• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Manfaat Bermain dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Manfaat Bermain dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Deli Serdang"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Manfaat Bermain dengan

Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kasih Ibu

PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah

Deli Serdang

Sri Ulina Purba

101121096

Skripsi

(2)
(3)

Judul :Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat Bermain Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.

Nama Mahasiswa : Sri Ulina Purba

NIM : 101121096

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

Abstrak

Bermain merupakan salah satu stimulus (perangsang) dari lingkungan yang dapat membantu memaksimalkan tumbuh kembang dan kecerdasan anak. Perkembangan adalah kemampuan (skill) yang diperoleh dari kematangan sistem saraf pusat, khususnya otak. Perkembangan ini berkaitan erat dengan kecerdasan dan bertambahnya keterampilan anak.Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang manfaat bermain, perkembangan anak usia prasekolah dan hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni dan Juli 2011 di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan deskriptif korelasi dengan uji korelasi pearson product moment. Sampel dalam penelitian ini diambil dari ibu yang memiliki anak usia prasekolah sebanyak 31 responden dengan menggunakan tehnik total sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari setengah responden (87%) memiliki gambaran pengetahuan yang baik tentang manfaat bermain dan (87%) responden memiliki anak prasekolah dengan gambaran perkembangan yang baik. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan sedang dan bermakna dengan arah korelasi positif (p=0,29132043, r=0,539741077). Sehingga disimpulkan adanya hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah.

Untuk itu disarankan pada perawat agar dapat meningkatkan penyuluhan tentang hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah agar ibu dapat meningkatkan pengetahuan dan tetap memiliki anak prasekolah dengan perkembangan yang baik.

(4)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya,

sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Hubungan

Pengetahuan Ibu tentang Manfaat Bermain dengan Perkembangan Anak Usia

Prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun

Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada pihak – pihak yang telah

memberikan bantuan bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi

ini, sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, Mkes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.

2. Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns, selaku dosen pembimbing Skripsi.

3. Ir. M. Simarmata, selaku Kepala Dinas Tanaman PTPN IV AFD 8-9 Bangun

Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.

4. Ibu Asni Br Saragih, selaku Kepala Sekolah Taman Kanak-kanak Kasih Ibu

PTPN IV AFD 8-9 Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba

Kabupaten Deli Serdang.

5. Bapak Ruslan Ginting, selaku Kepala Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan

Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.

6. Bapak Achmad Fathi, S.Kep, MNS selaku dosen penguji I yang telah

memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

(5)

7. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen penguji II yang telah

memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

skripsi ini.

8. Kedua orang tua peneliti, terima kasih atas segala pengorbanan dan

perjuangan ayahanda dan ibunda, setiap tetesan keringat telah menjadikan

motivasi dan dorongan yang kuat dalam menggapai kesuksesan ananda, serta

sentuhan kasih sayang dan doa menjadi inspirasi yang mampu memberikan

goresan-goresan indah disetiap ananda melangkah.

9. Terima kasih kepada abang dan kakak saya atas support dan semangat yang

selalu diberikan.

10. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman Fkep ’10

Ekstensi Sore atas dukungan dan motivasi yang diberikan. Semoga kita tetap

menjadi sahabat selamanya dan meraih kesuksesan.

Kiranya Allah SWT yang akan membalas setiap kebaikan semua pihak

yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Medan, Februari 2012

Peneliti

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Halaman Pengesahan………... ii

Abstrak... iii

Prakata... iv

Daftar isi... vi

Daftar Tabel... ix

Bab 1. Pendahuluan... 1

1. Latar Belakang... 1

2. Perumusan Masalah... 4

3. Tujuan Penelitian... 5

4. Manfaat Penelitian... 5

Bab 2. Tinjauan Teoritis... 7

1. Pengetahuan... 7

1.1 Defenisi Pengetahuan... 7

1.2 Proses memperoleh pengetahuan... 7

1.3 Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif... 9

1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan... 12

2. Ibu... 13

3. Manfaat Bermain... 14

4. Perkembangan anak usia prasekolah... 20

4.1 Tumbuh kembang anak prasekolah... 21

(7)

4.3 Perkembangan Intelegensi... 23

4.4Perkembangan bahasa... 23

Bab 3. Kerangka Konseptual... 25

1. Kerangka konsep... 25

2. Definisi operasional... 26

Bab 4. Metodologi Penelitian... 28

1. Desain penelitian... 28

2. Populasi, sampel penelitian dan teknik Sampling... 28

2.1 Populasi... 28

2.2 Sampel penelitian... 28

2.3Teknik sampling... 29

3. Lokasi dan waktu penelitian... 29

4. Pertimbangan etik... 29

5. Instrumen penelitian dan pangukuran validitas-reabilitas... 30

5.1 Instrumen penelitian... 30

5.2Pengukuran validitas-realibitas... 32

6. Pengumpulan data... 34

7. Analisa data... 36

Bab 5 Hasil dan Pembahasan... 39

(8)

1.1 Karakteristik responden... 39

1.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat Bermain.... 40

1.3 Perkembangan Anak Usia Prasekolah... 41

1.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Manfaat Bermain Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah 42

2. Pembahasan... 43

2.1 Karakteristik Demografi Responden... 43

2.2 Pengetahuan Ibu Tentang Mnafaat Bermain... 46

2.3 Perkembangan Anak Prasekolah... 48

2.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Manfaat Bermain Dengan Perkembangan Anak UsiaPrasekolah 51 Bab 6 Kesimpulan Dan Saran... 54

1. Kesimpulan... 54

2. Saran... 55

Daftar Pustaka... 57

Lampiran-lampiran

1. Inform Consent

2. Instrumen Penelitian

3. Hasil uji Reabilitas

4. Hasil Penelitian

(9)

DAFTAR TABEL

1. Tabel Definisi Operasional... 26 2. Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden ibu yang

Memiliki anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak PTPN IV

AFD 8-9 Desa Bangun Purba... 38 3. Tabel 2. distribusi frekuensi tingkat pengetahun ibu tentang

manfaat bermain... 46 4. Tabel 3. Distribusi frekuensiperkembangan anak usia prasekolah

di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 52 5. Tabel 4. Hasil uji korelasi hubungan antara tingkat pengetahuan ibu

(10)

Judul :Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat Bermain Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.

Nama Mahasiswa : Sri Ulina Purba

NIM : 101121096

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

Abstrak

Bermain merupakan salah satu stimulus (perangsang) dari lingkungan yang dapat membantu memaksimalkan tumbuh kembang dan kecerdasan anak. Perkembangan adalah kemampuan (skill) yang diperoleh dari kematangan sistem saraf pusat, khususnya otak. Perkembangan ini berkaitan erat dengan kecerdasan dan bertambahnya keterampilan anak.Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang manfaat bermain, perkembangan anak usia prasekolah dan hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni dan Juli 2011 di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan deskriptif korelasi dengan uji korelasi pearson product moment. Sampel dalam penelitian ini diambil dari ibu yang memiliki anak usia prasekolah sebanyak 31 responden dengan menggunakan tehnik total sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari setengah responden (87%) memiliki gambaran pengetahuan yang baik tentang manfaat bermain dan (87%) responden memiliki anak prasekolah dengan gambaran perkembangan yang baik. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan sedang dan bermakna dengan arah korelasi positif (p=0,29132043, r=0,539741077). Sehingga disimpulkan adanya hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah.

Untuk itu disarankan pada perawat agar dapat meningkatkan penyuluhan tentang hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah agar ibu dapat meningkatkan pengetahuan dan tetap memiliki anak prasekolah dengan perkembangan yang baik.

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bermain bagi seorang anak sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan

merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara

yang efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan

mental dan emosional anak (Champbell & Glaser, 1995 dalam Supartini, 2004).

Papalia (1995) mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain. Dunia

anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak menggunakan otot

tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya,

menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggal dan menemukan seperti apa

mereka sendiri. Dengan bermain, anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal

atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan

berinteraksi dengan orang lain akan berkembang (Prabowo, 2008).

Melalui bermain anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, fantasi

serta daya kreasi dengan tetap mengembangkan kreatifitasnya dan beradaptasi

lebih efektif terhadap berbagai sumber stress. Dengan bermain anak dapat belajar

mengungkapkan isi hati melalui kata-kata, anak belajar dan mampu dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungannya, objek bermain, waktu, ruang dan waktu

(12)

Banyak ditemukan anak pada masa tumbuh kembang mengalami

perlambatan. Yang seharusnya masa tersebut merupakan masa bermain yang

diharapkan menumbuhkan kematangan dalam pertumbuhan dan perkembangan

karena masa tersebut tidak digunakan sebaik mungkin maka tentu akhirnya akan

mengganggu tumbuh kembang anak. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya

pemenuhan kebutuhan akibat kurangnya perhatian keluarga terhadap kebutuhan

main anak (Hidayat, 2005).

Beberapa kritikan dari para ahli pendidikan tentang kurangnya waktu bagi

anak untuk bersosialisasi dan mengembangkan hobby atau bakatnya (termasuk

bermain) karena sebagian besar waktu terpakai untuk kegiatan-kegiatan belajar

demi mengejar prestasi akademik disekolah sudah sangat sering kita dengar.

Sekolah-sekolah untuk anak-anak bahkan ada yang sudah dimulai dari anak umur

1,5 tahun (walaupun sekolah usia ini tentunya belum mulai belajar). Banyak TK

yang menekankan kurikulumnya untuk mengajar anak membaca, menulis dan

berhitung, bukan lagi sekedar untuk bermain-main. Pulang sekolah anak masih

harus mengikuti bermacam-macam les, misalnya kumon, sempoa, menggambar,

balet, piano, dll. Selain untuk sekolah dan les, anak-anak juga masih perlu waktu

untuk mengerjakan pekerjaan rumah (pr), mandi, makan, dan istirahat (tidur).

Lalu kesempatan anak untuk bermain dapat berkurang bahkan tidak ada sama

sekali (Prabowo, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Widayanti tentang tingkat pengetahuan ibu

(13)

Kesamben Blitar (2004). Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa rata-rata tingkat

pengetahuan ibu dikategorikan baik dengan prosentase 78,33%.

Penelitian Khoirun Nisak (2005) tentang gambaran pengetahuan orang tua

tentang stimulasi perkembangan kreativitas bermain pada anak prasekolah. Hasil

penelitian tersebut disimpulkan bahwa gambaran pengetahuan ibu dalam

mencipkan suasana bermain untuk meningkatkan perkembangan kreativitas anak

dikatakan baik.

Penelitian yang dilakukan oleh laili, Suzana, dan Rizki (2004) menunjukkan

hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat bermain pada anak

prasekolah dikategorikan cukup. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Fajriananda (2008), dimana penelitian ini dilakukan dibeberapa lembaga

pendidikan anak prasekolah di 5 kota besar di Indonesia (Medan, Jakarta,

Surabaya, Bandung, dan Makasar) menunjukkan bahwa pengetahuan orang tua

tentang manfaat menstimulasi perkembangan anak dengan bermain edukatif

masih dikatakan kurang (42%). Dengan kata lain orang tua kurang mengetahui

besarnya manfaat bermain terhadap stimulasi perkembangan anak (Darsana,

2009).

Pada saat pertama kali melakukan survey di Desa Bangun Purba Tengah

dimana anak prasekolah didesa tersebut berjumlah 32 orang, peneliti kerap sekali

mendapati ibu yang tidak begitu memperhatikan anak saat bermain. Hal ini sering

dihubungkan dengan alasan kesibukan orang tua akan tugas masing-masing.

(14)

dengan teman-temannya untuk bermain tanpa adanya pangawasan dari orang tua.

Hal ini dapat menyebabkan anak memilih permainan yang tidak sesuai dengan

usianya sehingga kerap sekali mengganggu pertumbuhan dan perkembangan

anak. Banyak juga anak yang langsung disibukkan dengan les tambahan sehingga

dapat mengganggu waktu bermain untuk anak itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak

usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa

Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun

2011.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan

diteliti adalah sebagai berikut :

2.1 Bagaimana pengetahuan ibu terhadap manfaat bermain?

2.2 Bagaimana perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak

Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah?

2.3 Sejauh mana hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan

perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu

PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah?

3. Tujuan Penelitian

(15)

4.2 Untuk mengetahui bagaimana perkembangan anak usia prasekolah di

Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba

Tengah.

4.3 Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain

dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih

Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah.

4. Manfaat Penelitian

5.1 Bagi pelayanan keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi perawat,

khususnya perawat anak agar dapat memberikan terapi bermain yang efektif

dan efisien, memberikan informasi yang adekuat dan akurat mengenai

hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan

anak usia prasekolah.

5.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai sumber informasi terutama

keperawatan anak sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik

tentang hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan

(16)

5.3 Bagi Peneliti

Untuk mengembangkan pengetahuan peneliti dan dapat memberikan

informasi bagi penelitian yang akan datang mengenai hubungan pengetahuan

ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah.

5.4 Bagi Ibu

Sebagai informasi bagi ibu mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang

manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah.

5.5 Bagi Lokasi Penelitian

Sebagai sumber informasi bagi Taman Kanak-kanak Kasih Ibu di PTPN IV

APD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2011 Khususnya mengenai hubungan pengetahuan ibu

(17)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

1. Pengetahuan

1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

pancaindera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan adalah hasil melihat, mendengar, merasa, dan berfikir yang

menjadi dasar untuk bersikap dan bertindak. Pengetahuan yang terkandung dalam

ilmu di nilai sebagai pengetahuan yang benar untuk menjawab suatu masalah

(Sibagariang, Julianie, Rismalinda, Nurzannah, 2010).

1.2 Proses memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa cara memperoleh

pengetahuan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu cara tradisional dan cara

modern (ilmiah).

a. Cara tradisional atau non ilmiah

(18)

1) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memcahkan

masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

kemungkinan yang lain, dan apabial kemungkinan tidak berhasil pula

dicoba kemungkinan yang lain pula sampai masalah tersebut dapat

terpecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut coba-salah (trial and error).

2) Cara kekuasaan (Otoriter)

Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal

maupun nonformal, ahli agama, pemegang pemerintahan, ahli ilmu

pengetahuan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut

diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Cara ini dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Apabila dengan

cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang

dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat

pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia gagal, ia tidak dapat

mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari jawaban yang lain,

sehingga dapat berhasil memecahkannya.

4) Melalui jalan pikiran

Yaitu dengan menggunakan penalaran dalam memperoleh kebenaran

(19)

yaitu dengan cara induksi dan deduksi. Penalaran Induktif, yaitu penalaran

yang berdasar atas cara berfikir untuk menarik kesimpulan umum dari

sesuatu yang bersifat khusus atau individual. Penalaran deduktif, yaitu

penalaran yang berdasar atas cara berpikir yang menarik kesimpulan yang

khusus dari sesuatu yang bersifat umum.

b. Cara modern atau cara ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan disebut

metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian

(research methodology). Metode ilmiah adalah upaya memecahkan masalah melalui berfikir rasional dan berfikir empiris dan merupakan prosedur untuk

mendapatkan ilmu.

Metode ilmiah pada dasarnya menggabungkan berfikir rasional

dengan berfikir empiris, artinya pertanyaan yang dirumuskan disatu pihak

dapat diterima oleh akal sehat dan dipihak lain dapat dibuktikan melalui data

dan fakta secara empiris (Setiadi, 2007).

1.3 Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tengkat ini adalah mengingat

(20)

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa ynag dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan

tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

b) Memahami (Conprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan

mengapa harus makan makanan yang bergizi.

c) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan dalam

penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah

(21)

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat maringkaskan, dapat menyesuiakan, dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan

pada suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak yang

cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menaggapi terjadinya

diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu tidak mau ikut KB,

(22)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita

ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo,

2003).

1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, (2003) Faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah:

a) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses penyampaian suatu bahan atau materi

pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai

perubahan tingkah laku. Pada umumnya pendidikan mempertinggi

inteligensi seseorang.

b) Usia

Usia sangat mempengaruhi perkembangan seseorang dalam memahami

sesuatu. Menurut beberapa penelitian pengetahuan seseorang bertambah

sesuai dengan pertambahan usia.

c) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dilihat atau didengar

(23)

maka semakin banyak usaha seseorang untuk mengatasi suatu masalah.

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman

orang lain.

d) Sumber Informasi

Sumber informasi adalah data yang diproses kedalam suatu bentuk dan

mempunyai nilai nyata.

e) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta

pengaruh-pengaruh luas yang mempengaruhi perkembangan manusia.

Menurut berbagai penelitian lingkungan akan membentuk pribadi

seseorang. Lingkungan yang menyediakan banyak sumber informasi akan

menambah pengetahuan seseorang.

2. Ibu

Usia pra-sekolah merupakan usia yang sangat menentukan, dalam

pembentukan karakter, moral dan kepribadian seorang anak Peran ibu dalam

perkembangan moral anak tidak bisa diabaikan, sebab ibu adalah orang pertama

yang paling dekat dengan anak, juga ikatan batin antara ibu dan anak sudah ada

sebelum anak itu lahir. Itulah sebabnya seorang ibu sangat perlu membimbing dan

mendidik anaknya untuk mengendalikan tingkah laku melalui pendidikan yang

(24)

Pengetahuan dan peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses

perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali

kelebihan proses perkembangan anaknya dan sedini mungkin memberikan

stimulasi pada tumbuh kembang anak yang menyeluruh dalam aspek fisik, mental,

dan sosial. Orang tua harus memahami tahap-tahap perkembangan anak agar anak

bisa tumbuh kembang secara optimal yaitu dengan memberi anak stimulasi.

Orang tua juga jangan terlalu overprotektif terhadap anak tetapi selalu memberi

anak penghargaan berupa pujian, belaian, pelukan dan sebagainya.

3. Manfaat Bermain

Adapun manfaat bermain tarhadap anak diantaranya:

3.1Memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri

3.2Menemukan apa yang dapat mereka lakukan dan mengembangkan

kepercayaan diri

3.3Melatih mental anak

3.4Meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan stres anak

3.5Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak

3.6Melatih motorik dan mengasah daya analisa anak

3.7Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak

3.8Standar moral

(25)

3.1 Memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri.

Tidak dapat dipungkiri bahwa permainan sangat penting dalam

perkembangan anak. Ketika bermain, mereka akan menentukan

pilihan-pilihan. Mereka harus memilih APA yang hendak dimainkan. Mereka juga

memilih DI MANA dan DENGAN SIAPA mereka bermain. Jika hendak

mewarnai dan melukis, mereka juga memilih apa yang hendak dilukis dan

diwarnai atau apa yang hendak digunakan.

Semua pilihan itu akan membantu terbentuknya gambaran tentang diri

mereka dan membuatnya merasa mampu mengendalikan diri. Menentukan

pilihan dalam konteks permainan membuat pengalaman memilih itu menjadi

mudah dan aman. Aman, karena tidak ada keputusan benar atau salah,

Memotong kertas, mengatur letak, atau mewarnai dapat dilakukan

dalam beragam bentuk. Tidak ada batasan yang diikuti. Identitas dan

kepercayaan diri dapat berkembang tanpa rasa ketakutan akan kalah atau

gagal. Pada saat anak menjadi semakin dewasa dan identitasnya telah

terbentuk dengan lebih baik, mereka akan semakin mampu menghadapi

tantangan permainan yang terstruktur, bertujuan, dan lebih dibatasi oleh

aturan-aturan.

2.2 Menemukan apa yang dapat mereka lakukan daan mengembangkan

kepercayaaan diri.

Permainan mendorong berkembangnya keterampilan, fisik, sosial, dan

(26)

cara anak mendekati dan bersama dengan orang lain, berkonpromi serta

bernegosiasi.

Kemudian selain mengembangkan kekuatan fisik dan koordinasi tubuh,

permainan juga dapat membantunya mengembangkan keterampilan

memecahkan masalah dan menyusun rencana. Apabila anak mengalami

kegagalan dalam melakukan suatu permainan (dimana mereka tahu bahwa hal

tersebut tidak akan membawa suatu akibat apapun), hal tersebut justru

membantu mereka menghadapi kegagalan dalam arti sebenarnya dan

mengelolanya pada saat mereka benar-banar harus bertanggung jawab.

Bermain bersama teman-teman yang lain akan memperkenalkan ide,

hobby, dan cara berfikir yang berbeda. Bermain juga membantu anak untuk

mengembangkan kemampuan dan kesempatan mengeksplorasi

pengalaman-pangalaman dan perasaan. Bermain bersama tidak hanya memperkaya

pengalaman mereka namun juga memberikan sejumlah besar manfaat yang

nantinya akan mereka pergunakan.

Demikian banyak hal yang dapat dikembangkan melalui proses

bermain bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua hendaknya

tidak bersikap antipati terhadap proses bermain. Sebab dalam proses bermain

anak terkandung proses belajar.

2.3 Melatih mental anak.

Ketika bermain anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang

(27)

miliki tentang dunia sekaligus mendapatkan pengetahuan baru. Semua

dilakukan dengan cara yang menggembirakan hatinya. Tidak hanya

pengetahuan tentang dunia dalam pikiran anak yang terekspresikan saat

bermain, tapi juga hal-hal yang dia rasakan, ketakutan-ketakutan dan

kegembiraanya.

Orang tua akan semakin mengenal anak dengan mengamati saat

bermain. Bahkan lewat permainan (terutama bermain pura-pura) orang tua

juga dapat menemukan kesan-kesan dan harapan anak terhadap orangtua serta

keluarganya. Bermain pura-pura juga menggambarkan pemahamannya

tentang dunia ia berada (Yuriastien, Prawitasari, Febry, 2009).

2.4 Meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan stres anak.

Anak - anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam bermain

melalui setiap media yang mereka miliki, termasuk bahan – bahan mentah,

fantasi dan eksplorasi. Kreativitas terkekang oleh tekanan untuk

menyamankan; oleh sebab itu usaha keras untuk dapat diterima oleh teman

sebaya mungkin merintangi upaya kreatif anak.

Kreativitas terutama merupakan hasil dari aktivitas tunggal, meskipun

berfikir kreatif sering kali ditingkatkan dalam kelompok ketika mendengar

ide orang lain yang merangsang eksplorasi lanjutan dari idenya sendiri.

Ketika anak merasakan kepuasan dari menciptakan sesuatu yang baru dan

berbeda, mereka mentransfer minat kreatif ini ke situasi di luar dunia bermain

(28)

Mengingat bahwa tidak hanya orangtua mengalami stres, anak-anak

juga bisa. Stres pada anak daapt disebabkan oleh rutinitas harian yang

membosankan. Bermain dapat membantu anak untuk lepas dari stres

kehidupan sehari-hari (Yuriastien, Prawitasari, Febry, 2009).

2.5 Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak.

Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, misalnya pada saat

anak merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan

ada teman yang didunia yang sama. Pada usia prasekolah anak sudah mulai

menyadari keberadan teman sebaya, sehingga diharapkan anak mampu

melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain (Hidayat, 2008).

Dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi yang

menempati dirinya sebagai makhluk sosial. Anak mempelajari nilai

keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki kelompok. Ketika anak

memainkan peran “baik” atau “jahat”, hal ini membuatnya kaya pengalaman

emosi. Anak akan memhami perasaan yang terkait dari ketakutan dan

penolakan dari situasi yang dihadapi (Yuriastien, Prawitasari, Febry, 2009).

2.6 Melatih motorik dan mengasah daya analisa anak.

Perkembangan motorik yang dilakukan dengan stimulasi, akan lebih

cepat berkembang bila dibandingkan dengan tanpa menggunakan stimulasi.

Seperti rangsangan kemampuan menggenggam dan kemampuan ini akan

(29)

stimulasi yang dimaksud tersebut dapat diberikan melalui permainan

(Hidayat, 2008).

Permainan akan memberi kesempatan anak untuk belajar untuk

menghadapi situasi kehidupan pribadi sekaligus memecahkan masalah.

Dengan demikian anak akan berusaha menganalisa dan memahami persoalan

yang terdapat dalam setiap permainan (Yuriastien, Prawitasari, Febry, 2009).

2.7 Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak.

Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain

seringkali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak mampu mencapai

peran pemimpin dalam kehidupan nyata mungkin akan memperoleh

pemenuhan keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara saat bermain

(Yuriastien, Prawitasari, Febry, 2009).

2.8 Standar moral

Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri pada anak, hal

ini dapat dijumpai ketika anak sudah mampu belajar benar atau salah dari

budaya dirumah, disekolah, dan ketika berinteraksi dengan temannya.

Disamping itu, ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang

harus dilakukan dan tidak boleh dilanggar (Hidayat, 2008).

2.9 Mengembangkan otak kanan

Bermain memiliki aspek-aspek yang menyenangkan dan membuka

kesempatan untuk menguji kemampuan dirinya terhadap dengan teman

sebaya serta mengembangkan perasaan realitis akan dirinya. Dengan begitu,

(30)

kemampuan yang mungkin kurang terasah di sekolah maupun rumah

(Yuriastien, Prawitasari, Febry, 2009).

4. Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Perkembangan (development) merupakan bertambahnya kemampuan

(skill/keterampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan fungsi sel atau

organ individu (Riyadi dan Sukarmin, 2009).

Adapun perkembangan anak usia prasekolah antara lain:

4.1 Motorik kasar, motorik halus dan sosial emosional

4.2 Perkembangan Psikososial anak

4.3 Perkembangan Intelegensi

4.4 Perkembangan Bahasa

4.1 Tumbuh kembang anak pra sekolah

Pada usia 5 tahun kemampuan motorik kasar yang dicapai anak antara

lain: berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat menangkap dan melempar

bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki yang bargantian. Motorik

halus yang dicapai anak antara lain: menulis dengan angka-angka, menulis

dengan huruf, menulis dengan kata-kata, belajar menulis nama, belajar

(31)

sendiri sudah mulai berkurang, sering berkumpul dengan teman sebaya,

interaksi sosial selama bermain meningkat, sudah siap untuk menggunakan

alat-alat permainan.

4.2Perkembangan psikososial anak

a. Menurut teori Erick Ericson (1963)

Disebut tahap inisiatif versus rasa bersalah (umur 3-6 tahun).

Tahap ini anak mulai belajar untuk mmengendalikan diri dan

memanipulasi lingkungan, Rasa inisiatif mulai menguasai anak, anak

sudah mulai diikutsertakan sebagai individu atau membantu orang tua

dan lingkungan. Suatu contoh, anak ikut serta merapikan tempat tidur,

bagi anak wanita bisa membantu ibunya di dapur. Dalam hal ini anak

sudan mulai memperluas lingkup pergaulannya. Ia menjadi aktif diluar

rumah, kemampuan bahasa semakin meningkat. Hubungan dengan

teman sebaya dan saudara cendrung untuk selalu menang sendiri.

Disini peran seorang ayah sudah mulai berjalan, harus ada

hubungan yang harmonis antara ayah, ibu dan anak yang tujuan

akhirnya adalah untuk memantapkan identitas si anak. Orang tua dapat

melatih anak dalam mengintegrasikan peran-peran sosial dan tanggung

jawab sosial. Pada tahap ini pula kadang-kadang anak tidak dapat

mencapai tujuan atau kegiatan yang lebih disebabkan karena

keterbatasan kemampuan anak. Akan tetapi jika ada tuntutan

(32)

terlalu tinggi, maka akan menyebabkan anak akan merasa

aktivitasnya/imajinasinya buruk dan pada tahap berikutnya anak akan

merasa kecewa dan merasa bersalah (Riyadi dan Sukarmin, 2009).

b. Menurut teori Sigmund Freud

Menurut Freud perkembangan psikososial pada anak usia

prasekolah disebut Fase Phallic (Umur 3-6 tahun). Fase ini anak akan selalu senang jika memegang alat genitalianya. Kecendrungan anak

akan dekat dengan orangtua yang berlawanan jenis kelamin

dengannnya. Misalnya anak laki-laki lebih dekat dengan ibunya, anak

perempuan akan lebih dekat denga ayahnya. Selain itu pula anak

mempunyai perasaan persaingan yang ketat denga orang tua yang

sesama jenis kelamin. Misalnya, anak laki-laki akan merasa tersaingi

oleh ayahnya untuk memperebutkan kasih sayang dari ibunya,

sehingga ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan

kasih sayang yang banyak dari ibunya. Demikian pula dengan anak

perempuan, dia akan merasa tersaingi oleh ibunya untuk mendapatkan

kasih sayang dari ayahnya, sehingga jangan heran jika anak perempuan

sering bergelanyut dipangkuan ayah daripada digendong ibunya. Sifat

egosentris yang tinngi pada anak dan interaksi sosial sudah mulai

tumbuh.

4.3Perkembangan Intelegensi

Pada anak usia prasekolah disebut Pre operasional (umur 2-6 tahun).

(33)

yang semula dari sensoris motorik menjadi Pre operasional. Pada pre

operasional anak mampu menngunakan simbol-simbol dengan

menggunakan kata-kata, mengingat masa lalunya, masa sekarang dan yang

akan terjadi di masa yang akan datang. Tingkah laku akan mulai berubah

dari yang semula sangat egosentris menjadi lebih rasioanal (Riyadi dan

Sukarmin, 2009).

4.4Perkembangan bahasa

Pada masa prasekolah perkembangan bahasa dimulai dengan adanya

kemampuan menyebutkan hingga empat gambar, menyebutkan satu

hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung,

mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, mengerti beberapa kata

sifat dan jenis kata lainnya, menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi

objek, orang, dan aktivitas, menirukan berbagai bunyi kata, memahami arti

larangan, serta merespons panggilan orang dan anggota orang dekat

(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu tentang

manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah adalah sebagai

berikut:

Manfaat bermain terhadap anak prasekolah

1. Memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri

2. Menemukan apa yang dapat

mereka lakukan dan mengembangkan kepercayaan diri

3. Melatih mental anak

4. Meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan stres anak

5. Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak

6. Melatih motorik dan mengasah daya analisa anak

7. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak

8. Standar moral

9. Mengembangkan otak kanan

Perkembangan anak usia prasekolah

1. Motorik kasar dan halus 2. Psikososial

(35)

2. Definisi operasional

No Variabel Defenisi operasional Alat ukur Hasil ukur skala skor 1 bermain adalah: hasil tahu ibu tentang

1. Motorik kasar dan

(36)
(37)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang

manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman

Kanak-Kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan

Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.

2. Populasi, Sample Penelitian dan Teknik Sampling

2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak

usia prasekolah dan sedang menjalani pendidikan tingkat kedua di Taman

Kanak-Kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah

Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Jumlah anak prasekolah

yang sedang menjalani pendidikan tingkat kedua di Taman Kanak-Kanak

tersebut sebanyak 31 siswa jadi jumlah ibu yang mempunyai anak prasekolah

di Taman Kanak tersebut sebanyak 31 orang (Laporan Taman

Kanak-Kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan

Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang).

2.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini merupakan ibu yang mempunyai anak usia

(38)

Kanak-Kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan

Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Adapun jumlah sampel yang diambil

dalam penelitian ini adalah semua anggota populasi yaitu sebanyak 31 orang.

2.3 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan karena

jumlah populasi yang kecil.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Taman Kanak-Kanak Kasih Ibu PTPN IV

AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli

Serdang. Alasan peneliti memilih tempat ini karena belum pernah ada penelitian

yang dilakukan sebelumnya di Taman Kanak-Kakak tersebut mengenai hubungan

pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia

prasekolah dan Taman Kanak-Kanak tersebut merupakan Taman Kanak-Kanak

yang menjadi pilihan banyak ibu di Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan

Bangun Purba. Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Juni sampai Juli tahun

2011.

4. Pertimbangan Etik

Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan untuk melindungi

hak-hak subjektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan

(39)

responden diberikan penjelasan mengenai manfaat dan tujuan penelitian,

selanjutnya responden diminta menjadi sampel dalam penelitian ini, kemudian

responden membaca surat memahami isi surat persetujuan terlebih dahulu sebagai

kesediaan menjadi responden. Responden mempunyai hak untuk memutuskan

apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak tanpa adanya sanksi apapun dan

tidak menimbulkan penderitaan bagi responden. Responden dilindungi dari semua

kemungkinan dan berbagai resiko yang timbul akibat penelitian ini. Penelitian ini

merahasiakan identitas responden, serta tidak mencampuri hal-hal yang bersifat

pribadi.

5. Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas-Reabilitas

5.1Instrumen penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan

alat pengumpul data berupa kuisioner yang disusun sendiri oleh peneliti

dengan berpedoman pada konsep dan tinjaun pustaka. Instrumen terdiri dari

3 bagian, bagian pertama mengenai demografi responden yaitu pendidikan,

usia, alamat, pekerjaan, dan sumber informasi yang biasa digunakan. Data

demografi responden ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik calon

responden dan mendeskripsikan ditribusi frekuensi dan presentase

demografi terhadap pengetahuan ibu tentang manfaat bermain. Bagian

kedua adalah kuisioner tentang pengetahuan ibu tentang manfaat bermain.

Kuesioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang

manfaat bermain. Kuesioner ini berpedoman pada teori dan tinjuan pustaka

(40)

mempunyai 9 manfaat. Total keseluruhan pertanyaan untuk bagian kedua ini

sebanyak 26 pertanyaan. Pertanyaan tersebut terdiri dari pertanyaan positif

dan negatif. Pertanyaan positif terdiri dari terdiri dari 13 pertanyaan yang

terdapat pada pernyataan nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19, 21, 23, dan

25 sedangkan pertanyaan negatif terdiri dari 13 pertanyaan yang terdapat

pada pernyataan nomor 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24 dan 26.

Untuk pernyataan positif skor untuk jawaban “ya”=2 dan “tidak”=1. Untuk

pertanyaan negatif skor jawaban “ya”=1 dan “tidak”=2. Skala pengukuran

yang digunakan adalah ordinal.

Bagian ketiga yaitu mengukur variabel perkembangan anak usia

prasekolah diukur dengan menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh

peneliti berdasarkan teori dan tinjauan pustaka, yang berisikan tentang

poin-poin tugas perkembangan yang seharusnya dimiliki oleh anak usia

prasekolah. Poin-poin tugas perkembangan anak tersebut sesuai dengan

teori dan tinjuan pustaka dimana tugas perkembangan yang harus dicapai

anak usia prasekolah tersebut terdiri dari 6 poin yaitu perkembangan

motorik kasar, halus, sosial emosional, psikososial, intelegensi dan bahasa.

Peneliti menyediakan pernyataan-pernyataan untuk setiap poin

perkembangan. Untuk perkembangan motorik kasar terdapat 3 pernyataan.

Untuk perkembangan motorik halus terdapat 4 pernyataan. Untuk

perkembangan sosial emosional terdapat 3 pernyataan. Untuk

perkembangan psikososial terdapat 6 pernyataan. Perkembangan intelegensi

(41)

pernyataan. Jadi total pernyataan dalam kuesioner perkembangan anak usia

prasekolah adalah sebanyak 26 pernyataan. Pernyataan yang jawabannya

“iya”, akan mendapat nilai=2 dan pernyataan yang dijawab “tidak”, akan

mendapat niali = 1. Skala pengukuran dengan menggunakan skala ordinal.

5.2 Pengukuran validitas-realibilitas

Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan memenuhi dua hal

penting yang harus yang harus dipenuhi dalam menentukan validitas

pengukuran. (1) relevansi isi, yaitu isi instrumen harus disesuaikan dengan

tujuan penelitian (tujuan khusus) agar dapat mengukur apa yang seharusnya

di ukur. Pada penelitian ini, peneliti telah berusaha menyesuaikan instrumen

penelitian dengan tujuan khusus penelitian. 2) Relevan sasaran subjek dan

cara pengukuran, yaitu instrumen yang disusun harus dapat

dipertimbangkan kepada siapa pertanyaan-pertanyaan itu diberikan. Pada

penelitian ini, peneliti mengajukan instrumen penelitian kepada ibu yang

benar mempunyai anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu

PTPN IV Bangun Purba Tengan Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli

Serdang.

Uji validitas juga dilakukan oleh peneliti kepada salah satu dosen

keperawatan anak di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

(USU). Dari hasil uji validitas tersebut menunjukkan bahwa kuesioner

pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak

prasekolah dikatakan valid. Kuesioner tersebut juga telah dikatakan layak

(42)

Kuesioner penelitian disusun sendiri oleh peneliti sehingga penting

dilakukan uji reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan alat ukur dapat mengukur secara konsisten sasaran yang akan

diukur. Pengujian reliabilitas kuisioner pangetahuan tentang manfaat

bermain dan perkembangan anak usia prasekolah dilakukan pada 10 orang

ibu yang mempunyai anak usia prasekolah di Desa Bangun Purba

Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang, dengan terlebih dahulu

memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian sebelum dilakukan

penyebaran kuesioner penelitian. Realibilitas yang digunakan adalah metode

tes ulang (test-retest). Metode tes ulang yaitu kuesioner yang sama diteskan

(diujikan) kepada sekelompok responden yang sama sebanyak dua kali.

Selang waktu antara tes yang pertama dengan yang kedua, sebaiknya tidak

terlalu jauh, tetapi juga tidak terlalu dekat. Selang waktu antara 15-30 hari

adalah cukup memenuhi persyaratan. Jadi dalam hal ini instrumennya sama,

respondennya sama dan waktunya berbeda. Patokan kasar dapat ditentukan

ukuran indeks reliabilitas sebagai berikut: < 0.59= reliabilitas rendah, 0,60 –

0,89= reliabilitas sedang, 0,90 – 1,00= reliabilitas tinggi.

Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus

Spearman Brown. Caranya adalah 1. hitung total skor, 2. Hitung korelasi product moment tiap item pertanyaan, 3. Hitung reliabilitas seluruh dengan

Spearman Brown, 4. Cari r tabel (tampilan), dengan dk = n – 2, α = 0,05, 5. Analisis keputusan, apabila r11 > r tabel berarti reliabel dan apabila r11 < r

(43)

Setelah dilakukan pengujian realibilitas dengan menggunakan rumus

Spearman Brown, didapatkan 4 pertanyaan dari kuesiner perkembangan

anak prasekolah dikatakan tidak realibel. Pertanyaan-pertanyaan tersebut

yaitu pertanyaan nomor 6, 8, 19 dan 21. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak

realibel tersebut dihilangkan dan tidak dibagikan ke responden penelitian.

Sehingga jumlah kuesioner perkembangan anak menjadi 26 pertanyaan.

Setelah pertanyaan yang tidak realibel tersebut dibuang, maka kuesioner

tersebut layak dibagikan ke responden penelitian ini. Agar kuesioner dapat

digunakan untuk uji korelasi pengetahuan ibu tentang manfaat bermain

dengan perkembangan anak usia prasekolah, maka jumlah pertanyaan kedua

variabel harus sama sehingga peneliti menambahkan jumlah pertanyaan

pengetahuan ibu tentang manfaat bermain menjadi 26 pertanyaan.

6. Pengumpulan data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan kepada

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan

persetujuan penelitian, peneliti memberikan surat izin penelitian kepada kepala

Dinas Tanaman PTPN 4 APD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah, kepala sekolah

Taman Kanak-Kanak Kasih Ibu dan kepala desa Bangun Purba Tengah.

Kemudian setelah mendapatkan izin dari Dinas Tanaman, izin tersebut

disampaikan langsung kepada kepala sekolah Taman Kanak-Kanak Kasih Ibu dan

Kepala Desa Bangun Purba Tengah untuk memberikan izin kepada peneliti untuk

(44)

Setelah memperoleh izin untuk melaksanakan survey awal, peneliti

melaksanakan survey awal dengan meminta data siswa tingkat kedua di Taman

Kanak-Kanak Kasih Ibu dan peneliti menanyakan kepada kepala sekolah tentang

dukungan orangtua siswa dalam bermain sambil belajar disekolah. Peneliti juga

menyempatkan diri untuk bertanya kepada salah satu ibu siswa tentang manfaat

bermain pada anak dan menanyakan kemampuan anak pada saat ini.

Setelah melaksanakan survey awal dengan data yang memadai peneliti

melakukan penelitian di Taman Kanak-Kanak tersebut. Pada awalnya peneliti

membagikan kuesioner dengan responden di Taman Kanak-Kanak tersebut ketika

responden mengantar dan menunggu anaknya pulang sekolah. Namun ada

sebagian ibu yang tidak mengantar anaknya ke sekolah sehingga peneliti harus

mendatangi rumah responden tersebut satu persatu. Peneliti terlebih dahulu

memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur, manfaat penelitian, cara pengisian

kuisioner, dan memperoleh persetujuan dari responden. Setelah mendapatkan

persetujuan dari responden peneliti membagikan kuisioner dan mendampingi

responden saat mengisi kuisioner tersebut. Peneliti juga memberikan penjelasan

kepada responden atas pertanyaan yang tidak dimengerti. Dan peneliti menunggu

responden hingga responden selesai menjawab semua pertanyaan.

Dalam pengumpulan data peneliti mengalami kesulitan yaitu keterbatasan

waktu, dana, dan tidak semua ibu mau menjadi responden dengan alasan tidak

mengerti, takut, sibuk atau juga menambah beban pikiran. Cara peneliti mengatasi

masalah ini adalah dengan memberikan penjelasan yang sederhana namun akurat

(45)

Peneliti juga berusaha meyakinkan bahwa responden dilindungi dari semua

kemungkinan dan berbagai resiko yang timbul akibat penelitian ini dan penelitian

ini merahasiakan identitas responden, serta tidak mencampuri hal-hal yang

bersifat pribadi.

7. Analisa data

Setelah semua data terkumpul, untuk pengukuran pengetahuan ibu maka

peneliti melakukan analisa melalui beberapa tahap editing, yaitu memeriksa nama

dan kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa jawaban

diisi sesuai dengan petunjuk. Hal ini sama dilakukan pada pengukuran

perkembangan anak usia prasekolah dimana peneliti memeriksa nama dan

kelengkapan identitas ibu. Koding yaitu memberikan kode atau angka tertentu

pada kuisioner untuk mempermudahkan waktu mengadakan tabulasi dan analisa.

Analisa yaitu menganalisa data yang telah terkumpul dari hasil pengukuran

pengetahuan pada ibu dan perkembangan pada anak usia prasekolah. Peneliti

menentukan persentase jawaban dari setiap responden. Dari pengolahan data

statistik deskriptif, data demografi akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan persentase. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi untuk melihat pengetahuan ibu tentang menfaat bermain dan

perkembangan anak usia prasekolah.

Kuesioner tingkat pengetahuan memiliki kategori kelas baik, cukup dan

kurang. Tingkat pengetahuan ibu dikategorikan kurang, jika jumlah jawaban

(46)

jumlah jawaban benar sebanyak 56%-75%, dan tingkat pengetahuan ibu

dikategorikan baik, jika jumlah jawaban yang benar sebanyak 76%-100%.

Kuesioner perkembangan anak prasekolah juga memiliki kategori kelas

baik, cukup dan kurang. Perkembangan anak usia prasekolah dikategorikan

kurang jika jumlah jawaban yang benar sebanyak 20%-55%, perkembangan anak

usia prasekolah dikategorikan cukup jika jumlah jawaban yang benar sebanyak

56%-75%, dan perkembangan anak usia prasekolah dikategorikan baik jika

jumlah jawaban yang benar sebanyak 76-100%.

Pengukuran hubungan antara pangetahuan ibu tentang manfaat bermain

dengan perkembangan anak usia prasekolah dilakukan dengan menggunakan Uji

korelasi pearson product moment. Hasil uji korelasi ditampilkan dalam tabel hasil uji interpretasi yang terdiri dari nilai r, nilai p, dan arah korelasi. Nilai r

menginterpretasikan kekuatan hubungan dimana bila nilai r berada pada rentang

0,000-0,199 maka kekuatan hubungan tersebut dikategorikan sangat lemah,

berada pada rentang 0,200-0,399 maka kekuatan hubungan dikatakan lemah,

berada pada rentang 0,400-0,599 maka kekuatan hubungan dikategorikan sedang,

berada pada rentang 0,600-0,799 maka kekuatan hubungan dikategorikan kuat,

dan berada pada rentang 0,800-1,000 maka kekuatan hubungan dikategorikan

sangat kuat.

Nilai p menginterpretasikan ada atau tidaknya hubungan yang bermakna

antara dua variabel yang diuji. Jika nilai p<0,05 maka terdapat hubungan yang

bermakna antara dua variabel yang di uji dan jika p>0,05 maka tidak terdapat

(47)

Arah korelasi dikatakan positif dan searah apabila nilai r mendekati nilai

satu. Semakin besar nilai satu variabel, maka semakin besar pula nilai variabel

lainnya. Sedangkan arah korelasi dikatakan negatif dan berlawanan arah apabila

nilai r tidak mendekati nilai satu. Semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil

nilai variabel lainnya. Uji korelasi dengan pearson product moment ini

menggunakan program komputerisasi.

(48)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan

mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan

perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV

AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2011.

1. HasilPenelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data hasil penelitian ini akan

menguraikan gambaran data demografi 31 responden yang terdiri dari usia,

pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi yang didapatkan ibu, tingkat

pengetahuan ibu tentang manfaat bermain, perkembangan anak usia prasekolah

serta hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan

anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa

Bangun Purba Tengah Kec. Bangun Purba Kab. Deli Serdang Tahun 2011.

1.1 Karakteristik responden

Berdasarkan hasil penelitian dari 31 orang ibu yang mempunyai anak

prasekolah menunjukkan mayoritas responden sebanyak 12 responden

(38,7%) berada pada usia 26-30 tahun, berpendidikan SMA sebanyak 19

responden (61,3%), memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (IRT)

(49)

memperoleh informasi dari televisi yaitu sebanyak 26 responden (83,8 %)

(Tabel 1).

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden ibu yang memiliki anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba (N=31).

No Data demografi Frekuensi Persentase

1.

1.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat Bermain

Tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dinilai dari jawaban

ibu terhadap kuesioner yang diberikan tentang manfaat bermain. Adapum

manfaat bermain diantaranya: memahami diri sendiri dan mengembangkan

harga diri, menemukan apa yang dapat mereka lakukan dan mengembangkan

kepercayaan diri, melatih mental anak, meningkatkan daya kreativitas dan

(50)

melatih motorik dan mengasah daya analisa anak, penyaluran bagi kebutuhan

dan keinginan anak, standar moral, dan mengembangkan otak kanan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pengetahuan ibu tentang

manfaat bermain di desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba

maka diperoleh bahwa mayoritas pengetahun ibu di Desa Bangun Purba

Tengah Kecamatan Bangun Purba tentang manfaat bermain dikatakan baik

yaitu sebanyak 27 responden (87,1%). Sedangkan ibu yang mempunyai

pengetahuan yang cukup baik tentang manfaat bermain adalah sebanyak 3

responden (9,7%) dan 1 responden (3,2%) memiliki pengetahuan yang kurang

baik tentang manfaat bermain.

Tabel 2 distribusi frekuensi tingkat pengetahun ibu tentang manfaat bermain di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 (N=31).

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 27 87,1

Cukup 3 9,7

Kurang 1 3,2

1.3 Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Perkembangan anak usia prasekolah dinilai dari jawaban responden

terhadap pertanyaan yang mengenai perkembangan yang telah dicapai oleh

anak tersebut. Adapun perkembangan anak usia prasekolah yang di masukkan

ke dalam kuesioner ada 6, yaitu perkembangan motorik kasar, perkembangan

motorik halus, perkembangan sosial emosional, perkembangan psikososial,

(51)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap tiap-tiap tugas

perkembangan anak prasekolah yang tertera diatas, maka diperoleh bahwa

mayoritas perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih

Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 dikatakan baik yaitu sebanyak 26 anak

prasekolah (83,9%). Sedangkan anak prasekolah yang mengalami

perkembangan yang cukup baik adalah sebanyak 4 anak prasekolah (12,9%)

dan 1 anak prasekolah (3,2%) mengalami perkembangan yang kurang baik.

Tabel 3. Distribusi frekuensi perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 (N=31).

Perkembangan anak prasekolah frekuensi Persentase (%)

Baik 26 83,9

Cukup 4 12,9

Baik 1 3,2

1.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat Bermain

Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Uji korelasi yang digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara

tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak

usia prasekolah di Taman Kanak-kanak PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba

Tengah dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan sedang dan bermakna dengan

(52)

bahwa semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat bermain, maka

perkembangan anak dari ibu tersebut semakin positif.

Tabel 4. Hasil uji korelasi hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

Variabel 1 Variabel 2 Nilai r Nilai p Keterangan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka pembahasan ini akan

dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan tingkat

pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia

prasekolah adalah sebagai berikut.

2.1 Karekteristik Demografi Responden

Hasil penelitian menunjukkan usia ibu mayoritas 26-30 tahun yaitu

sebanyak 12 responden (38,7 %) dan minoritas ibu berusia 15-20 tahun dan

41-45 tahun yaitu sebanyak 1 responden (3,2 %). Hal ini menunjukkan bahwa usia

ibu mempengaruhi terhadap pengetahuan ibu. Menurut Notoatmodjo (2003),

usia merupakan salah satu variabel dari model demografi yang di gunakan

sebagai ukuran mutlak atau indikator pengetahuan yang berbeda. Semakin

cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

(53)

Usia yang di anggap optimal dalam memahami, mengambil keputusan

dan kecepatan respon maksimal di atas usia 20 tahun, karena pada periode ini

merupakan penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan

sosial baru seperti peran suami/istri, orang tua, dan pada masa ini, sedangkan

usia di bawah atau kurang dari 20 tahun cenderung dapat mendorong terjadinya

kebimbangan dalam memahami dan mengambil keputusan. Dari segi

kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya

daripada seseorang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat

dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Elizabeth, 1980 dalam Hakim,

2008).

Usia 26 – 39 tahun menunjukkan suatu usia yang produktif dimana ibu

selalu bisa memenuhi kebutuhan bermain pada anak dengan daya

kreatifitasnya. Menurut Pieter (2011) usia dewasa dini (earlyadulthood) yaitu usia 21- 35 tahun. Usia ini merupakan usia yang disebut sebagai masa

produktif dan kreatif. Masa produktif merupakan suatu periode dimana mereka

mulai menjadi orang tua. Masa ini juga disebut sebagai masa kreatif. Periode

dewasa dini selalu dianggap sebagai era kreatifitas yang paling berkembang.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan yang paling banyak

adalah SMA sebanyak 19 responden (61,3%) dan dari 31 responden hanya

sedikit ibu yang berpendidikan SD yaitu sebanyak 1 responden (3,2%), DIII

sebanyak 1 responden (3,2%) dan SI juga dikatakan sedikit yaitu 1 responden

(3,2%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden

(54)

berpendidikan SMA. Hal ini bertolak belakang dengan pendapat Notoatmodjo

(2003) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempertinggi intelegensi

seseorang. Peneliti berasumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan tidak

menjamin seseorang untuk berfikir logis dan memahami sumber informasi

yang diperolehnya. Ibu yang memiliki pendidikan yang tinggi belum tentu

memiliki tingkat pengetahuan baik tentang manfaat bermain.

Mayoritas pekerjaan ibu di Desa Bangun Purba Tengah adalah ibu rumah

tangga (IRT) yaitu sebanyak 26 responden (83,8%). Sedangkan minoritas

pekerjaan responden adalah karyawan yaitu sebanyak 1 responden (3,2%) dan

hasil yang dicapai adalah pengetahuan ibu yang baik tentang menfaat bermain.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Bio-Medical Library di Universitas Minnesota pada tahun 2001, menunjukkan bahwa

anak-anak dari ibu yang bekerja di luar rumah selama 30 jam atau lebih dalam

seminggu mengalami keterlambatan perkembangan kognitif. Penelitian yang

diterbitkan di Boston Globe pada bulan Juli 2002, juga menunjukkan hasil

yang sama bahwa anak-anak yang ibunya bekerja sebelum mereka berusia 9

bulan, memiliki kemampuan mental dan verbal yang lebih rendah di usia 3

tahun dibanding anak yang ibunya tinggal di rumah dan mengasuh langsung

anak-anaknya (Kurniawan, 2010)

Mayoritas sumber informasi yang di peroleh oleh ibu adalah televisi

yaitu sebanyak 26 responden (83,8%) sedangkan responden yang

menggunakan sumber informasi radio hanya sebanyak 2 responden (6,5 %).

(55)

informasi. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber yaitu media massa

yang merupakan salah satu perantara yang digunakan oleh sumber untuk

mengirim pesan kepada penerima pesan (Anwar, 2002 dalam kutipan Hakim,

2008). Media massa berupa televisi, radio, koran, tabloid dan lain-lain. Peneliti

berasumsi bahwa semakin banyak sumber informasi yang digunakan maka

semakin banyak wawasan yang di dapatkan oleh ibu terutama tentang manfaat

bermain terhadap perkembangan anak.

Peneliti juga berasumsi bahwa media televisi dapat mempengaruhi

pengetahuan ibu tentang manfaat bermain. Sesuai dengan sebuah teori tentang

kemampuan manusia dalam penerimaan pesan menyebutkan bahwa apabila

sebuah pesan diterima hanya dengan perangkat audio atau indera pendengaran semata, maka kemampuan daya tangkapnya adalah 15 %. Sedangkan jika

dengan audio-visual maka kemampuan daya tangkapnya sebesar 55%, dan akan meningkat hingga 95% jika selain audio-visual juga melibatkan emosional (Yunus, 2007).

2.2Pengetahuan Ibu tentang Manfat Bermain

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki

pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 27 responden (87,1 %) dan minoritas

responden memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 1 responden (3,2%).

Hal ini menunjukkan hampir keseluruhan ibu di Desa Bangun Purba Tengah

dan memiliki anak prasekolah di Taman-taman Kanak-kanak, memiliki

pengetahuan yang baik tentang manfaat bermain terhadap perkembangan anak

(56)

merupakan ibu rumah tangga (IRT) jadi mempunyai waktu luang yang cukup

untuk mengamati dan memahami manfaat bermain tersebut bagi anak mereka

serta menemani anak bermain.

Ibu mengenal anak lebih baik daripada orang lain. Mereka mampu

memberi anak perhatian langsung serta mampu memilih saat yang tepat untuk

memuji dan membimbingnya. Karena inilah ibu harus memiliki kesempatan

untuk menemani dan membimbing anak bermain agar ibu dapat

memperhatikan manfaat bermain terhadap anak. Seorang ibu diharapkan dapat

menerima keadaan yang sedikit berantakan namun tidak mengesampingkan

prestasi anak, mempunyai keyakinan akan kemampuan anak-anaknya,

membiarkan anak-anak bermain jika mereka menikmatinya, memberikan

dukungan dan arahan tanpa ikut campur dan menunjukkan kreativitas dan

fleksibitas yang dimiliki ibu (Einon, 2005).

Sesuai dengan pendapat Prasetyono (2007) yang menyatakan bahwa

terkadang ibu kurang mempercayai kemampuan anaknya mengingat

kecerdasannya yang masih terbatas ini. Jika saja ibu mau dan bersedia percaya

akan kemampuan anak yang akan terlihat saat anak bermain maka ini sangat

penting bagi perkembangan si anak. Pada seorang ibu yang sudah mencoba

menggunakan prinsip-prinsip belajar semasa kecil dengan gembira (bermain).

Maka ibu tidak hanya mengetahui manfaat bermain terhadap perkembangan

Gambar

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden ibu  yang memiliki anak usia
Tabel 3. Distribusi frekuensi perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 (N=31)
Tabel 4. Hasil uji korelasi hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengankanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan  perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Tabel Keputusan

Referensi

Dokumen terkait

Lahan sawah berkurang sangat luas yaitu sebesar 26 ha, ladang juga mengalami penurunan sebesar 84 ha; (2) Analisa peta dengan menggunakan teknik tumpang susun peta

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan formula adonan pembungkus telur, untuk mengetahui peranan ekstrak daun jati, ekstrak kulit buah naga merah, dan

WIRAUSAHAWAN MEMULAI USAHA KECIL PADA PASAR HORAS

Lokasi adalah faktor penting dalam usaha, jika seseorang akan memulai. usaha, pemikiran dan pertimbangannya hanya

An example of this is in the regulation of the immunoglobulin (an immune protein, also called antibody ) heavy chain gene, which is expressed in B lymphocytes (white blood

Fasilitasi pendidikan program D-3 bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Teknologi Sapta Taruna Jakarta (khusus untuk pegawai dilingkungan Kementerian PU Pusat), Politeknik

&#34;You get the weapon we can use, and I'll make certain Ishtar gets it right where it will hurt the most.&#34; Grimly, she closed her eyes and knotted her fists. For the sake of

Bank Mandiri Syari’ah Cabang Semarang. Sampel yang digunakan sebanyak 100 Karyawan Marketing BMT dan Bank Syari’ah Mandiri Cabang Semarang. Dengan pengujian hipotesis