• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR TERSIER DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2001-2012 (PENDEKATAN DEMOMETRIK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR TERSIER DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2001-2012 (PENDEKATAN DEMOMETRIK)"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR TERSIER DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2001-2012

(PENDEKATAN DEMOMETRIK) Oleh

MUDA EGA IPALIAN SIMBOLON

ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan pendekatan demometrik dengan menggunakan data time series dengan sampel 12 tahun yaitu dari tahun 2012-2012 dengan daerah penelitian adalah Bandar Lampung. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rata-rata kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi penyerapan tenaga kerja sektor-sektor perekonomian di Bandar Lampung dengan menggunakan variabel independen yaitu jumlah penduduk dan PDRB sektoral masing- masing sektor perekonomian untuk menganalisis kemampuan penyerapan tenaga kerja masing-masing sektor.

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa jumlah penduduk berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, lembaga keuangan dan PDRB sektoral mempengaruhi penyerapan tenaga kerja seluruh sektor

perekonomian Bandar Lampung.

(2)

LABOR ABSORPTION OF THE TERTIARY SECTOR IN BANDAR LAMPUNG CITY YEAR 2001-2012

(A DEMOMETRIC APPROACH) By

MUDA EGA IPALIAN SIMBOLON

ABSTRACT

This study uses demometrik approach using time series data with sample 12 years ie from 2012 to 2012 with the area of research is Bandar

Lampung. Analyzer used in this research is the method of least squares mean or Ordinary Least Square (OLS).

The purpose of this study was to determine the conditions of employment sectors of the economy in Bandar Lampung using the independent variable is the number of population and PDRB sectoral each sector of the economy to analyze the ability of employment in each sector.

Based on the results of data processing showed that the population of the employment effect on trade, hotels and restaurants, transport and

communications, financial institutions and sectoral PDRB affect employment throughout the economy Bandar Lampung.

(3)

PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR TERSIER DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2001-2012

(PENDEKATAN DEMOMETRIK)

Oleh

MUDA EGA IPALIAN SIMBOLON

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Muda Ega Ipalian Simbolon lahir pada tanggal 09 Mei 1992 di Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Penulis lahir sebagai anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Maringat Simbolon dan Ibu Rosmina Elena Manurung.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Xaverius Way Halim Permai, Bandar Lampung pada tahun 1997 dan tamat pada tahun 1998. Selanjutnya penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Dasar Xaverius Way halim Permai, Bandar Lampung, yang diselesaikan pada tahun 2004. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Xaverius Way halim Permai Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 5 Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2010.

(8)

PERSEMBAHAN

Puji Tuhan, segala puji hanya milik Tuhan YME.

Ku persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasihku kepada :

1. Papa dan Mama yang tidak pernah lelah untuk mendoakan, memberikan semangat, motivasi, dan materi. Berusaha dengan segenap daya upaya serta kesabaran untuk terciptanya keberhasilan masa depanku, semoga Tuhan senantiasa memberikan kesehatan kepada Papa dan Mama tercinta. 2. Serta Kakak-kakak dan Adikku tercinta, Rama Sarjana S, Maro Diapri

Fernando S, Tri Yudha Martin S, dan Dwipa Mas Putra S. Terima kasih atas perhatian, serta keceriaan yang selalu memotivasi saya. Tepati janji kita untuk membuat Papa dan Mama bangga.

(9)

MOTO

“Sukses adalah keberhasilan yang anda capai di dalam menggunakan

talenta-talenta yang telah Allah berikan kepada Anda” (Curve Devos)

“Jangan anda sibuk untuk mendapatkan dunia dan kemudian kehilangan jiwa

anda, hikmat lebih baik dibandingkan perak dan emas” (Bob Marley)

“Lakukanlah sesuatu hari ini dan kemudian masa depanmu akan berterima kasih

untuk itu”

(10)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang telah memberikan rahmat dan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Tersier di Kota Bandar Lampung

Tahun 2001-2012 (Pendekatan Demometrik)” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.EP., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan. Terima kasih untuk masukan dan saran-sarannya.

(11)

5. Ibu Zulfa Emalia, S.E., M.Sc., selaku Pembimbing Pembantu Skripsi atas kesabaran dan kesediaannya untuk memberikan bimbingan, kritik dan saran dalam proses penyelesaian skripsi.

6. Bapak Imam Awaluddin S.E., M.E., selaku Pembimbing Akademik. 7. Ibu Nurbetty Herlina S, S.E., M.Si., selaku Penguji Utama Ujian

Komprehensif dan juga saran serta kritiknya dalam proses penyelesaian skripsi.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan ilmu dan pelajaran yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

9. Seluruh pegawai jurusan Ekonomi Pembangunan. Mas Kuswara, Mas feri, Ibu Mardiana, Ibu Yati, Pakde Heriyanto, Pak Ikhman dan Mas Ma’ruf serta para pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

10. Orang tua ku Tercinta, Mama ku tersayang Rosmina Elena dan Kakak-kakak juga Adikku tercinta, Rama Sarjana S, Maro Diapri Fernando S, Tri Yudha Martin S, dan Dwipa Mas Putra S, beserta keluarga besarku terima kasih atas semua limpahan kasih sayang, dukungan doa, dan bantuan yang telah

diberikan selama ini.

11. Sahabat-sahabat A108 (EP Brothers dan Sisters) yang telah berjuang

bersama-sama. Abah, Hasby, Yanu, Rendy, Bolang, Ghama, Alex, Wowok, Aby, Onal, Hadi, Denis, Akang, Andhyka, Irfan, Fani, Pongah, Ade, Citra, Cepew, Astri, Ata, Gege, Nia, Terima kasih untuk segalanya. Percayalah segala usaha yang telah kita lakukan selama ini kelak akan berbuah manis. 12. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan 2010. Febry, Dwi Adi,

(12)

Princes, Darus dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu karena telah memberikan banyak warna dikehidupan penulis. 13. Keluarga „KKN Puri Gading’: Yuki, Mail, Dani, Idon, Nana, Buntel, Sekar,

Pewe, Merry, Vicky, I Rani, Mentari, Ibu, dan Bapak. Terima kasih untuk semua pengalaman dan pelajaran hidupnya.

14. Sahabat dibuang sayang. Shinta Primadita, Karila Trisye dan Lovina Pertiwi. Terima kasih untuk dukungan, doa dan perhatiannya selama ini yang

sebenarnya tidak berpengaruh apa-apa terhadap penulis.

15. Sahabat-sahabat Kopi Berkelana. Raymon, Michael, Marvin, Alind, Yoga, Adit, Ghama, Dio. Terima kasih untuk „Kopinya’ selama ini.

16. Beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin..

Bandar Lampung, 16 April 2015 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN

4. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja ... 18

5. Penyerapan Tenaga Kerja ... 20

7. Produk Domestik Regional Bruto ... 23

8. Pengertian Kependudukann (Demografi) dan Demometrik ... 26

(14)

B.Tinjauan Empiris ... 32

D.Definisi Operasional Variabel ... 36

E. Alat Analisis ... 37

B. Hasil dan Pembahasan Uji Asumsi Klasik ... 48

1. Hasil Uji Normalitas ... 48

2. Hasil Uji Multikolinieritas ... 53

3. Hasil Uji Autokorelasi ... 55

4. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 57

C. Hasil Uji Hipotesis... 61

D. Interpretasi Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 68

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 77

B. Saran ... 78

(15)

i DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penduduk yang Bekerja di Kota Bandar Lampung dan Kesempatan

Kerja Menurut Sektor Lapangan Usaha Tahun 2009-2012 (Jiwa) ... 3

1. Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Lampung

Tahun 2001-2012 (Jiwa) ... 4

2. Jumlah Angkatan Kerja Kota Bandar Lampung 2007 – 2012 (Jiwa) ... 5

3. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kota Bandar Lampung

Tahun 2007-2012 (Jiwa) ... 7

4. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2012 (Juta Rupiah) ... 8

5. Daftar Penelitian Terdahulu ... 32

6. Nama Variabel, Simbol, Satuan Pengukuran dan Sumber Data ... 38

7. Hasil Estimasi Regresi Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga

Kerja Pada Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 45

8. Hasil Estimasi Regresi Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga

Kerja Pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 46

9. Hasil Estimasi Regresi Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga

Kerja Pada Sektor Lembaga Keuangan... 46

10.Hasil Estimasi Regresi Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga

Kerja Pada Sektor Jasa-Jasa Lainnya ... 47

11.Hasil Uji Normalitas Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga

(16)

ii 12.Hasil Uji Normalitas Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga

Kerja Pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 50

13.Hasil Uji Normalitas Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Lembaga Keuangan... 51

14.Hasil Uji Normalitas Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Jasa-Jasa Lainnya ... 52

15.Hasil Uji Multikolinieritas Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 53

16.Hasil Uji Multikolinieritas Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 53

17.Hasil Uji Multikolinieritas Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Lembaga Keuangan... 54

18.Hasil Uji Multikolinieritas Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Jasa-Jasa Lainnya ... 54

19.Uji LM Test Pada Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 55

20.Uji LM Test Pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 56

21.Uji LM Test Pada Sektor Lembaga Keuangan ... 56

22.Uji LM Test Pada Sektor Jasa-Jasa Lainnya ... 57

23.Hasil Uji Heteroskedastisitas No Cross Term Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 57

24.Hasil Uji Heteroskedastisitas Cross Term Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 58

25.Hasil Uji Heteroskedastisitas No Cross Term Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 58

26.Hasil Uji Heteroskedastisitas Cross Term Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 59

(17)

iii Tenaga Kerja Pada Sektor Lembaga Keuangan ... 59

28.Hasil Uji Heteroskedastisitas Cross Term Persamaan Penyerapan

Tenaga Kerja Pada Sektor Lembaga Keuangan ... 59

29.Hasil Uji Heteroskedastisitas No Cross Term Persamaan Penyerapan

Tenaga Kerja Pada Sektor Jasa-Jasa Lainnya ... 60

30.

Hasil Uji Heteroskedastisitas Cross Term Persamaan Penyerapan

Tenaga Kerja Pada Sektor Jasa-Jasa Lainnya

... 60

31.

Hasil Uji F Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga Kerja Pada

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 61

32.Hasil Uji F Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga Kerja Pada

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 62

33.Hasil Uji F Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga Kerja Pada

Sektor Lembaga Keuangan ... 62

34.Hasil Uji F Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga Kerja Pada

Sektor Jasa-Jasa Lainnya... 63

35.Hasil Uji t Statistik Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga

Kerja Pada Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 64

36.Hasil Uji t Statistik Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga

Kerja Pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 65

37.Hasil Uji t Statistik Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga

Kerja Pada Sektor Lembaga Keuangan... 66

38.Hasil Uji t Statistik Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga

Kerja Pada Sektor Jasa-Jasa Lainnya ... 67

39.Hasil Estimasi Regresi Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga

Kerja Pada Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 68

40.Hasil Estimasi Regresi Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga

(18)

iv 41.Hasil Estimasi Regresi Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga

Kerja Pada Sektor Lembaga Keuangan... 71

42.Hasil Estimasi Regresi Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga

Kerja Pada Sektor Jasa-Jasa Lainnya ... 73

43. Jumlah Penduduk yang Menamatkan Pendidikan Minimal SMA yang termasuk Angkatan Kerja menurut Kab/Kota di Propinsi

(19)

i DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Penyerapan Tenaga Kerja, Jumlah Penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Periode 2001-2012 di Kota Bandar Lampung ... L- 1 - 2. Data Penyerapan Tenaga Kerja, Jumlah Penduduk dan Produk Domestik

Regional Bruto Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Periode 2001-2012 di Kota Bandar Lampung ... L- 2 - 3. Data Penyerapan Tenaga Kerja, Jumlah Penduduk dan Produk Domestik

Regional Bruto Sektor Lembaga Keuangan

Periode 2001-2012 di Kota Bandar Lampung ... L- 3 - 4. Data Penyerapan Tenaga Kerja, Jumlah Penduduk dan Produk Domestik

Regional Bruto Sektor Jasa-Jasa Lainnya

Periode 2001-2012 di Kota Bandar Lampung ... L- 4 - 5. Hasil Uji Asumsi Klasik Sektor Perdagangan,

Hotel dan Restoran Menggunakan E-Views 6... L- 5 - 6. Hasil Uji Asumsi Klasik Sektor Pengangkutan

(20)

ii 7. Hasil Uji Asumsi Klasik Sektor Lembaga

Keuangan Menggunakan E-Views 6 ... L- 13 - 8. Hasil Uji Asumsi Klasik Sektor Jasa-Jasa Lainnya

(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 12 2. Pengujian Normalitas Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga Kerja

pada Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 9 3. Pengujian Normalitas Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga Kerja

pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 50 4. Pengujian Normalitas Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga Kerja

pada Sektor Lembaga Keuangan ... 51 5. Pengujian Normalitas Pada Persamaan Nilai Penyerapan Tenaga Kerja

(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan selalu mengetengahkan isu-isu tentang pengangguran, kesempatan kerja dan partisipasi angkatan kerja yang tentunya berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Penyerapan tenaga kerja dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan pembangunan suatu daerah, dengan maksud bahwa penyerapan tenaga kerja mendukung keberhasilan pembangunan nasional secara keseluruhan.Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam usaha memajukan

perekonomian bangsa. Usaha yang dimaksud dalam bidang ini adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk dapat mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja.

(23)

2

memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus dalam jangka panjang, atau dapat dikatakan bahwa tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan (Suroto, 1992).

Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas namun jauh lebih serius dengan penyebab yang berbeda-beda. Pada dasawarsa yang lalu, masalah pokoknya tertumpu pada kegagalan penciptaan lapangan kerja yang baru pada tingkat yang sebanding dengan laju pertumbuhan output industri. Seiring dengan berubahnya lingkungan makro ekonomi mayoritas negara-negara berkembang, angka pengangguran yang meningkat pesat terutama disebabkan oleh ”terbatasnya

permintaan” tenaga kerja, yang selanjutnya semakin diciutkan oleh faktor-faktor

eksternal seperti memburuknya kondisi neraca pembayaran, meningkatnya masalah utang luar negeri dan kebijakan lainnya, yang pada gilirannya telah mengakibatkan kemerosotan pertumbuhan industri, tingkat upah, dan akhirnya, penyedian lapangan kerja (Todaro, 2000).

Semakin besar kesempatan kerja bagi tenaga kerja maka kemajuan kegiatan ekonomi masyarakat akan semakin baik, dan sebaliknya. Di sisi lain,

meningkatnya jumlah angkatan kerja dalam waktu yang cepat dan jumlah yang tinggi, sementara kesempatan kerja yang tersedia sangat terbatas akan

(24)

3

Tabel 1. Penduduk yang Bekerja di Kota Bandar Lampung Menurut Sektor Lapangan Usaha Tahun 2009-2012 (Jiwa)

Lapangan Usaha Tahun

2009 % 2010 % 2011 % 2012 %

Sumber: BPS Sakernas Tahun 2010-2013, diolah Pusdatinaker/Disnaker Kota Bandar Lampung

Keadaan atau kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar, jika diikuti dengan dengan kualitas penduduk yang memadai, akan menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi pembangunan nasional (Simanjuntak, 1985).

Menurut hasil estimasi, penduduk di Provinsi Lampung pada tahun 2012

(25)

4

Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan ekonomi khususnya dalam upaya pemerintah daerah mengurangi pertumbuhan penduduk miskin. Dalam penyajian data ketenagakerjaan, Dinas Tenaga Kerja Provinsi Lampung menggunakan batasan umur 15 tahun ke atas dari semua penduduk dan dikenal dengan istilah penduduk usia kerja di Provinsi Lampung.

Tabel 2. Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Lampung 2001-2012 (Jiwa)

Tahun Penduduk % Usia kerja % Angkatan

Sumber: Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Provinsi Lampung,2013

Tabel 2 menunjukkan laju pertumbuhan penduduk Provinsi Lampung tahun 2001 ke 2002 berjumlah sebesar 0,009% jiwa kemudian diikuti juga 0,054% pada angkatan kerja, sedangkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,044%. Pada tahun 2011 pertumbuhan penduduk di Provinsi Lampung meningkat menjadi 0,019%, pada tahun 2011 penyerapan tenaga kerja juga mengalami peningkatan yaitu menjadi 0,024%. Pertumbuhan penduduk pada tahun 2012 mengalami

(26)

5

berjumlah 3.632.415 jiwa. Jumlah penyerapan tenaga kerja pada tahun 2012 ternyata lebih besar dibandingkan tahun 2011, yaitu sebesar 0,020%.

Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam usaha memajukan perekonomian suatu daerah. Penyerapan tenaga kerja terjadi pada tiap – tiap sektor lapangan usaha yang ada, namun sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam melakukan penyerapan tenaga kerja tentu berbeda – beda di setiap daerahnya. Di kota Bandar Lampung sektor tersier memberikan kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja dibandingkan dengan sektor lainnya.

Dalam penyajian data ketenagakerjaan, Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar

Lampung menggunakan batasan umur 15 tahun ke atas dari semua penduduk dan dikenal dengan istilah penduduk usia kerja di Kota Bandar Lampung.

Tabel 3. Jumlah Angkatan Kerja Kota Bandar Lampung 2007 – 2012 (Jiwa)

Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah 414.835 414.827 420.368 447.777 456.853 465.468

Growth (%) 0,005 0,005 0,008 0,065 0,020 0,019

Sumber : Buku Profil Ketenagakerjaan Kota Bandar Lampung Tahun 2012 Dinas Tenaga KerjaBandar Lampung

(27)

6

dengan tahun 2009 jumlah angkatan kerja bertambah sebesar 5.533 orang. Sementara pada tahun 2010 jumlah angkatan kerja di kota Bandar Lampung mengalami peningkatan sebesar 0,065%.

Pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara pada dasarnya merupakan interaksi dari berbagai kelompok variabel, antara lain pertumbuhan penduduk, PDRB sektoral dan lain-lain. Di Indonesia, tingkat pertumbuhan penduduk yang besar tidak diimbangi dengan penyebaran yang merata dan kurangnya pasar tenaga kerja. Dalam kenyataannya, penyaluran tenaga kerja yang ada di dalam masyarakat menemui kendala yang menyebabkan sulitnya tenaga kerja yang produktif dalam mendapatkan pekerjaan.

Masalah kependudukan yang meliputi jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan.

(28)

7

Tabel 4. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kota Bandar Lampung 2007-2012 (Jiwa)

Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah 812.133 822.880 833.517 881.801 891.374 902.885

Growth (%) - 1,32 1,29 5,79 1,09 1,29

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung

Tingkat kepadatan penduduk kota Bandar Lampung mencapai 2.417 jiwa per kilometer persegi. Sementara itu, tingkat kepadatan penduduk di semua kabupaten masih berada dibawah 600 jiwa per kilometer persegi, bahkan Kabupaten

lampung Barat baru mencapai 86 jiwa per kilometer persegi. Dari data yang disajikan dalam Buku Profil Kependudukan Kota Bandar Lampung Tahun 2008 yang tercatat pada Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung adalah

pertumbuhan penduduk pada tahun 2008 sebesar 822.880 orang atau sebesar 1.32%. Pada akhir tahun 2009 diperkirakan menjadi 833.517 orang. Hal ini menunjukkan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 pertumbuhan penduduk bertambah sebesar 1.29% atau sebanyak 10.737 orang.

(29)

8

Tabel 5. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2012 (Juta Rupiah) Lapangan

Industri Pengolahan 1.144.736 18,61 1.204.464 18,41 1.270.016 18,22 1.345.287 18,12

Listrik, Gas, & Air 39.618 0,64 40.636 0,62 41.743 0,6 42.913 0,58 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung

Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung tahun 2009, sumbangan sektor tersier terhadap PDRB pada tahun 2009 sebesar 68% diikuti sektor primer yang terdiri dari subsektor pertanian dan pertambangan dan

penggalian yang memberikan sumbangan sebesar 5,41 persen. Sedangkan sektor sekunder yang terdiri dari subsektorindustri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih, dan bangunan memberikan sumbangan terhadap PDRB sebesar 26,58 persen.

(30)

9

Penelitian ini telah banyak dilakukan sebelumnya, salah satunya oleh Ostinasia Tindaon 2010, dengan judul Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Di Jawa

Tengah, (Pendekatan Demometrik). Dengan menggunakan Pertumbuhan Penduduk dan PDRB sektoral sebagai variabel mempengaruhi dan mengukur pengaruhnya terhadap kapasitas daya serap tenaga kerja di masing-masing sektor ekonomi. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan demometrik dengan data deret berkala serta periode 21 tahun dari tahun 1988 hingga 2008 dan dengan mengambil lokasi penelitian provinsi Jawa Tengah. Model analisa yang digunakan dalam studi ini adalah Ordinary Least Square (OLS).

Berdasarkan hasil yang diperoleh, ditemukan bahwa pertumbuhan penduduk terbukti mempengaruhi secara signifikan terhadap sejumlah tenaga kerja sektoral seperti Pertanian, Lisrik Gas dan Air Bersih demikian juga PDRB sektoral mempengaruhi tenaga kerja sektoral di Jawa Tengah dengan sifat yang elastis menunjukkan kemampuan dan daya serap sektor terhadap tenaga kerja.

Perbedaan penelitian ini adalah penulis lebih memfokuskan pembahasannya pada sektor tersier saja, yang terdiri dari perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan komunikasi, lembaga keuangan dan jasa–jasa lainnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul:

(31)

10

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang terdapat di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah permintaan tenaga kerja di sektor tersier?

2. Apakah jumlah penduduk dan PDRB Sektor Tersier berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada masing – masing subsektor tersier di kota Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Menganalisis permintaan tenaga kerja di sektor tersier.

2. Menganalisis penyerapan tenaga kerja pada sektor tersier di kota Bandar Lampung dengan menggunakan variabel jumlah penduduk dan PDRB Sektoral.

D. Kerangka Pemikiran

(32)

11

kerja di kota Bandar Lampung dan otomatis mempengaruhi besarnya PDRB Sektoral di kota Bandar Lampung.

Pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara pada dasarnya merupakan interaksi dari berbagai kelompok variabel, antara lain pertumbuhan penduduk, PDRB sektoral dan lain-lain. Pertumbuhan penduduk yang besar, jika diikuti dengan dengan kualitas penduduk yang memadai, akan menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi.

Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi pembangunan nasional.

(33)

12

Gambar 1: Kerangka Pemikiran

E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran maka hipotesis konseptual penelitian sebagai acuan dalam menganalisa pola pengaruh variabel-variabel penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Diduga permintaan tenaga kerja di sektor tersier dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh variabel jumlah penduduk dan PDRB sektoral.

2. Diduga jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

3. Diduga Produk Domestik Regional Bruto Sektoral berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

(34)

13

F. Sistematika Penulisan

Secara sistematis, pembahasan dalam studi ini diuraikan menjadi lima sub bab yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN : Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,kerangka pemikiran, hipotesis dan sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA : Berisi penjelasan teori-teori yang berhubungan dengan penulisan studi ini.

III. METODOLOGI PENELITIAN : Berisi jenis dan sumber data, alat analisis penelitian, dan gambaran umum lokasi penelitian.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN : Berisi penjelasan hasil penelitian yang telah dilakukan.

V. SIMPULAN DAN SARAN : Menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian serta sumbang saran yang diberikan oleh penulis.

DAFTAR PUSTAKA

(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian Tenaga Kerja

Menurut Simanjuntak (1985), tenaga kerja adalah penduduk yang berumur diatas 10 tahun atau lebih. Memang di setiap negara batasan umur tenaga kerja berbeda-beda. Di Indonesia tidak ada batasan umur maksimal karena di Indonesia tidak ada jaminan sosial nasional. Memang ada sebagian penduduk yang menerima tunjangan di hari tua tapi jumlah hanya sedikit, yaitu pegawai negeri dan sebagian kecil pegawai swasta.

Menurut Suparmoko (2002), tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara dalam memproduksi barang atau jasa, tenaga kerja yang dalam usia kerja yaitu antara 15-64 tahun.

(36)

15

Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur dan mereka yang sedang mencari pekerjaan.

Kebutuhan tenga kerja sangat penting dalam masyarakat karena merupakan salah satu faktor potensial untuk pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Tenaga kerja menjadi sangat penting peranannya dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan karena dapat meningkatkan output dalam perekonomian berupa produk domestik regional bruto (PDRB). Karena pertumbuhan penduduk semakin besar maka semakin besar juga angkatan kerja yang akan mengisi produksi sebagai input.

2. Pengertian Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah mereka yang aktif dalam kegiatan menghasilkan barang atau jasa serta mereka yang siap bekerja dan sedang berusaha untuk mencari pekerjaan. Angkatan Kerja (labour force) didefinisikan sebagai bagian dari pertumbuhan penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif. Bisa juga disebut sumber daya manusia. Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah penduduknya. Kenaikan pertumbuhan penduduk terutama yang termasuk golongan usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula.

(37)

16

Definisi lain tentang angkatan kerja menyebutkan bahwa, angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sebenarnya terlibat dalam kegiatan yang produktif, yaitu yang menghasilkan barang dan jasa, termasuk mereka yang berusaha untuk terlibat dalam kegiatan tersebut. Selain itu masih ada arti lain yang menyebutkan bahwa setiap orang yang masih mampu menghasilkan barang atau jasa merupakan angkatan kerja meskipun telah melewati batas usia yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau instansi baik pemerintah maupun swasta dan termasuk usia pensiun.

Pertumbuhan angkatan kerja dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu struktur umur penduduk dan tingkat partisipasi angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja dalam suatu negara atau suatu daerah sewaktu-waktu tergantung dari pertumbuhan penduduk usia kerja. Perbandingan antara angkatan kerja dan bukan angkatan kerja dalam usia kerja ini disebut tingkat partisipasi kerja (Mulyani,2010).

Lalu kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lainnya yang menerima pendapatan. Sewaktu-waktu ketiga golongan tersebut dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Maka dari itu kelompok ini disebut sebagai angkatan kerja

(38)

17

3. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk bekerja pada suatu instansi. Kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga kerja yang tersedia apabila lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang tersedia. Kebijaksanaan negara dalam kesempatan kerja meliputi upaya-upaya untuk mendorong pertumbuhan dan perluasan lapangan kerja di setiap daerah, serta perkembangan jumlah dan kualitas angkatan kerja yang tersedia agar dapat memanfaatkan seluruh potensi

pembangunan di daerah masing-masing.

Penciptaan kesempatan kerja adalah langkah yang tepat, mengingat penawaran tenaga kerja yang lebih tinggi dari permintaannya. Kelebihan tenaga kerja yang lebih tinggi dari permintaannya. Kelebihan tenaga kerja ini biasanya merupakan tenaga kerja tidak ahli, sehingga perlu kiranya perluasan investasi pada proyek-proyek padat karya, bukan pada perkembangan sektor kapitalis dengan ciri utama padat modal sebagai hasil dari pilihan strategi pembangunan yang mendahulukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

3.1Perkiraan Kesempatan Kerja

Dasar perkiraan kesempatan kerja adalah rencana investasi/target hasil yang direncanakan, atau secara umum rencana pembangunan. Tiap kegiatan mempunyai daya serap yang berbeda-beda akan tenaga kerja, baik dalam

(39)

18

karya pada dasarnya dapat menciptakan kesempatan kerja yang relatif besar dan tidak terlalu terikat kepada persyaratan keterampilan yang tinggi. Sebaliknya sektor atau subsektor yang dibangun dengan cara padat modal menimbulkan kesempatan kerja yang relatif sedikit, akan tetapi dengan tenaga yang

berketerampilan cukup tinggi. Perkiraan daya serap tenaga kerja tiap sektor dan subsektor serta persyaratan kualifikasi yang diperlukan sangat penting dalam memperkirakan kesempatan kerja.

4. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja berarti hubungan antara tingkat upah dan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki oleh pengusaha untuk dipekerjakan, ini berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa.Orang membeli barang karena barang itu nikmat (utility) kepada si pembeli. Sementara pengusaha

mempekerjakan seseorang karena memproduksikan barang untuk dijual kepada masyarakat konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksinya. Permintaan tenaga kerja seperti ini disebut “derived demand” (Simanjuntak, 2002).

(40)

19

tetapi bagi pengusaha mempekerjakan seseorang bertujuan untuk membantu memproduksi barang dan jasa untuk dijual kepada masyarakat. Dengan kata lain, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari

pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Oleh karena itu, permintaan akan tenaga kerja merupakan permintaan turunan. Fungsi permintaan tenaga kerja biasanya didasarkan pada teori ekonomi neoklasik, di mana dalam ekonomi pasar diasumsikan bahwa pengusaha tidak dapat mempengaruhi harga pasar (price taker).

Dalam hal memaksimalkan laba, pengusaha hanya dapat mengatur berapa jumlah tenaga kerja yang dapat dipekerjakan. Fungsi permintaan tenaga kerja didasarkan pada : (1) tambahan hasil marjinal, yaitu tambahan hasil (output) yang diperoleh dengan penambahan seorang pekerja atau istilah lainnya disebut Marjinal

Physical Product dari tenaga kerja (MPPL), (2) penerimaan marjinal, yaitu jumlah uang yang akan diperoleh pengusaha dengan tambahan hasil marjinal tersebut atau istilah lainnya disebut Marginal Revenue (MR).

(41)

20

semakin besar peran input tenaga kerja untuk menghasilkan output, berarti semakin kecil jumlah tenaga kerja yang diminta.

Sedangkan untuk menggambarkan pola kombinasi faktor produksi yang tidak sebanding (variable proportions) umumnya digunakan kurva isokuan yaitu kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi faktor produksi (tenaga kerja dan kapital) yang menghasilkan volume produksi yang sama. Lereng isokuan menggambarkan laju subsitusi teknis marginal atau marginal Rate Of Technical Substitution atau dikenal dengan istilah MRS. Hal ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara faktor tenaga kerja dan kapital yang merupakan lereng dari kurva isoquant.

5. Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja adalah diterimanya para pelaku tenaga kerja untuk melakukan tugas sebagaimana mestinya atau adanya suatu keadaan yang menggambarkan tersedianya pekerja atau lapangan pekerjaan untuk diisi oleh pencari kerja (Todaro, 2003).

(42)

21

Penduduk yang berkerja terserap dan tersebar diberbagai sektor, namun tiap sektor mengalami pertumbuhan yang berbeda demikian juga tiap sektor berbeda dalam menyerap tenaga kerja. Perbedaan laju pertumbuhan tersebut

mengakibatkan dua hal, yaitu :

a. Terdapat perbedaan laju peningkatan produktifitas kerja masing-masing sektor.

b. Secara berangsur-angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun dalam kontribusinya terhadap pendapatan nasional.

5.1Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja didefinisikan sebagai jumlah tenaga kerja yang terserap pada suatu sektor dalam waktu tertentu. Penyerapan tenaga kerja diturunkan dari fungsi produksi suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input atau masukan (faktor produksi) ke dalam output atau keluaran.

(43)

22

6. Teori Ketenagakerjaan 6.1Teori Klasik Adam Smith

Adam Smith merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga melihat bahwa alokai sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh.

Dengan kata lain alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.

6.2Hukum Okun

Menurut N. Gregory Mankiw (2006) hukum okun adalah relasi negatif antara pengangguran dan GDP. Hukum okun merupakan pengingat bahwa faktor-faktor yang menentukan siklus bisnis pada jangka pendek sangat berbeda dengan faktor-faktor yang membentuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Hukum Okun

(Okun’s law) merupakan hubungan negatif antara pengangguran dan GDP Riil,

(44)

23

6.3Teori Harrod-Domar

Teori Harrod-Domar dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini dalam Mulyadi (2003), investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi. Peran modal fisik di dalam model pertumbuhan sangat penting, akan tetapi kapasitas produksi hanya dapat meningkat bila sumber daya lain (modal fisik) membesar. Di samping itu dalam model pertumbuhan, pertumbuhan penduduk yang besar tidak mengurangi pendapatan per kapita asalkan modal fisiknya meningkat. Model yang sama juga dikemukakan oleh model Solow di mana dalam model ini dipakai suatu fungsi produksi Cobb-Douglas. Angkatan kerja diasumsikan tumbuh secara geometris dan full

employment selalu tercapai. Tetapi, dalam model ini pekerja sudah diperluaskan secara jelas sebagai salah satu faktor produksi, dan bukan sekedar pembagi (untuk memperoleh output pekerja). Dalam model ini juga dilihat substitusi antara modal fisik dan pekerja.

7. Produk Domestik Regional Bruto

(45)

24

Produk Domestik Regional Bruto sebagai salah satu indikator ekonomi memuat berbagai instrument ekonomi yang di dalamnya terlihat jelas keadaan makro ekonomi suatu daerah dengan pertumbuhan ekonominya, income perkapita dan berbagai instrument ekonomi lainnya. Dimana dengan adanya data-data tersebut akan sangat membantu pengambil kebijaksanaan dalam perencanaan dan evaluasi sehingga pembangunan tidak salah arah. Angka PDRB sangat diperlukan dan perlu disajikan, karena selain dapat dipakai sebagai bahan analisa perencanaan pembangunan juga merupakan barometer untuk mengukur hasil-hasil

pembangunan yang telah dilaksanakan.

PDRB dapat didefinisikan berdasarkan tiga pendekatan yaitu : a. Pendekatan Produksi (Production Approach)

PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (NTB) yang tercipta sebagai hasil proses produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh berbagai unit produksi dalam suatu wilayah/region pada suatu jangka waktu tertentu, biasanya setahun.

b. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

(46)

25

bruto sektoral.PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha).

c. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

PDRB adalah jumlah semua pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan inventori, dan ekspor neto di suatu wilayah/region pada suatu periode (biasanya setahun).Yang dimaksud dengan Ekspor netto adalah ekspor dikurangi impor.

Nilai produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah barang dan jasa yang merupakan hasil akhir proses produksi barang dan jasa pada suatu unit usaha yang selanjutnya akan dijual atau sampai ke tangan konsumen. Apabila

permintaan hasil produksi perusahaan atau industri meningkat, produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya. Perubahan yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain adalah naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi (Sudarsono, 1988).

(47)

26

diperoleh dengan tambahan perusahaan tersebut, demikian juga dengan tenaga kerja. Perusahaan yang jumlahnya lebih besar akan menghasilkan output yang besar pula, sehingga semakin banyak jumlah perusahaan/unit yang berdiri maka akan semakin banyak kemungkinan untuk terjadi penambahan output produksi (Matz, 1990 dalam Subekti, 2007).

8. Pengertian Kependudukan (Demografi) dan Demometrik

Salah satu definisi dari Ilmu kependudukan adalah : suatu ilmu yang mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai jumah, sruktur (komposisi

penduduk dan perkembangan dan perubahannya (Multilingual Demografic Dictionary, 1982). Definisi lain yang dikemukakan oleh ahli lain adalah : Ilmu yang mempelajari tentang jumlah, persebaran teritorial dan komposisi penduduk serta perubahan dan penyebab perubahan-perubahan yang terjadi tersebut, yang biasanya timbul karena natalitas (Fertilitas), mortalitas, gerak teritorial (Migrasi) dan mobilitas sosial (Perubahan Status). (Philip M. Hauser dan Duddley Duncan. 1959 ).

(48)

27

Ditemukan bahwa model hasil perluasan model tradisional economic-base memberikan implikasi kebijakan yang lebih baik.

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan dengan model demometrik, model demometrik merupakan gabungan antara model ekonometri dan model demografi. Pendekatan demometrik digunakan untuk membentuk model makro yang

dimodifikasi dari model penyerapan tenaga kerja J. Ledent yang mencakup unsur-unsur pertumbuhan regional pada umumnya seperti populasi (jumlah penduduk), output, dan juga migrasi yang mempengaruhi pasar tenaga kerja lokal yang

menghubungkan antara populasi (jumlah penduduk) dan dinamika angkatan kerja.

9. Teori Kependudukan Menurut Para Ahli 6.1Aliran Malthusian (Thomas Robert Malthus)

Thomas Robert Maltus (1798) seorang ahli di bidang ekonomi yang juga seorang pendeta terkenal di Inggris. Maltus saat itu berpandangan bahwa : penduduk memiliki kemampuan laur biasa untuk berkembang. Jika pertumbuhan penduduk tersebut tidak dikendalikan maka pertumbuhannya akan mengikut deret pola ukur (2, 4, 8, 16, 32, ……), sedangkan pertumbuhan ekonomi dan pangan akan

mengikuti deret pola hitung (1, 2, 3, 4, 5, …………)

Menurut Maltus ada 2 cara pengendaliannya, yaitu :

(49)

28

2. Preventive Check : yaitu dengan pengekangan moral dalam membatasi kelahiran (birth control ). dan untuk ini cara yang dianjurkan adalah dengan menunda atau pendewasaan perkawinan (PUP).

6.2Aliran Marxist (Karl & F. Angel)

Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan kekurangan makanan). Karl Marvist dan Friedrich Engels (1834) adalh generasi sesudah Maltus.

Paham Marvist umumnya tidak setuju dengan pandangan Maltus, karena menurutnya paham Maltus bertentangan dengan nurani manusia.

Dasar Pegangan Marvist adalah :

Beranjak dari pengalaman bahwa manusia sepanjang sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.Beda pandangan Marvist dan

Maltus adalah pada “Natural Resource” tidak bisa dikembangkan atau

mengimbangi kecepatan pertumbuhanpenduduk.Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di Negara kapitalis).

Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk.

(50)

29

Semakin tinggi tingkat populasi manusia, semakin tinggi produktifitasnya, jika teknologi tidak menggantikan tenaga manusia sehingga tidak perlu menekan jumlah kelahirannya, ini berarti ia menolak teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan angka kelahiran.

6.3Aliran Neo-Malthusian (Garreth Hardin & Paul Ehrlich)

Pada abad 20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. kelompok ini menyokong aliran Malthus, akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat menganjurkan untuk mengurangi pertumbuhan penduduk dengan menggunakan cara-cara “Preventif Check” yaitu menggunakan alat kontrasepsi.

Tahun 1960an dan 1970an foto-foto telah diambil dari ruang angkasa dengan menunjukkan bumi terlihat seperti sebuah kapal yang berlaya dengan persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang terbatas. Pada suatu saat kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan makanan tersebut sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapal tersebut.

6.4Teori Kependudukan Kontemporer 1. Teori Fisiologi dan sosial ekonomi

John Stuart Mill ( ahli filsafat dan ekonom Inggris ), menerima pendapat Malthus. Mill mengasumsikan bahwa :

a. Laju pertumbuhan penduduk melampaui makanan b. Manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya

(51)

30

Ersene Dumont

Teori Kapilaritas Sosial, yaitu kecenderungan seseorang untuk meraih tempat yang lebih tinggi. Misal : seorang bapak pasti akan mengiginkan anaknya mendapatkan nasib dan kehidupan yang lebih layak dari dirinya, hal itu harus diiringi dengan kemampuan sang anak, termasuk pendidikan. Tidak mungkin keluarga besar akan mampu menyekolahkan anaknya, jadi keinginan ini menekan fertilitas keluarga tersebut. Teori ini berjalan dengan baik di negara dengan demokrasi tinggi, tapi tidak berlaku di negara social

Emile Durkheim

Wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi, maka akan muncul

persaingan yang keras antar sesama anggotanya untuk mempertahankan hidupnya. Masyarakat tradisional terdapat persaingan hidup yang kecil dibanding

masyarakat industri.

Michael Thomas Sadler

Jika kepadatan penduduk tinggi, maka daya reproduksinya akan menurun. Sebaliknya, jika kepadatan penduduk rendah, maka daya reproduksinya akan meningkat.

6.5Teori Transisi Kependudukan

(52)

31

demografi yang dialaminya.Negara-negara sedang berkembang mengalami fase transisi demografi di mana angka kelahiran masih tinggi sementara angka kematian telah menurun.

Kedua hal ini disebabkan karena kemajuan pelayanan kesehatan yang menurun angka kematian balita dan angka tahun harapan hidup. Ini terjadi pada fase kedua dan ketiga dalam proses kependudukan.

Umumnya ada empat tahap dalam proses transisi, yaitu:

Tahap 1: Masyarakat pra-industri, di mana angka kelahiran tinggi dan angka kematian tinggi menghasilkan laju pertambahan penduduk rendah;

Tahap 2: Tahap pembangunan awal, di mana kemajuan dan pelayanan kesehatan yang lebih baik menghasilkan penurunan angka kelahiran tak

terpengaruh karena pertumbuhan penduduk naik.

Tahap 3: Tahap pembangunan lanjut, di mana terjadi penurunan angka kematian balita, urbanisasi, dan kemajuan pendidikan mendorong banyak

pasangan muda berumah tangga menginginkan jumlah anak lebih sedikit hingga menurunkan angka kelahiran. Pada tahap ini laju pertambahan penduduk mungkin masih tinggi tetapi sudah mulai menurun;

Tahap 4: Kemantapan dan stabil, di mana pasangan-pasangan berumah tangga melaksanakan pembatasan kelahiran dan mereka cenderung bekerja di

(53)

32

B. Tinjauan Empiris

1. Penelitian Terdahulu

Sebelum melakukan penelitian ini penulis melakukan kajian dan mempelajari lebih dalam terhadap penelitan-penelitian terdahulu yang relevan dengan topik yang diangkat oleh penulis. Berikut ini adalah ringkasan penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalan penelitian ini :

Tabel 6. Daftar Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul

Penelitian

Alat Analisis Hasil

1. Ostinasia

Berdasarakan hasil yang diperoleh, ditemukan bahwa pertumbuhan penduduk terbukti mempengaruhi secara signifikan terhadap

sejumlah tenaga kerja sektoral seperti Pertanian, Lisrik Gas dan Air Bersih demikian juga PDRB sektoral mempengaruhi tenaga kerja sektoral di Jawa Tengah dengan sifat yang elastis menunjukkan kemampuan dan daya serap sektor terhadap tenaga kerja.

Ditemukan bahwa PDRB Sumatera Utara adalah bersifat elastis

terhadap pertumbuhan tenaga kerja dan penyerapan tenga kerja

terbesar adalah pada sektor pertanian. Dengan kata lain sektor pertanian adalah sektor yang paling mampu mengurangi tingkat

pegangguran.

(54)

33

Kerja sektoral serta sangat

dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk usia kerja yang masuk ke pasar kerja.

Dapat disimpulkan investasi dan pertumbuhan sebelumnya di sektor pertanian berpengaruh secara positif terhadap pertumbuhan pertanian, sedangkan tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan sektor pertanian. Hubungan negatif antara

pertumbuhan sektor pertanian dan tenaga kerja sektor pertanian, bertentangan secara hipotesis dan teoritis dalam penelitian ini. Pengaruh pertumbuhan dan investasi terhadap tenaga kerja di sektor per memiliki hubungan yang positif, sehingga secara implikasi dapat dikatakan untuk menaikkan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian mutlak diperlukan investasi dan pertumbuhan di sektor

pertanianmemperhatikan hidup pengusaha sehingga ada

(55)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2001-2012.Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnaker Trans) Provinsi Lampung. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data Angkatan Kerja Kota Bandar Lampung,data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha, dan data Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung .

B.Metode Pengumpulan Data

(56)

35

Tabel 7. Nama Variabel, Simbol, Satuan Pengukuran dan Sumber Data

No Nama Variabel Simbol Satuan

Pengukuran

Sumber Data

1. Penyerapan Tenaga Kerja - Sektor Perdagangan,

3. Produk Domestik Regional Bruto

PDRB Rupiah BPS

C. Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Variabel terikat, merupakan variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variasi yang dialami oleh variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah Penyerapan Tenaga Kerja sektor tersier (perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan komunikasi, lembaga keuangan dan jasa, dan jasa–jasa lainnya) Kota Bandar Lampung.

(57)

36

D.Definisi Oprasional Variabel

Pengertian dan batasan-batasan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja yaitu jumlah atau banyaknya orang yang bekerja di berbagai sektor perekonomian Kota Bandar Lampung yang terserap dalam pasar pasar tenaga kerja pada berbagai sektor lapangan usaha. Penyerapan tenaga kerja juga dapat diartikan sebagai banyaknya lapangan usaha yang sudah terisi yang tercermin dari banyaknya pertumbuhan penduduk yang bekerja. Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor perekonomian.

2. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu jumlah penduduk yang ada di kota Bandar Lampung antara tahun 2001-2012.

3. PDRB sektoral

(58)

37

E. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif.Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk seluruh persamaannya.Sedangkan pendekatan deskriptif digunakan untuk membahas interpretasi lebih lanjut dari hasil penelitian yang telah diperoleh dalam analisis kuantitatif.

Pemilihan model persamaan ini didasarkan pada penggunaan model logaritma natural (Ln) yang memiliki keuntungan, yaitu untuk menyamakan satuan dan meminimalkan kemungkinan terjadinya heterokedastisitas karena transformasi yang menempatkan skala untuk pengukuran variabel, dan koefisien kemiringan βi langsung dapat menunjukkan elastisitas Y terhadap Xi yaitu persentase perubahan dalam Y akibat adanya persentase perubahan dalam Xi (Gujarati, 2003). Bentuk umum model pada penelitian ini adalah:

Berdasarkan model J. Ledent (1978), penulis berusaha menerapkan model yang serupa untuk wilayah Kota Bandar Lampung dengan menyesuaikan model demometrik J. Ledent (1978) pada kondisi yang sesuai di Kota Bandar Lampung. Persamaan yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

1. 2.

(59)

38

Sehingga model yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

1. ………..(1)

2. ………..(2)

3. ....………...(3)

4. ….………(4)

Dimana :

= konstanta regresi

β1, β2 = koefisien regresi yang ditaksir

LnPTK = logaritma natural penyerapan tenaga kerja (jiwa) LnPDRB = logaritma natural PDRB sektoral (rupiah)

LnJP = logaritma natural jumlah penduduk (jiwa) µ = faktor gangguan stokastik

ei = error term

Ln = logaritma natural

PHR = sektor perdagangan,hotel,restoran PK = sektor pengangkutan dan komunikasi LK = sektor keuangan dan jasa

(60)

39

F. Uji Asumsi Klasik

Agar model regresi yang diajukan menunjukkan persamaan hubungan yang valid BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), model tersebut harus memenuhi asumsi-asumsi dasar klasik Ordinary Least Square (OLS).

Asumsi-asumsi tersebut antara lain :

1. Tidak terdapat autokorelasi (adanya hubungan antara masing-masing residual observasi).

2. Tidak terjadi multikolinearitas (adanya hubungan antar variabel bebas). 3. Tidak ada heteroskedastisitas (adanya variance yang tidak konstan dari

variabel pengganggu).

Sebelum melakukan uji regresi, metode ini mensyaratkan untuk melakukan uji asumsi klasik guna mendapatkan hasil yang baik, yakni:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui kenormalan error term dan variabel-variabel baik variabel-variabel bebas maupun terikat, apakah data sudah menyebar secara normal. Uji normalitas dapat dilihat dengan metode Jarque-Berra. Jika residual terdistribusi secara secara normal maka diharapkan nilai statistik JB akan sama dengan nol.

Uji normalitas tersebut dapat dilihat melalui grafik penyebaran titik-titik. Deteksi normalitasnya sebagai berikut :

(61)

40

b. Jika data (titik-titik) jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah adanya hubungan linier yang sempurna diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan (variabel independen) dari suatu model regresi. Indikator terjadinya multikolinieritas antara lain adalah jika R² tinggi (mendekati 1), nilai F hitung tinggi < tetapi nilai t hitung semua nilai variabel penjelas tidak signifikan. Untuk mengetahui ada tidaknya dilakukan regresi antar variabel independen.

Cara mendeteksi multikolinieritas adalah melakukan regresi antar variabel penjelas (Gujarati, 1997:166-167), sehingga :

 R² yang dihasilkan sangat tinggi katakanlah diatas 0.85.

 F statistik dan t statistik menunjukan tidak adanya multikolinieritas dan

menggunakan korelasi parsial.

Cara mengobati multikolinieritas adalah :

 Mengeluarkan satu variabel dan bias spesifikasi

 Transfomasi variabel

 Menambah data baru

3. Uji Autokorelasi

(62)

41

Langkah yang dilakukan untuk mendeteksi adanya autokorelasi juga

menggunakan Metode Breusch-Godfrey. Breusch dan Godfrey mengembangkan uji autokorelasi yang lebih umum dan dikenal dengan uji Langrange Multiplier (LM).

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Estimasi persamaan regresi dengan metode OLS dan dapatkan residualnya. 2. Melakukan regresi residual et dengan variabel bebas Xt (jika ada lebih dari

satu variabel bebas maka harus memasukkan semua veriabel bebas) dan lag dari residual et-1, et-2,...et-p. Kemudian dapatkan R2 dari regresi persamaan tersebut.

3. Jika sampel besar, maka model dalam persamaan akan mengikuti distribusi chi squares dengan df sebanyak p. Nilai hitung statistik chi squares dapat

dihitung dengan:

(n - p) R2≈ χ2p

Dimana:

n = Jumlah Observasi p = Obs*R2

R2 = Koefisien determinasi

χ2

= Chi Square

(63)

42

H0 : Obs*R square ( χ2 -hitung ) > Chi-square (χ2–tabel), Model mengalami masalah autokolerasi.

Ha : Obs*R square ( χ2 -hitung ) < Chi-square (χ2–tabel), Model terbebas dari masalah autokolerasi.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varian yang sama untuk semua observasi. Akibat adanya heteroskedastisitas, penaksir OLS tidak bias tetapi tidak efisien (Gujarati, 2003). Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan white heteroscedasticity-consistent standart errors and covariance dan dengan uji Parkyang tersedia dalam program Eviews 4.1.

Uji ini diterapkan pada hasil regresi dengan menggunakan prosedur equations dan metode OLS untuk masing-masing perilaku dalam persamaan simultan.Hasil yang perlu diperhatikan dari uji ini adalah nilai F dan Obs*Rsquared, secara khusus adalah nilai probability dari Obs*Rsquared.Dengan uji White, dibandingkan Obs*R-squared dengan χ (chi-squared) tabel.

Jika nilai chi-squares hitung (n. R²) lebih besar dari nilai χ² kritis dengan derajat kepercayaan tertentu (α) maka ada heteroskedastisitas dan sebaliknya jika chi

-squares hitung lebih kecil dari nilai χ² kritis menunjukan tidak adanya

(64)

43

G. Uji Hipotesis 1. Uji Parsial (Uji t)

Pengujian terhadap masing-masing koefisien regresi parsial dengan menggunakan uji t dengan tingkat keyakinan 95% apabila besarnya varians populasi tidak diketahui, sehingga pengujian hipotesisnya sangat ditentukan oleh nilai-nilai statistiknya. Adapun hipotesis yang digunakan adalah:

 H0 : β1 : β2 = 0, variabel PDRB dan jumlah penduduk tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel penyerapan tenaga kerja.

 Ha: β1> β2 > 0, variabel PDRB dan jumlah penduduk berpengaruh secara

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

Pengujian ini dilakukan dengan rumus :

Bila t hitung < t tabel ( df = n – k ) maka H0 diterima berarti tiap-tiap variabel bebas tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.

Sedangkan dalam penelitian digunakan pengujian parsial t – statistik yang biasa dilihat pada tingkat signifikansi pada hasil pengolahan data.

Bila t hitung > t tabel ( df = n – k ) maka H0 ditolak berarti tiap-tiap variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.

2. Uji F

Untuk mengetahui peranan variabel bebas secara keseluruhan dilakukan dengan uji F. Kesimpulan uji F dapat diperoleh dengan membandingkan antara F statistic dengan F tabel pada tingkat tertentu dan derajat bebas tertentu (Gujarati,

(65)

44

Pengujian ini dilakukan dengan rumus :

H0: β1 : β2 = 0 Ha : β1> β2 > 0

1. Bila F hitung < F tabel maka H0 diterima, berarti secara bersama-sama variabel bebas tidak berpengaruh secara nyata dan signifikan terhadap variabel terikat. Di dalam penelitian ini nilai uji F dilihat dari tingkat signifikasi pada hasil pengolahan data.

2. Bila F hitung > F tabel maka H0 ditolak, atau dengan kata lain menerima Ha berarti secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh secara nyata dan signifikansi tehadap variabel terikat.

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antara variabel penjelas secara keseluruhan terhadap variabel yang dijelaskan. Nilai koefisien determinasi yang baik adalah yang semakin mendekati 1, karena akan berarti kesalahan penggangu dalam model yang digunakan semakin kecil (Gujarati, 2007:101).

Nilai R² terletak pada 0 ≤ R² ≤ 1, suatu nilai R² mendekati 1 yang artinya

(66)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Secara umum penelitian ini ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektoral. Adapun faktor-faktor yang diduga

mempengaruhi penyerapan tenaga kerja adalah jumlah penduduk dan PDRB sektoral. Dengan metode Ordinary Least Square (OLS), empat persamaan yang masing-masing menggambarkan sektor-sektor perekonomian yang ada di Bandar Lampung diestimasi dan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk Bandar Lampung berpengaruh secara positif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran,

pengangkutan dan komunikasi, lembaga keuangan sementara jumlah penduduk berpengaruh secara negatif tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa-jasa lainnya.

(67)

78

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diberikan, maka dapat diberikan beberapa saran yaitu:

1. Peningkatan jumlah output yang ada di berbagai sektor ternyata belum diikuti secara optimal oleh kemampuan sektor-sektor ini dalam menyerap tenaga kerja. Oleh karena itu, butuh perhatian yg lebih maksimal dari pemerintah dalam hal mengembangkan kebijakan perencanaan

penggunaan tenaga kerja asli daerah serta pengembangan sumber daya manusia yang ditandai dengan usaha meningkatkan kemampuan dan ketrampilan bekerja serta produktivitas kerja, jaminan kesempatan kerja bagi penduduk yang mampu bekerja dan membuka pusat-pusat pelatihan tenaga kerja.

2. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor lembaga keuangan adalah sektor-sektor dengan kemampuan menyerap tenaga kerja lebih baik dibanding sektor jasa-jasa lainnya. Oleh karena itu, butuh perhatian

(68)

1

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghofur. 2007. Elastisitas Permintaan Tenaga Kerja pada Sektor Non Pertanian di Propinsi Jawa timur Tahun 2001-2005. Skripsi Universitas Brawijaya.

Aris Ananta. 1990. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: LDFE-UI Aris Ananta. 1991. Ruang Lingkup Teori Ekonomi Kependudukan. Jakarta: LDFE-UI Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah. 1988 – 2008. Jawa Tengah Dalam Angka. Semarang.

Boediono. 1999. Teori Ekonomi Makro. Edisi Keempat. Jogjakarta: BPFE UGM. Deddy Rustiono. 2008. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan

Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Tengah. Tesis, Universitas Diponegoro.

Dias Wulaningrum. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil dan Konveksi. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Eri Gustanto. 2009. Dana Investasi di Indonesia Tahun 1980-2006. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Muhamadiyah Malang.

Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. USA: McGraw-Hill Hedwigis Esti R dan Bambang P.S Brodjonegoro. 2003. Simulasi Penyerapan Tenaga Kerja dengan Pendekatan Demometrik. Jurnal Ekonomi Pembangunan Indonesia. Vol. 3. No. 2

Hendra Esmara. 1982. Rencana Perluasan Kesempatan Kerja dalam REPELITA IV: Sebuah Gagasan. Jakarta: LDFE-UI

(69)

2

Ignatia Rohana Sitanggang dan Nachrowi Djalal Nachrowi. 2004. Pengaruh Struktur Ekonomi pada Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral: Analisis Model demometrik di 30 Propinsi pada 9 Sektor di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia. Vol. 5. No. 1

I Gusti Ngurah Agung dan Akhir Matua Harahap. 1991. Perubahan Demografi di Indonesia. Jakarta: LDFE-UI

Irawan dan M. Suparmoko. (1992). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: BPFE Irawan dan Suparmoko, M. 2002. Ekonomika Pembangunan. Ed 6. Jakarta: BPFE UGM

Kusumosuwidho. 1990. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Tenaga Kerja. Jogjakarta: Gajah Mada University Press.

Kuncoro, Haryo, 2002. Upah Sistem Bagi Hasil dan Penyerapan Tenaga Kerja. Jurnal Ekonomi Pembangunan (JEP) Vol. 7, No. 1.

Ledent, Jacques. 1978. Regional MultiplierAnalysis: A Demometric Aproach. International Institute for Applied Systems Analysis Austria.

Lucas, David dkk. 1984. Pengantar Kependudukan. Yogyakarta: UGM Press Moh. Arsjad Anwar dan Udi Hade Pungut. Pertumbuhan Ekonomi dan Transformasi Struktur Tenaga Kerja antar Wilayah di Indonesia Tahun 1971-1990. Jakarta: LDFE-UI

Moh Yasin. 1981. Arti dan Tujuan Demografi. Jakarta: LDFE-UI

Mudrajad kuncoro. 1996. Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Agroindustri Indonesia: Suatu Catatan Empiris. KELOLA. Vol. V No.11 Tahun 1996.

Mulyadi Subri. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada N. Iskandar. 1981.

Mulyani, Sri 2010. Metodologi Penelitian Angkatan Kerja: Edisi Pertama, USU Press, Medan.

Ostinasia Tindaon, 2010. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Di Jawa Tengah (Pendekatan Demometrik). Skripsi Universitas Diponegoro.

Roni, Akmal, 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. Sumatra Barat

(70)

3

Simanjuntak, Payaman J,1985, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, BPFE UI,Jakarta.

Simanjuntak, Payaman J. 1985. Produktivitas Dan Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta : FEUI.

Simanjuntak, Payaman J. 1985. Dasar-dasar Demografi. Jakarta: FE-UI. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: LPFEUI

Simanjuntak, Payaman J, ”Perkembangan teori di bidang Sumber Daya Manusia”, dalam Tjiptoherijanto dkk, 1982, Sumber Daya Manusia, Kesembatan Kerja dan Pembangunan Ekonomi, FEUI Jakarta.

Sri Moertiningsih Adioetomo. 1990. Pengertian dan Pengukuran Dinamika Penduduk. Jakarta: LDFE-UI

Soeharsono Sagir. 1982. Kesempatan Kerja Ketahanan Nasional Dan Pembangunan Manusia Seutuhnya. Bandung: Alumni

Sonny Sumarsono. 2003. Ekonomi Manajemen dan Sumber Daya Manusia. Jakarta: LDFE-UI

Sudarsono dkk. 1988. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Karunia Suroto. 1992. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Squire, Lyn. 1982. Kebijaksanaan Kesempatan Kerja di Negeri-Negeri Sedang Berkembang. Jakarta: UI-Press

Teguh Santoso. 2009. Analisis Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Perekonomian Indonesia: Aplikasi Mundell-Fleming. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Surabaya: Erlangga

Tri Wahyu Rejekiningsih. 2004. Mengukur Besarnya Peranan Industri Kecil dalam Perekonomian di Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Dinamika Pembangunan Vol. 1. No. 2

Gambar

Tabel 1. Penduduk yang Bekerja di Kota Bandar Lampung Menurut Sektor
Tabel 2. Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Lampung 2001-2012 (Jiwa)
Tabel 3. Jumlah Angkatan Kerja Kota Bandar Lampung 2007 – 2012 (Jiwa)
Tabel 4. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kota Bandar Lampung  2007-2012 (Jiwa)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis 6 yang menyatakan brand knowledge dapat memediasi pengaruh country of origin terhadap brand equity Dapat dilakukan dengan cara mengenalkan bahwa produk Nike berasal

Guru besar ”AJ” telah membina pembiasaan akhlak yang baik warga sekolah melalui proses pemberian pengalaman amalan akhlak dengan uswah hasanah sepertimana dapat

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya yang berjudul: “Irhâb dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tematik dengan Pendekatan Semantik) ” adalah benar-benar

Sebagai standar, digunakan b–karoten (dalam metanol). Reaksi Netralisasi Radikal Bebas DPPH oleh Ikatan Rangkap.. diarahkan pada penemuan senyawa karotenoid, yang merupakan salah

kendala guru dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an siswa melalui Wafa di SDIT Bina Insan Mulia Wlingi Blitar.. Dalam menerapkan wafa pada pembelajaran Al-Qur’an tentunya tidak

Dengan demikian, pengertian kompetensi secara umum adalah kemampuan yang harus dimiliki seseorang baik pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap untuk

pengumpulan data utama ( primary data collection) yang mana ia merupakan satu kaedah yang asli digunakan oleh para pengkaji dengan menggunakan soal selidik. Kelebihan

Waktu tunggu dibangun oleh faktor- faktor luar ( exogenous ) seperti kondisi kendaraan, kondisi jalan dan lain sebagainya. Waktu pesan permintaan ini menjamin bahwa