GAMBARAN STRES DAN COPING
PADA lBU RUMAH TANGGA
YANG BELUM DIKARUNIAI ANAK
Oleh: RAHMAWATI NlM.9919016130
FAKULTAS PSIKOLOGJ
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDA YATULLAH JAKARTA
GAIVIBARAN STRES DAN COPING
PADA IBU RUMAH TANGGA
YANG BELUM DIKARUNIAI ANAK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Psikologi
Oleh RAHMAWATI NIM.9919016130
Di bawah Bimbingan
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAI\'1 NEGERI SYARIF IDDAYATULLAH
JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang be1judul GAMBARAN STRES DAN COPING PADA IBU RUMAH TANGGA VANG BELUM DIKARUNIAI ANAK telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal
12 Febmari 2004. Skripsi ini telah dilerima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh Gelar Saijana Program Strata l (S l) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 12 Februari 2004
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
Dra. Netty Hal"iati, M. Si NIP. 150215938
Penguji I,
セ@
Drs. Abdul Mujib, M. Ag NIP. 150283344
Anggola:
Pembimbing
Sekretaris Merangkap Anggota,
ah M. Si
73
Penguji II,
M.si
!Gu, 'l(jni a{u makjn mengerti nifaimu
'l<jimu atfafali tugu /{gliitfupan(,u
'l(amu atfafali teratai /{gtfamaian sama£t
'l(amu atfafali kjtfung raR.yat jefata
'l<jimu atfafali kj6fat nurani £ttfafam l{gfa(,uan(,u
"Sajak, I6untfa"
-'l(µpersem6alili_sm sf{,npsi i11i
V11tuk,mama aa11 papa tercinta,
'l(pf{,a (aCm) tfan aaif&aailiJ,u tersayang
Terimali f{,asifi atas sega(a cinta t!an f{,asili sayang f{,afian untuf{,k,u
'liaaa ya11g tfapat k,u6erili.Jin untuk,mem6atas fiJ6aif{,an f{,a(ian
Jfo11ya aoa aan ucapan tcrima f{,asifi yang tak,terliingga liingga a!ijiir liayat
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi B) Februari 2004 C) Rahmawati
D) Gambaran Stres Dan Coping Pada !bu Rumah Tangga Yang Belum Dikaruniai Anak
E) Xiii+ 91 Halaman + iii Lampiran
F) Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya anggapan dalam masyarakat bahwa setiap wanita dewasa yang telah menikah diharapkan perannya sebagai seorang ibu, apabila ia mau dikatakan sebagai seorang wanita yang sempurna. Namun demikian, sekitar 10% pasangan Indonesia tidak beruntung memiliki keturunan. Keadaan tersebut diawali oleh keadaan dimana seorang wanita tidak nampu untuk menjadi hamil atau kehamilan sampai melahirkan meskipun melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa memakai alat ko11trasepsi selama setahun atau lebih. Keadaan tersebut lazimnya disebut kekurangsuburan atau infertil. Adanya kenyataan infertilitas tersebut membuat wanita memiliki penghayatan perasaan akan dirinya yang berbeda dengan wanita lain. Dalam menghadapi kondisi ketidak hadiran anak bagi wanita merupakan suatu sumber stres baginya, terlebih lagi dalam proses pencarian usaha untuk mengatasi problemanya tersebut, akan semakin memicu perasaan stresnya. Ketika indiv idu mengalami stres, maka ia akan segera berusaha mengatasi stres yang dihadapinya itu. Usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi stres yang dihadapinya disebut coping.
Berdasakan alasan-alasan diatas, penulis ingin mengetahui bagaimanakah gambaran stres dan coping pada ibu rumah tangga yang belum dikaruniai anak. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode wawancara sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan data dan sebagai metode penunjang dilakukan observasi. Penelitian ini dilakukan terhadap 3 orang ibu rumah tangga dengan usia 40 tahun dan belum dikaruniai anak selama 5 tahun.
penelitian antara lain berupa reaksi afektif seperti perasaan sedih, kecewa, gelisah, tidak percaya diri, kejenuhan dan pasrah. Sedangkan reaksi biologis adalah berupa sakit berlebihan saat menstruasi, sakit kepala dan banyak tidur. Strategi coping yang digunakan para subyek rata-rata adalah melakukan tindakan yang sifatnya langsung atau berangsur-angsur menerima dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada jika usaha yang dilakukan tidak membuahkan hasil. Pada kenyalaannya meski disadari alaupun tidak, ketiga subyek sering melakukan strategi coping yang tidak adaptif seperti menyibukkan diri dengan melakukan aktivitas lain sebagai alternalif unluk melupakan stres.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT, Tuhan pencipta dan pemelihara alam, yang senantiasa mencurahkan kasih sayangnya pada setiap mahluk ciptaannya. Yang dengan rahmat dan karunianya penulis diberikan berbagai kemudahan di sela-sela kesulitan yang penulis hadapi hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Shalawat dan salam semoga scnantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, yang telah membawa cahaya terang dalam kegelapan dunia yang penuh maksiat.
Skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan begitu saja tanpa bantuan dari berbagai pihak dalam proses penulisannya. Tiada kata lain yang dapat penulis ucapkan, kecuali ucapan terima kasih penulis yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Rasa syukur dan ucapan terima kasih saya haturkan kepada:
I. Oekan Fakultas Psikologi lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si. beserta seluruh staf deka:iat dan staf tata usaha Fakultas Psikologi yang telah banyak
membantu penulis dalam proses akademik.
2. Pudek I dan sekaligus sebagai pembimbing skripsi !bu Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si. yang telah memberikan bimbingan, waktu, ilmu dan wawasannya kepada penulis schingga skripsi ini dapat terlaksana dengan baik. 3. Kepada Bapak Ors. Ahmad Syahid, M.Ag. selaku Pudek lII dan sekaligus
pembimbing akadcmik.
4. Kepada !bu Fivi Nurwanti, S.Psi. yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi, terima kasih atas segala ilmu pengetahuan, pengalaman dan nasehat-nasehat yang diberikan selama ini, semoga bermanfar.t.
6. Pegawai perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan Fakultas Psikologi UIN Jakarta, perpustakaan Islam Iman Jama, perpustakaan Utama UI Depok, perpustakaan Fakultas Psikologi UI Depok, perpustakan kesehatan Masyarakat UI depok, perpustakaan Soemantri Brojonegoro dan perpustakaan Unika Atmajaya, yang telah membantu dan melayani dengan penuh keramahan.
7. Kepada para responden yang telah bersedia meluangkan waktu untuk wawancara, terima kasih atas bantuan dan informasinya, semoga Allah SWT menghendaki k<!ingman kalian.
8. Yang tercinta Mama dan Papa, yang selalu memberikan dukungan baik moril ataupun materil, yang dengan tulus mengiringi langkah penulis 、・ョァセョ@ do' a dan kasih sayangnya, serta atas pengertian dan kepereayan sepanjang waktu, semoga selalu dalam lindungan-Nya.
9. Kaka (Alm) Abdul Halim, walaupun dirimu telah tiada namun kenangan bersamamu tetap kukenang dan takl .an terl upa.
IO. Adik-adikku tersayang, Haris dan Sa'diah yang dengan caranya masmg-masing telah membantu, mengkritik dan mendorong kakanya agar segera menyelesaikan kuliahnya. Adik-adik kccilku, Amel dan Lia yang telah
memberikan keceriaan dan warna mdah dalam kchidupan ini dengan canda tawa dan kenakalan kalian. Aku sayang kalian semua.
11. Teman-teman seperjuangan Psikologi '99, Omah yang selalu memberikan Support bahwa aku bisa; Nur, Lenny terima kasih atas persahabatannya selama ini, semoga persahabatan ini terus berlanjut; Neni, Farid, Ka' Novi dan teman-teman lain yang tak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas bantuan dan dukungan kalian.
12. Jamilah dan Omah yang telah membantu dan menemani penulis dalam proses penelitian.
13. Tuti dan Mila, yang telah banyak membantu dan memberi dukungannya kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. Tetaplah bersemangat dan berjuang untuk menja/ani tantangan hidup ini.
14. Kepada semua pihak yang telah banyak berjasa baik secara langsung ataupun tida!; langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, Semoga Allah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kalian 3emua.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempumaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk menyempumakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bukanlah hasil karya terakhir yang dapat penulis hasilkan.
IX
Beka.si, Februari 2004 M Dzulhijjah 1424 H
DAFTARISI
ABSTRAKSI . . . .. . ... . .. . ... .. . .. . . .. . .. . .. . .. . .. . . .. . .. . .. . .. . .. . ... . . . ... ... .. . .. .. .. .. . . .. . ... .. . .. . . v
KATA PENGANTAR ··· VII
DAFT AR ISI . . . .. . . ... ... . .. . .. . . .. . . .. . . . ... ... . .. . .. ... . . . ... . . .. . . .. .. .. . ... . . ... . .. . . .. .. . .. x
DAFT ART ABEL . . . . .. . .. . . ... .. . .. . .. . . .. .. . . .. . .. . . .. .. . . ... .. . .. . . .. ... . ... .. .. . . .. ... .. . .. . X11
DAFT AR LAl'vlPIRAN . . . . .. . . .. . . . .. . . .. . . ... ... .. . ... .. . .. . .. ... . .. . .. . .. .. . . Xlll
BAB I
BAB ll
PENDAHUL_UAi"\l
A. La tar Belakang Masalah ... . B. Pembalasan Dan Perurnusan Masalah . . .. ... . . . ... ... .. . .. . .. . .. . .. ... . . . .. . . . 11
C. Tujuan Penelilian dan Manfaal Penelitian .. . . . .. . ... ... .. . . .. . . .. .. . . .. . 12
D. Sislematika Penulisan . . .. . . .. . . . .. . .. . . .. . ... .. . .. . . . ... . .. .. . . .. . . .. . . 13
KAJIAN TEORI
A. Stres ... .
B. Coping
C. !bu Rumah Tangga .
D. Nilai A1ti Anak Bagi Orang Tua ..
E. lnferlililas
F. Slres dan Coping Pad a !bu Rumah Tangga Yang Belum Di
Karuniai Anak ... .
x
14
25
32
35
38
BAB III METODOLOGI PENELJT!AN
A. Subyek Pendilia11 .
B. Teknik Pengurnpula11 Dala ..
C. l11slrurne11l Pengumpulan Dala
D. Analisa Dal a ...
E. Tahapan Pt:nelilian ...
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Subyt:k Penelilian ... .
B. A.nalisis Individual Subyek ... .
C. Analisa Anlar Subyek ... .
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Diskusi ... .
C. Saran-saran ... . DAFT AR PUST AKA
lampiranMlampiraZセ@
XI
51
52
52
53
54
56 57
72
82
86
DAFTAR TABEL
Tabel I. Gambaran Umum Subyek Penelitian ... 56
Tabel 2. Perasaan Yang Muncul Karena Belum Hadirnya Anak ... 75
Tabel 3. Nilai Anak Bagi Subyek ... 75
Tabel 4. Penyebab Infertilitas ... 76
Tabel 5. Gambaran Stres... 76
Tabel 6. Gambaran Coping... 79
[image:15.595.44.465.169.512.2]DAFTAR LAMPIRAN
1. Pernyataan kesediaan
2. Lembar Pedoman Wawancara
3. Lem bar Observasi
A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN
Keluarga dan anak umumnya menjadi topik pembicaraan apabila dua orang sahabat lama baru berjumpa. Jarang sekali dalam perjumpaan semacam itu antara dua orang sahabat membicarakan soal kekayaan. Hal · tersebut menggambarkan bahwa anak mempunyai nilai yang amat penting dalam kehidupan seseorang atau keluarga, melebihi nilai harta kekayaan. Nilai anak bagi orang tua dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui, antara lain dari adanya kenyataan bahwa anak menjadi tempat orang tua mencurahkan kasih sayang, anak merupakan sumber kebahagiaan keluarga, anak sering dijadikan bahan pertimbangan oleh sepasang suami istri untuk membatalkan keinginannya untuk bercerai, kepada anak nilai-nilai dalam keluarga disosialisasikan dan harta kekayaan keluarga diwariskan dan anak juga menjadi tempat orang tua menggantungkan berbagai harapan. 1
Kelahiran anak merupakan tujuan hidup yang paling penting demi melestarikan kelangsungan spesies manusia. Tanpa memandang ha! itupun, kita juga merasakan bahwa kelahiran anak dibutuhkan demi terciptanya keseimbangan dalam berkeluarga. 2 Karena itu, rumah yang kosong dari keberadaan anak-anak akan
1
T.O.lhromi, /Junga Rampai Sosiologi Keluarga,(Jakarta: Yayasan Obor,1999), h.226
2
menjadi hampa, mematikan jiwa, serta sepi dari canda tawa dan kegembiraan. Anak
adalah salah satu unsur kebahagiaan lahir dan bathin seria dunia dan akhirat dalam
kehidupan setiap manusia.3 Seperti firrnan Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 46 :
)I 0 J. ,,. 0 J. 0
( i \ :
セiI@
...lJ::Ui
;;t,;:;.JIセ⦅ェ@
0_,.'.;JI)
J
WI, ,
"Harta dan a11ak-a11ak adalah perhiasan kehid11pa11 d1111ia ... "
Pada ayat diatas, jelas Allah nyatakan dalarn satu ha! bahwa harta dan anak
adalah perhiasan l:ehidupan dunia ini. Dengan dernikian unsur yang rnenjadikan
manusia rnerasakan adanya kesenangan, kehorrnatan, dan hiburan apabila pada
dirinya terdapat harta kekayaan dan anak sekaligus. Apabila hanya harta kekayaan
saja yang dimiliki, maka rasa bangga dun hiburannya kurang. Begitupula jika dia
hanya mendapatkan anak, sedang kekayaan harta tidak ada, maka kebanggaan dan
hiburan yang diperolehnya juga hanya sebagian saja. Akan tetapi, jika dibandingkan
harta dan anak, maka anak lebih besar rnernberikan kebanggaan dan hiburan dari ーセN、。@
hart a.
Fakta ini mernbuktikan kepada kita bahwa fitrah-suatu benih yang telah Allah
tanamkan dalam hati rnanusia sejak azali-untuk senang punya anak, rnerupakan tabiat
dasar orangtua. Karena itu, orangtua yang senang mempunyai anak adalah orangtua
yang bermental sehat dan berperasaan manusiawi.4
3
Syah Minan Zaini, Arti Anak Bagi Seorang Mus/im,(Surabaya:Al-Ikhlas), h. 103
4
3
Betapa pentingnya kedudukan seorang anak dituangkan pula dalam UUD RI No.4 tahun 1979, yang menyatakan bahwa anak adalah potensi serta penerus cita-cita bangsa yang dasamya telah ditetapkan oleh generasi sebelumnya. 5
Bagi sebagian besar pasangan suami istri kehadiran anak merupakan suatu ha! yang sangat didambakan dalam perkawinan. Hal tersebut tercermin dalam hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1994, 77,6% responden wanita menginginkan anak dengan segera. 6 Salah satu alasan untuk mendambakan kehadiran anak bahwa menjadi orang tua dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan persoaal. Khususnya bagi wanita, mempunyai anak merupakan suatu cara untuk dianggap dewasa. 7 Meskipun sebagian besar pasangan suami istri mendambakan kehadiran anak, namun sayangnya t'dak setiap perkawinan dianugerahi keturunan. Di Indonesia kira-kira I 0-20 % perkawinan mengalami kesulitan untuk memperoleh anak. 8 Hal tersebut didukung oleh data SOK! tahun 1994 bahwa diperkirakan sekitar I 0% dari jumlah pasangan usia subur merupakan pasangan infertil. 9 Keadaan tersebut diawali oleh keadaan dimana seorang wanita tidak mampu untuk menjadi hamil atau kehamilan sampai melahirkan meskipun melakukan hubungan seksual secara teratur
5
Sudraji Sumapraja, Beberapa !Jal Penelitian Klinik Pasangan Infer/ii, (Depok: Fakultas Kcschatan Masyarakat UI, 1980), h.2
6 Survei Demografi dan Kesehatan lndonesia,1994
7
Dyah,R.Rahmani dan Ana Nadya Abrar, lnfertilitas Dalam Perspektif.!ender, (Yogyakarta:
Pusat pcnelitian UGM, 1999), h. 8
8 Sudraji Sumaprja,
Beberapa Hal Pene/itian K/inik Pasangan !tifertil, op.cit, h.2
9
4
tanpa memakai alat kontrasepsi selama setahun atau lebih. Keadaan tersebut lazimnya
disebut kekurangsuburan atau infertil. 10
Erikson dalam teorinya mengenai tahapan siklus hidup mengemukakan
bahwa tiada rasa kedamaian dan kepuasan pada orang tua manakala tidak diperoleh
keturunan, hidup tanpa keturunan adalah hidup tanpa kepastian dan tanpa tujuan.
Oleh karena itu bagi pasangan yang tidak memperoleh keturunan, faktor psiklogis
atau psikiatrik, psikoreligius menjadi penting artinya. 11 Selanjutnya Erikson
menjelaskan bahwa tahapan siklus hidup ini disebut dengan tahap generativitas
versus stagnasi, ciri tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang
dihasilkan-keturunan, produk-produk, ide-ide, dan sebagainya-serta pembentuk dan
penetapan garis-garis pedoman untuk generasi-generasi mendatang. Apabila
generativitas lemah atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur, dan
mengalami pemiskinan serta stagnasi. 12 Maka apabila orang tua tidak memperoleh
keturunan kemungkinan yang akan terjadi pada individu tersebut akan mengalami
stagnasi.
Kekurangsuburan atau infertilitas dapat dikatakan sebagai pengalaman yang
stresjul, karena pasangan suami istri mempersepsikan masalah infertilitas sebagai
'0 Barbara Eck Menning, JnjertilityA Guide Behavior and The Sick Role, (American
Sociological Review, 1977), h. l O
11
Dadang Hawari, Al-qur'an dan I/mu Kesehatan Jiwa, (Jakarta: Perpustakaan Masjid
lstiqlal, 1992), cet.ke-2, h. 379
12
5
ancaman terhadap kesejahteraan mereka, karena salah satu unsur keluarga sejahtera
adalah bila mana dalam keluarga itu ada ketunman (anak)u Menurut Menning,
adanya stresfit! pada infertilitas karena timbul perasaan-perasaan "kehilangan". 14
Sedangkan perasaan "kehilangan" terseb11t bisa bermacam-macam, seperti perasaan
kehilangan ha1 ga diri, self esteem, dan hubungan dengan orang lain.
Akibat dari keadaan tidak memiliki anak menimbulkan masalah pada pihak
wanita atau ibu rumah tangga terutama masalah-masalah emosional. Selain itu dalam
suatu penelitian terungkap bahwa 80% wanita infertil memperoleh komentar negatif
dari orang Jain. Sedang sebagian terberat bagi wanita yang mengalami infertilitas
ialah jika pembicaraan berkisar tentang kehidupan keluarga dan menjadi orang tua,
karena ha! itu menimbulkan perasaan bahwa ia sangat berbeda dari yang lain. 15
Adanya konflik-kontlik emosional dan penghayatan perasaan akan dirinya yang
berbeda dengan wanita yang memiliki anak akan mengurangi kegembiraan dan
kebahagiaannya. Disisi lain, kebahagiaan dan kegembiraan dalam kehidupan
seseorang merupakan salah satu indikator yang penting bagi kesehatan mental.
Sebaliknya, ketidakmampuan seseorang untuk merasakan kegembiraan dan
kebahagiaan merupakan indikator dari kurang sehatnya ia dalam menjatani
kehidupannya.16
13 Dyah P. Rahmani dan Ana Nadya Abrar, Inferti/itas Dalam Perspektif Jender, op.ci/,.cil, h.8
1
•1 Barbarn Eck Menning, Infertility A Guide Behavior And the sick ro/e,op.cil, h.130
15
Dyah, P. Rahmani dan Ana Nadya Abrar, op.cit, h.9
6
Dalam rr enghadapi kondisi ketidak hadiran anak bagi wanita merupakan
suatu sumber stres tersendiri baginya, terlebih lagi dalam proses pencarian usaha
untuk mengatasi problemanya tersebut, akan makin memicu perasaan stresnya.
Stres adalah tuntutan yang datang dari luar atau dari dalam yang dinilai
seseorang sebagai suatu hal yang tidak dapat diatasi sehingga membebani dirinya.
Semua stimulus baik itu berupa tuntutan lingkungan, fisik atau sosial yang dapat
menimbulkan stres disebut stresor. Stres tidak harus selalu mengakibatkan sesuatu
yang bersifat negatif (dis/res), sebaliknya stres juga dapat menghasilkan sesuatu yang
bersifat positif (eustres). Hal ini tergantung bagaimana diri individu menilai stres
tersebut.
Hasil dari penilaian diri individu terhadap stres tersebut, dapat menimbulkan
reaksi. Reaksi msing-masing orang terhadap sumber stres yang sama dapat saja
berbeda-beda, namun bila stres yang dialami kuat dan lama, maka terkadang muncul
pola reaksi yang hampir sama. Pola reaksi tersebut adalah reaksi afektif seperti
kecemasan, frustasi dan depresi. Reaksi kognitif seperti kurang bisa berkonsentrasi
dan berfikir jernih. Sedangkan reaksi biologis terhadap stres seperti sakit kepala, sakit
yang berlebihan pada saat menstruasi, banyak '.idur atau sulit tidur, dan lain-lain. Atau
bahkan menimbulkan reaksi-reaksi lain seperti cenderung menjadi tidak rasional atau
aneh.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan stres pada umumnya tidak hanya
disebabkan oleh satu faktor hambatan saja. Melainkan lebih disebabkan oleh
7
harapan-harapan atau tuntutan untuk bertingkah laku terte'ltu. Kedua, frustation yaitu
dorongan dari lingkungan yang menghalangi seseorang untuk melakukan sesuatu.
Ketiga, change; atau perubahan yaitu semua perubahan dalam kehidupan yang
disadari oleh individu membutuhkan sesuatu penyesuaian diri. Keempat, konflik yaitu
konflik antara dua kebutuhan atau tujuan dan Kelima adalah kecemasan yaitu rasa
takut yang terkadang sifatnya tidak rasional.
Melahirkan keturunan pada manusia adalah bagian dari kehendak tuhan. 7 Hal
ini dijelaskan dengan baik dalam firman Allah surat Asy-syuura ayat 49-50:
"Kep1111yaa11 Allah/ah kerajaan /angil dan bumi, IJia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia 111e111berika11 anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. "
"A tau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapayang Dia kehendaki, sesungguhnya Dia maim 111enge1ahui lagi maha kuasa. "
Al-qu'ran merujuk paling tidak kepada dua nabi yaitu Zakaria as dan Ibrahim
as, yang isterinya tidak dapat mengandung tetapi akhimya mengandung ketika
mereka telah berusia lanjut. Seperti yang tercantum dalam finnan Allah surat
Al-Imran ayat 40:
7
Abu Fad! Muhsin Ebrah, ;Jborsi, Kontrasepsi dan Mengatasi Kemandulan, (Jakarta: Mizan,
8
, J 0
(i.
ZPQセQI@ [ZNセ@c:
セ@" Zakaria herkata: Ya 71tha11k11, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat //m da11 isterik11p11n seorang yang mandul, be1fir111an Allah: Demikianlah, Allah her/mat apa yang dikehe11daki-Nya."
Dan firman Allah dalam surat l-luud ayat 72:
... / ...
セ@
i:-:?J
Iii 0)
セ@
" Oウエ・イゥAセケ。@ herkala: su11gguh 111e11ghera11ka11, apakah aku akan melahirkan pada ha/ ak11 adalah seaorang peremp11a11 tua, dan i11i suamikup1111 dalam keadaa11 ya11g sudah tua pula ? ses1111gg11h11ya i11i henar-henar suatu yang sa11gat a11eh. "
Dengan demikian, dari rujukan-rujukan mengenai ketidaksuburan dalam
Al-qur'an jelaslah bahwa ada orang-orang ケセョァ@ tidak bisa mengandung. Tetapi ha! ini
bisa berubah dengan adanya ketabahan, kesabaran serta adanya upaya-upaya untuk
lebih mendekatkan diri dengan cara berdo'a, banyak beribadah dan menyerahkan
segalanya pada yang maha kuasa dari individu tersebut. Namun itu semua juga tak
lepas dari kehendak Allah. Dan sebagai salah satu contohnya terjadi pada keluarga
pasangan bapak Amien Rais dan ibu Kusnariyati Sri Rahayu. Selama sepuluh tahun
pertama pemikahannya ia belum dikaruniai anak. Berbagai upaya pengobatan telah
dilakukan, sampai suatu saat mereka mendapat kesempatan naik haji kemakkah. Di
depan ka'bah mereka memanjatkan do'a, memohon kepada Allah agar memenuhi
9
dinyatakan hamil, selanjutnya setelah anak pertama lahir, setiap dua tahun sang isteri
hamil lagi.8
Pengalaman individu dalam menanggulangi masalah infertilitas merupakan
sesuatu yang unik, artinya penghayatan individu terhadap masalah akan
berbeda-beda. Dengan demikian stres yang dirasakanpun bermacam-macam. Karena didorong
keinginan yang kuat untuk memperoleh ketunman maka individu yang mengalami
masalah infertilitas pada umumnya akan berupaya untuk mencari j:ilan pemecahan.
Usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi
stres yang dihadapinya ini disebut coping.
Coping merupakan segala usaha yang dilakukan seseorang untuk mengatasi
stres atau tuntutan beban emosi yang dialaminya. Menurut Lazarus, 17 coping adalah
respon terhadap stres yang mempunyai dua fungsi, yaitu: memecahkan masalah
dengan cara merubah masalah yang dihadapinya, mempertahankan tingkah laku
ataupun merubah kondisi lingkungan, dan memecahkan masalah dengan cara
meredakan atau mengatur tekanan emosional yang ditimbulkan oleh situasi.
Ketika individu mengalami stres, maka ia akan segera berusaha mengatasi
stres yang diharlapinya itu. Jika individu merasa mengatasi stresor secara konstruktif
maka usaha yang dilakukannya cenderung kepada coping yang terpusat pada masalah
(Problem Focused Coping), yaitu tindakan yang diarahkan untuk mengontrol
sumber-8
www.m-amienrais.com/potrct/dctail asp?pid=7
17Lazarns.R.P.,
10
sumber stres. Sedangkan jika individu merasa tidak yakin akan kemampuannya untuk
dapat mengatasi stresor yang dihadapi maka usahanya cenderung kepada coping yang
terpusat pada emosi (Fmmim1 Focused Coping), yaitu tindakan yang diarahkan untuk
memodifikasi fungsi emosional saat menghadapi stresor. Dan pada kenyataannya
individu biasanya menggunakan kedua jenis coping ini secara bersamaan dalam
menghadapi stres.
Coping merupakan salah satu faktor yang membuat kondisi seseorang tetap
stabil. Individu yang mampu melakukan coping yang adaptif akan mampu melakukan
penyesuaian usaha-usaha kognitif, emosi serta perilaku dengan tujuan mengurangi
atau menghilangkan kondisi yang tidak menyenangkan se1ta menegangkan diluar
batas kemampuan yang dimilikinya, serta ketegangan emosional yang disebabkan
kondisi tersebut. Seorang wanita atau ibu rumah tangga yang mengalami masalah
infertilitas dituntut untuk memiliki kemampuan ini. Tanpa coping yang efektif dan
adekuat, seorang wanita atau ibu rumah tangga tidak akan mampu menjalankan
fimgsi clan peranannya sebagai seorang istri untuk suaminya, sebagai seorang anak
untuk keluarganya atau sebagai karyawan sebuah instansi, sebagai anggota
masyarakat, sebagai warga negara, sebagai diri pribadi dan juga sebagai mahluk
tuhan.
Oleh karena itu sangatlah menarik untuk menggali berbagai penghayatan
stres dalam menghadapi masalah infertilitas serta mendapatkan informasi tentang
11
Berdasarkan alasan-alasan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih mendalam mengenai Gambaran Stres Dan Coping Pada Ibn Rumah Tangga Yang Belum Dikaruniai Anak karena dirasa tuntutan untuk memiliki keturunan sebagai seorang ibu rumah tangga cukup tinggi dan rentan sekali terhadap stres. Semoga penelitian ini mendaptkan ridlo Allah yang maha kuasa dan dapat berrranfaat, amin.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Supaya penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas penulis merasa perlu untuk membatasi masalah penelitian mengenai stres dan coping pada ibu rumah tangga yang belum dikaruniai anak, masalah penelitian ini hanya terfokus pada hal-hal sebagai berikut:
1. Stres yang dimaksud adalah tuntutan atau sumber stres yang datangnya dari luar atau dari dalam diri individu tersebut yang dinilainya sebagai suatu ha! yang tidak dapat diatasi lagi sehingga membebani dirinya.
2. Coping yang dimaksud adalah suatu upaya yang dilakukan individu tersebut untuk mengurangi atau menghilangkan sumber stres tersebut apakah dengan jenis strategi coping terpusat pada masalah atau coping terpusat pada emosi atau bahkan menampilkan coping yang maladaptive atau individu tersebut mengkombinasikan ketiga jenis coping tersebut secara bersamaan.
12
dari lima tahun. Karena pada masa ini individu tersebut mengalami tuntutan yang lebih besar untuk segera memiliki anak.
Adapun perumusan masalalmya adalah sebagai berikut :
I. 13agaimanakah ga111lx1ran stres pada ibu rumah tangga yang belurn dikaruniai anak?
2. Coping yang bagairnanakah yang diterapkan oleh ibu rumah tangga yang menghadapi sires karena belum dikaruniai anak?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai stres dan coping ibu rumah tangga yang belum dikaruniai anak bertuj uan untuk :
I. Mengetahui gambaran stres pada ibu rumah tangga yang belum dikaruniai anak.
2. Mengetahui coping yang di gunakan untuk menghadapi stres tersebut.
[image:29.595.48.461.156.505.2]13
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I: Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB 11 : Kajian teori berisi tentang Stres yang mencakup definisi stres, sumber-sumber stres, faktor··faktor penilaian individu terhadap reaksi stres, perbedaan individu terhadap reaksi stres, dampak stres. Coping mencakup definisi Coping dan jenis-jenis strategi Coping. lbu rumah tangga. Nilai arti anak bagi orang tua. lnfertilitas yang mencakup definisi Infertilitas, Infertilitas sebagai sumber stres, Infertilitas sebagai sumber krisis. Dan yang terakhir tentang dugaan Stres dan Coping pada Ibu rumah tangga yang belum dikaruniai anak.
BAB 111: Metodologi penelitian meliputi subyek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, analisa data dan tahapan penelitian. BAB IV : Analisa data, meliputi gambaran umum subyek penelitian, analisis
[image:30.595.44.467.159.534.2]individu subyek penelitian meliputi gambaran umum, gambaran stres dan gambaran coping dan analisis antara subyek
BABU KAJIAN TEORI
A. Stres
I. Pengertian Stres
Hans Selye M.D. memberikan definisi stres dalam term fisiologis sebagai
suatu kondisi yang dirnsakan oleh badan sebagai akibat dari adanya situasi yang
menekan. Situasi yang mcnckan ini bisa bcrbentuk fisik (nyata ) atau strcs yang
sifatnya non fisik atau bersifat psikososial, seperti kegagalan berturut-turut dialarni,
rasa bersalah, rasa tak aman dan kondisi-kondisi serupa. Akioat dari pada adanya
stres yang sifatnya eksternal atau internal, bahkan kedua-duanya sekaligus, rnaka
tubuh akan memobilisasikan sistem reaksi defensif yang disebut general adaption
syndrorn, yaitu suatu kejadian yang sifatnya hipotetis dalarn badan yang tirnbul
sebagai reaksi tangkisan pada saat terjadinya situasi yang rnenekan. 1
Richard S. Lazarns dan Folkman rnendefinisikan stres dalam tenn psikologi
dalarn definisinya mengatakan bahwa seseorang yang rnengalarni stres secara
psikologis ketika ia rnenilai tuntutan yang datang dari lingkungan luar atau dari dalarn
dirinya sudah rnembebani dan rnelebihi kemampuannya untuk mengatasi tuntutan
tersebut. 2
1
W.F. Maramis, Catalan I/mu Kedokteran Jiwa, (Surabaya: Airlangga University Press, 1998), Cet. ke-7, h. 85
2
Lazarus, Pallern <!fil<ijus111e111, (Tokyo: Mc.Graw-Hill Book co, 1994), h. 47
15
Sedangkan Sarafino, mendefinisikan stres sebagai suatu keadaan yang timbul
ketika individu dan lingkungannya mendorong seseorang mempersepsikan adanya
ketidak sesuaian antara tuntutan dari situasi yang ada dengan sumber yang
dimilikinya baik .;ecara biologis, psikologis atau sistem sosial. 3
Definisi ini menjelaskan bahwa seseorang dikatakan mengalami stres apabila
ia tidak lagi dapat memenuhi tuntutan dari lingkungan atau situasi yang ada dengan
apa yang ia miliki.
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa stres adalah
tuntutan yang datang dari luar atau dari dalam diri yang dinilai seseorang sebagai
suatu ha! yang tidak dapat lagi diatasi sehingga membebani dirinya.
2. Sumber-sumber Stres
Ada banyak keadaan yang dapat menimbulkan stres bagi manus1a, semua
stimulus baik itu berupa tuntutan lingkungan, fisik atau sosial yang dapat
menimbulkan stres disebut stresor.
Ada beberapa har° yang dapat dikatakan sebagai sumber st res, yaitu: 4
a. Presure
Presure atau tekanan disebabkan oleh adanya harapan atau tuntutan untuk
bertingkah laku tertcntu. Ada dua jenis presure atau tekanan, yaitu perform dan
conform, perform adalah keadaan dimana seseorang diharapkan untuk
3
Sarafino. flea/th Psycho/ogy:Biop.1yc/10/ogy lnteraclion, (Canada: Jhon Willey And Sons, 1994), h. 74
16
rnengerjakan suatu tugas dengan cepat, efisien dan sukses. Sedangkan conform
adalah keadaan dirnana seseorang dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan
harapan orang lain.
b. fi·ustation
fl·ustation atau frustAsi adalah dorongan dari lingkungan yang
menghalangi seseorang untuk melakukan sesuatu. Hambatan yang terjadi inilah
yang menyebabkan frustasi. Frustasi tinggi dibagi menjadi 2 jenis yaitu kegagalan
(failure) dan kehilangan (losses). Kegagalan te1jadi ketika seseorang memasang
target yang terlalu tinggi kemudian gaga! melaksanakannya. Sedangkan
kehilangan terjadi ketika seseorang merasa kehilangan sesuatu atau seseorang
yang sangat berarti dalam kehidupannya.
c. Change
Semua change atau perubahan dalam kehidupan yang disadari oleh
individu membutuhkan suatu penyesuaian diri (readjusment).
d. Conflict
Cm1f!ict terjadi apabila dua atau lebih motivasi atau kecenderungan
bertingkah laku yang ada sating bertentangan dan bersaing untuk dipenuhi,
konflik terbagi menjadi tiga yaitu:
I) Approach-approach conflict
Konflik ini melibatkan dua alternatif yang sama-sama menyenangkan atau
positif Sebagai contoh kita menghadapi pilihan untuk makan atau tidur
17
2) Avoidani;e-avoidance cmif!ict
Bertentangan dengan Approach-approach conflict, konflik ini melibatkan dua
altematif yang sama-sama tidak menyenangkan. Contohnya adalah ketika
seseorang harus mernilih harus terus bekerja dibawah tekanan atau hidup
sebagai pengangguran.
3) Approach-avoidance conflict
Approach-avoidance conflict ini merupakan kontlik yang paling sulit untuk
diselesaikan karena mempunyai tujuan yang rnenyenangkan clan dilain pihak
tidak menyenangkan. Kontlik ini sering kali mernbuat kebin1:,>ungan bagi
mereka yang menghadapinya karena dilain pihak mereka menginginkan
tujuan yang menyenangkan yang akan dicapai, namun dilain pihak mereka
juga tidak menyukai konsekuensi yang tidak menyenangkan yav g akan
didapat.
e. Anxiety
Anxiety atau cemas terkadang dianggap memiliki arti sama dengan takut.
Ketakutan muncul apabila seseorang terancam oleh sesuatu yang spesifik clan
terlokalisir. Namun berbeda dari ketakutan, kecemasan adalah rasa takut yang
sifatnya subyektif clan umumnya terl<adang sifatnya tidak rasional. Dalam kadar
yang kecil kecemasan bisa merangsang seseorang untuk menjadi lebih peka clan
responsif terhadap berbagai situasi. Tetapi pada kadar yang lebih besar kecemasan
bisa membagi perfomance seseorang yang pada akhimya dapat menyebabkan
18
Ketakutan dan kecemasan dapat ditimbulkan oleh ha! yang belum terjadi dan
efeknya lebih terasa. Ketakutan dapat menimbulkan sires karena individu
membayangkan bahwa sesuatu yang buruk dapat menimbulkan friJstasi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penilaiau individu terhadap situasi st res
Penilaian individu terhadap situasi yang dianggap stresful bergantung pada
dua faktor yaitu faktor individu dan faktor lingkungan atau situasi. 5
a. Faktor individu. Yang tercakup dalam faktor individu adalah intelektual, motivasi
dan karakteristik kepribadian. Salah satu contoh adalah yang berkaitan dengan
self esteem adalah individu yang mempunyai self esteem tinggi cenderung
berkeyakinan bahwa dirinya memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi
segala tuntutan, sehingga situasi lebih dipersepsikan sebagai tantangan dari pada
ancaman.
b. Faktor lingkungan atau situasi. Ada beberapa hal yang terkait dengan situasi yang
mernpengaruhi penilaian individu terhadap situasi stres yaitu:
I) Tuntutan yang sangat kuat, kejadian yang mencakup tuntutan yang sangat
kuat dan memiliki kecenderungan untuk terlihat sebagai sesuatu yang stresful.
2) Transisi kehidupan, kehidupan memiliki banyak kejadian besar yang
menandai dari satu kondisi atau fase kekondisi atau fase lainnya dan hal
tersebut mengakibatkan timbulnya perubahan-perubahan penting dan
19
tuntutan-tuntutan baru dalam kehidupan seseorang. Yang termasuk dalam
masa transisi antara lain saat mulai sekolah, saat masuk dalam komunitas
baru, mencapai masa pubertas, saat menikah, menjadi orang tua dan
sebagainya. Stres juga dapat muncul karena transisi kehidupan yang terjadi
tidak pada waktunya. Terkadang kejadian seperti perkawinan, mempunyai
anak, atau tidak selalu terjadi pada saat yang tepat seperti yang diharapkan
individu.
3) Kurangnya kejelasan dari situasi (Amhiquity), efek dari ketidakjelasan mt tergantung pada tipe dari ketidakjelasan yang ada.
a) Ketidakjelasan peran (Role Amhiquily), muncul ketika informasi mengenai
tugas atau fungsi seseorang tidak jelas atau membingungkan.
Ketidakjelasan peran seringkali meningkatkan stres seseorang karena
mereka ragu-ragu atas tindakan fan keputusan mereka.
b) Ketidakjelasan bahaya (Harm Amhiquity), muncul ketika ketidakjelasan
akan kemungkinan adanya bahaya atau ada tidaknya kemampuan untuk
menghadapi tuntutan situasi, tidak jelas. Efek dari ketidakjelasan tipe ini
terhadap stres sangat tergantung pada kepribadian, kepercayaan dan
pengalaman umum dari seseorang.
c) Harapan mengenai situasi (Desirability Of The Situation). Kejadian yang
tidak diharapkan untuk terjadi umumnya lebih menimbulkan stres, namun
20
d) Kemampuan untuk mengontrol sumber stres adalah usaha untuk merubah atau menghambat sumber stres. Orang cenderung menganggap bahwa situasi yang tidak terkontrol akan lebih mudah menimbulkan stres daripada situsi yang terkontrol. Ada dua tipe kontrol yaitu pertama, dengan kontrol tingkah laku, individu dapat mempengaruhi akibat yang ditimbulkan dari suatu kejadian dengan melakukan tindakan tertentu. misalnya individu yang mengalami sakit kepala tidak akan terlalu merasakan stres apabila ia punya kemampuan untuk melakukan sesuatu untuk menghilangkan sakit kepala. (misalnya dengan meminum obat, memijat kepala). Kedua, dengan melakukan kontrol kognitif, individu dapat mempengaruhi suatu situasi dengan menggunakan strategi mental. misalnya dengan mengalihkan perhatian dari sumber stres atau mengatur rencana untuk mengatasi sumber stres.
4. Reaksi terhadap stres
Reaksi masing-masing orang terhadap sumber stres yang sama dapat saJa berbeda-beda, namun bila stres yang dialami kuat dan lama, maka terkadang muncul pola reaksi yang hampir sama. Pola reaksi tersebut adalah:6
a. Reaksi afektif
Reaksi yang pctling sering muncul karena adanya stres yang kuat dan lama adalah kecemasan yang dapat terjadi baik selama dan sesudah periode stres.
6
Ci1nincro.ct.al..,.\Ja/adaptive behavior:An !111roduclional To Abnorn1al Phycolog,, (Sccot:
21
Setelah mengalami kejadian stresful, individu kemudian dapat mengalami depresi yang biasanya diikuti dengan gangguan pikiran, keluhan-keluhan, dan rasa bersalah. Stres juga dapat membuat individ.u lebih mudah terganggu oleh stresor minor dan mudah menjadi jengkel.
b. Reaksi kognitif
Pada saal mengalami sires yang kuat individu cenderung menjadi kurang bisa berkonsentrasi dan berfikir jernih. Kekurang mampuan untuk berkonsentrasi terkadang dapat menimbulkan "accident proneness" atau mudah mengalami kecelakaan.
c. Reaksi biologis
Mengalami ュゥァセ。ゥョ@ (sakit kepala), disfungsi pencernaan, gangguan otot, tidak bisa tidur, gemetar, dan sakit yang berlebihan pada saat menstruasi, merupakan reaksi biologis yang dapat terjadi pada saat individu menghadapi stres yang kuat. Munculnya reaksi bologis dan seberapa parah reaksi muncul, tergantung pada individu itu sendiri dan seberapa sering serta lamanya stres dialami.
d. Reaksi-reaksi lain
22
5. Perbedaan individu terhadap reaksi stres
Sering kali dalam kehidupan sehari-hari ditemui orang-orang yang memiliki reaksi yang berbeda terhadap sumber stres yang sama. Hal ini terjadi karena stres yang dialami tidak hanya tergantung pada kondisi eksternal tetapi juga pada karakteristik individu. 7
Perbedaan reaksi individu pada stresor yang sama menunjukan bahwa stres lebih merupaka1, suatu kondisi yang relatif dari pada absolut. Faktor yang mempengaruhi perbedaan individu dalam bereaksi terhadap stres yang diungkapkan oleh Lahey dan Ciminera adalah sebagai berikut:8
a. I ntesitas dan lamanya stres berlangsung.
Secara umum, semakin kuat dan lama situasi stres, semakin serius reaksi terhadap stres.
b. Kehadiran stres lainnya.
Setiap sumber stres diasumsikan tidak hanya menghasilkan reaksinya sendiri pada seseorang namun juga dapat membuat seseorang rentan terhadap stres lainnya.
c. Pengalaman terdahulu dan peringatan sebelumnya dari stres.
Reaksi stres secara umum lebih intense ketika seseorang tidak memiliki pengalaman terdahulu mengenai kejadian stres yang serupa dan ketika seseorang tidak rnemiliki peringatan terhadap stres.
7
Lazan1s,Pa1tern of adjusn1ent. <Jp.cit, h. 7(
23
d. Karakteristik individu.
Penelitian-penelitian telah menunjukan bahwa beberapa individu bereaksi lebih intense dibandingkan dengan individu lain terhadap stres. Namun apakah reaksi ini berasal dari generasi atau penyebab lainnya, pada saat ini belum diketahui. Faktor personal mencakup intelektual, motivasi dan karakteristik
kepribadian. e. Kontrol personal.
Kontrol personal didefinisikan sehagai perasaan bahwa mereka dapat membuat keputusan-keputusan dan bertindak afektif untuk menghasilkan sesuatu yang diinginan dan menghindari yang tidak diinginkan.
Ada lima macam kontrol personal yaitu:9
l) Kontrol tingkah laku, kemampuan untuk bertindak konkrit untuk mengkurangi pengaruh stresor
2) Kontrol kognitif, kemampuan untuk menggunakan proses berfikir atau strategi untuk memodifikasi pengaruh stresor.
3) Kontrol informasi, kesempatan untuk memiliki pengetahuan tentang kejadian penuh stres.
4) Kontrol retrosfektit: kepercayaan mengenal apa atau siapa yang menyebabkan suafu kejadian penuh stres setelah kejadian tersebut muncul.
5) Kontrol keputusan, kesempatan untuk memilih beberapa prosedur alternatif atau tindakan.
9
24
Beberapa penelitian menemukan bahwa dengan memiliki kontrol
personal, seseorang dapat mengurangi pengaruh dari stresor pada seseorang.
f. Dukungan sosial.
Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, yang
diterima atau membantu seseorang untuk menerima dari orang lain atau
kelompok. Ada empat tipe dasar dari dukungan sosial yaitu:
I) Dukungan emosional ( empati,perhatian, kasih sayang )
2) Dukungan esteem (dukungan dan persetujuan terhadap ide dan perasaan dan
lain-lain)
3) Dukungan instrumen (bantuan langsung)
4) Dukungan informasi (memberikan saran, arahan, pendapat-pendapat dan
lain-lain).
6. Dampak Stres
Pada umumnya kita hanya mengetahui bahwa stres dapat terjadi ketika
seseorang berhadapan dengan sebuah tuntutan dari kondisi yang tidak
menyenangkan. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena banyak dari kondisi yang
menyenangkan juga dapat membuat seseorang stres. Stres tidak harus selal11
mengakibatkan sesuatu yang bersifat negatif, seb11liknya stres 3uga dapat
menghasilkan sesuatu yang bersifat positif. Bernard menjelaskan bahwa ada dua jeni:,
. d' d 10
stres, yaitu 1stres an eustres.
25
•:• Distres adalah stres yang biasanya didapat dari sebuah tuntutan yang tidak menyenangkan sehingga membawa efek atau akibat yang buruk atau negatif
•:• Eustres adalah stres yang biasanya juga disebut stres ysng baik karena dapat membawa efek positif. Contohnya dari efek yang ditimbulkan dari jenis stres
ini adalah membuat seseorang bersem2.ngat untuk berusaha untuk memenuhi
tuntutan yang ada.
B. Coping
1. Definisi Coping
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang seringkali diharuskan untuk
menghadapi situasi yang tidak menyenangkan, yang tentunya akan mendorong
seseorang untuk mencari jalan keluar atau berbuat sesuatu untuk mengkurangi atau
bahkan menghilangkan situasi yang tidak menyenangkan tersebut Usaha yang
dilakukan seseorang untuk menghadapi situasi yang tidak menyenangkan yang
dialaminya tersebut biasa disebut Coping. Coping didefinisikan oleh Sarafino sebagai
suatu usaha untuk mencoba mengatur ketidaksesuaian perasaan antara tuntutan dan
aka! yang mereka nilai dalam situasi stresfulL 11
Sarafino juga menjelaskan bahwa usaha Coping yang dilakukan oleh
seseorang sangatlah beragam dan tidak selalu berhasil memecahkan masalah.
11
26
Walaupun begitu Sarafino menjelaskan bahwa Coping dapat membantu merubah
persepsi seseorang tentang masalah yang dihadapinya.12
Sedangkan Lazarus mendefenisikan Coping sebagai usaha yang dilakukan
seseorang untuk menanggulangi stresful atau tuntutan beban emosi.13
Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa Coping
adalah segala usaha yang dilakukan seseorang untuk mengatasi stres yang
dialaminya
2. Jenis-jenis stratcgi coping
Coping mempunyai dua fungsi utama yaitu yang mengarah pada pemecahan
masalah dan keseimbangan emosi yang menekan dan merubah hubungan yang
bermasalah antara individu dan lingkungan yang menimbulkan tekanan. Berclasarkan
fungsi ini Lazarus membagi coping menjadi dua kategori besar yaitu:14
a. Proh/em Focused Coping (coping terpusat masalah).
Coping terpusat masalah 。、。ャセィ@ upaya untuk mengatasi stres langsung
pada sumber stres, baik dengan cara merubah masalah yang di hadapinya,
mempertahankan tingkah laku ataupun merubah kondisi lingkungan. Copper
membagi coping menjadi dua bentuk, yaitu bentuk tingkah laku dan kognitif
Pada coping terpusat masalah bentuk tingkah lakunya berupa upaya untuk
12
Ibid. h.133
13 Lazarus, fJattern o;·_,-1djus111ent, (Jp.cit, h. Wセ@
1 ·
27
mengkontrol situasi yang tidak menyenangkan dan memecahkan permasalahan. Sementara bentuk ko3nitif dari jenis coping ini adalah upaya yang ditujukan untuk mengubah cara mempersepsi dan menginterpretasi situasi, misalnya, mengevaluasi ulang situasi atau menyusun kembali penilaian situasi. Strategi coping terpusat masalah ini muncul apabila individu merasa bahwa sesuatu yang konstruktif bisa dilakukan untuk mengatasi stres.
b. Emotion-Focused Coping (coping terpusat emosi)
Coping terpusat emosi adalah upaya untuk meredakan atau mengatur tekanan emosional atau mengurangi emosi negatif yang ditimbulkan oleh situasi. Bentuk tingkah laku dari jenis coping ini misalnya berupa upaya untuk mencari dukungan sosial atau tambahan informasi. Sementara bentuk kognitifnya adalah berupaya untuk mengatasi emosi yang timbul pada tingkat kognitif, seperti melakukan represi dan denial.
Kedua jenis coping tersebut biasanya muncul dalam setiap stresor, namun coping terpusat masalah akan mendominasi apabila individu merasa ada kesatuan yang terdapat dilakukan. sementara coping terpusat emosi akan cenderung muncul ketika individu sudah merasa bahwa sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan terhadap stresor kecuali menghadapinya dengan sabar.
28
sementara tiga bentuk terakhir merupakan jenis coping yang dianggap kurang adaptif
atau maladaptif yaitu kecenderungan coping yang kurang berguna atau kurang
efektif
Jenis strategi problem-focused coping15
a. Active Coping, merupakan proses pengambilan langkah aktif untuk ュセョァ。エ。ウゥ@
stressor atau mengurangi efek buruk yang ditimbulkan oleh stresor tersebut. Yang
termasuk Active Coping adalah melakukan tindakan langsung yang sifatnya untuk
mengatasi stres atau melakukan tindakan-tindakan secara bertahap.
b. Planing, berkaita.n dengan perencanaa 1 mengenai hal-hal yang dapat dilakukan
untuk mengatasi situasi yang menimbulkan stres. Yang termasuk planing adalah
merancang suatu strategi untuk dilakukan, memikirkan cara tebaik untuk
memecahkan suatu masalah, atau merencanakan langkah terbaik yang akan
diambil untuk menghadapi stresor.
c. Supresion
Qf
Competing Activeties, adalah usaha untuk mengesampingkan hal-halatau kegiatan lain, mencoba menghindari gangguan dari situasi atau kejadian Jain
yang mungkin timbul, untuk dapat berkonsentrasi penuh dalam menghadapi suatu
sumber stres.
d. F!.esitrailll Coping, yaitu bentuk strategi coping berupa suatu latihan untuk
mengkontrol atau mengendalikan diri. Dalam ha! ini individu n;enunggu sampai
pada kesempatan yang tepat untuk bertindak, sehingga dapat dikatakan sebagai
29
proses yang aktif bi la individu memfokuskan pada usaha menghadapi stresor, tapi
juga dapat dikatakan sebagai strategi yang pasifkarena harus menunggu.
e. Seeking Social Support For /11strume11tal Reason, merupakan bemuk strategi
coping yang berupa untuk mendapatkan dukungan sosial dengan cara mencari
nasihat, bantuan, atau informasi dari orang lain.
Jenis strategi emotion-focused coping16
a. Seeking Social Support For O\セュッエゥッョ。ャ@ Reasons, merupakan strategi coping dalam
bentuk mencari dukungan moral, simpati, atau pengertian dari orang lain.
Kecendernngan individu untuk mencari dukungan sosial untuk mencari alasan
emosional ini dapat membuat individu yang tadinya merasa tidak aman karena
situasi yang menekan, menjadi merasa aman kembali. Disisi lain kecendenmgan
ini bisa bersifat negatif karena sumber-sumber simpati lebih banyak dipergunakan
sebagai jalan untuk menyalurkan perasaan individu.
b. Positive Relnte1petatio11 And Growth, merupakan suatu bentuk coping dengan
cara menilai kembali situasi secara lebih positif Selanjutnya penilaian ini dapat
mengarahkan individu untuk melakukan tindakan Problem-focused coping.
Namun ada juga ahli yang berpendapat bahwa jenis coping ini lebih bertujuan
untuk mengatasi emosi-emosi negatif dari stres yang dialami individu dan bukan
untuk mengatasi surnber stres.
30
c. Denial, merupakan usaha untuk menolak kehadiran sumber stres atau bertindak seolah-olah sumber stres tersebut tidak nyata. Ada tiga pendapat yang berbeda mengenai akibat dari jenis coping ini:
I) Denial merupakan jenis coping yang berguna karena dapat mengurangi stres yanio, sifatnya negatif
2) Denial hanya menimbulkan masalah-masalah tambahan pada indivudu selain masalah yang ditimbulkan oleh stres yang dialaminya.
3) Pada tahap awal dari suatu transaksi yang stresful, denial bermanfaat tetapi akhimya hanya menghambat dilakukannya coping yang adaptif.
d. Turning To Religion, yaitu kembali berpaling pada agama apabila seseorang berada dalam keadaan stres. Perilaku coping ini cukup penting sifatnya bagi sebagian bes.ir individu. Alasan individu beralih keagama ketika mengalami stres adalah:
I) Agama dianggap sebagai alat yang dapat berfungsi sebagai sumber dukungan emosional.
2) Agama dianggap sebagai alat untuk mengatasi distres emosi dengan memandang stres yang dihadapi sebagai peristiwa yang ada hikmahnya.
31
secara mudah karena itu kedudukan acceptance sebagai perilaku coping yang apatif dan fungsional masih dipertanyakan.
Jenis strategi coping maladaptif17
a. /."ocusing 011 Vc:11/l/lg
or
10°11/0/IO/I, yaitu merupakan kecenderungan untukrnemusatkan diri pada stres yang bersifat negatif, kekesalan atau perasaan-perasaan yang dialami oleh individu dan mengungkapkan kekesalan serta perasaan-perasaan tersebut.
b. Re/wviorul D1sengageme111, merupakan bentuk strategi copmg berupa berkurangnya usaha-usaha yang di lakukan oleh individu dalam mengatasi suatu sumber stres, bahkan menyerah untuk berusaha mencapai tujuan yang terhambat oleh sumber stres. Strategi coping ini terrefleksi pada fenomena helplesness, yaitu keadaan dimana individu menyerah dan merasa tidak berdaya untuk mengatasi masalah atau stres yang dialami. Oleh karena jenis coping ini diyakini tidak adaptif dalam berbagai situasi. Secara teoritis, jenis coping ini mungkin terjadi jika seseorang menduga bahwa cara-cara yang dilakukannya untuk mengatasi
stres tid.1k mernbuahkan basil yang diharapkan.
c. Mental disengangement, jenis coping ini muncul dalam berbagai bentuk aktifitas yang pada dasamya adalah menggunakan aktifitas untuk menghilangkan masalah yang sementara sifatnya. Misalnya dengan berkhayal, tidur atau pun menonton televisi. Meskipun aktifitas altematif ini dapat membuat individu melupakan
32
masalah yang dihadapinya untuk sementara waktu tapi jenis coping ini akan menghambat individu untuk melakukan yang adaptif.
C. Ibu Rumah Taogga
Dalam kehidupar kaum wanita ada tiga peredaran masa yang pasti
d. 1tempu nya, yaitu: h . 18
Pertama, wanita sebagai puteri, yang dimaksud dengan kata 'puteri' itu adalah pada waktu masih dalam keadaan anak-anak dan te'lgah menerima didikan dari ibu bapaknya, dan masih dibawah perawatan dan pemeliharaan mereka berdua, sehingga ia menjadi seorang remaja puteri, gadis dan pemudi.
Kedua, wanita sebagai istri, yang dimaksud dengan 'sebagai istri' adalah pada waktu mereka telah dinikahi dengan secara sah oleh seorang lelaki atau suami. Pada masa ini mereka dilepaskan oleh kewajiban orang tuanya, lalu mengikuti suaminya. Dan pada masa ini pula mereka mau tidak mau harus menjabat kepala pengurus rumah tangga.
Ketiga, wanita sebagai ibu, pada masa ini wanita apabila ia telah menikah dengan perkawinan yang sah pada umumnya selalu mempunyai keturunan, melahirkan anak dan anak yang dilahirkan daripadanya itu akan memanggil kepadanya 'ibu'. !bu si anak, ibu yang selalu menyusui dan memelihara dirinya sehingga anak itu dewasa dan sampai menjadi orang.
18
33
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata ibu didefinisikan sebagai sebutan untuk orang perempuan yang telah melahirkan, wanita yang telah bersuami, panggilan ta'zim kepada wanita.19
Ki Hajar Dewantoro dalam bukunya soal wanita mengatakan bahwa fungsi wanita yang terpenting dalam keluarga adalah sebagai ibu. Wanita sebagai pernangku keturunan pada pertama kalinya berkewajiban menunaikan tugasnya yang paling mulia. Demikian mulianya kedudukan dan tugas seorang ibu, Ki Hajar Dewantoro
memberikan nama seorang ibu adalah sebagai "Ratu Keluarga". 20
Menurut Conny Semiawan, et.al. wanita sebagai ibu mempunyai tugas-tugas
b . b .k 'I
se aga1 en uc
I. Merawat janin dalarn kandungan 2. Melahirkan anak
3. Menyusui anak
4. Memperhatikan anak
5. Mengelolah dan mengurus anak
Namun tidak semua wanita sebagai ibu rumah tangga rnenjalankan fungsinya sebagai ibu yang merniliki anak (keturunan). Adapula sebagian dari mereka yang
19
Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), eel. ke-2, h. 318
20
Notopuro, Hardjo, Peramm Wanita Dalam Masa Pembangunan Dilnd01wsia, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1997), cet.ke- l, h. 43
21
Conny Semiawan, Ki11rah セv。ョゥエ。@ /slain J)ak1111 Keluarga,Karier, Dan Ma: .. yarakat, (Jakarta:
34
tidak dikaruniai anak. Akan tetapi walaupun ada sebagian wanita yang tidak dikaruniai anak, namun p«da dasarnya wanita memiliki naluri keibuan (Maternitas).
Keibuan (Maternitas) merupakan satu titik atau pusat dari seluruh kehidupan perempuan mulai dari masa bayi sampai tua. la adalah insting alamiah dan fase terbaik dimana perempuan menyandarkan seluruh kekuatan motivasi dan kemampuan inovasinya. Keibuan, bu1<:anlah sekadar kehamilan bagi perempuan, akan tetapi merupakan implemen untuk mencapai kesempumaan psikologis dan keseimbangan perasaan yang merupakan suatu keharusan untuk meraih kebahagiaan.22
Helen Ducth berpendapat bahwa sesungguhnya "kasih sayang ibu" bukanlah suatu insting, akan tetapi ia merupakan perasaan atau kondisi psikologis. Maka, "kasih sayang ibu" tidaklah berkaitan secara esensial dengan kehamilan, karena terkadang seorang perempuan mampu memberikan "perasaan keibuan" kepada anak angkatnya, atau seperti anak-anak suami yang dihasilkan dari perpaduan istri pertamanya. 23
Maka tidaklah asing jika ditemukan diantara perempuan yang cenderung bersifat keibuan seperti pada anak-anak yang bukan anak kandungnya. Kita bisa melihat dia menaruh perasaan terhadap anak orang lain, atau muncul kerinduan seorang ibu terhadap anak-anak yang telah mencapai usia akil baligh.24
22
Muhan11nad Usonan 1\I 1-lusyt, J)erbe,/aa11 f.aki-Jaki clan J>eren1111u111 (Jakarta: Penerbit
Cendekia, 2003), cet.ke-1 h.91
23 Ibid
h.92
35
Perenpuan-perempuan seperti itu kadang-kadang melakukan suatu pekerjaan diluar kebiasaan yang bisa membuatnya mencapai kepuasan terhadap perasaan-perasaan yang berkaitan dengan keibuan. Ketika menikah dan keinginan melahirkan keturunan akan pudar, sehingga dia berharap bisa mengasuh dan membantu
anak-anak orang lain dengan mengorbankan semua kemaslahatan dan perasaan egoisnya.25
D. Nilai Arti Anak Bagi Orang Tua
Dalam d1sertasi Sudraji Sumapraja, nilai anak bagi orang tua dapat dibagi menjadi delapan kategori :26
I. Status kedewasaan dan identitas sosial
Status kedewasaan didalam masyarakat lebih dari menamatkan sekolah, pekerjaan clan perkawinan serta mempunyai anak. Hal ini sangat terasa pacla wanita. Panggilan "ibu" serasa ditujukan kepacla wanita yang terhormat clan berwibawa: lain hal clengan "nyonya" atau "nona". Seorang pejabat wanita, atau istri seorang pejabat terasa lebih tepat dipanggil "ibu" dari pada "nyonya".
2. Pengembangan diri
Manusia mengidam-idamkan kesinambungan hiclupnya sesudah mati maka mempunyai anak merupakan manifestasi dari pengembangan diri dari orang
25
Ibid h.94
26
36
tua yang berarti bahwa dengan mempunyai anak seolah-olah bahwa kehidupan orang tua akan dilanjutkan oleh anaknya.
Anak merupal an tumpuan harapan orang tua serta anak akan membuat orang tua merasa diperlukan dan disalurkan untuk memberi. Anak darat digunakan untuk pengembangan diri orang tua yang artinya bahwa orang tua akan
mengajarkan pengalamannya semasa kecil kepada anaknya dan orang tua akan puas jika anaknya akan lebih baik.
3. Moralitas
Secara moral bahwa mempunyai anak sermg dianggap sebagai sikap bermoral, mematuhi aJaran beragama, berbuat kebajikan, bekerja keras untuk orang lain. Disamping itu bahwa mempunyai anak seolah-olah dipercaya tuhan karena mempunyai anak adalah karunia tuhan.
4. Ikatan kelompok.
Dalam keluarga, ikatan anak terhadap orang tua akan lebih besar dibandingkan ikatan orang tua sendiri sehingga anak dianggap sebagai pemersatu orang tua. Dengan demikian, mempunyai anak seolah-olah mempunyai ikatan kelompok yang sangat kuat.
5. Perangsang, sesuatu yang baru, kesenangan
37
mengenang orang tua akan kehidupan masa mudanya sehingga orang tua lupa
akan kesusahan yang artinya orang tua akan menemukan keseimbangan hidupnya.
6. Kreativitas, keberhasilan dan kemampuan
Pada masyarakat yang maju atau masyarakat yanmg telah berkecukupan
kebutuhan primernya (sandang, pangan, papan), orang akan menuntut kreativitas,
keberhasilan dan ken- ampuan untuk memuaskan hidupnya. Salah satu cara untuk
pemenuhan kebutuhan adalah dengan cara menikmati kemajuan perkembangan
atau pendidikan anaknya. Jadi kepuasan orang tua bukan hanya keberhasilan
orang tua melahirkan anaknya saja melainkan hasil yang dicapai anak, atas jerih
payah orang tua.
7. Kekuasan dan pengaruh
Pada beberapa masyarakat tertentu anak mendatangkan kekuasaan,
terutama dirasakan oleh menantu wanita terhadap mertuanya, apalagi kalau
anaknya berjenis kelamin laki-laki. Kekuasaan itu dapat diungkapkan dalam
bentuk yang lain. sepe11i kekuasan menentukan nasib anaknya, anak dapat
memberikan perasaan unggul atau bangga pada orngtuanya, suami yang kurang
mendapat kekuasan dalam pekerjaannya cenderung mencari kekuasaan yang
dapat diperoleh dari beranak banyak.
8. Kegunaan ekonomi
Dinegara-negara yang sedang berkembang, yang lebih mengutamakan
tradisional, anak mempunyai kegunaan ekonomi yang sangat besar. Anak
38
Kadang-kadang anak JUga penting sebagai sumber penghasilan dari
perkawinannya.
Dinegara-negara yang sedang berkembang, khususnya yang mulai
memasuki industrialisasi, dimana hanya ayah yang bekerja mencari natkah,
bantuan anak ini tidak lagi diperlukan. lndustrialisasi dan urbaniasi telah
menurunkan nilai anak untuk kegunaan ekonomi. Nilai anak hanya akan menonjol
kalau belum ada lembaga pemerintah ataupun swasta yang dapat menjamin orang
tua di hari tua.
E. Infertilitas
I. Definisi infertilitas
Infertilitas atau kekurangsuburan pada dasarnya merupakan suatu gangguan
atau kelainan dalam fungsi alat reproduksi. Sementara itu reproduksi adalah fungsi
yang dianggap dasariah, dan bahkan sakral dalam kehidupan manusia. Realitas
infertilitas yang dialami inclividu tersebut seakan-akan menjadi semacam gugatan
terhadap pembelanjutan siklus kehidupan, kapasitas seksual individu, clan tuntutan
normatif perkawinan. Sil'lasi tersebut akan menghadapkan pasangan infertil pada
persoalan-persoalan yang menyangkut identitas moral clan berimplikasi adanya
tekanan sosio psikologis. 27
27
39
Dalam disertasi Sudraji Sumapraja infertilitas ada dua kategori yaitu:28 a. lnfertilitas primer
Disebut infertilitas pnmer kalau istri belum pemah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kehamilan selama duabela5 bulan.
b. Infertilitas sekunder
Disebut infertilitas sekunder kalau istri pemah hamil, tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama duabelas bulan.
2. Infertilitas sebagai sumber stres
Pada saat pasangan suami istri menyadari bahwa kehamilan tidak kunjung datang sesuai rencana yang telah dibuat, maka masalah-masalah psikologis mulai muncul. Menurut Menning, adanya s/resful pada infertilitas karena timbul perasaan "kehilangan". Adapun perasaan "kehilangan' エ・イウQセ「オエ@ dibagi kedalam delapan bagian,
- '9
yaitu:-a. "Kehilangan" hubungan dengan seseorang yang penting.
Menurut Menning, seorang infertil dalam tahap tertentu merasa perlu membatasi diri dengan melakukan dengan "isolasi" terhadap pasangan maupun teman dan keluarga terdekat, yaitu dengan menyimpan masalah infertilitas pada
28 Sudraji Sumapraja,
Bebera/)(1 /-/al fleue/itian Klinik J>asangan !11/ertil, (Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI, 1980), h. 5
29
Barbara Eck Menning, fl!fertilityA gide beha\•ioral and the sick role, (Atnerican Sociological
40
diri sendiri. Hal ini te1jadi karena mereka menghindar untuk dijadikan objek rasa
kasihan maupun menerima perlakuan basa-basi clari orang lain.
Seclangkan pasangannya cliharapkan clapat memberikan clukungan maupun
pengertian clan simpati. Namun hal itu terjacli karena masing-masing clalam
keadaan terluka, letih clan tertekan. Mereka saling merasa tersingung clan menjadi
depresi bukan hanya kegagalan untuk memperoleh anak namun juga karena
hilangnya rasa kedekatan dan kemampuan untuk saling mengerti.
b. Kehilangan kesehatan, fungsi tubuh yang penting atau cl