SEKRETARIS PADA KANTOR WILAYAH KEMENTRIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA UTARA
OLEH :
SUCI MARDHOTILLAH 122103141
PROGRAM STUDI D-III KESEKRETARIATAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NAMA : SUCI MARDHOTILLAH
NIM : 122103141
PROGRAM STUDI : D-III KESEKRETARIATAN
JUDUL : MANFAAT KECERDASAN EMOSIONAL DALAM
AKTIVITAS KERJA SEKRETARIS PADA KANTOR WILAYAH KEMENTRIAAN AGAMA PROVINSI SUMATERA UTARA
Tanggal :………...2015 Ketus Program Studi D-III Kesekretariatan
(Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring, SE, MM) NIP. 19741012 200003 2 003
Tanggal :……….2015 Dekan
NAMA : SUCI MARDHOTILLAH
NIM : 122103141
PROGRAM STUDI : D-III KESEKRETARIATAN
JUDUL : MANFAAT KECERDASAN EMOSIONAL DALAM
AKTIVITAS KERJA SEKRETARIS PADA KANTOR WILAYAH KEMENTRIAAN AGAMA PROVINSI SUMATERA UTARA
Medan, 2015
Menyetujui Pembimbing
KATA PENGANTAR
Assalammu”alaikum WR WB.
Syukur Alhamdulillah Penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk memperoleh gelar ahli madya (Amd) pada Program Studi Diploma III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Shalawat beriring salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat-Nya dari alam yang penuh kegelapan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
pihak. Untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D sebagai PLT Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum SE,M.EC,AK sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring, SE, MM Ketua Program Studi Diploma III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Magdalena. L. L Sibarani, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Endang Sulistyarini, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan perbaikan dalam proses penyelesaian Tugas Akhir, sehingga penulisan dapat terselesaikan dengan baik.
6. Seluruh Staff Pegawai pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
membantu Penulis dalam memperoleh data Instansi yang diperlukan dalam penulisan Tugas Akhir ini.
9. Ibu Cici Andriana dan ibu Murnila, SE selaku mentor dan pembimbing selama Penulis melakukan magang di bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara.
10. Teristimewa untuk kedua orang tua Penulis yang teramat sangat Penulis sayangi dan banggakan yang merupakan motivasi terbesar Penulis, terimakasih Ayahanda Sakiman dan Ibunda Suyatmi dengan kasih sayangnya yang ikhlas telah membesarkan, mendidik dan memberikan dukungan moril dan materi serta limpahan kasih sayang dan doa yang tiada henti serta pengorbanannya yang begitu besar dan tidak ternilai dari mulai Penulis belajar hingga dapat menyelesaikan pendidikan perkuliahan di Program Studi Diploma III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semoga jerih payah Penulis ini dapat menjadi penyejuk kelelahan hati Ayahanda dan Ibunda selama ini.
11. Kepada abang Ilmi Ghozali, Amd dan kakak Siti Nurkhasana, SE terimakasih atas dukungan dan memberikan doa , motivasi, semangat, menghibur, perhatiannya kepada Penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
12. Kepada adik Penulis Winda Aulia dan Nurul Syah Dilla yang telah
13. Untuk sahabat-sahabat Penulis Isnaini Hidayah, Vini Khairanita, Widia Pangestika, Riza Devianti, Intan Machda Elena Idrus yang selalu menjadi rekan terbaik selama masa kuliah.
14. Untuk teman-teman Penulis di Program Studi Diploma III Kesekretariatan stambuk 2012 yang telah melengkapi keindahan masa kuliah Penulis. Senang bisa berkenalan dengan kalian.
15. Untuk teman kelompok magang Penulis yaitu Rizki Putri Ananda, Rohayati, Dora Octavia yang telah memberikan kerjasama dan kesetiakawanan yang baik selama 6 minggu menjalani proses magang.
16. Untuk Orang special Penulis M. Yasir Abdullah Daulay, S.Pd.I yang telah meberikan kebahagian, isnpirasi, dan motivasi.
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dorongan serta bantuan selama penyusunan Tugas Akhir ini.
Segala budi baik berupa bantuan, semangat dan kebahagiaan yang telah diberikan selama penulisan Tugas Akhir ini, kiranya mendapat Ridho dan balasan dari Allah SWT. Semoga Tugas Akhir ini memberikan manfaat bagi semua pihak. Wassalam.
Medan, Juni 2015 Penulis
DAFTAR ISI
1.6 Sistematika Pembahasan... 6
BAB II : PROFIL INSTANSI 2.1 Ruang Lingkup Perusahaan ... 8
2.1.1 Sejarah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara ... 8
2.1.2 Visi, Misi, dan Makna Logo Perusahaan ... 11
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 14
2.3 Job Description ... 15
BAB III : PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Sekretaris ... 19
3.2 Peranan dan Tugas Sekretaris ... 20
3.3 Pengertian Kecerdasan Emosional ... 23
3.4 Komponen Kecerdasan Emosional ... 25
3.5 Kecerdasan Emosional di Tempat Kerja ... 32
3.6 Meningkatkan Kecerdasan Emosional (EQ) Pada Sekretaris ... 34
3.7 Manfaat Kecerdasan Emosional Dalam Aktivitas Kerja Sekretaris Pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara ... 35
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 39
4.2 Saran ... 40
DAFTAR GAMBAR
No. Judul
Halaman
Gambar 2.1 Logo Kantor Wilayah Kementerian Agama ... 12 Gambar 2.2 Struktur Kantor Wilayah Kementerian Agama
DAFTAR TABEL
No. Judul
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Posisi sekretaris sudah semakin strategis, tidak hanya sebagai penerima
telefon, menulis surat, ataupun menjadwalkan pertemuan pimpinan, tetapi
seringkali seorang sekretaris sebagai ujung tombak organisasi atau perusahaan,
sehingga dituntut untuk mampu mengambil sikap dan keputusan ketika pimpinan
tidak sedang berada di kantor. Pimpinan menuntut sekretaris untuk dapat
membantu melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. Beragamnya tuntutan
pimpinan, diharapkan sekretaris dapat bertindak dan berpikir kreatif, inovatif,
cepat tanggap, dan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam
menjalankan tugasnya sehari-hari. Meskipun tuntutan pimpinan terlihat berat,
seorang sekretaris profesional memiliki kesanggupan dan kesiapan dalam
menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi. Sebagai ujung tombak
pimpinan, sekretaris harus siap menghadapi setiap permasalahan, sebelum
masalah itu benar-benar harus dihadapi dan diselesaikan pimpinan.
Dengan berkembangnya tugas-tugas seorang sekretaris, dari tugas rutin
sesuai dengan penjabaran pekerjaannya menjadi tugas yang kreatif, dituntut
adanya kemauan yang keras dari sekretaris dalam mengembangkan wawasan,
keterampilan yang khusus, interaksi, dan perubahan sikap sesuai dengan tuntutan
dan perkembangan organisasi tempatnya bekerja. Dalam hal ini, termasuk
Instansi pemerintah adalah suatu unit organisasi pemerintahan yang
menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Setiap
instansi pemerintah memiliki aktivitas kerja dimana pengertian aktivitas kerja
merupakan suatu rangkaian kegiatan dan tindakan yang sengaja dilakukan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam rangka
pencapaian tujuan tersebut diperlukannya peran sumber daya, salah satunya
adalah Sumber Daya Manusia.
Pegawai Negeri Sipil atau adalah sumber daya manusia yang bekerja pada
instansi pemerintah di Indonesia dan merupakan penghasil kerja bagi instansi
pemerintah. Setiap Pegawai Negeri Sipil terlibat dalam suatu aktivitas kerja pada
instansi pemerintah diharuskan ikut serta mendukung aktivitas kerja yang terbaik
agar tujuan di masing- masing instansi pemerintah dapat terlaksana dengan baik.
Keikutsertaan Pegawai Negeri Sipil untuk mendukung aktivitas kerja
dapat dilakukan dengan melaksanakan tugas kerja sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan dalam mencapai tujuan instansi pemerintah. Untuk mencapai
pelaksanaan tugas yang berhasil, Pegawai Negeri Sipil harus memiliki
kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan pekerjaan yang ditekuninya.
Maka Sekretaris Pegawai Negeri Sipil diberikan tugas dalam suatu jabatan
pemerintahan atau diberi tugas negara lainnya yang masih berhubungan dengan
tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu.
Dalam menjalankan tugas tersebut, Sekretaris Pegawai Negeri Sipil selain
harus memiliki kemampuan dan keterampilan juga harus memiliki kecerdasan
emosional, oleh karena selalu berhubungan dengan orang lain. Kecerdasan
emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ ( emotional quotient) adalah
emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada
perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. (Maliki.2009:15).
Pada Kecerdasan emosional juga diperlukan ketika seorang Sekretaris
Pegawai Negeri Sipil terlibat aktivitas kerja berhubungan dengan atasan atau
dengan sesama Pegawai Negeri Sipil lainnya. Terkadang ketika aktivitas kerja
sedang berlangsung terjadi konflik karena adanya emosi yang diakibatkan
Pegawai Negeri Sipil yang berada pada tingkat lebih tinggi terbiasa dengan
tindakan seperti marah berlebihan, sering menghardik, termasuk memberikan
hukuman pada bawahannya. Pegawai Negeri Sipil yang berada pada tingkat lebih
rendah terbiasa untuk takut, dendam dan salah paham terhadap atasannya.
Kecerdasan emosional bermanfaat dalam aktivitas kerja Sekretaris
Pegawai Negeri Sipil karena ketika seorang Sekretaris Pegawai Negeri Sipil
memiliki kecerdasan emosional tinggi dapat dilihat dari sikapnya yang tidak cepat
marah atas sikap orang lain kepadanya, tidak tergesa-gesa dalam mengerjakan
tugasnya, namun dalam pelaksanaan tugas tersebut sesuai dengan jadwal yang
sudah direncanakan, proaktif terhadap ide orang lain, dan sikap-sikap lainnya.
Apabila Sekretaris Pegawai Negeri Sipil memiliki kecerdasan emosional
tentunya akan menghasilkan rasa nyaman ketika menjalankan tugas dan dapat
memiliki banyak hubungan baik dengan orang lain seperti kepada sesama
Pegawai Negeri Sipil lain, atasannya, dan masyarakat umum. Keadaan ini akan
berimplikasi pada aktivitas kerja. Sehingga semakin tinggi kecerdasan emosional
seorang Sekretaaris Pegawai Negeri Sipil akan berperan dalam aktivitas kerja
yang membaik pada suatu instansi pemerintah.
salah satu instansi pemerintah memiliki beragam aktivitas kerja. Dalam
melaksanakan aktivitas kerja tersebut, tentunya diperlukan peran Sekretaris
Pegawai Negeri Sipil sebagai pelaksana dari tugas yang terdapat di dalam
aktivitas kerja tersebut. Keefektifan suatu instansi pemerintah ditentukan dari
aktivitas kerja yang berhasil, dimana salah satu hal yang mungkin berperan adalah
kecerdasan emosional dalam menjalankan aktivitas kerja tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
observasi dengan judul “Manfaat Kecerdasan Emosional Dalam Aktivitas Kerja
Sekretaris pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara.”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diatas, maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Manfaat Kecerdasan
Emosional Dalam Aktivitas Kerja Sekretaris pada Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Sumatera Utara ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan manfaat
kecerdasan emosional dalam aktivitas kerja Sekretaris pada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Instansi, penelitian ini akan menjadi bahan masukan pada Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara untuk mengetahui
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara.
2. Bagi Peneliti, menambah pengetahuan dan wawasan mengenai manfaat
kecerdasan emosional dalam aktivitas kerja.
3. Bagi Peneliti lain, sebagai bahan masukan, referensi, dan perbandingan
dalam penelitian dengan objek ataupun masalah yang sama dimasa yang
akan datang maupun untuk penelitian lanjutan.
1.5 Sistematika Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Sumatera Utara yang berlokasi di Jln. Jend. Gatot Subroto No.
261, kecamatan Medan Sunggal, Medan. Untuk lebih jelasnya, jadwal penelitian
dan peyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1
Pada kegiatan pengumpulan data, penulis melakukan pengumpulan data selama 4
minggu, dimulai tanggal 23 Februari sampai 22 Maret 2015 pada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dimana pada minggu ke-1
dilakukan pengumpulan data dan yang terakhir pada minggu 4 (keempat)
dilakukan penulisan tugas akhir.
1.6 Sistematika Pembahasan
Adapun Sistematika Penulisan dalam Tugas Akhir ini adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah atau alasan mengapa penulis
ingin menulis judul, serta menjelaskan mengenai perumusan masalah, manfaat
dan tujuan penelitian, sistematika penulisan yang terdiri dari lokasi dan waktu
penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, metode analisis. Pada bab ini
juga akan dijelaskan sistematika pembahasan.
BAB II. PROFIL PERUSAHAAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Sejarah Ringkas, Struktur
Organisasi, Job Description, Visi dan Misi serta Arti Logo Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara.
BAB III. PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Manfaat Kecerdasan
Emosional Dalam Aktivitas Kerja Sekretaris Pada Kantor Wilayah Kementerian
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan Kesimpulan dan Saran atas
Manfaat Kecerdasan Emosional Dalam Aktivitas Kerja Sekretaris Pada Kantor
BAB II
PROFIL INSTANSI
2.1 Ruang Lingkup Perusahaan
2.1.1 Sejarah Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara bertempat di
Jln. Gatot Subroto nomor 261, kecamatan Medan Sunggal, Medan. Pada saat
berdirinya Kementerian Agama tahun 1946, Sumatera masih merupakan satu provinsi
dengan gubernurnya waktu itu Mr. Tengku Moch. Hasan. Jawatan Agama Sumatera
oleh pemerintah dipercayakan kepada H. Muchtar Yahya, yang kedudukannya masih
berada dibawah gubernur.
Pada tahun 1946 Sumatera dibagi menjadi 3 provinsi, yakni Provinsi
Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan, H. Muchtar Yahya ditunjuk
menjadi koordinator Jawatan-jawatan agama tersebut, bertempat di Bukit Tinggi.
Kepala-kepala Jawatan Agama di ketiga wilayah Sumatera waktu itu, Tengku Moch,
Daud Beureuh Provinsi Sumatera Utara, Nazaruddin Thoha Sumatera Tengah dan K.
Azhari Sumatera Selatan. Mereka diangkat oleh Gubernur Sumatera Utara yang
mewakili Presiden untuk mengurus Pemerintahan di wilayahnya. Sesudah
kantor-kantor Jawatan Agama Provinsi Sumatera ada hubungan dengan Kementrian Agama
yang berkedudukan di Yogyakarta, H. Muchtar Yahya dipindahkan ke pusat
Sementara itu pada tahun 1953, Provinsi Sumatera Utara merupakan
gabungan dari daerah Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli berkedudukan di Kotaraja
(Banda Aceh). Jawatan Agama Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh Tengku Abdul
Wahab Silimeun, sedang koordinator untuk Keresidenan Sumatera Utara dipimpin
oleh H.M. Bustami Ibrahim.
Pada tahun 1956 struktur Pemerintahan berubah lagi, Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara, sebagai gabungan dari Keresidenan Sumatera Timur dan
Tapanuli berkedudukan di Medan dan daerah Aceh dijadikan Daerah Istimewa
Aceh berkedudukan di Kotaraja (Banda Aceh). Untuk memimpin Jawatan Agama
Provinsi Sumatera Utara ditunjuk K.H. Muslich dan Pimpinan Jawatan Agama
daerah istimewa Aceh tetap ditangan Tengku Wahab Silimeun. Sejak saat itulah
Jawatan Agama kedua Provinsi tersebut berdiri sendiri-sendiri dan untuk
perkembangan selanjutnya diatur berdasarkan peraturan-peraturan yang
ditetapkan Kementerian Pusat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 1 tahun
2010 (disempurnakan) tanggal 28 Januari 2010, penyebutan departemen agama
berubah menjadi kementerian agama. Sejak Provinsi Sumatera Utara berdiri
sendiri, sudah 12 orang yang pernah menjabat kepala (dengan beberapa kali
mengalami perubahan struktur) yang terakhir sekarang Drs. Abd. Rahim, MA.
Visi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara adalah
Terwujudnya masyarakat agamais yang berakhlak mulia, rukun dan damai.
Adapun Misi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara
1. Meningkatkan bimbingan dan pelayanan kehidupan beragama.
2. Meningkatkatkan pemehaman, penghayatan, pengamalan dan
pengembangan nilai-nilai agama.
3. Memperkokoh kerukunan umat beragama.
4. Mengembangkan lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan
keagamaan.
5. Meningkatkan kualitas pendidikan agama pada sekolah umum dan
madrasah.
6. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji.
Tugas dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera
Utara adalah sebagai berikut:
1. Perumusan visi, misi dan kebijakan teknis di bidang pelayanan dan
bimbingan kehidupan beragama kepada masyarakat di provinsi.
2. Pembinaan, pelayanan dan bimbingan masyarakat islam, pelayanan haji dan
umrah, pengembangan zakat dan wakaf, pendidikan agama dan keagamaan,
pondok pesantren, pendidikan agama islam, pada masyarakat dan
pemberdayaan masjid serta urusan agama, pendidikan agama, bimbingan
masyarakat Kristen, Katolik, Hindu serta Budha sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan administrasi dan
informasi.
5. Pengkoordinasian perencanaan, pengendalian dan pengawasan program,
daerah, instansi terkait dan lembaga masyarakat dalam rangka pelaksanaan
tugas kementerian agama di provinsi
6. Pelaksanaan hubungan dengan pemerintah daerah, instansi terkait dan
lembaga masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas kementerian agama di
provinsi.
2.1.2 Visi, Misi, dan Makna Logo Perusahaan Visi
“Terwujudnya Masyarakat Agamais Yang Berakhlak Mulia Rukun Dan
Damai”
Misi
1. Meningkatkan bimbingan dan pelayanan kehidupan beragaman.
2. Meningkatkan pemahaman, penghayatan pengamalan dan pengemangan
nilai-nilai agama.
3. Memperkokoh kerukunan umat beragama.
4. Mengembangkan lembaga social keagamaan dan lembaga pendidikan
keagamaan.
5. Meningkatkan kualitas pendidikan agama pada sekolah umum dan
madrasah.
Makna Logo
Pada umumnya setiap perusahaan memiliki logo atau lambang yang
memiliki makna tersendiri yang biasanya menunjukkan cita-cita pendirian, visi
dan misi dari perusahaan tersebut, demikian halnya dengan Kantor Wilayah
Kementrian Agama mempunyai logo, yang mempunyai makna antara lain:
Sumber : http://sumut.kemenag.go.id (2015)
Gambar 2.1 Logo Kantor Wilayah Kementrian Agama
1. Bintang bersudut lima yang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa
dalam Pancasila, bermakna bahwa karyawan Departemen Agama selalu
menaati dan menjunjung tinggi norma-norma agama dalam melaksanakan
tugas Pemerintahan dalam Negara Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila.
2. 17 kuntum bunga kapas, 8 baris tulisan dalam Kitab Suci dan 45 butir padi
bermakna Proklamasi Kemerdekaan republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, menunjukkan kebulatan tekad para Karyawan Departemen
Agama untuk membela Kemerdekaan Negara Kesatuan republic Indonesia
3. Butiran Padi dan Kapas yang melingkar berbentuk bulatan bermakna bahwa
Karyawan Departemen mengemban tugas untuk mewujudkan masyarakat
yang sejahtera, adil, makmur dan merata.
4. Kitab Suci bermakna sebagai pedoman hidup dan kehidupan yang serasi
antara kebahagiaan duniawi danukhrawi, materil dan spirituil dengan ridha
Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa.
5. Alas Kitab Suci bermakna bahwa pedoman hidup dan kehidupan harus
ditempatkan pada proporsi yang sebenarnya sesuai dengan potensi dinamis
dari Kitab Suci.
6. Kalimat Ikhlas Beramal bermakna bahwa Karyawan Departemen Agama
dalam mengabdi kepada masyarakat dan Negara berlandaskan niat
beribadah dengan tulus dan ikhlas.
7. Perisai yang berbentuk segi lima sama sisi dimaksudkan bahwa kerukunan
hidup antar umat beragama RI yang berdasarkan Pancasila dilindungi
sepenuhnya sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
Kelengkapan makna lambang Departemen Agama melukiskan motto:
Dengan Iman yang teguh dan hati yang suci serta menghayati dan mengamalkan
Pancasila yang merupakan tuntutan dan pegangan hidup dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, karyawan Departemen Agama bertekad bahwa
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Sumber : http://sumut.kemenag.go.id 2015
2.3 Job Description
Secara struktural, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera
Utara dipimpin oleh seorang Kepala kantor wilayah ( Kakanwil). Dalam
menjalankan tugasnya Pemimpin Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Sumatera Utara dibantu oleh seorang Kepala Bagian Tata Usaha yang
mengkoordinir bagian-bagian yang ada pada kantor Wilayah Kementerian Agama
provini sumatera utara seperti bagian, yaitu:
a. Sekretaris
Sekretaris merupakan seseorang yang bertugas membantu pekerjaan
kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Sumatera Utara. Adapaun
tugas sekretaris adalah membantu pimpinan dalam mengerjakan tugas – tugasnya
agar dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
b. Sub Bagian Perencanaan & Keuangan
Sub Bagian Perencanaan & Keuangan mempunyai tugas :
1. Melakukan penyiapan bahan koordinasi.
2. Penyusunan rencana, program dan anggaran, evaluasi dan laporan serta
pelaksanaan urusan keuangan.
3. Tempat pembayaran gaji.
4. Tempat mengambil pinjaman bagi karyawan yang membutuhkan uang.
c. Subbag Organisasi, Tata Laksana (Ortala) dan Kepegawaian
Subbag Ortala dan Kepegawaian mempunyai tugas :
1. Melakukan penyiapan bahan penyusunan organisasi dan tata laksana.
d. Subbag Hukum dan Kerukunan Umat Beragama (KUB)
Sub Bagian Hukum dan KUB mempunyai tugas :
1. Melakukan penyiapan bahan penyususnan peraturan
perundang-undangan bantuan hukum.
2. Pelaksanaan urusan kerukunan umat beragama.
3. Pelayanan masyarakat khonghucu.
e. Subbag Informai dan Humas
Subbag Informasi dan Humas mempunyai tugas :
1. Melakukan penyiapan bahan pelaksanaan urusan pengelolaan
informasi.
2. dan Hubungan masyarakat.
f. Subbag Umum
Subbag Umum mempunyai tugas :
1.Urusan ketatausahaan, rumah tangga, dan pemeliharaan.
2.Urusan pengelolaan barang milik/kekayaan Negara.
3.Untuk memberi nomor surat.
4.dan Untuk mengurus urusan kantor.
g. Seksi Urusan Agama
Seksi Urusan Agama Islam mempunyai tugas :
1. Melakukan pelayanan dan bimbingan dibidang kepenghuluan.
2. Keluarga sakinah.
3. Pangan halal, ibadah sosial serta pengembangan kemintriaan umat
h. Seksi Penyelenggara Haji dan umrah
Seksi Penyelengara Haji dan Umrah mempunyai tugas :
1. Pelanyanan dan pembinaan dibidang penyuluhan haji dan umrah serta
Bimbingan jama’ah dan petugas.
2. Dokumen, perbekalan dan akomodasi perjalanan haji.
i. Seksi Madrasah dan Pendidikan Agama Islam
Seksi Mapenda ( Madrasah dan Pendidikan Agama Islam ) pada sekolah
umum mempunyai tugas :
1. Pelanyanan dibidang kurikulum dan supervise.
2. Sasaran ketenagaan dan kesiswaan.
3. Kelembagaan dan ketatalaksanaan.
4. Pendidikan islam pada sekolah umum.
j. Seksi Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pasantren
Seksi Pekapotren (Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pasantren)
mempunyai tugas:
1. Pelayanan dan bimbingan dibidang pendidikan keagamaan dan
pendidikan diniah.
2. Pendidikan salafiah, kerjasama kelembagaan dan pengembangan
pondok pasantren.
3. Pengembangan santri dan pelayanan pondok pasantren pada
k. Seksi Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan Pemberdayaan Mesjid
Seksi Penamas (Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan
Pemberdayaan Mesjid) mempunyai tugas :
1. Pelayan dan bimbingan dibidang pendidikan Al-Quran dan MTQ.
2. Penyuluhan dan lembaga dakwah.
3. Siaran dan tamadun.
4. Publikasi dakwah dan hari besar islam serta pemberdayaan mesjid.
l. Penyelenggaraan Zakat dan Wakaf
Penyelanggara zakat dan wakaf mempunyai tugas menyelanggarakan
pemberian pelayanan dan bimbingan kepada masyarakat dibidang lembaga
dan pengembangan zakat dan wakaf.
m. Koperasi
Koperasi ini bertugas untuk menyediakan dan melayani kebutuhan kantor
seperti :
1. Menyediakan jasa foto copy.
2. Menyediakan alat-alat tulis.
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Sekretaris
Sekretaris adalah kata yang berasal dari bahasa Latin, yaitu secretum yang berarti "rahasia". Dalam bahasa Prancis disebut secretaire. Dalam bahasa Belanda disebut secretares. Sementara itu, dalam bahasa Inggris disebut dengan secretary, berasal dari kata secret yang berarti rahasia. Sesuai dengan asal katanya, sekretaris adalah orang yang harus bisa menyimpan rahasia. Dalam hal ini rahasia pimpinan atau perusahaan yang tidak perlu diketahui oleh orang atau pegawai lain.
Sekretaris dapat diartikan sebagai seorang petugas yang pekerjaannya menyelenggarakan urusan surat menyurat termasuk penyimpanan dokumen bagi seorang pejabat pimpinan organisasi. Apabila petugas ini menyelenggarakan urusan surat menyurat dari seorang pejabat atau instansi resmi maupun perusahaan swasta yang bersifat pribadi atau rahasia sebutan lainnya adalah Private Secretary (The Liang Gie, 2000).
Sekretaris juga dapat diartikan sebagai sebagai seorang pembantu
pimpinan untuk menerima dikte, mengonsep surat atau korespondensi, menerima
tamu, memeriksa atau mengingatkan pimpinan mengenai kewajibannya untuk
meningkatkan efektifitas kerja pimpinannya (The Liang Gie,2000).
Berdasarkan uraian di atas, bahwa sekretaris bukan sekadar pembantu
atasan semata, tetapi seseorang dengan kualifikasi tugas, pekerjaan, dan tanggung
jawab yang sangat tinggi. Seorang pimpinan/atasan memiliki tugas dan tanggung
jawab besar dalam memimpin dan mengelola perusahaan/organisasi. Mulai dari
mengurus appointement, soal administrasi, mengatur rapat sampai urusan
korespondensi. Dan tugas-tugasnya ini akan bisa lebih maksimal jika dibantu
3.2 Peranan Dan Tugas Sekretaris
Sekretaris memegang peranan yang penting dan dapat menentukan
berhasil tidaknya tujuan perusahaan. Pentingnya peranan seorang sekretaris ini
tentunya sesuai dengan jabatan sekretaris pada masing-masing organisasi. Peranan
sekretaris secara umum dapat diketahui sebagai berikut :
1. Peranan sekretaris terhadap atasan
a. Sebagai perantara saluran komunikasi dan pembinaan hubungan yang baik
bagi orang yang ingin berhubungan dengan pimpinan
b. Sebagai sumber informasi yang diperlukan pimpinan dalam memenuhi
fungsi, tugas, dan tanggung jawab.
c. Sebagai pelanjut keinginan pimpinan kepada bawahan dalam pelaksanaan
tugas.
d. Alternatif pemikiran dari pimpinan dalam ide-ide.
e. Sebagai faktor penunjang dalam keberhasilan pekerjaan dan cerminan
pimpinan dan bawahan.
2. Peranan sekretaris terhadap bawahan (pimpinan)
a. Penentuan kebijakan yang berlaku bagi pegawai bawahan secara adil, yaitu
mengenai peraturan penempatan pegawai yang sesuai dengan kecakapan
dan kemampuan (rule of the place).
b. Memberikan motivasi kerja kepada pegawai bawahan sehingga pekerjaan
dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik.
c. Memberikan rasa bangga dan puas kepada pegawai bawahan dalam
menjalankan pekerjaan.
d. Menerima pendapat dan usul bawahan dalam berbagai masalah
e. Mengadakan pendekatan kepada pegawai bawahan untuk lebih
mengerahkan dan mengetahui kelemahan dan kehendak pegawai bawahan.
Peranan sekretaris terhadap bawahan merupakan penilaian dari
bawahan sehingga sikap dan tingkah laku sekretaris akan berpengaruh terhadap
pekerjaan pegawai bawahan. Bagi sekretaris yang ramah dan komunikatif akan
memberikan suasana hubuungan kerja yang baik bagi bawahan sehingga segala
Berkaitan dengan peranan sekretaris dalam menjalankan tugas dan
fungsi jabatannya, hal yang sangat penting adalah mengenai pendekatan yang
dapat dilakukan oleh seorang sekretaris. Beberapa cara seorang sekretaris dalam
mengadakan pendekatan kepada pegawai bawahan, yaitu:
1. Memberi perintah atau instruksi kepada bawahan secara resmi, baik secara
lisan maupun tertulis.
2. Mengadakan rapat atau pertemuan secara bersama-sama pada suatu waktu
tertentu dengan pegawai bawahan.
3. Mengadakan pengawasan secara langsung pada saat-saat tertentu kepada
pegawai bawahan yang sedang melaksanakan tugasnya, yaitu pengawasan
yang bersifat positif. Bila terjadi kesalahan diberi petunjuk dan pmbinaan.
4. Mengadakan hubungan yang bersifat informal terhadap pegawai bawahan
agar mendapat dukungan moril dalam pelaksanaan perkejaannya.
Peranan sekretaris dalam melakukan pendekatan terhadap bawahan
sangat penting. Peranan sekretaris terhadap bawahan ataupun yang lainnya
biasanya dikenal dengan istilah hubungan antar manusia atau lebih dikenal dengan
istilah human relations.
Tugas seorang sekretaris tidak hanya membantu meringankan tugas
seorang pimpinan, namun seorang sekretaris juga dituntuk untuk mampu dan
berkompeten dalam mengerjakan tugas-tugas kesekretariatannya. Seperti dalam
hal korespondensi, kearsipan dan penyelenggaraan rapat. Semua itu juga
merupakan tugas sekretaris.
Tugas sekretaris dalam arti sempit adalah sebagai orang yang dipercaya
oleh pimpinan untuk menyimpan rahasia pimpinan. Sedangkan tugas sekretaris
dalam arti luas adalah pelaksanaan tugas-tugas yang bersifat membantu manajer
atau pimpinan untuk menjalankan roda organisasi. Lembaga maupun kantor.
(Saiman, 2002:40).
Sekretaris termasuk karyawan yang memiliki multi tugas, di antaranya :
1. Menurut wewenangnya.
Meliputi : pengetikan, making call, menerima tamu, korespondenci, filling,
surat menyurat.
b. Tugas instruksi.
Meliputi : penyusunan jadwal perjalanan, making appointment, pengaturan
keuangan, persiapan dan penyelenggaraan rapat,
c. Tugas kreatif.
Meliputi : pembuatan formulir telepon, dokumentasi,mengirim ucapan
kepada klien, mengatur ruang kantor pimpinan.
2. Menurut jenis tugasnya.
a. Tugas administrasi perkantoran.
Meliputi : surat menyurat, pembuatan laporan, filling.
b. Tugas resepsionis.
Meliputi making call, melayani tamu, menyusul jadwal pertemuan pimpinan.
c. Tugas social.
Meliputi : mengatur rumah tangga kantor, mengirim ucapan selamat kepada
relasi, mempersiapkan respsi/jamuan.acara resmi kantor.
d. Tugas insidentil.
Meliputi : mempersiapkan rapat,mempersiapkan pidato, presentasi, dan
3.3 Pengertian Kecerdasan Emosional
Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990
oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari
University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional
yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Salovey dan Mayer mendefinisikan
kecerdasan emosional atau yang sering disebut Emotional Quotion (EQ) sebagai:
“himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau
perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah
semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan
tindakan”. (Shapiro, 2006:42).
Menurut Mayer orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam
menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu: sadar diri, tenggelam dalam
permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap
individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna
dan tidak menjadikan hidup yang dijalani menjadi sia-sia. (Goleman, 2007: 65).
Sebuah model pelopor lain tentang kecerdasan emosional diajukan oleh
Bar-On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan
kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial
yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi
Pada tahun 1995, seorang psikolog dan wartawan bernama Daniel
Goleman menerbitkan tulisannya tentang Emotional Intelligence, yang disusun
berdasarkan pada konsep kecerdasan emosional (Emotional Quetion) karya Mayer
dan Salovey. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur
kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with
intelligence), menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the
appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran
diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. (Goleman,
2007:512).
Kecerdasan emosi di dalamnya termasuk kemampuan mengontrol diri,
memacu, tetap tekun, serta dapat memotivasi diri sendiri. Kecerdasan emosional
sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah
setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-
kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.
(Goleman, 2000:13).
Kecerdasan emosional (emotional intelligence) adalah kemampuan
seseorang untuk mendeteksi serta mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi
emosional. Orang-orang yang mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan mampu
dengan baik membaca emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam
pekerjaan mereka. (Robbins, 2008:335).
Robert Cooper dan Ayman Sawaf menyatakan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif
dan pengaruh manusiawi. Kecerdasan emosional menuntut penilikan perasaan,
untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri sendiri dan orang lain
serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam
kehidupan sehari-hari. (Cooper dan Sawaf, 2002:15)
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah
kemampuan sekretaris untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan
untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
3.4 Komponen Kecerdasan Emosional
Bar-On (Goleman, 2000) menjabarkan kecerdasan emosional menjadi
lima kemampuan pokok yaitu :
1. Kemampuan intrapersonal, meliputi :
a. Kesadaran diri emosional yaitu kemampuan untuk mengakui atau mengenal
perasaan diri, memahami hal yang sedang dirasakan dan mengetahui
penyebabnya.
b. Asertivitas meliputi tiga komponen dasar, yaitu kemampuan untuk
mengungkapkan perasaan, kemampuan mengungkapkan keyakinan dan
gagasan secara terbuka, dan kemampuan mempertahankan kebenaran dengan
cara yang tidak destruktif.
c. Harga diri yaitu kemampuan menghargai dan menerima diri sendiri sebagai
sesuatu yang baik, atau kemampuan mensyukuri berbagai aspek positif dan
kemampuan yang ada dan juga menerima aspek negatif dan keterbatasan yang
ada pada diri dan tetap menyukai diri sendiri.
d. Aktualisasi diri yaitu kemampuan menyadari kapasitas potensial yang dimiliki.
kemampuan dan bakat secara maksimal.
e. Kemandirian yaitu kemampuan mengatur atau mengarahkan diri dan
mengendalikan diri dalam berfikir dan bertindak serta tidak tergantung pada
orang lain secara emosional.
2. Kemampuan interpersonal, meliputi :
a. Empati yaitu kemampuan menyadari, memahami, menghargai perasaan orang
lain dan juga kemampuan untuk peka terhadap perasaan dan pikiran orang lain.
b. Hubungan interpersonal yaitu kemampuan menjalin dan mempertahankan
hubungan yang saling memuaskan yang dicirikan dengan keakraban serta
memberi dan menerima kasih sayang.
c. Tanggungjawab sosial yaitu kemampuan menunjukkan diri sendiri dengan
bekerjasama, serta berpartisipasi dalam kelompok sosialnya. Komponen-
komponen kecerdasan emosional ini meliputi bertindak secara
bertanggungjawab. meskipun tidak mendapatkan keuntungan apapun secara
pribadi.
3. Penyesuaian diri, meliputi :
a. Pemecahan masalah yaitu kemampun mengenali masalah serta menghasilkan
dan melaksanakan solusi yang secara potensial efektif. Kemampuan ini juga
berkaitan dengan keinginan untuk melakukan yang terbaik dan tidak
menghindari masalah tetapi dapat menghadapi masalah dengan baik.
b. Uji realitas yaitu kemampuan menilai kesesuaian antara apa yang dialami atau
dirasakan dan kenyataan yang ada secara objektif dan sebagaimana adanya
bukan sebagaimana yang diinginkan atau diharapkan.
mengubah situasi dan kondisi sikap fleksibilitas ini juga mencakup seluruh
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tidak terduga
dinamis.
4. Penanganan stres, meliputi :
a. Ketahanan menanggung stres yaitu kemampuan menahan peristiwa yang tidak
menyenangkan dan situasi stres dan dengan aktif serta sungguh- sungguh
mengatasi stress tersebut. Ketahanan menanggung stres ini berkaitan dengan
kemampuan untuk tetap tenang dan sabar.
b. Pengendalian impuls yaitu kemampuan menahan dan menunda gerak hati,
dorongan dan godaan untuk bertindak.
5. Suasana hati, meliputi :
a. Kebahagiaan yaitu kemampuan untuk merasa puas dengan kehidupan,
menikmati kebersamaan dengan orang lain dan bersenang-senang.
b. Optimisme yaitu kemampuan untuk melihat sisi terang dalam hidup dan
membangun sikap positif sekalipun dihadapkan dengan kesulitan. Optimisme
mengasumsikan adanya harapan dalam menghadapi kesulitan.
Menurut Goleman (2001) membagi kecerdasan emosi atas lima
komponen, yang dapat menjadi pedoman untuk mencapai kesuksesan dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu:
1. Kesadaran diri (Self Awareness) adalah kemampuan dalam mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kesadaran diri merupakan dasar dari
kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan
Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat
diri dikuasai oleh perasaan, sehingga tidak peka akan perasaan yang
sesungguhnya dan akhirnya berakibat dalam pengambilan keputusan yang
salah. Kesadaran diri terdiri atas tiga kecakapan yaitu kesadaran emosional,
penilaian diri secara akurat, dan percaya diri.
2. Pengaturan diri (Self Management) berarti pengelolaan impuls dan perasaan
yang menekan, agar dapat terungkap dengan tepat. Hal ini merupakan
kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan
berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan,
dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit
kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya, orang yang buruk
kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung
melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal yang merugikan
diri sendiri. Pengaturan diri terdiri atas lima kecakapan, yaitu pengendalian
diri, dapat dipercaya, kehati-hatian, adaptabilitas, dan inovasi.
3. Motivasi (Self Motivation) dimana dengan kemampuan memotivasi diri sendiri
yang dimilikinya, seseorang akan cenderung memiliki pandangan positif
dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.
4. Empati (Empathy/Social awareness) yaitu kemampuan yang dibangun
berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi diri
sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia terampil membaca emosi orang lain.
Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya
5. Keterampilan sosial (Relationship Management) merupakan seni dalam
membina hubungan dengan orang lain yang mendukung keberhasilan dalam
bergaul dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan
mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Keterampilan sosial yaitu
mengendalikan emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain,
cermat membaca situasi, berinteraksi dengan lancar, memahami dan bertindak
bijaksana dalam hubungan antar manusia.
Goleman (2002) memperluas kecerdasan emosional menjadi lima
kemampuan utama, yaitu:
1. Mengenali Emosi Diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Hal ini menyebabkan individu
menyadari emosi yang sedang dialami serta mengetahui penyebab emosi
tersebut terjadi serta memahami kuantitas, intensitas, dan durasi emosi yang
sedang berlangsung. Kesadaran akan intensitas emosi memberi informasi
mengenai besarnya pengaruh kejadian tersebut pada individu. Intensitas yang
tinggi cenderung memotivasi individu untuk bereaksi sedangkan intensitas
emosi yang rendah tidak banyak mempengaruhi individu secara sadar.
Kesadaran akan durasi emosi yang berlangsung membuat individu dapat
berpikir dan mengambil keputusan yang selaras dalam mengungkapkan
emosinya. Kemampuan mengenali emosi diri merupakan dasar dari
kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri
sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Mayer
maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu
menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya
membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan., sehingga tidak peka akan
perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan
keputusan masalah.
2. Mengelola Emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai
keseimbangan dalam diri individu. Individu dapat mengungkapkan emosinya
dengan kadar yang tepat pada waktu yang tepat dengan cara yang tepat.
Tujuan pengendalian diri adalah keseimbangan emosi bukan menekan emosi,
karena setiap perasaan memiliki nilai dan makna tersendiri. Menjaga agar
emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju
kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas
terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita.
3. Memotivasi Diri Sendiri berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri
terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai
perasaan motivasi yang positif, yaitu antusiasme, gairah, optimis dan
keyakinan diri. Keterampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya
kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki
keterampilan ini cenderung lebih jauh produktif dan efektif dalam hal apa pun
yang mereka kerjakan.
mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati
seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu
menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-
apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut
pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu
untuk mendengarkan orang lain. Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan
bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal
lebih mampu menyesuaikan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah
bergaul, dan lebih peka.
4. Membina Hubungan (Sosial) merupakan keterampilan sosial yang mendukung
keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Kemampuan dalam
membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang
popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi.
5. Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam
keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan
sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu
berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam
lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena
kemampuannya berkomunikasi.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komponen
diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), serta membina hubungan
(sosial).
3.5 Kecerdasan Emosional di Tempat Kerja
Dalam konteks pekerjaan, pengertian EQ adalah kemampuan untuk
mengetahui apa yang kita dan orang lain rasakan, termasuk cara tepat untuk
menangani masalah. Orang lain yang dimaksud adalah bisa meliputi atasan, rekan
sejawat, bawahan atau juga pelanggan. Realitas menunjukkan, sering kali kita
tidak mampu menangani masalah-masalah emosional di tempat kerja secara
memuaskan. Bukan saja tidak mampu memahami perasaan sendiri, melainkan
juga perasaan orang lain yang berinteraksi dengan kita. Akibatnya sering terjadi
kesalahpahaman dan konflik antar pribadi (Martin, 2003:23).
Menurut Martin (2003:26) di dunia kerja, kelebihan orang-orang ber-EQ
tinggi dibandingkan dengan orang lain tercermin dari fakta berikut:
a. Pada posisi yang berhubungan dengan banyak orang, mereka lebih sukses
bekerja. Terutama karena mereka lebih berempati, komunikatif, lebih tinggi
rasa humornya dan lebih peka akan kebutuhan orang lain.
b. Para salesman, penyedia jasa, atau professional lainnya yang ber-EQ tinggi
nyatanya lebih disukai pelanggan, rekan sekerja dan atasannya.
c. Mereka lebih bisa menyeimbangkan rasio dan emosi. Tidak terlalu sensitif dan
emosional, namun juga tidak dingin dan terlalu rasional. Pendapat mereka
dianggap selalu objektif dan penuh pertimbangan.
d. Mereka menanggung stres yang lebih kecil karena biasa dengan leluasa
e. Berbekal kemampuan komunikasi dan hubungan interpersonal yang tinggi,
mereka selalu mudah menyesuaikan diri dan mudah beradaptasi.
f. Saat yang lainnya menyerah, mereka tidak putus asa dan frustasi, justru
menjaga motivasi untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Emosi pada prinsipnya menggambarkan perasaan manusia menghadapi
berbagai situasi yang berbeda. Oleh karena emosi merupakan reaksi manusiawi
terhadap berbagai situasi nyata, maka sebenarnya tidak ada emosi baik atau emosi
buruk. Emosi di kantor dapat dikatakan baik atau buruk hanya tergantung pada
akibat yang ditimbulkan.
Tantangan menonjol bagi pekerja saat ini terutama adalah bertambahnya jam
kerja serta keharusan untuk mengelola hal-hal berpotensi stres dan berfungsi
efektif di tengah kompleksitas bisnis. Pekerja juga dituntut untuk mampu
menempatkan kehidupan kerja dan keluarga selalu dalam posisi seimbang.
Emosi menjadi penting karena ekspresi emosi yang dapat terbukti bisa
melenyapkan stres pekerjaan. Semakin tepat kita mengkomunikasikan perasaan,
semakin nyaman perasaan kita. Keterampilan manajemen emosi memungkinkan
kita menjadi lebih akrab dan mampu bersahabat, berkomunikasi dengan tulus dan
3.6 Meningkatkan Kecerdasan Emosional (EQ) Pada Sekretaris
Goleman mengatakan bahwa dalam meningkatkan kecerdasan emosional
(EQ) sangat berbeda dengan IQ yang pada umumnya tidak berubah selama kita
hidup. Bila kemampuan kognitif relatif tidak berubah, kecakapan emosi dapat
dipelajari kapan saja. Tidak peduli orang yang tidak peka, pemalu, pemarah,
kikuk atau sulit bergaul dengan orang lain, dengan motivasi dan usaha yang benar
kita dapat mempelajari dan menguasai kecakapan emosi (Goleman, 2001:20).
Melalui kecerdasan emosi yang terasah, seorang sekretaris bisa
menjalankan tugasnya sebagai ujung tombak pimpinan dengan lebih baik atau
secara profesional, dapat menjaga rahasia, melakukan tugasnya sehari-hari, serta
memimpin rekan kerja tanpa selalu mengikuti suasana hatinya, walaupun dirinya
sedang dalam keadaan marah, benci, sedih, putus asa ataupun bahagia. Seorang
sekretaris harus dapat mempertahankan harga dirinya ataupun citra dirinya agar
tidak dinilai sebagai sekretaris yang pemarah, tidak sabar dalam menghadapi
masalah di lingkungan kerja. Dalam dunia usaha, sangat penting bagi seorang
sekretaris untuk dapat meningkatkan kecerdasan emosinya terutama dalam segi
interpersonal relationship, mendeteksi konflik, dan sensivitas kerja (A.B.
Susanto, 2001: 22)
Seorang sekretaris juga perlu memperhatikan kecerdasan emosional, diantaranya yaitu :
a. Meningkatkan profesionalisme kerja dan lingkungan kerja yang nyaman .
b. Mampu menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan
(pengendalian emosi).
3.7 Manfaat Kecerdasan Emosional Dalam Aktivitas Kerja Sekretaris Pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara
Manfaat dari kecerdasan emosional sangat banyak sekali, karena ketika
sekretaris merasa bahagia dan merasa bahwa hidup sekretaris sudah sukses,
kecerdasan emosional yang membantu sekretaris dalam melaksanakan pekerjaan,
karena kecerdasan emosional ini memiliki peran penting dalam kehidupan
sekretaris yaitu untuk memberikan motivasi, kesadaran diri, kebahagian, rasa,
empati, simpati dan yang lainnya. Sekretaris yang cerdas emosinya akan mampu
mengenali keadaan emosional sendiri dan keadaan emosional orang lain.
Oleh karena itu, jika sekretaris memiliki kecerdasan emosional yang baik,
sekretaris bisa memiliki kemampuan berkomunikasi lebih baik, membentuk
hubungan yang lebih kuat dengan orang disekitar, bisa lebih mudah mencapai
sukses, saat kerja sekretaris akan mampu untuk mengatasi persoalan dengan baik,
tanggap dalam segala sesuatu, dan tentunya dalam menjalani aktivitas kerja
sekretaris akan merasa lebih baik dan semakin baik lagi.
Kecerdasan emosional sangat penting bagi kehidupan sekretaris karena itu
adalah salah satu kunci sukses dalam hidupnya. Cara terbaik untuk
mengembangkan keterampilan emosional sekretaris adalah melalui praktek dalam
kehidupan sehari-hari sehingga sekretaris kemudian dapat menjadi lebih efisien
dalam mengenali dan mengelola emosi sekretaris serta emosi orang lain.
Aktivitas kerja Sekretaris pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Sumatera Utara adalah keseluruhan kegiatan kerja yang dilaksanakan pada kantor
tersebut. Kepala kantor wilayah (Kakanwil) dalam menjalankan tugasnya
Pemimpin Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dibantu
oleh seorang Sekretaris dan seorang Kepala Bagian Tata Usaha yang
mengkoordinir bagian-bagian yang ada pada kantor Wilayah Kementerian Agama
provini sumatera utara seperti Sub Bagian Perencanaa Dan Keuangan, Subbag
Kerukunan Umat Beragama (KUB), Sub Bagian Informai dan Humas, dan Sub
Bagian Umum.
Walaupun setiap bagian tidak berkaitan secara tertulis dalam menjalankan
aktivitas kerja, namun harus tetap berkomunikasi satu dengan lainnya. Manfaat
kecerdasan emosional dalam aktivitas kerja sekretaris pada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dapat dijelaskan menurut aktivitas
kerja, yaitu :
1. Aktivitas kerja yang berkaitan dengan pendelegasian tugas dari kepala bidang.
Setiap aktivitas kerja yang disusun dalam rencana kegiatan pada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara terdapat pendelegasian tugas dari
kepala bidang kepada Sekretaris dan kepada setiap kepala seksi, dan dari kepala
seksi kepada para pegawai di masing-masing seksi. Dalam pendelegasian tugas
tersebut terkait dengan individu-individu yang berbeda karakter yang memiliki
pemikirannya sendiri, untuk itu agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau
konflik dalam pendelegasian tugas sekretaris harus memiliki kecerdasan
emosional kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi. Kecerdasan emosional
kesadaran diri bermanfaat untuk mengetahui kemampuan diri sekretaris dalam
menerima tugas yang diberikan, kecerdasan emosional pengaturan diri
bermanfaat dalam mengelola diri dan mengekspresikan emosi sekretaris dalam
pelaksanaan tugas, serta kecerdasan emosional motivasi bermanfaat untuk
menggerakkan dan menuntun diri sekretaris menuju sasaran dengan adanya
sikap optimis dan semangat ingin maju. Sekretaris Kantor Wilayah Kementrian
kecerdasan emosional pengaturan diri, ataupun kecerdasan emosional motivasi
yang tercermin.
2. Aktivitas kerja yang berkaitan dengan kerja sama tim.
Dalam pelaksanaan rencana kegiatan sekretaris pada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara tidak boleh ditangani oleh satu
orang saja, melainkan harus dilakukan secara bersama- sama atau dengan kata lain
bekerja secara tim. Tim tersebut memang dibentuk berdasarkan rencana kegiatan
dimasing-masing bidang, namun dalam pelaksanaannya sekretaris yang terkait
langsung dalam rencana kegiatan juga tetap melibatkan para pegawai lain dari
seksi yang berbeda ataupun bidang yang berbeda. Hubungan yang baik tersebut
dapat terjalin apabila komunikasi lancar, untuk mencapai sebuah komunikasi
lancar tersebut dibutuhkan kecerdasan emosional dan keterampilan sosial. Dengan
adanya keterampilan sosial, sekretaris dapat menangani emosi dengan baik ketika
berhubungan dengan orang lain dan dapat dengan cermat membaca situasi,
berinteraksi dengan lancar, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan
untuk bekerja sama. Kecerdasan emosional keterampilan sosial dapat menjadikan
jalinan kerjasama dan jalinan komunikasi dapat berjalan dengan baik, dan jika
dilihat dari kesuksesan setiap acara sesuai dengan rencana kegiatan, maka dapat
dikatakan sekretaris Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera
Utara telah memiliki kecerdasan emosional keterampilan sosial.
3. Aktivitas kerja sekretaris yang berkaitan dengan pelayanan, bimbingan, dan
pembinaan kepada masyarakat umum.
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dalam pelaksanaan
pembinaan kepada masyarakat umum selalu berkaitan dengan perwakilan
masyarakat dari setiap kabupaten/kota se- Sumatera Utara. Setiap perwakilan
masyarakat dari setiap kabupaten/kota tersebut tentunya mempunyai karakter
yang berbeda-beda dan mempunyai masalahnya masing-masing, untuk itu
sekretaris pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara
membutuhkan kecerdasan emosional empati. Dimana Empati maksudnya adalah
kemampuan untuk menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang, peka
terhadap orang lain, dan pengertian atas masalah orang lain. Sekretaris pada
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara memiliki
kecerdasan emosional empati ketika pelaksanaan rencana kegiatan yang
melibatkan perwakilan dari setiap kabupaten/kota ataupun individu yang datang
dengan keperluannya sendiri. Sekretaris peka dan mengerti atas masalah individu
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah dilakukan penelitian pada Kantor Wilayah Kementeriaan Agama
Provinsi Sumatera Utara, maka ditarik kesimpulan dan saran terhadap penerapan
komunikasi sebagai berikut:
4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu:
1. Aktivitas kerja Sekretaris pada Kantor Wilayah Kementeriaan Agama Provinsi
Sumatera Utara adalah aktivitas kerja yang berkaitan dengan pendelegasian
tugas dari kepala bidang, aktivitas kerja yang berkaitan dengan kerja sama
tim, serta aktivitas kerja yang berkaitan dengan pelayanan, bimbingan, dan
pembinaan kepada masyarakat umum yang membutuhkan kecerdasan
emosional seperti kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, keterampilan
sosial, dan empati.
2. Sekretaris pada Kantor Wilayah Kementeriaan Agama Provinsi Sumatera
Utara memiliki kecerdasan emosional kesadaran diri, pengaturan diri, serta
motivasi. Sekretaris juga memiliki kecerdasan emosional empati yang
tercermin ketika pelaksanaan rencana kegiatan yang melibatkan perwakilan
dari setiap kabupaten/kota ataupun individu yang datang dengan keperluannya
Sekretaris pada Kantor Wilayah Kementeriaan Agama Provinsi Sumatera Utara
telah memiliki kecerdasan emosional keterampilan sosial karena jika dilihat dari
kesuksesan setiap acara sesuai dengan rencana kegiatan, maka dapat dikatakan
telah terdapat jalinan kerjasama dan jalinan komunikasi yang berjalan dengan
baik.
3. Manfaat kecerdasan emosional dalam aktivitas kerja sekretaris pada Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara adalah untuk
memperkecil kesalahpahaman atau konflik dalam pendelegasian tugas, untuk
mengetahui kemampuan diri sekretaris dalam menerima tugas yang diberikan,
untuk mengelola diri dan mengekspresikan emosi sekretaris dalam
pelaksanaan tugas, untuk menggerakan dan menuntun diri sekretaris menuju
sasaran dengan adanya sikap optimis dan ingin maju, untuk dapat menjalin
jalinan kerjasama dan jalinan komunikasi dapat berjalan dengan baik, mampu
menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang, peka terhadap orang
lain, dan pengertian atas masalah orang lain.
4.2. Saran
Berdasarkan uraian dan kesimpulan diatas, dibuat saran-saran sebagai
berikut:
1. Setiap pelaksanaan aktivitas kerja Sekretaris pada Kantor Wilayah
Kementeriaan Agama Provinsi Sumatera Utara harus memiliki kecerdasaan
emosional karena kecerdasan emosional memiliki manfaat dalam setiap
aktivitas kerja. Untuk meningkatan kecerdasan emosional sekretaris yaitu
dengan mengenali emosi diri, melepaskan emosi negatif, mengelola emosi,
kesadaran diri, motivasi, empati dan simpati. Adanya kecerdasan emosional
dan fungsinya sebagai bagian dari instansi pemerintah.
2. Sekretaris pada Kantor Wilayah Kementeriaan Agama Provinsi Sumatera
Utara harus meningkatkan lagi kecerdasan emosional, keterampilan sosial,
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi dan empati dalam melaksanakan
aktivitas kerja dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang difasilitasi institusi
maupun berdasarkan inisiatif diri sendiri.
3. Sekretaris Pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara
sebaiknya mengelola dan mengembangkan kecerdasan emosional pegawai
dengan memberikan apresiasi/penghargaan terhadap pegawai yang dinilai
mampu menerapkan kecerdasan emosionalnya di lingkungan kerjanya agar
DAFTAR PUSTAKA
Alder, Harry. 2001. Boost Your Intelligence-Pacu EQ dan IQ Anda; Alih bahasa,
Christina Prianingsih, S.IP. Jakarta: Erlangga.
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta. Rineka Cipta.
Cooper, Robert K dan Sawaf, Ayman. 2002. Executive EQ; Alih bahasa, Widodo.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, Daniel. 2000. Kecerdasan Emosi : Mengapa Intelegensi Lebih Tinggi
Daripada IQ, Alih Bahasa T. Hermay, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
. 2007. Emotional Intelligence. Trans. T. Hermaya. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Imam, Kam. 2009. Quantum Emotion: The Simple Ways For Your Beautiful Life.
Jogjakarta: Garailmu.
Imran, Buhari. 2011. Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosi Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan Pada Pabrik Kelapa Sawit Unit Gunung Bayu PT. Nusantara IV (persero). Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Lestario, Febrilian. 2009. Analisis Pengaruh Pelatihan dan Kecerdasan
Emosional terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt coca-cola botting indonesia northern Sumatra operation. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Martin, Anthony Dio Martin. 2003. Emotional Quality Management. Jakarta:
Arga.
Patton, Patrician. 1998. EQ – Kecerdasan Emosional di Tempat Kerja; Jakarta: PT. Pustaka Delapratasa.
Simorangkir, Restiana. 2011. Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Kinerja
Perawat Menurut Persepsi Pasien Di Rindu B2 Rsup Haji Adam Malik. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Robbins, Stephen. P. 2008. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior). Edisi
Shapiro, L.E., 2006. Mengajarkan Emotional Intelligence Pada anak. Jakarta : Gramedia.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Zahra, Yunita. 2008. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Perilaku
Delinkuen Pada Remaja Laki-Laki. Skripsi. Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara.
http://sumut.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=11436#&t=1689 diakses
pada 27 April, jam 20.00.
http://sumut.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=11406#&t=1689 diakses
pada 27 April, jam 20.00.