• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) AKIBAT PERONTOKAN BUNGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) AKIBAT PERONTOKAN BUNGA"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Undergraduate Theses dari JIPTUMMPP / 2010-07-21 09:39:31

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH

(Arachis hypogea L.) AKIBAT PERONTOKAN BUNGA

Oleh: Kiki Irma Suprianti ( 06710002 )

Agronomy

Dibuat: 2010-07-21 , dengan 7 file(s).

Keywords: KACANG TANAH, Arachis hypogea L, AKIBAT PERONTOKAN BUNGA

ABSTRAKSI

Kacang tanah (Arachis hypogea L.) merupakan tanaman polong-polongan atau legum kedua terpenting setelah kedelai di indonesia. Menurut Sumarno (1986), dalam satu siklus bunga yang muncul > 396 bunga dan tidak semua menjadi buah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah varietas dan periode bunga berpengaruh bunga yang menjadi buah, kriteria bunga terhadap hasil panen kacang tanah per hektar, mengetahui pada periode bunga optimum tertentu dapat menjadi buah, mengetahui varietas mana yang menghasilkan buah lebih banyak. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Sawiran, Desa Dawuhan Sengon, Kec. Purwodadi, Kab. Pasuruan, dengan ketinggian tempat 800 m Dpl. Pelaksanaan penelitian pada bulan Desember 2009 hingga bulan April 2010.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode percobaan Rancangan acak kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama Varietas kacang tanah (V), terdiri dari varietas kelinci (V1), varietas kancil (V2), dan varietas gajah (V3). Faktor kedua: Periode Bunga Optimum, terdiri dari Periode Bunga Opimum 1-10 Hsb (P1), Periode Bunga Optimum 11-20 Hsb (P2), dan Periode Bunga Optimum 21-30 Hsb (P3). Dari kedua faktor tersebut diperoleh sembilan kombinasi perlakuan dan di ulang 3 kali, sehingga diperoleh 27 petak perlakuan. Parameter pengamatan meliputi: Pertambahan tinggi tanaman, saat muncul ginophore pertama, jumlah bunga tiap periode, jumlah ginophore, jumlah cipo, jumlah polong bernas, dan hasil panen perhektar.

(2)

11-20 Hsb.

ABSTRACT

Peanut (Arachis hypogea L.) is a pods or second most important after soybean in

Indonesia. According to Sumarno (1986), in one cycle, blooming existed > 396 flowers and not all became fruit.

The research aimed to find out whether variety and period of blooming which became

flower, flower criteria to the harvest of peanuts per hectare, finding which optimum blooming period became fruit, finding which variety produced most fruit. The research was done in Sawiran orchard, Dawuhan Sengon village, Purwodadi subdistrict,

Pasuruan residence, with

height 800 m on sea. The research application was done in December 2009 to April 2010. The research was done by experiment method. Grouped random design arranged in

factorial with two factors. First factor, variety of peanut (V), consisted of rabbit variety (V1), mouse deer variety (V2), and elephant variety (V3). Second factors: optimum blooming period, consisted of optimum blooming period 110

Hsb (P1), optimum blooming period 1120 Hsb

(P2), and optimum blooming period 2130 Hsb (P3). From both factors, there found nine

treatments combination and repeated three times so that found 27 treatments square. Observation parameters consisted of height addition, first ginophore, bloomings per period, ginophore

amount, cipo amount, nuts amount, and harvest per hectare.

Variance analysis showed that between variety and optimum blooming period in all

observation without interaction. While separated influence from all factors had variance. In mouse deer and elephant variance, there found the highest nuts amount. For the flower height, there seemed that rabbit variance was higher in 14 days and the 35 th reach the highest. When the

flower existed lower in rabbit and optimum blooming period 1120 days. For observation

parameters of fastest ginophore existed in rabbit variance and optimum blooming period 110 days. Flower amount existed most in rabbit and optimum blooming period 2130

days. Largest

Ginophore amount was in mouse deer variance and optimum blooming period 1120 days. Most

cipo amount was in mouse deer variance and optimum blooming period 1120 days. The lowest

nuts amount found in mouse deer variance and optimum blooming period 2130 days. The

(3)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan Varietas unggul Gajah ditanam pada tanah Ultisol memberikan hasil jumlah cabang primernya lebih banyak umur 6 mst dan luas daunnya lebih

Pada umur tanaman 19, 26, dan 33 HST jumlah cabang primer tidak berpengaruh nyata terhadap penggunan varietas dan perlakuan waktu aplikasi pupuk kandang sapi sebelum

Untuk mempersempit proses seleksi, maka dipilih galur-galur dengan persentase panjang batang utama berdaun hijau tua, jumlah polong total, dan jumlah polong bernas yang

Hasil percobaan menunjukkan kombinasi perlakuan takaran pupuk kalium dan pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang umur 56 HST, jumlah polong bernas per

Tabel 6 menunjukkan adanya perbedaan jumlah polong bernas per tanaman diantara varietas kedelai, dimana varietas Anjasmoro dan Burangrang mempunyai jumlah polong

Jumlah polong tanaman -1 menunjukkan tidak berbeda nyata, hal ini dikarenakan pada semua pemberian dosis asam humat tidak dapat meningkatkan jumlah polong tanaman -1

Tabel 6 menunjukkan adanya perbedaan jumlah polong bernas per tanaman diantara varietas kedelai, dimana varietas Anjasmoro dan Burangrang mempunyai jumlah polong

Varietas Badak memiliki bobot kering daun, jumlah polong total dan berat kering polong saat panen yang lebih tinggi daripada varietas Gajah meskipun Indeks Luas Daunnya tidak berbeda