GAMBARAN RADIOGRAFIS OSSEOUS CHORISTOMA PADA
RONGGA MULUT
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
Tyson Majin NIM : 070600133
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Radiologi Dental
Tahun 2010
Tyson Majin
Gambaran radiografis osseous choristoma pada rongga mulut
viii + 29 halaman
Osseous choristoma merupakan suatu pertumbuhan tulang normal yang berbentuk
seperti tumor pada daerah yang tidak seharusnya tumbuh (ektopik). Lesi ini sangat jarang
terjadi kemunculannya, namun lesi ini bukan merupakan lesi ganas seperti yang ada pada
tumor dan osteoma, namun lesi ini dapat berkembang terus-menerus sehingga
mempengaruhi penampilan dan rasa percaya diri seseorang.
Osseous choristoma dapat muncul pada mukosa bukal, dorsum lidah, regio
submental, otot masseter dan regio submandibula. Secara radiografis terlihat gambaran lesi
radiopak padat dan berbatas tegas. Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh lesi ini seperti
disfagia, perasaan tercekik, tersedak, iritasi tenggorokan, mendengkur saat tidur, nausea
dan kekakuan pada lidah. Pemilihan perawatan yang tepat untuk kasus ini adalah eksisi
jaringan.
Pemeriksaan yang teliti dapat menghasilkan diagnosa yang tepat sehingga dapat
menunjang prosedur perawatan yang baik.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 3 November 2010
Pembimbing : Tanda tangan
H. Amrin Tahir, drg. ...
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji Pada tanggal 7 November 2010
TIM PENGUJI
KETUA : Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG
ANGGOTA : 1. Amrin Tahir, drg.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini telah selesai
disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana kedokteran
Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih kepada :
1. Prof. H. Nazruddin, drg., Sp.Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. Yati Roesnawi, drg. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
3. Amrin Thahir, drg. selaku dosen pembimbing dan juga Lidya Irani, drg yang
telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Seluruh staf pengajar Radiologi Dental beserta staf pengajar lainnya dan pegawai
di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan
membimbing penulis selama menuntut ilmu di masa pendidikan.
5. Ayahanda tercinta Majin dan ibunda Lindawaty atas segala kasih sayang, doa,
dan bantuan baik berupa moril dan materil yang tidak akan terbalas oleh penulis.
6. Abangku Ma Jupeter, drg. dan Kakakku Pratiwi Majuliana, drg. atas dukungan
7. Yang terkhusus untuk cintaku Cathrine Pai yang telah mendukung dan
menemaniku selama ini tanpa bosan dan selalu ada untukku serta segala kasih sayang yang
telah diberikan.
8. Kepada para sahabat dan rekan stambuk 2007 lainnya yang namanya tidak dapat
disebutkan satu per satu, yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat
memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan
masyarakat.
Medan, 3 November 2010
Penulis,
(Tyson Majin)
Daftar Isi
halaman
HALAMAN JUDUL………...………...
HALAMAN PERSETUJUAN………..………
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI……….
KATA PENGANTAR……...……….... iv
DAFTAR ISI ……….. . vi
DAFTAR TABEL………. vii
DAFTAR GAMBAR……… viii
BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1
BAB 2 CHORISTOMA PADA RONGGA MULUT………... 3
2.1 Definisi………... 3
2.2 Etiologi dan Patogenesis……….. 9
2.3 Diagnosa Banding……… 11
2.4 Perawatan………. 12
BAB 3 MANIFESTASI DAN GAMBARAN RADIOGRAFIS OSSEOUS CHORISTOMA PADA RONGGA MULUT………. 14
3.1 Manifestasi Oral Choristoma……… 14
3.2 Pemeriksaan Radiografis dan Histopatologis Osseous Choristom... 16
BAB 4 LAPORAN KASUS……….…….. 19
BAB 5 KESIMPULAN……….. 24
Daftar Rujukan……….…. 26
Daftar Tabel
halaman
Tabel 1. Kasus bukal choristoma yang telah dilaporkan……….….……... 4
Daftar Gambar
halaman
Gambar 1. Gambaran klinis massa yang membengkak pada mukosa bukal....…. 5
Gambar 2. Massa tumor pada bagian posterior dorsum lidah ditutupi oleh mukosa yang sehat……….……….. 11
Gambar 3. Dua massa radiopak dengan batas jelas yang terletak pada bagian kiri rahang atas dengan diagnosa osteoma……….. 17
Gambar 4. Gambaran CT menunjukkan lesi osteoma yang berlobus……… 17
Gambar 5. Gambaran klinis pre-operatif pada pasien yang menunjukkan adanya pembengkakan pada regio submandibula……….……… 20
Gambar 6. Gambaran panoramik radiografi yang menunjukkan lesi pada sebelah kanan seperti yang ditunjukkan oleh panah………. 21
Gambar 7. Gambaran CT dari arah koronal yang menunjukkan lokasi lesi (kiri); gambaran CT dari arah sagital (kanan)………. 21
Gambar 8. Gambaran CT tiga-dimensi yang menunjukkan lokasi lesi pada inferior sudut rahang bagian kanan...……… 22
Gambar 9. Gambar spesimen lesi yang telkah dikeluarkan……… 23
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Radiologi Dental
Tahun 2010
Tyson Majin
Gambaran radiografis osseous choristoma pada rongga mulut
viii + 29 halaman
Osseous choristoma merupakan suatu pertumbuhan tulang normal yang berbentuk
seperti tumor pada daerah yang tidak seharusnya tumbuh (ektopik). Lesi ini sangat jarang
terjadi kemunculannya, namun lesi ini bukan merupakan lesi ganas seperti yang ada pada
tumor dan osteoma, namun lesi ini dapat berkembang terus-menerus sehingga
mempengaruhi penampilan dan rasa percaya diri seseorang.
Osseous choristoma dapat muncul pada mukosa bukal, dorsum lidah, regio
submental, otot masseter dan regio submandibula. Secara radiografis terlihat gambaran lesi
radiopak padat dan berbatas tegas. Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh lesi ini seperti
disfagia, perasaan tercekik, tersedak, iritasi tenggorokan, mendengkur saat tidur, nausea
dan kekakuan pada lidah. Pemilihan perawatan yang tepat untuk kasus ini adalah eksisi
jaringan.
Pemeriksaan yang teliti dapat menghasilkan diagnosa yang tepat sehingga dapat
menunjang prosedur perawatan yang baik.
Bab 1
Pendahuluan
Choristoma adalah suatu pertumbuhan jaringan normal pada daerah yang tidak
sesuai dengan tempatnya. Oral choristoma adalah suatu pertumbuhan tulang normal yang
berbentuk seperti tumor pada daerah yang tidak normal/tidak pada tempatnya (ektopik).
Osseous choristoma pada rongga mulut dan maksilofasial merupakan lesi yang sangat
jarang terjadi kemunculannya dan kasus-kasus ini jarang ditemukan. Walaupun memiliki
ciri klinis yang mirip dengan osteoma, namun osseous choristoma ini tidak sama dengan
osteoma. Hal itu disebabkan oleh lesi yang terbentuk pada jaringan tersebut bukan berasal
dari jaringan osteogenik, namun berasal dari jaringan tulang lamellar dan lesi ini tidak
berkembang seperti tumor jinak dan tidak sesuai dengan ciri-ciri suatu osteoma.1-5
Kelainan ini biasanya bersifat asimtomatis, namun demikian lesi ini dapat tumbuh
terus menerus sehingga mempengaruhi penampilan dan rasa percaya diri seseorang. Tidak
jarang pula gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini seperti disfagia, perasaan
tercekik, tersedak, iritasi tenggorokan, mendengkur saat tidur, nausea dan kekakuan pada
lidah. Osseous choristoma dapat muncul pada mukosa bukal, dorsum lidah, regio
submental, otot masseter dan regio submandibula. Pilihan perawatan untuk lesi-lesi ini
meliputi operasi eksisi yang diharapkan tidak terjadi rekurensi, namun pemeriksaan yang
Pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan pada kasus ini adalah dengan
menggunakan radiografi panoramik dan computed tomography (CT). Skripsi ini akan
menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang yang baik untuk kasus ini sehingga klinisi
Bab 2
Choristoma Pada Rongga Mulut
Choristoma merupakan suatu pertumbuhan jaringan normal pada daerah yang tidak
seharusnya tumbuh pada tempatnya. Choristoma dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi
tumbuhnya seperti pada kelenjar ludah, kartilago, osseus, lingual thyroid, glial atau mukosa
gastrik. Osseous choristoma merupakan sebuah pertumbuhan tulang normal yang berbentuk
seperti tumor pada daerah yang tidak seharusnya tumbuh (ektopik). Osseous choristoma
pada rongga mulut dan maksilofasial merupakan lesi yang sangat jarang terjadi
kemunculannya dan kasus-kasus ini jarang ditemukan.1-5
2.1 Definisi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa choristoma merupakan suatu
pertumbuhan jaringan pada daerah yang tidak seharusnya tumbuh. Maka osseus choristoma
merupakan suatu pertumbuhan jaringan tulang lamellar yang normal dimana terjadi pada
daerah yang tidak pada tempatnya/ektopik. Krolls dkk merupakan peneliti pertama yang
menemukan dan mempublikasikan literatur ditemukannya jaringan pada osseous
choristoma yang terdiri dari tulang lamellar normal yang berkembang dari jaringan lunak.
Dia menamakan osseous choristoma karena lesi yang terbentuk bukan berasal dari jaringan
osteogenik, namun berasal dari jaringan tulang lamellar dan lesi ini tidak berkembang
choristoma juga dikatakan sebagai “osteoma jaringan lunak” yang merupakan lesi jinak
pada rongga mulut. Selain pada rongga mulut, berbagai jenis jaringan dapat muncul
choristoma diantaranya tulang lamellar, tulang rawan, mukosa gastrik, jaringan glial dan
kelenjar sebaseous yang berbentuk seperti tumor. Choristoma paling sering muncul pada
posterior dorsum lidah dekat dengan papilla sirkumvalata atau foramen caecum ataupun
sering juga pada sepertiga bagian dorsum lidah. Osseous choristoma pada lidah biasanya
bersifat asimptomatis walaupun terkadang pada beberapa pasien dapat merasakan adanya
gejala sakit, disfagia, sensasi tubuh lainnya, iritasi tenggorokan, mendengkur saat tidur,
nausea dan kekakuan pada lidah. Namun tak jarang juga osseous choristoma juga dapat
muncul pada mukosa bukal, regio submental, otot masseter dan regio submandibula.
Menurut tinjauan literatur yang telah ditulis sejak tahun 1967 hingga sekarang telah
ditemukan osseus choristoma sebanyak 53 kasus. Namun kemunculannya pada mukosa
bukal relatif jarang terjadi. Hal tersebut dilihat dalam tabel 1.1-5
Tabel 1. Kasus bukal choristoma yang telah dilaporkan.2
Pengarang
almond "gumpalan" kanan
Philipsen
(1986) Wanita 41
Kulit
putih taa Hazelnut mulai bergejala kanan
Mintz dkk
(1995) Wanita 16
Kulit
putih 1 2.5 x 2 x 2
pembengkakan
tanpa sakit kanan
Pria 67
Kulit
putih 1 2.5 x 2 x 1.5
pembengkakan
tanpa sakit kanan
Lin dkk (1998) Pria 45 Chinese 1
2.3 x 2.0 x
1.5 mulai bergejala kanan
Dalkiz dkk Pria 22 Turki 5 5 x 3 x 3 mulai membesar kiri
tanpa sakit kanan
dkk (2003)
Chen dkk Pria 5 Chinese 1 2.5 x 2. 5
pembengkakan
tanpa sakit kanan
(kasus terkini)
* lesi rekuren 12 tahun setelah eksisi
** lesi rekuren 1 tahun setelah eksisi
Gambar 1. Gambaran klinis massa yang membengkak pada mukosa bukal.2
Dari hasil literatur sebelumnya umur pasien saat diagnosa awal berkisar antara 5–
75 tahun dengan rata-rata 29,8 tahun. Sebanyak 29 kasus (54,7%) merupakan pasien-pasien
yang kisaran umurnya 30-40 tahun. Terdapat 4 pasien dengan lesi yang telah muncul sejak
adalah 1 : 2,8. Lokasi anatomis tumor yang ditemukan pada 41 kasus (77%) pada bagian
1/3 posterior lidah, pada bagian batas lateral sebanyak 9 kasus (17%) dan pada bagian 2/3
lidah yaitu sebanyak 3 kasus (6%). Lesi pada sepertiga posterior lidah berada dekat atau
pada batas foramen caecum dan papilla sirkumvalata. Ukuran dari lesi bervariasi antara 3
milimeter hingga yang terbesar 5 sentimeter. Secara klinis, lesi-lesi tersebut membentuk
massa yang keras yakni bertangkai maupun tidak bertangkai dan pada 4 kasus lesi
choristoma yang dilaporkan bertangkai dan berlobus (tabel 2). Pada kebanyakan kasus,
mukosa yang melapisi lesi tersebut menunjukkan gambaran klinis yang normal, ulserasi
terlihat pada 1 kasus dan lesi lainnya terlihat suatu massa dengan permukaan yang verruca.
Durasi dari perkembangan tumor-tumor tersebut berkisar dari 3 hari hingga 50 tahun. Pada
9 kasus, lesi-lesi menunjukkan pertambahan ukuran. Pada 18 kasus lainnya lesi terdeteksi
pada saat pemeriksaan rutin dan pada 22 kasus lesi keluhannya adalah adanya gumpalan
yang tidak sakit pada lidah. Secara histologis, lesi-lesi yang berbatas jelas tersebut diisi
oleh massa tulang yang padat dengan sistem kanalis harvesian yang baik yang dikelilingi
oleh jaringan ikat yang padat dan fibrous dan ditutup oleh epitel skuamosa berlapis yang
tumbuh diluar daerah yang membengkak. Aktivitas seluler osteoblas yang menyolok dari
massa osseous tersebut hanya ditemukan pada 4 kasus, namun 3 diantaranya memiliki
riwayat lesi yang semakin membesar. Pada 3 kasus lainnya ditemukan jaringan
hematopoetik atau jaringan lemak di dalam ruangan antara sumsum tulang. Hal tersebut
tidak biasa terjadi pada lesi ini. Penanganan untuk lesi-lesi ini adalah dengan operasi
pengangkatan/eksisi. Rekurensi atau tranformasi malignan belum pernah dilaporkan.Untuk
Tabel 2. Kasus lingual osseous choristoma yang dilaporkan.4
Peneliti
Umur
(tahun)/jenkel Durasi Lokasi Ukuran Bentuk Gejala
Cataldo dkk 39/P 4 bulan Posterior lidah diameter 1 cm bertangkai t.a.a.
Begel dkk. 22/P 2 tahun Daerah CP 1 x 0,5 cm tidak bertangkai disfagia
Jahnke & Dally 22/P 13 tahun Posterior hingga CP
1,3 x 0,8 x 0,7
cm bertangkai benjolan
Kaye 26/P sejak lahir Basis lidah 1,0 x 1,0cm bertangkai benjolan
tahun Posterior lidah - bertangkai tersedak
9/P 2,5 bulan Daerah FC - bertangkai tersedak
tengah dan lateral diameter 2 cm mukosa ulseratif benjolan
Busuttil 8/P 9 bulan Batas kiri sebesar kacang - benjolan
Esguep dkk 63/P 2 bulan Batas kanan diameter 0,5 cm tidak bertangkai benjolan
Wasserstein 50/P 3 bulan Sepertiga tengah 1,5 x 0,75 cm mobil benjolan
Main 54/P sejak lahir Posterior FC diameter 1,5 cm bertangkai benjolan
Sheridan 20/P 2 tahun Anterior CP diameter 1 cm
bertangkai dan
berlobus benjolan
Cabbabe 5/P - Basis lidah
0,6 x 0,5 x 0,3
cm bertangkai benjolan
Nash dkk 31/L - Batas Kanan diameter 2,5 cm tidak bertangkai t.a.a.
Weitzner 52/P - Sepertiga tengah nodul kecil tidak bertangkai t.a.a.
Tohill dkk 31/P - Anterior hingga CP
1,0 x 0,8 x 0,7
cm - t.a.a.
Markazaki dkk 25/P 5 bulan Posterior hingga CP
0,8 x 0,4 x 0,3
cm bertangkai benjolan
van der Wal &
cm tidak bertangkai
tersedak, nausea, disfagia
27/L
berbulan-
bulan Posterior hingga CP 1,0 x 0,5 cm bertangkai
sakit,
cm bertangkai benjolan
9/P - Daerah FC
cm bertangkai benjolan
22/L - Daerah FC
Andresakins dkk 72/L
bertahun-tahun Anterior hingga CP 1,5 x 1,0 cm bertangkai
sakit, disfagia
FC : Foramen Caecum
CP: Papilla sirkumvalata
2.2 Etiologi dan Patogenesis
Patogenesis dari choristoma ini masih belum jelas. Berbagai macam teori telah
diusulkan untuk menjelaskan etiologinya. Teori yang diusulkan terbagi atas 2 kategori
Kebanyakan peneliti percaya bahwa lingual osseous choristoma berkembang dari
masa perkembangan. Lengkung brankial yang berjumlah 4 buah yang muncul pada awal
kehidupan fetal memegang peran kunci dari perkembangan lidah dan struktur jaringan
lainnya. Monserrat merupakan peneliti pertama yang mengusulkan teori malformasi
perkembangan yang menjelaskan asal mula lesi hingga tahap osifikasi pada sisa-sisa
lengkung brankial. Dasar teorinya adalah lokasi anatomis lesi dengan daerah foramen
caecum. Selama perkembangan embrioloigi pada lidah, penyatuan antara dua pertiga
anterior dan sepertiga posterior yang berlangsung pada region foramen caecum dan sulkus
terminalis. Dua pertiga bagian lidah berasal dari lengkung brankial pertama dan sepertiga
posterior lidah berasal dari lengkung brankial ketiga. Daerah ini juga merupakan tempat
dimana lengkung brankial kedua muncul. Penemuan adanya struktur-struktur tulang yang
terbentuk dari setiap lengkung brankial dapat membantu pembentukan formasi pada lidah,
contohnya incus dan malleus terbentuk dari lengkung pertama; stapes, prosessus styloideus
dan sedikit ujung dari tulang hyoid berasal dari lengkung kedua; dan sisa tulang hyoid
lainnya berasal dari lengkung ketiga. Oleh karena itu, kemungkinan terbungkusnya sel-sel
potensial yang berasal dari embrio lengkung-lengkung brankial tersebut dan selanjutnya
berkembang menjadi lesi osseus pada lidah. Teori ini kemungkinan merupakan jalan
terbentuknya lesi osseous ini. Teori ini juga didukung oleh Begel dkk, Engel dan Cherick.4
Cataldo dkk dan Jahnke & Daly mengusulkan teori perkembangan yang
berhubungan dengan sisa-sisa jaringan tiroid. Foramen caecum merupakan tempat dimana
kelenjar tiroid yang sedang terbentuk berkembang pada kehidupan embriologis dan dari
posisinya. Mereka memperkirakan bahwa sisa-sisa jaringan tiroid intraglossal yakni
jaringan yang berupa endodermal primordial maupun sel-sel parenkim yang terdiferensiasi
dapat membentuk lesi osseous yang dapat berproliferasi lebih lanjut terutama masa remaja
dan masa pubertas. Selanjutnya jaringan tiroid intralaringeal, tiroid lingual dan osseous
lingual choristoma secara emberiologis berkembang sendiri. Ketiga kondisi tersebut
kebanyakan muncul pada wanita berumur 20 hingga 30 tahun. Ossifikasi metaplastik pada
jaringan tiroid bukanlah hal yang biasa ditemukan pada koloid gondok dan kista tiroid.4
Teori lainnya menyatakan terbentuknya formasi epignathous (semacam teratoma
yang muncul pada rongga mulut dan faring) dan degenerasi dari fibroma yang mengalami
ossifikasi. Belakangan ini dikemukakan bahwa lesi osseous pada lidah terjadi osifikasi
karena reaksi dari post-trauma. Jenis lesi ini telah dilaporkan pada otot-otot tubuh lainnya
yang disebut “myositis ossificans”. Kemungkinan sel-sel yang berpotensi atau sel-sel
mesenkim ektopik muncul pada daerah ini dan saat dirangsang oleh adanya trauma, maka
akan terbentuk tulang kompak atau tulang rawan. Kemungkinan juga lesi-lesi terjadi pada
mukosa bukal dan daerah anterior lidah disebabkan karena post-trauma, namun osifikasi
pada daerah posterior lidah disebabkan abnormalitas perkembangan. Walaupun pada kasus
dimana peneliti menemukan adanya reaksi inflamasi, sisa-sisa tulang rawan dan iregularitas
susunan tulang semasa perkembangan, namun perubahan-perubahan tersebut tidak pernah
dijumpai pada daerah lingual osseus choristoma.3,4.
Formasi tulang yang ektopik tidak dapat dijadikan sebagai alasan penyebab
terjadinya ektopik tulang yang ditemukan pada daerah tubuh lainnya. Ektopik tulang tidak
Gambar 2. Massa tumor pada bagian posterior dorsum lidah
ditutupi oleh mukosa yang sehat.4
2.3 Diagnosa Banding
Diagnosa banding untuk kasus lingual choristoma bergantung pada lokasi dari lesi
tersebut. Saat lesi berada dekat dengan foramen caecum, hal yang paling harus diperhatikan
adalah adanya kumpulan kelenjar ludah ektopik yang tunggal maupun multipel pada lidah,
pemeriksaan fungsi tiroid dan scanning diperlukan sebelum melakukan perawatan. Tiroid
lingual biasanya berbentuk bulat dan bernodul merah dengan berbagai macam ukuran yang
muncul pada median-line antara foramen caecum dan epiglottis letak anatomisnya lebih ke
posterior daripada lesi-lesi lingual lainnya. Pengangkatan tiroid lingual secara sembarangan
dapat menyebabkan hipoparatiroid permanen yang biasa terjadi pada jaringan tiroid pasien.
Hiperplastik lingual tonsil dan kanker kelenjar ludah juga termasuk dalam diagnosa
banding lesi ini. Saat lesi ini terletak pada bagian anterior dan lateral lidah, diagnosa
lainnya. Lesi pada permukaan ventral lidah dapat menyerupai neoplasma kelenjar lidah,
mucus retensi, lipoma, dan tumor neural. Saat tumor tersebut bertangkai dan memiliki
permukaan yang verruca, maka secara klinis dapat diperkirakan sebagai suatu papiloma.4
4.3 Perawatan
Pilihan perawatan untuk lesi-lesi ini meliputi operasi eksisi yang diharapkan tidak
terjadi rekurensi. Rekurensi pernah dilaporkan pada dua kasus bukal osseous choristoma,
namun frekurensi pada kasus lingual osseous pada bagian lingual belum ditemukan.
Rekurensi ini terjadi karena adanya jaringan fibrotik baru yang muncul karena trauma saat
operasi dan terjadinya osifikasi atau lesi yang belum berkalsifikasi mengalami penulangan.
Oleh karena rekurensi hanya terlihat pada dua kasus saja, maka tidak ada kesimpulan yang
pasti terjadi rekurensi. Bagaimanapun juga, observasi yang lebih jauhnya harus
Bab 3
Gambaran Radiografis Osseous Choristoma pada Rongga Mulut
Choristoma pada rongga mulut dapat mengakibatkan berbagai manifestasi
sebagaimana halnya pembengkakan-pembengkakan oral lainnya. Pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjuang sangat perlu diperhatikan untuk membedakan kasus choristoma
ini dengan kasus-kasus di rongga mulut lainnya. Penggunaan radiografi biasa dan computed
tomography (CT) pada masa sekarang ini telah banyak digunakan dalam menunjang suatu
pemeriksaan.
3.1 Manifestasi Oral Choristoma
Secara klinis penyakit ini menyebabkan pasien mengalami pembengkakan yang
semakin membesar sehingga menimbulkan masalah estetis dan ketidakpercayaan diri.
Durasi perkembangan lesi ini dapat timbul dalam beberapa hari sampai 10 tahun lamanya.
Penelitian menunjukkan adanya penemuan lesi ini terjadi pada saat persalinan. Predileksi
pada kasus-kasus ini tidak tergantung dengan ras/suku seseorang.1-7
Secara klinis, penelitan menunjukkan lesi-lesi ini lebih dominan bertangkai namun
terkadang tidak bertangkai. Ukuran yang muncul berkisar dari 0,5 sentimeter hingga pernah
ditemukan ukuran dengan diameter 5 sentimeter seperti penelitian yang pernah dilaporkan
lesi muncul pada sepertiga dorsal lidah. Kebanyakan lokasi terjadinya lesi ini adalah pada
papila sirkumvalata dan foramen caecum.1-6,8
Beberapa gejala yang terjadi yang terjadi pada lesi ini diantaranya:1-7
1. Disfagia
2. Sensasi pada tubuh pada saat menelan
3. Nausea
4. Tersedak
5. Tercekik
6. Kesukaran membuka mulut
7. Asimetri fasial
8. Kesukaran bernafas
Gejala-gejala tersebut sering juga ditemukan pada kasus lesi-lesi seperti pada kasus
osteoma yang memiliki gambaran klinis seperti choristoma. Seperti adanya penonjolan
pada bagian lingual dari sudut mandibula dapat menyebabkan kesukaran bernafas. Ukuran
yang besar dan lokasinya yang terletak dekat dengan jalan nafas dapat menekan jalan nafas
sehingga pasien tersebut akan merasa sedikit kesulitan bernafas. Penonjolan tersebut dapat
ditemukan ada kasus-kasus osteoma maupun choristoma. Pada tahun 1971 Krolls dkk
memperkenalkan lesi “osseous choristoma” sebagai “osteoma pada jaringan lunak
intraoral”. Choristoma disebutkan sebagai proliferasi secara histologis jaringan yang
normal pada daerah anatomis yang seharusnya tidak muncul pada daerah tersebut.
terjadi pada struktur skeletal. Krolls menggunakan nama osseous choristoma pada lesi ini
karena lesi-lesi ini tidak berasal dari osteogenik dan tidak terus membesar seperti tumor
jinak dan hal lainnya yang ada pada osteoma tidak ditemukan pada kasus ini. Perbedaan
osseous choristoma dengan osteoma lainnya adalah pada penderita osteoma biasanya
diikuti dengan adanya sindroma Gardner dimana terlihat triad gejalanya yakni kolorektal
polyposis, abnormalitas skeletal dan gigi supernumerari multipel sering ditemukan pada
kasus-kasus ini.6,8,9
3.2 Pemeriksaan Radiografis dan Histopatologis Osseous Choristoma
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kamboğlu dkk yang meneliti kasus choristoma
pada regio submandibula dengan menggunakan radiografi panoramik didapatkan gambaran
sebuah lesi radiopak yang berbatas tegas, bulat dekat dengan batas inferior sudut dataran
mandibula. Gambaran radiografis pada lesi ini hampir sama dengan gambaran radiografis
pada osteoma yakni gambaran lesi radiopak yang bulat, berbatas tegas dan soliter (gambar
3). Gambaran yang lebih lengkap diambil dengan menggunakan maksilofasial CT dimana
pada gambaran koronal dan sagital menunjukkan daerah yang padat dekat submandibula
dengan tidak adanya koneksi antara lesi dengan mandibula. Gambaran CT tiga dimensi
menunjukkan lesi padat yang terletak pada inferomedial sudut kanan mandibula. Perbedaan
antara osteoma dengan oral choristoma adalah pada gambaran CT osteoma menunjukkan
lesi yang berlobus sedangkan pada osseous choristoma gambaran panoramiknya terlihat
sebuah lesi padat. Perbandingan gambaran panoramik dan CT pada osteoma dan osseous
Gambar 3. Dua massa radiopak dengan batas jelas yang terletak pada bagian kiri rahang atas dengan diagnosa osteoma.11
Gambar 4. Gambaran CT menunjukkan lesi osteoma yang berlobus.11
Secara histopatologis, ossous choristoma menunjukkan sejumlah tulang-tulang
lamellar dengan kanalis harvesian yang dikelilingi sedikit tulang kanselus, osteoid, osteosit
dan sumsum tulang yang dikelilingi oleh jaringan ikat fibrovaskulkar dan epitel berlapis
skuamosa. Sedangkan pada osteoma gambaran histopatologisnya terlihat tulang kompak
dengan sedikit sumsum tulang dan tulang kanselus, namun pada pemeriksaan lebih lanjut
Gambaran radiografis konvensional biasanya memiliki keterbatasan dalam
menentukan luasnya lesi, namun kekurangan ini dapat ditutupi dengan menggunakan CT
dimana CT ini dapat menggambarkan luasnya lesi pada kasus ini. Penggunaan CT dapat
memberikan informasi tentang keadaan jaringan keras, namun tidak begitu spesifik dalam
menerangkan jaringan lunak (pemeriksaan jaringan lunak lebih tepat mengunakan MRI).
Bagaimanapun juga dengan menggunakan CT lebih hemat dan dapat mengurangi ekspos
berlebihan pada pasien. Oleh karena itu CT dapat dikatakan sebagai posedur pemeriksaan
penunjang yang paling tepat untuk kasus dengan lesi tulang pada rahang karena
penggunaan CT dapat membantu memberikan gambaran radiografi dari lokasi anatomis,
ukuran, stuktur jaringan dan hubungan dengan jaringan sekitarnya sebelum dilakukan
Bab 4
Laporan Kasus
Pada bab ini akan didiskusikan tentang kasus osseous choristoma yang muncul pada
regio submandibular yang diidentifikasi oleh Kamburoğlu dkk pada tahun 2009. Pada kasus
ini akan dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan radiografi panoramik dan computed
tomography (CT) sebelum diberikan perawatan untuk kasus tersebut.1
Seorang pasien perempuan yang berusia 33 tahun datang dengan keluhan adanya
pembengkakan pada region submandibular dan dirujuk ke Akademi Militer Medis Gὒlhane
di Ankara, Turki. Riwayat pasien menunjukkan bahwa setahun yang lalu dia pernah
mengalami trauma kecelakaan yang mana muncul pembengkakan yang tidak sakit pada
regio yang mengalami trauma tersebut. Berdasarkan riwayat pasien, pembengkakan sedikit
demi sedikit membesar sehingga mempengaruhi penampilan dan kepercayaan dirinya.
Pemeriksaan ekstra oral menunjukkan terdapat pembengkakan yang keras, mobil, tertutup
dengan baik dan berbentuk bulat dari sudut kanan mandibula sampai ke regio
submandibula.1
Jaringan pada daerah tersebut tidak lembek saat palpasi dan kulit yang menutupinya
masih normal. Pemeriksaan menunjukkan tidak ada tanda supurasi maupun pembentukan
fistel. Kandungan dan aliran dan kandungan saliva masih normal dan perkembangan lesi
baik tanpa adanya predisposisi lokal atau infeksi sistemik dan tidak ada masalah
respiratori. Pemeriksaan panoramik menunjukkan adanya lesi radiopak yang bulat dan
berberbatas jelas dekat dengan batas sudut inferior mandibula bagian kanan. Untuk
informasi lebih lanjut akan ditunjukkan dalam gambar CT maksilofasial. Gambar tomografi
koronal dan sagital menunjukkan adanya daerah sangat padat pada regio kanan
submandibular dengan terpisahnya tulang tersebut dengan mandibula dan sebuah gambar
rekonstruksi tiga dimensi menunjukkan sebuah lesi yang berdiri sendiri terletak pada
inferomedial sudut mandibula kanan. 1
Gambar 6. Gambaran panoramik radiografi yang menunjukkan lesi radiopak yang berbatas jelas dekat dengan garis inferior sudut mandibula sebelah kanan seperti yang ditunjukkan oleh panah.1
Gambar 8. Gambaran CT tiga-dimensi yang menunjukkan lokasi lesi pada inferior sudut rahang bagian kanan.1
Setelah selesai diperiksa, penanganan lesi tersebut adalah dengan melakukan insisi
dermal dari ekstraoral sedalam 1 hingga 1,5 cm di bawah garis inferior mandibula yang
mana daerah operasi telah diberikan anestesi sebelumnya. Setelah itu dilakukan eksisi dan
didapatkan lesi sebesar 1,5 x 2 x 1 cm dan lesi tersebut terisolasi dari jaringan lunak tanpa
adanya hubungan muskular dengan otot-otot pengunyahan. Diseksi dengan skalpel
digunakan untuk membebaskan lesi dari perifer (gambar 7). Lesi dikeluarkan dan jaringan
lunak direposisi dengan penjahitan. Lesi tersebut lalu diambil spesimennya dan diperiksa
secara histopatologis. Hasilnya adalah lesi tersebut memang terdiagnosa sebagai osseous
choristoma. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya massa tebal, jaringan tulang
lamellar yang berisi kanalis harvesian yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang tipis dan
formasi tulang normal. Dan kontrol dilakukan setahun kemudian menunjukkan tidak ada
masalah maupun keluhan.1
Gambar 9. Gambar spesimen lesi yang telah dikeluarkan.1
Bab 5
Kesimpulan
Oral choristoma merupakan suatu pertumbuhan jaringan normal pada daerah yang
tidak normal pada rongga mulut. Pada prinsipnya gambaran klinis oral choristoma mirip
dengan osteoma pada rongga mulut. Namun yang membedakan oral choristoma dengan
osteoma adalah lesi yang terbentuk dari osseus choristoma bukan berasal dari jaringan
osteogenik dan lesi ini tidak berkembang seperti tumor jinak dan tidak sesuai dengan
ciri-ciri suatu osteoma. Choristoma paling sering muncul pada posterior dorsum lidah dekat
dengan papilla sirkumvalata atau foramen caecum ataupun sering juga pada sepertiga
bagian dorsum lidah. Osseous choristoma pada lidah biasanya bersifat asimptomatis
walaupun terkadang pada beberapa pasien dapat merasakan adanya gejala sakit, disfagia,
sensasi tubuh lainnya, iritasi tenggorokan, mendengkur saat tidur, nausea dan kekakuan
pada lidah.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk kasus ini dapat dilihat melalui
radiografi panoramik biasa dan CT. Gambaran pada foto panoramik biasa terlihat gambaran
lesi radiopak yang berbatas tegas, bulat dekat dengan batas inferior sudut dataran
mandibula. Gambaran CT koronal dan sagital pada kasus yang dibahas menunjukkan
daerah yang padat dekat submandibula dengan tidak adanya koneksi antara lesi dengan
mandibula dan gambaran CT tiga dimensi menunjukkan lesi padat yang terletak pada sudut
stuktur jaringan dan hubungan dengan jaringan sekitarnya sebelum dilakukan prosedur
pembedahan. Oleh karena itu CT dapat dikatakan sebagai posedur pemeriksaan penunjang
Daftar Pustaka
1. Kamborğlu K, Őzen T, Şenҫimen M, Ortakoğlu K, G űnhan Ő. Osseous choristoma
of the submandibular region: case report. Dentomaxillofacial Radiology J. 2009;
38: 489-92.
2. Chen YK, Shen YH, Lin YJ, Li YT, Tsai KB, Lin LM. Buccal osseous choristoma
in a 5-year-old-boy (case report). Oral Oncology Extra. USA: Elsevier, 2005; 41:
198-201
3. Lin CC, Chen CH, Chen YK, Shen YH, Lin LM. Osseous choristoma of oral
cavity-report of two cases and review of the literature. Kaoshiung J Med Sci. 1998;
14:727-33.
4. Andressakis DD, Pavlakis AG, Chrysomali E, Rapidis AD. Infected lingual
choristoma-report of a case and review of the literature. Med Oral Patol Oral Cir
Bucal. 2008; 13(10): E627-32.
5. Candir O, Karahan N, Doğru H, Aydin S, Osseous choristoma of the buccal
mucosa. S.D.Ű. tip Fak. Derg. 2005; 12(3): 46-8.
6. Shiu MJ, Wu CT, Ko JY. Osteoma of the tongue-case report. Chin Dent J. 1997; 16
7. Wong RCW, Peck RHL. Enlargement of the right maxilla-report of an unusual
peripheral osteoma. Annuals Academy of Medicine. 2010; 39(7): 576-7.
8. Benamer MH, Elmangoush AM. Lingual osseous choristoma case report and
review of literature. Libyan J Med.
2007. 46-8. (12 Septermber 2010)
9. An SY, An CH, Choi KS. Giant osteoma of the mandible causing breathing
problem. Korean Journal of Oral and Maxillofacial Radiology. 2006; 36: 217-20.
10.Whites E. Essential of dental radiography and radiology. Elsevier Mosby: Spain,
2007: 367.
11.Li G et al. Soft tissue osteoma in the pterygomandibular space: report of a rare
Lampiran
Diseksi : Suatu proses pemotongan organ untuk mengamati struktur
internal organ tersebut
Disfagia : Kesulitan menelan
Epiglottis : Suatu pembatas jalan laring dan faring yang terbentuk dari
tulang rawan dan membrane mukus
Fibrovaskular : Terdapat jaringan fibrous dan vaskuler pada saat yang sama
Fistel : Jalan keluar pus
Foramen Caecum (lidah) : Terletak pada ujung cekungan dorsum lidah yang di tandai
dengan median sulkus yang terbagi atas dua bagian yang simetris
Gardner syndrome : Sindroma dengan gejala kolorektal polyposis, abnormalitas skeletal dan impaksi gigi multipel maupun gigi supernumerary
Glial : Sel non-neural yang berasal dari myelin yang berfungsi
Jaringan Hematopoetik : Jaringan lemak dalam ruangan antara sumsum tulang
Kanalis Harvesian : Sejumlah lorong-lorong disekitar saluran sempit pada tulang
kompak yang terbentuk dari sel lamellar
Kolorektal : Nama lain dari kanker usus / colon cancer / large bowel
cancer
Lobus : Berbentuk bulat
Myositis Ossificans : Osifikasi yang disebabkan oleh trauma
Nausea : Rasa mual
Polyposis : Suatu kondisi dimana ditemukan banyak polip dimana
pertumbuhan berlebihan tersebut membentuk jaringan yang menyerupai jamur.
Proliferasi : Penjalaran / perluasan.
Soliter : Tersendiri
Stapes : Tulang sanggurdi yang terdapat pada bagian telinga tengah
Supurasi : Nanah atau pus
Teratoma : Tumor berkapsul dengan adanya jaringan atau komponen
organ yang menyerupai turunan ketiga lapisan germinal epithelium normal.
Tulang lamellar : Jaringan tulang yang keras yang banyak terdapat pada
vertebrata.