DAFTAR PUSTAKA
A. Buku dan Makalah :
Adolf, Huala. 2005. Hukum Ekonomi Internasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
ASEAN Secretariat. 1995. ASEAN: An Overview. Jakarta: CV. Indah Grafika. Bank Indonesia. 2008. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Cipto, Bambang. 2007. Hubungan Internasional di Asia Tenggara : Teropong terhadap Dinamika, Realitas, dan Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Dam, S dan Riswandi. 1995. Kerja Sama ASEAN: Latar Belakang, Perkembangan, dan Masa Depan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Departemen Perdagangan RI. Menuju ASEAN Economic Community 2015. Jakarta: Departemen Perdagangan RI.
Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional. 2015. Menjadi Juara di MEA 2015. Jakarta: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
Farida, E. 2014. Efektivitas Piagam ASEAN (ASEAN Charter) Bagi ASEAN Sebagai Organisasi Internasional. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI. Semarang: Universitas Diponegoro.
Harlianta. On Track to ASEAN Community 2015. Bandung: Universitas Sangga Buana.
Ibrahim, Johnny. 2005. Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia Publishing.
Kusumaatmadja, M dan E.R. Agoes. 2012. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Alumni.
Luhulima, CPF, dkk. 2008. Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Parthiana, I.W. 2003. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Mandar Maju.
Prabowo, D dan S. Wardoyo. 2004. AFTA: Suatu Pengantar. Yogyakarta: BPFE.
Rasyidin, U dan D. Supriyadi. 2014. Pengantar Hukum Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Sabir, M. 1992. ASEAN: Harapan dan Kenyataan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Sefriani. 2010. Hukum Internasional: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. 2010. ASEAN: Selayang Pandang. Jakarta: Kementerian Luar Negeri RI.
Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. 2012. ASEAN: Selayang Pandang. Jakarta: Kementerian Luar Negeri RI.
Siow Yue Chia. 2013. The ASEAN Economic Community: Progress, Challenges, and Prospects. Tokyo: Asian Development Bank Institute.
Starke, J.G. 2009. Pengantar Hukum Internasional. Jakarta: Sinar Grafika. Subagyo, P.J. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Suherman, A.M. 2003. Organisasi Internasional & Integrasi Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sunggono, Bambang. 1997. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grrafindo Persada.
Suryokusumo, Sumaryo. 1997. Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional. Bandung: Alumni.
The ASEAN Secretariat. 2015. ASEAN Economic Community 2015: Progress and Key Achievements. Jakarta: The ASEAN Secretariat.
Wangke, Humphrey. 2014. Peluang Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Info Singkat Hubungan Internasional Vol. VI No. 10/II/P3DI/Mei/2014. Jakarta: Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI.
Yulianingsih, W dan Moch. Firdaus Sholihin. 2014. Hukum Organisasi Internasional. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Yohanes, Triyana. 2015. Hukum Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.
B. Undang-Undang/Perjanjian Internasional: ASEAN Charter 2007.
ASEAN Economic Community Blueprint.
ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) 1995, tentang Persetujuan dan Kerja Sama dalam Rangka Liberalisasi Perdagangan Jasa ASEAN.
ASEAN Free Trade Area (AFTA) 1992, tentang Pembebasan Hambatan Tarif dan Non-Tarif Bagi Negara-Negara ASEAN
ASEAN Investment Area (AIA) 1998, tentang Persetujuan Kerja Sama dalam Bidang Investasi
ASEAN Preferential Trade Association 1997, tentang Penurunan Bea Masuk Dalam Perdagangan Antar Anggota ASEAN.
ASEAN Trade in Goods Arrangement (ATIGA) 2009, tentang Liberalisasi dan Fasilitasi Perdagangan Barang.
Charter of the Economic Rights and Duties of States 1974.
Declaration of ASEAN Concord II 2003, tentang Persetujuan Pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community)
Declaration on the ASEAN Economic Community Blueprint
General Agreement on Tariff and Trade 1947, tentang Prinsip-Prinsip Pokok Perdagangan Internasional
Indonesia, Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2014, tentang Peningkatan Daya Saing Nasional dalam Rangka Menghadapi MEA.
Indonesia, Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2013, tentang Kebijakan Upah Minimum dalam Rangka Keberlangsungan Usaha dan Peningkatan Kesejahteraan Pekerja
Indonesia, Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2011, tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2012, tentang Susunan Keanggotaan Sekretariat Nasional ASEAN, Program pembangunan seperti MP3EI, Program Sistem Logistik Nasional (Sislognas),Pembentukan Komite Nasional MEA 2015, Pembentukan UKP4 untuk memonitor langkah pemerintah.
Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2010, tentang Ratifikasi ASEAN Agreement on the Harmonized Electrical and Electronic Equipment Regulatory Regime
Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128/PMK.011/2010, tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor dalam Rangka ATIGA
Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2010, tentang Pengesahan ASEAN Trade in Goods Arrangements (ATIGA)
Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008, tentang Kebijakan Industri Nasional.
Indonesia, Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Prioritas Industri Berbasis Agro Tahun 2010-2014.
Indonesia, Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Prioritas Industri Berbasis Manufaktur Tahun 2010-2014.
Indonesia, Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Prioritas Industri Elektronik Tahun 2010-2014
Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 ,tentang Perdagangan Introduction on the ASEAN Economic Community Blueprint
Piagam ASEAN
C. Internet :
Anonim. 2011. Kuatkan Industri, Pemerintah Buat Policy Paper.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5266278a11557/kuatkan-industri--pemerintah-buat-ipolicy-paper-i, diakses tanggal 26 Januari 2016
Anonim. 2011. Perserikatan Bangsa-Bangsa.
https://id.wikipedia.org/wiki/Perserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses tanggal 14 November 2015
Anonim. 2012. Indonesia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_dan_Perserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses tanggal 14 November 2015
Anonim. 2012. Indonesia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Pengunduran Diri
dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.
https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_dan_Perserikatan_Bangsa-Bangsa#Pengunduran_diri_dari_Perserikatan_Bangsa_Bangsa_.281965-1966.29, diakses pada tanggal 14 November 2015
Anonim. 2012. Organisasi. https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi, diakses pada tanggal 14 November 2015
Anonim. 2013. AFAS. http://stiebanten.blogspot.co.id/2011/06/afas-asean-framework-agreement-on.html, diakses pada tanggal 28 November 2015
Anonim. 2013. Antisipasi Kesiapan Indonesia.
http://antariksa2010.blogspot.co.id/2013/11/antisipasi-kesiapan-indonesia.html, diakses tanggal 29 Januari 2016
pada tanggal 14 November 2015
Anonim. 2013. Piagam ASEAN.
https://id.wikipedia.org/wiki/Piagam_ASEAN, diakses tanggal 14 November 2015
Anonim. 2014. Industri Otomotif Indonesia.
http://scientiarum.uksw.edu/2014/07/01/industri-otomotif-indonesia-antara-aec-dan-eksistensi-merek-lokal/, diakses pada tanggal 27 Januari 2016
Anonim. 2014. Tujuan ASEAN. http://www.porosilmu.com/2015/09/tujuan-asean-yang-tertuang-dalam-piagam.html, diakses pada tanggal 16 November 2015
Anonim. 2015. Industri Elektronik Indonesia Belum Siap Hadapi MEA. http://www.kemenperin.go.id/artikel/10188/Industri-Elektronik-Indonesia-Belum-Siap-Hadapi-MEA, diakses pada tanggal 26 Januari 2016
Anonim. 2015. Industrialisasi Perikanan.
http://www.antaranews.com/berita/387578/industrialisasi-perikanan-kebijakan-strategis, diakses pada tanggal 26 Januari 2016
Anonim. 2015. Kedudukan ASEAN sebagai Organisasi.
http://www.landasanteori.com/2015/10/kedudukan-asean-sebagai-organisasi.html, diakses tanggal 20 November 2015
Anonim. 2015. Persiapan Indonesia dalam Menghadapi MEA. http://id.stie-
stmy.ac.id/berita-165-persiapan-indonesia-dalam-menghadapi-mea-masyarakat-ekonomi-asean.html, diakses pada tanggal 3 Februari 2016
Anonim. 2015. Politik Luar Negeri pada Era ASEAN Economic Community. https://www.academia.edu/7210491/Politik_Luar_Negeri_pada_Era_Asean_Economic_ Community_AEC_, diakses pada tanggal 18 Januari 2016
Diskusi Panel. 2015. Integrasi ASEAN Melalui Hukum: pemerintahan, manajemen, dan hubungan eksternal ASEAN. http://sp.beritasatu.com/home/integrasi-hukum-perkuat-asean/39276, diakses tanggal 16 Januari 2016
Diskusi Universitas Pelita Harapan di Hotel Aryaduta, Jakarta. 2015. ASEAN Through Integration Law. http://www.beritasatu.com/hukum/128770-integrasi-hukum-asean-perlu-segera-terealisasi.html, diakses pada tanggal 16 Januari 2016
Fitri. 2014. ASEAN Economic Community (AEC) 2015, Peluang dan Tantangan Indonesia. http://m.kompasiana.com/fitri-kompasiana/asean-economic-
community-aec-2015-peluang-dan-tantangan-indonesia-are-you-ready_54f7833ca3331141758b4596.html, diakses pada tanggal 14 November 2015 Hamid Amren. 2015. Menyongson Masyarakat Ekonomi ASEAN.
http://www.kompasiana.com/hamidamren/menyongsong-masyarakat-ekonomi-asean_551b4e87a33311ec21b65eef, diakses pada tanggal 16 Januari 2016
Kementerian Luar Negeri RI. 2014. Kerjasama Ekonomi ASEAN. www.kemlu.go.id/Documents/Kerjasama%20Ekonomi%20ASEAN.doc, diakses pada tanggal 16 Januari 2016
Melia Galok. 2013. Latar Belakang Berdirinya ASEAN dan Sejarah Berdirinya ASEAN. http://sekelebatilmu.blogspot.co.id/2013/07/latar-belakang-berdirinya-asean-dan.html, diakses pada tanggal 18 November 2015
Pebriandini Widjaja. 2012. Perdagangan Bebas.
Rochimuddin. 2013. Subjek-Subjek Hukum Internasional. http://pkndisma.blogspot.co.id/2013/01/subyek-hukum-internasional.html, diakses pada tanggal 14 November 2015
Rolas Jakson Tampubolon. 2015. Manfaatkan ATIGA Sebelum AFTA. http://www.kompasiana.com/www.rolastampubolon.wordpress.com/manfaatkan-atiga-sebelum-afta-2015_54f84f35a33311f07d8b4577, diakses pada tanggal 16 Januari 2016
BAB III
IMPLEMENTASI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015 SEBAGAI PENINGKATAN HUBUNGAN ANTAR NEGARA
ASIA TENGGARA
B. Latar dan Tujuan ASEAN Economic Community (AEC) 2015
Sejak awal pembentukannya, ASEAN secara intensif membuat perjanjian
dan kesepakatan di bidang ekonomi. Pada 24 Februari 1977, ASEAN
menyepakati ASEAN Preferential Trade Association (PTA). Berdasarkan PTA
ini, Negara-Negara anggota ASEAN sepakat untuk memberi
keuntungan-keuntungan perdagangan bagi Negara-Negara anggota ASEAN. Inti dari program
PTA ialah menurunkan bea masuk dalam perdagangan antar-anggota ASEAN di
Manila.125 Namun sistem ini tidak memberikan manfaat banyak untuk
mengembangkan perdagangan di antara Negara-Negara ASEAN. Terhambatnya
ini diakibatkan oleh adanya penggunaan positive list untuk barang-barang yang
tercantum ke dalam skema liberalisasi. Hal ini berbeda dengan negative list di
mana dinyatakan barang-barang apa saja yang tidak termasuk. Sebagai akibatnya,
banyak produk yang tidak dimasukkan.126
KTT ASEAN ke-4 pada tanggal 27-28 Januari 1992 di Singapura telah
menetapkan bahwa kerja sama ASEAN akan ditingkatkan menjadi ASEAN Free
Trade Area (AFTA) dimulai pada 1 Januari 1993. AFTA adalah kawasan
perdagangan bebas ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif maupun hambatan
125Dibyo Prabowo dan Sonia Wardoyo, AFTA: Suatu Pengantar, 2004, BPFE, Yogyakarta, Hal.7
81
non-tarif bagi Negara-Negara anggota ASEAN. 127 Tujuan strategis AFTA
tersebut diimplementasikan melalui perjanjian ketiga, yaitu the 1992 Agreement
on Common Effective Preferential Tariff Scheme (the CEPT-AFTA Scheme).128
Berdasarkan the CEPT-AFTA Scheme, Negara-Negara anggota diberi
waktu 5 hingga 8 tahun untuk mengurangi tarif terhadap produk-produk yang
ditentukan hingga kurang dari 20%. Juga ditetapkan bahwa negara anggota diberi
tambahan waktu 7 tahun untuk mengurangi tarif hingga 5% atau kurang. Tetapi
perjanjian tidak mengamanatkan pemotongan tarif secara khusus. Meskipun
Negara-Negara anggota didorong untuk mengurangi tingkat tarif tahunannya,
namun mereka bebas untuk membuat rencana individualnya masing-masing untuk
mengurangi bea masuk.129
AFTA mendorong bukan saja perdagangan antar Negara ASEAN tetapi
juga perdagangan dan investasi dari Negara lain. Atas dasar itulah AFTA dapat
dianggap sebagai “open regionalism” yaitu integrasi ekonomi dalam kawasan dan
pada saat yang sama juga menerima baik hubungan perdagangan dan aliran
investasi dari luar kawasan.130 Hal tersebut menjadi salah satu alasan
dipercepatnya pelaksanaan AFTA yang harusnya dilaksanakan dalam jangka
waktu 15 tahun (2008) menjadi hanya 10 tahun (2003).
Pada tahun 1995 ASEAN mulai memasukkan bidang jasa dalam
kesepakatan kerja samanya yang ditandai dengan ditandatanganinya ASEAN
Framework Agreement on Services (AFAS). AFAS dipayungi dengan
127Sjamsumar Dam dan Riswandi, Kerja Sama ASEAN: Latar Belakang, Perkembangan, dan Masa Depan, 1995, Ghalia Indonesia, Jakarta, Hal. 111
128Huala Adolf, op.cit, Hal. 135 129Ibid, Hal. 135-136
kesepakatan para pemimpin ASEAN yang dituangkan dalam Bangkok Summit
Declaration of 1995, mengenai trade in services yang menegaskan hal-hal sebagai
berikut131:
1. Sepakat untuk melakukan integrasi ekonomi
2. ASEAN akan terus bergerak meningkatkan kerjasama perdagangan
jasa yang lebih terbuka melalui pelaksanaan the ASEAN Framework
Agreement on Services.
3. Anggota ASEAN akan melakukan negosiasi specific commitment on
market access, national treatment dan additional commitments yang
mencakup seluruh modes of supply sektor jasa.
4. Liberalisasi sektor jasa dilakukan secara bertahap sampai tercapai
tingkat liberalisasi yang lebih tinggi.
5. Negara anggota ASEAN diberikan fleksibilitas dalam melakukan
offer.
Perundingan perdagangan jasa dalam AFAS dilakukan dengan mode of
supply yakni: Mode 1 (Cross Border Supply), Mode 2 (Consumption Abroad),
Mode 3 (Commercial Presence), dan Mode 4 (Movement of Individual Service
Providers. Pada intinya perundingan liberalisasi jasa adalah menghilangkan
hambatan-hambatan perdagangan jasa internasional yang berkaitan dengan
pembukaan akses pasar (market access) dan penerapan perlakuan nasional
(national treatment) untuk setiap mode of supply. Dalam AFAS, anggota ASEAN
83
didorong untuk memberikan tingkat komitmen lebih besar untuk sesama anggota
ASEAN ketimbang komitmen mereka dalam GATS-WTO.132
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ochiai, 2006 menunjukkan bahwa
komitmen liberalisasi baik akses pasar maupun perlakuan nasional atas empat
sektor prioritas jasa, kecuali e-ASEAN, di ASEAN masih sangat rendah, kurang
dari 10 persen dari total subsektor yang ada. Hal ini mengindikasikan bahwa
peranan pemerintah masih cukup besar dalam perdagangan jasa empat sektor jasa
prioritas di ASEAN. Namun hal ini tidak secara otomatis dapat diartikan sebagai
rendahnya tingkat integrasi perdagangan jasa di ASEAN. Walaupun sebuah sektor
atau subsektor jasa belum dinyatakan terbuka untuk penyedia jasa asing, tapi
secara de facto proses liberalisasi telah terjadi karena adanya kebutuhan dari
masyarakat ASEAN atas peningkatan jumlah dan kualitas pelayanan jasa prioritas
seiring dengan kemajuan perekonomian Negara-Negara ASEAN.133
The Framework on the ASEAN Investment Area (AIA) yang
ditandatangani pada 7 Oktober 1998 merupakan inisiatif investasi yang bertujuan
mewujudkan ASEAN sebagai kawasan investasi yang menarik, kompetitif,
terbuka, dan bebas dalam rangka menarik dan meningkatkan arus penanaman
modal asing baik dari luar maupun dalam kawasan secara berkesinambungan.
Perjanjian ini mengikat Negara anggota untuk secara progresif mengurangi atau
menghapus peraturan, kebijakan dan kondisi yang dapat menghambat arus
132Bank Indonesia, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015: Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global, 2008, Elex Media Komputindo, Jakarta, Hal. 128-129
investasi masuk dan memastikan pelaksanaan proyek penanaman modal asing di
ASEAN dicapai dalam kurun waktu yang telah disepakati.134
Sebelum AIA, ASEAN telah memiliki Promotion and Protection of
Investment Agreement atau Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan
Investasi (PAPPI) yang ditandatangani 1987 dalam rangka mempercepat proses
industrialisasi yang terjadi di kawasan yang antara lain dilakukan melalui promosi
dan perlindungan investor. Kedua perjanjian ini (AIA dan PAPPI) beserta seluruh
amandemennya akan ditinjau kembali dan dijadikan satu perjanjian investasi yang
komprehensif, meliputi kerja sama, fasilitasi, promosi, liberalisasi dan
perlindungan investasi menjadi ASEAN Comprehensive Investment Agreement
(ACIA).135
Melanjutkan agreement-agreement yang telah disebutkan diatas,
implementasi ASEAN Economic Community 2015 bertujuan untuk mengubah
ASEAN menjadi suatu wilayah yang memiliki pergerakan barang, jasa, investasi,
tenaga kerja terampil, dan modal yang bebas.136 Hal ini serta merta dapat
mengintegrasikan kelima sektor tersebut secara sinkron demi tercapainya
dinamisme ekonomi yang lebih tinggi, kesejahteraan yang berkelanjutan,
pertumbuhan dan pembangunan ASEAN yang inklusif dan terintegrasi.137
134
Ibid, Hal. 179 135Ibid, Hal. 180-181
136Introduction on the ASEAN Economic Community Blueprint : (4) ... to transform
ASEAN into a region with free movement of goods, services, investment, skilled labour, and freer flow of capital.
85
C. Tahapan Pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) 2015
Reputasi ASEAN yang dicapai selama 40 tahun adalah sebagai modal
dasar dan kuat dalam menghadapi tantangan kerja sama di masa mendatang.
Terlepas dari segala kekurangannya, ASEAN yang dibentuk 8 Agustus 1967
melalui Deklarasi Bangkok telah memperlihatkan peran penting dalam menjamin
stabilitas kawasan.138
Di awal pembentukannya pada 1967, ASEAN lebih ditujukan pada kerja
sama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan di
kawasan Asia Tenggara. Dimulai dari lima Negara pendiri, yaitu Filipina,
Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, kini ASEAN terdiri dari sepuluh
Negara yang bergabung kemudian, yaitu Brunei Darussalam (1984), Vietnam
(1995), Myanmar dan Laos (1997), dan Kamboja (1999).139
Dengan berjalannya waktu dan dalam rangka menghadapi berbagai
tantangan kerja sama regional, termasuk krisis ekonomi di 1997, para pimpinan
Negara ASEAN kembali memformulasikan “ASEAN Vision 2020” di Kuala
Lumpur pada 15 Desember 1997 yang menjadi tujuan jangka panjang ASEAN,
yaitu “... as a concern of Southeast Asian Nations, outward looking, living in
peace, stability and prosperity, bounded together in partnership in dynamic
development and in a community of caring societies.”140 Hal ini sendiri telah
dinyatakan secara tegas dalam bagian Pendahuluan ASEAN Economic Blueprint
yang menyatakan bahwa pemimpin-pemimpin bangsa ASEAN dalam KTT yang
138
CPF. Luhulima dkk, Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015, 2008, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Hal. 1
diselenggarakan pada bulan Desember 1997 di Kuala Lumpur, telah menyepakati
suatu transformasi terhadap ASEAN untuk menjadi suatu wilayah yang stabil,
sejahtera, dan memiliki daya saing dengan pembangunan ekonomi yang
seimbang, serta menurunkan tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial
ekonomi.”141
Persoalan ideologis memang sudah jauh terdesak ke belakang oleh
tuntutan kerja sama ekonomi, khususnya sektor perdagangan dan investasi yang
saling menguntungkan. Selama beberapa tahun terakhir ASEAN ditantang untuk
mendorong kerja sama yang lebih erat dalam bidang ekonomi dan kebudayaan.142
Melalui tujuan tersebut, maka ASEAN harus menyelesaikan segala
bentuk perseteruan dalam diri ASEAN sendiri maupun diluar Negara-Negara
anggota ASEAN, membuat kawasan ASEAN sebagai kawasan bebas senjata
nuklir dengan zona bebas senjata nuklir melalui perjanjian tentang Zona Bebas
Senjata Nuklir (Treaty on the Southeast Asia Nuclear Weapon Free
Zone-SEANWFZ). Kerja sama ini kemudian dilakukan bersama Negara-Negara yang
mempunyai kepentingan di Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN
Regional Forum (ARF) pada 1994.143
Pada KTT ke-6 ASEAN tahun 1998 di Hanoi, Vietnam, para pemimpin
ASEAN mengesahkan Rencana Aksi Hanoi (Hanoi Plan of Action/HPA) yang
merupakan langkah awal untuk melaksanakan atau merealisasikan tujuan dari
141Introduction on the ASEAN Economic Community Blueprint : 1) The ASEAN Leaders at their Summit in Kuala Lumpur in December 1997 decided to transform ASEAN into a stable, prosperous, and highly competitive region with equitable economic development, and reduced poverty and socio-economic disparities (ASEAN Vision 2020).
87
ASEAN Vision 2020. Para pemimpin ASEAN juga mengeluarkan Statement on
Bold Measures dengan tujuan untuk mengembalikan kepercayaan pelaku usaha,
mempercepat pemulihan ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
setelah krisis ekonomi dan finansial.144
Pada KTT ke-7 ASEAN tanggal 5 November 2001 di Bandar Sri
Begawan, Brunei Darussalam disepakati perlunya dibentuk Roadmap for
Integration of ASEAN (RIA) guna memetakan tonggak penting yang harus dicapai
beserta langkah-langkah spesifik dan jadwal pencapaiannya. Maka oleh Menteri
Ekonomi ASEAN dalam pertemuan ke-34 tanggal 12 September 2002 di Bandar
Sri Begawan, Brunei Darussalam RIA tersebut resmi ditandatangani.145
Pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community) direalisasikan
pada 7 Oktober 2003, melalui Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord
II) yang dihasilkan pada Pertemuan Puncak ASEAN ke-9, di Bali.146 Selain
Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community), para pemimpin
Negara-Negara ASEAN juga memproklamirkan pembentukan Komunitas
Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community), dan Komunitas Sosio-Kultural
ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community).147 Ketiga pilar tersebut saling
mengikat dan memperkuat satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama demi
menjamin perdamaian yang dapat dipertahankan, stabilitas dan kemakmuran yang
terbagi di kawasan Asia Tenggara. Tiga pilar pendukung Komunitas ASEAN ini
144Departemen Perdagangan RI, Menuju ASEAN Economic Community 2015, Departemen Perdagangan, Jakarta, Hal. 5
145Ibid, Hal.6 146
CPF. Luhulima dkk, op.cit, Hal. 5
menjadi paradigma baru yang akan menggerakkan kerja sama ASEAN ke arah
sebuah komunitas dan identitas baru yang lebih mengikat.148
Dalam perkembangan realisasi konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN
selanjutnya, dirumuskan tujuan akhir integrasi ekonomi, yakni mewujudkan
ASEAN Vision 2020 pada Deklarasi Bali Concord II, Oktober 2003. Pencapaian
dilakukan melalui lima pilar, yaitu: aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga
kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas. Berbagai kerja sama ekonomi
dilakukan, khususnya di bidang perdagangan dan investasi, dimulai dari
Preferential Trade Agreement (PTA, 1977), ASEAN Free Trade Area (AFTA,
1992), ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS, 1995), dan ASEAN
Investment Area (AIA, 1998), kemudian dilengkapi dengan perumusan sektor
prioritas integrasi dan kerja sama di bidang moneter lain.149
High Level Task Force (HLTF) on ASEAN Economic Integration yang
dibentuk oleh ASEAN Economic Ministers berfokus dari pada liberalisasi
perdagangan barang dan jasa, serta kemudahan investasi.150 HLTF merumuskan
rekomendasi langkah langkah yang diperlukan guna mencapai MEA.
Rekomendasi yang merupakan langkah inisiatif baru adalah sebagai berikut151 :
1. Mempercepat integrasi 11 sektor prioritas dengan Negara
koordinator, yaitu:
a. Indonesia: produk berbahan kayu dan otomotif;
b. Malaysia: produk berbahan karet, tekstil dan produknya;
148
89
c. Myanmar: produk berbasis pertanian dan perikanan;
d. Filipina: elektronika;
e. Singapura: e-ASEAN dan perawatan kesehatan;
f. Thailand: perjalanan udara dan turis.
2. Pendekatan proses integrasi di sektor prioritas didasarkan pada
memadukan kekuatan individu Negara guna keuntungan kawasan;
memfasilitasi dan mendukung investasi intra-ASEAN;
mempromosikan produk dan jasa “made in ASEAN”;
3. Menyusun roadmap untuk masing-masing sektor dengan
memperhatikan keterlibatan sektor swasta;
4. Menyusun langkah percepatan liberalisasi di perdagangan barang dan
jasa;
5. Memfasilitasi pergerakan terkait dengan bisnis dan pariwisata.
Disamping itu, HLTF juga merekomendasikan langkah-langkah
penguatan institusi seperti memperkuat mekanisme pengambilan keputusan di
forum/unit yang telah dibentuk, seperti AEM (ASEAN Economic Minister) serta
SEOM (Senior Economist Officials Meeting); membentuk sistem yang efektif
(advisory, konsultasi, dan mekanisme adjudicatory) guna menjamin pelaksanaan
komitmen dan mempercepat penyelesaian sengketa; dan meningkatkan kapasitas
Sekretariat ASEAN dalam melakukan studi terkait dengan perdagangan, investasi
dan keuangan.152
Pada KTT ke-10 ASEAN di Vientiane, Laos tahun 2004, konsep
komunitas ASEAN mengalami kemajuan dengan disetujuinya Vientiane Action
Program (VAP). Melalui terbentuknya Vientiane Action Program (VAP), maka
berakhirlah Hanoi Plan of Action (HPA) yang merupakan seri awal realisasi
ASEAN Vision 2020. Sama halnya dengan HPA, VAP juga memiliki jangka
waktu, yaitu dari 2004-2010. High Level Task Force (HLTF) diberikan
kewenangan untuk melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi dalam
mewujudkan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi yang merupakan
program pelaksanaan untuk 6 tahun sekaligus merupakan kelanjutan dari HPA
guna merealisasikan tujuan akhir dari ASEAN Vision 2020 dan Bali Concord II.153 Langkah untuk memperkuat kerangka kerja MEA kembali bergulir di
2006.154 Pada Pertemuan Menteri Perekonomian Bangsa ASEAN (the ASEAN
Economic Ministers Meeting) yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia
pada bulan Agustus 2006, telah dicapai suatu kesepakatan untuk merancang suatu
cetak biru yang tetap dan koheren untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN (ASEAN Economic Community) dengan mengidentifikasi karakteristik
dan elemen Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 yang sejalan dengan Bali
Concord II dengan tujuan yang jelas serta jangka waktu implementasi yang
didasarkan pada berbagai perkiraan seperti pemenuhan kebutuhan seluruh
bangsa-bangsa anggota ASEAN yang fleksibel.155
153Departemen Perdagangan RI, op.cit, Hal. 7 154Ibid
155
Introduction on the ASEAN Economic Community Blueprint : 3) Subsequently, the ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM) held in August 2006 in KualaLumpur, Malaysia,
agreed to develop “a single and coherent blueprint for advancing the AEC byidentifying the
91
Mempertimbangkan keuntungan dan kepentingan ASEAN untuk
menghadapi tantangan daya saing global, diputuskan untuk mempercepat
pembentukan MEA dari 2020 menjadi 2015.156 Hal ini disepakati pada KTT ke-12
ASEAN di Cebu, Filipina pada bulan Januari 2007, dimana para pemimpin
Negara-Negara anggota ASEAN bersepakat untuk memiliki komitmen untuk
mempercepat pembentukan ASEAN Economic Community pada ahun 2015 sesuai
yang telah dicitakan dalam ASEAN Vision 2020 dan ASEAN Concord II. Dengan
kata lain, para Pemimpin sepakat untuk mempercepat pembentukan ASEAN
Economic Community pada tahun 2015 dan mengubah ASEAN menjadi suatu
wilayah dengan pergerakan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan
modal yang bebas.157 Keputusan ini juga menjadi political will para pimpinan
ASEAN ditandai dengan ditandatanganinya ASEAN Charter (Piagam ASEAN)
yang terdiri dari cetak biru dan jadwal strategis pencapaian MEA di Singapura
pada KTT ke-13 ASEAN di Singapura pada 20 November 2007. Dokumen
tersebut berisi komitmen Negara anggota atas keseriusan pencapaian MEA
dimana evaluasi pencapaian MEA akan dilakukan melalui serangkaian indikator
kinerja yang disepakati dan diumumkan ke masyarakat luas.158
targets and timelines for implementation of various measures as well as pre-agreedflexibilities to
accommodate the interests of all ASEAN Member Countries.” 156
Bank Indonesia, loc.cit 157
Introduction on the ASEAN Economic Community Blueprint : 4) At the 12th ASEAN Summit in January 2007, the Leaders affirmed their strong commitment to accelerate the establishment of an ASEAN Community by 2015 as envisioned in the ASEAN Vision 2020 and the ASEAN Concord II, and signed the Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015. In particular, the Leaders agreed to hasten the establishment of the ASEAN Economic Community by 2015 and to transform ASEAN into a region with free movement of goods, services, investment, skilled labour, and free flow of capital.
Secara singkat, perjalanan menuju MEA tersebut disajikan pada skema
sebagai berikut :
Skema 1. Skema Menuju MEA 2015159
D. Struktur ASEAN Economic Community (AEC) 2015
Untuk mewujudkan harapan dan keinginan bersama ASEAN, yakni
hidup damai, aman, stabil, makmur, dan sejahtera, Piagam ASEAN merumuskan
secara detail tujuan dan prinsip ASEAN. Tujuan yang ingin dicapai sejalan
dengan tujuan MEA, yaitu160:
159Ibid, Hal. 4
160Bank Indonesia, op.cit, Hal. 13 1967 ASEAN 1977 Preferential Trading Arrangement (PTA) 1992
ASEAN Free Trade Area (AFTA)
1997
ASEAN Vision 2020
2003
Bali Concord II
2007: KTT ASEAN ke-12: Percepatan MEA 2015
KTT ASEAN ke-13: ASEAN Charter dan
93
1. Menciptakan ASEAN sebagai pasar tunggal dan kesatuan basis
produksi;
2. Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pembangunan di antara
Negara anggota melalui bantuan dan kerja sama yang saling
menguntungkan.
Transformasi mendasar yang dilakukan oleh Piagam ASEAN telah
memberikan legal personality kepada ASEAN. Kini ASEAN sebagai organisasi
kerja sama antarpemerintah memiliki identitas tersendiri terpisah dari identitas
Negara anggota ASEAN. Sejalan dengan transformasi ini, dilakukan pula
penyempurnaan kelembagaan, sehingga ASEAN diharapkan dapat merespons
lebih baik berbagai permasalahan regional dan global yang semakin kompleks di
masa yang akan datang.161
Secara garis besar, struktur kelembagaan dalam ASEAN Economic
Community (AEC) 2015 dapat digambarkan sebagai berikut :
Skema II. Struktur Kelembagaan dalam ASEAN Economic Community162
Catatan:
a. AEC Council : ASEAN Economic Community Council
b. AEM : ASEAN Economic Ministers
c. AFTA Council : ASEAN Free Trade Area Council
d. AIA Council : ASEAN Investment Area Council
e. AMBDC : ASEAN Mekong Basin Development Cooperation
f. AFMM : ASEAN Mekong Finance Minister Meeting
g. AMAF : ASEAN Ministerial Meeting on Agriculture and Forestry
h. AMMST : ASEAN Mnisterial Meeting on Science and Technology
i. TELMIN : ASEAN Telecommunication and IT Minister Meeting
j. AMMIN : ASEAN Ministerial Meeting on Minerals
k. AMEM : ASEAN Ministers of Energy Meeting
l. ATM : ASEAN Transport Ministers Meeting
m. M-ATM : Meeting of Tourism Ministers
95
Badan pengambil keputusan tertinggi di ASEAN adalah ASEAN Summit
Meeting (Konferensi Tingkat Tinggi/KTT), yakni forum yang terdiri dari Kepala
Negara/Pemerintahan Negara anggota. KTT ASEAN diselenggarakan satu tahun
sekali di Negara yang menjadi ketua ASEAN. Masa jabatan Ketua ASEAN
berlaku satu tahun dan dirotasi berdasarkan urutan alfabet.163 Berdasarkan Pasal 7
ASEAN Charter, ASEAN Summit memiliki kewajiban sebagai berikut164 :
1. Be the supreme policy-making body of ASEAN;
2. Deliberate, provide policy guidance and take decisions on key issues
pertaining to the realisation of the objectives of ASEAN, important matters of interest to Member States and all issues referred to it by the ASEAN Coordinating Council, the ASEAN Community Councils and ASEAN Sectoral Ministerial Bodies;
3. Instruct the relevant Ministers in each of the Councils concerned to
hold ad hoc inter-Ministerial meetings, and address important issues concerning ASEAN that cut across the Community Councils. Rules of procedure for such meetings shall be adopted by the ASEAN Coordinating Council;
4. Address emergency situations affecting ASEAN by taking appropriate
actions;
5. Decide on matters referred to it under Chapters VII
and VIII;
6. Authorise the establishment and the dissolution of Sectoral Ministerial
Bodies and other ASEAN institutions; and
7. Appoint the Secretary-General of ASEAN, with the rank and status of
Minister, who will serve with the confidence and at the pleasure of the Heads of State or Government upon the recommendation of the ASEAN Foreign Ministers Meeting.
Dengan kata lain, Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN berkewajiban165 :
1. Sebagai badan pengambil kebijakan tertinggi;
2. Membahas, memberikan arah kebijakan dan mengambil keputusan
atau isu-isu utama yang menyangkut realisasi tujuan-tujuan ASEAN,
hal-hal pokok yang menjadi kepentingan Negara-Negara Anggota, dan
163Ibid
segala isu yang dirujuk kepadanya oleh Dewan Koordinasi ASEAN,
Dewan-Dewan Komunitas ASEAN, dan Badan-Badan Kementerian
Sektoral ASEAN;
3. Menginstruksikan para Menteri yang relevan di tiap-tiap Dewan
terkait untuk menyelenggarakan pertemuan-pertemuan antar-Menteri
yang bersifad ad-hoc dan membahas isu-isu penting ASEAN yang
bersifat lintas Dewan Komunitas. Aturan-aturan pelaksanaan
pertemuan-pertemuan dimaksud diadopsi oleh Dewan Koordinasi
ASEAN;
4. Menangani situasi darurat yang berdampak pada ASEAN dengan
mengambil tindakan-tindakan yang tepat;
5. Memutuskan hal-hal yang dirujuk kepadanya berdasarkan Bab VII
dan VIII (piagam ini);
6. Mengesahkan pembentukan dan pembubaran Badan-Badan
Kementerian Sektoral dan lembaga-lembaga ASEAN lain; dan
7. Mengangkat Sekretaris Jenderal ASEAN, dengan pangkat dan status
setingkat Menteri, yang akan bertugas atas kepercayaan dan
persetujuan para Kepala Negara atau Pemerintahan berdasarkan
rekomendasi Pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN.
KTT ASEAN dibantu oleh ASEAN Coordinating Council yang terdiri
dari menteri luar negeri ASEAN, yang melakukan pertemuan paling sedikit 2
tahun sekali. Badan ini akan mengoordinasikan kebijakan, efisiensi dan kerja
97
yang terdiri dari: (i) ASEAN Political-Security Council; (ii) ASEAN Economic
Community Council; dan (iii) ASEAN Socio-Cultural Community Council.
Perkembangan dan rekomendasi pencapaian Masyarakat ASEAN dilaporkan
kepada KTT ASEAN.166 Adapun fungsi dan tugas ASEAN Coordinating Council
sebagaimana tertuang dalam Piagam ASEAN (ASEAN Charter) adalah sebagai
berikut167 :
1. Menyiapkan pertemuan-pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi
ASEAN;
2. Mengoordinasikan pelaksanaan perjanjian-perjanjian dan
keputusan-keputusan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN;
3. Berkoordinasi dengan Dewan-Dewan Komunitas ASEAN untuk
meningkatkan keterpaduan kebijakan, efisiensi, dan kerja sama antar-
mereka;
4. Mengoordinasikan laporan-laporan Dewan-Dewan Komunitas ASEAN
kepada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN;
5. Mempertimbangkan laporan tahunan Sekretaris Jenderal mengenai
hasil kerja ASEAN;
6. Mempertimbangkan laporan Sekretaris Jenderal mengenai
fungsi-fungsi dan kegiatan-kegiatan Sekretariat ASEAN serta badan-badan
relevan lain;
7. Menyetujui pengangkatan dan pengakhiran para Deputi Sekretaris
Jenderal ASEAN berdasarkan rekomendasi Sekretaris Jenderal; dan
8. Menjalankan tugas-tugas lain yang diatur dalam Piagam ini atau
fungsi-fungsi lainnya seperti yang ditetapkan oleh Konferensi Tingkat
Tinggi ASEAN.
ASEAN Economic Community Council (AEC Council) merupakan dewan
yang mengkoordinasikan semua economic sectoral ministers seperti bidang
perdagangan, keuangan, pertanian dan kehutanan, energi, perhubungan, pariwisata
dan telekomunikasi dan lain-lain. Pertemuan AEC Council berlangsung
sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun yang dirangkaikan dengan pertemuan
ASEAN Summit.168
ASEAN Economic Ministers (AEM) merupakan dewan Menteri yang
mengkoordinasikan negosiasi dan proses implementasi integrasi ekonomi. Para
AEM melakukan pertemuan AEM, AEM Retreat, dan dalam rangkaian ASEAN
Summit. AEM menyampaikan laporannya kepada AEC Council, dan selanjutnya
AEC Council melaporkan semua hasil-hasil implementasi ASEAN Blueprint
kepada ASEAN Summit.169
ASEAN Free Trade Area Council (AFTA Council) adalah dewan menteri
ASEAN yang pada umumnya diwakili oleh Menteri Ekonomi masing-masing
Negara Anggota bertanggung jawab atas proses negosiasi dan implementasi
komitmen di bidang perdagangan barang ASEAN. AFTA Council melakukan
pertemuan tahunan para Menteri Ekonomi ASEAN dalam rangkaian pertemuan
sebelum AEM.170
168Departemen Perdagangan RI, op.cit, Hal. 13 169Ibid, Hal. 15
99
ASEAN Investment Area Council (AIA Council) adalah dewan menteri
ASEAN yang bertanggung jawab atas proses negosiasi dan implementasi
komitmen di bidang investasi ASEAN. Pada umumnya, AIA Council mengadakan
pertemuan tahunan dalam rangkaian dengan pertemuan AEM.171
Senior Economic Official Meeting (SEOM) merupakan pertemuan
ASEAN di tingkat pejabat Eselon 1 yang menangani bidang ekonomi. Pertemuan
diadakan 4 (empat) kali dalam setahun, SEOM 1, 2, 3, dan 4. Dalam 2 (dua)
pertemuan SEOM (1 dan 3), pertemuan fokus pada isu intra ASEAN sedangkan
pada 2 (dua) pertemuan SEOM lainnya (2 dan 4), ASEAN mengundang Negara
Mitra Dialog yaitu China, Jepang, Korea, India, Australia & New Zealand untuk
melakukan konsultasi dengan SEOM ASEAN. SEOM dalam pertemuannya
menerima laporan hasil pertemuan dari dan membahas isu yang masih pending di
tingkat Coordinating Committee/ Working Group.172
Coodinating Commitees / Working Groups merupakan pertemuan teknis
setingkat pejabat Eselon 2 atau Pejabat Eselon 3 di instansi terkait masing-masing
Negara Anggota ASEAN. Pertemuan ini diadakan 4 (empat) kali dalam setahun,
dimana hasil pertemuannya akan dilaporkan kepada SEOM untuk diteruskan
kepada AEM, AEC Council, ASEAN Coordinating Council dan ASEAN
Summit.173
E. Bentuk-Bentuk Kesepakatan yang Diimplementasikan ASEAN Economic Community (AEC) 2015
Dalam situasi persaingan ekonomi yang semakin tajam, ada
kekhawatiran bahwa Asia Tenggara akan tertinggal jauh dari pesatnya
pertumbuhan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan India. Gagasan
membentuk Komunitas Ekonomi ASEAN diharapkan bisa mengalirkan semangat
baru untuk berintegrasi ke dalam dan meningkatkan daya saing kawasan agar
dapat merebut investasi asing.174
Sejalan dengan aspek ekonomi dalam Visi ASEAN 2020, Komunitas
Ekonomi ASEAN diharapkan menjadi suatu pasar tunggal dan basis produksi di
mana arus barang, jasa, investasi, modal, dan pekerja terampil bisa bebas
bergerak.175 Komunitas Ekonomi ASEAN ini juga diharapkan dapat menciptakan
ASEAN sebagai kawasan ekonomi yang kompetitif, berdaya saing tinggi, dan
terintegrasi penuh dalam ekonomi global.176
ASEAN Economic Community Blueprint yang disahkan dalam KTT
ke-13 pada bulan November 2007 di Singapura, terdiri atas empat pilar yang
berhubungan satu sama lain, yakni177 :
1. Pilar pertama yaitu pasar tunggal dan basis produksi (Single Market
and Production Base) yang menekankan terciptanya suatu pasar
tunggal dan basis produksi melalui arus barang, jasa, investasi, tenaga
kerja terampil, dan modal yang bebas. Hal ini ditujukan untuk
174CPF. Luhulima dkk, op.cit, Hal. 109-110 175
Ibid, Hal. 110
176Bank Indonesia, op.cit, Hal. 37
101
liberalisasi pasar yang memberikan kesempatan yang lebih besar
kepada masyarakat ASEAN untuk melakukan perdagangan dan bisnis
didalam lingkup ASEAN dengan biaya yang diminimalisir serta
menjadikan ASEAN sebagai suatu tujuan investasi yang menarik
bagi investor internasional maupun lokal.
2. Pilar kedua yaitu wilayah ekonomi yang kompetitif (Competitive
Economic Region) yang membantu menciptakan lingkungan yang
baik untuk bisnis serta mendukung inovasi-inovasi yang mungkin
terjadi dalam implementasi ASEAN Economic Community ini. Hal ini
dapat dicapat melalui penerapan kerangka dasar, standar dan kerja
sama yang melintasi banyak daerah, seperti sektor pertanian dan
pelayanan keuangan, serta dalam peraturan mengenai persaingan, hak
kekayaan intelektual, dan perlindungan konsumen. AEC juga
mendukung peningkatan keterhubungan transportasi dan jaringan
infrastruktur lainnya; dengan kata lain AEC memfasilitasi
transportasi lintas batas dan berandil dalam mengurangi biaya dalam
melakukan bisnis, selain memberikan masyarakat ASEAN berikut
bisnis-bisnisnya dengan kesempatan yang lebih baik untuk bekerja
sama. Sehingga perkembangan tersebut memberikan peluang untuk
memulai bisnis baru, memperluas basis pasar yang telah ada,
mendorong ketersediaan barang dan jasa dalam wilayah ASEAN
3. Pilar ketiga yaitu pembangunan ekonomi yang adil dan merata
(Equitable Economic Development) berfokus pada tercapainya
pertumbuhan dan pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan.
Hal ini dapat tercapai melalui inisiatif kreatif yang mendorong UKM
untuk berpartisipasi dalam ikatan perdagangan regional maupun
global, serta memfokuskan upaya untuk medorong kapabilitas
Negara-Negara anggota baru ASEAN untuk memastikan integrasi
Negara-Negara tersebut secara efektif kedalam AEC.
4. Pilar keempat yaitu integrasi ke dalam ekonomi global (Integration
into Global Economy) menargetkan integrasi penuh ASEAN kedalam
ekonomi global. Hal ini ditempuh melalui pendekatan yang koheren
terhadap hubungan perekonomian antara Negara-Negara anggota
ASEAN dengan Negara-Negara diluar ASEAN, termasuk melalui
zona perdagangan bebas dan perjanjian kerjasama ekonomi yang
komprehensif, serta peningkatan partisipasi dalam jaringan pasokan
global.
Keempat karakteristik tersebut termuat dalam cetak biru Komunitas
Ekonomi ASEAN yang dihasilkan dari Pertemuan ke-38 ASEAN Economic
Ministers (AEM) di Kuala Lumpur, Malaysia pada Agustus 2006. Cetak biru
KEA itu memiliki sasaran dan kerangka waktu yang jelas dalam
103
sebelumnya guna mengakomodasi kepentingan seluruh Negara anggota
ASEAN.178
Pasar tunggal dan basis produksi ASEAN terdiri atas lima elemen inti,
yaitu179 :
1. Free Flow of Goods (Alur bebas barang);
2. Free Flow of Services (Alur bebas jasa);
3. Free Flow of Investment (Alur bebas investasi);
4. Free Flow of Capital (Alur bebas modal); and
5. Free Flow of Skilled Labour (Alur bebas tenaga terampil).
Disamping itu, pasar tunggal dan basis produksi ASEAN juga terdiri atas
2 komponen yang penting, yakni sektor integrasi prioritas (priority integration
sectors), dan pangan, pertanian dan kehutanan (food, agriculture, and forestry).180
Alur bebas barang merupakan salah satu tujuan penting dalam
implementasi pasar tunggal dan basis produksi ASEAN Economic Community
2015. Suatu pasar tunggal untuk barang (dan jasa) juga akan memfasilitasi
pembangunan jaringan produksi regional dan meningkatkan kapasitas ASEAN
sebagai pusat produksi global atau sebagai bagian dari rantai pasokan global.181
178
Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, ASEAN Selayang Pandang, 2012, Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, Jakarta, Hal. 31
179ASEAN Economic Community Blueprint, Article 9. 180Loc.cit
181ASEAN Economic Community Blueprint, Article 10: Free flow of goods is one of the
principal means by which the aims of a single market and production base can be achieved. A single market for goods (and services) will also facilitate the development of production networks
in the region and enhance ASEAN‟s capacity to serve as a global production centre or as a part of
Adapun yang termasuk dalam jadwal strategis aliran bebas barang dalam skema
ASEAN Economic Community adalah sebagai berikut182 :
1. Penghapusan hambatan tarif. Tarif terhadap semua barang-barang
intra-ASEAN akan dihapuskan sesuai dengan jadwal dan komitmen
yang telah disepakati dalam perjanjian CEPT-AFTA serta
perjanjian/protokol lainnya yang berkaitan.183
2. Penghapusan hambatan non-tarif. Fokus utama ASEAN menuju 2015
akan dipusatkan pada penghapusan hambatan non-tarif (Non-tariff
Barriers) secara penuh.184
3. Rules of Origin (ROO) atau pengaturan asal. Menempatkan ROO
yang responsif terhadap proses produksi global sehingga dapat
memfasilitasi perdagangan dan investasi antara Negara Anggota
ASEAN, menumbuhkan jaringan produksi regional, mendorong
pengembangan UKM dan mempersempit kesenjangan pembangunan,
serta meningkatkan penerapan skema CEPT-AFTA.185
4. Fasilitas perdagangan. Perdagangan dan bea masuk, proses, prosedur,
dan informasi terkait yang mudah, harmonis, dan terstandarisasi
diperkirakan akan menurunkan biaya yang timbul atas transaksi di
182
Bank Indonesia, op.cit, Hal. 105
183ASEAN Economic Community Blueprint, Article 13: Elimination of Tariffs. Tariffs on
all intra-ASEAN goods will be eliminated in accordance with the schedules and commitments set out in the CEPT-AFTA Agreement and other relevant Agreements/Protocols.
184
ASEAN Economic Community Blueprint, Article 14: Elimination of Non-Tariff Barriers. ASEAN has achieved significant progress in tariff liberalisation. The main focus of ASEAN towards 2015 will be placed on the full elimination of nontariff barriers (NTBs).
185ASEAN Economic Community Blueprint, Article 15: Rules of Origin (ROO): Putting
105
ASEAN yang mana akan meningkatkan daya saing ekspor dan
memfasilitasi integrasi ASEAN menjadi sebuah pasar tunggal barang,
jasa, dan investasi dan basis produksi yang tunggal.186
5. Integrasi kepabeanan. Implementasi ASEAN Economic Community
mengadopsi rencana strategis pembangunan bea cukai 2005-2010
(the Strategic Plan of Customs Development) dalam hal integrasi
kepabeanan AEC 2015.187
6. ASEAN Single Window. Implementasi langkah-langkah untuk
menyederhanakan, harmonisasi, dan standarisasi perdagangan dan
kepabeanan, proses, prosedur, dan penerapan teknologi, informasi,
dan komunikasi di semua bidang terkait untuk fasilitas perdagangan
akan menjadi hal yang penting dalam suatu gagasan mutakhir dari
ASEAN Single Window.188
7. Standar dan hambatan teknis perdagangan. Sistem standar, jaminan
yang berkualiatas, akreditasi, dan pengukuran merupakan hal-hal
yang penting untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya
produksi impor/ekspor dalam wilayah ASEAN. Standar, pengaturan
teknis dan prosedur kelayakan akan diselaraskan melalui ASEAN
186
ASEAN Economic Community Blueprint, Article 16: Trade facilitation. Simple, harmonised and standardised trade and customs, processes, procedures and related information flows are expected to reduce transaction costs in ASEAN which will enhance export competitiveness and facilitate the integration of ASEAN into a single market for goods, services and investments and a single production base.
187ASEAN Economic Community Blueprint, Article 17: Customs Integration. In light of
the acceleration of AEC, the realisation of ASEAN Customs Vision 2020 is brought forward to 2015. In particular, the 2005-2010 Strategic Plan of Customs Development
188
Policy Guideline on Standards and Conformance dengan transparansi
yang lebih besar, peningkatan kualitas penilaian kelayakan, dan
partisipasi sektor swasta.189
Aliran bebas sektor jasa merupakan salah satu elemen penting dalam
mewujudkan Komunitas Ekonomi ASEAN, yang didalamnya tidak ada hambatan
bagi para pemasok jasa ASEAN dalam penyediaan jasanya secara lintas Negara di
kawasan ASEAN sesuai dengan pengaturan domestik di setiap Negara anggota
ASEAN. Liberalisasi sektor jasa dirundingkan dalam beberapa negosiasi,
khususnya melalui Komite Koordinator Sektor Jasa (Coordinating Committee on
Services). Perundingan sektor-sektor jasa tertentu seperti jasa keuangan dan
transportasi udara dilaksanakan oleh kementerian terkait. Dalam proses
liberalisasi jasa, tidak diperkenankan adanya penarikan kembali komitmen dan
kebebasan yang telah disepakati oleh seluruh Negara anggota ASEAN.190
Dengan adanya alur bebas jasa, ASEAN juga bekerja keras dalam
menentukan kualifikasi profesional dengan tujuan memfasilitasi pergerakan
jasa-jasa tersebut di lingkup kawasan ASEAN dengan menghilangkan batasan-batasan
189
ASEAN Economic Community Blueprint, Article 19: Standards and Technical Barriers to Trade. Systems of standards, quality assurance, accreditation, and measurement are crucial to promote greater efficiency and enhance cost effectiveness of production of intra-regional imports/exports. Standards, technical regulations and conformity assessment procedures will be harmonised through the implementation of the ASEAN Policy Guideline on Standards and Conformance, with greater transparency, improved quality of conformity assessment and active participation of the private sector.
190
107
dalam perdagangan jasa 5 sektor penting, yakni : transportasi udara, e-ASEAN,
kesehatan, turisme, dan logistik.191
Suatu keadaan investasi bebas dan terbuka merupakan kunci untuk
meningkatkan daya saing ASEAN dalam hal menarik investasi asing langsung
maupun investasi intra-ASEAN. Arus masuk investasi baru dan reinvestasi yang
berkelanjutan akan meningkatkan dan memastikan perkembangan ekonomi
ASEAN yang dinamis.192 Untuk meningkatkan integrasi regional serta
mempertahankan daerah investasi yang memiliki daya saing, maka perlu
diperhatikan hal-hal seperti : perlindungan investasi (investment protection),
fasilitas dan kerja sama (facilitation and cooperation), promosi dan daya tarik
(promotion and awareness), dan liberalisasi (liberalisation).193
Alur modal dalam ASEAN Economic Community (AEC) 2015 yang lebih
bebas pada dasarnya memperhatikan keseimbangan antara pentingnya aliran
modal dan keperluan kebijakan kehati-hatian (safeguard measures) dalam
mengantisipasi kemungkinan terjadi gejolak yang berkaitan dengan lalu lintas
modal tersebut.194 Kebijakan kehati-hatian (safeguard measures) didefinisikan
sebagai suatu tindakan “darurat” sehubungan dengan peningkatan impor produk
191
ASEAN Economic Community Blueprint, Article 21: In facilitating the free flow of services by 2015, ASEAN is also working towards recognition of professional qualifications with a view to facilitate their movement within the region.
192ASEAN Economic Community Blueprint, Article 23: A free and open investment regime is key to enhancing ASEAN‟s competitiveness in attracting foreign direct investment (FDI)
as well as intra-ASEAN investment. Sustained inflows of new investments and reinvestments will promote and ensure dynamic development of ASEAN economies.
tertentu, dimana impor tersebut akan atau telah mengancam cedera serius pada
industri dalam negeri Negara anggota pengimpor.195
Alur bebas tenaga terampil bertujuan untuk memberikan kesempatan
seluas-luasnya bagi para pekerja untuk dapat mengisi lowongan kerja yang
tersedia, keluar dan masuk dari satu wilayah ke wilayah Negara lain tanpa
hambatan yang berarti.196
Sebagai kawasan ekonomi berdaya-saing, implementasi ASEAN
Economic Community (AEC) 2015 akan beragenda pada197 :
1. Pengaturan mengenai persaingan (competition policy), dimana tujuan
utama pengaturan mengenai persaingan ini adalah untuk mendorong
budaya persaingan yang sehat198;
2. Perlindungan konsumen (Consumer Protection). Langkah-langkah
perlindungan konsumen sudah dikembangkan bersama dengan
langkah-langkah ekonomi yang diusulkan untuk mengatasi
permasalahan terkait perlindungan konsumen199;
3. Hak kekayaan intelektual (Intellectual Property Rights). Posisi
Negara anggota ASEAN mayoritas adalah Negara berkembang,
meskipun Singapura memiliki ketertarikan cukup besar dalam
perlindungan kekayaan intelektual pada sektor biomedis dan
195https://www.wto.org/english/tratop_e/safeg_e/safeg_info_e.htm, diakses pada tanggal 11 Maret 2016.
196Ibid, Hal.243 197
Siow Yue Chia, The ASEAN Economic Community: Progress, Challenges, and Prospects, 2013, Asian Development Bank Institute, Tokyo, Hal. 22
198
ASEAN Economic Community Blueprint, Article 41: The main objective of the competition policy is to foster a culture of fair competition...
199ASEAN Economic Community Blueprint, Article 42: ... Consumer protection
109
teknologi mutakhirnya, sedangkan Negara anggota ASEAN lainnya
berfokus pada perlindungan budaya tradisional, obat-obatan, dan
tumbuhan. Pembangunan hak kekayaan intelektual penting untuk
membangun ASEAN sebagai suatu kawasan ekonomi yang inovatif
dan kompetitif200;
4. Pembangunan infrastruktur (Infrastructure Development) yang
mencakup201 :
a. Kerja sama transportasi (transport cooperation);
b. Transportasi darat (land transport);
c. Transportasi air dan udara (maritime and air transport);
d. Infrastruktur informasi (information infrastructure);
e. Kerja sama dalam bidang energi (energy cooperation);
f. Kerja sama dalam bidang pertambangan (mining cooperation);
g. Keuangan dalam proyek infrastruktur (financing of infrastructure
projects)
5. Perpajakan (Taxation) yang beragenda pada penyelesaian jaringan
perjanjian bilateral dalam hal penghindaran pajak berganda diantara
Negara-Negara anggota ASEAN202.
6. Transaksi Elektronik (e-Commerce) yang beragenda pada pembuatan
pengaturan dan infrastruktur yang legal untuk transaksi elektronik
dan memperbolehkan perdagangan barang online dalam cakupan
200Siow Yue Chia, op.cit., Hal. 22 201
ASEAN Economic Community Blueprint, Article 46-Article 57
202ASEAN Economic Community Blueprint, Article 58: Actions: i. Complete the
ASEAN melalui pelaksanaan e-ASEAN Framework Agreement serta
didasarkan pada kerangka kerja yang umum203.
Pembangunan ekonomi yang adil dan merata dalam cetak biru ASEAN
Economic Community (AEC) 2015 hanya berfokus pada 2 (dua) cakupan, yakni
usaha kecil menengah (Small or Medium-sized Enterprise) yang bertujuan untuk
mempersempit kesenjangan pembangunan antara Negara-Negara anggota
ASEAN, dan Initiative for ASEAN Integration (IAI) yang bertujuan untuk
mempersempit kesenjangan pembangunan antara ASEAN6 (Indonesia, Singapore,
Thailand, Brunei Darussalam, Filipina, dan Malaysia) dan CLMV (Kamboja,
Laos, Myanmar, dan Vietnam).204
Dalam hal membuat bisnis di ASEAN agar dapat bersaing secara
internasional, membuat ASEAN sebagai suatu segmen rantai pasokan global yang
dinamis dan kuat serta menjamin pasar dalam kawasan tetap menarik minat
investasi asing, sangat penting bagi ASEAN untuk berintegrasi ke dalam ekonomi
global (Integration into the Global Economy) dengan 2 (dua) aksi, yaitu205 :
1. ASEAN harus mempertahankan “Sentralitas ASEAN” dalam
hubungan ekonomi eksternal, termasuk negosiasi untuk perdagangan
bebas dan perjanjian kerja sama ekonomi komprehensif ;
2. ASEAN juga harus meningkatkan partisipasi dalam jaringan pasokan
global
203ASEAN Economic Community Blueprint, Article 59:To lay the policy and legal
infrastructure for electronic commerce and enable on-line trade in goods (e-commerce) within ASEAN through the implementation of the e-ASEAN Framework Agreement and based on common reference frameworks.
204Siow Yue Chia, op.cit, Hal. 23
BAB IV
PENGATURAN HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL INDONESIA MENGENAI KEBIJAKAN FREE FLOW OF
GOODS DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015 A. Integrasi Perangkat Hukum Negara-Negara ASEAN terhadap
Sektor-Sektor yang Fundamental dalam ASEAN Economic Community (AEC) 2015
Pertemuan ke-39 ASEAN Economic Ministers (AEM) pada tahun 2007
menjadi titik tolak sejarah integrasi Negara-Negara ASEAN dalam bidang
ekonomi, dimana pada pertemuan tersebut disepakati suatu cetak biru pelaksanaan
ASEAN Economic Community 2015 (AEC Blueprint) beserta jadwal strategis yang
mencakup inisiatif-inisiatif baru serta roadmap yang jelas untuk mencapai
pembentukan ASEAN Economic Community pada tahun 2015.
Pada hakikatnya, ASEAN Economic Community ditujukan untuk
memperluas pasar dan meningkatkan kompetensi perdagangan dengan
menghilangkan hambatan-hambatan yang berkaitan dengan ekonomi,
perdagangan, dan industri antar Negara anggota ASEAN dengan
mengintegrasikan berbagai aspek yang terkait dengan perdagangan barang, jasa,
investasi, modal dan tenaga kerja terampil kedalam suatu pasar tunggal dan basis
produksi tunggal.
Namun, integrasi regional juga memiliki potensi risiko. Pertama, dapat
dibayangi oleh “efek pengalihan perdagangan”, yaitu jika penghapusan hambatan
perdagangan di antara Negara-Negara anggota menyebabkan perdagangan lebih
efisien dengan Negara-Negara non-anggota dibandingkan jika dialihkan ke
Negara anggota yang kurang efisien. Kedua, akan menyebabkan “pengalihan efek
investasi” dimana investasi sumber daya yang terbatas dialihkan ke pasar terpadu
dengan skala yang lebih besar. Ketiga, ada kekhawatiran terhadap “efek mangkuk
mie” (“noodle bowl effect”), mengacu pada potensi masalah yang mungkin timbul
sebagai akibat dari kurangnya koherensi antara perbedaan perjanjian yang
tumpang tindih.287
Fokus khusus pada pangan, pertanian dan kehutanan berkaitan dengan
bagaimana mengembangkan sebuah sektor yang dipertimbangkan paling sensitif
oleh anggota ASEAN. Karena hal ini akan diintegrasikan dalam sebuah pasar
tunggal, Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN melihat bagaimana liberalisasi
perdagangan di wilayah ini akan dilaksanakan, dan bagaimana standard-standard
umum dikembangkan. Selain itu, kerja sama dan alih teknologi dengan bantuan
organisasi-organisasi internasional/regional (seperti Food and Agricultural
Organzation/FAO) dan sektor swasta juga menjadi perhatian ASEAN. Hal ini
juga mengundang produsen pertanian melalui promosi dan berjaringan kerja sama
pertanian.288
Selain pasar tunggal, Komunitas Ekonomi ASEAN juga melihat sebuah
kawasan ekonomi dengan semangat kompetisi yang tinggi, pembangunan
ekonomi yang setara, dan integrasi penuh dalam ekonomi global. Pembangunan
287
83
kawasan kompetitif ini akan dilakukan dengan membuat beberapa kebijakan
bersama dan pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan. Untuk itu, ASEAN
akan menyelaraskan kebijakan-kebijakan kompetisi, perlindungan konsumen, hak
kekayaan intelektual, pajak dan e-commerce. ASEAN akan mendirikan sebuah
jaringan transportasi yang terintegrasi (udara, laut, dan darat); mengembangkan
sistem ICT yang dapat dihubungkan dan digunakan oleh semua Negara di
kawasan ini; mencari proyek-proyek untuk jaringan listrik dan pipa gas yang
terintegrasi; mempromosikan sektor penambangan; dan menarik sektor swasta
untuk mendanai upaya-upaya tersebut.289
Berkaitan dengan disepakatinya draft AEC Blueprint, pada pertemuan
ke-39 AEM juga disepakati mengenai Roadmap for ASEAN integration of the
Logistics Services Sector sebagai priotitas ke-12 untuk integrasi ASEAN dan
menandatangani “Protocol to Amend Article 3 of the ASEAN Framework
(Amandment) Agreement for the Integration of the Priority Sectors”. Dengan
demikian, ke-12 Priority sectors dimaksud adalah agro-based products,
air-travel, automotivr, e-ASEAN, electronics, fisheries, healthcare, rubber-based
products, textiles & apparels, tourism, wood-based products, logistics services.290
Oleh sebab itu, penting bagi Negara-Negara anggota ASEAN untuk
memiliki perangkat hukum baik nasional maupun berupa perjanjian bilateral atau
multilateral yang konkret untuk menghadapi ASEAN Economic Community
(AEC) 2015 sebagai suatu tindakan preventif untuk melindungi kepentingan
289 Loc.cit
Negaranya apabila terjadi konflik dalam pelaksanaan ASEAN Economic
Community (AEC) di kemudian hari.291
Professor European University Institute, EUI President ad Interim Marise
Cremona mengatakan potensi Negara di ASEAN dalam menerapkan integrasi
hukum cukup besar. "Salah satu faktornya hampir sebagian besar Negara di
ASEAN seperti Singapura, Indonesia, Malaysia mempunyai isu yang sama yaitu
masalah perubahan iklim, dan masalah ketenagakerjaan,"292
Marise menjelaskan, Negara-Negara di Eropa telah mengintegrasikan
sistem hukum mereka. Jadi ketika mereka menghadapi permasalahan, maka
Negara di Eropa saling membantu. Hal yang sama seharusnya terjadi antar Negara
ASEAN. Dia mengatakan, salah satu keuntungan integrasi sistem hukum adalah
sesama Negara ASEAN bisa membuat nota kesepahaman bersama terkait isu
penting, sehingga Negara ASEAN saling mendukung menciptakan keharmonisan
tidak hanya di sektor hukum, tetapi juga dalam sektor-sektor lain seperti ekonomi
dan perdagangan.293
Dalam kesempatan yang sama, Advokat, Konsultan Hukum dan
Mediator Universitas Pelita Harapan Henry Panggabean menilai ide
mempersatukan sistem hukum sesama Negara ASEAN cukup baik. Menurut dia,
setiap Negara ASEAN mempunyai permasalahan hukum yang berbeda-beda.
Contohnya Indonesia, masalah yang sering terjadi adalah narkoba dan korupsi.
Adapun Thailand masalah terorisme. Jika Negara ASEAN ingin menerapkan
291Diskusi Universitas Pelita Harapan "ASEAN Through Integration Law" di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (29/7), dari http://www.beritasatu.com/hukum/128770-integrasi-hukum-asean-perlu-segera-terealisasi.html, diakses pada tanggal 16 Januari 2016
85
integrasi hukum maka pekerjaan rumah yang pertama kali harus dilakukan adalah
membereskan dahulu masalah di Negara masing-masing atau yang disebut dalam
istilah hukum trend nasional. Jika trend nasional di Negara sudah beres, baru
Pemerintah memikirkan untuk menerapkan integrasi hukum.294
"Indonesia adalah Negara paling besar di ASEAN, permasalahan hukum
di Indonesia juga banyak tapi yang paling besar adalah masalah narkoba dan
korupsi, dua hal itulah yang mesti dibereskan setel