• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Kebijakan Free Flow Of Goods Terhadap Negara-Negara Asia Tenggara (Asean) Dalam Implementasi Asean Economic Community (Aec) 2015 Ditinjau Dari Perspektif Hukum Ekonomi Internasional Dan Nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Kebijakan Free Flow Of Goods Terhadap Negara-Negara Asia Tenggara (Asean) Dalam Implementasi Asean Economic Community (Aec) 2015 Ditinjau Dari Perspektif Hukum Ekonomi Internasional Dan Nasional"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku dan Makalah :

Adolf, Huala. 2005. Hukum Ekonomi Internasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

ASEAN Secretariat. 1995. ASEAN: An Overview. Jakarta: CV. Indah Grafika. Bank Indonesia. 2008. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Cipto, Bambang. 2007. Hubungan Internasional di Asia Tenggara : Teropong terhadap Dinamika, Realitas, dan Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Dam, S dan Riswandi. 1995. Kerja Sama ASEAN: Latar Belakang, Perkembangan, dan Masa Depan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Departemen Perdagangan RI. Menuju ASEAN Economic Community 2015. Jakarta: Departemen Perdagangan RI.

Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional. 2015. Menjadi Juara di MEA 2015. Jakarta: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

Farida, E. 2014. Efektivitas Piagam ASEAN (ASEAN Charter) Bagi ASEAN Sebagai Organisasi Internasional. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI. Semarang: Universitas Diponegoro.

Harlianta. On Track to ASEAN Community 2015. Bandung: Universitas Sangga Buana.

Ibrahim, Johnny. 2005. Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia Publishing.

Kusumaatmadja, M dan E.R. Agoes. 2012. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Alumni.

Luhulima, CPF, dkk. 2008. Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Parthiana, I.W. 2003. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Mandar Maju.

Prabowo, D dan S. Wardoyo. 2004. AFTA: Suatu Pengantar. Yogyakarta: BPFE.

Rasyidin, U dan D. Supriyadi. 2014. Pengantar Hukum Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Sabir, M. 1992. ASEAN: Harapan dan Kenyataan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sefriani. 2010. Hukum Internasional: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. 2010. ASEAN: Selayang Pandang. Jakarta: Kementerian Luar Negeri RI.

Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. 2012. ASEAN: Selayang Pandang. Jakarta: Kementerian Luar Negeri RI.

Siow Yue Chia. 2013. The ASEAN Economic Community: Progress, Challenges, and Prospects. Tokyo: Asian Development Bank Institute.

(2)

Starke, J.G. 2009. Pengantar Hukum Internasional. Jakarta: Sinar Grafika. Subagyo, P.J. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Suherman, A.M. 2003. Organisasi Internasional & Integrasi Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sunggono, Bambang. 1997. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grrafindo Persada.

Suryokusumo, Sumaryo. 1997. Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional. Bandung: Alumni.

The ASEAN Secretariat. 2015. ASEAN Economic Community 2015: Progress and Key Achievements. Jakarta: The ASEAN Secretariat.

Wangke, Humphrey. 2014. Peluang Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Info Singkat Hubungan Internasional Vol. VI No. 10/II/P3DI/Mei/2014. Jakarta: Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI.

Yulianingsih, W dan Moch. Firdaus Sholihin. 2014. Hukum Organisasi Internasional. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Yohanes, Triyana. 2015. Hukum Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.

B. Undang-Undang/Perjanjian Internasional: ASEAN Charter 2007.

ASEAN Economic Community Blueprint.

ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) 1995, tentang Persetujuan dan Kerja Sama dalam Rangka Liberalisasi Perdagangan Jasa ASEAN.

ASEAN Free Trade Area (AFTA) 1992, tentang Pembebasan Hambatan Tarif dan Non-Tarif Bagi Negara-Negara ASEAN

ASEAN Investment Area (AIA) 1998, tentang Persetujuan Kerja Sama dalam Bidang Investasi

ASEAN Preferential Trade Association 1997, tentang Penurunan Bea Masuk Dalam Perdagangan Antar Anggota ASEAN.

ASEAN Trade in Goods Arrangement (ATIGA) 2009, tentang Liberalisasi dan Fasilitasi Perdagangan Barang.

Charter of the Economic Rights and Duties of States 1974.

Declaration of ASEAN Concord II 2003, tentang Persetujuan Pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community)

Declaration on the ASEAN Economic Community Blueprint

General Agreement on Tariff and Trade 1947, tentang Prinsip-Prinsip Pokok Perdagangan Internasional

Indonesia, Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2014, tentang Peningkatan Daya Saing Nasional dalam Rangka Menghadapi MEA.

Indonesia, Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2013, tentang Kebijakan Upah Minimum dalam Rangka Keberlangsungan Usaha dan Peningkatan Kesejahteraan Pekerja

Indonesia, Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2011, tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

(3)

Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2012, tentang Susunan Keanggotaan Sekretariat Nasional ASEAN, Program pembangunan seperti MP3EI, Program Sistem Logistik Nasional (Sislognas),Pembentukan Komite Nasional MEA 2015, Pembentukan UKP4 untuk memonitor langkah pemerintah.

Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2010, tentang Ratifikasi ASEAN Agreement on the Harmonized Electrical and Electronic Equipment Regulatory Regime

Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128/PMK.011/2010, tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor dalam Rangka ATIGA

Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2010, tentang Pengesahan ASEAN Trade in Goods Arrangements (ATIGA)

Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008, tentang Kebijakan Industri Nasional.

Indonesia, Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Prioritas Industri Berbasis Agro Tahun 2010-2014.

Indonesia, Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Prioritas Industri Berbasis Manufaktur Tahun 2010-2014.

Indonesia, Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Prioritas Industri Elektronik Tahun 2010-2014

Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 ,tentang Perdagangan Introduction on the ASEAN Economic Community Blueprint

Piagam ASEAN

C. Internet :

Anonim. 2011. Kuatkan Industri, Pemerintah Buat Policy Paper.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5266278a11557/kuatkan-industri--pemerintah-buat-ipolicy-paper-i, diakses tanggal 26 Januari 2016

Anonim. 2011. Perserikatan Bangsa-Bangsa.

https://id.wikipedia.org/wiki/Perserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses tanggal 14 November 2015

Anonim. 2012. Indonesia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_dan_Perserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses tanggal 14 November 2015

Anonim. 2012. Indonesia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Pengunduran Diri

dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.

https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_dan_Perserikatan_Bangsa-Bangsa#Pengunduran_diri_dari_Perserikatan_Bangsa_Bangsa_.281965-1966.29, diakses pada tanggal 14 November 2015

Anonim. 2012. Organisasi. https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi, diakses pada tanggal 14 November 2015

Anonim. 2013. AFAS. http://stiebanten.blogspot.co.id/2011/06/afas-asean-framework-agreement-on.html, diakses pada tanggal 28 November 2015

Anonim. 2013. Antisipasi Kesiapan Indonesia.

http://antariksa2010.blogspot.co.id/2013/11/antisipasi-kesiapan-indonesia.html, diakses tanggal 29 Januari 2016

(4)

pada tanggal 14 November 2015

Anonim. 2013. Piagam ASEAN.

https://id.wikipedia.org/wiki/Piagam_ASEAN, diakses tanggal 14 November 2015

Anonim. 2014. Industri Otomotif Indonesia.

http://scientiarum.uksw.edu/2014/07/01/industri-otomotif-indonesia-antara-aec-dan-eksistensi-merek-lokal/, diakses pada tanggal 27 Januari 2016

Anonim. 2014. Tujuan ASEAN. http://www.porosilmu.com/2015/09/tujuan-asean-yang-tertuang-dalam-piagam.html, diakses pada tanggal 16 November 2015

Anonim. 2015. Industri Elektronik Indonesia Belum Siap Hadapi MEA. http://www.kemenperin.go.id/artikel/10188/Industri-Elektronik-Indonesia-Belum-Siap-Hadapi-MEA, diakses pada tanggal 26 Januari 2016

Anonim. 2015. Industrialisasi Perikanan.

http://www.antaranews.com/berita/387578/industrialisasi-perikanan-kebijakan-strategis, diakses pada tanggal 26 Januari 2016

Anonim. 2015. Kedudukan ASEAN sebagai Organisasi.

http://www.landasanteori.com/2015/10/kedudukan-asean-sebagai-organisasi.html, diakses tanggal 20 November 2015

Anonim. 2015. Persiapan Indonesia dalam Menghadapi MEA. http://id.stie-

stmy.ac.id/berita-165-persiapan-indonesia-dalam-menghadapi-mea-masyarakat-ekonomi-asean.html, diakses pada tanggal 3 Februari 2016

Anonim. 2015. Politik Luar Negeri pada Era ASEAN Economic Community. https://www.academia.edu/7210491/Politik_Luar_Negeri_pada_Era_Asean_Economic_ Community_AEC_, diakses pada tanggal 18 Januari 2016

Diskusi Panel. 2015. Integrasi ASEAN Melalui Hukum: pemerintahan, manajemen, dan hubungan eksternal ASEAN. http://sp.beritasatu.com/home/integrasi-hukum-perkuat-asean/39276, diakses tanggal 16 Januari 2016

Diskusi Universitas Pelita Harapan di Hotel Aryaduta, Jakarta. 2015. ASEAN Through Integration Law. http://www.beritasatu.com/hukum/128770-integrasi-hukum-asean-perlu-segera-terealisasi.html, diakses pada tanggal 16 Januari 2016

Fitri. 2014. ASEAN Economic Community (AEC) 2015, Peluang dan Tantangan Indonesia. http://m.kompasiana.com/fitri-kompasiana/asean-economic-

community-aec-2015-peluang-dan-tantangan-indonesia-are-you-ready_54f7833ca3331141758b4596.html, diakses pada tanggal 14 November 2015 Hamid Amren. 2015. Menyongson Masyarakat Ekonomi ASEAN.

http://www.kompasiana.com/hamidamren/menyongsong-masyarakat-ekonomi-asean_551b4e87a33311ec21b65eef, diakses pada tanggal 16 Januari 2016

Kementerian Luar Negeri RI. 2014. Kerjasama Ekonomi ASEAN. www.kemlu.go.id/Documents/Kerjasama%20Ekonomi%20ASEAN.doc, diakses pada tanggal 16 Januari 2016

Melia Galok. 2013. Latar Belakang Berdirinya ASEAN dan Sejarah Berdirinya ASEAN. http://sekelebatilmu.blogspot.co.id/2013/07/latar-belakang-berdirinya-asean-dan.html, diakses pada tanggal 18 November 2015

Pebriandini Widjaja. 2012. Perdagangan Bebas.

(5)

Rochimuddin. 2013. Subjek-Subjek Hukum Internasional. http://pkndisma.blogspot.co.id/2013/01/subyek-hukum-internasional.html, diakses pada tanggal 14 November 2015

Rolas Jakson Tampubolon. 2015. Manfaatkan ATIGA Sebelum AFTA. http://www.kompasiana.com/www.rolastampubolon.wordpress.com/manfaatkan-atiga-sebelum-afta-2015_54f84f35a33311f07d8b4577, diakses pada tanggal 16 Januari 2016

(6)

BAB III

IMPLEMENTASI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015 SEBAGAI PENINGKATAN HUBUNGAN ANTAR NEGARA

ASIA TENGGARA

B. Latar dan Tujuan ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Sejak awal pembentukannya, ASEAN secara intensif membuat perjanjian

dan kesepakatan di bidang ekonomi. Pada 24 Februari 1977, ASEAN

menyepakati ASEAN Preferential Trade Association (PTA). Berdasarkan PTA

ini, Negara-Negara anggota ASEAN sepakat untuk memberi

keuntungan-keuntungan perdagangan bagi Negara-Negara anggota ASEAN. Inti dari program

PTA ialah menurunkan bea masuk dalam perdagangan antar-anggota ASEAN di

Manila.125 Namun sistem ini tidak memberikan manfaat banyak untuk

mengembangkan perdagangan di antara Negara-Negara ASEAN. Terhambatnya

ini diakibatkan oleh adanya penggunaan positive list untuk barang-barang yang

tercantum ke dalam skema liberalisasi. Hal ini berbeda dengan negative list di

mana dinyatakan barang-barang apa saja yang tidak termasuk. Sebagai akibatnya,

banyak produk yang tidak dimasukkan.126

KTT ASEAN ke-4 pada tanggal 27-28 Januari 1992 di Singapura telah

menetapkan bahwa kerja sama ASEAN akan ditingkatkan menjadi ASEAN Free

Trade Area (AFTA) dimulai pada 1 Januari 1993. AFTA adalah kawasan

perdagangan bebas ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif maupun hambatan

125Dibyo Prabowo dan Sonia Wardoyo, AFTA: Suatu Pengantar, 2004, BPFE, Yogyakarta, Hal.7

(7)

81

non-tarif bagi Negara-Negara anggota ASEAN. 127 Tujuan strategis AFTA

tersebut diimplementasikan melalui perjanjian ketiga, yaitu the 1992 Agreement

on Common Effective Preferential Tariff Scheme (the CEPT-AFTA Scheme).128

Berdasarkan the CEPT-AFTA Scheme, Negara-Negara anggota diberi

waktu 5 hingga 8 tahun untuk mengurangi tarif terhadap produk-produk yang

ditentukan hingga kurang dari 20%. Juga ditetapkan bahwa negara anggota diberi

tambahan waktu 7 tahun untuk mengurangi tarif hingga 5% atau kurang. Tetapi

perjanjian tidak mengamanatkan pemotongan tarif secara khusus. Meskipun

Negara-Negara anggota didorong untuk mengurangi tingkat tarif tahunannya,

namun mereka bebas untuk membuat rencana individualnya masing-masing untuk

mengurangi bea masuk.129

AFTA mendorong bukan saja perdagangan antar Negara ASEAN tetapi

juga perdagangan dan investasi dari Negara lain. Atas dasar itulah AFTA dapat

dianggap sebagai “open regionalism” yaitu integrasi ekonomi dalam kawasan dan

pada saat yang sama juga menerima baik hubungan perdagangan dan aliran

investasi dari luar kawasan.130 Hal tersebut menjadi salah satu alasan

dipercepatnya pelaksanaan AFTA yang harusnya dilaksanakan dalam jangka

waktu 15 tahun (2008) menjadi hanya 10 tahun (2003).

Pada tahun 1995 ASEAN mulai memasukkan bidang jasa dalam

kesepakatan kerja samanya yang ditandai dengan ditandatanganinya ASEAN

Framework Agreement on Services (AFAS). AFAS dipayungi dengan

127Sjamsumar Dam dan Riswandi, Kerja Sama ASEAN: Latar Belakang, Perkembangan, dan Masa Depan, 1995, Ghalia Indonesia, Jakarta, Hal. 111

128Huala Adolf, op.cit, Hal. 135 129Ibid, Hal. 135-136

(8)

kesepakatan para pemimpin ASEAN yang dituangkan dalam Bangkok Summit

Declaration of 1995, mengenai trade in services yang menegaskan hal-hal sebagai

berikut131:

1. Sepakat untuk melakukan integrasi ekonomi

2. ASEAN akan terus bergerak meningkatkan kerjasama perdagangan

jasa yang lebih terbuka melalui pelaksanaan the ASEAN Framework

Agreement on Services.

3. Anggota ASEAN akan melakukan negosiasi specific commitment on

market access, national treatment dan additional commitments yang

mencakup seluruh modes of supply sektor jasa.

4. Liberalisasi sektor jasa dilakukan secara bertahap sampai tercapai

tingkat liberalisasi yang lebih tinggi.

5. Negara anggota ASEAN diberikan fleksibilitas dalam melakukan

offer.

Perundingan perdagangan jasa dalam AFAS dilakukan dengan mode of

supply yakni: Mode 1 (Cross Border Supply), Mode 2 (Consumption Abroad),

Mode 3 (Commercial Presence), dan Mode 4 (Movement of Individual Service

Providers. Pada intinya perundingan liberalisasi jasa adalah menghilangkan

hambatan-hambatan perdagangan jasa internasional yang berkaitan dengan

pembukaan akses pasar (market access) dan penerapan perlakuan nasional

(national treatment) untuk setiap mode of supply. Dalam AFAS, anggota ASEAN

(9)

83

didorong untuk memberikan tingkat komitmen lebih besar untuk sesama anggota

ASEAN ketimbang komitmen mereka dalam GATS-WTO.132

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ochiai, 2006 menunjukkan bahwa

komitmen liberalisasi baik akses pasar maupun perlakuan nasional atas empat

sektor prioritas jasa, kecuali e-ASEAN, di ASEAN masih sangat rendah, kurang

dari 10 persen dari total subsektor yang ada. Hal ini mengindikasikan bahwa

peranan pemerintah masih cukup besar dalam perdagangan jasa empat sektor jasa

prioritas di ASEAN. Namun hal ini tidak secara otomatis dapat diartikan sebagai

rendahnya tingkat integrasi perdagangan jasa di ASEAN. Walaupun sebuah sektor

atau subsektor jasa belum dinyatakan terbuka untuk penyedia jasa asing, tapi

secara de facto proses liberalisasi telah terjadi karena adanya kebutuhan dari

masyarakat ASEAN atas peningkatan jumlah dan kualitas pelayanan jasa prioritas

seiring dengan kemajuan perekonomian Negara-Negara ASEAN.133

The Framework on the ASEAN Investment Area (AIA) yang

ditandatangani pada 7 Oktober 1998 merupakan inisiatif investasi yang bertujuan

mewujudkan ASEAN sebagai kawasan investasi yang menarik, kompetitif,

terbuka, dan bebas dalam rangka menarik dan meningkatkan arus penanaman

modal asing baik dari luar maupun dalam kawasan secara berkesinambungan.

Perjanjian ini mengikat Negara anggota untuk secara progresif mengurangi atau

menghapus peraturan, kebijakan dan kondisi yang dapat menghambat arus

132Bank Indonesia, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015: Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global, 2008, Elex Media Komputindo, Jakarta, Hal. 128-129

(10)

investasi masuk dan memastikan pelaksanaan proyek penanaman modal asing di

ASEAN dicapai dalam kurun waktu yang telah disepakati.134

Sebelum AIA, ASEAN telah memiliki Promotion and Protection of

Investment Agreement atau Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan

Investasi (PAPPI) yang ditandatangani 1987 dalam rangka mempercepat proses

industrialisasi yang terjadi di kawasan yang antara lain dilakukan melalui promosi

dan perlindungan investor. Kedua perjanjian ini (AIA dan PAPPI) beserta seluruh

amandemennya akan ditinjau kembali dan dijadikan satu perjanjian investasi yang

komprehensif, meliputi kerja sama, fasilitasi, promosi, liberalisasi dan

perlindungan investasi menjadi ASEAN Comprehensive Investment Agreement

(ACIA).135

Melanjutkan agreement-agreement yang telah disebutkan diatas,

implementasi ASEAN Economic Community 2015 bertujuan untuk mengubah

ASEAN menjadi suatu wilayah yang memiliki pergerakan barang, jasa, investasi,

tenaga kerja terampil, dan modal yang bebas.136 Hal ini serta merta dapat

mengintegrasikan kelima sektor tersebut secara sinkron demi tercapainya

dinamisme ekonomi yang lebih tinggi, kesejahteraan yang berkelanjutan,

pertumbuhan dan pembangunan ASEAN yang inklusif dan terintegrasi.137

134

Ibid, Hal. 179 135Ibid, Hal. 180-181

136Introduction on the ASEAN Economic Community Blueprint : (4) ... to transform

ASEAN into a region with free movement of goods, services, investment, skilled labour, and freer flow of capital.

(11)

85

C. Tahapan Pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Reputasi ASEAN yang dicapai selama 40 tahun adalah sebagai modal

dasar dan kuat dalam menghadapi tantangan kerja sama di masa mendatang.

Terlepas dari segala kekurangannya, ASEAN yang dibentuk 8 Agustus 1967

melalui Deklarasi Bangkok telah memperlihatkan peran penting dalam menjamin

stabilitas kawasan.138

Di awal pembentukannya pada 1967, ASEAN lebih ditujukan pada kerja

sama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan di

kawasan Asia Tenggara. Dimulai dari lima Negara pendiri, yaitu Filipina,

Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, kini ASEAN terdiri dari sepuluh

Negara yang bergabung kemudian, yaitu Brunei Darussalam (1984), Vietnam

(1995), Myanmar dan Laos (1997), dan Kamboja (1999).139

Dengan berjalannya waktu dan dalam rangka menghadapi berbagai

tantangan kerja sama regional, termasuk krisis ekonomi di 1997, para pimpinan

Negara ASEAN kembali memformulasikan “ASEAN Vision 2020” di Kuala

Lumpur pada 15 Desember 1997 yang menjadi tujuan jangka panjang ASEAN,

yaitu “... as a concern of Southeast Asian Nations, outward looking, living in

peace, stability and prosperity, bounded together in partnership in dynamic

development and in a community of caring societies.”140 Hal ini sendiri telah

dinyatakan secara tegas dalam bagian Pendahuluan ASEAN Economic Blueprint

yang menyatakan bahwa pemimpin-pemimpin bangsa ASEAN dalam KTT yang

138

CPF. Luhulima dkk, Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015, 2008, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Hal. 1

(12)

diselenggarakan pada bulan Desember 1997 di Kuala Lumpur, telah menyepakati

suatu transformasi terhadap ASEAN untuk menjadi suatu wilayah yang stabil,

sejahtera, dan memiliki daya saing dengan pembangunan ekonomi yang

seimbang, serta menurunkan tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial

ekonomi.”141

Persoalan ideologis memang sudah jauh terdesak ke belakang oleh

tuntutan kerja sama ekonomi, khususnya sektor perdagangan dan investasi yang

saling menguntungkan. Selama beberapa tahun terakhir ASEAN ditantang untuk

mendorong kerja sama yang lebih erat dalam bidang ekonomi dan kebudayaan.142

Melalui tujuan tersebut, maka ASEAN harus menyelesaikan segala

bentuk perseteruan dalam diri ASEAN sendiri maupun diluar Negara-Negara

anggota ASEAN, membuat kawasan ASEAN sebagai kawasan bebas senjata

nuklir dengan zona bebas senjata nuklir melalui perjanjian tentang Zona Bebas

Senjata Nuklir (Treaty on the Southeast Asia Nuclear Weapon Free

Zone-SEANWFZ). Kerja sama ini kemudian dilakukan bersama Negara-Negara yang

mempunyai kepentingan di Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN

Regional Forum (ARF) pada 1994.143

Pada KTT ke-6 ASEAN tahun 1998 di Hanoi, Vietnam, para pemimpin

ASEAN mengesahkan Rencana Aksi Hanoi (Hanoi Plan of Action/HPA) yang

merupakan langkah awal untuk melaksanakan atau merealisasikan tujuan dari

141Introduction on the ASEAN Economic Community Blueprint : 1) The ASEAN Leaders at their Summit in Kuala Lumpur in December 1997 decided to transform ASEAN into a stable, prosperous, and highly competitive region with equitable economic development, and reduced poverty and socio-economic disparities (ASEAN Vision 2020).

(13)

87

ASEAN Vision 2020. Para pemimpin ASEAN juga mengeluarkan Statement on

Bold Measures dengan tujuan untuk mengembalikan kepercayaan pelaku usaha,

mempercepat pemulihan ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

setelah krisis ekonomi dan finansial.144

Pada KTT ke-7 ASEAN tanggal 5 November 2001 di Bandar Sri

Begawan, Brunei Darussalam disepakati perlunya dibentuk Roadmap for

Integration of ASEAN (RIA) guna memetakan tonggak penting yang harus dicapai

beserta langkah-langkah spesifik dan jadwal pencapaiannya. Maka oleh Menteri

Ekonomi ASEAN dalam pertemuan ke-34 tanggal 12 September 2002 di Bandar

Sri Begawan, Brunei Darussalam RIA tersebut resmi ditandatangani.145

Pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community) direalisasikan

pada 7 Oktober 2003, melalui Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord

II) yang dihasilkan pada Pertemuan Puncak ASEAN ke-9, di Bali.146 Selain

Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community), para pemimpin

Negara-Negara ASEAN juga memproklamirkan pembentukan Komunitas

Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community), dan Komunitas Sosio-Kultural

ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community).147 Ketiga pilar tersebut saling

mengikat dan memperkuat satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama demi

menjamin perdamaian yang dapat dipertahankan, stabilitas dan kemakmuran yang

terbagi di kawasan Asia Tenggara. Tiga pilar pendukung Komunitas ASEAN ini

144Departemen Perdagangan RI, Menuju ASEAN Economic Community 2015, Departemen Perdagangan, Jakarta, Hal. 5

145Ibid, Hal.6 146

CPF. Luhulima dkk, op.cit, Hal. 5

(14)

menjadi paradigma baru yang akan menggerakkan kerja sama ASEAN ke arah

sebuah komunitas dan identitas baru yang lebih mengikat.148

Dalam perkembangan realisasi konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN

selanjutnya, dirumuskan tujuan akhir integrasi ekonomi, yakni mewujudkan

ASEAN Vision 2020 pada Deklarasi Bali Concord II, Oktober 2003. Pencapaian

dilakukan melalui lima pilar, yaitu: aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga

kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas. Berbagai kerja sama ekonomi

dilakukan, khususnya di bidang perdagangan dan investasi, dimulai dari

Preferential Trade Agreement (PTA, 1977), ASEAN Free Trade Area (AFTA,

1992), ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS, 1995), dan ASEAN

Investment Area (AIA, 1998), kemudian dilengkapi dengan perumusan sektor

prioritas integrasi dan kerja sama di bidang moneter lain.149

High Level Task Force (HLTF) on ASEAN Economic Integration yang

dibentuk oleh ASEAN Economic Ministers berfokus dari pada liberalisasi

perdagangan barang dan jasa, serta kemudahan investasi.150 HLTF merumuskan

rekomendasi langkah langkah yang diperlukan guna mencapai MEA.

Rekomendasi yang merupakan langkah inisiatif baru adalah sebagai berikut151 :

1. Mempercepat integrasi 11 sektor prioritas dengan Negara

koordinator, yaitu:

a. Indonesia: produk berbahan kayu dan otomotif;

b. Malaysia: produk berbahan karet, tekstil dan produknya;

148

(15)

89

c. Myanmar: produk berbasis pertanian dan perikanan;

d. Filipina: elektronika;

e. Singapura: e-ASEAN dan perawatan kesehatan;

f. Thailand: perjalanan udara dan turis.

2. Pendekatan proses integrasi di sektor prioritas didasarkan pada

memadukan kekuatan individu Negara guna keuntungan kawasan;

memfasilitasi dan mendukung investasi intra-ASEAN;

mempromosikan produk dan jasa “made in ASEAN”;

3. Menyusun roadmap untuk masing-masing sektor dengan

memperhatikan keterlibatan sektor swasta;

4. Menyusun langkah percepatan liberalisasi di perdagangan barang dan

jasa;

5. Memfasilitasi pergerakan terkait dengan bisnis dan pariwisata.

Disamping itu, HLTF juga merekomendasikan langkah-langkah

penguatan institusi seperti memperkuat mekanisme pengambilan keputusan di

forum/unit yang telah dibentuk, seperti AEM (ASEAN Economic Minister) serta

SEOM (Senior Economist Officials Meeting); membentuk sistem yang efektif

(advisory, konsultasi, dan mekanisme adjudicatory) guna menjamin pelaksanaan

komitmen dan mempercepat penyelesaian sengketa; dan meningkatkan kapasitas

Sekretariat ASEAN dalam melakukan studi terkait dengan perdagangan, investasi

dan keuangan.152

(16)

Pada KTT ke-10 ASEAN di Vientiane, Laos tahun 2004, konsep

komunitas ASEAN mengalami kemajuan dengan disetujuinya Vientiane Action

Program (VAP). Melalui terbentuknya Vientiane Action Program (VAP), maka

berakhirlah Hanoi Plan of Action (HPA) yang merupakan seri awal realisasi

ASEAN Vision 2020. Sama halnya dengan HPA, VAP juga memiliki jangka

waktu, yaitu dari 2004-2010. High Level Task Force (HLTF) diberikan

kewenangan untuk melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi dalam

mewujudkan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi yang merupakan

program pelaksanaan untuk 6 tahun sekaligus merupakan kelanjutan dari HPA

guna merealisasikan tujuan akhir dari ASEAN Vision 2020 dan Bali Concord II.153 Langkah untuk memperkuat kerangka kerja MEA kembali bergulir di

2006.154 Pada Pertemuan Menteri Perekonomian Bangsa ASEAN (the ASEAN

Economic Ministers Meeting) yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia

pada bulan Agustus 2006, telah dicapai suatu kesepakatan untuk merancang suatu

cetak biru yang tetap dan koheren untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi

ASEAN (ASEAN Economic Community) dengan mengidentifikasi karakteristik

dan elemen Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 yang sejalan dengan Bali

Concord II dengan tujuan yang jelas serta jangka waktu implementasi yang

didasarkan pada berbagai perkiraan seperti pemenuhan kebutuhan seluruh

bangsa-bangsa anggota ASEAN yang fleksibel.155

153Departemen Perdagangan RI, op.cit, Hal. 7 154Ibid

155

Introduction on the ASEAN Economic Community Blueprint : 3) Subsequently, the ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM) held in August 2006 in KualaLumpur, Malaysia,

agreed to develop “a single and coherent blueprint for advancing the AEC byidentifying the

(17)

91

Mempertimbangkan keuntungan dan kepentingan ASEAN untuk

menghadapi tantangan daya saing global, diputuskan untuk mempercepat

pembentukan MEA dari 2020 menjadi 2015.156 Hal ini disepakati pada KTT ke-12

ASEAN di Cebu, Filipina pada bulan Januari 2007, dimana para pemimpin

Negara-Negara anggota ASEAN bersepakat untuk memiliki komitmen untuk

mempercepat pembentukan ASEAN Economic Community pada ahun 2015 sesuai

yang telah dicitakan dalam ASEAN Vision 2020 dan ASEAN Concord II. Dengan

kata lain, para Pemimpin sepakat untuk mempercepat pembentukan ASEAN

Economic Community pada tahun 2015 dan mengubah ASEAN menjadi suatu

wilayah dengan pergerakan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan

modal yang bebas.157 Keputusan ini juga menjadi political will para pimpinan

ASEAN ditandai dengan ditandatanganinya ASEAN Charter (Piagam ASEAN)

yang terdiri dari cetak biru dan jadwal strategis pencapaian MEA di Singapura

pada KTT ke-13 ASEAN di Singapura pada 20 November 2007. Dokumen

tersebut berisi komitmen Negara anggota atas keseriusan pencapaian MEA

dimana evaluasi pencapaian MEA akan dilakukan melalui serangkaian indikator

kinerja yang disepakati dan diumumkan ke masyarakat luas.158

targets and timelines for implementation of various measures as well as pre-agreedflexibilities to

accommodate the interests of all ASEAN Member Countries.” 156

Bank Indonesia, loc.cit 157

Introduction on the ASEAN Economic Community Blueprint : 4) At the 12th ASEAN Summit in January 2007, the Leaders affirmed their strong commitment to accelerate the establishment of an ASEAN Community by 2015 as envisioned in the ASEAN Vision 2020 and the ASEAN Concord II, and signed the Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015. In particular, the Leaders agreed to hasten the establishment of the ASEAN Economic Community by 2015 and to transform ASEAN into a region with free movement of goods, services, investment, skilled labour, and free flow of capital.

(18)

Secara singkat, perjalanan menuju MEA tersebut disajikan pada skema

sebagai berikut :

Skema 1. Skema Menuju MEA 2015159

D. Struktur ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Untuk mewujudkan harapan dan keinginan bersama ASEAN, yakni

hidup damai, aman, stabil, makmur, dan sejahtera, Piagam ASEAN merumuskan

secara detail tujuan dan prinsip ASEAN. Tujuan yang ingin dicapai sejalan

dengan tujuan MEA, yaitu160:

159Ibid, Hal. 4

160Bank Indonesia, op.cit, Hal. 13 1967 ASEAN 1977 Preferential Trading Arrangement (PTA) 1992

ASEAN Free Trade Area (AFTA)

1997

ASEAN Vision 2020

2003

Bali Concord II

2007: KTT ASEAN ke-12: Percepatan MEA 2015

KTT ASEAN ke-13: ASEAN Charter dan

(19)

93

1. Menciptakan ASEAN sebagai pasar tunggal dan kesatuan basis

produksi;

2. Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pembangunan di antara

Negara anggota melalui bantuan dan kerja sama yang saling

menguntungkan.

Transformasi mendasar yang dilakukan oleh Piagam ASEAN telah

memberikan legal personality kepada ASEAN. Kini ASEAN sebagai organisasi

kerja sama antarpemerintah memiliki identitas tersendiri terpisah dari identitas

Negara anggota ASEAN. Sejalan dengan transformasi ini, dilakukan pula

penyempurnaan kelembagaan, sehingga ASEAN diharapkan dapat merespons

lebih baik berbagai permasalahan regional dan global yang semakin kompleks di

masa yang akan datang.161

Secara garis besar, struktur kelembagaan dalam ASEAN Economic

Community (AEC) 2015 dapat digambarkan sebagai berikut :

(20)

Skema II. Struktur Kelembagaan dalam ASEAN Economic Community162

Catatan:

a. AEC Council : ASEAN Economic Community Council

b. AEM : ASEAN Economic Ministers

c. AFTA Council : ASEAN Free Trade Area Council

d. AIA Council : ASEAN Investment Area Council

e. AMBDC : ASEAN Mekong Basin Development Cooperation

f. AFMM : ASEAN Mekong Finance Minister Meeting

g. AMAF : ASEAN Ministerial Meeting on Agriculture and Forestry

h. AMMST : ASEAN Mnisterial Meeting on Science and Technology

i. TELMIN : ASEAN Telecommunication and IT Minister Meeting

j. AMMIN : ASEAN Ministerial Meeting on Minerals

k. AMEM : ASEAN Ministers of Energy Meeting

l. ATM : ASEAN Transport Ministers Meeting

m. M-ATM : Meeting of Tourism Ministers

(21)

95

Badan pengambil keputusan tertinggi di ASEAN adalah ASEAN Summit

Meeting (Konferensi Tingkat Tinggi/KTT), yakni forum yang terdiri dari Kepala

Negara/Pemerintahan Negara anggota. KTT ASEAN diselenggarakan satu tahun

sekali di Negara yang menjadi ketua ASEAN. Masa jabatan Ketua ASEAN

berlaku satu tahun dan dirotasi berdasarkan urutan alfabet.163 Berdasarkan Pasal 7

ASEAN Charter, ASEAN Summit memiliki kewajiban sebagai berikut164 :

1. Be the supreme policy-making body of ASEAN;

2. Deliberate, provide policy guidance and take decisions on key issues

pertaining to the realisation of the objectives of ASEAN, important matters of interest to Member States and all issues referred to it by the ASEAN Coordinating Council, the ASEAN Community Councils and ASEAN Sectoral Ministerial Bodies;

3. Instruct the relevant Ministers in each of the Councils concerned to

hold ad hoc inter-Ministerial meetings, and address important issues concerning ASEAN that cut across the Community Councils. Rules of procedure for such meetings shall be adopted by the ASEAN Coordinating Council;

4. Address emergency situations affecting ASEAN by taking appropriate

actions;

5. Decide on matters referred to it under Chapters VII

and VIII;

6. Authorise the establishment and the dissolution of Sectoral Ministerial

Bodies and other ASEAN institutions; and

7. Appoint the Secretary-General of ASEAN, with the rank and status of

Minister, who will serve with the confidence and at the pleasure of the Heads of State or Government upon the recommendation of the ASEAN Foreign Ministers Meeting.

Dengan kata lain, Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN berkewajiban165 :

1. Sebagai badan pengambil kebijakan tertinggi;

2. Membahas, memberikan arah kebijakan dan mengambil keputusan

atau isu-isu utama yang menyangkut realisasi tujuan-tujuan ASEAN,

hal-hal pokok yang menjadi kepentingan Negara-Negara Anggota, dan

163Ibid

(22)

segala isu yang dirujuk kepadanya oleh Dewan Koordinasi ASEAN,

Dewan-Dewan Komunitas ASEAN, dan Badan-Badan Kementerian

Sektoral ASEAN;

3. Menginstruksikan para Menteri yang relevan di tiap-tiap Dewan

terkait untuk menyelenggarakan pertemuan-pertemuan antar-Menteri

yang bersifad ad-hoc dan membahas isu-isu penting ASEAN yang

bersifat lintas Dewan Komunitas. Aturan-aturan pelaksanaan

pertemuan-pertemuan dimaksud diadopsi oleh Dewan Koordinasi

ASEAN;

4. Menangani situasi darurat yang berdampak pada ASEAN dengan

mengambil tindakan-tindakan yang tepat;

5. Memutuskan hal-hal yang dirujuk kepadanya berdasarkan Bab VII

dan VIII (piagam ini);

6. Mengesahkan pembentukan dan pembubaran Badan-Badan

Kementerian Sektoral dan lembaga-lembaga ASEAN lain; dan

7. Mengangkat Sekretaris Jenderal ASEAN, dengan pangkat dan status

setingkat Menteri, yang akan bertugas atas kepercayaan dan

persetujuan para Kepala Negara atau Pemerintahan berdasarkan

rekomendasi Pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN.

KTT ASEAN dibantu oleh ASEAN Coordinating Council yang terdiri

dari menteri luar negeri ASEAN, yang melakukan pertemuan paling sedikit 2

tahun sekali. Badan ini akan mengoordinasikan kebijakan, efisiensi dan kerja

(23)

97

yang terdiri dari: (i) ASEAN Political-Security Council; (ii) ASEAN Economic

Community Council; dan (iii) ASEAN Socio-Cultural Community Council.

Perkembangan dan rekomendasi pencapaian Masyarakat ASEAN dilaporkan

kepada KTT ASEAN.166 Adapun fungsi dan tugas ASEAN Coordinating Council

sebagaimana tertuang dalam Piagam ASEAN (ASEAN Charter) adalah sebagai

berikut167 :

1. Menyiapkan pertemuan-pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi

ASEAN;

2. Mengoordinasikan pelaksanaan perjanjian-perjanjian dan

keputusan-keputusan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN;

3. Berkoordinasi dengan Dewan-Dewan Komunitas ASEAN untuk

meningkatkan keterpaduan kebijakan, efisiensi, dan kerja sama antar-

mereka;

4. Mengoordinasikan laporan-laporan Dewan-Dewan Komunitas ASEAN

kepada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN;

5. Mempertimbangkan laporan tahunan Sekretaris Jenderal mengenai

hasil kerja ASEAN;

6. Mempertimbangkan laporan Sekretaris Jenderal mengenai

fungsi-fungsi dan kegiatan-kegiatan Sekretariat ASEAN serta badan-badan

relevan lain;

7. Menyetujui pengangkatan dan pengakhiran para Deputi Sekretaris

Jenderal ASEAN berdasarkan rekomendasi Sekretaris Jenderal; dan

(24)

8. Menjalankan tugas-tugas lain yang diatur dalam Piagam ini atau

fungsi-fungsi lainnya seperti yang ditetapkan oleh Konferensi Tingkat

Tinggi ASEAN.

ASEAN Economic Community Council (AEC Council) merupakan dewan

yang mengkoordinasikan semua economic sectoral ministers seperti bidang

perdagangan, keuangan, pertanian dan kehutanan, energi, perhubungan, pariwisata

dan telekomunikasi dan lain-lain. Pertemuan AEC Council berlangsung

sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun yang dirangkaikan dengan pertemuan

ASEAN Summit.168

ASEAN Economic Ministers (AEM) merupakan dewan Menteri yang

mengkoordinasikan negosiasi dan proses implementasi integrasi ekonomi. Para

AEM melakukan pertemuan AEM, AEM Retreat, dan dalam rangkaian ASEAN

Summit. AEM menyampaikan laporannya kepada AEC Council, dan selanjutnya

AEC Council melaporkan semua hasil-hasil implementasi ASEAN Blueprint

kepada ASEAN Summit.169

ASEAN Free Trade Area Council (AFTA Council) adalah dewan menteri

ASEAN yang pada umumnya diwakili oleh Menteri Ekonomi masing-masing

Negara Anggota bertanggung jawab atas proses negosiasi dan implementasi

komitmen di bidang perdagangan barang ASEAN. AFTA Council melakukan

pertemuan tahunan para Menteri Ekonomi ASEAN dalam rangkaian pertemuan

sebelum AEM.170

168Departemen Perdagangan RI, op.cit, Hal. 13 169Ibid, Hal. 15

(25)

99

ASEAN Investment Area Council (AIA Council) adalah dewan menteri

ASEAN yang bertanggung jawab atas proses negosiasi dan implementasi

komitmen di bidang investasi ASEAN. Pada umumnya, AIA Council mengadakan

pertemuan tahunan dalam rangkaian dengan pertemuan AEM.171

Senior Economic Official Meeting (SEOM) merupakan pertemuan

ASEAN di tingkat pejabat Eselon 1 yang menangani bidang ekonomi. Pertemuan

diadakan 4 (empat) kali dalam setahun, SEOM 1, 2, 3, dan 4. Dalam 2 (dua)

pertemuan SEOM (1 dan 3), pertemuan fokus pada isu intra ASEAN sedangkan

pada 2 (dua) pertemuan SEOM lainnya (2 dan 4), ASEAN mengundang Negara

Mitra Dialog yaitu China, Jepang, Korea, India, Australia & New Zealand untuk

melakukan konsultasi dengan SEOM ASEAN. SEOM dalam pertemuannya

menerima laporan hasil pertemuan dari dan membahas isu yang masih pending di

tingkat Coordinating Committee/ Working Group.172

Coodinating Commitees / Working Groups merupakan pertemuan teknis

setingkat pejabat Eselon 2 atau Pejabat Eselon 3 di instansi terkait masing-masing

Negara Anggota ASEAN. Pertemuan ini diadakan 4 (empat) kali dalam setahun,

dimana hasil pertemuannya akan dilaporkan kepada SEOM untuk diteruskan

kepada AEM, AEC Council, ASEAN Coordinating Council dan ASEAN

Summit.173

(26)

E. Bentuk-Bentuk Kesepakatan yang Diimplementasikan ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Dalam situasi persaingan ekonomi yang semakin tajam, ada

kekhawatiran bahwa Asia Tenggara akan tertinggal jauh dari pesatnya

pertumbuhan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan India. Gagasan

membentuk Komunitas Ekonomi ASEAN diharapkan bisa mengalirkan semangat

baru untuk berintegrasi ke dalam dan meningkatkan daya saing kawasan agar

dapat merebut investasi asing.174

Sejalan dengan aspek ekonomi dalam Visi ASEAN 2020, Komunitas

Ekonomi ASEAN diharapkan menjadi suatu pasar tunggal dan basis produksi di

mana arus barang, jasa, investasi, modal, dan pekerja terampil bisa bebas

bergerak.175 Komunitas Ekonomi ASEAN ini juga diharapkan dapat menciptakan

ASEAN sebagai kawasan ekonomi yang kompetitif, berdaya saing tinggi, dan

terintegrasi penuh dalam ekonomi global.176

ASEAN Economic Community Blueprint yang disahkan dalam KTT

ke-13 pada bulan November 2007 di Singapura, terdiri atas empat pilar yang

berhubungan satu sama lain, yakni177 :

1. Pilar pertama yaitu pasar tunggal dan basis produksi (Single Market

and Production Base) yang menekankan terciptanya suatu pasar

tunggal dan basis produksi melalui arus barang, jasa, investasi, tenaga

kerja terampil, dan modal yang bebas. Hal ini ditujukan untuk

174CPF. Luhulima dkk, op.cit, Hal. 109-110 175

Ibid, Hal. 110

176Bank Indonesia, op.cit, Hal. 37

(27)

101

liberalisasi pasar yang memberikan kesempatan yang lebih besar

kepada masyarakat ASEAN untuk melakukan perdagangan dan bisnis

didalam lingkup ASEAN dengan biaya yang diminimalisir serta

menjadikan ASEAN sebagai suatu tujuan investasi yang menarik

bagi investor internasional maupun lokal.

2. Pilar kedua yaitu wilayah ekonomi yang kompetitif (Competitive

Economic Region) yang membantu menciptakan lingkungan yang

baik untuk bisnis serta mendukung inovasi-inovasi yang mungkin

terjadi dalam implementasi ASEAN Economic Community ini. Hal ini

dapat dicapat melalui penerapan kerangka dasar, standar dan kerja

sama yang melintasi banyak daerah, seperti sektor pertanian dan

pelayanan keuangan, serta dalam peraturan mengenai persaingan, hak

kekayaan intelektual, dan perlindungan konsumen. AEC juga

mendukung peningkatan keterhubungan transportasi dan jaringan

infrastruktur lainnya; dengan kata lain AEC memfasilitasi

transportasi lintas batas dan berandil dalam mengurangi biaya dalam

melakukan bisnis, selain memberikan masyarakat ASEAN berikut

bisnis-bisnisnya dengan kesempatan yang lebih baik untuk bekerja

sama. Sehingga perkembangan tersebut memberikan peluang untuk

memulai bisnis baru, memperluas basis pasar yang telah ada,

mendorong ketersediaan barang dan jasa dalam wilayah ASEAN

(28)

3. Pilar ketiga yaitu pembangunan ekonomi yang adil dan merata

(Equitable Economic Development) berfokus pada tercapainya

pertumbuhan dan pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan.

Hal ini dapat tercapai melalui inisiatif kreatif yang mendorong UKM

untuk berpartisipasi dalam ikatan perdagangan regional maupun

global, serta memfokuskan upaya untuk medorong kapabilitas

Negara-Negara anggota baru ASEAN untuk memastikan integrasi

Negara-Negara tersebut secara efektif kedalam AEC.

4. Pilar keempat yaitu integrasi ke dalam ekonomi global (Integration

into Global Economy) menargetkan integrasi penuh ASEAN kedalam

ekonomi global. Hal ini ditempuh melalui pendekatan yang koheren

terhadap hubungan perekonomian antara Negara-Negara anggota

ASEAN dengan Negara-Negara diluar ASEAN, termasuk melalui

zona perdagangan bebas dan perjanjian kerjasama ekonomi yang

komprehensif, serta peningkatan partisipasi dalam jaringan pasokan

global.

Keempat karakteristik tersebut termuat dalam cetak biru Komunitas

Ekonomi ASEAN yang dihasilkan dari Pertemuan ke-38 ASEAN Economic

Ministers (AEM) di Kuala Lumpur, Malaysia pada Agustus 2006. Cetak biru

KEA itu memiliki sasaran dan kerangka waktu yang jelas dalam

(29)

103

sebelumnya guna mengakomodasi kepentingan seluruh Negara anggota

ASEAN.178

Pasar tunggal dan basis produksi ASEAN terdiri atas lima elemen inti,

yaitu179 :

1. Free Flow of Goods (Alur bebas barang);

2. Free Flow of Services (Alur bebas jasa);

3. Free Flow of Investment (Alur bebas investasi);

4. Free Flow of Capital (Alur bebas modal); and

5. Free Flow of Skilled Labour (Alur bebas tenaga terampil).

Disamping itu, pasar tunggal dan basis produksi ASEAN juga terdiri atas

2 komponen yang penting, yakni sektor integrasi prioritas (priority integration

sectors), dan pangan, pertanian dan kehutanan (food, agriculture, and forestry).180

Alur bebas barang merupakan salah satu tujuan penting dalam

implementasi pasar tunggal dan basis produksi ASEAN Economic Community

2015. Suatu pasar tunggal untuk barang (dan jasa) juga akan memfasilitasi

pembangunan jaringan produksi regional dan meningkatkan kapasitas ASEAN

sebagai pusat produksi global atau sebagai bagian dari rantai pasokan global.181

178

Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, ASEAN Selayang Pandang, 2012, Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, Jakarta, Hal. 31

179ASEAN Economic Community Blueprint, Article 9. 180Loc.cit

181ASEAN Economic Community Blueprint, Article 10: Free flow of goods is one of the

principal means by which the aims of a single market and production base can be achieved. A single market for goods (and services) will also facilitate the development of production networks

in the region and enhance ASEAN‟s capacity to serve as a global production centre or as a part of

(30)

Adapun yang termasuk dalam jadwal strategis aliran bebas barang dalam skema

ASEAN Economic Community adalah sebagai berikut182 :

1. Penghapusan hambatan tarif. Tarif terhadap semua barang-barang

intra-ASEAN akan dihapuskan sesuai dengan jadwal dan komitmen

yang telah disepakati dalam perjanjian CEPT-AFTA serta

perjanjian/protokol lainnya yang berkaitan.183

2. Penghapusan hambatan non-tarif. Fokus utama ASEAN menuju 2015

akan dipusatkan pada penghapusan hambatan non-tarif (Non-tariff

Barriers) secara penuh.184

3. Rules of Origin (ROO) atau pengaturan asal. Menempatkan ROO

yang responsif terhadap proses produksi global sehingga dapat

memfasilitasi perdagangan dan investasi antara Negara Anggota

ASEAN, menumbuhkan jaringan produksi regional, mendorong

pengembangan UKM dan mempersempit kesenjangan pembangunan,

serta meningkatkan penerapan skema CEPT-AFTA.185

4. Fasilitas perdagangan. Perdagangan dan bea masuk, proses, prosedur,

dan informasi terkait yang mudah, harmonis, dan terstandarisasi

diperkirakan akan menurunkan biaya yang timbul atas transaksi di

182

Bank Indonesia, op.cit, Hal. 105

183ASEAN Economic Community Blueprint, Article 13: Elimination of Tariffs. Tariffs on

all intra-ASEAN goods will be eliminated in accordance with the schedules and commitments set out in the CEPT-AFTA Agreement and other relevant Agreements/Protocols.

184

ASEAN Economic Community Blueprint, Article 14: Elimination of Non-Tariff Barriers. ASEAN has achieved significant progress in tariff liberalisation. The main focus of ASEAN towards 2015 will be placed on the full elimination of nontariff barriers (NTBs).

185ASEAN Economic Community Blueprint, Article 15: Rules of Origin (ROO): Putting

(31)

105

ASEAN yang mana akan meningkatkan daya saing ekspor dan

memfasilitasi integrasi ASEAN menjadi sebuah pasar tunggal barang,

jasa, dan investasi dan basis produksi yang tunggal.186

5. Integrasi kepabeanan. Implementasi ASEAN Economic Community

mengadopsi rencana strategis pembangunan bea cukai 2005-2010

(the Strategic Plan of Customs Development) dalam hal integrasi

kepabeanan AEC 2015.187

6. ASEAN Single Window. Implementasi langkah-langkah untuk

menyederhanakan, harmonisasi, dan standarisasi perdagangan dan

kepabeanan, proses, prosedur, dan penerapan teknologi, informasi,

dan komunikasi di semua bidang terkait untuk fasilitas perdagangan

akan menjadi hal yang penting dalam suatu gagasan mutakhir dari

ASEAN Single Window.188

7. Standar dan hambatan teknis perdagangan. Sistem standar, jaminan

yang berkualiatas, akreditasi, dan pengukuran merupakan hal-hal

yang penting untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya

produksi impor/ekspor dalam wilayah ASEAN. Standar, pengaturan

teknis dan prosedur kelayakan akan diselaraskan melalui ASEAN

186

ASEAN Economic Community Blueprint, Article 16: Trade facilitation. Simple, harmonised and standardised trade and customs, processes, procedures and related information flows are expected to reduce transaction costs in ASEAN which will enhance export competitiveness and facilitate the integration of ASEAN into a single market for goods, services and investments and a single production base.

187ASEAN Economic Community Blueprint, Article 17: Customs Integration. In light of

the acceleration of AEC, the realisation of ASEAN Customs Vision 2020 is brought forward to 2015. In particular, the 2005-2010 Strategic Plan of Customs Development

188

(32)

Policy Guideline on Standards and Conformance dengan transparansi

yang lebih besar, peningkatan kualitas penilaian kelayakan, dan

partisipasi sektor swasta.189

Aliran bebas sektor jasa merupakan salah satu elemen penting dalam

mewujudkan Komunitas Ekonomi ASEAN, yang didalamnya tidak ada hambatan

bagi para pemasok jasa ASEAN dalam penyediaan jasanya secara lintas Negara di

kawasan ASEAN sesuai dengan pengaturan domestik di setiap Negara anggota

ASEAN. Liberalisasi sektor jasa dirundingkan dalam beberapa negosiasi,

khususnya melalui Komite Koordinator Sektor Jasa (Coordinating Committee on

Services). Perundingan sektor-sektor jasa tertentu seperti jasa keuangan dan

transportasi udara dilaksanakan oleh kementerian terkait. Dalam proses

liberalisasi jasa, tidak diperkenankan adanya penarikan kembali komitmen dan

kebebasan yang telah disepakati oleh seluruh Negara anggota ASEAN.190

Dengan adanya alur bebas jasa, ASEAN juga bekerja keras dalam

menentukan kualifikasi profesional dengan tujuan memfasilitasi pergerakan

jasa-jasa tersebut di lingkup kawasan ASEAN dengan menghilangkan batasan-batasan

189

ASEAN Economic Community Blueprint, Article 19: Standards and Technical Barriers to Trade. Systems of standards, quality assurance, accreditation, and measurement are crucial to promote greater efficiency and enhance cost effectiveness of production of intra-regional imports/exports. Standards, technical regulations and conformity assessment procedures will be harmonised through the implementation of the ASEAN Policy Guideline on Standards and Conformance, with greater transparency, improved quality of conformity assessment and active participation of the private sector.

190

(33)

107

dalam perdagangan jasa 5 sektor penting, yakni : transportasi udara, e-ASEAN,

kesehatan, turisme, dan logistik.191

Suatu keadaan investasi bebas dan terbuka merupakan kunci untuk

meningkatkan daya saing ASEAN dalam hal menarik investasi asing langsung

maupun investasi intra-ASEAN. Arus masuk investasi baru dan reinvestasi yang

berkelanjutan akan meningkatkan dan memastikan perkembangan ekonomi

ASEAN yang dinamis.192 Untuk meningkatkan integrasi regional serta

mempertahankan daerah investasi yang memiliki daya saing, maka perlu

diperhatikan hal-hal seperti : perlindungan investasi (investment protection),

fasilitas dan kerja sama (facilitation and cooperation), promosi dan daya tarik

(promotion and awareness), dan liberalisasi (liberalisation).193

Alur modal dalam ASEAN Economic Community (AEC) 2015 yang lebih

bebas pada dasarnya memperhatikan keseimbangan antara pentingnya aliran

modal dan keperluan kebijakan kehati-hatian (safeguard measures) dalam

mengantisipasi kemungkinan terjadi gejolak yang berkaitan dengan lalu lintas

modal tersebut.194 Kebijakan kehati-hatian (safeguard measures) didefinisikan

sebagai suatu tindakan “darurat” sehubungan dengan peningkatan impor produk

191

ASEAN Economic Community Blueprint, Article 21: In facilitating the free flow of services by 2015, ASEAN is also working towards recognition of professional qualifications with a view to facilitate their movement within the region.

192ASEAN Economic Community Blueprint, Article 23: A free and open investment regime is key to enhancing ASEAN‟s competitiveness in attracting foreign direct investment (FDI)

as well as intra-ASEAN investment. Sustained inflows of new investments and reinvestments will promote and ensure dynamic development of ASEAN economies.

(34)

tertentu, dimana impor tersebut akan atau telah mengancam cedera serius pada

industri dalam negeri Negara anggota pengimpor.195

Alur bebas tenaga terampil bertujuan untuk memberikan kesempatan

seluas-luasnya bagi para pekerja untuk dapat mengisi lowongan kerja yang

tersedia, keluar dan masuk dari satu wilayah ke wilayah Negara lain tanpa

hambatan yang berarti.196

Sebagai kawasan ekonomi berdaya-saing, implementasi ASEAN

Economic Community (AEC) 2015 akan beragenda pada197 :

1. Pengaturan mengenai persaingan (competition policy), dimana tujuan

utama pengaturan mengenai persaingan ini adalah untuk mendorong

budaya persaingan yang sehat198;

2. Perlindungan konsumen (Consumer Protection). Langkah-langkah

perlindungan konsumen sudah dikembangkan bersama dengan

langkah-langkah ekonomi yang diusulkan untuk mengatasi

permasalahan terkait perlindungan konsumen199;

3. Hak kekayaan intelektual (Intellectual Property Rights). Posisi

Negara anggota ASEAN mayoritas adalah Negara berkembang,

meskipun Singapura memiliki ketertarikan cukup besar dalam

perlindungan kekayaan intelektual pada sektor biomedis dan

195https://www.wto.org/english/tratop_e/safeg_e/safeg_info_e.htm, diakses pada tanggal 11 Maret 2016.

196Ibid, Hal.243 197

Siow Yue Chia, The ASEAN Economic Community: Progress, Challenges, and Prospects, 2013, Asian Development Bank Institute, Tokyo, Hal. 22

198

ASEAN Economic Community Blueprint, Article 41: The main objective of the competition policy is to foster a culture of fair competition...

199ASEAN Economic Community Blueprint, Article 42: ... Consumer protection

(35)

109

teknologi mutakhirnya, sedangkan Negara anggota ASEAN lainnya

berfokus pada perlindungan budaya tradisional, obat-obatan, dan

tumbuhan. Pembangunan hak kekayaan intelektual penting untuk

membangun ASEAN sebagai suatu kawasan ekonomi yang inovatif

dan kompetitif200;

4. Pembangunan infrastruktur (Infrastructure Development) yang

mencakup201 :

a. Kerja sama transportasi (transport cooperation);

b. Transportasi darat (land transport);

c. Transportasi air dan udara (maritime and air transport);

d. Infrastruktur informasi (information infrastructure);

e. Kerja sama dalam bidang energi (energy cooperation);

f. Kerja sama dalam bidang pertambangan (mining cooperation);

g. Keuangan dalam proyek infrastruktur (financing of infrastructure

projects)

5. Perpajakan (Taxation) yang beragenda pada penyelesaian jaringan

perjanjian bilateral dalam hal penghindaran pajak berganda diantara

Negara-Negara anggota ASEAN202.

6. Transaksi Elektronik (e-Commerce) yang beragenda pada pembuatan

pengaturan dan infrastruktur yang legal untuk transaksi elektronik

dan memperbolehkan perdagangan barang online dalam cakupan

200Siow Yue Chia, op.cit., Hal. 22 201

ASEAN Economic Community Blueprint, Article 46-Article 57

202ASEAN Economic Community Blueprint, Article 58: Actions: i. Complete the

(36)

ASEAN melalui pelaksanaan e-ASEAN Framework Agreement serta

didasarkan pada kerangka kerja yang umum203.

Pembangunan ekonomi yang adil dan merata dalam cetak biru ASEAN

Economic Community (AEC) 2015 hanya berfokus pada 2 (dua) cakupan, yakni

usaha kecil menengah (Small or Medium-sized Enterprise) yang bertujuan untuk

mempersempit kesenjangan pembangunan antara Negara-Negara anggota

ASEAN, dan Initiative for ASEAN Integration (IAI) yang bertujuan untuk

mempersempit kesenjangan pembangunan antara ASEAN6 (Indonesia, Singapore,

Thailand, Brunei Darussalam, Filipina, dan Malaysia) dan CLMV (Kamboja,

Laos, Myanmar, dan Vietnam).204

Dalam hal membuat bisnis di ASEAN agar dapat bersaing secara

internasional, membuat ASEAN sebagai suatu segmen rantai pasokan global yang

dinamis dan kuat serta menjamin pasar dalam kawasan tetap menarik minat

investasi asing, sangat penting bagi ASEAN untuk berintegrasi ke dalam ekonomi

global (Integration into the Global Economy) dengan 2 (dua) aksi, yaitu205 :

1. ASEAN harus mempertahankan “Sentralitas ASEAN” dalam

hubungan ekonomi eksternal, termasuk negosiasi untuk perdagangan

bebas dan perjanjian kerja sama ekonomi komprehensif ;

2. ASEAN juga harus meningkatkan partisipasi dalam jaringan pasokan

global

203ASEAN Economic Community Blueprint, Article 59:To lay the policy and legal

infrastructure for electronic commerce and enable on-line trade in goods (e-commerce) within ASEAN through the implementation of the e-ASEAN Framework Agreement and based on common reference frameworks.

204Siow Yue Chia, op.cit, Hal. 23

(37)

BAB IV

PENGATURAN HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL INDONESIA MENGENAI KEBIJAKAN FREE FLOW OF

GOODS DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015 A. Integrasi Perangkat Hukum Negara-Negara ASEAN terhadap

Sektor-Sektor yang Fundamental dalam ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Pertemuan ke-39 ASEAN Economic Ministers (AEM) pada tahun 2007

menjadi titik tolak sejarah integrasi Negara-Negara ASEAN dalam bidang

ekonomi, dimana pada pertemuan tersebut disepakati suatu cetak biru pelaksanaan

ASEAN Economic Community 2015 (AEC Blueprint) beserta jadwal strategis yang

mencakup inisiatif-inisiatif baru serta roadmap yang jelas untuk mencapai

pembentukan ASEAN Economic Community pada tahun 2015.

Pada hakikatnya, ASEAN Economic Community ditujukan untuk

memperluas pasar dan meningkatkan kompetensi perdagangan dengan

menghilangkan hambatan-hambatan yang berkaitan dengan ekonomi,

perdagangan, dan industri antar Negara anggota ASEAN dengan

mengintegrasikan berbagai aspek yang terkait dengan perdagangan barang, jasa,

investasi, modal dan tenaga kerja terampil kedalam suatu pasar tunggal dan basis

produksi tunggal.

Namun, integrasi regional juga memiliki potensi risiko. Pertama, dapat

(38)

dibayangi oleh “efek pengalihan perdagangan”, yaitu jika penghapusan hambatan

perdagangan di antara Negara-Negara anggota menyebabkan perdagangan lebih

efisien dengan Negara-Negara non-anggota dibandingkan jika dialihkan ke

Negara anggota yang kurang efisien. Kedua, akan menyebabkan “pengalihan efek

investasi” dimana investasi sumber daya yang terbatas dialihkan ke pasar terpadu

dengan skala yang lebih besar. Ketiga, ada kekhawatiran terhadap “efek mangkuk

mie” (“noodle bowl effect”), mengacu pada potensi masalah yang mungkin timbul

sebagai akibat dari kurangnya koherensi antara perbedaan perjanjian yang

tumpang tindih.287

Fokus khusus pada pangan, pertanian dan kehutanan berkaitan dengan

bagaimana mengembangkan sebuah sektor yang dipertimbangkan paling sensitif

oleh anggota ASEAN. Karena hal ini akan diintegrasikan dalam sebuah pasar

tunggal, Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN melihat bagaimana liberalisasi

perdagangan di wilayah ini akan dilaksanakan, dan bagaimana standard-standard

umum dikembangkan. Selain itu, kerja sama dan alih teknologi dengan bantuan

organisasi-organisasi internasional/regional (seperti Food and Agricultural

Organzation/FAO) dan sektor swasta juga menjadi perhatian ASEAN. Hal ini

juga mengundang produsen pertanian melalui promosi dan berjaringan kerja sama

pertanian.288

Selain pasar tunggal, Komunitas Ekonomi ASEAN juga melihat sebuah

kawasan ekonomi dengan semangat kompetisi yang tinggi, pembangunan

ekonomi yang setara, dan integrasi penuh dalam ekonomi global. Pembangunan

287

(39)

83

kawasan kompetitif ini akan dilakukan dengan membuat beberapa kebijakan

bersama dan pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan. Untuk itu, ASEAN

akan menyelaraskan kebijakan-kebijakan kompetisi, perlindungan konsumen, hak

kekayaan intelektual, pajak dan e-commerce. ASEAN akan mendirikan sebuah

jaringan transportasi yang terintegrasi (udara, laut, dan darat); mengembangkan

sistem ICT yang dapat dihubungkan dan digunakan oleh semua Negara di

kawasan ini; mencari proyek-proyek untuk jaringan listrik dan pipa gas yang

terintegrasi; mempromosikan sektor penambangan; dan menarik sektor swasta

untuk mendanai upaya-upaya tersebut.289

Berkaitan dengan disepakatinya draft AEC Blueprint, pada pertemuan

ke-39 AEM juga disepakati mengenai Roadmap for ASEAN integration of the

Logistics Services Sector sebagai priotitas ke-12 untuk integrasi ASEAN dan

menandatangani “Protocol to Amend Article 3 of the ASEAN Framework

(Amandment) Agreement for the Integration of the Priority Sectors”. Dengan

demikian, ke-12 Priority sectors dimaksud adalah agro-based products,

air-travel, automotivr, e-ASEAN, electronics, fisheries, healthcare, rubber-based

products, textiles & apparels, tourism, wood-based products, logistics services.290

Oleh sebab itu, penting bagi Negara-Negara anggota ASEAN untuk

memiliki perangkat hukum baik nasional maupun berupa perjanjian bilateral atau

multilateral yang konkret untuk menghadapi ASEAN Economic Community

(AEC) 2015 sebagai suatu tindakan preventif untuk melindungi kepentingan

289 Loc.cit

(40)

Negaranya apabila terjadi konflik dalam pelaksanaan ASEAN Economic

Community (AEC) di kemudian hari.291

Professor European University Institute, EUI President ad Interim Marise

Cremona mengatakan potensi Negara di ASEAN dalam menerapkan integrasi

hukum cukup besar. "Salah satu faktornya hampir sebagian besar Negara di

ASEAN seperti Singapura, Indonesia, Malaysia mempunyai isu yang sama yaitu

masalah perubahan iklim, dan masalah ketenagakerjaan,"292

Marise menjelaskan, Negara-Negara di Eropa telah mengintegrasikan

sistem hukum mereka. Jadi ketika mereka menghadapi permasalahan, maka

Negara di Eropa saling membantu. Hal yang sama seharusnya terjadi antar Negara

ASEAN. Dia mengatakan, salah satu keuntungan integrasi sistem hukum adalah

sesama Negara ASEAN bisa membuat nota kesepahaman bersama terkait isu

penting, sehingga Negara ASEAN saling mendukung menciptakan keharmonisan

tidak hanya di sektor hukum, tetapi juga dalam sektor-sektor lain seperti ekonomi

dan perdagangan.293

Dalam kesempatan yang sama, Advokat, Konsultan Hukum dan

Mediator Universitas Pelita Harapan Henry Panggabean menilai ide

mempersatukan sistem hukum sesama Negara ASEAN cukup baik. Menurut dia,

setiap Negara ASEAN mempunyai permasalahan hukum yang berbeda-beda.

Contohnya Indonesia, masalah yang sering terjadi adalah narkoba dan korupsi.

Adapun Thailand masalah terorisme. Jika Negara ASEAN ingin menerapkan

291Diskusi Universitas Pelita Harapan "ASEAN Through Integration Law" di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (29/7), dari http://www.beritasatu.com/hukum/128770-integrasi-hukum-asean-perlu-segera-terealisasi.html, diakses pada tanggal 16 Januari 2016

(41)

85

integrasi hukum maka pekerjaan rumah yang pertama kali harus dilakukan adalah

membereskan dahulu masalah di Negara masing-masing atau yang disebut dalam

istilah hukum trend nasional. Jika trend nasional di Negara sudah beres, baru

Pemerintah memikirkan untuk menerapkan integrasi hukum.294

"Indonesia adalah Negara paling besar di ASEAN, permasalahan hukum

di Indonesia juga banyak tapi yang paling besar adalah masalah narkoba dan

korupsi, dua hal itulah yang mesti dibereskan setel

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi minat para calon mahasiswa dalam memilih jurusan akuntansi di Universitas Katolik

Gambar 3.66 Gambar 3.67 Gambar 3.68 Gambar 3.69 Gambar 3.70 Gambar 3.71 Gambar 3.72 Gambar 3.73 Gambar 3.74 Gambar 3.75 Gambar 3.76 Gambar 3.77 Gambar 3.78 Gambar 3.79

Bagaimana perasaan anda ketika melihat orang lain lebih baik / memiliki sesuatu yang lebih baik daripada anda?. Hanya tersenyum dan berkhayal supaya saya bisa menjadi

Setiap tahun spesies penyebab kandidemia didominasi oleh Candida tropicalis, Candida albicans, dan Candida parapsilosis dengan kecenderungan peningkatan kasus Candida

(a) bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan atau dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian median jalan) yang digunakan untuk menerangi

Pada penelitian ini analisa dan pembahasan yang akan dilakukan mencakup 3 pokok bahasan, yaitu: (a) analisis letak keruntuhan bronjong pada tikungan 120 0 , (b) analisis

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk (1) mendeskripsikan tentang kemampuan membaca pemahaman teks sastra mahasiswa semester III

Kajian yang dilakukan oleh Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) Badan Informasi Geospasial, Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul, dan Fakultas Geografi UGM