• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 2 BINJAI T.P. 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 2 BINJAI T.P. 2014/2015."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 2 BINJAI T.P 2014/2015

Oleh:

Aprilista Putri Dyan NIM 4113321004

Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidkan

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 2 BINJAI T.P 2014/2015

APRILISTA PUTRI DYAN NIM : 4113321004

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Kalor di Kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P. 2014 / 2015.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian quasi eksperiment dengan desain two group Pre-test dan Pos-test, Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas X semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P. 2014 / 2015. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling, yang terdiri dari tujuh kelas, yaitu kelas X-PMS3 kelas eksperimen diterapkan model discovery learning, dan kelas X-PMS2 kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional yaitu model pembelajaran langsung, masing-masing kelas sebanyak 35 siswa, Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan Instrumen berupa test pilihan berganda sebanyak 20 soal dengan 5 option (a, b, c, d, dan e) Tes hasil belajar di validkan oleh validator dan lembar observasi untuk mengukur aktivitas dan psikomotorik.

Berdasarkan hasil penelitian dikelas eksperimen diperoleh peningkatan aktivitas dalam kategori baik dan psikomotorik termasuk dalam kategori cukup baik. Dari analisa data untuk kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan model discovery learning diperoleh rata-rata Pre-test 37 dengan standard deviasi 10,92 dan nilai rata-rata Post-test 68,14 dengan standard deviasi 10,78. Kelas kontrol yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional diperoleh rata-rata Pre-test 38,71 dan standard deviasi 13,52 sedangkan rata-rata Post-test 62,86 dengan standard deviasi 8,76. Kedua kelas berdistribusi normal dan memiliki variasi yang homogen. Dari hasil uji t diperoleh thitung = 2,29 dan ttabel = 1,668, sehingga thitung > ttabel (2,29 >1,668) maka Ha diterima, dengan demikian diperoleh ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning pada materi kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P. 2014/2015.

(4)

vi

DAFTAR ISI

halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Indentifikasi Masalah 5

1.3.Batasan Masalah 5

1.4.Rumusan Masalah 6

1.5.Tujuan Penelitian 6

1.6.Manfaat Penelitian 7

1.7.Definisi Operasional 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1. Kerangka Teoritis 9

2.1.1 Pengertian Belajar 11

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar 10

2.1.2.1Ranah Kognitif 12

2.1.2.2Ranah afektif 14

2.1.2.3Ranah Psikomotorik 15

2.1.3 Aktivitas Belajar 16

2.1.4 Pengertian Model Pembelajaran 17

2.1.4.1Model Pembelajaran Penemuan (discovery learning) 18

2.1.4.2Ciri-Ciri Discovery Learning 20

2.1.4.3Tujuan Pembelajaran Discovery Learning 20 2.1.4.4Kelebihan dan kekurangan Model Discovery Learning 21 2.1.4.5Sintaks Pembelajaran Model Discovery Learning 23

2.1.5 Pembelajaran Konvensional 24

2.1.6 Penelitian yang Relevan 24

2.1.7 Materi Pelajaran 27

2.1.7.1 Kalor 27

2.2 Kerangka Konseptual 34

2.3 Hipotesis Penelitian 35

BAB III METODE PENELITIAN 36

3.1. Lokasi Penelitian 36

3.2. Populasi dan Sampel 36

(5)

vii

3.2.2 Sampel Penelitian 36

3.3. Variabel Penelitian 36

3.3.1 Variabel Bebas 37

3.3.2. Variabel Terikat 37

3.4. Jenis dan Desain Penelitian 37

3.4.1 Jenis Penelitian 37

3.4.2 Desain Penelitian 37

3.5. Prosedur Penelitian 38

3.5.1 Diagram Alir Penelitian 40

3.6. Instrumen Penelitian 41

3.6.1 Tes Hasil Belajar 41

3.6.2 Validitas Tes 41

3.6.3 Instrumen Aktivitas 42

3.7 Teknik Anilisis Data 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 48

4.1.1 Data Tes Hasil Belajar Siswa 48

4.1.1.1 Pengolahan dan Analisis Data Pretes 48 4.1.1.2 Perlakuan Model Discovery Learning 50

4.2. Observasi 51

4.2.1. Aktivitas Siswa 51

4.2.2. Penilaian Psikomotorik 53

4.1.1.3 Pengolahan dan Analisis Data Pretes 55

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 64

5.1. Kesimpulan 64

5.2. Saran 65

DAFTAR PUSTAKA 66

(6)

ix

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Model Discovery Learning 23

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Tentang Discovery Learning 24

Table 2.3 Nilai Kalor Lebur Untuk Setiap Benda 31

Tabel 3.1 Tabel Pretest dan Postest Group 37

Tabel 3.2 Tabel Spesifikasi Tes Hasil Belajar 41

Tabel 3.3 Pedoman penskoran observasi aktivitas belajar siswa 42

Table 4.1. Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 48

Table 4.2. Uji Normalitas Data Pretes 49

Table 4.3. Uji Homogenitas Data Pretes 50

Table 4.4. Perhitungan Uji t Data Pretes 50

Table 4.5. Perkembangan Aktivitas Siswa Pada Pertemuan I, II, dan III 51

Tabel 4.6. Perkembangan Psikomotorik Siswa 53

Tabel 4.7. Data Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 55

Tabel 4.8. Uji Normalitas Data Postes 56

Table 4.9. Uji Homogenitas Data Postes 56

(7)

viii

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Bagan Perubahan Wujud Zat 29

Gambar 2.2 Perpindahan Kalor Secara Konduksi 32

Gambar 2.3 Konveksi Pada Udara 33

Gambar 2.4 Perpindahan Kalor Secara Radiasi 34

(8)

x

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 RPP I 68

Lampiran 2 RPP II 85

Lampiran 3 RPP III 98

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS-1) 111

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa (LKS-2) 114

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa (LKS-3) 116

Lampiran 7 Instrumen Hasil Belajar 119

Lampiran 8 Tes Hasil Belajar 133

Lampiran 9 Rubrik Penilaian Aktivitas 139

Lampiran 10 Observasi Penilaian Aktivitas 141

Lampiran 11 Tabulasi Jawaban Pretes Kelas Eksperimen 142

Lampiran 12 Tabulasi Jawaban Pretes Kelas Kontrol 144

Lampiran 13 Tabulasi Jawaban Postes Kelas Eksperimen 146

Lampiran 14 Tabulasi Jawaban Postes Kelas Kontrol 148

Lampiran 15 Data Hasil Belajar 150

Lampiran 16 Perhitungan Nilai Rata-Rata dan Standar Deviasi 154

Lampiran 17 Uji Normalitas Data 156

Lampiran 18 Uji Homogenitas Data 160

Lampiran 19 Pengujian Hipotesis Data 162

Lampiran 20 Tabel Observasi Penilaian Aktivitas Belajar 166

Kelas Esperimen I

Lampiran 21 Tabel Observasi Penilaian Aktivitas Belajar 170

Kelas Esperimen II

Lampiran 22 Tabel Observasi Penilaian Aktivitas Belajar 174

Kelas Esperimen III

Lampiran 23 Tabel Obeservasi Penilaian Kelas Kontrol 178

Lampiran 24 Rekapitulasi Observasi Psikomotorik Siswa 182

Lampiran 25 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 187

Lampiran 26 Daftar NiIai Persentil Untuk Distribusi t 188

(9)

xi

Lampiran 28 Daftar NiIai Persentil Untuk Distribusi F 190

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika

sering dikemukakan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah

terutama untuk hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika. Berdasarkan hasil

survey TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) tahun

2007 bidang science, Indonesia menduduki peringkat 35 dari 49 negara dengan

nilai 427, padahal skor rata-rata internasional adalah 500. Sedangkan pada

tahun 2011, Indonesia posisinya menurun menduduki peringkat ke 40 dari 42

negara. Hasil survey tersebut tentu saja menjadi salah satu indikator

mengenai kondisi dan kualitas pendidikan di Indonesia yang perlu mendapat

perhatian serius untuk ditingkatkan.

Penguasaan fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi salah satu

modal dasar dalam pengembangan berbagai bidang keahlian. Fisika sebagai ilmu

bidang sains merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan alam

sehingga dalam pembelajarannya diperlukan penyelidikan berupa percobaan

terhadap pengetahuan tersebut. Proses pengembangan suatu bidang ilmu fisika

diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung seperti laboratorium dengan

peralatan dan alat-bahan percobaan fisika yang memadai, perpustakaan yang

cukup untuk mengembangkan dasar berpikir siswa, dan penunjang pembelajaran

lainnya disekolah.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan dengan cara

menyebarkan angket kepada 40 orang siswa SMA Negeri 2 Binjai Kelas X

Semester II 57,50% berpendapat fisika adalah pelajaran yang sulit dipahami,

kurang menarik, dan membosankan, 27,50% berpendapat fisika biasa – biasa saja,

dan hanya 15% yang berpendapat fisika menyenangkan dan mudah dimengerti

dan fisika menempati posisi ke dua setelah matematika sebagai pelajaran yang

paling tidak disukai oleh siswa. Dari angket juga diperoleh bahwa kegiatan belajar

dikelas masih berpusat pada guru. Dimana, guru hanya menjelaskan dipapan tulis,

(11)

2

dapat dilihat dari angket yang menunjukkan bahwa siswa jarang untuk mengulang

pelajaran dirumah meskipun mereka mempunyai buku, kurangnya pemanfaatan

media pembelajaran serta penggunaan alat-alat laboratorium yang kurang

maksimal disekolah dan kurang berkeinginan untuk mempelajari fisika di luar

sekolah.

Informasi juga dari hasil penyebaran angket pembelajaran untuk guru yaitu

Ibu Juniati S.Pd, guru fisika SMA Negeri 2 Binjai diketahui bahwa dalam proses

pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran langsung (DI) disertai

metode Contextual Teaching and Learning (CTL). Nilai rata-rata fisika siswa

kelas X SMA Negeri 2 Binjai T.P 2014 / 2015 adalah 25% siswa yang

mendapatkan nilai diatas KKM. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar siswa untuk pelajaran fisika masih rendah.

Hasil analisis terhadap angket siswa, pengajaran fisika disajikan dengan

menonjolkan persamaan-persamaan matematik dalam bentuk yang kurang

menarik dan terkesan sulit bagi siswa, sehingga siswa akan merasa jenuh sebelum

mempelajarinya. Selain faktor yang berhubungan dengan konsep fisika,

rendahnya hasil belajar fisika yang diperoleh siswa juga disebabkan karena

faktor yang berhubungan dengan suasana belajar dikelas. Guru harus mampu

mengelola kelas dan menciptakan proses pembelajaran yang kondusif.

Selain fisika itu pelajaran yang sulit dan membosankan, peneliti juga

menemukan bahwa guru kurang menggunakan model-model pembelajaran dalam

proses pembelajaran serta metode pembelajaran yang digunakan guru kurang

bervariasi pada saat proses belajar mengajar. Padahal kita ketahui, penggunaan

metode yang bervariasi sangatlah diperlukan dalam meningkatkan hasil proses

pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran adalah salah satu cara untuk

membangkitkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila

didorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat

meningkat bila progam pembelajaran disusun dengan baik. Ditinjau dari segi

siswa, maka ditemukan beberapa faktor ekstern yang berpengaruh pada aktivitas

(12)

3

pembina siwa belajar, 2) Prasarana dan sarana pembelajaran seperti ; Gedung

sekolah, ruang belajar, buku pelajaran, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, 3)

Lingkungan sosial siswa disekolah, dan 4) Kurikulum Sekolah (Dimyati 2009 :

247-253). Setelah peneliti melakukan observasi di Sekolah SMA Negeri 2 Binjai,

pembelajaran fisika disekolah masih bersifat verbal,hanya mencatat dan

mengerjakan soal-soal, siswa tampak pasif dan menerima pengetahuan sesuai

dengan apa yang diberikan guru, proses belajar mengajar dilakukan disekolah

masih berpusat pada guru. Saat guru memberikan kesempatan untuk bertanya atau

menjawab siswa hanya diam karena bingung apa yang harus ditanyakan dan

dijawab.

Menurut uraian di atas, bahwa model dan metode mengajar mempengaruhi

suasana dan hasil belajar siswa. Guru yang mengajar dengan model pembelajaran

yang kurang menarik dapat menyebabkan siswa menjadi bosan, pasif, dan tidak

kreatif. Bidang studi sains fisika merupakan salah satu pengetahuan yang telah

terstruktur, baik konsep-konsepnya telah dikonsepkan oleh para fisikawan. Siswa

yang mempelajari fisika tidak boleh berbeda konsepnya dengan para fisikawan

atau paling sedikit mendekati apa yang dikonsep oleh para fisikawan tersebut,

sehingga perhitungan-perhitungan dalam fisika dapat langsung terapkan pada

siswa untuk menghindari miskonsepsi.

Model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center learning)

merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah di atas

yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui penalaran, menemukan

sesuatu untuk dirinya dalam memahami struktur ide-ide kunci yaitu dengan

menerapkan model pembelajaran discovery learning. “Model pembelajaran

discovery learning (penemuan) lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif”. Anak

harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai

cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid

mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.

Menurut Bell belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagian hasil

(13)

4

sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan,

siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan

menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif atau proses

dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi. Model discovery

learning merupakan model pembelajaran berdasarkan pandangan kontruktivisme. Model discovery menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide

penting terhadap suatu disiplin ilmu melalui keterlibatan siswa secara aktif

didalam pembelajaran. Siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui

keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan guru

mendorong siswa untuk memiliki pengalaman yang memungkinkan mereka

menemukan prinsip untuk diri mereka sendiri.(Hosnan, 2014:281)

Model discovery learning merupakan suatu cara untuk mengembangkan

cara belajar siswa aktif. Dengan model penemuan ini juga, anak belajar berfikir

analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini

akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat (Suryosubroto, 2009:177). Tujuan

mendasar dari pembelajaran penemuan adalah untuk mengajak siswa untuk

memecahkan masalahnya dengan fakta-fakta, bahan, dan peristiwa untuk

menempatkan belajar dengan cara mereka sendiri dan untuk keluar dengan

hubungan untuk membangun generalisasi atau prinsip-prinsip. (Carin dan Sund,

1964 : 91)

Fitri (2013), juga melakukan penelitian model pembelajaran penemuan

(discovery learning) di SMA Cerdas Murni Tembung menyatakan bahwa ada

pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika dengan model pembelajaran

discovery learning yaitu dapat dilihat dari nilai rata-rata pretes 43,75 menjadi 62,37. Indarti (2010) juga melakukan penelitian tentang penerapan model

discovery learning , didapat nilai pada saat diberikan pretes adalah 45,18 . Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model discovery learning memperoleh

nilai rata-rata 67,82. Kelemahan dari peneliti sebelumnya adalah kurang

mempersiapkan contoh soal dan latihan yang bervariasi dan kurang efektifnya

penggunaan waktu, kurang mengarahkan situasi belajar yang kondusif dan kurang

(14)

5

adalah materi dan tempat penelitian serta peneliti mencoba menutupi kelemahan

dari peneliti sebelumnya dengan cara memberitahukan terlebih dahulu kepada

siswa alokasi waktu saat melakukan proses pembelajaran dan menginformasikan

kepada siswa langkah-langkah diskusi agar lebih efisien.

Berdasarkan uraian masalah diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : “ Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kalor Di Kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P. 2014/2015”.

I.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat diidentifikasikan masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Hasil belajar siswa untuk pelajaran fisika masih rendah.

2. Siswa menganggap fisika merupakan pelajaran yang sulit dimengerti.

3. Penggunaan model dan metode pembelajaran yang jarang digunakan guru

dikelas.

4. Penggunaan fasilitas sekolah seperti laboratorium yang kurang maksimal

dalam menunjang proses pembelajaran.

I.3. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, dana dan kemampuan peneliti maka perlu

dibatasi masalah dalam penelitian ini. Adapun batasan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam

bentuk model discovery learning.

2. Subjek penelitian adalah siswa kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P.

2014/2015.

3. Materi yang disajikan kepada siswa dalam penelitian ini hanya dibatasi pada

sub materi Kalor.

4. Hasil belajar yang akan diteliti hanya pada aspek kognitif yang disertai

(15)

6

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model

discovery learning pada materi Kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P 2014/2015?

2. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran

konvensional pada materi Kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai

T.P 2014/2015?

3. Bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model discovery

learning pada materi Kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P 2014/2015?

4. Bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran

konvensional pada materi Kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai

T.P 2014/2015?

5. Adakah perbedaan yang signifikan akibat pengaruh model discovery learning

terhadap hasil belajar siswa pada materi Kalor di kelas X Semester II SMA

Negeri 2 Binjai T.P 2014/2015?

I.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model

discovery learning pada materi Kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P 2014/2015.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan

pembelajaran konvensional pada materi Kalor di kelas X Semester II SMA

(16)

7

3. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model

discovery learning pada materi Kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P 2014/2015.

4. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran

konvensional pada materi Kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai

T.P 2014/2015.

5. Untuk mengetahui pengaruh model discovery learning terhadap hasil belajar

siswa pada materi Kalor di kelas X Semester II Negeri 2 Binjai T.P

2014/2015.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi hasil belajar siswa yang dipengaruhi oleh model

discovery learning.

2. Sebagai bahan informasi alternatif model discovery learning bagi pembaca

ataupun peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik yang sama.

3. Sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan guna kemajuan pembelajaran

pada umumnya dan pembelajaran fisika pada khususnya.

1.7. Defenisi Operasional

1. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam

tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di

dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. (Joyce dalam

Trianto 2009:22). Selanjutnya, Joyce menyatakan bahwa setiap model

pembelajaran mengrahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk

membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran

tercapai.

2. Model pembelajaran penemuan (discovery learning) adalah suatu model

pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan kontruktivisme.

(17)

8

terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam

proses pembelajaran. (Hosnan, 2014:280)

3. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan

(18)

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan perhitungan dan pengujian hipotesis diperoleh beberapa

kesimpulan antara lain :

1. Hasil belajar siswa kelas XI semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P.

2014/2015 meningkat secara signifikan dari X1 = 37 menjadiX1 = 68,14 setelah dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran

discovery learning pada materi kalor.

2. Hasil belajar siswa kelas XI semester II SMA Negeri 16 Medan T.P.

2014/2015 juga meningkat dari X1 = 38,71 menjadi X1 = 62,86 setelah di ajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada

materi kalor, namun tidak sebaik model discovery learning.

3. Penerapan model discovery learning pada materi kalor di kelas X semester

II SMA Negeri 2 Binjai selama proses pembelajaran dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa.

4. Penerapan pembelajaran konvensional pada materi kalor di kelas X

semester II SMA Negeri 2 Binjai juga dapat meningkatkan aktivitas siswa.

5. Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh bahwa thitung = 2,29 > ttabel =

1,668 artinya Ha diterima yakni ada perbedaan hasil belajar siswa yang

diberi perlakuan dengan model discovery learning dan diberi perlakuan

dengan pembelajaran konvensional pada materi kalor di kelas X semester

II SMA Negeri 2 Binjai T.P 2014/2015, dengan kata lain bahwa model

(19)

65

5.2. Saran

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu: 1) Guru merasa gagal

mendeteksi masalah dan adanya kesalah pahaman antara guru dengan siswa,

terlihat pada saat guru membimbing siswa dituntut untuk fokus terhadap masalah

tetapi ada beberapa siswa yang lebih memilih duduk diam dan menunggu hasil

yang diperoleh oleh temannya daripada bergabung membantu temannya untuk

memperoleh kesimpulan dari hasil pelatihan 2) mengalami kendala dalam hal

mempersiapkan alat dan bahan pada saat pembelajaran hal ini diakibatkan karena

sarana dan prasarana yang kurang lengkap disekolah tersebut sehingga peneliti

menyediakan alat dan bahan sendiri namun terbatas; 3) kurangnya pengalaman

peneliti dalam mengelola kelas sehingga kondisi siswa yanng ribut menyebabkan

penelitian menjadi kurang efisien; 4) Kurang tepat menentukan sampel.

Berdasarkan kelemahan dalam penelitian ini, maka peneliti mempunyai

beberapa saran bagi pihak yang ingin menerapkan model ini selanjutnya, yaitu : 1)

Agar menyusun instrumen soal yang berupa masalah-masalah yang menarik agar

siswa tertarik untuk memecahkan masalah tersebut ; 2) Sebaiknya lebih efektif

membimbing siswa , mengalokasikan waktu sesuai RPP dan meluangkan waktu

melengkapi alat dan bahan yang akan digunakan agar pembelajaran berlangsung

dengan aktif; 3) Sebaiknya mampu lebih menguasai setiap tahapan dalam model

pembelajaran ini agar ketika mengajar semua tahapan-tahapan dalam model

(20)

62

DAFTAR PUSTAKA

Arend, RI., (2008), Learning to Teach, Belajar untuk Mengajar, Penerbit Pustaka Belajar, Yogyakarta

Arikunto,S.,(2010), Prosedur Penelitian, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

Arsyad, A., (2011), Media Pembelajaran, Penerbit PT Raja Grafindo, Jakarta.

Carin, A., dan Sund, R.B., (1964), Teaching Science Through Discovery. Chales E. Merrill Books, Ohio.

Dimyati & Mudjiono.,(2009).Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta.

Djamarah, S.B., (2010), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan., (2011), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Pendidikan FMIPA Unimed, FMIPA Unimed.

Hamalik, Oemar., (2006), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.

Hosnan.,(2014), Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21, Ghalia Indonesia, Bogor.

Indarti.,(2010), Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Kelas X SMAN 8 Malang, Jurnal, Malang : Universitas Negeri Malang

Istarani., (2012), Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan

Kanginan, M.,(2004), Fisika SMA 2, Erlangga, Jakarta.

Mahmoud.,(2014), The Effect of Using Discovery Learning Strategy in Teaching Grammatical Rules to first years General Secondery Student on Developing Their Achievements and Metacognitive Skills Volume : 5 Issue : 2, Jurnal : Faculty of Education, Fayoum University, Egypt

Nababan, R. (2014), Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning melalui pendekatan saintifik terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok suhu dan kalor kelas X semester Genap di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam T.A. 2013/2014, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

(21)

63

Putrayasa, I.M., Syahruddin, H., dan Margunayasa, I.G., (2014), Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar IPA Siswa, Jurnal Fisika, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.

Sudjana., (2002), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Supianto.,(2006), FISIKA UNTUK SMA KELAS X, Phibeta, Jakarta.

Suryosubroto, B.,(2009), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta

Syaiful, Sagala.,(2012), Konsep Dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung

Trianto., (2007), Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis, Prestasi Pustaka, Jakarta.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Perubahan Wujud Zat

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menganalisis pengaruh Economic Value Added dan profitabilitas perusahaan yang di ukur dengan rasio keuangan terhadap return pemegang saham perusahaan di

Pada hari ketiga ditemui bahwa penambahan TCT 0% tidak berbeda nyata dengan 100% TCT, penambahan TCT 25% juga tidak berbeda nyata dengan penambahan TCT 75%, tetapi penambahan 50%

diangkat sebagai kepala sekolah adalah guru yang telah mempunyai sertifikasi. dan pengalaman kerja

1) Guru dapat menerapkan pendekatan SAVI pada pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek kemampuan membaca pemahaman. 2) Guru dapat memahami dengan tepat langkah-langkah

Polimer biodegradabel seperti kopolimer poli(asam laktat)-poli(asam glikolat) (PLGA) biasanya dibuat melalui kopolimerisasi pembukaan cincin D,L-laktida dan glikolida

The problem faced by teacher of SMP N 2 Simo Boyolali in teaching reading to the second year students are that the student feels bored in learning English, because they have

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel tanah terhadap stabilitas lereng pada model tanggul dengan menggunakan software Geo Slope , sehingga

Pada sudut datang 45 – 80 o , nilai transmisivitas akan menurun dengan cepat sehingga radiasi yang dipantulkan lebih besar dari pada radiasi yang ditransmisikan (Mastalarerz,