Lampiran 2. Analisis Sistem Agribisnis Tomat A. Biaya Bibit
No Sampel Sebelum dan Sesudah Erupsi
Jumlah Bibit (bks) Harga/bks Total Biaya
B. Biaya Pupuk Sebelum Erupsi Gunung Sinabung
No Sampel Luas Lahan (Ha) Pupuk Kandang(Ton) Harga/Ton Jumlah
Biaya Pupuk Setelah Erupsi Gunung Sinabung No
Sampel Luas Lahan (Ha)
Pupuk
Kandang(Ton) Harga/Ton Jumlah
C. Biaya Pestisida Sebelum Erupsi
No Sampel Luas Lahan (Ha) Score(btl) Harga/Btl Jumlah
Dimacide(Btl) Harga/Btl Jumlah Total Biaya
38,5 105000 4042500 12622500
35 105000 3675000 11475000
49 105000 5145000 16065000
10,5 105000 1102500 3442500
28 105000 2940000 9180000
31,5 105000 3307500 10327500
Biaya Pestisida Sesudah Erupsi
No Sampel Luas Lahan (Ha) Score(btl) Harga/Btl Jumlah
Biaya Tenaga Kerja Sesudah Erupsi
Kerja/Hari (Rp) Jumlah Biaya
E. Biaya Alat Sebelum dan Sesudah Erupsi
No Sampel Luas Lahan (Ha) Cangkul(Unit) Harga/Unit Umur (Thn)
Total Biaya
No Sampel Luas Lahan (Ha) Sebelum Sesudah
Penerimaan Total Pendapatan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
21000000 35.750.000 6.068.000 15.042.000
21000000 35.750.000 6.068.000 15.042.000
52500000 85.250.000 15.635.000 34.125.000
31500000 52250000 8.852.000 20.998.000
21000000 35750000 6.068.000 15.042.000
21000000 35750000 6.068.000 15.042.000
10500000 19250000 2.069.000 7.871.000
42000000 68750000 12.851.000 28.169.000
84000000 134750000 26.433.000 54.063.000
42000000 68750000 12.636.000 27.954.000
52500000 85250000 18.227.000 34.125.000
15750000 27500000 7.956.500 11.456.500
26250000 44000000 13.332.500 17.412.500
21000000 35750000 6.068.000 15.042.000
42000000 68750000 12.851.000 28.169.000
31500000 52250000 8.852.000 20.998.000
84000000 134750000 26.417.000 54.423.000
63000000 101750000 19.634.000 41.296.000
57750000 93500000 17.634.500 37.710.500
52500000 85250000 15.635.000 34.125.000
73500000 118250000 22.418.000 47.252.000
15750000 27500000 4.068.500 11.456.500
42000000 68750000 12.851.000 28.169.000
47250000 77000000 14.850.500 31.754.500
63000000 101750000 19.634.000 41.296.000
84000000 134750000 26.417.000 54.423.000
52500000 85250000 15.635.000 34.125.000
52500000 85250000 15.635.000 34.125.000
42000000 68750000 12.851.000 28.169.000
Analisis Kinerja Subsitem Praproduksi Sesudah Erupsi
No Sampel
Kegiatan 1 Kegiatan 2 Kegiatan 3
Analisis Kinerja Subsitem Produksi Sebelum Erupsi
Kegiatan 6 Kegiatan 7 Kegiatan 8 Kegiatan 9
Analisis Kinerja Subsitem Produksi Setelah Erupsi
Kegiatan 6 Kegiatan 7 Kegiatan 8 Kegiatan 9
Analisis Kinerja Subsistem Pascaproduksi Sebelum Erupsi
Kegiatan 13 Kegiatan 14 Kegiatan 15 Kegiatan 16
Analisis Kinerja Subsistem Pascaproduksi Sesudah erupsi
Kegiatan 13 Kegiatan 14 Kegiatan 15 Kegiatan 16
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu (2001). Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers.
Barus, Asil, dkk. 2008. Agroteknologi Tanaman Buah-Buahan [online].
http://usupress. usu.ac.id/files/Agroteknologi%20 Tanaman%20 Buah-buahan_ Final_web.pdf
Cahyono, Bambang1998. Tomat: budidaya dan analisis usaha tani. Kanisius, . Universitas Sumatra Utara Press2. Diakses Pada 26 Agustus 2014
Yogyakarta
Dewa. 2007. Teknik Budidaya Tomat
Agustus
2014
Gumbira, dkk. 2001. Manajemen Agribisnis. Bogor: Ghalia Indonesia.
Kurnia U et al. 2004. Teknologi Konservasi Tanah Pada Lahan Kering
Berlereng.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Bogor
Maulidah Silvana. SP. MP. 2012 Manajemen agribisnis Faculty of Agriculture,
Universitas Brawijaya.
Pracoyo.2006.Aspek Dasar Ekonomi Mikro. Jakarta. PT. Granindo
Rahardi, F. 2006. Agribisnis Tanaman Sayuran. PT Penebar Swadaya. Depok.
Rahardi, F. Y. H. Indriani dan Haryono. 1997. Agribisnis Tanam Buah. Penebar
Swadaya, Jakarta
Simanjuntak Payama J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: FE
Universitas Indonesia
SIMATUPANG, Sahat 2013
Gunung-Sinabung-di-Sumatera-Utara-Meletus. Diakses pada 26 AGUSTUS 2014 |11:41 WIB
Singarimbun Masri & Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei, LP3ES
Jakarta
Soekartawi. 1994.Teori Ekonomi Produksi: dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi
Cobb- Douglas. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa.
Soekartawi. 2001. Agribisnis (Teori & Aplikasinya). PT RajaGrafindo Persada.
Jakarta.
Soekartawi. 2002.Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. PT.
RajaGrafindo. Jakarta
Soekarwati, 2003. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: Rajawali Pers
Sofyan Assauri, 2006. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Penerbit.
Sugiyono, 2006, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung
Suratiyah.2006.Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
Turgiyono Herry, 2002. Budidaya tanaman tomat, Yogyakarta.
Wirantha, I made. 2006. Metodelogi Penelitian Sosial Ekonomi. (CV Andi. Offset,
Yogyakarta
Wiryanta, Bernardinus T. Wahyu Publisher . 2002 .Bertanam tomat. AgroMedia
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yang artinya daerah penelitian
ditentukan berdasarkan besarnya pertimbangan-pertimbangan tertentu yang
disesuaikan dengan tujuan penulisan ( Singarimbun, 1989). Dengan pertimbangan
bahwa daerah yang diteliti merupakan salah satu sentra produksi tomat yang dan
salah satu daerah yang terkena musibah erupsi gunung sinabung diwilayah
Sumatera Utara, maka ditetapkan daerah penelitian adalah di Desa Gajah,
KecamatanSimpang Empat, Kabupaten Karo.
Tabel 1. Daerah Yang Terkena Erupsi Gunung Sinabung
Kecamatan Desa
Juhar Nageri
Kidupen
Simpang Empat Kuta Tengah
Gajah
Merdeka Deram
Merdeka
Brastagi Raya
Gundaling
Dolok Rakyat Bukit
Sugihen
Sumber : Badan Statistika Kabupaten Karo, 2013(Diolah)
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan usahatani tomat.
Populasi petani yang mengusahakan usahatani tomat berjumlah 50 petani, dan
metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara random
sampling atau pengambilan sampel dipilih satu per satu secara random (semua
mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih) dan jika sudah dipilih, tidak
sebanyak 30 petani dengan tingkat homogenitas yang tinggi dan telah memenuhi
syarat pemilihan sampel. Selain itu ada juga beberapa dasar pertimbangan yaitu
untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya tanpa mengurangi tingkat akurasi dari
penelitian ini (Wirantha, 2006).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitiaan ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara lansung dengan petani melalui
survey dan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan
data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga terkait dengan substansi
penelitian, seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi lainnya yang
berhubungan dengan penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk identifikasi masalah yang pertama yaitu menggunakan metode analisis deskriptif yaitu dengan menjelaskan perkembangan produksi usahatani tomat
sebelum dan sesudah terjadinya erupsi gunung sinabung.
Untuk identifikasi masalah yang kedua yaitu menganalisis kinerja sistem agribisnis tomat yang meliputi subsistem praproduksi, subsistem produksi, dan
subsistem pasca produksi didaerah penelitian digunakan metode skala likert yaitu
dengan menggunakan 5 pilihan jawaban. Dimulai dari subsistem praproduksi dan
subsistem produksi dan subsistem pascaproduksi.
Pilihan Sangat Tidak Setuju akan diberi nilai (1), pilihan Tidak Setuju akan
akan diberikan nilai (4) dan pilihan Sangat Setuju akan diberikan nilai (5)
Sehingga untuk nilai akhir diperoleh dengan mengakumulasikan semua bobot
pada subsistem praproduksi, subsistem produksi dan subsistem pasca produksi
baik sebelum terjadinya erupsi gunung sinabung maupun sesudah terjadinya
erupsi gunung sinabung.
Berdasarkan total nilai tersebut ditentukan kriteria kinerja sebagai berikut :
Apabila nilai berada diantara : 0– 30= Kinerja kurang baik
31– 59 = Kinerja cukup baik
60 – 80 = Kinerja baik
Untuk identifikasi masalah yang ketiga yaitu menggunakan metode komparatif. Metode ini adalah sejenis metode deskriptif yang ingin mencari jawaban secara
mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisis faktor- faktor penyebab
terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Jadi metode komparatif
adalah jenis metode yang digunakan untuk membandingkan. Hal ini dilakukan
untuk membandingkan pendapatan dalam usaha tani tomat sebelum dan sesudah
terjadinya erupsi gunung sinabung. Maka untuk melihat perbandingan pendapatan
tersebut akan dilakukan uji paired sample T-test dengan alat bantu SPSS.
Uji perbedaan raat-rata dua sampel berpansangan atau uji paired sample t test
digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan rata- rata atau dua sampel bebas
(independent) yang berpasangan. Adapun yang dimaksud berpasangan adalah data
pada sampel kedua merupakan perubahan atau perbedaan dari sampel pertama
atau dengan kata lain sebuah sampel dengan subjek sama mengalami dua
Kriteria pengambilan keputusan :
1. Menggunakan nilai signifikan / P-Value
- Jika nilai signifikan / P- Value > 0,05 ; maka Ho diterima
- Jika nilai signifikan / P- Value < 0,05 ; maka Ho ditolak
- H1 diterima = (Ada perbedaan antara sebelum dan sesudah terjadinya erupsi
gunung sinabung)
- Ho diterima = (Tidak ada perbedaan antara sebelum dan sesudah terjadinya
erupsi gunung sinabung)
3.5Definisi dan Batasan Operasional
Dalam memahami penelitian ini maka perlu dibuat defenisi dan batasan
operasional sebagai berikut.
3.5.1 Definisi
1. Agribisnis merupakan suatu kegiatan yang utuh didalam pertanian yang
terdiri dari subsistem praproduksi, produksi, hingga pasca produksi.
2. Sistem agribisnis merupakan suatu perangkat unsur yang secara teratur saling
berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas didalam kegiatan agribisnis.
3. Kinerja merupakan hasil kerja petani secara kualitas dan kuantitas yang dapat
dicapai oleh seorang petani dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
4. Subsistem praproduksi adalah subsistem yang meliputi kegiatan penyediaan
benih dan bibit, kegiatan pemenuhan alat dan mesin pertanian serta
5. Subsistem Produksi adalah subsistem yang meliputi kegiatan persiapan lahan,
kegiatan penanaman, kegiatan pemupukan, dan kegiatan pemanenan. Dalam
hal ini produk yang dihasilkan adalah tomat.
6. Subsistem pasca produksi adalah subsistem yang meliputi kegiatan
pengumpulan, kegiatan pengolahan, dan kegiatan pemasaran.
7. Penerimaan adalah total produksi dikalikan dengan harga jual (Rp).
8. Pendapatan adalah jumlah penerimaan dikurangi semua biaya yang telah
dikeluarkan (Rp)
9. Usaha tani adalah suatu kegiatan yang dilakukan petani dalam
mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
10. Petani tomat adalah petani yang mengusahakan komoditi tomat diareal lahan
yang dimiliknya.
11. Petani sampel adalah petani yang terkena musibah erupsi gunung sinabung di
Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, kabupaten Karo.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah di Desa Gajah Kecamatan Simpang Empat
Kabupaten Karo.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN
4.1. Deskripsi Daerah Penelitan
4.1.1. Letak Geografis, Batas Wilayah dan Luas Wilayah
Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat terletak 8 Km dari sebelah selatan
Gunung Sinabung Kabupaten Karo. Secara umum keadaan topografi Desa Gajah
adalah merupakan daerah perbukitan/dataran tinggi Desa Gajah terletak 1.100 m
dpl, dengan suhu udara rata-rata berkisar 16-27 °C, dengan kelembapan 85%.
Jenis tanah pada umumnya adalah tanah Andosol. Desa Gajah memiliki iklim
kemarau dan penghujan. Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap
pola tanam yang ada di Desa Gajah Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.
Desa Gajah
Kecamatan Simpang Empat memiliki batas wilayah yang terdiri dari:
- Sebelah Utara Desa Semangat Kecamatan Merdeka
- Sebelah Selatan Desa Ndokumsiroga Kecamatan Simpang Empat
- Sebelah Barat Desa Surbakti Kecamatan Merdeka
- Sebelah Timur Desa Bulan Baru Kecamatan Simpang Empat
Luas Desa Gajah secara langsung keseluruhan adalah 500 Ha, Sebahagian besar
diantaranya diusahakan untuk usahatani lahan kering. Tanaman tomat didesa
Gajah dijadikan sebagai tanaman sampingan yang ditanam oleh petani, tanaman
ini ditanam supaya dapat memperbaiki struktur tanah dengan tidak hanya
menanam tanaman yang utama. Tanaman yang banyak dibudidayakan adalah
Penggunaan lahan di Desa Gajah dapat dilihat pada tabel 2, berikut:
Tabel 2. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Gajah 2013
Peruntukan Luas (Ha)
Perladangan 350
Sumber: Kantor Kepala Desa 2014
Dari tabel 2, menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah
untuk lahan kering, yaitu 350 Ha dari luas Desa Gajah secara keseluruhan.
4.1.2. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk desa gajah sampai akhir tahun 2013 tercatat sebanyak 1.640
jiwa atau 428 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 764 jiwa laki-laki dan 776
jiwa perempuan. Keadaan penduduk berdasarkan kelompok jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel 3, berikut:
Tabel 3. Distribusi penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Gajah 2013
No Kelompok Umur Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)
1 0-15 148 9.02
Sumber: Kantor kepala Desa 2014
Dari tabel 3, menunjukkan bahwa penduduk Desa Gajah dengan kelompok umur
jiwa (88,84%), disusul dengan kelompok umur 0-15 tahun yaitu sebesar 148 jiwa
(9,02%), sedangkan kelompok umur > 70 tahun memiliki jumlah penduduk
terkecil yakni 36 jiwa (2,19%).
Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa Gajah 2013
Sumber: Kantor Kepala Desa Gajah 2014
4.1.3. Perekonomian Desa
Sebagai daerah penelitian pada umumnya sumber mata pencaharian penduduk di
Desa Gajah ada pada sektor pertanian. komposisi penduduk Desa Gajah menurut
sumber mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 5, berikut ini:
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di Desa Gajah 2013 Sumber: Kantor Kepala Desa Gajah, 2014
Dari tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di desa gajah memiliki
persentase 81,02%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian
berpengaruh kepada sektor pertanian.
4.1.4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di desa gajah saat ini dapat dinilai telah cukup memadai.
Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang telah tersedia baik sarana
angkutan, sarana pendidikan dan sarana sosial. Dari uraian diatas dapat diketahui
bahwa petani tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi dan
penjualan hasil karena sarana transportasi sudah cukup tersedia. Keadaan Sarana
dan Prasarana di Desa Gajah dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6. Sarana dan Prasarana Umum di Desa Gajah 2013
No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)
1 Balai Desa 1
Sumber: Kantor Kepala Desa Gajah, 2014
Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di desa gajah
sudah memadai. Walaupun sarana pendidikan yang ada hanya satu unit yaitu
Sekolah Dasar Negeri, tetapi penduduk dapat melanjutkan pendidikannya ke
sekolah lanjutan yang ada di Brastagi dan Ibu Kota Kabupaten . Hal ini tidak
mempersulit penduduk karena jaraknya yang tidak jauh dan mudah ditempuh,
serta didukung oleh sarana jalan dan transportasi yang memadai. Diketahui bahwa
balai desa di desa gajah terdapat satu unit, 1 unit sekolah dasar, 2 unit polides, 1
4.1.5. Karakteristik Petani Responden
Adapun karakteristik petani yang menjadi responden penelitian ini ialah meliputi
umur, tingkat pendidikan, lama bertani, dan jumlah tanggungan. Karakteristik
petani respoinden dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini:
Tabel 7. Karakteristik Petani Responden
No Uraian Satuan Range Rataan
Sumber: Data diperoleh dari Lampiran 1
Dari tabel 7, diketahui bahwa rata-rata luas lahan petani tomat adalah 0,346 ha
dengan range 0,2-0,8 ha. Rataan umur petani adalah 39 tahun dengan range 22-57
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden masih tergolong produktif
yang masih memiliki tenaga kerja yang potensial untuk mengusahakan usahatani
tanaman tomat.
Tingkat pendidikan yang dijalani para petani responden memiliki rata-rata 11
tahun dengan range 4-17 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan
petani adalah setingkat SMA. Rata-rata lama bertani petani responden di desa
gajah adalah 14 tahun dengan range 1-33 tahun yang menunjukkan bahwa
pengalaman bertani bagi petani termasuk cukup tinggi yang kemungkinan besar
dapat mempengaruhi petani dalam membudidayakan tanaman tomat. Jumlah
tanggungan keluarga petani responden di desa gajah rata-rata sebesar 3 jiwa denga
range 1-6 jiwa. Jumlah ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan para petani
membantu dalam proses usahatani tomat terutama dalam penyediaan tenaga kerja
keluarga.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Perkembangan Produksi Sebelum Gempa Gunung Sinabung (Tahun 2012) Dan Sesudah Gempa Gunung Sinabung (Tahun 2014)
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara terhadap responden di lapangan
diperoleh data produksi tomat sebelum erupsi gunung sinabung pada tahun 2012
adalah sebesar 30Ton/Ha/Tahun sedangkan produksi tomat sesudah erupsi
gunung sinabung pada saat ini meningkat 20% menjadi 35Ton/Ha/Tahun.
Meningkatnya produksi tomat sesudah erupsi gunung sinabung ini disebabkan
oleh adanya abu vulkanik yang ternyata berdampak baik bagi media tanam tomat.
Disertai lagi dengan datangnya hujan yang menjadi pemicu pertumbuhan produksi
tanaman tomat.
5.2. Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
Baik atau buruknya kinerja sistem agribisnis tomat sebelum dan sesudah erupsi
gunung sinabung dapat diketahui dengan melihat jawaban- jawaban responden
terhadap kuesioner yang berupa angket yang berisi kegiatan sistem agribisnis
dimulai dari subsistem praproduksi, subsistem produksi dan subsistem
pascaproduksi. Dengan menggunakan metode skala likert berikut kegiatan yang
Tabel 8. Kegiatan Sistem Agribisnis Tomat No Subsistem Indikator
1 PraProduksi
Penggunaan Benih bersertifikat
Penggunaan Alat dan Mesin Pertanian
Penggunaan Pupuk organik
Penggunaan Pestisida Organik
Melakukan perinciaan biaya yang akan dikeluarkan dalam bercocok tanam
2 Produksi
Melakukan Kegiatan Pengolahan Tanah,
penggemburan tanah, pembuatan bendengan , dan pembuatan pupuk dasar
Pembuatan jarak tanam standar yaitu 50 cm x 60 cm Melakukan kegiatan pemupukan yang berjadwal
Melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu
Melakukan kegiatan pemeliharaan lanjutan yaitu penyiangan
Melakukan Kegiatan Panen tepat waktu
Menggunakan masker pada saat panen
3 Pasca Produksi
Melakukan penyeleksian Mutu dan ukuran
Melakukan pengolahan lanjutan tomat
Melakukan kegiatan pencucian tomat
Menjual tomat kepada pedangang Besar daerah
Menjual tomat kepada pedangang Besar luar daerah
Tabel 9. Perbedaan Kinerja Sitem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
No Subsistem Nilai Sebelum Erupsi
Nilai Sesudah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata rata nilai kinerja sistem agribisnis
tomat sebelum erupsi gunung sinabung sebesar 59,5. Angka ini berada di rentang
kinerja cukup baik. Sedangkan rata-rata nilai kinerja sistem agribisnis tomat
sesudah erupsi gunung sinabnung sebesar 79,5. Angka ini berada di rentang
adanya tambahan kegiatan penyiramam air sesudah terjadinya erupsi gunung
sinabung. Selain itu sesudah terjadinya erupsi gunung sinabung petani juga
semakin giat bekerja untuk meningkatkan produktivitas usaha taninya.
5.3 Perbedaan Pendapatan Petani Tomat Sebelum Gempa Gunung Sinabung (Tahun 2012) Dan Sesudah Gempa Gunung Sinabung (Tahun 2014)
Perbedaan pendapatan petani tomat sebelum erupsi gunung sinabung dan sesudah
erupsi gunung sinabung di Desa Gajah Kecamatan Simpang Empat Kabupaten
Karo diketahui dengan melihat jawaban jawaban responden terhadap kuesioner
yang berisi pertanyaan –pertanyaan yang diberikan. Pendapatan dalam hal ini
merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Dari jawaban setiap
pertanyaan akan diketahui jumlah penerimaan sebelum erupsi gunung sinabung
dan sesudah erupsi gunung sinabung. Selain itu juga akan diketahui jumlah biaya
produksi tomat sebelum dan sesudah erupsi gunung sinabung.
Kemudian jumlah penerimaan masing-masing petani tomat sebelum erupsi
gunung sinabung dikurangi dengan masing-masing jumlah biaya produksi tomat
yang dikeluarkan sebelum erupsi gunung sinabung begitu juga penerimaan
masing petani tomat setelah erupsi gunung sinabung dengan
masing-masing jumlah biaya produksi yang dikeluarkan petani tomat setelah erupsi
gunung sinabung. Dari hasil perhitungan yang dilakukan maka akan diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 10. Rata-Rata Perbedaan Pendapatan, Penerimaan Biaya Produksi Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
No Perbedaan Sebelum Sesudah
Dari tabel diatas diketahui bahwa rata-rata pendapatan petani tomat sebelum
erupsi gunung sinabung sebesar Rp.13.326.117 sedangkan rata-rata pendapatan
petani tomat sesudah erupsi gunung sinabung adalah sebesar Rp. 28. 463.917.
Peningkatan rata-rata pendapatan dapat terjadi akibat erupsi gunung sinabung
yang mengeluarkan abu vulkanik dan disertai dengan turunnya hujan yang
berdampak baik bagi tanaman tomat. Namun, setelah terjadinya erupsi gunung
sinabung harga jual tanaman tomat semakin meningkat, sejalan dengan
penerimaan dan biaya produksi petani tomat. Rata-rata penerimaan petani tomat
sebelum erupsi gunung sinabung adalah sebesar Rp.42.875.000/Ha sedangkan
rata-rata penerimaan petani tomat sesudah erupsi gunug sinabung adalah sebesar
Rp. 70.125.000/Ha. Kemudian rata- rata biaya produksi sebelum erupsi gunug
sinabung adalaah sebesar Rp. 29.548.883/Ha sedangkan sesudah erupsi gunung
sinabung adalah sebesar Rp. 41.661.083/Ha. Peningkatan biaya produksi
disebabkan oleh kenaikan harga bibit, pupuk, pestisida dan alsintan.
Untuk melihat perbedaan pendapatan petani tomat sebelum dan sesudah erupsi
gunug sinabung maka dianalisis dengan menggunakan Paired Sample T-test,
hasilya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 11. Paired Samples Correlations Pendapatan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Pendapatan Sebelum & Pendapatan
Sesudah
30 ,981 ,000
Pada output Paired samples, menunjukkan apakah ada hubungan antara rata-rata
(0,000) < α (0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan yang di signifikan
pendapatan sebelum dan sesudah erupsi gunung sinabung.
Tabel 12.Paired Samples Test Pendapatan
Paired Samples Test
-1,51378E7 6,92413E6 1,26417E6 -1,77233E7 -1,25523E7 -11,975 29 ,000
Pada output kedua Paired Samples Test dapat diinterpretasikan seperti berikut :
Sig. = 0.000 α = 0.05
T.hitung = -11,975
Sig.(0.000) < α (0,05)
Keputusan Uji :
Karena nilai Sig.< α maka keputusannya adalah tolak H0.
Jadi dengan tingkat signifikansi 5% didapatkan kesimpulan rata rata pendapatan
sebelum dan sesudah erupsi gunung sinabung adalah tidak sama / berbeda secara
nyata. Dalam output juga disertai perbedaan mean sebesar -1,51378 yaitu selisih
rata-rata pendapatan sebelum erupsi gunung sinabung dengan pendapatan setelah
erupsi gunung sinabung. Nilai T hitung negatif berarti rata-rata pendapatan
sebelum erupsi gunung sinabung lebih rendah daripada sesudah erupsi gunung
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Produksi tomat sebelum erupsi sinabung pada tahun 2012 adalah sebesar
30Ton/Ha dan lebih rendah daripada sesudah erupsi gunung sinabung (Tahun
2014) yaitu sebesar 35Ton/Ha.
2. Kinerja sistem agribisnis tomat di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Karo sebelum erupsi gunung sinabung pada tahun 2012 benilai 59
(kinerja cukup baik) dan lebih rendah daripada sesudah erupsi gunung sinabung
yaitu bernilai 75 (kinerja baik).
3. Pendapatan petani tomat/Ha sebelum erupsi gunung sinabung adalah sebesar
Rp. 13.326.117 dan lebih rendah daripada sesudah erupsi gunung sinabung yaitu
sebesar Rp. 28. 463.917
6.2. Saran
1. Kepada Petani
diharapkan petani tomat agar terus merawat tanaman tomat secara intensif
baik itu penyemprotan pestisida, pemberian pupuk, dan penyiraman air
sehingga kualitas komoditi tomat dapat terjaga.
2. Kepada Pemerintah
diharapkan lebih berperan aktif lagi untuk membantu petani dalam
penyediaan sarana produksi yaitu bibit ,pupuk dan pestisida terkhusus
3. Kepada Peneliti selanjutnya
untuk mengadakan penelitian lanjutan mengenai erupsi gunung sinabung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomi
Tomat (Lycopersicon esculentum L.) merupakan tanaman asli dari Amerika
Tengah dan Selatan. Tanaman ini idealnya ditanam pada kisaran suhu 20-27oC
dengan curah hujan sekitar 750-1250 mg per tahun. Secara umum tomat dapat
tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-1500 m dpl. Kata tomat berasal dari
bahasa Aztek, salah satu suku Indian yaitu xitomate atau xitotomate. Tanaman
tomat berasal dari negara Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke seluruh
Amerika, terutama ke wilayah yang beriklim tropik, sebagai gulma.
Penyebaran tanaman tomat ini dilakukan oleh burung yang makan buah tomat dan
kotorannya tersebar kemana-mana. Penyebaran tomat ke Eropa dan Asia
dilakukan oleh orang Spanyol. Tomat ditanam di Indonesia sesudah kedatangan
orang Belanda. Dengan demikian, tanaman tomat sudah tersebar ke seluruh dunia,
baik di daerah tropik maupun subtropik (Turgiyono, 2002).
Di Indonesia buah tomat (Lycopersicum esculentum Mill) sangat digemari,karena
rasanya enak, baik untuk dimakan segar, dibuat salad maupun untuk bumbu
masak, bahkan tanaman ini mengandung vitamin C, vitamin A (karoten) dan
mineral. Konsumsi tomat segar dan olahan meningkat terus seiring dengan
kebutuhan manusia pada gizi yang seimbang. Kebutuhan minimum vitamin A dan
vitamin C tiap orang dapat terpenuhi apabila tiap hari makan tomat sebanyak 100
sumbangan terhadap kebutuhan kita pula, sehingga apabila makan sayuran dan
buah-buahan tersedia setiap hari telah cukup dapat menciptakan masyarakat yang
sehat gizi (Wiryanta, 2002).
Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicon (Lycopersicum)
Species : Lycopersicon esculentum Mill
Tomat selain sebagai bahan pangan bagi manusia juga memiliki kontribusi
terhadap perekonomian negara diantaranya berkontribusi terhadap PDB nasional
dan sebagai sumber mata pencaharian warga untuk memperoleh pendapatan
(Cahyono, 1998).
Menurut Rahardi (2006), sebagai salah satu produk agribisnis, sayuran memiliki
karakteristik tersendiri yang membedakan dengan komoditas hortikultura lainnya.
Karakteristik yang dimiliki sayuran antara lain:
1.Tidak tergantung musim
Sayuran dapat dibedakan menjadi sayuran semusim dan tahunan. Meskipun ada
beberapa sayuran yang sifatnya tahunan, namun konsumen masih dapat
menemukan walaupun jumlahnya sedikit dan harganya mahal. Sehingga sayuran
2.Tinggi risiko
Produk sayuran umumnya mudah rusak, mudah busuk, dan voluminous. Jika tidak
ada penanganan lebih lanjut pada pasca panen maka harganya pun akan turun
bahkan tidak bernilai sama sekali.
3.Perputaran modalnya lebih cepat.
Walaupun berisiko tinggi, namun perputaran modal usaha sayuran terbilang cepat
dibandingkan dengan komoditas pertanian yang lainnya. Hal ini terkait dengan
umur tanam untuk produk sayuran lebih singkat dan disertai dengan permintaan
konsumen terhadap berbagai jenis sayuran tidak akan pernah berhenti.
Menurut Kurnia et al.(2004), pertumbuhan dan perkembangan tanaman sayuran
tidak lepas dari pengaruh lingkungan seperti iklim dan topografi lingkungan lahan
tanam. Secara umum, sentra produksi tomat dataran tinggi terletak pada
ketinggian 700-2500 m di atas permukaan laut (dpl), dengan suhu udara rata-rata
sekitar 220C. Selain itu, curah hujan di sentra produksi sayuran dataran tinggi
berkisar 2.500 hingga 4.000 mm/tahun dan merupakan daerah yang dipengaruhi
oleh aktivitas gunung merapi baik statusnya masih aktif maupun yang sudah tidak
aktif lagi.
Menurut Dewa (2007), tomat dapat diusahakan diberbagai daerah. Namun,
pertumbuhan optimal tomat hanya dapat terjadi pada daerah di ketinggian lebih
dari 750 m dpl dengan kemasaman lahan sekitar 5,5-6,5. Suhu antara 15C-28C
sangat cocok agar tomat tumbuh optimal. Tomat akan cenderung kuning pada
stabil. Curah hujan yang cocok untuk pertumbuhan tomat antara 750-125
mm/tahun dengan sistem pengairan yang baik.
2.1.2 Sistem Agribisnis
Agribisnis dari cara pandang
analisis makro memandang agribisnis sebagai unit sistem industri dan suatu
komoditas tertentu, yang membentuk sektor ekonomi secara regional atau
nasional. Sedangkan pendekatan analisis mikro memandang agribisnis sebagai
suatu unit perusahaan yang bergerak, baik dalam salah satu subsistem agribisnis,
baik hanya satu atau lebih subsistem dalam satu lini komodias atau lebih dari satu
lini komoditas (Maulidah, 2012).
Secara konsepsional sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktifitas,
mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input) sampai dengan
pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh usaha tani serta agroindustri, yang
saling terkait satu sama lain. Dengan demikian sistem agribisnis merupakan suatu
sistem yang terdiri dari berbagai subsistem yaitu:
Subsistem Agribisnis Praproduksi/Agroindustri Hulu
Meliputi pengadaan sarana produksi pertanian antara lain terdiri dari benih, bibit, ,
pupuk , obat pemberantas hama alat-alat, mesin, dan peralatan produksi pertanian.
Pelaku-pelaku kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi adalah perorangan,
perusahaan swasta, pemerintah, koperasi. Betapa pentingnya subsistem ini mengingat
perlunya keterpaduan dari berbagai unsur itu guna mewujudkan sukses agribisnis.
Industri yang meyediakan sarana produksi pertanian disebut juga sebagai agroindustri
Subsistem AgribisnisProduksi / Usahatani
Usaha tani menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan, hasil perkebunan,
buah-buahan, bunga dan tanaman hias, hasil ternak, hewan dan ikan. Pelaku kegiatan
dalam subsistem ini adalah produsen yang terdiri dari petani, peternak, pengusaha
tambak, pengusaha tanaman hias dan lain-lain (Gumbira, 2001).
Subsistem AgribisnisPasca Produksi/ Agroindustri Hilir
Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan produk
usaha tani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sebagian dari produk yang
dihasilkan dari usaha tani didistribusikan langsung ke konsumen didalam atau di luar
negeri. Sebagian lainnya mengalami proses pengolahan lebih dahulu kemudian
didistribusikan ke konsumen. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini ialah pengumpul
produk, pengolah, pedagang, penyalur ke konsumen, pengalengan dan lain-lain.
Industri yang mengolah produk usahatani disebut agroindustri hilir (downstream).
Peranannya amat penting bila ditempatkan di pedesaan karena dapat menjadi motor
penggerak roda perekonomian di pedesaan, dengan cara menyerap/mencipakan
lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat pedesaan(Maulidah, 2012).
2.1.3 Erupsi Gunung Sinabung
Gunung Sinabung adala
adalah dua gunung berapi aktif di
provinsi itu. Ketinggian gunung ini adalah 2.460 meter. Gunung ini tidak pernah
pada tahun 2010. Letusan terakhir gunung ini terjadi sejak September 2013 dan
berlangsung hingga kini. Akibat peristiwa ini, status Gunung Sinabung dinaikkan
ke level 3 menjadi Siaga. Setelah aktivitas cukup tinggi selama beberapa hari,
status diturunkan menjadi level 2, Waspada. Namun demikian, aktivitas tidak
berhenti dan kondisinya fluktuatif (Simatupang, 2013).
Memasuki bulan November, terjadi peningkatan aktivitas dengan letusan-letusan
yang semakin menguat, sehingga status dinaikkan kembali menjadi Siaga.
Pengungsian penduduk di desa-desa sekitar berjarak 5 km dilakukan.
Letusan-letusan terjadi berkali-kali setelah itu, disertai luncura
km. Terbentuk kolom abu setinggi 8000 m di atas puncak gunung. Akibat
rangkaian letusan ini
Setelah kondisi ini bertahan terus, pada minggu terakhir Januari 2014 kondisi
Gunung Sinabung mulai stabil dan direncanakan pengungsi yang berasal dari luar
radius bahaya (5 km) dapat dipulangkan.
2.2 Landasan Teori
Menurut Arsyad (2003) agribisnis adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah
satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang
ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Arti luas maksudnya adalah
kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertaian dan kegiatan usaha yang ditunjang
oleh kegiatan pertanian.
Pada umumnya, produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi material- material
pengolahan suatu barang atau jasa. Faktor produksi adalah semua korbanan yang
diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan
dengan baik. Diberbagai literatur, faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah input,
production factor, dan korbanan produksi (Soekartawi, 2001).
Produksi adalah suatu proses merubah kombinasi berbagai input menjadi output.
Pengertian produksi tidak hanya terbatas pada proses pembuatan saja tetapi juga
penyimpanan, distribusi, pengangkutan, pengemasan kembali, hingga pemasaran
hasilnya. Istilah produksi berlaku untuk barang maupun jasa. Bahkan sebenarnya
perbedaan antara barang dan jasa itu sendiri, dari sudut pandang ekonomi, sangat tipis.
Setiap produsen dalam melakukan kegiatan produksi di asumsikan dengan tujuan
memaksimumkan keuntungan (Pracoyo, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dibedakan menjadi2 kelompok,
yaitu :
1. Faktor teknis, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat
kesuburannya, bibit, varietas, pupuk dan pestisida.
2. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, resiko ketidakpastian, kelembagaan,
tersedianya kredit dan sebagainya (Soekartawi, 2003).
Untuk memperoleh tingkat produksi optimal agar tercapai tingkat penerimaan
yang optimal, produsen haruslah memperhitungkan jumlah produksi, di mana
pada jumlah tersebut diharapkan penggunaan yang berlebihan akan menurunkan
hasil sehingga optimalisasi penerimaan tidak tercapai. Tingkat optimalisasi
harga yang berlaku dapat menjamin keadaan tersebut, sehingga produksi yang
diperoleh mencerminkan tingkat efisien dan keadaan usahatani tersebut
(Sudarsono, 1995)
Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total.
Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya
produksi (input).Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh
sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek,
dll (Sofian, 2006).
Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur
penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil
perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran
atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan
lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut(Ahmadi, 2001).
Pendapatan atau dapat juga disebut keuntungan, adalah merupakan selisih antara
penerimaan total dengan biaya total. Dimana biaya itu terdiri dari biaya tetap dan
biaya tidak tetap. Secara matematis analisis pendapatan dapat ditulis dan
digambarkan sebagai berikut.
Y = TR-TC
Keterangan:
Y = Pendapatan (Rp)
TR = Total Penerimaan (Rp)
Sedangkan untuk menghitung penerimaan usahatani dapat dihitung dengan rumus
formula sebagai berikut.
TR = P.Q
TC = TFC + TVC
Keterangan
P = Harga per satuan (Rp)
Q = Jumlah Produksi (kg)
TVC = Total Biaya Variabel (Rp)
TFC = Total Biaya Tetap (Rp) (Suratiyah, 2006).
2.3. Kerangka Pemikiran
Sistem Agribisnis yang baik harus didukung pula oleh baiknya kinerja setiap
subsistem agribisnis. Setiap subsistem agribisnis akan mendukung kinerja
subsistem agribisnis lainnya. Dalam penelitian ini sistem agribisnis yang diteliti
adalah sistem agribisnis komoditas tomat. Tomat merupakan tanaman pangan
yang memiliki prospek usaha yang cukup baik. Permintaan tomat cukup tinggi,
baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri
Subsistem dalam agribisnis tomat meliputi subsistem praproduksi, subsistem
produksi/usahatani, dan subsistem pasca produksi. Kinerja seluruh subsistem ini
harus berjalan baik. Kinerja sistem agribisnis tomat yang berjalan dengan baik
dapat meningkatkan produksi,produktivitas serta pendapatan petani tomat.
Tomat merupakan salah satu komoditi pertanian penopang perekonomian
masyarakat di Kabupaten Karo. Akan tetapi, belakangan ini produksi komoditi
Sinabung. Maka untuk melihat dampak dari musibah erupsi gunung Sinabung
terhadap petani karo akan dibandingakan kinerja sistem agribisnis tomat dan
pendapatan usahatani tomat sebelum dan sesudah terjadinya bencana alam erupsi
gunung Sinabung. Berdasarkan uraian sebelumnya maka secara sistematis dapat
digambarkan skema kerangka pemikiran sebagai berikut.
<--->
Gambar1. Skema kerangka Pemikiran
Keterangan
: Menyatakan Pengaruh
<--->: Menyatakan Banding/Komparasi AGRIBISNIS TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill)
Pendapatan
- Subsistem Pasca Produksi
Kinerja Sistem Agribisnis:
- Subsistem Praproduksi
- Subsistem Produksi
- Subsistem Pasca Produksi
Pendapatan Sesudah
Musibah Erupsi Gunung
2.4Hipotesis Penelitian
Sesuai landasan teori yang telah dibangun, maka diajukan hipotesis yang akan
diuji kebenaranya sebagai berikut :
1. Kinerja sistem agribisnis tomat sebelum terjadi musibah erupsi gunung
Sinabung adalah lebih baik daripada sesudah terjadi musibah erupsi gunung
Sinabung.
2. Pendapatan Petani tomat sebelum terjadi musibah erupsi gunung Sinabung
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang peranan
penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup dan bekerja pada
sektor pertanian. Pertanian sebagai sumber kehidupan bagi sebagian besar
penduduk negara-negara berkembang seperti Indonesia adalah suatu realitas.
Tetapi apakah kehidupan para petani menjadi semakin baik dari hari kehari,
merupakan suatu pertanyaan. Banyak pandangan yang menyatakan bahwa
kehidupan para petani di negara-negara berkembang semakin sulit karena
sebagian besar sumber kehidupan warga negara tergantung dari pertanian, maka
kesulitan tersebut menjadi tantangan utama bagi negara (Gumbira, 2001).
Untuk lebih meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia, maka penting
adanya pengembangan konsep agribisnis. Peran agribisnis dalam suatu negara
agraris seperti Indoesia sangat besar. Hal ini disebabkan karena cakupan aspek
agribisnis meliputi kaitan mulai dari proses produksi, pengolahan sampai pada
pemasaran termasuk didalamnya kegiatan lain yang menunjang proses produksi
pertanian serta kegiatan lain yang ditunjang oleh kegitan pertanian
Menurut Rahardi (1997), kegiatan agribisnis dimulai dari perencanaan usaha,
penyediaan sarana dan prasarana, budidaya tanaman, penanganan hasil produksi
(pengelolaan) yang dapat mengelola faktor alam, modal, tenaga kerja dan
teknologi dengan faktor sarana prasarana agar dapat saling menunjang.
Unsur-unsur yang menjadi sasaran analisis dalam perusahaan agribisnis, yakni
aktivitas perusahaan agroindustri yang meliputi kegiatan pengadaan input,
pengolahan, dan pemasaran. Selain itu, pada lingkup manajemen terdapat divisi
riset dan pengembangan,administrasi dan personalia, serta keuangan. Di luar
lingkup manajemen ada tenaga kerja atau serikat pekerja, sumber-sumber
pembiayaan(bank, dana ventura, investor, pasar modal, dan lain-lain),
pelanggan/konsumen, distributor, pemasok, serta karakteristik bahan baku dan
lingkungan tugas lainnya (Gumbira, 2001).
Hortikultura berasal dari Bahasa Latin yang terdiri dari dua patah kata yaitu dari
kata Hortus: kebun dan Cultura: budidaya/pengelolaan. Hortikultura adalah ilmu
dan seni bercocok tanam yang memerlukan pemeliharaan khusus, serta bercocok
tanam tersebut dilakukan di kebun atau pekarangan Secara umum budidaya
hortikultura meliputi tanaman sayuran (vegetable crops), tanaman buah (fruit
crops) dan tanaman hias (ornamental crops). Buah-buahan salah satu komoditas
tanaman hortikultura yang mempunyai arti strategis dalam pergizian masyarakat
dan agribisnis secara global, karena pada era globalisasi akan membawa peluang
dan juga tantangan baru bagi produsen dan agribisnis buah-buahan domestik. Sifat
produk tanaman buah adalah: mudah rusak (perishable), resiko besar, musiman,
Salah satu tujuan utama pembangunan pertanian tanaman pangan adalah
swasembada pangan. Kebijaksanaan swasembada pangan diperluas, tidak hanya
bertumpu pada komoditas beras saja tetapi juga pada komoditas lain yang
mengandung karbohidrat, protein, mineral dan vitamin seperti buah-buahan,
sayur-sayuran dan bunga-bungaan, seperti halnya komoditas tomat
(Soekartawi,1994).
Buah tomat sebagai salah satu komoditas sayuran mempunyai prospek pemasaran
yang cerah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya buah tomat yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya adalah sebagai sumber vitamin. Buah
tomat sangat baik untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit,
seperti sariawan karena mengandung vitamin C.
Selain sebagai buah segar yang langsung dapat konsumsi, buah tomat juga dapat
digunakan sebagai bahan penyedap berbagai macam masakan seperti sop,
gado-gado, sambal, dan juga dapat dijadikan bahan industri untuk dikonsumsi dalam
bentuk olahan, misalnya untuk minuman sari buah tomat, es juice tomat, dan
konsentrat. Berbagai macam kegunaan tersebut dapat memberikan keuntungan,
baik bagi konsumen, produsen, maupun masyarakat pada umumnya. Potensi pasar
buah tomat juga dapat dilihat dari segi harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat sehingga membuka peluang yang lebih besar terhadap serapan pasar
(Cahyono, 1998).
Tomat merupakan salah satu tanaman pangan karena banyak mengandung
karbohidrat sehingga tomat juga dapat dijadikan sebagai salah satu makanan
tetapi konsumennya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan
karena jumlah penduduk yang semakn bertambah, taraf hidup masyarakat
meningkat, dan wisatawan asing atau orang asing yang tinggal di Indonesia juga
meningkat.
Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan
sektor ekonomi yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan masyarakat dan taraf
hidup yang kurang baik menjadi lebih baik. Hal ini terlihat dari peranan sektor
pertanian terhadap penyediaan pangan, penyumbang devisa negara melalui ekspor
dan lain sebagainya (Soekartawi, 1994).
Konsep agribisnis adalah suatu konsep di dalam kegiatan pertanian. Konsep
agribisnis merupakan suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi,
pengolahan hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan
pertanian. Seperti yang telah diuraian sebelumnya, agribisnis mencakup kegiatan
yang ditunjang dan menunjang sektor pertanian.
Untuk melihat baik buruknya kinerja sistem agribisnis tersebut maka perlu
diadakan nya evaluasi. Evaluasi berkaitan dengan dampak dari suatu kegiatan
artinya menilai apakah sudah efektif dan efisien kegiatan tersebut berjalan.
Penanganan pengembangan komoditas pertanian yang terputus- putus juga
merupakan alasan pentingnya mengembangkan agribisnis. Misalnya
pengembangan suatu komoditas yag belum diimbangi dengan kegiatan
pengoolahan dan pemasaran yang baik sehingga seringkali dijumpai kelalaian
pula adanya pabrik pengolahan hasil pertanian yang kekurangan bahan baku yang
cukup dan kontinue ( Soekartawi, 2003).
Dari penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka hal yang pertama yang
dilakukan dalam kegiatan agribisnis sebuah komoditas adalah penyediaan sarana
produksi. Penyediaan sarana produksi atau input atau faktor produksi baik yang
berbentuk fisik maupun keterampilan (skill) merupakan kegiatan yang dilakukan
dalam subsistem praproduksi kegiatan agribisnis suatu komoditas. Penyediaan
sarana produksi input atau faktor produksi yang memadai sangat penting karena
diperlukan untuk menunjang ataupun memperlancar kegiatan agrbisnis.
Berikutnya yaitu subsistem produksi. Salah satu indiaktor keberhasilan kinerja
petani dalam kegiatan susbsistem praproduksi adalah dapat menyediakan sarana
produksi atau input atau faktor produksi sehingga proses produksi atau
usahataninya berjalan lancar atau tidak terputus hingga masa panen.
Kinerja yang baik oleh petani juga dapat dilihat pada kegiatan subsistem produksi.
Sebelum memulai produksinya, petani harus tahu apa yang akan dilakukan serta
bagaimana cara melakukannya. Akan lebih baik lagi jika petani membuat daftar
pekerjaan tertulis yang akan dilakukan, cara melaksanakannya dan evaluasi
berdasarkan indikator yang telah ada atau standart pekerjaan yang semestinya
dilakukan petani dalam usahataninya. Dengan adanya kinerja yang baik pada
kegiatan subsistem produksi maka diharapakan petani dapat meningkatkan
produksi/ produktivitas/hasil usahataninya (Simanjuntak, 2005) .
Selanjutnya, keberhasilan kinerja agribisnis dilakukan dengan kegiatan
serangkaian kegiatan agribisnis. Hal ini disebabkan kegiatan pengolahan hasil
memberikan beberapa manfaat dan keuntungan, antara lain meningkatkan nilai
tambah, meningkatkan kualitas hasil, meningkatkan penyerapan tenaga kerja,
meningkatkan keterampilan produsen, dan meningkatkan pendapatan
produsen(Soekartawi, 2003).
Pada akhirnya, konsep agribisnis tidak dapat dipisahkan dari sebuah kegiatan
pertanian yang menginginkan hasil yang optimal dari kegiatan pertanian tersebut.
Oleh karena itu, kinerja sistem agribisnis yang baik diperlukan didalam pertanian
tomat. Dengan diterapkannya konsep agribisnis yang baik mulai dari kegiatan
praproduksi, produksi, dan pasca produksi, serta sinergitas antara tiap subsistem
agribisnis tersebut diharapakan dapat meningkatkan pendapatan pertanian tomat,
dapat memenuhi permintaan tomat dalamnegeri dengan harga yang stabil, bahkan
dapat menambah devisa negara dengan mengekspornya keluar negeri.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarakan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Perkembangan produksi tomat di daerah penelitian sebelum erupsi
gunung Sinabung (Tahun 2012) dan sesudah erupsi gunung Sinabung (Tahun
2014) ?
2. Bagaimana kinerja sistem agribisnis tomat didaerah penelitian yang meliputi
subsistem praproduksi, subsistem produksi, dan subsistem pascaproduksi
sebelum erupsi gunung sinabung (Tahun 2012) dan sesudah erupsi gunung
3. Apakah ada perbedaan pendapatan petani tomat di daerah penelitian sebelum
erupsi gunung Sinabung (Tahun 2012) dan sesudah erupsi gunung Sinabung
(Tahun 2014) ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengaetahui bagaimana perkembangan produksi tomat di daerah
penelitian sebelum erupsi gunung Sinabung (Tahun 2012) dan sesudah erupsi
gunung Sinabung (Tahun 2014).
2. Untuk menganalisis kinerja sistem agribisnis tomat yang meliputi subsistem
praproduksi, subsistem produksi, dan subsistem pascaproduksi didaerah
penelitian sebelum erupsi gunung Sinabung (Tahun 2012) dan sesudah erupsi
gunung Sinabung (Tahun 2014).
3. Untuk menganalisis perbedaan pendapatan petani tomat di daerah penelitian
sebelum erupsi gunung Sinabung (Tahun 2012) dan sesudah erupsi gunung
Sinabung (Tahun 2014).
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pertanian di Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi produsen atau petani tomatuntuk
bertani secara intensif agar dapat meningkatkan ekonomi keluarga mereka
dalam menjalankan usahataninya.
ABSTRAK
Ezra Hilda Panggabean (100304121) dengan judul skripsi “Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo” dibawah bimbingan Bapak Dr.Ir Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai Ketua Komisi pembimbing dan Bapak Ir, M Jufri, M. Si sebagai Anggota Komisi pembimbing. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan produksi Tomat didaerah penelitian sebelum dan sesudah Erupsi gunung Sinabung, untuk menganalisi kinerja sistem agribisnis tomat sebelum dan sesudah erupsi gunung sinabung dan untuk menganalisi perbedaan pendapatan petani tomat sebelum dan sesudah erupsi gunung sinabung.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis skala likert, metode analisis usahatani dan metode analisis komparatif. Metode analisis skala likert digunakan untuk menghitung skor kinerja petani tomat sebelum dan sesudah erupsi gunung sinabung. Metode analisis usahatani digunakan untuk menghitung biaya produksi, penerimaan dan pendapatan petani tomat sebelum dan sesudah erupsi gunung sinabung.
Hasil penelitian antara lain, perkembangan produksi tomat sebelum dan sesudah erupsi gunug sinabung adalah meningkat. Kinerja petani dalam sistem agribisnis sebelum erupsi gunung sinabung lebih rendah daripada sesudah erupsi gunung sinabung. Pendapatan petani tomat sebelum erupsi gunung sinabung lebih rendah daripada setelah erupsi gunung sinabung.
Kata Kunci : Kinerja, Sistem Agribisnis, Erupsi Gunung Sinabung.
ABSTRACT
Ezra Hilda Panggabean (100304121) thesis titled "Performance Analyze of Tommato Agribusiness System Before and After Eruption of Mount Sinabung in Gajah Village, Simpang Empat, Karo" under the guidance of Bapak Dr. Ir Satia Negara Lubis, M.Ec as Chairman of the Commission supervising and Bapak Ir, M Jufri, M.Si as Commission members supervisor. The purpose is to find out how the development of tommato is production areas of research before and after the eruption of Mount Sinabung, to analyze the tommato agribusiness system performance before and after the eruption of Mount Sinabung and to analyse the difference tommato farmers' income before and after the eruption.
The analyze method used in this research is the analyse of the Likert scale, analytical methods of farming and comparative analysis methods. Likert scale analyze method is used to calculate the performance scores of tommato growers before and after the eruption of Mount Sinabung. The analytical method used to calculate farm production costs, revenues and income of farmers tommato before and after the eruption of Mount Sinabung.
The results of the study, among others, the development of tommato production before and after the eruption of Mount Sinabung increasing. Performance of farmers in the system before the eruption of Mount Sinabung agribusiness lower than after the eruption of Mount Sinabung. Tommato farmers' income before the eruption of Mount Sinabung is lower than after the eruption of Mount Sinabung
ANALISIS KINERJA SISTEM AGRIBISNIS TOMAT
SEBELUM DAN SESUDAH ERUPSI GUNUNG SINABUNG
(
Kasus : Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)SKRIPSI
OLEH :
EZRA HILDA PANGGABEAN 100304121
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS KINERJA SISTEM AGRIBISNIS TOMAT
SEBELUM DAN SESUDAH ERUPSI GUNUNG SINABUNG
(
Kasus : Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)SKRIPSI
OLEH :
EZRA HILDA PANNGABEAN 100304121
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing,
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(Dr.Ir.Satia Negara M.Ec) (
NIP : 196302041997031001 NIP : 196011101988031003 Ir.Mhd Jufri M.Si)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Ezra Hilda Panggabean (100304121) dengan judul skripsi “Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo” dibawah bimbingan Bapak Dr.Ir Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai Ketua Komisi pembimbing dan Bapak Ir, M Jufri, M. Si sebagai Anggota Komisi pembimbing. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan produksi Tomat didaerah penelitian sebelum dan sesudah Erupsi gunung Sinabung, untuk menganalisi kinerja sistem agribisnis tomat sebelum dan sesudah erupsi gunung sinabung dan untuk menganalisi perbedaan pendapatan petani tomat sebelum dan sesudah erupsi gunung sinabung.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis skala likert, metode analisis usahatani dan metode analisis komparatif. Metode analisis skala likert digunakan untuk menghitung skor kinerja petani tomat sebelum dan sesudah erupsi gunung sinabung. Metode analisis usahatani digunakan untuk menghitung biaya produksi, penerimaan dan pendapatan petani tomat sebelum dan sesudah erupsi gunung sinabung.
Hasil penelitian antara lain, perkembangan produksi tomat sebelum dan sesudah erupsi gunug sinabung adalah meningkat. Kinerja petani dalam sistem agribisnis sebelum erupsi gunung sinabung lebih rendah daripada sesudah erupsi gunung sinabung. Pendapatan petani tomat sebelum erupsi gunung sinabung lebih rendah daripada setelah erupsi gunung sinabung.
Kata Kunci : Kinerja, Sistem Agribisnis, Erupsi Gunung Sinabung.
ABSTRACT
Ezra Hilda Panggabean (100304121) thesis titled "Performance Analyze of Tommato Agribusiness System Before and After Eruption of Mount Sinabung in Gajah Village, Simpang Empat, Karo" under the guidance of Bapak Dr. Ir Satia Negara Lubis, M.Ec as Chairman of the Commission supervising and Bapak Ir, M Jufri, M.Si as Commission members supervisor. The purpose is to find out how the development of tommato is production areas of research before and after the eruption of Mount Sinabung, to analyze the tommato agribusiness system performance before and after the eruption of Mount Sinabung and to analyse the difference tommato farmers' income before and after the eruption.
The analyze method used in this research is the analyse of the Likert scale, analytical methods of farming and comparative analysis methods. Likert scale analyze method is used to calculate the performance scores of tommato growers before and after the eruption of Mount Sinabung. The analytical method used to calculate farm production costs, revenues and income of farmers tommato before and after the eruption of Mount Sinabung.
The results of the study, among others, the development of tommato production before and after the eruption of Mount Sinabung increasing. Performance of farmers in the system before the eruption of Mount Sinabung agribusiness lower than after the eruption of Mount Sinabung. Tommato farmers' income before the eruption of Mount Sinabung is lower than after the eruption of Mount Sinabung
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan
kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gempa Sinabung di Desa Gajah Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo”.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar- besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec., selaku Ketua Komisi Pembimbing 2. Bapak Ir. M. Jufri, M.Si., selaku Anggota Komisi Pembimbing.
3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS., selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Bapak
Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec., selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
4. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
5. Alm, Ayahanda dan Ibunda, tercinta Maringan Simorangkir dan
Farasiana Marbun yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil yang senantiasa memberikan semangat dan senantiasa
menemani penulis dalam penulisan skripsi ini dan menyelesaikan pendidikan
6. Kakak-Abangku tercinta, Ester Andriani, AMF dan Esroni Manumpak Tua Simorangkir yang telah memberikan dukunganm motivasi dan semangat. Adik-adikku tersayang Estika Sari Simorangkir dan Esman Hamonangan Simorangkir yang membatu penulis dikala bingung dalam menghitung.
7. Keponakanku yang pertama Evander Abraham Sinaga yang memberikan semangat lewat senyum dan tingkahnya yang menggemaskan.
8. Sahabat-sahabatku terkasih didalam Tuhan, Novrida Tuturi Sembiring,Amd., Lasmaria Magdalena Sitorus,S.S., Yenny Ravicha Sinaga, yang telah meberikan dukungan, semangat, dan motivasi bagi penulis. 9. Teman teristimewa Harry Christian Purba yang selama ini menasehati,
memberikan semangat, dukungan dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi dan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.
10.Kawan-kawan seperjuangan stambuk 2010 Agribisnis USU yang tidak dapat
penulis sampaikan satu per satu yang sama-sama berjuang dan telah
mamberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan
penulisan skrisi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan
Medan, Desember 2015
DAFTAR ISI
2.1.3 Erupsi Gunung Sinabung...12
2.2. Landasan Teori...13
2.3. Kerangka Pemikiran...16
2.4. Hipotesis Penelitian...18
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian...19
3.2. Metode Penentuan Sampel...19
3.3. Metode Pengumpulan Data...20
3.4. Metode Analisis Data...20
3.5.Defenisi dan Batasan Operasional...22
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAAN 4.1. Deskripsi daerah Penelitian...24
4.1.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah...24
4.1.2. Keadaan Penduduk...25
4.1.4. Sarana dan Prasarana...27 4.1.5. Karakteristik Petani Responden...28
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Perkembangan Produksi Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung...30 5.2. Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Seudah Erupsi
Gunung Sinabung...30 5.3. Perbedaan Pendapatan Petani Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi
GunungSinabung...32
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan...35 6.2. Saran...35
DAFTAR TABEL
NO JUDUL HALAMAN
1. Daerah Yang Terkena Erupsi Gunung Sinabung...19
2. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Gajah 2013...25
3. Distribusi penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Gajah 2013...25
4. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa Gajah 2013...26
5. Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di Desa Gajah 2013...26
6. Sarana dan Prasarana Umum di Desa Gajah 2013……...27
7. Karakteristik Petani Responden...28
8. Kegiatan Sistem Agribisnis Tomat………....31
9. Perbedaan Kinerja Sitem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung………..31
10.Rata-Rata Perbedaan Pendapatan, Penerimaan Biaya Produksi Sebelum 11. dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung………...32
12.Paired Samples Correlations Pendapatan………33
DAFTAR LAMPIRAN
NO JUDUL
1. Karakteristik Petani Sampel 2. Anaalisis Sistem Agribisnis Tomat
Biaya Bibit
• Sebelum erupsi Gunung Sinabung
• Sesudah erupsi Gunung Sinabung
Biaya Pupuk
• Sebelum erupsi Gunung Sinabung
• Sesudah erupsi Gunung Sinabung
Biaya Pestisida
• Sebelum erupsi Gunung Sinabung
• Sesudah erupsi Gunung Sinabung
Biaya Tenaga Kerja
• Sebelum erupsi Gunung Sinabung
• Sesudah erupsi Gunung Sinabung
Biaya Alat
• Sebelum erupsi Gunung Sinabung
• Sesudah erupsi Gunung Sinabung
3. Penerimaan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung 4. Total Biaya dan Pendapatan sebelum dan sesudah Erupsi Gunung
Sinabung
5. Analisis Kinerja Subsistem Praproduksi
• Sebelum erupsi Gunung Sinabung
• Sesudah erupsi Gunung Sinabung 6. Analisi Kinerja Subsitem Produksi
• Sebelum erupsi Gunung Sinabung
• Sesudah erupsi Gunung Sinabung 7. Analisis Kinerja Subsistem Pascaproduksi
• Sebelum erupsi Gunung Sinabung