• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jumlah dan Jarak Mesh Perisai Terhadap Induksi Tegangan Tinggi pada Saluran Tegangan Rendah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Jumlah dan Jarak Mesh Perisai Terhadap Induksi Tegangan Tinggi pada Saluran Tegangan Rendah"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH JUMLAH DAN JARAK MESH PERISAI

TERHADAP INDUKSI TEGANGAN TINGGI PADA SALURAN

TEGANGAN RENDAH

OLEH :

TUMBUR HARIANJA NIM : 090402059

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ii

PENGARUH JUMLAH DAN JARAK MESH PERISAI

TERHADAP INDUKSI TEGANGAN TINGGI PADA SALURAN

TEGANGAN RENDAH

Oleh :

TUMBUR HARIANJA NIM : 090402059

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Sidang pada tanggal 18 bulan Desember tahun 2013 di depan penguji :

1) Ir. Syahrawardi : Ketua Penguji : ……… 2) Ir. Zulkarnaen Pane : Anggota Penguji : ………

Disetujui Oleh : Pembimbing Tugas Akhir

(Ir. Hendra Zulkarnaen) NIP : 19610514 198601 1003

Diketahui oleh :

Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU

(Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si.) NIP :19540531 198601 1002

(3)

iii ABSTRAK

Perisai (shielding) adalah suatu bahan yang penting dalam laboratorium

tegangan tinggi. Di mana perisai (shielding) berfungsi sebagai pelindung dari

induksi tegangan yang ditimbulkan oleh pembangkitan tegangan tinggi. Perisai

(shielding) yang dimaksudkan adalah perisai (shielding) untuk frekuensi 50-60 Hz

yakni untuk khusus untuk kasus medan elektromagnetik yang ditimbulkan oleh

tegangan tinggi AC. Kemampuan perisai (shielding) untuk melindungi induksi

tegangan tergantung pada jenis bahan dan bentuk material dari perisai (shielding)

itu sendiri dan pengaruh dari lingkungan sekitar, seperti temperatur, kelembapan,

dan tingkat kontaminasi udara sekitar.

Keberadaan perisai (shielding) akan mengamankan peralatan-peralatan

tegangan rendah di sekitar laboratorium tegangan tinggi. Dalam tugas akhir ini

akan dikaji pengaruh jumlah dan jarak mesh perisai terhadap induksi tegangan

tinggi pada saluran tegangan rendah. Mesh perisai dirancang dengan berbahan

kawat galvanis. Mesh perisai ini dibentuk dalam bentuk persegi dengan ukuran 24

inch2 yang disesuaikan dengan ukuran dari kawat BC (kawat yang bertegangan tinggi). Mesh perisai yang dirancang ada empat buah sesuai dengan jumlah mesh.

Adapun jumlah mesh yang dirancang adalah 1 mesh/1 inch2, 4 mesh/1 inch2, 9 mesh/1 inch2, dan 16 mesh/1 inch2. Dalam penelitian ini, perisai mesh yang lebih bagus melindungi induksi tegangan tinggi adalah yang berukuran 16 mesh/1 inch2.

Hal ini memperlihatkan bahwa semakin banyak jumlah mesh maka semakin bagus

untuk melindungi induksi tegangan tinggi.

(4)

iv KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan rahmat yang telah diberikan-Nya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Jumlah dan

Jarak Mesh Perisai Terhadap Induksi Tegangan Tinggi pada Saluran Tegangan Rendah”. Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan

untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen

Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua yang telah

membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tak ternilai harganya, yaitu Kardi

Harianja dan Lertina Sinaga, saudara/saudari kandung penulis, Nurmawati

Harianja, Agus Raya Harianja, Sopar Harianja, Pardomuan Harianja, dan

Rosdelina Harianja atas seluruh perhatian dan dukungannya selama ini.

Selama masa kuliah sampai masa penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis

mendapat dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

dengan setulus hati penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Hendra Zulkarnaen, selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dan memberikan ide dalam menyelesaikan tugas akhir

ini.

2. Ir. Surya Tarmizi Kasim, Msi, selaku dosen wali penulis yang senantiasa

memberikan bimbingannya selama perkuliahan.

3. Bapak Ir. Syahrawardi selaku Kepala Laboratorium Tegangan Tinggi yang

(5)

v

yang telah memberi masukan-masukan bagi penulis dalam menyelesaikan

Tugas Akhir ini.

4. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, Msi selaku Ketua Departemen Teknik

Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf pengajar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis dan

seluruh pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara atas bantuan administrasinya.

6. Keluarga besar Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi FT USU : Eykel,

Wangto, Kentrick , Join, Meta, Wangto, dan, Raymond.

7. Sahabat-sahabat satu marga Harianja yang ada di Medan.

8. Sahabat-sahabat terdekat : Rianto, Evan, Jhon Palmer, Nicolas, Avand, Saut,

Candra dan seluruh teman-teman 2009 serta seluruh pengurus dan anggota

IMTE yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

9. Sahabat-sahabat terbaik pemberi saran dan sangat sering membantu penulis:

Wangto, Eykel, Kentrick, Raymond, Join, dan Rianto

(6)

vi

Akhir kata penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun

demi penyempurnaan isi dan analisa yang disajikan. Akhir kata, semoga tulisan

ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan semua pihak yang

membutuhkannya.

Medan, November 2013

Penulis,

(7)

vii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Metode Penulisan ... 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Medan Listrik Statis ... 5

II.1.1 Hukum Eksperimental Coulomb... 5

II.1.2 Intensitas Medan ... 7

II.1.3 Medan Listrik Oleh Muatan Lempeng/Pelat ... 8

a. Medan Listrik Oleh Sebuah Lempeng/Pelat ... 8

b. Medan Listrik Oleh Dua Lempeng/Pelat ... 10

II.1.4 Gambaran Garis-Garis Medan ... 12

II.1.5 Gambaran Garis-Garis Medan Listrik Pada Perisai ... 16

II.2 Kesesuaian Elektromagnetik Dan Perisai ... 19

(8)

viii

II.2.2 Kesesuaian Elektromagnetik (EMC) ... 22

II.2.3 Interferensi Elektromagnetik (EMI) ... 25

II.2.4 Perisaian (shielding) ... 27

BAB III METODE PENELITIAN III.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

III.2 Bahan Pengujian ... 39

III.3 Alat Penelitian dan Spesifikasinya ... 39

III.3.1 Kawat Galvanis ... 40

III.3.2 Perisai Mesh ... 40

III.3.3 Tahanan Pembagi Tegangan ... 37

III.4 Variasi Pengujian ... 38

III.5 Prosedur Percobaan ... 39

III.5.1 Prosedur Percobaan 1 ... 39

III.5.2 Prosedur Percobaan 2 ... 40

III.5.3 Prosedur Percobaan 3 ... 41

III.6 Flowchart Penelitian ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN IV.1 Data Hasil Pengukuran ... 44

IV.2 Analisa Data ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 93

V.2 Saran ... 95

(9)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Muatan Q1 dan Q2 memiliki tanda yang sama ... 5

Gambar 2.2 Sebuah lempeng muatan tak terhingga di bidang yz ... 8

Gambar 2.3 Ilustrasi muatan lempengan ... 10

Gambar 2.4 Gambaran garis medan listrik ... 12

Gambar 2.5 Gambaran garis-garis medan listrik dengan tanda dan besar ... 14

Gambar 2.6 Gambaran garis-garis medan listrik diantara dua muatan ... 16

Gambar 2.7 Rangkaian fisik dan ekivalen gandengan kapasitif ... 17

Gambar 2.8 Rangkaian fisik dan ekivalen gandengan induktif ... 18

Gambar 2.9 Aspek dasar kesesuaian elektromagnetik ... 19

Gambar 2.10 Subsistem dasar kesesuaian elektromagnetik ... 20

Gambar 2.11 Interferensi satu alat dengan gangguan dari beberapa sumber ... 22

Gambar 2.12 Interferensi pada beberapa peralatan dari satu gangguan noise ... 23

Gambar 2.13 Perisaian untuk membatasi emisi yang keluar dari peralatan ... 26

(10)

x

Gambar 2.15 Perisaian efektif gelombang elektromagnetik

pada perisai metal... 27

Gambar 2.16 Gandengan kapasitif antara dua konduktor ... 28

Gambar 2.17 Rangkaian ekivalen gandengan kapasitif dua konduktor ... 29

Gambar 2.18 Gandengan kapasitif antara dua konduktor yang diberi perisai ... 30

Gambar 2.19 Rangkaian ekivalen antara dua konduktor yang diberi perisai ... 31

Gambar 2.20 Gandengan induktif antara dua buah konduktor ... 32

Gambar 2.21 Gandengan induktif antara dua konduktor yang diberi perisai ... 33

Gambar 3.1 Kawat galvanis ... 40

Gambar 3.2 Mesh ... 40

Gambar 3.3 Perisai mesh ... 41

Gambar 3.4 Tahanan pembagi tegangan ... 42

Gambar 3.5 Variasi pengujian ... 43

Gambar 3.6 Rangkaian percobaan ... 46

(11)

xi

jarak S1 = S2 = 20 cm , S1 + S2 = 40 cm ... 60

Gambar 4.2 Grafik percobaan untuk jarak S1 = S2 = 30 cm , S1 + S2 = 60 cm ... 63

Gambar 4.3 Grafik percobaan untuk jarak S1 = S2 = 40 cm , S1 + S2 = 80 cm ... 65

Gambar 4.4 Grafik percobaan untuk jarak S1 = S2 = 50 cm , S1 + S2 = 100 cm ... 68

Gambar 4.5 Grafik percobaan untuk jarak S2 = 20 cm ... 71

Gambar 4.6 Grafik percobaan untuk jarak S2 = 30 cm ... 74

Gambar 4.7 Grafik percobaan untuk jarak S2 = 40 cm ... 77

Gambar 4.8 Grafik percobaan untuk jarak S2 = 50 cm ... 80

Gambar 4.9 Grafik percobaan untuk jarak S1 = 20 cm ... 83

Gambar 4.10 Grafik percobaan untuk jarak S1 = 30 cm ... 86

Gambar 4.11 Grafik percobaan untuk jarak S1 = 40 cm ... 89

(12)

xii DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Material perisai ... 28

Tabel 4.1 Data hasil pengujian untuk jarak S1 = S2 = 20 cm , S1 + S2 = 40 cm ... 44

Tabel 4.2 Data hasil pengujian untuk jarak S1 = S2 = 30 cm , S1 + S2 = 60 cm ... 44

Tabel 4.3 Data hasil pengujian untuk jarak S1 = S2 = 40 cm , S1 + S2 = 80 cm ... 45

Tabel 4.4 Data hasil pengujian untuk jarak S1 = S2 = 50 cm , S1 + S2 = 100 cm ... 45

Tabel 4.5 Data hasil pengujian untuk jarak S2 = 20 cm ... 46

Tabel 4.6 Data hasil pengujian untuk jarak S2 = 30 cm ... 47

Tabel 4.7 Data hasil pengujian untuk jarak S2 = 40 cm ... 48

Tabel 4.8 Data hasil pengujian untuk jarak S2 = 50 cm ... 49

Tabel 4.9 Data hasil pengujian untuk jarak S1 = 20 cm ... 50

Tabel 4.10 Data hasil pengujian untuk jarak S1 = 30 cm ... 51

Tabel 4.11 Data hasil pengujian untuk jarak S1 = 40 cm ... 52

(13)

iii ABSTRAK

Perisai (shielding) adalah suatu bahan yang penting dalam laboratorium

tegangan tinggi. Di mana perisai (shielding) berfungsi sebagai pelindung dari

induksi tegangan yang ditimbulkan oleh pembangkitan tegangan tinggi. Perisai

(shielding) yang dimaksudkan adalah perisai (shielding) untuk frekuensi 50-60 Hz

yakni untuk khusus untuk kasus medan elektromagnetik yang ditimbulkan oleh

tegangan tinggi AC. Kemampuan perisai (shielding) untuk melindungi induksi

tegangan tergantung pada jenis bahan dan bentuk material dari perisai (shielding)

itu sendiri dan pengaruh dari lingkungan sekitar, seperti temperatur, kelembapan,

dan tingkat kontaminasi udara sekitar.

Keberadaan perisai (shielding) akan mengamankan peralatan-peralatan

tegangan rendah di sekitar laboratorium tegangan tinggi. Dalam tugas akhir ini

akan dikaji pengaruh jumlah dan jarak mesh perisai terhadap induksi tegangan

tinggi pada saluran tegangan rendah. Mesh perisai dirancang dengan berbahan

kawat galvanis. Mesh perisai ini dibentuk dalam bentuk persegi dengan ukuran 24

inch2 yang disesuaikan dengan ukuran dari kawat BC (kawat yang bertegangan tinggi). Mesh perisai yang dirancang ada empat buah sesuai dengan jumlah mesh.

Adapun jumlah mesh yang dirancang adalah 1 mesh/1 inch2, 4 mesh/1 inch2, 9 mesh/1 inch2, dan 16 mesh/1 inch2. Dalam penelitian ini, perisai mesh yang lebih bagus melindungi induksi tegangan tinggi adalah yang berukuran 16 mesh/1 inch2.

Hal ini memperlihatkan bahwa semakin banyak jumlah mesh maka semakin bagus

untuk melindungi induksi tegangan tinggi.

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan semakin tinggi tegangan yang dibangkitkan di laboratorium

tegangan tinggi saat ini, maka sangat diperlukan perisai (shielding) sebagai

pelindung induksi tegangan demi keamanan pengguna dan saluran tegangan

rendah di dalam laboratorium tegangan tinggi tersebut. Sebagaimana diketahui

semakin tinggi tegangan yang dibangktikan, maka semakin besar induksi

tegangan yang ditimbulkan. Oleh karena itu sangat perlu dibuat perisai

(shielding), untuk mengurangi induksi tegangan yang ditimbulkan tegangan tinggi

tersebut. Pada tugas akhir ini akan dirancang perisai (shielding) mesh dengan

melihat pengaruh keberadaan perisai (shielding) mesh terhadap tegangan tinggi

yang dibangkitkan. Penelitian ini untuk keperluan laboratorium tegangan tinggi.

Pada setiap percobaan dicatat induksi tegangan pada saluran tegangan rendah

(kabel NYA) oleh induksi tegangan tinggi (kawat BC). Besar induksi tegangan

maksimum pada saluran tegangan rendah akan menjadi perhatian khusus, sebab

dari besar induksi tegangan maksimum ini akan menjadi acuan keamanan saluran

(15)

2 1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.2.1 Tujuan Penelitian :

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh

jumlah dan jarak mesh perisai terhadap induksi tegangan tinggi pada

saluran tegangan rendah.

1.2.2 Manfaat Penelitian :

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk merancang perisai

mesh di laboratorium tegangan tinggi Fakultas Teknik USU.

1.3 Batasan Masalah

1. Tegangan Tinggi yang digunakaan adalah tegangan tinggi AC yang

maksimum dibangkitkan sebesar 75 kV. Tegangan 75 kV merupakan

tegangan maksimum yang dapat dibangkitkan di Laboratorium Tegangan

Tinggi Departemen Teknik Elektro USU.

2. Besar induksi tegangan maksimum yang diizinkan pada saluran tegangan

rendah pada percobaan ini adalah sebesar 300 V [1].

3. Kabel tegangan rendah yang digunakan adalah kabel NYA, seperti yang

biasa dipakai pada saluran tegangan rendah.

4. Konduktor tegangan tinggi yang dipakai adalah konduktor Bare Copper

(BC) dengan luas penampang 50 mm2.

5. Kabel NYA letaknya sejajar dengan konduktor Bare Copper (BC).

6. Kawat yang dipakai untuk bahan perisai adalah kawat galvanis dengan

diameter 0,08 cm.

7. Jumlah mesh yang dirancang adalah mesh 1, mesh 4, mesh 9, dan mesh

(16)

3

8. Induksi akibat arus diabaikan karena arus di pembangkit tegangan tinggi di

laboratorium sangat kecil.

1.4 Metode Penulisan

Untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini maka penulis menerapkan

beberapa metode penulisan diantaranya :

1. Studi literatur yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan

topik tugas akhir ini, dari buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh

penulis atau di perpustakaan dan juga dari artikel-artikel, jurnal, internet

dan lain-lain.

2. Studi bimbingan yaitu dengan melakukan diskusi tentang topik tugas akhir

ini dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak Departemen

Teknik Elektro USU.

3. Studi lapangan yaitu dengan melakukan percobaan di Laboratorium

Teknik Tegangan Tinggi FT USU.

1.5 Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang medan listrik statis, dan fenomena

medan listrik. Bab ini juga menjelaskan tentang kesesuaian medan

(17)

4 BAB III. METODE PENELITIAN

Bab ini memuat tentang alat dan bahan, peralatan yang digunakan,

prosedur percobaan.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang data hasil pengukuran dan analisa data.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

(18)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MEDAN LISTRIK STATIS

Medan listrik statis merupakan medan listrik yang ditimbulkan oleh

muatan diam atau tidak bergerak dalam suatu ruangan tertentu. Besar medan

listrik yang dihasilkan salah satunya tergantung pada bentuk dan jarak antar

muatan tersebut.

2.1.1 Hukum Eksperimental Coulomb

Coulomb menyatakan bahwa gaya yang terdapat di antara dua buah objek

yang sangat kecil yang berada di dalam ruang hampa dan saling sipisahkan

oleh jarak yang relatif besar dibandingkan ukurannya, sebanding dengan

muatan pada masing-masing objek dan berbanding terbalik dengan kuadrat

jarak antara kedua buah objek, atau :

F=

(2.1)

Dimana :

Q1 dan Q2 merupakan muatan bertanda positif atau negatif pada kedua objek.

R adalah jarak pemisah antara kedua objek.

k adalah konstanta pembanding.

Dalam Sistem Internasinal (SI) , Q diukur dalam Coulomb (C), R dalam meter

(m), dan F dalam Newton (N). Nilai konstanta pembanding k dapat diperoleh

dari :

k =

(19)

6

Konstanta baru disebut permitivitas ruang hampa, dan memiliki magnitudo

yang diukur dalam Farad per meter ( F/m) sebesar :

= 8,854 x 10-12 =

10

-9

F/m (2.3)

Sehingga hukum Coulomb dapat ditulis sebagai berikut :

F=

(2.4)

Jika hukum Coulomb pada persamaan 2.4 dituliskan dalam bentuk vektor

maka Kolonel Coulomb menyatakan bahwa gaya yang bekerja sejajar garis

yang menghubungkan kedua muatan Q1 dan Q2, bersifat tolak-menolak jika

muatannya bertanda sama, dan bersifat tarik-menarik jika tanda muatannya

berlawanan. Vektor ditunjukkan dalam gambar 2.1. Vektor F2 adalah gaya

yang bekerja pada muatan Q2, dan diperlihatkan untuk kasus dimana muatan

Q1 dan Q2 memiliki tanda yang sama. Bentuk vektor dari Hukum Coulombnya

adalah sebagai berikut :

.F2=

a

12 (2.5)

Dimana a12 adalah vektor satuan pada arah R12 , atau :

a

12=

=

=

(20)

7

Gambar 2.1 Jika muatan Q1 dan Q2 memiliki tanda yang sama, arah vektor

gaya F2 dan Q2 sama dengan arah vektor R12.

2.1.2 Intensitas Medan Listrik

Dengan mengamati sebuah muatan Q1 yang diam di suatu titik, dan

menggerakkan sebuah muatan uji Qt secara perlahan-lahan mengelilingi

muatan Q1, maka di setiap titik di sekitar Q1 ada gaya yang akan bekerja pada

muatan uji Qt. Gaya yang bekerja pada muatan uji Qt ini dituliskan oleh hukum

coulomb sebagai berikut :

F

t =

a

1t (2.7)

Jika ditulis sebagai gaya yang bertumpu pada satu satuan muatan, maka

persamaan 2.7 akan menjadi :

=

(21)

8

Besaran pada ruas kanan dalam persamaan 2.8 hanya fungsi dari Q1 dan

segmen garis yang arahnya dari Q1 ke posisi muatan uji Qt. Fungsi ini

mendefenisikan medan vektor yang disebut sebagai intensitas medan listrik.

Intensitas medan listrik sebagai gaya yang dialami oleh sebuah muatan uji

bernilai satu satuan muatan positif. Intensitas medan listrik harus diukur dalam

besaran Newton per Coulomb (N/C) yaitu dimensi gaya per satuan muatan

listrik. Dengan menggunakan huruf kapital E untuk melambangkan intensitas medan listrik, dapat ditulis sebagai berikut :

E = (2.9)

E=

a

1t (2.10)

Persamaan 2.9 merupakan persamaan definisi bagi intensitas medan listrik, dan

persamaan 2.10 merupakan persamaan untuk intensitas medan listrik yang

ditimbulkan oleh sebuah muatan titik Q1 di dalam ruang hampa/vakum.

Sedangkan persamaan untuk bentuk-bentuk distribusi muatan yang lebih

kompleks akan berbeda-beda sesuai dengan keberadan muatan pada sebuah

garis, bidang/permukaan, dan volume.

2.1.3 Medan Listrik Oleh Muatan Lempeng/Pelat a. Medan Listrik Oleh Sebuah Lempeng/Pelat

Distribusi muatan pada sebuah lempeng yang luasnya tak

terhingga, dengan kerapatan muatan permukaan lempeng (ρs) yang

seragam di seluruh permukaan lempeng. Untuk menjelaskan distribusi

muatan ini dibutuhkan sistem koordinat kartesius tiga dimensi (x, y, z) dan

(22)

9

sebuah lempeng diletakkan pada bidang yz. Medan listrik yang dihasilkan

pada arah y maupun z tidak akan berubah-ubah atau bukan merupakan

fungsi y maupun z. Komponen-komponen y dan z yang dihasilkan oleh

elemen-elemen muatan yang saling simetris terhadap titik medan akan

saling meniadakan. Sehingga medan listrik hanya ada pada sumbu x (Ex),

dan komponen ini adalah fungsi dari koordinat x semata. Pada permukaan

tak terhingga dibagi-bagi menjadi pita-pita muatan yang emiliki lebar

diferensial (sangat kecil hingga mendekati nol). Salah satu pita

diperlihatkan pada gambar 2.2. Kerapatan muatan garis atau muatan per

satuan panjang untuk pita ini adalah L= sdy’, dan jaraknya ke sembarang

titik P di sumbu x adalah R = . Intensitas medan listrik parsial

yang dihasilkan oleh pita mirip garis ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Sebuah lempeng muatan tak terhingga di bidang yz, sebuah

titik P pada sumbu x dan lebar diferensial muatan garis

digunakan sebagai elemen untuk menentukan medan listrik di

(23)

10

dEx =

=

Dengan memperhitungkkan konstribusi dari semua pita diferensial :

Ex= 

=

-

=

Apabila titik P dipilih berada pada sumbu x negatif, maka :

Ex= - 

Keracuan dalam hal penandaan positif/negatif ini biasanya dihilangkan

dengan mendefinisikan vektor satuan

a

N yang adalah normal terhadap

permukaan lempengan baik mengarah keluar maupun menjauhi

lempengan.

Dengan demikian,

E = 

a

N (2.11)

Dengan persamaan 2.11 bahwa intensitas medan listrik pada sebuah

lempeng/bidang akan sama kuatnya pada jarak ribuan kilometer dari

lempengan muatan dengan pada jarak beberapa milimeter saja dari

permukaan lempengan.

b. Medan Listrik Oleh Dua Lempeng / Pelat

Jika sebuah lempeng lainnya dengan kerapatan muatan negatif

(24)

11

total intensitas medan listrik dengan menjumlahkan konstribusi medan

listrik masing-masing muatan. Pada gambar 2.3 ditunjukkan total

intensitas medan listrik pada masing-masing daerah medan listrik [2].

Gambar 2.3 (a). Ilustrasi sebuah muatan lempengan.

(b). Ilustrasi dari dua muatan lempengan yang mana satu

bermuatan positif dan satu bermuatan negatif dalam

bidang yz dalam koordinat kartesius[3].

Pada gambar 2.3.b terdapat tiga daerah intensitas medan listrik yaitu

daerah x  a, x  a, dan 0  x  a.

Pada daerah x  a,

E+ = 

a

x ; E- = 
(25)

12

Pada daerah x  a,

E+ = - 

a

x ; E- = 

a

x ; Etot = E+ + E- = 0

Pada daerah 0  x  a,

E+ = 

a

x ; E- =

a

x ; Etot = E+ + E- =

a

x (2.12)

Pada persamaan 2.12 merupakan salah satu persamaan praktis yang cukup

penting, karena mempresentasikan intensitas medan listrik di antara kedua

pelat sejajar di dalam sebuah kapasitor berinti udara; dengan syarat bahwa

dimensi linier yakni panjang maupun lebar sisi-sisi kedua pelat jauh lebih

besar dibandingkan dengan jarak pemisahnya, dan bahwa titik yang

dibicarakan tidak berada di daerah pinggiran dekat sisi-sisi pelat. Intensitas

medan listrik ada bukan bernilai nol di luar kapasitor, namun secara ideal

diasumsikan begitu kecil hingga dapat diabaikan.

2.1.4 Gambaran Garis-Garis Medan Listrik

Bentuk-bentuk distribusi yang sebenarnya jauh lebih kompleks dan sulit

diinterpretasikan. Akan tetapi, dari persamaan-persamaan intensitas medan

listrik di atas didapatkan cara untuk menggambarkan sebuah medan listrik.

Gambar 2.4.a memperlihatkan tampilan sebuah muatan garis dari arah

melintang dan terlihat gambaran sederhana tentang medan listrik yang

dihasilkan muatan tersebut (garis-garis pendek di sekitarnya) dengan panjang

sebanding dengan magnitudo E dan panah yang menunjukkan arah E. Namun

gambar ini belum memperlihatkan simetri terhadap titik asalnya. Pada gambar

2.4.b memperlihatkan bahwa garis-garis tersebut tampak pada posisi yang

(26)

13

medan listrik terkuat harus digambarkan di daerah yang sempit dan tepadat di

dekat muatan. Hal ini akan menjadi masalah jika memperhatikan gambar 2.4.c

dengan memperlihatkan garis-garis dengan panjang yang sama namun berbeda

ketebalan untuk mempresentasikan magnitudonya. Beberapa menggambarkan

garis-garis yang lebih pendek untuk mangnitudo yang lebih kuat (cenderung

mengarah pada kesalahan/kekeliruan) atau menggunakan warna-warna yang

berbeda untuk mempresentasikan perbedaan intensitas medan listrik

(cenderung sulit). Untuk mengatasi masalah itu yang diperlihatkan hanya arah

dari medan listrik E dengan menggambarkan garis-garis kontinu yang keluar

dari muatan, dan yang di setiap titik bersifat tangensial (tegak lurus) terhadap

arah E seperti pada gambar 2.4.d. Posisi garis yang simetris terhadap sudut

pada titik asal, panah di ujung-ujungnya mengindikasikan arah E pada tiap

titik sepanjang garis, dan kerapatan garis sebanding dengan intensitas medan

(27)

14

Gambar 2.4 (a). Sebuah gambaran garis medan listrik yang buruk.

(b) dan (c).Gambaran garis medan listrik yang cukup baik.

(d). Gambaran garis medan listrik yang biasa.

Garis-garis ini biasanya disebut sebagai garis-garis medan listrik, biasa juga

disebut dengan nama lain seperti garis-garis fluks, garis-garis arah, garis-garis

arus, dan garis-garis gaya. Untuk lebih seragam, garis-garis ini disebut sebagai

garis-garis medan listrik [2].

Menurut Michael Faraday bahwa garis medan listrik dalam suatu medium

listrik adalah garis khayal medan listrik ditarik sedemikian rupa sehingga

arahnya pada tiap titik (arah dari garis singgungya) sama pada arah medan

(28)

15

titik ke titik, maka garis-garis medan listrik umumnya berbentuk garis

lengkung. Dalam suatu medan listrik yang seragam (uniform), garis-garis

medan listrik akan sejajar sedangkan dalam medan listrik yang tidak seragam,

garis-garis medan listrik tidak sejajar.

Michael Faraday memberikan arti fisis bahwa adanya gejala

tarik-menarik atau tolak menolak antara benda-benda bermuatan disebabkan

oleh garis-garis medan listrik itu dalam keadaan bertegangan. Garis gaya dalam

medan elektrostatis merupakan suatu garis kontinu yang berasal dari muatan

posisif dan berakhir pada muatan negatif. Sebenarnya garis-garis medan listrik

ini tidak ada, tetapi dibayangan ada untuk mempermudah mengerti persoalan

medan listik. Pada gambar 2.5.a memperlihatkan bahwa garis-garis medan

listrik berasal dari muatan positif dan berakhir pada muatan negatif dan

memiliki jumlah garis-garis medan listrik yang sama dikarenakan

masing-masing memiliki rapat muatan q yang sama. Gambar 2.5.b memperlihatkan

bahwa jumlah dari garis-garis medan listrik mempresentasikan intensitas

medan listrik. Rapat muatan pada +2q lebih rapat dibandingkan rapat

muatan –q. Ini menunjukkan bahwa intensitas medan listik di muatan +2q lebih besar dibandingkan dengan intensitas medan listrik di muatan –q, dan dipresentasikan dengan jumlah garis-garis medan listrik yang lebih banyak

pada muatan +2q daripada muatan –q. Gambar 2.5.c memperlihatkan bahwa muatan yang sama tandanya, dalam gambar sama-sama bermuatan +q.

Garis-garis medan listriknya akan saling tolak menolak dan jumlah garis-garis

medan listriknya akan sama karena kedua muatan memiliki rapat muatan q

(29)

16

Gambar 2.5 (a). Gambaran garis-garis medan listrik dengan tanda dan

besar muatan yang sama.

(b). Gambaran garis-garis medan listrik dengan tanda dan

besar muatan yang berbeda.

(c). Gambaran garis-garis medan listrik dengan tanda muatan

yang berbeda dan besar yang bebeda [5].

2.1.5 Gambaran Garis-Garis Medan Listrik Pada Perisai

Dalam Hukum Coulomb, muatan-muatan yang dipelajari berada dalam

ruang hampa/vakum. Namun akan berbeda, jika di antara kedua muatan

terdapat bahan penghalang. Bahan penghalang ini bemacam-macam jenisnya

seperti bahan isolator, bahan konduktor, dan bahan lainnya. Dalam bab ini

akan diilustrasikan sebuah bahan konduktor di antara kedua muatan. Kedua

muatan memiliki tanda yang berbeda dan besar yang sama. Bahan konduktor

ini akan disebut sebagai perisai (shielding) dari intensitas medan listrik. Pada

(30)

17

Gambar 2.6b memperlihatkan sebuah perisai yang diletakkan di antara kedua

muatan, dimana diletakkan di daerah garis-garis medan listrik E2 pada kedua

muatan. Dengan melihat ilustrasi gambar 2.6b, maka keberadaan perisai akan

mengurangi jumlah garis-garis medan listrik E2 yang sampai ke muatan

negatif. Sehinga jumlah garis-garis medan listrik yang sampai ke muatan

negatif menjadi sebesar E3, dimana terlihat bahwa jumlah garis-garis medan

listrik E2 lebih banyak dibandingkan jumlah garis-garis medan listrik E3.

Gambar 2.6c memperlihatkan kasus yang hampir sama dengan gambar

2.6b.Yang membedakan adalah pada gambar 2.6c, salah satu ujung perisai

ditanahkan (grounding). Dengan pentanahan ini terlihat bahwa jumlah

garis-garis medan E5 yang sampai ke ujung muatan negatif semuanya dari

garis-garis medan listrik yang tidak melalui perisai (dari ujung tepi atas dan

bawah perisai). Sehingga jumlah garis-garis medan listrik E5 lebih sedikit

(31)

18

(a)

+ _

p

e

ri

sa

i

E2 E3

(b)

+ _

p

e

ri

sa

i

E4

E5

(c)

+

(32)

19

Gambar 2.6 (a). Gambaran garis-garis medan listrik diantara dua

muatan yang besarnya sama namun tandanya

berbeda.

(b). Gambaran garis-garis medan listrik yang diantara dua

muatan diletakkan sebuah perisai.

(c). Gambaran garis-garis medan listrik yang diantara dua

muatan diletakkan sebuah perisai, salah satu ujung

perisai ditanahkan.

2.2 KESESUAIAN ELEKTROMAGNETIK DAN PERISAI 2.2.1 Gangguan Elektromagnetik

Gangguan elektromagnetik adalah sinyal pancaran yang tidak dinginkan

dari energi konduksi atau energi radiasi sebagai medan elektromagnetik.

Pancaran konduksi ini berupa tegangan dan arus. Sedangkan pancaran radiasi

terdiri dari medan magnet atau medan listrik. Interaksi medan listrik antara dua

rangkaian terbentuk dalam gandengan kapasitif. Jika dua rangkaian digandeng

oleh medan listrik, maka gandengan listrik tersebut dapat digantikan dengan

(33)

20

V Z

Medan Listrik

E

C

V Z

(a) (b)

Gambar 2.7 (a). Rangkaian Fisik Gandengan Kapasitif

(b). Rangkaian Ekivalen Gandengan Kapasitif

Interaksi medan magnet antara dua rangkaian terjadi dalam gandengan

induktif. Medan magnet yang terkurung dalam dua konduktor dapat digantikan

dengan induktansi bersama. Suatu konduktor yang dialiri arus listrik dapat

menghasilkan medan magnet yang mempengaruhi konduktor sekitarnya.

(34)

21

M12

V = jωM12.I

1 2

[image:34.595.164.439.83.512.2]

(b)

Gambar 2.8 (a). Rangkaian Fisik Gandengan Induktif

(b). Rangkaian Ekivalen Gandengan Induktif

Lingkungan elektromagnetik yaitu komposisi dari energi radiasi dan energi

konduksi yang dihasilkan oleh suatu produk listrik, elektronik dan

elektromekanik. Dapat berupa distribusi daya dan distribusi waktu dengan

jangkauan variasi frekuensi dari level pancaran elektromagnetik radiasi atau

konduksi. Lingkungan elektromagnetik ini dapat berupa gangguan

elektromagnetik, radiasi elektromagnetik dari material yang mudah meledak

(35)

22

dapat dipandang dalam segi kuat medan listrik (V/m), pemancaran (irradiance)

cahaya (Watt/m) dan kepadatan energi (Joule/m) [7].

2.2.2 Kesesuaian Elektromagnetik (Electromagnetic Compatibility/EMC)

Kesesuaian elektromagnetik adalah kemampuan suatu peralatan atau

sistem untuk beroperasi secara normal di lingkungan elektromagnetik tanpa

terpengaruh maupun menghasilkan interferensi terhadap lingkungan .

Menurut International Electrotechnical Commission (IEC) emisi

elektromagnetik adalah suatu peristiwa pemancaran energi elektromagnetik

yang berasal dari sumber gangguan. Kesesuaian elektromagnetik berhubungan

dengan pembangkit, transmisi dan penerimaan energi elektromagnetik. Ada 3

aspek masalah kesesuaian elektromagnetik, yaitu sumber (emisi), gandengan

(transfer), dan penerima (receiver). Aspek tersebut dapat dilihat pada Gambar

2.9.

Sumber (emisi)

Gandengan (transfer)

[image:35.595.153.492.494.579.2]

Penerima (receiver)

Gambar 2.9 Aspek Dasar Kesesuaian Elektromagnetik

Emisi sumber dapat menghasilkan noise atau interferensi. Interferensi

terjadi apabila energi yang diterima penerima menyebabkan penerima bekerja

dengan tidak semestinya. Transfer energi elektromagnetik dapat dikategorikan

(36)

23

dan konduksi suseptibilitas. Subsistem tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.10

[image:36.595.163.466.176.577.2]

[8].

Gambar 2.10 Subsistem Dasar Kesesuaian Elektromagnetik

a. Radiasi Emisi

b. Radiasi Suseptibilitas

c. Konduksi Emisi

(37)

24

Setiap sistem elektronik bisanya terdiri dari satu atau lebih subsistem yang

berhubungan satu dengan yang lain melalui kabel. Untuk penyediaan daya

subsistem biasanya digunakan sumber tegangan AC atau DC. Kabel juga

digunakan untuk interkoneksi subsistem sehingga fungsi sinyal dapat melewati

perantara subsistem tersebut. Semua kabel-kabel tersebut memiliki potensi

untuk menaikkan emisi energi elektromagnetik.

Sinyal interferensi dapat juga dengan cepat melewati subsistem melalui

konduksi langsung pada kabel. Jika subsistem ditutup dengan suatu penutup

(enclose) metal, arus akan menginduksi penutup melalui sinyal internal atau

sinyal eksternal. Sinyal induksi dapat meradiasi lingkungan luar atau dalam

penutup metal.

Emisi elektromagnetik dapat terjadi dari sumber tegangan, penutup metal,

kabel penghubung subsistem atau dari komponen elektronik di dalam penutup

nonmetal, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10a. Panjang kabel juga

efisien untuk menaikkan radiasi emisi dari satu sistem ke sistem yang lain yang

berdekatan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10b. Sinyal eksternal

akan menginduksi kabel sehingga sinyal induksi tersebut akan ditransfer ke

komponen internal subsistem, hal itu akan menimbulkan interferensi pada

rangkaian.

Suseptibilitas adalah kemampuan suatu peralatan atau perangkat elektronik

untuk menanggapi energi elektromagnetik yang tidak dinginkan. Emisi dan

suseptibilitas energi elektromagnetik terjadi tidak hanya berupa gelombang

elektromagnetik melalui udara, tetapi juga secara konduksi langsung pada

(38)

25 2.2.3 Interferensi Elektromagnetik (Electromagnetic Interference/EMI)

Interferensi elektromagnetik adalah penurunan kemampuan kerja piranti,

peralatan atau sistem karena gangguan elektromagnetik. Gangguan

elektromagnetik ini dapat mengganggu, menghalangi, ataupun membatasi, dan

menurunkan kinerja yang efektif dari peralatan [6]. Contohnya ketika kita

menonton televisi dan pada saat itu ada sms yang masuk ataupun ada panggilan

pada hp, maka sinyal dari hp itu akan menghalangi ataupun mengganggu sinyal

dari televisi sehingga bisa melihat siaran televisi itu kacau/terganggu untuk

beberapa saat. Gambar 2.11 menunjukkan interferensi pada sebuah alat dimana

sumber interferensinya berasal dari berbagai sumber gangguan.

Gambar 2.11 Interferensi Satu Alat Dengan Gangguan Dari Beberapa Sumber.

Sedangkan Gambar 2.12 menunjukkan interferensi beberapa alat, dimana

(39)
[image:39.595.173.481.85.321.2]

26

Gambar 2.12 Interferensi Pada Beberapa Peralatan Dari Satu Gangguan Noise [9].

Sumber interferensi dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Sumber interferensi alami, yaitu sumber yang tergabung dalam fenomena

alami. Sumber itu meliputi :

 Sumber interferensi natural terrestrial, yaitu fenomena pengisian atau

pelepasan atmosfer seperti kilat, dan lainnya.

 Sumber interferensi natural extraterrestrial, yaitu sumber gangguan

yang meliputi radiasi dari sumber matahari, dan lainnya.

2. Sumber interferensi buatan manusia yaitu sumber-sumber yang tergabung

dalam peralatan-peralatan buatan manusia seperti jaringan transmisi listrik,

telekomunikasi, sistem penerangan dan lainnya. Sumber interferensi

(40)

27

 Interferensi broad band ,yaitu sinyal elektromagnetik konduksi atau

radiasi dimana jangkauan frekuensinya lebih besar dari bandwidth

penerima.

 Interferensi narrow band yaitu sinyal konduksi atau sinyal radiasi

dimana jangkauan frekuensinya lebih sempit dari bandwidth penerima.

Penerima interferensi elektromagnetik disebut juga dengan korban

interferensi. Korban interferensi ini dapat dibedakan atas :

1. Korban interferensi alami, yaitu meliputi manusia, hewan dan tumbuhan.

2. Korban interferensi buatan manusia yang terbagi atas beberapa bagian,

yaitu :

 Peralatan penerima komunikasi elektronik (navigasi, radar, pemancar).

 Amplifier (video, audio).

 Peralatan industri dan peralatan konsumen (radio, televisi, dan lainnya).

2.2.4 Perisaian (shielding)

Perisaian adalah teknik yang digunakan untuk mengurangi ataupun

mencegah terjadinya gandengan radiasi elektromagnetik yang tidak diinginkan

yang berasal dari lingkungan luar menuju ke peralatan elektronik, dan juga

untuk mengurangi pancaran radiasi elektromagnetik yang berasal dari peralatan

elektronik tersebut ke lingkungan luar. Spesifikasi perisaian adalah sebagai

berikut [7]:

 Perisaian pelepasan muatan listrik (electrostatic discharge/esd) adalah

proses pembatasan aliran arus listrik yang berlebihan pada saat pengisian

(41)

28

 Perisaian interferensi elektromagnetik adalah proses mencegah induksi

radiasi elektromagnetik terhadap peralatan yang ingin dilindungi. Hal ini

dapat dilakukan dengan memisahkan peralatan dari sumber noise dengan

bahan penghalang.

 Perisaian interferensi frekuensi radio adalah proses mencegah radiasi

elektromagnetik frekuensi radio dari satu rangkaian ke rangkaian lainnya

sehingga tidak terjadi interferensi.

Perisai interferensi elektromagnetik dan frekuensi radio biasa terbuat dari

karet, metal, plastik, dan campuran material lainnya. Bentuk perisaian yang

dilakukan adalah:

 Perisaian kabel, digunakan untuk melindungi interferensi elektromagnetik

yang keluar dan masuk kabel.

 Perisai gasket, bahan yang mempertahankan perisai efektifitas pada di

dalam penutup (enclosure) elektronik. Gasket terbuat dari berbagai bahan

seperti busa, kawat mesh, dll.

 Perisai ruangan, ruangan yang terbuat bebas dari interferensi dengan

menerapkan perisai ke lantai, dinding, langit-langit dan dengan menekan

interferensi yang masuk melalui saluran listrik.

 Perisai listrik, suatu proses mencegah radiasi dari kopling masuk atau

keluar dari daerah yang telah ditentukan. Bahan perisaian seperti logam,

(42)

29

Perisaian dapat dilakukan pada konduktor, pada rangkaian elektronik maupun

sistem. Ada 2 tujuan perisaian, yaitu [8]:

1. Mencegah emisi suatu sistem atau rangkaian elektronik agar tidak

menimbulkan radiasi yang melewati batas sehingga bisa menggangu

[image:42.595.167.424.252.405.2]

sistem yang lain, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Perisaian Untuk Membatasi Emisi Yang Keluar Dari Peralatan.

2. Mencegah radiasi emisi di luar sistem agar tidak menimbulkan interferensi

pada sistem yang dilindungi seperti pada Gambar 2.14.

[image:42.595.161.479.533.711.2]
(43)

30

Perisai dibuat dengan meletakkan sebuah penghalang mesh didalam alur

gelombang antara sumber dan penerim (receptor). Gelombang elektromagnetik

yang berasal dari sumber sebagian akan direfleksikan (dipantulkan) dari perisai

yang impedansinya rendah karena impedansi tidak sepadan antara gelombang

dengan perisai. Sebagian sisanya akan ditransmisikan menembus perisai

setelah sebagian diserap oleh perisai. Inilah yang disebut sebagai keefektifan

perisaian (perisaian efektif). Sehingga total dari perisaian efektif ini adalah

penjumlahan dari rugi refleksi, rugi absorbsi, dan rugi-rugi refleksi internal,

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Perisaian Efektif Gelombang Elektromagnetik Pada

[image:43.595.205.436.347.617.2]
(44)

31

Rugi-rugi absorbsi meningkat dengan adanya peningkatan frekuensi dari

gelombang elektromagnetik, ketebalan penghalang (perisai), dan permeabilitas

penghalang dan konduktivitasnya. Rugi-rugi refleksi akan meningkat jika

terjadi peningkatan konduktivitas penghalang, dan penurunan permeabilitas

penghalang.

Tabel 2.1 dapat dilihat berbagai jenis dari material perisai dengan

konduktivitasnya dan permeabilitasnya. Dimana konduktivitas tembaga =

[image:44.595.134.493.334.547.2]

5,8x107 Mho/m dan permeabilitas udara = 4π x 10-7 Henry/m. Tabel 2.1 Material Perisai [10].

Material Konduktivitas Dengan Permeabilitas Relative

Acuan Tembaga Dengan Acuan Udara

Mu−metal 0,03 80000

Besi 0,17 1000

Baja 0,10 1

Perak 2,05 1

Tembaga 1,00 1

Emas 0,70 1

Alumenium 0,61 1

Seng 0,29 1

Kuningan 0,26 1

Posfor perunggu 0,18 1

Monel 0,04 1

Gandengan kapasitif antara dua konduktor secara sederhana dapat dilihat

pada Gambar 2.16. Dari gambar ini dapat dilihat rangkaian fisik terdiri dari dua

konduktor yang dibatasi oleh dielektrik udara dan rangkaian ini membentuk

(45)

32

Konduktor

C1g

C12

R

C2g

Vn 2 1

V1

Gambar 2.16 Gandengan Kapasitif Antara Dua Konduktor.

C1g C12

C2g R Vi

V1

Gambar 2.17 Rangkaian Ekivalen Gandengan Kapasitif Dua Konduktor.

Keterangan :

C1g : Kapasitansi antara konduktor 1 dengan tanah.

C12 : Kapasitansi antara konduktor 1 dengan konduktor 2.

C2g : Kapasitansi antara Konduktor 2 dengan tanah.

R : Resistansi rangkaian yang terhubung dengan konduktor 2 ( beban

yang terpasang).

V1 : Sumber Interferensi.

(46)

33

Dari gambar rangkaian 2.17 diperoleh :

Xc12 =

; Xc1g = ; Xc2g =

Maka :

R // C2g =

=

=

=

Maka :

Vi =

.V1

=

.V1

=

.V1

=

.V1

=

.V1 (2.13)

Atau

Vi =

. V1 (2.14)

Sedangkan ketika diletakkan perisai antara konduktor 1 dan konduktor 2,

(47)

34

C1s

1 shielding 2

C1g Csg

C2s

C2g

V1

R

Gambar 2.18 Gandengan Kapasitif Antara Dua Konduktor Yang Diberi

Perisai.

V1

C1g C1s

Csg C

2g R

C2s Va

Vi

Gambar 2.19 Rangkaian Ekivalen Antara Dua Konduktor Yang Diberi

Perisai.

Keterangan :

C1g : Kapasitansi antara konduktor 1 dengan tanah.

C1s : Kapasitansi antara konduktor 1 dengan perisai.

Csg : Kapasitansi antara perisai dengan tanah.

C2s : Kapasitansi antara konduktor 2 dengan perisai.

(48)

35

R : Resistansi rangkaian yang terhubung dengan konduktor 2 (beban

yang terpasang).

V1 : Sumber Interferensi.

Vi : Tegangan noise yang dihasilkan dari V1.

Maka tegangan noisenya dapat dihitung sebagai berikut :

X1g =

; X1s = ; Xsg = ; X2s =

X2g =

R // C2g =

Va =

. V1

Vi =

. Va

= .

. V1

Vi = .

(49)

36

Vi =

.

.V1

Vi =

.V1 (2.15)

Sedangkan untuk gandengan induktif dapat dilihat pada Gambar 2.20.

1 2

V1

I1

M12

R

[image:49.595.155.430.82.243.2]

R

Gambar 2.20 Gandengan Induktif Antara Dua Buah Konduktor [6].

Dari Gambar 2.20 didapat bahwa ketika arus I1 mengalir melalui

konduktor 1 maka akan terdapat mutual induktansi antara konduktor 1 dan 2

yaitu M12 sehingga :

Vi = -

M =

(50)

37

Sehingga didapat :

Vi = - M

(2.16)

Tanda minus hanya menunjukkan arah dari induksi tegangan.

Setelah dipasang perisai maka rangkaian gandengan induktif dapat

disederhanakan seperti Gambar 2.21.

V1

M1s

M2s

I1

1

Shielding

2

R

R

R

[image:50.595.167.476.254.474.2]

R

Gambar 2.21 Gandengan Induktif Antara Dua Konduktor Yang Diberi

Perisai.

Dari Gambar 2.21 maka didapat :

Vs = - M1s (2.17)

Dan

Vi = - M2s (2.18)

(51)

38

Vi = Tegangan noise yang terjadi pada konduktor 2.

Vs = Tegangan noise yang terjadi pada perisai.

M1s = Mutual induktansi antara konduktor 1 dengan perisai.

(52)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2013 di Laboratorium Teknik

Tegangan Tinggi, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara, Medan.

3.2. Bahan Pengujian

Kawat galvanis secukupnya.

Kawat galvanis ini digunakan sebagai bahan pembuatan perisai (shielding) mesh.

3.3. Alat Penelitian dan Spesifikasinya

Peralatan-peralatan yang digunakan untuk melakukan pengujian meliputi :  1 unit trafo uji

Spesifikasi: 200/100.000 Volt; 50 Hz; 10 kVA.

 1 unit autotrafo

Spesifikasi: 220/0-200 Volt; 10 kVA.

 Tegangan rendah bolak balik 220 VF-N frekuensi 50 Hz,

 Kayu.  Paku.

 Perisai Mesh (kawat galvanis yang dirakit pada kayu)  Kawat galvanis.

 Kabel tegangan rendah (kabel NYA).  2 unit tahanan pembagi tegangan

Spesifikasi :1 kΩ, dan 10 kΩ

 1 unit barometer/humiditymeter/thermometer digital

Spesifikasi : merek Lutron PHB 318 ; range tekanan 7,5-825,0

mmHg; range kelembaban 10-110 %RH ; range suhu 0-50 °C.

(53)

40

Spesifikasi : merek Excel DT9205A ; 0,2-750 VAC ; 0,2-1000 VDC

; 0,02-20 AAC ; 0,002-20 ADC.

3.3.1 Kawat Galvanis

Jenis kawat yang digunakan adalah kawat galvanis berukuran diameter

sebesar 0,08 cm. Kawat ini yang digunakan sebagai bahan perisai mesh.

Gambar 3.1 memperlihatkan kawat galvanis tersebut.

Gambar 3.1 Kawat Galvanis

3.3.2 Perisai Mesh

Pengertian mesh yang dimaksudkan adalah perisai yang berbentuk

[image:53.595.241.493.249.421.2]

kotak-kotak dalam ukuran inch2.Gambar 3.2 memperlihatkan mesh dan ukuran yang dirancang.

[image:53.595.211.474.562.705.2]
(54)

41

Perisai mesh dirancang dengan berbahan kawat galvanis, dibentuk dalam

kayu berbentuk persegi dengan ukuran 24 inch2 yang dirancang menjadi empat buah perisai mesh.

Gambar 3.3 memperlihatkan masing-masing mesh, dimana nomor 1

adalah mesh 16 (1 inch2 = 16 kotak); nomor 2 adalah mesh 9 (1 inch2 = 9 kotak); nomor 3 adalah mesh 4 (1 inch2 = 4 kotak); dan nomor 4 adalah mesh 1 (1 inch2 = 1 kotak ).

Gambar 3.3 Perisai Mesh

3.3.3 Tahanan pembagi tegangan

Tahanan pembagi tegangan ini berguna untuk pembacaan induksi

tegangan pada voltmeter. Gambar 3.4 memperlihatkan tahanan pembagi

tegangan ini, R1 adalah tahanan pada sisi tegangan tingginya, dan R1 adalah

tahanan pada sisi tegangan rendahnya.Besar R1 dan R2 adalah 10 kΩ dan 1 kΩ,

sehingga perbandingan R1 dan R2 adalah 10 : 1. Dalam hal ini, yang

dihubungkan ke voltmeter adalah R2, sehingga pada saat induksi tegangan

terbaca di voltmeter 1 Volt, maka di sisi tegangan tinggi ( induksi tegangan

[image:54.595.224.466.305.494.2]
(55)

42 Gambar 3.4 Tahanan Pembagi Tegangan.

3.4. Variasi Pengujian

Variasi pengujian terbagi menjadi tiga bagian. Parameter-parameter yang

divariasikan adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.5. Pada gambar 3.5

nomor 1 adalah kabel tegangan rendah (kabel NYA), nomor 2 adalah perisai

mesh, nomor 3 adalah kawat tegangan tinggi (kawat BC), S1 adalah jarak antara

kawat BC dengan perisai mesh, dan S2 adalah jarak antara perisai mesh dan kabel

NYA.Variasi pengujiannya sebagai berikut :

1. Dengan jarak S1dan S2 yang tetap, tegangan tinggi yang dibangkitkan

variabel, dan perisai mesh yang diujikan sesuai dengan ukuran mesh yang

sudah dirancang.

2. Dengan jarak S2 yang tetap, jarak S1 yang variabel, tegangan tinggi yang

dibangkitkan tetap, dan perisai mesh diujikan sesuai dengan ukuran mesh

yang sudah dirancang.

3. Dengan jarak S1 yang tetap, jarak S2 yang variabel, tegangan tinggi yang

dibangkitkan tetap, dan perisai mesh diujikan sesuai dengan ukuran mesh

[image:55.595.187.442.84.267.2]
(56)

43 Gambar 3.5 Variasi Pengujian.

3.5. Prosedur Percobaan

3.5.1. Pengujian Induksi Tegangan dengan Jarak S1 danS2 yang Tetap, Tegangan Tinggi yang Dibangkitkan Variabel, dan Perisai Mesh Yang Diujikan Sesuai Dengan Ukuran Mesh yang Sudah Dirancang.

Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan alat dan bahan.

2. Pastikan sistem dalam keadaan mati (off ).

[image:56.595.133.479.84.356.2]

3. Membuat rangkaian percobaan seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.5 di bawah ini.

4. Mengatur jarak S1 dan S2 masing-masing 20 cm terhadap perisai

mesh (mesh 1).

5. Mengatur jarak sela bola sebesar 3,5 cm.

6. Menghidupkan sistem (on).

7. Membangkitkan tegangan tinggi secara bertahap yaitu 35 kV, 45 kV,

(57)

44

8. Mencatat tegangan yang terbaca pada voltmeter pada saat tegangan

tinggi 35 kV, 45 kV, 55 kV, 65 kV, dan 75 kV.

9. Matikan sistem (off ).

10.Ulangi prosedur nomor 4 sampai nomor 9 dengan perisai mesh yang

berbeda (mesh 4, mesh 9, dan mesh 16).

11.Dengan posisi yang sama, lakukan kembali prosedur nomor 4 sampai

nomor 9 dengan salah satu ujung masing-masing perisai mesh

ditanahkan.

12.Ulangi prosedur nomor 4, dengan masing-masing jarak S1 dan S2

adalah 30 cm, 40, dan 50 cm

13.Ulangi prosedur prosedur nomor 5 sampai prosedur nomor 10.

14.Ulangi prosedur nomor 11.

15.Pastikan sistem dalam keadaan mati (off ) kembali.

3.5.2. Pengujian Induksi Tegangan dengan Jarak S2 yang Tetap, Jarak S1 yang Variabel, Tegangan Tinggi yang Dibangkitkan Tetap, dan Perisai Mesh Diujikan Sesuai dengan Ukuran Mesh yang Sudah Dirancang.

Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan alat dan bahan.

2. Pastikan sistem dalam keadaan mati (off ).

3. Membuat rangkaian percobaan seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.5 di bawah ini.

4. Mengatur jarak S2= 20 cm, dan S1= 20 cm terhadap perisai mesh

(mesh 1)

5. Mengatur jarak sela bola sebesar 3,5 cm.

6. Menghidupkan sistem (on ).

7. Membangkitkan tegangan tinggi sebesar 75 kV.

8. Mencatat tegangan yang terbaca pada voltmeter pada saat tegangan

(58)

45

9. Matikan sistem ( off ).

10.Ulangi prosedur nomor 4 sampai nomor 9 dengan perisai mesh yang

berbeda (mesh 4, mesh 9, dan mesh 16).

11.Dengan posisi yang sama, lakukan kembali prosedur nomor 4 sampai

nomor 9 dengan salah satu ujung masing-masing perisai mesh

ditanahkan.

12.Ulangi prosedur nomor 4, dengan jarak S2 = 20 cm, dan

masing-masing jarak S1 adalah 30 cm, 40cm,50 cm,60 cm,70 cm, 80 cm, 90

cm, dan 100 cm.

13.Ulangi prosedur prosedur nomor 5 sampai prosedur nomor 10.

14.Ulangi prosedur nomor 11.

15.Ulangi prosedur nomor 12, dengan masing-masing jarak S2 = 30 cm,

40 cm, dan 50 cm untuk masing-masing jarak S1 = 20 cm, 30 cm,

40cm, 50 cm, 60 cm,70 cm, 80 cm, 90 cm, dan 100 cm.

16.Ulangi prosedur nomor 11.

17.Pastikan sistem dalam keadaan mati (off ) kembali.

3.5.3. Pengujian Induksi Tegangan dengan Jarak S1 yang Tetap, Jarak S2 yang Variabel, Tegangan Tinggi yang Dibangkitkan Tetap, dan Perisai Mesh Diujikan Sesuai Dengan Ukuran Mesh yang Sudah Dirancang.

Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan alat dan bahan.

2. Pastikan sistem dalam keadaan mati (off ).

3. Membuat rangkaian percobaan seperti yang diperlihatkan pada

gambar 3.5 di bawah ini.

4. Mengatur jarak S1= 20 cm, dan S2 = 20 cm terhadap perisai mesh

(mesh 1).

5. Mengatur jarak sela bola sebesar 3,5 cm.

6. Menghidupkan sistem (on).

(59)

46

8. Mencatat tegangan yang terbaca pada voltmeter pada saat tegangan

tinggi 75 kV.

9. Matikan sistem (off ).

10.Ulangi prosedur nomor 4 sampai nomor 9 dengan perisai mesh yang

berbeda (mesh 4, mesh 9, dan mesh 16).

11.Dengan posisi yang sama, lakukan kembali prosedur nomor 4 sampai

nomor 9 dengan salah satu ujung masing-masing perisai mesh

ditanahkan.

12.Ulangi prosedur nomor 4, dengan jarak S1 = 20 cm, dan

masing-masing jarak S2 adalah 30 cm, 40cm,50 cm,60 cm,70 cm, 80 cm, 90

cm, dan 100 cm.

13.Ulangi prosedur prosedur nomor 5 sampai prosedur nomor 10.

14.Ulangi prosedur nomor 11.

15.Ulangi prosedur nomor 12, dengan masing-masing jarak S1 = 30 cm,

40 cm, dan 50 cm untuk masing-masing jarak S2 = 20 cm, 30 cm,

40cm,50 cm,60 cm,70 cm, 80 cm, 90 cm, dan 100 cm.

16.Ulangi prosedur nomor 11.

17.Pastikan sistem dalam keadaan mati (off ) kembali.

S1 S2 Perisai Mesh AT TU KAWAT BC R1 R2 G

Kabel tegangan rendah

S2 S 1 V2 Vin

V

V

Keterangan : AT = Autotrafo; TU = Trafo uji; S1 = Saklar utama; S2 = Saklar

sekunder; ; Vin = Tegangan masukan; V = voltmeter ; V2 =

voltmeter untuk tegangan pada R2; R1 dan R2 ; tahanan pembagi

[image:59.595.135.463.464.603.2]

tegangan.

(60)

47 3.6. Flowchart Penelitian

Mulai

Merancang Perisai Mesh

Merancang Susunan tahanan pembagi tegangan pada kabel

tegangan rendah

Merancang ukuran kawat BC pada sisi tegangan tinggi

Berhasil

Ya

Tidak

Lakukan Pengujian

Pengukuran tegangan induksi pada kabel

tegangan rendah

Sebelum dibuat mesh

Setelah dibuat mesh dengan ukuran mesh 1, mesh 4, mesh 9, dan mesh 16

Pada saat variasi pengujian 1

Pada saat variasi pengujian 2

Pada saat variasi pengujian 3

Analisis

(61)

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Data Hasil Pengukuran

4.1.1 Jarak S1danS2 yang tetap, tegangan tinggi (Vt) yang dibangkitkan variabel.

P = 757,6 mmHg ; T = 27,8 C

a. Tabel 4.1 untuk jarak S1 = S2 = 20 cm , S1 + S2 = 40 cm

No Vt (kV)

Tegangan induksi (Vi ) Pada Mesh (V)

Tanpa Mesh

Mesh 1 Mesh 4 Mesh 9 Mesh 16

Tanpa ditanahk an Ditanah kan Tanpa ditanahk an Ditanah kan Tanpa ditanahk an Ditana hkan Tanpa ditana hkan Ditana hkan

1 35 1122 374 330 341 330 330 308 319 297

2 45 1397 495 429 451 429 451 429 429 396

3 55 1694 616 539 572 539 528 517 528 506

4 65 2057 748 649 704 616 649 506 572 495

5 75 2508 902 759 847 737 836 715 803 693

b. Tabel 4.2 untuk jarak S1 = S2 = 30 cm , S1 + S2 = 60 cm

No Vt (kV)

Tegangan induksi (Vi) Pada Mesh (V)

Tanpa Mesh

Mesh 1 Mesh 4 Mesh 9 Mesh 16

Tanpa ditanahk an Ditanah kan Tanpa ditanahk an Ditanah kan Tanpa ditanahk an Ditana hkan Tanpa ditana hkan Ditana hkan

1 35 1023 352 319 341 297 253 242 253 198

2 45 1331 462 429 451 396 341 308 330 253

3 55 1606 594 539 550 495 418 385 407 264

4 65 1848 737 638 671 594 506 462 495 396

(62)

49

c. Tabel 4.3 untuk jarak S1 = S2 = 40 cm , S1 + S2 = 80 cm

No Vt (kV)

Tegangan induksi (Vi ) Pada Mesh (V)

Tanpa Mesh

Mesh 1 Mesh 4 Mesh 9 Mesh 16

Tanpa ditanahk an Ditanah kan Tanpa ditanahk an Ditanah kan Tanpa ditanahk an Ditana hkan Tanpa ditana hkan Ditana hkan

1 35 638 231 220 220 209 209 187 198 176

2 45 836 319 297 297 275 286 264 275 253

3 55 1023 396 385 374 352 363 341 363 341

4 65 1188 495 462 451 429 440 418 429 407

5 75 1386 572 517 528 528 528 506 528 484

d. Tabel 4.4 untuk jarak S1 = S2 = 50 cm , S1 + S2 = 100 cm

No Vt (kV)

Tegangan induksi (Vi) Pada Mesh (V)

Tanpa Mesh

Mesh 1 Mesh 4 Mesh 9 Mesh 16

Tanpa ditanahk an Ditanah kan Tanpa ditanahk an Ditanah kan Tanpa ditanahk an Ditana hkan Tanpa ditana hkan Ditana hkan

1 35 363 132 121 121 110 121 110 99 88

2 45 594 220 154 165 154 143 132 143 110

3 55 649 231 198 209 187 198 187 187 165

4 65 803 286 242 253 231 242 231 231 220

(63)

50

4.1.2 Jarak S2 yang tetap, jarak S1 yang variabel, tegangan tinggi

(Vt) yang dibangkitkan tetap.

P = 754,3 mmHg ; T = 27,6 C ; Vt = 75 kV a. Tabel 4.5 untuk jarak S2 = 20 cm

No S1 (cm)

Tegangan induksi (Vi) Pada Mesh (V)

Tanpa Mesh

Mesh 1 Mesh 4 Mesh 9 Mesh 16

Tanpa ditanahk an Ditanahk an Tanpa ditanahk an Ditanahk an Tanpa ditanahk an Ditana hkan Tanpa ditanah kan Ditana hkan

1 20 2508 902 759 847 737 836 715 803 693

2 30 2068 726 660 715 627 704 616 693 605

3 40 1584 561 484 517 473 495 462 440 418

4 50 1232 429 385 385 374 374 352 363 341

5 60 902 352 275 264 253 253 220 242 231 6 70 781 242 231 242 231 220 198 220 198 7 80 693 209 187 198 154 165 143 165 143 8 90 572 176 154 154 143 154 132 143 121

9 100 158,4 143 132 132 121 121 110 121 110

b. Tabel 4.6 untuk jarak S2 = 30 cm

No S1 (cm)

Tegangan induksi (Vi) Pada Mesh (V)

Tanpa Mesh

Mesh 1 Mesh 4 Mesh 9 Mesh 16

Tanpa ditanahka n Ditanahk an Tanpa ditanahka n Ditanahk an Tanpa ditanah kan Ditana hkan Tanpa ditanah kan Ditana hkan 1 20 913 407 374 374 363 352 341 330 264 2 30 693 330 308 319 297 308 286 286 253 3 40 605 275 253 264 253 253 220 231 198 4 50 517 242 231 231 220 220 198 209 165 5 60 462 231 220 220 198 209 187 198 154 6 70 396 198 187 176 143 165 132 154 121 7 80 352 187 165 165 154 154 143 132 110

8 90 264 165 154 154 121 132 110 121 88

(64)

51 c. Tabel 4.7 untuk jarak S2 = 40 cm

No S1 (cm)

Tegangan induksi (Vi) Pada Mesh (V)

Tanpa Mesh

Mesh 1 Mesh 4 Mesh 9 Mesh 16

Tanpa ditanahk an Ditanah kan Tanpa ditanahk an Ditanah kan Tanpa ditana hkan Ditana hkan Tanpa ditana hkan Ditana hkan

1 20 682 286 253 264 231 253 231 220 209

2 30 605 209 154 187 143 154 132 143 121

3 40 528 187 165 176 154 165 121 154 110

4 50 418 143 121 143 121 132 99 121 88

5 60 352 132 110 132 99 110 99 99 77

6 70 319 110 88 110 99 99 88 88 77

7 80 264 99 88 88 77 88 77 66 55

8 90 253 88 66 77 66 88 77 55 44

9 100 165 77 55 66 55 77 66 55 44

d. Tabel 4.8 untuk jarak S2 = 50 cm

No S1 (cm)

Tegangan induksi (Vi) Pada Mesh (V)

Tanpa Mesh

Mesh 1 Mesh 4 Mesh 9 Mesh 16

Tanpa ditanahk an Ditanah kan Tanpa ditanahk an Ditanah kan Tanpa ditana hkan Ditana hkan Tanpa ditana hkan Ditana hkan

1 20 506 242 209 198 176 154 143 132 110

2 30 484 209 187 187 176 143 121 121 99

3 40 319 143 132 132 121 121 110 99 88

4 50 286 121 110 110 99 99 88 88 66

5 60 231 88 77 77 66 77 66 77 55

6 70 198 66 66 66 66 66 66 66 44

7 80 165 66 55 55 44 55 55 55 33

8 90 143 55 44 44 44 44 44 44 22

(65)

52 4.1.3 Jarak S1 yang tetap, jarak S2 yang variabel, tegangan tinggi yang

dibangkitkan tetap.

P = 754,4 mmHg ; T = 27,3 C ; Vt = 75 kV

a. Tabel 4.9 untuk jarak S1 = 20 cm

No S2 (cm)

Tegangan induksi (Vi) Pada Mesh (V)

Tanpa Mesh

Mesh 1 Mesh 4 Mesh 9 Mesh 16

Tanpa ditanahka n Ditanahk an Tanpa ditanahka n Ditanahk an Tanpa ditanah kan Ditana hkan Tanpa ditanah kan Ditana hkan

1 20 2519 924 803 858 748 847 737 814 704

2 30 2079 737 715 704 616 693 594 583 550

3 40 1628 583 528 561 528 550 495 528 484

4 50 1243 407 385 396 374 385 352 374 341

5 60 924 396 385 352 341 330 308 308 286 6 70 825 253 231 242 231 231 209 220 198 7 80 726 220 198 209 198 187 176 176 154 8 90 616 198 187 187 176 176 165 165 143 9 100 330 187 176 176 165 165 154 154 121

b. Tabel 4.10 untuk jarak S1 = 30 cm

No S2

(cm)

Tegangan induksi (Vi) Pada Mesh (V) Tanpa

Mesh

Mesh 1 Mesh 4 Mesh 9 Mesh 16

Tanpa ditanahka n Ditanahk an Tanpa ditanahka n Ditanahk an Tanpa ditanah kan Ditanah kan Tanpa ditanah kan Ditanah kan

1 20 1045 418 407 440 396 385 330 363 297

2 30 946 418 396 407 374 363 319 341 275

3 40 902 396 385 385 363 330 308 286 253

4 50 715 330 308 319 297 308 286 264 220

5 60 594 297 275 275 264 264 231 220 209

6 70 495 275 264 264 253 242 220 209 187

7 80 462 264 242 253 231 220 198 187 176

8 90 330 176 154 154 132 121 110 99 88

(66)

53 c. Tabel 4.11 untuk jarak S1 = 40 cm

No S2 (cm)

Tegangan induksi (Vi) Pada Mesh (V)

Tanpa Mesh

Mesh 1 Mesh 4 Mesh 9 Mesh 16

Tanpa ditanahk an Ditanah kan Tanpa ditanahka n Ditanah kan Tanpa ditana hkan Ditana hkan Tanpa ditana hkan Ditana hkan

1 20 814 352 319 330 308 308 286 297 275

2 30 693 330 297 308 286 297 275 264 253

3 40 682 319 286 297 275 286 264 253 231

4 50 649 297 275 286 264 264 242 242 209

5 60 594 286 264 264 253 242 231 220 198

6 70 539 264 253 242 220 231 209 198 165

7 80 440 253 231 220 209 198 187 176 154

8 90 407 165 143 132 121 121 110 99 88

9 100 286 143 12

Gambar

Gambar 2.1 Jika muatan Q1 dan Q2 memiliki tanda yang sama, arah vektor
Gambar 2.2 Sebuah lempeng muatan tak terhingga di bidang yz, sebuah
Gambar 2.4  (a). Sebuah gambaran garis medan listrik yang buruk.
Gambar 2.8 (a). Rangkaian Fisik Gandengan Induktif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data volume penjualan mobil tahun 2014, didapat struktur pasar untuk industri mobil di Indonesia masuk dalam kategori pasar oligopoli penuh yang ditandai

>ika saham treasuri dijual kembali dengan harga di atas harga perolehan, maka kelebihan tersebut dikreditkan pada akun Agio Sahamsaham #reasuri dan selisih tersebut tidak

Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis dan mengetahui faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan aplikasi UNSRI GO secara dominan menggunakan

Switch merupakan perangkat yang dapat menghubungkan frame data yang berasal dari salah satu komputer ke salah satu atau semua port yang terdapat pada switch

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan

Pola sirkulasi grid dipilih karena pada area tersebut memiliki tingkat kepadatan pengunjung yang tinggi, sehingga pola grid baik digunakan agar dapat di akses

Laju pertumbuhan yang diharapkan oleh investor marjinal, yaitu jika diasumsikan bahwa dividen yang diharapkan akan tumbuh dengan laju konstan, maka growth (g) juga sama

Sebagian perusahaan besar yang bergerak dalam bisnis profit orientedmempunyai tujuan yaitu pencapaian laba semaksimal mungkin. Hal ini dapat dijadikan ukuran dalam