ANALISIS PERBANDINGAN KADAR ALUMINIUM (Al)
PADA AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI
IPA SUNGGAL SECARA KOLORIMETRI
TUGAS AKHIR
OLEH:
IIN ANDRIANI HASIBUAN
NIM 122410034
pp
p
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YangMaha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhirini.
Adapun judul dari tugas akhir ini adalah : “AnalisisPerbandingan Kadar
Aluminium (Al) pada Air Baku dengan Air Reservoir PDAM Tirtanadi IPA Sunggal Secara Kolorimetri” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma III Analis Farmasi dan
Makanandandisusunberdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan
oleh penulis di Laboratorium Pusat PDAM Tirtanadi.
Dalam menyelesaian tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapat
bimbingan, bantuan dan dukungan baik moril maupun spiritual dari berbagai
pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs., Saiful Bahri, MS., Apt.selakudosenpembimbingyang telah
membimbing, memberikan petunjuk dan saran sampai selesainya Tugas
Akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si.,Apt.WakilDekan
4. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.AppSc., Apt. SelakuKetua Program
Studi Diploma III AnalisFarmasidanMakananFakultasFarmasiUniversitas
Sumatera Utara.
5. Bapak Iwan Setiawan selakuKepalaLaboratoriumPDAMTirtanadi IPA
Sunggal danseluruhanalis yang telahmembantu kami
dalammelaksanakankegiatanPraktekKerjaLapangan (PKL).
6. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staff pengajar program studi Diploma
III Analis Farmasi dan Makanan Fakultasa Farmasi Universitas Sumatera
Utara.
Padakesempatan kali inipenulismengucapkanterimakasihkepadaKedua
orang tuatercinta, Ayahanda Irwan HasibuandanIbunda Eli Atika Sp.d, adik
tersayang Aminur Rasyid Hasibuansertarekan-rekanseperjuanganyang
telahmemberikandukunganmorildanmaterilselamaini.Penulismenyadaribahwapen
ulisantugasakhirinimasihbelumsempurna.Olehkarenaitu,
penulismengharapkankritikdan saran yang
membangununtukkesempurnaantugasakhirini.Akhir kata
penulisberharaptugasakhirinidapatbermanfaatbagisemuapihakyangmembaca.Semo
ga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Medan,April 2014 Penulis,
ANALISIS PERBANDINGAN KADAR ALUMINIUM (Al) PADA AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI IPA SUNGGAL
SECARA KOLORIMETRI Abstrak
Airmerupakansuatusaranautamauntukmeningkatkanderajatkesehatanmasya rakat, karena air merupakansalahsatumediadariberbagaimacampenularan, serta dampak maupun efek samping darilogam yang larut dalam airberlebih dapat membahayakankesehatan dan lingkungan. Pada kegiatan ini dilakukan penentuan kadar Aluminium dalam air baku dan air reservoir. Unsur tersebut merupakan unsur logam yang dapat bersifat toksik jika melebihi kadar maksimum. Air minum harus memenuhi persyaratan melalui PeraturanMenteriKesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010. Pada umumnya kadar logam tersebut dalam air reservoir sangat tinggi sehingga metode analisis yang tepat sangat diperlukan. Pada kegiatan ini kolorimetri digunakan karena memiliki kemampuan deteksi yang cukup baik.
2.3.1.3 Suhu ... 8
2.3.2 Parameter Kimia ... 9
2.3.2.1 pH ... 9
2.3.3 Turbidity ... 10
2.4 Karakteristik Biologi Air ... 11
2.5 Pembagian Air Berdasarkan Peruntukannya ... 12
2.6 Pengolahan Air Minum ... 13
BAB IIIMETODOLOGI PERCOBAAN ... 21
5.2 Kesimpulan ... 26
5.3 Saran ... 26
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel2.2Parameter kualitas air ... 5
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
ANALISIS PERBANDINGAN KADAR ALUMINIUM (Al) PADA AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI IPA SUNGGAL
SECARA KOLORIMETRI Abstrak
Airmerupakansuatusaranautamauntukmeningkatkanderajatkesehatanmasya rakat, karena air merupakansalahsatumediadariberbagaimacampenularan, serta dampak maupun efek samping darilogam yang larut dalam airberlebih dapat membahayakankesehatan dan lingkungan. Pada kegiatan ini dilakukan penentuan kadar Aluminium dalam air baku dan air reservoir. Unsur tersebut merupakan unsur logam yang dapat bersifat toksik jika melebihi kadar maksimum. Air minum harus memenuhi persyaratan melalui PeraturanMenteriKesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010. Pada umumnya kadar logam tersebut dalam air reservoir sangat tinggi sehingga metode analisis yang tepat sangat diperlukan. Pada kegiatan ini kolorimetri digunakan karena memiliki kemampuan deteksi yang cukup baik.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkunganrumah
tangga, terutama berbeda untuk tiap tempat, tiap lingkungan kehidupanatau untuk
tiap bangsa dan negara.Semakin tinggi taraf kehidupan, semakinmeningkat pula
kebutuhan manusia terhadap air.Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa,
warna dan bau yangterdiri dari hydrogen danoksigen.Air merupakan suatu sarana
utama untukmeningkatkan derajat kesehatan masyarakat,karena air merupakan
salah satumedia dari berbagai macam penularan, terutama penyakit
perut(Suriawiria, 1996).
Air yang tersedia tidak terlepas dari pengaruh pencemaran
karenafenomena alam (seperti debu vulkanik dari letusan gunung berapi) ataupun
yang diakibatkan oleh ulah manusia.Beberapa bahan pencemar seperti bahan
mikrobiologi (bakteri, virus, parasit), bahan organik (pestisida, deterjen), dan
beberapa bahan anorganik (garam, asam, logam), serta beberapa bahan kimia
lainnya sudah banyak ditemukan dalam air yang kita pergunakan.Air yang sudah
tercemar tersebut disamping terasa tidak enak kalau diminum juga dapat
menyebabkan gangguan kesehatan terhadap orang yang
meminumnya(Darmono,2001).
Air yang digunakan untuk air minum harus tidak berwarna, jernih, tidak
berbau, dan tidak berasa. Dalam setiap aktivitas pengolahan air umumnya
chloride (PAC) sebagai koagulan dan bahan kaporit sebagai desinfektan dengan
tujuan memperoleh air bersih untuk keperluan rumah tangga. Akan tetapi
bahan-bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan air untuk keperluan rumah tangga
bila tidak tepat akan dapat mengkontaminasi dan mempengaruhi kualitas
airsehingga dapat mengganggu kesehatan apabila digunakan sebagai air minum.
Oleh karena itu, setiap komponen yang terkandung dalam air khususnya air
minum, harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkanyaitu kadar
maksimum aluminium 0,2 mg/liter dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 492/MENKES/PER/IV/2010.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui perbandingan rata-rata kadar Aluminium (Al) pada air
baku dan air reservoir di PDAM IPA Sunggal.
2. Untuk mengetahui kesesuaian kadar aluminium dalam airdengan
persyaratanPeraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/MENKES/PER/IV/2010.
1.3 Manfaat
Dapat mengetahui perbandingan kadar aluminium antara air baku dengan
air olahan (Reservoir) makadapat diketahui sejauh mana kualitas air tersebutlayak
untuk dikonsumsioleh masyarakat umum, dimana harus memenuhi persyaratan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Air
Air merupakan salah satu kebutuhan hidup dan merupakan dasar
bagikehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat
berlangsung. Oleh karena itu, penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan
utama bagi manusia untuk kelangsungan hidup dan menjadi faktor penentu dalam
kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).
Kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkunganrumah
tangga, terutama berbeda untuk tiap tempat, tiap lingkungan kehidupanatau untuk
tiap bangsa dan negara. Semakin tinggi taraf kehidupan, semakinmeningkat pula
kebutuhan manusia terhadap air(Suriawiria, 1996).
2.2. Sumber-Sumber Air
2.2.1 Pembagian Air Berdasarkan Sumbernya
Sumber air minum yang dapat kita manfaatkan pada dasarnyadapat
digolongkan sebagai : Air permukaan (air baku), Air tanah dan juga Air hujan.
yang tidak putus-putusnya, sehingga merupakan suatu siklus yang dikenal dengan
daurhidrologi.
2.2.1.1 Air Permukaan (Air Baku)
Air permukaan merupakan air baku utama bagi produksi air minum dikota
kota besar. Sumber air permukaan dapat berupa sungai kecil,
sungai-sungai besar, danau, waduk, dan air dari saluran irigasi.Umumnya air
permukaansudah mengalami pencemaran, sedangkan derajat pencemarannya
tergantung dari lokasi daerahnya, misalnya bagian muara sungai lebih tinggi
derajatpencemarannya dari bagian hulu(Winarno, 1986).
Sebelum digunakan air permukaan tersebut dilakukan
pengolahan,penyaringan dan pembubuhan zat kimia agar syarat air yang dapat
diminum dapattercapai.Sebaiknya air tanah diprioritaskan bagi konsumen rumah
tangga,sedangkan untuk industri digunakan air permukaan yang diolah. Hal ini
perludiperhatikan karena distribusi air bagi tempat industri yang
terkonsentrasiletaknya akan lebih murah dan mudah. Dimana konsumen industri
lebih mampudari pada konsumen rumah tangga(Winarno, 1986).
Di negara-negara berkembang kebutuhan air minum tidak banyak
dimungkinkan dari sistem perpipaan, tetapi banyak menggunakan air permukaan
secara langsung tanpa treatment.Karena peledakan penduduk yang
memungkinkan secara luas tersebar dan terkontaminirnya air permukaan dengan
berbagai kotoran, maka pengendalian terhadap penggunaan air dari sumber ini
Penggunaan sumber air minum bagi P.A.M di kota-kota besar masih
menggantungkan dari sungai-sungai yang telah dicemari sepanjang berkilo-kilo
meter sehingga treatment yang sempurna sangat diperlukan secara
mutlak.Lebih-lebih bila disekitar sungai terdapat daerah industri yang membuang bahan
buangan logam atau bahan racun (toxic material). Penggunaan sumber air yang
telah mengalami pencemaran total (gross pollution) merupakan problema dimana
treatment harus dilakukan secara modern dan intensif (Slamet, 1984).
Sebaiknya bila akan menggunakan badan-badan air sebagai sumber air
minum hendaknya kualitas air baku ini menggunakan tabel sbb:
Tabel 2.2 Parameter kualitas air baku
Parameter kualitas Ambang standart air bagi Badan Air
yang dianjurkan
Density faecal coliform Effluent standart hampir sama dengan
kadar secara alamiah pada air
permukaan.
Ph 6.5-8.5
Dissolved oxygen Lebih d/p 2 mg/l
Arsenic Kurang d/p 0.05 mg/l
Chromium (hex avalent) Kurang d/p 0.05 mg/l
Cyanide Kurang d/p 0.2 mg/l
Bahan-bahan Phenol Kurang d/p 0.02 mg/l
Chlorides Kurang d/p 1000 mg/l
Total dissolved solid Kurang d/p 4000 mg/l
(Slamet, 1984).
Karena air memilki jaringan aliran yang luas (hydrological cycle), maka
air yang berada di suatu tempat baik mengalir maupun menetap (relatif) pada
permukaan tanah disebut “Badan Air” yang termasuk dalam klasifikasi Badan
Air adalah sungai, waduk, saluran air, dan rawa-rawa (Slamet, 1984).
Karena masing-masing badan air itu didalam kehidupan sehari-hari
dihubungkan dengan kepentingan manusia, maka sering badan-badan air itu
diklasifisir lagi menurut kepentingan kegunaannya bagi manusia, khususnya bila
kegunaannya dihubungkan dengan kesehatan, Apakah Air baku itu digunakan
sebagai sumber baku sebagai sumber baku bagi Perusahaan Air Minum atau yang
lainnya, beberapa pokok-pokok yang ditekankan pada pengertian pencemaran air
meliputi dasar-dasar sbb:Air pada suatu “badan air” baru dikatakan mengalami
pencemaran, bila pembebasan akan bahan-bahan buangan (kontaminan) sampai
pada suatu tingkat/keadaan tertentu dapat membahayakan fungsi air dari badan air
2.2.1.2 Air Hujan
Air hujan adalah air yang menguap karena panas dan uap airbercampur
melarutkan gas-gas oksigen, nitrogen, karbondioksida, debu, bakteriserta berbagai
senyawa yang terdapat di udara. Jadi kualitas air tersebut akanbanyak dipengaruhi
oleh keadaan lingkungannya. Air hujan yang jatuh di daerahpeindustrian akan
lebih banyak tercemar dari pada jatuh di daerah pengununganyang belum ada
industrinya. Di daerah gunung berapi yang masih memiliki kawahdengan
kandungan belerang yang cukup tinggi, uap ini akan bereaksi dengan airhujan di
udara sehingga air hujan yang turun bersifat asam karena terbentuknyaasam sulfat.
Air hujan walaupun tidak murni adalah air lunak, tetapi dapatdigunakan sebagai
sumber air minum dengan cara mendidihkannya sebelumdigunakan sebagai air
minum.
2.2.1.3 Air Tanah
Air tanah merupakan sumber air bagi masyarakat di pedesaan
dalambentuk mata air atau sumur gali maupun sumur pompa dalam dan sumur
pompadangkal. Air tanah secara normal akan bebas dari kekeruhan dan
mikroorganismepathogen(Winarno, 1986).
2.3. Karakteristik Air
Dari segi kualitas air minum harus memenuhi beberapa
2.3.1. Parameter Fisik
1. Bau dan Rasa
Bau air tergantung dari sumber airnya.Bau air dapat disebabkan olehbahan
kimia-kimia, ganggang, plankton atau tumbuhan, dan hewan air, baik yanghidup
maupun yang sudah mati.Air yang berbau sulfite dapat disebabkan olehreduksi
sulfat dengan adanya bahan-bahan organik dan mikroorganismeanaerobic.
Air yang normal sebenarnya tidak mempunyai rasa.Timbulnya rasayang
menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya polusi, dan rasa yangmenyimpang
tersebut biasanya dihubungkan dengan baunya karena pengujian terhadap rasa air
jarang dilakukan.Air yang mempunyai bau tidak normal jugadianggap
mempunyai rasa yang tidak normal(Effendi, 2003).
2. Warna
Dalam proses pengolahan air warna merupakan salah satu parameter fisika
yang digunakan sebagai persyaratan kualitas air baik untuk air bersih maupun
untuk air minum. Prinsip yang berlaku dalam penentuan parameter warna adalah
memisahkan terlebih dahulu zat atau bahan-bahan yang terlarut yang
menyebabkan kekeruhan.Warna air dapat diamati secara visual (langsung)
ataupun diukur berdasarkan suatu skala warna dengan spektrofotometer.Skala
warna air yang paling banyak digunakan saat ini adalah skala APHA
(TheAmerican Public Healt Association) dan skala Platina-Cobalt (Pt-Co unit)
Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi, misalnya air di
rawaberwarna kuning, coklat atau kehijauan.Warna air tidak normal
biasanyamenunjukkan adanya polusi.Warna air dapat dibedakan atas dua macam
yaituwarna sejati (true color) yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, dan
warnatidak sejati (apparent color) yang disebabkan adanya bahan-bahan
tersuspensi,termasuk diantaranya yang bersifat koloid(Srikandi, 1992).
3. Suhu
Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai
prosesindustri. Ukuran-ukuran suhu adalah berguna dalam
memperlihatkankecenderungan aktifitas-aktifitas kimiawi dan biologis.Suhu dari
air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap airtersebut. Kenaikkan
suhu air akan menimbulkan jumlah oksigen terlarut didalamair menurun,
kecepatan reaksi kimia meningkat, dan kehidupan ikan dan hewanair lainnya
terganggu (Srikandi, 1992).
2.3.2. Parameter Kimia
1. Derajat Keasaman (pH)
Ph menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan,
melaluikonsentrasi (sebetulnya aktivitas) ion hidrogen H+. Ion hidrogen
merupakan faktor utama untuk mengetahui reaksi kimiawi dalam ilmu teknik
• H+ selalu ada dalam keseimbanagan dinamis dengan air/ H20, yang
membentuk suasana untuk semua reaksi kimiawi yang berkaitan dengan masalah
pencemaran air dimana sumber ion hidrogen tidak pernah habis.
• H+ tidak hanya merupakan unsur molekul H2O saja tetapi juga
merupakan unsur banyak senyawa lain, hingga jumlah reaksi tanpa H+ dapat
dikatakan hanya sedikit saja.
Cara uji derajat keasaman Ph dalam air dan air limbah dengan
menggunakan alat pH meter. Metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran
aktivitas ion hidrogen secara potensiometri/elektrometri dengan menggunakan Ph
meter SNI 06-6989.11-2004 (Hamonangan, 2011).
Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu pH 6 sampaipH 8.Air
dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH airatau besarnya
konsentrasi ion hydrogen didalam air. Pengaruh yang menyangkut aspek
kesehatan dari padapenyimpangan kualitas air minum dalam pH ini yakni bahwa
pH yang lebih kecildari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan dapat menyebabkan
korosi pada pipa-pipaair, dan dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia
berubah menjadi racun yangmenganggu kesehatan.
2. Tidak mengandung bahan kimia beracun
Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracunseperti
sianida, sulfide, fenolik.
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion-ionlogam
seperti Fe, Mg, Ca, Hg, Zn, Mn, Cl, dan Cr.
4. Kesadahan Rendah
Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam
yangterlarutdidalam air terutama garam Ca dan Mg.
5. Tidak mengandung bahan organic
Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zatyang
berbahaya bagi kesehatan(Kusnaedi, 2004).
2.3.3 Turbidity (Kekeruhan)
Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti
lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus lainnya.Kekeruhan merupakan
sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang
melaluinya. Kekeruhan dengan kadar semua jenis zat suspensi tidak dapat
dihubungkan secara langsung, karena tergantung juga kepada ukuran dan bentuk
butiran. Ada 3 metode pengukuran kekeruhan:
a. Metode Nefelometrik (unit keseluruhan nefelometrik FTU atau
NTU)
b. Metode Hellige Turbidity (unit keseluruhan silika)
c. Metode Visuil (unit kekeruhan Jackson)
Metode visuil adalah cara kuno dan lebih sesuai untuk nilai kekeruhan
yang tinggi, yaitu lebih dari 25 unit. Sedangkan metode nefelometrik lebih sensitif
Prinsip metode nefelometrik adalah perbandingan antara intensiti cahaya
yang dihamburkan dari suatu sampel air dengan intensiti cahaya yang
dihamburkan oleh sesuatu larutan keruh standart pada kondisi yang sama. Makin
tinggi intensitas cahaya yang dihamburkan, makin tinggi pula
kekeruhannya.Sebagai standart kekeruhan dipergunakan suspensi polimer
formazin(Hamonangan, 2011).
2.4 Karakteristik Biologi Air
Air permukaan biasanya mengandung berbagai macam organisme hidup,
sedangkan air tanah biasanya lebih bersih, karena proses penyaringan oleh akifer.
Jenis-jenis organisme hidup yang mungkin terdapat dalam air meliputi
makroskopik, mikroskopik, dan bakteri.Bakteri yang dapat menimbulkan penyakit
disebut bakteri pathogen, sedangkan bakteri yang tidak membahayakan bagi
kesehatan disebut non-pathogen.Escherichia coli (colon bacilli atau coliform)
adalah bakteri non-pathogen yang hidup di dalam usus binatang berdarah
panas.Dalam air, bakteri ini biasanya dikeluarkan melalui tinja, sehingga
keberadaannya di dalam air dapat dijadikan indikasi keberadaan bakteri
pathogen.Kualitas air bersih ditentukan dengan keberadaan atau ketidakberadaan
bakteri ini melalui E-coli Test, Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.
492/MENKES/PER/IV/2010, coliform tidak boleh terdapat di dalamair
Organisme mikroskopik seperti jamur dan alga dapat ditemukan dalam air
tanah.Alga adalah tumbuhan kecil yang hidup di air.Jika dalam jumlah besar
dapat mempengaruhi kekeruhan dan warna air, disamping juga memberi andil
terhadap rasa dan bau air yang tidak dikehendaki. Organisme makroskopik seperti
ganggang dan rumput laut dapat menurunkan kualitas air dalam hal rasa, warna
dan bau, namun dapat dihilangkan dalam proses purifikasi (Suripin, 2002).
2.5 Pembagian Air Berdasarkan Peruntukannya
Di Indonesia, peruntukan badan air / air sungai menurut kegunaannya
ditetapkan oleh Gubernur. Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990
mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut
peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai
berikut :
Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Golongan C : Airyang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
Golongan D : Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, usaha di
perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air (Mulia,
2.6 Pengolahan Air Minum
Agar air minum tidak menyebabkan gangguan kesehatan, maka air
tersebut haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan. Di Indonesia,
standar air minum yang berlaku dapat di lihat pada Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010.
Menurut Kusnaedi (2002), tujuan pengolahan air minum merupakan upaya
untuk mendapatkan air yang bersih dan sehat sesuai dengan standard mutu air.
Proses pengolahan air minum merupakan proses perubahan sifat fisik, kimia dan
biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum.
Pada dasarnya, pengolahan air minum dapat diawali dengan penjernihan
air, pengurangan kadar bahan-bahan kimia terlarut dalam air sampai batas yang
dianjurkan, penghilangan mikroba pathogen, memperbaiki derajat keasaman (pH)
serta memisahkan gas-gas terlarut yang dapat mengganggu estetika dan kesehatan
(Mulia, 2005).
Air tidak jernih umumnya mengandung residu. Residu tersebut dapat
dihilangkan dengan proses penyaringan (filtrasi) dan pengendapan (sedimentasi).
Untuk mempercepat proses penghilangan residu tersebut dapat ditambahkan
koagulan. Bahan koagulan yang sering dipakai adalah alum /tawas(Mulia, 2005).
2.7 Aluminium
Aluminium merupakan salah satu logam anorganik yang dijumpai dalam
aluminium hidroksida yang mempengaruhi kehidupan air.Perannya tidak bisa
dihindari karena senyawa-senyawa aluminium ditambahkan bukan hanya ke
suplai air tetapi juga kebanyak makanan dan obat yang diproses.Sifat-sifat kimia
dan fisiknya membuat ideal untuk berbagai jenis pemakaian, misalnya dalam
makan (sebagai aditif), dalam obat-obatan (misalnya antacid), dalam
produk-produk konsumen (alat-alat masak dan aluminium foil), dan dalam pengujian air
minum /sebagai koagulan(Snigh, 2006).
Kebanyakan perusahaan penguji air permukaan menggunakan aluminium
dalam bentuk alum (aluminium sulfat) untuk membantu menghilangkan
mikroorganisme berbahaya yang dibawa oleh air dan partikel-partikel lain.
Pemberian alum ini mengakibatkan partikel-partikel menggumpal menjadi
partikel-prtikel yang lebih besaryang kemudian lebih mudahdihilangkan dengan
sedimentasi dan filtrasi (Snigh, 2006).
2.7.1 Pemerian Aluminium
Aluminium adalahlogam putih, yang liat dan dapat di tempa, bubuknya
berwarna abu-abu.Ia melebur pada 659oC.Bila terkena udara, objek-objek
aluminium teroksidasi pada permukaannya, tetapi lapisan oksida ini melindungi
objek dari oksida lebih lanjut.Asam klorida encer dengan mudah melarutkan
logam ini, pelarutan lebih lambat dalam asam sulfat encer atau asam nitrat encer
(Vogel, 1990).
Alumunium adalah tervalen dalam
senyawa-senyawanya.Ion-ionalumunium membentuk garam-garam yang tak berwarna dengan
padatsaja, dalam larutan air ia terhidrolisis dan terbentuk alumunium hidroksida
(Vogel, 1990).
Aluminium adalah satu unsur berlimpah-limpah dan tersebar luas,
jumlahnya sekitar 18 % kerak bumi, itu ditemukan sebagai unsur pokok pada
tanah, tumbuhan, dan jaringan hewan. Di dalam aluminium, kadar besi secara
normal terlalu rendah untuk masalah penyebab pelunturan yang mungkin
dihasilkan oleh air. Timbulnya pelunturan di dalam air sistem distribusi, dan oleh
karena itu frekuensi dari keluhan-keluhan konsumen meningkat jika tingkatan
aluminium melebihi sekitar 0,1-0,2 mg/liter didalam air. Aluminium biasanya
ditemukan pada pembuatan air minum dalam bentuk reaktif dimana berat
molekulnya relatif rendah pada air murni, biasanya dihubungkan dengan zat
partikel atau kompleks organik dari berat molekul yang tinggi.Aluminium
merupakan unsur yang tidak berbahaya. Perairan alami biasanya memiliki
kandungan aluminium kurang dari 1,0 mg/liter. Perairan asam alumunium bersifat
lebih toksis dan memiliki kadar aluminium yang lebih tinggi. Kadar aluminium
untuk keperluan air minum sekitar 0,2 mg/liter. Begitu juga menurut peratuan
Menteri Kesehatan dimana kadar maksimum aluminium dalam air minum adalah
0,2 mg/liter (Effendy, 2003).
Aluminium bersifat amfoter dan pada perairan alami dengan pH diatas
kurang lebih 10 terbentuk ion aluminat yang larut Al(OH)4-. Ion fluorida
membentuk kompleks yang sangat kuat dengan aluminium dan dengan
adanyaseperti AlF2+ mungkin akan terbentuk dalam air. Kelebihan aluminium
gangguan suara, kejang-kejang pada otot serta dapat mengubah rasa dan bau pada
air minum.Sehingga hal tersebut dapat menurunkan kualitas pada air
minum(Achmad, 2004).
2.7.2 Efek Samping Aluminium (Al)
Dampak paparan aluminium terhadap manusia dapat terjadi melalui
minuman, makanan, pernapasan, dan kontak dengan kulit.Dampak apabila terkena
kulit adalah tersumbatnya pori-pori kulit.Akibatnya, kulit tidak bisa mengeluarkan
racun secara alami.Eksposur jangka panjang dan konsentrasi tinggi aluminium
dapat mengakibatkan efek kesehatan yang serius, seperti kerusakan pada sistem
syaraf pusat, demensia, kehilangan memori, kelesuan, gemetar parah.Walaupun
aluminium berbahaya jika terdapat dalam kadar tinggi di air minimum (0.2 mg/L
Permenkes 492/2010), akan tetapi kadar aluminium ini dapat berfungsi sebagai
dasar perencanaan unit pengolahan lumpur (Reynolds, 1982).
2.7.3 Tawas/Aluminium Sulfat
Tawas/aluminium sulfat adalah bahan kimia yang sering digunakan orang
untuk proses penjernihan air. Fungsi tawas/aluminium sulfat adalah sebagai bahan
penggumpal padatan-padatan yang terlarut di dalam air. Tawas/aluminium sulfat
mempunyai rumus kimia Al2(SO4)3. Aluminium dalam tawas adalah ion logam
berat yang toksik dan kebanyakan masuk ke dalam tubuh manusia bersama
dengan makanan. Pada usus ion logam tersebut diserap ke dalam darah, dan akan
terikat sekitar 90% pada eritrosit dan sisanya berada dalam plasma. Ion aluminium
logam (metalotionein) karena logam tersebut mempunyai kecenderungan untuk
berikatan dengan gugus sulfidrilnya (Cheung, 2001).
Toksisitas logam berat pada manusia menyebabkan beberapaakibat negatif
terutamamenyebabkan kerusakan jaringan detoksifikasi dan ekskresi yakni hati
dan ginjal.Beberapa logam berat juga bersifat karsinogenik dan teratogenik (salah
bentuk organ pada embrio). Pada tubuh, logam berat dapat dideteksi dalam 3
jaringan utama yang menjadi kompartemen, yaitu di dalam darah terikat pada
eritrosit, dalam hati dan ginjal serta pada tulang dan jaringan keras seperti gigi dan
kuku. Jika kandungan logam berat tersebut dalam plasma proporsi onal,
kandungan tersebut terdapat dalam bentuk faeses, keringat, air susu ibu serta
didepositkan dalam kuku dan rambut. Akan tetapi biasanya ekskresi tersebut
adalah sangat kecil(Darmono, 1996).
2.8 Kolorimetri
Kolorimetri adalah suatu teknik pengukuran yang berdasarkan
diabsorbsinya cahaya oleh zat berwarna baik warna yang berasal dari zat itu
sendiri maupun warna yang terbentuk akibat reaksi dengan zat lain(Khopkar,
2007).
Kolorimetri terbagi menjadi dua, yakni:
1. Kolorimetri visual, dan
2. Kolorimetri fotolistrik
Dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya
instrumen sederhana yang disebut kolorimeter pembanding (comparator) warna,
dan perbedaan intensitas warna dilihat dengan menggunakan mata.
Sementara itu, dalam kolorimetri fotolistrik, sel fotolistrik digunakan
untuk mengukur intensitas cahaya.Pada alat ini cahaya yang digunakan dibatasi
dalam jangka panjang gelombang yang relatif sempit dengan melewatkan cahaya
putih melalui filter-filter dalam bentuk lempengan berwarna yang terbuat dari
kaca, gelatin, dan sebagainya.
Keuntungan utama metode kolorimetri adalah bahwa metode ini
memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
Batas atas metode kolorimetri pada umumnya adalah penetapan konstituen yang
ada dalam kuantitas kurang dari 1 atau 2%.
Kriteria untuk hasil analisis kolorimetri yang memuaskan:
1. Kespesifikan reaksi warna.
Reaksi warna yang dipilih hendaklah merupakan reaksi yang spesifik
(hanya menghasilkan warna untuk zat sehubungan saja).
2. Kestabilan warna
Reaksi warna yang dipilih hendaknya menghasilkan warna yang cukup
stabil (periode warna maksimum cukup panjang) untuk memungkinkan
pengambilan pembacaan yang tepat.Dalam ini pengaruh zat-zat lain dan kondisi
eksperimen (temperatur, pH) haruslah diketahui.
3. Kejernihan larutan
Larutan harus bebas dari endapan karena kekeruhan akan menghamburkan
4. Kepekaan tinggi
Diperlukan reaksi warna yang sangat peka bila kuantitas zat yang
akanditetapkan sangat kecil(Basset, 1994).
2.8.1 Penetapan Kadar Aluminium Secara Kolorimetri
Pada penetapan kadar aluminium secara kolorimetri ini digunakan
metodealuminon untuk pembentukan warna.
Metode aluminon merupakan metode yang umum digunakan untuk
menganalisis aluminium yang terdapat dalam air.Dalam metode ini menggunakan
pereaksi alu ver 3 yang dikemas dalam bentuk powder pillow untuk menjamin
stabilitas dari pereaksi.Alu ver 3 merupakan pereaksi yang berisi aluminon
dikombinasikan dengan buffer pH. Aluminon akan bereaksi dengan aluminium
yang terdapat dalam sampel membentuk pewarnaan merah jingga. Intensitas
warna yang terbentuk tergantung pada jumlah aluminium yang terdapat dalam
sampel.
Ascorbic acid (asam askorbat) ditambahkan terlebih dahulu sebelum
penambahan alu ver 3 untuk menghilangkan besi, karena besi dapat mengganggu
dan tidak boleh ada.Setelah penambahan alu ver 3, sampel dibagi 2
bagian.Kemudian pada salah satu bagian tersebut ditambahkan bleaching 3
reagentpowder pillow dan campuran ini merupakan blanko.
Aluminon (larutan garam amonium dari asam aurina-trikarboksilat) zat
pewarna ini diadsorbsi oleh alumunium hidroksida, menghasilkan suatu kompleks
aluminium hidroksida yang diperoleh dalam pengerjaan analisis secara biasa,
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat Pengujian
Pengujian perbandingan kadar aluminium dengan cara Kolorimetri pada
air baku dengan air olahan (air Resrvoir) dilakukan di Laboratorium PDAM
Tirtanadi Sunggal di Medan.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan adalah Beaker gelas 500 ml, Botol sampel,
Erlenmeyer 50 ml, Gelas ukur 1000 ml, Gunting, Kolorimetri,Kuvet, Masker,
Sarung tangan.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalahAscorbic acid powder pillows, Alu ver 3
aluminium powder pillows, Aquades atau air demineralisasi, Bleaching 3 powder
pillows, Sampel air baku, Sampel air olahan (Reservoir).
3.3 Prosedur Kerja
1. Dipastikan analis telah memakai alat pengaman
2. Ditekan “PRGM”dan tekan “1” untuk analisa aluminium
4. Diisi 50 ml sampel air ke dalam gelas ukur 50 ml
5. Ditambahkan 1 bungkus Ascorbic Acid Powder Pillow, aduk hingga larut
6. Ditambahkan 1 bungkus Alu Ver 3 Powder Pillow, aduk hingga larut
kemudian tekan “Timer dan Enter”, tunggu selama 3 menit
7. Diisi botol sampel pertama dengan 25 ml sampel dan sisanya (sebagai
blanko) tambahkan 1 bungkus Bleaching 3 Powder Pillow
8. Ditekan “Enter”, aduk selama 30 detik
9. Dituangkan larutan ke dalam botol kedua sebagai blanko
10.Ditekan “Enter”, tunggu selama 15 menit
11.Dimasukkan botol blanko ke tempat sel dan tutup
12.Ditekan “Zero” kemudian layar akan menunjukkan 0.00 mg/L Al
13.Dimasukkan botol sampel ke tempat sel dan tutup
14.Ditekan “Read”, catat hasil analisa Aluminium yang ditunjukkan pada
layar
15.Ditampung sisa sampelbahan kimia dan sisa kemasan bahan kimiaatau
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel perbandingan kadar Aluminium (Al) dalam Air Baku dan Air
Olahan (Reservoir) sungai belawan sunggal.
Tabel 4.1Hasil perbandingan kadar Aluminium air baku dan air reservoir
Tanggal Jam
Turbidity(NTU) pH Al (mg/L)
Baku Reservoir Baku Reservoir Baku Reservoir
13/03/15 09:00 32.0 1.47 7.1 6.9 0.228 0.140
11:00 25.5 1.69 7.2 6.9 0.056 0.162
13:00 25.1 1.08 7.1 6.7 0.035 0.132
15:00 50.2 1.94 7.2 6.6 0.057 0.196
17:00 30.7 1.28 7.1 6.8 0.215 0.121
Rata-rata = 0.591/5
= 0.11
0.751/ 5
= 0.15
Hasil rata-rata analisa perbandingan kadar aluminium dalam sampel Air
FisikaPDAM Tirtanadi IPA Sunggal pada tanggal 13Maret 2015 adalah 0,11: 0,15
mg/L.
4.2 Pembahasan
Dari hasil analisis, diketahui perbandingan kadar aluminium pada air baku
yaitu dan air reservoir yaitu 0.11: 0.15 mg/L yang dilakukan pada tanggal 13
Maret 2015 di PDAM IPA Sunggal, dan diketahui kadar aluminium meningkat
pada air Reservoir yaitu sekitar 0.4 mg/L, ini disebabkan adanya penambahan
Tawas/ aluminium sulfatAl2(SO4)3pada proses penjernihan air, ini juga
berpengaruh pada pH dan turbidity semakin tinggi nilai turbidity maka, nilai
penggunaan tawas juga semakin besar.
Tawas/aluminium sulfat adalah bahan kimia yang sering digunakan orang
untuk proses penjernihan air (turbidity). Fungsi tawas/aluminium sulfat adalah
sebagai bahan penggumpal padatan-padatan yang terlarut di dalam air.
Tawas/aluminium sulfat mempunyai rumus kimiaAl2(SO4)3. Aluminium dalam
tawas adalah ion logam berat yang toksik dan kebanyakan masuk ke dalam tubuh
manusia bersama dengan makanan. Pada usus ion logam tersebut diserap ke
dalam darah, dan akan terikat sekitar 90% pada eritrosit dan sisanya berada dalam
plasma(Cheung, 2001).
Berdasarkan Permenkes No 907 tahun 2002 menyatakan bahwa kadar
maksimum kekeruhan yang diperbolehkan untuk air minum adalah maksimal 5
Menurut Shammas (2005) penurunan pH biasanya disebabkan oleh
peningkatan kadar sulfur, dalam hal ini sulfur yang berasal dari koagulan tawas
Al2(SO4)3. Penambahan koagulan berbanding lurus dengan perubahan penurunan
pH, semakin besar dosis koagulan yang ditambahkan maka penurunan pH
akansemakin besar. Dan semakin besar pula kadar Aluminium pada air yang jika
melebihi kadar dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan suara,
kejang-kejang pada otot serta dapat mengubah rasa dan bau pada air minum.
Sehingga hal tersebut dapat menurunkan kualitas pada air minum (Achmad,
2004).
Hasil tersebut masih memenuhi persyaratan sebagai air minum
sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No.
492/Menkes/Per/IV/2010. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa air tersebut
memenuhi persyaratan sebagai air minum yang telah ditetapkan dalam Peraturan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Diketahui perbandingan kadar rata-rata aluminium pada air baku dan
air reservoir yaitu 0.11: 0.15 mg/L di PDAM Tirtanadi Sunggal.
2. Diketahui kesesuaian perbandingan kadar aluminium (Al) pada air
baku dengan air reservoir masih memenuhi persyaratanPeraturan
Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, dengan
(kadar maksimum aluminium dalam air minum =0,2 mg/l)
5.2 Saran
1. Diharapkan kesadaran bagi seluruh pelanggan, masyarakat, dan
pemerintah untuk menjaga kelestarian lingkungan, dalam hal ini
kelestarian sumber daya air agar air baku terutama air permukaan
yang akan diolah PDAM Tirtanadi tidak mengalami pencemaran
logam berat, karena selain dapat menyebabkan gangguan kesehatan
juga akan menyebabkan kesulitan dalam pengujian kualitas air.
2. Diharapkan kepada pihak PDAM Tirtanadihendaknya tetap
mempertahankan prestasinya dalam menghasilkan air bersih yang
sesuai dengan baku mutunya yaitu sesuai Peraturan Menteri
DAFTAR PUSTAKA
Achmad.R.(2004).Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Halaman 42.
Basset, J. (1994).“Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik”,Penerbit Buku Kedokteraan egc. Jakarta: Halaman 372, 512,
809.
Cheung, R. C. K.; Chan, M. H. M.; Ho, C. S.; Lam, C. W. K. dan Lau, E. L. K. (2001).Asia Pasific Analyte Notes. B. D Indispensable to Human Health. Hong Kong:Heavy Metal Poisoning Clinical Significance and Laboratory Investigation. Halaman 13-15.
Darmono.(2001). Logam dan Sisitem Biologi Makhluk Hidup.Jakarta: UniversitasIndonesia. Halaman 28-53, 153-161.
Effendy, H.(2003). Telaah Kualitas Air bagi Pengolahan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan.Cetakan kelima. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Guyton, A.C. dan Hall J. E. (1996).Textbook of Medical Physiology.W.B.
Saunders Company. Philadelpia: Pennsylvania. Halaman 244-246.
Hamonangan, N dan Sulistia.(2011). “Pengolahan Limbah Cair Industri
Perkebunan dan Air Gambut Menjadi Air Bersih”.Medan:Penerbit USU
Press. Halaman 40-45.
Khopkar, S.M. (2007). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Indonesia UniversityPress. Halaman 194-196.
Kusnaedi.(2004), “Mengolah Air Gambut dan Air Kotor Untuk Air
Minum”.Jakarta: Penerbit Swadaya. Halaman 3-7, 93-102.
Menkes RI. (1990). Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih. Jakarta: Mentri Kesehatan. Halaman 12-13.
Mulia, R.M. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 68-70.
Reynolds, T.D.(1982). Unit Operations and Processes in Environtment
Engineering. California: Brooks/Cole Engineering Division. Halaman
234, 257.
Slamet, R. (1984). “Pencemaran Air Dasar-Dasar dan Pokok-Pokok
Sumantri, A. (2010). Kesehatan LingkungandanPerspektif Islam. Jakarta:Kencana. Halaman 37.
Suriawiria, U.(1996).“Air Dalam Kehidupan Dan Lingkungan Yang Sehat”. Bandung: Penerbit Alumni. Halaman 5, 69, 74, 86.
Suripin.(2002). Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air.Yogyakarta: Penerbit Andi. Halaman 11-16.
Vogel.(1990). Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi V. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka. Halaman 266-268.