SANG PEMIMPI NO SHOSETSU NO BUNSEKI
KERTAS KARYA DIKERJAKAN
O L E H
MUTIA VISIANY
NIM. 072203012
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA
DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG
SANG PEMIMPI NO SHOSETSU NO BUNSEKI
KERTAS KARYA Dikerjakan
O L E H
MUTIA VISIANY
NIM. 072203012
Dosen Pembimbing Dosen Pembaca
(Drs. Nandi. S) (Adriana Hasibuan, SS, M.Hum) NIP. 19600822 1988 03 1 002 NIP. 19620727 1987 03 2 005 Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian
Program pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Dalam Bidang Studi Bahasa Jepang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG
Disetujui Oleh :
Program Diploma Sastra dan Budaya
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara
Medan
Program Studi D3 Bahasa Jepang
Ketua,
Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum
NIP 19620727 1987 03 2 005
PENGESAHAN
Diterima oleh :
Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang
Pada :
Tanggal :
Hari :
Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara
Dekan,
Prof. Syaifuddin, M.A., Ph.D. NIP 19650909 1994 03 1 004
Panitia :
No. Nama Tanda Tangan
1. Adriana Hasibuan, S.S., M. Hum ( )
2. Drs. Nandi S. ( )
3. Adriana Hasibuan, S.S., M. Hum. ( )
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas karya yang berjudul
“ANALISIS NOVEL SANG PEMIMPI”
Penulis menyadari bahwa apa yang penulis sajikan di dalam kertas karya ini
masih jauh dari sempurna, dan masih terdapat kekurangan-kekurangan dari tata
bahasa maupun isi pembahasan. Dengan kerendahan hati, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan kertas karya ini.
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis banyak menerima bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak . Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa terima kasih yang tak terhingga, terutama kepada:
1. Bapak Prof. Syaifuddin, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Adriana, SS, M.Hum , selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang Universitas
Sumatera Utara dan Dosen Pembaca
3. Ibu Hj. Rani Arfianty, SS, selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan
pengarahan kepada penulis selama melaksanakan studi.
4. Bapak Drs.Nandi. S, selaku Dosen Pembimbing yang dengan ikhlas
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan kertas karya ini.
5. Staf Pengajar Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera
Utara.
6. Teristimewa kepada Kedua Orang Tuaku Ayahanda Abdi Satria Nip, Ibunda
Ferdiansyah, S.H, yang telah memberikan dukungan moril maupun Doa
kepada penulis sehingga terselesainya kertas karya ini.
7. Bapak Edi Sofyan Siregar sekeluarga, dan terspesial Teddy Yohendra Siregar,
S.Tp, yang selalu membantu dan memberi semangat kepada penulis sehingga
terselesainya kertas karya ini.
8. Sahabat-sahabatku, Diva, Jhiki, Nana, Yuni, Dewi, kak San2, kak Sari, kak
Desy, kak Yuni, kak manda, kak Herna, yang telah banyak membantu dan
memberikan semangat kepada penulis selama melaksanakan studi, dan teman-
teman IPTR I Love U all. Serta seluruh rekan-rekan yang telah membantu dan
memberikan semangat kepada penulis.
Tiada lagi harapan penulis, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu. Dan semoga kertas karya ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni2010 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Alasan Pemilihan Judul ... 1
1.2. Tujuan Penulisan ... 1
1.3. Batasan Masalah ... 2
1.4. Metode Penulisan ... 2
BAB II RINGKASAN CERITA ... 3
BAB III ANALISA CERITA ... 10
3.1. Tema ... 10
3.2. Penokohan ... 10
3.3. Setting ... 11
3.4. Alur Cerita ... 11
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 13
4.1 Kesimpulan ... 13
4.2 Saran ... 13
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Sang Pemimpi merupakan salah satu novel terbaik karangan Andrea Hirata,
yang diangkat berdasarkan kisah nyata perjalanan hidup Andrea sendiri, yang
berceritakan tentang kegigihan dan pengorbanan tiga orang anak laki-laki dalam
menghadapi cobaan dan meraih mimpi-mimpi nya.
Alasan penulis untuk menganalisis Novel Sang Pemimpi adalah karena di
dalam novel ini menceritakan tentang persahabatan tiga orang anak laki-laki. Setiap
manusia pasti bermimpi, karena dengan bermimpi kita dapat mempunyai semangat
untuk meraih cita-cita dan masa depan kita. Selain itu ada beberapa pelajaran
berharga yang mewarnai cerita ini.
Persahabatan di antara mereka sangat erat. Akhirnya mereka dapat meraih
mimpi-mimpinya. Dan kekeluargaan di antara mereka sangat harmonis, sehingga
penulis dapat mengambil nilai-nilai positif dari kisah yang dialami oleh tokoh-tokoh
yang di ceritakan di dalam novel ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah:
1. Untuk menambah wawasan pembaca yang ingin mengetahui permasalahan
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Untuk memberitahu pembaca bahwa hidup itu pilihan dan dibutuh kan
1.3 Batasan Masalah
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis hanya memaparkan karakter
masing-masing tokoh, tema, seting dan alur dalam novel ini.
1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode kepustakaan
yaitu metode pengumpulan data dengan cara membaca buku, novel yang
bersangkutan dengan pembahasan yang terdapat dalam kertas karya ini.
BAB II
RINGKASAN CERITA
Novel ini menceritakan tentang tiga orang anak yang tinggal jauh di
pedalaman pulau Belitong. Tiga orang anak tersebut tinggal di sebuah kampung
Melayu, mereka bermimpi untuk melanjutkan sekolah hingga ke Perancis,
menjelajahi Eropa, bahkan sampai ke Afrika. Ikal, Arai, dan Jimbron, merekalah si
pemimpi itu. Walau pun tidak munkin terwujud, mereka tak peduli, mereka memiliki
tekad baja untuk mewujudkan mimpi mereka. Hidup di daerah terpencil, kepahitan
hidup, kemiskinan, bukanlah pantangan bagi mereka untuk bermimpi. Mereka tak
menyerah pada nasib dan keadaan mereka. Bagi mereka mimpi adalah energi bagi
kehidupan mereka masa kini untuk melangkah menuju masa depan yang mereka
cita-citakan.
Arai sebenarnya masih memiliki hubungan darah dengan Ikal, kedua orang
tuanya meninggal dunia ketika ia masih kecil. Arai tak memiliki saudara kandung,
sehingga setelah kematian kedua orang tuanya Arai diasuh oleh kedua orang tua Ikal
di kampungnya sehingga bagi Ikal, Arai adalah saudara sekaligus sahabat terbaik
baginya. Arai selalu memiliki pemikiran-pemikiran yang tak bisa ditebak orang lain
dia memiliki pribadi yang terbuka dan cerdas. Sedangkan Jimbron adalah sosok
rapuh, ia tak cerdas, ia gagap dalam berbicara semenjak kematian ayahnya. Jimbron
sangat terobsesi oleh kuda, karena seminggu sebelum kematian ayah nya, Dia
menonton sebuah film di televisi balai desa.Dalam film koboy itu tampak seseorang
membawa orang sakit untuk diobati dengan mengendarai kuda secepat angin sehingga
Ikal, Arai dan Jimbron memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi. Mereka
bahu membahu mewujudkan mimpi mereka. Pada saat PN Timah Belitong sedang
dalam keadaan terancam bangkrut, gelombang PHK besar-besaran membuat banyak
anak-anak tidak bisa meneruskan sekolah mereka karena orang tuanya tak sanggup
membiayai. Mereka yang masih ingin bersekolah harus bekerja. Demikian juga
dengan mereka begitu tamat SMP mereka ingin tetap melanjutkan sekolah mereka.
Karena di kampung mereka tak ada SMA, mereka harus merantau ke Magai, 30
kilometer jaraknya dari kampung mereka. Untuk itu mereka tinggal bersama-sama
dalam sebuah rumah kontrakan, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-harinya mereka bekerja sebagai pembawa stick di padang golf, penunggu perahu
nelayan serta pemikul ikan tangkapan para nelayan yang dibawa ke pasar ikan.
Selain kisah-kisah ketiga pemimpi yang terdapat dalam cerita ini, pembaca
akan disuguhi potret pemandangan pulau Belitong dan kondisi sosialnya salah satunya
yaitu mengungkap tentang anak-anak melayu yang harus bekerja untuk mendulang
tembaga, mencari bongkah kaursa, topas dan gelena sesungguhnya hasil bumi tersebut
adalah milik penduduk kampung Melayu, namun semuanya itu harus mereka muat
sendiri ke atas tongkang untuk menggendutkan perut para bos di Jakarta.
Di novel ini dicerita kan juga cerita tentang Laksmi,gadis yang dipungut
seorang Tionghoa Thong San, pemilik pabrik cincau. Dia bekerja disitu seperti
Jimbron dengan Pendeta Geo, bapak asuh Laksmi justru menumbuhkan Laksmi
menjadi muslim yang taat.Laksmi selalu menampilkan kesan seakan-akan tak ada lagi
orang yang mencintai nya di dunia ini, padahal, diam-diam, Jimbron menyukainya.
Jimbron bersimpati kepada Laksmi karena merasa nasib mereka sama-sama
memilukan. Jimbron sering menghibur Laksmi, dia sering menghampiri Pak Balia
cerita-cerita jenaka dan indah kepada Jimbron. Pak Balia adalah kepala sekolah sekaligus
guru sastra di SMA mereka. Bapak Drs. Julian Ichsan Balia, bagi Ikal dialah guru
yang sangat baik. Dia selalu memberi semangat kepada murid-murid, sabar dan dia
sangat menyayangi murid-murid nya.
Akhirnya Ikal, Arai dan Jimbron lulus SMA. Hasil ujian akhir mereka amat
baik. Ikal dan Arai akan berangkat ke Pulau Jawa untuk mengadu nasib, sedangkan
Jimbron tetap di kampung. Sementara keinginan kuliah di tunda dulu karena tanpa
keluarga dan sahabat yang di tuju di Pulau Jawa di perkirakan uang tabungan mereka
hanya cukup untuk hidup enam bulan saja. Jika selama itu mereka tidak mendapatkan
pekerjaan maka nasib mereka akan diserah kan pada Pencipta nasib yang bersemayam
di langit sana.
Sesampai nya di Jakarta tepat nya di pelabuhan Tanjung Priok, mereka
mencari bus arah Ciputat karena kata nya disana tempat yang agak aman dari tempat
lain nya. Tiba-tiba berenti lah sebuah bus di dekat mereka, dan ada seseorang yang
menarik tas mereka ke dalam bus dan mereka bertanya apakah bus ini arah ke Ciputat,
bukan nya menjawab orang itu malah hanya berdiam saja. Karena bagi orang Melayu
diam adalah tanda setuju maka mereka pun naik ke bus. Karena terlalu lelah nya
dalam perjalanan mereka pun tidur dengan pulas, dan penumpang pun satu persatu
sudah banyak yang mulai turun, tiba-tiba bus berhenti dan mereka di bangun kan oleh
seorang laki-laki. Dan mereka pun turun, ternyata misi mereka menemukan Terminal
Ciputat gagal. Mereka terdampar ditempat yang tak pernah mereka rencana kan
sebelum nya. Bogor sama sekali asing bagi mereka, mereka berjalan meninggal kan
dengan tulisan Institut Pertanian Bogor (IPB). Dan yang lebih menyenangkan lagi
adalah di belakang nya ada masjid.
Esoknya dengan mudah mereka menemukan kos di perkampungan dibelakang
IPB, sungguh menyenangkan tinggal disana. Baru pertama kali mereka melihat
kehidupan mahasiswa, IPB. Mahasiswa-mahasiswa pintar yang bermutu tinggi. Rindu
mereka memuncak akan bangku sekolahan.
Hari-hari berikut nya mereka mulai panik karena belum juga menemukan
pekerjaan. Berbulan-bulan sudah mereka mencari pekerjaan tapi tak dapat juga,
bahkan hanya untuk sekedar menjadi penjaga toko pun sulit.
Pada bulan kelima mereka mendapat pekerjaan sebagai seorang sales. Sebulan
penuh mereka bekerja tak satu pun ada barang yang terjual. Maka berdasarkan
perjanjian yang sudah di tanda tangani diatas materai, mereka harus bersedia dipecat
sebab wan prestasi.
Pada suatu hari mereka mengetahui bahwa kantor Pos sedang membuka
penerimaan pegawai, dan mereka pun mendaftar. Rupa nya hanya Ikal saja yang di
terima, dan Ikal beserta puluhan calon pegawai Pos, dinaikkan ke bak sebuah truk
berwarna hijau, digelandang ke Pusat Pendidikan Perhubungan Angkatan Darat di
Cimahi. Di barak militer itu, calon pegawai kiriman dari perusahaan-perusahaan
digembleng fisik dan mentalnya menduduki pangkat terendah. Dihitung dalam sehari,
paling tidak, 125 kali Ikal memberi hormat.
Setelah sebulan, Ikal kembali ke Bogor. Dengan seragam seperti Tamtama,
ransel ABRI, dan kepala gundul, Ikal menuju rumah kos mereka karena Ikal rindu
pada Arai. Sebulan penuh Ikal tersekap di barak militer, tak dapat dihubungi atau
menghubungi siapapun. Tapi, dikamar kos mereka tak ada siapa-siapa, Ikal melihat
itu. Dengan sahabatnya dari pabrik tali dulu, naik kapal lawit, Arai telah berangkat ke
Kalimantan.
Meskipun sibuk bekerja menyortir surat, Ikal tak lupa akan cita-cita awalnya.
Sambil bekerja , Ikal mempersiapkan diri untuk masuk ke Universitas Indonesia.
Tahun berikutnya, Ikal diterima di sana. Ikal mengatur jadwal sift menyortir surat
sesuai dengan kesibukan kuliah.
Setelah hampir empat tahun akhirnya, Ikal berhasil menyelesaikan kuliah nya.
Cita-cita nya tak pernah padam, tak pernah lekang. Meskipun bersusah payah
menyelesaikan kuliah, apa yang telah tercapai dianggap baru sebagai permulaan.
Tak lama kemudian, Ikal membaca pengumuman bea siswa pendidikan strata
dua yang dibuka Uni Eropa. Ikal mendaftar dan mengikuti berbagai macam tes. Ikal
melewati tahap-tahap tes dengan sukses sampai pada tes akhir. Tes terakhir diadakan
di sebuah gedung di Jakarta. Peserta tes diwawancarai para ahli sesuai dengan bidang
studi yang akan diambil di Eropa.
Setelah wawancara, Ikal melalui sebuah koridor yang panjang. Ketika
melewati sebuah pintu, Ikal mendengar suara yang pernah dikenal. Disimak baik-baik
suara yang bersumber dari dua orang itu. Satu suara orang tua, satu lagi suara orang
muda. Ikal memejamkan mata berkonsentrasi untuk mengenali suara itu.
Akhirnya, wawancara selesai. Dia mundur beberapa langkah, matanya melihat
ke ambang pintu. Gagang pintu berputar. Akhirnya, dia keluar. Hati Ikal bergetar,
ternyata dialah Arai.
Akhirnya, Ikal tahu bahwa Arai bekerja di sebuah perusahaan pertambangan
Berbulan-bulan mereka menunggu keputusan penguji bea siswa. Lima belas
dari ribuan orang pelamar adalah peluang yang amat sempit. Ayah yang sedang
menyiangi pekarangan berhambur ke pinggir jalan mengambil surat dari tuan Pos. Dia
menyerahkan nya ke pada mereka. Dari sampulnya mereka langsung tahu bahwa
surat-surat itu adalah pemberitahuan hasil ujian beasiswa mereka. Mereka
memutuskan untuk membukanya setelah shalat magrib.
Usai magrib, ayah dan ibu nya langsung duduk dikursi meja makan. Ikal tak
sanggup membaca surat itu, maka diserahkan kepada ibu nya. Ibu membuka surat itu
pelan-pelan dan membacanya, matanya berkaca-kaca. Detik itu juga Ikal tahu bahwa
dia lulus. Dia terbelalak membaca nama universitas yang menerima nya. Namun,
ditengah kesenangan itu mereka terhenyak, dari ruang tengah, terdengar
samara-samar suara isak tangis.
Air mata berjatuhan membasahi bingkai plastik foto ibu dan ayah Arai,
membasahi kertas tebal yang dipegang Arai bergetar-getar, mereka masih berdiri
mematung di ambang pintu ketika dia mengatakan dengan lirih sambil tersedu sedan,
Aku lulus. Ikal mengambil surat beasiswa Arai dan membacanya, lalu jiwanya seakan
terbang. Karena di kertas itu tertulis nama universitas yang menerima Arai sama
dengan universitas yang menerima Ikal. Di sana, jelas tertulis. Univesite de Paris,
Sorbonne, Prancis. Sedangkan Jimbron menetap di kampong bersama Laksmi dan
BAB III ANALISA CERITA
3.1 Tema
Novel Sang Pemimpi ini bercerita tentang kehidupan 3 orang anak laki-laki,
yang tak pernah menyerah dan bekerja keras, selalu berjuang untuk meraih cita-cita
nya. Dan mereka tak pernah takut bermimpi.
Tema dalam novel ini bisa dikatakan sederhana, namun dari cara penulis
memaparkan dan menyampaikannya sangat terbuka dan menarik. Hingga sangat
mudah dipahami oleh pembaca. Tambahan lagi dengan beragam nya karakter
tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini, semakin membuat menarik ceritanya.
3.2 Penokohan
Adapun tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel ini adalah:
1. Ikal, laki-laki yang pintar dia miskin harta tapi dia tidak mau miskin ilmu
dan pengetahuan keinginan nya untuk terus bersekolah sangat tinggi. Hal
ini terlihat dari keberhasilan Ikal memperoleh bea siswa ke luar negri.
2. Arai, laki-laki yang memiliki pribadi yang terbuka dan cerdas, terbukti
pada saat sekolah dia selalu mendapatkan peringkat 5 besar. Arai
sebenarnya masih memiliki hubungan darah dengan Ikal, kedua orang tua
nya meninggal ketika ia masih kecil. Arai tak memiliki saudara kandung
sehingga setelah kematian orang tua nya ia di asuh oleh orang tua Ikal.
3. Jimbron, laki-laki yang rapuh dan tak secerdas. Ia gagap dalam berbicara,
4. Laksmi, perempuan yang sangat periang. Sejak kematian orang tuanya, ia
dipungut orang Tionghoa Thong San dia jadi anak yang pemurung. Setiap
hari nya Laksmi bekerja di pabrik cincau milik Thong San, tak pernah lagi
terlihat dia tersenyum
5. Pak Balia, kepala sekolah sekaligus guru sastra di SMA Ikal, Arai dan
Jimbron yang baik hati. Hal ini terlihat ketika dia menghadapi
murid-muridnya dia selalu sabar.
3.2 Setting
Cerita ini berlatar belakang tentang sebuah perjalanan hidup Andrea,
pengarang novel ini sendiri bersama kedua sahabat-sahabatnya. Mereka terus
berjuang untuk meraih mimpi-mimpi.
Belitong, adalah tempat Ikal, Arai dan Jimbron sekolah dari SD, SMP sampai
SMA. Kemudian kota Bogor, Kalimantan dan Jakarta tempat Ikal dan Arai merantau
untuk meraih mimpi-mimpi nya.
3.3 Alur Cerita
Alur dalam cerita ini memakai alur maju mundur, diawali dengan masa remaja
Ikal, Arai dan Jimbron yang harus bekerja keras demi melanjutkan sekolah SMA
mereka. Kemudian diceritakan awal pertemuan mereka bertiga waktu masih kecil
hingga akhirnya mereka menjadi sahabat yang sangat akrab. Lalu Ikal dan Arai,
merantau ke Ibu kota untuk melanjutkan kuliah nya, dan Jimbron menetap di Belitong
bersama Laksmi. Dan hingga akhirnya mereka mendapatkan kan beasiswa dan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Novel Sang Pemimpi ini adalah novel yang menceritakan tentang
persahabatan tiga orang anak laki-laki yang mempunyai keinginan bersekolah sangat
tinggi. Mereka rela mengorbankan masa remaja mereka, dengan bekerja keras setiap
hari. Mereka tak pernah mengeluh lelah sekali pun.
2. Adapun inti cerita dari novel ini adalah tentang semangat yang tinggi untuk
meraih cita-cita, bekerja keras dan tak pernah putus asa. Mereka tak pernah takut
untuk bermimpi, karena bagi mereka mimpi adalah energi bagi kehidupan mereka
masa kini untuk melangkah menuju masa depan yang mereka cita-citakan.
3. Melalui kisah ini kita di ajak untuk meraih cita-cita tanpa harus takut untuk
bermimpi, karena mimpi dapat mewujudkan kenyataan-kenyataan yang indah.
4.2 Saran
Dalam menghadapi kehidupan kita sering menemukan masalah. Oleh karena
itu kita harus lebih sabar,saling menghargai satu sama lain,menghormati kedua orang
tua, dan terutama lebih banyak berdoa dan berserah diri kepada Tuhan dalam
mengambil keputusan ketika mengalami suatu masalah. Sesungguhnya setiap masalah
DAFTAR PUSTAKA
Andrea Hirata.2006. Sang Pemimpi. Yogyakarta: PT.Bentang Pustaka.
Mestika Zed.2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta :Yayasan Obor