• Tidak ada hasil yang ditemukan

Restrukturisasi Kredit Macet Debitor Di PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terabina Seraya Mulia Selatpanjang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Restrukturisasi Kredit Macet Debitor Di PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terabina Seraya Mulia Selatpanjang"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

A P R I Z A L

087011154/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

RESTRUKTURISASI KREDIT MACET DEBITOR

DI PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

TERABINA SERAYA MULIA SELATPANJANG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan

pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

A P R I Z A L

087011154/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : RESTRUKTURISASI KREDIT MACET DEBITOR DI PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) TERABINA SERAYA MULIA SELATPANJANG Nama Mahasiswa : Aprizal

Nomor Pokok : 087011154 Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Sanwani Nasution, SH) Ketua

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)(Chairani Bustami, SH, SpN, MKn) Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof.Dr.Muhammad Yamin, SH,MS,CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 17 Desember 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Sanwani Nasution, SH

Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN

2. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn

3. Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS

(5)

ABSTRAK

Penelitian terhadap Restrukturisasi Kredit Macet Debitor di PT.Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang adalah bertujuan untuk melakukan suatu analisis terhadap pengaturan materi hukum atas restrukturisasi kredit macet dan kendala yang dihadapi. Masalah yang paling besar yang mungkin timbul dalam pemberian kredit apabila debitor wanprestasi ini dialami oleh semua bank termasuk Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang. Penyelesaian kredit macet dengan cara restrukturisasi yang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang terlebih dahulu diselesaikan terlebih dahulu melalui musyawarah atau negosiasi. Kalau tidak bisa diselesaikan secara restrukturisasi sehingga kreditnya menjadi macet maka penyelesaiannya diserahkan ke Pengadilan Negeri.

Untuk membahas permasalahan tersebut di atas maka dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang dengan melalui wawancara terhadap pegawai Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang dan beberapa orang debitor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab kredit macet pada Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang yakni faktor Administrasi, faktor Sumber Daya Manusiak, faktor kesengajaan, dari segi kepemilikan tanah, kelalaian bank dalam melakukan pemeriksaan lokasi tanah dan pengelolaan kredit oleh debitor tidak mencapai target. Kendala yang dihadapi dalam penyelesaian kredit macet pada Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang adanya itikad tidak baik dari debitor dengan menyalahgunakan dana yang diperoleh dari usaha lain, upaya penyelesaian kredit macet pada Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang dilakukan dengan cara musyawarah dan negosiasi melalui upaya penyelamatan dan cara lain dengan melakukan somasi (teguran) kepada debitor yang membayar hutangnya.

Kata Kunci :

(6)

ABSTRACT

The purpose of this study on Restructuring of Debtor’s Non-Performing Loan at PT. Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang is to analyze the regulation of legal materials used in restructuring a non-performing loan and the contraints faced. The biggest problem which may occur in credit extension if the debtor cannot perform his/her promise as written in the agreement s been experienced by all of the banks including Bank perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang. The Settlement of non-performing loan through restructuring done by Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang was initially conducted by means of deliberation or negotiation. If the settlement through restructuring fails, the problem will be brought to the law court.

To discuss the problem above, a descriptive study was conducted at bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang through interviewing the staff of Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang and several debtors.

The result of this study showed that the factors causing the incident of non performing loan at Bank Perkreditan rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang were the factors of administration, human resources, and by design. In terms of land ownership, the factors were bank’s carelessness in investigationg location of land, and the credit management done by debtor did not reach the target set. The constraint faced by Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang in settling the non-performance loan was the debtors showed their bad intention through the exploitation of the credit for another business. The attempt done to settle the problem of non-performing loan at Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang was through deliberation and negotiation or sent a letter of warning to the debtors.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat ALLAH SWT karena hanya dengan berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “ RESTRUKTURISASI KREDIT MACET DEBITOR DI PT.BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) TERABINA SERAYA MULIA SELATPANJANG” (Suatu Penelitian pada Praktek Perbankan di Kota Selatpanjang - Riau)”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof. Sanwani Nasution, SH, Bapak Prof. DR. Muhammad Yamin, SH, MS. CN, dan Ibu Chairani Bustami, SH, SpN, MKN., selaku Komisi Pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Kemudian juga, semua pihak yang telah berkenan memberi masukan dan arahan yang konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil sampai pada tahap ujian tertutup sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. DR. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(8)

M.Hum. beserta para seluruh Staf atas bantuan, kesempatan dan fasilitas yang diberikan, sehingga dapat diselesaikan studi pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu Guru Besar juga Dosen Pengajar pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis sampai kepada tingkat Ketua Program Studi Magister Kenotariatan.

5. Para pegawai/karyawan pada Program Studi Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang selalu membantu kelancaran dalam hal manajemen administrasi yang dibutuhkan.

6. Dewan Direksi PT. Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang, beserta seluruh staf terkait serta responden dan informan yang telah banyak membantu dalam hal pengambilan data dan informasi-informasi penting lainnya yang berkenaan dengan penulisan tesis ini.

Sungguh rasanya suatu kebanggaan tersendiri dalam kesempatan ini penulis juga turut menghaturkan sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Alm.Ayahanda dan Ibunda, yang telah melahirkan, mengasuh, mendidik, dan membesarkan penulis, yang telah memberikan doa dan perhatian yang cukup besar selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

(9)

Penulis berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah kepada kita semua.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun tak ada salahnya jika penulis berharap kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama para pemerhati hukum perdata pada umumnya dan ilmu kenotariatan pada khususnya.

Amien Ya Rabbal ‘Alamin

Medan, Desember 2010 Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Aprizal

Tempat/Tanggal Lahir : Punggung Kasik, 18 Agustus 1967

Alamat : Jl. Garuda II No. 10 Labuh Baru Timur, Payung Sekaki, Pekanbaru-Riau

Status : Menikah

Agama : Islam

II. KELUARGA

Istri : Hj. Indrayani

Anak : 1. Almh. Suci Rahma Putri

2. Eghy Saskia Adha

Ayah : Alm. Ali Akbar

Ibu : Nurbaya

III.PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : SDN 01 Punggung Kasik, Lubuk Alung,

Padang Pariaman

Sekolah Menengah Pertama : SMP N Sintuk, Lubuk Alung Sekolah Menengah Atas : SMA N Lubuk Alung

Strata I : Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning Pekanbaru

(11)

DAFTAR ISI

2. Prinsip Kehati-hatian dalam Pemberian Kredit... 36

3. Bentuk Perjanjian Kredityang direstrukturisasi ... 43

B. Tinjauan Tentang Restrukturisasi Kredit Bank... 49

1. Pengertian Restrukturisasi Kredit Bank ... 49

2. Bentuk Restrukturisasi Kredit Bank ... 50

3. Asas-asas Restrukturisasi Kredit Bank ... 52

BAB III RESTRUKTURISASI KREDIT BANK ... 54

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 54

B. Restrukturisasi Kredit Bank ... 54

BAB IV KENDALA DAN UPAYA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET ... 71

(12)

1. Kriteria Kredit Macet ... 72

2. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kredit Macet ... 73

B. Penyelesaian Kredit Macet... 83

1. Penyelesaian Kredit Macet... . 83

2. Permasalahan yang Timbul ... 86

C. Proses Restrukturisasi Kredit ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 95

(13)

ABSTRAK

Penelitian terhadap Restrukturisasi Kredit Macet Debitor di PT.Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang adalah bertujuan untuk melakukan suatu analisis terhadap pengaturan materi hukum atas restrukturisasi kredit macet dan kendala yang dihadapi. Masalah yang paling besar yang mungkin timbul dalam pemberian kredit apabila debitor wanprestasi ini dialami oleh semua bank termasuk Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang. Penyelesaian kredit macet dengan cara restrukturisasi yang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang terlebih dahulu diselesaikan terlebih dahulu melalui musyawarah atau negosiasi. Kalau tidak bisa diselesaikan secara restrukturisasi sehingga kreditnya menjadi macet maka penyelesaiannya diserahkan ke Pengadilan Negeri.

Untuk membahas permasalahan tersebut di atas maka dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang dengan melalui wawancara terhadap pegawai Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang dan beberapa orang debitor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab kredit macet pada Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang yakni faktor Administrasi, faktor Sumber Daya Manusiak, faktor kesengajaan, dari segi kepemilikan tanah, kelalaian bank dalam melakukan pemeriksaan lokasi tanah dan pengelolaan kredit oleh debitor tidak mencapai target. Kendala yang dihadapi dalam penyelesaian kredit macet pada Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang adanya itikad tidak baik dari debitor dengan menyalahgunakan dana yang diperoleh dari usaha lain, upaya penyelesaian kredit macet pada Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang dilakukan dengan cara musyawarah dan negosiasi melalui upaya penyelamatan dan cara lain dengan melakukan somasi (teguran) kepada debitor yang membayar hutangnya.

Kata Kunci :

(14)

ABSTRACT

The purpose of this study on Restructuring of Debtor’s Non-Performing Loan at PT. Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang is to analyze the regulation of legal materials used in restructuring a non-performing loan and the contraints faced. The biggest problem which may occur in credit extension if the debtor cannot perform his/her promise as written in the agreement s been experienced by all of the banks including Bank perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang. The Settlement of non-performing loan through restructuring done by Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang was initially conducted by means of deliberation or negotiation. If the settlement through restructuring fails, the problem will be brought to the law court.

To discuss the problem above, a descriptive study was conducted at bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang through interviewing the staff of Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang and several debtors.

The result of this study showed that the factors causing the incident of non performing loan at Bank Perkreditan rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang were the factors of administration, human resources, and by design. In terms of land ownership, the factors were bank’s carelessness in investigationg location of land, and the credit management done by debtor did not reach the target set. The constraint faced by Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang in settling the non-performance loan was the debtors showed their bad intention through the exploitation of the credit for another business. The attempt done to settle the problem of non-performing loan at Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang was through deliberation and negotiation or sent a letter of warning to the debtors.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank merupakan salah satu sumber penyedia dana yang diantaranya dalam bentuk perkreditan bagi masyarakat atau perorangan dan badan usaha guna memenuhi kebutuhan konsumsi atau untuk meningkatkan produksi.1 Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam sesuai dengan harkatnya selalu meningkat, sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya itu terbatas. Hal ini menyebabkan masyarakat memerlukan bantuan untuk meningkatkan usahanya tentu memerlukan modal dengan bantuan bank untuk tambahan modal diperoleh kredit. Secara otomatis akan terwujud adanya suatu hubungan hukum berupa perjanjian kredit dimana pihak bank berkedudukan sebagai kreditor sedangkan para nasabahnya berkedudukan sebagai debitor.2

Sesuai menurut Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

1

Sutarno, Aspek-aspek Perkreditan Pada Bank, Bandung : CV. Alfabeta, 2003, hal.1

2

(16)

bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.3

Bank secara lengkap meliputi kegiatan menghimpun dana (Funding) yang merupakan kegiatan membeli dana dari masyarakat dengan cara menawarkan berbagai jenis simpanan dengan nama rekening (account) dan juga kegiatan menyalurkan dana (lending) yang merupakan kegiatan menjual dana yang dihimpun dari masyarakat selalu pemberian pinjaman yang dikenal dengan nama Kredit.

Dalam praktek perbankan, adanya hubungan utang piutang dan upaya pinjam meminjam uang dengan jumlah tertentu, adalah merupakan suatu perbuatan lazim yang sering dilakukan. Pihak bank sebagai kreditor, memberikan kredit kepada nasabah sebagai debitor. Praktek pinjam meminjam sejumlah uang dalam sistem perbankan berakibat pada lahirnya pihak pemberi pinjaman (kreditor), yaitu bank, dan pihak penerima pinjaman (debitor), yaitu nasabah. Dengan kata lain, bank sebagai kreditor adalah sebagai pihak pemberi pinjaman, sedangkan nasabah sebagai debitor adalah sebagai penerima pinjaman. Pada bank konvensional yang menggunakan sistem bunga, pemberian pinjaman uang kepada nasabah debitor disebut dengan istilah pemberian kredit.

Dalam Peraturan bank Indonesia, yang dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat, adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau

3

(17)

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan pengertian dari Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank Perkreditan Rakyat dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.4

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, kegiatan Bank Perkreditan Rakyat dalam pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan Bank yang sangat penting dan utama, sehingga pendapatan dari kredit yang berupa bunga merupakan komponen pendapatan paling besar dibanding dengan pendapatan jasa-jasa diluar bunga kredit yang biasa disebut free base income.

Sebagai lembaga yang melakukan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan Rakyat sangat bergantung pada kualitas penyediaan dana pada aktiva produktif. Kondisi penyediaan dana pada aktiva produktif yang buruk akan mengakibatkan memburuknya kinerja bank dan dapat mempengaruhi kelangsungan usaha bank.

Namun perlu diketahui bahwa sumber dana Bank Perkreditan Rakyat yang dipinjamkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit tersebut bukan dana milik bank sendiri karena modal Bank Perkreditan Rakyat juga sangat terbatas, tetapi merupakan dana-dana masyarakat yang disimpan pada Bank Perkreditan Rakyat, sehingga Bank Perkreditan Rakyat berusaha dan berlomba-lomba menarik dan mengumpulkan dana

4

(18)

masyarakat agar bersedia menyimpan dananya pada Bank dalam waktu yang lama. Dana yang terkumpul dalam jumlah yang sangat besar dengan jangka waktu yang cukup lama, merupakan sumber utama bagi Bank dalam menyalurkan kembali kepada masyarakat yang memerlukan dalam bentuk pinjaman/kredit.

Penyaluran kredit harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian melalui analisa yang akurat dan mendalam, penyaluran yang tepat, pengawasan dan pemantauan yang baik, perjanjian yang sah dan memenuhi syarat hukum, pengikatan jaminan yang kuat dan dokumentasi perkreditan yang teratur dan lengkap, semuanya itu bertujuan agar kredit yang disalurkan tersebut dapat kembali tepat pada waktunya sesuai perjanjian kredit yang meliputi pinjaman pokok dan bunga.

(19)

dibiayai dengan kredit dan bila menyangkut tanah, hukum agraria mengatur secara khusus.5

Dalam rangka menjaga dan memelihara kelangsungan usahanya itu, Bank Perkreditan Rakyat wajib menilai, memantau dan menjaga agar penyediaan dana bank pada aktiva produktif senantiasa dalam kondisi lancar. Selain hal tersebut, untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dikemudian hari atas penanaman dana bank pada aktiva produktif, maka Bank Perkreditan Rakyat wajib membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang selanjutnya disebut PPAP. Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia, PPAP adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari baki debet berdasarkan penggolongan Kualitas Aktiva Produktif.6

Kredit yang dikelola dengan prinsip kehati-hatian akan menempatkan kualitas kredit yang Performing Loan sehingga menjadi dapat memberikan pendapatan yang lebih besar bagi Bank Perkreditan Rakyat. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan perkreditan berupa selisih antara biaya dana dengan pendapatan bunga yang dibayar para pemohon kredit, merupakan sumbangan yang besar bagi kesuksesan suatu BPR. Dengan demikian keberhasilan unit kerja pengelolaan kredit seperti Seksi Kredit, bagian Kredit atau Devisi Kredit dalam menjaga kualitas kredit berupa pembayaran bunga dan pokok yang lancar, merupakan suatu hal yang mutlak dan sangat penting serta esensial sekali untuk diusahakan.

5

Indrawati Soewarso, Aspek Hukum Jaminan Kredit, (Jakarta, Institur Bankir Indonesia, 2002) hal.1-2

6

(20)

Aspek hukum merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam setiap transaksi apapun termasuk pemberian kredit yang merupakan perbuatan hukum perjanjian. Meskipun aspek-aspek lainnya diluar hukum sudah memenuhi syarat, kalau aspek hukumnya tidak memenuhi syarat atau tidak sah, maka semua ikatan perjanjian dalam pemberian kredit dapat saja gugur, sehingga akan menyulitkan BPR untuk menarik kembali kredit yang telah diberikan. Belum lagi permasalahan berikutnya akan timbul jika kredit yang telah diberikan tersebut tidak distor sesuai waktu jatuh tempo sesuai perjanjian kredit, dan lebih parahnya lagi kredit tersebut menunggak, sehingga menimbulkan kredit bermasalah/macet.

Pada PT.Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia perjanjian kredit hanya dibatasi atas perjanjian kredit yang memiliki agunan. Mulai dari sertifikat tanah, Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) dan Surat Berharga.

Pihak bank biasanya dalam memberikan kredit akan menentukan terlebih dahulu apa yang menjadi jaminan atau agunan dari kredit yang dikeluarkan, misalnya dalam kredit pembelian kendaraan yang menjadi agunan biasanya adalah Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) dari kendaraan tersebut. Buat pihak bank dengan ditentukan dari awal tentang apa yang menjadi jaminan terhadap kredit yang diberikan akan memudahkan bagi bank untuk melakukan eksekusi bila terjadi wanprestasi karena sudah tertentu apa yang menjadi agunannya.

(21)

bermasalah serta membentuk tim-tim kerja khusus untuk menangani kredit bermasalah tersebut di Bank Perkreditan Rakyat.

Tim-tim kerja yang dibentuk akan memberikan informasi mengenai kredit yang bermasalah yaitu mencari penyebab dari tunggakan kredit baik dari kegagalan usaha debitor maupun tunggakan kredit yang disebabkan oleh tidak adanya itikad atau niat baik dari debitor itu sendiri, serta keadaan jaminan guna mengantisipasi apabila kredit tersebut benar-benar tidak dapat ditanggulangi lagi maka akan dapat solusinya apakah kredit tersebut dihapusbukukan, penyitaan jaminan atau restrukturisasi kredit.

Restrukturisasi kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan Bank Perkreditan Rakyat dalam kegiatan perkreditan terhadap debitor yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya, hal ini dilakukan melalui penjadualan kembali, persyaratan kembali serta penataan kembali. Hal ini menunjukkan bahwa Perbankan yang merupakan jenis usaha yang bergerak dibidang jasa yang memiliki banyak peraturan atau ketentuan yang telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) serta wajib mematuhinya tetapi masih mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang terjadi dalam menjalankan usahanya termasuk Restrukturisasi kredit.

(22)

informasi dari bagian Kolektor atau Account Officer tentang keadaan debitor mulai dari usahanya hingga niat baik dari debitor itu sendiri dan diperikarakan bahwa usaha debitor memiliki prospek yang baik sehingga dapat memenuhi kewajibannya kepada Bank Perkreditan Rakyat setelah Kreditnya direstrukturisasi.

Ribuan rupiah (in Thousand IDR)

Simpanan Dana Pihak ke 3 Jumlah

debitor Jenis simpanan Nominal

Tabungan 45.065.094

Deposito 61.584.635

Jumlah Dana Pihak ke 3 106.649.729 Kredit yang diberikan

Jumlah kredit yang diberikan 61.203.325

Data statistik PT.BPR Terabina Seraya Mulia, Juni 2010

(23)

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, penulis tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian yang akan penulis tuangkan ke dalam suatu karya ilmiah dengan judul : “Restrukturisasi Kredit Macet Debitor di PT.Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang”.

B. Perumusan Masalah

Sebelum membahas lebih lanjut, perlu untuk mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang akan dikembangkan dalam penulisan tesis ini. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan tesis ini adalah :

1. Bagaimana bentuk penyelesaian Kredit PT.Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang dilakukan?

2. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam penyelesaian kredit macet pada PT.Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang?

3. Bagaimana cara untuk menanggulangi hambatan dalam penyelesaian kredit macet pada PT.Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis langkah-langkah yang diambil penyelesaian Kredit Macet Debitor pada PT.Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang.

(24)

3. Menemukan cara yang dilakukan untuk menanggulangi hambatan dalam penyelesaian Kredit Macet pada PT.Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat, baik secara praktis maupun teoritis, yaitu :

1. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi praktisi bank dalam hal penanganan kredit bermasalah dengan kebijakan dalam pengambilan keputusan sehingga terjadinya proses restrukturisasi kredit serta dapat berguna bagi penulis dalam mengembangkan ilmu pengetahuan hukum yang penulis miliki serta dapat mengaplikasikan pengalaman-pengalaman yang penulis peroleh selama masa kuliah dan selama mengadakan penelitian.

2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut dalam upaya penanganan kredit bermasalah serta alasan atas keputusan yang diambil dalam penanganan masalah tersebut serta semoga dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan terutama bagi almamater dan bagi instansi terkait dilingkungan Bank maupun pada lingkungan investor (pemilik modal) dengan berlatar belakang hukum dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI).

E. Keaslian Penelitian

(25)

mengkaji tentang Penyelesaian Kredit Macet dan Restrukturisasi Kredit oleh Mahasiswa Program studi Magister Kenotariatan sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh TIONG SUN, dengan judul penelitian “ANALISIS PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA KREDIT USAHA KECIL DI PT. BPR DUTA ARDIATA KANTOR PUSAT DI MEDAN”, dimana dalam penelitian tersebut titik berat pembahasannya adalah mengenai cara penyelesaian kredit macet oleh bank BPR Duta Ardiata.

2. Penelitian yang dilakukan oleh LINDA HALIM, dengan judul penelitian “RESTRUKTURISASI UTANG UNTUK MENCEGAH KEPAILITAN”, dimana dalam penelitian tersebut titik berat pembahasannya adalah mengenai bagaimana caranya untuk mempertahankan usaha seseorang yang mengalami kerugian sedangkan disaat itu masih ada kewajiban yang harus diselesaikan yaitu utang atau kredit.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Saudara KARTONO KURNIAWAN, dengan judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYELESAIAN KREDIT MACET PT. BNI (PERSERO) TBK. KANTOR WILAYAH 0I MEDAN

DALAM KAITANNYA DENGAN PRAKTEK PUPN CABANG

(26)

Berdasarkan uraian di atas dalam kaitannya dengan penelitian ini, penelitian ini menitikberatkan pembahasannya tentang cara penyelesaian kredit macet melaui restrukturisasi di PT. Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang.

Dengan demikian dapat dikatakan penelitian ini asli dan dapat dipertanggungjawabkan keasliannya secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

A. Kerangaka Teori

Teori adalah merupakan suatu prinsip atau ajaran pokok yang dianut untuk mengambil suatu tindakan atau memecahkan suatu masalah. Landasan teori merupakan ciri penting bagi penelitian ilmiah untuk mendapatkan data. Teori merupakan alur penalaran atau logika (flow of reasoning/logic), terdiri dari seperangkat konsep atau variabel, defenisi dan proposisi yang disusun secara sistematis.7

Teori berasal dari kata “theoria” dalam bahasa latin yang berarti perenungan, yang pada gilirannya berasal dari kata “thea” dalam bahasa Yunani yang secara hakiki menyiratkan sesuatu yang disebut dengan realitas. Dalam banyak literatur, beberapa ahli menggunakan kata ini untuk menunjukkan bangunan berfikir yang tersusun sistematis, logis (rasional), empiris (kenyataannya), juga simbolis.8 Kamus

7

J.Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal.194

8

(27)

Umum Bahasa Indonesia menyebutkan, bahwa salah satu arti teori ialah : “…. pendapat, cara-cara dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.”9

Dengan lahirnya beberapa peraturan hukum positif di luar KUHPerdata sebagai konsekuensi dari asas-asas hukum yang terdapat lapangan hukum dan kekayaan hukum perikatan inilah diperlukan kerangka teori yang akan dibahas dalam penelitian tentang restrukuturisasi kredit pada PT.Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang ini dengan aliran hukum positif yang analitis dari Jhon Austin, yang mengartikan :

Hukum itu sebagai a command of the lawgiver (perintah dari pembentuk undang-undang atau penguasa), yaitu suatu perintah mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan, hukum dianggap sebagai suatu sistem yang logis, tetap, dan bersifat tertutup (closed logical system). Hukum secara tegas dipisahkan dari moral dan keadilan tidak didasarkan pada penilaian baik-buruk.10

Hukum positif merupakan aliran yang berpandangan bahwa studi tentang wujud hukum seharusnya merupakan studi tentang hukum yang benar-benar terdapat dalam sistem hukum dan bukan hukum yang seyogianya ada dalah norma-norma moral. John Austin, eksponen terbaik dari aliran ini, mendefinisikan hukum sebagai perintah dari otoritas yang berdaulat di dalam masyarakat. Suatu perintah yang merupakan ungkapan dari keinginan yang diarahkan oleh otoritas yang berdaulat, yang mengharuskan orang atau orang-orang untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu

9

W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1985), hal.1055

10

(28)

hal. Perintah itu bersandar karena adanya ancaman kejahatan, yang akan dipaksakan berlakunya jika perintah itu tidak ditaati.11

Selain menggunakan teori positivisme hukum dari Jhon Austin dalam menganalisis tesis ini, juga cenderung digunakan teori sistem yang dikemukakan Mariam Darus Badrulzaman, bahwa sistem adalah kumpulan asas-asas hukum yang terpadu, yang merupakan landasan di atas mana dibangun tertib hukum.12 Hal yang sama juga dikemukakan Sunaryati Hartono, bahwa sistem adalah sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur atau komponen yang selalu pengaruh mempengaruhi dan terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas.13 Jadi, dalam sistem hukum terdapat sejumlah asas-asas hukum yang menjadi dasar dalam pembentukan norma hukum dalam suatu perundang-undangan.

Dengan demikian, pembentukan hukum dalam bentuk hukum positif harus berorientasi pada asas-asas hukum sebagai jantung peraturan hukum tersebut.14 Oleh sebab itu, pemahaman akan asas hukum tersebut sangatlah penting dalam menganalisis restrukturisasi kredit di Bank Perkreditan Rakyat. Dengan sistem hukum tersebut maka analisa masalah yang diajukan adalah lebih berfokus pada

11

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1986, hal.48

12

Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Alumni, Bandung, 1983, hal.15.

13

C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Alumni, Bandung, 1991, hal.56.

14

(29)

sistem hukum positif khususnya mengenai substansi hukum, yakni dalam ketentuan peraturan perundang-undangan tentang restrukuturisasi kredit.

Menurut Kerlinger seperti yang dikutip oleh J.Supranto dalam bukunya, mengatakan bahwa “ a theory is a set of inter-related constructs (concepts), defenitions, and proporsitions that present a systematic view of phenomena by

specifying relations among variables, with the purpose of explanning and pedicting

the phenomena”.15

Otje Salman dan Anton F Susanto akhirnya menyimpulkan pengertian teori menurut pendapat dari berbagai ahli, dengan rumusan sebagai berikut : “Teori adalah seperangkat gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk memenuhi kriteria tertentu, meski mungkin saja hanya memberikan kontribusi parsial bagi keseluruhan teori yang lebih umum.16

Dalam penelitian ini, menetapkan suatu kerangka teori adalah merupakan suatu keharusan. Hal ini dikarenakan, kerangka teori itu digunakan sebagai landasan berfikir untuk menganalisa permasalah yang dibahas dalam tesis ini, yaitu mengenai perbankan dalam menjalankan usahanya, baik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat, Kualitas Aktiva Produktif (KAP) diatur dalam SK Direksi Bank Indonesia yakni sebagai berikut :

1. Lancar;

2. Dalam Perhatian Khusus; 3. Kurang lancar;

15

J.Supranto, Op.Cit, hal 194

16

(30)

4. Diragukan; 5. Macet.

Kolektibilitas Kurang Lancar adalah untuk tunggakan kredit selama 3 bulan, kolektibilitas Diragukan adalah untuk tunggakan kredit dalam jangka waktu 6 bulan sedangkan untuk kolektibilitas macet adalah untuk tunggakan kredit dalam jangka waktu 12 bulan. Kredit yang semacam ini sering disebut dengan Kredit Bermasalah.

Jika dihubungkan dengan kredit macet/bermasalah, maka ada tiga macam perbuatan yang tergolong wanprestasi, yakni antara lain :17

a. Debitor sama sekali tidak membayar angsuran kredit (beserta bunganya).

b. Debitor membayar sebagian angsuran kredit (beserta bunganya). Pembayaran angsuran kredit tidak dipersoalkan apakah nasabah telah membayar sebagian besar atau sebagian kecil angsuran. Walaupun nasabah kurang membayar satu kali angsuran, tetap tergolong kreditnya sebagai kredit macet.

c. Debitor membayar lunas kredit (beserta bunganya) setelah jangka waktu yang diperjanjikan berakhir. Hal ini tidak termasuk nasabah membayar lunas setelah perpanjangan jangka waktu kredit yang telah disetujui bank atas permohonan nasabah karena telah terjadi perubahan perjanjian yang disepakati bersama” Disamping itu kredit macet dapat terjadi apabila :18

17

Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis, (Jakarta : Djambatan 1996), hal 131

18

(31)

1. Tidak memenuhi kriteria lancar, kurang lancar, dan diragukan atau

2. Memenuhi kriteria diragukan, tetapi dalam jangka waktu 21 bulan sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelematan kredit, atau 3. Kredit tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang Negara, atau telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit.

Kedit yang telah masuk kategori macet merupakan piutang bagi pihak Perbankan. Padahal jika kredit tersebut merupakan kredit lancar, maka pihak bank dapat memberikan kreditnya pada nasabah lain yang juga ingin memiliki fasilitas kredit yang lainnya.

Sesuai dengan akta kredit macet, dapat digambarkan bahwa nasabah sudah sulit diharapkan untuk dapat memenuhi kewajibannya dengan sukarela sebagaimana yang diperjanjikan.

Terjadinya kredit bermasalah ini ditinjau dari sudut bank dapat dikemukakan berbagai faktor penyebab yang dapat diidentifikasikan dan dikelompokkan kedalam 2 (dua) faktor yaitu Faktor internal dan eksternal, sebagai berikut :19

1. Faktor Internal, yaitu disebabkan:

a. Adanya kebijakan kredit yang ekspansif.

Pola kebijakan pemberian kredit yang selalu terlalu ekspansif melebihi batas pertumbuhan yang normal mengakibatkan bank kurang selektif dalam menilai

19

(32)

permohonan kredit calon nasabah dan cenderung banyak memberikan kemudahan-kemudahan. Hal ini disebabkan karena dikejar target yang cukup tinggi sehingga mendorong sebagian bank untuk menarik nasabah bank yang lain tanpa melakukan analisis dan perhitungan risiko yang bakal terjadi.

b. Penyimpangan dalam prosedur pemberian kredit.

Adanya kecenderungan bank kurang mengikuti sistem atau kurang disiplin dalam menerapkan prosedur pemberian kredit yang berlaku dapat menimbulkan kredit bermasalah. Karena biasanya dalam proses pemberian kredit kurang diperhatikan azas pemberian kredit yang sehat seperti analisis kelayakan usaha, data keuangan debitor, tujuan penggunaan kredit dan lain sebagainya.

c. Itikad kurang baik dari Pemilik/Pengurus/Pegawai bank.

Adanya itikad kurang baik dari pemilik/pengurus/pegawai bank sering dijumpai adanya kredit yang tidak layak, kredit fiktif, kredit yang tidak jelas penggunaannya, kredit topengan, yang pada umumnya kredit tersebut digiring untuk segera menjadi macet, kemudian dihapusbukukan dari neraca bank untuk menghilangkan jejaknya agar tidak mudah dilacak oleh siapapun.

d. Lemahnya Administrasi dan Pengawasan Kredit

(33)

debitor hampir tidak pernah dilakukan, sehingga diketahui tiba-tiba usaha debitor sudah macet dan sulit untuk diselamatkan lagi.

e. Lemahnya sistem informasi kredit bermasalah.

Bank memiliki kecenderungan untuk melaporkan gambaran yang lebih baik mengenai kondisi kreditnya kepada Bank Indonesia dengan harapan akan mendapatkan penilaian tingkat kesehatan yang baik. Sementara itu secara intern bank sendiri tidak mengadministrasikan kondisi kredit yang sebenarnya, sehingga bank seringkali terlambat dalam mengantisipasi terjadinya kredit bermasalah.

2. Faktor Eksternal, yaitu disebabkan :

a. Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit.

Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat suku bunga kredit dapat menyulitkan debitor dalam memenuhi kewajibannya kepada bank, karena beban bunga yang ditangggung debitor terlalu berat.

b. Iklim persaingan tidak sehat

Adanya iklim persaingan yang ketat setelah Pakto 1988 sering membuat perbankan memberikan kemudahan dan keringanan serta fasilitas yang berlebihan kepada debitor, sehingga mendorong debitor untuk menggunakan kelebihan dana tersebut kepada tujuan yang bersifat spekulatif.

c. Kegagalan usaha debitor

(34)

d. Musibah yang menimpa kegiatan debitor (Force Mejeuer).

Keadaan yang tidak terduga sering menyebabkan kredit menjadi bermasalah, seperti adanya kebakaran yang menimpa tempat usaha debitor sementara tempat tersebut lalai diasuransikan oleh bank, seperti gempa bumi, tsunami dan bencana alam lainnya yang dapat menimbulkan kerugian.

Dari jumlah kredit bermasalah yang timbul telah dilakukan beberapa upaya penyelesaian yang ditempuh perbankan. “Upaya adalah usaha untuk memecahkan persoalan atau mencari jalan keluar,20 sedangkan Penyelesaian dalam penelitian ini adalah proses atau cara yang digunakan Bank Perkreditan Rakyat dalam menyelesaikan kredit macet yang tidak dilunasi oleh debitor”.21

Penanggulangan kredit bermasalah memerlukan konsep yang terpadu dan terarah dimulai dengan upaya mengurangi hambatan-hambatan sampai kepada upaya perbaikan yang terjadi dari aspek hukum, kelembagaan maupun dari sudut sistem pembinaan dan pengawasan bank di Indonesia. Karena itu dalam menanggulangi penyelesaian kredit bermasalah diperlukan 2 tindakan penyelesaian yaitu menuntaskan kredit bermasalah yang sudah ada dan melakukan tindakan pencegahan timbulnya kredit bermasalah baru.

20

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990) , hal.995

21

(35)

Upaya penyelesaian kredit bermasalah yang ditempuh perbankan dewasa ini serta hambatan-hambatan yang dihadapi antara lain sebagai berikut :22

1. Penyelesaian langsung oleh bank

Biasanya pada tahap awal penyelesaian yang ditempuh bank adalah melakukan restrukturisasi, konversi kredit menjadi penyertaan saham, melakukan penagihan penguasaan barang jaminan dan claim ke perusahaan asuransi.

Dalam restrukturisasi bank berupaya melakukan penyehatan melalui penjadwalan kembali kredit (Reschedulling), menetapkan persyaratan baru (Reconditioning) yang lebih ringan atau melakukan penyuntikan dana segar baru dan Penataan kembali (restructuring) yaitu perubahan persyaratan pembiayaan. Sasaran penyehatan ini adalah agar usaha debitor dimasa yang akan datang dapat pulih kembali dan berjalan baik serta mampu memenuhi kewajibannya

Dalam hal konversi kredit bermasalah menjadi penyertaan saham, biasanya dilakukan bank kepada debitor yang masih memiliki prospek usaha dan asset yang cukup. Tujuan cara ini adalah agar bank dapat ikut serta dalam pengelolaan manajemen perusahaan debitor sehingga diharapkan dimasa yang akan datang nilai saham tersebut dijual. Beberapa pengalaman menunjukkan dalam melakukan konversi kredit menjadi modal hanya merupakan penundaan penyelesaian kredit bermasalah. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kurang berhasilnya cara ini

22

(36)

adalah adanya keterbatasan/kemampuan bank dalam menilai prospek usaha debitor, disamping adanya kecendrungan debitor kurang bersungguh-sungguh untuk mengembangkan usahanya kembali.

2. Penyelesaian melalui prosedur hukum

Untuk mendapat kepastian hukum, bagi bank swasta penyelesaiannya melalui Pengadilan Negeri, yaitu mengajukan masalahnya sebagai suatu perkara perdata. Bagi bank-bank pemerintah sesuai ketentuan, penagihan kredit bermasalah dilakukan melalui BUPLN.

3. Penyelesaian melalui pihak lain

Selain cara tersebut diatas, bank-bank swasta banyak menempuh penyelesaian melalui bantuan jasa pihak lain yaitu “penagih swasta yang independen (debt collector)”, yang biasanya penyelesaiannya dapat lebih cepat dan efektif. Namun demikian penyelesaian melalui jasa pihak ketiga ini seringkali menimbulkan permasalahan baru bagi bank. Hal ini disebabkan cara-cara yang ditempuh oleh “debt collector” tersebut dinilai kurang etis karena seringkali menggunakan kekerasan sehingga debitor merasa dirugikan.

Dalam hal restrukturisasi, Kualitas kredit harus setinggi-tingginya “Kurang Lancar” untuk kredit yang sebelum direstrukturisasi memiliki kualitas Diragukan atau Macet dan tidak berubah, untuk kredit yang sebelum direstrukturisasi memiliki kualitas Lancar atau Kurang Lancar.

(37)

dilarang melakukan restrukturisasi kredit apabila bertujuan hanya untuk menghindari:23

1. Penurunan Kualitas Kredit;

2. Peningkatan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP); dan/atau

3. Penghentian pengakuan pendapatan bunga accrual (pendapatan yang belum diterima tetapi sudah diakui / dibukukan sebagai pendapatan bank).

Bank Perkreditan Rakyat wajib menerapkan perlakuan akuntansi Restrukturisasi Kredit, termasuk namun tidak terbatas pada pengakuan kerugian yang timbul dalam rangka Restrukturisasi Kredit, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Prinsip Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) yang berlaku.24

Dengan kata lain restrukturisasi ini dilakukan guna untuk meminimalkan potensi kerugian yang lebih besar akibat dari memburuknya kondisi Debitor.

B. Konsepsi

Konsepsi digunakan untuk memberikan pegangan pada proses penelitian. Oleh karena itu, dalam rangka penelitian ini, perlu dirumuskan serangkaian defenisi operasional atas beberapa variabel yang digunakan, sehingga demikian tidak akan menimbulkan perbedaan penafsiran atas sejumlah istilah dan masalah yang dibahas. Disamping itu, dengan adanya penegasan kerangka konsepsi ini, diperoleh suatu

23

Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/19/PBI/2006, Pasal 17, hal.16

24

(38)

persamaan pandangan dalam menganalisa masalah yang diteliti, baik dipandang dari aspek yuridis, maupun dipandang dari aspek sosiologis.

Selanjutnya, untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman yang berbeda tentang tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka kemudian dikemukakan konsepsi dalam bentuk defenisi operasional sebagai berikut :

a. Restrukturisasi Kredit adalah upaya yang dilakukan oleh Bank dalam rangka perbaikan dalam kegiatan perkreditan terhadap debitor yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya.

b. Kredit Macet adalah Kredit yang tidak dibayarkan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan dan telah melebihi dari 4 kali angsuran.

c. Debitor adalah nasabah perorangan, perusahaan atau badan yang memperoleh satu atau lebih fasilitas kredit selain itu debitor juga dapat diartikan pihak yang berhutang kepada pihak lain yang dijanjikan untuk dibayar kembali pada masa yang akan datang

(39)

G. Metodologi Penelitian

1. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu suatu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis hukum baik dalam bentuk teori maupun praktek dari hasil penelitian di lapangan25 bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan dan menganalisis data yang diperoleh secara sistematis, faktual dan akurat, termasuk didalamnya peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan di atas.

Sifat penelitian ini adalah juridis normatif, yaitu penelitian kepustakaan atau studi dokumen yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain.26atau pendekatan penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis/empiris, yaitu suatu penelitian hukum yang dilakukan dengan melihat aspek penerapan hukum itu sendiri di tengah masyarakat,27

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang Kabupaten Kepuluan Meranti Propinsi Riau, yang alamat kantor dan tempat kedudukan untuk melaksanakan kegiatan usahanya terletak di Jalan Diponegoro Nomor 18.

25

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal.63.

26

Bambang Waluyo, Metode Penelitian Hukum,Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hal.13

27

(40)

Adapun alasan dipilihnya lokasi tersebut adalah karena Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia merupakan satu-satunya Bank Perkreditan yang ada di kota Selatpanjang selain itu Bank tersebut telah banyak menyalurkan dananya ke masyarakat dalam bentuk kredit yang tentunya terdapat permasalahan dalam penyelesaian kredit tersebut termasuk didalamnya dilakukannya Restrukturisasi Kredit sesuai dengan permasalahan dan sesuai dengan persetujuan pihak manajemen perusahaan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang telah mengatur restrukturisasi kredit tersebut.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua sumber, yaitu : a. Data primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara pengumpulan data secara langsung melalui wawancara, yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan, dimana wawancara dilakukan dengan kreditor yang hadir untuk menyelesaikan tunggakan kredit selama penelitian yaitu sebanyak 61 (enam puluh satu) orang dengan meminta informasi atau keterangan-keterangan mengenai permasalahan yang dihadapi kreditor sehingga terjadi tunggakan serta apa yang diharapkan oleh kreditor dengan keadaan yang mereka hadapi.

b. Data sekunder

(41)

perundang-undangan serta sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan penyusunan tesis ini yang dapat dibedakan atas bahan hukum primer, sekunder dan tersier.28

4. Alat Pengumpul Data

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah, maka data dalam penelitian ini diperoleh melalui : a. Terhadap Data Primer, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kepada

pihak-pihak yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti.29

b. Terhadap Data Sekunder, Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen, yaitu dengan menghimpun data yang berasal dari kepustakaan yang berupa peraturan perundang-undangan, Buku-buku atau literatur, karya ilmiah seperti makalah, jurnal, artikel-artikel yang terdapat pada majalah-majalah maupun koran, dan segala tulisan yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang diteliti.

5. Analisis Data

Setelah semua data dalam penelitian ini diperoleh, baik data primer maupun sekunder, maka dalam menganalisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif, yaitu analisis data yang tidak mempergunakan angka-angka tetapi

28

Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni berupa norma-norma hukum seperti antara lain: peraturan perundang-undangan. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Selanjutnya bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk ataupun penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer dan sekunder. Lihat: Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Penerbit UI Press, 1986), hal.55

29

(42)
(43)

BAB II

PENYELESAIAN KREDIT MACET

A. Tinjauan Tentang Kredit Bank

1. Pengertian Kredit

Dalam suatu negara yang sedang berkembang, peranan perbankan dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa merupakan sangat vital layak sebuah jantung tubuh manusia. Kedua-duanya saling mempengaruhi dalam arti perbankan dapat menyalurkan dana, bagi kegiatan ekonomi sehingga bank yang sehat akan memperkuat kegiatan ekonomi suatu bangsa dan pihak lainnya akan dapat membangun usahanya dengan adanya suntikan dana.

Khususnya dalam hal perkreditan selalu dibutuhkan bagi pengembangan usaha, oleh pengusaha yang berkembang maupun pengusaha yang baru akan memulai usahanya, sehingga dapat dikatakan bahwa kredit sangat memegang peran yang sangat penting bagi suksesnya pembangunan.

Kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti kepercayaannya (truth atau faith).30 Karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Dengan demikian seseorang yang memperoleh kredit pada dasarnya adalah memperoleh kepercayaan,

29

(44)

artinya pihak yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjiakan. 31

Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh R.Tjiptoadinugroho bahwa “inti sari dari kredit sebenarnya adalah kepercayaan, suatu unsur yang harus dipegang sebagai benang merah melintasi falsafah perkreditan dalam arti sebenarnya, bagaimanapun bentuk, macam dan ragamnya dan dari manapun asalnya serta kepada siapapun diberikannya”.32 Baik menyangkut jangka waktunya, maupun prestasi dan kontra – prestasinya. Dengan demikian kredit berarti bahwa pihak kesatu memberikan prestasi baik berupa barang, uang dan jasa kepada pihak lain, sedangkan kontra prestasi akan diterima kemudian (dalam jangka waktu tertentu).

Menurut Undang-Undang Perbankan bahwa dalam memberikan kredit bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik dan kemampuan debitur serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan hutang dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.33

Dalam praktek perbankan istilah kredit tidak asing lagi di dunia bisnis, apabila bagi mereka yang selalu berhubungan baik dengan bank. Namun demikian definisi mengenai kredit sangat beragam meskipun bila disimak substansi yang terkandung didalamnya adalah sama. Sebagai contoh berikut dikemukakan beberapa definisi tentang kredit.

31

Ibid, hal 13.

32

R.Tjiptoadinugroho, Perbankan Masalah Perkreditan Penghayatan, Analisis dan Penuntun, Pradnya paramita, Jakarta, 1994, hal 14

33

(45)

Muchdarsyah Sinungan memberikan definisi bahwa : “Kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga”.34

Pengertian kredit yang dirumuskan pada pasal 1 ayat 11 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 menyatakan : penyediaan yang dan tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.35

Dari uraian di atas, dapat ditemukan sedikitnya ada 4 (empat) unsur kredit yakni :

1. Kepercayaan yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. 2. Waktu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra

prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam arti nilai agio dari uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.

34

Muchdarsyah Sinungan.,Op.Cit, hal 11.

35

(46)

3. Degree of risk yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi tingkat resikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka hasil selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan, yang menyebabkan timbul jaminan dalam pemberian kredit.

4. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi dapat juga dalam bentuk barang atau jasa namun sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uang yang sering dijumpai dalam praktek perkreditan.36

Dari pengertian kredit diatas tampak bahwa dasar utama dalam pemberian kredit adalah kepercayaan yang dilandasi kesepakatan untuk memberikan pinjaman sejumlah uang dengan pemberian bunga.

Dalam prakteknya kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum dapat dilihat dari beberapa segi antara lain :

1. Dilihat dari Segi Kegunaannya a. Kredit Investasi

b. Kredit Modal Kerja

36

(47)

2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit a. Kredit Produktif

b. Kredit Konsumtif c. Kredit Perdagangan

3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek 5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha

a. Kredit Pertanian

Sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif dalam pasal 3 sebagai berikut : 38

(1) Kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk kredit ditetapkan dalam 4 (empat) golongan, yaitu Lancar, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

(2) Penilaian terhadap Aktiva Produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan ketepatan membayar dan/atau kemampuan membayar kewajiban oleh Debitur.

37

Kasmir, Manajemen Perbankan, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta,2001, hal.32

38

(48)

(3) Aktiva Produktif dalam bentuk Kredit diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis sebagai berikut :

a. Kredit dengan angsuran, diluar Kredit Pemilikan Rumah, dengan masa angsuran :

1) kurang dari 1 (satu) bulan, atau 2) 1 (satu) bulan atau lebih.

b. Kredit dengan angsuran, untuk Kredit Pemilikan Rumah; dan c. Kredit tanpa angsuran.

Dari ketentuan di atas maka dikeluarkan produk bank yang berbentuk kredit sebagai berikut :

1. Kredit Fixed Loan ( FL ) 2. Kredit Term Loan ( TL )

3. Kredit Pemilikan Kendaraan ( KPK ) 4. Kredit Pemilikan Rumah ( KPR ) 5. Kredit Consumer

6. Kredit Pegawai.

Kualitas Kredit yang dipergunakan dalam lingkungan Perbankan terbagi : 39 a. Lancar, apabila :

1) tidak terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga, atau

39

(49)

2) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga tidak lebih dari 1 (satu) bulan dan Kredit belum jatuh tempo.

b. Kurang Lancar, apabila :

1) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga lebih dari 1 (satu) bulan tetapi tidak lebih dari 3 (tiga) bulan; dan/atau

2) kredit telah jatuh tempo tidak lebih dari 1 (satu) bulan. c. Diragukan, apabila :

1) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga lebih dari 3 (tiga) bulan tetapi tidak lebih dari 6 (enam) bulan; dan/atau

2) kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan tetapi tidak lebih dari 2 (dua) bulan.

d. Macet, apabila :

1) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga lebih dari 6 (enam) bulan; 2) kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua) bulan;

3) kredit telah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang Negara (BUPN); dan/atau

4) kredit telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi Kredit.

(50)

Nama-nama Debitor Macet yang dalam proses Restrukturisasi

Sub Total 1.563.500.000 722.129.425

Data dari bagian Administrasi Kredit

2. Prinsip Kehati-hatian dalam Pemberian Kredit

(51)

masyarakat melalui pemberian pinjaman atau kredit yang merupakan dua fungsi utama bank dari ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah : “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. 40

Dalam rangka menyediakan dana bagi pemerintah untuk melaksanakan pembangunan ekonomi atau bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan yang produktif, bank membantu dalam menyediakan dana tesebut, yang dilakukan antara lain melalui usaha pemberian kredit. Karena itu tidaklah berlebihan bilamana dilakukan antara lain melalui pemberian kredit. Karena itu tidaklah berlebihan bilamana dikatakan bahwa kredit merupakan salah satu usaha untuk yang sangat vital. Mengingat kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko maka “pemberian kredit oleh bank harus dilandasi oleh keyakinan bank atas kemampuan debitur untuk dapat melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan”.41

Oleh karena itu untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah benar-benar dapat dipercaya dan tidak mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat dalam setiap pemberian kredit.

40

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan.

41

(52)

Bila Undang-Undang Perbankan diteliti, ada beberapa syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bank untuk menjalankan kegiatan usahanya dibidang perkreditan yakni akan diuraikan sebagai berikut :

a) Keharusan pemberian kredit berdasarkan analisis 5C dan 7P.

Dalam pelaksanaannya untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank.

Dalam hal ini pihak bank harus melakukan penilaian yang umum untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar membutuhkan dan beritikad baik, maka dilakukan dengan analisis 5C sebagai berikut :

1. Character

Pemberian kredit bank dasarnya adalah juga kepercayaan atau keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitor untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang dijanjikan.

2. Capacity

(53)

3. Capital

Capital adalah modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitor, besar capital ini dapat kita lihat dari neraca pembukuan, yaitu berupa himpunan laba yang ditahan, cadangan dan lain-lain.

4. Collateral

Adalah barang jaminan yang diserahkan oleh debitor sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya dari bank.

5. Condition Of Economy

Yaitu situasi dan kondisi ekonomi politik, sosial, budaya yang dapat mempengaruhi keadaan perekonomian atau keuangan pada suatu saat dan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan/debitor yang menerima kredit.

Selanjutnya penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan analisis 7P kredit dengan unsur penilaian sebagai berikut :

1) Personality, yakni mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya

2) Party, yakni mengklasifikasikan nasabah dalam golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya dan ini mendapat fasilitas yang berbeda dari bank.

(54)

4) Prospect, yakni menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak, karena tanpa mempunyai prospek, bukan saja bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

5) Payment, yakni cara pembayaran dari mana sumber dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur ini semakin baik karena jika salah satu rugi dapat ditutupi dengan usaha yang lain.

6) Profitability, yakni menganalisis kemampuan nasabah dalam mencari laba yang diukur dalam periode ke periode apakah sama atau meningkat dengan adanya tambahan kredit yang diperoleh.

7) Protection, yakni untuk mendapatkan jaminan perlindungan sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman, ini berupa jaminan barang atau jaminan asuransi. 42

Dengan penilaian tersebut di atas dapat dikatakan sebagai studi kelayakan usaha dan biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang bernilai besar dan berjangka waktu panjang.

b) Batas maksimum pemberian kredit

Berdasarkan Pasal 11 penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan mengatakan :

Pemberian kredit pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah oleh bank mengandung resiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya, sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank. Mengingat bahwa kredit tersebut bersumber dari dana masyarakat yang disimpan pada bank, resiko yang dihadapi bank dapat berpengaruh pula kepada keamanan dan masyarakat tersebut. Oleh karena itu untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan daya

42

(55)

tahannya, bank diwajibkan menyebar resiko dengan mengatur penyaluran kredit atau pemberian pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan ataupun fasilitas lain sedemikian rupa sehingga tidak terpusat pada nasabah atau kelompok nasabah debitur tertentu.43

Dalam hal ini untuk mengantisipasi hal tersebut Bank Indonesia telah mengeluarkan Surat Keputusan No.31/177/KEP/DIR tanggal 31 Desember 1998 yang mengatur tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dengan tujuan untuk dilakukan penyebaran resiko dalam pemberian kredit.44

Batas Maksimum Pemberian Kredit ( BMPK ) dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Batas Maksimum Pemberian Kredit bagi peminjam yang merupakan pihak terkait:

a. 10 % dari modal bagi pihak terkait sebagai satu pinjaman atau kelompok peminjam.

b. 10 % dari modal untuk jumlah seluruh pihak terkait. 2. Batas Maksimum Pemberian Kredit bagi pihak tidak terkait :

a. 30 % dari modal sejak belaku SK s/d akhir 2001. b. 25 % dari modal selama tahun 2002.

c. 20 % dari modal sejak 1 Januari 2003.45

43

Pasal 11 Penjelasan Umum angka 6 Undang-Undang No.10 tahun 1998, tentang

Perbankan.

44

Suharno.,Op.Cit, hal 36.

45

(56)

Oleh karena itu, praktek pemberian kredit oleh bank sebaiknya bagipihak terkait perlu dihindarkan atau sekurang-kurangnya sangat dibatasi, begitu juga bagi pihak tidak terkait hendaknya pemberian kredit jangan terlalu berlebihan yang berakibat bank dalam keadaan beresiko tinggi. Untuk itu perlu ada ketentuan tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit yang harus dipatuhi oleh setiap bank.

c) Kegiatan bank tidak merugikan nasabah penyimpan dana.

Sebagaimana diketahui bahwa pemberian kredit dari sisi bank merupakan sumber pendapatan bank itu sendiri.46 Oleh karena itu evaluasi dan seleksi terhadap objek yang akan dibiayai bank sangat penting, baik guna kelangsungan bank itu sendiri maupun perlindungan terhadap nasabah yang menitipkan dananya pada bank.

Hal ini merupakan perwujudan dari ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 29 ayat 3 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 yang menentukan bahwa: dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank.47

Dengan demikian peningkatan prinsip kehati-hatian oleh bank dalam menyalurkan kredit, mutlak diperlukan meskipun disadari bahwa persaingan bisnis perbankan di bidang penyaluran kredit sangat ketat. Bank harus tetap selektif, komitmen kredit yang diberikan hendaknya dapat dibiayai oleh sumber dana yang

46Ibid,

hal.2

47

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan perkalian dalam di ruang vektor kita dapat membentuk suatu matriks semi definit positif melalui matriks Gram. Sifat-sifat utama dari matriks Gram dinyatakan

berkedudukan sebagai sumber hukum, juga berfungsi sebagai penjelas ( mubayyin ), perinci dan penafsir Al-Qur’an. Otentisitas dan validitas sumber hadis adalah hal

Perubahan lingkungan tersebut memberikan pengaruh terhadap masyarakat contohnya pada sebelumnya disekitar wilayah Desa Ciomas, semula merupakan perkebunan dan sawah namun

The animals not known whether GDNF can prevent the delayed neuro- were sacrificed at 2 (six animals in hGDNF model and four nal death induced by transient ischemia. In the

Metode penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi atas sarana air bersih perdesaan,

 Digunakan untuk mencatat pengakuan beban perjalanan dinas dalam rangka kegiatan rapat, seminar, dan sejenisnya yang dilaksanakan di luar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keenam bakteri genus Vibrio ( V. alginolyticus ) yang berasosiasi dengan kultur massal mikroalgae dari pembenihan udang di

Pengantar Semantik Bahasa Indonesia .Jakarta : PT Rineka Cipta.. Jakarta : PT