BAB III
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.1. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH
Dalam rangka memahami arah kebijakan ekonomi daerah yang menjadi acuan dalam perumusan rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2016 maka pada bagian ini diuraikan gambaran tentang realisasi ekonomi makro tahun 2014, perkiraan pada tahun 2016, dan target yang akan dicapai pada tahun 2016 dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi makro nasional serta kebijakan pemerintah pusat dalam bidang perekonomian. Prospek perekonomian Minahasa Selatan tahun 2016 akan dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian nasional yang tidak terlepas dari keadaan perekonomian dunia. Perkembangan ekonomi global berpengaruh cukup berarti terhadap perekonomian Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, setelah mengalami krisis yang cukup berat, perekonomian Amerika Serikat (AS) pada pertengahan tahun 2014 mulai membaik. Namun demikian perekonomian beberapa Negara maju lainnya belum menunjukkan perbaikan secara memadai. Pemulihan Kawasan Eropa masih lambat, pertumbuhan ekonomi Tiongkok terus menurun, dan ekonomi Jepang masih mengalami resesi. Dalam periode yang sama penurunan permintaan dunia diikuti oleh penurunan harga komoditas internasional, termasuk harga minyak dunia yang turun dengan tajam. Perekonomian Indonesia juga dihadapkan pada makin sulitnya likuiditas dunia sejalan dengan kebijakan pengurangan/penghentian pembelian obligasi (tapering off) yang dilakukan oleh Bank Sentral AS. Dengan perkembangan ini, pada tahun 2014 perekonomian global hanya tumbuh 3,4 persen, namun dengan didorong oleh makin baiknya perekonomian AS, negara maju lainnya, dan emerging market, maka tahun 2015 pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan terus membaik, dan tumbuh sebesar 3,5 persen.
tahun 2014 lebih rendah dibandingkan tahun 2013 yang besarnya 5,8 persen. Dari sisi eksternal perlambatan tersebut disebabkan oleh turunnya permintaan dunia, turunnya harga komoditas internasional, dan kebijakan pemerintah terkait dengan pembatasan ekspor mineral mentah. Dari sisi permintaan domestik, perlambatan tersebut disebabkan oleh investasi yang masih tumbuh rendah yang diantaranya disebabkan oleh turunnya harga komoditas global, dan juga adanya penghematan anggaran pengeluaran pemerintah. Namun demikian, meskipun melambat, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup tinggi disbanding beberapa negara lainnya, yang terutama didukung oleh pertumbuhan konsumsi masyarakat yang cukup tinggi.
Di tingkat nasional, jika dilihat dari sisi stabilitas, inflasi pada tahun 2014 mendapat tekanan yang tinggi dari barang yang harganya ditetapkan oleh Pemerintah (administered prices) dan bahan pangan yang harganya bergejolak (volatile food). Inflasi tahun 2014 tercatat sebesar 8,36 persen (yoy), berada di atas sasaran inflasi yang telah ditetapkan sebesar 4,5±1 persen. Namun demikian, inflasi tersebut masih sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi tahun 2013 yang besarnya 8,38 persen. Kenaikan inflasi terutama disebabkan oleh adanya pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi dan dampak gejolak harga pangan domestik pada akhir tahun 2014.
Penurunan inflasi ini merupakan dampak dari penurunan harga minyak dunia yang berimbas pada penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 2 (dua) kali di bulan Januari 2015. Penurunan harga BBM telah mendorong penurunan hargaharga khususnya transportasi dan bahan makanan. Hal ini berimbas pada terjadinya deflasi di bulan Januari dan Februari 2015 masingmasing sebesar 0,24 persen dan 0,36 persen. Namun demikian, pada bulan Maret 2015 kembali terjadi dua kali kenaikan harga BBM yang berimbas pada tingkat inflasi menjadi 0,17 persen (mtm), hal ini masih berada pada batasan tingkat inflasi yang terkendali.
Pada tahun 2016 diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Minahasa Selatan akan positif atau sesuai dengan target yang ditetapkan, apabila bebrapa asumsi makro dapat terjaga.
Kebijakan keuangan daerah tahun 2016 memberi gambaran tentang realisasi pendapatan dan belanja tahun 2013, 2014 serta tahun 2015 juga target tahun 2016 yang meliputi pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah serta upayaupaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mencapai target yang telah ditetapkan terutama pendapatan asli daerah.
3.1.1. KONDISI EKONOMI DAERAH TAHUN 2014 DAN PERKIRAAN TAHUN 2015
A. PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2014
Ekonomi Minahasa Selatan tahun 2014 yang tumbuh 6,75 persen, memiliki pertumbuhan agak melambat dibandingkan tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,37 persen. Nilai PDRB Sulut tahun 2013 secara riil (atas dasar harga konstan 2000) tercatat senilai Rp. 1,60 triliun, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang senilai Rp. 1,50 triliun. Atas dasar harga berlaku, nilai PDRB tahun 2012 tercatat senilai Rp. 3,32 triliun, meningkat dibandingkan tahun 2011 yang senilai Rp. 3,01 triliun.
Secara sektoral perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2014 disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan dua sektor ekonomi utama Sulut yaitu sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran.
B. STRUKTUR PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
Perekonomian Minahasa Selatan tahun 2014 tumbuh sebesar 6,31 persen. Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha. Penyediaan Akomodasi dan makan minum merupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,86 persen, diikuti oleh Pengadaan listrik, Gas dan Produksi Es sebesar 10,47 persen dan Transportasi dan pergudangan sebesar 10,40 dan persen sepeda motor 12,29 persen dan konstruksi 11,46 persen. Masih didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu: Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 22,08 persen, Perdagangan Besar dan Eceran, reparasi mobil 12,29 persen dan konstruksi 11,46 persen.
C. KEMISKINAN
Tingkat Kemisikinan Kabupaten Minahasa Selatan pada September 2014 ini secara year to year (September 2013 ke September 2014) mengalami penurunan, demikian juga jika dibandingkan dengan Maret 2014 tingkat kemiskinan Kabupaten Minahasa Selatan juga mengalami penurunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2014 diketahui bahwa tingkat kemiskinan Minahasa Selatan pada September 2014 sebesar 8,26 persen atau sebanyak 197,56 ribu jiwa. Sementara data September 2013 menunjukkan tingkat kemskinan Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 8,75 persen atau atau 208.23 ribu jiwa. Dengan kata lain jika dibandingkan dengan September 2013 persentase penduduk miskin berkurang 0,24 persentase penduduk miskin berkurang 0,49 persen atau secara absolute telah terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sekitar 10,7 ribu jiwa.
Penduduk miskin di Minahasa Selatan masih didominasi penduduk di daerah perdesaan. Dari 197.56 ribu jiwa penduduk miskin 2014 pada September 2014 sebanyak 137,48 ribu jiwa tinggal di daerah perdesaan. Dan diperkotaan hanya juga 60,08 ribu jiwa. Jumlah itu juga member arti bahwa diperkotaan tingkat kemiskinan sebesar 5,57 persen sedangkan di perdesaan 10,47 persen.
Tingkat kemiskinan Kabupaten Minahasa Selatan pada periode MaretSeptember 2014, terjadi kenaikan di daerah urban (perkotaan) sebesar 0,06 persen atau secara absolute jumlah penduduk miskin naik sebanyak 0,9 ribu jiwa, sedangkan didaerah rural (perdesaan) mengalami penurunan sebesar 0,94 persen atau secara absolute jumlah penduduk miskin turun sebanyak 11,6 ribu jiwa.
kenaikan angka kemiskinan di Kabupaten Minahasa Selatan tetapi dengan angka kenaikan yang realatif kecil.
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Semakin tinggi garis kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin jika tidak terjadi peningkatan pendapatan.
Garis kemiskinan naik sebesar 5.412 atau 2,07 persen yaitu dari 261.117 perkapita perbulan pada maret 2014 menjadi 266.528 perkapita perbulan pada September 2014.
Penduduk miskin dapat dibedakan menjadi dua yaitu miskin kronis chronic poor) dan miskin sementara (transient poor). Miskin kronis adalah penduduk miskin yang berpenghasilan jauh dibawah garis kemiskinan dan biasa tidak memilik akses yang cukup terhadap sumber daya ekonomi, sedangkan miskin sementara adalah penduduk miskin yang berada dekat garis kemiskinan. Jika terjadi sedikit saja perbaikan dalam ekonomi, kondisi penduduk yang termasuk kategori miskin sementara ini bisa meningkat dan statusnya berubah menjadi penduduk tidak miskin.
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis Kemiskinan, Karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Semakin tinggi garis kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin jika tidak terjadi peningkatan pendapatan.
Struktur ketenagakerjaan Minahasa Selatan pada Agustus 2014 menunjukkan adanya kenaikan jumlah angkatan kerja, jumlah penduduk bekerja, dan tingkat penganggura. Jumlah angkatan kerja disbanding Agustus 2013 bertambah sebanyak 25 ribu orang. Hal serupa terjadi pada penduduk yang bekerja, pada Agustus 2014 jika dibandingkan keadaan Agustus 2013 mengalami kenaikan yaitu sebanyak 9,7 ribu orang jika disbanding keadaan Agustus 2013.
Dalam setahun terakhir, besaran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tidak mengalami perubahan yang berarti.
Secara relatife angka pengangguran Minahasa Selatan menunjukkan kenaikan dari 6,79 persen pada Agustus 2013 menjadi 7,54 persen pada bulan Agustus 2014. Angka pengangguran Minahasa Selatan tersebut berada diatas angka penggangguran nasional. Pada Agustus 2014 Tingkat Pengangguran Terbuka nasional sebesar 5,94 persen. Jumlah pengangguran keadaan bulan Agustus 2014 sebesar 80,0 ribu orang, mengalami kenaikan sebanyak 9,7 ribu orang dari bulan Agustus 2013 namun bila dibandingkan dengan keadaan Februari 2014 turun sebanyak 4,2 ribu orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Kabupaten Minahasa Selatan selama tiga tahun terakhir terus mengalami fluktuasi, yaitu 7,91 persen (Agustus 2012), turun menjadi 6,79 persen (Agustus 2013) dan naik menjadi 7,54 persen.
Dilihat perbandingan desa kota, tingkat pengangguran lebih tinggi terjadi diwilayah perkotaan. Sebanyak 10,11 persen angkatan kerja diperkotaan berstatus sebagai penganggur terbuka (pencari kerja), setara dengan 49,1 ribu orang. Sedangkan diperdesaan (rural area) tingkat pengangguran 5,37 persen atau 30,9 ribu orang. Dibandingkan Agustus 2013 jumlah pengangguran di daerah perkotaan dan perdesaan terjadi peningkatan.
Perkembangan harga berbagai komoditi pada bulan Desember 2014 secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Kabupaten Minahasa Selatan mengalami inflasi sebesar 3,83 persen atau terjadi kenaikan indeks Harga Konsumen (IHK) dari 114,23 di bulan November 2014 menjadi 118,61 di bulan Desember 9,67 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks pada semua kelompok komoditas yaitu meliputi kelompok bahan makanan sebesar 9,31 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,70 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 1,42 persen; kelompok sandang sebesar 1,16 persen, kelompok kesehatan 0,38 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,71 persen; kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 7,22 persen.
Komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain cabai rawit, tomat sayur, angkutan dalam kota, bensin, semen, tariff listrik, cabai merah, bawang merah, beras, emas perhiasaan, mie, paket liburan, angkutan antar kota, tariff parker, nasi dengan lauk, seng, telur ayam ras, bahan pelumas/oil, apel, pasta gigi, ekor kuning, angkutan udara, bawang putih, kendaraan carter/rental, soto, mujair, kembang, coklat batang, blus, kakap putih, papaya, buncis dan lainlain.
Tingkat inflasi tahun kalender (Desember) 2014 adalah sama dengan tingkat inflasi tahun ke tahun (Desember 2014 terhadap Desember 2013) masingmasing sebesar 9,67 persen. Sedangkan tingkat inflasi Desember 2014 terhadap November 2014 sebesar 3,83 persen.
3.1.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016
A. Pertumbuhan Ekonomi 2016
Posisi strategis yang dimiliki oleh Kabupaten Minahasa Selatan menjadi salah satu modal utama pendorong pertumbuhan ekonomi dengan menstimulus faktorfaktor yang dapat memperbesar Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Namun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Minahasa Selatan tetap meningkat, dampaknya tampak pada tahun 2010 terjadi penurunan dari 7,85% tahun 2009 menjadi 7,12% tahun 2010. Secara nasional terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2011 yang dampaknya juga dirasakan oleh daerah. Penurunan pertumbuhan ekonomi terjadi di Kabupaten Minahasa Selatan setelah mencapai pertumbuhan tertinggi 8% pada tahun 2012 dengan Nasional.
Tabel 3.1
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 20112013 dan Prediksi Tahun 20142016
INDIKATOR TAHUN
2011 2012 2013 2014* 2015* 2016*
Pertumbuhan
Ekonomi (%) 6,05 6,37 6,64 6,75 6,82 6,94
Sumber : BPS Kab. Minsel Ket : * = prediksi
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Minahasa Selatan, tahun 2011 mencapai 6,05%, sedangkan tahun 2012 telah mencapai 6,37% untuk tahun 2013 mencapai 6,64% dan prediksi tahun 2014 terus meningkat mencapai 6,75% di tahun 2015, pertumbuhan ekonomi diprediksi mencapai 6,82% dan di tahun 2016, pertumbuhan ekonomi diprediksi mencapai 6,94%.
B. Pengangguran
Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah utama makro ekonomi yang menjadi penghambat pembangunan daerah. Masalah ini dapat menimbulkan masalahmasalah sosial lainnya di dalam masyarakat. Jika tingkat pengangguran relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicitacitakan. Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian
Pengangguran selain disebabkan oleh daya serap pasar kerja yang sangat terbatas, juga ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja dengan tingkat keahlian yang dibutuhkan dan kualitas tenaga kerja yang mencari pekerjaan.
keahlian dan ketrampilan pencari kerja menjadi sangat penting terutama mempersiapkan Indonesia menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pasar tunggal untuk tenaga kerja profesional menjadi salah satu tujuan utama MEA. Ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah untuk ikut mengambil bagian mempersiapkan tenaga kerja yang tidak hanya siap pakai tapi memiliki ketrampilan dan keahlian.
Tingkat pengangguran erat kaitannya dengan ketimpangan, sehingga kondisi spasial suatu daerah mempengaruhi prilaku pencari kerja baik yang ada di Kota maupun di Desa. Seperti umumnya di Indonesia, daerah perkotaan (urban) di Kabupaten Minahasa Selatan memiliki daya tarik yang menjadi magnet bagi pencari kerja. Hal ini menyebabkan disparitas angka pengangguran yang tinggi antara kotadesa yakni 10,38 persen di kota dan 5,50 persen di desa. Perdesaan jauh lebih kecil karena para pencari kerja yang masih muda mencari pekerjaan ke perkotaan dan menyisakan pencari kerja buruh pertanian yang umumnya lebih tua di perdesaan.
Tabel 3.2
Tingkat Pengangguran Tahun 20112013 dan Prediksi Tahun 20142016
INDIKATOR TAHUN
2011 2012 2013 2014* 2015* 2016*
Tingkat Penganguran 5.716 6.790 6.032 5.322 4.612 3.902
% Tingkat Penganguran 6,13 7,54 6,69 5,90 5,11 4,32
Sumber : BPS Kab. Minsel Ket : * = prediksi
Penurunan angka pengangguran tahun menunjukkan komitmen Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan dalam mengurangi pengangguran telah memperlihatkan hasil yang signifikan. Keberhasilan ini didukung dengan adanya program revitalisasi pertanian serta berbagai program investasi lainnya. Diperkirakan jumlah pengangguran akan terus mengalami penurunan pada tahun berikutnya akibat dari peningkatan pembangunan ekonomi di Kabupaten Minahasa Selatan.
C. Kemiskinan
Salah satu isu MDGs (Millenium Development Goals) adalah pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim (Eradicate extreme poverty and hunger). Tujuan yang diharapkan pada tahun 2015 adalah setengah proporsi penduduk memiliki pendapatan US $ 1 per hari. Ini menjadi perhatian pemerintah untuk bisa mencapai target yang diinginkan dengan prioritas pembangunan yang ditetapkan. Persentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten Minahasa Selatan mengalami peningkatan pada tahun 2013 (8,50%). Sehingga target MDGs yang sudah tercapai pada tahun 2012 (7,64%) menjadi perhatian penting di tahun 2015.
Pola perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Minahasa Selatan mengikuti pola jumlah penduduk miskin tingkat nasional dengan gap yang semakin lama semakin mengecil. Terdapat kecenderungan penurunan jumlah penduduk miskin yang lebih tajam di tingkat nasional dibandingkan dengan di tingkat Kabupaten Minahasa Selatan.
Garis kemiskinan terus meningkat setiap tahunnya menunjukkan adanya peningkatan daya beli masyarakat baik untuk makanan dan non makanan. Kontribusi pengeluaran anggota rumahtangga untuk makanan lebih besar dibandingkan dengan non makanan.
miskin yang eksis di daerah tersebut. Pada tahun 2014 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Minahasa Selatan adalah yang terendah di wilayah Sulawesi Utara. Bahkan terdapat 4 Kabupaten yang berada di atas nasional yaitu Kabupaten Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat. Masalah kemiskinan yang sangat kompleks memerlukan analisa yang lebih dalam untuk mengatasi atau mengurangi atau mempercepat penanggulangan kemiskinan yang ada di tingkat nasional maupun daerah. Terdapat multidimensi kemiskinan sesuai dengan penyebabnya, bahkan terdapat juga kelompok masyarakat miskin, rentan miskin dan sangat miskin. Masingmasing bentuk kemiskinan membutuhkan kebijakan yang berbeda untuk mengangkat mereka dari kemiskinan di masa yang akan datang. Perkembangan tingkat Kemiskinan Kabupaten Minahasa Selatan 20112013 dan prediksi tahun 2014 2016.
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Miskin Tahun 20112013 & Prediksi Tahun 20142016
INDIKATOR TAHUN
2011 2012 2013 2014* 2015* 2016*
Persentase Penduduk
Miskin 8,38 7,35 8,55 8,92 8,51 8,17
Sumber : BPS Kab. Minsel Ket : * = prediksi
D. Inflasi
Harga cenderung berfluktuasi sehingga tingkat inflasi juga menjadi sangat berfluktuasi. Penurunan yang tajam tampak terjadi pada tahun 2006 dan 2009 sesuai dengan kondisi perekonomian saat itu. Jika dilihat dari trend perkembangan inlasi selang 10 tahun terakhir, menunjukkan bahwa pola fluktuasi inflasi lebih elatis ditingkat nasional disbanding di Kabupaten Minahasa Selatan. Ini menunjukkan bahwa beberapa kebijakan harga ditentukan di tingkat pusat dan daerah menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Sampai saat ini pengaruh harga BBM menjadi salah satu penentu fluktuasi harga dan atau flutuasi inflasi di Indonesia. Kontribusi komoditi makanan penyumbang inflasi terbesar khusus untuk Kabupaten Minahasa Selatan adalah cabe rawit.
3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah
3.2.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
A. Proyeksi Pendapatan Daerah
Hasil analisis kondisi ekonomi daerah dan kajian terhadap tantangan dan prospek perekonomian Kabupaten Minahasa Selatan tahun 2016, selanjutnya dilakukan analisis dan proyeksi sumber-sumber pendapatan daerah yang dituangkan kedalam tabel Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Daerah, sebagai berikut :
Tabel 3.4. Realisasi 20132014 dan Proyeksi 20152016 Pendapatan Daerah Kabupaten Minahasa Selatan
No Uraian Realisasi 2013 (Rp) Realisasi 2014 Proyeksi/Targetpada 2015 Proyeksi/Targetpada 2016
1 Pendapatan Asli Daerah
14.406.092.809,00 26.137.234.620,00 32.567.773.521,00 32.567.773.521,00
1,1 Pendapatan Pajak Daerah 6.039.092.849,00 8.796.148.283,00 8.951.129.640,00 8.951.129.640,00
1,2
Hasil Retribusi Daerah
1.896.320.372,00 1.989.213.244,00 2.714.335.676,00 2.714.335.676,00
1,3
Hasil Kekayaan Daerah yang dipisahkan
436.261.651,00 386.949.227,00 353.475.045,00 353.475.045,00
2 Dana Perimbangan
503.567.777.126,00 544.861.074.752,00 662.561.383.662,00 662.561.383.662,00
2,1
Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
20.083.544.126,00 15.145.859.752,00 14.943.418.662,00 14.943.418.662,00
2,2
Dana Alokasi Umum
435.848.663.000,00 476.105.045.000,00 494.327.305.000,00 494.327.305.000,00
2,3 Dana Alokasi Khusus 47.635.570.000,00 53.610.170.000,00 153.290.660.000,00 153.290.660.000,00
3
LainLain Pendapatan Daerah Yang Sah
86.641.099.473,00 113.373.412.129,00 174.464.320.052,00 174.464.320.052,00
3,1 Pendapatan Hibah
3.2
14.834.521.473,00 14.145.787.129,00 14.238.271.052,00 14.238.271.052,00
3.3
Dana penyesuian otonomi khusus
71.806.578.000,00 95.658.825.000,00 152.931.089.000,00 152.931.089.000,00
3.4 Dana Darurat 7.294.960.000,00 7.294.960.000,00
3.5
A Jumlah Pendapatan 604.614.969.408,00 684.371.721.501,00 869.593.477.235,00 869.593.477.235,00
B. Kebijakan Pendapatan Daerah
Dalam upaya meningkatkan penerimaan Pendapatan Daerah, khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Minahasa Selatan untuk tahun 2016, rencana penerimaan mengacu pada realisasi tahun 2013 dan prediksi perkembangan potensi penerimaan selang tahun 2014. Dari sumbersumber pendapatan asli daerah yang sudah dikelola selama ini, ada beberapa sumber pendapatan yang perlu dioptimalkan penerimaannya dengan meningkatkan kuantitas dan jangkauan pelayanan, kualitas pelayanan serta peningkatan penegakan peraturan perundang undangan yang berlaku dengan tetap memperhatikan dampak dampak yang mungkin berpengaruh terhadap sendi perekonomian masyarakat.
Retribusi Daerah, Peningkatan penerimaan lainlain PAD yang sah, serta Peningkatan Dana Perimbangan. Kebijakan pengembangan sumber pendapatan daerah tersebut diarahkan untuk :
a. Meningkatkan PAD melalui jenis penerimaan Pajak Daerah yang meliputi sumber penerimaan yang telah ditetapkan dalam UndangUndang dan yang telah dikembangkan berdasarkan ruang lingkup kewenangan Kabupaten melalui Peraturan Daerah, dengan meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak dan intensifikasi pemungutan Pajak Daerah.
b. Meningkatkan penerimaan PAD dari sektor Retribusi Daerah melalui peningkatan pelayanan pada semua unit kerja penyedia layanan publik yang berhubungan langsung dengan masyarakat pengguna jasa / layanan yang menghasilkan Retribusi Daerah. c. Meningkatkan pengelolaan sumber daya daerah yang
menghasilkan Retribusi Daerah.
d. Meningkatkan pengelolaan potensi sumber Lainlain Pendapatan Asli Daerah yang sah berdasarkan kewenangan Kabupaten. e. Mengoptimalkan pendayagunaan Badan Usaha Milik Daerah
sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah.
f. Meningkatkan kerja sama dengan Pemerintah Kecamatan dan dalam peningkatan penerimaan PAD yang berimplikasi pada bagi hasil Pajak Daerah.
g. Sosialisasi dan public relationship untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajiban membayar jenisjenis pajak daerah dan retribusi daerah.
h. Peningkatan sarana dan prasarana / fasilitas dan pelayanan umum yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat membayar pajak daerah dan retribusi daerah.
i. Mengembangkan sistim evaluasi pelayanan prima dengan melakukan survei kepuasan masyarakat terhadap layanan publik yang diberikan.
Disamping kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah diperlukan juga upayaupaya untuk mendukung target target pendapatan tahun 2015 adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan jangkauan pelayanan Pajak Daerah.
Penambahan/pembukaan 17 (tujuhbelas) Kecamatan pada Kabupaten/Kota pemekaran di akhir tahun 2011 memaksimalkan penerimaan PAD dari jenis Pajak Daerah dalam dua tahun terakhir akan lebih intens lagi menambah target pendapatan tahun 2015, selain untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat Wajib Pajak hingga ke pelosok wilayah Kabupaten Minahasa Selatan.
b. Peningkatan kualitas pelayanan Pajak Daerah.
Pelayanan kepada Wajib Pajak Daerah terus ditingkatkan dengan membenahi
mekanisme pelayanan serta meningkatkan sarana dan prasarana penunjang.
c. Peningkatan pengawasan pengelolaan Pajak Daerah.
Meningkatkan pengawasan melekat terhadap sistim dan aparatur pelaksana pemungutan Pajak Daerah yang dapat mempertahankan/ meningkatkan kepercayaan masyarakat Wajib Pajak terhadap pengelolaan Pajak Daerah yang transparan dan akuntabel.
d. Intensifikasi penerimaan Pajak Daerah.
Intensifikasi penerimaan Pajak Daerah dilakukan dengan pendekatan persuasif dalam bentuk sosialisasi, inventarisasi dan pemungutan langsung yang bekerja sama dengan Pemerintah tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan, serta pendekatan represif dalam bentuk razia/penertiban yang didukung oleh pihak Kepolisian Daerah.
e. Sosialisasi dan Publik Relationship.
Desa/Kelurahan tentang manfaat dari kerja sama pemungutan Pajak Kabupaten yang berimplikasi terhadap Bagi Hasil yang juga turut berkontribusi bagi Pendapatan Daerah di Kabupaten/Kota.
f. Peningkatan Fungsi Koordinasi Pengelolaan Pendapatan Daerah. Mengoptimalkan fungsi RapatRapat Koordinasi dan Evaluasi Pengelolaan Pendapatan Daerah sebagai forum komunikasi upayaupaya pencapaian target Pendapatan Daerah sesuai peran dan tupoksi masingmasing SKPD/unit kerja yang berkontribusi terhadap Pendapatan Daerah.
g. Penyesuaian tarif retribusi.
Menginventarisir, menganalisis tarif jenis retribusi tertentu yang sudah layak disesuaikan dengan memperhitungkan daya bayar masyarakat wajib retribusi serta dampaknya terhadap perekonomian masyarakat termasuk investasi.
h. Optimalisasi sumber pendapatan lainlain PAD yang sah.
Memaksimalkan penerimaan dari pengelolaan sumber daya milik daerah yang berpotensi menghasilkan pendapatan sebagai salah satu sumber pendapatan dalam struktur APBD.
i. Meningkatkan koordinasi pengelolaan Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak.
Keterlibatan aktif dalam koordinasi pengelolaan Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak untuk kelancaran penerimaan dana dimaksud yang turut berkontribusi terhadap APBD, lebih khusus untuk Dana Bagi Hasil Bukan Pajak dari Cukai Hasil Tembakau yang baru mulai dikelola pada akhir tahun 2011.
3.2.2. Arah Kebijakan Belanja Daerah
Berdasarkan hasil analisis dan perkiraan sumbersumber pendapatan daerah dan realisasi serta proyeksi pendapatan daerah dalam 2 (dua) tahun terakhir, arah kebijakan yang terkait dengan
NO URAIAN REALISASI 2013 REALISASI 2014 PROYEKSI 2015 PROYEKSI 2016
1. Belanja Tidak Langsung
2. Belanja Pagawai 317.941.217.539, 00
4. Belanja Subsidi
5. Belanja Hibah 6.763.500.000,00 7.200.000.000,00 28.958.008.960,0 0
32.958.008.960,0 0
6. Belanja Bantuan Sosial
9.045.000.000,00 8.444.000.000,00
7. Belanja Bagi Hasil Kepada
Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa
8. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa dan Partai Politik
9. Belanja Tidak Terduga 30.000.000,00 230.246.718,00 278.246.718,00 Jumlah Belanja
Tidak Langsung
2. Belanja Barang dan 3. Belanja Modal 102.467.563.469,
00
132.953.173.803, 00
197.991.180
.114,00 199.991.580.114,00
Jumlah Belanja Langsung
211.044.068.065,00279.380.593.202 ,38
392.979.286.
679,00 408.979.686.679 ,00
TOTAL JUMLAH
BELANJA penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahuntahun anggaran berikutnya. Adapun pembiayaan daerah tersebut terdiri dari :
1. Penerimaan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu; Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan; Penerimaan Pinjaman Daerah; Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; Penerimaan Piutang Daerah dan Penerimaan Kembali Penyertaan Modal (Investasi) Daerah.
2. Pengeluaran Pembiayaan digunakan untuk Pembentukan Dana Cadangan; Penyertaan Modal Pemerintah Daerah pada Perusahaan Daerah; Pembayaran Pokok Utang; Pemberian Pinjaman Daerah dan Sisa lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan (SILPA).
Hasil analisis dan perkiraan sumbersumber penerimaan pembiayaan daerah dan realisasi serta proyeksi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah dalam 2 (dua) tahun terakhir, proyeksi/target tahun rencana serta 1 (satu) tahun setelah tahun rencana dalam rangka perumusan arah kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah disajikan dalam bentuk tabel dengan format sebagai berikut :
Tabel 3.6. Realisasi 20132014 dan Proyeksi 20152016 Pembiayaan Daerah Kabupaten Minahasa Selatan
Realisasi 2013 Realisasi 2014 Proyeksi2015 Proyeksi2016
1 2 4 5 6 7
3.1 Penerimaan Pembiayaan
3.1.1
31.105.167.165,00 61.970.828.220,00 35.655.262.339,00 35.655.262.339,00
3.1.2
3.1.4 Penerimaan Pinjaman daerah
3.1.5
PEMBIAYAAN 31.105.167.165,00 61.970.828.220,00
35.655.262.3
39,00 35.655.262.339,00
3.2 Pengeluaran pembiayaan
3.2.1 Pembentukan dana cadangan
3.2.2
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN
JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO
61.970.828.220,0