• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Kepala Keluarga Tentang Sanitasi Dasar Dan Rumah Sehat Di Wilayah Perimeter Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Kepala Keluarga Tentang Sanitasi Dasar Dan Rumah Sehat Di Wilayah Perimeter Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai Tahun 2010"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KEPALA KELUARGA TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT DI WILAYAH

PERIMETER PELABUHAN TELUK NIBUNG TANJUNGBALAI TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 081000244 SOFIA HELMY SIBURIAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KEPALA KELUARGA TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT DI WILAYAH

PERIMETER PELABUHAN TELUK NIBUNG TANJUNGBALAI TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 081000244 SOFIA HELMY SIBURIAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KEPALA KELUARGA TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT DI WILAYAH

PERIMETER PELABUHAN TELUK NIBUNG TANJUNGBALAI TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM. 081000244 SOFIA HELMY SIBURIAN

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 24 September 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

dr. Surya Dharma, MPH Ir. Evi Naria, M.Kes

NIP. 195804041987021001 NIP. 196803201993032001 Penguji II Penguji III

Ir. Indra Chahaya, M.Si dr. Taufik Ashar, MKM

NIP. 196811011993032005 NIP. 197803312003121001 Medan, September 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Sanitasi dasar dan rumah di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan faktor yang paling menentukan kesehatan masyarakat yang harus terus dipantau oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan Wilayah Kerja Tanjungbalai.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan kepala keluarga mengenai sanitasi dasar dan rumah sehat serta untuk mengetahui jumlah kepala keluarga yang memiliki rumah sehat.

Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat deskriptif. Populasi adalah seluruh Kepala Keluarga yang ada di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai yang berjumlah 132 orang. Sampel penelitian ini adalah total populasi dengan cara menggunakan kuesioner. Pengumpulan data meliputi data primer melalui wawancara dan data sekunder dari Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung. Data dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (100%) responden memiliki pengetahuan yang baik, (100%) responden memiliki sikap yang baik dan (79,5%) responden memiliki tindakan kurang baik serta (94,6%) responden tidak memiliki rumah sehat. Kondisi ekonomi dari responden menyebabkan rendahnya tindakan responden untuk dapat mewujudkan kondisi sanitasi dasar dan rumah yang sehat.

Disarankan kepada masyarakat untuk melakukan tindakan lebih nyata dalam mencapai terlaksananya sarana sanitasi dasar dan rumah sehat melalui gotong royong atau arisan, dan kepada Dinas Kesehatan Kotamadya Tanjungbalai dan instansi terkait agar melakukan evaluasi program, serta kepada Dinas Kesehatan Kotamadya Tanjungbalai, Dinas Pekerjaan Umum dan PT. Pelindo agar bekerja sama dengan pihak pengembang perumahan untuk lebih aktif dalam pelaksanaan program pengadaan rumah sehat.

(5)

ABSTRACT

The basic sanitation and home on sanitation at Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung is a basic requirements of human and it is a major factor to determine public health and it is always observed by The First Class of Harbor Sanitation Office Medan at Tanjungbalai zone.

The goal of research is for knowing the level of ability, attitude and action of the head of household about the basic sanitation and a healthy home and it is for knowing amount of head of household whose healthy house.

This research is a descriptive survey. The population is taken from 132 men of the head of household which is in Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Tteluk Nibung Kota Tanjungbalai. Sample survey is the population total by using questionnaire. The collections of data cover primary data by interview and secondary data is taken from Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung. The datas are analyzed in descriptive and presented in tables of distribution form.

The results of research show 100% of respondent have good knowing, 100% of respondent have kind qesture and 79,5% of respondent have less responds and 94,6% of respondent don’t have healthy home. It is difficult for them to realize basic sanitation condition and healthy home becaused of finance condition of respondent.

Suggested for people to do a clear action or obviously to carried out means of basic sanitation and healthy home by mutual assistance, and for Health Service Kota Tanjungbalai and in orther that the interrelated instance do programme evaluation and for Health Service Kota Tanjungbalai, Public Works Service and PT. Pelindo are espected to work together with regard to developer of housing on programme implementation of healthy home supplying, effectively.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sofia Helmy Siburian Tempat/tanggal lahir : Medan, 21 September 1975 Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Menikah Jumlah Anak : 1 Putra

Alamat Rumah : Jl. Turi Gg. Teruna No. 4 Medan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1981 – 1987 : SD KRISTEN VIII MEDAN 2. Tahun 1987 – 1990 : SMP RK TRI SAKTI MEDAN 3. Tahun 1990 – 1993 : SMA Negeri 5 Medan

4. Tahun 1993 – 1996 : APK-TS Dep. Kes. Kabanjahe 5. Tahun 2000 – 2001 : Akta Mengajar III IKIP Medan

6. Tahun 2008 – 2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan

RIWAYAT PEKERJAAN

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Kepala Keluarga Tentang Sanitasi Dasar Dan Rumah Sehat Di Wilayah Perimeter Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai Tahun 2010”.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Bapak dr. Surya Dharma, MPH, selaku dosen pembimbing I serta Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberi perhatian, bimbingan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Indra Chahaya, M.Si selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Muhammad Ali, SE, selaku Kepala Lurah Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Tanjungbalai.

4. Ibu Dra. Jumirah, Apt., M.Kes., selaku dosen pembimbing akademik.

(8)

6. Keluargaku tersayang, Mama Kevin, Mama Riko, Rini, David, ‘bang Kiki’ yang selalu memberi motivasi dan berkorban baik moril maupun materil kepada penulis.

7. Teristimewa buat Bapakku Pdt. Ev. S.H. Siburian, S.Th. dan Mamak tercinta L. br. Siahaan, yang selalu memberi motivasi, doa dan berkorban baik moril maupun materil kepada penulis dan yang menjadi semangatku untuk menyelesaikan penelitian ini adalah anakku tercinta Jeremy Oswald Situmorang. 8. Rekan-rekan kerja di KKP Kelas I Wilker Tanjungbalai, kak Julina, Zulie, Lia

khususnya buat kak Ratna D. Sagala, SKM, MPH., yang jauh di kota rantau sana. Terima kasih buat bantuannya dalam penulisan skripsi ini.

9. Rekan-rekan akademi angkatan 2008, khususnya di peminatan kesehatan lingkungan, yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa akan membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah penulis terima selama ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan berkat dan rahmatNya bagi kita semua. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, September 2010 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan ……. 6

2.2. Sanitasi Dasar …………... 6

2.2.1. Penyediaan Air Bersih ……… 7

2.2.2. Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)……….. 11

2.2.3. Pembuangan Air Limbah ……….. 14

2.2.4. Pengelolaan Sampah ……… 16

2.3. Rumah Sehat ……….. 19

2.4. Perilaku ……… 24

2.4.1. Prosedur Pembentukan Perilaku ……….. 24

2.4.2. Pengetahuan ……….. 25

2.4.3. Sikap ………. 27

2.4.4. Tindakan ……….. 28

2.5. Kerangka Konsep ……….. 29

(10)

3.4.2. Data Sekunder ……… 31

3.5. Defenisi Operasional ……… 31

3.6. Variabel Pengukuran ……… 32

3.7. Teknik Analisa Data ……… 35

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………. 36

4.1.1. Letak Geografis ……… 36

4.1.8. Demografi ……….. 37

4.2. Karakteristik Responden di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung ………. 37

4.3. Pengetahuan ……… 39

4.4. Sikap ……… 41

4.5. Tindakan ………. 43

4.6. Rumah Sehat ……….. 46

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Masyarakat dan Lingkungan di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Tanjungbalai Tahun 2010 ……… 48

5.2. Pengetahuan ………. 48

5.3. Sikap ……… 50

5.4. Tindakan ………... 50

5.5. Rumah Sehat ……….. 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ……… 53

6.2. Saran ………..………. 54

DAFTAR PUSTAKA ……… 56

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung

Tahun 2010 ………. 38 Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang

Sanitasi Dasar dan Rumah Sehat di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung

Tahun 2010 ………... 40 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap Tentang

Sanitasi Dasar dan Rumah Sehat di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Tanjungbalai

Tahun 2010 ………. 42 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang

Sanitasi Dasar dan Rumah Sehat di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Tanjungbalai

Tahun 2010 ………. 44 Tabel 4.5. Distribusi Tingkat Tindakan Responden Tentang Sanitasi Dasar

Dan Rumah Sehat di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan

Kecamatan Teluk Nibung Tanjungbalai Tahun 2010 ………….. 45 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Rumah Sehat di

Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung

Tanjungbalai Tahun 2010 ……… 46 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Rumah Sehat

Di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Kepala Keluarga Tentang Sanitasi Dasar dan Rumah Sehat di Lingkungan III Desa Perjuangan Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai Tahun 2010. Lampiran 2. Peta Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Tanjungbalai. Lampiran 3. Master Data Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Kepala Keluarga

Tentang Sanitasi Dasar dan Rumah Sehat di Lingkungan III Desa Perjuangan Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai Tahun 2010.

Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Kepala Keluarga Tentang Sanitasi Dasar dan Rumah Sehat di Lingkungan III Desa Perjuangan Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai Tahun 2010. Lampiran 5. Surat Izin Penelitian

(13)

ABSTRAK

Sanitasi dasar dan rumah di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan faktor yang paling menentukan kesehatan masyarakat yang harus terus dipantau oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan Wilayah Kerja Tanjungbalai.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan kepala keluarga mengenai sanitasi dasar dan rumah sehat serta untuk mengetahui jumlah kepala keluarga yang memiliki rumah sehat.

Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat deskriptif. Populasi adalah seluruh Kepala Keluarga yang ada di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai yang berjumlah 132 orang. Sampel penelitian ini adalah total populasi dengan cara menggunakan kuesioner. Pengumpulan data meliputi data primer melalui wawancara dan data sekunder dari Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung. Data dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (100%) responden memiliki pengetahuan yang baik, (100%) responden memiliki sikap yang baik dan (79,5%) responden memiliki tindakan kurang baik serta (94,6%) responden tidak memiliki rumah sehat. Kondisi ekonomi dari responden menyebabkan rendahnya tindakan responden untuk dapat mewujudkan kondisi sanitasi dasar dan rumah yang sehat.

Disarankan kepada masyarakat untuk melakukan tindakan lebih nyata dalam mencapai terlaksananya sarana sanitasi dasar dan rumah sehat melalui gotong royong atau arisan, dan kepada Dinas Kesehatan Kotamadya Tanjungbalai dan instansi terkait agar melakukan evaluasi program, serta kepada Dinas Kesehatan Kotamadya Tanjungbalai, Dinas Pekerjaan Umum dan PT. Pelindo agar bekerja sama dengan pihak pengembang perumahan untuk lebih aktif dalam pelaksanaan program pengadaan rumah sehat.

(14)

ABSTRACT

The basic sanitation and home on sanitation at Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung is a basic requirements of human and it is a major factor to determine public health and it is always observed by The First Class of Harbor Sanitation Office Medan at Tanjungbalai zone.

The goal of research is for knowing the level of ability, attitude and action of the head of household about the basic sanitation and a healthy home and it is for knowing amount of head of household whose healthy house.

This research is a descriptive survey. The population is taken from 132 men of the head of household which is in Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Tteluk Nibung Kota Tanjungbalai. Sample survey is the population total by using questionnaire. The collections of data cover primary data by interview and secondary data is taken from Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung. The datas are analyzed in descriptive and presented in tables of distribution form.

The results of research show 100% of respondent have good knowing, 100% of respondent have kind qesture and 79,5% of respondent have less responds and 94,6% of respondent don’t have healthy home. It is difficult for them to realize basic sanitation condition and healthy home becaused of finance condition of respondent.

Suggested for people to do a clear action or obviously to carried out means of basic sanitation and healthy home by mutual assistance, and for Health Service Kota Tanjungbalai and in orther that the interrelated instance do programme evaluation and for Health Service Kota Tanjungbalai, Public Works Service and PT. Pelindo are espected to work together with regard to developer of housing on programme implementation of healthy home supplying, effectively.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu sasaran program Millenium Development Goals (MDGs) adalah memastikan kelestarian lingkungan dan menjadikan slah satu indikatornya adalah terjadinya penurunan hingga setengah dari jumlah penduduk yang tidak mempunyai akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar. Masalah kesehatan lingkungan di negara-negara sedang berkembang adalah berkisar antara sanitasi dasar dan perumahan. (Notoatmodjo, 2007)

Tjandra Setiadi, guru besar dari Teknik Kimia ITB dalam harian Kompas edisi 18 Agustus 2009, mengemukakan bahwa akses masyarakat terhadap sanitasi dasar terbilang masih minim, khususnya di wilayah pedesaan. Di banyak tempat, bahkan tidak sedikit warga tidak memiliki jamban. Kondisi ini memberi tekanan lebih besar terhadap kemiskinan. Padahal, dampak dari praktik sanitasi yang buruk ini sangatlah besar. Bakteri Eschericia coli yang muncul dari sisa-sisa tinja yang terserap di tanah dapat mencemari sumber-sumber air minum. Sehingga, pada akhirnya dapat menimbulkan penyakit diare, muntaber, dan penyakit-penyakit pencernaan lainnya.

(16)

penyakit tidak mengancam kehidupan. Di Indonesia terdapat 4 dampak kesehatan besar disebabkan oleh pengelolaan air dan sanitasi yang buruk yakni diare, tipus, polio dan cacingan. Hasil survei pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kejadian diare pada semua usia di Indonesia adalah 423 per 1.000 penduduk dan terjadi satu-dua kali per tahun pada anak-anak berusia dibawah lima tahun. (Elok, 2008).

Pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat disebutkan bahwa memperkuat KKP dengan program penyehatan lingkungan merupakan langkah yang efektif untuk menjaga pintu masuk terhadap keluar masuknya penyakit menular dari dan ke luar negeri. Salah satu kegiatan penyehatan lingkungan dalam rangka peningkatan upaya kesehatan di wilayah pelabuhan adalah dengan melakukan pengawasan dan atau pemeriksaan kesehatan lingkungan stakeholders di pelabuhan, yang antara lain adalah kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar di pelabuhan.

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah unit pelaksana teknis (UPT) di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP & PL). Berdasarkan Permenkes RI No. 356/Permenkes/Per/IV/2008 disebutkan bahwa KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit-penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali di wilayah kerja bandara, pelabuhan dan lintas batas darat negara.

(17)

Tanjungbalai memiliki dua lokasi pelabuhan, pertama lebih dikenal dengan nama pelabuhan Teluk Nibung, berada di ambang luar Sungai Asahan, lokasi berikutnya mengarah ke muara disebut pelabuhan Bagan Asahan. Secara administratif pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai berada di Kotamadya Tanjungbalai. Pelabuhan ini letaknya berhadapan langsung dengan pelabuhan negara Malaysia atau Port Klang. Untuk angkutan penumpang terdapat trayek tetap kapal-kapal ferry dari/ke Pelabuhan Klang Malaysia.

Pelabuhan Tanjungbalai meliputi perimeter area seluas 6 ha dan buffer area seluas 24 ha. Lingkungan III Desa Perjuangan berada di perimeter area pelabuhan Teluk Nibung. Dengan demikian, Lingkungan III Desa Perjuangan merupakan salah satu tempat yang menjadi daerah kerja KKP Kelas I Medan wilker Tanjungbalai. (Profil KKP Kelas I Medan, 2008).

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan penulis di Pelabuhan Teluk Nibung didapati bahwa jumlah penduduk Lingkungan III Desa Perjuangan sebanyak 1390 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 132 KK, terdapat 39,8% penduduk memiliki rumah permanen, 42,02% penduduk memiliki rumah semi permanen dan 18,1% penduduk memiliki rumah tidak permanen. Terdapat 83,3% penduduk menggunakan air sungai sebagai sumber air bersih dan 16,7% penduduk menggunakan air sumur bor/Pelindo sebagai sumber air bersih.

(18)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi perumusan masalah adalah belum diketahuinya pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang sanitasi dasar dan rumah sehat di wilayah perimeter Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai Tahun 2010.

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku kepala keluarga tentang sanitasi dasar dan rumah sehat di wilayah perimeter Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai Tahun 2010. 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik (umur, pendidikan, dan pekerjaan) masyarakat yang ada di wilayah perimeter Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai.

2. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang sanitasi dasar dan rumah sehat di wilayah perimeter Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai Tahun 2010. 3. Untuk mengetahui sikap masyarakat tentang sanitasi dasar dan rumah sehat di

wilayah perimeter Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai Tahun 2010.

4. Untuk mengetahui tindakan masyarakat tentang sanitasi dasar dan rumah sehat di wilayah perimeter Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai Tahun 2010.

5. Untuk mengetahui kepemilikan rumah sehat di wilayah perimeter Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai Tahun 2010.

(19)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat tentang sanitasi dasar dan rumah sehat di wilayah perimeter Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai sehingga masyarakat dapat terhindar dari berbagai penyakit yang mungkin disebabkan oleh lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi PT. Pelindo dan pemerintah daerah tentang rumah sehat dan sanitasi dasar sehingga dapat mendukung tersedianya sarana sanitasi dasar bagi masyarakat di wilayah perimeter Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai.

3. Dengan melaksanakan penelitian ini maka wawasan dan ilmu pengetahuan penulis akan bertambah, khususnya di bidang rumah sehat dan sarana sanitasi dasar.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi : penyediaan air minum, pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran, pembuangan sampah padat, pengendalian vektor, pencegahan / pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia, higiene makanan termasuk higiene susu, pengendalian pencemaran udara, pengendalian radiasi, kesehatan kerja, pengendalian kebisingan, perumahan dan pemukiman, aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, perencanaaan daerah perkotaan, pencegahan kecelakaan, rekreasi umum dan pariwisata, tindakan – tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi / wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk, tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan. (Ghandi, 2010)

2.2. Sanitasi Dasar

(21)

2.2.1 Penyediaan Air Bersih

Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Sumber air yang banyak dipergunakan oleh masyarakat adalah berasal dari :

1. Air Permukaan, yaitu air yang mengalir di permukaan bumi akan membentuk air permukaan. Air ini umumnya mendapat pengotoran selama pengalirannya.

2. Air Tanah, secara umum terbagi menjadi : air tanah dangkal yaitu terjadi akibat proses penyerapan air dari permukaan tanah, sedangkan air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air yang pertama.

3. Air Atmosfer/meteriologi/air hujan, dalam keadaan murni sangat bersih tetapi sering terjadi pengotoran karena industri, debu dan lain sebagainya. (Waluyo, 2005).

Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Apabila tidak diperhatikan, maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu kesehatan manusia. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya (Wardhana, 2004).

Ada 4 macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan penyakit yaitu (Kusnoputranto, 1986) :

1. Water Borne Disease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang

(22)

orang yang bersangkutan, misalnya Cholera, Typhoid, Hepatitis dan Dysentri

Basiler.

2. Water Based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui

persediaan air sebagai pejamu (host) perantara, misalnya Schistosomiasis.

3. Water Washed Disease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk

pemeliharaan kebersihan perseorangan dan air bagi kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan alat makan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup maka penularan penyakit-penyakit tertentu pada manusia dapat dikurangi. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan, diantaranya : penyakit infeksi saluran pencernaan. Salah satu penyakit infeksi saluran pencernaan adalah diare. Penyakit diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur, diantaranya melalui air (Water borne) dan melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air (Water washed). Contoh penyakit ini adalah cholera, thypoid dan

Dysentry basiller. Berjangkitnya penyakit ini erat kaitannya dengan ketersediaan

air untuk makan, minum, memasak dan kebersihan alat-alat makan.

4. Water Related Insect Vectors, Vektor-vektor insektisida yang berhubungan

dengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang biak dalam air, misalnya Malaria, Demam Berdarah, Yellow Fever, Trypanosomiasis.

(23)

menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan.

Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut : a. Syarat Fisik : tidak berbau, tidak berasa

b. Syarat Kimia : Kadar besi maksimum yang diperbolehkan 1,0 mg/l, kesadahan maksimal 500 mg/l

c. Syarat Mikrobiologis : Jumlah total koliform dalam 100 ml air yang diperiksa maksimal adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan perpipaan dan 10 untuk air yang berasal dari perpipaan.

Sarana air bersih adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan membagi-bagikan air bersih untuk masyarakat. Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu sumur gali, sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam, tempat penampungan air hujan, penampungan mata air, dan perpipaan.

Air sumur merupakan sumber air yang paling banyak dipergunakan masyarakat Indonesia. Sumur gali yang dipandang memenuhi syarat kesehatan ialah (Sanropie, 1986) :

1. Lokasi

- Jarak minimal 10 meter dari sumber pencemaran misalnya jamban, tempat pembuangan air kotor, lubang resapan, tempat pembuangan sampah, kandang ternak dan tempat-tempat pembuangan kotoran lainnya.

(24)

- Lokasi sumur gali harus terletak pada daerah yang lapisan tanahnya mengandung air sepanjang musim.

- Lokasi sumur gali supaya diusahakan pada daerah yang bebas banjir. 2. Konstruksi

- Dinding sumur harus kedap air sedalam 3 meter dari permukaan tanah untuk mencegah rembesan dari air permukaan.

- Bibir sumur harus kedap air minimal setinggi 0,7 meter dari permukaan tanah untuk mencegah rembesan air bekas pemakaian ke dalam sumur. - Cara pengambilan air dari dalam sumur sedemikian rupa sehingga dapat

mencegah masuknya kotoran kembali melalui alat yang dipergunakan misalnya pompa tangan, timba dengan kerekan dan sebagainya.

- Lantai harus kedap air dengan jarak antara tepi lantai dengan tepi luar dinding sumur minimal 1 meter dengan kemiringan ke arah tepi lantai.

- Saluran pembuangan air kotor atau bekas harus kedap air sepanjang minimal 10 meter dihitung dari tepi sungai.

- Dilengkapi dengan sumur atau lubang resapan air limbah bagi daerah yang tidak mempunyai saluran penerimaan air limbah.

Pengolahan air untuk keperluan rumah tangga dapat dilakukan dengan sederhana dengan cara sebagai berikut (Azwar, 1989) :

a. Sediakanlah bahan-bahan seperti pasir, arang aktif (dapat dari batok kelapa, tawas, kaporit dan bubuk kapur).

(25)

sendok teh kaporit, 2 sendok makan tawas yang telah dilarutkan terlebih dahulu, kemudian kesemuanya diaduk dalam beberapa menit. Setelah tampak keping-keping bubuhkanlah satu sendok makan bubuk kapur, kemudian aduk lagi, setelah beberapa menit akan tampak kepingan yang lebih besar. Setelah itu endapkan selama setengah jam.

c. Ke dalam kaleng kedua yang berisi pasir dialirkan air dari kaleng pertama.

d. Kaleng ketiga adalah sebagai penampung air yang telah disaring dari kaleng kedua. Air yang mengalir mula-mula keruh, tetapi lama-lama akan jernih. Air dalam kaleng ketiga ini digunakan untuk proses pengendapan sisa kotoran yang mungkin ada.

e. Kaleng keempat diisi dengan arang aktif gunanya untuk menghilangkan bau khlor yang ada. Air yang keluar dari kaleng keempat ini, telah dapat dipergunakan untuk sumber air bersih.

2.2.2. Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)

Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuhh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernafasan.

(26)

Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air.

Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai macam penyakit seperti : thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang dan pita), schistosomiasis dan sebagainya.

Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan :

1. Tidak mencemari air

- Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.

- Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter

- Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.

- Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau, sungai, dan laut

2. Tidak mencemari tanah permukaan

(27)

- Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.

3. Bebas dari serangga

- Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah

- Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk.

- Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya

- Lantai jamban harus selalu bersih dan kering

- Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup 4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan

- Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan

- Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air

- Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran

(28)

5. Aman digunakan oleh pemakainya

- Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain yang terdapat di daerah setempat

6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya

- Lantai jamban rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran

- Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran

- Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh

- Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci.

7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan

- Jamban harus berdinding dan berpintu

- Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan.

2.2.3. Pembuangan Air Limbah

(29)

a. Air buangan rumah tangga (domestic waste water)

Air buangan dari pemukiman ini umumnya mempunyai komposisi yang terdiri dari ekskreta (tinja dan urine), air bekas cucian, dapur dan kamar mandi, dimana sebagian besar merupakan bahan-bahan organik.

b. Air buangan kotapraja (minicipal waste water)

Air buangan ini umumnya berasal dari daerah perkotaan, perdagangan, selokan, tempat ibadah dan tempat-tempat umum lainnya.

c. Air buangan industri (industrial waste water)

Air buangan yang berasal dari berbagai macam industri. Pada umumnya lebih sulit pengolahannya serta mempunyai variasi yang luas. Zat-zat yang terkandung didalamnya misalnya logam berat, zat pelarut, amoniak dan lain-lain (Entjang, 2000).

Dalam kehidupan sehari-hari pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara menyalurkan air limbah tersebut jauh dari tempat tinggal tanpa diolah sebelumnya. Air buangan yang dibuang tidak saniter dapat menjadi media perkembangbiakan mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga yyang dapat menjadi media transmisi penyakit seperti Cholera, Thypus Abdominalis, Dysentri Basiler, dan sebagainya. Menurut Kusnoputranto (2000), pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, yaitu :

1. Terhadap Lingkungan

(30)

hidup lainnya. Disamping itu kadang-kadang dapat menimbulkan bau yang tidak enak serta pemandangan yang tidak menyenangkan.

2. Terhadap Kesehatan Masyarakat

Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat menjadi media tempat berkembang biaknya mikroorganisme pathogen, terutama penyakit-penyakit yang penularannya melalui air yang tercemar.

2.2.4. Pengelolaan Sampah

Para ahli kesehatan masyarakat menyebutkan sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan bahan asalnya, sampah dibagi menjadi dua jenis, yaitu : 1. Sampah organik

(31)

2. Sampah anorganik

Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini bisa berasal dari bahan yang bisa diperbarui dan bahan yang berbahaya serta beracun. Jenis yang termasuk ke dalam kategori ini bisa didaur ulang (recycle) ini misalnya bahan yang terbuat dari plastik dan logam.

Pengelolaan sampah adalah meliputi penyimpanan, pengumpulan dan pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.

a. Penyimpanan sampah

Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang (dimusnahkan) dan untuk ini perlu disediakan tempat yang berbeda untuk macam dan jenis sampah tertentu. Maksud dari pemisahan dan penyimpanan disini ialah untuk memudahkan pemusnahannya. Syarat-syarat tempat sampah antara lain : (i) konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah, (ii) mempunyai tutup, mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan afar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan, (iii) ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

b. Pengumpulan sampah

(32)

Penampungan Sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir (TPA).

Mekanisme, sistem atau cara pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat, yang didukung oleh partisipan masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya dibakar atau dijadikan pupuk (Notoatmodjo, 2003).

c. Pemusnahan sampah

Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain :

(1) ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang diatas tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan sampah;

(2) dibakar (incenerator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran;

(3) dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah menjadikan pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk.

(33)

1. Terhadap Kesehatan

Pengelolaan sampah yang tidak baik akan menyediakan tempat yang baik bagi vektor-vektor penyakit yaitu serangga dan binatang-binatang pengerat untuk mencari makan dan berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menimbulkan penyakit.

2. Terhadap Lingkungan

- Dapat mengganggu estetika serta kesegaran udara lingkungan masyarakat akibat gas-gas tertentu yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme.

- Debu-debu yang berterbangan dapat mengganggu mata serta pernafasan. - Bila terjadi proses pembakaran dari sampah maka asapnya dapat mengganggu

pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara karena ada asap di udara.

- Pembuangan sampah ke saluran-saluran air akan menyebabkan estetika yang terganggu, menyebabkan pendangkalan saluran serta mengurangi kemampuan daya aliran saluran.

- Dapat menyebabkan banjir apabila sampah dibuang ke saluran yang daya serap alirannya sudah menurun.

- Pembuangan sampah ke selokan atau badan air akan menyebabkan terjadinya pengotoran badan air.

2.3. Rumah Sehat

(34)

digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim serta makhluk hidup lainnya. Selain itu rumah juga merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya (Depkes RI, 2002).

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. (Notoatmodjo, 2007). Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya dapat berjalan dengan baik. Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial (Sanropie, dkk, 1989).

Rumah sehat menurut Winslow memiliki kriteria, antara lain : (Chandra, 2007)

1. Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis 2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologis 3. Dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan

4. Dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit

Hal ini sejalan dengan kriteria rumah sehat menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002, secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

(35)

3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Dalam pemenuhan kriteria rumah sehat, ada beberapa variabel yang harus diperhatikan :

1. Bahan bangunan

a. Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Oleh sebab itu, perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik, teraso dan lain-lain. (Notoatmodjo, 2010).

b. Dinding berfungsi sebagai pendukung atau penyangga atap, untuk melindungi ruangan rumah dari gangguan serangga, hujan dan angin, serta melindungi dari pengaruh panas dan angin dari luar. Bahan dinding yang paling baik adalah bahan yang tahan api yaitu dinding dari batu. (Sanropie, 1989).

(36)

d. Atap berfungsi untuk melindungi isi ruangan rumah dari gangguan angin, panas dan hujan, juga melindungi isi rumah dari pencemaran udara seperti debu, asap dan lain-lain. Atap yang paling baik adalah atap dari genteng karena bersifat isolator, sejuk dimusim panas dan hangat di musim hujan. (Sanropie, 1989).

2. Ventilasi

Menurut Sanropie (1989), ventilasi sangat penting untuk suatu rumah tinggal. Hal ini karena ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama adalah sebagai lubang masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan dan keluarnya udara kotor dari dalam keluar (cross ventilation). Dengan adanya ventilasi silang akan terjamin adanya gerak udara yang lancar dalam ruangan.

Fungsi kedua dari ventilasi adalah sebagai lubang masuknya cahaya dari luar seperti cahaya matahari, sehingga di dalam rumah tidak gelap pada waktu pagi, siang hari maupun sore hari. Oleh karena itu untuk suatu rumah yang memenuhi syarat kesehatan, ventilasi mutlak ada.

(37)

yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin pengisap udara.

3. Pencahayaan

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya matahari, di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak mata. Ada dua sumber cahaya yang dapat dipergunakan, yakni (i) Cahaya alamiah yaitu matahari. Rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya matahari yang cukup. Sebaiknya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%-20% dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. (ii) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007).

4. Luas Bangunan Rumah

(38)

2.4. Perilaku

Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan).

Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan.

Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

2.4.1. Prosedur Pembentukan Perilaku

Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain : susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku.

(39)

Menurut teori Lawrence Gren mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non

behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3

faktor :

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pegetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling faktor), yang terwujud dalam lingkungan fisik tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. c. Faktor-faktor pendorong (reforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.4.2. Pengetahuan

(40)

Terdapat 6 tingkat pengetahuan yang tercakup di dalam kognitif, yaitu: a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk juga mengingat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari dari situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungi bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation)

(41)

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, poster, kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan mempengaruhi sikap dan tindakan, pengetahuan dan sikap menentukan apakah responden mampu atau tidak mampu dalam melakukan prinsip sanitasi dasar.

2.4.3. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tetutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas namun merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2007). Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 1997).

Ada beberapa tingkatan dalam sikap, yaitu : a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

(42)

c. Menghargai (valuing)

Menghargai orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

2.4.4. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. (Notoatmodjo, 2007).

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan : 1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan tindakan tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.

3. Mekanisme (mechanism)

(43)

4. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

2.5. Kerangka konsep

Perilaku • Pengetahuan • Sikap • Tindakan

1. Sanitasi Dasar

a. Penyediaan Air Bersih b. Jamban

c. Pengelolaan Air Limbah d. Pembuangan sampah 2. Rumah sehat

Memenuhi syarat kesehatan

Karakteristik • Umur

• Pendidikan • Pekerjaan

Tidak memenuhi

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat di wilayah perimeter Pelabuhan Teluk Nibung tentang kesehatan lingkungan dan kondisi perumahan serta sanitasi dasar. 3.2. Lokasi dan waktu penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian berlokasi di Lingkungan III Desa Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Asahan yang merupakan wilayah perimeter Pelabuhan Teluk Nibung, dimana luas wilayah perimeter pelabuhan adalah 6 ha.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli s/d Agustus 2010. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Bapak atau Ibu yang menjadi kepala keluarga yang tinggal di wilayah perimeter Pelabuhan Teluk Nibung yaitu Lingkungan III Desa Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Asahan yang berjumlah sebanyak 132 kepala keluarga.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yang berjumlah 132 orang

(45)

3.4. Metode pengumpulan data 3.4.1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari observasi dan wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder terdiri dari data yang diperoleh dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan Wilayah Kerja Tanjungbalai dan Kantor Kelurahan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Asahan.

3.5. Definisi Operasional

1. Wilayah Perimeter Teluk Nibung Tanjungbalai adalah seluruh penduduk yang tinggal di Desa Perjuangan Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Asahan.

2. Pengetahuan masyarakat adalah hal-hal yang diketahui masyarakat tentang sanitasi dasar dan rumah sehat.

3. Sikap masyarakat yaitu respon yang diberikan terhadap sanitasi dasar dan rumah sehat.

4. Tindakan masyarakat adalah tindakan yang dilakukan masyarakat terhadap sanitasi dasar dan rumah sehat.

5. Rumah sehat adalah suatu tempat tinggal dimana masing-masing dari komponen sarana rumah, sarana sanitasi dan perilaku penghuni memenuhi syarat kesehatan, yaitu memperoleh skor 628 – 760.

(46)

7. Penyediaan air bersih adalah sarana air bersih dan kualitas fisik air yang dimiliki oleh responden.

8. Pembuangan kotoran manusia adalah sistem pembuangan tinja yang dipergunakan oleh responden.

9. Pembuangan air limbah adalah sarana pembuangan air limbah yang dipakai oleh responden.

10. Sampah adalah sarana pembuangan sampah yang dimiliki oleh responden.

11. Umur adalah usia responden yang terhitung sejak dilahirkan hingga saat penelitian dilaksanakan.

12. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dijalani responden.

13. Pekerjaan adalah pekerjaan yang sedang dijalani atau ditekuni oleh responden pada saat penelitian dilakukan.

3.6. Variabel pengukuran 1. Tingkat Pendidikan

Untuk mengetahui pendidikan responden dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner, hasil ukur dapat dikelompokkan dalam kategori :

- rendah, jika tidak sekolah/tidak tamat SD/tamat SD/tamat SMP - sedang, jika tamat SLTA

(47)

2. Pengetahuan

Pengetahuan ditentukan berdasarkan jumlah pernyataan dalam instrumen angket yang tersedia pada lampiran yaitu dengan memilih sejumlah pernyataan dengan pilihan jawaban a, b, c.

- Jika responden memilih jawaban yang benar (pilihan jawaban a) akan mendapat skor 1, dan

- Jika responden memilih jawaban yang tidak benar (pilihan jawaban b atau c) akan mendapat skor 0.

Berdasarkan total nilai yang diperoleh dari 15 pertanyaan, maka total nilai maksimal adalah 15. Berdasarkan skala Likert (Notoatmodjo, 2003) pengetahuan responden dikategorikan sebagai berikut :

a. Kategori baik apabila total nilai yang diperoleh responden > 65% dengan rentang (10-15).

b. Kategori kurang baik apabila total nilai yang diperoleh responden < 65% dengan rentang (0-9)

3. Sikap

Pengukuran sikap dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada responden dengan jumlah pertanyaan sebanyak 14 buah, dengan alternatif jawaban sebanyak 3 pilihan (setuju, kurang setuju, atau tidak setuju). Adapun sistem pemberian skor sikap untuk pertanyaan nomor 1,3,4,6,9,10,11,13 dan 14 adalah sebagai berikut :

- Jika responden memilih jawaban setuju mendapat skor 2

(48)

Sistem pemberian skor sikap untuk pertanyaan 2,5,7,8,12 adalah sebagai berikut : - Jika responden memilih jawaban setuju mendapat skor 0

- Jika responden memilih jawaban kurang setuju mendapat skor 1 - Jika responden memilih jawaban tidak setuju mendapat skor 2

Berdasarkan total nilai yang diperoleh dari 14 pertanyaan, maka total nilai maksimal adalah 28. Berdasarkan skala Likert (Notoatmodjo, 2003) sikap responden dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Kategori baik apabila total nilai yang diperoleh responden > 65 % dengan rentang (19-28).

b. Kategori kurang baik apabila total nilai yang diperoleh responden < 65% dengan rentang (1-18).

4. Tindakan

Pengukuran tindakan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada responden dengan jumlah pertanyaan sebanyak 12 buah, dengan alternatif jawaban sebanyak 3 pilihan (ya, kadang-kadang, atau tidak). Jika responden memilih jawaban ya, Untuk Variabel tindakan adalah dibuat suatu skoring terhadap beberapa pernyataan dalam instrumen angket dengan 3 pilihan jawaban a, b, c.

- Jika responden memilih jawaban ya mendapat skor 2

- Jika responden memilih jawaban kadang-kadang mendapat skor 1 - Jika responden memilih jawaban tidak mendapat skor 0

(49)

a. Kategori baik apabila total nilai yang diperoleh responden > 65 % dengan rentang (16-24).

b. Kategori kurang baik apabila total nilai yang diperoleh responden < 65% dengan rentang (1-15).

5. Kondisi Perumahan dan Sanitasi Dasar

Penilaian rumah ditentukan dari jumlah komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku kesehatan yang diperoleh dari data observasi. Pembobotan terhadap kelompok rumah dan kelompok sarana sanitasi (Depkes RI, 2002) berdasarkan :

a. Bobot komponen rumah = 31 (25/80 x 100% = 31,25) b. Bobot sarana sanitasi dasar = 25 (20/80 x 100% = 25) Kemudian jumlah penilaian dari tiap komponen rumah dikalikan dengan bobot, maka diperoleh hasil penilaian rumah.

Hasil penilaian rumah = Nilai x Bobot

Hasil penilaian rumah dikelompokkan menjadi rumah sehat dan tidak sehat. a. Rumah sehat apabila jumlah nilai antara 628 – 760

b. Rumah tidak sehat apabila jumlah nilai < 628 3.7. Teknik Analisa data

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis

Kelurahan Perjuangan merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Teluk Nibung. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Asahan Propinsi Sumatera Utara, adalah :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pematang Pasir - Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Asahan

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sei Rintis

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sei Pematang dan Desa Sei Raja Mendah Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung memiliki luas + 126 hektar yang beriklim tropis dengan musim kemarau antara bulan Februari – Juli dan musim hujan antara bulan Agustus – Januari.

Kelurahan Perjuangan terdiri dari 5 lingkungan, yaitu Lingkungan I, Lingkungan II, Lingkungan III, Lingkungan IV dan Lingkungan V. Adapun batas-batas wilayah Lingkungan III, adalah :

(51)

4.1.2. Demografi

Berdasarkan data monografi Kelurahan tahun 2009 jumlah penduduk di Kelurahan Perjuangan secara keseluruhan sebanyak 6.184 jiwa yang tersebar di 5 lingkungan. Dari seluruh penduduk, jumlah penduduk laki-laki adalah sebanyak 3.180 jiwa dan perempuan sebanyak 3.004 jiwa. Pekerjaan penduduk yang paling banyak di Kelurahan Perjuangan adalah buruh nelayan sebanyak 1.086 jiwa, buruh transport 984 jiwa, pedagang 845 jiwa, penarik beca 252 jiwa, nelayan sebanyak 90 jiwa, buruh perdagangan sebanyak 56 jiwa, pegawai negeri sipil sebanyak 56 jiwa dan sebagainya.

4.2. Karakteristik Responden di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Asahan

(52)

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Tahun 2010.

No Karakteristik Responden Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Umur

- Buruh Bongkar Muat Barang - Pedagang

- Nelayan

- Tukang Becak Motor - Pemborong ikan - Tukang Jahit

- Penjaga malam gudang - Tukang Cuci

(53)

pendidikan rendah yaitu tamat SD dan tamat SMP. Berdasarkan jenis pekerjaan, dapat dikategorikan responden yang bekerja sebagai pekerja informal sebesar 75,0%. Dan dari pekerja informal yang paling banyak adalah buruh bongkar muat barang yaitu 22,7%.

4.3. Pengetahuan

(54)

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Sanitasi Dasar dan Rumah Sehat di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2010

No Indikator dan Jawaban Aspek

Pengetahuan

Akibat yang terjadi bila menggunakan

air sungai sebagai air minum

Membersihkan tempat penampungan

air bersih

Jenis jamban yang paling baik

Saluran pembuangan air limbah yang

baik

Manfaat membuka jendela pada pagi

hari

Keadaan lantai pada rumah sehat

(55)

Berdasarkan tabel 4.2. menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang sanitasi dasar dan rumah sehat adalah 100 %, namun ada sebagian responden (68,2%) yang tidak memberikan jawaban yang benar yaitu yang berkaitan dengan pengertian sampah organik dan sampah anorganik serta cara penangangannya sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah.

Tingkat pengetahuan responden yang diskoring memberikan hasil bahwa 100% responden dalam tingkat kategori pengetahuan yang baik.

4.4. Sikap

(56)

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap Tentang Sanitasi Dasar dan Rumah Sehat di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2010

1 Air bersih dimasak terlebih dahulu sebelum diminum

132 100 0 0 0 0 132 100

2 Membersihkan tempat

pe-nampungan air bersih pada saat ingat saja

0 0 0 0 132 100 132 100

3 Menggunakan jamban leher angsa untuk setiap rumah tangga

132 100 0 0 0 0 132 100

4 Menggunakan septik tank untuk menghindari pence-maran tanah

132 100 0 0 0 0 132 100

5 Membuang air limbah sem-barangan ke selokan/parit

0 0 0 0 132 100 132 100

6 Menggunakan SPAL tertutup 132 100 0 0 0 0 132 100

7 Boleh membuang sampah pada sembarang tempat

0 0 0 0 132 100 132 100

8 Tempat sampah di dalam rumah tidak diperlukan

0 0 0 0 132 100 132 100

9 Memisahkan sampah orga-nik dan sampah anorganik sebelum dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir

132 100 0 0 0 0 132 100

10 Masyarakat yang mem-buang sampah ke sungai diberikan sanksi

118 89,4 10 7,6 4 3,0 132 100

11 Membuka jendela pada pagi hari 132 100 0 0 0 0 132 100

12 Lantai rumah tidak harus bersih dan diperbolehkan lembab

0 0 0 0 132 100 132 100

13 Langit-langit rumah harus ada dan tidak kotor

132 100 0 0 0 0 132 100

14 Pencahayaan rumah harus terang dan tidak silau se-hingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal

132 100 0 0 0 0 132 100

(57)

Berdasarkan tabel 4.3. diketahui bahwa seluruh responden (100%) memberikan jawaban setuju pada pernyataan memasak air bersih sebelum diminum, menggunakan jamban leher angsa untuk setiap rumah tangga, menggunakan septik tank untuk menghindari pencemaran tanah, menggunakan SPAL tertutup, memisahkan sampah organik dan sampah anorganik sebelum dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir, membuka jendela pada pagi hari, memiliki langit-langit rumah yang bersih serta memiliki pencahayaan rumah yang terang dan tidak silau.

Berdasarkan tabel 4.3. tersebut juga diketahui bahwa seluruh responden (100%) memberikan jawaban tidak setuju pada pernyataan membersihkan tempat penampungan air pada saat ingat saja, membuang air limbah sembarangan ke selokan/parit, boleh membuang sampah sembarangan serta pernyataan lantai rumah diperbolehkan tidak bersih dan lembab.

Pada tabel 4.3. tersebut diketahui terdapat 89,4% responden yang setuju dan 7,6% responden menyatakan kurang setuju serta terdapat 3,0% responden menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan masyarakat yang membuang sampah ke sungai diberikan sanksi.

Tingkat sikap responden yang diskoring memberikan hasil bahwa 100% responden dalam tingkat sikap yang baik.

4.5. Tindakan

(58)

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang Sanitasi Dasar dan Rumah Sehat di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2010

No Indikator Tindakan

12 Pencahayaan di rumah terang dan tidak silau

(59)

Berdasarkan tabel 4.4. diatas, diketahui bahwa 100% responden memasak air bersih sebelum diminum dan masih memiliki sarana pembuangan air limbah yang terbuka. Dari 132 responden, masih ada 19 responden (14,2%) yang membersihkan tempat penampungan air bersih secara tidak teratur. Terdapat 66,7% responden memiliki langit-langit rumah yang tidak bersih serta pencahayaan di rumah tidak terang. Terdapat 47,0% responden belum memiliki jamban leher angsa di rumah. Terdapat 49,2% responden yang kadang-kadang membuang sampah ke tempat sampah serta terdapat 85,6% responden yang tidak memisahkan sampah organik dan sampah anorganik sebelum dibuang ke tempat sampah.

Tingkat tindakan responden yang diskoring dapat dikategorikan menjadi kategori baik dan kurang baik adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5. Distribusi Tingkat Tindakan Responden Tentang Sanitasi Dasar dan Rumah Sehat di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2010

No Tingkat Tindakan Responden Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Kurang baik 105 79,5

2 Baik 27 20,5

Total 132 100

(60)

4.6. Rumah Sehat

Kepemilikan rumah sehat dilihat dari beberapa indikator yaitu meliputi komponen rumah, kondisi sanitasi dasar dan perilaku penghuni rumah. Hasil penelitian kepemilikan rumah sehat dapat dilihat dari tabel 4.6. berikut ini.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Rumah Sehat di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2010

Keterangan : n = jumlah responden

(61)

luas ventilasi permanen < 10% dari luas lantai. Seluruh responden (100%) tidak memiliki lubang asap dapur.

Berdasarkan kondisi sanitasi dasar diketahui bahwa mayoritas responden (46,2%) memiliki sarana air bersih dan tidak memenuhi syarat kesehatan. Mayoritas responden (56,1%) memiliki jamban leher angsa dan septik tank. Mayoritas responden (97,7%) memiliki sarana pembuangan air limbah yang dialirkan ke selokan terbuka. Mayoritas responden (55,3%) memiliki sarana pembuangan sampah tetapi tidak kedap air dan tidak memiliki tutup.

Berdasarkan penilaian pada beberapa indikator rumah sehat tersebut sesuai dengan Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2002, maka kepemilikan rumah sehat dapat dikategorikan menjadi rumah sehat dan tidak sehat. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.7. berikut ini.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Rumah Sehat di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2010

No Kepemilikan Rumah Sehat Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Sehat 17 12,9

2 Tidak Sehat 115 87,1

Total 132 100

(62)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Kondisi Masyarakat dan Lingkungan di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai Tahun 2010. .

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden (34,8%) berusia > 35 tahun dan responden berusia < 45 tahun sebanyak 31,1%. Responden penelitian pada umumnya merupakan tamatan SMP dan SD yaitu masing-masing 44,7% dan 25,8% sedangkan responden yang memiliki pendidikan sarjana hanya 6 orang atau 4,5%.

Tingkat pendidikan yang rendah yang dimiliki oleh responden mengakibatkan responden hanya mampu bekerja sebagai pekerja informal yaitu sebanyak 75,0% atau memiliki pekerjaan tidak tetap dengan tingkat penghasilan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sandang sehari-hari. Gambaran demikian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minimnya fasilitas sanitasi dasar responden dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pendapat Sastra (2002) yang menyatakan bahwa pada masyarakat golongan menengah ke bawah, kemampuan ekonominya masih terkonsentrasi pada pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan sebagai kebutuhan pokok.

5.2. Pengetahuan

(63)

sehat. Bila kita tinjau dari tingkat pendidikan, responden yang paling banyak adalah responden yang berpendidikan rendah yaitu tamatan SMP dan tamatan SD. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa pengetahuan yang responden dapat ini adalah karena promosi melalui iklan yang ditayangkan di televisi dan tindakan promosi kesehatan yang dilakukan instansi pemerintah daerah setempat mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan yang mengakibatkan bertambahnya pengetahuan masyarakat. Ini menunjukkan bahwa promosi kesehatan itu dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.

Dari hasil penelitian, ada sebagian responden (68,2%) yang tidak mengetahui tentang pengertian sampah organik dan sampah anorganik serta cara penanganannya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat belum mengenal istilah sampah organik dan sampah anorganik sehingga perlu diperkenalkan istilah yang baku tersebut kepada masyarakat.

Berdasarkan Notoatmodjo (2003) dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan yang diperoleh melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, raba yang memberikan informasi tertentu kepada seseorang dan menjadi pengetahuannya.

(64)

5.3. Sikap

Berdasarkan hasil penelitian, sikap responden tidak jauh beda dengan pengetahuannya. Seluruh responden (100%) memiliki sikap baik tentang sanitasi dasar dan rumah sehat. Hal ini dikarenakan pada dasarnya responden setuju dengan hal-hal yang berkaitan dengan sanitasi dasar dan rumah sehat, walaupun ada sebagian responden (3,6%) yang tidak setuju bila diberikan sanksi kepada masyarakat yang membuang sampah ke sungai.

Sikap adalah penilaian seseorang terhadap stimulus-stimulus atau objek setelah seseorang mengetahui stimulus dan objek, proses lanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Apabila individu memiliki sikap yang positif terhadap suatu stimulus atau objek kesehatan maka ia akan memiliki sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu tersebut berada. Sebaliknya bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap suatu objek, maka ia akan memiliki sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dalam individu tersebut berada.

5.4. Tindakan

Gambar

Tabel 4.1.  Distribusi Karakteristik Responden Lingkungan III Kelurahan Perjuangan Kecamatan Teluk Nibung Tahun 2010
Tabel 4.2.  Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Sanitasi Dasar dan Rumah Sehat di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan
Tabel 4.3.  Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap Tentang Sanitasi Dasar dan Rumah Sehat di Lingkungan III Kelurahan
Tabel 4.4.  Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang Sanitasi Dasar dan Rumah Sehat di Lingkungan III Kelurahan Perjuangan
+4

Referensi

Dokumen terkait

The development of supplementary cementitious materials (SCMs) is said to be fundamental to advancing low-cost construction materials to be used in the production of

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk memeroleh gambaran atau memahami mengenai pola komunikasi terapeutik melalui perilaku verbal dan nonverbal yang dilakukan para

Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir saya dengan Judul “Analisis Tingkat Keekonomisan Terhadap Penggunaan Profil Kastela Sebagai Balok Pada Konstruksi Baja (Studi

The reactivity of CFBC fly ashes in the presence of water can be related to their chemical composition, essentially the quantity of silica, alumina, lime and sulfate that

Pembahasan penyebaran informasi gaya hidup sehat dengan menerapkan food combining ditinjau dari teori difusi inovasi didasarkan pada pola pengaturan asupan makanan yang

Dekomposisi tongkol jagung dalam etanol panas bertekanan pada suhu superkritik dengan katalis natrium karbonat dapat menghasilkan produk berupa minyak, arang, dan gas. Minyak yang

Berdasarkan uji Duncan diketahui bahwa daun lamtoro, kaliandra dan daun gamal memiliki kecernaan NDF yang paling tinggi dibanding hijauan pakan lainnya, yaitu daun

Sitinjak (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Atribut Produk Islami dan Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Nasabah dan Loyalitas Nasabah Pada PT