PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 2 BINJAI T.P 2014/2015
Oleh:
Aprilista Putri Dyan NIM 4113321004
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidkan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 2 BINJAI T.P 2014/2015
APRILISTA PUTRI DYAN NIM : 4113321004
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Kalor di Kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P. 2014 / 2015.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian quasi eksperiment dengan desain two group Pre-test dan Pos-test, Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas X semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P. 2014 / 2015. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling, yang terdiri dari tujuh kelas, yaitu kelas X-PMS3 kelas eksperimen diterapkan model discovery learning, dan kelas X-PMS2 kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional yaitu model pembelajaran langsung, masing-masing kelas sebanyak 35 siswa, Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan Instrumen berupa test pilihan berganda sebanyak 20 soal dengan 5 option (a, b, c, d, dan e) Tes hasil belajar di validkan oleh validator dan lembar observasi untuk mengukur aktivitas dan psikomotorik.
Berdasarkan hasil penelitian dikelas eksperimen diperoleh peningkatan aktivitas dalam kategori baik dan psikomotorik termasuk dalam kategori cukup baik. Dari analisa data untuk kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan model discovery learning diperoleh rata-rata Pre-test 37 dengan standard deviasi 10,92 dan nilai rata-rata Post-test 68,14 dengan standard deviasi 10,78. Kelas kontrol yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional diperoleh rata-rata Pre-test 38,71 dan standard deviasi 13,52 sedangkan rata-rata Post-test 62,86 dengan standard deviasi 8,76. Kedua kelas berdistribusi normal dan memiliki variasi yang homogen. Dari hasil uji t diperoleh thitung = 2,29 dan ttabel = 1,668, sehingga thitung > ttabel (2,29 >1,668) maka Ha diterima, dengan demikian diperoleh ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning pada materi kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P. 2014/2015.
vi
DAFTAR ISI
halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar isi vi
Daftar Gambar viii
Daftar Tabel ix
Daftar Lampiran x
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang Masalah 1
1.2.Indentifikasi Masalah 5
1.3.Batasan Masalah 5
1.4.Rumusan Masalah 6
1.5.Tujuan Penelitian 6
1.6.Manfaat Penelitian 7
1.7.Definisi Operasional 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1. Kerangka Teoritis 9
2.1.1 Pengertian Belajar 11
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar 10
2.1.2.1Ranah Kognitif 12
2.1.2.2Ranah afektif 14
2.1.2.3Ranah Psikomotorik 15
2.1.3 Aktivitas Belajar 16
2.1.4 Pengertian Model Pembelajaran 17
2.1.4.1Model Pembelajaran Penemuan (discovery learning) 18
2.1.4.2Ciri-Ciri Discovery Learning 20
2.1.4.3Tujuan Pembelajaran Discovery Learning 20 2.1.4.4Kelebihan dan kekurangan Model Discovery Learning 21 2.1.4.5Sintaks Pembelajaran Model Discovery Learning 23
2.1.5 Pembelajaran Konvensional 24
2.1.6 Penelitian yang Relevan 24
2.1.7 Materi Pelajaran 27
2.1.7.1 Kalor 27
2.2 Kerangka Konseptual 34
2.3 Hipotesis Penelitian 35
BAB III METODE PENELITIAN 36
3.1. Lokasi Penelitian 36
3.2. Populasi dan Sampel 36
vii
3.2.2 Sampel Penelitian 36
3.3. Variabel Penelitian 36
3.3.1 Variabel Bebas 37
3.3.2. Variabel Terikat 37
3.4. Jenis dan Desain Penelitian 37
3.4.1 Jenis Penelitian 37
3.4.2 Desain Penelitian 37
3.5. Prosedur Penelitian 38
3.5.1 Diagram Alir Penelitian 40
3.6. Instrumen Penelitian 41
3.6.1 Tes Hasil Belajar 41
3.6.2 Validitas Tes 41
3.6.3 Instrumen Aktivitas 42
3.7 Teknik Anilisis Data 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 48
4.1.1 Data Tes Hasil Belajar Siswa 48
4.1.1.1 Pengolahan dan Analisis Data Pretes 48 4.1.1.2 Perlakuan Model Discovery Learning 50
4.2. Observasi 51
4.2.1. Aktivitas Siswa 51
4.2.2. Penilaian Psikomotorik 53
4.1.1.3 Pengolahan dan Analisis Data Pretes 55
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 64
5.1. Kesimpulan 64
5.2. Saran 65
DAFTAR PUSTAKA 66
ix
DAFTAR TABEL
halaman Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Model Discovery Learning 23
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Tentang Discovery Learning 24
Table 2.3 Nilai Kalor Lebur Untuk Setiap Benda 31
Tabel 3.1 Tabel Pretest dan Postest Group 37
Tabel 3.2 Tabel Spesifikasi Tes Hasil Belajar 41
Tabel 3.3 Pedoman penskoran observasi aktivitas belajar siswa 42
Table 4.1. Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 48
Table 4.2. Uji Normalitas Data Pretes 49
Table 4.3. Uji Homogenitas Data Pretes 50
Table 4.4. Perhitungan Uji t Data Pretes 50
Table 4.5. Perkembangan Aktivitas Siswa Pada Pertemuan I, II, dan III 51
Tabel 4.6. Perkembangan Psikomotorik Siswa 53
Tabel 4.7. Data Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 55
Tabel 4.8. Uji Normalitas Data Postes 56
Table 4.9. Uji Homogenitas Data Postes 56
viii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Bagan Perubahan Wujud Zat 29
Gambar 2.2 Perpindahan Kalor Secara Konduksi 32
Gambar 2.3 Konveksi Pada Udara 33
Gambar 2.4 Perpindahan Kalor Secara Radiasi 34
x
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 RPP I 68
Lampiran 2 RPP II 85
Lampiran 3 RPP III 98
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS-1) 111
Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa (LKS-2) 114
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa (LKS-3) 116
Lampiran 7 Instrumen Hasil Belajar 119
Lampiran 8 Tes Hasil Belajar 133
Lampiran 9 Rubrik Penilaian Aktivitas 139
Lampiran 10 Observasi Penilaian Aktivitas 141
Lampiran 11 Tabulasi Jawaban Pretes Kelas Eksperimen 142
Lampiran 12 Tabulasi Jawaban Pretes Kelas Kontrol 144
Lampiran 13 Tabulasi Jawaban Postes Kelas Eksperimen 146
Lampiran 14 Tabulasi Jawaban Postes Kelas Kontrol 148
Lampiran 15 Data Hasil Belajar 150
Lampiran 16 Perhitungan Nilai Rata-Rata dan Standar Deviasi 154
Lampiran 17 Uji Normalitas Data 156
Lampiran 18 Uji Homogenitas Data 160
Lampiran 19 Pengujian Hipotesis Data 162
Lampiran 20 Tabel Observasi Penilaian Aktivitas Belajar 166
Kelas Esperimen I
Lampiran 21 Tabel Observasi Penilaian Aktivitas Belajar 170
Kelas Esperimen II
Lampiran 22 Tabel Observasi Penilaian Aktivitas Belajar 174
Kelas Esperimen III
Lampiran 23 Tabel Obeservasi Penilaian Kelas Kontrol 178
Lampiran 24 Rekapitulasi Observasi Psikomotorik Siswa 182
Lampiran 25 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 187
Lampiran 26 Daftar NiIai Persentil Untuk Distribusi t 188
xi
Lampiran 28 Daftar NiIai Persentil Untuk Distribusi F 190
1
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika
sering dikemukakan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah
terutama untuk hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika. Berdasarkan hasil
survey TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) tahun
2007 bidang science, Indonesia menduduki peringkat 35 dari 49 negara dengan
nilai 427, padahal skor rata-rata internasional adalah 500. Sedangkan pada
tahun 2011, Indonesia posisinya menurun menduduki peringkat ke 40 dari 42
negara. Hasil survey tersebut tentu saja menjadi salah satu indikator
mengenai kondisi dan kualitas pendidikan di Indonesia yang perlu mendapat
perhatian serius untuk ditingkatkan.
Penguasaan fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi salah satu
modal dasar dalam pengembangan berbagai bidang keahlian. Fisika sebagai ilmu
bidang sains merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan alam
sehingga dalam pembelajarannya diperlukan penyelidikan berupa percobaan
terhadap pengetahuan tersebut. Proses pengembangan suatu bidang ilmu fisika
diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung seperti laboratorium dengan
peralatan dan alat-bahan percobaan fisika yang memadai, perpustakaan yang
cukup untuk mengembangkan dasar berpikir siswa, dan penunjang pembelajaran
lainnya disekolah.
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan dengan cara
menyebarkan angket kepada 40 orang siswa SMA Negeri 2 Binjai Kelas X
Semester II 57,50% berpendapat fisika adalah pelajaran yang sulit dipahami,
kurang menarik, dan membosankan, 27,50% berpendapat fisika biasa – biasa saja,
dan hanya 15% yang berpendapat fisika menyenangkan dan mudah dimengerti
dan fisika menempati posisi ke dua setelah matematika sebagai pelajaran yang
paling tidak disukai oleh siswa. Dari angket juga diperoleh bahwa kegiatan belajar
dikelas masih berpusat pada guru. Dimana, guru hanya menjelaskan dipapan tulis,
2
dapat dilihat dari angket yang menunjukkan bahwa siswa jarang untuk mengulang
pelajaran dirumah meskipun mereka mempunyai buku, kurangnya pemanfaatan
media pembelajaran serta penggunaan alat-alat laboratorium yang kurang
maksimal disekolah dan kurang berkeinginan untuk mempelajari fisika di luar
sekolah.
Informasi juga dari hasil penyebaran angket pembelajaran untuk guru yaitu
Ibu Juniati S.Pd, guru fisika SMA Negeri 2 Binjai diketahui bahwa dalam proses
pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran langsung (DI) disertai
metode Contextual Teaching and Learning (CTL). Nilai rata-rata fisika siswa
kelas X SMA Negeri 2 Binjai T.P 2014 / 2015 adalah 25% siswa yang
mendapatkan nilai diatas KKM. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa untuk pelajaran fisika masih rendah.
Hasil analisis terhadap angket siswa, pengajaran fisika disajikan dengan
menonjolkan persamaan-persamaan matematik dalam bentuk yang kurang
menarik dan terkesan sulit bagi siswa, sehingga siswa akan merasa jenuh sebelum
mempelajarinya. Selain faktor yang berhubungan dengan konsep fisika,
rendahnya hasil belajar fisika yang diperoleh siswa juga disebabkan karena
faktor yang berhubungan dengan suasana belajar dikelas. Guru harus mampu
mengelola kelas dan menciptakan proses pembelajaran yang kondusif.
Selain fisika itu pelajaran yang sulit dan membosankan, peneliti juga
menemukan bahwa guru kurang menggunakan model-model pembelajaran dalam
proses pembelajaran serta metode pembelajaran yang digunakan guru kurang
bervariasi pada saat proses belajar mengajar. Padahal kita ketahui, penggunaan
metode yang bervariasi sangatlah diperlukan dalam meningkatkan hasil proses
pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran adalah salah satu cara untuk
membangkitkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila
didorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat
meningkat bila progam pembelajaran disusun dengan baik. Ditinjau dari segi
siswa, maka ditemukan beberapa faktor ekstern yang berpengaruh pada aktivitas
3
pembina siwa belajar, 2) Prasarana dan sarana pembelajaran seperti ; Gedung
sekolah, ruang belajar, buku pelajaran, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, 3)
Lingkungan sosial siswa disekolah, dan 4) Kurikulum Sekolah (Dimyati 2009 :
247-253). Setelah peneliti melakukan observasi di Sekolah SMA Negeri 2 Binjai,
pembelajaran fisika disekolah masih bersifat verbal,hanya mencatat dan
mengerjakan soal-soal, siswa tampak pasif dan menerima pengetahuan sesuai
dengan apa yang diberikan guru, proses belajar mengajar dilakukan disekolah
masih berpusat pada guru. Saat guru memberikan kesempatan untuk bertanya atau
menjawab siswa hanya diam karena bingung apa yang harus ditanyakan dan
dijawab.
Menurut uraian di atas, bahwa model dan metode mengajar mempengaruhi
suasana dan hasil belajar siswa. Guru yang mengajar dengan model pembelajaran
yang kurang menarik dapat menyebabkan siswa menjadi bosan, pasif, dan tidak
kreatif. Bidang studi sains fisika merupakan salah satu pengetahuan yang telah
terstruktur, baik konsep-konsepnya telah dikonsepkan oleh para fisikawan. Siswa
yang mempelajari fisika tidak boleh berbeda konsepnya dengan para fisikawan
atau paling sedikit mendekati apa yang dikonsep oleh para fisikawan tersebut,
sehingga perhitungan-perhitungan dalam fisika dapat langsung terapkan pada
siswa untuk menghindari miskonsepsi.
Model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center learning)
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah di atas
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui penalaran, menemukan
sesuatu untuk dirinya dalam memahami struktur ide-ide kunci yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran discovery learning. “Model pembelajaran
discovery learning (penemuan) lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif”. Anak
harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai
cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid
mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
Menurut Bell belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagian hasil
4
sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan,
siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan
menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif atau proses
dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi. Model discovery
learning merupakan model pembelajaran berdasarkan pandangan kontruktivisme. Model discovery menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide
penting terhadap suatu disiplin ilmu melalui keterlibatan siswa secara aktif
didalam pembelajaran. Siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui
keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan guru
mendorong siswa untuk memiliki pengalaman yang memungkinkan mereka
menemukan prinsip untuk diri mereka sendiri.(Hosnan, 2014:281)
Model discovery learning merupakan suatu cara untuk mengembangkan
cara belajar siswa aktif. Dengan model penemuan ini juga, anak belajar berfikir
analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini
akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat (Suryosubroto, 2009:177). Tujuan
mendasar dari pembelajaran penemuan adalah untuk mengajak siswa untuk
memecahkan masalahnya dengan fakta-fakta, bahan, dan peristiwa untuk
menempatkan belajar dengan cara mereka sendiri dan untuk keluar dengan
hubungan untuk membangun generalisasi atau prinsip-prinsip. (Carin dan Sund,
1964 : 91)
Fitri (2013), juga melakukan penelitian model pembelajaran penemuan
(discovery learning) di SMA Cerdas Murni Tembung menyatakan bahwa ada
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika dengan model pembelajaran
discovery learning yaitu dapat dilihat dari nilai rata-rata pretes 43,75 menjadi 62,37. Indarti (2010) juga melakukan penelitian tentang penerapan model
discovery learning , didapat nilai pada saat diberikan pretes adalah 45,18 . Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model discovery learning memperoleh
nilai rata-rata 67,82. Kelemahan dari peneliti sebelumnya adalah kurang
mempersiapkan contoh soal dan latihan yang bervariasi dan kurang efektifnya
penggunaan waktu, kurang mengarahkan situasi belajar yang kondusif dan kurang
5
adalah materi dan tempat penelitian serta peneliti mencoba menutupi kelemahan
dari peneliti sebelumnya dengan cara memberitahukan terlebih dahulu kepada
siswa alokasi waktu saat melakukan proses pembelajaran dan menginformasikan
kepada siswa langkah-langkah diskusi agar lebih efisien.
Berdasarkan uraian masalah diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : “ Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kalor Di Kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P. 2014/2015”.
I.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasikan masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah :
1. Hasil belajar siswa untuk pelajaran fisika masih rendah.
2. Siswa menganggap fisika merupakan pelajaran yang sulit dimengerti.
3. Penggunaan model dan metode pembelajaran yang jarang digunakan guru
dikelas.
4. Penggunaan fasilitas sekolah seperti laboratorium yang kurang maksimal
dalam menunjang proses pembelajaran.
I.3. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, dana dan kemampuan peneliti maka perlu
dibatasi masalah dalam penelitian ini. Adapun batasan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam
bentuk model discovery learning.
2. Subjek penelitian adalah siswa kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P.
2014/2015.
3. Materi yang disajikan kepada siswa dalam penelitian ini hanya dibatasi pada
sub materi Kalor.
4. Hasil belajar yang akan diteliti hanya pada aspek kognitif yang disertai
6
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
discovery learning pada materi Kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P 2014/2015?
2. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran
konvensional pada materi Kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai
T.P 2014/2015?
3. Bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model discovery
learning pada materi Kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P 2014/2015?
4. Bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran
konvensional pada materi Kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai
T.P 2014/2015?
5. Adakah perbedaan yang signifikan akibat pengaruh model discovery learning
terhadap hasil belajar siswa pada materi Kalor di kelas X Semester II SMA
Negeri 2 Binjai T.P 2014/2015?
I.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
discovery learning pada materi Kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P 2014/2015.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
pembelajaran konvensional pada materi Kalor di kelas X Semester II SMA
7
3. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model
discovery learning pada materi Kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P 2014/2015.
4. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran
konvensional pada materi Kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 2 Binjai
T.P 2014/2015.
5. Untuk mengetahui pengaruh model discovery learning terhadap hasil belajar
siswa pada materi Kalor di kelas X Semester II Negeri 2 Binjai T.P
2014/2015.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi hasil belajar siswa yang dipengaruhi oleh model
discovery learning.
2. Sebagai bahan informasi alternatif model discovery learning bagi pembaca
ataupun peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik yang sama.
3. Sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan guna kemajuan pembelajaran
pada umumnya dan pembelajaran fisika pada khususnya.
1.7. Defenisi Operasional
1. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di
dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. (Joyce dalam
Trianto 2009:22). Selanjutnya, Joyce menyatakan bahwa setiap model
pembelajaran mengrahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk
membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran
tercapai.
2. Model pembelajaran penemuan (discovery learning) adalah suatu model
pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan kontruktivisme.
8
terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran. (Hosnan, 2014:280)
3. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan perhitungan dan pengujian hipotesis diperoleh beberapa
kesimpulan antara lain :
1. Hasil belajar siswa kelas XI semester II SMA Negeri 2 Binjai T.P.
2014/2015 meningkat secara signifikan dari X1 = 37 menjadiX1 = 68,14 setelah dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
discovery learning pada materi kalor.
2. Hasil belajar siswa kelas XI semester II SMA Negeri 16 Medan T.P.
2014/2015 juga meningkat dari X1 = 38,71 menjadi X1 = 62,86 setelah di ajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada
materi kalor, namun tidak sebaik model discovery learning.
3. Penerapan model discovery learning pada materi kalor di kelas X semester
II SMA Negeri 2 Binjai selama proses pembelajaran dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa.
4. Penerapan pembelajaran konvensional pada materi kalor di kelas X
semester II SMA Negeri 2 Binjai juga dapat meningkatkan aktivitas siswa.
5. Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh bahwa thitung = 2,29 > ttabel =
1,668 artinya Ha diterima yakni ada perbedaan hasil belajar siswa yang
diberi perlakuan dengan model discovery learning dan diberi perlakuan
dengan pembelajaran konvensional pada materi kalor di kelas X semester
II SMA Negeri 2 Binjai T.P 2014/2015, dengan kata lain bahwa model
65
5.2. Saran
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu: 1) Guru merasa gagal
mendeteksi masalah dan adanya kesalah pahaman antara guru dengan siswa,
terlihat pada saat guru membimbing siswa dituntut untuk fokus terhadap masalah
tetapi ada beberapa siswa yang lebih memilih duduk diam dan menunggu hasil
yang diperoleh oleh temannya daripada bergabung membantu temannya untuk
memperoleh kesimpulan dari hasil pelatihan 2) mengalami kendala dalam hal
mempersiapkan alat dan bahan pada saat pembelajaran hal ini diakibatkan karena
sarana dan prasarana yang kurang lengkap disekolah tersebut sehingga peneliti
menyediakan alat dan bahan sendiri namun terbatas; 3) kurangnya pengalaman
peneliti dalam mengelola kelas sehingga kondisi siswa yanng ribut menyebabkan
penelitian menjadi kurang efisien; 4) Kurang tepat menentukan sampel.
Berdasarkan kelemahan dalam penelitian ini, maka peneliti mempunyai
beberapa saran bagi pihak yang ingin menerapkan model ini selanjutnya, yaitu : 1)
Agar menyusun instrumen soal yang berupa masalah-masalah yang menarik agar
siswa tertarik untuk memecahkan masalah tersebut ; 2) Sebaiknya lebih efektif
membimbing siswa , mengalokasikan waktu sesuai RPP dan meluangkan waktu
melengkapi alat dan bahan yang akan digunakan agar pembelajaran berlangsung
dengan aktif; 3) Sebaiknya mampu lebih menguasai setiap tahapan dalam model
pembelajaran ini agar ketika mengajar semua tahapan-tahapan dalam model
62
DAFTAR PUSTAKA
Arend, RI., (2008), Learning to Teach, Belajar untuk Mengajar, Penerbit Pustaka Belajar, Yogyakarta
Arikunto,S.,(2010), Prosedur Penelitian, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
Arsyad, A., (2011), Media Pembelajaran, Penerbit PT Raja Grafindo, Jakarta.
Carin, A., dan Sund, R.B., (1964), Teaching Science Through Discovery. Chales E. Merrill Books, Ohio.
Dimyati & Mudjiono.,(2009).Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta.
Djamarah, S.B., (2010), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan., (2011), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Pendidikan FMIPA Unimed, FMIPA Unimed.
Hamalik, Oemar., (2006), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.
Hosnan.,(2014), Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21, Ghalia Indonesia, Bogor.
Indarti.,(2010), Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Kelas X SMAN 8 Malang, Jurnal, Malang : Universitas Negeri Malang
Istarani., (2012), Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan
Kanginan, M.,(2004), Fisika SMA 2, Erlangga, Jakarta.
Mahmoud.,(2014), The Effect of Using Discovery Learning Strategy in Teaching Grammatical Rules to first years General Secondery Student on Developing Their Achievements and Metacognitive Skills Volume : 5 Issue : 2, Jurnal : Faculty of Education, Fayoum University, Egypt
Nababan, R. (2014), Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning melalui pendekatan saintifik terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok suhu dan kalor kelas X semester Genap di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam T.A. 2013/2014, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
63
Putrayasa, I.M., Syahruddin, H., dan Margunayasa, I.G., (2014), Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar IPA Siswa, Jurnal Fisika, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.
Sudjana., (2002), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.
Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Supianto.,(2006), FISIKA UNTUK SMA KELAS X, Phibeta, Jakarta.
Suryosubroto, B.,(2009), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta
Syaiful, Sagala.,(2012), Konsep Dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung
Trianto., (2007), Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis, Prestasi Pustaka, Jakarta.