Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh : Rohati
Oleh
HERYANI NIM : 809018300621
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
i
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : HERYANI NIM : 809018300621
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah ( PGMI ) Alamat : Jl. KH.M. Usman RT 04/04
Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Keterampilan Menyimak melalui Metode Bermain Peran pada Siswa Kelas III MI Muhammadiyah 2 Depok adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan dosen :
Nama Pembimbing : Dindin Ridwanudin,M.Pd
NIP : 197711212011011001
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Upaya Meningkatkan Keterampilan Menyimak melalui Metode Bermain Peran pada Siswa Kelas III MI Muhammadiyah 2 Depok disusun oleh Heryani,NIM. 809018300621, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang Munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, … Desember 2014 Yang mengesahkan
Pembimbing
iii
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK
MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA
KELAS III MI MUHAMMADIYAH 2 DEPOK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : Heryani NIM : 809018300621
Dosen Pembimbing,
Dindin Ridwanudin,M.Pd NIP. 197711212011011001
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
v
ABSTRAK
Heryani, NIM: 8090018300621, Upaya Meningkatkan Keterampilan Menyimak melalui Metode Bermain Peran pada Siswa Kelas III MI Muhammadiyah 2 Depok, Program Studi Pendididikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas III MI Muhammadiyah 2 Kecamatan Beji Kota Depok Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa sebanyak 22 orang yang terdiri atas 9 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Menyimak pada siswa kelas III MI Muhammadiyah 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menerapkan desain tindakan berdasarkan pembelajaran metode bermain peran. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah: Tes Hasil Belajar, Lembar Observasi, dan Wawancara. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran bermain peran dapat meningkat kemampuan menyimak sehingga hasil belajar Bahasa Indonesia pun meningkat. Adapun siswa yang mencapai ketuntasan belajar 78,57% pada akhir penelitian.
Kata Kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Keterampilan Menyimak,
vi ABSTRACT
Mrs. Heryani, NIM: 8090018300621 Efforts to Improve Listening Skills by Role Playing Method in Third Grade MI Muhammadiyah 2 Depok, Education Program Elementary School Teacher, Department of Islamic Education and Teaching Faculty MT Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta.
This research is a classroom action research was conducted in two cycles, each cycle consisting of planning, implementation, observation and reflection.The subjects were students of third grade MI Muhammadiyah 2 Beji Depok academic year 2012/2013 the number of students as many as 22 people consisting of 9 male students and 13 female students. This study aims to improve the ability of Listening in third grade MI Muhammadiyah 2 Academic Year 2012/2013. To
achieve this goal, researchers applied the design action based learning role playing method. Instruments used to collect the data were: Test Results Learning, Observation Sheet, and Interview. From the results of the study show that learning to play the role of listening skills that can increase learning outcomes Indonesian increased. The students who achieve a passing grade 78.57% at the end of the study.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, segala puji dan syukur hamba panjatkan ke khadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Menyimak melalui Metode Bermain Peran pada Siswa Kelas III MI Muhammadiyah 2 Depok”. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita yakni habiibanaa wanabiiyanaa Muhammad saw, serta kepada keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Sebagai makhluk sosial, tidak dapat dipungkiri bahwa penulis tidak dapat hidup sendiri. Penulis membutuhkan bantuan dari berbagai pihak agar penulisan skripsi ini selesai dengan baik. Untuk itu, sebagai ungkapan rasa hormat, penulis haturkan ucapan terima kasih kepada :
1. Dra. Nurlena, MA., Ph.D Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2. Dr. Fauzan, MA. Ketua Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Dindin Ridwnudin,M.Pd. Pembimbing skripsi yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan saran dan pengarahan kepada penulis
4. Sahabuddin, S.Ag Kepala MI Muhammadiyah 2, yang telah memberikan izin penelitian di sekolah yang bapak pimpin,
5. Lilis Suryani, S.Pd Guru Kelas III yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data penelitian,
6. Maulana, S.Pd Kepala Tata Usaha MI Muahammadiyah 2 yang juga telah banyak membantu dalam pengumpulan data penelitian,
viii
8. Suami dan Anak-anakku yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materil,
9. Semua pihak yang tidak dapat lagi disebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat atas kebaikan kalian semua.
Akhir kata, penulis memohon maaf apabila masih terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, dengan kerendahan hati penulis memohon kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
ix DAFTAR ISI
PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 4
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Metode Bermain Peran ... 6
B. Teori Menyimak ... 10
C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 17
D. Kerangka Berpikir ... 18
E. Hipotesis ... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20
x
C. Subyek Penelitian ... 23
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 23
E. Tahap Intervensi Tindakan ... 23
F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan ... 24
G. Data dan Sumber Data ... 25
H. Instrumen Pengumpulan Data ... 25
I. Teknik Pengumpulan Data ... 26
J. Analisis dan Interpretasi Data ... 27
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profile Sekolah ... 32
B. Deskripsi dan Analisis Data ... 35
C. Pembahasan Temuan Penelitian ... 47
BAB VPENUTUP A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 49
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran-lampiran
Lembar Pernyataan Karya Ilmiah ... i
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi ... ii
Lembar Pengesahan ... iii
Abstrak ... v
Kata Pengantar ... vii
Daftar Pustaka ... 50
Lampiran 1 : Kriteria Ketuntasan Minimal ... 52
Lampiran 2 : Lembar Hasil Observasi Siklus 1 ... 53
Lampiran 3 : Lembar Hasil Observasi Siklus 2 ... 57
Lampiran 4 : Photo Dokumentasi Penelitian ... 60
Lampiran 5 : Surat Permohonan Izin Penelitian ... 65
Lampiran 6 : Surat Keterangan Penelitian ... 66
Lampiran 4 : Lembar Uji Referensi ... 67
Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 69
1 A. Latar Belakang Masalah
Materi pelajaran bahasa Indonesia adalah suatu materi pelajaran yang diajarkan di dalam kelas, dari tingkat yang paling dasar hingga perguruan tinggi.
Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan terhadap siswa di dalam kelas mencakup empat aspek keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai oleh setiap siswa dari materi ajar keterampilan berbahasa, yaitu: 1) aspek kemampuan menulis, 2) aspek kemampuan berbicara, 3) aspek kemampuan membaca, 4) aspek kemampuan mendengarkan1.
Setiap aspek meliputi dasar dari keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, aspek keterampilan tersebut adalah hal yang penting yang harus dikuasai siswa dalam proses pembelajara berbahasa, yang pada akhirnya siswa mampu mengaktualisasikan keterampilan tersebut menjadi dasar dalam komunikasi berbahasa yang dibutuhkan oleh setiap siswa untuk melakukan interaksi dan memahami setiap pesan yang disampaikan dalam komunikasi tersebut, baik secara lisan maupun tertulis. Maka keempat keterampilan berbahasa tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Keterampilan menyimak menjadi salah satu materi ajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang bertujuan untuk menguasai bentuk pesan yang ingin disampaikan melalui pesan tersebut. Namun, ketika siswa berhadapan dengan materi menyimak, kebanyakan siswa masih merasa kesulitan, karena kurangnya konsentrasi dalam proses menyimak tersebut, sehingga ketika proses pembelajaran bahasa tersebut dilakukan, hasil dari menyimak tersebut belum maksimal dan siswa kurang serius menyimak apa yang disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran berlangsung.
Menurut Muhibbin syah, keberhasilan proses dan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 1) dari dalam (intern), 2) dari diri sendiri (ekstern), 3) factor pendekatan pembelajaran. Adapun faktor dari diri siswa seperti: integritas siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi. Faktor ekstern terdiri dari dua macam yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Faktor pendekatan belajar merupakan segala cara atau strategi yang digunakan oleh siswa dalam menunjang efektifitas belajar siswa dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.
Dari hasil observasi awal yang peneliti lakukan di MI Muhammadiyah 02, pembelajaran bahasa Indonesia masih dilakukan melalui metode konvensional, dan ketika materi keterampilan menyimak tersebut membuat siswa enggan untuk mempelajari apalagi memperdalam penguasaan materi berbahasa. Sehingga para praktisi terutama para pendidik semakin kesulitan mengajarkan materi yang wajib diajakan ini, sementara media penunjang interaktif untuk mempermudah proses pembelajaran sanagat jarang dijumpai. Beberapa keluhan lain yang sering dialami guru bahasa Indonesia yaitu: 1) pembelajaran yang kurang diminati siswa, 2) kompetensi yang dimiliki siswa tidak bisa dimaksimalkan pencapainnya.
mempermudah dan mempercepat guru menyajikan materi. 9) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan indera.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah dasar pada umumnya masih menekankan aspek pengetahuan (kognitif) dan kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu cara untuk meningkatkan gairah dan motivasi siswa dalam proses belajar itu adalah dengan menggunakan variasi metode guru dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimaa guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengambangkan ide dan pengertian dalam praktik pengajaran, tipe-tipe belajar dan penggunaan suatu dasar teori untuk segala situasi merupakan tindakan kurang bijaksana, tidak ada suatu teori belajar pun cocok untuk segala situasi. Ketika proses belajar mengajar tersebut terjadi, tentu saja tidak dapat berjalan selancar apa yang diharapkan oleh guru. Seringkali timbul penyimpangan-penyimpangan ataupun gangguan-gangguan, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak bisa berjalan secara efektif dan efisien. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kurangnya minat, gairah dan motivasi siswa untuk menerima materi ajar yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Upaya Meningkatkan Keterampilan Menyimak Metode Bermain Peran pada Siswa Kelas III MI Muhammadiyah 2 Depok”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, maka masalah-masalah yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kegiatan Belajar Mengajar masih dilakukan melalui metode konvensional, 2. Adanya keengganan Siswa untuk mempelajari materi keterampilan menyimak
apalagi memperdalam penguasaan materi berbahasa.
3. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kurang diminati oleh siswa.
4. Guru belum mampu untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki siswa sehingga tidak bisa dimaksimalkan pencapainnya
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih mudah dan tidak terlalu berbelit, maka penelitian ini hanya akan membahas tentang rendahnya kemampuan siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia pada proses keterampilan menyimak, sehingga untuk mengoptimalkan hasil penelitian, peneliti membatasi ruang lingkupnya sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan dalam peneliitian ini adalah metode bermain peran. 2. Para siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI
Muhammadiyah 02 Depok.
3. Materi yang dibahas pada penelitian ini adalah keterampilan menyimak teks cerita/drama.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalah dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan
E. Tujuan dan Keguanaan Hasil Penelitian 1. Tujuan
Sejalan dengan permasalahan di atas maka secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menyimak dengan menggunakan metode bermain peran pada siswa kelas III MI Muhammadiyah 02 Depok.
2. Kegunaan
Hasil penelitian, diharapkan membawa kegunaan dalam proses pembelajaran, yaitu:
a. Bagi guru, pada penelitian ini diharapkan dapat ditemukan alternatif pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat, untuk meningkatkan hasil belajar yang maksimal. Selain ini dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam proses pembelajaran. Bahasa Indonesia ke depannya. Dengan demikian guru dapat merencanakan proses pembelajaran yang lebih baik dan menjadi motivasi dan hasil belajar membaca yang baik bagi siswa. b. Bagi siswa, hasil penelitian ini memberikan proses pembelajaran yang baru,
sehingga dapat mengikuti pembelajaran dengan lebih baik, dan menghasilkan hasil belajar yang maksimal dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.
6 A. Metode Bermain Peran
1. Pengertian Metode
“Secara etimologi metode dalam Bahasa Arab, dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan1”. Sedangkan secara terminology “metode adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabus mata pelajaran2”.
Bermain peran adalah suatu metode mengajar dimana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu seperti terdapat dalam kehidupan masyarakat (sosial).
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa bermain peran adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan tingkah laku di dalam hubungan sosial.
2. Persyaratan Menggunakan Metode Bermain peran
Secara umum metode pembelajaran bermain peran dapat digunakan apabila3 : 1) Pelajaran dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian dan
perasaan seseorang
2) Pelajaran dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah dipercayakan. 3) Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan.
1
Ibid., Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2002),h.184
2
Ibid., h,185
3
4) Apabila dimaksudkan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu sehingga diharapkan siswa mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah mereka terjun dalam masyarakat kelak
5) Dapat menghilangkan malu, dimana bagi siswa yang tadinya mempunyai sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya dan masyarakat dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
6) Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga amat berguna bagi kehidupan dan masa depannya kelak, terutama yang berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya.
7) Untuk meningkatkan kemampuan penalaran peserta didik secara lebih kritis dan detail dalam pemecahan masalah.
8) Untuk meningkatkan pemahaman konsep dari materi yang diajarkan. Sedangkan menurut Abu Ahmadi Metode bermain peran dapat digunakan apabila:4.
1) Keterangan secara lisan tidak dapat menerangkan pengertian yang dimaksud
2) Memberikan gambaran mengenai bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi sosial tertentu
3) Memberikan kesempatan untuk menilai atau pandangan mengenai suatu tingkah laku sosial menurut pandangan masing-masing
4) Belajar menghayati sendiri keadaan
5) Memberikan kesempatan untuk belajar mengemukakan penghayatan sendiri mengenai suatu situasi sosial tertentu dengan mendramatisasikannya di depan penonton dan bukan memberikan keteranmgan secara lisan
6) Memberikan gambaran mengenai bagaimana seharusnya seseorang bertindak dalam situasi sosial tertentu.
4
3. Kelebihan dan Kelemahan Penggunaan Metode Bermain peran
Menurut Ahmadi, ada beberapa pendapat tentang kelebihan dan kekurangan metode bermain peran diantaranya5:
a. Kelebihan
Beberapa kebaikan dari metode bermain peran antara lain:
1) Melatih anak untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberanian; 2) Metode ini akan menarik perhatian anak sehingga suasana kelas menjadi
hidup;
3) Anak-anak dapat menghayati suatu peristiwa sehingga mudah mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatan sendiri;
4) Anak dilatih untuk menyusun pikirannya dengan teratur. 5) Memperjelas situasi sosial yang dimaksud;
6) Menambah pengalaman tentang situasi sosial tertentu;
7) Mendapat pandangan mengenai suatu tindakan dalam sustu situasi sosial dari berbagai sudut
b. Kelemahan
1) Disamping terdapat kebaikan-kebaikan, metode bermain peran juga memiliki kelemahan-kelemahan diantaranya:
2) Metode ini memerlukan waktu cukup banyak 3) Memerlukan persiapan yang teliti dan matang
4) Kadang-kadang anak-anak tidak mau mendramatisasikan suatu adegan karena malu
5) Kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa apabila pelaksanaan dramatisasi itu gagal,
6) situasi sosial yang didramatisasikan hanyalah tiruan;
7) situasi ini dalam kelas berbeda dengan situasi yang sebenarnya dimasyarakat.
5
4. Teknis Penggunaan Metode Bermain peran
Metode bermain peran secara teoretis telah banyak dikenal oleh sebagian besar pendidik kita, namun secara praktisi masih banyak di antara mereka yang belum memahaminya. Terdapat beberapa petunjuk untuk dapat menerapkan metode ini, ada yang mengungkapkan secara sederhana dan ada juga yang menjelaskan secara terperinci petunjuk-petunjuk tersebut. Namun pada prinsipnya petunjuk-petunjuk itu adalah sama. Dan dalam penerapannya, dapat dikembangkan tersendiri oleh yang bersangkutan.
Adapun beberapa petunjuk atau langkah-langkah dalam menggunakan metode bermain peran ini tersaji dalam beberapa tahap diantaranya sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, Engkoswara (dalam Basyiruddin Usman) mengatakan bahwa:
“sebelum melakukan bermain peran diperlukan penentuan pokok permasalahan yang akan didramatisasikan terlebih dahulu, menentukan para pemain, dan mempersiapkan para siswa sebagai pendengar yang menyaksikan jalannya cerita. Masalah yang akan didramatisasikan dipilih secara bertahap, dimulai dari persoalan yang sederhana dan dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan berikutnya yang agak sukar dan lebih bervariasi”6
.
Sedangkan menurut Sudjana “Masalah-masalah yang akan ditetapkan harus
menarik perhatian siswa”7 serta situasi masalah yang akan ditetapkan harus sesuai dengan tingkat usia siswa.
2. Tahap pelaksanaan.
Setelah tahap-tahap dalam persiapan terselesaikan, siswa dipersilahkan untuk mendramatisasikan masalah-masalah yang diminta selama kurang lebih 4 sampai 5 menit berdasarkan pendapat dan inisiasi mereka sendiri.
6
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,(Jakarta: Ciputat pers, 2003)..h.52
7
3. Tahap Tindak Lanjut
Seperti yang telah diungkapkan oleh sudjana dan hendrowiyono di atas bahwa apabila bermain peran telah berakhir, maka diperlukan sebuah upaya tindak lanjut. Dan mereka mengadakan diskusi sebagai salah satu alternatifnya.
Engkoswara (dalam Basyiruddin Usman) mengungkapkan bahwa:
“Bermain peran merupakan sebuah metode mengajar, jadi dalam praktiknya tidak hanya berakhir pada pelaksanaan dramatisasi semata, melainkan hendaknya dapat dilanjutkan dengan tanya jawab, diskusi, kritik, atau analisis persoalan. Dan bila dipandang perlu, siswa lainnya diperbolehkan mengulang kembali peranan tersebut dengan lebih baik lagi”.8
“Sebagai salah satu upaya tindak lanjut siswa dapat melakukan aktifitas menilai atau memberi tanggapan terhadap pelaksanaan bermain peran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat kesimpulan hasil bermain peran9.”
B. Teori Menyimak 1. Definisi Menyimak
Menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan. Akan tetapi, jika kita mengkajinya lebih jauh ketiganya memiliki perbedaan pengertian. Beranjak dari asumsi tersebut banyak orang yang kurang memperhatikan perbedaannya.
Menurut Vismaia dan Sutari, “mendengar mempunyai makna dapat menangkap bunyi dengan telinga”10. Mengkaji makna mendengar menurut kamus besar tersebut dapat dBahasa Indonesiahami bahwa seseorang mendengar suara itu, tanpa ada unsur kesengajaan. Mendengarkan memiliki arti mendengar akan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Hal ini berarti bahwa ada unsur kesengajaan dalam perbuatannya itu.
Menyimak memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan orang lain. Hal tersebut berarti bahwa faktor kesengajaan dalam kegiatan menyimak sangat besar. Unsur kesengajaan dalam kegiatan menyimak lebih besar dari kegiatan mendengarkan, karena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami apa yang disimaknya, sedangkan mendengarkan tingkatan pemahaman belum ditingkatkan.
Kegiatan menyimak bunyi bahasa yang tertangkap oleh alat pendengar kemudian diidentifikasi dan dikelompokkan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan suatu peristiwa penerimaan pesan, gagasan, pikiran atau perasaan seseorang. Penerima pesan dapat memberi respon atau tanggapan terhadap pembicaraan itu. Hal ini berarti telah terjadi peristiwa komunikasi berbahasa antara pembicara dengan penyimak.
Menurut Anderson (dalam Vismaia dan Sutari) “keterampilan menyimak merupakan kemampuan menangkap dan memainkan makna pesan baik yang tersirat maupun tersurat yang terkandung dalam bunyi”11, unsur kemampuan mengingat pesan juga merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengertian menyimak. Maka dengan menyimak dapat dibatasi sebagai proses besar mendengarkan dan mengintepretasikan lambang-lambang lisan. Menurut Tarigan (dalam Vismaia dan Sutari) “menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta intepretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memaknai makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujian atau bahasa lisan”12. Sedangkan menurut Akhadiat, “menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, mengintepretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya”13. Menyimak diartikan sebagai proses apresiasi penuh kesungguhan disertai penelahaan untuk direspon.
Mengkaji definisi yang dikemukakan para pakar di atas, dapat dipahami bahwa menyimak merupakan suatu proses mendengarkan dan menangkap makna pesan dengan penuh perhatian, pemahaman, interpretasi lambang-lambang lisan, dan apresiasi untuk mendapatkan fakta, makna isi, serta mereaksi (merespon) atas makna yang terkandung di dalamnya.
2. Jenis-jenis Menyimak
Adapun jenis-jenis menyimak adalah sebagai berikut: a. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal lebih umum dan lebih bebas terhadap sebuah ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru.
Yang termasuk jenis menyimak ini diantaranya (1) menyimak social/konvensional (2) menyimak sekunder (3) menyimak estetik. b. Menyimak Intensif
Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih lawas, dikontrol terhadap suatu hal tertentu.
Yang termasuk jenis menyimak ini diantaranya (1) menyimak kritis (2) menyimak konsentratif (3) menyimak kreatif (4) menyimak eksplorasif (5) menyimak interogatif (6) menyimak selektif
3. Tujuan Menyimak
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa menyimak merupakan peristiwa penerimaan pesan, gagasan, atau pikiran seseorang. Pesan itu harus dipahami dengan jelas oleh penyimak sebagai bukti ia memahami pesan itu, ia harus bereaksi memberi tanggapan atau respon.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa menyimak merupakan kegiatan yang disengaja, direncanakan, untuk mencapai proses tujuan. Seseorang tidak akan menyimak apabila ia tidak mempunyai maksud untuk apa ia menyimak. Sebaliknya sesorang pembicarapun melakukan kegiatan karena ada tujuan yang diharapkan dari penyimaknya.
diperhatikan, yaitu; 1) adanya pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pesan pembicara, 2) pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pesan itu sesuai dengan kehendak pembicara. Berdasarkan dua aspek tujuan menyimak tersebut dikemukakan beberapa “tujuan menyimak diantaranya; 1) mendapatkan fakta, 2) menganalisis fakta, 3) mengevaluasi fakta, 4) endapatkan inspirasi, dan 5) mendapatkan hiburan”14. Berikut uraian masing-masing tujuan menyimak tersebut.
a. Mendapatkan fakta
Mendapatkan fakta dapat dilakukan melalui berbagai cara, bisa melalui keterampilan membaca, bisa pula melalui keterampilan menyimak. Pemerolehan informasi melalui membaca di negara-negara maju sudah sangat membudaya baik melalui majalah, koran, maupun buku-buku lainnya. Akan tetapi, di negara berkembang khususnya Indonesia, pemerolehan informasi melalui membaca belum populer dikalangan masyarakat. Sebagian besar seseorang lebih cendrung mendapatkan informasi melalui kegiatan menyimak, baik melalui radio, televisi, ceramah, dan sebagainya.
b. Menganalisis fakta
Menganalisis fakta merupakan proses menaksir informasi sampai pada tingkat unsur-unsurnya, menaksir sebab akibat yang terkandung dalam fakta-fakta itu. Tujuan ini muncul biasanya karena fakta yang diterima ingin dipahami maknanya secara lebih mendalam. Proses menganalisis harus berlangsung secara ajeg, artinya bahan simakan harus dipahami betul-betul maknanya.
c. Mengevaluasi fakta
Mengevaluasi fakta atau gagasan merupakan tujuan menyimak. Penyimak yang kritis akan mengajukan pertanyaan sehubungan hasil analisisnya, pertanyaan tersebut diantaranya; 1) cukup bernilaikah fakta-fakta yang diterimanya?, 2) akuratkah fakta-fakta tersebut?, dan 3) relevankah fakta-fakta itu dengan pengetahuan penyimak?.
14
d. Mendapatkan inspirasi
Seseorang penyimak tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan fakta, akan tetapi selain itu tujuan menyimak adalah untuk mendapatkan inspirasi. Seseorang mendengarkan ceramah atau diskusi ilmiah semata-mata untuk mendapatkan inspirasi atau ilham. Cara-cara mendapatkan inspirasi disini dapat diberikan contoh seperti seseorang yang menghadiri pertemuan, seminar, debat dan sebagainya dengan tujuan untuk membangkitkan semangatnya.
e. Mendapatkan hiburan
Pada dasarnya manusia hidup memerlukan hiburan. Hiburan dapat diperoleh melalui bermacam kegiatan termasuk kegiatan menyimak. Tentunya bahan yang disimak dapat menyegarkan pikiran, menyenangkan hati, dan dapat menghibur diri.
4. Unsur-Unsur Dasar Menyimak
Menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks, karena sangat tergantung pada berbagai unsur yang mendasarinya. Unsur-unsur menyimak merupakan unsur yang fundamental mewujudkan adanya suatu peristiwa atau kegiatan menyimak.
Menciptakan kegiatan menyimak, unsur-unsur tersebut harus ada. “Unsur-unsur menyimak yang dimaksud diantaranya; 1) pembicara sebagai sumber pesan, 2) penyimak sebagai penerima pesan, 3) bahan pembicaraan sebagai unsur konsep, dan 4) bahasa lisan sebagai media”15.
5. Menyimak Komprehensif
“Salah satu tujuan menyimak ialah menerima ransang untuk memahami suatu pesan tertentu”16. Mendengar untuk memahami disebut menyimak komprehensif. Seseorang dapat dikatakan penyimak komprehensif yang baik apabila mampu menerima, memperhatikan dan memberikan makna dari pesan yang sedekat mungkin sama dengan pesan yang disampaikan pembicara.
15
Op.Cit
16
Beberapa tujuan menyimak yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa menyimak komprehensiflah yang mendapat perhatian lebih khusus, dengan alasan bahwa menyimak pemahaman bersifat testable (dapat diuji). Berikut beberapa factor yang dapat mempengaruhi kemampuan menyimak komprehensif yaitu ingatan, konsentrasi, dan kosakata.
a. Memori (Ingatan)
Berdasarkan teori skematis, seseorang tidak dapat memproses informasi tanpa melibatkan ingatan. Menelaah konsep teori ini, dengan memori manusia dapat menghubungkan konsep yang satu dengan konsep lainnya. Adapun memori dalam diri kita memiliki tiga fungsi penting yaitu; 1) menyusun arah tentang apa yang akan kita lakukan dalam aktivitas, 2) memberikan struktur baku terhadap pemahaman kita, dan 3) memberikan arah untuk mengingat pengalaman atau pengetahuan dan informasi yang telah diketahui sebelumnya.
b. Konsentrasi
Variabel signifikan yang berpengaruh terhadap menyimak komprehensif adalah kemampuan pendengar untuk berkonsentrasi atau menaruh item-item yang akan diingat. Berkonsentrasi pada pesan yang dikirimkan oleh pembicara merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh penyimak.
c. Perbendaharaankata
Kosakata yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan komprehensif penyimak. Berasumsi bahwa ukuran kosakata merupakan variabel penting dalam pemahaman penyimak. Hal tersebut disebabkan karena makna merupakan bagian integral dari proses menyiamak, maka perlu memiliki kosakata yang cukup sehingga dapat mengembangkan sistem kategori dan menekan sekecil mungkin kesalahan kategoris yang dikembangkan dalam proses menyimak.
Menghindari terjadinya kekeliruan dalam menyimak, berikut disajikan langkah-langkah menarik kesimpukan diantaranya; 1) pahami gagasan-gagasan secara keseluruahan, 2) berikan alasan gagasan yang telah disimpulkan, 3) aturlah sedemikian rupa sehingga diperoleh kecocokan antar gagasan-gagasan yang disimpulkan, dan 4) pusatkan dasar pemikiran pada gagasan yang dinyatakan oleh pembicara, dan jangan dikacaukan oleh opini serta perasaan pribadi.
6. Menyimak Dalam Pembelajaran
Perkembangan kemampuan menyimak bahasa lisan merupakan proses panjang dan berkesinambungan. Kemampuan tidak akan diperoleh secara otomatis, akan tetapi guru harus kontinu. Karenanya, tugas guru yang penting adalah memperbanyak variasi kegiatan menyimak yang jelas tujuannya, terarah, dan lengkap. Peserta didik harus sadar akan pentingnya latihan menyimak secara terus-menerus.
Apabila guru menuntut kepada peserta didik untuk menanggapi setiap penuturan atau pembicaraan, maka dengan sendirinya peserta didik akan berusaha menyimak dengan sebaik-baiknya. Berkaitan dengan hal tersebut, guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik agar berani berbicara atau merespon lebih banyak dari apa yang disimaknya.
Pada sebuah lembaga pendidikan, menyimak sudah menjadi bagian dari pembelajaran bahasa. Akan tetapi, kebanyakan guru, para ahli berasumsi bahwa pembelajaran keterampilan menyimak tidak perlu direncanakan tersendiri. Bahkan ada anggapan bahwa keterampilan menyimak akan dikuasai dengan sendirinya apabila pembelajaran lainnya telah berjalan dengan baik. “Pengkajian, penelahaan, dan penelitian mengenai keterampilan menyimak pun sangat langka”17.
Suyatno menyebutkan:
“langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyimak diantaranya; 1) guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan pembelajaran, 2) bacakan teks cerita yang telah dipersiapkan, 3) siswa
17
menyimak teks cerita, 4) siswa secara berkelompok mengidentifikasi teks cerita, 5) siswa mendiskusikan hasil identifikasi hasil diskusi, 6) siswa melaporkan hasil diskusi di depan kelas, dan 7) siswa menyimpulkan pembelajaran hari itu”18.
Berdasarkan uraian langkah-langkah yang diuraikan Suyatno diatas, dapat dipahami bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia keterampilan menyimak perlu mendapatkan perhatian lebih besar oleh staf pengajar agar hasil pembelajaran tercapai secara maksimal.
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Wirman (2012) dengan judul “Peningkatan Kemampuan menyimak Cerita Rakyat Melalui Media Audio pada siswa kelas VII SMPN 2 Donggo
Kabupaten Bima Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) adanya peningkatan presentase minat belajar siswa antara prasiklus dan siklus I 48,24% dan siklus I ke siklus II sebesar 21,5%. Sedangkan peningkatan minat dari prasiklus ke siklus 58,86%. (2) prestasi belajar siswa juga mengalami peningkatan, hal tersebut dapat terlihat dari presentase siswa yang mencapai ketuntasan pada prasiklus 35,3% sedangkan pada siklus I 80% dan siklus II 93,75%.
Rulasmini Khotimah (2009) dengan judul “Penggunaan metode Role Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas III SD Benerwojo Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan”.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia materi peraturan di Masyarakat dengan menggunakan metode Role Playing dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. (2) hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah menggunakan metode Role Playing.
18
D. Kerangka Berpikir
Materi pelajaran bahasa Indonesia adalah suatu materi pelajaran yang diajarkan di dalam kelas, dari tingkat yang paling dasar hingga perguruan tinggi. Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan terhadap siswa di dalam kelas mencakup empat aspek keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai oleh setiap siswa dari materi ajar keterampilan berbahasa, yaitu: 1) aspek kemampuan menulis, 2) aspek kemampuan berbicara, 3) aspek kemampuan membaca, 4) aspek kemampuan mendengarkan. Setiap aspek meliputi dasar dari keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, aspek keterampilan tersebut adalah hal yang penting yang harus dikuasai siswa dalam proses pembelajara berbahasa, yang pada akhirnya siswa mampu mengaktualisasikan keterampilan tersebut menjadi dasar dalam komunikasi berbahasa yang dibutuhkan oleh setiap siswa untuk melakukan interaksi dan memahami setiap pesan yang disampaikan dalam komunikasi tersebut, baik secara lisan maupun tertulis. Maka keempat keterampilan berbahasa tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Keterampilan menyimak menjadi salah satu materi ajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang bertujuan untuk menguasai bentuk pesan yang ingin disampaikan melalui pesan tersebut. Namun, ketika siswa berhadapan dengan materi menyimak, kebanyakan siswa masih merasa kesulitan, karena kurangnya konsentrasi dalam proses menyimak tersebut, sehingga ketika proses pembelajaran bahasa tersebut dilakukan, hasil dari menyimak tersebut belum maksimal dan siswa kurang serius menyimak apa yang disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran berlangsung.
diharapkan dapat memaksimalkan keaktifan siswa dalam belajar Bahasa Indonesia dan hal ini akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.
E. Hipotesis Tindakan
20 A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dipilih sebagai lapangan penelitian adalah MI Muhammadiyah 02 Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok Kelas III. Adapun waktu yang dipergunakan oleh penulis ini adalah 4 bulan mulai bulan Maret 2013 sampai dengan bulan Juni 2013.
Adapun pengambilan data dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 tepatnya pada bulan Mei 2013.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Adapun Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research ). Yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelititan berdasarkan pada prinsip yang mencakup kegiatan perencanaan (planing), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflektion) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus, penelitian ini dilakukan dengan cara berkolaborasi antara penulis dengan guru Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 02.
Rancangan siklus I 1. Tahap Perencanaan
a. Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi, wawancara dan pencatatan arsip.
b. Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran. c. Membuat lembar observasi kegiatan guna mengukur aktifitas belajar siswa
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
a. Guru menerapkan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode bermain peran di kelas III MI Muhammadiyah 02 berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Siswa belajar Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode bermain peran dengan bimbingan guru.
3. Tahap Observasi
a. Guru memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan pada saat mengerjakan tugas.
b. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru dibantu oleh observer mengobservasi siswa dengan lembar observasi yang telah disiapkan.
4. Tahap Refleksi
Guru mengadakan refleksi dan evaluasi. Berdasarkan hasil refleksi ini dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.
Rancangan Siklus 2 1. Tahap Perencanaan
a. Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah
b. Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran dengan kerja kelompok, tugas dan permainan .
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
a. Guru menerapkan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode bermain peran.
b. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode bermain peran di kelas III MI Muhammadiyah 02 berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3. Tahap Observasi
a. Guru memberikan bimbingan kepada siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan pada saat melaksanakan metode bermain peran.
b. Selama prose pembelajaran berlangsung, guru dibantu oelh observer mengobservasi aktifitas belajar siswa dengan lembar observasi yang telah disiapkan.
4. Tahap Refleksi
Guru mengadakan refleksi dan evaluasi. Berdasarkan hasil refleksi ini dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.
Adapun disain penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin
Keterangan :
Planning : Perencanaan Tindakan Observing : Pengamatan Acting : Pelaksanaan Tindakan Reflecting : Refleksi
.
Apabila hasil refleksi dan evaluasi siklus I menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menyimak siswa kelas III MI Muhammadiyah 02 dalam
Planning
Acting Reflecting
pembelajaran Bahasa Indonesia, maka tidak perlu dilanjutkan dengan siklus II. Namun apabila belum memperlihatkan adanya peningkatan keterampilan menyimak siswa kelas III MI Muhammadiyah 02 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, maka dilanjutkan ke siklus II yang meliputi : tahap perencanaan tindakan,tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi tindakan dan tahap refleksi. Demikian juga untuk siklus berkutnya, sampai ada peningkatan keterampilan menyimak siswa sesuai indikator kinerja.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang dimaksud mengarahkan pada subjek yang menjadi sasaran penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI Muhammadiyah 02 Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok. Yang terdiri dari 22 siswa yaitu 10 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki.
D. Peran dan posisi peneliti dalam penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pelaksana kegiatan atau praktisi, juga sebagai perancang kegiatan. Praktisi membuat perencanaan kegiatan, kemudian melakukan pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Adapun dalam penelitian ini dibantu seorang guru, guru ini adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III yang bertindak sebagai observer atau pengamat.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Tahapan intervensi tindakan yang dilakukan pada setiap siklus yaitu :
Tahap Kegiatan
Perencanaan 1. Observasi ke sekolah MI Muhammadiyah 02 2. Mengurus surat ijin penelitian
3. Melakukan wawancara terhadap guru Bahasa Indonesia dan wawancara kepada siswa kelas III ( tiga )
pendahuluan
5. Membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran 6. Menyiapkan perlengkapan penelitian
Pelaksanaan 1. Appersepsi guru memberikan pernyataan, menyampaikan tujuan belajar khusus
2. Melaksanakan langkah-langkah metode bermain peran.
3. Kesimpulan Materi
Observasi 1. Observasi dilakukan saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Sedangkan aspek-aspek yang di evaluasi adalah mengenai peningkatan keterampilan menyimak pada pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Hasil evaluasi dijadikan dasar terhadap refleksi dalam rangka perbaikan. Maka hasil dari analisis evaluasi tersebut akan dijadikan sebagai pedoman untuk merencanakan siklus berikutnya.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan
G. Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif instrumennya adalah tes, sedangka data kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument, maka pengumpulan datanya dengan lembar observasi, wawancara dan dokumentasi. “Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru kelas ( observer ) dan penelitian itu sendiri”1.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu :
a. Lembar Observasi
Lembar observasi berupa daftar isian yang diisi oleh pengamat selama proses pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung di kelas. Observasi ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
b. Pedoman Wawancara
Wawancara untuk siswa setelah siklus dilaksanakan bertujuan untuk memperoleh data mengenai pendapat atau pandangan terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode bermain peran.
c. Tes Hasil Belajar
Tes yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji sejauh mana keberhasilan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode bermain peran. Tes ini diberikan setiap akhir siklus. Bentuk soal tes pertanyaan tertulis.
1
I. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kelas ini merupakan observasi, wawancara dan angket.
1. Observasi
Observasi merupakan kegiatan penilaian non-tes yang dilaksanakan melalui pengamatan atau mengamati perilaku siswa atau proses terjadinya suatu kegiatan baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Oleh karena itu, selama tindakan berlangsung. Hal-hal yang diteliti adalah aktivitas siswa, aktivitas guru pada saat mengajar dan hasil belajar siswa dengan lembar yang telah disediakan. Hal ini sebagai bahan untuk refleksi yang akan dilakukan pada tindakan berikutnya.
2. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan penilaian non-tes yang dilaksanakan melalui percakapan langsung antara peneliti dengan guru. Kegiatan ini digunakan untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan metode bermain peran guna meningkatkan keterampilan menyimak pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas III di MI Muhammadiyah 02 Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Kota Depok.
3. Tes Hasil Belajar
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh setiap anak/siswa sehingga memberikan hasil sesuai nilai tentang hasil atau prestasi anak/siswa tersebut yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau nilai standar yang telah ditetapkan2. Jadi tes ini adalah untuk mengetahui atau memperoleh gambaran prestasi siswa. Melalui tes tersebut peneliti ingin mengetahui apakah proses belajar mengajar yang telah dilakukan mengalami keberhasilan atau kegagalan. Bentuk tes yang digunakan adalah berupa tes essay dengan jumlah soal sebanyak 6 butir .
2
J. Analisis dan Interprestasi Data
Analisis dan interpretasi data kualitatif hasil belajar menggunakan langkah-langkah berikut :
1. Pada kegiatan ini setelah hasil tes dikumpulkan selanjutnya melakukan penentuan skor tes essay yang telah diberikan dengan skor tiap butir soal diberi rentang nilai antara 1-10 yang terdiri dari 6 butir soal, hasil tes tersebut nantinya penulis akan evaluasi dengan menggunakan rumus norma absolute skala sebelas, sehingga memperoleh data mengenai kemampuan siswa dalam hal menyimak melalui metode bermain peran. Jadi nilai maksimal idealnya adalah 6 x 10 = 60.
2. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar
Prosedur yang akan ditempuh dalam mengubah skor mentah menjadi skor standar, adalah :
a. Mencari Skor Maksimal Ideal (SMI) daripada tes yang diberikan. Skor Maksimal Ideal adalah skor yang mungkin dicapai apabila setiap item atau butir soal dapat dijawab dengan benar. Skor maksimal ideal dicari dengan jalan menghitung jumlah item atau butir soal yang diberikan serta bobot daripada masing-masing item atau butir soal.
b. Mencari angka rata-rata ideal (Mi) untuk tes tersebut dengan rumus : Mi = ½ x SMI
c. Mencari Standar Deviasi ideal (SDi) untuk tes tersebut dengan rumus : SDi = 1/3 x Mi
Membuat pedoman konversi3 dengan ketentuan sebagai berikut :
M + 2,25 SD 10
M + 1,75 SD 9
M + 1,25 SD 8
M + 0,75 SD 7
M + 0,25 SD 6
3
M - 0,25 SD 5
M - 0,75 SD 4
M - 1,25 SD 3
M - 1,75 SD 2
M - 2,25 SD 1
Berdasarkan rumus di atas, maka penyelesaian adalah hasil tes yang berupa skor mentah dikonversikan menjadi skor standar dengan menggunakan norma absolut skala 11.
SMI = 60
Mi = ½ x 60 = 30 Sdi = 1/3 x 30 = 10 Keterangan :
SMI = Skor Maksimal Ideal. Mi = Angka Rata-rata ideal. Sdi = Standar Deviasi.
Dari rumusan tersebut di atas maka hasil yang diperoleh sebagai berikut : Mi + 2,25 Sdi = 30 + (2,25 x 10) = 52 10
Tabel Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menyimak
No. Skor Mentah Skor Standar Kategori
(1) (2) (3) (4)
Adapun metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. “Metode analisis deskriptif merupakan suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya sehingga diperoleh suatu kesimpulan umum”4.
Kemampuan siswa dalam menyimak melalui metode bermain peran dapat diketahui dari hasil belajar. Hasil tes tersebut kemudian dianalisis sehingga diperoleh data mengenai kemampuan siswa dalam menyimak melalui metode bermain peran, dan untuk memudahkan peneliti menganalisis kemampuan siswa peneliti menggunakan rumus norma absolut skala sebelas5. Dengan rumus sebagai berikut :
Sugiono,Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&B,Bandung:CV Alfabeta,2009,h.147
5
Keterangan :
M = Rata-rata skor.
fx = Jumlah skor standar. N = Jumlah individu.Hasil perhitungan kemampuan menyimak melalui metode bermain peran dari masing-masing siklus dibandingkan. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai presentasi peningkatan kemampuan menyimak melalui metode bermain peran.
Analisis dan interpretasi data kuantitatif hasil belajar menggunakan kriteria berikut:
1. Analisis Data Observasi
Observasi dilakukan terhadap guru yaitu mengenai pengelolaan kelas,serta bagi siswa yaitu tentang keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. untuk setiap aspek yang diamati diberi skor sesuai dengan pedoman penskoran pada lembar observasi yang telah dibuat.
Menghitung skor total yang telah diperoleh setelah pembelajaran selesai. Skor total yang telah diperoleh tersebut dihitung presentasenya dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
2. Analisis data wawancara
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Setelah siklus 1 selesai dan ternyata hasiil yang diharapkan belum memenuhi kriteria seoerti yang diharapkan, yaitu peningkatan tes hasil belajar Bahasa Indonesia siswa, maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan berikutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran.
32 A. Profile Sekolah
Adapun profile madrasah tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
1. Nama Madrasah : MI Muhammadiyah 02
2. Nomor Statistik Madrasah : 111232760127 /NPSN 20223944 3. Akeditasi Madrasah : “ B “
4. Alamat Lengkap Madrasah : Jalan : Juragan Sinda
Desa/Kelurahan : Kukusan
Kecamatan : Beji Kabupaten/Kota : Depok Provinsi : Jawa Barat
5. NPWP : -
6. Nama Kepala Madrasah : Sahabuddin,S.Pd.I
7. No. Telp/HP : -
8. Nama Yayasan : Majelis Pendidikan & Kebudayaan Muhammadiyah Kota Depok 9. Alamat Yayasan : Jl.Juragan Sinda No. 28 RT 05/01
Kel.Kukusan Beji Kota Depok
10. Telp. Yayasan : -
11. No. Akte Pendirian Madrasah : -
12. Kepemilikan Tanah : Yayasan
a. Status Tanah ( Wakaf ) b. Luas Tanah ( 1500 m2 ) 13. Status Bangunan : Milik Yayasan
14. Luas Bangunan : 1300 m2
16. Data Siswa 3 ( Tiga ) tahun terakhir
17. Data Sarana dan Prasarana
12 R. Konseling -
13 Tempat Ibadah -
14 R. UKS -
15 Jamban 3 1 2 2
16 Gudang -
17 R. Sirkulasi -
18 Tempat Olahraga 1 1
19 R. OSIS -
20 R. Lainya -
18 Data Pedidik dan Tenaga Kependidikan
No Keterangan Jumlah
Pendidik 10
1 Guru PNS di Perbantukan Tetap -
2 Guru Tetap Yayasan 8
3 Guru Honorer 1
4 Guru Tidak tetap
Tenaga Kependidikan 3
1 Kepala Sekolah 1
2 TU 1
3 Penjaga Sekolah 1
4 Ekstra Kurikuler
Visi, Misi dan Tujuan MI Muhammadiyah 02 Visi :
Mewujudkan masyarakat madrasah yang beriman, bertaqwa dan berilmu yang berlandaskan akhlakul karimah dan berwawasan global
Misi :
c) Mencetak lulusan madrasah yang berakhlakul karimah, serta berprestasi dan memiliki wawasan
B. Deskripsi dan Analisis Data
1. Tindakan Pembelajaran Siklus I
Tahapan tindakan yang dilakukan pada siklus I meliputi beberapa tahapan,antara lain:
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan dalam tahapan perencanaan dilakukan berdasarkan seluruh informasi dari analisis kebutuhan. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini antara lain merencanakan pembelajaran yang akan digunakan dengan menggunakan metode bermain peran yang diaplikasikan ke dalam rencana pembelajaran (RPP), menentukan konsep bahasan , menyusun lembar latihan soal untuk tes.
b. Tahap Pelaksaaan Tindakan
Siklus I dilaksanakan dari tanggal 3 – 4 Mei 2013 dengan materi keterampilan menyimak.
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 3 Mei 2013, sebelum memulai proses belajar mengajar peneliti mengabsen kehadiran siswa untuk mengenal siswa satu persatu serta mengkondisikan siswa di kelas. Pada hari tersebut siswa hadir semua. Setelah itu peneliti membuka pelajaran dengan diawali berdoa bersama. Selesai mengkondisikan kelas peneliti memberikan pengetahuan awal kepada siswa sebelum masuk dalam proses pembelajaran.
Kemudian dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini kepada siswa. Apersepsi dan motivasi dilakukan peneliti kepada siswa di awal pembelajaran.
pertanyaan kepada siswa mengenai pengertian tentang menyimak dan bermain peran. Setelah memberikan apersepsi dan motivasi seputar pembelajaran kepada para siswa, peneliti melanjutkan ke materi pembelajaran dengan menyajikan materi pelajaran. Sebelum menjelaskan materi pelajaran, peneliti menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan metode bermain peran. Setelah materi dijelaskan, peneliti membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, untuk melakukan aktifitas bermain peran. Dimana dalam strategi ini masing-masing kelompok akan melakukan bermainan peran sebagai tokoh yang ada dalam cerita.
Berdasarkan data yang diperoleh dari catatan lapangan bahwa saat proses pelaksanaan bermain peran masih terdapat siswa yang kebingungan dalam proses pelaksanaan strategi ini, para siswa umumnya kurang percaya diri dalam hal mengungkapkan pemikirannya dalam diskusi.Setelah selesai berdiskusi, peneliti dan siswa bersama menyimpulkan hasil diskusi.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 12 Juni 2013 dengan siswa seluruhnya hadir yaitu 22 orang. Setelah mengabsen kehadiran siswa, peneliti mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama, sebelum masuk materi pelajaran terledih dahulu peneliti mengingatkan pelajaran yang sebelumnya, dalam mengungkapkan kembali pelajaran yang telah lalu. Setelah mengingatkan pelajaran yang sebelumnya, peneliti mengkondisikan siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari ini kepada siswa.
Apersepsi dan motivasi diberikan peneliti dengan cara merefleksi kegiatan bermain peran yang telah dilakukan di hari sebelumnya. Memasuki proses belajar mengajar, peneliti memberikan materi pelajaran. Pada pertemuan kedua ini,saat melaksanakan metode bermain peran para siswa sudah mulai mampu melaksanakan bermain peran dan diskusi dengan baik, dan sudah mulai mempunyai rasa percaya diri untuk berbicara didepan kelas.
c. Tahap Pengamatan/Observasi
Pada pelaksanaan proses pembelajaran siklus I, masih terdapat beberapa kekurangan dalam setiap pertemuan. Beberapa kejadian yang terpantau oleh peneliti antara lain:
1) Pada pertemuan pertama peneliti belum bisa sepenuhnya menguasai siswa,sehingga pembelajaran belum berjalan kondusif.
2) Peneliti dan siswa masih menyesuaikan diri dalam proses pembelajaran. 3) Beberapa siswa masih terlihat asyik bercanda dan mengobrol ketika
peneliti menjelaskan materi pelajaran.
4) Peneliti kurang tegas menyikapi siswa yang membuat gaduh di kelas. 5) Penerapan metode bermain peran masih belum optimal. Karena siswa
masih kebingungan dalam hal melaksanakan bermain peran dan diskusi. 6) Indikator keberhasilan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan hasil
belajar siswa. Setelah pertemuan ke-2 peneliti mengadakan tes akhir siklus I.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan guru kelas III melakukan refleksi terhadap hasil dari analisis data dan seluruh pelaksanaan pembelajaran siklus I.
Beberapa hal yang masih harus diperbaiki, antara lain:
1) Perlu ditingkatkan bimbingan dan arahan saat siswa pelaksanaan proses diskusi
2) Perlu diberi motivasi dan dorongan pada siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan saat penerapan metode bermain peran.
3) Guru lebih tegas lagi dalam menghadapi siswa yang gaduh.
4) Perlu diatur secara proporsional pembagian waktu dalam mendemonstrasikan materi, pelaksanaan diskusi dan kesimpulan hasil belajar.
e. Hasil Evaluasi Siklus I
Hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel : Data Hasil Tes Siklus I Peningkatan Kemampuan Menyinak Melalui Metode Bermain Peran pada Siswa Kelas III MI Muhammadiyah 2 Tahun Pelajaran 2012/2013
No Nama
f. Analisis Data Siklus I
Rata-rata skor diperoleh dengan menggunakan rumus :
M = N
Keterangan :
M = Rata-rata skor.
= Jumlah.f = Frekuensi.
x = Nilai.
N = Jumlah individu.
Berdasarkan data diatas, maka dapat diketahui hal-hal sebagai berikut: a. Ketuntasan Perorangan
Jumlah Siswa Tuntas : 7 orang Jumlah Siswa belum Tuntas : 15 orang b. Ketuntasan Kelas
=
= 31,81 %
Hasil belajar pada siklus I masih harus ditingkatkan karena masih banyak nilai siswa yang berada di bawah rata-rata KKM, yaitu sebanyak 15 siswa dengan presentasi 68,19%, sedangkan siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata KKM hanya 7 siswa dengan persentase 31,81%.
Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata pada tes awal dapat dilihat pada tabel di berikut ini :
Tabel 02 : Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Peringkat Perolehan Nilai Siklus I Peningkatan Kemampuan Menyimak melalui Metode bermain peran Pada Siswa Kelas III MI Muhammadiyah 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.
No. Nilai (x) Frekuensi (f) Fx Presentase Kategori Nilai Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. 10 0 0 0 0
3. 8 0 0 0 0
112 = 5,09
22
(Hampir
Cukup)
4. 7 1 7 2,8% Lebih dari cukup
5. 6 6 36 27,27% Cukup
6. 5 9 45 42,66% Hampir Cukup
7. 4 6 24 27,27 Kurang
8. 3 0 0 0 0
9. 2 0 0 0 0
10. 1 0 0 0 0
Jumlah 22 112 100% 0
Berdasarkan tabel di atas telah menunjukkan kemampuan siswa dalam menyimak melalui metode bermain peran pada siklus I siswa mencapai nilai rata-rata 5,09 dengan rincian nilai 7 kategori lebih dari cukup sebanyak 1 orang (2,8%) nilai 6 kategori cukup sebanyak 6 orang (27,27%), nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 9 orang (42,66%), nilai 4 kategori kurang sebanyak 6 orang (27,27%), sehingga kemampuan menyimak melalui metode bermain peran pada siklus I dapat dikategorikan ke dalam kelompok hampir cukup sedangkan prosentase keaktifan saat pembelajaran sebesar 66,6 % (terlampir)
Nilai tes evaluasi yang diperoleh selain untuk mengetahui hasil belajar peserta didik juga akan diumumkan didepan kelas. Hal ini dilakukan untuk memotivasi peserta didik dalam meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran.
Dari hasil evaluasi pembelajaran tersebut dan hasil diskusi antara peneiliti dengan kolaborator ada beberapa hal tindakan yang akan dilakukan pada tahap berikutnya yaitu siklus II yang akan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar . Tindakan tersebut yaitu:
2. Tindakan Pembelajaran Siklus II
Siklus II ditekankan pada perbaikan dan penyempurnaan tindakan yang dilakukan pada siklus I. Tindakan pada siklus II diarahkan pada optimalisasi proses pembelajaran dan meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang mengacu pada hasil belajar siswa pada siklus I. Siklus II dilakukan sebanyak dua kali pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 17 sampai dengan 19 Juni 2013.
a. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan untuk siklus II didasarkan pada hasil refleksi dari tindakan yang dilakukan pada siklus I. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah menyiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk materi yang akan dibahas yang bersifat pengayaan (enrichment) dan penyusunan soal-soal latihan.
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, pada siklus II ini proses pembelajaran harus lebih diarahkan. Peneliti harus mampu mengoptimalkan waktu yang digunakan agar seluruh tahapan metode bermain peran dapat selesai sesuai waktu yang diinginkan. Peneliti harus lebih tegas dalam mengkondisikan kelas, memberikan pengarahan kepada siswa secara detail dan dapat menjadikan suasana kelas menjadi santai, tidak tegang dan tidak terburu-buru. Memberikan reward kepada siswa yang cepat menguasai materi dan siswa yang turut aktif dalam proses diskusi agar siswa termotivasi baik keaktifannya maupunprestasinya.
Materi yang dibahas pada siklus II ini adalah pengulangan bermain peran yang telah dilaksanakan pada siklus I. Target pada siklus II ini penerpan metode bermain peran lebih optimal, siswa lebih baik dalam mengikuti proses pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
1) Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dalam siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2013. Guru membuka kegiatan belajar dengan berdoa bersama, dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dan motivasi, tetapi terlebih dahulu menyampaikan tujuan pembelajaran. Apersepsi yang diberikan berupa penjelasan tentang bermain peran dengan cara guru mendemonstrasikan dialog yang terdapat pada naskah drama.
Pada siklus II ini respon positif cukup baik diberikan oleh para siswa, hal ini terlihat siswa lebih fokus dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa yang mengobrol atau membuat kegaduhan berkurang. Dan terdapat beberapa siswa yang bertanya seputar materi pelajaran. Begitu pula saat pelaksanaan bermain peran dan diskusi, siswa lebih bersemangat. Setelah itu siswa menyampaikan hasil diskusinya.
Pada akhir pembelajaran guru dan siswa melakukan refleksi dengan membuat kesimpulan bersama dan mengulang materi pelajaran secara singkat.
Berdasarkan hasil catatan lapangan, siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran terlihat dari antusias siswa saat bermain drama dan diskusi.
b) Pertemuan kedua
Dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 18 Juni 2013, dengan jumlah siswa 22 orang. Guru membuka kegiatan belajar dengan berdoa bersama dilanjutkan memberikan apersepsi dan motivasi, tetapi terlebih dahulu menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pada siklus II ini pelaksanaan metode bermain peran pada saat bermain drama dan diskusi dimodifikasikan agar siswa tidak jenuh dalam pelaksanaannya yakni dengan cara anggota setiap kelompok di rolling ( Putar ) dari kelompok sebelumnya pada siklus I, dengan cara ini terlihat siswa lebih excating dalam melaksanakan diskusi.
Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan menyimak siswa terhadap materi yang telah diajarkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Tes dilakukan selama 30 menit.
c. Tahap Pengamatan/Observasi
Pada pelaksanaan siklus II hasil yang diharapkan adalah meningkatnya nilai tes hasil belajar. Setelah dilaksanakannya tes akhir siklus II nilai yang diperoleh oleh siswa sudah mencapai diatas nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yakni nilai siswa diatas 65.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi pada siklus II, diperoleh deskripsi bahwa strategi pembelajaran metode bermain peran telah memberikan kontribusi baik terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar yang dicapai siswa telah mencapai indikator pencapaian hasil yang telah ditetapkan pada awal penelitian.
e. Hasil Evaluasi Siklus II
Hasil tes siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel : Data Hasil Tes Siklus II Peningkatan Kemampuan Menyinak Melalui Metode Bermain Peran pada Siswa Kelas III MI Muhammadiyah 2 Tahun Pelajaran 2012/2013
11 K 8 6 6 8 7 6 41 7 Lebih dari Cukup Tuntas
f. Analisis Data Siklus II
Rata-rata skor diperoleh dengan menggunakan rumus :
M =