• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS V MI NURUL ULUM GRABAGAN TULANGAN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS V MI NURUL ULUM GRABAGAN TULANGAN SIDOARJO."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS

V MI NURUL ULUM GRABAGAN TULANGAN SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:

LATIFATUL KHOFIFAH NIM : D37211052

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)

Latifatul Khofifah. Penelitian Tindakan Kelas, 2015. Penerapan Metode Bermain

Peran untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Siswa Kelas V MI Nurul Ulum Grabagan Tulangan Sidoarjo. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing Sihabuddin, M.Pd.I, M.Pd

ABSTRAK

Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V MI Nurul Ulum menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa dalam kategori sangat rendah, hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas V, dari 37 siswa hanya 27% yang tuntas dalam keterampilan berbicara. Penyebabnya adalah keterampilan berbicara diajarkan tanpa menggunakan media ataupun metode khusus. Guru menyuruh siswa untuk langsung berbicara sesuai dengan imajinasi sendiri tanpa ada gambaran dari sang guru. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan metode Bermain Peran.

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu, 1. Untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia di MI Nurul Ulum Grabagan sebelum diberi tindakan. 2. Untuk mendeskripsikan penerapan metode pembelajaran bermain peran pada pelajaran Bahasa Indonesia di MI Nurul Ulum Grabagan. 3. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas V MI Nurul Ulum dengan menggunakan metode pembelajaran Bermain Peran.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat bagian pokok, yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V MI Nurul Ulum tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah 37 siswa. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dengan menggunakan instrumen lembar aktivitas guru dan siswa, wawancara menggunakan instrumen pedoman wawancara dan unjuk kerja menggunakan rubrik penilaian unjuk kerja.

Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Ketuntasan belajar siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum diterapkan metode Bermain Peran dalam kategori sangat rendah dengan prosentase sebesar 27%. 2) Penerapan metode Bermain Peran dalam pembelajaran pada siklus I masih belum maksimal. Hal ini dilihat dari perolehan nilai akhir aktivitas guru sebesar 63,5, sedangkan perolehan nilai akhir aktivitas siswa sebesar 50. Setelah adanya perbaikan pada siklus II, perolehan nilai akhir aktivitas guru dan aktivitas siswa mengalami peningkatan menjadi 90,4. 3) Prosentase ketuntasan belajar siswa kelas V setelah diterapkan metode Bermain Peran pada siklus I mengalami peningkatan 35% dari 27% menjadi 62%. Prosentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II juga mengalami peningkatan 24,5% dari 62% menjadi 86.5%. Pada siklus II prosentase ketuntasan belajar siswa kategori sangat tinggi dinyatakan telah memenuhi indikator kinerja.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... vi

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tindakan yang Dipilih ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Lingkup Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Keterampilan Berbicara ... 10

1. Definisi Keterampilan ... 10

2. Aspek – aspek Keterampilan Berbahasa ... 13

3. Pengertian Berbicara... 15

4. Tujuan Berbicara ... 16

5. Teknik Berbicara ... 17

6. Pengertian Keterampilan Berbicara ... 19

B. Metode Pembelajaran Bermain Peran ... 21

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 21

2. Pengertian Metode Pembelajaran Bermain Peran ... 22

3. Langkah – langkah metode pembelajaran bermain peran ... 23

4. Tujuan Metode Pembelajaran Bermain Peran ... 23

5. Manfaat Penerapan Metode Pembelajaran Bermain Peran ... 24

6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Bermain Peran 24 C. Keterampilan Berbicara Melalui Metode Pembelajaran Bermain Peran 27 D. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ... 28

(7)

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI ... 32

3. Ruang Lingkup Bahasa Indonesia di MI... 33

4. Materi Bahasa Indonesia di SD/MI ... 34

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 40

A. Metode Penelitian ... 40

B. Setting Penelitian ... 42

C. Variabel yang Diteliti ... 43

D. Rancangan Tindakan ... 44

1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I ... 44

2. Pelaksanaan Penelitian Siklus II ... 47

E. Data dan Cara Pengumpulan ... 49

1. Sumber data ... 49

2. Teknik Pengumpulan Data ... 49

F. Teknik Analisis Data ... 55

G. Indikator Kinerja ... 57

H. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Hasil Penelitian ... 58

1. Pratindakan... . 58

2. Siklus I ... 62

3. Siklus II ... . 75

B. Pembahasan ... 90

BAB V PENUTUP ... 93

A. Simpulan ... 93

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 98

RIWAYAT HIDUP ... 99

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan produk budaya yang berharga dari generasi ke

generasi berikutnya. Bahasa adalah hasil budaya yang hidup dan berkembang

dan harus dipelajari. Seorang anak manusia yang tidak pernah diajar

berbicara, maka tidak akan pernah memiliki kemampuan berbicara. Contoh

konkret; sejak bayi seorang anak yang hidup di lingkungan serigala, maka

anak tersebut tidak pernah mempunyai kemampuan berbicara dan bahkan

tidak mampu berfikir sebagaimana layaknya anak manusia. Dengan bahasa

manusia dapat memberi nama segala sesuatu yang pernah dialami, diamati,

baik yang tampak maupun tidak tampak. Nama-nama tersebut tersimpan

dalam memori dan menjadi pengalaman, kemudian diolah dan dipikirkan

kemudian menjadi pengalaman, kemudian diolah dan dipikirkan kemudian

menjadi pengertian.1

Bahasa adalah sistem bunyi yang digunakan dalam komunikasi

interpersonal oleh sekelompok manusia untuk mengungkapkan sesuatu

peristiwa dan proses yang terdapat di lingkungan sekitarnya.

1

(9)

2

Ketidakmampuan dan ketidaktepatan anak dalam memahami tuturan yang

dikemukakan orang lain dan memproduksi tuturan untuk menyatakan maksud

kepada orang lain menjadi hambatan baginya dalam bersosialisasi dengan

orang lain. Untuk dapat menyatakan maksud secara tepat ini membutuhkan

perangkat kemampuan tertentu, antara lain memilih kosakata yang tepat,

menyusun struktur kalimat yang bermakna dan menganalisis konteks tuturan

yang sesuai dengan peristiwa tutur yang sedang berlangsung.2

Menurut Teilhard (dalam Rabiatul Adawiyah) seorang peneliti bahasa

: “pada diri manusia ada kemampuan otak yang kodrati untuk melaksanakan

refleksi dan kebebasan, kemampuan ini akan berkembang apabila

dibudayakan melalui lingkungan.”selanjutnya menurut Chaucard menyatakan

: “apabila seorang anak tidak mengadakan kontak dengan manusia lain, maka

pada dasarnya dia bukan manusia, bentuknya manusia namun, tidak

bermartabat manusia.3

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia

dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan

apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Melalui

komunikasi siswa dapat mengungkapkan gagasan, ide, dan pendapatnya

tentang sesuatu kepada orang lain. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik,

2

Rabiatul Adawiyah, dkk, Pembelajaran Bahasa Indonesia MI, (Surabaya: Lapis-PGMI, 2009), hlm. 8.

3

(10)

3

maka kemampuan berkomunikasi harus dilatih melalui belajar. Tugas guru

adalah memberikan pengalaman berbahasa secara langsung kepada siswa.

Guru juga dapat mengembangkan kompetensi bahasa peserta didikdengan

menyediakan berbagai kegiatan berbahasa, sumber belajar, bahan ajar, media

yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta

didik.

Pembelajaran bahasa juga dapat membantu peserta didik dalam

memberikan gagasan (pendapat), pikiran serta menggunakan kemampuan

analistis, dan imajinasi yang ada pada dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia

mencakup empat aspek keterampilan yaitu keterampilan berbicara,

keterampilan menyimak, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

Dari keempat keterampilan ini, keterampilan berbicara merupakan salah satu

aspek dalam berbahasa, karena berbicara memiliki peranan yang sangat

penting dalam melahirkan generasi muda di masa yang akan datang, generasi

yang cerdas, kritis, kreatif dan berbudaya.

Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik dapat

mengekspresikan pikiran, perasaannya secara cerdas sesuai dengan konteks

dan situasi saat dia berbicara. Dalam kehidupan sehari – hari, sebagian besar

waktu yang kita miliki digunakan untuk berbicara dan menyimak, karena pada

saat melakukan komunikasi dengan orang lain kita lakukan dengan cara

(11)

4

Berdasarkan standar isi mata pelajaran bahasa Indonesia, ruang

lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan

berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek – aspek

mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Pada akhir pendidikan di

sekolah dasar, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya sembilan

buku sastra dan nonsastra. Kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam

pembelajaran bahasa Indonesia yaitu dalam berkomunikasi lisan

(mendengarkan dan berbicara) dan tulis (membaca dan menulis) sesuai

dengan kaidah bahasa Indonesia, serta mengapresiasi karya sastra.

Berbicara adalah salah satu kegiatan berbahasa yang setiap hari

dilakukan oleh masyarakat untuk berkomunikasi sehingga hubungan sosial

dapat terus dijaga. Hal ini juga berlaku dalam proses pembelajaran,

keterampilan berbicara diperlukan sebagai alat untuk menyatakan pendapat,

gagasan, dan menyatakan eksisensi diri, bahkan melalui berbicara, orang

dapat menggali informasi yang diperlukannya.4

Keterampilan berbicara dalam arti luas atau berbicara secara akademis

masih belum memadai. Kenyataannya yang paling umum adalah dalam

diskusi, seminar ataupun ceramah mahasiswa dan mahasiswi kebanyakan

memilih diam, memilih tidak bersuara, kecakapan adu argumentasi masih jauh

dari memadai. Lebih sering dalam pertemuan ilmiah yang melibatkan

mahasiswa dan mahasiswi kita berhadapan dengan 'blank faces', mungkin

4

(12)

5

karena mereka tidak tertarik memahami permasalahan yang sedang dibahas,

atau tidak mampu membahasakan ketidakpahamannya untuk kemudian

ditanyakan, atau kemungkinan takut salah dalam membahasakan pernyataan

maupun pertanyaannya.

Keterampilan berbicara adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh

kaum terpelajar. Bahkan kemampuan itu adalah ciri keterpelajaran mereka.

Kemahiran berbicara menjadi penting karena komunikasi yang bersifat

langsung hanya dapat dilakukan melalui berbicara. Tujuan unit ini adalah

untuk melatih Anda berbicara dalam bentuk menceritakan pengalaman,

membawakan acara, pidato, serta berdiskusi dan berdebat.5

Pentingnya keterampilan berbicara pada anak usia SD/MI tampaknya

kurang sesuai dengan realita di lapangan. Berdasarkan hasil wawancara

peneliti dengan guru Bahasa Indonesia di MI Nurul Ulum Grabagan

kecamatan Tulangan kabupaten Sidoarjo, masih banyak siswa yang belum

tutas dalam aspek berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dari 37

siswa hanya 27% yag telah berhasil dalam berbicara pada kompetensi dasar

6.2 Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.6

Berdasarkan realitas diatas, hasil analisis peneliti faktor yang diduga

sebagai penyebab rendahnya keterampilan berbicara siswa dalam pelajaran

Bahasa Indonesia di MI Nurul Ulum Grabagan Tulangan Sidoarjo diajarkan

5

Ibid, paket 6, 6. 6

(13)

6

tanpa menggunakan media ataupun metode khusus hanya saja guru menyuruh

siswa untuk langsung berbicara sesuai dengan imajinasi siswa sendiri tanpa

ada gambaran dari sang guru.

Solusi pemecahannya adalah penulis menggunakan metode

pembelajaran bermain peran dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada materi

memerankan tokoh drama. Penggunaan metode ini membantu siswa dalam

memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.

Berdasarkan idealitas dan realitas di atas untuk mengatasi masalah

yang peneliti hadapi adalah dengan menerapkan metode pembelajaran

bermain peran. Untuk selanjutnya penelitian ini diberi judul “Penerapan

Metode Pembelajaran Bermain Peran untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Siswa Kelas 5 MI Nurul Ulum Grabagan”. B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah acuan pokok dari suatu kegiatan penelitian,

karena rumusan masalah merupakan pernyataan atau pertanyaan yang akan

dicarikan jawabannya dari pengumpulan data.7 Oleh karena itu, peneliti

merasa perlu untuk merumuskan masalah terlebih dahulu agar penelitian

menjadi terarah. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana keterampilan berbicara pada siswa kelas 5 MI Nurul Ulum

Grabagan sebelum di beri tindakan?

7

(14)

7

2. Bagaimana penerapan metode pembelajaran bermain peran pada pelajaran

bahasa Indonesia di MI Nurul Ulum Grabagan?

3. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan

metode pembelajaran bermain peran pada siswa kelas 5 MI Nurul Ulum

Grabagan?

C. Tindakan yang Dipilih

Tindakan yang dipilih untuk meningkatkan keterampilan berbicara

dalam pelajaran bahasa Indonesia adalah dengan menggunakan metode

pembelajaran bermain peran.

Penggunaan metode ini, bertujuan mengajak peserta didik untuk

memahami pengertian perilaku sosial, peranannya dalam interaksi sosial, dan

cara – cara memecahkan masalah – masalah sosial dengan cara – cara yang

lebih efektif. Secara khusus, bermain peran membantu peserta didik

mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi tentang isu – isu sosial,

mengembangkan empati terhadap orang lain dan berusaha untuk

meningkatkan ketermpilan sosial peserta didik.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa dalam pelajaran

bahasa Indonesia di MI Nurul Ulum Grabagan sebelum diberi

(15)

8

2. Untuk mendeskripsikan penerapan metode pembelajaran bermain

peran pada pelajaran bahasa Indonesia di MI Nurul Ulum Grabagan.

3. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara pada siswa

kelas V MI Nurul Ulum Grabagan dengan menggunakan metode

pembelajaran bermain peran.

E. Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini bias tuntas dan terfokus, sehingga hasil

penelitiannya akurat, permasalahan tersebut di atas akan dibatasi padahal-hal

tersebut dibawah ini :

1. Subjek penelitian adalah pada siswa kelas V MI Nurul Ulum Grabagan

Tulangan Sidoarjo semester genap tahun ajaran 2014/2015, karena kelas ini

terdapat kesulitan pada mata pelajaran bahasa Indonesia terutama materi

memerakan tokoh drama. PTK ini dilakukan sebanyak 2 Siklus atau 2

Pertemuan @ 2 jam pelajaran (2 RPP).

2. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V

Semester genap, dengan standar kompetensi berbicara (6. Mengungkapkan

pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama) dan

kompetensi dasar 6.2 Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan

ekspresi yang tepat.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tindakan kelas

(16)

9

1. Bagi Guru

a. Guru dapat meningkatkan profesionalisme dalam bidang pendidikan.

b. Memberikan keterampilan dalam usaha bimbingan atau perbaikan

dalam cara-cara belajar metode pembelajaran serta mengurangi

hambatan yang dihadapi siswa.

c. Sebagai masukkan untuk mendapatkan pengetahuan dan metode

pembelajaran baru khususnya dalam proses pembelajaran dengan

model pembelajaran bermain peran untuk materi memerankan tokoh

drama pada pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Nurul Ulum

Grabagan.

2. Untuk siswa

a. Melatih kemampuan berbicara dengan baik.

b. Menumbuhkan semangat dalam mengikuti pembelajaran yang

menyenangkan.

c. Menanamkan sifat keaktifan siswa dalam memerankan tokoh drama.

d. Mendapat suatu cara atau metode yang tepat untuk dapat memerankan

tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat

3. Bagi peneliti

Penelitian akan menambah pengalaman dan wawasan dalam

menentukan cara yang dilakukan dalam kegiatan belajar bahasa Indonesia

terutama pada materi memerankan tokoh drama agar dalam proses

(17)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Berbicara 1. Definisi Keterampilan

Setiap orang memiliki keterampilan yang merupakan suatu talenta dari

yang Maha Kuasa. Sebagian orang menyadari akan kemampuan yang

dimilikinya, akan tetapi sebagian lagi belum atau tidak menyadari

kemampuan dalam dirinya sendiri.

Definisi keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah

sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki makna. Menggunakan

kemampuan bisa saja dengan pikiran, akal dan kreatifitas jika kemampuan

itu diasah, tidak menutup kemungkinan akan menghasilkan sesuatu yang

menguntungkan.

Setiap para ahli memiliki pandangannya sendiri mengenai definisi

keterampilan, berikut pengertian keterampilan menurut para ahli1 :

a. Menurut Gordon Keterampilan merupakan sebuah kemampuan

dalam mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan tepat.

Definisi keterampilan menurut gordon ini cenderung mengarah

pada aktivitas psikomotor.

1

(18)

11

b. Dunette Keterampilan berarti mengembangkan pengetahuan yang

didapatkan melalui training dan pengalaman dengan melaksanakan

beberapa tugas.

c. Menurut Iverson Keterampilan tidak hanya membutuhkan training

saja, tetapi kemampuan dasar yang dimiliki setiap orang dapat

lebih membantu menghasilkan sesuatu yang bernilai dengan lebih

cepat

d. Menurut robbins Keterampilan dibagi 4 kategori yaitu:

1) Basic literacy skill (keahlian Dasar): keahlian dasar yang

sudah pasti harus dimiliki oleh setiap orang seperti membaca,

menulis, berhitung serta mendengarkan.

2) Technical skill (keahlian secara teknis): keahlian secara teknis

yang didapat melalui pembelajaran dalam bidang teknik

seperti mengoperaikan komputer dan alat digital lainnya.

3) Interpersonal skill (keahlian secara perorangan) : keahlian

setiap orang dalam melakukan komunikasi satu sama lain

seperti mendengarkan seseorang, memberi pendapat dan

bekerja secara tim/ kelompok.

4) Problem solving (pemecahan masalah) : keahlian seseorang

dalam memecahkan masalah dengan menggunakan

(19)

12

Dari pendapat para ahli yang sudah dijelaskan diatas dapat

disimpulkan bahwa kemampuan setiap orang harus diasah melalui program

training atau bimbingan lain. Training dan sebagainya pun di dukung oleh

kemampuan dasar yang sudah dimiliki seseorang dalam dirinya. Jika

kemampuan dasar digabung dengan bimbingan secara intensif tentu akan

dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai bagi diri sendiri

dan orang lain.

Begitu pula dengan keterampilan berbahasa yang sangat penting dalam

kepentingan sehari-hari. Manfaatnya dapat kita rasakan jika ada informasi

yang ingin disampaikan kepada orang lain. Informasi yang disampaikan

sangat berpengaruh dengan cara kita menyampaikan informasi tersebut.

jika keterampilan berbahasa kita baik, maka informasi yang ingin kita

sampaikan akan diterima dengan baik pula. Maka dari itu perlu adanya

keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa adalah keterampilan

seseorang untuk mengungkapkan sesuatu atau ide kepada orang lain, baik

secaralisan maupun tulisan.Keterampilan berbahasa Indonesia dibagi

menjadi 2 bagian yaitu:

a. Keterampilan reseptif adalah keterampilan berbahasa yang

dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh informasi atau ide

(20)

13

b. Keterampilan produktif adalah keterampilan berbahasa yang

dilakukan oleh seseorang untuk menyampaikan informasi atau

ide/gagasan secara lisan dan tulisan.

2. Aspek – aspek Keterampilan Berbahasa

Aspek keterampilan berbahasa dibagi menjadi empat bagian yaitu :

a. Menyimak

Menyimak/mendengar adalah keterampilan memahami bahasa

lisan yang bersifat resepsif. Dengan demikian, mendengarkan di sini

berarti bukan sekadar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan

sekaligus memahaminya.

Keterampilan menyimak juga merupakan kegiatan yang paling

awal dilakukan oleh manusia dilihat dari proses pemerolehan

bahasa. Ada deskripsi mengenai aspek-aspek yang terkait dalam

upaya belajar yaitu interaktif dan noninteraktif.

Mendengarkan/menyimak secara interaktif terjadi dalam dalam

percakapan secara tatap muka dan percakapan di telepon atau yang

sejenis dengan itu. Sedangkan mendengarkan secara noninteraktif

adalah kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak

bisa mengulangi apa yang diucapkan dan tidak bisa meminta

(21)

14

b. Berbicara

Keterampilan berbicara adalah kegiatan komunikasi lisan

dalam menyampaikan informasi/pesan kepada pendengar melalui

bahasa lisan. Menurut Mulyati dkk berbicara adalah keterampilan

berbicara dalam menyampaikan informasi/pesan kepada orang lain

dengan media bahasa lisan. Keterampilan berbicara ini termasuk

keterampilan yang bersifat produktif. Sehubungan dengan

keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi

berbicara yaitu interaktif, semiinteraktif dan noninteraktif.2

Semiinteraktif kegiatan yang terjadi pada pidato dihadapan umum

secara langsung.

c. Membaca

Keterampilan membaca juga termasuk keterampilan reseptif

bahasa tulis. Menurut Somadayo membaca sebagai suatu kegiatan

interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang

terkandung dalam bahasa tulis. Sedangkan menurut Tarigan

mambaca sebagai suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan

oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan

oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.

Sesuai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan

membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk

2

(22)

15

memperoleh pesan/ informasi yang disampaikan penulismelalui

media bahasa tulis.

d. Menulis

Keterampilan menulis adalah keterampilan yang

bersifatproduktif yang menggunakan tulisan. Menulis adalah

keterampilan berbahasa yang paling rumit diantara keterampilan

berbahasa lainnya karena menulis bukan saja sekadar menyalin kata

– kata atau kalimat – kalimat melainkan mengembangkan dan

menuangkan pikiran-pikiran dalam struktur tulisan yang teratur.3

3. Pengertian Berbicara

Berbicara adalah salah satu kegiatan berbahasa yang setiap hari

dilakukan oleh masyarakat untuk berkomunikasi sehingga hubungan sosial

dapat terus dijaga. Hal ini juga berlaku dalam proses pembelajaran,

keterampilan berbicara diperlukan sebagai alat untuk menyatakan

pendapat, gagasan, dan menyatakan eksisensi diri, bahkan melalui

berbicara, orang dapat menggali informasi yang diperlukannya.

Berbicara merupakan proses yang melibatkan beberapa sistem fungsi

tubuh. Seseorang yang berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut)

membutuhkan kombinasi yang serasi antara sistem neuromuskular untuk

mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara.4

3

Zulela, Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (Bandung : PT Remaja Rosdakarya) Hal.5

4

(23)

16

Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi,

sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat

lain.

Bahasa lisan atau berbicara adalah alat komunikasi berupa simbol

yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, berupa lambang – lambang bunyi

dan gerak yang diterima oleh komunikan, sehingga dapat dimengerti pesan

yang ingin disampaikan oleh komunikan. Dari kegiatan itu, akan timbul

sebuah reaksi berupa jawaban ataupun tindakan lain.5

4. Tujuan Berbicara

Tujuan utama berbicara alah untuk menyampaikan pikiran secara

efektif, kemudian mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap

pendengarnya.

Menurut Och dan Winker, pada dasarnya berbicara mencakup tiga

tujuan, yaitu :

a. Memberi tahu, melaporkan ( to inform)

b. Menjamu, menghibur (to entertain)

c. Membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade)

Untuk mencapai tujuan berbicara, motivasi merupakan pertimbangan

penting dalam menentukan kesiapan para peserta didik untuk

berkomunikasi. Motivasi mengacu pada kombinasi usaha ditambah

keinginan untuk mencapai tujuan belajar, serta ditambah sikap – sikap

5

(24)

17

yang menyenangkan terhadap pelajaran bahasa Indonesia. Motivasi kedua

dipandang sebagai acuan terhadap seberapa gigih mereka bekerja atau

berusaha dalam mempelajari bahasa.6

5. Teknik Berbicara

Tak hanya penampilan yang baik, seorang juga harus mempunyai

keterampilan berbicara yang baik. Setiap siswa sebenarnya memiliki

keterampilan tersebut, asalkan siswa tersebut mau belajar. Cara melatih

keterampilan berbicara berdasarkan tingkat atau teknik berbicara yaitu7:

a. Teknik Berbicara yang Baik

Bicaralah ramah pada setiap orang. Perkataan/artikulasi pun harus

jelas agar tidak terjadi miscommunication. Perhatikan pula

pemilihan kata. Meski bertujuan baik, jika salah berkata-kata maka

tujuan itu tidak akan tercapai. Lakukan kontak mata pada lawan

bicara.

Saat bicara dengan atasan, usahakan fokus. Bicara seperlunya,

Jangan ngelantur sehingga intinya malah tidak jelas. Kalau atasan

memancing kita membicarakan masalah personal seorang rekan

sekerja, sebagai bawahan yang profesional sebaiknya kita berbicara

diplomatis.

6

Ibid, paket 4, hlm 10. 7

(25)

18

b. Teknik Berbicara Di Depan Umum

Berbicara di depan umum bukanlah soal bakat. Kemampuan tersebut

bisa dilatih. Seorang siswa yang pendiam bisa tampil memikat di

depan umum, asalkan mau belajar. Miliki kepercayaan diri dan

kuasai bahan pembicaraan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1) Tunjukkan antusias terhadap situasi dan pendengar.

2) Lakukan kontak mata 5-15 detik, dan tatapan kita pun harus

bekeliling bukan pada satu orang saja. Jadi, semua orang merasa

diajak berbicara.

3) Perlihatkan senyuman agar lawan bicara fokus pada kita.

4) Sisipkanlah humor, karena humor akan menghilangkan

kejenuhan, namun hindari humor yang berbau porno.

5) Fokus pada pembicaraan. Tidak perlu memperlihatkan semua

wawasan yang kita punya, karena akan menunjukan kita sok

pintar.

6) Berikan pujian yang jujur pada orang lain, tanpa menyimpang

dari maksud.

c. Teknik Berbicara Profesional

Seorang profesional perlu mengenal teknik presentasi yang efektif,

seperti yang disebutkan diatas. Ada tiga faktor penting lainnya:

1) Faktor verbal 7 %, menyangkut pesan yang kita sampaikan

(26)

19

2) Faktor vokal, 38 %, seperti intonasi, penekanan, dan resonansi

suara.

3) Faktor visual, 55 % yakni penampilan kita.

d. Teknik Membuka dan Menutup Pembicaraan

Untuk mengawali suatu pembicaraan, adakanlah small talk, seperti

mengucapkan selamat pagi, siang atau malam. Untuk memancing

perhatian pendengar, lemparkan joke ringan. Setelah itu baru ke

topik utama. Akhiri pembicaraan dengan ilustrasi dan summary hasil

pembicaraan di dalamnya. Jadi, jangan bicara dari A sampai Z,

sebaiknya diringkas sehingga orang mengerti dan tidak melupakan

pesan atau intisari pembicaraan.

Berbicara atau berkomunikasi secara profesional menuntut kesiapan

tiga hal. Pertama wawasan atau materi yang disampaikan, kedua

cara penyampaian yang meliputi gerak, intonasi suara, dan

penekanannya, ketiga penampilan. Semua hal tersebut dapat

dipelajari asalkan siswa memiliki kemauan. Milikilah motivasi

untuk maju dan berkembang mencapai keberhasilan yang

diinginkan.

6. Pengertian Keterampilan Berbicara

Penguasaan teori berbicara bukanlah tujuan utama dalam pembelajaran

berbicara. Hal terpenting dalam pembelajaran berbicara adalah siswa

(27)

20

berorientasi pada aspek penggunaan bahasa, bukan pada aturan

pemakaiannya.

Keterampilan berbicara adalah pengetahuan bentuk – bentuk bahasa

dan makna – makna bahasa tersebut, dan kemampuan untuk

menggunakannya pada saat kapan dan kepada siapa.8

Keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di

Sekolah Dasar, diarahkan agar siswa memiliki kemampuan untuk:9

a. Berpragmatik secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

berlaku secara lisan.

b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan dan bahasa negara.

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan.

d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

Adapun indikator keterampilan berbicara dalam memerankan tokoh

drama adalah sebagai berikut :10

a. Ketepatan adalah perkataan seseorang yang sesuai dengan kalimat yang

benar.

8

Utari dan Nababan, Metodologi Pengajaran Bahasa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1993), 45. 9

Samsuri dan Sadtono,Strategi Belajar Berbicara (Surakarta: Pusat Universitas Sebelas Maret, 1990).

10

(28)

21

b. Kelancaran adalah pengucapan seseorang tidak tersendat – sendat.

c. Intonasi adalah bagaimana kemampuan siswa dalam melagukan kata

atau kalimat dalam teks pendek.11

d. Ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu

memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan dan

sebagainya).

e. Tema adalah gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan

naskah drama.

B. Metode Pembelajaran Bermain Peran 1. Pengertian Metode Pembelajaran

Dalam bahasa Inggris, method berarti cara. Apabila kita kaitkan

dengan pembelajaran, maka metode adalah cara yang digunakanguru

dalam membelajarkan siswa. Joni mengemukakan bahwa metode adalah

berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai

tujuan tertentu.12 Pengembangan metode pembelajaran dimaksudkan agar

guru memahami benar bagaimana murid belajar yang efektif, dan metode

pembelajaran yang bisa dipilih dan digunakan harus sesuai dengan situasi

dan kondisi murid, materi, fasilitas, dan guru itu sendiri. Salah satu metode

pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada

pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia adalah metode bermain peran.

11

Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), hal 125

12

(29)

22

2. Pengertian Metode Pembelajaran Bermain Peran

Metode pembelajaran role playing (bermain peran) adalah metode

pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran tertentu kepada peserta

didik dan mendramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas.

Bermain peran (role playing) adalah salah satu metode pembelajaran

interaksi sosial yang menyediakan kesempatan kepada murid untuk

melakukan kegiatan – kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi.

Bentuk pengajaran role playing memberikan pada murid

seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan

pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru.13

Bermain peran (role playing) merupakan suatu cara penguasaan bahan

– bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang

dimiliki oleh setiap siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan

dilakukan siswa dengan memerankan sebagai tokoh hidup atau benda

mati.14

Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk

aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di

luar kelas dan memainkan peran orang lain saat menggunakan bahasa tutur.

Dengan bermain peran, guru mengajak peserta didik untuk memahami

pengertian perilaku sosial, peranannya dalam interaksi sosial, dan cara –

13

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Bumi Aksara, 2004), 214. 14Miftahul A’la

(30)

23

cara memecahkan masalah – masalah sosial dengan cara – cara yang lebih

efektif. Secara khusus, bermain peran membantu peserta didik

mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi tentang isu – isu sosial,

mengembangkan empati terhadap orang lain dan berusaha untuk

meningkatkan ketermpilan sosial peserta didik.15

3. Langkah – langkah metode pembelajaran bermain peran16

a. Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu.

b. Siswa dibagi kelompok.

c. Guru membagikan skenario yang akan diperankan oleh siswa.

d. Siswa bersama kelompok mengidentifikasikan tokoh yang akan

diperankan.

e. Tiap kelompok memerankan tokoh di depan kelompok lain (depan

kelas).

f. Kelompok lain memberi komentar tentang peran yang dimainkan.

g. Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.

4. Tujuan Metode Pembelajaran Bermain Peran17

a. Siswa dapat memerankan tokoh tertentu dengan ucapan yang tepat.

b. Siswa dapat menirukan gaya tokoh yang diidentifikasikan dengan

ucapan yang mirip dan sama.

15

Sri Anita, dkk., Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), 3.17. 16

Suyatno, Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra, (Surabaya: SIC, 2004), 119 17

(31)

24

5. Manfaat Penerapan Metode Pembelajaran Bermain Peran

Manfaat yang dapat diambil dari meode berman peranadalah :18

a. Bermain peran dapat memberikan semacam hidden practise,

dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan atau

istilah – istilah baku dan normatif terhadap materi yang telah dan

sedang mereka pelajari.

b. Bermain peran melibatkan jumlah murid yang cukup banyak,

cocok untuk kelas besar.

c. Bermain peran dapat memberikan kepada murid kesenangan

karena bermain peran pada dasarnya adalah permainan. Dengan

bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia

murid. Masuklah ke dunia murid, sambil kita antarkan dunia kita.

6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Bermain Peran19

a. Kelebihan Metode Pembelajaran Bermain Peran

1) Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat

isi bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus

memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama

18

DePorter, B. & Hemacki, M.,Quantum Learning, (Bandung: Kaifa, 2000)

(32)

25

untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya

ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.

2) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu

main drama para pemain dituntut untuk mengemukakan

pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.

3) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga

dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari

sekolah. Jika seni drama dibina dengan baik kemungkinan besar

mereka akan menjadi pemain yang baik kelak.

4) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan

sebaik-baiknya.

5) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi

tanggung jawab dengan sesamanya.

6) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar

mudah dipahami orang lain.

Selain keenam kelebihan yang telah disebutkan, model

pembelajran bermain peran juga memiliki 5 kelebihan lagi :20

1) Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai

kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja

sama.

2) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

20Miftahul A’la

(33)

26

3) Guru dapat mengevalusi pemahaman tiap siswa melalui

pengamatan pada waktu melakukan permainan.

4) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat

digunakan dalam situasi dan waktu berbeda.

5) Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan

bagi anak.

b. Kelemahan Metode Pembelajaran Bermain Peran

1) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka

menjadi kurang kreatif.

2) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka

pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan

pertunjukan.

3) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit

menjadi kurang bebas.

4) Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton

yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.

5) Metode ini membutuhkan ketekunan, kecermatan dan waktu

cukup lama.

6) Guru yang kurang kreatif biasanya sulit berperan menirukan

sesuatu situasi/tingkah laku sosial yang berarti pula metode ini

(34)

27

7) Ada kalanya para murid enggan memerankan suatu adegan

karena merasa rendah diri atau malu.

8) Apabila pelaksanaan dramatisasi gagal, maka guru tidak dapat

mengambil sesuatu kesimpulan apapun yang berarti pula tujuan

pengajaran tidak dapat tercapai.

C. Keterampilan Berbicara Melalui Metode Pembelajaran Bermain Peran

Keterampilan yang diharapkan dalam penggunaan metode

pembelajaran bermain peran dalam meningkatkan keterampilan berbicara

dapat dilaksanakan melalui penguasaan materi, keterlibatan guru,

pemberian motivasi pada anak, mengeksplorasi dan pengayaan.

Penerapan metode pembelajaran Bermain Peran untuk meningkatkan

keterampilan berbicara adalah sebagai berikut:21

a. Bermain Peran harus diberikan secara bertahap dan tidak boleh menilai

baik buruk terhadap peran yang dimainkan terutama dalam hal perasaan

anak didik.

b. Guru harus mampu sebagai dinamisator sehingga mampu

mengeksplorasi permasalahan dari berbagai dimensi dengan kata lain

guru harus bisa menangkap esensi dan pandangan peserta didik,

merefleksinya dan menyesuaikannya dengan baik.

21

(35)

28

c. Anak didik harus dibuka wawasannya karena terdapat beberapa

alternative pemeran dalam suatu alur cerita dengan konsekuensi yang

menyertainya.

d. Mengkaji ketepatan masalah.

Dengan diterapkannya metode pembelajaran bermain peran

diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara

dan kegiatan pembelajaran akan menyenangkan, tidak membosankan,

belajar dengan bergairah dengan menggunakan berbagai sumber belajar,

anak aktif dan kreatif.

D. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

1. Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI

Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD) diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan

baik, baik secara lisan maupun tulisan. Di samping itu, dengan

pembelajaran bahasa Indonesia juga diharapkan dapat menumbuhkan

apresiasi siswa terhadap hasil karya sastra Indonesia.22

Bredekam menyatakan bahwa anak berkembang pada semua aspek

perkembangannya baik fisik, emosional, sosial, dan kognitif. Tidak ada

jalan lain kecuali guru harus memiliki tanggung jawab dan perhatian penuh

bagi keutuhan perkembangan anak.

22

(36)

29

Sehubungan dengan itu Goodman (dalam Zulela) menyatakan bahwa :

a. Belajar bahasa lebih mudah terjadi jika bahasa itu disajikan secara

holistik nyata, relevan, bermakna, serta fungsional jika bahasa itu

disajikan dalam konteks dan dipilih peserta didik untuk digunakan

b. Belajar bahasa adalah belajar bagaimana mengungkapkan maksud

sesuai dengan konteks lingkungan orang tua, kerabat, dan kebudayaan

terdapat interdependensi antara perkembangan kognitif dan

perkembangan kemampuan bahasa yang meliputi pikiran bergantung

kepada bahasa dan bahasa bergantung kepada pikiran.23

Standar Komptensi pembelajaran Bahasa Indonesia di SD merupakan

kualifikasi minimal peserta didik, yang menggambarkan penguasaan

keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan Sastra

Indonesia.24

Tujuan adanya pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar agar

peserta didik dapat :

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.

b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai

Bahasa persatuan dan bahasa Negara.

23

http://sdnegeri12simpangteritp.blogspot.com/2012/03/karakteristik-mata-pelajaran-bahasa.html

24

(37)

30

c. Memahami bahasa Indonesia dan dapat menggunakn dengan efektif

dalam berbagai tujan.

d. Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatlkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, menghaluskan budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan berbahasa.

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia25

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa adanya pelajaran

bahasa Indonesia di Sekolah Dasar sangat penting karena dari jenjang SD

ini siswa dapat mendapatkan ilmu berbahasa sesudah didapatkan dari

keluarga.

Ruang Lingkup pembelajran Bahasa Indonesia, sesuai dengan

kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembealajaran Bahasa

Indonesia pada jenjang SD/MI, menncakup komponen kemampuan

berbahasa dan kemampuan bersastra meliputi 4 aspek :

a. Mendengarkan (menyimak)

b. Berbicara

c. Membaca

25

(38)

31

d. Menulis26

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan Standar Kompetensi :

a. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan

kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan

penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual

bangsa sendiri

b. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan

kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai

kegiatan berbahasa dan sumber belajar

c. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar

kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan

sekolah dan kemampuan peserta didiknya

d. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam

pelaksanaan program kebahasaan daan kesastraan di sekolah

e. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan

kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar

yang tersedia

f. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan

kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap

memperhatikan kepentingan nasional.

(39)

32

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI

Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi,

saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan untuk

meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan

salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut.

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu

program yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan

berbahasa peserta didik, serta sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra

Indonesia.

Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia diMadrasah Ibtidaiyah yaitu :

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

berlaku, baik secara lisan maupun tulis,

b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan dan bahasa negara,

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan,

d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial,

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan

(40)

33

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia.27

3. Ruang Lingkup Bahasa Indonesia di MI

Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini

diharapkan:

a. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan

kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan

penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual

bangsa sendiri;

b. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan

kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai

kegiatan berbahasa dan sumber belajar;

c. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar

kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan

sekolah dan kemampuan peserta didiknya;

d. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam

pelaksanaan program kebahasaan daan kesastraan di sekolah;

e. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan

kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar

yang tersedia;

27

(41)

34

f. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan

kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap

memperhatikan kepentingan nasional.28

4. Materi Bahasa Indonesia di SD/MI

a) Pengertian Dialog

Dialog adalah percakapan para pemain drama. Dialog berperan

penting karena menjadi pengarah lakon drama. Artinya, jalan cerita

drama itu diketahui oleh penonton melalui dialog para pemainnya.

Agar dialog itu tidak hambar, pengucapannya harus disertai

penghayatan. Selain itu, pelafalannya harus jelas sehingga dapat

didengar oleh semua penonton. Walaupun berbisik, diupayakan agar

bisikannya dapat didengar oleh seluruh penonton.29

Drama berisi dialog antara beberapa tokoh disertai akting yang

sesuai dengan petunjuk pemeranan. Oleh karena itu, dalam

membaca drama kamu hendaknya dapat berlaku sebagai tokoh yang

kamu perankan. Misalnya, jika mendapat tugas memerankan tokoh

orang gila, kamu harus bisa bertingkah laku seolah-olah sebagai

orang gila (baik dialog yang diucapkan maupun gerak-gerik

28

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk Satuan Pendidikan Dasar (Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD / MI)

29

(42)

35

tubuhnya). Jika mendapat tugas memerankan tokoh dokter, kamu

harus bisa bertingkah laku seolah-olah sebagai dokter.30

b) Unsur – unsur Drama

Sebuah drama dapat ditonton dalam bentuk pementasan dan

dapat pula dibaca dalam bentuk naskah drama. Naskah drama tidak

jauh berbeda dengan sebuah cerita atau dongeng.31Naskah drama

mempunyai unsur-unsur sebagai berikut.32

1) Tokoh

Tokoh adalah pelaku dalam drama.

2) Sifat tokoh (watak)

Sifat atau watak tokoh dapat diketahui dari perkataan dan

perbuatannya. Misalnya tokoh yang suka memfitnah teman,

memiliki sifat jahat.

3) Latar

Latar adalah tempat, waktu dan suasana terjadinya peristiwa.

Latar dibedakan atas latar waktu, tempat, dan suasana.

(a) Latar waktu, misalnya, pagi hari, siang hari, malam hari.

(b) Latar tempat, misalnya, di rumah, di jalan, di sekolah, di pasar,

dan sebagainya.

30

Sukini Iskandar, Bahasa Indonesia, (Jakarta: Mitra Media Pustaka, 2008), 105. 31

Edi warsidi dan Farika, Bahasa Indonesia membuatku Cerdas, (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 82.

32

(43)

36

(c) Latar suasana, misalnya suasana gembira, sedih, cemas, dan

sebagainya.

4) Tema

Tema adalah gagasan pokok atau ide yang mendasari

pembuatan naskah drama.Tema harus dirumuskan sendiri oleh

pembaca melalui keseluruhan peristiwa dalam cerita (drama).

5) Jalan cerita (alur)

Alur adalah rangkaian peristiwa dalam cerita (drama) yang

saling berhubungan. Alur terdiri atas sebagai berikut.

(a) Eksposisi atau pemaparan, yaitu pengarang mulai

mengenalkan tokohtokohnya.

(b) Pertikaian, yaitu tahap alur yang menggambarkan mulai

adanya pertikaian, baik antartokoh maupun pada diri seorang

tokoh.

(c) Klimaks, yaitu tahap alur yang menggambarkan bahwa

persoalan yang dihadapi tokoh mencapai puncaknya.

(d) Leraian, yaitu tahap alur yang menggambarkan bahwa

persoalan mulai menurun.

(e) Penyelesaian, yaitu tahap yang menggambarkan bahwa

persoalan selesai.

Apabila tahap-tahap di atas disajikan oleh pengarang secara

(44)

37

maju. Apabila tahap-tahap alur di atas disajikan secara mundur,

disebut alur mundur. Apabila disajikan secara gabungan antara

maju dengan mundur, dinamakan alur gabungan.

6) Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang

dalam drama. Amanat berhubungan erat dengan tema. Amanat

dapat dirumuskan setelah tema berhasil dirumuskan.

Ketika membaca naskah drama, carilah unsur-unsur tersebut. Tandailah

unsur-unsur yang kamu tentukan. Temukan pula kutipan dalam naskah drama yang menjelaskan unsur-unsur yang kamu temukan. Sebuah naskah drama

bertujuan untuk dipentaskan. Oleh karena itu, dalam naskah drama juga

(45)

38

Telur Asin

Edo, Rina, Adi, dan Tomi sedang bergurau di kantin. Merekamembicarakan

rencana kegiatan liburan semester yang akan datang.

Edo : "Rin, apa rencanamu untuk liburan nanti?"

Rina : "Belum punya. Kamu bagaimana?"

Adi : "Bagaimana kalau kita rekreasi?"

Edo : "Rekreasi? Jangan,... rekreasi itu membutuhkan banyak biaya!"

Adi : "Tidak. Ini rekreasi murah, cukup dengan jalan kaki."

Rina : "Ya, itu cocok untuk kita, sambil mengenal alam."

Tomi : "Apa tidak melelahkan?"

Rina : "Kita jalan santai saja."

Tomi : "Tidak. Aku tidak ikut."

Edo : "Tidak ikut, ya sudah. Tapi, kamu akan menyesal, kalau tidak ikut."

Rina : "Jalan santai bersama itu menyenangkan, Tom."

Adi : "Apa yang harus kita bawa?"

Edo : "Tentu saja pakaian dan makanan."

Tomi : "Jadi, kita memasak?"

Adi : "Ya, tapi kita membawa lauk dari rumah saja."

Edo : "Lauk apa yang dibawa?"

Adi : "Bagaimana kalau daging?"

(46)

39

Tomi : "Lalu apa yang dibawa?"

Rina : "Telur asin saja."

Tomi : "Apa telur asin tidak mudah busuk?"

Rina : "Kalau telur biasa, mudah busuk, tetapi setelah diasinkan akan

awet."

Edo : "Kamu bisa membuatnya, Rin?"

Rina : "Itu mudah."

Adi : "Bagaimana caranya?"

Rina : "Telur kita bungkus dengan serbuk batu bata."

Tomi : "Garami dahulu serbuk bata itu!"

Rina : "Kamu juga tahu, Tomi!"

Tomi : "Ibuku pernah membuatnya."

Rina : "Setelah dibungkus, telur disimpan selama kurang lebih satu

minggu."

Edo : "Ya, bagus. Selain digunakan sebagai lauk, telur asin juga dapat

[image:46.612.112.538.91.559.2]

digunakan sebagai kudapan.

(47)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas (classroom action research) yang dapat diartikan sebagai proses pengkajian

masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk

memecahkan maslah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang

terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan

tersebut.1

Menurut Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi menjelaskan PTK dengan

memisahkan kata-kata dari penelitian – tindakan – kelas

1. Penelitian adalah menunjukkan pada kegiatan mencermati suatu objek,

dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh

data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal

yang menarik

2. Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan

dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan

untuk peserta didik

3. Kelas adalah dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi

dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam

1

(48)

41

bidang pendidikan dan pengajaran. Yang dimaksud dengan istilah kelas

adalah sekelompok peserta didik dalam waktu sama, menerima pelajaran yang

sama dari guru yang sama pula.2

Berdasarkan pemahaman tiga kata kunci tersebut dapat disimpulkan

bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati

kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan

yang sengaja dimunculkan.

Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak.

Dimana dalam penelitian ini peneliti ikut terjun langsung dalam kegiatan

pembelajaran bersama guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Peneliti

tindakan kelas dipandang sebagai suatu cara untuk menandai sebuah bentuk

kegiatan yang dirancang untuk memperbaiki kualitas pendidikan.

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan model Kurt Lewin yang

menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat bagian pokok, yaitu 1)

perencanaan (planning), 2) aksi atau tindakan (acting), 3) observasi (observing),

dan 4) refleksi (reflecting).

Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu

siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral.

2

(49)

[image:49.612.162.545.120.494.2]

42

Gambar 3.1 Alur siklus PTK menurut Kurt Lewin B. Setting Penelitian

1.Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas V MI Nurul Ulum desa Grabagan

Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia materi memerankan tokoh drama. Identifikasi

masalah

Perencanaan (planning)

Tindakan (acting)

Observasi (observing)

Refleksi (reflecting)

Perencanaan ulang

Siklus I

(50)

43

2.Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada pertengahan semester genap,

pada bulan Mei 2015.

3.Subyek penelitian

Sebagai subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI Nurul

Ulum desa Grabagan Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo tahun ajaran

2014-2015 dengan jumlah 37 siswa. Pemilihan kelas ini dilakukan dengan

pertimbangan bahwa keterampilan berbicara dikelas ini masih perlu

ditingkatkan sesuai dengan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan.

C.Variabel yang di Teliti

Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah meningkatkan

keterampilan berbicara dengan menerapkan metode pembelajaran bermain peran

pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V. Disamping variabel tersebut masih

ada beberapa variabel yang lain yaitu :

1. Variabel input : siswa kelas V MI Nurul Ulum desa Grabagan Kecamatan

Tulangan Kabupaten Sidoarjo

2. Variabel Proses: penerapan metode pembelajaran bermain peran

(51)

44

D.Rancangan Tindakan

Rancangan penelitian adalah rencana dan struktur penelitian yang disusun

sedemikian rupa sehingga kita dapat memperoleh jawaban atas

permasalahan-permasalahan penelitian.3

1. Pelaksanaan penelitian Siklus I

a. Perencanaan

1. Mengadakan penelitian awal untuk mengidentifikasin permasalahan

yang perlu segera diatasi. Dalam tahap ini peneliti melakukan

wawancara terhadap guru Bahasa Indonesia

2. Membuat lembar observasi bagi guru dan siswa untuk melihat proses

pembelajaran berbicara dengan menerapkan metode pembelajaran

bermain peran. Lembar observasi tentang kinerja guru dan aktivitas

siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

4. Membuat Lembar Kerja Siswa untuk menuntun siswa dalam

menggunakan metode pembelajaran bermain peran.

5. Membuat alat evaluasi untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa

setelah menerapkan metode pembelajaran bermain peran.

3

(52)

45

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan

yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual, meliputi

kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup.

Langkah – langkah kegiatan dalam RPP :

1) Kegiatan Awal

a) Mengucapkan salam, berdoa dan menanyakan kabar

b) Melakukan senam otak untuk menumbuhkan semangat siswa

c) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa

d) Menghubungkan dengan materi yang sudah dipelajari

2) Kegiatan Inti

a) Guru menyiapkan skenario pembelajaran

b) Pembentukan kelompok

c) Tiap kelompok diberi skenario drama yang telah disiapkan guru

d) Tiap kelompok mempelajari skenario drama

e) Secara bergantian, tiap kelompok maju ke depan untuk memerankan

tokoh dalam skenario drama

f) Siswa memerankan tokoh drama sambil di nilai oleh guru

g) Setelah semua kelompok memerankan tokoh dalam skenario, guru

(53)

46

3) Kegiatan akhir

a) guru melakukan tanya jawab mengenai pembelajaran yang sudah

dipelajari dan menyimpulkan materi yang sudah dipelajari tadi

b) Memberikan tugas pekerjaan rumah ( PR )

c) Menutup dengan berdoa dan salam

c. Observasi

Observasi dilakukan bersama dengan dilaksanakannya tindakan.

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data yaitu kinerja guru dan

aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan

menggunakan metode pembelajaran bermain peran.

d. Refleksi

Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah : mencatat hasil observasi,

mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, mencatat

kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan perancangan

siklus berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.

Refleksi terhadap proses belajar mengajar ini perlu dilakukan antara

penelitian dan pengamatan untuk menemukan penyebab mencari jalan

pemecahannya. Dengan demikian diharapkan pada akhir siklus tujuan yang

(54)

47

2. Pelaksanaan penelitian Siklus II

a. Perencanaan

1. Mengidentifikasin permasalahan yang perlu segera diatasi. Dalam tahap

ini peneliti melakukan wawancara terhadap guru Bahasa Indonesia

2. Membuat lembar observasi bagi guru dan siswa untuk melihat proses

pembelajaran berbicara dengan menerapkan metode pembelajaran

bermain peran. Lembar observasi tentang kinerja guru dan aktivitas

siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

4. Membuat Lembar Kerja Siswa untuk menuntun siswa dalam

menggunakan metode pembelajaran bermain peran.

5. Membuat alat evaluasi untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa

setelah menerapkan metode pembelajaran bermain peran.

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan

yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual, meliputi

kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup.

Langkah – langkah kegiatan dalam RPP :

1) Kegiatan Awal

a) Mengucapkan salam, berdoa dan menanyakan kabar

(55)

48

c) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa

d) Menghubungkan dengan materi yang sudah dipelajari

2) Kegiatan Inti

a) Guru menyiapkan skenario pembelajaran

b) Pembentukan kelompok

c) Tiap kelompok diberi skenario drama yang telah disiapkan guru

d) Tiap kelompok mempelajari skenario drama

e) Secara bergantian, tiap kelompok maju ke depan untuk memerankan

tokoh dalam skenario drama

f) Siswa memerankan tokoh drama sambil di nilai oleh guru

g) Setelah semua kelompok memerankan tokoh dalam skenario, guru

membimbing penyimpulan dan refleksi.

3) Kegiatan akhir

a) guru melakukan tanya jawab mengenai pembelajaran yang sudah

dipelajari dan menyimpulkan materi yang sudah dipelajari tadi

b) Memberikan tugas pekerjaan rumah ( PR )

c) Menutup dengan berdoa dan salam

c. Observasi

Observasi dilakukan bersama dengan dilaksanakannya tindakan.

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data yaitu kinerja guru dan

aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan

(56)

49

d. Refleksi

Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah : mencatat hasil observasi,

mengevaluasi hasil observasi menganalisis hasil pembelajaran.

Refleksi terhadap proses belajar mengajar ini perlu dilakukan antara

penelitian dan pengamatan untuk menemukan penyebab mencari jalan

pemecahannya. Dengan demikian diharapkan pada akhir siklus tujuan yang

telah direncanakan dapat tercapai.

E.Data dan Cara Pengumpulan 1. Sumber Data

Sumber data PTK ini adalah :

a. Siswa

Untuk mendapatkan data tentang keterampilan berbicara selama proses

kegiatan belajar mengajar.

b. Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi metode pembelajaran

bermain peran.

2. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diupayakan agar bisa

mendapatkan data yang benar-benar valid, maka peneliti melakukan

(57)

50

1. Observasi

Observasi adalah sebuah penelitian yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan kepada obyek secara langsung maupun tidak

langsung.4

Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas

siswa dan guru dalam proses belajar mengajar dan penerapan metode

pembelajaran bermain peran yang dilaksanakan guru dan peneliti.

Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi

[image:57.612.123.549.219.686.2]

sebagai berikut :

Tabel 3.1

Lembar Pengamatan Aktifitas Guru

No. Kegiatan

Skor

1 2 3 4

1.

Guru memulai pelajaran dengan ucapan salam, dan mengajak semua siswa untuk berdo’a sebagai

pembuka pelajaran serta menanyakan kabar.

2.

Guru memimpin senam otak untuk menumbuhkan

semangat

3.

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai oleh siswa

4. Guru menghubungkan dengan materi yang sudah

4

(58)

51

dipelajari

5. Guru menyiapkan skenario pembelajaran

6. Guru membagi kelompok kecil

7.

Guru membagi skenario pembelajaran kepada tiap

kelompok

8.

Guru menginstrusikan tiap kelompok untuk

mempelajari skenario yang telah dibagikan

9.

Guru menginstrusikan tiap kelompok maju ke depan

kelas untuk memerankan tokoh skenario yang telah

dipelajari.

10.

Guru mengevauasi tiap siswa yang memerankan

tokoh drama/dialog

11. Guru membimbing penyimpulan dan refleksi

12.

Guru melakukan tanya jawab mengenai

pembelajaran yang sudah dipelajari

[image:58.612.129.551

Gambar

Gambar 2.1 Teks Drama
Gambar 3.1 Alur siklus PTK menurut Kurt Lewin
 Tabel 3.1
Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan dengan menggunakan metode demonstrasi eksperimen dalam pembelajaran di kelas V dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V dalam mata pelajaran IPA materi

pola komunikasi yang terjadi dalam transaksi judi togel melalui media handphone, diharap. dapat menambah reverensi untuk memperdalam pemahaman mengenai tindak

Banyak penonton sepak bola di stadion pada hari Sabtu adalah 2.678 orang, sedangkan pada hari Minggu sebanyak 4.795 orang.. Berapa orang jumlah penonton dalam dua

Melalui game yang Penulis buat diharapkan user tidak merasa bosan berlama-lama di depan komputer dan juga bisa membantu gerak refleks anak atau merangsang kecepatan berfikir pada

Berdasarkan hasil temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa : (1) Peran guru dalam pendidikan karakter anak adalah sebagai teladan, fasilitator, dan motivator; (2) Konsep

Analisis finansial pengusahaan sumber benih bersertifikat dilakukan melalui analisis kelayakan finansial pengusahaan sumber benih, analisis Farmer’s Share (FS) , serta

Kinerja manajerial kepala sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini, menurut pendapat peneliti adalah tingkat keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas, yang didasari

Penelitian ini merupakan Analisis Faktor untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang dominan yang mempengaruhi hasil produksi kentang dengan responden petani