PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS
V MI NURUL ULUM GRABAGAN TULANGAN SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh:
LATIFATUL KHOFIFAH NIM : D37211052
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Latifatul Khofifah. Penelitian Tindakan Kelas, 2015. Penerapan Metode Bermain
Peran untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Siswa Kelas V MI Nurul Ulum Grabagan Tulangan Sidoarjo. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing Sihabuddin, M.Pd.I, M.Pd
ABSTRAK
Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V MI Nurul Ulum menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa dalam kategori sangat rendah, hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas V, dari 37 siswa hanya 27% yang tuntas dalam keterampilan berbicara. Penyebabnya adalah keterampilan berbicara diajarkan tanpa menggunakan media ataupun metode khusus. Guru menyuruh siswa untuk langsung berbicara sesuai dengan imajinasi sendiri tanpa ada gambaran dari sang guru. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan metode Bermain Peran.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu, 1. Untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia di MI Nurul Ulum Grabagan sebelum diberi tindakan. 2. Untuk mendeskripsikan penerapan metode pembelajaran bermain peran pada pelajaran Bahasa Indonesia di MI Nurul Ulum Grabagan. 3. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas V MI Nurul Ulum dengan menggunakan metode pembelajaran Bermain Peran.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat bagian pokok, yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V MI Nurul Ulum tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah 37 siswa. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dengan menggunakan instrumen lembar aktivitas guru dan siswa, wawancara menggunakan instrumen pedoman wawancara dan unjuk kerja menggunakan rubrik penilaian unjuk kerja.
Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Ketuntasan belajar siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum diterapkan metode Bermain Peran dalam kategori sangat rendah dengan prosentase sebesar 27%. 2) Penerapan metode Bermain Peran dalam pembelajaran pada siklus I masih belum maksimal. Hal ini dilihat dari perolehan nilai akhir aktivitas guru sebesar 63,5, sedangkan perolehan nilai akhir aktivitas siswa sebesar 50. Setelah adanya perbaikan pada siklus II, perolehan nilai akhir aktivitas guru dan aktivitas siswa mengalami peningkatan menjadi 90,4. 3) Prosentase ketuntasan belajar siswa kelas V setelah diterapkan metode Bermain Peran pada siklus I mengalami peningkatan 35% dari 27% menjadi 62%. Prosentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II juga mengalami peningkatan 24,5% dari 62% menjadi 86.5%. Pada siklus II prosentase ketuntasan belajar siswa kategori sangat tinggi dinyatakan telah memenuhi indikator kinerja.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN MOTTO ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... vi
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I PENDAHULUN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tindakan yang Dipilih ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Lingkup Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORI ... 10
A. Keterampilan Berbicara ... 10
1. Definisi Keterampilan ... 10
2. Aspek – aspek Keterampilan Berbahasa ... 13
3. Pengertian Berbicara... 15
4. Tujuan Berbicara ... 16
5. Teknik Berbicara ... 17
6. Pengertian Keterampilan Berbicara ... 19
B. Metode Pembelajaran Bermain Peran ... 21
1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 21
2. Pengertian Metode Pembelajaran Bermain Peran ... 22
3. Langkah – langkah metode pembelajaran bermain peran ... 23
4. Tujuan Metode Pembelajaran Bermain Peran ... 23
5. Manfaat Penerapan Metode Pembelajaran Bermain Peran ... 24
6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Bermain Peran 24 C. Keterampilan Berbicara Melalui Metode Pembelajaran Bermain Peran 27 D. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ... 28
2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI ... 32
3. Ruang Lingkup Bahasa Indonesia di MI... 33
4. Materi Bahasa Indonesia di SD/MI ... 34
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 40
A. Metode Penelitian ... 40
B. Setting Penelitian ... 42
C. Variabel yang Diteliti ... 43
D. Rancangan Tindakan ... 44
1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I ... 44
2. Pelaksanaan Penelitian Siklus II ... 47
E. Data dan Cara Pengumpulan ... 49
1. Sumber data ... 49
2. Teknik Pengumpulan Data ... 49
F. Teknik Analisis Data ... 55
G. Indikator Kinerja ... 57
H. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
A. Hasil Penelitian ... 58
1. Pratindakan... . 58
2. Siklus I ... 62
3. Siklus II ... . 75
B. Pembahasan ... 90
BAB V PENUTUP ... 93
A. Simpulan ... 93
B. Saran ... 95
DAFTAR PUSTAKA ... 96
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 98
RIWAYAT HIDUP ... 99
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan produk budaya yang berharga dari generasi ke
generasi berikutnya. Bahasa adalah hasil budaya yang hidup dan berkembang
dan harus dipelajari. Seorang anak manusia yang tidak pernah diajar
berbicara, maka tidak akan pernah memiliki kemampuan berbicara. Contoh
konkret; sejak bayi seorang anak yang hidup di lingkungan serigala, maka
anak tersebut tidak pernah mempunyai kemampuan berbicara dan bahkan
tidak mampu berfikir sebagaimana layaknya anak manusia. Dengan bahasa
manusia dapat memberi nama segala sesuatu yang pernah dialami, diamati,
baik yang tampak maupun tidak tampak. Nama-nama tersebut tersimpan
dalam memori dan menjadi pengalaman, kemudian diolah dan dipikirkan
kemudian menjadi pengalaman, kemudian diolah dan dipikirkan kemudian
menjadi pengertian.1
Bahasa adalah sistem bunyi yang digunakan dalam komunikasi
interpersonal oleh sekelompok manusia untuk mengungkapkan sesuatu
peristiwa dan proses yang terdapat di lingkungan sekitarnya.
1
2
Ketidakmampuan dan ketidaktepatan anak dalam memahami tuturan yang
dikemukakan orang lain dan memproduksi tuturan untuk menyatakan maksud
kepada orang lain menjadi hambatan baginya dalam bersosialisasi dengan
orang lain. Untuk dapat menyatakan maksud secara tepat ini membutuhkan
perangkat kemampuan tertentu, antara lain memilih kosakata yang tepat,
menyusun struktur kalimat yang bermakna dan menganalisis konteks tuturan
yang sesuai dengan peristiwa tutur yang sedang berlangsung.2
Menurut Teilhard (dalam Rabiatul Adawiyah) seorang peneliti bahasa
: “pada diri manusia ada kemampuan otak yang kodrati untuk melaksanakan
refleksi dan kebebasan, kemampuan ini akan berkembang apabila
dibudayakan melalui lingkungan.”selanjutnya menurut Chaucard menyatakan
: “apabila seorang anak tidak mengadakan kontak dengan manusia lain, maka
pada dasarnya dia bukan manusia, bentuknya manusia namun, tidak
bermartabat manusia.3
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan
apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Melalui
komunikasi siswa dapat mengungkapkan gagasan, ide, dan pendapatnya
tentang sesuatu kepada orang lain. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik,
2
Rabiatul Adawiyah, dkk, Pembelajaran Bahasa Indonesia MI, (Surabaya: Lapis-PGMI, 2009), hlm. 8.
3
3
maka kemampuan berkomunikasi harus dilatih melalui belajar. Tugas guru
adalah memberikan pengalaman berbahasa secara langsung kepada siswa.
Guru juga dapat mengembangkan kompetensi bahasa peserta didikdengan
menyediakan berbagai kegiatan berbahasa, sumber belajar, bahan ajar, media
yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta
didik.
Pembelajaran bahasa juga dapat membantu peserta didik dalam
memberikan gagasan (pendapat), pikiran serta menggunakan kemampuan
analistis, dan imajinasi yang ada pada dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia
mencakup empat aspek keterampilan yaitu keterampilan berbicara,
keterampilan menyimak, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Dari keempat keterampilan ini, keterampilan berbicara merupakan salah satu
aspek dalam berbahasa, karena berbicara memiliki peranan yang sangat
penting dalam melahirkan generasi muda di masa yang akan datang, generasi
yang cerdas, kritis, kreatif dan berbudaya.
Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik dapat
mengekspresikan pikiran, perasaannya secara cerdas sesuai dengan konteks
dan situasi saat dia berbicara. Dalam kehidupan sehari – hari, sebagian besar
waktu yang kita miliki digunakan untuk berbicara dan menyimak, karena pada
saat melakukan komunikasi dengan orang lain kita lakukan dengan cara
4
Berdasarkan standar isi mata pelajaran bahasa Indonesia, ruang
lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan
berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek – aspek
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Pada akhir pendidikan di
sekolah dasar, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya sembilan
buku sastra dan nonsastra. Kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia yaitu dalam berkomunikasi lisan
(mendengarkan dan berbicara) dan tulis (membaca dan menulis) sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia, serta mengapresiasi karya sastra.
Berbicara adalah salah satu kegiatan berbahasa yang setiap hari
dilakukan oleh masyarakat untuk berkomunikasi sehingga hubungan sosial
dapat terus dijaga. Hal ini juga berlaku dalam proses pembelajaran,
keterampilan berbicara diperlukan sebagai alat untuk menyatakan pendapat,
gagasan, dan menyatakan eksisensi diri, bahkan melalui berbicara, orang
dapat menggali informasi yang diperlukannya.4
Keterampilan berbicara dalam arti luas atau berbicara secara akademis
masih belum memadai. Kenyataannya yang paling umum adalah dalam
diskusi, seminar ataupun ceramah mahasiswa dan mahasiswi kebanyakan
memilih diam, memilih tidak bersuara, kecakapan adu argumentasi masih jauh
dari memadai. Lebih sering dalam pertemuan ilmiah yang melibatkan
mahasiswa dan mahasiswi kita berhadapan dengan 'blank faces', mungkin
4
5
karena mereka tidak tertarik memahami permasalahan yang sedang dibahas,
atau tidak mampu membahasakan ketidakpahamannya untuk kemudian
ditanyakan, atau kemungkinan takut salah dalam membahasakan pernyataan
maupun pertanyaannya.
Keterampilan berbicara adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh
kaum terpelajar. Bahkan kemampuan itu adalah ciri keterpelajaran mereka.
Kemahiran berbicara menjadi penting karena komunikasi yang bersifat
langsung hanya dapat dilakukan melalui berbicara. Tujuan unit ini adalah
untuk melatih Anda berbicara dalam bentuk menceritakan pengalaman,
membawakan acara, pidato, serta berdiskusi dan berdebat.5
Pentingnya keterampilan berbicara pada anak usia SD/MI tampaknya
kurang sesuai dengan realita di lapangan. Berdasarkan hasil wawancara
peneliti dengan guru Bahasa Indonesia di MI Nurul Ulum Grabagan
kecamatan Tulangan kabupaten Sidoarjo, masih banyak siswa yang belum
tutas dalam aspek berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dari 37
siswa hanya 27% yag telah berhasil dalam berbicara pada kompetensi dasar
6.2 Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.6
Berdasarkan realitas diatas, hasil analisis peneliti faktor yang diduga
sebagai penyebab rendahnya keterampilan berbicara siswa dalam pelajaran
Bahasa Indonesia di MI Nurul Ulum Grabagan Tulangan Sidoarjo diajarkan
5
Ibid, paket 6, 6. 6
6
tanpa menggunakan media ataupun metode khusus hanya saja guru menyuruh
siswa untuk langsung berbicara sesuai dengan imajinasi siswa sendiri tanpa
ada gambaran dari sang guru.
Solusi pemecahannya adalah penulis menggunakan metode
pembelajaran bermain peran dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada materi
memerankan tokoh drama. Penggunaan metode ini membantu siswa dalam
memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.
Berdasarkan idealitas dan realitas di atas untuk mengatasi masalah
yang peneliti hadapi adalah dengan menerapkan metode pembelajaran
bermain peran. Untuk selanjutnya penelitian ini diberi judul “Penerapan
Metode Pembelajaran Bermain Peran untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Siswa Kelas 5 MI Nurul Ulum Grabagan”. B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah acuan pokok dari suatu kegiatan penelitian,
karena rumusan masalah merupakan pernyataan atau pertanyaan yang akan
dicarikan jawabannya dari pengumpulan data.7 Oleh karena itu, peneliti
merasa perlu untuk merumuskan masalah terlebih dahulu agar penelitian
menjadi terarah. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana keterampilan berbicara pada siswa kelas 5 MI Nurul Ulum
Grabagan sebelum di beri tindakan?
7
7
2. Bagaimana penerapan metode pembelajaran bermain peran pada pelajaran
bahasa Indonesia di MI Nurul Ulum Grabagan?
3. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan
metode pembelajaran bermain peran pada siswa kelas 5 MI Nurul Ulum
Grabagan?
C. Tindakan yang Dipilih
Tindakan yang dipilih untuk meningkatkan keterampilan berbicara
dalam pelajaran bahasa Indonesia adalah dengan menggunakan metode
pembelajaran bermain peran.
Penggunaan metode ini, bertujuan mengajak peserta didik untuk
memahami pengertian perilaku sosial, peranannya dalam interaksi sosial, dan
cara – cara memecahkan masalah – masalah sosial dengan cara – cara yang
lebih efektif. Secara khusus, bermain peran membantu peserta didik
mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi tentang isu – isu sosial,
mengembangkan empati terhadap orang lain dan berusaha untuk
meningkatkan ketermpilan sosial peserta didik.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa dalam pelajaran
bahasa Indonesia di MI Nurul Ulum Grabagan sebelum diberi
8
2. Untuk mendeskripsikan penerapan metode pembelajaran bermain
peran pada pelajaran bahasa Indonesia di MI Nurul Ulum Grabagan.
3. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara pada siswa
kelas V MI Nurul Ulum Grabagan dengan menggunakan metode
pembelajaran bermain peran.
E. Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini bias tuntas dan terfokus, sehingga hasil
penelitiannya akurat, permasalahan tersebut di atas akan dibatasi padahal-hal
tersebut dibawah ini :
1. Subjek penelitian adalah pada siswa kelas V MI Nurul Ulum Grabagan
Tulangan Sidoarjo semester genap tahun ajaran 2014/2015, karena kelas ini
terdapat kesulitan pada mata pelajaran bahasa Indonesia terutama materi
memerakan tokoh drama. PTK ini dilakukan sebanyak 2 Siklus atau 2
Pertemuan @ 2 jam pelajaran (2 RPP).
2. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V
Semester genap, dengan standar kompetensi berbicara (6. Mengungkapkan
pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama) dan
kompetensi dasar 6.2 Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan
ekspresi yang tepat.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tindakan kelas
9
1. Bagi Guru
a. Guru dapat meningkatkan profesionalisme dalam bidang pendidikan.
b. Memberikan keterampilan dalam usaha bimbingan atau perbaikan
dalam cara-cara belajar metode pembelajaran serta mengurangi
hambatan yang dihadapi siswa.
c. Sebagai masukkan untuk mendapatkan pengetahuan dan metode
pembelajaran baru khususnya dalam proses pembelajaran dengan
model pembelajaran bermain peran untuk materi memerankan tokoh
drama pada pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Nurul Ulum
Grabagan.
2. Untuk siswa
a. Melatih kemampuan berbicara dengan baik.
b. Menumbuhkan semangat dalam mengikuti pembelajaran yang
menyenangkan.
c. Menanamkan sifat keaktifan siswa dalam memerankan tokoh drama.
d. Mendapat suatu cara atau metode yang tepat untuk dapat memerankan
tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat
3. Bagi peneliti
Penelitian akan menambah pengalaman dan wawasan dalam
menentukan cara yang dilakukan dalam kegiatan belajar bahasa Indonesia
terutama pada materi memerankan tokoh drama agar dalam proses
BAB II KAJIAN TEORI
A. Keterampilan Berbicara 1. Definisi Keterampilan
Setiap orang memiliki keterampilan yang merupakan suatu talenta dari
yang Maha Kuasa. Sebagian orang menyadari akan kemampuan yang
dimilikinya, akan tetapi sebagian lagi belum atau tidak menyadari
kemampuan dalam dirinya sendiri.
Definisi keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah
sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki makna. Menggunakan
kemampuan bisa saja dengan pikiran, akal dan kreatifitas jika kemampuan
itu diasah, tidak menutup kemungkinan akan menghasilkan sesuatu yang
menguntungkan.
Setiap para ahli memiliki pandangannya sendiri mengenai definisi
keterampilan, berikut pengertian keterampilan menurut para ahli1 :
a. Menurut Gordon Keterampilan merupakan sebuah kemampuan
dalam mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan tepat.
Definisi keterampilan menurut gordon ini cenderung mengarah
pada aktivitas psikomotor.
1
11
b. Dunette Keterampilan berarti mengembangkan pengetahuan yang
didapatkan melalui training dan pengalaman dengan melaksanakan
beberapa tugas.
c. Menurut Iverson Keterampilan tidak hanya membutuhkan training
saja, tetapi kemampuan dasar yang dimiliki setiap orang dapat
lebih membantu menghasilkan sesuatu yang bernilai dengan lebih
cepat
d. Menurut robbins Keterampilan dibagi 4 kategori yaitu:
1) Basic literacy skill (keahlian Dasar): keahlian dasar yang
sudah pasti harus dimiliki oleh setiap orang seperti membaca,
menulis, berhitung serta mendengarkan.
2) Technical skill (keahlian secara teknis): keahlian secara teknis
yang didapat melalui pembelajaran dalam bidang teknik
seperti mengoperaikan komputer dan alat digital lainnya.
3) Interpersonal skill (keahlian secara perorangan) : keahlian
setiap orang dalam melakukan komunikasi satu sama lain
seperti mendengarkan seseorang, memberi pendapat dan
bekerja secara tim/ kelompok.
4) Problem solving (pemecahan masalah) : keahlian seseorang
dalam memecahkan masalah dengan menggunakan
12
Dari pendapat para ahli yang sudah dijelaskan diatas dapat
disimpulkan bahwa kemampuan setiap orang harus diasah melalui program
training atau bimbingan lain. Training dan sebagainya pun di dukung oleh
kemampuan dasar yang sudah dimiliki seseorang dalam dirinya. Jika
kemampuan dasar digabung dengan bimbingan secara intensif tentu akan
dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai bagi diri sendiri
dan orang lain.
Begitu pula dengan keterampilan berbahasa yang sangat penting dalam
kepentingan sehari-hari. Manfaatnya dapat kita rasakan jika ada informasi
yang ingin disampaikan kepada orang lain. Informasi yang disampaikan
sangat berpengaruh dengan cara kita menyampaikan informasi tersebut.
jika keterampilan berbahasa kita baik, maka informasi yang ingin kita
sampaikan akan diterima dengan baik pula. Maka dari itu perlu adanya
keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa adalah keterampilan
seseorang untuk mengungkapkan sesuatu atau ide kepada orang lain, baik
secaralisan maupun tulisan.Keterampilan berbahasa Indonesia dibagi
menjadi 2 bagian yaitu:
a. Keterampilan reseptif adalah keterampilan berbahasa yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh informasi atau ide
13
b. Keterampilan produktif adalah keterampilan berbahasa yang
dilakukan oleh seseorang untuk menyampaikan informasi atau
ide/gagasan secara lisan dan tulisan.
2. Aspek – aspek Keterampilan Berbahasa
Aspek keterampilan berbahasa dibagi menjadi empat bagian yaitu :
a. Menyimak
Menyimak/mendengar adalah keterampilan memahami bahasa
lisan yang bersifat resepsif. Dengan demikian, mendengarkan di sini
berarti bukan sekadar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan
sekaligus memahaminya.
Keterampilan menyimak juga merupakan kegiatan yang paling
awal dilakukan oleh manusia dilihat dari proses pemerolehan
bahasa. Ada deskripsi mengenai aspek-aspek yang terkait dalam
upaya belajar yaitu interaktif dan noninteraktif.
Mendengarkan/menyimak secara interaktif terjadi dalam dalam
percakapan secara tatap muka dan percakapan di telepon atau yang
sejenis dengan itu. Sedangkan mendengarkan secara noninteraktif
adalah kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak
bisa mengulangi apa yang diucapkan dan tidak bisa meminta
14
b. Berbicara
Keterampilan berbicara adalah kegiatan komunikasi lisan
dalam menyampaikan informasi/pesan kepada pendengar melalui
bahasa lisan. Menurut Mulyati dkk berbicara adalah keterampilan
berbicara dalam menyampaikan informasi/pesan kepada orang lain
dengan media bahasa lisan. Keterampilan berbicara ini termasuk
keterampilan yang bersifat produktif. Sehubungan dengan
keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi
berbicara yaitu interaktif, semiinteraktif dan noninteraktif.2
Semiinteraktif kegiatan yang terjadi pada pidato dihadapan umum
secara langsung.
c. Membaca
Keterampilan membaca juga termasuk keterampilan reseptif
bahasa tulis. Menurut Somadayo membaca sebagai suatu kegiatan
interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang
terkandung dalam bahasa tulis. Sedangkan menurut Tarigan
mambaca sebagai suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan
oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.
Sesuai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
2
15
memperoleh pesan/ informasi yang disampaikan penulismelalui
media bahasa tulis.
d. Menulis
Keterampilan menulis adalah keterampilan yang
bersifatproduktif yang menggunakan tulisan. Menulis adalah
keterampilan berbahasa yang paling rumit diantara keterampilan
berbahasa lainnya karena menulis bukan saja sekadar menyalin kata
– kata atau kalimat – kalimat melainkan mengembangkan dan
menuangkan pikiran-pikiran dalam struktur tulisan yang teratur.3
3. Pengertian Berbicara
Berbicara adalah salah satu kegiatan berbahasa yang setiap hari
dilakukan oleh masyarakat untuk berkomunikasi sehingga hubungan sosial
dapat terus dijaga. Hal ini juga berlaku dalam proses pembelajaran,
keterampilan berbicara diperlukan sebagai alat untuk menyatakan
pendapat, gagasan, dan menyatakan eksisensi diri, bahkan melalui
berbicara, orang dapat menggali informasi yang diperlukannya.
Berbicara merupakan proses yang melibatkan beberapa sistem fungsi
tubuh. Seseorang yang berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut)
membutuhkan kombinasi yang serasi antara sistem neuromuskular untuk
mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara.4
3
Zulela, Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (Bandung : PT Remaja Rosdakarya) Hal.5
4
16
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi,
sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat
lain.
Bahasa lisan atau berbicara adalah alat komunikasi berupa simbol
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, berupa lambang – lambang bunyi
dan gerak yang diterima oleh komunikan, sehingga dapat dimengerti pesan
yang ingin disampaikan oleh komunikan. Dari kegiatan itu, akan timbul
sebuah reaksi berupa jawaban ataupun tindakan lain.5
4. Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara alah untuk menyampaikan pikiran secara
efektif, kemudian mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap
pendengarnya.
Menurut Och dan Winker, pada dasarnya berbicara mencakup tiga
tujuan, yaitu :
a. Memberi tahu, melaporkan ( to inform)
b. Menjamu, menghibur (to entertain)
c. Membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade)
Untuk mencapai tujuan berbicara, motivasi merupakan pertimbangan
penting dalam menentukan kesiapan para peserta didik untuk
berkomunikasi. Motivasi mengacu pada kombinasi usaha ditambah
keinginan untuk mencapai tujuan belajar, serta ditambah sikap – sikap
5
17
yang menyenangkan terhadap pelajaran bahasa Indonesia. Motivasi kedua
dipandang sebagai acuan terhadap seberapa gigih mereka bekerja atau
berusaha dalam mempelajari bahasa.6
5. Teknik Berbicara
Tak hanya penampilan yang baik, seorang juga harus mempunyai
keterampilan berbicara yang baik. Setiap siswa sebenarnya memiliki
keterampilan tersebut, asalkan siswa tersebut mau belajar. Cara melatih
keterampilan berbicara berdasarkan tingkat atau teknik berbicara yaitu7:
a. Teknik Berbicara yang Baik
Bicaralah ramah pada setiap orang. Perkataan/artikulasi pun harus
jelas agar tidak terjadi miscommunication. Perhatikan pula
pemilihan kata. Meski bertujuan baik, jika salah berkata-kata maka
tujuan itu tidak akan tercapai. Lakukan kontak mata pada lawan
bicara.
Saat bicara dengan atasan, usahakan fokus. Bicara seperlunya,
Jangan ngelantur sehingga intinya malah tidak jelas. Kalau atasan
memancing kita membicarakan masalah personal seorang rekan
sekerja, sebagai bawahan yang profesional sebaiknya kita berbicara
diplomatis.
6
Ibid, paket 4, hlm 10. 7
18
b. Teknik Berbicara Di Depan Umum
Berbicara di depan umum bukanlah soal bakat. Kemampuan tersebut
bisa dilatih. Seorang siswa yang pendiam bisa tampil memikat di
depan umum, asalkan mau belajar. Miliki kepercayaan diri dan
kuasai bahan pembicaraan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Tunjukkan antusias terhadap situasi dan pendengar.
2) Lakukan kontak mata 5-15 detik, dan tatapan kita pun harus
bekeliling bukan pada satu orang saja. Jadi, semua orang merasa
diajak berbicara.
3) Perlihatkan senyuman agar lawan bicara fokus pada kita.
4) Sisipkanlah humor, karena humor akan menghilangkan
kejenuhan, namun hindari humor yang berbau porno.
5) Fokus pada pembicaraan. Tidak perlu memperlihatkan semua
wawasan yang kita punya, karena akan menunjukan kita sok
pintar.
6) Berikan pujian yang jujur pada orang lain, tanpa menyimpang
dari maksud.
c. Teknik Berbicara Profesional
Seorang profesional perlu mengenal teknik presentasi yang efektif,
seperti yang disebutkan diatas. Ada tiga faktor penting lainnya:
1) Faktor verbal 7 %, menyangkut pesan yang kita sampaikan
19
2) Faktor vokal, 38 %, seperti intonasi, penekanan, dan resonansi
suara.
3) Faktor visual, 55 % yakni penampilan kita.
d. Teknik Membuka dan Menutup Pembicaraan
Untuk mengawali suatu pembicaraan, adakanlah small talk, seperti
mengucapkan selamat pagi, siang atau malam. Untuk memancing
perhatian pendengar, lemparkan joke ringan. Setelah itu baru ke
topik utama. Akhiri pembicaraan dengan ilustrasi dan summary hasil
pembicaraan di dalamnya. Jadi, jangan bicara dari A sampai Z,
sebaiknya diringkas sehingga orang mengerti dan tidak melupakan
pesan atau intisari pembicaraan.
Berbicara atau berkomunikasi secara profesional menuntut kesiapan
tiga hal. Pertama wawasan atau materi yang disampaikan, kedua
cara penyampaian yang meliputi gerak, intonasi suara, dan
penekanannya, ketiga penampilan. Semua hal tersebut dapat
dipelajari asalkan siswa memiliki kemauan. Milikilah motivasi
untuk maju dan berkembang mencapai keberhasilan yang
diinginkan.
6. Pengertian Keterampilan Berbicara
Penguasaan teori berbicara bukanlah tujuan utama dalam pembelajaran
berbicara. Hal terpenting dalam pembelajaran berbicara adalah siswa
20
berorientasi pada aspek penggunaan bahasa, bukan pada aturan
pemakaiannya.
Keterampilan berbicara adalah pengetahuan bentuk – bentuk bahasa
dan makna – makna bahasa tersebut, dan kemampuan untuk
menggunakannya pada saat kapan dan kepada siapa.8
Keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar, diarahkan agar siswa memiliki kemampuan untuk:9
a. Berpragmatik secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku secara lisan.
b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa negara.
c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan.
d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
Adapun indikator keterampilan berbicara dalam memerankan tokoh
drama adalah sebagai berikut :10
a. Ketepatan adalah perkataan seseorang yang sesuai dengan kalimat yang
benar.
8
Utari dan Nababan, Metodologi Pengajaran Bahasa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1993), 45. 9
Samsuri dan Sadtono,Strategi Belajar Berbicara (Surakarta: Pusat Universitas Sebelas Maret, 1990).
10
21
b. Kelancaran adalah pengucapan seseorang tidak tersendat – sendat.
c. Intonasi adalah bagaimana kemampuan siswa dalam melagukan kata
atau kalimat dalam teks pendek.11
d. Ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu
memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan dan
sebagainya).
e. Tema adalah gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan
naskah drama.
B. Metode Pembelajaran Bermain Peran 1. Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam bahasa Inggris, method berarti cara. Apabila kita kaitkan
dengan pembelajaran, maka metode adalah cara yang digunakanguru
dalam membelajarkan siswa. Joni mengemukakan bahwa metode adalah
berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai
tujuan tertentu.12 Pengembangan metode pembelajaran dimaksudkan agar
guru memahami benar bagaimana murid belajar yang efektif, dan metode
pembelajaran yang bisa dipilih dan digunakan harus sesuai dengan situasi
dan kondisi murid, materi, fasilitas, dan guru itu sendiri. Salah satu metode
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada
pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia adalah metode bermain peran.
11
Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), hal 125
12
22
2. Pengertian Metode Pembelajaran Bermain Peran
Metode pembelajaran role playing (bermain peran) adalah metode
pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran tertentu kepada peserta
didik dan mendramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas.
Bermain peran (role playing) adalah salah satu metode pembelajaran
interaksi sosial yang menyediakan kesempatan kepada murid untuk
melakukan kegiatan – kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi.
Bentuk pengajaran role playing memberikan pada murid
seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan
pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru.13
Bermain peran (role playing) merupakan suatu cara penguasaan bahan
– bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang
dimiliki oleh setiap siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan siswa dengan memerankan sebagai tokoh hidup atau benda
mati.14
Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk
aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di
luar kelas dan memainkan peran orang lain saat menggunakan bahasa tutur.
Dengan bermain peran, guru mengajak peserta didik untuk memahami
pengertian perilaku sosial, peranannya dalam interaksi sosial, dan cara –
13
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Bumi Aksara, 2004), 214. 14Miftahul A’la
23
cara memecahkan masalah – masalah sosial dengan cara – cara yang lebih
efektif. Secara khusus, bermain peran membantu peserta didik
mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi tentang isu – isu sosial,
mengembangkan empati terhadap orang lain dan berusaha untuk
meningkatkan ketermpilan sosial peserta didik.15
3. Langkah – langkah metode pembelajaran bermain peran16
a. Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu.
b. Siswa dibagi kelompok.
c. Guru membagikan skenario yang akan diperankan oleh siswa.
d. Siswa bersama kelompok mengidentifikasikan tokoh yang akan
diperankan.
e. Tiap kelompok memerankan tokoh di depan kelompok lain (depan
kelas).
f. Kelompok lain memberi komentar tentang peran yang dimainkan.
g. Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
4. Tujuan Metode Pembelajaran Bermain Peran17
a. Siswa dapat memerankan tokoh tertentu dengan ucapan yang tepat.
b. Siswa dapat menirukan gaya tokoh yang diidentifikasikan dengan
ucapan yang mirip dan sama.
15
Sri Anita, dkk., Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), 3.17. 16
Suyatno, Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra, (Surabaya: SIC, 2004), 119 17
24
5. Manfaat Penerapan Metode Pembelajaran Bermain Peran
Manfaat yang dapat diambil dari meode berman peranadalah :18
a. Bermain peran dapat memberikan semacam hidden practise,
dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan atau
istilah – istilah baku dan normatif terhadap materi yang telah dan
sedang mereka pelajari.
b. Bermain peran melibatkan jumlah murid yang cukup banyak,
cocok untuk kelas besar.
c. Bermain peran dapat memberikan kepada murid kesenangan
karena bermain peran pada dasarnya adalah permainan. Dengan
bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia
murid. Masuklah ke dunia murid, sambil kita antarkan dunia kita.
6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Bermain Peran19
a. Kelebihan Metode Pembelajaran Bermain Peran
1) Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat
isi bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus
memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama
18
DePorter, B. & Hemacki, M.,Quantum Learning, (Bandung: Kaifa, 2000)
25
untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya
ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.
2) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu
main drama para pemain dituntut untuk mengemukakan
pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
3) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga
dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari
sekolah. Jika seni drama dibina dengan baik kemungkinan besar
mereka akan menjadi pemain yang baik kelak.
4) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan
sebaik-baiknya.
5) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi
tanggung jawab dengan sesamanya.
6) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar
mudah dipahami orang lain.
Selain keenam kelebihan yang telah disebutkan, model
pembelajran bermain peran juga memiliki 5 kelebihan lagi :20
1) Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai
kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja
sama.
2) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
20Miftahul A’la
26
3) Guru dapat mengevalusi pemahaman tiap siswa melalui
pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat
digunakan dalam situasi dan waktu berbeda.
5) Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan
bagi anak.
b. Kelemahan Metode Pembelajaran Bermain Peran
1) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka
menjadi kurang kreatif.
2) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka
pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan
pertunjukan.
3) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit
menjadi kurang bebas.
4) Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton
yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.
5) Metode ini membutuhkan ketekunan, kecermatan dan waktu
cukup lama.
6) Guru yang kurang kreatif biasanya sulit berperan menirukan
sesuatu situasi/tingkah laku sosial yang berarti pula metode ini
27
7) Ada kalanya para murid enggan memerankan suatu adegan
karena merasa rendah diri atau malu.
8) Apabila pelaksanaan dramatisasi gagal, maka guru tidak dapat
mengambil sesuatu kesimpulan apapun yang berarti pula tujuan
pengajaran tidak dapat tercapai.
C. Keterampilan Berbicara Melalui Metode Pembelajaran Bermain Peran
Keterampilan yang diharapkan dalam penggunaan metode
pembelajaran bermain peran dalam meningkatkan keterampilan berbicara
dapat dilaksanakan melalui penguasaan materi, keterlibatan guru,
pemberian motivasi pada anak, mengeksplorasi dan pengayaan.
Penerapan metode pembelajaran Bermain Peran untuk meningkatkan
keterampilan berbicara adalah sebagai berikut:21
a. Bermain Peran harus diberikan secara bertahap dan tidak boleh menilai
baik buruk terhadap peran yang dimainkan terutama dalam hal perasaan
anak didik.
b. Guru harus mampu sebagai dinamisator sehingga mampu
mengeksplorasi permasalahan dari berbagai dimensi dengan kata lain
guru harus bisa menangkap esensi dan pandangan peserta didik,
merefleksinya dan menyesuaikannya dengan baik.
21
28
c. Anak didik harus dibuka wawasannya karena terdapat beberapa
alternative pemeran dalam suatu alur cerita dengan konsekuensi yang
menyertainya.
d. Mengkaji ketepatan masalah.
Dengan diterapkannya metode pembelajaran bermain peran
diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara
dan kegiatan pembelajaran akan menyenangkan, tidak membosankan,
belajar dengan bergairah dengan menggunakan berbagai sumber belajar,
anak aktif dan kreatif.
D. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
1. Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI
Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD) diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan
baik, baik secara lisan maupun tulisan. Di samping itu, dengan
pembelajaran bahasa Indonesia juga diharapkan dapat menumbuhkan
apresiasi siswa terhadap hasil karya sastra Indonesia.22
Bredekam menyatakan bahwa anak berkembang pada semua aspek
perkembangannya baik fisik, emosional, sosial, dan kognitif. Tidak ada
jalan lain kecuali guru harus memiliki tanggung jawab dan perhatian penuh
bagi keutuhan perkembangan anak.
22
29
Sehubungan dengan itu Goodman (dalam Zulela) menyatakan bahwa :
a. Belajar bahasa lebih mudah terjadi jika bahasa itu disajikan secara
holistik nyata, relevan, bermakna, serta fungsional jika bahasa itu
disajikan dalam konteks dan dipilih peserta didik untuk digunakan
b. Belajar bahasa adalah belajar bagaimana mengungkapkan maksud
sesuai dengan konteks lingkungan orang tua, kerabat, dan kebudayaan
terdapat interdependensi antara perkembangan kognitif dan
perkembangan kemampuan bahasa yang meliputi pikiran bergantung
kepada bahasa dan bahasa bergantung kepada pikiran.23
Standar Komptensi pembelajaran Bahasa Indonesia di SD merupakan
kualifikasi minimal peserta didik, yang menggambarkan penguasaan
keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan Sastra
Indonesia.24
Tujuan adanya pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar agar
peserta didik dapat :
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.
b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
Bahasa persatuan dan bahasa Negara.
23
http://sdnegeri12simpangteritp.blogspot.com/2012/03/karakteristik-mata-pelajaran-bahasa.html
24
30
c. Memahami bahasa Indonesia dan dapat menggunakn dengan efektif
dalam berbagai tujan.
d. Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatlkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, menghaluskan budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa.
f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia25
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa adanya pelajaran
bahasa Indonesia di Sekolah Dasar sangat penting karena dari jenjang SD
ini siswa dapat mendapatkan ilmu berbahasa sesudah didapatkan dari
keluarga.
Ruang Lingkup pembelajran Bahasa Indonesia, sesuai dengan
kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembealajaran Bahasa
Indonesia pada jenjang SD/MI, menncakup komponen kemampuan
berbahasa dan kemampuan bersastra meliputi 4 aspek :
a. Mendengarkan (menyimak)
b. Berbicara
c. Membaca
25
31
d. Menulis26
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan Standar Kompetensi :
a. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan
penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual
bangsa sendiri
b. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan
kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai
kegiatan berbahasa dan sumber belajar
c. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar
kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan
sekolah dan kemampuan peserta didiknya
d. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam
pelaksanaan program kebahasaan daan kesastraan di sekolah
e. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar
yang tersedia
f. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional.
32
2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI
Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi,
saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan untuk
meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan
salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu
program yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan
berbahasa peserta didik, serta sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia diMadrasah Ibtidaiyah yaitu :
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis,
b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa negara,
c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan,
d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial,
e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
33
f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.27
3. Ruang Lingkup Bahasa Indonesia di MI
Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini
diharapkan:
a. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan
penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual
bangsa sendiri;
b. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan
kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai
kegiatan berbahasa dan sumber belajar;
c. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar
kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan
sekolah dan kemampuan peserta didiknya;
d. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam
pelaksanaan program kebahasaan daan kesastraan di sekolah;
e. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar
yang tersedia;
27
34
f. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional.28
4. Materi Bahasa Indonesia di SD/MI
a) Pengertian Dialog
Dialog adalah percakapan para pemain drama. Dialog berperan
penting karena menjadi pengarah lakon drama. Artinya, jalan cerita
drama itu diketahui oleh penonton melalui dialog para pemainnya.
Agar dialog itu tidak hambar, pengucapannya harus disertai
penghayatan. Selain itu, pelafalannya harus jelas sehingga dapat
didengar oleh semua penonton. Walaupun berbisik, diupayakan agar
bisikannya dapat didengar oleh seluruh penonton.29
Drama berisi dialog antara beberapa tokoh disertai akting yang
sesuai dengan petunjuk pemeranan. Oleh karena itu, dalam
membaca drama kamu hendaknya dapat berlaku sebagai tokoh yang
kamu perankan. Misalnya, jika mendapat tugas memerankan tokoh
orang gila, kamu harus bisa bertingkah laku seolah-olah sebagai
orang gila (baik dialog yang diucapkan maupun gerak-gerik
28
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk Satuan Pendidikan Dasar (Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD / MI)
29
35
tubuhnya). Jika mendapat tugas memerankan tokoh dokter, kamu
harus bisa bertingkah laku seolah-olah sebagai dokter.30
b) Unsur – unsur Drama
Sebuah drama dapat ditonton dalam bentuk pementasan dan
dapat pula dibaca dalam bentuk naskah drama. Naskah drama tidak
jauh berbeda dengan sebuah cerita atau dongeng.31Naskah drama
mempunyai unsur-unsur sebagai berikut.32
1) Tokoh
Tokoh adalah pelaku dalam drama.
2) Sifat tokoh (watak)
Sifat atau watak tokoh dapat diketahui dari perkataan dan
perbuatannya. Misalnya tokoh yang suka memfitnah teman,
memiliki sifat jahat.
3) Latar
Latar adalah tempat, waktu dan suasana terjadinya peristiwa.
Latar dibedakan atas latar waktu, tempat, dan suasana.
(a) Latar waktu, misalnya, pagi hari, siang hari, malam hari.
(b) Latar tempat, misalnya, di rumah, di jalan, di sekolah, di pasar,
dan sebagainya.
30
Sukini Iskandar, Bahasa Indonesia, (Jakarta: Mitra Media Pustaka, 2008), 105. 31
Edi warsidi dan Farika, Bahasa Indonesia membuatku Cerdas, (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 82.
32
36
(c) Latar suasana, misalnya suasana gembira, sedih, cemas, dan
sebagainya.
4) Tema
Tema adalah gagasan pokok atau ide yang mendasari
pembuatan naskah drama.Tema harus dirumuskan sendiri oleh
pembaca melalui keseluruhan peristiwa dalam cerita (drama).
5) Jalan cerita (alur)
Alur adalah rangkaian peristiwa dalam cerita (drama) yang
saling berhubungan. Alur terdiri atas sebagai berikut.
(a) Eksposisi atau pemaparan, yaitu pengarang mulai
mengenalkan tokohtokohnya.
(b) Pertikaian, yaitu tahap alur yang menggambarkan mulai
adanya pertikaian, baik antartokoh maupun pada diri seorang
tokoh.
(c) Klimaks, yaitu tahap alur yang menggambarkan bahwa
persoalan yang dihadapi tokoh mencapai puncaknya.
(d) Leraian, yaitu tahap alur yang menggambarkan bahwa
persoalan mulai menurun.
(e) Penyelesaian, yaitu tahap yang menggambarkan bahwa
persoalan selesai.
Apabila tahap-tahap di atas disajikan oleh pengarang secara
37
maju. Apabila tahap-tahap alur di atas disajikan secara mundur,
disebut alur mundur. Apabila disajikan secara gabungan antara
maju dengan mundur, dinamakan alur gabungan.
6) Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang
dalam drama. Amanat berhubungan erat dengan tema. Amanat
dapat dirumuskan setelah tema berhasil dirumuskan.
Ketika membaca naskah drama, carilah unsur-unsur tersebut. Tandailah
unsur-unsur yang kamu tentukan. Temukan pula kutipan dalam naskah drama yang menjelaskan unsur-unsur yang kamu temukan. Sebuah naskah drama
bertujuan untuk dipentaskan. Oleh karena itu, dalam naskah drama juga
38
Telur Asin
Edo, Rina, Adi, dan Tomi sedang bergurau di kantin. Merekamembicarakan
rencana kegiatan liburan semester yang akan datang.
Edo : "Rin, apa rencanamu untuk liburan nanti?"
Rina : "Belum punya. Kamu bagaimana?"
Adi : "Bagaimana kalau kita rekreasi?"
Edo : "Rekreasi? Jangan,... rekreasi itu membutuhkan banyak biaya!"
Adi : "Tidak. Ini rekreasi murah, cukup dengan jalan kaki."
Rina : "Ya, itu cocok untuk kita, sambil mengenal alam."
Tomi : "Apa tidak melelahkan?"
Rina : "Kita jalan santai saja."
Tomi : "Tidak. Aku tidak ikut."
Edo : "Tidak ikut, ya sudah. Tapi, kamu akan menyesal, kalau tidak ikut."
Rina : "Jalan santai bersama itu menyenangkan, Tom."
Adi : "Apa yang harus kita bawa?"
Edo : "Tentu saja pakaian dan makanan."
Tomi : "Jadi, kita memasak?"
Adi : "Ya, tapi kita membawa lauk dari rumah saja."
Edo : "Lauk apa yang dibawa?"
Adi : "Bagaimana kalau daging?"
39
Tomi : "Lalu apa yang dibawa?"
Rina : "Telur asin saja."
Tomi : "Apa telur asin tidak mudah busuk?"
Rina : "Kalau telur biasa, mudah busuk, tetapi setelah diasinkan akan
awet."
Edo : "Kamu bisa membuatnya, Rin?"
Rina : "Itu mudah."
Adi : "Bagaimana caranya?"
Rina : "Telur kita bungkus dengan serbuk batu bata."
Tomi : "Garami dahulu serbuk bata itu!"
Rina : "Kamu juga tahu, Tomi!"
Tomi : "Ibuku pernah membuatnya."
Rina : "Setelah dibungkus, telur disimpan selama kurang lebih satu
minggu."
Edo : "Ya, bagus. Selain digunakan sebagai lauk, telur asin juga dapat
[image:46.612.112.538.91.559.2]digunakan sebagai kudapan.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (classroom action research) yang dapat diartikan sebagai proses pengkajian
masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk
memecahkan maslah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang
terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan
tersebut.1
Menurut Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi menjelaskan PTK dengan
memisahkan kata-kata dari penelitian – tindakan – kelas
1. Penelitian adalah menunjukkan pada kegiatan mencermati suatu objek,
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh
data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal
yang menarik
2. Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan
untuk peserta didik
3. Kelas adalah dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi
dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam
1
41
bidang pendidikan dan pengajaran. Yang dimaksud dengan istilah kelas
adalah sekelompok peserta didik dalam waktu sama, menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama pula.2
Berdasarkan pemahaman tiga kata kunci tersebut dapat disimpulkan
bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati
kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan
yang sengaja dimunculkan.
Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak.
Dimana dalam penelitian ini peneliti ikut terjun langsung dalam kegiatan
pembelajaran bersama guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Peneliti
tindakan kelas dipandang sebagai suatu cara untuk menandai sebuah bentuk
kegiatan yang dirancang untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan model Kurt Lewin yang
menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat bagian pokok, yaitu 1)
perencanaan (planning), 2) aksi atau tindakan (acting), 3) observasi (observing),
dan 4) refleksi (reflecting).
Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu
siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral.
2
[image:49.612.162.545.120.494.2]
42
Gambar 3.1 Alur siklus PTK menurut Kurt Lewin B. Setting Penelitian
1.Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas V MI Nurul Ulum desa Grabagan
Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia materi memerankan tokoh drama. Identifikasi
masalah
Perencanaan (planning)
Tindakan (acting)
Observasi (observing)
Refleksi (reflecting)
Perencanaan ulang
Siklus I
43
2.Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada pertengahan semester genap,
pada bulan Mei 2015.
3.Subyek penelitian
Sebagai subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI Nurul
Ulum desa Grabagan Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo tahun ajaran
2014-2015 dengan jumlah 37 siswa. Pemilihan kelas ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa keterampilan berbicara dikelas ini masih perlu
ditingkatkan sesuai dengan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan.
C.Variabel yang di Teliti
Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah meningkatkan
keterampilan berbicara dengan menerapkan metode pembelajaran bermain peran
pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V. Disamping variabel tersebut masih
ada beberapa variabel yang lain yaitu :
1. Variabel input : siswa kelas V MI Nurul Ulum desa Grabagan Kecamatan
Tulangan Kabupaten Sidoarjo
2. Variabel Proses: penerapan metode pembelajaran bermain peran
44
D.Rancangan Tindakan
Rancangan penelitian adalah rencana dan struktur penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga kita dapat memperoleh jawaban atas
permasalahan-permasalahan penelitian.3
1. Pelaksanaan penelitian Siklus I
a. Perencanaan
1. Mengadakan penelitian awal untuk mengidentifikasin permasalahan
yang perlu segera diatasi. Dalam tahap ini peneliti melakukan
wawancara terhadap guru Bahasa Indonesia
2. Membuat lembar observasi bagi guru dan siswa untuk melihat proses
pembelajaran berbicara dengan menerapkan metode pembelajaran
bermain peran. Lembar observasi tentang kinerja guru dan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
4. Membuat Lembar Kerja Siswa untuk menuntun siswa dalam
menggunakan metode pembelajaran bermain peran.
5. Membuat alat evaluasi untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa
setelah menerapkan metode pembelajaran bermain peran.
3
45
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan
yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual, meliputi
kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup.
Langkah – langkah kegiatan dalam RPP :
1) Kegiatan Awal
a) Mengucapkan salam, berdoa dan menanyakan kabar
b) Melakukan senam otak untuk menumbuhkan semangat siswa
c) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa
d) Menghubungkan dengan materi yang sudah dipelajari
2) Kegiatan Inti
a) Guru menyiapkan skenario pembelajaran
b) Pembentukan kelompok
c) Tiap kelompok diberi skenario drama yang telah disiapkan guru
d) Tiap kelompok mempelajari skenario drama
e) Secara bergantian, tiap kelompok maju ke depan untuk memerankan
tokoh dalam skenario drama
f) Siswa memerankan tokoh drama sambil di nilai oleh guru
g) Setelah semua kelompok memerankan tokoh dalam skenario, guru
46
3) Kegiatan akhir
a) guru melakukan tanya jawab mengenai pembelajaran yang sudah
dipelajari dan menyimpulkan materi yang sudah dipelajari tadi
b) Memberikan tugas pekerjaan rumah ( PR )
c) Menutup dengan berdoa dan salam
c. Observasi
Observasi dilakukan bersama dengan dilaksanakannya tindakan.
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data yaitu kinerja guru dan
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan metode pembelajaran bermain peran.
d. Refleksi
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah : mencatat hasil observasi,
mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, mencatat
kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan perancangan
siklus berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.
Refleksi terhadap proses belajar mengajar ini perlu dilakukan antara
penelitian dan pengamatan untuk menemukan penyebab mencari jalan
pemecahannya. Dengan demikian diharapkan pada akhir siklus tujuan yang
47
2. Pelaksanaan penelitian Siklus II
a. Perencanaan
1. Mengidentifikasin permasalahan yang perlu segera diatasi. Dalam tahap
ini peneliti melakukan wawancara terhadap guru Bahasa Indonesia
2. Membuat lembar observasi bagi guru dan siswa untuk melihat proses
pembelajaran berbicara dengan menerapkan metode pembelajaran
bermain peran. Lembar observasi tentang kinerja guru dan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
4. Membuat Lembar Kerja Siswa untuk menuntun siswa dalam
menggunakan metode pembelajaran bermain peran.
5. Membuat alat evaluasi untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa
setelah menerapkan metode pembelajaran bermain peran.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan
yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual, meliputi
kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup.
Langkah – langkah kegiatan dalam RPP :
1) Kegiatan Awal
a) Mengucapkan salam, berdoa dan menanyakan kabar
48
c) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa
d) Menghubungkan dengan materi yang sudah dipelajari
2) Kegiatan Inti
a) Guru menyiapkan skenario pembelajaran
b) Pembentukan kelompok
c) Tiap kelompok diberi skenario drama yang telah disiapkan guru
d) Tiap kelompok mempelajari skenario drama
e) Secara bergantian, tiap kelompok maju ke depan untuk memerankan
tokoh dalam skenario drama
f) Siswa memerankan tokoh drama sambil di nilai oleh guru
g) Setelah semua kelompok memerankan tokoh dalam skenario, guru
membimbing penyimpulan dan refleksi.
3) Kegiatan akhir
a) guru melakukan tanya jawab mengenai pembelajaran yang sudah
dipelajari dan menyimpulkan materi yang sudah dipelajari tadi
b) Memberikan tugas pekerjaan rumah ( PR )
c) Menutup dengan berdoa dan salam
c. Observasi
Observasi dilakukan bersama dengan dilaksanakannya tindakan.
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data yaitu kinerja guru dan
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan
49
d. Refleksi
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah : mencatat hasil observasi,
mengevaluasi hasil observasi menganalisis hasil pembelajaran.
Refleksi terhadap proses belajar mengajar ini perlu dilakukan antara
penelitian dan pengamatan untuk menemukan penyebab mencari jalan
pemecahannya. Dengan demikian diharapkan pada akhir siklus tujuan yang
telah direncanakan dapat tercapai.
E.Data dan Cara Pengumpulan 1. Sumber Data
Sumber data PTK ini adalah :
a. Siswa
Untuk mendapatkan data tentang keterampilan berbicara selama proses
kegiatan belajar mengajar.
b. Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi metode pembelajaran
bermain peran.
2. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diupayakan agar bisa
mendapatkan data yang benar-benar valid, maka peneliti melakukan
50
1. Observasi
Observasi adalah sebuah penelitian yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan kepada obyek secara langsung maupun tidak
langsung.4
Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas
siswa dan guru dalam proses belajar mengajar dan penerapan metode
pembelajaran bermain peran yang dilaksanakan guru dan peneliti.
Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi
[image:57.612.123.549.219.686.2]sebagai berikut :
Tabel 3.1
Lembar Pengamatan Aktifitas Guru
No. Kegiatan
Skor
1 2 3 4
1.
Guru memulai pelajaran dengan ucapan salam, dan mengajak semua siswa untuk berdo’a sebagai
pembuka pelajaran serta menanyakan kabar.
2.
Guru memimpin senam otak untuk menumbuhkan
semangat
3.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai oleh siswa
4. Guru menghubungkan dengan materi yang sudah
4
51
dipelajari
5. Guru menyiapkan skenario pembelajaran
6. Guru membagi kelompok kecil
7.
Guru membagi skenario pembelajaran kepada tiap
kelompok
8.
Guru menginstrusikan tiap kelompok untuk
mempelajari skenario yang telah dibagikan
9.
Guru menginstrusikan tiap kelompok maju ke depan
kelas untuk memerankan tokoh skenario yang telah
dipelajari.
10.
Guru mengevauasi tiap siswa yang memerankan
tokoh drama/dialog
11. Guru membimbing penyimpulan dan refleksi
12.
Guru melakukan tanya jawab mengenai
pembelajaran yang sudah dipelajari
[image:58.612.129.551