• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Perhitungan Pajak Bumi Dan Bangunan Gedung Perkantoran Di PT.Mitha Samudra Wijaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tata Cara Perhitungan Pajak Bumi Dan Bangunan Gedung Perkantoran Di PT.Mitha Samudra Wijaya"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

TATA CARA PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN DI PT.MITHA SAMUDRA WIJAYA

O L E H

NAMA : LIDYA REINATHA BARUS NIM :082600028

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan MandirI... 4

C. Uraian Teoritis………... 6

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Kapangan Mandiri... 11

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 11

F. Metode Pengumpulan Data ... 12

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM... 13

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Mitha Samudra Wijaya………... 16

B. Kegiatan Pokok Perusahaan………... 19

C. Struktur Organisasi PT. Mitha Samudra Wijaya…………... 21

D. Strategi Perusahaan……... 22

(3)

BAB III GAMBARAN UMUM PBB Sektor Perkebunan

A. Pengertian Umum Tentang Pajak…... 25

1. Pengertian Pajak………. 25

2. Fungsi Pajak……… 26

3. Pengelompokan Pajak……… 27

B. Pengertian PBB………….……….. 29

1. Pengertian Umum PBB……….. 29

2. Subjek dan Wajib PBB………...…… 29

3. Objek PBB……….. 30

4. Pengecualian Objek Pajak………....……….. 32

C. Tata Cara Pendaftaran dan Sanksi PBB 1. Tata Cara Pendaftaran PBB………... 34

2. Sanksi PBB... 35

D. SPOP dan SPPT... 37

E. Klasifikasi Bumi dan atau Bangunan... 38

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA A. Prosedur penyampaian SPPT……….………. 47

B. Dasar Pengenaan PBB Sektor Perkantoran... 48

1. Pengertian yang Berhubungan dengan PBB……… 48

2. Tarif PBB Sektor Perkotaan PT. Mitha Samudra Wijaya………… 49

(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 55

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan segenap kerendahan hati, penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri dengan judul “Tata cara Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perkantoran di PT. Mitha Samudra Wijaya”.

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus untuk segala pihak yang telah memberikan dukungan, kepercayaan, bantuan serta doanya sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Khusunya kepada :

1. Teristimewa untuk orangtuaku tersayang ibunda Sumarni br. Sembiring, yang telah mengasuh, mendidik seta selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis.

2. Ibu Fauziah, SE, Msi, selaku pembimbing saya yang telah banyak memberikan perhatian, petunjuk dan pengarahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

(6)

4. Bapak Pimpinan, staff dan pegawai PT. Mitha Samudra Wijaya yang telah memberikan izin, kesempatan maupun informasi bagi penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan mandiri.

5. Bapak R.H. Simatupang yang telah berkenan memberikan bantuan kepada penulis dalam mengumpulkan informasi dan data-data sehingga selesainya Tugas Akhir ini.

6. Buat ketiga abang ku dan kakak ku Ribka yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat bagi penulis.Aku sayang kalian semua.

7. Buat ketiga sahabat ku Dinda, Lily, Desi yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

8. Buat si cipluk ku yang sering menemani ku.

9. Buat Daniel yang terus sabar dan terus memberikan support dalam menulis 10.Buat Kezia adek ku yang sering membantu ku dan menemani ku dalam

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

11.Untuk seluruh teman-teman stambuk 2008 Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

12.Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(7)

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2011 Penulis

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam rangka meningkatkan pendidikan bagi mahasiswa maka diadakan suatu usaha yang telah disusun dengan kurikulum dengan syarat-syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan yaitu dengan mengikuti dan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Hal ini bertujuan untuk menghubungkan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja yang sesungguhnya.

Universitas Sumatera Utara sebagai lembaga pendidikan formal akan melahirkan lulusan yang akan menghadapi dunia kerja. Maka untuk meningkatkan kualitas para lulusannya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara, mengadakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk semua mahasiswa melakukan praktik kerja secara langsung disuatu lembaga, instansi maupun perusahaan yang ada di kota Medan maupun daerah lainnya.

(9)

Negara Republik Indonesia yang kehidupan rakyat dan perekonomiannya sebagian besar bercorak agraris. Bumi termasuk perairan dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting dalam membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang 1945. Oleh sebab itu, kekayaan alam yang ada di bumi ini yang dimiliki oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Orang ataupun badan yang memperoleh manfaat atas bumi dan atau banngunan tersebut harus memberikan kontribusi kepada negara. Iuran tersebut adalah pajak yang digunakan untuk membiayai pembangunan di segala sektor, bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Di negara-negara yang sedang berkembang, pelaksanaan pembangunan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Peran serta pemerintah dan aparatnya sangatlah penting. Pembangunan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat harus ikut serta dalam proses pembangunan tersebut.

(10)

Pajak Bumi dan Bangunan terbagi ke dalam beberapa sektor yaitu: sektor pedesaan, sektor perkotaan, sektor perkebunan, sektor pertambangan dan sektor perhutanan. Salah satu objek yang digolongkan pada sektor perkotaan adalah bangunan perkantoran. Setiap orang pribadi ataupun badan yang menjalankan usaha di gedung perkantoran harus membayar pajak atas tempat usahanya salah satunya adalah sektor perkantoran. Setiap orang pribadi ataupun badan yang menjalankan usaha di sektor perkotaan harus membayar pajak atas tempat usahanya yang dalam hal ini gedung kantornya.Selanjutnya dana yang dihimpun oleh pemerintah tersebut penggunaannya adalah melalui pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) akan dimanfaatkan dan digunakan untuk membangun sarana dan prasarana di wilayah tersebut.

Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan merupakan salah satu penerimaan yang cukup besar bagi pemerintah. Hasilnya akan sangat membantu pemerintah dalam melaksanakan percepatan pembangunan khususnya di daerah.

(11)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui dasar penetapan Pajak Bumi dan Bangunan Gedung Perkantoran di PT.Mitha Samudra Wijaya.

b. Untuk mengetahui Tata Cara Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Gedung perkantoran di PT.Mitha Samudra Wijaya

c. Untuk mengetahui Prosedur Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) di PT.Mitha Samudra Wijaya.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1Bagi Mahasiswa

a. Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dapat dijadikan sebagai wadah dalam pengembangan Ilmu dan memperluas wawasan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perkotaan.

b. Agar dapat menerapkan teori-teori yang didapat selama perkuliahan khususnya tentang Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perkotaan.

c. Dengan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mempersiapkan dirinya menjadi mahasiswa yang siap memasuki lingkungan kerja dengan tingkat persaingan yang sangat ketat.

(12)

2.2Bagi PT. Mitha Samudra Wijaya

a. Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara instansi dengan dunia pendidikan sehingga instansi tersebut dapat mengetahui tingkat perkembangan ilmu pengetahuan di lembaga Pendidikan khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

b.Mendapat masukan dan saran akademis untuk peningkatan pengetahuan perpajakan khususnya tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

2.3Bagi Universitas

a. Dapat memperkenalkan sumber daya manusia Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara kepada masyarakat.

b. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan instansi yang bersangkutan khususnya Kantor PT.Mitha Samudra Wijaya.

(13)

2.4Bagi Masyarakat:

a. Sebagai sumber informasi bagi asyarakat agar menjadi masyarakat yang sadar, peduli dan taat pajak.

b. Memberitahukan kepada masyarakat tentang pentingnya pajak untuk kesejahtraan dan kemakmuran rakyat, khususnya pajak bumi dan banngunan yang mempunyai kontribusi yang cukup signifikan dalam penerimaan pajak Negara secara keseluruhan.

C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak

a. Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

b. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H,

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk

(14)

2. Fungsi Pajak

a. Funsi Anggaran (budgetair) b. Fungsi Mengatur (regulerend) c. Fungsi Stabilitas

d. Fungsi Redistribusi pendapatan 3. Pengelompokan Pajak

1. Menurut Golongannya : a. Pajak Langsung b. Pajak Tidak Langsung 2. Menurut Sifatnya :

a. Pajak Subjektif b. Pajak Objektif

3. Menurut Lembaga Pemungutnya : a. Pajak Pusat

b. Pajak Daerah

Pajak Daerah terbagi atas Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/ Kota.

4. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

(15)

a. Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Yang menjadi objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah Bumi dan atau Bangunan.

b. Pengecualian Objek Pajak

1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak mencari keuntungan.

2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu.

3. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman Nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum dibebani suatu hak.

4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan azas perlakuan timbal balik.

5. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

c. Subjek Pajak dan Wajib Pajak

1. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, memperoleh manfaat atas bumi, memiliki, menguasai atas bangunan dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.

(16)

d. Tata Cara Pendaftaran dan Sanksi Pajak Bumi dan Bangunan a. Tata Cara Pendaftaran Pajak Bumi dan Bangunan.

b. Sanksi Pajak Bumi dan Bangunans terbagi atas Sanksi Administrasi dan Sanksi Pidana.

e. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

1. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).

Sebagai sarana bagi wajib pajak untuk mendaftarkan objek pajak yang akan dipakai sebagai dasar untuk menghitung Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang.

2. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang

Surat yang digunakan oleh Direktorat Jendral Pajak untuk memberitahukan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang dalam 1 (satu) tahun pajak kepada Wajib Pajak.

f. Bumi dan atau Bangunan terbagi atas 5 (Lima) sektor.

(17)

Dalam laporan ini penulis membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perkotaan yaitu objek Pajak Bumi dan Bangunan yang meliputi kawasan Perkantoran.

g. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Gedung Perkantoran.

Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bnagunan gedung Perkantoran adalah NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) bangunan yaitu harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar.

h. Tarif Pajak Bumi dan Bnagunan sektor perkantoran

Dalam penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkantoran tariff yang dikenakan tariff tunggal sebesar 0,5% (nol koma lima persen).

Penetapan Besarnya Nilai Jual Kena Pajak serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% (seratus persen) dari Nilai Jual Objek Pajak)

Nilai Jual Objek Pajak ≥ 1.000.000.000 (satu milyar) x 40%

Nilai Jual Objek Pajak < 1.000.000.000 (satu milyar) x 20%

(18)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi ruang lingkup praktik kerja lapangan mandiri yaitu melakukan pengumpulan data dan mencermati SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang) Pajak Bumi dan Bangunan PT.Mitha Samudra Wijaya dimulai dari:

1. Prosedur penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) PT.Mitha Samudra Wijaya.

2. Tata cara penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan gedung perkantoran PT. Mitha Samudra Wijaya.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dengan metode yang digunakan , maka tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, mulai dari pengajuan judul,penentuan judul, tempat praktik kerja lapangan mandiri, mencari bahan untuk membuat Proposal, dan konsultasi dengan Dosen Pembimbing.

2. Studi Literatur

(19)

3. Observasi Lapangan

Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan/pengamatan secara langsung pada objek praktik kerja lapangan dan meninjau secara langsung kondisi serta keadaan objek tempat pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku pada PT. Mitra Samudra Wijaya. Pengumpulan Data

Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data melalui dua cara yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak yang memahami dan menguasai objek kajian dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi yang mendukung laporan penyajian Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

4. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data secara kualitatif yang kemudian akan dipresentasikan secara objektif, jelas dan sistematis.

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1. Daftar Pertanyaan

(20)

2. Daftar Observasi

Dalam metode ini penulis melakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan cara mengamati, mendengar serta mencatat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian.

3. Daftar Dokumentasi

Dalam tahap ini penulis berusaha mengumpulkan dokumen-dokumen atau data-data pendukung mengenai Pajak Bumi dan bangunan sektor perkotaan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

(21)

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penilis menguraikan sejarah singkat PT.Mitha Samudra Wijaya, Struktur Organisasi, Kegiatan dan Usaha Pokok Perusahaan, serta Strategi Perusahaan.

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

SEKTOR PERKOTAAN

Dalam bab ini penulis memaparkan tentang data yang berkaitan dengan Pajak Bumi dan Bangunan mulai dari pengertian Umum Tentang Pajak, Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan, Tata Cara Pendaftaran dan Sanksi Pajak Bumi dan Bangunan, Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), dan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

(22)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM

PT. MITHA SAMUDRA WIJAYA

A. Sejarah Singkat PT. Mitha Samudra Wijaya

Berdiri pada 11 Maret 1999 yang beralamat di Jalan Raya Belawan Nomor 2 Kecamatan Medan Kota Belawan, perusahaan pelayaran PT. Mitha Samudra Wijaya memulai kegiatan “bunker service” dengan menggunankan mobil tangki (bunker via darat).

Berikut perkembangan usaha PT. Mitha Samudra Wijaya:

1. 10 Agustus 2000 PT. Mitha Samudra Wijaya resmi menjadi agent bunker melalui surat persetujuan dari PERTAMINA Unit Pembekalan dan Pemasaran dalam Negri – I Medan NO. 783/f 1000/2000-LB.Dengan terbukanya kesempatan ini, PT. Mitha Samudra Wijaya membeli 1 (satu) unit kapal tanker – MT. Bahtera Indonesia I – dengan kapasitas 200 (dua ratus) ton BBM HSD, melayani kapal-kapal asing atau kapal-kapal berbendera Indonesia yang tujuannya keluar negri.

(24)

3. Tahun 2001 untuk pelayanan Bunker service, perusahaan membeli 1 (satu) unit kapal tanker-MT. Bahtra Indonesia II dengan kapasitas 750 ton HSD yang dapat melayani kapal-kapal domestik.

4. Tahun 2003, seiring dengan bertambahnya jumlah kapal-kapal yang dilayani, terutama kapal-kapal dari luar maupun kapal-kapal domestik, perusasahaan menambah armadanya berupa 1(satu) unit tongkang TK. Berkat usaha IV dan 1 (satu) unit tug boat yaitu TB. Mariana. Tongkang memiliki kapasitas 600 ton.

5. Tahun 2004, perusahaan kembali menambah armadanya dengan 1(satu) unit tongkang TK. Nusantara Raya 01 dengan kapasitas 1200 ton HSD. 6. Tahun 2006 Tug boat Mariana diganti denagan kemampuan yang lebih

besar : TB. Abadi Sakti.

7. Tahun 2008 perusahaan kembali mengembangkan armadanya dengan membeli 1(satu) unit Tug Boat : TB. Elizabeth I dan 2 (dua) unit tongkang TK. Miduk kapasitas 4000 ton dan TK. Miduk Hasian kapasitas 2500 ton.Pertambahan armada ini memungkinkan perluasan jaringan oprasional mencapai Duri, Siak, Jambi dan P. Batam.

Dengan demikian, pada penghujung tahun 2008 jadilah PT. Mitha Samudra Wijaya sebagai Agent bunker dan Bunker Service terdepan di pantai timur Sumatera Bagian Utara dengan jumlah armada :

a. 2 (dua) buah kapal tanker dengan kapasitas 200 ton dan 750 ton

(25)

c. 2 (dua) buah tug boat

Dengan total kapasitas : 9250 ton BBM (HSD dan MFO)

(26)

B. Kegiatan Pokok Perusahaan

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa bunker dan bunker service, jaminan ketepatan waktu, kualitas BBM yang teruji dan volume yang terukur dengan tepat memberikan kepuasan bagi customer dan inilah kunci keberhasilan perusahaan.

Mencermati peluang yang terbuka serta kebutuhan dan permintaan

customer secara bertahap PT. Mitha Samudra Wijaya mengembangkan diri dengan mendirikan anak perusahaan yang bergerak di bidang yang berbeda, antara lain:

a.Tahun 2001, didirikan PT. Mitha Samudra Wijaya mengapalkan berbagai jenis minyak pelumas Pertamina dari Depo Tg. Priok – Jakarta ke Depo Belawan – Medan dengan container. Rata-rata 240 container perbulan.

b.Tahun 2002 perusahaan yang bergerak di bidang bongkar muat, PT. Mitha Tirta Wijaya dibuka untuk menangani bongkar muat kapal-kapal cargo yang bunker ke PT. Mitha Samudra Wijaya.

c.Tahun 2003, mengandalkan pengalaman dibidang transportasi laut, didirikan PT. Mitha Samudra Wijaya Transport, perusahaan yang bergerak di bidang transportasi darat. Dimulai dengan 2 (dua) unit truk dan 2 (dua) unit trailer, mengangkut barang-barang dari kapal kargo ke Pekanbaru, Dumai, dan Aceh. Secara bertahap armada ditingkatkan dan saat ini telah dilengkapi dengan 8 (delapan) unit trailer diantarannya dengan low bed

(27)

5000 liter. Vacuum tank truk dan 4 (empat) unit trailer dioprasikan di lokasi PT. Chevron Pacific Indonesia di Duri-Riau.

d.Tahun 2006, mengingat kebutuhan minyak pelumas yang terus meningkat bagi kapal-kapal dan perusahaan industry, didirikan PT. Petro Artha Niaga sebagai pemasok minyak pelumas berkerjasama dengan PT. Siloam Artha Wijaya sebagai distributor Pertamina.

Tahun 2007, didirikan PT. Citra Pacific Mandiri yang bergerak dibidang kontraktor bangunan sipil.

(28)
(29)

D. Strategi Perusahaan

Adanya pengembangan dan perluasan usaha PT. Mitha Samudra Wijaya pada tahun 2007 dan tahun 2008 dengan sendirinya bertambah pula pekerjaan-pekerjaan baru sesuai dengan peningkatan kegiatan perusahaan, yang pelaksanaannya didukung oleh karyawan yang menjabat tugas-tugas dan tanggung jawab tersebut.

1. Bagian Akuntansi

a.Membuat laporan laporan keuangan.

b.Penyempurnaan sistem informasi Akuntansi Keuangan berbasis computer yang handal dan akurat.

2. Bagian Pajak

a.Membuat faktur pajak PT. Mitha Samudra Wijaya.

b.Memeriksa invoice dan faktur pajak atas pembelian BBM dari Pertamina kemudian menginput ke computer.

3. Bagian Keuangan

(30)

b.Memberikan pengarahan dan memotivasi staff administrasi keuangan untuk menagih piutang secara intensif dan mengatasi permasalahan yang timbul.

c.Menghasilkan laporan keuangan harian.

4. Bagian APMS (Agen Penyalur Minyak solar)

a.Mengawasi semua kegiatan oprasional APMS.

b.Mengkoordinir semua karyawan oprasional APMS selama pelayanan.

5. Bagian Oprasional Pelayanan Kapal

a.Mengawasi pembongkaran BBM dari mobil tangki.

b.Koordinasi dengan oprasional Supervisor.

6. Bagian Fleet Manager

a.Menjamin kelangsungan kapal secara aman, efektif dan efesien.

b.Menyusun rencana program kegiatan di bagian armada yang akan dilakukan.

7. Bagian Oprasional Bunker

(31)

b.Kerjasama dengan bagian marketing untuk mencapai target.

8. Bagian Transport

a.Menyusun dan mengatur system oprasional transport, serta mendistribusikan pendelegasian tugas-tugas kepada bawahan.

b.Memberikan tugas-tugas pokok dari karyawan sesuai dengan fungsi dan kapasitas masing-masing dilingkungan transport.

9. Bagian Kesekretariatan

a.Memonitor kontrak kerja perusahaan dengan pihak-pihak yang terkait untuk diperpanjang.

b.Membantu bagian personalia untuk pembuatan surat-surat, laporan bulanan dan inventaris persusahaan.

10. Bagian IT (informasi teknologi)

a.Bertanggung jawab atas kelancaran jaringan computer di kantor.

b.Membuat dan melaksanakan program perawatan pemeliharaan

software dan hardware computer di kantor.

(32)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKOTAAN

A.Pengertian Umum Tentang Pajak

1. Pengertian Pajak

a. Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang KUP (Ketentuan Umum Perpajakan)

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

b. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H,

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk

(33)

2. Fungsi Pajak

a. Fungsi Anggaran (budgetair)

Sebagai sumber pendapatan Negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin Negara dan melaksanakan pembangunan, Negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negri maupun luar negri., diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negri.

c. Fungsi Stabilitas

(34)

d. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh Negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

3. Pengelompokan Pajak

1. Menurut Golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh Pajak Pertambahan Nilai.

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh Pajak Penghasilan.

(35)

3. Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak daerah terbagi atas:

a. Pajak Provinsi

Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan sebagaimya.

b. Pajak Kabupaten/Kotamadya

(36)

B. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

1. Pengertian Umum Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 tahun 1994.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti, besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan Subjek Pajak (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak terutang.

2. Subjek Pajak dan Wajib Pajak

Subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.

(37)

3. Objek Pajak Bumi dan Bangunan

a. Yang menjadi objek PBB adalah bumi dan atau bangunan.

Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak perairan), serta laut wilayah Republik Indonesia. Contohnya sawah, ladang, kebun, tanah, pekarangan, tambang, dan lain-lain.

b. Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah atau perairan.

Termasuk dalam pengertian bangunan adalah:

1. Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan

2. Jalan tol

3. Kolam renang

4. Pagar mewah

5. Tempat olah raga

6. Galangan kapal/dermaga

7. Taman mewah

8. Tempat penampungan/kilangan minyak, air dan gas, pipa minyak

(38)

c. Klasifikasi Pajak Bumi dan Bangunan

Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan atau bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta untuk memudahkan penghitungan pajak yang terutang.

d. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan klasifikasi bumi atau tanah adalah:

1. Letak

2. Peruntukan

3. Pemanfaatan

4. Kondisi lingkungan dan lain-lain.

e. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam penentuan klasifikasi bangunan adalah :

1. Bahan yang digunakan

2. Rekayasa

3. Letak

(39)

f. Yang termasuk objek pajak bumi dan bangunan sektor perkotaan amtara lain:

1. Kawasan Komersil

2. Kawasan Perumahan

3. Kawasan Perkantoran

4. Kawasan Pertokoan

5. Kawasan Industri serta objek khusus Perkotaan.

g. Pengecualian Objek Pajak

Objak Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah objek pajak yang :

a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak untuk mencari keuntungan, antara lain :

1. Dibidang ibadah. Contoh : mesjid, gereja, vihara

2. Dibidang kesehatan. Contoh : rumah sakit milik pemerintah

3. Dibidang pendidikan. Contoh : madrasah dan pesantren

4. Dibidang social. Contoh : panti asuhan

5. Dibidang kebudayaan nasional. Contoh : museum, candi.

(40)

c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman Nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum dibebani suatu hak.

d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan azas perlakuan timbal balik.

(41)

C. Tata Cara Pendaftaran dan Sanksi PBB

1. Tata Cara Pendaftaran PBB

Orang atau badan yang menjadi subjek PBB harus mendaftarkan objek pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau ke kantor Penyuluhan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak objek tersebut, dengan menggunakan Formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang tersedia gratis di Kantor Pajak Pratama atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.

Pendaftaran objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dilakukan oleh Subjek Pajak dengan cara mengambil dan mengisi formulir SPOP secara jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani dan dikembalikan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang bersangkutan atau tempat yang ditunjuk untuk pengambilan dan pengembalian SPOP. Yang harus didaftarkan oleh orang atau badan sebagai Subjek Pajak adalah :

a. Semua tanah yang dimiliki dengan suatu hak dan atau dimanfaatkan

b. Semua bangunan yang dimiliki dan atau dikuasai atau dimanfaatkan.

(42)

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengisian SPOP:

1. Jelas, penulisan data harus jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang dapat merugikan Negara atau wajib pajak sendiri.

2. Benar, data yang dituliskan dalam SPOP harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

3. Lengkap, artinya bahwa semua kolom dalam SPOP terisi dengan lengkap.

4. Tepat waktu, artinya SPOP dikembalikan ke kantor Pelayanan pajak PBB di atas selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimannya SPOP oleh wajib pajak.

2. Sanksi PBB

a. Sanksi Administrasi

1. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan kembali SPOP dalam jangka waktu 30 hari dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat teguran, maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar 25% dari PBB yang terutang.

(43)

b.Sanksi Pidana

1. Barang siapa karena kealpaannya tidak mengembalikan SPOP atau mengembalikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga menimbulkan kerugian bagi Negara, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tinggi nya 2 (dua) kali lipat pajak yang terutang.

2. Barang siapa karena dengan sengaja:

a. Tidak mengembalikan atau menyampaikan SPOP kepada Direktorat Jendral Pajak;

b. Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan atau melampirkan keterangan yang tidak benar;

c. Memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar;

d.Tidak memperlihatkan data atau tidak meminjamkan sujrat atau dokumen lainnya;

(44)

sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau sejak dibayarnya denda.

D. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT)

1. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

Sarana bagi Wajib Pajak untuk mendaftarkan objek pajak yang akan dipakai sebagai dasar untuk menghitung Pajak Bumi dan Bangunan(PBB) yang terutang.

2. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

(45)

E. Kasifikasi Bumi dan atau Bangunan

Dalam hal memudahkan penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang terutang atas suatu objek berupa tanah (bumi) dan atau bangunan harus diketahui pengelompokan objek pajak menurut nilai jualnya, tarif, Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP), dan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Pengelompokan Objek Pajak menurut nilai jual tersebut sering disebut dengan klasifikasi tanah (bumi) dan Bangunan.

(46)

Dibawah ini merupakan tabel Klasifikasi, Penggolongan dan Ketentuan Nilai Jual Bumi dan Bangunan tahun 2009.

Klasifikasi, Penggolongan dan Ketentuan Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah): Kelompok A

Klas Penggolongan

Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2)

Nilai Jual

(47)
(48)

42 > 1.400 s/d 2.000 1.700

43 > 1.050 s/d 1.400 1.200

44 > 760 s/d 1.050 910

45 > 550 s/d 760 660

46 > 410 s/d 550 480

47 > 310 s/d 410 350

48 > 240 s/d 310 270

49 > 170 s/d 240 200

(49)

Klasifikasi, Penggolongan dan Ketentuan Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah): Kelompok B

Klas Penggolongan

Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2)

Nilai Jual

(50)
(51)

44 > 5.900.000 s/d 6.490.000 6.195.000

45 > 5.350.000 s/d 5.900.000 5.625.000

46 > 4.840.000 s/d 5.350.000 5.095.000

47 > 4.370.000 s/d 4.840.000 4.605.000

48 > 3.940.000 s/d 4.370.000 4.155.000

49 > 3.350.000 s/d 3.940.000 3.745.000

(52)

Klasifikasi, Penggolongan, dan Ketentuan Nilai Jual Bangunan : Kelompok A

Klas Penggolongan

Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2)

Nilai Jual

(53)

Klasifikasi, Penggolongan dan Ketentuan Nilai Jual Bangunan: Kelompok B

Kelas Penggolongan

Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) (Rp/M2)

Nilai Jual

(54)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Prosedur Penyampaian SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang) Gedung Perkantoran di PT. Mitha Samudra Wijaya

Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 pasal 10 yang berisi Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) diterbitkan atas dasar Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP). Namun untuk membantu wajib pajak, Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang dapat diterbitkan berdasarkan data Objek Pajak yang telah ada pada Direktorat Jendral Pajak.

Berikut ini merupakan hasil wawancara dari salah satu pegawai PT. Mitha Samudra Wijaya mengenai prosedur penyampaian SPPT di PT. Mitha Samudra Wijaya antara lain :

1. Bahwa PT. Mitha Samudra Wijaya menerima blangko SPOP dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Belawan

2. Bahwa blangko SPOP diisi dan ditandatangani oleh menejer, kemudian SPOP tersebut dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Belawan

(55)

B. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan

Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan bangunan Perkantoran adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tanah atau bangunan, yaitu harga rata-rata yang di peroleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar.Namun jika tidak terjadi transaksi jual beli, Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) ditentukan melalui:

a. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis; atau

b. Nilai perolehan baru; atau

c. Nilai Jual Objek Pajak pengganti.

1. Pengertian yang berhubungan dengan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan

Di bawah ini terdapat beberapa pengertian tentang unsur-unsur pengenaan sektor perkotaan, antara lain:

a. Objek pajak sektor perkotaan adalah Objek Pajak Bumi dan Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh Orang Pribadi atau Badan.

b. Klasifikasi adalah pengelompokan Nilai Jual Bumi atau Nilai Jual Bangunan yang di gunakan sebagai pedoman penetapan Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan atau Bangunan.

(56)

2. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan di PT. Mitha Samudra Wijaya.

Dalam penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkotaan, tarif yang dikenakan adalah tarif tunggal sebesar 0,5% (nol koma lima persen).Penetapan Besar Nilai Jual Kena Pajak serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% (seratus persen) dari Nilai Jual Objek Pajak.

Formula Perhitungan :

a. Untuk Objek Pajak di atas 1.000.000.000

PBB = 0,5% x 40% x (NJOP –NJOPTKP)

b. Untuk Objek Pajak di bawah 1.000.000.000

(57)

C. Tata Cara Penghitungan PBB Sektor Perkotaan di PT. Mitha Samudra Wijaya.

Dibawah ini merupakan contoh tata cara Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan di PT. Mitha Samudra Wijaya.

PT. A suatu gedung perkantoran di Belawan menguasai tanah dan Bangunan dengan rincian sebagai berikut:

A. Tanah

Luas Tanah 555m² kelas A19 B. Bangunan

Luas Bangunan 104m² kelas A11

I. BIAYA KOMPONEN

a. Material dinding dalam: pasangan ½ bata b. Material dinding luar: Pasangan ½ bata c. Atap : genteng

d. Langit-langit : Gypsum e. Penutup Lantai: Keramik II. Fasilitas

(58)

Penyelesaian :

A. Tanah 555m² x Rp 614.000 = Rp 340.770.000 B. Bangunan 104m² x Rp 225.000

Dengan perincian sebagai berikut : 1. BIAYA KOMPONEN

a. Material dinding dalam

b.Material dinding luar

c. Atap genteng Rp 23.400.000

d. Langit-langit gypsum

e. Penutup lantai keramik

2. Komponen Fasilitas terdiri dari:

a. Listrik

b. AC

+

NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB Rp 364.170.000 NJOPTKP Rp 8.000.000 _

NJOP untuk perhitungan PBB Rp. 356.170.000

(59)

NJKP (Nilai Jual Kena Pajak)

0,5% x 20% x 356.170.000 = Rp 356.170

PBB terutang = Rp 356.170

(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan data hasil Penelitian Lapangan dalam bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan gedung perkantoran adalah NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) tanah atau bangunan yaitu harga rata-rata yang di peroleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar. Bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui: perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau Nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti.

2. Objek Pajak Sektor Perkotaan adalah Objek Pajak Bumi dan Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh Orang Pribadi atau Badan.

(61)
(62)

B. SARAN

Untuk perbaikan dimasa yang akan datang, penulis mengemukakan saran yang dapat dijadikan sebagai masukan.

1. Diharapkan pihak Kantor Pajak Pratama dalam melakukan penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan dengan benar dan teliti serta berdasarkan Ketentuan Peraturan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku, mengingat Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku di Indonesia sering mengalami perubahan sehingga nantinya tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang tidak sesuai dengan aturan yang ada.

2. Diharapkan pihak perusahaan agar melakukan pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak dengan benar dan ditandatangani sesuai Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku sehingga nantinya tidak menyebabkan hal-hal yang tidak di inginkan seperti dikenakan sanksi administrasi ataupun denda dan sebagainya.

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti, 2007. Perpajakan Teori dan Kasus, Jakarta: Salemba Empat. Soemitro, Rochmat, 1989. Pajak Bumi dan Bangunan, Bandung: PT. Eresco Rusjdi, Muhammad, 2008. Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan atau Bangunan, dan Bea Materai, Jakarta: PT. Indeks

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994, Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985, Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007, Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Peraturan Menteri Keuangan,Republik Indonesia Nomor 150/PMK.03/2010, Tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.

Keputusan Menteri Keuangan, KEP-817/KMK. 04/1991, Tentang Tatacara Pendaftaran dan Pendataan Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan. Direktorat Jenderal Pajak, Keputusan, KEP-16/PJ. 6/1998, Tentang Pengenaan

Pajak Bumi dan Bangunan.

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana tanggapan ibu terhadap jumlah dana klaim yang didapat oleh

Nama Pekerjaan : Penyusunan Master Plan Tower Terpadu di Kabupaten Muara Enim Lokasi : Kabupaten Muara Enim.. Pagu :

Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil Strata Tingkat 1 (S1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau swasta yang disamakan/

2 Subang, Kami Selaku Kelompok Kerja Pengadaan Barang pada Dinas Pendidikan Kabupaten Subang yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Kepala Unit Layanan Pengadaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi (interaksi) mulsa dengan pupuk kandang ayam dapat meningkatkan kadar N, P, K tanah, memperbaiki pertumbuhan (tinggi tanaman,

sistem. Karenanya, penelitian tentang sistem peruangan pasar ini akan mencakup pola pikir dan budaya yang melatarbelakanginya. Pengumpulan Informasinya dilakukan dengan dua

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode Total Physical Response method dapat meningkatkan penguasaan pada kosakata Bahasa Inggris siswa

Menurut Lisna (2013) masalah yang dihadapi guru saat belajar adalah tidak semua peserta didik dapat menangkap isi pelajaran dengan cepat, terlebih jika ada