• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kandungan Bijih Emas Dari Batuan Penambangan Masyarakat Desa Beuteung-Aceh Dengan Metode Sianidasi Dan Pemurnian Secara Elektrolisis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Kandungan Bijih Emas Dari Batuan Penambangan Masyarakat Desa Beuteung-Aceh Dengan Metode Sianidasi Dan Pemurnian Secara Elektrolisis"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KANDUNGAN BIJIH EMAS DARI BATUAN PENAMBANGAN MASYARAKAT DESA BEUTEUNG-ACEH DENGAN METODE SIANIDASI DAN PEMURNIAN SECARA

ELEKTROLISIS

SKRIPSI

FRANS N. SIMANJUNTAK 050802016

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN KANDUNGAN BIJIH EMAS DARI BATUAN SISA PENAMBANGAN

MASYARAKAT DESA BEUTEUNG-ACEH DENGAN METODA SIANIDASI DAN PEMURNIAN SECARA ELEKTROLISIS

Kategori : SKRIPSI

Nama : FRANS N. SIMANJUNTAK

Nomor Induk Mahasiswa : 050802016

Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Desember 2010 Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dr. Tini Sembiring, MS Prof. Dr. Pina Barus, MS NIP. 194805131971072001 NIP. 194606041980031001

Diketahui/Disetujui oleh :

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(3)

PERNYATAAN

PENENTUAN KANDUNGAN BIJIH EMAS DARI BATUAN

PENAMBANGAN MASYARAKAT DESA BEUTEUNG-ACEH DENGAN METODE SIANIDASI DAN PEMURNIAN SECARA ELEKTROLISIS

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Desember 2010

(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat kasih karunia-Nya yang dilimpahkan setiap saat. Dalam masa-masa tersulit maupun masa gembira Tuhan tetap beri kekuatan hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi ini.

Dengan rasa hormat, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Pina Barus, M.S dan Ibu Dr. Tini Sembiring, M.S selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan serta memberikan motivasi kepada penulis selama melakukan penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Harlem Marpaung selaku Kepala Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA-USU yang telah banyak memberikan saran-saran kepada penulis.

3. Ibu Dr.Rumondang Bulan,MS dan Bapak Drs.Firman Sebayang,MS selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA-USU

4. Ibu Dra. Nurhaida Pasaribu, MSi selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan saran-saran kepada penulis semasa kuliah.

5. Seluruh Bapak/Ibu staff dosen Departemen Kimia FMIPA-USU yang telah banyak memberikan pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis.

6. Kepada asisten Puslit : B’Lintong Pane, S.Si ; B’Viktor, S.Si; B’Jasmer, S.Si dan Marcel Pasaribu, terimakasih atas pengalaman dan dukungan yang baik kepada penulis.

7. Seluruh teman-teman mahasiswa kimia stambuk 2005 terkhusus kepada sahabat ku Jubel Nainggolan, Gomgom Sinaga, Amos Sianturi, Danny Simanjuntak, Oven, Pak Aji Albinur, Julianto, Donal, Whendy, Mariathie, Eviana yang selalu bersama menghadapi hari-hari nongkrong di amild.

8. Abang/kakak stambuk 2003, 2004 yang telah banyak memberikan informasi ,saran dan dukungan kepada penulis.

9. Adik-adik stambuk 2006-2008 yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.

.

Dan akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada keluargaku yang sangat kukasihi dan kucintai : Ayahku S. Simanjuntak dan Ibunda T. Sihotang yang telah banyak memberikan dukungan doa, nasehat, dana kepada penulis ; Seluruh Keluarga besar Op.Sumihardo Sihotang yang selalu mendukung penulis lewat doa dan motivasi; Abangku Binsar Simanjuntak ST. yang telah banyak memberikan dukungan doa, saran/masukan dan pengalaman serta sebagai tempat bertukar pikiran yang indah dan luar biasa bagi penulis; keluarga Kakakku Tetty Herawaty, SP dan P. Marbun SH; kakakku Lisbet Simanjuntak, S.Si atas dukungan doa dan motivasi kepada penulis. Dan buat Anelia Kaban, Intan Sihotang atas doa dan motivasinya.Terkhusus kepada Hilda Sinaga yang memberikan motivasi dan informasi untuk penelitian ini.

(5)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pemisahan bijih emas dari sampel batuan yang

diperoleh dari Desa Beuteung Daerah Simpang Empat Kabupaten Nagan Raya Aceh.

Batuan dengan ukuran 200 mesh selanjutnya diekstraksi dengan larutan sianida 0,3%

yang akan membentuk senyawa kompleks [Au(CN)2]-. Emas dari larutan tersebut

dipisahkan secara elektrolisis menggunakan katoda besi dan anoda aluminium

dengan arus listrik 6 ampere, tegangan 2 volt selama 6 jam. Emas yang terdeposit

pada katoda besi dipisahkan dengan melarutkannya menggunakan HCl(p). Katoda

besi akan larut sehingga diperoleh deposit emas. Kadar emas yang diperoleh

selanjutnya diuji dengan SSA. Dari 1 kg sampel batuan diperoleh kandungan emas

(6)

DETERMINATION OF CONTENT OF GOLD ORE MINING COMMUNITY OF ROCK-ACEH VILLAGE BEUTEUNG SIANIDASI METHOD AND

PURIFICATION BY ELECTROLYSIS

ABSTRACT

Has been studied of the separation of gold ore from rock samples obtained from the village of Simpang Empat Beuteung Region Aceh, Nagan Raya district. Rock with a size of 200 mesh then extracted with 0.3% cyanide solution that will form a complex compound [Au(CN)2] -. Separated gold from the solution by electrolysis using an

(7)

DAFTAR ISI

2.1.2 Jenis-jenis Bijih Emas dan Distribusinya di Indonesia 6

2.2. Metalurgi 7 2.3. Sianida 8

2.4. Ekstraksi 10 2.5. Elektrolisis 14 2.5.1. Sel Elektrokimia dengan Elektroda Aluminium 14

2.5.2. Hukum Faraday 16

2.6. Spektrometer Serapan Atom 17

2.6.1. Teori Spektrometer Serapan Atom 18 2.6.2. Cara Kerja Spektrometer Serapan Atom 19 2.6.3. Pemakaian Analitis Spektrometer Serapan Atom 20 2.6.4. Interferensi pada Spektrometer Serapan Atom 20 2.6.5. Keuntungan Spektrometer Serapan Atom 21 2.6.6. Gangguan-gangguan pada Spektrometer Serapan Atom 21 2.6.7. Penentuan Konsentrasi Emas dengan Spektrometer 22 Serapan Atom BAB 3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 23

3.1. Alat-alat 23

(8)

3.3. Prosedur Penelitian 24

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Alat Spektrometer Serapan Atom 17

Gambar 2.2 Proses saat Atom Menyerap Energi pada 18 Panjang Gelombang tertentu

Gambar 2.3 Sistematis Ringka s dari Alat SSA 19 Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Standar Emas 39

(10)

DAFTAR TABEL

Halama n

Tabel 2.1 Data Sifat Fisik dan Kimia Emas 6

Tabel 4.1 Data Perolehan Emas dan Perak dengan Gravimetri 31

Tabel 4.2 Data Perolehan Emas dengan Gravimetri 31

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Au 32 untuk Kurva Kalibrasi

Tabel 4.4 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least 32 Square Hasil Pengukuran Kadar Au

(11)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pemisahan bijih emas dari sampel batuan yang

diperoleh dari Desa Beuteung Daerah Simpang Empat Kabupaten Nagan Raya Aceh.

Batuan dengan ukuran 200 mesh selanjutnya diekstraksi dengan larutan sianida 0,3%

yang akan membentuk senyawa kompleks [Au(CN)2]-. Emas dari larutan tersebut

dipisahkan secara elektrolisis menggunakan katoda besi dan anoda aluminium

dengan arus listrik 6 ampere, tegangan 2 volt selama 6 jam. Emas yang terdeposit

pada katoda besi dipisahkan dengan melarutkannya menggunakan HCl(p). Katoda

besi akan larut sehingga diperoleh deposit emas. Kadar emas yang diperoleh

selanjutnya diuji dengan SSA. Dari 1 kg sampel batuan diperoleh kandungan emas

(12)

DETERMINATION OF CONTENT OF GOLD ORE MINING COMMUNITY OF ROCK-ACEH VILLAGE BEUTEUNG SIANIDASI METHOD AND

PURIFICATION BY ELECTROLYSIS

ABSTRACT

Has been studied of the separation of gold ore from rock samples obtained from the village of Simpang Empat Beuteung Region Aceh, Nagan Raya district. Rock with a size of 200 mesh then extracted with 0.3% cyanide solution that will form a complex compound [Au(CN)2] -. Separated gold from the solution by electrolysis using an

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Di bumi, umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam yang terdapat dalam

retakan-retakan batuan kuarsa dan dalam bentuk mineral. Emas juga ditemukan

dalam bentuk alluvial yang terbentuk karena proses pelapukan terhadap batu-batuan

yang mengandung emas (gold bearing rocks) (Peters, 2001).

Pada Industri, emas diperoleh dengan cara mengisolasinya dari batuan bijih

emas. Batuan bijih emas yang layak dieksploitasi sebagai industri tambang emas

adalah sekitar 25 g/ton kandungan emasnya. Metode isolasi emas yang saat ini

banyak digunakan untuk keperluan eksploitasi emas skala industri adalah metode

sianida dan metode amalgamasi.

Di Indonesia, masyarakatnya masih melakukan penambangan secara

tradisional. Usaha pertambangan tersebut dilakukan dengan metode amalgamasi

yaitu dengan menggunakan merkuri (Hg) untuk mengikat emas dan menghasilkan

limbah Hg dan logam berat lainnya dari hasil pemurnian emas. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa kadar emas yang didapat dari proses amalgamasi

masih rendah yaitu sekitar 40% dan kehilangan air raksa

sebesar 5-10% (Sanusi, 1984).

Pada metode amalgamasi, penggunaan merkuri mempunyai dampak yang

besar terhadap lingkungan karena berbahaya dan mematikan. Oleh karena itu, perlu

dilakukan usaha untuk menciptakan metode pemisahan alternatif yang lebih baik.

Sampai saat ini, reagen sebagai pelarut emas yang banyak digunakan dalam industri

adalah sianida. Hal ini disebabkan oleh perolehan emas yang tinggi (>95%), waktu

proses yang relatif singkat dan lebih ekonomis. Sianida juga dapat mengestrak emas

dalam rentang ukuran bijih dari yang kasar sampai halus. Proses sianidasi juga

(14)

terdegradasi, terutama karena terkena sinar ultraviolet dari matahari, dan menjadi bentuk

yang lebih tidak beracun dan terutama membentuk karbondioksida dan nitrat yang tidak

beracun. Selain itu, sianida dapat dinetralkan dengan penambahan sodium

metabisulfat. (Sudarsono, 2003).

Pemisahan logam emas dengan metode sianidasi dapat dilakukan dengan cara

pengendapan menggunakan serbuk Zn (Zinc precipitation) dan penyerapan dengan

karbon aktif. Penggunaan serbuk seng akan mengendapkan emas dalam bentuk

ikatan seng emas berwarna hitam. Selanjutnya ditambahkan asam sulfat untuk

melarutkan seng dan emas sebagai residunya. Emas diperoleh dengan cara

meleburkannya dengan penambahan borax pada suhu 1200oC. Sedangkan emas dari

penyerapan karbon aktif dapat berasal dari arang batok kelapa atau arang kayu

diperoleh dengan membakar karbon sehingga dihasilkan abu dan logam emas.

(Permen-LH No.23 tahun 2008).

Pemisahan logam emas dengan metode sianidasi dapat juga dilakukan

dengan elektrolisis untuk memperoleh emas murni. Elektrolisis adalah peristiwa

penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan katoda dan anoda.

Reaksi yang terjadi adalah oksidasi-reduksi, dimana emas akan terdeposit pada

katoda karena adanya beda potensial reduksi pada masing-masing logam. Oleh

karena itu maka peneliti ingin memisahkan bijih emas dari sampel batuan dengan

metode sianidasi dan dielektrolisis untuk menghasilkan emas murni. (Jackson, 1986).

1.2.Permasalahan

Adapun yang menjadi permasalahan adalah apakah emas dapat dipisahkan

dari ikatan kompleks sianida dengan cara elektrolisis.

1.3.Pembatasan masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yaitu

- Sampel batuan berupa barang tambang yang mengandung bijih emas diperoleh

dari Desa Beuteung Daerah Simpang Empat Kabupaten Nagan Raya-Aceh yang

(15)

- Ekstraksi sampel bijih emas dengan menggunakan metode sianidasi.

- Proses pemurnian bijih emas dilakukan dengan cara elektrolisis.

- Uji kadar emas dengan menggunakan SSA

1.4.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui banyaknya kandungan

emas yang diperoleh setelah dielektrolisis dari sampel yang sudah diekstraksi dengan

metode sianidasi.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

ataupun pihak-pihak tentang keefektifan metoda elektrolisis untuk memisahkan emas

secara sianidasi.

1.6. Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimen Laboratorium dengan metode dan cara

kerja urutan kerja sebagai berikut:

- Sampel batuan berupa barang tambang yang mengandung bijih emas diperoleh

dari Desa Beuteung Daerah Simpang Empat Kabupaten Nagan Raya-Aceh yang

dihaluskan dengan ukuran 200 mesh sehingga diperoleh sampel berupa bubuk.

- Pelarutan sampel dilakukan dengan menggunakan NaCN.

- Pemurnian sampel dilakukan dengan proses elektrolisis.

- Uji kadar emas dengan menggunakan Spektrometer serapan atom.

1.7. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Emas

Emas adalah logam mineral yang merupakan salah satu bahan galian logam yang

bernilai tinggi baik dari sisi harga maupun sisi penggunaan. Emas terbentuk dari

proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan

terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan

pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer).

Emas terdapat di alam dalam dua tipe deposit, pertama sebagai urat (vein)

dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa. Lainnya yaitu

endapan atau placer deposit , dimana emas dari batuan asal yang tererosi terangkut

oleh aliran sungai dan terendapkan karena berat jenis yang tinggi. Emas terbentuk

karena adanya kegiatan vulkanisme, bergerak berdasarkan adanya thermal atau

panas di dalam bumi.

Dalam proses geokimia, emas biasanya dapat diangkut dalam bentuk larutan

komplek sulfida atau klorida. Pengendapan emas sangat tergantung kepada besarnya

perubahan pH, H2S, oksidasi, pendidihan, pendinginan, dan adsorpsi oleh mineral

lain. Sebagai contoh, emas akan mengendap jika suasana menjadi sedikit basa dan

terjadi perubahan dari reduksi menjadi oksidasi. Atau emas akan mengendap jika

terikat mineral lain, seperti pirit. (Nelson, 1990).

Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa. Tingkat

kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs). Berat jenisnya dipengaruhi oleh

jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Umumnya emas

didapatkan dalam bentuk bongkahan, tetapi di Indonesia hal tersebut sudah jarang

ditemukan. Batuan berkadar emas rendah merupakan batuan yang mengandung emas

lebih kecil dari 100 mg emas dalam 1 kg batuan. Emas ialah unsur kimia dalam

(17)

merupakan logam lembut, berkilat, berwarna kuning, padat, dan tidak banyak

bereaksi dengan kebanyakan bahan kimia, walau dapat bereaksi dengan klorin,

fluorin dan akua regia. Logam ini selalu ada dalam bentuk bongkahan dan butiran

batuan maupun dalam pendaman alluvial. (Esna, 1988).

Kenampakan fisik bijih emas hampir mirip dengan pirit, markasit, dan

kalkopirit dilihat dari warnanya, namun dapat dibedakan dari sifatnya yang lunak

dan berat jenis tinggi. Emas berasosiasi dengan kuarsa, pirit, arsenopirit, dan perak.

Emas terdapat di alam dalam dua tipe deposit. Pertama sebagai urat/vein dalam

batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa. Endapan lain adalah

placer deposit, dimana emas dari batuan asal yang tererosi terangkut oleh aliran

sungai dan terendapkan karena berat jenis yang tinggi. Selain itu, emas sering

ditemukan dalam penambangan bijih perak dan tembaga. (Addison, 1980).

2.1.1. Sifat-sifat Fisik dan Kimia Emas

Logam emas merupakan logam yang tahan akan korosi,mudah ditempa dan relatif

stabil di alam karena tidak banyak bereaksi dengan kebanyakan bahan kimia. Oleh

karena itu, logam ini banyak dimanfaatkan di berbagai kehidupan manusia. Pada saat

ini, emas banyak digunakan sebagai perhiasan, cadangan kekayaan negara, medali,

elektroda, dan komponen di dalam komputer. Oleh karena itu, emas memiliki nilai

ekonomi yang tinggi. Pada tabel 2.1 berikut ini ditampilkan sifat-sifat fisik dan kimia

(18)

Tabel 2.1 Data Sifat Fisik dan Kimia Emas

Sifat Nilai

Nomor atom 79

Massa atom relative 196,9665 gram.mol-1

Konfigurasi electron [Xe] 4f14 5d10 6s1

Titik leleh 1337 K (1064°C)

Titik didih 3081 K (2808°C)

Jari-jari atom (Kisi Au) 0,1422 nm

Massa jenis (pada 273 K) 19,32 gram.cm-3

Struktur kristal Oktahedron dan Dodekahedron

Warna logam Kuning

Keelektronegatifan (skala Pauling) 2,54

Sifat magnetik Diamagnetik

Sumber : Chemistry of Precious Metals

2.1.2. Jenis-jenis Bijih Emas dan Distribusinya di Indonesia

Emas umumnya didapatkan dari batuan atau mineral. Mineral ikutan umumnya

adalahkuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, electrum, emas telurida, dan sejumlah

kecil mineral non logam. Namun, karena sifat kimia dari logam emas yang relatif

tidak reaktif maka emas dapat diemukan dalam bentuk nativ atau bentuk murninya.

Sejumlah paduan dan senyawa emas juga dapat ditemukan dengan unsur-unsur

belerang, antimon, dan selenium. Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan

(19)

Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau

Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. (Setiabudi, 2005).

2.2. Metalurgi

Metalurgi adalah proses pengolahan bahan-bahan alam menjadi logam unsur yang

selanjutnya menjadi logam dengan sifat-sifat yang diinginkan. Bahan anorganik alam

yang ditemukan di kerak bumi disebut mineral, contohnya bauksit dan

aluminosilikat, sedang mineral yang dapat dijadikan sumber untuk memproduksi

bahan secara komersial disebut bijih. Bijih logam yang paling umum adalah berupa

oksida, sulfida, karbonat, silikat, halida dan sulfat. (Rosenqvist, 1974).

Metalurgi melalui tiga tahapan, yaitu:

a. Pemekatan Bijih

Di dalam bijih mengandung batuan tak berharga yang disebut batureja (ganggue).

Pemekatan bijih bertujuan untuk menyingkirkan sebanyak mungkin batureja. Biji

dihancurkan dan digiling sehingga butiran terlepas dari batureja. Pemisahan

selanjutnya dapat dilakukan dengan cara fisis seperti pengapungan (flotasi) atau

penarikan dengan magnet. Pada proses pengapungan, bijih yang telah dihancurkan

diberi minyak tertentu. Mineral akan melekat pada buih sehingga terlepas dari

batureja atau batureja akan melekat pada buih.

b. Peleburan

Peleburan (smelting) adalah proses reduksi bijih sehingga menjadi logam unsur yang

dapat digunakan berbagai macam zat seperti karbid, hidrogen, logam aktif atau

dengan cara elektrolisis. Pemilihan zat pereduksi ini tergantung dari 3 kereaktifan

masing-masing zat. Makin aktif logam makin sukar direduksi, sehingga sehingga

diperlukan pereduksi yang lebih kuat.

Logam yang kurang aktif seperti tembaga dan emas dapat direduksi hanya

dengan pemanasan. Logam dengan kereaktifan sedang seperti besi, nikel dan timah

dapat direduksi dengan karbon, sedang logam aktif seperti magnesium dan

(20)

dengan fluks, yaitu suatu bahan yang mengikat pengotor dan membentuk zat yang

mudah mencair, yang disebut terak.

c. Pemurnian

Pemurnian (refining) adalah penyesuaian komposisi kotoran dalam logam kasar.

Beberapa cara pemurnian antara lain elektrolisis, destilasi, peleburan. (Jakson, 1986).

2.3. Sianida

Sianida adalah senyawa yang termasuk B-3 (Bahan Berbahaya dan Beracun),

sehingga pada pemakaiannya sebagai pelarut proses pengambilan logam emas,

konsentrasinya dibatasi sampai 1500 ppm. Proses pemurnian ini didasarkan pada

proses yang terdiri dari bijih dengan suatu larutan natrium sianida atau suatu

ekivalen sianida lalu setelah memisahkan larutan dari pengotor, presipitasi emas,

biasanya dilakukan dengan zink atau aluminium dan kadang-kadang dengan logam

lain.

Senyawa asam sianida stabil pada pH < 7 karenanya, senyawa NaCN mudah

berubah bentuk menjadi asam sianida yang sangat beracun pada suasana asam. Agar

senyawa sianida tetap sebagai NaCN maka, pH larutan harus dijaga agar tetap dalam

suasana basa. Pembentukan HCN dari NaCN dapat terjadi karena adanya absorpsi

CO2 dari udara, menurut reaksi berikut:

CO2 + H2O → H2CO3

H2CO3 + CN- → HCN + (HCO3)

-Kebasaan larutan harus dijaga pada pH 10-11 biasanya dengan cara menambahkan

kapur, tetapi kebasaan yang terlalu tinggi (pH>11) akan menurunkan kelarutan emas

di dalam larutan sianida.

Oksigen dan sianida sangat diperlukan pada proses sianidasi bijih emas,

karena kecepatan reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi kedua senyawa ini. Penelitian

menunjukkan bahwa kecepatan pelindian Au akan meningkat dengan naiknya

(21)

tergantung pada konsentrasi sianida (konsentrasi oksigen tidak mempengaruhi),

tetapi pada konsentrasi tinggi, kecepatan pelindian hanya tergantung pada

konsentrasi oksigen.

Proses sianidasi dikontrol oleh konsentrasi oksigen dan konsentrasi sianida di

dalam larutan, agar dicapai persen ekstraksi yang tinggi maka keberadaan kedua

senyawa ini di dalam larutan harus diamati dengan baik, artinya tidak ada

manfaatnya meningkatkan konsentrasi sianida tetapi ternyata konsentrasi oksigen di

dalam larutan rendah.

Di dalam bijih emas biasanya terdapat berbagai mineral sulfida seperti pirit,

galena, arsenopirit, kalkopirit, kovelit, kalkosit. Mineral-mineral logam ini umumnya

akan ikut terlarut ke dalam larutan sianida, sedang mineral pengotor kuarsa tidak

larut ke dalam larutan sianida.

Cu2S + 6 CN- → 2[Cu(CN)3]2- + S

2-Zn2S + 4 CN- → 2[Zn(CN)4]2- + S

2-FeS + 6 CN- + 2O2 → [Fe(CN)6]4- + [SO4]

2-Ion sulfida yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk tiosianat yang

tidak mempengaruhi kelarutan emas:

S2- + CN- + 0,5 O2 + H2O → CNS- + 2 OH

-Juga akan teroksidasi menjadi tiosulfat:

S2- + 2 O2 + H2O → [S2O3]- + 2 OH-

Reaksi-reaksi di atas menunjukkan bahwa adanya mineral pengotor dapat

memperlambat kecepatan pelarutan. Apabila terbentuk ion sulfida maka dapat

ditambahkan garam Pb seperti Pb oksida, Pb nitrat, atau Pb asetat sebelum proses

sianidasi yang akan mengendapkanion sulfida dalam bentuk Pb sulfida yang tidak

(22)

juga sebelum proses sianidasi, sehingga mineral sulfida akan terdekomposisi dan

akhirnya mengendap seabagai CaSO4 sesuai reaksi:

FeS + 2OH- → Fe(OH)2 + S

2-2Fe(OH)2 + 0,5 O2 + H2O → 2Fe(OH)3

S2- + 2O2 → [SO4]2-

[SO4]2- + Ca2+ → CaSO4 (Sudarsono, 2003).

2.4. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pemisahan berdasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Terdapat dua

metoda pilihan yang dapat diterapkan dalam ekstraksi emas yaitu sianidasi dan

amalgamasi. Dalam mengekstraksi logam dari bijihnya, tidak semua tahapan proses

harus dilakukan. Apabila suatu bijih secara teknologi dapat diolah langsung dengan

proses hidrometalurgi, maka faktor selanjutnya yang mempengaruhi pemilihan

proses adalah faktor ekonomis.

Dalam skala industri, pelindian sianidasi merupakan suatu proses

hidrometalurgi yang paling ekonomis dan hingga kini telah diterapkan pada berbagai

pabrik pengolahan emas di dunia. Istilah proses pelindian yang selektif dipakai

dengan tujuan agar dapat memilih pelarut tertentu yang dapat melarutkan logam

berharga tanpa melarutkan pengotornya. Logam emas sangat mudah larut dalam

KCN, NaCN, dan Hg, sehingga emas dapat diambil dari mineral pengikatnya

melalui amalgamasi (Hg) atau dengan menggunakan larutan sianida (biasanya

NaCN). Selain itu emas dapat larut pada aquaregia, dengan persamaan reaksi :

Au(s) + 4HCl(aq) + HNO3(aq) → HAuCl4(aq) + NO (g) + 2H2O(l)

Untuk keperluan ekstraksi dari bijihnya, proses dengan melibatkan senyawa

sianida dapat diterapkan pada ekstraksi logam emas. Emas membentuk berbagai

senyawa kompleks. Emas (I) oksida, Au2O adalah salah satu senyawa yang stabil

(23)

stabil dalam senyawa padatan, karena semua larutan garam emas (I) mengalami

disproporsionasi menjadi logam emas dan ion emas (III) menurut persamaan reaksi :

3Au+(aq) → 2Au (s) + Au3+(aq) (Bertrand, 1895).

Pada pelindian sianidasi para peneliti sepakat bahwa sebelum membentuk

senyawa kompleks dengan ion sianida, logam emas harus teroksidasi dahulu menjadi

ion emas. Prosesnya merupakan proses redoks (reduksi-oksidasi) dimana ion sianida

membentuk senyawa kompleks kuat dengan ion Au+ dan diiringi dengan reduksi

oksigen di permukaan logam menjadi hidrogen peroksida atau menjadi hidroksil

seperti reaksi berikut ini :

Oksidasi : Au → Au+ + e

Pembentukan kompleks : Au+ + 2CN- → [Au(CN)2]

-Reduksi : O2 + 2H2O + 2e → H2O2 + 2OH

O2 + 2H2O + 4e → 4OH-

Persamaan reaksi yang umum digunakan untuk pemisahan emas dalam larutan alkali

sianida adalah :

2Au + 4CN- + ½O2 + 2H2O → 2(Au(CN)2- + 2OH

-Mekanisme reaksi ini adalah mekanisme elektrokimia. Hidrogen peroksida telah

dideteksi dalam larutan sianida dimana emas telah terpisah secara cepat, dan

observasi ini menunjukkan bahwa beberapa emas kemungkinan terpisah melalui

sepasang reaksi yang melibatkan pembentukan pertama hidrogen peroksida.

2Au + 4CN- + O2 + H2O → 2(Au(CN)2- + 2OH- + H2O2

Lalu hidrogen peroksida bereaksi dengan beberapa emas dan sianida.

2Au + 4CN- + H2O2→ 2(Au(CN)2- + 2OH- (Chirstie, 1986).

(24)

a) Metode heap leaching (pelindian tumpukan) yaitu pelindian emas dengan cara

menyiramkan larutan sianida pada tumpukan bijih emas (diameter bijih < 10 cm)

yang sudah dicampur dengan batu kapur. Air lindian yang mengalir di dasar

tumpukkan yang kedap kemudian di kumpulkan untuk kemudian dilakukan proses

berikutnya. Kemampuan ekstraksi emas berkisar 35 – 65 %.

b) VAT leaching : pelindian emas yang dilakukan dengan cara merendam bijih emas

(diameter bijih < 5 cm) yang sudah dicampur dengan batu kapur dengan larutan

sianida pada bak kedap. Air lindian yang dihasilkan kemudian dikumpulkan untuk

dilakukan proses berikutnya. Proses pelindian berlangsung antara 3 – 7 hari dan

setelah itu tangki dikosongkan untuk pengolahan bijih yang baru. Kemampuan

ekstraksi emas berkisar 40 – 70 %.

c) Agitated tank leached : pelindian emas yang dilakukan dengan cara merendam

bijih emas (diameter < 0.15 cm) yang sudah dicampur dengan batu kapur dengan

larutan sianida pada suatu tangki dan selalu diaduk atau diaerasi dengan gelembung

udara. Lamanya pengadukan biasanya selama 24 jam untuk menghasilkan pelindian

yang optimal. Air lindian yang dihasilkan kemudian dikumpulkan untuk kemudian

dilakukan proses berikutnya. Kemampuan ekstraksi emas dapat mencapai lebih dari

90 %.

Pemisahan logam emas dari larutannya, dilakukan dengan cara:

a) Pengendapan dengan menggunakan serbuk Zn (Zinc precipitation/ Process Merill

Crowe). Penggunaan serbuk seng (Zn) merupakan salah satu cara yang efektif untuk

larutan yang mengandung konsentrasi emas kecil. Serbuk seng yang ditambahkan ke

dalam larutan kaya, akan mengendapkan logam emas dan perak dalam bentuk ikatan

seng emas yang berwarna hitam. Proses selanjutnya dilakukan penambahan asam

sulfat pada endapan tersebut yang akan melarutkan Seng dan meninggalkan emas

sebagai residunya. Untuk meningkatkan perolehan emas dari proses merill crowe

dilakukan dengan cara melebur emas yang dicampur dengan borax dan siliceous

(25)

b) Penyerapan dengan menggunakan karbon aktif. Penyerapan dengan menggunakan

karbon aktif saat ini banyak digunakan dalam proses sianidasi pada skala industri

pertambangan besar maupun pertambangan rakyat di Indonesia. Karbon aktif yang

dipergunakan dapat berasal dari arang batok kelapa,maupun arang kayu yang lain

dengan ukuran pallet yang dipergunakan umumnya berdiameter antara 1- 2 mm.

Kemampuan penyerapan emas dari arang batok kelapa ini mencapai 10 – 15 g emas

untuk setiap nya, namun umumnya hanya berkisar 2 – 5 g emas untuk setiap

kg-nya. Karbon aktif dapat digunakan pada larutan kaya yang sudah jernih melalui

kolom maupun pada tangki pelindian, baik itu dengan cara menggantungkan karbon

yang terletak pada kantong permeable (carbon in leach-CIL) maupun dengan

mencampurkan karbon aktif langsung pada bubur campuran bijih (carbon in

pulp-CIP).

Proses selanjutnya dilakukan pemisahan emas dari karbon yang dapat dilakukan

dengan beberapa cara:

(1) Membakar karbon yang mengandung emas sehingga yang akan tertinggal berupa

abu dan logam emas. Cara ini paling sederhana namun sulit dikontrol apabila

dilakukan di tempat terbuka. Jika terdapat kandungan merkuri dalam karbon tersebut

akan menghasilkan asap merkuri yang beracun yang akan membayakan penambang

dan lingkungan.

(2) Merendam karbon (carbon stripping) tersebut pada larutan yang mengandung 2 g

sianida per liter larutan dan dipanaskan sampai mendekati temperatur didih air (80 –

90 ºC) pada tangki baja (stainless steel) selama paling tidak 2 hari. Larutan hasil

proses ini kemudian diolah dengan proses merill crowe di atas atau dengan cara

(26)

2.5. Elektrolisis

Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah

dengan menggunakan dua macam elektroda. Pada sel elektrolisis energi listrik

menyebabkan terjadinya reaksi kimia. Dalam larutan elektrolit, zat terlarut

mengalami ionisasi. Kation (ion positif) akan bergerak ke katoda, dan anion (ion

negatif) akan bergerak ke anoda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang

dihubungkan dengan kutub negatif) dan anoda (elektroda yang dihubungkan dengan

kutub positif). Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, yaitu anion (ion negatif) ditarik

oleh anoda dan jumlah elektronnya berkurang sehingga bilangan oksidasinya

bertambah, sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi.

Pada elektrolisis, potensial sel ditentukan untuk mengetahui elektroda mana

yang akan berperan sebagai elektroda positif dan negatif. Harga potensial

oksidasi-reduksi biasanya dinyatakan sebagai potensial oksidasi-reduksi standar, yaitu potensial

reduksi bila pereaksi dan hasil reaksi mempunyai aktivitas satu (a=1) dan reaksinya

reduksi. Jika potensial reduksi positif berarti mudah tereduksi, tetapi jika negatif

berarti sukar tereduksi (mudah teroksidasi).

Emas biasanya juga dimurnikan dari larutan sianida melalui elektrolisis.

Proses ini melibatkan penggunaan larutan alkali sianida sebagai elektrolit dalam

suatu sel dimana besi merupakan suatu katoda dengan harga potensial reduksi +0,77

volt dan aluminium sebagai anoda dengan potensial reduksi -1,66 volt. Reaksi sel

yang terjadi adalah sebagai berikut :

2(Au(CN)2)- + 2OH-→ 2Au + 4CN- + H2O + ½O2

2.5.1. Sel Elektrokimia dengan Elektroda Aluminium Reaksi Pada Katoda

Reaksi pada katoda adalah reduksi terhadap kation. Jadi yang diperhatikan hanya

kation saja.

1. Jika larutan mengandung ion-ion logam alkali, ion-ion logam alkali tanah, ion

(27)

larutan. Yang akan mengalami reduksi adalah pelarut (air) dan terbentuk gas

Hidrogen ( H2 ) pada katoda.

2 H2O + 2 e → 2 OH- + H2

2. Jika larutan mengandung asam, maka ion H+ dari asam akan direduksi menjadi

gas hidrogen pada katoda

2H+ + 2 e → H2

3. Jika larutan mengandung ion-ion lain, maka ion-ion logam ini akan direduksi

menjadi masing-masing logamnya dan logam yang terbentuk itu diendapkan

pada permukaan batang katoda.

Au2+ + 2 e → Au

Reaksi Pada Anoda

Elektroda pada anoda, elektrodanya dioksidasi menjadi ionnya.

Contoh : Au → Au2+ + 2 e

Al → Al3+ + 3 e

Dalam sistem elektrokimia dengan anoda terbuat dari aluminium, beberapa

kemungkinan reaksi elektroda dapat terjadi sebagai berikut :

Anoda : Au → Au2+ + 2 e

Katoda : 2 H2O + 2 e → H2 + 2 OH-

2 H+ + 2 e → H2

(28)

2.5.2 Hukum Faraday

Akibat aliran arus listrik searah ke dalam larutan elektrolit akan terjadi perubahan

kimia dalam larutan tersebut. Menurut Michael Faraday (1834) lewatnya arus 1 F

mengakibatkan oksidasi 1 massa ekivalen suatu zat pada suatu elektroda (anoda) dan

reduksi 1 massa ekivalen suatu zat pada elektroda yang lain (katoda).

Hukum Faraday I: Massa zat yang timbul pada elektroda karena elektrolisis

berbanding lurus dengan jumlah listrik yang mengalir melalui larutan, disimbolkan

dengan :

Hukum Faraday II : Massa dari macam-macam zat yang diendapkan pada

masing-masing elektroda oleh sejumlah arus listrik yang sama banyaknya akan

sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut.

Rumus:

m1 : m2 = e1 : e2

m = massa zat (gram)

e = beret ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi

(29)

2.6. Spektrometri Serapan Atom

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer ketika mengamati

garis-garis hitam pada spectrum sinar matahari. Sedangkan yang memanfaatkan

prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang warga Negara Australia

bernama alan walsh di tahun 1955. Sebelumnya ahli kimia banyak tergantung pada

cara-cara spektrofometri atau metoda analisis spektrografik. Beberapa cara ini sulit

dilakukan dan memakan waktu. Oleh karena itu, cara spektrografik tersebut segera

digantikan dengan spektrometri serapan atom. Pada Gambar diperlihatkan bentuk

instrument spektrometer serapan atom.

Gambar 2.1. Spektrometri Serapan Atom

Jika cahaya dengan panjang gelombang tertentu yang sesuai mengenai atom yang

berada dalam keadaan dasar, maka atom dapat menyerap energi cahaya tersebut

untuk berpindah ke keadaan dasar tereksitasi seperti yang ditunjukkan pada gambar

2.2. Proses ini disebut sebagai serapan atom dan menjadi dasar untuk

(30)

Gambar 2.2. Proses saat Atom menyerap energi pada panjang gelombang tertentu

Panjang gelombang sinar yang diserap bergantung pada konfigurasi elektron dari

atom sedangkan intensitasnya bergantung pada jumlah atom dalam keadaan dasar.

Kedua fenomena ini menjadi dasar untuk analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Keberadaan unsur logam lain dalam cuplikan tidak akan mengganggu proses analisis

sehingga tidak perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu.

2.6.1. Teori Spektrometri Serapan Atom

Metode spektrometri serapan atom berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom.

Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung

pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang tertentu mempunyai energi

yang cukup untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom tertentu. Transisi

elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, suatu atom pada

keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Panjang gelombang

yang dipilih harus menghasilkan garis spektrum yang tajam dan dengan intensitas

maksimum. Inilah yang dikenal dengan garis resonansi. Garis-garis lain yang bukan

garis resonansi dapat berupa spektrum yang berasosiasi dengan tingkat energi

molekul, biasanya berupa pita-pita lebar ataupun garis tidak berasal dari eksitasi

tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasi. Keberhasilan analisis ini tergantung

(31)

2.6.2. Cara Kerja Spektrometri Serapan Atom

Setiap alat spektrometri serapan atom terdiri atas tiga komponen berikut:

a) Unit atomisasi;

b) Sumber radiasi; dan

c) Sistem pengukur fotometrik.

Atomisasi dapat dilakukan baik dengan nyala maupun dengan tungku.untuk

mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi yang

tinggi. Skema alat spektrometri serapan atom ditunjukkan pada gambar 2.3.

A B C D E F

Gambar 2.3. Sistematis ringkas dari alat SSA

A. Lampu katoda berongga

Lampu katoda berongga merupakan sumber sinar yang

memancarkan spektrum dari unsur logam yang akan dianalisa (setiap logam yang

memiliki lampu khusus untuk logam tersebut).

B. Chopper

Mengatur sinar yang dipancarkan.

C. Tungku

Tempat pembakaran (untuk memecahkan larutan sampel pada tetesan halus

dan meleburkannya ke dalam nyala untuk diatomkan).

D. Monokromator

Mendispersi sinar yang ditransmisikan oleh atom.

(32)

Mengukur sinar yang ditransmisikan dan memberikan signal sebagai respon

terhadap sinar yang diterima.

F. Rekorder

Untuk membaca nilai absorbansi. (Khopkar, S.M. 2002)

2.6.3. Pemakaian Analitis Spektrometri Serapan Atom

Teknik spektrometri serapan atom menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini

disebabkan di antaranya adalah kecepatan analisisnya, ketelitiannya sampai tingkat

renik, dan tidak memerlukan pemisahan. Kelebihan kedua adalah kemungkinannya

untuk menentukan konsentrasi semua unsur pada konsentrasi renik. Ketiga, sebelum

pengukuran tidak selalu perlu memisahkan unsur yang ditentukan karena penentuan

satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan jika katode berongga yang

diperlukan tersedia. Spektrometri serapan atom dapat digunakan hingga 61 logam.

Zat non-logam yang dapat dianalisis adalah fosfor dan boron. Logam alkali dan

alkali tanah paling baik ditentukan dengan metoda emisi secara spektrofotometri

nyala.

2.6.4. Interferensi pada Spektrometri Serapan Atom

Interferensi dapat dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu interferensi spektral

dan interferensi kimia. Interferensi spektral disebabkan karena tumpang tindih

absorpsi antara spesi pengganggu dan spesi yang diukur, karena rendahnya resolusi

monokromator. Interferensi kimia disebabkan adanya reaksi kimia selama atomisasi,

sehingga mengubah sifat-sifat absorpsi. Karena sempitnya garis emisi pada sumber

lampu pijar maka interferensi garis spektral atom jarang terjadi.

Adanya hasil-hasil pembakaran pada nyala dapat menyebabkan interferensi

spektral. Interferensi spektral ini dapat diamati dengan menggunakan blanko yang

mengandung zat hasil pembakaran tersebut. Gangguan yang disebabkan

penghamburan oleh produk atomisasi yang mengandung oksida refraktori Ti, Zr, W

(33)

Koreksi sinar latar belakang biasanya juga dilakukan dengan dua metoda pilihan

yaitu metoda koreksi sumber sinar kontinu dan metoda koreksi efek Zeeman.

Untuk menghindari interferensi, baik standar maupun sampel harus

ditambahkan larutan buffer dengan unsur yang mudah terionisasi. Senyawa yang

dapat digunakan sebagai buffer ionisasi adalah unsur-unsur dengan potensial ionisasi

rendah seperti Na, K dan Cs. (Chakrapani, 2001).

2.6.5. Keuntungan Spektrofotometer Serapan Atom

1. Karena absorpsi bergantung pada populasi keadaan dasar, maka

kepekaan mungkin lebih tinggi khususnya untuk unsur-unsur yang sukar

dieksitasikan (misalnya seng yang dapat ditentukan kurang dari 0,5 ppm,

sedang batas terendah pada emisi mungkin sama dengan 500 ppm).

2. Populasi keadaan dasar jauh kurang peka terhadap suhu nyala daripada

populasi yang tereksitasi.

3. Interferensi dari garis-garis spektrum dari unsur-unsur lain dan emisi latar

belakang nyala dapat diperkecil. (Day, R.A, 1994)

2.6.6. Gangguan-gangguan pada Spektrofotometer Serapan Atom

Yang dimaksud dengan gangguan-gangguan (interferensi) pada SSA

adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang

dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sebenarnya.

Gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam SSA adalah sebagai berikut:

1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi

banyaknya sampel yang mencapai nyala.

Sifat-sifat tertentu matriks sampel dapat mengganggu analisis yakni matriks

terhadap laju aliran bahan bakar/gas pengoksidasi. Sifat-sifat tersebut adalah :

(34)

Gangguan matriks yang lain adalah pengendapan unsur yang dianalisis

sehingga jumlah atom yang mencapai nyala menjadi lebih sedikit dari konsentrasi

yang seharusnya yang terdapat dalam sampel.

2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah / banyaknya atom yang

terjadi di dalam nyala.

Terbentuknya atom - atom netral yang masih dalam keadaan azas di

dalam nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia yaitu: (a) disosiasi

senyawa-senyawa yang tidak sempurna yang terjadi jika terbentuk senyawa-senyawa-senyawa-senyawa yang

sukar diuraikan di dalam nyala api; (b) ionisasi atom-atom di dalam nyala yang

terjadi jika suhu yang digunakan untuk atomisasi terlalu tinggi.

3. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom yang

dianalisis yaitu absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak terdisosiasi di

dalam nyala.

4. Gangguan oleh penyerapan non-atomik.

Gangguan ini terjadi karena terjadinya penyerapan cahaya dari sumber sinar

yang bukan berasal dari atom-atom yang akan dianalisis, juga disebabkan adanya

penyerapan cahaya oleh partikel-partikel padat yang berada di dalam nyala.

(Gandjar,G.I. 2007).

2.6.7. Penentuan Konsentrasi Emas dengan Spektrometri Serapan Atom

Penentuan konsentrasi emas dengan spektometri serapan atom dilakukan dengan cara

membuat beberapa seri larutan standar emas yang diketahui konsentrasinya. Lalu

mengukur serapannya pada panjang gelombang 242,8 nm dengan menggunakan

lampu pijar (Hollow Cathode Lamp) emas. Kurva kalibrasi dibuat dengan

mengalurkan absorbansi terhadap konsentrasi dan menentukan persamaan garisnya.

Absorbansi dari larutan sampel yang diukur kemudian dihitung konsentrasi emas

(35)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1. Alat-alat

Adapun alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

- Neraca analitik Chyo

- Buret Pyrex

- Pemanas Listrik Fisher

- Termometer

- Pipet volumetric Pyrex

- PH meter Hanna Instrument

- Corong Pyrex

- Erlenmeyer Pyrex

- Oven Fisher

- Adaptor Sinyoku

- Pompa vakum

- Botol Aquadest -

- Gelas Ukur Pyrex

- Spektrometer Serapan Atom GBC Avanta

(36)

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

- Kertas saring Whatman

- NaOH p.a (E.Merck)

- HCl (p) p.a (E Merck)

- HNO3(p) p.a (E Merck)

- NaCN p.a (E Merck)

- Akuades -

- Pb(NO3)2 p.a (E.Merck)

- Sampel Batuan -

- H2SO4(p) p.a (E.Merck)

3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Pengambilan Sampel

Sampel batuan berupa barang tambang yang mengandung bijih emas diperoleh dari

Desa Beuteung Daerah Simpang Empat Kabupaten Nagan Raya-Aceh yang

dihaluskan dengan ukuran 200 mesh sehingga diperoleh ฀ample berupa bubuk.

3.3.2. Penyediaan Pereaksi

Larutan-larutan yang disediakan sebagai berikut:

Larutan NaCN 0,3%(b/v)

Ditimbang 3 gram NaCN dan dilarutkan dengan akuades di dalam labu takar 1000

(37)

Larutan Pb(NO3)2 0,05%(b/v)

Ditimbang 0,05 gram Pb(NO3)2 secara seksama dan dilarutkan dengan aquades lalu

dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan dipaskan sampai garis tanda.

3.3.3. Preparasi Sampel

Sampel emas yang diperoleh ditimbang secara teliti dengan mengunakan neraca

analitis. Sampel didestruksi dengan menggunakan aqua regia (campuran HCl pekat

dan HNO3 pekat berturut-turut 3:1) sebanyak 50 mL. Campuran dipanaskan sampai

mendidih selama 30 menit. Campuran kemudian disaring dan dimasukkan ke dalam

labu takar 100 mL dan ditandabataskan dengan aquades. Larutan ini siap untuk

diukur kadar emasnya dengan AAS.

3.3.4. Pengukuran Kadar Emas dengan AAS

Penentuan kadar emas dimulai dengan pembuatan kurva kalibrasi. Larutan standar

emas dibuat beberapa seri konsentrasi 0.5 ppm; 1 ppm; 2 ppm; 3 ppm; 4 ppm; 5 ppm

kemudian diukur serapannya pada λ = 242,8 nm dengan menggunakan Spektrometer Serapan Atom (AAS). Kurva kalibrasi dibuat dengan cara mengalurkan nilai

absorbansi terhadap konsentrasi standar.

3.3.5. Pemisahan bijih emas dari batuan secara ekstraksi menggunakan natrium Sianida 0,3 % (b/v)

- Sampel sebanyak 1 kg dimasukkan ke dalam Bejana volume 5 L lalu dilarutkan

dengan 1000 mL natrium sianida.

- Diaduk selama 5 menit

- Ditambahkan NaOH sampai pH mencapai 10-10,5.

- Ditambahkan 10 mL Pb(NO3)2 0,05 % .

- Diaerasi dengan aerator selama 24 jam.

(38)

- Ekstrak Emas di dalam larutan sianida yang diperoleh selanjutnya dielektrolisis.

3.3.6. Perolehan Emas dan Perak Dengan Elektrolisis

- Ekstrak emas di dalam larutan sianida yang diperoleh dimasukkan kedalam gelas

Beaker 2000 mL.

- Dirangkai alat elektrolisis dengan katoda besi dan anoda aluminium

- Ekstrak emas dielektrolisis dengan menggunakan arus listrik I = 6 A dan

tegangan V = 2 volt, Selama 6 jam.

- Di katoda , logam emas akan terdeposit.

- Katoda yang telah terlapisi emas dipindahakan ke dalam gelas Beaker 500 mL.

- Selanjutnya ditambah HCl pekat dan dipanaskan sehingga katoda larut.

- Didinginkan

- Disaring pada kertas saring whatman No. 41.

- Kertas saring dicuci dengan akuadest

- Kertas saring dikeringkan di dalam oven pada suhu 105oC,

- Ditimbang

3.3.7. Pemurnian Logam Emas dari Perak

- Kertas saring hasil penimbangan pada 3.3.4 dicuci dengan HNO3 10 % sebanyak

5 kali.

- Kertas saring dicuci dengan akuades

- Kertas saring dikeringkan pada suhu 105oC selama 2 jam.

(39)

- Selisih penimbangan 3.3.5 dengan penimbangan 3.3.4 merupakan massa emas

yang diperoleh dari ekstraksi dengan NaCN.

3.3.8. Pengukuran sampel dengan AAS

- Emas yang diperoleh sebanyak 0,0715 gram dimasukkan ke dalam gelas beaker 1 L lalu ditambahkan 50 ml Aquaregia.

- diaduk selama 5 menit

- didestruksi dengan pemanasan 200oC selama + 20 menit

- Larutan emas tersebut dimasukkan kedalam labu takar 100 ml lalu dipaskan sampai tanda batas dengan aquades.

(40)

3.4.Bagan Penelitian

(41)

3.4.2. Perolehan Emas Dan Perak Dengan Elektrolisis

(42)

3.4.4. Pengukuran Sampel dengan AAS

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Hasil Perolehan Emas dan Perak dari Ekstraksi Tabel 4.1. Data perolehan emas dan perak dengan gravimetri

No A (gram) B (gram) C (gram)

1 1,0986 1,2270 0,1284

2 1,0972 1,2197 0,1225

3 1,0980 1,2226 0,1246

Perolehan rata-rata emas dan perak 0,1252

Keterangan :

A : Berat awal kertas saring setelah pengeringan pada suhu 105oC (gram)

B : Berat akhir kertas saring setelah penyaringan dan setelah pengeringan pada suhu 105oC (gram)

C : Berat perolehan emas dan perak (gram)

Perhitungan

Berat Perolehan Emas dan Perak = Berat akhir kertas saring – Berat awal kertas

4.1.2. Hasil Perolehan Emas Setelah Pemisahan Perak

Tabel 4.2. Data perolehan emas dengan gravimetri

No A (gram) B (gram) C (gram)

1 1,2270 1,1538 0,0732

2 1,2197 1,1488 0,0709

3 1,2226 1,1522 0,0704

Perolehan rata-rata emas 0,0715

Keterangan :

A : Berat awal kertas saring setelah pengeringan pada suhu 105oC (gram)

B : Berat akhir kertas saring setelah penyaringan dan setelah pengeringan pada suhu 105oC (gram)

(44)

Perhitungan

Berat Perolehan Emas = Berat awal kertas saring – Berat akhir kertas saring

4.1.3. Pengukuran Kadar Emas (Au) dari Sampel

Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Au untuk

4.1.3.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi.

Hasil pengukuran absorbansi seri larutan standar emas pada tabel 4.3

diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar sehingga diperoleh suatu kurva

kalibrasi berupa garis linear yang diturunkan dengan metode Least Square dengan

perhitungan seperti tabel di bawah ini :

Tabel 4.4. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square

(45)

2,214

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan

garis:

y = ax + b

Di mana, a = slope

b = intersep

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode Least Square

sebagai berikut :

Sedangkan harga intersep (b) dapat diperoleh melalui persamaan :

(46)

4.1.3.2. Perhitungan Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi (r) dapat ditentukan sebagai berikut :

4.1.3.3. Penentuan Kadar Emas

Kadar Au dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi

dengan mensubtitusi nilai Y (absorbansi) yang diperoleh dari hasil pengukuran

terhadap garis regresi dan kurva kalibrasinya Y = 0,0357X + 0,0004 sehingga

diperoleh konsentrasi Au.

Tabel 4.5. Kadar Emas Sampel

Sampel Absorbansi (A) Konsentrasi sampel (mg/l)

(47)

4.2. Pembahasan

Pemisahan bijih emas dari sisa batuan tambang dari masyarakat Desa Nagan Raya

dilakukan dengan melarutkan sampel dengan natrium sianida 0,3 % dan pengaturan

pH 10-10,5 dengan menambahkan natrium oksida. Hal ini dilakukan agar tidak

dihasilkan asam sianida (HCN) maupun hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat

mengurangi perolehan Emas (Au). Prosesnya merupakan proses redoks dimana bijih

emas yang terdapat dalam sampel akan membentuk senyawa kompleks dengan ion

sianida menghasilkan Au(CN)2- ,dengan reaksi :

2Au + 4CN- + ½O2 + 2H2O → 2(Au(CN)2- + 2OH

-Larutan sampel tersebut juga mengandung mineral-mineral pengotor yang dapat

memperlambat kecepatan pelarutan sehingga perlu dilakukan penambahan Pb nitrat.

Mineral pengotor tersebut akan terdekomposisi dengan penambahan natrium oksida

sebelumnya dan akhirnya membentuk endapan.

Agar dicapai persen ekstraksi yang tinggi, proses sianidasi juga dipengaruhi

oleh konsentrasi oksigen di dalam larutan yang bertujuan untuk mempercepat reaksi.

Larutan sampel diaerasi selama + 24 jam untuk mengalirkan oksigen ke dalam

larutan tersebut sehingga diharapkan dengan penyaringan selanjutnya akan didapat

ekstrak emas murni yang bebas dari mineral-mineral pengotor. Ekstrak emas yang

diperoleh, selanjutnya dielektrolisis dengan menggunakan katoda besi dan anoda

aluminium.

Besi digunakan sebagai katoda karena memiliki potensial reduksi yang

bernilai positif (0,77 volt) sedangkan aluminium memiliki potensial reduksi yang

bernilai negatif (-1,66 volt). Sehingga katoda akan dihubungkan pada kutub negatif

dan anoda pada kutub positif . Penggunaan katoda besi juga dilakukan agar lebih

mudah memisahkan emas yang telah terdeposit pada katoda dengan penambahan

asam klorida pekat dan dipanaskan sampai katoda larut. Emas tersebut disaring dan

dicuci dengan asam nitrat 10 % untuk mendapatkan emas murni.

Tahap analisa kuantitatif dilanjutkan dengan penimbangan emas yang

(48)

spektrometer serapan atom pada panjang gelombang 242,8 nm dimana pada panjang

gelombang tersebut cahaya memiliki nilai absorbansi maksimum. Kurva kalibrasi

larutan standar emas dibuat dengan memvariasikan konsentrasi larutan standar emas,

dan dihitung dengan metode least square sehingga diperoleh persamaan garis linier Y

= 0,0357X + 0,0004. Persamaan garis linier ini digunakan untuk menghitung kadar

emas dalam konsentrat tersebut. Dari data yang diperoleh bahwa kandungan emas

dalam sampel adalah sebanyak 71,5 mg/L atau 0,715 gram dari 10 kg sample

batuan.

Dari informasi yang diperoleh dari masyarakat Desa Nagan Raya yang

melakukan pemisahan emas dengan menggunakan merkuri (amalgamasi) bahwa

konsentrasi emas yang diperoleh dengan cara ini adalah 0,5 gram emas dari 10 kg

batuan yang sama dengan contoh batuan yang dipakai dalam penelitian ini.

Penggunaaan merkuri pada pemisahan secara amalgamasi ini adalah 200 gram per 10

kg batuan dan perolehan Merkuri kembali sebesar ± 175 gram dan selebihnya terikut

bersama dengan sisa material batuan dan terbuang ke lingkungan tanpa proses lebih

lanjut yang dikhawatirkan akan mencemari lingkungan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan emas dengan metode

sianidasi dan pemurnian secara elektrolisis yang dilanjutkan dengan analisis

kuantitatif dengan spektrometer serapan atom dihasilkan 2,15 % lebih tinggi

daripada perolehan emas dengan metode amalgamasi. Disamping perolehan yang

lebih tinggi juga biaya operasional yang lebih murah serta tidak menimbulkan

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini yaitu ekstraksi bijih emas dengan metode sianidasi dan

pemurnian secara elektrolisis yang dilanjutkan dengan analisis secara spektrometer

serapan atom dari 1 kg sampel batuan diperoleh kandungan emas sebesar 0,0715

gram atau 7,15 mg/L.

5.2. Saran

Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan ekstraksi emas secara

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Addison, R. 1980. Gold and Silver Extraction From Sulfide Ores. Mining Congress.

Bertrand, C. 1895. Process of Extracting Gold from Ores. New York.

Chirstie, S. Geankopolis. Transport Processes and Unit Operation. Second Edition.

Massachusetts:Allyn and Bacon.Inc.

Chakrapani, G., Mahanta, P., Murty, D.S.R., Gomaty, B. 2001. Preconcentration of

Traces of Gold, Silver and Palladium on Activated Carbon and Its

Determination on Geological Samples by Flame AAS after Wet Ashing.

Atalanta.

Day, R.A. Underwood, A.L. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Esna, Ashari. 1988. Method and Installation for Extracting Gold From Gold Ores.

Germany: Klockner Humboldt AG.

Gandjar, G.I., Rohman, A. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:Pustaka

Pelajar.

Hoang,T.A., Mullings,L.R., Phillips,D.N., Silis,I.D. 1998. Journal of Atomic

Spectrosc

Jakson, E. 1986. Hydrometallurgical Extraxtion and Reclamation. England: Ellis

Horwood Limitwd.

Keenan, Kleinfelter. 1986. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta:Erlangga.

Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Nelson, C.E. 1990. Comparative Geochemistry of Jasperoids from Carlin Type Gold

Deposits of The Western United States. Journal of Geochemical Exploration.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 2008.

Sanusi, B. 1984. Mengenal Hasil Tambang Indonesia. Jakarta: Penerbit Bina Aksara.

Setiabudi, Bambang Tjahjono. 2005. Penyebaran Merkuri Akibat Usaha

Pertambangan Di Daerah Sangon, Kabupaten Kulo Progo, D.I. Yogyakarta.

Center For Geological Resources.

Suaib B.S.1994. Pengaruh Rapat Arus Listrik, Jumlah Dan Jenis Elektroda

Terhadap Efektivitas Penurunan Warna Pada Air Gambut Dengan

(51)

Sudarsono, Arief S. 2003. Pengantar Pengolahan dan Ekstraksi Bijih Emas.

Bandung: Departemen Teknik Pertambangan ITB.

Rosenqvist, T. 1974. Principle of Extraxtive Metallurgy. New York: McGraw- Hill,

(52)

y = 0,0357x + 0,0004 R2 = 0,9984

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 0,18 0,2

0 1 2 3 4 5 6

Konsentrasi (ppm)

A

b

s

o

rb

a

n

s

i

Series1

Linear (Series1)

Gambar

Tabel 2.1 Data Sifat Fisik dan Kimia Emas
Gambar 2.1. Spektrometri Serapan Atom
Gambar 2.2. Proses saat Atom menyerap energi pada panjang       gelombang
Gambar 2.3.  Sistematis ringkas dari alat SSA
+5

Referensi

Dokumen terkait

Beliaulah yang mampu menggabungkan Fiqh Ulama Hijaz (sekarang wilayah Mekkah dan Madinah) dan Fiqh Ulama Iraq, dan ia termasuk orang yang paling mengerti tentang Kitab

Banyak orang mengenal Gambar AutoCAD sebagai ”bahasa teknik”. Dari gambar orang teknik dapat meneruskan keterangan-keterangan secara tepat dan objektif. Ternyata Gambar

Perlakuan pengairan berselang pada sistem PTT (penggunaan bahan organik yang dikombinasikan dengan anorganik) dan Non PTT (tanpa penggunaan bahan organik) nyata menghasilkan

Selanjutnya,……….Munculkan rasa SANGAT MENGHORMATI Allah (penjelasannya : rasa Menghormati Allah pada saat Rukuk, rasanya harus lebih dari pada orang Jepang saat menghormati

Terjadi beberapa bentuk pewarisan bunyi yang didominasi oleh pewarisan linear, kemudian pewarisan inovasi dengan beberapa tempat artikulasi yang ternyata tidak

Sejarah dari objek wisata Aermata ebu yaitu, Ratu Syarifah Ambami adalah istri dari Raden Tjakradiningrat I, karena sering ditinggal oleh sang suami ke tanah jawa, untuk

muncul nilai kebermaknaan pada kunjungan hari kedua, hasil uji statistik dilanjutkan dengan uji korelasi pada tabel IV, antara perbandingan usia dengan nilai

Bimbingan baca Quran merupakan salah satu unsur penting dalam suatu kegiatan Rohis. Tanpa adanya bimbingan baca qur’an wujud dari bentuk pengaplikasian rohani