• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Intrinsik Pegawai SAR dalam Memberikan Pelatihan Pertolongan Pertama Korban Bencana terhadap Kinerja Pegawai SAR di Kantor SAR Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Intrinsik Pegawai SAR dalam Memberikan Pelatihan Pertolongan Pertama Korban Bencana terhadap Kinerja Pegawai SAR di Kantor SAR Medan"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI INTRINSIK PEGAWAI SAR DALAM MEMBERIKAN PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA

KORBAN BENCANA TERHADAP KINERJA PEGAWAI SAR DI KANTOR SAR MEDAN

T E S I S

Oleh

NANA ERIKA 107032106/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF COMPETENCY AND INTRINSIC MOTIVATION OF THE STAFF OF SAR ON THE PROVISION IN PROVIDING THE

TRAINING IN THE FIRST AID FOR DISASTER VICTIMS ON THE PERFORMANCE OF THE STAFF OF SAR

IN SAR MEDAN OFFICE

T H E S I S

BY

NANA ERIKA 107032106/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI INTRINSIK PEGAWAI SAR DALAM MEMBERIKAN PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA

KORBAN BENCANA TERHADAP KINERJA PEGAWAI SAR DI KANTOR SAR MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh NANA ERIKA 107032106/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI INTRINSIK PEGAWAI SAR DALAM

MEMBERIKAN PELATIHAN

PERTOLONGAN PERTAMA KORBAN

BENCANA TERHADAP KINERJA PEGAWAI SAR DI KANTOR SAR MEDAN

Nama Mahasiswa : Nana Erika Nomor Induk Mahasiswa : 107032106

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Manajemen Kesehatan Bencana

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, S.E. M.Si)

Ketua Anggota

(Abdul Muthalib Lubis, S.H, MA.P)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 12 Februari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI INTRINSIK PEGAWAI SAR DALAM MEMBERIKAN PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA

KORBAN BENCANA TERHADAP KINERJA PEGAWAI SAR DI KANTOR SAR MEDAN

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2013

(7)

ABSTRAK

Sumatera Utara berada pada peringkat ketujuh daerah yang rentan terhadap bencana dengan indeks rawan bencana yang mencapai 148. Peran masyarakat dalam meminimalkan kerugian dan korban bencana dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam menghadapi bencana. Berdasarkan peraturan Kepala Badan SAR Nasional bahwa pegawai SAR dengan jabatan Rescue mempunyai tugas memberikan pelatihan SAR dalam pemasyarakatan SAR. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh kompetensi dan motivasi intrinsik pegawai SAR dalam memberikan pertolongan pertama korban bencana bencana terhadap kinerja pegawai SAR di kantor SAR Medan. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk survey dengan menggunakan pendekatan explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa.

Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai kantor SAR Medan berjumlah 123 orang dengan jumlah sampel yang diteliti 32 orangpegawai SAR dengan jabatan rescue Pengumpulan data melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner penelitian. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi pegawai SAR dalam memberikan pelatihan pertolongan pertama korban bencana terhadap kinerja dengan hasil uji chi square p= p=0,014 (p<0,05). Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi intrinsik pegawai SAR dalam memberikan pelatihan pertolongan pertama korban bencana terhadap kinerja dengan hasil uji chi square p= p=0,043 (p<0,05)

Saran kepada Manajemen kantor SAR Medan perlu melakukan peningkatan pemahaman bagi pegawai SAR tentang pelatihan pertolongan pertama korban bencana melalui latihan dasar tidak hanya diberikan 1 kali saat menjadi pegawai SAR tetapi diberikan secara berkesinambungan minimal setiap 6 bulan sekali. Manajemen kantor SAR perlu memberikan tugas sesuai dengan latar belakang pendidikan Sumber Daya manusia (SDM). Manajemen kantor SAR Medan perlu merekrut pegawai SAR baru latar belakang pendidikan tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat.

(8)

ABSTRACT

Sumatera Utara sit in the seventh rank of the regions that are vulnerable to disasters with disaster prone index of 148. The role of community is to minimize the loss and victims of disaster and can be done by improving their capability and skill in facing the disaster. Based on the regulation of the Head of National Search and Rescue Board, the SAR staff with the position of Rescue have the duty to provide SAR trainings to socialize SAR. The purpose of this survey study with explanatory approach was to analyze the influence of competency and intrinsic motivation of SAR Staff in providing first aid for the disaster victims on the performance of SAR Staff at SAR Medan Office.

The population of this explanatory study describing the inter-variable relationship through hypothesis testing was all of the 123 staff at SAR Medan Office and 32 of them were selected to be the samples for this study. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed by using linear regression test.

The result of Chi-square test showed that the competency of SAR Staff in the provision of training in first aid for disaster victims had a significant influence on their performance with p = 0.014 (p < 0.05), and the intrinsic motivation of SAR Staff in their task of mitigating disaster had a significant influence on their performance with p = 0.043 (p < 0.05).

The management of SAR Medan Office should improve their training of first aid for disaster victims through basic training by giving them a continuous training at least once in six months, not only once when they became at first the SAR staff. The management of SAR Medan Office also needs to assign the SAR Staff in accordance with their educational background and to recruit new SAR staff with health education background such doctors and nurses to provide the training in the first aid for disaster victims.

(9)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan

rahmatNya, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini berjudul

Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Intrinsik Pegawai SAR dalam Memberikan

Pelatihan Pertolongan Pertama Korban Bencana terhadap Kinerja Pegawai SAR di

Kantor SAR Medan. Penulisan tesis ini diajukan untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Magister Kesehatan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Penulis menyadari bahwa penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari dukungan

semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak

langsung. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak, semoga Allah SWT memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat untuk kita

semua.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof Dr. dr Syahril Pasaribu, D.T.M&H.,M.Sc.(CTM)., Sp.A,(K). Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

3. Dr. Ir Evawany Y Aritonang, M.Si. Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ketua Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, S.E, M.Si dan Anggota

(10)

5. Tim penguji Dr. Ir Evawany Y Aritonang, M.Si dan Bapak Suherman, S.K.M,

M.Si.

6. Para Dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Drs. Dianta Bangun, M.Kes. Kepala Kantor SAR Medan.

8. Ibunda tercinta Almarhumah Dahniar Nasution dan Ayahnda M. Ridwan.

9. Suami tercinta Ismail,S.H, anak-anakku tersayang Rifqi Alwafi, Rasyiqah

Azzahra, Rakha Adli yang telah memberikan doa, dukungan dan motivasi untuk

menyelesaikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat.

10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua

pihak. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2013 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Medan pada tanggal 9 April 1971 dari pasangan Almarhumah

Ibunda Dahniar Nasution dan Ayahnda M.Ridwan. Penulis merupakan anak ke dua

dari tiga bersaudara.

Latar belakang Pendidikan penulis Sekolah Dasar Negeri No 050744 di

Pangkalan Brandan tamat tahun 1984. Sekolah Menengah Pertama Negeri I di

Pangkalan Brandan tamat tahun 1987. Sekolah Menengah Atas Negeri di Pangkalan

Brandan tamat tahun 1990. Kuliah di Akademi Keperawatan Yayasan RSU Glugur

Medan Tamat tahun 1994. Mengikuti program akta 3 di Universitas Negeri Medan

tamat tahun 2001. Tahun 2004 melanjutkan studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

dengan minat studi Administrasi Kebijakan Kesehatan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara tamat tahun 2006. Tahun 2010 melanjutkan

studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan Minat Studi Manajemen Kesehatan

Bencana di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Tahun 1994 bekerja sebagai perawat di RSU Glugur Medan. Tahun 2001 bekerja

sebagai dosen tetap di Akademi Perawat Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang

sampai dengan sekarang.

Menikah dengan Ismail S.H pada tanggal 4 Agustus 1996 dianugrahkan 3 orang

putra-putri yaitu Rifqi Alwafi lahir pada tanggal 26 Juli 1998, Rasyiqah Azzahra

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI ... . vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 10

1.3 Tujuan Penelitian... 11

1.4 Hipotesis ... 11

1.5 Manfaat Penelitian... 11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Bencana ... 12

2.1.1 Definisi Bencana... 12

2.1.2 Daerah Rawan Bencana ... 12

2.2 Search and Rescue (SAR) ... 12

2.2.1 Definisi SAR ... 12

2.2.2 Filosofi SAR... 13

2.2.3 Uraian Tugas Pegawai SAR dengan Jabatan Rescue ... 13

2.2.4 Kantor SAR ... 14

2.2.5 Sistem Kerja SAR... 15

2.2.6 Tehnik Pendekatan SAR ... 18

2.2.7 Kurikulum Pendididikan dan Pelatihan SAR ... 19

2.2.8 Pelatihan Pertolongan Pertama Korban Bencana ... 21

2.3 Pegawai ... 25

2.3.1 Definisi Pegawai ... 25

2.4 Kompetensi ... 26

2.4.1 Unsur-unsur Kompetensi ... 27

2.5.2 Kompetensi Dasar Pegawai SAR ... 27

2.5 Motivasi ... 28

2.5.1 Definisi Motivasi ... 28

2.5.2 Teori Motivasi ... 28

2.5.3 Tujuan Pemberian Motivasi ... 31

(13)

2.5.5 Proses Motivasi ... 32

2.5.6 Pengukuran Motivasi ... 33

2.5.7 Strategi untuk Meningkatkan Motivasi ... 33

2.6 Kinerja ... 34

2.6.1 Definisi Kinerja ... 34

2.6.2 Penilaian Kinerja ... 34

2.6.3 Kriteria Pengukuran Kinerja ... 35

2.6.4 Ukuran Kinerja Melakukan Pertolongan Pertama Korban Bencana ... 36

2.6.5 Faktor yang Memengaruhi Kinerja ... 37

2.7 Landasan Teori ... 38

2.8 Kerangka Konsep ... 39

BAB 3. METODE PENELITIAN... 40

3.1 Jenis Penelitian ... 40

3.2 Lokasi dan Waktu penelitian... 40

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 40

3.2.2 Waktu penelitian ... 40

3.3 Populasi dan Sampel ... 40

3.3.1Populasi ... 40

3.3.2 Sampel ... 41

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 44

3.5.1 Variabel Penelitian ... 44

3.5.2 Definisi Operasional ... 44

3.6 Metode Pengukuran ... 45

3.7 Metode Analisis Data ... 46

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 49

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 49

4.2 Struktur Organisasai Kantor SAR Medan ... 50

4.3 Karakteristik Pegawai SAR ... ... 50

4.4 Analisis Univariat ... 51

4.4.1 Kompetensi Pegawai SAR ... 51

4.4.2 Pengetahuan Pegawai SAR... 52

4.4.3 Sikap Pegawai SAR... 53

4.4.4 Keterampilan Pegawai SAR ... 54

4.4.5 Motivasi Intrinsik Pegawai SAR... 55

4.4.6 Kinerja Pegawai SAR ... 58

(14)

4.5.1 Hubungan Kompetensi Pegawai SAR dalam Memberikan Pelatihan Pertolongan Pertama Korban Bencana terhadap

Kinerja Pegawai SAR... 60

4.5.2 Hubungan Motivasi Intrinsik Pegawai SAR dalam Memberikan Pelatihan Pertolongan Pertama Korban Bencana terhadap Kinerja Pegawai SAR... 61

4.6 Analisis Multivariat... 61

BAB 5. PEMBAHASAN... 63

5.1 Pengaruh Kompetensi Pegawai SAR dalam Memberikan Pelatihan Pertolongan Pertama Korban Bencana terhadap Kinerja Pegawai SAR... 64

5.2 Pengaruh Motivasi Intrinsik Pegawai SAR dalam Memberikan Pelatihan Pertolongan Pertama Korban Bencana terhadap Kinerja Pegawai SAR... 67

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 74

6.1 Kesimpulan... 74

6.2 Saran... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

3.2 Aspek Pengukuran Variabel ... 46

4.1 Distribusi Frekwensi Karakteristik Pegawai SAR dengan Jabatan

Rescue di Kantor SAR Medan ... 51

4.2 Distribusi Frekwensi Variabel Kompetensi Pegawai SAR dengan

jabatan Rescue Kantor SAR Medan ... 52

4.3 Distribusi Frekwensi Pengetahuan Pegawai SAR dalam

Memberikan Pelatihan Pertolongan Pertolongan Pertama Korban

Bencana di Kantor SAR Medan ... 52

4.4 Distribusi Frekwensi Sikap Pegawai SAR dalam Memberikan Pelatihan Pertolongan Pertolongan Pertama Korban Bencana di

Kantor SAR Medan ... 54

4.5 Distribusi Frekwensi Keterampilan Pegawai SAR dalam

Memberikan Pelatihan Pertolongan Pertolongan Pertama Korban

Bencana di Kantor SAR ... 55

4.6 Distribusi Frekwensi Motivasi Intrinsik Pegawai SAR dalam Memberikan Pelatihan Pertolongan Pertolongan Pertama Korban

Bencana di Kantor SAR ... 56

4.7 Distribusi Frekwensi Variabel Motivasi Intrinsik Pegawai SAR di

Kantor SAR ... 57

4.8 Distribusi Frekwensi Indikator Kinerja Pegawai SAR di Kantor

SAR ... 58

4.9 Distribusi Frekwensi Variabel Kinerja Variabel Pegawai SAR di

Kantor SAR Medan ... 63

4.10 Hubungan Kompetensi Pegawai SAR dalam Memberikan Pelatihan Pertolongan Pertolongan Pertama Korban Bencana

(16)

4.11 Hubungan Motivasi Intrinsik Pegawai SAR dalam Memberikan Pelatihan Pertolongan Pertolongan Pertama Korban Bencana

terhadap Kinerja pegawai SAR ... 60

4.12 Hasil Uji Regresi Linear Pengaruh Kompetensi dan Motivasi

(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Sistem Kerja SAR... 15

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Surat Pengantar Kuesioner Penelitian ... 79

2. Kuesioner Penelitian ... 80

3. Surat Izin Penelitian dari FKM USU... 88

4. Surat Balasan Izin Penelitian dari Kantor SAR Medan... 89

(19)

ABSTRAK

Sumatera Utara berada pada peringkat ketujuh daerah yang rentan terhadap bencana dengan indeks rawan bencana yang mencapai 148. Peran masyarakat dalam meminimalkan kerugian dan korban bencana dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam menghadapi bencana. Berdasarkan peraturan Kepala Badan SAR Nasional bahwa pegawai SAR dengan jabatan Rescue mempunyai tugas memberikan pelatihan SAR dalam pemasyarakatan SAR. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh kompetensi dan motivasi intrinsik pegawai SAR dalam memberikan pertolongan pertama korban bencana bencana terhadap kinerja pegawai SAR di kantor SAR Medan. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk survey dengan menggunakan pendekatan explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa.

Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai kantor SAR Medan berjumlah 123 orang dengan jumlah sampel yang diteliti 32 orangpegawai SAR dengan jabatan rescue Pengumpulan data melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner penelitian. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi pegawai SAR dalam memberikan pelatihan pertolongan pertama korban bencana terhadap kinerja dengan hasil uji chi square p= p=0,014 (p<0,05). Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi intrinsik pegawai SAR dalam memberikan pelatihan pertolongan pertama korban bencana terhadap kinerja dengan hasil uji chi square p= p=0,043 (p<0,05)

Saran kepada Manajemen kantor SAR Medan perlu melakukan peningkatan pemahaman bagi pegawai SAR tentang pelatihan pertolongan pertama korban bencana melalui latihan dasar tidak hanya diberikan 1 kali saat menjadi pegawai SAR tetapi diberikan secara berkesinambungan minimal setiap 6 bulan sekali. Manajemen kantor SAR perlu memberikan tugas sesuai dengan latar belakang pendidikan Sumber Daya manusia (SDM). Manajemen kantor SAR Medan perlu merekrut pegawai SAR baru latar belakang pendidikan tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat.

(20)

ABSTRACT

Sumatera Utara sit in the seventh rank of the regions that are vulnerable to disasters with disaster prone index of 148. The role of community is to minimize the loss and victims of disaster and can be done by improving their capability and skill in facing the disaster. Based on the regulation of the Head of National Search and Rescue Board, the SAR staff with the position of Rescue have the duty to provide SAR trainings to socialize SAR. The purpose of this survey study with explanatory approach was to analyze the influence of competency and intrinsic motivation of SAR Staff in providing first aid for the disaster victims on the performance of SAR Staff at SAR Medan Office.

The population of this explanatory study describing the inter-variable relationship through hypothesis testing was all of the 123 staff at SAR Medan Office and 32 of them were selected to be the samples for this study. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed by using linear regression test.

The result of Chi-square test showed that the competency of SAR Staff in the provision of training in first aid for disaster victims had a significant influence on their performance with p = 0.014 (p < 0.05), and the intrinsic motivation of SAR Staff in their task of mitigating disaster had a significant influence on their performance with p = 0.043 (p < 0.05).

The management of SAR Medan Office should improve their training of first aid for disaster victims through basic training by giving them a continuous training at least once in six months, not only once when they became at first the SAR staff. The management of SAR Medan Office also needs to assign the SAR Staff in accordance with their educational background and to recruit new SAR staff with health education background such doctors and nurses to provide the training in the first aid for disaster victims.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Wilayah Indonesia secara geologis terletak di jalur lingkaran gempa (ring of

fire). Jalur sepanjang 1.200 km dari barat sampai ke timur sebagai batas tiga

lempengan besar dunia diberi nama lempeng Indo Australia, Eurasia dan Fasifik.

Negara kepulauan terdiri dari 2/3 air, mempunyai lebih 500 gunung api (128 aktif),

sungai besar dan kecil (30 % melintasi wilayah padat penduduk). Jumlah penduduk

yang besar dan tidak merata, keanekaragaman suku, agama, adat, budaya,

menyebabkan Indonesia rawan bencana. Semua bencana pernah terjadi baik karena

alam maupun ulah manusia (Purnomo, 2010).

Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur

Timur. Sumatera Utara memiliki luas total sebesar 181.860,65 km² yang terdiri dari

luas daratan sebesar 71.680,68 km² atau 3.73 % dari luas wilayah Republik Indonesia

dan luas lautan sebesar 110.000,65 km² yang sebagian besar berada di daratan Pulau

Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu serta beberapa

pulau kecil, baik di perairan bagian barat maupun di bagian timur Pulau Sumatera dan

memiliki perairan laut seluas 110.000 km² (BPS 2011). Sumatera Utara berada pada

peringkat ketujuh daerah yang rentan terhadap bencana dengan indeks rawan bencana

(22)

tinggi, mulai dari banjir, angin puting beliung atau angin kencang, gunung meletus,

longsor dan lain lain (BPBD, 2012).

Bencana mempunyai potensi penyebab kecelakaan, cedera, kehilangan nyawa

dan harta benda. Banyak korban menjadi cacat seumur hidup atau meninggal karena

tidak mendapatkan pertolongan dengan cepat. Tindakan darurat medik sangat

diperlukan bila ada korban bencana untuk evakuasi dan mobilisasi. Kenyataan yang

dihadapi pada saat bencana pertolongan untuk menyelamatkan korban sering datang

terlambat. Pertolongan pertama korban bencana diberikan masyarakat yang berada

di daerah bencana dengan kemampuan dan keterampilan yang kurang memadai

(Purnomo, 2010).

Masyarakat mempunyai potensi dalam pencarian dan pertolongan atau Search

and Rescue (SAR) korban bencana. Peran masyarakat dalam meminimalkan kerugian

dan korban bencana dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan dan

keterampilan dalam menghadapi bencana. Keterampilan menyelamatkan diri dan

memberikan pertolongan korban bencana harus dimiliki setiap individu sehingga

dapat bersikap aktif dalam penanggulangan bencana (Sumartono, 2011).

Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor : Per.Kbsn - 01 / 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional. Pasal 76 Bagian keempat Direktorat

Pendidikan dan Pelatihan, dan Pemasyarakatan SAR. Pasal 77 Direktorat Pendidikan

dan Pelatihan dan Pemasyarakatan SAR mempunyai tugas melaksanakan perumusan

kebijakan, standar, norma, pedoman, kriteria. Melaksanakan prosedur bimbingan

(23)

Melaksanakan pengkoordinasian pendidikan dan pelatihan, dan pemasyarakatan

SAR.

Berdasarkan peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor : pk. 27 tahun 2009

tentang perubahan pertama atas peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor:

per.78.a/viii/bsn-2007 tentang tata cara pelaksanaan pemberian tunjangan risiko

bahaya keselamatan dan kesehatan dalam penyelenggaraan pencarian dan

pertolongan bagi pegawai negeri di lingkungan Badan SAR Nasional. Peraturan ini

menyatakan nomenklatur tunjangan risiko penyelenggaraan SAR di lingkungan Badan

SAR Nasional operasi SAR (secara langsung melaksanakan operasi SAR) dengan

jabatan Rescue mempunyai uraian tugas:

1. Melaksanakan pencarian, pertolongan korban musibah transportasi, bencana dan

musibah.

2. Melaksanakan siaga SAR selama 24 jam.

3. Melaksanakan pemantauan lapangan / daerah rawan musibah bencana. 4. Melaksanakan pelatihan SAR.

5. Melaksanakan kesamaptaan.

6. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang SAR. 7. Berkoordinasi dengan potensi SAR.

Kegiatan memberi pelayanan dan pelatihan SAR kepada masyarakat dalam

menjalan fungsi SAR membutuhkan pegawai yang memiliki pengetahuan, sikap dan

keterampilan (kompetensi) dengan membuat program pelatihan pertolongan pertama

(24)

yang dilakukan Badan SAR Nasional kepada masyarakat yang berjumlah 116 orang

bahwa pelatihan yang disarankan tata cara menolong korban 67% sedangkan tata cara

pencarian koban33% (BASARNAS 2006).

Kantor SAR sebagai organisasi memerlukan sumber daya manusia yang mampu

menjalankan sistem guna mencapai tujuan organisasi. Pegawai SAR merupakan

Sumber Daya Manusia di kantor SAR diharapkan mampu, cakap, terampil dan yang

terpenting mau bekerja keras dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang

optimal (Sumartono, 2011).

Pegawai sebagai tenaga kerja manusia jasmaniah maupun rohaniah (mental dan

pikiran) senantiasa dibutuhkan karena menjadi salah satu modal pokok dalam usaha

kerja sama untuk mencapai tujuan organisasi (Widjaja, 2006). Pegawai dalam suatu

organisasi merupakan modal pokok, baik itu organisasi pemerintah maupun

organisasi swasta. Pegawai melakukan pekerjaan mendapat imbalan jasa berupa

gaji dan tunjangan dari pemerintah atau swasta (Musanef, 2004).

Pegawai sebagai tenaga kerja yang menyelenggarakan pekerjaan perlu

digerakkan sehingga mereka mempunyai keterampilan dan kemampuan dalam

bekerja, menghasilkan kinerja yang maksimal untuk tercapainya tujuan organisasi.

Pegawai tanpa kemampuan dan keterampilan sebagai pelaksana pekerjaan dapat

diartikan benda mati dalam organisasi dan waktu yang dipergunakan terbuang

percuma sehingga pekerjaan tidak efektif dan efisien (Musanef, 2004).

Kinerja pegawai atau job performance sebagai hasil dari pekerjaan yang terkait

(25)

tiga faktor yang memengaruhi kinerja yaitu faktor faktor individu (kemampuan dan

keterampilan individu, latar belakang ndividu, demografi), faktor organisasi (sumber

daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, disain pekerjaan) dan faktor psikologis

(persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi intrinsik) (Robbins, 2009).

Menurut Meija dalam Arifin (2011) menyebutkan bahwa faktor yang

memengaruhi kinerja terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal terbagi

menjadi dua yaitu karakteristik individu (umur, pendapatan, status perkawinan,

pengalaman kerja dan masa kerja) dan sikap terhadap tugas (persepsi, pengetahuan,

motivasi intrinsik, tanggung jawab dan kebutuhan terhadap imbalan. Faktor eksternal

yang meliputi sosial ekonomi, demografi, geografi, (lingkungan kerja), aseptabilitas,

aksesbilitas, beban kerja dan organisasi (pembinaan, pengawasan, koordinasi dan

fasilitas).

Menurut Parek dalam Suarli (2005), kinerja pegawai dipengaruhi oleh efektifitas

potensial, kompetensi teknis, keterampilan dan pengalaman serta desain dari tugas

yang diperankan dalam organisasai tersebut. Seorang pegawai harus mempunyai

pengetahuan, kompetensi teknis, dan keterampilan sesuai dengan tugas dalam

organisasi. Pelaksanaan tugas yang terus menerus tidak sesuai dengan pengetahuan,

kompetensi teknis dan keterampilan akan mengakibatkan prustasi sehingga kinerja

menjadi rendah.

Motivasi intrinsik pegawai SAR dalam konteks pekerjaan merupakan salah satu

faktor penting untuk mendorong seorang pegawai mau bekerja. Motivasi intrinsik

(26)

mencapai tujuan organisasi (Robbins, 2009). Kinerja yang tinggi dihubungkan

dengan motivasi intrinsik yang tinggi. Motivasi intrinsik pegawai yang rendah

dihubungkan dengan kinerja yang rendah (Yusuf, 2008).

Berdasarkan survey awal pada tanggal 27 Februari 2012 Kepala Seksi Operasi

mengatakan bahwa pegawai SAR hanya fokus pada tugas pencarian dan pertolongan

korban bencana. Pelaksanaan tugas menjalankan fungsi memberikan pelatihan

menolong korban bencana hanya dilakukan jika diminta oleh pihak yang

berkepentingan. Kepala Bina Potensi juga mengatakan pegawai SAR tidak pernah

membuat perencanaan pelatihan pertolongan pertama korban bencana.

Menurut Herzberg mengatakan bahwa faktor intrinsik berhubungan dengan

kepuasan kerja yang terdapat dalam pekerjaan sehingga dapat menggerakkan

motivasi, menghasilkan pekerjaan yang baik. Faktor ini dinamakan satisfiers atau

motivator (Hasibuan, 2007).

Berdasarkan survey awal tanggal 9 Mei 2012 ditemukan kondisi kinerja pegawai

SAR Medan sebagai berikut: Tenaga kesehatan bertugas di bidang administrasi dan

operator radio sehingga dapat dikatakan uraian tugas tidak sesuai dengan

kompetensi.

Menurut Munsyi dalam Uno (2007) yang mengatakan bahwa kompetensi

mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan.

Kompetensi menunjukan performance dan perbuatan rasional untuk memenuhi

(27)

Menurut Spencer dan Spencer (1993), kompetensi sebagai suatu karakteristik

dasar dari seorang individu yang secara sebab akibat berhubungan dengan kinerja

dalam melakukan suatu pekerjaan. Karakteristik individu apapun yang dapat dihitung

dan diukur secara konsisten, dapat dibuktikan secara signifikan antara kompetensi

terhadap kinerja yang efektif (Sudarmanto, 2009).

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengaruh kompetensi dan motivasi

intrinsik terhadap kinerja pegawai seperti: Hasil penelitian Sitepu (2010) yang

meneliti tentang Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kinerja

Perawat dalam memberikan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Deli Serdang.

Sampel penelitian ini berjumlah 168 orang, diambil dengan menggunakan teknik

stratified random sampling. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung

menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji regresi linear berganda pada

taraf kepercayaan 95 %. Berdasarkan analisis diketahui ada hubungan yang signifikan

antara variabel pengetahuan dengan kinerja perawat (p=0,046), variabel sikap dengan

kinerja perawat (P=0,034), variabel keterampilan dengan kinerja peawat (p=0,001).

Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi (sikap dan keterampilan) terhadap

kinerja perawat. Variabel yang paling dominan memengaruhi kinerja perawat adalah

keterampilan (nilai β =0,453).

Hasil penelitian Hendri (2009) yang meneliti tentang pengaruh kompetensi

terhadap kinerja petugas promosi kesehatan di Puskesmas wilayah kerja kerja Dinas

Kesehatan kota Pematangsiantar. Jenis Penelitian yang digunakan adalah explanatory

(28)

Uji statistik yang digunakan adalah uji regresi linear berganda, dengan persamaan Y

= 0.925 +0,391 XI. Hasil penelitian ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi

(pengatahuan, sikap dan keterampilan) terhadap kinerja petugas promosi kesehatan di

kota Pematangsiantar dengan signifikansi masing-masing (sig<0,05). Variabel yang

paling memengaruhi kinerja adalah sikap.

Hasil penelitian Mudji (2011), yang meneliti tentang Analisis Pengaruh Motivasi

Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Dinas

Perindustrian Dan Perdagangan Kota Semarang). Hasil penelitian menunjukkan

diperoleh persamaan regresi: Y = 0,439 X1+ 0,260 X2 dengan menggunakan metode

analisis regresi berganda. Kesimpulan penelitian bahwa variabel motivasi kerja (X1)

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja pegawai, dengan

nilai t sekitar 4.003 (lebih besar dari t tabel 1.663) dan nilai yang signifikan sekitar

0,000. Menggunakan batas signifikansi tentang 0,05, karena itu nilai signifikansi

kurang dari 0,05. Hipotesis yang menyatakan bahwa motivasi memiliki pengaruh

terhadap kerja pegawai dapat diterima.

Berdasarkan penelitian Endra (2010) tentang Analisis Pengaruh motivasi kerja,

budaya organisasional dan kedisiplinan terhadap kinerja pegawai faktor-faktor yang

mendukung kinerja pegawai (Studi Kasus Pada Perum Bulog Kabupaten Pati).

Penelitian mengenai variabel motivasi kerja ( X ) , budaya organisasional ( X 2 ) dan

kedisiplinan ( X 3 ) terhadap kinerja pegawai pada Perum Bulog Kabupaten Pati (

Y). Jumlah sampel 63 responden dengan taraf signifikan 5%, data yang digunakan

(29)

meliputi uji validitas, uji reliabilitas, regresi linier berganda, koefisien determinasi

dan uji hipotesis uji t.

Berdasarkan analisis data tentang pengaruh variabel motivasi kerja, budaya

organisasional dan kedisiplinan terhadap kinerja pegawai dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut uji t ( Parsial ) diperoleh angka t hitung motivasi kerja 2,908 > t tabel

1,671 dan taraf signifikan 0,005 < 0,05 sehingga secara parsial ( individu) terdapat

pengaruh positif dan signifikan antara motivasi kerja terhadap kinerja pegawai.

Angka t hitung budaya organisasional 3,011 > t tabel 1,671 dan taraf signifikan 0,004

< 0,05 sehingga secara parsial ( individu) terdapat pengaruh positif dan signifikan

antara budaya organisasional terhadap kinerja pegawai. Angka t hitung kedisiplinan

2,117 > t tabel 1,671 dan taraf signifikan 0,038 < 0,05 sehingga secara parsial

(individu) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kedisiplinan terhadap

kinerja pegawai. Koefisien determinasi sebesar 54,2 % kinerja pegawai dapat

dijelaskan oleh variabel motivasi kerja, budaya organisasional dan kedisiplinan.

Koefisien 45,8 % dijelaskan oleh faktor lain di luar variabel yang diteliti misalnya

kompensasi, kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan.

Berdasarkan hasil penelitian Juliani (2007) tentang pengaruh motivasi intrinsik

terhadap kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap RSU dr Pirngadi Medan.

Hasil penelitian dari 80 responden menunjukkan diperoleh persamaan regresi Y =

9,119 + 0,218X1 + 0,599X2 + 1,518X3 + 0, 404X4 + 1, 370X5 + e dengan

menggunakan uji regresi linear sederhana dapat disimpulkan bahwa variabel prestasi

(30)

terhadap kinerja perawat pelaksana. Variabel pengakuan orang lain terdapat p value =

0,589 menunjukkan tidak terdapat pengaruh secara signifikan terhadap kinerja

perawat pelaksana. Variabel tanggung jawab didapat p value = 0,000 menunjukkan

terdapat pengaruh signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana. Variabel peluang

untuk maju didapat nilai p value = 0,004 terdapat pengaruh signifikan terhadap

kinerja perawat pelaksana. Varibel kepuasan kerja didapat nilai p value = 0.000

terdapat pengaruh signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana.

Berdasarkan uraian latar belakang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai pengaruh kompetensi dan motivasi intrinsik pegawai SAR dalam

memberikan pelatihan pertolongan pertama korban bencana terhadap kinerja

pegawai SAR di kantor SAR Medan. Menurut penulis, penelitian ini penting untuk

mengetahui dan menganalisis tentang kinerja pegawai SAR dalam pelatihan

pertolongan pertama korban bencana.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : bagaimanakah pengaruh kompetensi dan motivasi

intrinsik pegawai SAR dalam memberikan pelatihan pertolongan pertama korban

(31)

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh kompetensi dan motivasi

intrinsik pegawai SAR dalam memberikan pelatihan pertolongan pertama korban

bencana terhadap kinerja pegawai SAR di kantor SAR Medan.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh kompetensi dan motivasi intrinsik pegawai SAR dalam

memberikan pelatihan pertolongan pertama korban bencana terhadap kinerja

pegawai SAR di kantor SAR Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Pegawai SAR mendapat bahan masukan untuk menambah wawasan,

meningkatkan kompetensi dan motivasi intrinsik dalam memberikan pelatihan

pertolongan pertama korban bencana sehingga dapat meningkatkan kinerja.

2. Pegawai SAR mendapat bahan masukan untuk meningkatkan program pelatihan

pertolongan pertama korban bencana kepada masyarakat.

3. Pegawai SAR mendapat pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

pengaruh kompetensi dan motivasi intrinsik dalam memberikan pelatihan

(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bencana

2.1.1 Definisi Bencana

Menurut Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang bencana adalah peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan / atau faktor non alam

maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologi.

2.1.2. Daerah Rawan Bencana

Daerah Rawan Bencana adalah daerah yang memiliki kondisi atau karekteristik

geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial budaya, politik,

ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang

mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan mengurangi

kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu (BNPB, 2008).

2.2 Search and Rescue (SAR) 2.2.1 Definisi (SAR)

Search and Rescue (SAR) adalah usaha dan kegiatan kemanusiaan mencari dan

memberikan pertolongan kepada manusia dengan kegiatan meliputi: mencari,

menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang

(33)

pesawat terbang yang mengalami kecelakaan, evakuasi pemindahan korban musibah

pelayaran, penerbangan, bencana alam atau bencana lainya dengan sasaran utama

penyelamatan jiwa manusia (BASARNAS, 2008)

2.2.2 Filosofi SAR

1. Locate artinya memberikan gambaran yang kongkrit posisi/lokasi subyek yang

mengalami musibah itu berada. Lokasi biasanya ditunjukkan dengan garis lintang

dan bujur pada peta.

2. Acces artinya sumber-sumber dari mana saja dan dengan cara apa bantuan

pertolongan ini bisa sampai menuju lokasi tempat terjadinya musibah.

3. Stabilize artinya penanganan/perawatan korban dengan berbagai macam kasus di

lokasi kejadian itu dilakukan oleh unit-unit penolong (Rescue Unit) sebelum

bantuan medis tiba untuk memberikan perawatan lebih lanjut.

4. Transport/Evakuasi artinya proses pemindahan korban dari lokasi ke tempat

yang lebih aman untuk diberikan pertolongan pertama (evakuasi) dan transportasi

dari tempat mendapat pertolongan pertama ke tempat fasilitas medis terdekat.

2.2.3 Uraian Tugas Pegawai SAR dengan Jabatan Rescue

Berdasarkan peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor : pk. 27 tahun 2009

tentang perubahan pertama atas peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor:

per.78.a/viii/bsn-2007 tentang tata cara pelaksanaan pemberian tunjangan risiko

bahaya keselamatan dan kesehatan dalam penyelenggaraan pencarian dan

(34)

menyatakan nomenklatur tunjangan risiko penyelenggaraan SAR di lingkungan Badan

SAR Nasional operasi SAR (secara langsung melaksanakan operasi SAR) dengan

jabatan Rescue mempunyai uraian tugas:

1. Melaksanakan pencarian, pertolongan korban musibah transportasi, bencana dan

musibah lainnya;

2. Melaksanakan siaga SAR selama 24 jam

3. Melaksanakan pemantauan lapangan / daerah rawan musibah bencana; 4. Melaksanakan latihan SAR

5. Melaksanakan kesamaptaan.

6. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang SAR. 7. Berkoordinasi dengan potensi SAR.

Kantor Search and Rescue yang selanjutnya disebut Kantor SAR adalah Unit

Pelaksana Teknis di bidang pencarian dan pertolongan (Search and Rescue) yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan SAR Nasional. Kantor

SAR secara teknis administratif dibina oleh Sekretaris Utama dan secara teknis

fungsional dibina oleh Deputi Bidang Operasi SAR dan Deputi Bidang Potensi SAR.

Kantor SAR dipimpin oleh seorang Kepala kantor SAR.

(35)
[image:35.612.109.535.121.371.2]

2.2.5. Sistem Kerja SAR

Gambar 2.1 Sistem Kerja SAR

Keterangan gambar 2.1. Sistem Kerja SAR 1. Komponen SAR

Penyelenggaraan operasi SAR, ada 5 komponen SAR yang merupakan bagian dari

sistem SAR yang harus dibangun kemampuannya, agar pelayanan jasa SAR dapat

dilakukan dengan baik. Komponen-komponen SAR yaitu:

a. Organisasi merupakan struktur organisasi SAR, meliputi aspek pengerahan unsur,

koordinasi, komando dan pengendalian, kewenangan, lingkup penugasan dan

tanggung jawab penanganan musibah.

b. Fasilitas adalah komponen unsur, peralatan/perlengkapan serta fasilitas pendukung

lainnya yang dapat digunakan dalam operasi/misi SAR. Komponen SAR

a.Organisasi b.Fasilitas c.Komunikasi

Tahapan darurat a.Incerfa b.Alerfa c.Distresfa

Tingkatan SAR a.Menyadari b.Tindakan awal c.Perencanaan

Misi SAR

STRUKTUR FUNGSIONAL

Preparednes

(36)

c. Komunikasi sebagai sarana untuk melakukan fungsi deteksi ada musibah, fungsi

komando dan pengendalian operasi dan koordinasi selama operasi SAR.

d. Pertolongan darurat adalah penyediaan peralatan atau fasilitas perawatan darurat

yang bersifat sementara termasuk pemberian bantuan medis kepada korban

dilokasi bencana sampai ketempat penampungan atau tersedianya fasilitas yang

memadai.

e. Dokumentasi berupa pendataan laporan, analisa serta data kemampuan operasi

SAR guna kepentingan misi SAR yang akan datang.

2. Tahapan Darurat

a. Uncertainty Phase (Incerfa) suatu keadaan darurat yang ditunjukkan dengan

adanya keraguan mengenai keselamatan jiwa seorang karena diketahui

kemungkinan mereka dalam menghadapi kesulitan.

b. Alert Phase (Alerfa) adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan dengan ada

kekhawatiran mengenai keselamatan jiwa seseorang karena ada informasi yang

jelas bahwa mereka menghadapi kesulitan yang serius yang mengarah pada

kesengsaraan (distress).

c. Distress Phase (Detresfa) adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan bila

bantuan yang cepat sudah dibutuhkan oleh seseorang yang tertimpa musibah

karena telah terjadi ancaman serius atau keadaan darurat bahaya. Berarti dalam

suatu operasi SAR informasi musibah biasa ditunjukkan tingkat keadaan darurat

(37)

3.Tahap Penyelenggaraan Operasi SAR (SAR Stages)

a. Tahap menyadari (awareness stage) adalah kekhawatiran bahwa suatu keadaan

darurat diduga akan muncul (saat disadari terjadi keadaan darurat/musibah).

b. Tahap tindak awal (initial action stage) adalah tahap seleksi informasi yang

diterima, untuk segera dianalisa dan ditetapkan. Berdasarkan informasi tersebut,

maka keadaan darurat saat itu diklasifikasikan.

c. Tahap perencanaan adalah saat dilakukan suatu tindakan sebagai tanggapan

(respon) terhadap keadaan sebelumnya, antara lain:

1. Tahap perencanaan pencarian.

2. Urutan perencanaan pencarian.

3. Tingkatan perencanaan pencarian.

4. Perhitungan perencanaan pencarian.

d. Tahap operasi yaitu seperti dilakukan operasi pencarian dan pertolongan serta

penyelamatan korban secara fisik. Tahap operasi meliputi:

1. Fasilitas SAR bergerak ke lokasi kejadian.

2. Melakukan pencarian dan mendeteksi tanda-tanda yang ditemui yang

diperkirakan ditinggalkan survivor.

3. Mengikuti jejak atau tanda-tanda yang ditinggalkan survivor.

4. Menolong, menyelamatkan dan mengevakuasi korban dengan memberi

perawatan gawat darurat pada korban yang membutuhkan dan membawa

korban yang cedera kepada perawatan yang memuaskan (evakuasi).

(38)

6. Mengirim/ memberangkatkan fasilitas SAR.

7. Melaksanakan operasi SAR di lokasi kejadian.

8. Melakukan penggantian/ penjadwalan SRU di lokasi kejadian.

e. Tahap pengakhiran adalah tahap akhir operasi SAR, meliputi penarikan kembali

SRU dari lapangan ke posko, penyiagaan kembali tim SAR untuk menghadapi

musibah selanjutnya yang sewaktu-waktu dapat terjadi, evaluasi hasil kegiatan,

mengadakan pemberitaan (Press Release) dan menyerahkan jenasah korban/

survivor kepada yang berhak serta mengembalikan SRU pada instansi induk

masing-masing dan kelompok masyararakat (BASARNAS 2012).

2.2.6 Tehnik dan Pendekatan SAR

Sistem pengajaran dalam pendidikan dan pelatihan awal SAR merupakan

perpaduan dari tiga tehnik dan pendekatan yaitu:

1. Pendekatan disiplin ilmu yang berarti mengembangkan sistem pengajaran melalui

pengelompokan mata pelajaran, pembekalan ilmu melalui mata pelajaran perlu

diberikan sampai tuntas.

2. Pendekatan kesisteman yang berarti mengembangkan sistem pengajaran yang di

tuntut dengan menganalisa kemungkinan tugas yang akan dilaksanakan pada

pegawai SAR setelah selesai masa pendidikan dan pelatihan serta kemungkinan

pengembangan dimasa yang akan datang.

3. Pendekatatan lingkungan yaitu dengan mempelajari situasi yang memengaruhi

tugas dan menciptakan kondisi belajar mengajar yang menyerupai situasi tersebut

(39)

2.2.7 Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan SAR

Menurut Grayson dalam Mustofa (2010) kurikulum adalah suatu perencanaan

untuk mendapatkan keluaran (out comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.

Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga

memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran

(Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals)

dan tujuan (objectives

Struktur kurikulum pendidikan dan pelatihan berdasarkan keputusan Kepala Badan

SAR Nasional Nomor :Kep/14A/1995 tentang kurikulum dan silabus pendidikan dan

pelatihan SAR yaitu:

) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

1. Navigasi mencakup, pengetahuan peta, pengetahuan kompas, tempat kedudukan, menafsir jarak, menghitung jarak dan langkah, garis ketinggian,

orientasi peta, pengetahuan tentang arus dan pasang surut, teknik jalan kompas.

2. Survival mencakup, pengetahuan jungle survival, pengetahuan sea survival,

penyeberangan survival.

3. Mountainering mencakup pengetahuan dasar tali-temali, pengetahuan peralatan

mountainering, rock climbing, pionering, rappeling, karakteristik pegunungan di

Indonesia.

4. P3K mencakup pengetahuan P3K untuk korban di darat, pengetahuan P3K untuk

korban di air.

5. Evakuasi mencakup, pengetahuan tentang evakuasi, teknik evakuasi di lokasi

(40)

helikopter, teknik evakuasi dari gedung tinggi, teknik evakuasi dan transportasi

penderita gawat darurat.

6. Explorer SAR mencakup, metode dan teknik SAR darat, metode dan teknik SAR

laut.

7. Komunikasi mencakup, pengetahuan tentang radio, prosedur komunikasi, jaring

komunikasi dan frekuensi, signal/tanda-tanda dan isyarat.

8. Pengetahuan Prosedur Operasi Helly mencakup, perkenalan karakter helikopter,

teknik penyiapan hely pad, marshailing/parking master.

9. Fisik dan Mental, mencakup Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila

(P4), Peraturan Baris Berbaris (PBB), aerobik, lari, renang, push up, sit up, pull

up, spuat trush, dan lain-lain.

10. Persiapan Perjalanan mencakup, penyiapan perbekalan, peralatan dan makanan,

perkenalan ilmu gizi,teknik pengepakan, pengetahuan kesehatan perjalanan.

11. Organisasi SAR mencakup organisasi SAR di Indonesia, organisasi operasi SAR,

organisasi Bakornas PB.

12. Penyelenggaraan Operasi SAR mencakup, perkenalan penyelenggaraan operasi

SAR.

13. Sejarah SAR mencakup sejarah perkembangan SAR di Indonesia.

14. Perkenalan Peralatan SAR mencakup peralatan medis, peralatan lain-lain.

15. Dokumentasi dan Fotografi mencakup penyiapan/pengisian/pemeliharaan

(41)

16. Ceramah mencakup ceramah pejabat di lingkungan Badan SAR Nasional/

Dephub/Instansi lain yang terkait, ceramah tentang kepemimpinan di lapangan.

17. Latihan Praktek Lapangan mencakup operasi SAR di darat (gunung/hutan)

operasi SAR di laut (BASARNAS, 2008).

2.2.8 Pelatihan Pertolongan Pertama Korban Bencana

Pelatihan pertolongan pertama korban bencana di kantor SAR dinamakan

pelatihan Medical First Responder (MFR) Basic adalah pelatihan untuk penolong

yang pertama kali tiba di lokasi kejadian bencana, memiliki kemampuan medis

dalam penanganan kasus gawat darurat, terlatih untuk tingkat paling dasar. Seorang

Rescue sebagai orang awam khusus yang telah mendapatkan pengetahuan cara-cara

penanggulangan kasus gawat darurat sebelum korban dibawa kerumah sakit

mempunyai kewajiban:

1. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, korban dan orang-orang di sekitar.

2. Menjangkau korban.

3. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam jiwa.

4. Meminta bantuan.

5. Memberikan pertolongan pertama berdasarkan keadaan korban.

6. Membantu pelaku pertolongan lainnya.

7. Ikut menjaga kerahasiaan medis korban.

8. Berkomunikasi dengan petugas lain yang terlibat.

(42)

Seorang Rescue harus mempunyai kualitas yaitu bertanggung jawab, kemampuan

bersosialisasi, jujur, percaya diri (higiene, seragam, pendidikan), kematangan emosi,

berlaku profesional, kondisi fisik baik, kemampuan nyata terukur.

Peralatan dasar MFR yang harus dipergunakan saat menolong korban yaitu sarung

tangan, kacamata pelindung, baju pelindung, masker penolong, masker Resusitasi

Jantung Paru ( RJP ). Perlindungan diri seorang Rescue dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa semua darah dan cairan yang keluar dari tubuh korban bersifat

menular sehingga perlu perlindungan terhadap tubuh seorang Rescue sebagai upaya

preventif. Beberapa tindakan umum untuk perlindungan diri yaitu mencuci tangan,

membersihkan dengan desinfektan memakai bahan pembunuh kuman sterilisasi

proses khusus untuk menjadi bebas kuman, memakai alat pelindung diri (APD).

Seorang Rescue harus memastikan keselamatannya (termasuk pemakaian APD)

saat tiba di lokasi kejadian becana, memastikan keselamatan korban, menentukan

keadaan umum kejadian (mekanisme cedera). Seorang Rescue melakukan penilaian

dini pada korban (bila sadar) perkenalkan diri, mengenali dan mengatasi cedera,

gangguan yang mengancam jiwa, stabilkan dan teruskan pemantauan penderita.

Penilaian dalam pemerikasaan korban yaitu penilaian keadaan (scene assessment)

1. Keadaan umum dengan menentukan kasus trauma atau medis.

bagaimana kondisi saat itu memeriksa kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi

bagaimana mengatasinya. Proses untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang dapat mengancam keselamatan nyawa korban, dapat dilakukan penilaian awal

(43)

2. Periksa respon / tingkat kesadaran.

Ada empat tingkatan yang umum dipakai untuk menentukan tingkat respon

seorang korban

1) Alert penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.

2) Verbal, penderita hanya bereaksi apabila dipanggil.

3) Painful, penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri.

4) Unresponsive, penderita tidak bereaksi terhadap respon apapun. Tidak

membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali tidak bereaksi

terhadap rangsang nyeri. Seseorang dalam keadaan tidak sadar yang berat

tentunya memerlukan jalan napas yang baik dan pertolongan pendukung lain

3. Pastikan jalan napas (Airway) terbuka dengan baik.

4. Nilai pernapasan.

5. Nilai sirkulasi dan hentikan perdarahan berat bila ada.

6. Hubungi bantuan.

Penilaian awal harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam jiwa

sudah harus ditanggulangi sebelum melanjutkan dengan pemeriksaan fisik secara

menyeluruh.

1. Penilaian dini dimaksudkan untuk segera mengenali dan mengatasi bahaya yang mengancam jiwa.

(44)

2. Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang meliputi seluruh tubuh korban. Bertujuan untuk menemukan berbagai tanda sehingga memudahkan dalam

penanganan korban.

3. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis dan berurutan, biasanya dimulai dari ujung kepala sampai ujung kaki, namun bisa berubah sesuai kondisi korban.

b. Pemeriksaan korban.

Pemeriksaan korban merupakan suatu keterampilan yang harus dilatih.

Tindakan ini melibatkan panca indera penolong (rescue) berupa :

1. Penglihatan (Inspection).

2. Pendengaran (Auscultation).

3. Perabaan (Palpation). C

1. Perubahan Bentuk ( Deformity ).

ara memeriksa korban bencana atau kecelakaan (trauma) dengan mengidentifikasi keadaan korban dengan melihat

2. Luka Terbuka ( Open Injury ).

3. Nyeri Tekan ( Tenderness ).

4. Pembengkakan ( Swelling ).

Beberapa perubahan dapat dilihat dengan memerhatikan tanda vital seperti denyut nadi, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, tekanan darah, pupil mata. Seorang Rescue saat melakukan pemeriksaan harus selalu memerhatikan korban. Perhatian yang

(45)

memperoleh data yang dibutuhkan. Pemeriksaan fisik ujung kepala sampai ujung kaki meliputi:

1. Kepala: Kulit kepala dan tulang tengkorak, telinga, hidung, pupil, mulut. 2. Leher.

3. Dada, tampak luar tulang dada, tulang rusuk.

4. Perut, pemeriksaan ketegangan dinding perut, luka yang ada

5. Punggung, bagian dada belakang, tulang belakang 6. Panggul, tulang-tulang, bagian dalam, kemaluan 7. Alat gerak bawah, alat gerak atas.

2.3 Pegawai

2.3.1 Definisi Pegawai

Menurut Widjaja (2006) pegawai adalah tenaga kerja manusia jasmaniah

maupun rohaniah (mental dan pikiran) yang senantiasa dibutuhkan menjadi modal

pokok dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu (organisasi), baik

organisasi pemerintah maupun organisasi swasta. Berhasil atau tidak suatu organisasi

dalam mencapai tujuan tergantung pada pegawai yang memimpin dalam

melaksanakan tugas-tugas yang ada dalam organisasi tersebut.

Pegawai yang telah memberikan tenaga maupun pikiran dalam melaksanakan

tugas atau pekerjaan, baik itu organisasi pemerintah maupun organisasi swasta akan

(46)

mengatakan bahwa pegawai adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan

mendapat imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah atau badan swasta

Objek penelitian penulis adalah pegawai SAR berstatus pegawai negeri. Pengertian

pegawai negeri menurut Undang-Undang Pokok Kepegawaian No.43 Tahun 1999

Tentang Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yaitu:

1. Pegawai negeri adalah unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat

yang dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945, negara dan pemerintah, menyelenggarakan tugas pemerintahan dan

pembangunan.

2. Pegawai negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh

pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau

diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan

perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

3. Pegawai negeri terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan anggota Tentara

Nasional Indonesia dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2.4.Kompetensi

(47)

aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 46A Tahun 2003 tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan Struktural Pegawai Negeri Sipil. Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang Pegawai

Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga Pegawai Negeri Sipil dapat melaksanakan tugas secara profesional, efektif dan efisien.

2.4.1. Unsur- Unsur Kompetensi

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan lain-lain).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

2. Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak

senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan lain-lain). Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku tertutup.

3. Keterampilan

Menurut Gordon dalam Satria (2008) pengertian ketrampilan adalah kemampuan

(48)

2.4.2.Kompetensi Dasar Pegawai SAR

2.5.Motivasi

1. Fisik yang prima dan sikap mental yang tangguh.

2. Memiliki pengetahuan yang cukup.

3. Memiliki keterampilan yang dipersyaratkan.

4. Mampu menjalin koordinasi dengan baik (Suharni,2011).

2.5.1 Definisi Motivasi

Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau daya

penggerak. Motivasi adalah suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam

pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk

memuaskan beberapa kebutuhan individu (Robins SP, 2009).

2.5.2 Teori Motivasi

Abraham Maslow dalam membuat hipotesis bahwa setiap diri manusia terdapat

hirarki dari lima kebutuhan yaitu:

1. Fisiologis meliputi rasa lapar, haus, berlindung, seksual dan kebutuhan fisik

lainnya.

2. Rasa aman meliputi rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional.

3. Sosial meliputi rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan dan persahabatan.

4. Penghargaan meliputi faktor-faktor penghargaan internal seperti hormat diri,

otonomi dan pencapaian. Faktor-faktor penghargaan eksternal seperti status,

(49)

5. Aktualisasi diri dorongan menjadi seseorang sesuai kecakapannya meliputi

pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri.

Abraham Maslow memisahkan lima kebutuhan kedalam urutan-urutan yang lebih

tinggi dan lebih rendah. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai

kebutuhan tingkat bawah. Kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri sebagai

kebutuhan tingkat atas. Perbedaan antara kedua tingkatan tersebut berdasarkan

pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal (di dalam diri

seseorang). Kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal (di

luar diri seseorang) seperti imbalan kerja, kontrak serikat kerja dan masa jabatan

( Hasibuan, 2007).

McGregor mengemukakan dua pandangan nyata mengenai manusia pandangan

pertama pada dasarnya negatif disebut Teori X, dan yang kedua pada dasarnya

positif, disebut Teori Y. Menurut Teori X bahwa

1. Pegawai pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin berusaha

untuk menghindarinya.

2. Pegawai tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipaksa, dikendalikan atau

diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan-tujuan.

3. Pegawai akan menghindari tanggung jawab dan mencari perintah formal bila

mungkin.

4. Sebagian pegawai menempatkan keamanan diatas semua faktor lain dan terkait

(50)

Bertentangan dengan pandangan-pandangan negatif mengenai sifat sifat manusia

dalam Teori X, McGregor menyebutkan empat asumsi positif yang disebut sebagai

Teori Y. Menurut Teori Y bahwa

1. Pegawai menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan, seperti halnya

istirahat atau bermain.

2. Pegawai akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk mencapai berbagai

tujuan.

3. Pegawai bersedia belajar untuk menerima, bahkan mencari tanggung jawab.

4. Pegawai mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang diedarkan keseluruh

populasi, dan bukan hanya bagi mereka yang menduduki posisi manajemen.

Herzberg mengemukakan teori dua faktor yaitu :

1. Faktor instrinsik berhubungan dengan kepuasan kerja, apabila terdapat dalam

pekerjaan akan menggerakkan motivasi, menghasilkan pekerjaan yang baik.

Faktor ini dinamakan satisfiers atau motivator meliputi : prestasi (achievement),

pengakuan (recognition), tanggung jawab (responsibility), kamajuan

(edvancement), pekerjaan itu sendiri (the work it self), kemugkinan berkembang

(the posssibility of growth).

2. Faktor ekstrinsik berhubungan dengan ketidakpuasan kerja, keadaan pekerjaan

(job context) yang menyebabkan rasa tidak puas (dissatisfiers) atau demotivasi

yang meliputi : gaji atau upah (wages or salaries), kondisi kerja (working

(51)

administration), hubungan antar pribadi (interpersonal relation), kualitas

supervisi (quality supervisor) (Hasibuan 2007).

McClelland mengelompokkan tiga kebutuhan manusia yang dapat memotivasi

gairah bekerja yaitu:

1. Kebutuhan akan prestasi (need for achievement) merupakan daya penggerak

untuk memotivasi mencapai prestasi kerja yang maksimal.

2. Kebutuhan akan affiliasi (need for affilition) merupakan daya penggerak untuk

memotivasi membentuk hubungan antar personal yang ramah dan akrab.

3. Kebutuhan akan kekuasaan (need for power) merupakan daya penggerak untuk

memotivasi memengaruhi dan mengendalikan orang lain, bertanggung jawab dan

memiliki otoritas atas orang lain ( Hasibuan, 2007).

2.5.3 Tujuan Pemberian Motivasi

1. Mendorong gairah dan semangat kerja pegawai.

2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja pegawai.

3. Meningkatkan produktivitas kerja pegawai.

4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan pegawai perusahaan.

5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi pegawai.

6. Mengefektifkan pengadaan pegawai.

7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.

8. Meningkatkan kreativitas dan partisipasi pegawai.

(52)

10. Mempertinggi rasa tanggung jawab pegawai terhadap tugas-tugasnya.

11. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku (Hasibuan , 2007).

2.5.4 Asas-Asas Motivasi

Asas mengikutsertakan, artinya mengajak bawahan untuk ikut berprestasi dan

memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat, rekomendasi dalam

proses pengambilan keputusan.

1. Asas komunikasi, artinya meninformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin

dicapai, cara-cara mengerjakannya dan kendala kendala yang dihadapi.

2. Asas pengakuan, artinya memberikan penghargaan, pujian, dan pengakuan yang

tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya.

3. Asas wewenang yang didelegasikan, artinya memberian kewenangan, dan

kepercayaan diri pada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan kreativitasnya ia

mampu mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik.

4. Asas adil dan layak artinya alat dan jenis motivasi yang diberikan harus

berdasarkan atas keadilan dan kelayakan terhadap sesama pegawai.

5. Asas perhatian dan timbal balik, artinya bawahan yang berhasil mencapai tujuan

dengan baik, maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan jenis motivasi.

2.5.5 Proses Motivasi

Proses memotivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu sesuai tujuan organisasi,

(53)

mengetahui kebutuhan/keinginan pegawai dengan tidak melihat dari sudut

kepentingan pimpinan dan perusahaan saja.

Komunikasi efekif, dalam memotivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dan

efektif dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan diperoleh dan

syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi supaya insentif dapat diperoleh.

2.5.6 Pengukuran Motivasi

Ada beberapa cara untuk mengukur motivasi yaitu: 1. Tes Proyektif.

Tehnik proyektif yang banyak dikenal adalah Thematic Apperception Test

(TAT). Klien diberikan gambar dan k diminta untuk membuat cerita dari gambar

tersebut.

2. Kuesioner.

Klien diminta untuk mengisi kuesioner yang mengisi pertanyaan-pertanyaan

tentang motivasi.

3. Observasi prilaku.

Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan membuat situasi sehingga

klien dapat memunculkan prilaku yang mencerminkan motivasinya.

2.5.7 Strategi untuk Meningkatkan Motivasi

Motivasi akan terus ada dengan menciptakan iklim kerja sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi sumber stress

2. Melakukan tindakan pencegahan atau mengurangi stress

(54)

4. Komunikasi yang efektif secara verbal maupun non verbal.

5. Mengurangi kontrol yang berlebihan pada tugas yang telah diberikan agar dapat

mengembangkan kemandirian dan tanggung jawab pegawai.

6. Memberikan reinforcment pada hasil kerja yang positif

7. Bila memungkinkan meningkatkan kesejahteraan.

8. Mengembangkan konsep kerja tim ( Suyanto, 2008).

2.6. Kinerja

2.6.1 Definisi Kinerja

Kinerja adalah penampilan hasil kerja personel baik kuantitas maupun kualitas

dalam suatu organisasi, kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun

kelompok kerja (Ilyas 2002). Menurut Moeheriono (2009), kinerja merupakan

gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksana suatu program kegiatan atau

kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang

dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.

2.6.2 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja mencakup tiga faktor penting, yaitu :

1. Kegiatan pengamatan merupakan proses menilai dan menilik perilaku yang telah

ditentukan oleh tim kerja

2. Alat ukur dan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja seorang

personel dibandingkan dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan bagi

(55)

3. Kegiatan pengembangan ini bertujuan untuk memotivasi pegawai agar mengatasi

kekurangan dan mendorong pengembangan kemampuan dan potensi yang ada

pada dirinya ( Ilyas, 2003).

2.6.3 Kriteria Mengukur Kinerja

Kriteria mengukur kinerja terdiri dari :

1. Kuantitatif (seberapa banyak). Ukuran kuantitatif merupakan ukuran yang paling

mudah untuk disusun dan diukur yaitu hanya mengitung seberapa banyak hasil

harus dicapai dalam kurun waktu tertentu.

Gambar

Gambar 2.1 Sistem Kerja SAR
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 3.2.Aspek Pengukuran Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DAN SPIRITUALITAS DI TEMPAT KERJA DENGAN KOMITMEN AFEKTIF PADA PEGAWAI KANTOR.. KEMENTERIAN AGAMA

mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai: “Analisis Pengaruh Masa Kerja, usia,Pangkat dan golongan terhadap Motivasi Kerja Pegawai Negeri Sipil pada Kantor SAR

Hasil uji signifikansi menunjukan bahwa variabel kepuasan kerja memidiasi penuh (fully mediating) pengaruh variabel motivasi intrinsik terhadap variabel kinerja

1) Pelatihan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi pegawai yang ada di lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan kajian tentang motivasi kerja dan pelatihan kerja pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI JUDUL :PENGARUH MOTIVASI INTRINSIK DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI BAGIAN UMUM SEKRETARIAT KANTOR BUPATI DELI SERDANG DIAJUKAN OLEH : NAMA

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar Motivasi Intrinsik dan Disiplin Kerja berpengaruh parsial dan simultan terhadap Kinerja Pegawai Bagian Umum Sekretariat

Adanya pengaruh positif dan siginifikan terhadap variabel disiplin kerja dan motivasi intrinsik terhadap kualitas sumber daya manusia pegawai serta pelatihan, disiplin kerja, dan