PENETAPAN KADAR KROMIUM PADA AIR RESERVOIR SECARA KOLORIMETRI DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN
AIR SUNGGAL
TUGAS AKHIR
OLEH :
MELI AMANDA NIM 082410009
PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
PENETAPAN KADAR KROMIUM PADA AIR RESERVOIR SECARA KOLORIMETRI DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN
AIR SUNGGAL
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Ahli Madya Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh :
MELI AMANDA NIM 082410009
Medan, Juni 2011 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,
Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt
.
NIP 195406281983031002
Disahkan Oleh: Dekan,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul
“Penetapan Kadar kromium pada Air Reservoir Secara Kolorimetri di PDAM
Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal”.
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan program studi diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas bimbingan
dan bantuannya terutama kepada :
1. Bapak Drs. Nahitma Ginting, M. Si., Apt selaku dosen pembimbing yang
telah memberi petunjuk dan saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra., Apt. selaku dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. selaku koordinator
program D III Analis Farmasi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. Mawardi selaku Kepala Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal
yang telah menyediakan tempat kepada kami untuk melaksanakan
kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
5. Bapak Iwan Setiawan sebagai Kepala Bagian Pengendalian Mutu dan
yang telah banyak membimbing kami selama melakukan Praktek Kerja
6. Ibu Cempaka dan Kakanda Adi tercinta selaku analis di Laboratorium
Pengendalian Mutu Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal yang telah
banyak memberikan nasihat-nasihat yang tugas akhir ini bermanfaat dalam
menyelesaikan praktek kerja lapangan.
7. Karyawan dan karyawati PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Sunggal yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam
menyelesaikan praktek kerja lapangan.
8. Orang tua kami yang telah memberikan bimbingan dan masukkan dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
9. Teman – teman seperjuanganku sewaktu PKL yaitu Muhammad
Fardiansyah, Cemayanti Surbakti, Maya Sari Bungsu yang telah
bersama-sama berjuang sehingga dapat menyelesaikan praktek kerja lapangan
dengan baik.
10.Teman – teman akrabku sewaktu kuliah, yaitu Derma Sari Utami, Cut
Alina Zahra, Faridha aini, Eka Putriani, yang telah memberikan semangat
dan masukkan sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas akhir ini.
11.Teman – teman seangkatan Analis Farmasi 2008 yang telah memberikan
saya motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini, masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapakan saran
Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini, dapat bermanfaat bagi
kemajuan ilmu pengetahuan maupun sebagai bahan perbandingan bagi yang
memerlukan.
Medan, Februari 2011
Penulis
Meli Amanda
DAFTAR ISI
2.6.1 Metode Fotolistrik ... 21
2.7. Penetapan Kadar Kromium secara Kolorimetri………….22
BAB I PENDAHULUAN 1.1LATAR BELAKANG
Air reservoir merupakan air yang telah melalui serangkaian proses
pengolahan yang siap untuk diteruskan pada konsumen. Air tersebut sebelumnya
juga telah diinjeksi klorin cair yang disebut postchlorination yang bertujuan untuk
membunuh mikroorganisme patogen sehingga air tersebut telah bersih dan bebas
dari bakteriologis dan ditampung pada bak reservoir (tandon) untuk diteruskan
pada konsumen. (sutrisno. 2004)
Air reservoir tidak sepenuhnya bebas dari logam berat, untuk mengetahui
kadar logam berat yang terdapat didalam air reservoir harus dilakukan pengujian
terhadap logam-logam tertentu, yang berfungsi untuk mengetahui apakah logam
berat yang terdapat pada air resevoir masih dalam batas yang diperbolehkan
sesuai PERMENKES R.I /No.492/MENKES/PER/IV/2010. Karena apabila
melebihi batas yang ditetapkan akan dapat mengganggu kesehatan manusia.
Menurut Widowati dkk (2008) logam berat di bagi atas 2 jenis yaitu :
1. Logam berat essensial : yakni logam dalam jumlah tertentu yang
sangat dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan,
logam tersebut bisa menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah : Zn,
Cu, Fe, Co, Mn dan sebagainya.
2. Logam berat tidak esensial : yakni logam yang keberadaannya dalam
tubuh manusia masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat
Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan
manusia. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim sehingga
mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen,
ataupun karsinogen.
Tingkat toksisitas logam berat terhadap manusia, mulai yang paling toksik
adalah Hg, Cd, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn sesuai dengan batas maksimum yang
diperbolehkan untuk digunakan, sehingga penulis merasa tetarik untuk membahas
salah satu dari logam-logam tersebut diatas. Salah satunya adalah logam
kromium.
Kromium sebagai ion bervalensi enam bersifat karsinogenik pada saluran
pernapasan pada tingkat konsentrasi mg/l dalam air minum. Konsentrasi unsur ini
dalam air minum yang melebihi standar maksimum yang mungkin dapat
menyebabkan kanker kulit dan kerusakan pada sistem pencernaan dan sistem
pernapasan. (Palar, 2008)
Konsentrasi maksimal kromium dalam air minum yang ditetapkan sebagai
standar oleh Depatemen Kesehatan R.I adalah sebesar 0,05 mg/l, angka ini sesuai
dengan angka standar yang ditetapkan baik oleh US Public Health Service,
maupun WHO European, maupun WHO Internasional. (sutrisno 2004).
Kromium merupakan mikronutrien bagi mahluk hidup, tetapi bersifat
toksik dalam dosis tinggi. Kromium dibutuhkan untuk metabolisme hormon
insulin dan pengaturan kadar glukosa darah. Defisiensi kromium bisa
munculnya penyakit radiovaskuler, menurunnya jumlah sperma dan menyebabkan
infertilitas. ( Widowati,W 2008).
1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan
Tugas akhir ini bertujuan :
a. Mengetahui apakah kadar kromium pada air reservoir memenuhi standar
yang telah ditetapkan PERMENKES R.I /No.492/MENKES/PER/IV/2010
sebagai air minum atau tidak pada bulan Febuari 2011
b. Untuk mengetahui penetapan kadar logam kormium pada air reservoir
secara kolorimetri
1.2.2. Manfaat
Tugas akhir ini bermanfaat untuk :
a. Untuk menambah pengetahuan pembaca tentang kualitas air minum yang
baik bila ditinjau dari kadar logam kromium
b. Memberikan informasi tentang kadar logam kromium dan efek yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AIR
Air sangat penting bagi kehidupan manusia dan fungsinya tidak dapat
diganti dengan senyawa lain. Sesuai dengan fungsinya, air digunakan untuk
berbagai keperluan seperti: untuk minum, keperluan rumah tangga, keperluan
industri, pertanian, pembangkit tenaga listrik, untuk sanitasi dan air untuk
transportasi baik di sungai maupun laut (Wardhana, 2001).
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi
(zat padat, air, atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya
(30%) berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung uap air
sebanyak 15% di dalam atmosfer (Gabriel, 2001).
Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya,
dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang. Bahkan juga
bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia
yang mengandung banyak air, antara lain, otak 74,5%, tulang 22%, ginjal 82,7%,
otot 75,6% dan darah 83%.
Setiap hari kurang lebih 2.272 liter darah dibersihkan oleh ginjal dan
sekitar 2,3 liter diproduksi menjadi urin. Selebihnya diserap kembali masuk ke
aliran darah. Dalam kehidupan sehari-hari, air dipergunakan antara lain untuk
keperluan minum, mandi, memasak, mencuci, membersihkan rumah, pelarut obat,
2.2 SUMBER-SUMBER AIR 2.2.1. Air Laut
Air laut mempunyai rasa asin, karena mengandung garan NaCl. Kadar
garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tak memenuhi
syarat untuk air minum.(sutrisno,2004)
Hampir 80% air yang berada di alam merupakan air laut. Air laut
menentukan iklim dan kehidupan di bumi. Kadar dan komponen unsur di dalam
air laut ditentukan sejumlah reaksi kimia, fisika dan biologi yang terjadi di laut.
(Gabriel, 2001)
2.2.2. Air Atmosfir
Air di atmosfer tersedia dalam bentuk uap air. Uap air berasal dari proses
evaporasi (penguapan), baik yang berasal dari laut, danau, sungai, tanah, bahkan
dari permukaan tubuh makhluk hidup atau permukaan daun tumbuhan. Namun
yang paling utama berasal dari laut. Setelah itu uap-uap air ini akan terkumpul dan
membentuk awan. Pada saat awan-awan ini bergerak mengikuti pola angin,
kelembapan udara menyebabkan suhu menjadi dingin selanjutnya uap-uap air
akan terkondensasi menjadi tetes-tetes air dan jatuh sebagai air hujan atau salju.
(http://rengkiik08.blogspot.com/2011/01/peranan-mikroorganisme-air)
Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi dengan adanya
pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain
sebagainya sehingga air hujan menjadi tercemar. Maka untuk menjadikan air
jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak
kotoran.
Selain itu air hujan juga mempunyai sifat agresif terutama terhadap
pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat
terjadinya korosi (karatan). Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga
akan boros terhadap pemakaian sabun. (Sutrisno, 2004)
2.2.3. Air Permukaan
Adalah air hujan yang turun kebumi dan mengalir dipermukaan sungai dan
danau, dan sebagian air hujan diserap oleh tanah yang dapat muncul sebagai mata
air. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama
pengalirannya, misalnya oleh lumpur, pelapukan batang-batang kayu, daun-daun,
pencemaran industri kota dan sebagainya.
Beberapa pencemaran ini, untuk masing-masing air permukaan akan
berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis
pencemarannya adalah merupakan pencemaran fisik, kimia dan bakteriologi.
Air permukaan ada 2 macam yakni
a. Air sungai
b. Air rawa/danau.
2.2.3.1. Air Sungai
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya
mempunyai derajat pencemaran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk
2.2.3.2. Air Danau atau Rawa
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat
organis yang telah membusuk, Dengan adanya pembusukan kadar zat organis
tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi dan dalam keadaan kelarutan
O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn ini akan larut. Pada
permukaan air akan tumbuh alga (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2.
Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya pada kedalaman tertentu di
tengah-tengah agar endapan-endapan Fe dan Mn tidak terbawa, demikian pula dengan
lumut yang ada pada permukaan rawa/telaga.
2.2.4. Air Tanah
Menurut Sutrisno (2004), air tanah terbagi atas :
2.2.4.1. Air Tanah Dangkal
Terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur
akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan
jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia ( garam-garam yang terlarut)
karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk
masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah ini berfungsi sebagai saringan. Di
samping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada
muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air
akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan
2.2.4.2. Air Tanah Dalam
Terdapat sebuah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah
dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor
dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman ( biasanya
antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air.
Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar dan
dalam keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artetis. Jika air tak dapat
keluar dengan sendirinya, maka digunakanlah pompa untuk membantu
pengeluaran air tanah dalam ini.
2.2.4.3. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam. Hampir tidak berpengaruh oleh
musim dan kualitas/kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam.
2.4. Unit-Unit Pengolahan Air 1. Bendungan
Sumber air baku adalah air permukaan dari sungai laut belawan yang
berhulu di Kecamatan Pancur Batu dan melintasi kecamatan Sunggal (Butir No. 4,
2006: 21).
Untuk menampung air tersebut dibuatlah bendungan dengan panjang
panjang 25 m (sesuai dengan lebar sungai) dan tinggi 4 m. Pada sisi kanan
bendungan , dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap lebarnya 2 m
2. Intake (Pemasukan Air Baku)
Intake berfungsi untuk pengambilan/penyadapan air baku. Bangunan ini
merupakan saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan
kasar) berfungsi untuk mencegah masuknya sampah-sampah berukuran besar dan
fine screen (saringan halus), berfungsi untuk mencegah masuknya
kotoran-kotoran maupun sampah berukuran kecil terbawa arus sungai. Masing-masing
saluran dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air (sluice gate) dan
penggerak elektromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan
secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk.
3. Raw Water Tank (RWT) atau Tangki Air Baku
Raw water tank (bak pengendap) merupakan bangunan yang dibangun
setelah intake yang terdiri dari 2 unit (4 sel). Setiap unit berdimensi 23.3 m x 20
m, tinggi 5 m yang dilengkapi dengan dua buah inlet gate, dua buah outlate gate,
sluice gate dan pintu bilas 2 buah.
Raw water tank berfungsi sebagai tempat pengendapan partikel-partikel
kasar dan lumpur yang terbawa dari sungai dengan sistem sedimentasi
(pengendapan). Di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal volume air baku pada
2 RWT memiliki ± 1.400 m3. Waktu pengendapan (detention time) untuk air baku
yang akan diolah di RWT IPA Sunggal kurang dari 15 menit agar menghasilkan
air baku dengan turbidity yang lebih rendah.
4. Raw Water Pump (RWP) atau Pompa Air Baku
Raw Water Pump (Pompa Air Baku) berfungsi untuk memompakan air
setiap pompa air baku. Kapasitas setiap pompa 110 l / detik dengan rata-rata 18 m
memakai motor AC nominal daya 75 KW. Pada Raw Water Pump (RWP)
dilakukan Prechlorination yang berfungsi mengoksidasi zat-zat organik,
anorganik, dan mengendalikan pertumbuhan lumut (alga) juga menghilangkan
polutan-polutan lainny
5. Clearator atau Clarifier (Proses Penjernihan Air)
Bangunan Clearator terdiri dari 5 unit dengan kapasitas masing-masing
350 l/detik. Clearator berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang
bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent (hasil olahan). Hasil clearator
dilengkapi dengan agitator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke
filter. Endapan flok-flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat
ketebalannya secara otomatis.
Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut
yang dilengkapi sekat-sekat pemisah untuk proses-proses sebagai berikut:
1. Primary Reaction Zone
2. Secondary Reaction Zone
3. Return Reaction Zone
4. Clarification Reaction Zone
5. Concentrator.
6. Filter (Penyaringan)
Filter merupakan tempat berlangsungnya proses filtrasi, yaitu proses
penyaringan flok – flok sangat kecil dan sangat ringan yang tidak bertahan (lolos)
Instalasi Sunggal adalah sistem penyaringan permukaan (surface filter). Media
filter tersebut berjumlah 32 unit yang prosesnya berlangsung secara paralel,
menggunakan jenis saringan cepat (rapid sand filter) berupa pasir silika dengan
menggunakan motor AC nominal daya 0,75 KW. Filter ini berfungsi untuk
menyaring turbidity melalui pelekatan pada media filter.
Dimensi tiap filter yaitu lebar 4,00 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m tinggi
permukaan air maksimum 5,05 m serta tebal media filter 114 cm, dengan susunan
lapisan sebagi berikut :
1. Pasir kwarsa, diameter 0,50 mm – 1,50 mm dengan ketebalan 61 cm
2. Pasir kwarsa, diameter 1,80 mm – 2,00 mm dengan ketebalan 15 cm
3. Kerikil halus, diameter 4,75 mm – 6,30 mm dengan ketebalan 8 cm
4. Kerikil sedang, diameter 6,30 mm – 10,00 mm dengan ketebalan 7,5 cm
5. Kerikil sedang, diameter 10,00 mm – 20,00 mm dengan ketebalan 7,5 cm
6. Kerikil kasar, diameter 20,00 mm – 40,00 mm dengan ketebalan 15 cm
Dalam jangka waktu tertentu, permukaan filter akan tersumbat oleh flok
yang masih tersisa dari proses. Pertambahan ketinggian permukaan air diatas
media filter sebanding dengan berlangsungnya penyumbatan (clogging) media
filter oleh flok-flok. Selanjutnya dilakukan proses backwash, yaitu pencucian
media filter dengan menggunakan sistem aliran balik dengan menggunakan air
yang di supply dari pompa reservoir. Proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan
kembali fungsi filter. Banyaknya air yang dibutuhkan untuk backwash untuk satu
buah filter adalah 200-300 m dan backwash dilakukan 1 x 24 – 72 jam, tergantung
7. Reservoir (Tempat Menampung Air Bersih)
Reservoir merupakan bangunan beton berdimensi 50 m x 40 m x 7 m yang
berfungsi untuk menampung air minum (air olahan) setelah melewati media filter.
IPA Sunggal memiliki 2 buah reservoir (R1 dan R2) dengan kapasitas total
12.000 m3.
Reservoir berfungsi untuk menampung air bersih yang telah disaring
melalui filter dan juga berfungsi tempat penyaluran air ke pelanggan. Air yang
mengalir dari filter ke reservoir diinjeksikan klorin cair disebut postchlorination
yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen. Sedangkan
penambahan larutan kapur jenuh bertujuan untuk menetralisasi pH air.
8. Finish Water Pump (FWP) atau Pemompaan Air Akhir
Finish Water Pump (FWP) Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal
berjumlah 14 unit yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir
instalasi ke reservoir-reservoir distribusi cabang-cabang melalui pipa-pipa
transmisi yang dibagi menjadi 5 jalur dengan kapasitas masing-masing 150
l/detik.
9. Sludge Lagoon (Empang Lumpur)
Air buangan (limbah cair) dari masing-masing unit pengolahan dialirkan ke
lagoon untuk di daur ulang. Daur ulang merupakan cara yang tepat dan aman
dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah
diterapkan sejak tahun 2002 di unit IPA Sunggal yaitu dengan membangun unit
10. Monitoring System (Sistem Pengawasan)
Metode pegawasan selama proses pengolahan di masing-masing unit
kondisi proses pengolahan dari ruang tertentu baik terhadap kuantitas, kualitas
maupun kontinuitas olahan. Fasilitas ini didesain sedemikian rupa sehingga dapat
mempermudah pengawasan terhadap proses pengolahan air menurut standar dan
ketentuan yang berlaku.
2.3. Syarat - Syarat Air Minum
Penggunaan sumber air minum bagi Perusahaan Air Minum (PAM) di
kota-kota besar masih menggantungkan dari sungai-sungai yang telah dicemari
sehingga treatment yang sempurna sangat diperlukan secara mutlak. Sebaiknya
bila akan menggunakan badan-badan air sebagai sumber air minum hendaknya
memenuhi syarat-syarat kualitas air minum (Ryadi, 1984).
Menurut Sutrisno (2004), dari segi kualitas air minum harus memenuhi
2.3.1. Syarat Fisik
• Air tidak boleh berwarna
• Air tidak boleh berasa
• Air tidak boleh berbau
• Suhu air hendaknya di bawah udara sejuk (± 25o C)
2.3.2. Syarat Kimia
Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat
kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.
2.3.3. Syarat Bakteriologik
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama
sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi
batas-batas yang telah ditentukannya yaitu 1 Coli/100 ml air.
Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar dan tanah. Bakteri
patogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah:
• Bakteri Thypsum
• Vibrio colerae
• Bakteri Dysentriae
• Entamoeba hystolotica
• Bakteri Enteritis (penyakit perut)
Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah berkontaminasi
(berhubungan) dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan
bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri
patogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli.
Menurut Gabriel (2001), syarat air minum standar Internasional
Tabel (1.1) Syarat Air Minum Standart Internasional
Diperkenankan Maksimum (kelebihan)
Total solid
Magnesium dan sodium Sulfat
Phenolic substan (sebagai
Kurang dari 6,5 atau lebih
besar dari 9,2
1000 mg/l
0,002 mg/l
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4892/Menkes/Per/IV/2010 tentang
2.5. Logam Kromium
Kata kromium berasal dari bahasa yunani (chroma) yang berarti warna.
Dalam bahan kimia, kromium dilambangkan dengan Cr dan pertama kali
ditemukan oleh Vagueline pada tahun 1797. Logam berat kromium (Cr)
merupakan logam berwarna abu-abu, tahan terhadap oksidasi meskipun pada suhu
tinggi, mengkilat, keras, bersifat paramagnetik, dan mempunyai bentuk
senyawa-senyawa berwarna.
Kromium termasuk unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami.
Kerak bumi mengandung kromium sekitar 100 mg/kg. kromium yang ditemukan
diperairan adalah kromium trivalent (Cr3+) dan kromium heksavalent (Cr6+),
namun pada perairan yang memiliki pH lebih dari 5, Kromium trivalent tidak
ditemukan. Apabila masuk keperairan kromium trivalent akan di oksidasi menjadi
kromium heksavalent yang lebih toxic.
Dalam badan perairan, Kromium dapat masuk melalui dua cara, yaitu
secara alamiah dan non alamiah. Masuknya kromium secara alamiah dapat
disebabkan oleh beberapa faktor fisika, seperti erosi yang terjadi pada batuan
mineral. Masuknya kromium yang terjadi secara non alamiah lebih merupakan
dampak atau efek dari aktivitas yang dilakukan manusia. Sumber-sumber
kromium yang berkaitan dengan aktifitas manusia dapat berupa limbah atau
buangan industri sampai buangan rumah tangga. (Widowati,w dkk dan
2.5.1 Efek Toksik Logam Kromium
Kromium merupakan mikronutrien bagi mahluk hidup, tetapi bersifat
toksik dalam dosis tinggi. Kromium dibutuhkan untuk metabolisme hormon
insulin dan pengaturan kadar glukosa darah. Defisiensi Kromium bisa
menyebabkan hiperglisemia, glikosoria, meningkatnya cadangan lemak tubuh,
munculnya penyakit radiovaskuler, menurunnya jumlah sperma dan menyebabkan
infertilitas. ( Widowati,W 2008).
Logam kromium murni tidak pernah ditemukan di alam. Logam ini
ditemukan dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-unsur
lain. Sebagai bahan mineral kromium paling banyak ditemukan dalam bentuk
“kromit”.
Kromium merupakan elemen yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari
dan merupakan unsur esensial bagi manusia dan hewan pada konsentrasi yang
rendah. Kromium tersedia sebagai kromium (III) yang dikenal dengan kromium
trivalent dan kromium (VI) yang lebih dikenal dengan Kromium heksavalen yang
beracun bagi manusia. (Stoeppler,M 1992).
Logam kromium adalah bahan kimia yang bersifat persisten,
bioakumulatif, dan toksik yang tinggi serta tidak mampu terurai dalam
lingkungan. Sulit diuraikan, dan akhirnya diakumulasi dalam tubuh manusia
melalui rantai makanan. Kromium heksavalent lebih toksik dibandingkan
Kromium sebagai ion bervalensi enam bersifat karsinogenik pada saluran
pernapasan kumulatif pada tingkat konsentrasi mg/l dalam air minum. Konsentrasi
unsur ini dalam air minum yang melebihi standar maksimum yang ditetapkan
kemungkinan dapat menyebabkan kanker kulit dan kerusakan pada sistem
pencernaan dan sistem pernapasan. (Palar, 2008)
Konsentrasi maksimal kromium dalam air minum yang ditetapkan sebagai
standar oleh Depatemen Kesehatan R.I adalah sebesar 0,05 mg/l. angka ini sesuai
dengan angka standar yang ditetapkan baik oleh US Public Health Service,
maupun WHO European, maupun WHO Internasional. (sutrisno, 2004)
2.6 Teori Umum Kolorimetri
Kolorimetri merupakan suatu metoda analisa kimia yang didasarkan pada
tercapainya kesamaan besaran warna antara larutan sampel dengan larutan standar
dengan menggunakan sumber cahaya polikromatis dan detektor mata. Metoda ini
didasarkan pada penyerapan cahaya tampak dan energi radiasi lainnya oleh suatu
larutan.
Variasi warna suatu sistem berubah dengan berubahnya konsentrasi suatu
komponen, membentuk dasar apa yang lazim disebut analisis kolorimetrik oleh
ahli kimia. Warna itu biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa
berwarna dengan ditambahkannya reagensia yang tepat, intensitas warna
kemudian dapat dibandingkan dengan menangani kuantitas yang diketahui dari
Metoda ini dapat diterapkan untuk penentuan komponen zat warna
ataupun komponen yang belum berwarna, namun dengan menggunakan reagen
pewarna yang sesuai dapat menghasilkan senyawa berwarna yang merupakan
fungsi dari kandungan komponennya. Jika telah tercapai kesamaan warna berarti
jumlah molekul zat penyerap yang dilewati sinar pada kedua sisi tersebut telah
sama dan ini dijadikan dasar perhitungan.
Kolorimetri terbagi atas 2 metoda yaitu :
a) Kolorimetri visual
Menggunakan mata sebagai detektor
b) Kolorimetri Fotolistrik
Menggunakan fotosel sebagai detektornya.
Syarat metoda kolorimetri adalah harus berwarna. Jika larutan tidak
berwarna maka dilakukan dahulu pengomplekan dengan penambahan reagen
pewarna. Sedangkan syarat pewarnaan ini antara lain :
- Warna yang terbentuk harus stabil
- Reaksi pewarnaan harus selektif
- Larutan harus transfaran
- Kesensitifannya tinggi
- Ketepatan ulang tinggi
- Warna yang terbentuk harus merupakan fungsi dari konsentrasi.
(basset,1994)
warna yang sama yang dihasilkan oleh kuantitas yang diketahui dari zat yang akan
ditetapkan itu. Pembandingan kuantitatif kedua larutan itu pada umumnya dapat
dilakukan oleh salah satu dari beberapa metode. Dan metode yang digunakan pada
metode ini adalah metode fotometer fotolistrik.
2.6.1 Metode Fotolistrik.
Dalam metode ini, mata manusia digantikan oleh suatu sel fotolistrik yang
sesuai, sel ini digunakan untuk mengukur langsung intensitas cahaya, dan dengan
demikian absorbsinya. Instrumen yang menggunakan sel fotolistrik mengukur
penyerapan cahaya dan bukan mengukur warna zat. Pada alat ini cahaya yang
digunakan dibatasi dalam jangka panjang gelombang yang relatif sempit dengan
melewatkan cahaya putih melalui filter-filter dalam bentuk lempengan berwarna
yang terbuat dari kaca, gelatin, dan sebagainya.
Instrumen-instrumen ini tersedia dalam sejumlah bentuk yang berlainan
yang menggunakan satu atau dua fotosel. Disini kedua fotosel itu yang disinari
oleh sumber cahaya yang sama, akan diperimbangkan satu terhadap yang lain
lewat galvanometer, yaitu larutan uji ditaruh didepan satu sel dan pelarut murni
didepan sel yang lain, dan selisih keluaran arus diukur, lalu dibaca hasil
pengukurannya. (basset,1994)
2.7 Penetapan Kadar Logam Kromium secara Kolorimetri
Logam kromium termasuk logam kelompok mikroelemen, sehingga
jumlahnya sangat sedikit sekali dalam kondisi normal. Larutan kromium dapat
Cara pengujian kadar kromium di dalam air dengan menggunakan alat
kolorimetri fotolistrik. Kromium dan logam lain dalam sampel bereaksi dengan
penambahan Croma Ver 3 yang berisikan acidic buffer dan 1,5
diphenylcarbohydrazide yang mrmberikan warna purple (ungu). Larutan sampel
BAB III METODOLOGI A. Analisa Kromium
Tujuan : Untuk menentukan kadar Kromium dalam air
3.1 Alat Dan Bahan 3.1.1. Alat :
- Colorimeter DR/890 (HACH)
- Kuvet (HACH)
3.1.2. Bahan :
- Sampel air reservoir I dan II
- Chroma Ver 3 Reagent powder pillow(HACH)
3.2 Prosedur Kerja :
- Ditekan “PRGM” kemudian “13” untuk analisa kromium
- Ditekan “ENTER” layar akan menunjukkan mg/l Cr6+
- Diisi botol sampel pertama (sebagai blanko) dan kedua (sebagai sampel)
dengan 10 ml sampel air
- Ditambahkan satu bungkus croma ver 3 reagent powder pillow kedalam
botol kedua, diaduk hingga larut
- Ditekan “TIMER” kemudian “ENTER” tunggu selama 5 menit
- Setelah waktunya tercapai letakkan blanko pada dudukan kuvet dan
ditutup.
- Diletakkan kuvet kedua (sampel) pada dudukan kuvet dan ditutup. Ditekan
read, di catat hasil analisa kromium yang ditunjukkan layar.
- Ditampung sisa sampel yang telah tercemar bahan kimia dan sisa kemasan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Hasil pemeriksaan kadar kromium pada sampel air reservoir sungai
Belawan di laboratorium PDAM Tirtanadi IPA Sunggal Medan pada tanggal 23
Februari 2011 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 hasil pemeriksaan sampel air reservoir I dan II di laboratorium
PDAM Tirtanadi IPA Sunggal.
No Sampel Satuan Hasil uji
1 Air Reservoir I Mg/L 0,03
2 Air Reservoir II Mg/L 0,04
4.2 Pembahasan
Kadar kromium yang diperoleh dari pengujian air reservoir tersebut, pada
tanggal 23 Februari 2011 pada air Baku adalah 0.03, air reservoir I adalah 0,03
mg/l dan air reservoir II adalah 0,04 mg/l. Menurut PERMENKES RI No.
492/MENKES/PER/2010 kadar maksimum kromium yang diperbolehkan untuk
air minum adalah 0,05 mg/l. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kadar
kromium dari air reservoir I dan II memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air
minum dan air bersih karena kadar yang diperoleh tidak melebihi dari batas kadar
maksimum yang diperbolehkan.
Kadar kromium yang diperoleh dari air reservoir I, II memenuhi syarat
pengendapan, proses penjernihan, proses desinfeksi, dan telah disaring pada filter
yang kemudian ditempatkan pada bak penyimpanan air bersih, sehingga kadar
yang diperoleh dapat memenuhi syarat.
Perbedaan kadar kromium (Cr) pada air reservoir I, II dikarenakan oleh
berbedanya proses pengolahan. PDAM Tirtanadi IPA Sunggal mempunyai 2
reservoir, yang memungkinkan sewaktu air mengalir ke pipa reservoir I dan II,
terjadi pencemaran yang diakibatkan korosi terhadap pipa, erosi terhadap batuan
mineral dan cara pengambilan sampel pada bak reservoir.
Konsentrasi maksimal kromium dalam air minum yang ditetapkan sebagai
standar oleh Depatemen Kesehatan R.I adalah sebesar 0,05 mg/l. angka ini sesuai
dengan angka standar yang ditetapkan baik oleh US Public Health Service,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
− Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan menunjukkan bahwa kandungan
kromium pada air reservoir sungai laut belawan tidak melebihi dari
persyaratan PERMENKES RI No. 492/Menkes/Per/2010 tentang
Persyaratan kualitas Air Minum, dimana kadar maksimum yang diijinkan
pada kromium adalah 0,05 mg/l
− Kadar kromium dari hasil pemeriksaan pada air baku adalah 0,03, air
reservoir I adalah 0,03 mg/l, dan air reservoir II adalah 0,04 mg/l. Dengan
demikian air reservoir sungai laut belawan pada PDAM Tirtanadi IPA
Sunggal layak untuk dikonsumsi karena masih memenuhi syarat
berdasarkan Permenkes.
5.2. Saran
− Diharapkan kepada pihak PDAM Tirtanadi Medan agar tetap menjaga
kualitas air yang didistribusikan pada setiap konsumen dan meningkatkan
kualitas air yang di produksi
− Diharapkan kepada pihak laboratorium PDAM Tirtanadi Intalasi
pengolahan Air Sunggal untuk lebih melengkapi fasilitas uji mikrobiologi
− Diharapkan agar masyarakat senantiasa untuk menjaga kelestarian dan
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Basset. J, dkk, 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik,
Penerbit: Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Darmono, (2001). Lingkungan Hidup Dan Pencemaran : Hubungannya Dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Gabriel, J. F. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates. Hal. 79-94
html-pengaruh-mikroorganisme-air. Diakses tanggal 21 Mei 2011
Ryadi, Slamet. (1984). Pencemaran Air. Surabaya: Karya Anda. Hal. 65
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Slamet, J.S. (1994). Kesehatan Lingkungan. Bandung: UGM-Press.
Sunu, Pramudya. (2001). Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO
14001. Jakarta: PT.Gramedia
Sutrisno, T, dkk. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Penerbit
Rineka Cipta,
Suriawiria, U. 2005. Air Dalam Kehidupan Dan Lingkungan Yang Sehat,
Bandung : Penerbit P.T. ALUMNI
Wardhana, A.W. (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta:Penerbit
Andi.
Widowati, W., Sastiono, A., dan Jusuf, R. (2008). Efek Toksik Logam Pencegahan
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 492/MENKES/PER/2010
PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM
I. Parameter Wajib
No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum
yang diperbolehkan
1 Parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan
2 Parameter yang tidak langsung
2) Besi mg/l 0,3
No Jenis Parameter Satuan Kadar
maksimum yang diperbolehkan
1 KIMIAWI
a. Bahan Anorganik
Air Raksa mg/l 0,001
Carbon tetrachloride mg/l 0,004
Styrene mg/l 0,02
Hexachlorobutadiene mg/l 0,0006
Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) mg/l 0,6
Nitrilotriacetic acid (NTA) mg/l 0,2
c. Pestisida
Alachlor mg/l 0,02
Aldicarb mg/l 0,01
Aldrin dieldrin mg/l 0,00003
Atrazine mg/l 0,002
Carbofuran mg/l 0,007
Chlordane mg/l 0,0002
Chlorotoluron mg/l 0,03
DDT mg/l 0,001
1,2 – Dibromo-3-chloropropane (DBCP) mg/l 0,001
2,4 Dichlorophenoxyacetic acid (2,4 – D) mg/l 0,03
1,2 – Dichloropropane mg/l 0,04
Isoproturon mg/l 0,009
Lindane mg/l 0,002
MCPA mg/l 0,002
Methoxychlor mg/l 0,02
Metolachlor mg/l 0,01
Molinate mg/l 0,006
Pendimethalin mg/l 0,02
Pentachlorophenol (PCP) mg/l 0,009
Permethrin mg/l 0,3
Simazine mg/l 0,002
Trifluralin mg/l 0,02
Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA
2,4 – DB mg/l 0,09
Dichlorprop mg/l 0,10
Fenoprop mg/l 0,009
Mecoprop mg/l 0,001
2,4,5 – Trichlorophenoxyacetic acid mg/l 0,009
d. Desinfektan dan Hasil sampingannya
Chlorine mg/l 5 Hasil sampingan
Bromate mg/l 0,01
Chlorate mg/l 0,7
Chlorite mg/l 0,7
Chlorophenols
2,4,6 – Trichlorophenol (2,4,6 – TCP) mg/l 0,2
Bromoform mg/l 0,1
Dibromochloromethane (DBCM) mg/l 0,1
Bromodichloromethane (BDCM) mg/l 0,06