannya dan harganya pun murah. Kecepatan sabuk direncanakan untuk

10 sampai 20 (m/s) pada umumnya, dan maksimum sampai 25 (m/s). Daya

maksimum yang dapat ditransmisikan kurang lebih sampai 500 (kW). Sabuk-V

terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapezium. Tenunan tetoron atau

semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk unutk membawa tarikan yang besar.

Sabuk-V dibelitkan dikeliling alur puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar

bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah

karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan transmisi data yang besar

pada tegangan yang relatif rendah (Sularso dan Suga, 2004).

Speed reducer

Speed reducer adalah jenis motor yang mempunyai reduksi yang besar. Gearbox bersinggungan ke dalam motor, tetapi secara bersamaan rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran (output speed). Speed reducer digunakan untuk

menurunkan putaran. Dalam hal ini perbandingan speed reducer putarannya dapat

cukup tinggi.

i = N1

N2

i = perbandingan reduksi

N1 = input putaran (rpm)

(44)

16

(Niemann, 1982).

Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.

Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama

dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Hal-hal yang perlu diperhatikan

di dalam merencanakan sebuah poros adalah:

1. Kekuatan poros

Suatu poros dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan

antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan

seperti poros baling-baling kapal atau turbin dan lain-lain. Kelelahan, tumbukan

atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil atau poros

bertangga, mempunyai alur pasak harus diperhatikan. Sebuah poros harus

direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban di atas.

2. Kekakuan poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan cukup tetapi jika lenturan

atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian, atau

menumbulkan getaran dan suara. Karena itu kekakuan dari poros harus

diperhatiakan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan dilayani oleh poros

tersebut.

3. Putaran Kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu

dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis.

(45)

17

mungkin poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih

rendah dari putaran kritisnya.

4. Korosi

Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk propeler dan pompa bila

terjadi kontak dengan media yang korosif. Demikian pula untuk poros yang

terancam kavitasi dan poros mesin yang sering berhenti lama.

(Sularso dan Suga, 2004).

Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang mempunyai

beban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara

halus, aman, dan mempunyai umur yang panjang. Bearing harus cukup kokoh

untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika

bearing tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem tidak dapat

bekerja secara semestinya (Hermawan, 2012).

Bantalan digunakan untuk mendukung gerakan relatif diantara komponen

mesin dan memungkinkan berbagai posisi pada masing-masing komponen

tersebut.Rolling bearing atau bantalan gelinding adalah salah satu jenis bantalan

yang memungkinkan gerakan relatif secara radial pada sumbu geraknya.

Elemennya terdiri dari bola, pemisah/pemegang bola (cage), lintasan dalam (inner

race), lintasan luar (outer race) (Aji, 2007).

Berbagai macam bantalan, pada prinsipnya bantalan dapat digolongkan

menjadi:

(46)

18

- Bantalan gelinding (bantalan peluru dan bantalan rol)

- Bantalan dengan beban radial

- Bantalan dengan beban aksial

- Bantalan dengan beban campuran (aksial-radial)

(Daryanto, 2007).

Alu

Di Indonesia, alu dan lesung adalah penyosoh padi tradisional pertama

yang digunakan petani, baik secara manual dengan tenaga manusia maupun yang

digerakkan oleh tenaga air. Satu atau beberapa alu dan lesung dapat dioperasikan

melalui tenaga kincir air, yang merupakan bentuk tradisional unit penggilingan

padi. Pada alu dan lesung telah diterapkan prinsip penggerusan untuk memisahkan

butir gabah dan penggesekan untuk mengupas kulit sekam (Thahir, 2010).

Alu atau antan merupakan alat pendamping lesung dalam proses

pemisahan sekam dari beras. Alu digunakan untuk menumbuk padi dan hasil

pertanian lainnya. Biasanya alu dibuat dari kayu. Bentuk alu memanjang seperti

tabung dengan diameter sekitar 7 cm (tergantung besarnya lesung). Selain itu alu

juga berfungsi untuk menggerus, mencampur, dan meracik obat dan lain-lain

(Permaswari, 2013).

Alu sebagai alat penumbuk terbuat dari jenis batang kayu tanaman yang

memiliki serat kayu keras, ulet dan tidak mudah patah. Jenis kayu yang demikian

didapatkan pada pohon luyung, asem, sawo, petai cina, dan jati. Berbeda dengan

lesung, aluhanya membutuhkan bahan dasar batang kayu sebesar betis orang

dewasa dengan ukuran panjang satu setengah sampai dua meter. Alu tersebut

(47)

19

lebih kecil dari kedua ujungnya sebagai pegangan sewaktu menumbuk padi

(Putranto, 2014).

Lesung

Lesung adalah lumpang kayu panjang. Lesung berfungsi sebagai tempat

meletakkan bahan-bahan pertanian yang akan ditumbuk. Lesung sendiri

sebenarnya hanya berupa wadah cekung, biasanya terbuat dari kayu besar yang

dibuang bagian dalamnya. Gabah dan hasil pertanian yang akan diolah diletakkan

di dalam lubang tersebut. Gabah lalu ditumbuk dengan alu, tongkat tebal dari

kayu, berulang-ulang sampai beras terpisah dari sekam. Sedangkan hasil pertanian

lainnya, seperti bahan-bahan jamu, ditumbuk dengan alu hingga lembut

(Permaswari, 2013).

Lesungpada dasarnya terbuat dari kayu utuh (glondongan-bahasa jawa)

dengan ukuran panjang yang bervariasi tidak ada ukuran yang baku. Meskipun

dengan demikian pada umumnya lesungberukuran antara dua setengah sampai

tiga meter. Adapun batang kayu yang sering digunakan sebagai bahan dasar

lesung adalah kayu munggur, sawo, kayu asem, dan kayu nangka (Putranto, 2014).

Kapasitas Efektif Alat

Menurut Daywin, dkk., (2008), kapasitas efektif suatu alat atau mesin

didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam mengolah suatu produk

(contoh: ha, kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas efektif alat dapat

dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu

(48)

20

Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis

sebagai berikut:

Kapasitas Efektif Alat = Produk Yang Diolah

Waktu ... (1)

Bahan yang Hilang

Bahan yang hilang ditandai dengan bahan yang tidak tergiling, atau

tertinggal padaalat. Pengukuran bahan yang hilang dilakukan dengan pemisahan

atau penyortiran yang ditandai dengan bahan yang tidak tergiling, atau tertinggal

pada alat. Persentase bahan hilang diperoleh dengan membandingkan antara

berat bahan yang hilang dengan berat awal bahan yang dinyatakan dalam persen.

Bahan yang hilang = berat bahan yang hilang

berat awal x 100% ... (2)

(Ramadhan 2014).

Konsumsi Bahan Bakar Solar

Konsumsi Bahan bakar adalah banyaknya bahan bakar yang digunakan

alat selama beroperasi.Perhitungan konsumsi bahan bakar dilakukan dengan cara

mengisi penuh tangki bahan bakar lalu mesin dihidupkan. Setelah selesai operator

mematikan mesin, kemudian mengisi bahan bakar ke dalam tangki sampai penuh

dan mencatat volume penambahan bahan bakar yang dimasukkan ke dalam

tangki. Hal ini dilakukan dengan 3 kali pengulangan untuk masing-masing

perlakuan.

Konsumsi bahan bakar solar = volume penambahan

waktu kerja (liter/jam)

...(3)

(49)

21

Kadar Air

Kadar air sangat berpengaruh terhadap mutu bahan pangan, dan hal ini

merupakan salah satu sebab mengapa di dalam pengolahan pangan air tersebut

sering dikeluarkan atau dikurangi dengan cara penguapan air tersebut sering

dikeluarkan atau dikurangi dengan cara penguapan atau pengentalan dan

pengeringan. Kandungan air sangat berpengaruh terhadap konsistensi bahan

pangan dimana sebagian besar bahan pangan segar mempunyai kadar air 70

persen atau lebih. Di dalam bahan pangan air terdapat dalam bentuk air bebas dan

air terikat. Air bebas mudah dihilangkan dengan cara penguapan atau

pengeringan, sedangkan air terikat sangat sukar dihilangkan dari bahan pangan

tersebut meskipun dengan cara pengeringan (Winarno, dkk., 1980).

Kadar air =Berat sampel awal- Berat Sampel akhir

Berat sampel akhir x 100 % ... (4)

Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air per satuan bobot

bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan

tersebut yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah

(wet basis). Dalam penentuan kadar air bahan biasanya dilakukan berdasarkan

bobot basah (wet basis). Dalam hal ini berlaku rumus sebagai berikut :

KA = Wa

Wb x 100% ... (5)

Dimana :

KA = Kadar air bahan berdasarkan bobot basah (%)

(50)

22

Wb = Bobot bahan basah (gr)

(51)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang strategis. Dilihat dari posisinya, negara

Indonesia terletak antara dua samudera dan dua benua yang membuat Indonesia

menjadi negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Selain itu, Indonesia

merupakan negara kepulauan terbesar dengan luas lautan tiga per empat dari luas

daratan. Hal tersebut membuat negara ini berpotensi untuk menghasilkan produk

laut dalam jumlah yang besar (Fatty, 2012).

Sektor perikanan di Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar

karena geografisnya yang berupa kepulauan. Sektor perikanan dan kelautan

mempunyai nilai yang cukup strategis bagi peningkatan devisa negara dengan

melalui pengembangan tambak udang pada area yang telah dianggap layak baik

secara sumber daya lahan dan perairan maupun teknologi budidaya udang

(Pratiwi, 2013).

Udang merupakan salah satu produk unggulan komoditas perikanan yang

banyak dikembangkan dewasa ini, selain memiliki kandungan gizi yang tinggi,

udang sangat digemari oleh konsumen dalam negeri maupun luar negeri sehingga

tidak mengherankan jika permintaan udang setiap tahun selalu mengalami

peningkatan. Peranan udang terhadap ekspor komoditi perikanan cukup tinggi

yaitu mencapai 13,15%. Jumlah hasil tangkap udang di laut pada tahun 2010

sebesar 227.326 ton dan jumlah hasil budidaya udang pada tahun 2010 sebesar

(52)

2

Industri hasil perikanan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan

untuk meningkatkan nilai tambah pada ikan. Nilai tambah adalah nilai yang

didapat dari kegiatan mengubah input perikanan menjadi produk perikanan atau

dari kegiatan mengolah hasil perikanan menjadi produk akhir (Fitriani, 2013).

Pengolahan hasil perikanan yang memegang peranan penting dalam

kegiatan pasca panen, sebab dengan melakukan usaha pengolahan, hasil perikanan

sebagai komoditi yang sifatnya mudah rusak dan membusuk dapat ditingkatkan

daya awetnya, disamping itu usaha pengolahan juga dapat meningkatkan nilai

tambah (added value) produk tersebut (Anggo., dkk, 2014).

Setiap musim udang rebon, para nelayan dengan menggunakan alat

tangkap jaring menyisir gerombolan udang rebon yang tampak kemerahan dari

kejauhan menuju sekitar perairan dekat pemukiman mereka. Udang rebon yang

sudah terjaring langsung dikeringkan, disimpan dalam karung dan diolah sebagai

bahan baku utama pembuatan terasi. Nelayan biasanya secara berkelompok

melakukan kegiatan pengolahan terasi udang bersama-sama. Terasi hasil olahan

mereka murni terbuat dari udang rebon tanpa ditambah bahan apapun. Walaupun

demikian terasi tersebut bisa bertahan lama dan memiliki cita rasa yang khas

(Ma’ruf., dkk, 2013).

Udang rebon mudah busuk jika tidak diolah. Oleh karena itu rebon harus

diolah terlebih dahulu agar tidak kehilangan nilai gizinya, salah satu contoh

produk olahan yaitu terasi. Terasi adalah suatu jenis penyedap makanan berbentuk

pasta, berbau khas hasil fermentasi udang, ikan, atau campuran keduanya dengan garam

(53)

3

Terasi merupakan produk awetan ikan atau rebon yang telah diolah dengan

proses pemeraman dan fermentasi, lalu dilakukan penggilingan dengan cara

penumbukan dan penjemuran selama sehari. Proses pembuatan produk terasi juga

ditambahkan garam yang berfungsi untuk bahan pengawet, bentuknya seperti

pasta dan berwarna hitam-coklat, dan bisa ditambah dengan bahan pewarna

makanan sehingga menjadi kemerahan.

Udang rebon diolah menjadi terasi dengan cara terlebih dahulu dijemur dan

dihaluskan. Proses penghalusan udang rebon biasanya dilakukan secara tradisional

menggunakan alu dan lesung. Penggunaan cara tradisional dinilai masih kurang efektif

karena membutuhkan waktu yang lama untuk menghaluskan bahan dan membutuhkan

tenaga kerja yang banyak.

Penggunaan alu dan lesung, sebagai alat tumbuk tradisional, mulai

ditinggalkan oleh petani. Misalnya saja pada pembuatan jamu tradisional skala

rumah tangga, alu dan lesung juga semakin jarang digunakan dengan adanya alat

yang lebih efisien, yaitu blender. Hal ini disebabkan oleh tekhnolog yang

berkembang pesat sehingga tercipta berbagai macam alat yang lebih efisien dari

alu dan lesung (Permaswari., dkk, 2013).

Alu dan lesung mulai ditinggalkan oleh industri skala rumah tangga karena

memakan banyak waktu dan menguras tenaga yang cukup besar. Selain itu,

penggunaan alu dan lesung menyebabkan banyaknya aktivitas yang tidak dapat

dilakukan karena penggunaan alu dan lesung membuang banyak waktu. Pengguna

alu dan lesung tidak dapat melakukan aktivitas lain secara bersamaan ketika

(54)

4

mengasuh anak. Alat penumbuk pertanian tradisional perlu dimodifikasi sehingga

diperoleh alat yang lebih efisien dalam skala rumah tangga (Putranto, 2014).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh beban kerja terhadap

kinerja alat penumbuk mekanis terhadap kapasitas efektif alat, persentase bahan

yang hilang, konsumsi bahan bakar solar dan kadar air .

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan bagi penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan

syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan

Pertanian fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagi sumber informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan

3. Sebagai informasi bagi masyarakat dalam pemanfaatan alat penumbuk

mekanis

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh beban kerja pada alat penumbuk mekanis terhadap hasil uji

kapasitas efektif alat, persentase bahan yang hilang, konsumsi bahan bakar solar

(55)

i

ABSTRAK

ERMIDA YANTI : Uji beben kerja terhadap kinerja alat penumbuk mekanis, dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan NAZIF ICHWAN

Terasi adalah salah satu produk hasil fermentasi ikan atau udang yang hanya mengalami perlakuan penggaraman, kemudian dibiarkan beberapa hari agar terjadi proses fermentasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh beban kerja terhadap kinerja alat penumbuk mekanis. Penelitian ini dimulai pada bulan April sampai dengan Agustus 2016, di Laboratorium Keteknikan Pertanian Universitas Utara dan Desa Lorong Pemancar Jl. Taman Makam Pahlawan Kelurahan Belawan I, pengujian kadar air dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pangan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Sumatera Utara dengan cara studi literatur, pengujian alat dan pengamatan parameter. Parameter yang diamati adalah kapasitas efektif alat, persentase bahan yang hilang, konsumsi bahan bakar solar dan kadar air.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji beban berpengaruh nyata terhadap kapasitas efektif alat, konsumsi bahan bakar solar dan kadar air dan berpengaruh tidak nyata terhadap persentase bahan yang hilang.

Kata kunci: Alat penumbuk mekanis, beban kerja, terasi

ABSTRACT

ERMIDA YANTI: Test of the effect of workload on performance of pestle mechanical supervised by AINUN ROHANAH and NAZIF ICHWAN.

Shrimp paste is one of kind of fermented fish or shrimp that only have salting treatment and then left for several days in order to allowfermentation process happened. This research was purposed to examine the effect of workload on the performance of pestle mechanical. This research was conducted in April until August 2016 in the laboratoryof agricultural engineering, university of north sumatera Desa Lorong Pemancar Jl. Taman Makam Pahlawan Kelurahan Belawan I and laboratory of food technology of science and food technology departement, university of north sumatera, by literature stud, testing equipment and parameters obsevation. Parameters measured were effective capacity, percentage of missing ingredients, diesel fuel consumption and water content.

The result showed that the workload was significantly affected the effective capacity, diesel fuel consumption and water content and not significantly affected percentage of missing ingredients.

(56)

UJI BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA ALAT

PENUMBUK MEKANIS

SKRIPSI

Oleh: ERMIDA YANTI

120308046

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(57)

UJI BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA ALAT

PENUMBUK MEKANIS

SKRIPSI

Oleh: ERMIDA YANTI

120308046

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ainun Rohana, STP, M.Si Nazif Ichwan, STP, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ainun Rohanah, STP, M.Si

Ketua Program Studi Keteknikan Pertanian

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(58)

ABSTRAK

ERMIDA YANTI : Uji beben kerja terhadap kinerja alat penumbuk mekanis, dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan NAZIF ICHWAN

Terasi adalah salah satu produk hasil fermentasi ikan atau udang yang hanya mengalami perlakuan penggaraman, kemudian dibiarkan beberapa hari agar terjadi proses fermentasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh beban kerja terhadap kinerja alat penumbuk mekanis. Penelitian ini dimulai pada bulan April sampai dengan Agustus 2016, di Laboratorium Keteknikan Pertanian Universitas Utara dan Desa Lorong Pemancar Jl. Taman Makam Pahlawan Kelurahan Belawan I, pengujian kadar air dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pangan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Sumatera Utara dengan cara studi literatur, pengujian alat dan pengamatan parameter. Parameter yang diamati adalah kapasitas efektif alat, persentase bahan yang hilang, konsumsi bahan bakar solar dan kadar air.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji beban berpengaruh nyata terhadap kapasitas efektif alat, konsumsi bahan bakar solar dan kadar air dan berpengaruh tidak nyata terhadap persentase bahan yang hilang.

Kata kunci: Alat penumbuk mekanis, beban kerja, terasi

ABSTRACT

ERMIDA YANTI: Test of the effect of workload on performance of pestle mechanical supervised by AINUN ROHANAH and NAZIF ICHWAN.

Shrimp paste is one of kind of fermented fish or shrimp that only have salting treatment and then left for several days in order to allowfermentation process happened. This research was purposed to examine the effect of workload on the performance of pestle mechanical. This research was conducted in April until August 2016 in the laboratoryof agricultural engineering, university of north sumatera Desa Lorong Pemancar Jl. Taman Makam Pahlawan Kelurahan Belawan I and laboratory of food technology of science and food technology departement, university of north sumatera, by literature stud, testing equipment and parameters obsevation. Parameters measured were effective capacity, percentage of missing ingredients, diesel fuel consumption and water content.

The result showed that the workload was significantly affected the effective capacity, diesel fuel consumption and water content and not significantly affected percentage of missing ingredients.

(59)

ii

RIWAYAT HIDUP

Ermida Yanti, dilahirkan di Pasar Tempurung pada tanggal 05 Desember

1992 dari Ayah Purba Simamora dan Ibu Ratna Sari Siregar. Penulis merupakan

anak pertama dari empat bersaudara.

Tahun 2012 penulis lulus dari SMAN 1 Kinali dan pada tahun yang sama

lulus seleksi masuk ke Universitas Sumatera Utara melalui Seleksi Nasional

Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi

Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik

Pengolahan Inti Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Pabatu pada

tanggal 07 Juli 2015 sampai dengan 07 Agustus 2015. Kemudian pada tahun 2016

penulis mengadakan penelitian skripsi dengan judul “Uji Beban Kerja Terhadap

(60)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Uji Beban Kerja Terhadap Kinerja Alat Penumbuk Mekanis” yang merupakan

salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi

Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua penulis yang telah membesarkan, mendidik, dan membimbing penulis

selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku ketua pembimbing dan

Bapak Nazif Ichwan, STP, M.Si selaku anggota pembimbing yang telah banyak

membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2016

(61)

iv

Prosedur Penelitian... 24

Proses Penumbukan Udang Rebon ... 24

(62)

KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

Kesimpulan ... 35

Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(63)

vi

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Komposisi Kimia Daging Udang ... 6

2. Kandungan Gizi Udang Rebon per 100 g ... 7

3. Persyaratan Mutu Terasi ... 9

4. Data Hasil Uji beban Kerja Terhadap Kinerja Alat Penumbuk Mekanis .... 27

5. Uji DMRT Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kapasitas Efektif Alat ... 28

6. Uji DMRT Pengaruh Beban Kerja Terhadap Konsumsi Bahan Bakar ... 31

7. Uji DMRT Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kadar Air ... 33

8. Data pengamatan waktu yang diperlukan alat untuk beroperasi (jam) ... 40

9. Data pengamatan berat bahan setelah ditumbuk ... 40

10.

Data Pengamatan Kapasitas Efektif Alat Per Lesung (kg/jam) dan Daftar Analisis Sidik Ragam Kapasitas Efektif Alat ... 41

11.

Data Pengamatan Persentase Bahan yang Hilang (%) dan Daftar Analisis Sidik Ragam Persentase Bahan Tertinggal ... 43

12.

Data Pengamatan Konsumsi Bahan Bakar Solar (l/jam) dan Daftar Analisis Sidik Ragam konsumsi bahan bakar solar ... 45

(64)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Udang rebon ... 7

2. Hubungan Beban Kerja Terhadap Kapasitas Efektif Alat ... 28

3. Hubungan Beban Kerja Terhadap Bahan Yang Hilang ... 30

4. Hubungan Beban Kerja Terhadap konsumsi Bahan Bakar ... 31

(65)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Flow Chart Penelitan ... 39 2. Data pengamatan waktu yang diperlukan alat untuk beroperasi (jam) ... 40

3. Data pengamatan berat bahan setelah ditumbuk ... 40

4.

Data Pengamatan Kapasitas Efektif Alat Per Lesung (kg/jam) dan

Daftar Analisis Sidik Ragam Kapasitas Efektif Alat ... 41

5.

Data Pengamatan Persentase Bahan yang Hilang (%) dan

Daftar Analisis Sidik Ragam Persentase Bahan Tertinggal ... 43

6.

Data Pengamatan Konsumsi Bahan Bakar Solar (l/jam) dan

Daftar Analisis Sidik Ragam konsumsi bahan bakar solar ... 45

7.

Data Pengamatan Kadar Air (%) dan Daftar Analisis Sidik

Ragam Kadar Air ... 46

8. Proses Pengolahan terasi ... 48

Gambar

Tabel 4. Data hasil uji beban kerja terhadap kinerja alat penumbuk mekanis    Kapasitas efektif Bahan yang Konsumsi bahan     Kadar
Tabel 5. Uji DMRT pengaruh beban kerja terhadap kapasitas efektif alat DMRT Notasi
Gambar 3.   hubungan beban kerja terhadap bahan yang hilang
Tabel 6. Uji DMRT pengaruh beban kerja konsumsi bahan bakar solar DMRT Notasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hukum positif Indonesia, terdapat beberapa peraturan Perundang-Undangan yang mengatur tentang pencemaran nama baik, antara lain, dalam KUHP Bab XVI tentang penghinaan

Sehubungan dengan evaluasi paket tersebut diatas, maka perlu dilakukan pembuktian kualifikasi dengan melakukan verifikasi terhadap data-data formulir isian kualifikasi yang diinput

Dengan kata lain, riba fadhl adalah jual-beli yang mengandung unsur riba pada barang sejenis dengan adanya tambahan pada salah satu benda

Citra digital merupakan salah satu media digital yang memiliki resiko untuk dimanipulasi. Informasi yang disampaikan dapat disalahgunakan oleh pihak lain, demi

Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Banjarmasin (Lembaran Daerah Kota Banjarmasin Tahun 2011

Dengan adanya perbedaan teori yang digunakan pada penelitian - penelitian di Indonesia dan luar negeri tersebut, penelitian ini akan memperluas perspektif nasabah

Based on the simulation results, it is concluded that the tangential beam port is feasible enough for the proposed of PGNAA application with the neutron beam at the beam port

The determination of suitable cutting parameters of the Inconel 625 material machining process took place during straight turning by determining durability and amount of wear of