KAUM DHUAFA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
SITI SYURAIDAH 206046103884
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
iv
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI………..……iv
DAFTAR LAMPIRAN……….vii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……….5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..…6
D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan………....7
E. Kajian Pustaka………....9
F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep……….10
G. Sistematika Penelitian………...13
BAB II TUJUAN TEORITIS STRATEGI A. Pengertian Strategi ………….………..……15
B. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah………...22
C. Lembaga Pemodalan Zakat……...………..30
1. Urgensi Pengelolaan Zakat……….…………30
v
A. Sejarah Singkat LAZ Dompet Dhuafa Republika………38
B. Visi dan Misi LAZ Dompet Dhuafa Republika………...40
C. Struktur Organisasi………...41
D. Program-Program LAZ Dompet Dhuafa ..………..42
1. Program Ekonomi Pembiayaan Mikro Syariah………..43
2. Program Sosial………48
3. Program Pendidikan dan Dakwah………..50
BAB IV STRATEGI PENYALURAN ZAKAT PADA LAZ DOMPET DHUAFA REPUBLIKA A. Penghimpunan Dana Ziswaf pada DDR………...58
B. Strategi Penyaluran Zakat Terhadap UMKM Dompet Dhuafa Republika………..…...64
C. Kendala yang di temukan dalam penyaluran zakat terhadap UMKM pada DDR………67
D. Analisa Penulis Terhadap Strategi Penyaluran Zakat ...67
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………...69
B. Saran………...71
DAFTAR PUSTAKA………..74
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat sebagai salah satu Rukun Islam yang asasi merupakan media yang tepat
untuk menghubungkan antara yang kaya dan miskin, sekaligus berfungsi untuk
membina ukhuwah islamiyah. Karena pada dasarnya prinsip zakat adalah harta yang mampu dibagikan kepada mustahik dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan
agama.1
Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan pengolahan
sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan
bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian
bahu-membahu mengelola dan menggerakan semua potensi ekonomi agar berdaya dan
berhasil guna secara optimal.2
Ilmu ekonomi lahir bertujuan untuk membantu manusia dalam pemenuhan
kebutuhannya. Dalam ilmu ekonomi dipelajari pemanfaatan suatu benda secara
efektif dan efisien. Bidang keilmuan yang memperoleh pembaharuan secara memadai
salah satunya adalah ekonomi yang kelak popular dengan nama ekonomi Islam.
Menurut MA. Mannan “Ekonomi Islam adalah pengetahuan dan penerapan
perintah-perintah (Injunctions) dan tata cara (rules) yang diterapkan oleh syariah yang
1
Abdullah Zaky Al-kaaf, Ekonomi Dalam Persfektif Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2002) cet, 1 h. 132
2
mencegah ketidakadilan dalam penggalian dan penggunaan sumber daya material
guna memenuhi kebutuhan manusia yang memungkinkan mereka melaksanakan
kewajibannya kepada Allah dan masyarakat”.3
Sedangkan menurut A.M. Al-Assal ekonomi islam adalah cara bagaimana
mengatur kehidupan perekonomian secara islami dan mempunyai prinsip saling
menguntungkan, sebagaimana para ahli mendefinisikan “Ekonomi Islam merupakan
sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari al-qur’an dan
as-sunnah dan merupakan bangunan perekonomian yang didirikan diatas landasan
dasar-dasar keimanan dan moral sesuai dengan kondisi lingkunan dan masa”.4
Secara terperinci, tujuan ekonomi islam dapat dijelaskan sebagai berikut:
pertama, kesejahteraan ekonomi adalah tujuan ekonomi yang terpenting. Kesejahteraan ini mencangkup kesejahteraan individu, masyarakat dan negara.
Kedua, tercukupinya kebutuhan dasar manusia, meliputi makan, minum, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, keamanan serta sistem negara yang menjamin
terlaksananya kecukupan kebutuhan dasar secara adil. Ketiga, penggunaan sumber daya secara optimal, efisien, efektif, hemat dan tidak mubazir.5
3
M. abdul Mannan. Ekonomi Islam : Teori dan Praktek, (Yogyakarta, PT. Dana Bakti Wakaf, 1995)
4
Ahmad Muhammad Al-Assal, Al-Nizam Al-Iqtisad fil al-islam. Mabaadi’uhu wa ahdafuhu, (System Ekonomi Islam, Prinsip dan Tujuannya ), terj.H.Abu Ahmadi dkk.,PT. Bina Ilmu Surabaya, 1980,h.11
5
Potensi potensi dasar yang dianugrahkan Allah kepada ummat Islam belum
dikembangkan secara optimal. Padahal ummat Islam memiliki banyak intelektual dan
ulama, disamping potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah. Jika
seluruh potensi itu dikembangkan secara seksama, dirangkai dengan potensi aqidah
islamiyah (tauhid), tentu akan diperoleh hasil yang optimal. Pada saat yang sama, jika
kemandirian, kesadaran beragama dan ukhuwah Islamiyah kaum muslimin juga
makin meningkat maka pintu-pintu kemungkaran akibat kesulitan ekonomi akan
makin dapat dipersempit.6 Al-Qur’an memberikan petunjuk dengan jelas dalam hal
zakat, ia mendorong untuk berlomba-lomba mengerjakan amal sholeh serta
menunaikan zakat.
Sering kali seseorang memiliki keahlian untuk melakukan produksi namun
terkendala di modal, untukl itu diperlukan lembaga keuangan yang bersedia
memberikan pinjaman untuk modal usaha. Pengusaha-pengusaha yang dimiliki
perusahaan yang sudah besar sangat mudah memperoleh bantuan dana dari bank,
namun bagi pengusaha kecil terutama bagi kaum dhuafa yang bergerak di UMKM,
memerlukan dana untuk modal sangat sulit.
Kemampuan wirausaha sangat tingi, namun tidak diiringi dengan cukupnya
modal dapat menghalangi seseorang berwirausahawan untuk menjalankan usahanya.
Sangat disayangkan apabila hal tersebut sampai terjadi, karena lapangan pekerjaan
yang seharusnya terbuka menjadi tertutup karena usaha yang tidak berjalan lagi.
6
Aspek sosial islam ini hingga 15 abad dalam pengelolaannya sudah
mengalami perubahan. Asalnya hanya sekedar bagi-bagi habis, kini melalui program
pemberdayan ekonomi melalui UMKM mampu memandirikan sekaligus menjadikan
mereka tidak tergantung dengan pemberian. Ini memang tujuan dari zakat, yaitu
membersihkan rohani dan memberdayakan umat islam.7
Secara hakiki yang paling berkepentingan untuk membayar zakat dan atau
memberi infak/sedekah adalah si pembayar zakat atau pemberi infak atau sedekah itu
sendiri, yaitu para muzaki, munfik, dan musadik dalam menjalankan perintah Allah
SWT demi kebaikan di dunia dan akhirat.8
Dengan demikian mayoritas penduduk Indonesia secara ideal bisa terlibat
dalam mekanisme pegelolaan zakat. Apabila ini terbiasa terlaksana dalam aktifitas
sehari-hari umat Islam, maka secara hipotik zakat berpotensi mempengaruhi aktifitas
ekonomi secara nasional, termasuk didalamnya adalah penguatan pemberdayaan
ekonomi nasional.9
Program gerakan Zakat Untuk Bangsaku misalnya bisa dilakukan pemerintah
untuk memicu semangat dan kesadaran masyarakat. Program itu tentunya disertai
dengan penyuluhan ke masyarakat dan komunikasi yang efektif lewat media massa.
Dengan gencarnya iklan di media massa tentang pentingnya arti zakat untuk
7
Eri Sudewo. Praktisi Zakat dan Entrepreneur, Wawancara Majalah Swadaya
8
Diakses pada 12 oktober 2010 dari http://www.bazisdki.go.id/ panduan/zakat/158-hakekat-pembayaran-zis
9
membantu sesama pastinya akan menggugah para muzakki. Selain itu fatwa Majlis
Ulama Indonesia tentang kewajiban berzakat melalui Lembaga-lembaga Zakat dinilai
juga cukup efektif untuk bisa menyadarkan ummat.
Dalam menyalurkan dana zakat produktif bagi para kaum dhuafa untuk
UMKM diperlukan strategi yang tepat agar DDR dapat menyalurkan dana tersebut
pada usaha yang tepat dan mendapatkan keuntungan dari hasil kerjasama yang
dilakukan.
Perkembangan yang terjadi menunjukan bahwa DDR memiliki strategi dalam
melakukan aktifitasnya, dan telah menjalankan fungsinya untuk mengembangkan
UMKM kaum dhuafa.
Maka LAZ Dompet Dhuafa Republika adalah sebuah lembaga solusi dalam
penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan
pendayagunaan zakat, infak dan shadaqah dengan cara memberikan pembiayaan bagi
kaum dhuafa untuk pemberdayaan UMKM.
Terdorong dari pemikiran inilah, penulis mencoba untuk menyusun sebuah
tulisan dalam bentuk skripsi dengan judul “ STRATEGI PENYALURAN ZAKAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DALAM MENINGKATKAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) KAUM DHUAFA“
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengingat sangat luasnya pembahasan maka penulis mengarah persoalan
penyaluran dana zakat produktif dan solutif. Dari pembahasan diatas, penulis
mengangkat perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penghimpunan dana pada Dompet Dhuafa Republika dalam
menyalurkan zakat untuk meningkatkan Usaha Mikro Kecil Dan
Menengah (UMKM)?
2. Bagaimana strategi penyaluran zakat terhadap UMKM pada Dompet
Dhuafa Republika?
3. Kendala apa saja yang ditemukan dalam penyaluran zakat terhadap
UMKM pada Dompet Dhuafa Republika?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Mengetahui konsep tentang pemberdayaan zakat produktif.
2. Mengetahui Strategi penyaluran zakat produktif dan solutif terhadap
perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kaum dhuafa.
3. Dengan mengetahui aplikasi pendapatan dan penyaluran zakat, diharapkan
dapat dipahami dan direalisasikan melalui Lembaga Amil Zakat agar
teralokasi dengan efisien dan efektif.
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Manfaat teoritis : hasil ini diharapkan berguna bagi kalangan
2. Manfaat praktis : hasil penulisan ini diharapkan berguna bagi
pelaku-pelaku ekonomi islam serta pengelola
zakat agar sesuai dengan visi dan misinya.
3. Manfaat kebijakan : hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada pemerintah, khususnya BAZNAS
dalam menentukan kebijakannya dan juga
pemberdayaan masyarakat du’afa.
D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
Penelitian merupakan upaya untuk menambah dan memperluas pengetahuan,
yang selain untuk menghasilkan pengetahuan yang baru sama sekali yaitu yang
sebelumnya belum dikenal, juga termasuk pengumpulan keterangan baru yang
bersifat memperkuat teori-teori yang sudah ada atau bahkan menyangkal teori-teori
yang sudah ada.10
Metode penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian.
Keperpustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Metode ini disebut juga dengan Triangulation Method, yaitu upaya untuk mengadakan pengecekan kebenaran data melalui cara lain atau melakukan pengumpulan data yang
sama dengan menggunakan instrument lain.11
10
Sutrisno hadi, Metodologi Research untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis, Disertasi (Yogyakarta: Andi Offiset,1997). H. 40
11
Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mencapai pemahaman yang
konprehensif tentang konsep yang akan dikaji. Bahan yang digunakan untuk kajian
pustaka adalan buku-buku, majalah, surat kabar, google dan artikel-artikel yang
berkaitan dan relevan dengan penelitian.
Peneliti juga langsung terjun kelapangan untuk mendapatkan data hasil
pengamatan lapangan atau infirmasi. Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan
menggunakan wawancara sebagai alat untuk mencarai data. Penulis mendatangi
pihak yayasan secara langsung dan melakukan wawancara tatap muka.
Sumber data yang didapat peneliti adalah data primer yaitu data yang didapat langsung dari sumbernya.12 Data primer ini diperoleh dari LAZ Dompet
Dhuafa Republika berupa Laporan keuangan, dokumentasi-dokumentasi seperti
laporan perkembangan program ekonomi. media yang diterbitkan LAZ Dompet
Dhuafa Republika serta hasil wawancara dengan divisi program ekonomi mengenai
strategi penyaluran yang digunakan LAZ Dompet Dhuafa Republika dalam
penggunaan dana zakat yang disalurkan, sedangkan data skunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, berupa keterangan yang ada hubungannya dengan
penelitian yang sifatnya melengkapi atau mendukung data primer.13 Dalam penelitian
ini data skunder tersebut berupa data-data yang diambil dan di dapat dari studi
dokumentasi dan studi kepustakaan.
12
Ibid,. h.134
13
Data yang dihasilkan merupakan data kualitatif yang akan dikembangkan oleh
penulis dengan metode Deskripsi. Maksud Deskripsi yaitu untuk menggambarkan
secara jelas peranan efektifitas zakat produktif dan solutif di yayasan Domprt Dhuafa
Republika.
Sedangkan acuan untuk teknik penulisan digunakan buku “Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008.
E. Kajian Pustaka
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber
keperpustakaan, peneliti melihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini
tampaknya kurang mendapatkan perhatian dari pada peneliti, untuk tidak mengatakan
belum pernah diteliti sama sekali.
Fadhilah pada tahun 200714, sifat penelitian kualitatif tentang efektifitas zakat
dalam meningkatkan pendapatan mustahik dan disimpulkan bahwa penyaluran zakat
yang dimaksud adalah pola penyaluran zakat dalam bentuk pemberdayaan (produktif)
yang disertai target terjadinya kemandirian ekonomi bagi mustahik dan
mengupayakan adanya peningkatan pendapatan bagi mustahik. disertai target
terjadinya kemandirian ekonomi bagi mustahik dan mengupayakan adanya
peningkatan pendapatan bagi mustahik.
14
Muhammad Soleh pada tahun 2006, dengan judul penelitian “Peranan BMT
dalam Memberdayakan Ekonomi Masyarakat” adapun tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui peranan BMT center dalam meberdayakan ekonomi masyarakat, melalui
BMT binaanya.
Cecep Suyudi pada tahun 2008, dengan judul penelitian “Strategi Lembaga
Nirlaba dalam Upaya Pemberdayaan UMKM (Study pada Lembaga Nirlaba Syariah
Masyarakat Mandiri parung bogor)” adapun tujuan dari skripsi ini adalah memahami
dan meneliti lebih jauh strategi yang dilembaga keuangan syariah dalam upaya
pemberdayaan UMKM dan untuk mengetahui keunggulan strategi yang
dikembangkan masyarakat mandiri.
F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
Istilah lain dari kata zakat adalah sedekah. Sedekah terbagi menjadi dua. Ada
materi serta ada yang tak berwujud. Yang awam melihat, materi mempunyai peran
lebih. Bagi mereka, dengana tunaikan zakat 2,5 % selesailah tugas umat islam ke tiga.
Adahal jika dikaitkan dengan kandungan kalifah fil’ard, ternyata 2,5 % itu tak cukup.
Tiap orang akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Pemimpin bukan hanya para
pejabat atau direktur saja. Pemimpin adalah minimal dia memimpin dirinya sendiri.
Membawa diri sebagai pemimpin, artinya dia harus bisa memberi kebaikan dan
kenyamanan bagi lingkungannya.15
15
Sesuai penggolongannya, zakat penghasilan dihitung seperti zakat pertanian
dan zakat harta (emas) sekaligus. Nishabnya setara dengan zakat pertanian, yaitu
sebesar 5 ausaq atau 653 kg gabah atau setara dengan 520 kg beras, serta dikeluarkan
pada saat menerima pendapatan dari hasil kerja. Kondisi ini didasarkan pada urf
(tradisi) disebuah negara. Penganalogian pada zakat pertanian dilakukan karena ada
kemiripan antara keduanya (al-syabah), karena penghasilan yang diterima tidak
terkait antara bulan yang satu dengan yang lainnya. Dianalogikan pada zakat emas
karena diterimanya dalam bentuk uang. Kadar zakat penghasilan adalah 2,5% dari
pendapatan yang diterima16.
Masyarakat yang terhubung batinnya antara mereka yang berkecukupan dan
mereka yang membutuhkan. Itulah indahnya kepedulian yang dibingkai dalam
silaturrahim dalam Islam. Secara terminologi, infak dan sedekah mengandung
pengertian mengeluarkan harta untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran
Islam diluar zakat.17
Para jumhur mufasir dan ulama kontemporer juga menyepakati suatu kondisi
sosial yang mewajibkan orang untuk peduli. Pada banyak riwayat dikatakan bahwa
infak dan sedekah bukan mengurangi harta, bahkan sebaliknya, menjadi banyak dan
berkah. Dalam hal lain juga disampaikan bahwa infak dan sedekat dapat
menghindarkan orang dari bala dan kesempitan.
16
Diakses pada 12 oktober 2010 dari http://www.dompetdhuafa.org/dd.php?x=zakat
17
Dilihat dari data FOZ (Forum Zakat) Indonesia menyebutkan tahun 2006,
total zakat yang dihimpun LAZ dan BAZ (Badan Amil Zakat) seluruh Indonesia
hanya Rp 500-an miliar. Tahun 2007S berkisar Rp 600 miliar. Himpunan total itu, tak
mencapai 10% potensi terendah.18
Ada beberapa pilar instrumen yang bisa dilihat agar pembangunan negeri
berjalan baik. Pertama dari sektor pajak. Dana ini bisa sebagai instrumen fiskal. Dihimpun setiap tahun serta dianggarkan untuk tahun berikut dan digunakannya
untuk operasional pemerintah, menggaji pegawai pemerintah dan militer,
membangun infrastruktur. Kedua, sektor perbankan. Sektor ini memainkan peran penting dalam mendongkrak usaha dan perkembangan bisnis masyarakat. Maju
mundurnya sebuah negara, bisa dilihat dari sehat tidaknya lembaga keuangan
khususnya perbankan. Ketiga, sektor asuransi. Kehadirannya amat dibutuhkan terutama untuk menjamin agar seseorang atau keluarga mendapat jaminan hidup
layak. Keempat, sektor dana pension. Dana pensiun ternyata juga jadi sumber yang besar. Dana ini pun bisa dikelola dalam usaha yang menguntungkan.
Kelima, sektor dana haji. Tabung Haji Malaysia telah buktikan. Dana yang dihimpun diinvestasikan dalam usaha yang menguntungkan. Keuntungannya dipakai
membayar ongkos haji.
Keenam, sektor CSR (Corporate Social Responbilty). Indonesia masih mengabaikan sektor ini. Jika dana ini bisa dihimpun seperti PKBL (Program
18
Kemitraan dan Bina Lingkungan) BUMN, maka manfaatnya juga besar. Sebab
dengan penyisihan dari total laba sebesar 5%, potensinya yang dihimpun amat besar.
Ketujuh, sektor zakat. Untuk sektor ini pemerintah Indonesia masih setengah hati. Jangankan zakat yang cuma 2.5% dan mesti dihimpun rupiah demi rupiah.
Meneg BUMN sendiri menolak membeli BUMN yang sudah dijual. Jika pemerintah
serius, dana zakat jadi sumber yang bisa didulang tiap tahun. Penerima zakat sudah
jelas yaitu delapan asnaf. Kedelapan, sektor sedekah atau infak. Dana ini bisa dihimpun jika program yang ditawarkan memang bisa melipatkan kebajikan,
terutama didorong motivasi agama.
Dan yang terakhir, kesembilan adalah sektor wakaf. Lembaga Al-Azhar Kairo Mesir jadi contoh betapa dana wakaf bisa membuat Al-Azhar Kairo hidup
berabad-abad lamanya. Artinya, manfaat yang bisa diberikan kepada penerima atau umat
bermanfaat besar. Jutaan pelajar dan mahasiswa yang mendapat beasiswa Al-Azhar19.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini dibagi kedalam beberapa bab yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini mencangkup : Latar Belakang masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan, Kajian
19
Pustaka, Kerangka Teori dan kerangka Konsep, sistematika
Penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Dalam bab ini mencangkup : Strategi yang digunakan Dompet
Dhuafa republika dalam menyalurkan zakat terhadap UMKM,
Lembaga Pengelola Zakat.
BAB III : PROFILE LAZ DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
Bab ini akan menguraikan tentang : Sejarah Pendirian , Tujuan
dan Fungsi, Motto, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Akte
Pendirian (Berbadan Hukum), program-program Domper Dhuafa
Republika.
BAB IV : STRATEGI PENYALURAN ZAKAT PADA LAZ DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
Dalam bab ini membahas tentang : Penghimpunan dana Ziswaf
pada LAZ Dompet Dhuafa Republika, Analisis strategi
penyaluran zakat terhadap UMKM pada LAZ Dompet Dhuafa
Republika, dan kendala yang dihadapi dalam menyalurkan zakat
terhadap UMKM.
BAB V : PENUTUP
Dalam Bab ini akan disebutkan kesimpulan dan saran yang di
15
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
STRATEGI
A. Pengertian Strategi
Istilah strategi diawali atau bersumber dari dan popular di dunia militer. Kata
strategi berasal dari kata Yunani yaitu Strategos, yang berarti jendral, militer dan
gabungan kata stratus (tentara) dan ago (pemimpin.)1
Menurut Webster’s New Dictionary, strategi adalah ilmu untuk merencanakan
dan mengarahkan oprasi-oprasi militer berskala besar, menggerakan pasukan ke
posisi yang paling menguntungkan sebelum pertempuran yang sebenarnya dengan
musuh.2 Sehingga penggunaan istilah strategi lebih dominant dalam situasi
peperangan, sebagai tugas seorang komandan dalam menghadapi musuh, yang
bertanggung jawab mengatur cara atau taktik untuk memenangkan peperangan.3
Kata strategi berasal dari yunani, yaitu stratogos atau strategis yang berarti
jendral. Strategi berarti seni para jendral.4 Dalam pembahasan kata “Strategi”sulit
untuk dibantah bahwa penggunaannya dibawah atau bersumber dari dan popular di
1
Fred R.David, Manajemen Strategi, Edisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2004), Edisi 9, h.34
2
Ibid,
3
Hadari Nawawi, Manajemen Strategi, Organisasi Non Profit Bidang Pemerintah, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003),cet 2, h. 147
4
lingkungan militer. Di lingkungan tersebut penggunannya lebih dominan dalam
situasi peperangan sebagai tugas seorang komandan dalam menghadapi musuh.5
Henry Mintzberg mendefinisikan strategi sebagai 5P, yaitu: strategi sebagai
perfektif, strategi sebagai posisi, strategi sebagai perencanaan, strategi sebagai pola
kegiatan, dan strategi sebagai “penipuan” (ploy) yaitu muslihat rahasia. Sebagai
perfektif, dimana strategi dalam membentuk misi, misi menggambarkan perspektif
kepada semua aktifitas. Sebagai posisi, dimana dicari pilihan untuk bersaing. Sebagai
perencanaan, dalam hal strategi menentukan tujuan performasi perusahaan. Sebagai
pola kegiatan, dimana dalam strategi dibentuk suatu pola, yaitu umpan balik dan
penyesuaian.
Dari berbagai pengertian dan devinisi mengenai strategi, secara umum dapat
didefinisikan bahwa strategi itu adalah suatu seni. Walaupun diadakan suatu analisis
peralatan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi strategi, tetapi proses perumusan
strategi tetap lebih banyak didominasi oleh pemikiran instuisi, perasaan, persepsi dan
pendapat individu.6
Seiring dengan perkembangan zaman dan pola pikir manusia, strategi militer
sering kali diadopsi dan diterapkan dalam lembag aprofit ataupun non profit. Banyak
terdapat kesamaan atau kemiripan antara strategi bisnis atau non bisnis dengan
strategi militer. Diantaranya profit atau non profit maupun militer berusaha untuk
menggunakan kekuatan-kekuatan mereka sendiri dalam menggempur kelemahan
lawan. Seperti yang diungkapkan Carl Von Clausewitz 1780-1831 bahwa “Strategi
5
Hadari Nawawi, Manajemen Strategik, (Gjah Mada University Press, 2003), Cet. 2, h. 147
6
terbaik selalu menjadi amat kuat, mula-mula secara umum kemudian dengan tujuan
tertentu tidak ada hukum yang lebih jelas dan lebih sederhana untuk strategi
menyatukan kekuatan”.7
Memang sangat jelas pengertian tentang strategi di atas, namun perlu
dispesifikasikan dan di rumuskan tentang pengertian strategi yang mengarah ke
bidang bisnis atau non bisnis, berikut dibawah ini berupa pengertianstrategi bisnis
atau non bisnis:
1. Strategi merupakan suatu upaya bagaimana tujuan-tujuan perencanaan dapat
dicapai dengan mempergunakan sumber-sumber yang dimiliki oleh suatu
lembaga atau perusahaan disamping diusahakan pula untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan serta tantangan-tantangan yang ada.8
2. Strategi merupakan seperangkat tujuan dan rencana tindakan yang spesifik,
yang apabila dicapai akan memberikan suatu keunggulan kompetititf yang
diharapkan.9
3. Strategi merupakan alat untuk mencapai perubahan dalam kaitannya dengan
tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber
daya.10
7
Warren J. Keegan, Manajemen Pemasaran gelobal, Terjemahan Alexander Sindoro & Tanty Syahlena tarigan, MM., (Jakarta, PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2003), Edisi 6, h 1
8
Veitzhal Rivai, MBA, dkk., Credit Management Hand Book : Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktisi Mahasiswa, Bankir&Nasabah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006) Edisi 1, h. 150
9
Strategi saja tidak cukup, dibutuhkan pengaturan atau manajemen yang
memungkinkan perusahan atau lembaga mencapain tujuannya. Manajemen
strategilah yang lebih tepat supaya strategi-strategi perusahaan atau lembaga dapat
terlaksana dengan baik.
Manajemen strategi sendiri adalah perencanaan berskala besar (disebut
perencanaan strategis) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh
(disebut VISI), yang diterapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan
yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi
secara efektif (disebut MISI), dalam usaha menghasilkan suatu (perencanaan
oprasional untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang
berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan
strategi dan berbagai sasaran tujuan oprasional organisasi).11 Pengertian yang cukup
luas ini menunjukan bahwa manajemen strategi merupakan suatu system yang
sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan
saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak (bersama-sama) kearah yang
sama pula, sebagaimana dijelaskan dalam bagan berikut ini:12
10
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membadah Kasus Bisnis, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2006), Cet 12, h.3
11
Hadari Nawawi, Op. Cit. h 149-152
12
Dari pengertian yang diuraikan dapat disimpulkan beberapa karakteristiknya
sebagai berikut :
1. Manjemen strategi diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar
dalam arti mencangkup seluruh komponen di lingkungan sebuah
organisasi yang dituangkan dalam bentuk rencana strategis (RENSTRA)
yang dijabarkan menjadi perencanaan oprasional (RENOP), yang
kemudian dijabarkan pula dalam program kerja dan proyek tahunan.
Rencana strategis berorientasi pada jangkaun masa depan, untuk
organisasi profit kurang lebih sampai 10 tahun mendatang, sedang untuk
organisasi non profit khususnya dibidang pemerintahan untuk satu
generasi, kurang lebih untuk 25-30 tahun.
2. VISI MISI, pemilihan strategi yang menghasilkan strategi induk (utama),
dan tujuan organisasi untuk jangka panjang, merupakan acuan dalam
merumuskan rencana strategi (RENSTRA), namun dalam teknik
penempatannya sebagai keputusan manajemen puncak secara tertulis
semua acuan tersebut terdapat di dalamnya.
3. RENRA dijabarkan menjadi rencana oprasional yang antara lain berisi
program-program oprasional termasuk proyek, dengan sasaran jangka
sedang masing-masing, juga sebagai keputusan manajemen puncak.
4. Penentapan RENTRA dan RENOP harus melibatkan manajemen puncak
seluruh misi organisasi, untuk mewujudkan, mempertahankan dan
mengembangkan eksistensi jangka sedang termasuk jangka panjang.
5. Pengimplementasian strategi dalam program-program termasuk
proyek-proyek untuk mencapai sasarannya masing-masing dilakukan melalui
fungsi-fungsi manajemen yang mencangkup pengorganisasian,
pelaksanaan (actuating), penganggaran dan control.13
Fungsi manajemen strategi adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengurangi ketidakpastian dan kekomplekan dalam menyusun
perencanaan sebagai fungsi manajemen dan dalam proses pekerjaan
dengan menggunakan semua sumber daya yang ada secara nyata dimiliki
melalui proses yang terintegrasi dengan fungsi manajemen lainnya dan
dapat dinilai hasilnya berdasarkan tujuan organisasi.
2. Sebagai paradigma baru di lingkungan organisasi non profit, dapat
mendorong perilaku proaktif semua pihak untu ikut serta posisi
wewenang dan tanggung jawab masing-masing.
3. Sebagai sarana dalam mengkomunikasikan gagasan, kreatifitas, prakasa,
inovasi dan informasi baru serta cara merespon perubahan dan
perkembangan lingkungan operasional pada semua pihak sesuai
wewenang dan tanggung jawabnya.14
13
Ibid.,
14
Di dalam proses manajemen strategi terdapat tahap-tahap manajemen strategi
terdiri dari tiga tahap, yaitu:
a. Perumusan Strategi
Mencangkup kegiatan mengembangkan visi dan misi organisasi,
mengindentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan
dan kelemahan internal organisasi, menetapkan tujuan jangkan panjang organisasi,
membuat strategi alternative untuk organisasi dan memilih strategi tertentu untuk
digunakan. Baik buruknya keputusan-keputusan strategi tersebut memiliki
multifungsi dan dampak yang lama untuk organisasi.
b. Pelaksanaan Strategi
Disebut tahapan tindakan dalam manajemen strategi. Melaksanakan strategi
berarti mendorong dan memobilisasi para manajer dan karyawan untuk melaksanakan
strategi-strategi yang dirumuskan. Pelaksanaan strategi sering dianggap sebagai tahap
yang paling sulit, dalam manajemen strategi menuntut disiplin, komitmen dan
pengorbanan pribadi. Ketrampilan anatar pribadi sangat penting untuk keberhasilan
pelaksanaan strategi mempengaruhi semua strategi dan lembaga atau organisasi.
Tantngan dalam tahap pelaksanaan strategi adalah mendorong para manajer dan
karyawan diseluruh lembaga atau organisasi untuk bekerja dengan rasa bangga dan
antusias guna tujuan-tujuan yang ditetapkan.
c. Evaluasi Strategi
Adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Tiga kegiatan pokok dalam
1. Mengkaji ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi perumusan
strategi yang menjadi perumusan strategi yang diterapkan sekarang ini.
2. Mengukur kinerja.
3. Melakukan tindakan-tindakan korelatif.15
Evaluasi strategi perlu dilakukan karena keberhasilan saat ini bukan
merupakan jaminan untuk keberhasilan di hari esok.
Proses manajemen strategi ditunjukan untuk membuat organisasi dapat
menyesuaikan diri secara efektif terhadap perubahan dalam jangka panjang.
Sebagaimana diterangkan oleh Waterman : “di lingkungan bisnis/non bisnis saat ini, di bandingkan dengan era sebelumnya, satu-satunya hal yang tetap adalah perubahan.
Organisasi-organisasi yang berhasil adalah organisasi yang secara sefektif mengelola
perubahan dan selalu menyesuaikan birokrasi, strategi, system produk dan budaya
mereka supaya dapat bertahan dan berkembang melalui guncangan dan
kekuatan-kekuatan yang menghancurkan persaingan.”16
B. Pengertian Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM)
Usaha Kecil dan Menengah terdiri dari empat kata yaitu usaha, Mikro, Kecil
dan Menengah atau Tengah. Dalam literature yang tedapat di kamus besar bahasa
Indonesia. Pengertian secra bahasa kata “Usaha” adalah kegiatan dengan
mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud pekerjaan
15
Fred R. david, Op. Cit., h 6-7
16
(perbuatan, prakarsa, ikhtiar, dan daya upaya ) untuk mencapai sesuatu. Dan untuk
kata “mikro” adalah kecil, tipis, sempit atau berkaitan dengan jumlah yang sedikit
atau ukuran yang kecil, sedangkan untuk “kecil” menurut kamus besar bahasa
Indonesia adalah kurang besar (keadaannya atau sebagainya) tidak besar. Serta untuk
kata “menengah” yang berasal dari kata dasar tengah, kamus besar bahasa Indonesia
mengartikan sebagai tempat (arah, titik) diantara dua tepi (batas). Untuk kata syariah
atau syariat, kamus besar bahasa Indonesia mengartikannya adalah hukum agama
yang menetapkan peraturan hidup manusia, hubungan manusia dengan Allah SWT,
hubungan manusia dengan manusia dan alam sekitar berdasarkan al-quran dan
hadist.17
Sedangkan pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM) di beberapa
Negara tidak selalu sama, tergantung kepada konsep yang digunakan oleh Negara
tersebut. Oleh karena itu pengertian usaha kecil dan menengah teryata berbeda di satu
Negara dengan negara lainnya. Misalnya di United Kingdom adalah suatu usaha bila
jumlah karyawannya antara 1-200 orang, di Jepang antara 1-300 orang, di USA
antara 1-500 orang.18 Untuk Indonesia sendiri, mendefinisikan Usaha Kecil sebagai
perusahaan yang mempunyai pekerja kurang dari 20 orang atau nilai asset Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Usaha yang terlalu kecil dengan jumlah pekerja
yang kurang dari 5 orang di katakana usaha kecil level mikro.
17
http://www.pusatbahasa.diknas.go.id diakses pada 20 november 2010
18
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa definisi usaha mikro menurut SK
mentri keuangan No.40/KMK.06/2003 adalah usaha produktif milik keluarga atau
perorangan WNI dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100.000.000,-
(seratus juta rupuah) pertahun serta mengajukan kredit kebank paling banyak
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).19 Berdasarkan UU No.9/1995 tentang usaha
kecil, yang dimaksud usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rayat yang berskala kecil
dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta
kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta
Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu
Miliar Rupiah)
3. Milik Warga Negara Indonesia.
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar
5. Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi20.
Keriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2), nilai nominalnya
dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian, yang diatur dengan
peraturan pemerintah.
Departemen keuangan memiliki kriteria khusus mengenai usaha kecil yang
termuat dalam keputusan mentri keuangan RI Nomor 316/KMK.616/1994 tentang
pedoman pembinaan Usaha Kecil dan Komprasi melalui pemanfaatan dana dari
bagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Keputusan tersebut membahas apa
yang dimaksud dengan usaha kecil dan kemudian didefinisikan sebagai perorangan
atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan usaha dengan omset pertahun
setinggi-tingginya Rp. 600.000.000,- (Enam ratus juta rupiah).21
Seiring dengan berjalannya waktu pada tahun 2008 yang lalu dengan
persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama pemerintah membuat
undang-undang baru yaitu UU No.20 Tahun 2008. Berdasarkan UU No.20 Tahun
2008 definisi dari Usaha Mikro Kecil dan Mengah (UMKM) yaitu usaha produktif
milik orang perorangan yang memenihi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini yaitu:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan banguna tempat usaha.
21
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
Agar lebih lengkap pemahaman kita terhadap UMKM maka ada baiknya
melihat beberapa definisi yang ada dari berbagai pihak yang memiliki keterlibatan
dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), definisinya sebagai berikut :22
1. UU No.9/1995 tentang Usaha Kecil, Usaha Kecil adalah asset yang
kurang dari 200 juta di luar tanah dan bangunan. Omset tahunan kurang
dari Rp. 1 Miliyar. Di miliki oleh orang Indonesia. Independent, tidak
terafiliasi dengan usaha-usaha menengah besar boleh berbadan hukum,
boleh juga tidak.
2. Badan Pusat Statistik, Usaha Miko mempunyai pekerja lima orang,
termasuk tenaga keluarga yang tidak di bayar. Sedangkan Usaha Kecil
mempunyai pekerja 5-19 orang. Dan Usaha Menengah mempunyai
pekerja 10-99 orang.
3. Bank Indonesia, Usaha Mikro (SK Dir BI No. 31/24/KEP/DIR tgl 5 Mei
1998): usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin.
Dimiliki keluarga, sumber daya lokal dan teknologi sederhana. Lapangan
usaha mudah untuk exit dan Entry. Usaha Menengah (SK Dir BI No.30/45/Dir/UK tgl 5 Januari 1997): asset 5 miliyar untuk sektor
22
industri. Asset Rp. 600 Juta diluar tanah dan bangunan untuk sector
non-industri manufacturing. Omzet tahunan Rp. 3 miliyar.
Untuk melakukan pemberdayaan yang komprehensif maka kita perlu
memahami karakteristik dan problem UMKM, sehingga dengan mengetahui
kondisinya maka dapat dilakukan diagnosa lebih baik untuk menentukan solisi
terbaik yang kemudian dapat dijabarkan dalam sebuah strategi. Adapun karakteristik
UMKM adalah sebagai berikut:23
1. Mempunyai skala yang kecil, baik modal,pengunaan tenaga kerja maupun
orientasi pasar.
2. Banyak berlokasi di pedesaan, kota-kota kecil atau daerah pinggiran kota
besar.
3. Status usaha milik pribadi atau keluarga.
4. Sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan social budaya (etnis dan
geografis) yang direkrut melalui pola pemagangan atau melalui pihak
ketiga
5. Pola kerja seringkali parttime, atau sebagai usaha sampingan dari kegiatan lainnya.
6. Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi, dan
pengelolaan usaha dan administrasinya sederhana.
23
7. Struktur permodalan sangat terbatas dan keurangan modal kerja serta
sangat bergantung terhadap sumber modal sendiri dan lingkungan pribadi.
8. Strategi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang
sering berubah secara cepat
Sektor-sektor UMKM, usaha-usaha kecil dan mikro terdapat pada seluruh
sector perekonomian yaitu (DEKOPIN,2002):24
1. Sektor perkebunan, usaha perkebunan yang termasuk usaha kecil dan mikro
disini adalah usaha perkebunan pada kebun-kebun rakyat yang terbagi
dalam lahan sempit.
2. Sector pertanian, usaha pertanian termasuk kategori usaha kecil karena
sebagian besar dari mereka mengusahakan lahan pertanian yang luasnya
kurang dari satu hektar.
3. Sector industry, usaha kecil dan mikro pada sector ini berwujud berbagai
industry kecil rumah tangga, yang menghasilkan berbagai jenis barang
kerajinan dan keperluan rumah tangga.
4. Sector perdagangan, usaha kecil dan mikro ini berwujud usaha perdagangan
yang dijalankan rakyat kecil di pasar-pasar tradisional, toko, kios, dan
warung-warung disepanja jalan dan kampung-kampung.
5. Sector kehutanan, pada sector kehutanan ini usaha kecil dan mikro berwujud
pada rupa-rupa usaha pemanfaatan hasil hutan.
24
Setelah memahami karakteristik UMKM maka langkah lebih lanjut adalah
memahami permasalah-permasalah di dalam dunia UMKM, adapun permasalahan
tersebut antara lain :25
1. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen
2. Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh
jalur akses terhadap sumber-sumber permodalan.
3. Kelemahan dalam memperoleh peluang dan memperluas pangsa pasar.
4. Keterbatasan dalam kelemahan pemanfaatan akses dan penguasaan
teknologi, khususnya teknologi terapan.
5. Masih rendahnya kualitas SDM yang meliputi aspek kompetensi,
keterampilan, etos kerja, karakter, kesadaran akan pentingnya konsisten
mutu dan standarisasi produk dan jasa, serta wawasan kewirausahaan.
6. Keterbatasan penyediaan bahan baku mulai dari jumlah yang dapat dibeli,
standarisasi kualitas yang ada, maupun panjangnya rantai distribusi bahan
baku yang berakibat pada harga bahan baku itu sendiri.
7. Sistem kemitraan yang pernah digulirkan selama ini, cenderung mengalami
distorsi di tingkat implementasi sehingga berdampak pada sub-ordinasinya
pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dibandingkan dengan mitra
usahanya ( usaha besar)
25
C. Lembaga Pengelolaan Zakat 1. Urgensi Pengelolaan Zakat
Amil zakat ialah orang atau individu yang bertugas melakukan pekerjaan yang
berkaitan dengan penghimpunan, pengelolaan, pencatatan dan pendayagunaan dana
zakat. Mereka dipilih oleh pemerintah apabila mereka bekerja pada Badan Amil
Zakat (BAZ) dan dipilih oleh pengurus Lembaga Amil Zakat (LAZ) untuk dinegara
Indonesia. Amil zakat berhak untuk menghimpun dana zakat, dan mendayagunakan
dana tersebut serta melakukan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan zakat seperti
mengajarkan masyarakat tentang hokum zakat, menerangkan tentang sifat-sifat
pemilik harta yang wajib dikeluarkan zakat dan golongan-golongan yang berhak
menerima zakat, memindahkan, menyimpan, menjaga, mengembangkan serta
memanfaatkan harta zakat sesuai mengikut ketetapan dan syarat-syarat yang telah
dibuat.
Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat yang ada pada masa kini juga
diangap memiliki hak sebagaimana ditetapkan di dalam syariat islam. Oleh karena itu
BAZ dan LAZ wajib mengikuti syarat-syarat yang di tetapkan di dalam mengambil
bagian amil zakat.
Di antara tugas-tugas yang diamanahkan kepada amil-amil zakat ada yang
berbentuk pemberian kuasa, karena ia berkaitan dengan tugas asas dan
kepemimpinan. Oleh yang demikian orang yang memegang amanah ini di syaratkan
supaya mengikuti syarat-syarat yang telah di tetapkan oleh ulama-ulama fiqih di
antaranya ialah: islam, pria, jujur (beramanah) dan mengetahui hokum-hukum zakat
Selain dari itu terdapat juga beberapa tugas lain sebagai bantuan yang boleh
diserahkan kepada orang-orang yang tidak dapat memenuhi sebagian dari
syarat-syarat yang telah di tetapkan sebagaimana di atas seperti kerja-kerja yang berkaitan
dengan pengurusan computer, keuangan dan lain sebagainya.
Amil-amil zakat berhak mendapatkan tambahan dari kerja mereka yaitu dari
golongan amil zakat yang di berikan oleh pihak pemerintah atau pengurus LAZ yang
melantik mereka dengan kadar tidak lebih dari gaji yang telah di tetapkan, walaupun
mereka bukan dari kalangan orang-orang fakir yang mengambil dari jumlah dana
yang di bayar untuk semua amil zakat, persiapan pembiayaan oprasional kantor
dengan tidak lebih dari satu perdelapan dari hasil pungutan zakat (12,5%).
Perlu di perhatikan juga, amil zakat tidak boleh di pekerjakan lebih dari
keperluan dan sebaik-baiknya gaji kesemua amil zakat yang dipekerjakan atau
sebagian dari mereka adalah diambil dari dana Anggaran Belanja dan Pendapatan
Negara (APBN) dan Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) sehingga
dana zakat boleh didayagunakan kepada golongan-golongan lain yang berhak
menerima zakat. Golongan amil zakat tidak boleh menerima apa-apa bentuk hadiah
atau hibah baik berupa dana atau uang tunai maupun dalam bentuk barang.
Pemerintah dan pengurus LAZ menyediakan sarana oprasional seperti
perlengkapan kantor, telepon, faks, computer, yang mana semua dipergunakan Amil
Zakat untuk melakukan kegiatannya, baik menghimpun, mengelola dan
mendayagunakan dana zakat.
Pihak yang sudah memilih dan sudah menetapkan seseorang sebagai Amil
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Amil Zakat hendaklah seseorang yang
jujur (amanah) dan dia adalah orang yang bertanggung jawab untuk menggantikan
segala kerusakan, kehilangan dana zakat yang disebabkan oleh kecerobihan dan
kelalaian.
Amil-amil zakat sepatutnya menjaga dirinya dengan mengikuti adab-adab
islam secara umum seperti sopan santun, lemah lembut terhadap orang-orang yang
mengeluarkan zakat, senantiasa berdoa kepada mereka dan juga kepada
golongan-golongan yang berhak menerima zakat, mengajar tentang hulum-hukum zakat dan
menjelaskan kepentingannya didalam masyarakat islam untuk mencapai perpaduan
masyarakat dan mendayagunakan zakat secepat mungkin kepada golongan-golongan
yang berhak menerima zakat.
Di Indonesia profesi amil zakat masih belum menjadi sebuah profesi yang di
pilih oleh masyarakat Indonesia. Padahal semua aturan untuk menjadi seorang amil
zakat sudah jelas dan tegas digambarkan. Sebagaimana halnya zakat harta dan profesi
yang belum tersosialisasikan dengan baik, peran dan profesi Amil Zakat juga
demikian.
Allah telah berfirman dalam surat At-Taubah: 60 yang berbunyi :
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (Qs. At-Taubah: 60).
Dalam surat At-Taubah:60 tersebut dikemukakan bahwa salah satu golongan
yang berhak menerima zakat (mustahik zakat) adalah orang-orang yang bertugas
mengurus zakat (amili ‘alaiha). Sedangkan dalam At-Taubah:103 dijelaskan bahwa zakat itu di ambil (dijemput) dari orang-orang yang berkewajiban untuk berzakat
(muzakky) untuk kemudian diberikan kepada mereka yang berhak menerima (mustahik). Imam Qutbi ketika menafsirkan ayat tersebut (At-Taubah:60) menyatakan bahwa ‘amil itu adalah orang-orang yang ditugaskan (di utus oleh imam atau
pemerintah) untuk mengambil, menuliskan, menghitung dan mencatat zakat yang
diambilnya dari para muzakky untuk kemudian diberikan kepada yang berhak
menerimanya.
Diambilnya zakat dari muzakki melalui amil zakat untuk kemudian disalurkan
kepada mustahik, menunjukan kewajiban zakat itu bukanlah semata-mata bersifat
amal kariatif (kedermawanan), tetapi juga ia suatu kewajban yang juga bersifat
otoritatif (ijabari)26. Pengelolaan zakat lembaga pengelola zakat, apalagi yang memiliki kekuatan hokum formak, akan memiliki beberapa keuntungan27 antara lain :
26
Abdul Qodir. Zakat Dalam Dimensi Madhah dan Sisial, Raja Grafindo Persada. Jakarta, 1998. h. 85
27
Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat.
Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki.
Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu saat.
Keempat, untuk memperlihatkan syiar islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintah islami.
Dalam Bab II pasal 5 Undang-undang tahun 1999 tentang pengelolaan zakat
dikemukakan bahwa pengelolaan zakat bertujuan untuk : a. Untuk meningkatkan
pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai sesuai dengan tuntunan
agama. b. meningkatkan fungsi dan peranan piñata keagamaan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan social. c. meningkatkan hasil
guna dan daya guna zakat.
Persyaratan lembaga pengelolaan zakat, Yusuf Al-Qardhowi dalam bukunya,
fiqih zakat28, menyatakan bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil zakat atau
pengelola zakat, harus memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut: pertama,
beragama islam. Kedua, mukallaf yaitu orang dewasa yang akal sehat akal pikirannya yang siap menerima tanggung jawab mengurus urusan ummat. Ketiga, memiliki sifat amanah dan jujur. Keempat, mengerti dan memahami hokum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan
zakat kepada masyarakat. Kelima, memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas
28
dengan sebaik-baiknya. Keenam, hemat penulis adalah kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugasnya. Amil yang baik adalah amil yang full-time dalam
melaksanakan tugasnya, tidak asal-asalan dan tidak pula sambilan.
2. Organisasi Lembaga Pengelolaan Zakat
Sebagai organisasi nirlaba milik masyarakat Indonesia, organisasi pengelolaan
zakat juga memiliki karakteristik seperti organisasi nirlaba lainnya, yaitu: a. sumber
daya (baik dana maupun barang) berasal dari para donator yang mempercayakan
kepada lembaga. b. menghasilkan berbagai pengelolaan jasa dalam bentuk pelayanan
kepada masyarakat. c. kepemilikan organisasi pengelola zakat tidak seperti lazimnya
pada organisasi bisnis.
Organisasi pengelola zakat mempunyai karakteristik yang membedakannya
dengan organisasi nirlaba lainnya29, yaitu: 1. Terkait dengan aturan-aturan dan
prinsip-prinsip syariah islam. 2. Sumber dana utama adalah zakat, infaq, shadaqoh,
dan wakaf. 3. Memiliki Dewan Pengawas dalam struktur organisasinya.
A. Susunan Organisasi Badan amil Zakat
1. Badan amil zakat.
2. Dewan pertimbangan
3. Komisi pengawas.
4. Badan pelaksana.
29
5. Angota pengurus Badan Amil Zakat terdiri atas unsur masyarakat dan
unsure pemerintah.
B. Fungsi dan Tugas Pokok Pengurus Badan Amil Zakat (BAZ)
1. Dewan Pertimbangan
a. Fungsi yaitu memberikan pertimbangan, fatwa, sara dan rekomendasi
kepada badan pelaksana dan komisi pengawas dalam pemgelolaan
badan amil zakat, meliputi aspek syariah dan aspek manajerial.
b. Tugas pokok adalah 1. Memberikan garis-garig kebijakan umum
Badan Amil Zakat. 2. Mengesahkan rencana kerja dari Badan
Pelaksanaan dan komisi pengawas. 3. Mengeluarkan fatwa syariah
baik diminta maupun tidak berkaitan dengan hokum zakat wajib
diikuti oleh pengurus Badan Amil Zakat. 4. Memberikan
pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada Badan Pelaksana dan
komisi pengawas baik diminta maupun tidak. 5. Memberikan
persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja Badan Pelaksana dan
Komisi Pengawas. 6. Menunjuk akuntan public.
2. Komisi Pengawas
a. Fungsi yaitu sebagai pengawas internal lembaga atas oprasional
kegiatan dilaksanakan badan pelaksana.
b. Tugas pokok adalah: pertama, mengawasi pelaksanaan kerja yang telah disahkan. Kedua, mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan
oprasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana, yang
mencangkup pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan.
Keempat, melakukan pemeriksaan oprasional dan pemeriksaan
syariah.
3. Badan Pelaksana
a. Fungsinya adalah sebagai pengelola zakat.
b. Tugas pokok meliputi: 1. Membuat rencana kerja. 2. Melaksanakan
oprasional pengelolaan zakat sesuai dengan rencana kerja yang telah
ditetapkan . 3. Menyusun laporan tahunan. 4. Menyampaikan laporan
pertanggung jawaban kepada pemerintah. 5. Bertindak dan
bertanggung jawab untuk dan atas Badan Amil Zakat ke dalam
38
PROFIL LEMBAGA AMIL ZAKAT
DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
A. Sejarah Singkat Lembaga Amil Zakat Dompet dhuafa Republika
LAZ Dompet Dhuafa Republika adalah lembaga nirlaba milik masyarakat
indonesia yang berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa
dengan dana ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, serta dana lainnya yang halal
dan legal, dari perorangan, kelompok, perusahaan/lembaga)1. Kelahirannya berawal
dari empati kolektif komunitas jurnalis yang banyak berinteraksi dengan masyarakat
miskin, sekaligus kerap jumpa dengan kaum kaya. Digagaslah manajemen galang
kebersamaan dengan siapapun yang peduli kepada nasif dhuafa. Empat orang
wartawan yaitu Parni Hadi, Haidar bagir, S. Sinansari Ecip, dan Eri Sudewo berpadu
sebagai Dewan Pendiri lembaga independen Dompet Dhuafa Republika.2
Sejak kelahiran Harian Umum Republika awal 1993, wartawannya aktif
mengumpulkan zakat 2,5% dari penghasilan. Dana tersebut disalurkan langsung
kepada dhuafa yang kerap dijumpai dalam tugas. Dengan manajemen dana yang
dilakukan pada waktu sia-sia, tentu saja penghimpunan maupun pendayagunaan dana
tidak dapat maksimal.
1
Company profile LAZ Dompet Dhuafa Republika, h.1
2
Dalam sebuah kegiatan di Gunung Kidul Yogyakarta, para wartawan
menyaksikan aktivitas pemberdayaan kaum miskin yang didanai mahasiswa. Dengan
menyisihkan uang saku, mahasiswa membantu masyarakat miskin. Aktivitas sosial
yang telah dilakukan sambilan di lingkungan Republika pun terdorong untuk
dikembangkan.
Apalagi kala itu, masyarakat luas telah terlibat menyalurkan ZISnya melalui
DD. Sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, Dompet Dhuafa Republika
tercatat di Departemen Sosial RI sebagai organisasi yang berbentuk Yayasan.
Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris H. Abu Yusuf, SH tanggal 14
September 1994, diumumkan dalam Berita Negara RI No.
163/A.YAY.HKM/1996/PNJAKSEL.3
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
zakat, DD merupakan institusi pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat.
Tanggal 8 Oktober 2001, Menteri Agama Republik Indonesia mengeluarkan Surat
Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang pengukuhan Dompet Dhuafa Republika
sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat nasional. Lembaga amil zakat merupakan salah
satu unit bisnis nirlaba yang didirikan dengan mempunyai Visi dan Misi yang hendak
di capai.
3
B. Visi dan Misi LAZ Dompet Dhuafa Republika
Visi dari didirikannya LAZ Dompet Dhuafa Republika adalah Bertekad
menumbuhkembangkan jiwa dan kemandirian masyarakat yang bertumpu pada
sumber daya lokal melalui sistem yang berkeadilan.
Sedangkan misi yang hendak dicapai oleh LAZ Dompet Dhuafa Republika
yaitu :4
1. Membangun diri menjadi lembaga yang berfungsi sebagai lokomotif
gerakan pemberdayaan masyarakat.
2. Menumbuhkembangkan jaringan lembaga pemberdayaan masyarakat.
3. Menumbuhkembangkan dan mendayagunakan aset masyarakat yang
berbasis kekuatan sendiri.
4. Mengadvokasi paradigma ekonomi berkeadilan
Selain Visi dan Misi, LAZ Dompet Dhuafa Republika juga memiliki beberapa
tujuan dalam pendiriannya, yaitu :5
1. Meningkatnya efektivitas kinerja lembaga.
2. Meningkatnya otonomi jaringan lembaga melalui devolusi (desentralisasi
dan pelimpahan wewenang).
3. Meluasnya pemahaman, penerimaan dan pelaksanaan ekonomi
berkeadilan.
4
Wawancara Pribadi dengan Asep Beny.
5
4. Meningkatnya pendayagunaan aset masyarakat melalui pengelolaan
ziswaf dan derma.
5. Tercapainya kemandirian komunitas sasaran.
Visi Misi serta tujuan pendirian lembaga di atas, merupakan arahan yang akan
dijalankan oleh setiap individu di dalam organisasi tersebut sesuai dengan perannya
masing-masing.peranan-peranan itu tertuang di dalam struktur organisasi yang
menimbulkan konsekuensi terhadap hak dan kewajiban individu-individu di LAZ
Dompet Dhuafa Republika.
C. Struktur Organisasi
Organisasi merupakan sebuah perkumpulan yang terdiri dari beberapa bagian.
Setiap bagian tersebut memiliki tugas dan kewajiban masing-masing. Struktur kepala
organisasi LAZ Dompet Dhuafa Republika dapat terlihat sebagai berikut :
Broard of Trustee (Wali Amanat) : Parni Hadi
Eri Sudewo
Haidar Bagir
S. Sinansari Encip
Houtman Z. Arifin
Board of Supervisory(Dewan Pengawas) : Kh. Didin Hafidhuddin
Rahmad Riyadi
Board of Sharia (Dewan Syariah) : Prof. Dr. Muhammad Amin Suma
Bobby Herwibowo, LC.
Izzanudin Abdul Manaf, LC.
President Director (President Direktur) : Ismail A. Said
Executive Director (Direktur Eksekutif) : Ahmad Juwaini
Internal Audit (Internal Audit) : Tri Estriani
Comunication & Remo Director
(Komunikasi & Direktur Remo) : Yuli Pujihardi
Program Director (Program Direktur) : M. Arifin Purwakananta
Business Director (Bisnis Direktur) : Kusnandar
Finance Director (Direktur Keuangan) :6 Rini Suprihartanti
Pada dasarnya struktur organisasi LAZ Dompet Dhuafa Republika di atas,
sama dengan struktur organisasi perusahaan-perusahaan pada umumnya. Akan tetapi
tugas dan kewajiban yang diembannya memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut
sesuai dengan tujuan pedirian lembaga ini yang berkhidmat untuk mengangkat harkat
social kemanusiaan kaum dhuafa, bukan sekedar mencari keuntungan semata, yang
tercermin dari kegiatan usaha yang dilakukan lembaga tersebut.
D. Program-program LAZ Dompet Dhuafa Republika
LAZ Dompet Dhuafa Republika merupakan salah satu lembaga amil zakat
yang berusaha memberikan pelayanan secara profesionalisme yang berkaitan dengan
6
pengumpulan, penyimpanan, penjagaan, pencatatan, dan penyaluran atau istribusi
harta zakat.
Setelah beroprasi lebih dari 11 tahun dan yayasan telah mampu
mempekerjakan sekitar 40 staff tetap termasuk penggalang dana, pendapatan LAZ
Dompet Dhuafa Republika terus meningkat, lokasi proyek LAZ Dompet Dhuafa
Republika pun tidak lagi terbatas di pulau jawa saja akan tetapi meluas keseluruh
wilayah Indonesia.7 Sehingga kegiatannya pun bergeser dari sebatas program sosial
menjadi pengembangan sumber daya manusia dan ekonomi.
1. Program Ekonomi Pembiayaan Mikro Syariah
a. BMT Center
Kerinduan terhadap lahirnya lembaga keuangan yang berpihak kepada kaum
lemah merupakan cita-cita awal DD. Sejak munculnya BMT (Baitul Maal Wa
Tamwil) di Jakarta dan Semarang (BMT Insan Kamil dan Binama), terasa perlu
adanya lembaga yang menggalang tumbuhnya lembaga keuangan serupa dalam satu
sinergi. Tahun 1994-1995 serangkaian diklat dan pertemuan yang berintikan
pemasyarakatan ekonomi syariah mulai disokong DD. Pada 1994 itu DD telah
didaulat oleh puluhan lembaga BMT di segenap wilayah untuk membangun sebuah
lembaga “holding” BMT guna menopang sinergi dan permodalan itu.
Belasan tahun kemudian, DD telah berhasil mensponsori lebih kurang
pendirian 60 LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah-termasuk BMT) dan
7
tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera. Sebagai kelanjutan dari langkah ini tahun 2006
DD memfasilitasi silaturahmi 200 pengelola BMT se-Jawa dan Sumatera sekaligus
menandai berdirinya Perhimpunan BMT Indonesia yang kemudian dikenal dengan
nama BMT Center. Sampai tahun 2008, geliat dari koordinasi ini terus berlangsung di
bawah jejaring DD yang kini beranggotakan lebih dari 269.543 orang dengan aset
yang dikelola mencapai Rp. 266 miliar dengan pengelolaan dana ke tiga sebesar Rp.
233 miliar.
Bahwa sinergi BMT Center aneka program telah digulirkan dan meliputi
advokasi, konsultasi, jasa audit syariah, training, pooling fund, dan penempatan dana.
Aliansi ini berlanjut dengan menangani sindikasi pembiayaan, aktivitas kliring, dan
penjaminan dana. Dalam unit bisnisnya kini juga telah ditumbuhkan lembaga
pembiayaan ventura yang diperkenalkan sebagai BMT Ventura. Semua lini keuangan
mikro berbasis syariah ini semakin penting guna membantu berbagai pembiayaan
kalangan lemah yang biasanya menjadi pihak terlemah dari arus besar ekonomi
ribawi yang masih terlalu tangguh untuk dilawan secara sendiri-sendiri oleh pelaku
keuangan berbasis syariah.
b. Baitul Maal Desa (BMD)
Program ini bertujuan untuk memudahkan bagi masyarakat khususnya di
pedesaan dalam rangka meningkatkan kemandirian dalam kehidupan ekonomi.
Program Baitul Maal Desa (BMD) ini sebenarnya adalah perluasan dari konsep BMT
(Baitul Maal wat Tamwil) yang sudah lebih dahulu berkembang. Program BMD
Banyak desa-desa di Indonesia yang memiliki potensi ekonomi yang besar
seperti pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, kelautan, industri kerajinan, dan
sebagainya. Potensi ini kadangkala tidak berkembang disebabkan kurangnya
perhatian dan pengetahuan dari para pelakunya yang banyak berasal dari kalangan
rakyat kecil. Dengan Program BMD ini, diharapkan, potensi bisa lebih maju,
berkembang dan menghidupi ekonomi daerah setempat. Program BMD telah
diujicobakan di wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dompet Dhuafa melalui BMD mendata potensi ekonomi setempat, kemudian
memfasilitasi produksinya, hingga membantu dalam bidang pemasaran produk
tersebut. Baitul Maa Desa (BMD) diawasi langsung oleh Direktorat Program Dompet
Dhuafa Republika guna menjamin akuntabilitas dan ketepatan sasaran. Dana yang
diberikan kepada masyarakat sifatnya bergulir (revolving fund). Dana awal terus
berputar dari satu mustahik ke mustahik lain, berbeda dengan dana pinjaman dari
institusi perbankan yang mesti dikembalikan. Dana bergulir ini dimaksudkan untuk
merangsang minat dan kreativitas usaha masyarakat, tanpa harus takut dengan
pengambalian. Setelah satu Mustahik berhasil, dana ini akan berpindah ke Mustahik
lainnya dan seterusnya.
c. Pemberdayaan Peternak
Kampoeng Ternak, sesuai namanya merupakan lembaga mandiri di bawah
DD yang semula dipantik oleh animo dan keberhasilan program Tebar Hewan
Kurban. Dari tahun ke tahun, sambutan masyarakat akan keberhasilan program yang
sekaligus menginspirasi lahirnya pola pemberdayaan berbasis peternakan yang dapat
menyejahterakan warga pedesaan.
Program Pokok dari Kampoeng Ternak utamanya adalah melakukan
pengembangan riset peternakan untuk melahirkan hewan ternak sehat, dan yang
kedua adalah pemberdayaan peternak dhuafa. Program riset dan pengembangan
Kampoeng Ternak meliputi pembibitan (breeding), pakan, teknologi, manajemen, dan
veteriner. Sedangkan program pemberdayaan peternak dibangun dengan menginisiasi
kelompok peternak di daerah binaan DD. Kelompok peternak ini disebut mitra DD
yang akan menjadi bagian dari proses penyiapan ternak dalam lini pengadaan ternak
saat Tebar Hewan Kurban setiap tahun.
Selama tahun 2008, Kampoeng Ternak didukung pendanaan oleh DD sebesar
Rp. 600 juta lebih. Telah memberdayakan lebih dari 1247 KK dan melibatkan 6.640
jiwa. Kampoeng Ternak kini melakukan aktivitas penyediaan ternak sehat yang
mampu memproduksi hewan untuk memasok THK sekitar 1000 ekor domba dan
sapi. Sedangkan untuk kemitraan dengan peternak dhuafa, DD menyiapkan tim yang
mendampingi peternak di dusun-dusun mitra di seluruh pelosok tanah air untuk
menyiapkan hewan yang akan dipotong di daerah peternak dan sekitarnya pada saat
Tebar Hewan Kurban yang fenomenal itu.
d. Pemberdayaan Petani
Lembaga Pertanian Sehat (LPS) Dompet Dhuafa berdiri pada bulan Juni 1999
yang semula bernama Laboratorium Pengendalian Biologi DD Republika yang
berfungsi untuk meneliti dan mengembangkan sarana pertanian tepat guna untuk