Statistik PKH Tahun 2012. pdf

(1)

(2)

(3)

Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

STATISTIK PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012

Livestock and Animal Health Statistics 2012

ISBN : 978-979-628-025-4

Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm

Jumlah Halaman : 228 Halaman

Penerbit :

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

Kementerian Pertanian RI

Dicetak :

(4)

(5)

i

Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

KATA PENGANTAR

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan,

dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia. Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan

informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Ketersediaan data merupakan komponen penting

dalam proses penyelenggaraan pembangunan, karena akan mendukung dalam pengambilan kebijakan/

keputusan, alat kontrol untuk mencegah terjadinya kesalahan serta mendukung penyelenggaraan pemerintahan

yang transparan, akuntabel dan partisipatif.

Penyusunan Buku Statistik Peternakan dan Kesehaan Hewan Tahun 2012 ini merupakan komitmen Direktorat

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam rangka meningkatkan kinerja pembangunan peternakan dan

kesehatan hewan melalui penyajian data dan informasi yang dapat digunakan oleh seluruh pemangku

kepentingan. Dalam buku ini disajikan data terkini terkait dengan pembangunan peternakan dan kesehatan

hewan, mencakup populasi, produksi, pengeluaran dan pemasukan ternak, pemotongan ternak, serta data

lainnya yang terkait dengan pembangunan peternakan.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan Buku Statistik

Peternakan dan Kesehaan Hewan Tahun 2012. Kami menyadari, tidak tertutup kemungkinan adanya berbagai

ketidaksempurnaan dalam penyajian. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan dalam

rangka perbaikan Buku Statistik Peternakan di tahun yang akan datang. Semoga data dan informasi yang tersaji

dalam buku ini dapat memberikan manfaat dan memenuhi harapan para pengguna.

Jakarta, November 2012

DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN

KESEHATAN HEWAN

(6)

ii

Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

PREFACE

As mandated by Law Number 25 of 2004 On National Development Planning System, a planning is a process to

determine future proper actions through a sequence of choices, by taking into account the available resources.

Development planning is based on accurate and accountable data and information. Data availability is an

important component in the development implementation process, because it will support in policy/decision

making, serve as a control tool to prevent errors from occurring and support transparent, accountable and

participative governance.

Compilation of this Statistic Book on Livestock and Animal Health of 2012 is a commitment of the Directorate

General of Livestock and Animal Health Services in order to improve the performance of livestock and animal

health through presentation of data and information that can be used by all stakeholders. This book presents the

latest data relating to livestock and animal health development, including population, production, export and

import of livestock, livestock slaughtering, and other data related to the livestock development.

We grateful thank to all parties for their involvement in compilation of this Statistic Book on Livestock and Animal

Health of 2012. We realize, there certainly be possibilities for many imperfections in presentation. Therefore, we

will appreciate any criticisms and advices from all parties for improvement of the Statistic Book on Livestock in the

years to come. Hopefully the data and information presented in this book may be useful and meeting expectation

of the users.

Jakarta, November 2012

THE DIRECTOR GENERAL OF LIVESTOCK AND

ANIMAL HEALTH SERVICES

(7)

iii

Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

DAFTAR ISI

Table Of Content

Halaman

Page

Kata Pengantar ...

i

Preface

Daftar Isi ...

iii

Table Of Content

Daftar Grafik ...

iv

List Of Graph

Daftar Tabel ...

v

List Of Tables

1. PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) ...

3 GROSS DOMESTIC PRODUCT (GDP)

2. INVESTASI ... 23

INVESMENT

3. NILAI TUKAR PETANI PETERNAKAN (NTPP) ... 33

ANIMAL HUSBANDRY FARMERS TERMS OF TRADE (NTPP)

4. EKSPOR—IMPOR ... 47

EXPORT—IMPORT

5. POPULASI ... 57

POPULATION

6. PENGELUARAN DAN PEMASUKAN TERNAK ... 79

LIVESTOCK EXPORT AND IMPORT

7. KONSUMSI ... 109

COMSUPTION

8. PEMOTONGAN TERNAK TERCATAT ... 117

RECORDED LIVESTOCK SLAUGHTERING

9. PRODUKSI ... 127

PRODUCTION

10. PARAMETER ... 153

PARAMETERS

11. TENAGA KERJA ... 171

LABORS

12. DAFTAR ALAMAT ... 183

(8)

iv

Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

DAFTAR GRAFIK

List Of Graph

Halaman

Page

GRAFIK

1.1 NILAI PDB (Rp MILYAR) DAN SHARE PDB (%) SEKTOR PERTANIAN

TAHUN 2011 ATAS DASAR HARGA BERLAKU ... 11**

GRAFIK

1.2 NILAI PDB (Rp MILYAR) DAN SHARE PDB (%) SEKTOR PERTANIAN

TAHUN 2011 ATAS DASAR HARGA KONSTAN... 11**

GRAFIK

1.3 PDB PETERNAKAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN

HARGA KONSTAN TAHUN 2007-2011 ( MILYAR RP) ... 11**

GRAFIK

2.1 NILAI INVESTASI PMDN PETERNAKAN 2007-2011 (Rp Juta) ... 25

GRAFIK

2.2 NILAI INVESTASI PMA PETERNAKAN 2007-2011 (US$ ribu) ... 25

GRAFIK

3.1 INDEKS HARGA YANG DITERIMA PETANI (IT), INDEKS HARGA YANG

DIBAYAR PETANI (IB), DAN NILAI TUKAR PETANI PETERNAKAN (NTPT)

TAHUN 2009-2011 (2007=100) ... 37

GRAFIK

4.1 NILAI EKSPOR DAN IMPOR SUB SEKTOR PETERNAKAN TAHUN 2009-2011 ... 49

GRAFIK

4.2 NILAI EKSPOR SUB SEKTOR PETERNAKAN TAHUN 2011 (%) ... 49

GRAFIK

4.3 NILAI IMPOR SUB SEKTOR PETERNAKAN TAHUN 2011 (%) ... 49

GRAFIK

5.1 POPULASI TERNAK RUMINANSIA (000 EKOR) ... 59

GRAFIK

5.2 POPULASI TERNAK NON RUMINANSIA (000 EKOR

)

... 59

GRAFIK

5.3 POPULASI TERNAK UNGGAS (000 EKOR) ... 59

GRAFIK

9.1 PRODUKSI DAGING (000 TON) ... 129

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

xi

Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

12.3 DAFTAR ALAMAT KEPALA PUSAT DAN KEPALA BALAI UNIT PELAYANAN TEKNIS

(UPT) LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN ... 187

ADDRESSES OF OFFICIAL CENTRES IN DIRECTORATE GENERAL OF LIVESTOCK

AND ANIMAL HEALTH SERVICES

12.4 ALAMAT DINAS PETERNAKAN/YANG MELAKSANAKAN FUNGSI PEMBANGUNAN

PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN/KOTA ... 190

ADDRESS OF OFFICE DISTRIC LIVESTOCK AND ANIMAL HEALATH SERVICES

12.5 ALAMAT FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN DI INDONESIA ... 202

ADDRESSES OF VETERINARY MEDICINE FACULTY IN INDONESIA

12.6 ALAMAT FAKULTAS PETERNAKAN DI INDONESIA ... 203

ADDRESSES OF FACULTY OF ANIMAL HUSBANDRY IN INDONESIA

12.7 ALAMAT ASOSIASI BIDANG PETERNAKAN ... 208

(16)

(17)

1

PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB)

(18)

(19)

3

(20)

Produk domestik bruto per kapita atas harga konstan terjadi peningkatan pada tahun 2009 dibandingkan dengan

memberikan kontribusi terbesar adalah provinsi DKI Jakarta yaitu sekitar 17,9 persen sedangkan provinsi yang

terendah yaitu Maluku Utara yaitu sebesar 0,09 persen. Distribusi PDRB tahun 2008 (Angka Tetap) atas dasar

adalah Sulawesi Barat yaitu sebesar 12,1 persen sedangkan provinsi yang minus laju pertumbuhannya hanya

pada Provinsi Papua yaitu -1,4 persen.

(21)

PDRB Perkapita

Peternakan, Kehutanan dan Perikanan bila dibandingkan dengan sektor lain memberi peran sebesar 15,31%

(tahun 2010*) dan menurun menjadi 14,72% (tahun 2011**).

(22)

6 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

Tabama (Tanaman Bahan Makanan) berkisar 49 persen; Perikanan berkisar 19-21 persen; Tanaman

Perkebunan berkisar 13-15 persen; Peternakan dan Hasil-hasilnya berkisar 12 persen dan Kehutanan berkisar

5-6 persen.

PDRB PETERNAKAN

PDRB Sub sektor peternakan tahun 2008 (Angka Tetap) atas dasar harga berlaku di 33 Provinsi Seluruh

Indonesia yang mempunyai PDRB terbesar adalah provinsi Jawa Timur yaitu sebesar Rp.19,1 Triliun dari jumlah

total di 33 Propinsi sebesar Rp 75,0 Triliun. Peranan PDRB sub sektor peternakan Provinsi Jawa Timur terhadap

PDRB sub sektor peternakan di 33 Provinsi memberikan kontribusi yang cukup besar yaitu mencapai

25,45 persen. Provinsi yang mempunyai PDRB sub sektor peternakan terendah adalah Provinsi DKI Jakarta

yaitu sebesar Rp.0,04 Triliun. Peranan PDRB sub sektor peternakan Provinsi DKI Jakarta terhadap PDRB sub

sektor peternakan di 33 Provinsi memberikan kontribusi yang cukup rendah, sebesar 0,06 persen.

PDRB Sub sektor peternakan tahun 2008 (Angka Tetap) atas dasar harga konstan di 33 Provinsi Seluruh

Indonesia yang mempunyai PDRB terbesar adalah Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar Rp. 8,0 triliun dari jumlah

total di 33 provinsi sebesar Rp. 35,7 triliun. Disamping itu juga peranan PDRB sub sektor peternakan Provinsi

Jawa Timur terhadap PDRB sub sektor peternakan di 33 Provinsi memberikan kontribusi yang cukup besar yaitu

mencapai 22,49 persen. Provinsi yang mempunyai PDRB sub sektor peternakan terendah adalah Provinsi DKI

Jakarta yaitu sebesar Rp.0,02 Triliun. Peranan PDRB sub sektor peternakan Provinsi DKI Jakarta terhadap

PDRB sub sektor peternakan di 33 Provinsi memberikan kontribusi yang cukup rendah 0,06 persen.

PENJELASAN TEKNIS

1. Data PDB dan PDRB diperoleh dari Badan Pusat Statistik.

2. Perhitungan statistik neraca nasional yang digunakan mengikuti buku petunjuk yang diterbitkan oleh

Perserikatan Bangsa Bangsa dikenal dengan ”Sistem Neraca Nasional”.

3. Produk Domestik Bruto (PDB) pada tingkat nasional serta Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

tingkat regional (provinsi) yang menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai

tambah) pada waktu tertentu.

4. PDB disajikan dalam dua versi penilaian, yaitu atas dasar ”harga berlaku” dan atas dasar ”harga konstan”.

Disebut sebagai harga berlaku karena seluruh agregat dinilai dengan menggunakan harga pada tahun

berjalan. Sedangkan harga konstan penilaiannya berdasarkan pada harga suatu tahun dasar tertentu.

5. Pendapatan nasional merupakan produk nasional neto atas dasar biaya faktor produksi.

6. Pendapatan nasional per kapita adalah pendapatan nasional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan

tahun.

(23)

(24)

(25)

(26)

10 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

TECHNICAL EXPLANATION

1. GDP and GRDP data have been obtained from the Central Bureau of Statistics.

2. The calculation of national account statistic was used to follow the manual issued by the United Nations,

known as the "System of National Accounts".

3. Gross Domestic Product (GDP) at the national level and Gross Regional Domestic Product (GRDP) at the

regional (provincial) level, that depict the ability of a region to create output (value added) at any given time.

4. GDP is presented in two assessment versions, namely, one is based on "current prices" and the other one is

based on "constant prices". It is called as current price because all of the aggregates are assessed by using

the prices in current year. Whereas, the assessment of constant prices is based on price of a certain base

year.

5. National income is a net national product based on the production factor cost.

6. National income per capita is national income divided by total population in mid-year.

(27)

11 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

GRAFIK 1.1

NILAI PDB (Rp MILYAR) DAN SHARE PDB (%) SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2011 ATAS DASAR**

HARGA BERLAKU

GRAFIK 1.2

NILAI PDB (Rp MILYAR) DAN SHARE PDB (%) SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2011 ATAS DASAR**

HARGA KONSTAN

GRAFIK 1.3

(28)

(29)

(30)

(31)

(32)

(33)

(34)

(35)

(36)

(37)

2

INVESTASI

(38)

(39)

23 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

INVESTASI

Realisasi investasi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) Tahun 2010 sebanyak 872 proyek dengan nilai

investasi sebesar Rp 60,63 trilyun (Tabel 2.1). Tahun 2011 jumlah proyek investasi PMDN meningkat menjadi

Realisasi investasi PMA (Penanaman Modal Asing) Tahun 2010 sebanyak 3.076 proyek dengan nilai investasi

sebesar US$ 16,21 milyar (Tabel 2.2). Tahun 2011 jumlah proyek investasi PMDN meningkat menjadi 3.743

(40)

(41)

25 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

145.168

50.430

287.976

1.227.357

247.244

0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 1.400.000

2007 2008 2009 2010 2011

45685,1

4541,7

2533,6

25026,7

21135,6

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000

2007 2008 2009 2010 2011

GRAFIK 2.1

NILAI INVESTASI PMDN PETERNAKAN 2007-2011 (Rp Juta)

GRAFIK 2.2

(42)

2

Jika pada realisasi 2007-2009 terdapat data proyek 0, berarti proyek memiliki beberapa bidang usaha. Untuk menghindari perhitungan ganda, nilai proyek digabung pada bidang usaha atau lokasi dengan nilai investasi terbesar. Pada realisasi 2010-2012, terdapat realisasi proyek, namun tanpa nilai investasi, disebabkan karena proyek yang melaporkan ke BKPM tidak memiliki tambahan investasi

(43)

2

Jika pada realisasi 2007-2009 terdapat data proyek 0, berarti proyek memiliki beberapa bidang usaha. Untuk menghindari perhitungan ganda, nilai proyek digabung pada bidang usaha atau lokasi dengan nilai investasi terbesar.

(44)

2

(45)

2

Pada realisasi 2007-2009 terdapat data proyek 0, berarti proyek memiliki beberapa bidang usaha. Untuk menghindari perhitungan ganda, nilai proyek digabung pada bidang usaha atau lokasi dengan nilai investasi terbesar.

(46)

(47)

3

NILAI TUKAR PETANI PETERNAKAN

(NTPP)

(48)

(49)

NILAI TUKAR PETANI PETERNAKAN (NTPP)

(50)

34 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

3. Dari Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT), dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan

petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor

pertanian.

4. Dari Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB), dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi

oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat di pedesaan, serta fluktuasi harga barang

yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Perkembangan Ib juga dapat menggambarkan

perkembangan inflasi di pedesaan.

(51)

(52)

36 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

4. From the Index of Prices Paid by Farmers (IB), the fluctuation of prices of goods consumed by the farmers,

who are the largest part of the rural communities, and the fluctuation of prices of goods required to produce

the agricultural products can be seen. The Ib developments can also depict the development of inflation in

the rural.

(53)

124,1975

129,6108333 131,5975

118,5091667 124,5108333

130,0158333

104,7908333

104,1

101,2166667

0 20 40 60 80 100 120 140

2009 2010 2011

INDEKS HARGA YANG DITERIM A PETANI (IT) INDEKS HARGA YANG DIBAYAR PETANI (IB)

NILAI TUKAR PETANI PETERNAKAN (NTPT)

GRAFIK 3.1

INDEKS HARGA YANG DITERIMA PETANI (IT), INDEKS HARGA YANG DIBAYAR PETANI (IB), DAN NILAI

TUKAR PETANI PETERNAKAN (NTPT) TAHUN 2009-2011 (2007=100)

(54)

(55)

3

Provinsi Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-Rata

(56)

(57)

4

INDEKS HARGA YANG DITERIMA PETANI (IT), INDEKS HARGA YANG DIBAYAR PETANI (IB), DAN NILAI TUKAR PETANI PETERNAKAN (NTPT ) MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 (2007=100)

(58)

(59)

4

INDEKS HARGA YANG DITERIMA PETANI (IT), INDEKS HARGA YANG DIBAYAR PETANI (IB), DAN NILAI TUKAR PETANI PETERNAKAN (NTPT ) MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 (2007=100)

(60)

(61)

4

EKSPOR - IMPOR

(62)

(63)

47 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

EKSPOR - IMPOR

Pada tahun 2011 nilai ekspor produk peternakan sebesar US$ 1.599,07 juta (Tabel 4.2), atau mengalami

kenaikan sebesar 68,03% dibandingkan ekspor tahun 2010 yang bernilai US$ 951,66 juta (Tabel 4.1).

Peningkatan tersebut sebagian besar berasal dari ekspor hasil ternak dengan kontribusi sebesar US$ 1,16 milyar

atau sekitar 72,62% dari total ekspor peternakan Indonesia tahun 2011. Jenis ekspor lainnya yang memberikan

kontribusi terbesar adalah produk hewani non pangan (bulu dan kulit) yang memberikan kontribusi sebesar US$

143,71 juta (8,99%).

Dari sisi volume, ekspor peternakan tahun 2011 sebanyak 906.997 ton, atau mengalami peningkatan sebesar

83,53% dari volume ekspor tahun 2010 yang sebesar 494.186 ton. Peningkatan tersebut diantaranya disebabkan

peningkatan ekspor hasil ternak sebesar 90,59% dari 449.689 ton pada tahun 2010 menjadi 857.076 ton pada

tahun 2011.

Pada tahun 2011 nilai impor produk peternakan senilai US$ 3.044,80 juta (Tabel 4.2) atau mengalami kenaikan

sebesar 9,99% dibandingkan impor tahun 2010 yang bernilai US$ 2.768,34 juta (Tabel 4.1).

Peningkatan tersebut sebagian besar berasal dari impor hasil ternak yang meningkat sebesar 10,83% dari US$

1.723,33 juta pada tahun 2010 menjadi US$1.909.96 juta pada tahun 2011. Jenis impor lainnya yang mengalami

peningkatan yang cukup besar adalah produk hewani non pangan yang mengalami peningkatan sebesar 36,08%

dari US$ 436,46 juta pada tahun 2010 menjadi US$ 593,93 juta pada tahun 2011.

Dari sisi volume, impor peternakan pada tahun 2011 sebanyak 1,19 juta ton, atau mengalami penurunan sebesar

3,32% dibanding volume impor tahun 2010 sebesar 1,23 juta ton. Penurunan ini diantaranya disebabkan

penurunan impor ternak sebesar 41,87% dari 210.682 ton menjadi 122.462 ton, dan penurunan impor obat

hewan sebesar 57,89% dari 4.382 ton pada tahun 2010 menjadi 1.845 ton pada tahun 2011.

Neraca ekspor–impor peternakan pada tahun 2010-2011 masih mengalami defisit (nilai impor lebih besar

daripada nilai ekspor). Namun demikian defisit neraca ekspor–impor peternakan dalam kurun waktu 2010-2011

mengalami penurunan sebesar 20,42% dari defisit sebesar US$ 1.816,68 juta US$ pada tahun 2010 menjadi

defisit sebesar US$ 1.445,73 juta. Jika pada tahun 2010 rasio ekspor terhadap impor senilai 1 : 2,91, maka pada

tahun 2011 rasionya menurun menjadi 1: 1,90.

PENJELASAN TEKNIS

1. Data ekspor – impor diperoleh dari hasil pengolahan data ekspor – impor yang dikeluarkan oleh Badan Pusat

Statistik (BPS).

(64)

48 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

EXPORT – IMPORT

In 2011, export value of livestock products was US$ 1,599.07 million (Table 4.2), or increasing by 68.03%

compared to the 2010 export value that was US$ 951.66 million (Table 4.1). Such an increase mostly derived

from the export of livestock products contributing US$ 1.16 billion, or about 72.62% of the total Indonesian

livestock exports in 2011. Another type of export that gave the largest contribution was non-food animal products

(furs and leathers) which contributed US$ 143.71 million (8.99%).

In term of volume, the livestock export in 2011 was 906,997 tons, or increasing by 83.53% from the export volume

in 2010 that was 494,186 tons. Such an increase was partly due to an increase in the livestock product export by

90.59% from 449,689 tons in 2010 to 857,076 tons in 2011.

In 2011 the value of livestock product imports was US$ 3,044.80 million (Table 4.2) or increasing by 9.99%

compared to the 2010 imports value amounting to US$ 2,768.34 million (Table 4.1).

Such an increase was mainly derived from import of livestock products increased which increased by 10.83%

from US$ 1,723.33 million in 2010 to US$ 1,909.96 million in 2011. Another type of imports that experienced a

significant increase was non-food animal products that increased by 36.08% from US$ 436.46 million in 2010 to

US$ 593.93 million in 2011.

In term of volume, the livestock export in 2011 was 1.19 million tons, or decreasing by 3.32% compared to the

import volume in 2010 that was 1.23 million tons. Such an decrease was partly due to an decrease of livestock

imports by 41,87% from 210,682 tons to 122,462 tons, and decrease in veterinarian medicine import by 57.89%

from 4,382 tons in 2010 to 1,845 tons in 2011.

The Balance sheet of livestock exports and imports in 2010-2011 were still deficit (import value is greater than

export value). However, the import-export livestock deficit in the period 2010-2011 has decreased by 20.42% from

a deficit amounting to US$ 1,816.68 million US$ in 2010 to a deficit amounting to US$ 1,445.73 million. If, in 2010,

the export to import ratio was 1: 2.91, then in 2011 its ratio decreased to 1: 1.90.

TECHNICAL EXPLANATION

1. The export - import data were obtained from the processing of import - export data issued by the Central

Bureau of Statistics (BPS).

(65)

49 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

4%

73% 9%

1% 13%

TERNAK HASIL TERNAK

PRODUK HEW ANI NON PANGAN OBAT HEW AN

LAIN - LAIN

11%

63% 20%

2% 5%

TERNAK HASIL TERNAK

PRODUK HEW ANI NON PANGAN OBAT HEW AN LAIN - LAIN

0 500.000.000 1.000.000.000 1.500.000.000 2.000.000.000 2.500.000.000 3.000.000.000 3.500.000.000

2009 2010 2011

EKSPOR IM POR

GRAFIK 4.1

NILAI EKSPOR DAN IMPOR SUB SEKTOR PETERNAKAN TAHUN 2009-2011

GRAFIK 4.2

NILAI EKSPOR SUB SEKTOR PETERNAKAN TAHUN 2011 (%)

GRAFIK 4.3

(66)

(67)

(68)

(69)

53 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

Tabel

4.4 Table

NERACA EKSPOR DAN IMPOR SUB SEKTOR PETERNAKAN TAHUN 2010-2012

BALANCE OF EXPORT AND IMPORT OF LIVESTOCK SUB SECTOR YEAR 2010-2012

dalam US$

NO KOMODITI

TAHUN

2010 2011 2012*)

(1) (2) (3) (4) (5)

1. EKSPOR 951.661.900 1.599.071.072 274.420.896

A TERNAK 50.554.481 61.818.585 31.577.401

B HASIL TERNAK 585.117.577 1.161.287.963 86.634.016

C PRODUK HEWANI NON PANGAN 129.496.149 143.708.725 57.697.454

D OBAT HEWAN 5.346.775 22.446.611 14.565.908

E LAIN - LAIN 181.146.918 209.809.188 83.946.117

2. IMPOR 2.768.339.096 3.044.800.932 1.295.813.314

A TERNAK 450.478.663 328.509.198 166.186.096

B HASIL TERNAK 1.723.325.607 1.909.965.938 870.761.121

C PRODUK HEWANI NON PANGAN 436.459.152 593.927.458 230.190.225

D OBAT HEWAN 46.465.313 47.744.727 24.597.230

E LAIN - LAIN 111.610.361 164.653.611 4.078.642

3. TOTAL (EKSPOR - IMPOR) (1.816.677.196) (1.445.729.860) (1.021.392.418)

Sumber/ Source : Badan Pusat Statistik / BPS-Statistic Indonesia

Keterangan/ Note : *) Angka sementara/ Preliminary figures

(70)

(71)

5

POPULASI

(72)

(73)

57 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

POPULASI

Berdasarkan jenisnya ternak dikelompokkan menjadi ternak besar (sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda), ternak

kecil (kambing, domba, babi), ternak unggas (ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, itik) dan aneka

ternak (kelinci, burung puyuh, merpati). Berdasarkan data yang diperoleh dari 33 Provinsi, dapat dilihat bahwa

sebaran populasi ternak sebagian besar terkonsentrasi di pulau Jawa. Untuk ternak sapi potong, sapi perah, dan

ayam ras petelur populasi terbanyak berada di Provinsi Jawa Timur. Sementara untuk ternak domba, ayam ras

pedaging dan itik populasi terbanyak berada di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan ternak kambing, ayam buras,

kelinci, burung puyuh dan merpati populasi terbanyak berada di Provinsi Jawa tengah. Untuk ternak kerbau dan

babi populasi terbanyak di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan ternak kuda populasi terbanyak berada di Provinsi

Sulawesi Selatan.

Pada tahun 2011 secara nasional populasi ternak besar mengalami variasi peningkatan dan penurunan jumlah

populasi bila dibandingkan dengan populasi pada tahun 2010 dengan rincian sebagai berikut : sapi potong 14,82

juta ekor (peningkatan 3,77%), sapi perah 0,59 juta ekor (peningkatan 22,27%), kerbau 1,31 juta ekor (penurunan

34,73%) dan kuda 0.41 juta ekor (penurunan 2,38%). Sedangkan untuk populasi ternak kecil secara nasional

pada tahun 2011 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan populasi pada tahun 2010 yaitu: kambing

16,95 juta ekor (peningkatan 1,97%), domba 11,79 juta ekor (peningkatan 9,93%), babi 7,52 juta ekor

(peningkatan 0,64%).

Sama halnya dengan jumlah populasi pada ternak besar, ternak unggas secara nasional pada tahun 2011

mengalami variasi peningkatan dan penurunan jumlah populasi bila dibandingkan dengan populasi pada tahun

2010 yaitu: ayam buras 264,34 juta ekor (peningkatan 2,64% ), ayam ras petelur 124,64 juta ekor (peningkatan

18,46%), ayam ras pedaging 1.117,85 juta ekor (peningkatan 19,35%) dan itik 43,49 juta ekor (penurunan

1,84%). Sedangkan untuk populasi aneka ternak pada tahun 2011 secara umum juga mengalami peningkatan

dan penurunan jumlah populasi apabila dibandingkan dengan populasi pada tahun 2011 yaitu: kelinci 0,76 juta

ekor (penurunan 8,82%), burung puyuh 7,36 juta ekor (peningkatan 4,30%) dan merpati 1,21 juta ekor

(peningkatan 146,67%).

PENJELASAN TEKNIS

1. Populasi ternak adalah kumpulan atau jumlah ternak yang hidup pada wilayah dan waktu tertentu.

(74)

58 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

POPULATION

Based on its types, livestock are grouped into large livestock (beef cows, dairy cows, buffalos, horses), small

livestock (goats, sheep, pigs), poultries (free-range chickens, laying hens, broilers, ducks) and various livestock

(rabbits, quails, pigeons). Based on data that were obtained from 33 Provinces, it can be seen that distribution of

livestock population is mostly concentrated in Java. For beef cows, dairy cows, laying hens and broilers, the

largest population is in East Java province. Whilst for sheep, broilers and ducks, the highest populations is in

West Java province. Whereas, the goats, chicken, rabbits, quails and pigeons, the largest population is in Central

Java province. For buffaloes and pigs, the largest population is in East Nusa Tenggara province and the largest

population of horses is in South Sulawesi province.

In 2011, nationally, population of large livestock experienced a variation of increase and decrease in total

population if compared to the population in 2010, with the following break-down: beef cows 14.82 million

(increasing 3.77%), dairy cows 0.59 million (increasing 22.27%), buffalos 1.31 million (decreasing 34.73%) and

horses 0.41 million (decreasing 2.38%). Whereas, for national population of small livestock in 2011 has increased

compared to the population in 2010, namely: goats 16.95 million (increasing 1.97%), 11.79 million head of sheep

(increasing 9.93%), pigs 7.52 million (increasing 0.64%).

Similar to total population in large livestock, the poultry livestock nationally in 2011 experienced a variation of

increase and decrease in total population if compared to the population in 2010, namely: free-range chickens

264.34 million (increasing by 2.64%), laying chickens 124.64 million (increasing by 18.46%), broilers 1,117.85

million (increasing by 19.35%) and ducks 43.49 million (decreasing by 1.84%). As for population of various

livestock in 2011 in general also experienced increase and decrease in total population if compared to population

in 2011, namely: rabbits 0.76 million (decreasing by 8.82%), quails 7.36 million (increasing by 4.30%) and pigeons

1.21 million (increasing by 146.67%).

TECHNICAL EXPLANATION

1. The livestock population is a collection or number of livestock living in a certain area and time.

(75)

59 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

GRAFIK 5.1

POPULASI TERNAK RUMINANSIA (000 EKOR)

GRAFIK 5.2

POPULASI TERNAK NON RUMINANSIA (000 EKOR

)

GRAFIK 5.3

(76)

(77)

(78)

(79)

63 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

Tabel

5.4 Table

POPULASI TERNAK TAHUN 2008 - 2012 (INDONESIA)

LIVESTOCK POPULATION 2008 - 2012 (INDONESIA)

(000 ekor/ head)

No Jenis / Species Tahun / Year

2008 2009 2010 2011 2012 *)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I RUMINANSIA/ RUMINANT

1 Sapi Potong/ Beef Cattle 12.257 12.760 13.582 14.824 16.034 2 Sapi Perah/ Dairy Cattle 458 475 488 597 622 3 Kerbau/ Buffalo 1.931 1.933 2.000 1.305 1.378 4 Kambing/ Goat 15.147 15.815 16.620 16.946 17.862 5 Domba/ Sheep 9.605 10.199 10.725 11.791 12.768

II NON RUMINANSIA/ NON RUMINANT

1 Babi/ Pig 6.838 6.975 7.477 7.525 7.831 2 Kuda/ Horse 393 399 419 409 422 3 Kelinci/ Rabbit 748 887 834 760 794

III

1 Ayam Buras/ Native Chicken 243.423 249.963 257.544 264.340 285.227 2 Ayam Ras Petelur/ Layer 107.955 111.418 105.210 124.636 130.539 3 Ayam Ras Pedaging/ Broiler 902.052 1.026.379 986.872 1.177.991 1.266.903 4 Itik/ Duck 39.840 40.676 44.302 43.488 46.990 5 Puyuh/ Quail 6.683 7.543 7.054 7.357 7.841 6 Merpati/ Pigeon 1.499 1.815 490 1.209 1.334

Keterangan/ Note : *) Angka sementara / Preliminary figures

(80)

(81)

(82)

(83)

(84)

(85)

(86)

(87)

(88)

(89)

(90)

(91)

(92)

(93)

6

PENGELUARAN DAN PEMASUKAN

TERNAK

(94)

(95)

79 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

PENGELUARAN DAN PEMASUKAN TERNAK

Pengeluaran dan pemasukan ternak mencakup semua jenis ternak dan komoditi hasil ternak yaitu ternak

ruminansia (sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, dan domba), ternak non ruminansia (babi, kuda, ayam

buras, ayam ras petelur dan ayam ras pedaging) dan komoditi hasil ternak (telur ayam, telur itik, susu dan kulit)

Pada tahun 2011 pengeluaran terbanyak pada ternak domba, ayam dan itik berada di provinsi Jawa Barat masing

-masing sebanyak 180,82 ribu ekor, 280,14 ribu ekor dan 3,37 ribu ekor, sedangkan untuk ternak sapi berada di

provinsi Jawa Timur sebanyak 140,58 ribu ekor, ternak kerbau berada di provinsi Sumatera Selatan sebanyak

46,75 ribu ekor, ternak kambing berada di provinsi Banten sebanyak 170,66 ribu ekor, ternak babi berada di

provinsi Sulawesi Tengah sebanyak 28,85 ribu ekor, dan ternak kuda berada di provinsi Nusa Tenggara Barat

sebanyak 4,38 ribu ekor.

Pada komoditi hasil ternak pengeluaran tertinggi untuk telur itik dan susu berada di provinsi Jawa Tengah masing

-masing sebanyak 76.004 ribu butir dan 36,60 ribu ton. Sementara untuk pengeluaran daging terbanyak berada di

provinsi Bengkulu 7,21 ribu ton, telur ayam sebanyak 355.788 ribu butir dan kulit berada di provinsi Bangka

Belitung sebanyak 250 ribu lembar.

Pada tahun 2011 pemasukan tertinggi untuk ternak sapi, ternak kuda dan ternak ayam berada di provinsi Jawa

Barat masing-masing sebanyak 377,48 ribu ekor, 540 ribu ekor dan 197,55 ribu ekor. Sementara untuk ternak

kambing dan ternak itik berada di provinsi Banten masing-masing sebanyak 105,74 ribu ton dan 3,39 ribu ekor,

untuk ternak kerbau berada di provinsi Aceh sebanyak 10,25 ribu ekor, ternak domba berada di Daerah Istimewa

Yogyakarta sebanyak 172,61 ribu ekor dan ternak Babi berada di provinsi DKI Jakarta sebanyak 163,15 ribu ekor.

Pada komoditi hasil ternak pemasukan tertinggi untuk daging dan telur itik berada di Provinsi DKI Jakarta

masing-masing sebanyak 194.582 ribu ton dan 32.458 ribu butir, sementara telur ayam berada di provinsi Riau sebanyak

840.000 ribu butir dan kulit berada di provinsi Lampung sebanyak 25 ribu lembar.

Pengeluaran dan pemasukan ternak menggambarkan dinamika pengeluaran dan pemasukan ternak yang terjadi

di suatu wilayah. Hal ini perlu untuk diketahui guna menghitung neraca pemasukan dan pengeluaran ternak,

sehingga wilayah/provinsi tersebut bisa dikategorikan sebagai wilayah yang defisit, swasembada atau surplus.

PENJELASAN TEKNIS

1. Pemasukan/pengeluaran ternak atau hasil ternak adalah pemasukan/pengeluaran ternak atau hasil ternak

pada suatu wilayah tertentu dan pada waktu tertentu.

2. Wilayah adalah provinsi dan waktu adalah selama satu tahun.

3. Ternak adalah hewan yang dibudidayakan oleh peternak dengan maksud untuk dapat dimanfaatkan

hasilnya.

4. Populasi adalah sekumpulan ternak yang dipelihara dengan maksud untuk komersial maupun untuk hobi

dalam waktu tertentu dan wilayah tertentu, dalam hal ini selama setahun.

5. Defisit adalah kekurangan persediaan dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan

6. Swasembada adalah sudah mampu memenuhi kebutuhan

(96)

80 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

LIVESTOCK EXPORT AND IMPORT

Livestock export and import include all types of livestock and livestock commodities, namely, ruminant livestock

(beef cows, dairy cows, buffaloes, goats, and sheep), non-ruminant livestock (pigs, horses, chickens, laying

chickens and broilers) and livestock commodities (chicken eggs, duck eggs, milks and leathers)

In 2011, the largest export was on sheep, chickens and ducks in West Java Province, in amount of, respectively,

180.82 thousand, 280.14 and 3.37 thousand, whereas for cow livestock were in the East Java Province, namely

140,58 thousand, buffaloes were in South Sumatra Province namely 46.75 thousand, goats were in Banten

Province numbering 170.66 thousand, pigs were in Central Sulawesi Province numbering 28.85 thousand and

horses were in West Nusa Tenggara Province amounting to 4.38 thousand.

In the livestock product commodities, the highest export of duck eggs and milks was in Central Java Province

amounting to, respectively, 76,004 thousand eggs and 36.60 thousand tons. While for the most export of meats

was in Bengkulu Province amounting to 7.21 thousand tons, hen eggs amounting to 355,788 thousand pieces and

leather was in Belitung Province amounting to 250 thousand sheets.

In 2011 the highest import of cows, horses and chicken livestock was in West Java Province amounting to 377.48

thousand, 540 thousand and 197.55 thousand, respectively. As for the goat and duck livestock were in Banten

Province amounting to 105.74 thousand tons and 3.39 thousand tons , respectively, for buffaloes were in Aceh

Province amounting to 10.25 thousand chickens, sheep were in Yogyakarta Special amounting to 172.61

thousand and Pigs were in DKI Jakarta Province amounting to 163.15 thousand.

In livestock product commodities, the highest import of duck meats and eggs was in DKI Jakarta Province,

respectively, amounting to 194,582 tons meat and 32,458 thousand eggs, while hen eggs were in Riau Province

amounting to 840,000 thousand eggs and leathers were in Lampung Province amounting to 25 thousand sheets.

The livestock export and import indicates the dynamics of livestock export and import that occurs in a region. This

needs to be known in order to calculate the livestock import and export balance, so that the relevant region /

province could be categorized as either deficit, self-sufficiency or surplus region.

TECHNICAL EXPLANATION

1. Import / export of livestock or livestock products refers to import / export of livestock or livestock products in a

certain region and at a certain time.

2. Region refers to province and time refers to a period of one year.

3. Livestock means animals cultivated by farmers with a purpose to be benefited from its products.

4. Population refers to a group of livestock that are reared for commercial purpose or for hobby within a certain

period and in a certain region, in this case for a year.

5. Deficit refers to a shortage of stock compared to the amount needed.

6. Self-sufficiency is ability to meet own needs

(97)

(98)

(99)

(100)

(101)

(102)

(103)

(104)

(105)

(106)

(107)

(108)

(109)

(110)

(111)

(112)

(113)

(114)

(115)

(116)

(117)

(118)

(119)

(120)

(121)

(122)

(123)

7

KONSUMSI

(124)

(125)

109 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

KONSUMSI

Konsumsi daging segar per kapita per tahun pada tahun 2011 sebesar 5,110 kg, atau mengalami kenaikan

sebesar 5,38 persen bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 4,849 kg per kapita per tahun.

Konsumsi daging diawetkan pada tahun 2011 sebesar 0,120 kg/kapita/tahun, atau mengalami kenaikan sebesar

91,67 persen dibandingkan konsumsi tahun 2010 yang sebesar 0,063 kg/kapita/tahun. Konsumsi daging lainnya

(hati, jeroan, dll) pada tahun 2011 sebesar 0,313 kg per kapita per tahun, atau meningkat sebesar 20 persen

dibandingkan konsumsi tahun 2010 yang sebesar 0,261 kg per kapita per tahun.

Konsumsi telur ayam ras pada tahun 2011 sebesar 6,622 kg per kapita per tahun, atau mengalami penurunan

sebesar 1,55 persen dari konsumsi tahun 2010 yang sebesar 6,726 kg per kapita per tahun. Konsumsi telur ayam

buras pada tahun 2011 sebesar 3,754 butir per kapita per tahun, mengalami peningkatan sebesar 1,43 persen

dibandingkan konsumsi tahun 2010 sebesar 3,702 butir per kapita per tahun. Sementara konsumsi susu segar

tahun 2011 sebesar 0,156 liter per kapita per tahun, atau mengalami peningkatan sebesar 50 persen

dibandingkan konsumsi tahun 2010 sebesar 0,104 liter per kapita per tahun.

Konsumsi kalori per kapita sehari untuk daging pada tahun 2011 sebesar 44,71 kkal, meningkat sebesar

8,68 persen dibandingkan konsumsi tahun 2010 sebesar 41,14 kkal. Konsumsi kalori per kapita sehari untuk telur

dan susu sebesar 55,97 kkal, atau menurun sebesar 0,41 persen dibandingkan konsumsi tahun 2010 sebesar

56,20 kkal.

Konsumsi protein per kapita sehari untuk daging pada tahun 2011 sebesar 2,75 gram, meningkat sebesar

7,84 persen dibandingkan konsumsi tahun 2010 sebesar 2,55 gram. Konsumsi protein per kapita sehari untuk

telur dan susu sebesar 3,25 gram, atau menurun sebesar 0,61 persen dibandingkan konsumsi tahun 2010

sebesar 3,27 gram.

Konsumsi kalori dan protein per kapita per hari dipengaruhi oleh pengeluaran per kapita. Pengeluaran per kapita

sebulan untuk konsumsi pada tahun 2011 sebesar Rp 593.664, yang digunakan untuk konsumsi makanan

sebesar Rp 293.556 (49,45 persen) dan konsumsi bukan makanan sebesar Rp 300.108 (50,55 persen). Dari

pengeluaran untuk makanan sebesar Rp 293.556 tersebut, pengeluaran untuk konsumsi daging sebesar

Rp 10.972 (3,74 persen). Sementara pengeluaran untuk konsumsi telur dan susu sebesar Rp 17.106

(5,83 persen).

PENJELASAN TEKNIS

1. Data konsumsi pangan per kapita bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan

Pusat Statistik (BPS).

2. Survei SUSENAS yang digunakan adalah selama seminggu yang lalu untuk konsumsi makanan serta

sebulan atau setahun yang lalu untuk konsumsi bukan makanan.

3. Sampel adalah rumah tangga dengan lingkup Nasional

(126)

110 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

CONSUMPTION

Fresh meat consumption per capita per year in 2011 was 5.110 kg, or increasing by 5.38 percent compared to

those in 2010, that was 4.849 kg per capita per year. Frozen meat consumption in 2011 was 0.120 kg per capita

per year, or increasing by 91.67 percent compared to consumption in 2010 that was 0.063 kg per capita per year.

Consumption of other meats (livers, viscera, etc.) in 2011 was 0.313 kg per capita per year, or increasing by 20

percent compared to consumption in 2010 that was 0.261 kg per capita per year.

Consumption of range hen eggs in 2011 was 6.622 kg per capita per year, or decreasing by 1.55 percent from the

consumption in 2010 that was 6.726 kg per capita per year. The range chicken egg consumption in 2011 was

3.754 eggs per capita per year, increasing by 1.43 percent compared to consumption in 2010 that was 3.702 eggs

per capita per year. While the fresh milk consumption in 2011 was 0.156 liters per capita per year, or increasing

by 50 percent compared to the consumption in 2010 that was 0.104 liters per capita per year.

Consumption of calories per capita per day for meat in 2011 was 44.71 kcal, increasing by 8.68 percent compared

to consumption in 2010 that was 41.14 kcal. Consumption of calories per capita per day for eggs and milk was

55.97 kcal, or decreasing by 0.41 percent compared to the consumption in 2010 that was 56.20 kcal.

Consumption of protein per capita per day for meat in 2011 was 2.75 grams, increasing by 7.84 percent

compared to the consumption in 2010 that was 2.55 grams. Consumption of protein per capita per day for eggs

and milk was 3.25 grams, or decreasing by 0.61 percent compared to the consumption in 2010 that was 3.27

grams.

Consumption of calorie and protein per capita per day is affected by expense per capita. The expense per capita

per month for consumption in 2011 was Rp 593,664, consisting of food consumption amounting to Rp 293,556

(49.45 percent) and non-food consumption amounting to Rp 300,108 (50.55 percent). From this food expense of

Rp 293,556, the expense for meat consumption was Rp 10,972 (3.74 percent). While the expense for eggs and

milk consumption was Rp 17,106 (5.83 percent).

TECHNICAL EXPLANATION

1. Date of food consumption per capita have been derived from the National Socioeconomic Survey (Survei

Sosial Ekonomi Nasional/SUSENAS) of the Central Bureau of Statistics (BPS).

2. The SUSENAS surveys used are for a week ago to food consumption and a month or a year ago for

non-food consumption.

3. Samples are households with National scope.

(127)

(128)

(129)

(130)

(131)

8

PEMOTONGAN TERNAK TERCATAT

(132)

(133)

117 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

PEMOTONGAN TERNAK TERCATAT

Pemotongan ternak tercatat dilakukan pada ternak ruminansia (sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, dan

domba) dan ternak non ruminansia (babi, kuda). Sedangkan pada ternak non ruminansia (ayam buras, ayam ras

petelur dan ayam ras pedaging) tidak dilakukan pencatatan.

Pada tahun 2011 pemotongan tercatat sapi potong 2.224,21 ribu ekor, kerbau 169,51 ribu ekor, kambing

2.641,49 ribu ekor, domba 1.238,71 ribu ekor, kuda 14,64 ribu ekor dan babi 2.138,49 ribu ekor. Bila

dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2010) pemotongan ternak tercatat mengalami fluktuatif peningkatan

dan penurunan antara lain sebagai berikut untuk sapi peningkatan 8,50%, kerbau penurunan -3,79%, kambing

peningkatan 12,19%, domba penurunan -21,34%, kuda penurunan -17,70% dan babi peningkatan 36,79%.

Pemotongan tercatat terbanyak untuk sapi berada di provinsi Jawa Timur (486,85 ribu ekor), kerbau di provinsi

Banten (27,91 ribu ekor), kambing di provinsi Jawa Tengah (535,44 ribu ekor), domba di Provinsi Jawa Barat

(450,90 ribu ekor), babi di provinsi Sumatera Utara (612,05 ribu ekor) dan kuda di Provinsi Sulawesi Selatan (6,9

ribu ekor).

PENJELASAN TEKNIS

1. Pemotongan ternak tercatat adalah pemotongan yang dicacat oleh petugas keurmaster atau petugas

pencacat dan dilakukan di tempat-tempat rumah potongan hewan (rumah potong hewan/babi, tempat

pemotongan hewan) .

(134)

118 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

RECORDED LIVESTOCK SLAUGHTERING

Recorded livestock slaughtering was conducted on ruminant livestock (beef cows, dairy cows, buffaloes, goats,

and sheep) and non-ruminant livestock (pigs, horses). Whereas in non-ruminant livestock (free-range chickens,

laying chickens and broilers) no recording was kept.

In 2011, the recorded slaughtering of beef cows was 2,224.21 thousand, buffaloes 169.51 thousand, goats

2,641.49 thousand, sheep 1,238.71 thousand, horses 14.64 thousand and pigs 2138.49 thousand. If compared to

the previous year (2010), the recorded livestock slaughtering was fluctuating increase and decrease, as follows:

for cows increased by 8.50%, buffaloes decreased by -3.79%, goats decreased by -12.19%, sheep decreased by

-21.34%, horses decreased by -17.70% and pigs increased by 36.79%.

The highest recorded slaughtering for cows was in the East Java Province (486.85 thousand), buffaloes was in

Banten Province (27.91 thousand), goats was in Central Java Province (535.44 thousand), sheep was in West

Java Province (450.90 thousand), pigs in North Sumatra Province (612.05 thousand) and horses was in South

Sulawesi Province (6.9 thousand).

TECHNICAL EXPLANATION

1. Recorded livestock slaughtering refers to a slaughtering that is recorded by a keurmaster officer of a

recording officer and conducted in the slaughter houses/abattoirs).

(135)

(136)

(137)

(138)

(139)

(140)

(141)

9

PRODUKSI

(142)

(143)

127 Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012

PRODUKSI

Produksi ternak berupa daging, telur dan susu berasal dari ternak ruminansia (sapi potong, sapi perah, kerbau,

kambing, dan domba) dan ternak non ruminansia (babi, kuda, ayam buras, ayam ras petelur dan ayam ras

pedaging serta itik).

Pada tahun 2011 total produksi daging sebanyak 2.554,20 ribu ton yang terdiri dari daging sapi dan kerbau

520.66 ribu ton, kambing dan domba 113,14 ribu ton, babi 224,80 ribu ton, ayam buras 264,80 ribu ton, ayam ras

pedaging 1.337,91 ribu ton, ayam ras petelur 62,15 ribu ton dan ternak lainnya 30,74 ribu ton. Sedangkan

produksi daging terbesar disumbang oleh ayam ras pedaging (52,38%), sapi dan kerbau (20,38%), ayam buras

(10,37%) dan babi (8,80%). Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2010) produksi daging mengalami

peningkatan yaitu 7,95% dengan peningkatan terbesar berasal dari merpati (75,80%), diikuti ternak kelinci

(70,71%), sapi potong (11,20%), kuda (10,62%), ayam ras pedaging (10.18%), itik (8,40%), ayam ras petelur

(7,68%), babi (6,04%), dan domba (4,30%). Namun selain mengalami peningkatan terdapat beberapa jenis

ternak yang mengalami penurunan produksi daging dibandingkan tahun 2010 antara lain ayam buras (-1,06%),

kerbau (-1,62%), dan kambing (-3,56%).

Total Produksi telur pada tahun 2011 sebanyak 1.456,26 ribu ton yang terdiri dari telur ayam buras 172,22 ribu

ton, ayam ras petelur 1.027,85 ribu ton dan itik 256,20 ribu ton. Produksi telur terbesar disumbang oleh telur

ayam ras petelur (68,75%), diikuti oleh telur itik (17,93%) dan telur ayam buras (13,32%). Bila dibandingkan

dengan tahun sebelumnya (2010) total produksi telur mengalami peningkatan yaitu 6,59%, peningkatan terbesar

disumbang oleh telur ayam ras petelur yaitu 8,69%.

Produksi susu pada tahun 2011 sebanyak 974,70 ribu ton dan berasal dari sapi perah. Bila dibandingkan dengan

tahun sebelumnya (2010) produksi susu sebanyak 909,53 ribu ton mengalami kenaikan yaitu 7,16%.

PENJELASAN TEKNIS

1. Produksi adalah hasil dari usaha budidaya ternak berupa daging, telur dan susu.

2. Produksi daging adalah karkas hasil pemotongan ternak dan ditambah dengan edible offall (bagian yang

dapat dimakan) selama waktu tertentu dan wilayah tertentu termasuk rusak, diperdagangkan, dikonsumsi

dan diberikan kepada orang lain.

3. Produksi telur adalah hasil produksi telur ternak (unggas) berupa telur selama waktu tertentu dan wilayah

tertentu termasuk ditetaskan, rusak, dan diperdagangkan, dikonsumsi dan diberikan kepada orang lain.

4. Produksi susu adalah hasil produksi ternak betina berupa susu segar dalam waktu tertentu dan wilayah

tertentu termasuk diberikan kepada anaknya, rusak, diperdagangkan, dikonsumsi dan diberikan kepada

orang lain.

(144)