• Tidak ada hasil yang ditemukan

Citra Perempuan dan Ideologi Feminisme dalam Empat Novel Karya A. Hasjmy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Citra Perempuan dan Ideologi Feminisme dalam Empat Novel Karya A. Hasjmy"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

10

Copyright ©2015, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266

CITRA PEREMPUAN DAN IDEOLOGI FEMINISME DALAM EMPAT NOVEL KARYA A. HASJMY

Khadijah1, Ikhwanuddin Nasution2, Siti Norma Nasution3 1

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bina Bangsa Getsampena Banda Aceh

2

Fakultas Ilmu Budaya USU 3

Fakultas Ilmu Budaya USU khadijahrcl@yahoo.co.id

Abstract

The purpose of this study is to find out the image of women in the novels written by A. Hasjmy. The novels to be observed are Melalui Jalan Raya Dunia (1939). In both novels the women faced the problems of poverty and the problems of patriciarchal culture. The image of women portrayed is so hopeless, weak and dependent. The novels are regarded as local color for they talked about women in Aceh related to their culture (talking about ethnicity/including customs, tradition and religion). The method used is descriptive qualitative concerning the data in the form of statements actions and thoughts. The theory applied are sociology of literatur and feminism. Ideology of feminism is needed to analized the problems related to women in domination. After analizing the problems it is hope to find the solutions of the problems as the findings of the research.

Keywords: The image of women, feminism ideology, patriarchal culture

LATAR BELAKANG

Di dalam novel pengarang mengungkapkan hasil cipta sastra dengan melihat fenomena-fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat. Fenomena-fenomena tersebut dapat berwujud peristiwa-peristiwa ketidakadilan yang melanggar hak azasi manusia yang biasanya dilakukan oleh penguasa terhadap rakyat biasa. Di samping itu novel juga mampu menyuarakan berbagai persoalan-persoalan sosial yang merugikan manusia sebagai akibat ideologi yang berkembang dalam kehidupan masyarakat, kegamangan hidup, pencarian jati diri dan sebagainya.

Sasrawan Indonesia tidak sekedar membentuk visinya dengan menyerap secara mentah-mentah realialitas. Sastrawan sebagai makhluk sosial, mau tidak mau selalu berinteraksi dengan situasi sosial, politik, ekonomi dan intelektual di mana ia berada (Sapari, 1985: 283).

Seorang pengarang melakukan kreativitas dengan imajinasi dan fantasi yang ditambahkan pada data proses realitas sosial. Menurut Teeuw (1994: 230) seorang pengarang sering bersusah payah, lewat lukisan alam, watak dan wajah manusia, pemerincian waktu dan lain-lain menimbulkan kesan yang sedekat mungkin Hal ini jugalah yang dilakukan oleh pengarang A. Hasjmy. Dalam novel-novelnya A. Hasjmy

(2)

11

mengungkapkan fenomena sosial pada zamannya di antaranya adalah cerita tentang kehidupan perempuan Aceh. Secara khusus penelitian membahas citra perempuan dan ideologi feminisme yang digambarkan dalam novel di antaranya adalah citra perempuan Aceh dan nilai-nilai tradisinya.

Topik dalam penelitian ini penting untuk dibicarakan karena sampai saat sekarang ini permasalahan perempuan yang berhubungan dengan citra perempuan dalam masyarakat belum juga selesai. Permasalahan perempuan tidak hanya disebabkan oleh faktor eksternal tetapi juga faktor internal. Banyak perempuan yang hidup selalu bergantung pada orang lain termasuk pada suaminya. Ia tidak dapat hidup mandiri karena ia berprinsip hanya sebagai pelengkap dalam rumah tangganya. Ia tidak memikirkan kehidupan untuk dirinya sendiri. Kehidupannya dihabiskan untuk mengabdi pada keluarganya. Hal ini memang yang diharapkan oleh masyarakat budaya patriarkhi. Pemikiran seperti ini masih terus dipertahankan dalam masyarakat. Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengubah cara pikir dan sikap baik laki-laki maupun perempuan untuk menghormati posisi dan peran perempuan agar dapat hidup setara dengan mitra kerjanya yaitu kaum laki-laki.

1. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah menganalisis citra perempuan-perempuan yang digambarkan dalam novel A. Hasjmy.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada kehidupan perempuan-perempuan dalam ranah domestik dan publik. Citra perempuan dan permasalahannya akan dikaji melalui perspektif ideologi feminisme.

LANDASAN TEORI

Elizabeth (1973: 14) mengemukakan this comprehensive view of human relations and of relations between men and the universe implies the possibility of an ideal of humanity. It is this which inclines me to distinguish it from the type of collective

consciousness which I have called ideological by attaching to it the tern „wold view‟.

Teori strukturalisme genetik digunakan pada unsur-unsur karya sastra seperti tokoh, tema, setting atau latar dan seterusnya. Semua unsur ini dihubungkan satu sama lain, diberi makna dengan cara penafsiran sehingga mendapat makna yang menyeluruh. Groden dan Kreiswirth (1977: 10) mengatakan he wanted its audience to be able to “fix and grasp a sence of the totality of women‟s lives and the realities of which they have

been a part”. Teori feminisme digunakan untuk berkaitan dengan perjuangan kesetaraan gender dan perlawanan terhadap budaya patriarkhi. Ide-ide dan pemikiran dari para aktivis feminis dihubungkan dengan permasalahan yang diteliti.

(3)

12

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-9, No 1, Januari 2015

ANALISIS DATA

1. Citra Perempuan yang Digambarkan dalam Novel

Melalui Jalan Raya Dunia (MJRD) adalah sebuah cerita rumah tangga antara suami dan istri dalam masyarakat Aceh. Cerita ini dimulai dengan peristiwa perceraian antara suami dan istri dalam sebuah rumah tangga. Suami bernama Nurdin dan Istri bernama Asma. Perceraian itu disebabkan oleh orang tua. Orang tua Asma tidak senang lagi melihat menantunya yang tiba-tiba jatuh miskin. Asma telah berusaha untuk membujuk dan bertukar pikiran dengan suaminya dalam masalah sikap kedua orang tuanya yang tidak senang dengan suaminya namun pendamping hidupnya tidak menghiraukan hal tersebut. Asma ditinggalkan begitu saja oleh suaminya dengan seorang anak berusia lima bulan.

Asma larut dalam kesepian dan kesedihan yang panjang. Namun ia ingat akan anaknya maka ia harus bangkit untuk membesarkan anaknya. Ia membesarkan anaknya dengan penuh kasih dan sayang. Banyak rintangan dan hambatan yang ia rasakan dalam menjalani hidupnya tanpa suami di sampingnya. Walaupun hambatan dan rintangan yang di alami oleh Asma ia tetap kuat menghadapinya. Ia selalu berharap agar suaminya kembali lagi disisinya. Ia tidak mau menikah lagi. Ayah dan ibu Asma sayang melihat keadaan Asma. Mereka menyesali semua peristiwa ini namun penyesalan tersebut tidak ada artinya lagi buat pribadi Asma. Asma terlarut dalam kesedihan menantikan suaminya kembali lagi. Asma ingin menyampaikan pada suaminya bahwa Ayah dan ibunya sudah menyesali semua perbuatan. Ia sering sakit-sakitan di saat anaknya sudah besar dan sudah menjadi anak yang berguna dalam kehidupan masyarakat. Akhirnya Asma meninggal dalam penantian suaminya.

2. Faktor Ekonomi Menimbulkan Permasalahan

Dahulu, waktu nikah diakadkan kadhi, Nurdin dan Asma sama-sama anak hartawan. Ayah Nurdin seorang saudagar besar yang mempunyai harta puluhan ribu, demikian juga ayah Asma. Tetapi, Allah berbuat sekehendak-Nya. Ayah Nurdin jatuh miskin, segala harta bendanya pindah ke tangan yang lain. Dan memang demikian sifatnya alam, berubah, berpindah dari satu ke lain keadaan. Bukankah sekali banjir, sekali pula beranjak tepian mandi? Celakalah manusia yang berpaham sempit, yang menyangka, bahwa bulan akan purnama selama-lamanya (MJRD: 13).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa keluarga Asma dan keluarga Nurdin sama-sama berasal dari keluarga hartawan saat pertama ikrar nikah mereka diucapkan oleh suami. Seiring dengan jalannya waktu keluarga Nurdin jatuh miskin. Harta orang tuanya pindah ke tangga orang lain. Harta yang dimiliki tidak selamanya akan kekal pada manusia. Namun Allah berkehendak lain. Allah bisa mengambil kembali harta yang ada pada manusia. Manusia haruslah berpikir bahwa harta itu adalah titipan Allah sementara pada manusia. Rugilah manusia yang berpendapat bahwa harta itu akan kekal padanya untuk selama-lamanya.

(4)

13

Dari penjelasan di atas terlihatlah akar permasalahannya. Faktor ekonomi menyebabkan Nurdin dan Asma berpisah. Fenomena ini sangat universal karena masyarakat masih mengutamakan kesamaan strata sosial ekonomi untuk dapat hidup berdampingan secara harmonis. Faruk (2009: 26) Usaha dari kelas yang berkuasa untuk mempertahankan ekonominya, mempertahankan hubungan-hubungan sosial yang ada dalam suatu kondisi produk tertentu, memungkinkan terbangunnya berbagai institusi sosial seperti hukum, politik, agama, seni, keluarga, dan sebagainya yang menopang hubungan tersebut. Secara universal masyarakat masih menganggap keberuntungan secara ekonomis membuat suatu keluarga meningkat status sosial. Oleh sebab itu pasangan yang tidak berasal dari status sosial ekonomi yang sama tidak mungkin dapat hidup berdampingan dengan harmonis. Banyak contoh yang digambarkan dalam novel maupun yang berasal dari pengalaman dunia nyata. Pasangan keluarga ataupun pasangan remaja yang tidak setara kehidupan ekonominya atau status sosialnya telah menimbulkan tragedi kemanusiaan. Mereka menjadi korban konstruksi sosial masyarakat, terbuang dan terpinggirkan.

Sayang ! Di luar jiwa Asma, di keliling badannya yang hanya satu itu, ada dua jiwa yang lain, ada dua badan yang lain, yang jauh berbeda dengan diri dan pendirian Asma, yaitu ayah dan ibunya. Nafas takdir yang telah memadamkan cahaya lentera kebahagiaan hidup keluarga Nurdin, telah memadamkan pula sinar budi yang berkelip-kelip dalam jiwa ayah dan ibu Asma, sehingga kedudukan Nurdin dalam hati mereka telah dipindahkan ke satu sudut yang sangat sempit dan berbahaya. Nurdin dahulu bukan Nurdin sekarang lagi dalam pandangan mata kebendaan mereka. Keluhan dan sesalan hati mereka sudah sering terdengar, karena anaknya bersuamikan Nurdin (MJRD: 13).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Asma tidak mampu melawan kehendak kedua orang tuanya. Asma dan orang tuanya sangat berbeda dalam memandang kehidupan ini. Kedua orang tuanya memandang harta sebagai tujuan segala-galanya. Saat Nurdin jatuh miskin kedudukan Nurdin dalam keluarga menjadi hina dan tersisihkan. Orang tua Asma sering mengeluarkan bahasa-bahasa hinaan kepada Nurdin. Sedangkan Asma tidak memandang harta dalam hidup ini. ia hanya mengharapkan suami berbaik hati dan setia padanya. Sikap kedua orang tua Asma tersebut telah membuat keharmonisan rumah tangga mereka menjadi berkurang.

Nurdin, anak muda yang sabar dan teguh batin, sanggup menahan perasaan hatinya, tiada berkesan pada hatinya, tiada berkesan pula pada mukanya. Kehancuran hatinya itu tidak akan di perlihatkan kepada istrinya, kepada asma yang baik dan mulia hatinya. Biarlah dia sendiri menderitakannya. Tetapi Asma, perempuan yang berperasaan halus, dapat merasa apa yang dirasa junjungannya , dapat melihat apa yang tersembunyi dalam jiwa suaminya. Dengan suara yang lemah lembut, dibujuknya suaminya, dihiburinya dengan cumbu dan cindan. Kesenangan hidup istri sejati adalah dalam kesenangan suaminya (MJRD: 14).

(5)

14

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-9, No 1, Januari 2015

Ada kutipan dalam novel yang menyatakan bahwa hubungan antara suami istri berjalan dengan harmonis mereka saling menghormati tidak ada terlihat gejala opresi dan dominasi dari seorang suami kepada istrinya, kutipan di bawah ini menunjukkan hubungan yang baik antara suami istri. Seorang istri dapat bertanya kepada suami tentang masalah dalam rumah tangga.

“Adinda khawatir kalau ketenangan dan ketentraman kanda itu akan berombak ” ujar Asma dengan bersahaja (MJRD: 15).

Dari kutipan di bawah ini dapat dilihat bahwa Manusia hanya bisa merencanakan agar rumah tangga bisa kekal sampai akhir hidup. Rumah tangga Asma dan Nurdin tidak berjalan sebagai mana mereka harapkan. Takdir menyatakan lain. Pada usia lima bulan anak mereka Nurdin bercerai dengan istri dan anaknya. Peristiwa itu sangat menyedihkan hati manusia. Sebelumnya mereka berharap kehidupan rumah tangga mereka akan menjadi indah dan ramai dengan lahirnya anak tetapi semuanya berubah menjadi kenistaan. Roda kehidupan ini diatur oleh yang Maha Kuasa.

Tetapi, tangan takdir tidak membiarkan roda harapan mereka berputar ke arah yang mereka ingini. Lima bulan sudah menjelma putera mereka kembali ke alam wujud, untuk memecah kesepian gedung mereka, terjadilah peristiwa di atas, peristiwa yang mengharukan hati kemanusiaan; yaitu Nurdin bercerai dengan istri dan puteranya. Memang stir auto kehidupan manusia bukan mereka sendiri yang memegangnya, hanya dikendalikan oleh tangan gaib yang maha kuasa. Kalau manusia yang menentukan tujuan bahtera hayatnya, tentu bukan begini bentuk

„alam, bukan begini roman maya. Kita akan mendapati dunia yang penuh dengan

ketentraman dan kedamaian, yang bersepuh dengan emas kegirangan dan kegembiraan (MJRD: 12).

Dari kutipan di bawah ini dapat dilihat sebagian anggota masyarakat yang melihat sendiri dengan pandangan matanya ke rumah tangga Asma dan Nurdin mereka tidak heran rumah tangga Asma dan Nurdin Akan hancur. Hal itu disebabkan telah ada tanda-tanda kehancuran yang sangat kuat. Tanda-tanda-tanda kehancuran bisa menghancurkan rumah tangga mereka yang kokoh itu.

Masyarakat dalam novel ini tidak mudah mempercayai segala sesuatu tanpa melihat fakta. Masyarakat hidup dengan hubungan harmonis antara sesama. Segala sesuatu yang terjadi pada anggota masyarakatnya di tanggapi dengan positif. Masyarakat tidak membesar-besarkan masalah. Mereka melihat permasalahan dengan jeli.

Tetapi orang yang dapat melihat dari dekat, yang sampai pandang matanya ke liku-liku gedung mereka, tentu tidak akan terperanjat melihat istana itu dirobohkan badai. Karena pada masa yang akhir-akhir ini, di sekeliling gedung itu telah terbayang tanda-tanda akan bertiup angin taufan yang maha dahsyat, yang sanggup menghancurkan gunung yang maha perkasa (MJRD: 12).

3. Citra Perempuan dalam Masyarakat

(6)

15

menyendiri, ia setia menunggu suaminya kembali. Menurut Harun (2009: 156) dalam pandangan orang Aceh setia diartikan sebagai ketetapan atau keteguhan hati seseorang manusia untuk mencintai sesuatu secara tulus yang menembus batas ruang dan waktu. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Sudah berkali-kali gedung yang tiada berhuni itu di lamar orang, di ketok

pintunya, namun Asma masih tetap bersunyi diri. Ia tak hendak mengizinkan orang menaikinya. Buat dia, Nurdin hanya seorang atas dunia ini. Kalau Nurdin telah pergi, anaknya lah yang menjadi gantinya (MJRD: 16).

Dalam hal ini terlihatlah bahwa Asma berpendirian teguh, belum ada seorang pun yang dapat menjadikan posisi suaminya di dalam hatinya, ia hanya ingin di temani oleh seorang anaknya saja.

Jika kita hubungkan dengan ideologi feminisme perempuan memang menuntut kebebasan untuk menentukan arah hidupnya. Banyak perempuan yang ingin hidup mandiri secara ekonomi dan sosial. Perempuan hidup tidak bergantung pada siapa pun dan tidak dikuasai oleh siapa pun bahkan oleh keluarga sendiri. Perempuan berhak untuk memilih cara hidup yang dapat membahagiakan dirinya.hal ini sesuai juga dengan ajaran Islam yang melarang untuk memaksa perempuan untuk memilih jodoh. Hal ini sesuai dengan pendapat Athibi (1998: 181) seorang ayah wajib meminta pendapat anak perempuannya mengenai pernikahannya.

4. Hubungan dengan Lingkungan

Peristiwa yang menimpa rumah tangga Asma dengan segera tersiar di sekeliling kampungnya; bahwa peristiwa itu disambut orang dengan tanda tanya dan penuh keheranan. Seorang pun tiada menyangka, bahwa gedung yang kokoh dan tentram selama ini akan hancur lebur dengan tiba-tiba. Penduduk Seulimeum, bahkan segala penghuni dusun-dusun yang terletak di kaki gunung Selawah Jantan hampir-hampir tidak percaya akan peristiwa ini. Karena selama ini mereka tahu, bahwa Nurdin dan Asma adalah sejodoh manusia yang menjadi contoh teladan tentang ketertiban dan kedamaian pergaulannya. Dunia memang aneh dan ajaib! (MJRD: 12).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Asma dan keluarganya berhubungan erat dengan masyarakat sekeliling hingga perubahan yang terjadi dalam keluarganya dapat diketahui oleh tetangganya. Hal ini menunjukkan masyarakat lingkungannya masih peduli dengan masalah yang menimpa keluarga Asma. Hal tersebut berbeda dengan kehidupan individual yang terdapat di kota besar. Masyarakat lagi peduli dengan keadaan tetangganya. Mereka hanya sibuk mengurusi keluarganya masing-masing dan tumbuh menjadi individu-individu egois dan selvis. Dalam novel ini digambarkan masyarakat Aceh yang masih peduli dengan sesama bukan berarti negatif untuk mengurusi urusan orang lain. Di dalam agama Islam ditekankan bahwa tetangga itu adalah 40 rumah dengan rumah sendiri. Jangan sampai ada tetangga yang menderita kelaparan dan tidak diperdulikan oleh lingkungan.

Menurut teori sosiologi sastra novel mencerminkan cara hidup masyarakat di mana novel itu diciptakan. Endraswara (2011: 77) mengemukakan kehidupan sosial akan menjadi picu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang suksesatau berhasil yaitu yang mampu merefleksikan zamanya Realitas sosial yang diungkapkan dalam novel tidak jauh gambarannya dengan kehidupan nyata sehari-hari dalam hal ini kehidupan masyarakat Aceh. Pengarang berusaha mengungkapkan kebiasaan dan pola hidup suatu masyarakat yang digambarkan dalam novelnya. Gambaran masyarakat yang diungkapkan dapat

(7)

16

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-9, No 1, Januari 2015

bersesuaian dengan ide dan maksud pengarang tetapi ada juga sikap masyarakat yang menyimpang tidak sesuai dengan pemikiran pengarang. Hal tersebut disebabkan oleh pengarang menekankan ide untuk mengubah sikap dan pola pikir masyarakat yang digambarkannya. Hal ini berhubungan dengan fungsi sosial suatu karya sastra yaitu menanamkan ide-ide dan pemikiran baru yang sesuai dengan tujuan pengarang.

SIMPULAN

Kajian feminisme terhadap citra perempuan yang ada dalam novel A. Hasjmy diungkapkan bahwa tokoh utama Asma tidak berdaya menghadapi sikap kedua orang tuanya. Tokoh utama perempuan telah berusaha untuk membujuk dan merayu dengan segala cintanya kepada suaminya agar suami tidak mempedulikan segala sikap kedua orang tuanya. Namun hal tersebut tidak berhasil. Suami tetap pergi meninggalkannya begitu saja. Kajian feminisme terhadap citra perempuan menunjukkan bahwa budaya patriarki telah memberi dampak negatif terhadap perempuan. Karena itu perempuan menjadi menderita.

DAFTAR PUSTAKA

Athibi, Ukasyah. (1998). Wanita Mengapa Merosot Akhlaknya. Jakarta: Gema Insani Press.

Elizabeth, Tom Burns (Ed). (1973). Sociology of Literature and Drama. Middlesex: Penguin books.

Endraswara, Suardi. (2011). Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Faruk. (2009). Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik sampai Post-modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Groden, Michael dan Martin Kreiswirth (ed). (1997). Feminist Theory and Criticism. London: The Johns Hopkins University Press.

Harun, Mohd. (2009). Memahami Orang Aceh. Bandung: Citapustaka Media Perintis. Maleong. J. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:. Remeja Rosdakarya.

Sapari, Gunoto. (1985). Sastra Universal juga Kontekstual. Dalam Heriyanto, Ariel. Perdebatan Sastra Kontekstual. Jakarta: Rajawali.

Referensi

Dokumen terkait

Bobot hasil tangkapan ikan tuna sirip kuning terbesar dengan pengoperasian alat tangkap longline dengan tali pancing yang menggunakan jumlah mata pancing 1592 mata pancing

Informasi secara rinci dapat dilihat di website www.jakarta.go.id 2.. Untuk pengaduan dapat

Meneguhkan pemahaman terhadap konsep TQM tersebut, dalam hubungannya dengan pendidikan dapat didefinisikan sebagai sekumpulan prinsip dan teknik yang menekankan bahwa

Planning (Perencanaan) ... Prinsip-prinsip Manajemen Sekolah ... Memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja ... Mengkoordinasi wewenang

Selain daya serap otak pada anak didapat melalui makanan yang bergizi, hal lain yang mendukungnya adalah melalui prose pembelajaran yang formal atau pendidikan yang tepat. Kendala

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipergunakan pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai dasar penyusunan perencanaan dan pengambilan keputusan. Kepala

Dalam konteks ini, petani berskala besar lebih fleksibel ketika harga garam naik ataupun turun karena mereka memiliki gudang penyimpanan garam tetapi bagi petani kecil mereka

Since the first year of cultivation, total dry seed weight was highest in West Lombok accession followed by Bima and Sumbawa, and were significantly different to Central Lombok and