• Tidak ada hasil yang ditemukan

Preferensi Etnis Cina Berbelanja Di Pasar Tradisional Ramai (Studi Kasus : Pasar Tradisional Ramai, Kelurahan Sei Renggas II Kecamatan Medan Area)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Preferensi Etnis Cina Berbelanja Di Pasar Tradisional Ramai (Studi Kasus : Pasar Tradisional Ramai, Kelurahan Sei Renggas II Kecamatan Medan Area)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PREFERENSI ETNIS CINA

BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL RAMAI

(Studi Kasus : Pasar Tradisional Ramai, Kelurahan Sei Renggas II Kecamatan Medan Area)

OLEH :

IRMALA SARI NASUTION

030901054

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUAMTERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Pasar merupakan salah satu lembaga yang paling penting dalam institusi ekonomi, pasar sebagai suatu bentuk pelayanan umum tempat terjadinya transaksi jual beli barang bagi masyarakat merupakan salah satu cerminan perekonomian dan sosial budaya setiap komunitas di dunia. Pasar tradisional sebagai sektor informal dalam roda perekonomian di era modern seperti sekarang ini tidak saja masih dibutuhkan, tetapi juga tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti pasar tradisional ramai yang tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan masyarakat, khususnya etnis Cina yang diketahui pedagang dan pembelinya mayoritas berasal dari etnis Cina.

Masyarakat Cina merupakan etnis pendatang di Indonesia. Sejak abad ke-14 hingga pertengan abad ke-19. mereka memasuki wilayah nusantara dan menyebar di berbagai tempat dan tingkat diantara penduduk pribumi mayoritas. Setiap masyarakat kelompok etnik tertentu, mempunyai kebudayaan yang diwarisi dari leluhurnya, demikian halnya masyarakat Cina dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari mempergunakan nilai-nilai budaya yang mereka miliki yang diterapkan dalam berbagai aspek kegiatannya, terutama dalam perdagangan.

Hubungan-hubungan yang terjalin diantara pedagang dan pembeli yang membentuk suatu pola aktivitas ekonomi seperti transaksi jual beli menyebakan adanya interaksi antara pedagang dan pembeli etnis Cina. Interaksi yang terjalin antara mereka merupakan bentuk cerminan orientasi in group di antara mereka.

Untuk mengkaji hal tersebut peneliti menggunkan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus karena mengacu pada objek studi yang diamati, situasi dan prilakunya. Studi kasus adalah tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya terhadap suatu kasus dilakukan secara mendalam, mendetail dan komprehensif. Sementara itu dalam hal pengumpulan data di lapangan peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi partisipan, wawancara mendalam, studi kepustakaan dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa keberhasilan pedagang etnis Cina di pasar tradisional tidak terlepas dari strategi-strategi yang didasarkan pada kebudayaan mereka, dimana keberhasilan tersebut dipengaruhi oleh ajaran falsafah (konfusianisme). Preferensi etnis cina berbelanja di pasar tradisional ramai dikarenakan kualitas barang yang terdapat di pasar tersebut, jarak rumah pembeli etnis Cina dengan lokasi pasar yang cukup dekat dan rasa nyaman yang dirasakan oleh pembeli. Selain itu penggunaan bahasa yang sama antara pedagang dan pembeli etnis Cina memperlancar komunikasi antara mereka sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil” Alamin pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan, berkat petunjuk, rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, serta shalawat dan salam kepada panutan kita Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga penulis telah mampu menjalani dan menyelesaikan syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial Universitas Sumatera Utara. Berkat karunia-Nya juga penulis dapat akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PREFERENSI ETNIS CINA BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL RAMAI”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan di sana-sini, karena penulis juga belum memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai dalam penyusunan laporan penelitian. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan, sumbang saran maupun masukan dari pembaca sekaligus guna kesempurnaan skripsi ini.

(4)

Nasution SH dan Irfansyah Nasution SH dan kak Ria Fadillah SH yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat serta doanya kepada penulis agar skripsi ini selesai.

Selanjutnya ucapan terima kasih juga tak terlupakan penulis haturkan kepada : 1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik.

2. Bapak DR. Badaruddin, MA selaku Ketua Departemen Sosiologi FISIP USU. 3. Ibu Rosmiani, MA selaku Sekretaris Departemen Sosiologi FISIP USU.

4. Bapak Henry Sitorus, MSi. Selaku dosen wali sekaligus dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, yang telah memberikan banyak masukan, ide-ide dan pemikirannya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik

5. Kepada seluruh dosen Sosiologi dan staff pengajar FISIP USU.

6. Kak Feni Khairifa S.Sos, M.Si dan kak Nur Beti yang telah membantu penulis dalam proses administrasi selama ini.

7. Buat Sahabat-sahabat terbaikku : Dewi, Kiki, Rima, Eva, Ina, Fadilah dan Mini yang telah banyak membantu dalam penyelesain skripsi ini. Terima kasih atas doa dan dukungannyanya selama ini. Persahabatan kita akan kukenang selama-lamanya….

(5)

9. Buat Friend-Friend ku : Pintor, Maya, Febry, Reza dan Upiet yang telah banyak memberikan semangat kepada penulis selama proses penyelesaikan skripsi ini. Thanks ya friend….

10.Kepada Manajer PT.Pasar Ramai, Bapak Maraden Htg dan Kochai yang telah banyak memberikan informasi kepada penulis dan kepada seluruh informan dalam penelitian ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapakan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat khususnya buat penulis sendiri dan buat orang-orang yang membacanya.

Medan, Desember 2007

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Abstrak ………..i

Kata Pengantar ………..ii

Daftar Isi ………v

Daftar Tabel ………..vi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ………..1

1.2. Perumusan Masalah ……….7

1.3. Tujuan Penelitian ……….7

1.4. Manfaat Penelitian ………...8

1.5. Defenisi Konsep ………..8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kelompok Sosial ……….10

2.2. Interaksi Sosial ………....13

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ………....17

3.2. Lokasi Penelitian ……….18

3.3. Unit Analisis dan Informan ……….18

3.4. Teknik Pengumpulan Data ………..19

3.5. Interpretasi Data ………...21

3.6. Jadwal Kegiatan …….. ………22

(7)

BAB IV. DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………... 24

4.1.1. Sejarah Singkat Kelurahan Sei Renggas II ………... 24

4.1.2. Batas Wilayah ………... 25

4.1.3. Luas Wilayah ……… 25

4.1.4. Komposisi Penduduk ……… 26

A. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ……… 26

B. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan …... 27

C. Komposisi Pendidik Berdasarkan Jenis Pekerjaan ………. 27

D. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ………. 28

E. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis. ……… 29

4.1.5. Gambaran Umum Pasar Tradisional Ramai ………... 30

4.2. Profil Informan dan Temuan Data ………... 34

4.2.1. Profil Informan Kunci ………. 34

4.2.2. Profil Informan Biasa ………...39

4.3. Interpretasi Data Penelitian ………...43

4.3.1. Profil Etnis Cina………43

4.3.1.1. Prilaku Berdasarkan Filsafat Hidup………48

4.3.1.2. Filsafat Hidup Masyarakat Cina Yang………....50

Mendukung Kehidupan Ekonomi 4.3.2. Etnis Cina Kota Medan……….53

4.3.3. Perilaku Berbelanja Etnis Cina di Pasar Tradisional Ramai….58 4.3.4. Sikap In Group Pada Etnis Cina di Pasar Tradisional Ramai…64 4.3.5. Preferensi Etnis Cina Berbelanja di Pasar Tradisional Ramai...68

BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan……….83

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.6.1. Jadwal Kegiatan dan Laporan Penelitian………..22

Tabel 4.4.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia………...26

Tabel 4.4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan………...27

Tabel 4.4.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan………..27

Tabel 4.4.4. Komposisi Pendusuk Berdasarkan Agama………28

Tabel 4.4.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis………...29

Tabel 4.5.1. Ukuran Kios/Stand……….32

Tabel 4.5.2. Jumlah Bangunan Pasar ……….32

(9)

ABSTRAK

Pasar merupakan salah satu lembaga yang paling penting dalam institusi ekonomi, pasar sebagai suatu bentuk pelayanan umum tempat terjadinya transaksi jual beli barang bagi masyarakat merupakan salah satu cerminan perekonomian dan sosial budaya setiap komunitas di dunia. Pasar tradisional sebagai sektor informal dalam roda perekonomian di era modern seperti sekarang ini tidak saja masih dibutuhkan, tetapi juga tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti pasar tradisional ramai yang tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan masyarakat, khususnya etnis Cina yang diketahui pedagang dan pembelinya mayoritas berasal dari etnis Cina.

Masyarakat Cina merupakan etnis pendatang di Indonesia. Sejak abad ke-14 hingga pertengan abad ke-19. mereka memasuki wilayah nusantara dan menyebar di berbagai tempat dan tingkat diantara penduduk pribumi mayoritas. Setiap masyarakat kelompok etnik tertentu, mempunyai kebudayaan yang diwarisi dari leluhurnya, demikian halnya masyarakat Cina dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari mempergunakan nilai-nilai budaya yang mereka miliki yang diterapkan dalam berbagai aspek kegiatannya, terutama dalam perdagangan.

Hubungan-hubungan yang terjalin diantara pedagang dan pembeli yang membentuk suatu pola aktivitas ekonomi seperti transaksi jual beli menyebakan adanya interaksi antara pedagang dan pembeli etnis Cina. Interaksi yang terjalin antara mereka merupakan bentuk cerminan orientasi in group di antara mereka.

Untuk mengkaji hal tersebut peneliti menggunkan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus karena mengacu pada objek studi yang diamati, situasi dan prilakunya. Studi kasus adalah tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya terhadap suatu kasus dilakukan secara mendalam, mendetail dan komprehensif. Sementara itu dalam hal pengumpulan data di lapangan peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi partisipan, wawancara mendalam, studi kepustakaan dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa keberhasilan pedagang etnis Cina di pasar tradisional tidak terlepas dari strategi-strategi yang didasarkan pada kebudayaan mereka, dimana keberhasilan tersebut dipengaruhi oleh ajaran falsafah (konfusianisme). Preferensi etnis cina berbelanja di pasar tradisional ramai dikarenakan kualitas barang yang terdapat di pasar tersebut, jarak rumah pembeli etnis Cina dengan lokasi pasar yang cukup dekat dan rasa nyaman yang dirasakan oleh pembeli. Selain itu penggunaan bahasa yang sama antara pedagang dan pembeli etnis Cina memperlancar komunikasi antara mereka sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pasar sebagai suatu bentuk pelayanan umum tempat terjadinya transaksi jual beli barang bagi masyarakat, merupakan salah satu cerminan perekonomian dan sosial budaya setiap komunitas di dunia ini. Seiring dengan perkembangan zaman, dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk tempat dan cara pengelolaannya, dari yang bersifat tradisional menjadi modern. Perkembangan tempat perbelanjaan di kota-kota di dunia, baik di negara-negara Barat maupun Asia, semuanya melalui tahapan-tahapan, mulai dari pasar tradisional, yang kemudian mengalami proses modernisasi menjadi toserba (toko serba ada), jaringan toko,

shopping center, department store, supermarket. Proses modernisasi ini tidak terlepas

dari perubahan pola demografi, spesialisasi dan diversifikasi profesi, serta struktur sosial ekonomi dan perubahan budaya masyarakat (West, 1994).

(11)

Kehadiran pasar modern di kota Medan dewasa ini mencerminkan struktur sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang telah mengalami pergeseran. Seiring dengan gerak perkembangan pemikiran masyarakat yang secara perlahan-lahan menjadi modern, maka segala aktivitas kehidupannya juga selalu diwarnai dengan kemodrenan, termasuk dalam prilaku ekonomi dalam memilih pasar. Masyarakat menengah keatas diasumsikan lebih cenderung menyukai berbelanja di pasar modern ketimbang di pasar tradisional. Keberadaan pasar-pasar modern ini tentu saja berdampak pada denyut nadi kehidupan pasar-pasar tradisional.

Keberadaan pasar tradisional di era modern seperti sekarang ini tidak saja masih dibutuhkan, tetapi juga tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan masyarakat Indonesia. Kondisi ini disebabkan karena pada sebagian besar masyarakat Indonesia masih banyak yang belum memahami manfaat dari perkembagan ilmu dan teknologi, misalnya berbelanja melalui internet. Sampai saat ini menurut Basalah pasar tradisional masih dominan peranannya di Indonesia dan masih sangat dibutuhkan keberadaannya, terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.

Menurut Geertz di dalam pasar tradisional tekanan terpenting dalam persaingan bukanlah antara kegigihan penjual dengan penjual lainnya, tetapi persaingan antara kegigihan penjual dengan calon pembeli dalam melakukan proses tawar menawar (Narwoko&Bagong, 2004 : 281)

(12)

tinggi, barangnya tidak akan laku, karena langsung disaingi sehingga terpaksa harus menurunkan harganya.

Kebutuhan dan keinginan pembeli yang bervariasi merupakan pedoman bagi pedagang dalam melaksanakan usahanya. Pembeli biasanya memperlihatkan preferensi dan prioritas barang yang berbeda-beda. Mereka pada umumnya menginginkan produk dan jasa yang memuaskan kebutuhan mereka dengan harga yang besaing. Perbedaan-perbedaan inilah yang menciptakan segmen pasar bagi para pembeli. Perilaku pembeli merupakan tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan, dan menentukan produk dan jasa, termasuk dalam proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut (Setiadi, 2003 : 93)

Pada umumnya setiap pembeli selalu menginginkan barang-barang yang berkualitas tinggi dengan harga yang murah dan suasana berbelanja yang nyaman, bersih dan tersedia berbagai fasilitas yang dibutuhkan pembeli seperti transaksi elektronik (ATM dan kartu kredit) dan tersedianya tempat parkir yang luas. Kesemua fasilitas tersebut tentunya terdapat di pasar modern.

(13)

Hal yang menarik dari pasar ramai ini adalah pedagang dan pembeli mayoritas berasal dari etnis Cina. Pembentukan persepsi tentang etnis Cina di Indonesia sangat terkait dengan karakteristik pribadi mereka, terutama dalam menyikapi situasi lingkungan yang mereka hadapi, dengan motivasi tertentu terutama untuk mendapatkan keamanan dan kesejahteraan hidup bahkan kemapanan.

Banyak literatur yang mempersoalkan alternatif budaya pasar Cina yang terpusat di sekitar penggunaan hubungan-hubungan pribadi dalam masyarakat terutama keluarga. Dua jenis bukti membuat kasus yang meyakinkan untuk peran sentral hubungan-hubungan di dalam masyarakat Cina : frekuensi diskurs tentang keluarga sebagai model bisnis dan mengenai pentingnya koneksi (guanxi) dan prilaku yang ada. Awalnya konsep guanxi berakar pada hubungan keluarga, tetapi gagasan ini telah melebar dan ikut mencakup teman, teman dari teman, relasi dan orang-orang yang memiliki ketertarikan yang sama. Dalam melakukan bisnis orang Cina juga sering menekankan pada kepentingan kritis hubungan antar pribadi dan dengan sangat jelas menekankan nilai-nilai seperti kepercayaan (xinyong) dan perasaan manusia (renging) sebagi pilar-pilar budaya komersial mereka. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa hubungan-hubungan keluarga, perkawinan, bertetangga dan semua yang lainnya memainkan peran sentral dalam bisnis Cina.

(14)

sehingga perubahan nilai-nilai dan sikap sedang dimulai. Tetapi watak pribadi yang tinggi dari begitu banyak praktik dagang orang Cina Asia Tenggara hampir pasti bertahan lama setelah kebutuhan sejati untuk itu lenyap, hal ini berurat berakar di dalam budaya.

Konsekuensi penting dari ketergantungan pada xinyong adalah cara dimana kepercayaan, solidaritas sosial, dan sebuah masyarakat yang relatif tanpa kelas dan bebas telah bergabung di kalangan orang Cina Asia Tenggara untuk membagun nilai-nilai kebaikan sipil yang kondusif bagi penanganan bisnis yang berhasil di kalangan mereka sendiri. Karakteristik masyarakat Cina Asia yang lebih mengalir dan kompetitif yang memiliki hubungan horizontal yang kuat dan kehidupan berkelompok yang tangguh, membantu mengembangkan hubungan kepercayaan pribadi yang vital bagi perdagangan di begitu banyak bagian dunia.

Pada umumnya prilaku etnis Cina sangat patuh pada budaya yang telah ada, bersikap ramah dan selalu berusaha untuk memberi kesan sebaik mungkin, pada etnis cina hubungan pribadi harus dibina terlebih dahulu daripada hubungan dagang karena orang Cina dibesarkan dengan rasa takut pada orang asing. Mereka enggan untuk melibatkan diri dengan orang yang mereka anggap asing, sifat kerja keras dan pantang menyerah membuat mereka tidak suka dikalahkan, kesetiaan mereka pada klen dan teman begitu tinggi begitu pula yang dilakukan di kalangan pedagang (Wastu pragantha dkk, 1996 : 85).

(15)

berbelanja disuatu tempat dimana pembeli dan penjual berasal dari etnis yang sama seperti yang terlihat di pasar tradisional ramai yang berada di jalan thamrin.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan ada beberapa hal yang mereka pertimbangkan untuk berbelanja di suatu tempat diantaranya adalah rasa nyaman dan pelayanan dari pedagang. Menurut salah satu pembeli etnis cina yang berbelanja di pasar ramai mengatakan bahwa alasan mereka tetap berbelanja di pasar tersebut adalah karena pelayanan yang diberikan kepada pembeli sangat memuaskan serta kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada pembeli.

Pedagang etnis Cina yang berada di pasar ramai mengatakan bahwa kemudahan-kemudahan dalam pelayanan dimaksudkan agar pembeli merasa beruntung dan tidak merasa dirugikan. Pelayanan dan kemudahan akan menutupi jumlah harga yang sebenarnya yang dikandung barang tersebut. Perasaan tertekan dan ditipu tidak dijumpai oleh pembeli dan hal ini menyebabkan pembeli mendapatkan kesan puas dan akan kembali lagi ke tempat tersebut. Sudah menjadi suatu sifat bagi pedagang Cina bersikap ramah dan selalu akan berusaha memberi kesan sebaik mungkin bagi para pembelinya.

(16)

Berdasarkan uraian diatas alasan ketertarikan peneliti dalam penelitian ini adalah :

1. Walaupun pasar tradisional ramai berada berdampingan dengan pasar modern thamrin tetapi pasar ramai ini masih tetap diminati oleh banyak orang.

2. Karena mayoritas pembeli dan pedagang berasal dari etnis Cina. Dalam hal ini peneliti ingin melihat apakah ada faktor-faktor khusus dari pembeli etnis Cina untuk berbelanja di pasar ramai tersebut.

3. Karena pasar merupakan lembaga yang paling penting dalam institusi perekonomian

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah prilaku berbelanja etnis Cina berhubungan dengan efektivitas dan efisiensi ekonomi atau berhubungan dengan budaya dan kepercayaan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah :

(17)

• Menjelasakan pengaruh nilai budaya dan kepercayaan atas aktivitas dalam memenuhi keperluan rumah tangga melalui sistem berbelanja di pasar tradisional

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

• Hasil yang diperoleh diharapkan akan dimanfaatkan sebagai referensi bagi perkembangan ilmu sosiologi, khususnya Sosiologi Ekonomi.

• Hasil penelitian ini diharapkan menjadi kajian ilmiah dan masukan penting untuk lebih memahami preferensi etnis Cina berbelanja di pasar tradisional ramai.

1.4.2. Manfaat Praktis

• Meningkatkan kemampuan penulis melalui penelitian ini

• Memberikan wawasan kepada peneliti mengenai preferensi etnis Cina berbelanja di pasar tradisional ramai.

• Diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi khazanah kepustakaan.

1.5. Defenisi Konsep

(18)

yang empiris. Disamping mempermudah penelitian konsep juga berfungsi sebagai panduan bagi peneliti untuk menindak lanjuti kasus tersebut serta menghindari timbulnya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam penelitian.

Konsep-konsep penting dalam penelitian ini adalah :

1. Preferensi dalam penelitian ini diartikan sebagai piliham bagi para pembeli (etnis Cina) dalam menentukan tempat perbelanjaan.

2. Pembeli etnis Cina. Etnis Cina diartikan sebagai kelompok orang yang mempunyai norma dan nilai spesifik yang sama dalam persepsi dan kognisi yang berbeda dengan persepsi dan kognisi kelompok lain dalam masyarakat yang lebih luas, nilai ini dapat terbentuk dari segi fisik, agama, geografis, atau faktor lainnyta. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Pembeli etnis Cina adalah setiap orang yang datang ke pasar tradisional ramai yang berasal dari etnis Cina dan memiliki tujuan untuk membeli suatu barang.

3. Pasar Tradisional adalah suatu lembaga perekonomian dan cara hidup yang keseluruhannya dibentuk dan bergerak dinamis seiring dengan perkembangan pasar itu sendiri (Geertz, 1996). Dalam penelitian ini pasar tradisional ditandai dengan mayoritas penjual dan pembeli dari etnis Cina, dimana pasar tersebut dilaksanakan dengan manajemen tanpa perangkat teknologi modern yang ditandai dengan fasilitas dagang yang kurang teratur dan kurang bersih.

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kelompok Sosial

Kelompok sosial merupakan gejala yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung di dalamnya. Soekanto (2002 : 115) mengemukakan beberapa persyaratan sebuah kelompok sosial.

1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.

2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.

3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain. Tentunya faktor mempunyai musuh bersama misalnya, dan dapat pula menjadi faktor pengikat/pemersatu. 4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai perilaku.

5. Bersistem dan berproses.

(20)

semata, tetapi para anggota keluarga tersebut mungkin telah mengalami perubahan-perubahan, walaupun sama sekali tidak di sadari. Saling tukar-menukar pengalaman tersebut oleh Bogardus (1945 : 4) disebut social experiences di dalam kehidupan berkelompok, mempunyai pengaruh yang besar di dalam pembentukan kepribadian orang-orang yang bersangkutan. Penelitian terhadap sosial experiences tersebut sangat penting untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh kelompok terhadap individu terhadap pengaruh tadi dalam proses pembentukan kepribadian.

Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak menjadi kelompok yang statis, akan tetapi selalu berkembang serta mengalami perubahan-perubahan baik dalam aktivitas maupun bentuknya. Kelompok tadi dapat menambhkan alat-alat perlengkapan untuk dapat melaksankan fungsi-fungsinya yang baru di dalam rangka perubahan-perubahan yang di alaminya, atau bahkan dapat mempersempit ruang lingkupnya.

Kelompok sosial dapat dibagi menjadi in-group dan out-group. Menurut Sumner, in-group adalah kelompok sosial dengan mana individi mengidentifikasikan dirinya. Jelasnya, bahwa apabila suatu kelompok sosial merupakan in-group atau tidak, bersifat relatif dan tergantung pada situasi-situasi sosial yang tertentu. Sedangkan out-group diartikan sebagai kelompok yang menjadi lawan dan in-group nya (Soekanto, 2003 : 123).

(21)

kelompok dapat merupakan dasar suatu sikap yang dinamakan etnosentrisme. Anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu, sedikit banyak akan mempunyai kecenderungan untuk menganggap bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan-kebiasaan kelompoknya sendiri sebagai sesuatu yang terbaik apabila dibandingkan dengan kebiasaan-kebiasaan kelompok lain. Kecenderungan tadi disebut etnosentrisme, yaitu suatu sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri.

Pada umumnya etnis Cina menunjukan orientasi in-groupnya, sebagai salah satu anggota dari sebuah klan. Penggunaan klan menunjukkan adanya interest yang kuat pada famili-familinya dan secara intents akan cenderung kurang perhatiannya kepada orang lain (out-group), rasa interest ini akan membuat mereka memiliki rasa satu group yang erat dalam lingkungan kelompoknya, sehingga mereka mempunyai orientasi yang kuat terhadap kelompok sosialnya sehungga akan menghambat interaksi sosial yang harmonis dengan anggota out-group nya.

Asas familisme pada ajaran Cina yang mengutamakan kepentingan klen (kepentingan kelompok) lebih diutamakan daripada kepentingan kelompok lain (etnis yang berbeda). Segala apa yang dilakukan ditujukan demi kepentingan dalam klan. Orientasi kehidupan semacam ini kurang mempunyai kepentingan kepada masyarakat luas. Keadaan yang demikian tidak memungkinkan terjadinya komunikasi dan kontak sosial secara harmonis dengan kelompok sosial yang berbeda, sehingga akan menghambat interaksi yang harmonis antara etnis Cina dengan etnis lainnya

(22)

masyarakat luas sebagai out-group nya, sehingga rendah tingkat interaksi sosialnya dengan kelompok lainnya.

2.2. Interaksi Sosial.

Dalam teori interaksi sosial suatu interaksi tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu :

1. Kontak sosial (social contact) 2. Komunikasi (communication)

Interaksi sosial dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah pihak yaitu antara individu satu dengan individu atau kelompok lain dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Terjadinya interaksi sosial karena adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan sosial (Basrowi, 2005 :139).

(23)

Manusia mempunyai naluri untuk senantiasa berhubungan dengan sesamanya. Hubungan yang sinambung tersebut menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok-kelompok manusia.

Pola interaksi senantiasa mengacu pada hubungan yang lebih teratur antara individu-individu, sekaligus juga dengan sendirinya memperlihatkan bahwa gugusan tindakan-tindakan yang dilakukan tidak dengan asal sembarangan saja. Individu mengikuti kebiasaan yang teratur ini dalam rangka menyederhanakan dan memudahkan kehidupan sosialnya. Pada kenyataannya, interaksi meliputi hal-hal seperti norma-norma, status-status dan tujuan. Selanjutnya meliputi pula kewajiban timbal balik, status timbal balik, tujuan dan makna yang secara timbal balik berarti antara dua atau lebih individu didalam kontak yang bersamaan.

(24)

pada suatu tempat. Munculnya masyarakat itu sendiri karena adanya interaksi antara individu-individu. Begitu pula terjadinya berbagai aktivitas atau kegiatan masyarakat terjadi karena adanya interaksi sosial.

Pada umumnya orang Cina mempunyai kelebihan yang jelas dalam berhubungan dengan orang asing. Kecakapan mereka mengesani dan melayani orang asing telah sejak dulu kala. Sudah menjadi kebiasaan mendarah daging bagi mereka untuk bersukap ramah, memberikan kesan yang sebaik mungkin, dan memperoleh keuntungan dari kelebihan kebudayaannya, terutama etiket mereka yang baik.

Berbagai analisis menekankan bahwa sistem nilai orang Cina bermuara pada ajaran Confucius, walaupun bagi kebanyakan dari mereka hal ini tidak disadarinya. Sebenarnya dapat dikatakan ada suatu tradisi yang diteruskan secara turun-temurun mengenai apa yang baik dan bagaimana prilaku yang baik atupun yang buruk.

Seperti yang sering dikemukakan dalam sistem nilai yang diteruskan secara turun-temurun terdapat hormat dan berbakti kepada orang tua dan orang yang lebih tua, bekerja keras dan berhasil dalam karya apa pun (untuk keharuman keluarga nama keluarga), ulet dan “tahan banting” dalam menghadapi kesulitan, serta selalu berikhtiar untuk mencapai yang terbaik (achievement motivation)

(25)

Pada kasus etnis Cina hokkien ternyata rendahnya efektifitas komunikasi antar budaya antar etnis adalah dipengaruhi oleh stereotip (25%) yang bahwa seandainya pandangan terhadap etnik lain semakin posesif, mak semakin besar pengaruhnya bagi etnik Cina hokkien berkomunikasi secara efektif dengan etnik lain dan juga sebagianya (Cohen,1992 : 181)

Konsep defenisi situasi (the defenisition of the situation) merupakan konsep penting dalam interaksi sosial. Berbeda dengan pandangan yang mengatakan bahwa interaksi manusia merupakan pemberian tanggapan (response) terhadap rangsangan (stimulus), maka memurut Thomas seseorang tidak segera memberikan reaksi manakala ia mendapat rangsangan dari luar. Menurutnya tindakan individu selalu didahului suatu tahap penilaian dan pertimbangan ; rangsangan dari luar diseleksi melalui proses yang dinamakannnya defenisi/penafsiran situasi.

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang didapati dari apa yang diamati (Nawawi, 1994 : 2004).

Pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik (utuh). Misalnya tentang perilaku, motivasi, tindakan dan sebagainya. Metode penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena :

• Pendekatan ini melihat individu secara holistik (utuh)

• Pendekatan ini menutamakan latar alamiah, dengan maksud menggambarakan fenomena yang terjadi dengan melibatkan berbagai metode seperti : wawancara, observasi dan sebagainya.

• Pendekatan ini bersifat emik, maksudnya peneliti dapat membangun pandangannya sendiri tentang apa yang diteliti secara rinci (Moleong, 2005 : 4-6).

(27)

kasus bertujuan mengembangkan dan menggeneralisasikan teori (generalisasi analitis) bukan menghitung frekuensi (generalisasi statistik).

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pasar Ramai, Jalan Thamrin – Kecamatan Medan Area. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah :

 Karena mayoritas pedagang dan pembeli di pasar ini berasal dari etnis Cina..  Pasar ramai ini berada berdampingan dengan pasar modern thamrin sehingga

lebih memudahkan peneliti untuk mengetahui mengapa masyarakat, khususnya etnis Cina masih berbelanja di pasar tradisional ramai tersebut.  Karena di Pasar ramai ini segala kebutuhan sandang dan pangan dapat

dijumpai dengan mudah.

3.3. Unit Analisis Dan Informan 3.3.1. Unit Analisis

Adapun yang menjadi unit analisis penelitian ini adalah para pembeli yang berasal dari etnis Cina di pasar tradisional ramai.

3.3.2. Informan

Informan dalam penelitian ini dibedakan dalam dua jenis, yakni informan kunci dan informan biasa.

(28)

 Pembeli, kriterianya adalah sebagai berikut :

1. Berasal dari etnis Cina, karena di pasar tradisional ramai tersebut mayoritas pembeli berasal dari etnis Cina.

2. Berbelanja di Pasar tradisional ramai, maksudnya etnis Cina dalam penelitian ini lebih memilih bebelanja di pasar tradisional ramai

b. Informan biasa, disamping informan kunci terdapat informan biasa. Yang menjadi informan biasa dalam penelitian ini adalah :

 Pedagang, kriterianya adalah sebagai berikut :

1. Berasal dari etnis Cina, karena di pasar tradisional ramai tersebut mayoritas pedagang berasal dari etnis Cina.

2. Telah berdagang selama 3 tahun. Hal ini dilakukan karena informan yang telah berdagang selama 3 tahun, sedikit banyak telah mengetahui situasi dan kondisi di pasar tersebut.

 Dinas pasar ramai. Bertujuan untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan penelitian misalnya, jumlah pedagang, kondisi di pasar tersebut.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan atau mengumpulkan data (informasi) yang dapat menjelaskan atau menjawab permasalahan penelitian yang bersangkutan secara objektif (Mallo, 1990 : 109). Pengumpulan data dilakuakn menjadi 2 tahapan yaitu data primer dana data sekunder.

(29)

1. Observasi Partisipan (Observan Partisipan)

Adalah suatu bentuk observasi khusus, dimana peneliti tidak hanya menjadi pengamat yang pasif, melainkan juga mengambil berbagai peran dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang akan diteliti (K.Yin, 2002 : 113).

Dalam hal ini peneliti mengamati rutinitas pengunjung di pasar tradisional ramai dan berpartisipasi sebagai pembeli dan melihat bagaimana pelayanan dan proses tawar menawar yang berlangsung di pasar tradisional.

2. Wawancara Mendalam

Adalah melakukan suatu percakapan atau tanya jawab secara mendalam dengan informan . wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan yang telah disusun sebelumnya, yakni menggunakan interview guide (panduan wawancara) untuk menggali sebanyak mungkin informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi etnis cina berbelanja di pasar tradisional ramai. Adapun data-data yang ingin diperoleh adalah alasan pembeli memilih berbelanja di pasar tradisional ramai.

 Data Sekunder diperoleh melalui :

(30)

3.5. Interpretasi Data

Bogdan dan Biklen, menjelaskan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan bekerja dengan data, mengorganisasikan dat, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensisntesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan (Moleong, 2005 : 248)

(31)

3.6. Jadwal Kegiatan

Pengajuan judul skripsi merupakan tahap awal dari serangkaian kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan. Setelah seminar proposal penelitian dilakukan, revisi proposal penelitian dan pengurusan izin administrasi penelitian adalah tahapan berikutnya untuk persiapan penelitian langsung ke lapangan. Untuk lebih rinci, kegiatan penelitian dapat dilihat dari Tabel 3.6.1

Table 3.6.1

(32)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian yang ditemukan oleh peneliti selama melakukan proses penelitian adalah di dalam memperoleh data secara jelas dan mendetail. Dalam hal ini terdapat keraguan akan jawaban yang diberikam informan, karena apa yang diinformasikan tentang situasai, kondisi dan tindakan apakah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Pada mulanya juga informan terkesan enggan diwawancarai karena takut nantinya jika data-data yang mereka berikan disebar luaskan oleh peneliti. Namun setelah melakukan pendekatan kepada beberapa informan barulah mereka bersedia diwawancarai.

(33)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Kelurahan Sei Renggas II.

Kelurahan Sei Rengas II merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di kecamatan Medan Area yang berada di jalan Rahmadsyah. Adapun kelurahan-kelurahan yang terdapat di kecamatan Medan Area antara lain : Kelurahan Kota Maksum I, Kelurahan Kota Maksum II, Kelurahan Kota Maksum IV, Kelurahan Tegal Sari I, Kelurahan Tegal Sari II, Kelurahan Tegal Sari III, Kelurahan Pandau Hulu II, Kelurahan Sei Rengas II, Kelurahan Sei Renggas Permata, Kelurahan Pasar Merah Timur, Kelurahan Sukaramai I dan Kelurahan Sukaramai II. DI Kecamatan Medan Area terdapat 4 buah pasar tradisional dan 1 buah plaza/mal..

Kelurahan Sei Rengas II berdiri pada pada tahun 1951 yang pada saat itu masih merupakan bangunan kamar mandi umum yang bangunannya terbuat dari kayu. Kelurahan Sei Rengas II ini tepat berada di tengah-tengah pemukiman penduduk.

(34)

Mayoritas penduduk yang menempati kelurahan Sei Rengas II ini adalah etnis Cina. Hampir 75 % penduduknya berasal dari etnis Cina. Padahal dahulunya di kelurahan ini banyak terdapat masyarakat pribumi, india dan arab yang mayoritas beragama islam. Namun karena perkembangan zaman dan banyak terjadi pembauran etnis maka di kelurahan ini etnis Cinalah yang lebih mendominasi daripada etnis lainnya.

4.2. Batas Wilayah

Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area memiliki batasan-batasan wilayah tertentu. Adapun batasannya adalah :

1. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Panda Hulu II

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sei Rengas Permata. 3. Sebelah barat Berbatasan dengan Kelurahan Sei Rengas I.

4. Sebelah timur nerbatasn dengan Kelurahan Sukaramai II.

4.3. Luas Wilayah

Luas wilayah Kelurahan Sei Rengas II adalah 0,35,37 Ha km yang dibagi menjadi :

1. Luas pemukiman penduduk : 0,21 Ha km 2. Sarana Perkantoran : 0,25 Ha km

(35)

4.4. Komposisi Penduduk

4.4.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan usia

Jumlah penduduk yang berada di Kelurahan Sei Rengas II adalah 8428 jiwa yang terdiri dari :

Tabel 4.4.1

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

NO USIA JUMLAH

1 1 - 10 Tahun 1052 Jiwa 2 11 - 20 Tahun 1271 Jiwa 3 21 - 31 Tahun 1648 Jiwa 4 31 - 40 Tahun 1365 Jiwa 5 41 – 50 Tahun 1249 Jiwa 6 51 – 58 Tahun 929 Jiwa 7 59 Tahun Keatas 884 Jiwa Total Penduduk : 8428 Jiwa

Sumber : Kelurahan Sei Renggas II

Jumlah penduduk Kelurahan Sei Renggas II Pada tahun 2007 adalah 8428 jiwa. Usia 1-10 tahun berjunlah 1052 jiwa, usia 11-20 tahun berjumlah 1271, usia 21-31 tahun berjumlah 1648 jiwa, usia 21-31-40 tahun berjumlah 1365 jiwa, usia 41-50 tahun berjumlah 1249 jiwa, usia 51-58 tahun berjumlah 929 jiwa dan usia 59 tahun keatas berjumlaj 884 jiwa.

(36)

4.4.2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan. Tabel 4.4.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

NO Tingkat Pendidikan JUMLAH

1 Belum Sekolah 642 Orang 2 Tamat SD 258 Orang 3 Tamat SLTP 2436 Orang 4 Tamat SLTA 4004 Orang 5 Tamat D1 45 Orang 6 Tamat S1 90 Orang 7 Tamat S2 3 Orang 8 Tamat S3 1 Orang

Sumber : Kelurahan Sei Renggas II

Berdasarkan data yang diperoleh dari kelurahan Sei Rengas II, pendidikan penduduk setempat masih didominasi tingkat SLTA dan SLTP.

4.4.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 4.4.3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

NO JENIS PEKERJAAN JUMLAH

(37)

2 PNS 22 Orang 3 Pedagang 403 Orang 4 Penjahit 16 Orang 5 Tukang Batu 4 Orang

6 Dokter 11 Orang

7 TNI/POLRI 1 Orang 8 Pengusaha 8 Orang

Sumber : Kelurahan Sei Renggas II

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelurahan Sei Renggas II diketahui bahwa buruh/pegawai swasta dan pedagang merupakan pekerjaan yang paling mendominasi penduduk di Kelurahan Sei Renggas II.

4.4.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Tabel 4.4.4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

NO AGAMA JUMLAH

1 Islam 210 Orang

2 Kristen 197 Orang 3 Katholik 318 Orang

4 Hindu 9 Orang

(38)

Mayoritas agama yang dianut penduduk di Kelurahan Sei RenggaS II adalah agama budha, karena di Kelurahan ini etnis cina paling mendominasi pemukiman penduduk.

4.4.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis Tabel 4.4.5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis

NO ETNIS JUMLAH

1 Cina 8183 Orang

2 Jawa 45 Orang

3 Batak 46 Orang

4 Minang 80 Orang

5 Melayu 65 Orang

6 Lain-Lain 9 Orang Sumber : Kelurahan Sei Renggas II, 2007

(39)

4.5. Gambaran Umum Pasar tradisional Ramai.

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi pembeli dan penjual secara langsung. Bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau stand dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun pihak pengelola pasar. Pada umumnya pasar tradisionala yang terdapat di kota Medan berkonsentrasi di sekitar pusat kota tidak menyebar meratamenurut morfologi kota Medan. Hal ini menunjukan keberadaan pasar tradisional pada umumnya terletak dekat kawasan perumahan penduduk agar memudahkan pembeli untuk mencapai tujuan.

Pasar ramai merupakan salah satu pasar tradisional yang terdapat di kota Medan. Pasar ini berada di kecamatan Medan Area, kelurahan Sei rengas II. Di kecamatan medan Area terdapat tujuh pasar tradisional yaitu : pasar ramai, pasar beruang, pasar timah, pasar akik, pasar suka ramai, pasar king dan pasar inpres bakti. Pasar ramai sendiri merupakan salah satu pasar tradisional yang cukup banyak dikunjungi oleh pembeli terutama pembeli yang berasal dari etnis cina.

Pasar ramai berdiri pada tahun 1975 yang pada saat itu bangunannya bekas perumahan kumuh yang ditempati oleh beberapa penduduk. Pasar ini berada di kawasan jalan thamrin/jalan asia dan bersebelahan tepat dengan thamrin plaza, sehingga lebih memberi pilihan berbelanja bagi masyarakat Medan.

(40)

pedagang di pasar ini adalah 420 orang dan hampir 75 % pedagang yang berjualan di pasar ini berasal dari etnis Cina dan dagangan utama mereka adalah pakaian dan manisan buah. Namun selain etnis Cina terdapat juga etnis pribumi yang berdagang di pasar ini. Umumnya etnis pribumi hanya bekerja membantu etnis cina dalam melayani pembeli yang ada. Selain etnis Cina, etnis karo juga banyak terdapat berdagang di pasar ini. Umumnya mereka berdagang bunga-bunga segar.

Umumnya pedagang perempuan relatif lebih banyak dari pada pedagang laki-laki dalam aktivitas pasar tradisional Ramai. Dari hasil temuan data di lapangan dapat dilihat jumlah pedagang perempuan bersama pembantunya lebih banyak saat melayani pembeli ataupun pelanggan ketika transaksi tawar menawar, namun terdapat juga pedagang laki-laki yang menjadi pemilik toko. Cara kerja yang menuntut tingkat kesabaran yang cukup tinggi, kemampuan dalam bicara dan keahlian memainkan harga saat tawar-menawar berlangsung merupakan faktor yang dinilai sesuai dengan karakter perempuan sebagai pedagang.

(41)

Tabel 4.5.1 Ukuran Kios/Stand

NO Ukuran Kios/Stand Jumlah Iuran/Bulan 1 2 X 2 M Rp 23.500 2 2 X 4 M Rp 39.000 3 3 X 4 M Rp 57.000 4 4 X 4 M Rp 76.500 5 4 X 7 M Rp 126.000 6 Stand Rp 18.000

Sumber : Dinas Pasar Ramai, 2007

Pasar ramai dahulunya hanya memiliki satu bangunan untuk berdagang, namun kini pasar ramai telah memiliki tiga bangunan. Dimana lantai satu dan dua digunakan sebagai tempat transaksi jual beli barang dagangan dan lantai tiga digunakan sebagai tempat olah raga. Dahulunya bangunan di lantai tiga digunakan sebagai kantor dinas pasar namun kantor dinas pasar tersebut telah pindah kelantai dua.

Tabel 4.5.2 Jumlah Bagunan

NO Nama Bangunan Jumlah

(42)

Jumlah Keseluruhan 420Kios Sumber : Dinas Pasar Ramai, 2007

Umumnya kualitas bangunan pasar tradisional yang ada di kota Medan masih sangat memprihatinkan, begitu pula dengan kebersihannya. Kondisi demikian menciptakan pemandangan di kawasan pasar dan di dalam pasar tradisional yang mengganggu keindahan lingkungan dan kota medan. Menurut peneliti kualitas bangunan di pasar ramai tidak terlalu memprihatinkan, hal ini terbukti dengan masih terjaganya kebersihan dan keteraturan di pasar tersebut. Hanya saja tingkat keramaian yang tinggi yang umumnya terjadi di pasar tersebut sering menimbulkan masalah kemacetan di jalan di lokasi pasar tersebut, terutama menjelang hari-hari libur.

(43)

4.2. Profil Informan Dan Temuan Data 4.2.1. Informan Kunci.

1. Nama : Lisawati / A Yen Umur : 21 Tahun

Pekerjan : Karyawan Jenis Kelamin : Perempuan

(44)

juga mengatakan bahwa jarak pasar ramai yang berdekatan dengan thamrin plaza menyebabkan lisa suka berbelanja ke paasar itu.

(45)

2. Nama : A San Umur : 24 Tahun Pekerjaan : Office Boy Jenis Kelamin : Laki-laki

A san adalah salah satu informan yang bertempat tinggal di dekat pasar ramai. Mulanya a san jarang berbelanja ke pasar itu, namun karena seringnya ia menemani kakaknya berbelanja di pasar tersebut akhirnya A san pun sekarang menjadi sering berbelanja di pasar itu. A san mengaku alasannya berbelanja ke pasar ramai karena di pasar tersebut barang-barangnya tidak sama dengan pasar lainnya artinya hanya di pasar ramailah barang-barang khusus dapat ditemukan. Biasanya barang yang sering dibeli A san adalah celana jeans. Selain itu A san mengaku bahwa berbelanja dengan etnis yang sama lebih memudahkannya dalaM berkomunikasi sehingga proses tawar menawar dapat berjalan dengan lancAr.

(46)

3. Nama : Iis

Umur : 21 Tahun Pekerjaan : -

Jenis Kelamin : Perempuan

Iis adalah informan yang bekerja di toko elektronik yang berada di jalan asia. Ia mengaku sering berbelanja ke pasar tersebut Biasanya iis berbelanja ke pasar ramai 2-3 kali dalam seminggu bersama pacarnya. Alasan iis berbelanja ke pasar ramai adalah jarak pasar yang dekat dengan tempat kerjanya. Selain itu iis juga mempunyai teman yang berdagang di pasar itu., sehingga apabila ia berbelanja di tempat tersebut ia selalu mendaptkan potongan harga. Ia mengatakan bahwa banyak pilihan yang tersedia di pasar tersebut di bandingkan di pasar lainnya.

(47)

4. Nama : Ifana Umur : 24 Tahun Pekerjaan : Guru Musik Jenus Kelamin : Perempuan

Ifana adalah salah sati informan yang sering berbelanja di pasar ramai.ifana memiliki ciri-ciri kulit putih, manis, berbadan langsing dan mudah tersenyum. Walaupun tidak dapat dipastikan berapa kali dalam seminggu ia berbelanja, ia mengatakan bahwa berbelanja di pasar ramai adalah hobinya. Biasanya ifana berbelanja bersama kedua orang tuanya dan adik-adiknya dan tidak jarang juga ia berbelanja dengan teman-temannya ataupun dengan pacarnya.

(48)

4.2.2. Informan Biasa

1. Nama : Maraden H Umur : 61 Tahun

Pekerjaan : Manejer Pasar Ramai. Jenis Kelamin : Laki-laki

Bapak Mareden adalah manejer PT Pasar Ramai Utama wilayah medan. Sudah 10 tahun ia menjabat sebagai manajer. Bapak mareden sendiri merupakan keturunan etnis Cina, ia mengatakan bahwa pasar ramai ini memang banyak dikunjungi oleh etnis Cina.. Hampir 60 % pedagang yang berada di pasar tersebut berasal dari etnis Cina dan sisanya berasal dari etnis karo. Namun ia mengatakan semenjak 2 tahun yang lalu pasar ini tidak saja hanya dikunjungi oleh etnis cina tetapi juga dari etnis lainnya. Ia mengaku antara pedagang dan pembeli yang berbeda etnis memiliki hubungan yang baik dan ia melihat tidak ada perbedaan pelayanan yang diberikan oleh pedagang etnis cina kepada pembeli etnis cina maupun pribumi.

Bapak Mareden juga mengatakan walaupun ia seorang manajer yang berasal dari etnis cina tetapi ia tidak pernah memberikan perbedaan kepada para pedagang etnis cina dam pribumi dalam masalah administrasi. Ia selalu menetapkan iuran yang yang sama kepada setiap pedagang sesuai dengan ukuran kios dan stand yang disewa oleh pedagang. Ia mengatakan tidak pernah mempermasalahkan perbedaan etnis yang ada, ia mengaku bahwa perbedaan itu karena kebhineka tunggal ikaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

(49)

pribumi. Interaksi yang terjadi antara informan dengan pegawainya terlihat begitu akrab.

(50)

2. Nama : Ana (nama samaran) Umur : 30 Tahun

Pekerjaan : Pedagang Jenis Kelamin : Perempuan

Ana adalah salah satu informan biasa dalam penelitian ini. Informan adalah pedagang yang berjualan di pasar ramai. Informan sudah 5 tahun berdagang di pasar ramai tersebut. Adapun barang-barang dagangan yang dijual informan adalah pakaian-pakaian dan celana untuk wanita. Informan mengaku bahwa selama ini mayoritas pembelinya adalah dari etnis Cina, namun tidak jarang juga etnis pribumi yang berbelanja di pasar tersebut. Biasanya etnis pribumi berbelanja ketika menjelang hari-hari besar keagamaan atau hari raya seperti lebaran ataupun natal. Informan sendiri mengakau memiliki pelanggan tetap yang berasal dari etnis pribumi.

(51)

mendominasi pasar ramai tersebut, suku padang dan batak karo juga terdapat di pasar tersebut.

Informan mengaku kunci keberhasilannya dalam berdagang adalah karena pelayanan yang diberikannya. Informan dalam berdagang tidak hanya sendirian melainkan dibantu oleh orang lain. Orang-orang yang membantu informan dalam berdagang umumnya berasal dari etnis pribumi. Peneliti melihat hubungan antara para pedagang dan pembantunya sangat akrab. Ini terlihat sesekali mereka bercanda dalam melayani pembelinya.

(52)

4.3. Interpretasi Data Penelitian 4.3.1. Profil Etnis Cina

Keberhasilan orang Cina dalam bidang perdagangan sering kali menimbulkan berbagai pertanyaan. Banyak yang bertanya bagaimana orang Cina bisa begitu sukses dalam bidang perdagangan dan ekonomi. Padahal, banyak di kalangan pedagang Cina yang berasal dari keluarga yang miskin. Kebanyakan dari mereka hijrah dari negara Cina hanya membawa baju yang melekat di badan dan tidak mempunyai apa-apa termasuk harta benda serta pendidikan. Kebanyakan dari mereka tidak pernah mengecapa pendidikan secara formal dan bahkan buta huruf. Namun mereka berhasil muncul sebagai pedagang yang sukses dan kaya raya. Banyak orang Cina menjadi kaya kaya di luar negeri dan bukan di negara asal mereka. Ekonomi Asia Tenggara rata-rata dikuasai dan didominasi oleh orang Cina. kedatangan mereka pada awalnya bertujuan mencari makan. Namun pad akhirnya, mereka yang memberi makan dan membuka kesempatan kepada penduduk setempat. (Wan Seng, 2007 : 69)

(53)

sekejap mata. Proses ini memakan waktu yang panjang dan terjadi secara evolusi selama bertahun-tahun.

Orang Cina mulai dari bawah. Dari yang tadinya tidak mempunyai apa-apa akhirnya menjadi orang terkaya dan berhasil. Semuanya itu tidak diperoleh secara magic (seperti sulap). Tidak ada magic dalam keberhasilan perdagangan orang Cina. mereka seperti bangsa-bangsa lain juga, mau tidak mau ikut berusaha dan bersaing. Mereka menahan diri untuk tidak tidur dan berhemat. Mereka mengambil resiko untuk dapat memajukan perdagangan. Perdagangan Cina juga mengalami masa jatuh bangun. Kadang kala, mereka rugi dan di lain waktu untung.

Orang Cina berhasil bukan karena faktor keturunan. Jika dikatakan pandai, bangsa lain juga pandai. Dalam beberapa hal, penduduk asal dan penduduk sekitar sebenarnya mempunyai lebih banyak kelebihan dibandingkan orang Cina. Ada beberapa faktor yang mendorong keberhasilan orang Cina, diantaranya adalah kemiskinan, perasaan kurang aman, survival (kemampuan bertahan hidup) di tempat orang, tidak ada pilihan, dan ajaran falsafah yang mereka dapat sejak kecil.

(54)

dalam dunia perdagangan. Hubungan ini selalu diusahakan agar terjalin dengan saling mendukung sesama anggota keluarga dalam menghadapai pedagang asing.

Ajaran konfusianisme juga menekankan pentingnya menjaga keturunan., orang Cina disarankan memiliki keturunan laki-laki. Dalam sistem sosial orang Cina, anak laki-laki adalah ahli waris keturunan. Mereka juga akan mewarisi harta dan kekayaan keluarga. Anak laki-laki memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjaga martabat dan nama baik keluarga. Mereka harus berusaha mengharumkan nama keluarga dan memuliakan keturunannya. Salah satu cara menunjukkan rasa hormat kepada orang tua dan mengangkat martabat keluarga adalah dengan menjadi kaya, kekayaan dapat membeli kemewahan dan menjadikan seseorang dihormati dan dipandang mulia. Satu-satunya cara untuk menjadi kaya adalah adalah dengan menduduki jabatan tinggi dalam kerajaan. Namun, sejak runtuhnya dinasti Cina kuno, kesempatan menjadi kaya melalui cara ini dapat dikatakan tertutup.

(55)

Orang Cina tidak suka mendapat gaji. Golongan yang mendapat gaji tidak memiliki kedudukan sosial yang tinggi dalam masyarakat. Orang Cina dianjurkan berdagang meskipun hanya kecil-kecilan. Pendapatannya mungkin lebih kecil dibandingkan mereka yang mendapatkan gaji, tetapi akan dianggap lebih baik dibandingkan bekerja pada orang lain. Berdagang sendiri berarti seseorang dapat menjadi bos dan tuan. Bekerja dengan orang, sampai kapan pun akan dianggap sebagi kuli. Orang yang berdagang dikatakan berani dan hanya orang yang beranilah yang mermilki kesempatan menjadi kaya dan sukses. Orang yang berdagang mendapatkan kedudukan yang istimewa dalam masyarakat Cina. keadaan ini menjelaskan mengapa orang Cina suka berdagang dibandingklan bekerja di kerjaan ataupun pabrik.

(56)

Perdagangan menjanjikan keuntungan yang menarik dan kesempatan untuk deapat keluar dari kepompong kemiskinan serta belenggu kesusahan.

Keberhasilan etnis Cina seringkali dihubungkan dengan citra perusahaan yang legendaris, kerja keras dan tekun, hemat dan jujur, solidaritas keluarga, dan pendidikan. Sifat hemat yang merupakan modal dalam berusaha ini dimaksudkan adalah cara penggunaan dan pemanfaatan dana yang tersedia untuk tujuan menunjang kegiatan produksi ekonomi dengan kata lain segala alat produksi dan hasil usaha yang merupakan uang berlebih dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan modal bukan pengeluaran yang merupakan pemborosan.

Sedangkan ketekunan dimaksudkan adalah sifat etnis Cina dalam dunia usaha dan perdagangan yang merupakan kesabaran dan tidak mengenal bosan dan putus asa dalam menjalankan kegiatannya. Perpaduan antara sifat hemat dan ketekunan ini merupakan modal khas masyarakat Cina bila memiliki uang berlebih yang merupakan keuntungan hasil usaha, sifat hemat dan ketekunan yang masyarakat Cina ini disebut sebagai salah satu sumber modal yang non materi, karena hal ini mendukung untuk bertamabah dan berkembang usaha yang dirintis, yang bukan materi atau uang.

(57)

“…..”Kebetulan anak-anak saya banyak, jadi saya tidak perlu mempekerjakan orang dari luar lagi dalam membantu saya. Lagian jika saya mempekerjakan orang lain kan upahnya lebih mahal dibandingkan mempekerjakan anak saya sendiri”.

4.3.1.1. Perilaku Berdasarkan Filsafat Hidup.

Perilaku perdagangan dengan memakai filsafat hidup didasarkan pada tradisi-tradisi ajaran ahli fakir dari negeri leluhurnya yang dijadikan landasan kehidupan sosial kultural masyarakat Cina seperti ajaran taoisme, Confuciusme, karl marx dan sebagainnya. Dari ajaran-ajaran ini mereka mengambil filsafat hidup yang diterapkan dalam perdagangan seperti :

1. Hakekat keharmoniosan.

Menurut dasr berfikir masyarakat Cina seluruh fenomena ala mini digolongkan ke dalam du bagian besar yaitu yang dan ying. Dalam ajaran ini dikelompokkan jenis-jenis yang termasuk dalam yang dan ying. Kedua hal ini harus dijaga keharmonisannya agar tercapai hidup yang sejahtera karena dengan menjalankan hal tersebut diharapkan akan dicapai kehidupan yang sejahtera maka keharmonisan antara manusia dengan alam, selalu dijaga keseimbangannya. Menjaga keharmonisan masyarakat Cina dengan dewi-dewinya dilakukan dengan pemujaan-pemujuaan kepada tiga malaekat yaitu thie koan, tee koan dan cin koan. Bagi para pedagang mereka memuja orang suci yang disebut shui hsin lao yeh yang vdiyakini akan membuat kegiatan perekonomian dan perdagangan akan beruntung.

(58)

keharmonisan dengan sesama sangat tampak nyata, karena kegiatan perdagangan senantiasa berhubungan dengan sesama manusia. Antara sesama manusia diusahakan supaya selalu ramah, sopan, jujur, cerdas dan adil karena menurut pendapat yang diwawancarai menggambarkan bahwa dengan menjaga keharmonisan dengan sesama akan menjadikan banyak sahabat dalam dunia perdagangan, kegiatan ekonomi akan semakin baik apabila semakin banyak realasi. Menjaga keharmonisan dengan alam dan lingkungannya bagi para pedagang terutama dengan para pembeli dan lingkungan pasar dan lingkungan pertokoan sebagai lingkungan kegiatannya. Keharmonisan juga dapat dilakukan dengan usaha memperindah lingkungan pertokoan agar menarik bagi para pembeli dan pelanggan yang akan berbelanja.

2. Penghormatan terhadap orang tua.

Penghormatan terhadap orang tua dan yang lebih tua usianya merupakan salah satu ajaran yang bertujuan untuk mempererat hubungan antara sesama keluarga. Karena diantara orang inilah yang mempunyai keharusan untuk saling tolong-menolong. Dalam dunia perdagangan selalu diusahakan agar hubungan ini terjalin dengan saling mendukung sesame anggota keluarga dalam menghadapai pedagang asing.

3. Filsafat hidup mengutamakan belajar.

(59)

pengalaman yang bisa dipergunakannya secara praktis apabila kelak terjun di dunia perdagangan. Hal seperti ini sangat jarang dikemui para pedaganag pribumi. Pada umumnya masyarakat pribumi akan memulai perdagangannya apabila ada modal tanpa disadari pengalaman atau pengetahuan di bidangnya. Pada umumnya pedagang pribumi lebih mengutamakan pendidikan anak di sekolah formal dan tidak mencampuri urusan perdagangan agar kegiatan sekolahnya tidak terganggu.

4.3.1.2. Filsafat Hidup Masyarakat Cina Yang Mendukung Kehidupan Ekonomi.

Filsafat hidup/falsafah hidup sering disebut dengan motto hidup yaitu nilai-nilai dan pandangan-pandangan hidup yang menjadi dasar berfikir dan menjadi prinsip kehidupan. Filsafat hidup ada yang merupakan nilai-nilai yang mementingkan atau kebersamaan dalam kehidupan sosial. Nilai-nilai ini berkecenderungan kepada sifat-sifat material ekonomi dan ada filsafat hidup yang merupakan nilai-nilai yang berpihak ketenagan, kemantapan jiwa dan bathin.

Filsafat hidup masyarakat Cina berasal dari tata kehidupan dan norma-norma yang berlaku dalam tradisi masyarakatnya. Sumber-sumber tradisi ini diambil dari ajaran-ajaran ahli pikir dari negeri leluhurnya, yang pernah jaya dan kemudian dijadikan landasan kehidupan sosial kultural masyarakat Cina Seperti : ajaran taoisme, konfucuisme, yuan shih-kai dan sebagainya.

(60)

segala yang termasuk keaktifan. Yang termasuk yin yaitu suatu prinsip seperti wanita, bulan, arah utara, dingin, gelap (malam) dan segala yang bersifat pasig.

Dewi-dewi harus disembah agar tidak menimbulkan malapetaka akan tetapi mendatangkan sumber kesejahteraan dan penghasilan yang baik. Menurut ajaran confucius ada tiga objek pemujaan yang berasal dari dunia kayangan yang disebut dengan 3 malaikat yang terdiri atas :

a. Thie koan sebagai penguasa langit, pengedar matahari, bulan, bintang dan awan. b. Tee koan sebagai penguasa bumi, pencipta segala mahluk tumbuh-tumbuhan,

batu, gunung, jiwa dan angin.

c. Cin koan sebagai penguasa di air, laut, angina hujan, sungai dan gunung.

Ketiga malaikat ini adalah pembantu Thien (tuhan) di langit. Langit-langit sebagai tempat para dewa seperti guntur, dewa hujan, dewa matahari, dewa bulan dan bintang. Bumi merupakan tempat dewa ibu dari semua yang terbentang diatasnya. Bagi para pedagang mereka memuja orang suci yang disebut dengan sui hsin lao yeh. Dengan pemujaan terhadap shui hsin lao yeh, diharapakan agar kegiatan perdagangan dan perekonomian mereka akan beruntung

(61)

kerabatnya. Jika masih memungkinkan berhubungan/bekerja sama dengan anggota keluarganya, terutama keluarga batih.

Prinsip kerja tekun dan jujur (sien), cerdas (tie) dan bijaksana (gie) dalam prinsip-prinsip kerja dengan tekun dan jujur, cerdas serta bijaksana digunakan secara keseluruhan dipakai sebagai dasar dalam dasar dunia bisnis. Manusia yang tekun akan mendapatkan apa yang dicarinya. Ketekunan yang berhubungan dengan kesungguhan dan kesabaran yang tidak dapat putus-asa. Cerdas (tie) merupakan cara berfikir dengan menggunakan daya intelektual untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Kecerdasan ini harus dipergunakan sehingga masalah yang akan datang dapat diantisipasi terlebih dahulu dan tujuanpun akan lebih mudah dicapai. Orang bijaksana akan menjadi tempat bertanya. Apabila seorang masyarakat Cina memiliki perpaduan antara tekun, jujur, cerdas dan bijaksana akan menjadi sukses dalam kehidupannya.

Masyarakat Cina percaya bahwa tiap-tiap individu mempunyai variasi kecerdasan dan keterampilan fisiknya. Karena ketidaksamaan ini sebaiknya mereka saling melengkapi satu sama lain. Gabungan inidividu-individu ini akan membentuk suatu unit keluarga besar.

(62)

4.3.2. Etnis Cina Kota Medan

Dewasa ini kota Medan yang terdiri dari berbagai etnis yang berbeda terkadang memilih tempat-tempat tertentu seperti sekolah, tempat perbelanjaan sebahgai suatu ciri khas yang menggambarakan tingkat sosial dan ekonominya. Sehingga tidak jarang dalam suatu sekolah ataupun tempat perbelanjaan didominasi oleh suatu etnis tertentu. Dimana dalam sistem pergaualan dan interaksi kehidupannya sehari-hari menggambarkan suatu ciri khas yang tertentu pula.

Sikap dan prilaku antara mereka jelas menunjukkan identitas etnisnya, sehingga hubungan antara mereka tersebut berlangsung mesra karena telah memahami pola-pola interaksi sesamanaya. Pada umumnya etnis Cina kota Medan bertempat tinggal di pusat-pusat kota yang menjadi daerah pertokoan, dimana harga rumah sangat mahal. Kemudian saat ini mereka cenderung untuk tinggal di komplek-komplek perumahan elite dengan fasilitas mewah dan keamanan yang terjamin.

(63)

pandangan tertentu pada golongan cina. hal pertama adalah adanya ajaran (agama dan kepercayaan) yang sangat berbeda dengan masyarakat pribumi. Mereka Melihat golongan Cina selalu berorientasi pada negeri leluhur, dan selalu mengarahkan pikiran, perasaan dan perbuatannya untuk negeri leluhur ini. Masyarakat pribumi juga melihat, golongan cina merasa lebih super dan menilai golongan pribumi rendah, malas dan sukar dipercaya.

Golongan Cina juga dianggap menguasai sektor perekonomian. Golongan pribumi beranggapan sejak zaman penjajahan belanda sampai setelah kemerdekaan, golongan Cina merupakan “alat” yang baik untuk mengeksploitasi kekayaan kekayaan Indonesia sambil memperkaya diri. Golongan Cina juga dianggap pasif untuk diajak dalam usaha pembangunan. Mereka lebih suka mengupah atau membayar dengan uang daripada berpartisipasi secara langsung. Hal ini kemudian menimbulkan berbagai asumsi misalnya tentang berkembangnya modal Cina, sedangkan jauh sampai melampaui modal pemerintahan sendiri atau dikaitkan dengan mitos bahwa etnis Cina memang lebih mampu untuk bergerak di bidang ekonomi.

(64)

responden berbelanja, diperoleh hasil bahwa “berbelanja tanpa memperdulikan suku memperoleh angka yang tertinggi, baik bagi responden pribumi maupuN responden Cina. kedua kelompok responden kelihatannya juga menyepakati untuk memilih pedagang Cina sebagai alternatif kedua.keadaan sedemikian akan membuat posisi ketergantungan kepada pedagang atau pengusaha Cina. Irchamni Sulaiman mengemukakan beberapa kasus yang akhirnya masing-masing dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengusaha Cina Aceh mendapat harga yang lebih murah dari para pedaganag Aceh dalam hal memperoleh stock barang dagangan kepada pengusaha Cina Medan.

2. Pengusaha Cina Aceh mendapatkan prioritas jatah dalam jenis dan jumlah yang lebih banyak dari pada pengusaha Aceh, terutama pada masa barang-barang tertentu yang dibutuhkan langka di pasaran.

3. Pengusaha Cina Medan dan Aceh berusaha menominasi (bahakan nyaris memonopoli) usaha angkutan barang. Dalam situasi sedemikian pengusaha Aceh tidak mampu lagi menyainginya.

4. Pertanggung jawaban atas kiriman barang oleh penguasa Cina kurang baik. 5. Komunikasi informasi tentang komoditi-komoditi tertentu yang mengalami

perubahan harga drastic, hanya diketahui oleh pengusaha Cina Aceh dan tidak diketahui oleh pengusaha Aceh.

(65)

Keadaan ini menjadi begitu besar karena ditopang oleh kondisi ekonomi mereka dengan masyarakat non pribumi yang begitu lebar sehingga kesenjangan sosial semakin nyata. Dimana suatu sisi masyarakat pribumi tidak mengikhlaskan atau merasa suatu ketidakadilan di dalam perolehan status ekonomi sosial mereka sebagai keturunan pendatang yang jumlahnya sedikit namun berpengaruh besar dalam sektor ekonomi yang diperlukan oleh orang banyak.

Selain itu perbedaan tersebut dipertajam lagi dengan perbedaan tingkat sosial yang menyolok akibat penguasaan di bidang ekonomi/business seperti perdagangan, industri, perbankan dan pengangkutan oleh non pribumi, khususnya WNI keturunan. Diperkirakan lebih dari 80% ekonomi nasional kita masih dikuasai golongan etnis Cina meskipun jumlah mereka kira-kira hanya 3% dari seluruh bangsa Indonesia, tetapi genggamannya terhadap ekonomi sangat besar.

Tabel 4.3.2.1

Persentase Pedagang Pribumi dan Pedaganag Etnis Cina

Pribumi & Non Pribumi %

Pedagang Besar

12,474 58,3 8,923 41,7

Pedagang Menengah

49,136 49,8 49,541 50,2

Pedagang Kecil

(66)

Jumlah 162,421 54 138,203 46 Sumber : Subanindyo, 1994 : 341)

(67)

4.3.3. Perilaku Berbelanja Etnis Cina di Pasar Tradisional Ramai

Status sosial dan prilaku ekonomi pada masyarakat ditentukan dari cara hidup masyarakat tersebut. Secara keseluruhan tiga indikator untuk menentukan status sosial ekonomi yaitu pendidikan, pendapatan dan pekerjaan merupakan petunjuk yang cukup jelas, sehingga perilaku yang dapat menentukan atau menggolongkan ke dalam kedudukan suatu kelas sosial. Berbagai kegiatan ekonomi yang semakin intensif telah menyebabkan adanya kontak langsung antar kelompok-kelompok etnik. Pada tahap awal kontak itu, hubungan antara berbagai kelompok etnik kaum pendatang ke kota tanpa suatu kebudayaan bangsa yang dominan cenderung menintensifkan solidaritas etnik mereka dan karena itu juga kebiasaan-kebiasaan etnik dan identitas mereka.

Pasar tradisional ramai diketahui sebagai salah pasar yang memiliki pedagang dan pembeli yang mayoritas berasal dari etnis cina, kegiatan ekonomi yang terjadi di dalamnya secara tidak langsung menyebabkan adanya interaksi sosial antara pembeli dan pedagang. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok-kelompok manusia.

(68)

memperoleh untung dan di sisi lain pembeli membutuhkan barang-barang kebutuhan rumah tangga dari para pedagang.

Pedagang yang memiliki banyak pembeli dan pelanggan menuturkan bahwa interaksi sosial yang bersifat kekeluargaan kepada pembeli dan pelanggan mempunyai peranan penting dalam menjaga hubungan yang terbangun. Umumnya para pembeli di pasar tradisional ramai tidak suka kepada pedagang yang sombong dan angkuh. Para pembeli di pasar tradisional ramai mengatakan bahwa pedagang harus senantiasa menghormati pelanggan setiap waktu, karena pada dasarnya pembeli selalu ingin dilayani seperti raja.

Bagi para pedagang ungkapan bahwa pembeli adalah raja merupakan nilai yang dipegang untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya. Sikap saling menghargai antara pedagang dan pembeli tampak ketika transaksi tawar menawar sedang berlangsung. Oleh pedagang, pembeli diberikan kebebasan dalam memilih barang-barang daganganya dengan sepuas-puasnya. Kebanyakan para pembeli sebelum membeli selalu melihat-lihat terlebih dahulu barang yang akan dibelinya dan tidak jarang para pedagang harus merapikan kembali susunan barang-barang dagangan setelah terjadi transaksi, walaupun terkadang banyak juga pembeli yang tidak jadi membeli barang-barang yang telah ditawarnya. Seperti kutipan wawancara dengan seorang pedagang di bawah ini :

(69)

Sistem yang sering digunakan oleh orang Cina adalah perdagagan yang berorientasi pada para pelanggannya. Orang Cina percaya bahwa pedagang harus menciptakan hubungan yanga akrab dan bersahabat dengan anggota masyarakat. Hubungan itu penting untuk memajukan perdagangan. Hal ini sangat terlihat dalam diri para pedagang di pasar tradisional ramai yag selalu terlihat bersahabat dan akrab dengan para pembelinya, sehingga dengan menciptakan hubungan yang akrab dan bersahabat para pembeli akan semakin ramai berdatangan.

Pedagang Cina memiliki hubungan dagang yang cukup kuat sesama mereka. Mereka yang berada dalam jaringan dan kelompok itu akan saling membantu dan mendukung. Keadaan ini selain dapat menguatkan ikatan kerja sama mereka , juga dapat menghalangi masuknya pedagang baru dalam bidang perdagangan. Ikatan yang kuat ini memungkinkan mereka memonopoli setiap aspek perdagangan yang berkaitan dengan bidang ritel.

Pedagang di pasar tradisional ramai umumnya selalu saling membantu diantara mereka, hal ini terlihat dari apabila ada pembeli yang menginginkan suatu barang tertentu namun apabila barang tersebut habis, maka pedagang tersebut berusaha mencarinya di toko lain tempat sesama pedagang sehingga pembeli tidak perlu merasa akan kehabisan barang yang diinginkannya. Seperti kutipan wawancara dengan salah satu informan berikut ini :

Gambar

Tabel 4.4.1
Tabel 4.4.3
Tabel 4.4.4
Tabel 4.4.5
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari analisis diperoleh bahwa kehidupan pasar tradisional di pasar sambu malam hari dilakukan oleh pelaku pasar yaitu distributor, pedagang, dan OKP kegiatan aktifitas para

Hasil observasi langsung kepada 27 (dua puluh tujuh) pedagang sayur di pasar tradisional Sei Sikambing promosi tidak menjadi masalah yang penting dalam persaingan karena bagi

Pasar Modern Thamrin Plaza memberikan dampak negatif (perubahan penurunan) terhadap omzet penjualan, keuntungan, jumlah pegawai dan penjualan fisik pedagang pasar tradisional Pasar

eksternal lebih kecil dari nilai skor faktor strategis internal.. strategi pengembangan pasar tradisional lebih memanfaatkan kekuatan dan. meminimalisasi kelemahan daripada peluang

dan Bahtiar Fitanto (2011) yang berjudul “Strategi Pedagang Pasar Tradisional Menghadapi Persaingan Dengan Retail Modern Dan Preferensi Konsumen (Studi Kasus Pada Pasar Legi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bagaimana mekanisme survival atau strategi bertahan yang dilakukan pedagang pasar tradisional yang ada dipasar

Dari hasil wawancara dengan Bapak Baihaqi interaksi yang terjalin antara Etnis Cina dengan masyarakat Desa Pasar terjalin dengan sangat baik dan konflik-konflik yang di

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat secara umum kondisi pedagang sayur lesehan di pasar tradisional Kemiri sebagai berikut : modal yang mereka gunakan dalam