EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN
KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
T E S I S
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
SITI AMINAH
NIM. 8136176039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
ABSTRAK
SITI AMINAH. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training lebih baik dari siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional, menganalisis keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis diatas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis dibawah rata-rata dan menganalisis interaksi antara model pembelajaran dan keterampilan berpikir logis siswa dalam mempengaruhi keterampilan proses sains siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Tambangan Kabupaten Mandailing Natal. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik cluster random class. Instrumen yang digunakan terdiri dari : (1) tes keterampilan proses sains (2) tes kemampuan berpikir logis siswa. Adapun tes yang digunakan untuk memperoleh data adalah dalam bentuk uraian . Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisi ANAVA dua jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training lebih baik dari siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional, keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis diatas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis dibawah rata-rata dan terdapat interaksi antara model pembelajaran dan keterampilan berpikir logis siswa dalam mempengaruhi keterampilan proses sains siswa
ABSTRACT
SITI AMINAH. The Effect of Inquiry Training Learning Model and The Logical Thinking Ability on Science Process Skill of Students. A Thesis. Medan : Postgraduate School State University of Medan, 2015.
The purpose of this research was to analyze science process skill of students taught by training inquiry learning model better than taught by conventional learning, science process skill of students who have the logical thinking ability above the average better than students who have the logical thinking ability below the average and analyze interaction between learning model and the logical thinking ability of students in influencing the science process skill of students. The research type was quasi experiment. The population was students Class X SMA Negeri 1 Tambangan Kabupaten Mandailing Natal. The cluster random class technique was used in choosing the research sample. The instruments were consists of: (1) the test of science process skill (2) the test of logical thinking ability of students. The used test to obtain the data was essay test. The data in this research was analyzed by using the two ways ANAVA analysis.
The research result showed that science process skill of students taught by training inquiry learning model was better than students taught by conventional learning, Science Process Skill of students who have the logical thinking ability above the average was better than students who have the logical thinking ability below the average, and there was interaction between learning model and logical thinking ability of students in influencing the science process skill of students.
KATA PENGANTAR
Pertama sekali penulis mengucapkan puji dan Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah Subhanawata’ala Tuhan yang Maha Esa atas Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya sehingga tesis yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Inquiry
Training Dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Keterampilan Proses
Sains Siswa” dapat diselesaikan dengan segala keterbatasannya. Selanjutnya salawat dan salam disampaikan ke hadirat Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul
pilihan dengan harapan semoga kita mendapat syafaat-Nya di hari kemudian.
Sudah barang tentu, penulis tesis ini tidak akan terwujud disebabkan
Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED), sekaligus sebagai
narasumber dan penguji, Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, MS sebagai
narasumber dan penguji, Bapak Dr. Karya Sinulingga, M.Si sebagai narasumber
dan penguji, Bapak Prof Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd sebagai Direktur
Program Pascasarjana Unimed, Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Si sebagai
Rektor Universitas Negeri Medan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Zainal Abidin, S.Pd
sebagai guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri 1 Tambangan, Bapak Ahmad
Yani, S.Pd sebagai PKS Kurikulum SMA Negeri 1 Tambangan yang telah
mengizinkan penulis melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Tambangan, dan
Seluruh Civitas Akademika Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana
UNIMED yang telah banyak memberikan dorongan sehingga siapnya penelitian
ini.
Akhirnya terimakasih dan tesis ini saya persembahkan kepada suami saya
tercinta Pargugunan Lubis, S.Pd, anak- anak saya tercinta Rojulan Ilham Habibi
memberi motivasi dan selalu mendoakan penulis selama ini, dan juga kepada
seluruh teman teman di kelas Dik Fisika Kelas B-1 2013 (Aplia, Albina, Alex,
Dewi Purnama Sari, Erna Pardede, Erni Sitinjak, Fitri Mawaddah, Irsan Brutu,
Bapak Israel, Meri Pandia, Merliana Sinaga, Nesty P Nababan, Noveriyanti, Ricca
Fitria, Rumentauli, Ruth Purnama Sari, Sri Mila, Sudirman, Yunisa) dan juga Dik
Fis Reguler 2013 (Helena, Lia, Rouli, Hifni, Dini, Agus, Berkat, Febriani Hastini,
Rameyanti) dan minta maaf kepada mereka yang mungkin selama pendidikan
hak-hak mereka sering terabaikan dan terlupakan.
Medan Juli 2015
Penulis,
SITI AMINAH
DAFTAR ISI
2.2.1. Keterampilan Proses Siswa dengan Model Pembelajaran Inquiry Training lebih baik dari Pembelajaran Konvensional ... 42
2.2.2. Keterampilan Proses Sains Siswa Yang Memiliki Kemampuan Berpikir Logis di atas Rata-rata Lebih Baik dari Siswa yang Memiliki Kemampuan Berpikir Logis dibawah rata-rata ... 44
2.2.3. Terjadi Interaksi Antara Model Pembelajaran Inquiry Training dengan Kemampuan berpikir Logis terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa ... 46
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 53
4.1.1. Deskripsi Data Pretes Keterampilan Proses Sains, Data Kemampuan Berpikir Logis dan Data Postes ... 68
4.1.1.1 Analisis Data Tes Awal (Pretes) ... 68
4.1.1.2 Analisis Nilai Kemampuan Berpikir Logis Siswa ... 71
4.1.1.3 Analisis Data Tes Akhir (Postes) ... 72
4.1.2. Pengujian Persyaratan Analisis ... 73
4.1.2.1 Uji Normalitas Data ... 73
4.1.2.2 Homogenitas Data ... 74
4.1.3. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 74
4.2. Pembahasan ... 85
4.2.1. Keterampilan Proses Sains dengan Model Pembelajaran Inqury Training Lebih Baik dari Pembelajaran Konvensional ... 85
4.2.2. Keterampilan Proses Sains Siswa yang Memiliki Kemampuan Berpikir Logis Diatas Rata-Rata Lebih Baik dari Siswa Yang Memiliki Kemampuan Berpikir Logis Dibawah Rata-rata ... 87
4.2.3. Interaksi Antara Model Pembelajaran Inqury Training dan Konvensional dengan Kemampuan Berpikir Logis Siswa Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa .. 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90
5.1. Kesimpulan ... 90
5.2. Saran ... 90
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Fase-Fase Model Pembelajaran Inquiry Training 19
Tabel 2.2 Indikator dan Sub Indikator Keterampilan Proses Sains 38
Tabel 2.3. Penelitian Tentang Model Pembelajaran Inquiry Training 40
Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian 50
Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA 50
Tabel 3.3. Kisi – Kisi Tes Kemampuan Berpikir Logis 54
Tabel 3.4. Kisi – Kisi Keterampilan Proses Sains 55
Tabel 3.5. Kesimpulan Pengujian Validitas Ramalan Instrumen Penelitian 58
Tabel 3.6. Derajat Reliabilitas 59
Tabel 3.7. Kriteria Interpretasi Indeks Kesukaran 60
Tabel 3.8. Kriteria Interpretasi Daya Pembeda 61
Tabel 3.9. Analisis Varians ( Anava) Dua Jalur 66
Tabel 4.1. Ringkasan Data Pretes Kelompok Sampel 68
Tabel 4.2. Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretes) Keterampilan Proses
Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 69
Tabel 4.3. Homogenitas Dua Varians Tes Awal (Pretes) Keterampilan
Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 69
Tabel 4.4 Uji-t Tes Awal (Pretes) Kelas Eksperimen dan Kontrol 71
Tabel 4.5 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Logis Siswa 72
Tabel 4.6 Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rerata dan Simpangan
Baku Tes Akhir (Postes) Keterampilan Proses Sains 73
Tabel 4.7 Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Data Postes 74
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Homogenitas 74
Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Data Penelitian 75
Tabel 4.10 Hasil Uji Anava 75
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Dampak Model Pembelajaran Inquiry Training ………. 22
Gambar 2.2 Konstruksi Pengetahuan menurut Konstruktivisme ………... 25
Gambar 3.1 Diagram Alur Prosedur Penelitian ………. 53
Gambar 4.1 Hubungan Nilai Keterampilan Proses Sains Terhadap
Model Pembelajaran ……….. 78
Gambar 4.2 Hubungan Nilai Keterampilan Proses Sains Siswa Terhadap
Model Pembelajaran Berdasarkan Tingkat Kemampuan
Berpikir Logis ……… 79
Gambar 4.3 Interaksi antara Model Pembelajaran dan Tingkat
Kemampuan Berpikir Logis Siswa Terhadap Hasil
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1……… 95
Lampiran 2 Bahan Ajar Pertemuan 1……….………... 102
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Pertemuan 1 ………. 110
Lampiran 4 Evaluasi Pertemuan 1 ………..….. 115
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2……… 116
Lampiran 6 Bahan Ajar Pertemuan 2……….………... 123
Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa Pertemuan 2 ………. 127
Lampiran 8 Evaluasi Pertemuan 2 ………..….. 130
Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 …..……… 131
Lampiran 10 Bahan Ajar Pertemuan 4……….………... 137
Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa Pertemuan 5 ………. 140
Lampiran 12 Evaluasi Pertemuan 6 ………..….. 142
Lampiran 13 Tes Kemampuan Berpikir Logis ……….……….. 137
Lampiran 14 Tes Uji Kemampuan Belajar Yang Mencakup Keterampilan Proses Sains ……….. 147
Lampiran 15 Lembar Validasi Tes Keterampilan Proses Sains ………... 157
Lampiran 16 Hasil Uji Validitas Instrumen ……….. 160
Lampiran 17 Uji Reliabilitas Instrumen ……… …………... 162
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang
“ditakuti” dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari
pengalaman belajar mereka, dimana mereka menemukan kenyataan bahwa
pelajaran fisika adalah pelajaran „berat‟ dan serius yang tidak jauh dari persoalan
konsep, pemahaman konsep, penyelesaian soal-soal yang rumit melalui
pendekatan matematis ( Purwanto, 2012: 133).
Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembelajaran fisika adalah
lemahnya proses pembelajaran di kelas. Siswa lebih banyak dituntut dalam
menghafal rumus-rumus fisika dan menyelesaikan soal-soal fisika. Lemahnya
proses pembelajaran ini mengakibatkan siswa menjadi pasif dan mengalami
kesulitan dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Kemampuan pemahaman konsep juga merupakan syarat mutlak dalam
mencapai keberhasilan belajar fisika. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran fisika
bukanlah pelajaran hafalan tetapi lebih menuntut pemahaman konsep bahkan
aplikasi konsep tersebut. Kemampuan berpikir logis memerankan peranan penting
dalam pemahaman dan pembelajaran konsep abstrak dalam sains dan untuk
memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kemampuan berpikir formal dengan
2
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam
rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif
dan deduktif dalam menyeslesaiakan masalah yang berkaitan dengan peristiwa
alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan
matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
percaya diri. Kenyataan yang dijumpai di lapangan adalah proses pembelajaran
masih berpusat pada guru. Inilah yang kemudian menghambat keterampilan
proses sains siswa. Siswa tidak difasilitasi dalam mengembangkan
keterampilannya dalam proses sains. Padahal tujuan pembelajaran Fisika sangat
menekankan keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains sangatlah
diperlukan oleh siswa untuk menyelesaikan permasalahan fisika kontekstual
(Sani, 2012 : 25).
Rendahnya keterampilan proses sains siswa mengakibatkan rendahnya
hasil belajar fisika siswa. Berdasarkan angket studi pendahuluan di SMA Negeri 1
Tambangan terhadap kelas X didapatkan 13,33 % siswa memperoleh nilai
diantara 0 sampai 20, sebanyak 20,00 % siswa memperoleh nilai diantara 21
sampai 40, sebanyak 26,67 % siswa memperoleh nilai diantara 41 sampai 60 dan
sebanyak 26,67 % siswa memperoleh nilai diantara 61 sampai 80 serta 13,33 %
yang memperoleh nilai 81 sampai 90 dan 0 % yang memperoleh nilai 91 sampai
100. Jika hasil ini dibandingkan dengan batas Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM ) di SMA Negeri I Tambangan yang bernilai 70, maka siswa yang
dinyatakan tepat berada dan diatas dari KKM hanyalah 40 % dari jumlah siswa
3
Berdasarkan studi pendahuluan juga, ternyata rendahnya hasil belajar
siswa disebabkan tidak tertariknya siswa pada pembelajaran fisika. Hasil angket
yang diberikan pada siswa ternyata hanya 6,7 % siswa yang menyatakan mata
pelajaran fisika sebagai mata pelajaran kegemarannya. Mata pelajaran kegemaran
siswa tersebut yang menonjol antara lain adalah Pendidikan Seni dan Penjas,
masing-masing 16,67%. Menyusul mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris dan Biologi yang masing- masing dengan persentase 13,33% dan untuk
mata pelajaran Kimia dan Matematika sebanyak 10%.
Salah satu penyebab kurang tertariknya siswa pada pelajaran fisika adalah
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Model pembelajaran yang cenderung
digunakan adalah pembelajaran konvensional yang dilakukan dengan metode
ceramah yang diselingi dengan metode tanya jawab. Guru hanya menyajikan
materi kemudian dijelaskan kepada siswa tanpa ada pembuktian secara praktek.
Artinya antara teori dengan praktek belum terintegrasi. Siswa cenderung bersikap
passif, hanya lebih banyak sebagai pendengar, keaktifan siswa hanya terlihat
dalam mengerjakan soal-soal fisika saja. Hal ini membuat siswa kurang
termotivasi dan pembelajaran fisika kurang bermakna. Inilah yang membawa efek
negatif terhadap hasil belajar fisika siswa yang masih kurang memuaskan.
Suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif apabila
diselenggarakan oleh pembelajaran pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan
model-model pemrosesan informasi menekan pada bagaimana seseorang berpikir
4
aktif belajar menemukan penyelesaian masalah. Inquiry training memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan keingintahuannya dan
melakukan eksplorasi menyelidiki suatu fenomena.
Vaishnav ( 2013 : 216 ) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa model
pembelajaran inquiry training secara signifikan efektif dalam peningkatan hasil
belajar kognitif dan afektif serta mengkontribusi sikap peserta didik dibandingkan
pendekatan tradisional.
Tujuan belajar menggunakan model pembelajaran inquiry training adalah
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berpikir logis dan keterampilan
intelektual dalam mencari jawaban untuk suatu permasalahan (Sani, 2013: 116).
Belajar dengan melakukan penyelidikan adalah sebagai suatu proses umum yang
dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Model
pembelajaran inquiry training merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Ciri-ciri pembelajaran inquiry adalah 1) keterlibatan siswa secara
maksimal dalam proses kegiatan belajar, 2) mengembangkan sikap percaya diri
pada siswa tentang apa yang ditemukan pada proses pembelajaran, dan 3)
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental
(Hosnan, 2014: 341). Siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi
pelajaran saja, akan tetapi siswa dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Siswa yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan
5
mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia menguasai materi
pelajaran.
Fakta menunjukkan bahwa pembelajaran di SMA Negeri I Tambangan
memperlihatkan hasil belajar siswa rata-rata belum mencapai standar ketuntasan
belajar sekolah. Siswa belum mengembangkan kemampuan berpikir logis saat
kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat ketika siswa diberi
permasalahan fisika berupa soal-soal latihan siswa hanya terpaku pada satu
persamaan yang ada.
Selain faktor pembelajaran yang terfokus kepada metode, media, strategi
dan model pembelajaran yang digunakan, faktor lain yang mempengaruhi hasil
belajar fisika siswa itu sendiri berkaitan dengan kemampuan penalaran atau
kemampuan berpikir logis. Kemampuan berpikir logis merupakan salah satu
kemampuan penalaran yang sangat penting dalam pemecahan soal-soal fisika.
Berpikir logis adalah suatu proses menalar tentang suatu objek dengan
cara menghubungkan serangkaian pendapat untuk sampai pada sebuah
kesimpulan menurut aturan-aturan logika (Rukiyati, 2014: 128). Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir logis yang memuat kemampuan
berpikir deduktif maupun kemampuan berpikir induktif merupakan salah satu
penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam menyelesaikan permasalahan
fisika. Oleh karena itu kemampuan berpikir logis akan sangat bermanfaat bagi
siswa dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapinya baik
6
berpikir logis siswa. Berkaitan dengan uraian fenomena tentang rendahnya hasil
belajar fisika siswa maka diketahui bahwa karakteristik siswa yaitu kemampuan
berpikir logis memiliki pengaruh dalam hasil belajar siswa sehingga karakteristik
tersebut perlu mendapat perhatian dalam menentukan dan menerapkan suatu
model pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang: “Efek Model Pembelajaran Inquiry Training dan
Kemampuan Berpikir Logis terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa “.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah yang
relevan dengan penelitian ini sebagai berikut:
1. Keterampilan proses sains cukup rendah, hal ini ditandai dengan
rendahnya hasil belajar fisika siswa.
2. Siswa kurang tertarik pada pelajaran fisika.
3. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru lebih banyak yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
4. Belum maksimalnya pembelajaran dengan eksperimen.
5. Kurangnya fasilitas sekolah yang mendukung pembelajaran seperti alat
laboratorium.
6. Penggunaan model pembelajaran fisika yang digunakan belum dapat
7
1.3. Batasan Masalah
Memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu
dijelaskan batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu :
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inquiry
training dan pembelajaran konvensional.
2. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir logis
siswa.
3. Hasil yang diamati adalah keterampilan proses sains sebagai variabel
terikat yang terlihat dari hasil belajar siswa.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran inquiry training lebih baik dari siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran konvensional?
2. Apakah keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan
berpikir logis diatas rata- rata lebih baik dari siswa yang memiliki
kemampuan berpikir logis dibawah rata - rata?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan
8
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan adapun tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Untuk menganalisa keterampilan proses sains siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran inquiry training lebih baik dari siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
2. Untuk menganalisa keterampilan proses sains siswa yang memiliki
kemampuan berpikir logis diatas rata – rata lebih baik dari siswa yang
memiliki kemampuan berpikir logis di bawah rata - rata.
3. Untuk menganalisa interaksi antara model pembelajaran dengan
kemampuan berpikir logis siswa dalam meningkatkan keterampilan proses
sains siswa.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Bagi pendidikan bermanfaat untuk memberikan inspirasi dalam
mengembangkan model- model pembelajaran kreatif dan inovatif untuk
meningkatkan keterampilan proses saina siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk guru, sebagai informasi untuk menerapkan model pembelajaran
inquiry training.
b. Untuk siswa, meningkatkan minat belajar siswa pada pelajaran fisika
sekaligus dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis siswa yang
9
c. Untuk sekolah, sebagai informasi untuk menerapkan model pembelajaran
yang lebih kreatif dan inovatif.
1.7. Defenisi Operasional
Defenisi operasional yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Model Pembelajaran Inquiry Training
Model pembelajaran Inquiry Training merupakan model pembelajaran
yang melibatkan peserta didik aktif belajar menemukan penyelesaian
masalah. Inquiry training memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan keingintahuannya dan melakukan eksplorasi menyelidki
suatu fenomena. Fase-fase pada model pembelajaran inquiry training
adalah: 1) penyajian masalah pada siswa; 2) pengumpulan data untuk
verifikasi; 3) pengumpulan data dalam eksperimen; 4) Organisasi,
perumusan dan penjelasan; 5 ) menganalisis proses inquiry.
2. Kemampuan berpikir logis
Kemampuan berpikir logis pada penelitian ini adalah kemampuan untuk
menemukan suatu kebenaran berdasarkan aturan, pola atau logika tertentu
sehingga diperoleh kebenaran secara rasional. Kemampuan berfikir logis
yang terdiri dari kemampuan berfikir logis tinggi dan kemampuan berfikir
logis rendah dilihat dari tiga aspek yaitu kemampuan berasimilasi,
kemampuan berakomodasi dan kemampuan ekuilibrium.
3. Keterampilan Proses Sains
10
ilmuwan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Indikator Keterampilan
Proses Sains meliputi : (1) melakukan pengamatan (observasi), (2)
inferensi, (3) mengajukan pertanyaan, (4) menafsirkan hasil pengamatan
(Interpretasi), (5) mengelompokkan (klasifikasi), (6) meramalkan
(prediksi), (7) berkomunikasi, (8) membuat hipotesis, (9) merencanakan
percobaan atau penyelidikan, (10) menerapkan konsep atau prinsip dan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran Inquiry Training lebih baik dari siswa yang diajarkan
dengan pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata postes untuk kelas
kontrol sebesar 62,28 dan nilai rata-rata untuk kelas eksperimen sebesar
74,56.
2. Keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir
logis diatas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki kemampuan
berpikir logis dibawah rata-rata. Rata-rata keterampilan proses sains
kelompok siswa pada tingkat kemampuan berpikir logis diatas rata- rata
sebesar 72,08 sedangkan rata-rata keterampilan proses sains kelompok
siswa pada tingkat kemampuan berpikir logis dibawah rata-rata sebesar
64,76.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan berpikir
logis dalam mempengaruhi keterampilan proses sains siswa. Model
pembelajaran Inquiry Training lebih baik diterapkan pada siswa yang
memiliki kemampuan berpikir logis diatas rata-rata.
5.2. Saran
91
penggunaan model inquiry training ini merupakan suatu alternatif untuk
meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
2. Berdasarkan temuan pada peneliti, penggunaan model pembelajaran inquiry
training ini hendaknya menggunakan perlengkapan laboratorium yang
memadai.
3. Untuk peneliti selanjutnya apabila ingin menggunakan model pembelajaran
inquiry training sebaiknya pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir
logis diatas rata-rata.
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, A. 2014. The Effect of Inquiry-based Learning Method on Students Academic Achievement in Science Course. Universal Journal of Educational Research 2(1): 37- 41
Anderson, Lorin W, David, R Krathwhol. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Assesmen, Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azizah, A. 2012. Inquiry Training Untuk Meningkatkan Keterampilan Meneliti Mahasiswa. Unnes Science Education Journal 1 (1) : 1 – 11
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Fitriyani, A.2014. Soal – Soal Tersulit dalam TPA. Tangerang : Lembar Pustaka Indonesia.
Gunarto, D. 2014. Panduan Resmi Tes TPA OTO Bappenas. Jakarta : Bintang Wahyu.
Gusnita, R, P, Syahrul dan Erizal, G. 2012. Hubungan Kemampuan Berpikir Logis dengan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Siswa SMA Negeri 1 Rao Pasaman. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 1(1) : 1-10
Hewit. 2004. Conceptual Physics, Newtork : Pearson Addison Wesley.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor : Ghalia Indonesia.
Joyce, B. Weil, M dan Calhoun E. 2009. Models of Teaching Model- Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Karyono, Palupi dan Suharyanto. 2009. Fisika Untuk SMA / MA Kelas X. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Matthew dan Kenneath. 2013. A Study on The Efefects Of Guided Inquiry TeachingMethod on Students Achievement In Logic. International Researchers, 2 (1) : 1-15
93
Purwanto, A. 2012. Kemampuan berpikir logis siswa SMA Negeri 8 kota Bengkulu dengan menerapkan model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran fisika. Jurnal Exacta 1(1) : 1-8
Ranjabar. 2014. Dasar – Dasar Logika. Bandung : Alfabeta.
Rukiyati, Andriani, L dan Rohman, A. 2014. Epistemologi dan Logika. Yogyakarta: Aswaja.
Sani, R, A. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
( 2012 ). Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan : Unimed Press.
Sanjaya, W. 2014. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Saripuddin, A. 2006. Advance Learning Physics 1 B. Bandung : Grafindo.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Suliyanah. 2004. Suhu dan Kalor. Jakarta : Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas.
Sudjana, 2005. Metode Statistika, Bandung : Tarsito.
Sunardi. 2013. Fisika Untuk SMA/ MA Kelas X. Bandung : Yrama Widya.
Supiyanto. 2007. Fisika Kelas X. Jakarta : Erlangga.
Tati Setiawati, Juwaedah, A dan Karpin. 2012. Penerapan model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan hasil belajar mata kuliah praktek industri pada program studi tata boga. Jurnal Penelitian Pendidikan , 13(1) : 1-10
Trisno, Yusuf, K dan Marungkil P. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Kalor Siswa SMP N 9 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako, 2 (1) : 14 - 20
Trna, J. 2012. Implementation of inquiry based science education in science teacher training. Journal of educational and instructional studies in the world .
Uno. 2012. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Bumi aksara.
94
Vaishnav, R, S. 2013. Effectiveness of Inquiry Training Model for Teaching Science. Scholary Research Journal For Interdisiplinary Studies, 1(1) : 1-16
Wayan, K. 2012. Statistika. Universitas Pendidikan Ganesha : Singaraja.
Winkel, 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi.