Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Manfaat Bermain dengan
Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kasih Ibu
PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah
Deli Serdang
Sri Ulina Purba
101121096
Skripsi
Judul :Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat Bermain Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.
Nama Mahasiswa : Sri Ulina Purba
NIM : 101121096
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011
Abstrak
Bermain merupakan salah satu stimulus (perangsang) dari lingkungan yang dapat membantu memaksimalkan tumbuh kembang dan kecerdasan anak. Perkembangan adalah kemampuan (skill) yang diperoleh dari kematangan sistem saraf pusat, khususnya otak. Perkembangan ini berkaitan erat dengan kecerdasan dan bertambahnya keterampilan anak.Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang manfaat bermain, perkembangan anak usia prasekolah dan hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni dan Juli 2011 di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan deskriptif korelasi dengan uji korelasi pearson product moment. Sampel dalam penelitian ini diambil dari ibu yang memiliki anak usia prasekolah sebanyak 31 responden dengan menggunakan tehnik total sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari setengah responden (87%) memiliki gambaran pengetahuan yang baik tentang manfaat bermain dan (87%) responden memiliki anak prasekolah dengan gambaran perkembangan yang baik. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan sedang dan bermakna dengan arah korelasi positif (p=0,29132043, r=0,539741077). Sehingga disimpulkan adanya hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah.
Untuk itu disarankan pada perawat agar dapat meningkatkan penyuluhan tentang hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah agar ibu dapat meningkatkan pengetahuan dan tetap memiliki anak prasekolah dengan perkembangan yang baik.
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Hubungan
Pengetahuan Ibu tentang Manfaat Bermain dengan Perkembangan Anak Usia
Prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun
Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada pihak – pihak yang telah
memberikan bantuan bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi
ini, sebagai berikut:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, Mkes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.
2. Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns, selaku dosen pembimbing Skripsi.
3. Ir. M. Simarmata, selaku Kepala Dinas Tanaman PTPN IV AFD 8-9 Bangun
Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.
4. Ibu Asni Br Saragih, selaku Kepala Sekolah Taman Kanak-kanak Kasih Ibu
PTPN IV AFD 8-9 Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba
Kabupaten Deli Serdang.
5. Bapak Ruslan Ginting, selaku Kepala Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan
Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.
6. Bapak Achmad Fathi, S.Kep, MNS selaku dosen penguji I yang telah
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
7. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen penguji II yang telah
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
skripsi ini.
8. Kedua orang tua peneliti, terima kasih atas segala pengorbanan dan
perjuangan ayahanda dan ibunda, setiap tetesan keringat telah menjadikan
motivasi dan dorongan yang kuat dalam menggapai kesuksesan ananda, serta
sentuhan kasih sayang dan doa menjadi inspirasi yang mampu memberikan
goresan-goresan indah disetiap ananda melangkah.
9. Terima kasih kepada abang dan kakak saya atas support dan semangat yang
selalu diberikan.
10. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman Fkep ’10
Ekstensi Sore atas dukungan dan motivasi yang diberikan. Semoga kita tetap
menjadi sahabat selamanya dan meraih kesuksesan.
Kiranya Allah SWT yang akan membalas setiap kebaikan semua pihak
yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Medan, Februari 2012
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Pengesahan………... ii
Abstrak... iii
Prakata... iv
Daftar isi... vi
Daftar Tabel... ix
Bab 1. Pendahuluan... 1
1. Latar Belakang... 1
2. Perumusan Masalah... 4
3. Tujuan Penelitian... 5
4. Manfaat Penelitian... 5
Bab 2. Tinjauan Teoritis... 7
1. Pengetahuan... 7
1.1 Defenisi Pengetahuan... 7
1.2 Proses memperoleh pengetahuan... 7
1.3 Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif... 9
1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan... 12
2. Ibu... 13
3. Manfaat Bermain... 14
4. Perkembangan anak usia prasekolah... 20
4.1 Tumbuh kembang anak prasekolah... 21
4.3 Perkembangan Intelegensi... 23
4.4Perkembangan bahasa... 23
Bab 3. Kerangka Konseptual... 25
1. Kerangka konsep... 25
2. Definisi operasional... 26
Bab 4. Metodologi Penelitian... 28
1. Desain penelitian... 28
2. Populasi, sampel penelitian dan teknik Sampling... 28
2.1 Populasi... 28
2.2 Sampel penelitian... 28
2.3Teknik sampling... 29
3. Lokasi dan waktu penelitian... 29
4. Pertimbangan etik... 29
5. Instrumen penelitian dan pangukuran validitas-reabilitas... 30
5.1 Instrumen penelitian... 30
5.2Pengukuran validitas-realibitas... 32
6. Pengumpulan data... 34
7. Analisa data... 36
Bab 5 Hasil dan Pembahasan... 39
1.1 Karakteristik responden... 39
1.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat Bermain.... 40
1.3 Perkembangan Anak Usia Prasekolah... 41
1.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Manfaat Bermain Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah 42
2. Pembahasan... 43
2.1 Karakteristik Demografi Responden... 43
2.2 Pengetahuan Ibu Tentang Mnafaat Bermain... 46
2.3 Perkembangan Anak Prasekolah... 48
2.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Manfaat Bermain Dengan Perkembangan Anak UsiaPrasekolah 51 Bab 6 Kesimpulan Dan Saran... 54
1. Kesimpulan... 54
2. Saran... 55
Daftar Pustaka... 57
Lampiran-lampiran
1. Inform Consent
2. Instrumen Penelitian
3. Hasil uji Reabilitas
4. Hasil Penelitian
DAFTAR TABEL
1. Tabel Definisi Operasional... 26 2. Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden ibu yang
Memiliki anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak PTPN IV
AFD 8-9 Desa Bangun Purba... 38 3. Tabel 2. distribusi frekuensi tingkat pengetahun ibu tentang
manfaat bermain... 46 4. Tabel 3. Distribusi frekuensiperkembangan anak usia prasekolah
di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 52 5. Tabel 4. Hasil uji korelasi hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
Judul :Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat Bermain Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.
Nama Mahasiswa : Sri Ulina Purba
NIM : 101121096
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011
Abstrak
Bermain merupakan salah satu stimulus (perangsang) dari lingkungan yang dapat membantu memaksimalkan tumbuh kembang dan kecerdasan anak. Perkembangan adalah kemampuan (skill) yang diperoleh dari kematangan sistem saraf pusat, khususnya otak. Perkembangan ini berkaitan erat dengan kecerdasan dan bertambahnya keterampilan anak.Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang manfaat bermain, perkembangan anak usia prasekolah dan hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni dan Juli 2011 di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan deskriptif korelasi dengan uji korelasi pearson product moment. Sampel dalam penelitian ini diambil dari ibu yang memiliki anak usia prasekolah sebanyak 31 responden dengan menggunakan tehnik total sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari setengah responden (87%) memiliki gambaran pengetahuan yang baik tentang manfaat bermain dan (87%) responden memiliki anak prasekolah dengan gambaran perkembangan yang baik. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan sedang dan bermakna dengan arah korelasi positif (p=0,29132043, r=0,539741077). Sehingga disimpulkan adanya hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah.
Untuk itu disarankan pada perawat agar dapat meningkatkan penyuluhan tentang hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah agar ibu dapat meningkatkan pengetahuan dan tetap memiliki anak prasekolah dengan perkembangan yang baik.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bermain bagi seorang anak sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan
merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara
yang efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan
mental dan emosional anak (Champbell & Glaser, 1995 dalam Supartini, 2004).
Papalia (1995) mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain. Dunia
anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak menggunakan otot
tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya,
menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggal dan menemukan seperti apa
mereka sendiri. Dengan bermain, anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal
atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan
berinteraksi dengan orang lain akan berkembang (Prabowo, 2008).
Melalui bermain anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, fantasi
serta daya kreasi dengan tetap mengembangkan kreatifitasnya dan beradaptasi
lebih efektif terhadap berbagai sumber stress. Dengan bermain anak dapat belajar
mengungkapkan isi hati melalui kata-kata, anak belajar dan mampu dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, objek bermain, waktu, ruang dan waktu
Banyak ditemukan anak pada masa tumbuh kembang mengalami
perlambatan. Yang seharusnya masa tersebut merupakan masa bermain yang
diharapkan menumbuhkan kematangan dalam pertumbuhan dan perkembangan
karena masa tersebut tidak digunakan sebaik mungkin maka tentu akhirnya akan
mengganggu tumbuh kembang anak. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya
pemenuhan kebutuhan akibat kurangnya perhatian keluarga terhadap kebutuhan
main anak (Hidayat, 2005).
Beberapa kritikan dari para ahli pendidikan tentang kurangnya waktu bagi
anak untuk bersosialisasi dan mengembangkan hobby atau bakatnya (termasuk
bermain) karena sebagian besar waktu terpakai untuk kegiatan-kegiatan belajar
demi mengejar prestasi akademik disekolah sudah sangat sering kita dengar.
Sekolah-sekolah untuk anak-anak bahkan ada yang sudah dimulai dari anak umur
1,5 tahun (walaupun sekolah usia ini tentunya belum mulai belajar). Banyak TK
yang menekankan kurikulumnya untuk mengajar anak membaca, menulis dan
berhitung, bukan lagi sekedar untuk bermain-main. Pulang sekolah anak masih
harus mengikuti bermacam-macam les, misalnya kumon, sempoa, menggambar,
balet, piano, dll. Selain untuk sekolah dan les, anak-anak juga masih perlu waktu
untuk mengerjakan pekerjaan rumah (pr), mandi, makan, dan istirahat (tidur).
Lalu kesempatan anak untuk bermain dapat berkurang bahkan tidak ada sama
sekali (Prabowo, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Widayanti tentang tingkat pengetahuan ibu
Kesamben Blitar (2004). Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa rata-rata tingkat
pengetahuan ibu dikategorikan baik dengan prosentase 78,33%.
Penelitian Khoirun Nisak (2005) tentang gambaran pengetahuan orang tua
tentang stimulasi perkembangan kreativitas bermain pada anak prasekolah. Hasil
penelitian tersebut disimpulkan bahwa gambaran pengetahuan ibu dalam
mencipkan suasana bermain untuk meningkatkan perkembangan kreativitas anak
dikatakan baik.
Penelitian yang dilakukan oleh laili, Suzana, dan Rizki (2004) menunjukkan
hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat bermain pada anak
prasekolah dikategorikan cukup. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Fajriananda (2008), dimana penelitian ini dilakukan dibeberapa lembaga
pendidikan anak prasekolah di 5 kota besar di Indonesia (Medan, Jakarta,
Surabaya, Bandung, dan Makasar) menunjukkan bahwa pengetahuan orang tua
tentang manfaat menstimulasi perkembangan anak dengan bermain edukatif
masih dikatakan kurang (42%). Dengan kata lain orang tua kurang mengetahui
besarnya manfaat bermain terhadap stimulasi perkembangan anak (Darsana,
2009).
Pada saat pertama kali melakukan survey di Desa Bangun Purba Tengah
dimana anak prasekolah didesa tersebut berjumlah 32 orang, peneliti kerap sekali
mendapati ibu yang tidak begitu memperhatikan anak saat bermain. Hal ini sering
dihubungkan dengan alasan kesibukan orang tua akan tugas masing-masing.
dengan teman-temannya untuk bermain tanpa adanya pangawasan dari orang tua.
Hal ini dapat menyebabkan anak memilih permainan yang tidak sesuai dengan
usianya sehingga kerap sekali mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
anak. Banyak juga anak yang langsung disibukkan dengan les tambahan sehingga
dapat mengganggu waktu bermain untuk anak itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak
usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa
Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun
2011.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan
diteliti adalah sebagai berikut :
2.1 Bagaimana pengetahuan ibu terhadap manfaat bermain?
2.2 Bagaimana perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak
Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah?
2.3 Sejauh mana hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan
perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu
PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah?
3. Tujuan Penelitian
4.2 Untuk mengetahui bagaimana perkembangan anak usia prasekolah di
Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba
Tengah.
4.3 Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain
dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih
Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah.
4. Manfaat Penelitian
5.1 Bagi pelayanan keperawatan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi perawat,
khususnya perawat anak agar dapat memberikan terapi bermain yang efektif
dan efisien, memberikan informasi yang adekuat dan akurat mengenai
hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan
anak usia prasekolah.
5.2 Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai sumber informasi terutama
keperawatan anak sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik
tentang hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan
5.3 Bagi Peneliti
Untuk mengembangkan pengetahuan peneliti dan dapat memberikan
informasi bagi penelitian yang akan datang mengenai hubungan pengetahuan
ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah.
5.4 Bagi Ibu
Sebagai informasi bagi ibu mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang
manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah.
5.5 Bagi Lokasi Penelitian
Sebagai sumber informasi bagi Taman Kanak-kanak Kasih Ibu di PTPN IV
APD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2011 Khususnya mengenai hubungan pengetahuan ibu
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengetahuan
1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah hasil melihat, mendengar, merasa, dan berfikir yang
menjadi dasar untuk bersikap dan bertindak. Pengetahuan yang terkandung dalam
ilmu di nilai sebagai pengetahuan yang benar untuk menjawab suatu masalah
(Sibagariang, Julianie, Rismalinda, Nurzannah, 2010).
1.2 Proses memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa cara memperoleh
pengetahuan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu cara tradisional dan cara
modern (ilmiah).
a. Cara tradisional atau non ilmiah
1) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memcahkan
masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinan yang lain, dan apabial kemungkinan tidak berhasil pula
dicoba kemungkinan yang lain pula sampai masalah tersebut dapat
terpecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut coba-salah (trial and error).
2) Cara kekuasaan (Otoriter)
Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal
maupun nonformal, ahli agama, pemegang pemerintahan, ahli ilmu
pengetahuan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut
diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Cara ini dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Apabila dengan
cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang
dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat
pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia gagal, ia tidak dapat
mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari jawaban yang lain,
sehingga dapat berhasil memecahkannya.
4) Melalui jalan pikiran
Yaitu dengan menggunakan penalaran dalam memperoleh kebenaran
yaitu dengan cara induksi dan deduksi. Penalaran Induktif, yaitu penalaran
yang berdasar atas cara berfikir untuk menarik kesimpulan umum dari
sesuatu yang bersifat khusus atau individual. Penalaran deduktif, yaitu
penalaran yang berdasar atas cara berpikir yang menarik kesimpulan yang
khusus dari sesuatu yang bersifat umum.
b. Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan disebut
metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian
(research methodology). Metode ilmiah adalah upaya memecahkan masalah melalui berfikir rasional dan berfikir empiris dan merupakan prosedur untuk
mendapatkan ilmu.
Metode ilmiah pada dasarnya menggabungkan berfikir rasional
dengan berfikir empiris, artinya pertanyaan yang dirumuskan disatu pihak
dapat diterima oleh akal sehat dan dipihak lain dapat dibuktikan melalui data
dan fakta secara empiris (Setiadi, 2007).
1.3 Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tengkat ini adalah mengingat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa ynag dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan
tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
b) Memahami (Conprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan
mengapa harus makan makanan yang bergizi.
c) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan dalam
penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat maringkaskan, dapat menyesuiakan, dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan
pada suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak yang
cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menaggapi terjadinya
diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu tidak mau ikut KB,
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo,
2003).
1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2003) Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah:
a) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses penyampaian suatu bahan atau materi
pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai
perubahan tingkah laku. Pada umumnya pendidikan mempertinggi
inteligensi seseorang.
b) Usia
Usia sangat mempengaruhi perkembangan seseorang dalam memahami
sesuatu. Menurut beberapa penelitian pengetahuan seseorang bertambah
sesuai dengan pertambahan usia.
c) Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dilihat atau didengar
maka semakin banyak usaha seseorang untuk mengatasi suatu masalah.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain.
d) Sumber Informasi
Sumber informasi adalah data yang diproses kedalam suatu bentuk dan
mempunyai nilai nyata.
e) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta
pengaruh-pengaruh luas yang mempengaruhi perkembangan manusia.
Menurut berbagai penelitian lingkungan akan membentuk pribadi
seseorang. Lingkungan yang menyediakan banyak sumber informasi akan
menambah pengetahuan seseorang.
2. Ibu
Usia pra-sekolah merupakan usia yang sangat menentukan, dalam
pembentukan karakter, moral dan kepribadian seorang anak Peran ibu dalam
perkembangan moral anak tidak bisa diabaikan, sebab ibu adalah orang pertama
yang paling dekat dengan anak, juga ikatan batin antara ibu dan anak sudah ada
sebelum anak itu lahir. Itulah sebabnya seorang ibu sangat perlu membimbing dan
mendidik anaknya untuk mengendalikan tingkah laku melalui pendidikan yang
Pengetahuan dan peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses
perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali
kelebihan proses perkembangan anaknya dan sedini mungkin memberikan
stimulasi pada tumbuh kembang anak yang menyeluruh dalam aspek fisik, mental,
dan sosial. Orang tua harus memahami tahap-tahap perkembangan anak agar anak
bisa tumbuh kembang secara optimal yaitu dengan memberi anak stimulasi.
Orang tua juga jangan terlalu overprotektif terhadap anak tetapi selalu memberi
anak penghargaan berupa pujian, belaian, pelukan dan sebagainya.
3. Manfaat Bermain
Adapun manfaat bermain tarhadap anak diantaranya:
3.1Memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri
3.2Menemukan apa yang dapat mereka lakukan dan mengembangkan
kepercayaan diri
3.3Melatih mental anak
3.4Meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan stres anak
3.5Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak
3.6Melatih motorik dan mengasah daya analisa anak
3.7Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak
3.8Standar moral
3.1 Memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri.
Tidak dapat dipungkiri bahwa permainan sangat penting dalam
perkembangan anak. Ketika bermain, mereka akan menentukan
pilihan-pilihan. Mereka harus memilih APA yang hendak dimainkan. Mereka juga
memilih DI MANA dan DENGAN SIAPA mereka bermain. Jika hendak
mewarnai dan melukis, mereka juga memilih apa yang hendak dilukis dan
diwarnai atau apa yang hendak digunakan.
Semua pilihan itu akan membantu terbentuknya gambaran tentang diri
mereka dan membuatnya merasa mampu mengendalikan diri. Menentukan
pilihan dalam konteks permainan membuat pengalaman memilih itu menjadi
mudah dan aman. Aman, karena tidak ada keputusan benar atau salah,
Memotong kertas, mengatur letak, atau mewarnai dapat dilakukan
dalam beragam bentuk. Tidak ada batasan yang diikuti. Identitas dan
kepercayaan diri dapat berkembang tanpa rasa ketakutan akan kalah atau
gagal. Pada saat anak menjadi semakin dewasa dan identitasnya telah
terbentuk dengan lebih baik, mereka akan semakin mampu menghadapi
tantangan permainan yang terstruktur, bertujuan, dan lebih dibatasi oleh
aturan-aturan.
2.2 Menemukan apa yang dapat mereka lakukan daan mengembangkan
kepercayaaan diri.
Permainan mendorong berkembangnya keterampilan, fisik, sosial, dan
cara anak mendekati dan bersama dengan orang lain, berkonpromi serta
bernegosiasi.
Kemudian selain mengembangkan kekuatan fisik dan koordinasi tubuh,
permainan juga dapat membantunya mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah dan menyusun rencana. Apabila anak mengalami
kegagalan dalam melakukan suatu permainan (dimana mereka tahu bahwa hal
tersebut tidak akan membawa suatu akibat apapun), hal tersebut justru
membantu mereka menghadapi kegagalan dalam arti sebenarnya dan
mengelolanya pada saat mereka benar-banar harus bertanggung jawab.
Bermain bersama teman-teman yang lain akan memperkenalkan ide,
hobby, dan cara berfikir yang berbeda. Bermain juga membantu anak untuk
mengembangkan kemampuan dan kesempatan mengeksplorasi
pengalaman-pangalaman dan perasaan. Bermain bersama tidak hanya memperkaya
pengalaman mereka namun juga memberikan sejumlah besar manfaat yang
nantinya akan mereka pergunakan.
Demikian banyak hal yang dapat dikembangkan melalui proses
bermain bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua hendaknya
tidak bersikap antipati terhadap proses bermain. Sebab dalam proses bermain
anak terkandung proses belajar.
2.3 Melatih mental anak.
Ketika bermain anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang
miliki tentang dunia sekaligus mendapatkan pengetahuan baru. Semua
dilakukan dengan cara yang menggembirakan hatinya. Tidak hanya
pengetahuan tentang dunia dalam pikiran anak yang terekspresikan saat
bermain, tapi juga hal-hal yang dia rasakan, ketakutan-ketakutan dan
kegembiraanya.
Orang tua akan semakin mengenal anak dengan mengamati saat
bermain. Bahkan lewat permainan (terutama bermain pura-pura) orang tua
juga dapat menemukan kesan-kesan dan harapan anak terhadap orangtua serta
keluarganya. Bermain pura-pura juga menggambarkan pemahamannya
tentang dunia ia berada (Yuriastien, Prawitasari, Febry, 2009).
2.4 Meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan stres anak.
Anak - anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam bermain
melalui setiap media yang mereka miliki, termasuk bahan – bahan mentah,
fantasi dan eksplorasi. Kreativitas terkekang oleh tekanan untuk
menyamankan; oleh sebab itu usaha keras untuk dapat diterima oleh teman
sebaya mungkin merintangi upaya kreatif anak.
Kreativitas terutama merupakan hasil dari aktivitas tunggal, meskipun
berfikir kreatif sering kali ditingkatkan dalam kelompok ketika mendengar
ide orang lain yang merangsang eksplorasi lanjutan dari idenya sendiri.
Ketika anak merasakan kepuasan dari menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda, mereka mentransfer minat kreatif ini ke situasi di luar dunia bermain
Mengingat bahwa tidak hanya orangtua mengalami stres, anak-anak
juga bisa. Stres pada anak daapt disebabkan oleh rutinitas harian yang
membosankan. Bermain dapat membantu anak untuk lepas dari stres
kehidupan sehari-hari (Yuriastien, Prawitasari, Febry, 2009).
2.5 Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak.
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, misalnya pada saat
anak merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan
ada teman yang didunia yang sama. Pada usia prasekolah anak sudah mulai
menyadari keberadan teman sebaya, sehingga diharapkan anak mampu
melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain (Hidayat, 2008).
Dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi yang
menempati dirinya sebagai makhluk sosial. Anak mempelajari nilai
keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki kelompok. Ketika anak
memainkan peran “baik” atau “jahat”, hal ini membuatnya kaya pengalaman
emosi. Anak akan memhami perasaan yang terkait dari ketakutan dan
penolakan dari situasi yang dihadapi (Yuriastien, Prawitasari, Febry, 2009).
2.6 Melatih motorik dan mengasah daya analisa anak.
Perkembangan motorik yang dilakukan dengan stimulasi, akan lebih
cepat berkembang bila dibandingkan dengan tanpa menggunakan stimulasi.
Seperti rangsangan kemampuan menggenggam dan kemampuan ini akan
stimulasi yang dimaksud tersebut dapat diberikan melalui permainan
(Hidayat, 2008).
Permainan akan memberi kesempatan anak untuk belajar untuk
menghadapi situasi kehidupan pribadi sekaligus memecahkan masalah.
Dengan demikian anak akan berusaha menganalisa dan memahami persoalan
yang terdapat dalam setiap permainan (Yuriastien, Prawitasari, Febry, 2009).
2.7 Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak.
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain
seringkali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak mampu mencapai
peran pemimpin dalam kehidupan nyata mungkin akan memperoleh
pemenuhan keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara saat bermain
(Yuriastien, Prawitasari, Febry, 2009).
2.8 Standar moral
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri pada anak, hal
ini dapat dijumpai ketika anak sudah mampu belajar benar atau salah dari
budaya dirumah, disekolah, dan ketika berinteraksi dengan temannya.
Disamping itu, ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang
harus dilakukan dan tidak boleh dilanggar (Hidayat, 2008).
2.9 Mengembangkan otak kanan
Bermain memiliki aspek-aspek yang menyenangkan dan membuka
kesempatan untuk menguji kemampuan dirinya terhadap dengan teman
sebaya serta mengembangkan perasaan realitis akan dirinya. Dengan begitu,
kemampuan yang mungkin kurang terasah di sekolah maupun rumah
(Yuriastien, Prawitasari, Febry, 2009).
4. Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Perkembangan (development) merupakan bertambahnya kemampuan
(skill/keterampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan fungsi sel atau
organ individu (Riyadi dan Sukarmin, 2009).
Adapun perkembangan anak usia prasekolah antara lain:
4.1 Motorik kasar, motorik halus dan sosial emosional
4.2 Perkembangan Psikososial anak
4.3 Perkembangan Intelegensi
4.4 Perkembangan Bahasa
4.1 Tumbuh kembang anak pra sekolah
Pada usia 5 tahun kemampuan motorik kasar yang dicapai anak antara
lain: berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat menangkap dan melempar
bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki yang bargantian. Motorik
halus yang dicapai anak antara lain: menulis dengan angka-angka, menulis
dengan huruf, menulis dengan kata-kata, belajar menulis nama, belajar
sendiri sudah mulai berkurang, sering berkumpul dengan teman sebaya,
interaksi sosial selama bermain meningkat, sudah siap untuk menggunakan
alat-alat permainan.
4.2Perkembangan psikososial anak
a. Menurut teori Erick Ericson (1963)
Disebut tahap inisiatif versus rasa bersalah (umur 3-6 tahun).
Tahap ini anak mulai belajar untuk mmengendalikan diri dan
memanipulasi lingkungan, Rasa inisiatif mulai menguasai anak, anak
sudah mulai diikutsertakan sebagai individu atau membantu orang tua
dan lingkungan. Suatu contoh, anak ikut serta merapikan tempat tidur,
bagi anak wanita bisa membantu ibunya di dapur. Dalam hal ini anak
sudan mulai memperluas lingkup pergaulannya. Ia menjadi aktif diluar
rumah, kemampuan bahasa semakin meningkat. Hubungan dengan
teman sebaya dan saudara cendrung untuk selalu menang sendiri.
Disini peran seorang ayah sudah mulai berjalan, harus ada
hubungan yang harmonis antara ayah, ibu dan anak yang tujuan
akhirnya adalah untuk memantapkan identitas si anak. Orang tua dapat
melatih anak dalam mengintegrasikan peran-peran sosial dan tanggung
jawab sosial. Pada tahap ini pula kadang-kadang anak tidak dapat
mencapai tujuan atau kegiatan yang lebih disebabkan karena
keterbatasan kemampuan anak. Akan tetapi jika ada tuntutan
terlalu tinggi, maka akan menyebabkan anak akan merasa
aktivitasnya/imajinasinya buruk dan pada tahap berikutnya anak akan
merasa kecewa dan merasa bersalah (Riyadi dan Sukarmin, 2009).
b. Menurut teori Sigmund Freud
Menurut Freud perkembangan psikososial pada anak usia
prasekolah disebut Fase Phallic (Umur 3-6 tahun). Fase ini anak akan selalu senang jika memegang alat genitalianya. Kecendrungan anak
akan dekat dengan orangtua yang berlawanan jenis kelamin
dengannnya. Misalnya anak laki-laki lebih dekat dengan ibunya, anak
perempuan akan lebih dekat denga ayahnya. Selain itu pula anak
mempunyai perasaan persaingan yang ketat denga orang tua yang
sesama jenis kelamin. Misalnya, anak laki-laki akan merasa tersaingi
oleh ayahnya untuk memperebutkan kasih sayang dari ibunya,
sehingga ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan
kasih sayang yang banyak dari ibunya. Demikian pula dengan anak
perempuan, dia akan merasa tersaingi oleh ibunya untuk mendapatkan
kasih sayang dari ayahnya, sehingga jangan heran jika anak perempuan
sering bergelanyut dipangkuan ayah daripada digendong ibunya. Sifat
egosentris yang tinngi pada anak dan interaksi sosial sudah mulai
tumbuh.
4.3Perkembangan Intelegensi
Pada anak usia prasekolah disebut Pre operasional (umur 2-6 tahun).
yang semula dari sensoris motorik menjadi Pre operasional. Pada pre
operasional anak mampu menngunakan simbol-simbol dengan
menggunakan kata-kata, mengingat masa lalunya, masa sekarang dan yang
akan terjadi di masa yang akan datang. Tingkah laku akan mulai berubah
dari yang semula sangat egosentris menjadi lebih rasioanal (Riyadi dan
Sukarmin, 2009).
4.4Perkembangan bahasa
Pada masa prasekolah perkembangan bahasa dimulai dengan adanya
kemampuan menyebutkan hingga empat gambar, menyebutkan satu
hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung,
mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, mengerti beberapa kata
sifat dan jenis kata lainnya, menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi
objek, orang, dan aktivitas, menirukan berbagai bunyi kata, memahami arti
larangan, serta merespons panggilan orang dan anggota orang dekat
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu tentang
manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah adalah sebagai
berikut:
Manfaat bermain terhadap anak prasekolah
1. Memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri
2. Menemukan apa yang dapat
mereka lakukan dan mengembangkan kepercayaan diri
3. Melatih mental anak
4. Meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan stres anak
5. Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak
6. Melatih motorik dan mengasah daya analisa anak
7. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak
8. Standar moral
9. Mengembangkan otak kanan
Perkembangan anak usia prasekolah
1. Motorik kasar dan halus 2. Psikososial
2. Definisi operasional
No Variabel Defenisi operasional Alat ukur Hasil ukur skala skor 1 bermain adalah: hasil tahu ibu tentang
1. Motorik kasar dan
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang
manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman
Kanak-Kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan
Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.
2. Populasi, Sample Penelitian dan Teknik Sampling
2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak
usia prasekolah dan sedang menjalani pendidikan tingkat kedua di Taman
Kanak-Kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah
Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Jumlah anak prasekolah
yang sedang menjalani pendidikan tingkat kedua di Taman Kanak-Kanak
tersebut sebanyak 31 siswa jadi jumlah ibu yang mempunyai anak prasekolah
di Taman Kanak tersebut sebanyak 31 orang (Laporan Taman
Kanak-Kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan
Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang).
2.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini merupakan ibu yang mempunyai anak usia
Kanak-Kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan
Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Adapun jumlah sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah semua anggota populasi yaitu sebanyak 31 orang.
2.3 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan karena
jumlah populasi yang kecil.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Taman Kanak-Kanak Kasih Ibu PTPN IV
AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli
Serdang. Alasan peneliti memilih tempat ini karena belum pernah ada penelitian
yang dilakukan sebelumnya di Taman Kanak-Kakak tersebut mengenai hubungan
pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia
prasekolah dan Taman Kanak-Kanak tersebut merupakan Taman Kanak-Kanak
yang menjadi pilihan banyak ibu di Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan
Bangun Purba. Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Juni sampai Juli tahun
2011.
4. Pertimbangan Etik
Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan untuk melindungi
hak-hak subjektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan
responden diberikan penjelasan mengenai manfaat dan tujuan penelitian,
selanjutnya responden diminta menjadi sampel dalam penelitian ini, kemudian
responden membaca surat memahami isi surat persetujuan terlebih dahulu sebagai
kesediaan menjadi responden. Responden mempunyai hak untuk memutuskan
apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak tanpa adanya sanksi apapun dan
tidak menimbulkan penderitaan bagi responden. Responden dilindungi dari semua
kemungkinan dan berbagai resiko yang timbul akibat penelitian ini. Penelitian ini
merahasiakan identitas responden, serta tidak mencampuri hal-hal yang bersifat
pribadi.
5. Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas-Reabilitas
5.1Instrumen penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan
alat pengumpul data berupa kuisioner yang disusun sendiri oleh peneliti
dengan berpedoman pada konsep dan tinjaun pustaka. Instrumen terdiri dari
3 bagian, bagian pertama mengenai demografi responden yaitu pendidikan,
usia, alamat, pekerjaan, dan sumber informasi yang biasa digunakan. Data
demografi responden ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik calon
responden dan mendeskripsikan ditribusi frekuensi dan presentase
demografi terhadap pengetahuan ibu tentang manfaat bermain. Bagian
kedua adalah kuisioner tentang pengetahuan ibu tentang manfaat bermain.
Kuesioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang
manfaat bermain. Kuesioner ini berpedoman pada teori dan tinjuan pustaka
mempunyai 9 manfaat. Total keseluruhan pertanyaan untuk bagian kedua ini
sebanyak 26 pertanyaan. Pertanyaan tersebut terdiri dari pertanyaan positif
dan negatif. Pertanyaan positif terdiri dari terdiri dari 13 pertanyaan yang
terdapat pada pernyataan nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19, 21, 23, dan
25 sedangkan pertanyaan negatif terdiri dari 13 pertanyaan yang terdapat
pada pernyataan nomor 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24 dan 26.
Untuk pernyataan positif skor untuk jawaban “ya”=2 dan “tidak”=1. Untuk
pertanyaan negatif skor jawaban “ya”=1 dan “tidak”=2. Skala pengukuran
yang digunakan adalah ordinal.
Bagian ketiga yaitu mengukur variabel perkembangan anak usia
prasekolah diukur dengan menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh
peneliti berdasarkan teori dan tinjauan pustaka, yang berisikan tentang
poin-poin tugas perkembangan yang seharusnya dimiliki oleh anak usia
prasekolah. Poin-poin tugas perkembangan anak tersebut sesuai dengan
teori dan tinjuan pustaka dimana tugas perkembangan yang harus dicapai
anak usia prasekolah tersebut terdiri dari 6 poin yaitu perkembangan
motorik kasar, halus, sosial emosional, psikososial, intelegensi dan bahasa.
Peneliti menyediakan pernyataan-pernyataan untuk setiap poin
perkembangan. Untuk perkembangan motorik kasar terdapat 3 pernyataan.
Untuk perkembangan motorik halus terdapat 4 pernyataan. Untuk
perkembangan sosial emosional terdapat 3 pernyataan. Untuk
perkembangan psikososial terdapat 6 pernyataan. Perkembangan intelegensi
pernyataan. Jadi total pernyataan dalam kuesioner perkembangan anak usia
prasekolah adalah sebanyak 26 pernyataan. Pernyataan yang jawabannya
“iya”, akan mendapat nilai=2 dan pernyataan yang dijawab “tidak”, akan
mendapat niali = 1. Skala pengukuran dengan menggunakan skala ordinal.
5.2 Pengukuran validitas-realibilitas
Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan memenuhi dua hal
penting yang harus yang harus dipenuhi dalam menentukan validitas
pengukuran. (1) relevansi isi, yaitu isi instrumen harus disesuaikan dengan
tujuan penelitian (tujuan khusus) agar dapat mengukur apa yang seharusnya
di ukur. Pada penelitian ini, peneliti telah berusaha menyesuaikan instrumen
penelitian dengan tujuan khusus penelitian. 2) Relevan sasaran subjek dan
cara pengukuran, yaitu instrumen yang disusun harus dapat
dipertimbangkan kepada siapa pertanyaan-pertanyaan itu diberikan. Pada
penelitian ini, peneliti mengajukan instrumen penelitian kepada ibu yang
benar mempunyai anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu
PTPN IV Bangun Purba Tengan Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli
Serdang.
Uji validitas juga dilakukan oleh peneliti kepada salah satu dosen
keperawatan anak di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
(USU). Dari hasil uji validitas tersebut menunjukkan bahwa kuesioner
pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak
prasekolah dikatakan valid. Kuesioner tersebut juga telah dikatakan layak
Kuesioner penelitian disusun sendiri oleh peneliti sehingga penting
dilakukan uji reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan alat ukur dapat mengukur secara konsisten sasaran yang akan
diukur. Pengujian reliabilitas kuisioner pangetahuan tentang manfaat
bermain dan perkembangan anak usia prasekolah dilakukan pada 10 orang
ibu yang mempunyai anak usia prasekolah di Desa Bangun Purba
Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang, dengan terlebih dahulu
memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian sebelum dilakukan
penyebaran kuesioner penelitian. Realibilitas yang digunakan adalah metode
tes ulang (test-retest). Metode tes ulang yaitu kuesioner yang sama diteskan
(diujikan) kepada sekelompok responden yang sama sebanyak dua kali.
Selang waktu antara tes yang pertama dengan yang kedua, sebaiknya tidak
terlalu jauh, tetapi juga tidak terlalu dekat. Selang waktu antara 15-30 hari
adalah cukup memenuhi persyaratan. Jadi dalam hal ini instrumennya sama,
respondennya sama dan waktunya berbeda. Patokan kasar dapat ditentukan
ukuran indeks reliabilitas sebagai berikut: < 0.59= reliabilitas rendah, 0,60 –
0,89= reliabilitas sedang, 0,90 – 1,00= reliabilitas tinggi.
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus
Spearman Brown. Caranya adalah 1. hitung total skor, 2. Hitung korelasi product moment tiap item pertanyaan, 3. Hitung reliabilitas seluruh dengan
Spearman Brown, 4. Cari r tabel (tampilan), dengan dk = n – 2, α = 0,05, 5. Analisis keputusan, apabila r11 > r tabel berarti reliabel dan apabila r11 < r
Setelah dilakukan pengujian realibilitas dengan menggunakan rumus
Spearman Brown, didapatkan 4 pertanyaan dari kuesiner perkembangan
anak prasekolah dikatakan tidak realibel. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
yaitu pertanyaan nomor 6, 8, 19 dan 21. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak
realibel tersebut dihilangkan dan tidak dibagikan ke responden penelitian.
Sehingga jumlah kuesioner perkembangan anak menjadi 26 pertanyaan.
Setelah pertanyaan yang tidak realibel tersebut dibuang, maka kuesioner
tersebut layak dibagikan ke responden penelitian ini. Agar kuesioner dapat
digunakan untuk uji korelasi pengetahuan ibu tentang manfaat bermain
dengan perkembangan anak usia prasekolah, maka jumlah pertanyaan kedua
variabel harus sama sehingga peneliti menambahkan jumlah pertanyaan
pengetahuan ibu tentang manfaat bermain menjadi 26 pertanyaan.
6. Pengumpulan data
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan kepada
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan
persetujuan penelitian, peneliti memberikan surat izin penelitian kepada kepala
Dinas Tanaman PTPN 4 APD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah, kepala sekolah
Taman Kanak-Kanak Kasih Ibu dan kepala desa Bangun Purba Tengah.
Kemudian setelah mendapatkan izin dari Dinas Tanaman, izin tersebut
disampaikan langsung kepada kepala sekolah Taman Kanak-Kanak Kasih Ibu dan
Kepala Desa Bangun Purba Tengah untuk memberikan izin kepada peneliti untuk
Setelah memperoleh izin untuk melaksanakan survey awal, peneliti
melaksanakan survey awal dengan meminta data siswa tingkat kedua di Taman
Kanak-Kanak Kasih Ibu dan peneliti menanyakan kepada kepala sekolah tentang
dukungan orangtua siswa dalam bermain sambil belajar disekolah. Peneliti juga
menyempatkan diri untuk bertanya kepada salah satu ibu siswa tentang manfaat
bermain pada anak dan menanyakan kemampuan anak pada saat ini.
Setelah melaksanakan survey awal dengan data yang memadai peneliti
melakukan penelitian di Taman Kanak-Kanak tersebut. Pada awalnya peneliti
membagikan kuesioner dengan responden di Taman Kanak-Kanak tersebut ketika
responden mengantar dan menunggu anaknya pulang sekolah. Namun ada
sebagian ibu yang tidak mengantar anaknya ke sekolah sehingga peneliti harus
mendatangi rumah responden tersebut satu persatu. Peneliti terlebih dahulu
memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur, manfaat penelitian, cara pengisian
kuisioner, dan memperoleh persetujuan dari responden. Setelah mendapatkan
persetujuan dari responden peneliti membagikan kuisioner dan mendampingi
responden saat mengisi kuisioner tersebut. Peneliti juga memberikan penjelasan
kepada responden atas pertanyaan yang tidak dimengerti. Dan peneliti menunggu
responden hingga responden selesai menjawab semua pertanyaan.
Dalam pengumpulan data peneliti mengalami kesulitan yaitu keterbatasan
waktu, dana, dan tidak semua ibu mau menjadi responden dengan alasan tidak
mengerti, takut, sibuk atau juga menambah beban pikiran. Cara peneliti mengatasi
masalah ini adalah dengan memberikan penjelasan yang sederhana namun akurat
Peneliti juga berusaha meyakinkan bahwa responden dilindungi dari semua
kemungkinan dan berbagai resiko yang timbul akibat penelitian ini dan penelitian
ini merahasiakan identitas responden, serta tidak mencampuri hal-hal yang
bersifat pribadi.
7. Analisa data
Setelah semua data terkumpul, untuk pengukuran pengetahuan ibu maka
peneliti melakukan analisa melalui beberapa tahap editing, yaitu memeriksa nama
dan kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa jawaban
diisi sesuai dengan petunjuk. Hal ini sama dilakukan pada pengukuran
perkembangan anak usia prasekolah dimana peneliti memeriksa nama dan
kelengkapan identitas ibu. Koding yaitu memberikan kode atau angka tertentu
pada kuisioner untuk mempermudahkan waktu mengadakan tabulasi dan analisa.
Analisa yaitu menganalisa data yang telah terkumpul dari hasil pengukuran
pengetahuan pada ibu dan perkembangan pada anak usia prasekolah. Peneliti
menentukan persentase jawaban dari setiap responden. Dari pengolahan data
statistik deskriptif, data demografi akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan persentase. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi untuk melihat pengetahuan ibu tentang menfaat bermain dan
perkembangan anak usia prasekolah.
Kuesioner tingkat pengetahuan memiliki kategori kelas baik, cukup dan
kurang. Tingkat pengetahuan ibu dikategorikan kurang, jika jumlah jawaban
jumlah jawaban benar sebanyak 56%-75%, dan tingkat pengetahuan ibu
dikategorikan baik, jika jumlah jawaban yang benar sebanyak 76%-100%.
Kuesioner perkembangan anak prasekolah juga memiliki kategori kelas
baik, cukup dan kurang. Perkembangan anak usia prasekolah dikategorikan
kurang jika jumlah jawaban yang benar sebanyak 20%-55%, perkembangan anak
usia prasekolah dikategorikan cukup jika jumlah jawaban yang benar sebanyak
56%-75%, dan perkembangan anak usia prasekolah dikategorikan baik jika
jumlah jawaban yang benar sebanyak 76-100%.
Pengukuran hubungan antara pangetahuan ibu tentang manfaat bermain
dengan perkembangan anak usia prasekolah dilakukan dengan menggunakan Uji
korelasi pearson product moment. Hasil uji korelasi ditampilkan dalam tabel hasil uji interpretasi yang terdiri dari nilai r, nilai p, dan arah korelasi. Nilai r
menginterpretasikan kekuatan hubungan dimana bila nilai r berada pada rentang
0,000-0,199 maka kekuatan hubungan tersebut dikategorikan sangat lemah,
berada pada rentang 0,200-0,399 maka kekuatan hubungan dikatakan lemah,
berada pada rentang 0,400-0,599 maka kekuatan hubungan dikategorikan sedang,
berada pada rentang 0,600-0,799 maka kekuatan hubungan dikategorikan kuat,
dan berada pada rentang 0,800-1,000 maka kekuatan hubungan dikategorikan
sangat kuat.
Nilai p menginterpretasikan ada atau tidaknya hubungan yang bermakna
antara dua variabel yang diuji. Jika nilai p<0,05 maka terdapat hubungan yang
bermakna antara dua variabel yang di uji dan jika p>0,05 maka tidak terdapat
Arah korelasi dikatakan positif dan searah apabila nilai r mendekati nilai
satu. Semakin besar nilai satu variabel, maka semakin besar pula nilai variabel
lainnya. Sedangkan arah korelasi dikatakan negatif dan berlawanan arah apabila
nilai r tidak mendekati nilai satu. Semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil
nilai variabel lainnya. Uji korelasi dengan pearson product moment ini
menggunakan program komputerisasi.
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan
mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan
perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV
AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2011.
1. HasilPenelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data hasil penelitian ini akan
menguraikan gambaran data demografi 31 responden yang terdiri dari usia,
pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi yang didapatkan ibu, tingkat
pengetahuan ibu tentang manfaat bermain, perkembangan anak usia prasekolah
serta hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan
anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa
Bangun Purba Tengah Kec. Bangun Purba Kab. Deli Serdang Tahun 2011.
1.1 Karakteristik responden
Berdasarkan hasil penelitian dari 31 orang ibu yang mempunyai anak
prasekolah menunjukkan mayoritas responden sebanyak 12 responden
(38,7%) berada pada usia 26-30 tahun, berpendidikan SMA sebanyak 19
responden (61,3%), memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (IRT)
memperoleh informasi dari televisi yaitu sebanyak 26 responden (83,8 %)
(Tabel 1).
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden ibu yang memiliki anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba (N=31).
No Data demografi Frekuensi Persentase
1.
1.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat Bermain
Tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dinilai dari jawaban
ibu terhadap kuesioner yang diberikan tentang manfaat bermain. Adapum
manfaat bermain diantaranya: memahami diri sendiri dan mengembangkan
harga diri, menemukan apa yang dapat mereka lakukan dan mengembangkan
kepercayaan diri, melatih mental anak, meningkatkan daya kreativitas dan
melatih motorik dan mengasah daya analisa anak, penyaluran bagi kebutuhan
dan keinginan anak, standar moral, dan mengembangkan otak kanan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pengetahuan ibu tentang
manfaat bermain di desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba
maka diperoleh bahwa mayoritas pengetahun ibu di Desa Bangun Purba
Tengah Kecamatan Bangun Purba tentang manfaat bermain dikatakan baik
yaitu sebanyak 27 responden (87,1%). Sedangkan ibu yang mempunyai
pengetahuan yang cukup baik tentang manfaat bermain adalah sebanyak 3
responden (9,7%) dan 1 responden (3,2%) memiliki pengetahuan yang kurang
baik tentang manfaat bermain.
Tabel 2 distribusi frekuensi tingkat pengetahun ibu tentang manfaat bermain di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 (N=31).
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 27 87,1
Cukup 3 9,7
Kurang 1 3,2
1.3 Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Perkembangan anak usia prasekolah dinilai dari jawaban responden
terhadap pertanyaan yang mengenai perkembangan yang telah dicapai oleh
anak tersebut. Adapun perkembangan anak usia prasekolah yang di masukkan
ke dalam kuesioner ada 6, yaitu perkembangan motorik kasar, perkembangan
motorik halus, perkembangan sosial emosional, perkembangan psikososial,
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap tiap-tiap tugas
perkembangan anak prasekolah yang tertera diatas, maka diperoleh bahwa
mayoritas perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih
Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 dikatakan baik yaitu sebanyak 26 anak
prasekolah (83,9%). Sedangkan anak prasekolah yang mengalami
perkembangan yang cukup baik adalah sebanyak 4 anak prasekolah (12,9%)
dan 1 anak prasekolah (3,2%) mengalami perkembangan yang kurang baik.
Tabel 3. Distribusi frekuensi perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 (N=31).
Perkembangan anak prasekolah frekuensi Persentase (%)
Baik 26 83,9
Cukup 4 12,9
Baik 1 3,2
1.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat Bermain
Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Uji korelasi yang digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara
tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak
usia prasekolah di Taman Kanak-kanak PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba
Tengah dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan sedang dan bermakna dengan
bahwa semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat bermain, maka
perkembangan anak dari ibu tersebut semakin positif.
Tabel 4. Hasil uji korelasi hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Variabel 1 Variabel 2 Nilai r Nilai p Keterangan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka pembahasan ini akan
dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan tingkat
pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia
prasekolah adalah sebagai berikut.
2.1 Karekteristik Demografi Responden
Hasil penelitian menunjukkan usia ibu mayoritas 26-30 tahun yaitu
sebanyak 12 responden (38,7 %) dan minoritas ibu berusia 15-20 tahun dan
41-45 tahun yaitu sebanyak 1 responden (3,2 %). Hal ini menunjukkan bahwa usia
ibu mempengaruhi terhadap pengetahuan ibu. Menurut Notoatmodjo (2003),
usia merupakan salah satu variabel dari model demografi yang di gunakan
sebagai ukuran mutlak atau indikator pengetahuan yang berbeda. Semakin
cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
Usia yang di anggap optimal dalam memahami, mengambil keputusan
dan kecepatan respon maksimal di atas usia 20 tahun, karena pada periode ini
merupakan penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan
sosial baru seperti peran suami/istri, orang tua, dan pada masa ini, sedangkan
usia di bawah atau kurang dari 20 tahun cenderung dapat mendorong terjadinya
kebimbangan dalam memahami dan mengambil keputusan. Dari segi
kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya
daripada seseorang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat
dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Elizabeth, 1980 dalam Hakim,
2008).
Usia 26 – 39 tahun menunjukkan suatu usia yang produktif dimana ibu
selalu bisa memenuhi kebutuhan bermain pada anak dengan daya
kreatifitasnya. Menurut Pieter (2011) usia dewasa dini (earlyadulthood) yaitu usia 21- 35 tahun. Usia ini merupakan usia yang disebut sebagai masa
produktif dan kreatif. Masa produktif merupakan suatu periode dimana mereka
mulai menjadi orang tua. Masa ini juga disebut sebagai masa kreatif. Periode
dewasa dini selalu dianggap sebagai era kreatifitas yang paling berkembang.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan yang paling banyak
adalah SMA sebanyak 19 responden (61,3%) dan dari 31 responden hanya
sedikit ibu yang berpendidikan SD yaitu sebanyak 1 responden (3,2%), DIII
sebanyak 1 responden (3,2%) dan SI juga dikatakan sedikit yaitu 1 responden
(3,2%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
berpendidikan SMA. Hal ini bertolak belakang dengan pendapat Notoatmodjo
(2003) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempertinggi intelegensi
seseorang. Peneliti berasumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan tidak
menjamin seseorang untuk berfikir logis dan memahami sumber informasi
yang diperolehnya. Ibu yang memiliki pendidikan yang tinggi belum tentu
memiliki tingkat pengetahuan baik tentang manfaat bermain.
Mayoritas pekerjaan ibu di Desa Bangun Purba Tengah adalah ibu rumah
tangga (IRT) yaitu sebanyak 26 responden (83,8%). Sedangkan minoritas
pekerjaan responden adalah karyawan yaitu sebanyak 1 responden (3,2%) dan
hasil yang dicapai adalah pengetahuan ibu yang baik tentang menfaat bermain.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Bio-Medical Library di Universitas Minnesota pada tahun 2001, menunjukkan bahwa
anak-anak dari ibu yang bekerja di luar rumah selama 30 jam atau lebih dalam
seminggu mengalami keterlambatan perkembangan kognitif. Penelitian yang
diterbitkan di Boston Globe pada bulan Juli 2002, juga menunjukkan hasil
yang sama bahwa anak-anak yang ibunya bekerja sebelum mereka berusia 9
bulan, memiliki kemampuan mental dan verbal yang lebih rendah di usia 3
tahun dibanding anak yang ibunya tinggal di rumah dan mengasuh langsung
anak-anaknya (Kurniawan, 2010)
Mayoritas sumber informasi yang di peroleh oleh ibu adalah televisi
yaitu sebanyak 26 responden (83,8%) sedangkan responden yang
menggunakan sumber informasi radio hanya sebanyak 2 responden (6,5 %).
informasi. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber yaitu media massa
yang merupakan salah satu perantara yang digunakan oleh sumber untuk
mengirim pesan kepada penerima pesan (Anwar, 2002 dalam kutipan Hakim,
2008). Media massa berupa televisi, radio, koran, tabloid dan lain-lain. Peneliti
berasumsi bahwa semakin banyak sumber informasi yang digunakan maka
semakin banyak wawasan yang di dapatkan oleh ibu terutama tentang manfaat
bermain terhadap perkembangan anak.
Peneliti juga berasumsi bahwa media televisi dapat mempengaruhi
pengetahuan ibu tentang manfaat bermain. Sesuai dengan sebuah teori tentang
kemampuan manusia dalam penerimaan pesan menyebutkan bahwa apabila
sebuah pesan diterima hanya dengan perangkat audio atau indera pendengaran semata, maka kemampuan daya tangkapnya adalah 15 %. Sedangkan jika
dengan audio-visual maka kemampuan daya tangkapnya sebesar 55%, dan akan meningkat hingga 95% jika selain audio-visual juga melibatkan emosional (Yunus, 2007).
2.2Pengetahuan Ibu tentang Manfat Bermain
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki
pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 27 responden (87,1 %) dan minoritas
responden memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 1 responden (3,2%).
Hal ini menunjukkan hampir keseluruhan ibu di Desa Bangun Purba Tengah
dan memiliki anak prasekolah di Taman-taman Kanak-kanak, memiliki
pengetahuan yang baik tentang manfaat bermain terhadap perkembangan anak
merupakan ibu rumah tangga (IRT) jadi mempunyai waktu luang yang cukup
untuk mengamati dan memahami manfaat bermain tersebut bagi anak mereka
serta menemani anak bermain.
Ibu mengenal anak lebih baik daripada orang lain. Mereka mampu
memberi anak perhatian langsung serta mampu memilih saat yang tepat untuk
memuji dan membimbingnya. Karena inilah ibu harus memiliki kesempatan
untuk menemani dan membimbing anak bermain agar ibu dapat
memperhatikan manfaat bermain terhadap anak. Seorang ibu diharapkan dapat
menerima keadaan yang sedikit berantakan namun tidak mengesampingkan
prestasi anak, mempunyai keyakinan akan kemampuan anak-anaknya,
membiarkan anak-anak bermain jika mereka menikmatinya, memberikan
dukungan dan arahan tanpa ikut campur dan menunjukkan kreativitas dan
fleksibitas yang dimiliki ibu (Einon, 2005).
Sesuai dengan pendapat Prasetyono (2007) yang menyatakan bahwa
terkadang ibu kurang mempercayai kemampuan anaknya mengingat
kecerdasannya yang masih terbatas ini. Jika saja ibu mau dan bersedia percaya
akan kemampuan anak yang akan terlihat saat anak bermain maka ini sangat
penting bagi perkembangan si anak. Pada seorang ibu yang sudah mencoba
menggunakan prinsip-prinsip belajar semasa kecil dengan gembira (bermain).
Maka ibu tidak hanya mengetahui manfaat bermain terhadap perkembangan