PERSEPSI MASYARAKATTERHADAP PERJUANGAN BATIN yakni sebagai pelabuhan pusat perdagangan rempah-rempah daerah Lampung. Sehingga Belanda memonopoli perdagangan dan bertindak sewenang-wenang di Lampung. Hal tersebut yang memicu terjadinya perlawanan oleh pejuang dari Kotaagung yaitu Batin Mangunang.
Pada kondisi terkini, masyarakat Kecamatan Kotaagung Pusat merupakan masyarakat kompleks, jika dilihat dari profesi yang dijalani masyarakat Kotaagung yakni petani, guru, buruh, nelayan, pegawai negeri dan swasta, dan pedagang. Pada umumnya mereka mayoritas menganut agama islam. Masyarakat kecamatan Kotaagung Pusat terdiri dari berbagai macam kategori profesi. Guru merupakan salah satu profesi yang sekaligus agen yang sangat penting dalam rangka mentransferkan nilai-nilai yang baik kepada anak didik generasi penerus Bangsa agar terus menghargai jasa-jasa para pahlawan dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Maka kiranya perlu diteliti bagaimana persepsi guru terhadap perjuangan Batin Mangunang dalam menentang kolonialisme Belanda di Kecamatan Kotaagung Pusat.
Rumusan masalah dalam peneltian ini adalah bagaimanakah persepsi guru terhadap perjuangan Batin Mangunang dalam menentang kolonialisme Belanda di Kecamatan Kotaagung Pusat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi guru terhadap perjuangan Batin Mangunang dalam menentang kolonialisme Belanda di Kecamatan Kotaagung Pusat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di sekolah negeri se Kecamatan Kotaagung Pusat yang berjumlah 360 guru. Sampel dalam penelitian ini adalah 72 guru.
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERJUANGAN BATIN MANGUNANG DALAM MENENTANG KOLONIALISME
BELANDA DI KECAMATAN KOTAAGUNG PUSAT
Oleh
Indah Mustika Dewi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Desa Singosari, Kec. Talangpadang Kab. Tanggamus pada tanggal 05 September 1992, merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara, dari pasangan bapak Bajuri, dan ibu Robiyah.
Peneliti menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 1 Singosari pada tahun 2004. Tahun 2007 menyelesaikan studi di SMP ISLAM KEBUMEN. Dan pada tahun 2010 peneliti menyelesaikan studi di SMA ISLAM KEBUMEN Sumberejo.
Pada tahun 2010 peneliti diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Peerguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
PERSEMBAHAN
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala hidayah dan karunia-Nya. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
dengan kerendahan hati dan rasa syukur, kupersembahkan sebuah karya kecil ini kepada :
Bapak Bajuri dan Mama Ku tercinta Robiyah yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, pengorbanan, dan kesabaran.
Terimakasih atas setiap tetes keringat dan doa dari Bapak dan Mama untuk kebahagiaan dan keberhasilan putrimu ini.
Bidadari kecilku Mutiara Machabbatu Zaman dan Suami tercinta Sugi Marta S.Pd , Terimakasih atas segala doa, dukungan, motivasi, dan setia menemani
dalam penyelesaian studiku.
Sekali lagi, terimakasih banyak untuk kedua orang tuaku,
Motto
“Innamaa amruhuu izaa arooda shai’an ai-yaquula lahuu kun fa-yakuun”
Artinya : “Sesungguhnya keadaan kekuasaanNya apabila Ia menghendaki adanya sesuatu, maka tinggalah Ia berkata :
Jadilah, maka jadilah sesuatu itu”. (QS Yassin : 82)
SANWACANA
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan ridho Nya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Solawat serta salam senantiasa tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Perjuangan Batin Mangunang Dalam Menentang Kolonialisme Belanda Di Kecamatan Kotaagung Pusat”, adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Unila
2. Bapak Dr. Abdurrohman, M.S selaku Pembantu Dekan I FKIP Unila
3. Bapak Drs. Bukhori Asyik, M.MSi selaku Pembantu Dekan II FKIP Unila
4. Bapak Dr. Muhammad Fuad , M.H selaku Pembantu Dekan III FKIP Unila
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
7. Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum, pembibing I dan pembimbing akademik peneliti, terimakasih atas saran, kritik, dan bimbingannya yang membangun selama peneliti menjadi mahasiswa program studi pendidikan sejarah Unila.
8. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si, sebagai pembimbing II peneliti, terimakasih atas saran, kritik, dan bimbingannya yang membangun selama peneliti menjadi mahasiswa program studi pendidikan sejarah Unila.
9. Bapak Drs. Wakidi, M.Hum, , Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, Ibu Dr. Risma M. Sinaga, M.Hum, Bapak Drs. Tantowi, M.S, Bapak Muhammad Basri, S.Pd, M.Pd, Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd, Bapak Marzius Insani, S.Pd, Ibu Miristika Imanita, S.Pd, M.Pd, Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang peneliti banggakan dan pendidik yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga kepada peneliti selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Lampung.
10.Terimakasih para saudara saudariku Soleh Fudin, Tri Maulinda Wati, dan Nur Hamidah, Eti Rahayu, Suheli, dan Masriah, serta keluarga besar terimakasih atas doa, semangat, dan kasih sayang yang selalu diberikan.
11.Terimakasih pada ibu dan Bapak mertuaku Ibu Dardanela dan Papah Suratman serta keluarga besar, terimakasih atas segala doa dan dukungannya.
12.Terimakasih para sahabat Yuniar Wike, Dora Arcella, Monica Ladyana, Marlina, Anisa, Miftahussa’adah, (teman-teman angkatan 2010 yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.
13.Terimakasih Kakak-kakak pendidikan sejarah Mba Eka, Mba Bina, Mba Tiwi, Mba Zima, angkatan 2008 dan 2009 yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
15.Para sahabat di UKM Pramuka Unila, Maksumah, Fajar, Ilma, Nani, Sandi, Yosi, Mas Ody, Kak Zi, Abi Fauzi, Kak Milah, Kak Fatimah, terimakasih atas kebersamaanya selama ini.
16.Teman-teman KKN dan PPL Shirta, Tyas, Ani, Eko, Mega, Zainul, Desti, Asih, terimakasih Kebersamaanya selama ini.
17.Keluarga besar Pendidikan Sejarah, terimakasih atas segala kekeluargaan dan kebersamaannya selama ini.
Semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Peneliti mengucapkan terima kasih banyak atas segala bantuannya, semoga Allah SWT memberikan kebahagiaan atas semua yang telah kalian berikan.
Bandar lampung, Oktober 2015
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Anggota Populasi ... 28
2. Jumlah Anggota Sampel ... 30
3. Kisi-Kisi Angket ... 32
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 39
6. Jumlah Sekolah Negeri ... 40
7. Jumlah Sekolah Swasta ... 40
8. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 50
9. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 52
10. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 53
11. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 55
12. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 56
13. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 58
14. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 59
15. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 61
16. Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden dari Setiap Indikator pada Persepsi Guru SD ... 62
17. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 63
18. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 65
29. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 66
20. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 68
21. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 69
22. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 71
23. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 72
24. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 74
25. Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden dari Setiap Indikator pada Persepsi Guru SMP ... 75
26. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 76
27. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 78
28. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 79
29. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 81
30. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 82
31. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 84
32. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 85
33. Rekapitulasi Skor Jawaban Responden ... 86
34. Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden dari Setiap Indikator pada Persepsi Guru SMA ... 88
xv
36. Rekapitulasi Jumlah Responden yang Menjawab Pada Tiap-Tiap Alternatif Jawaban dari Guru SD ... 90 37. Rekapitulasi Jumlah Responden yang Menjawab Pada Tiap-Tiap Alternatif
Jawaban dari Guru SMP... 91 38. Rekapitulasi Jumlah Responden yang Menjawab Pada Tiap-Tiap Alternatif
Jawaban dari Guru SMA ... 91 39. Rekapitulasi Jumlah Responden yang Menjawab Pada Tiap-Tiap Alternatif
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Silsilah Batin Mangunang 2. Kuesioner
3. Daftar Nama Responden
4. Hasil kuesioner Responden dari guru SD Berdasarkan Jumlah skor yang Diperoleh
5. Hasil kuesioner Responden dari guru SMP Berdasarkan Jumlah skor yang Diperoleh
6. Hasil kuesioner Responden dari guru SMA Berdasarkan Jumlah skor yang Diperoleh
7. Hasil Kuesioner Responden dari Guru SD Berdasarkan Jumlah Responden
8. Hasil Kuesioner Responden dari Guru SMP Berdasarkan Jumlah Responden
9. Hasil Kuesioner Responden dari Guru SMA Berdasarkan Jumlah Responden
10.Surat izin penelitian pendahuluan 11.Surat izin penelitian
xii Menentang Kolonialisme Belanda di Kec. Kotaagung Pusat ... 92
4.2.2 Persepsi Guru SMP Terhadap Perjuangan Batin mangunang dalam Menentang Kolonialisme Belanda di Kec. Kotaagung Pusat ... 95
4.2.3 Persepsi Guru SMA Terhadap Perjuangan Batin mangunang dalam Menentang Kolonialisme Belanda di Kec. Kotaagung Pusat ... 97
xiii V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ... 108 5.2 Saran ... 110 DAFTAR PUSTAKA
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kotaagung merupakan daerah yang penting pada masa kolonialisme Belanda yakni sebagai pelabuhan pusat perdagangan rempah-rempah daerah Lampung. Hasil rempah-rempah tersebut menjadi salah satu faktor Belanda ingin menguasai perdagangan di Lampung. Sehingga Belanda memonopoli perdagangan dan bertindak sewenang-wenang di Lampung. Hal tersebut yang membuat terjadinya perlawanan yang dilakukan oleh pejuang dari Kotaagung yaitu Batin Mangunang.
Berbicara tentang masyarakat Lampung saat ini, khususnya Kotaagung memiliki karakteristik yang beraneka ragam. Masyarakat Kotaagung memiliki pandangan yang cukup beragam terhadap tokoh lokal. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa tokoh-tokoh lokal khususnya pejuang kemerdekaan memang patut dihargai karena jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan dari penjajah yaitu pada masa kolonialisme Belanda.
Menurut Mac Iver dan Page menerangkan bahwa
2
Sedangkan menurut Koentjaraningrat masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Selain masyarakat ada istilah-istilah khusus untuk menyebut kesatuan-kesatuan khusus yang merupakan unsur-unsur dari masyarakat, yaitu kategori sosial, golongan sosial, komunitas, kelompok, dan perkumpulan. Kategori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujudkan karena adanya suatu ciri atau suatu kompleks ciri-ciri obyektif yang dapat dikenakan kepada manusia-manusia itu. Ciri-ciri obyektif itu biasanya dikenakan oleh pihak dari luar kategori sosial itu sendiri dengan suatu praktis tertentu. Masyarakat dapat diadakan bermacam-macam penggolongan/pengkategorian berdasarkan ciri-ciri obyektif untuk berbagai maksud.
Dengan demikian tidak hanya pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu kota saja yang dapat mengadakan berbagai macam penggolongan seperti itu terhadap warga masyarakat, tetapi seorang peneliti dapat juga misalnya mengadakan berbagai macam penggolongan terhadap penduduk dari masyarakat yang menjadi obyek penelitiannya untuk keperluan analisanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kategori sosial bersifat fleksibel tergantung berdasarkan apa yang akan dilihat serta maksud dan tujuan yang akan dicapai.
3
Golongan-golongan sosial dari orang-orang yang mempunyai ciri sebagai penggabung suatu profesi tertentu biasanya juga merupakan kesatuan manusia yang disamping terikat oleh persamaan ciri obyektif juga oleh dua unsur pengikat lain, yaitu suatu sistem norma dan karena itu suatu identitas sosial. Misalnya : para dokter terikat oleh etika dokter, dan karena itu semua dokter mempunyai perasaan sadar akan golongannya dan mempunyai identitas sosial. Para guru terikat oleh norma-norma guru, dan karena itu semua guru mempunyai rasa identitas golongan.
“Dalam masyarakat masih ada suatu kesatuan manusia yang dapat disebut golongan sosial, yaitu lapisan atau kelas sosial. Dalam masyarakat masa kini ada lapisan petani, lapisan buruh, lapisan pegawai, lapisan pegawai tinggi, lapisan cendekiawan, lapisan usahawan, dan sebagainya. Lapisan atau golongan sosial semacam itu terjadi karena manusia-manusia yang diklaskan ke dalamnya mempunyai gaya hidup yang khas, dan karena berdasarkan hal itu mereka dipandang oleh orang lain sebagai manusia yang menduduki suatu lapisan tertentu dalam masyarakat.” (Koentjaraningrat, 2002:153)
Dalam hal ini masyarakat Kotaagung merupakan masyarakat kompleks baik berdasarkan suku, agama, tingkat pendidikan dan profesi yang dijalani. Berdasarkan pendapat dari Koentjaraningrat dan berdasarkan kondisi yang ada di lapangan maka masyarakat Kotaagung dapat digolongkan berdasarkan kategori profesi yang dijalani yakni, petani, buruh, guru, pedagang, nelayan, serta pegawai kependidikan dan non kependidikan.
4
sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu.
Dari keterangan diatas Kecamatan Kotaagung pusat terdiri dari berbagai macam kategori atau golongan masyarakat. Oleh karena itu perlu kita kaji bagaimana persepsi masyarakat terhadap perjuangan Matin Mangunang di Kotaagung dilihat dari kategori atau golongan masyarakat berdasarkan profesi. Karena penelitian ini berhubungan dengan kesejarahan dan pendidikan maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana persepsi guru di Kecamatan Kotaagung pusat terhadap perjuangan Batin mangunang. Guru merupakan salah satu profesi yang dijalani oleh sebagian warga masyarakat Kecamatan kotaagung Pusat, dan guru sebagai salah satu penyampai informasi dan ilmu pengetahuan kepada siswa memiliki peran penting dalam menyampaikan materi khususnya sejarah. Dalam kesempatan ini guru dapat menyampaikan informasi tentang pejuang lokal khususnya Batin Mangunang.
“Nenek moyang Batin Mangunang (Sabit) berasal dari Daerah Krui yang kini terletak di Kabupaten Pesisir Barat. Nama lengkapnya dalah Raja Kiang Negara, seorang Pemuka Bulan Bacha. Beliau berputera Raja Dipati, dan Raja Dipati berputera Raja Mangku Negara, dan beliau inilah yang menurunkan Batin mangunang. Di waktu kecil Batin Mangunang bernama Sabit, dan gelarnya ketika menjadi kepala marga adalah Dalom urak Belang, karena pada lehernya terdapat belang.” (Proyek IDSN, 1993:87)
5
menginginkan adanya monopoli perdangan terhadap hasil bumi di daerahnya, serta rakyat Kotaagung sangat memegang teguh agama Islam.
Tujuan perjuangan Batin Mangunang menentang kolonialisme Belanda di Kotaagung tidak terpisah dari sebab timbulnya perjuangan yaitu masalah ekonomi, politik, dan budaya.
Sosok tokoh Batin Mangunang merupakan tokoh yang cukup penting dalam kehidupan masyarakat Kotaagung, hal ini ditunjukkan dengan adanya nama jalan yang menggunakan nama juluk Batin Mangunang yaitu Dalom Ukhokh Belang. Jalan Dalom Ukhok Belang pernah dipakai di jalur dua yang sekarang menjadi kompleks perkantoran peemerintah daerah kabupaten Tanggamus. Tetapi setelah terjadi pemekaran daerah Tanggamus dari Kabupaten Lampung Selatan setelah berjalan beberapa bulan atas dasar pemerataan karena khawatir terjadi kecemburuan sosial antar paksi yang ada di Kotaagung maka pemerintah daerah sepakat mengganti nama Jalan Dalom Ukhok Belang yang beasal dari Paksi Buai Nyatta menjadi jalan Soekarno Hatta.
Selain itu responsifitas yang cukup bagus dari beberapa orang dalam masyarakat tersebut terlihat pada usahanya yang mencoba mengunggah kisah sejarah pejuang yang berasal dari Kotaagung melalui surat kabar bulanan Tanggamus “Madani”.
6
Dari wacana di atas dapat kita lihat bahwa sebenarnya respon masyarakat terhadap tokoh lokal khususnya Batin Mangunang cukup tinggi, tetapi masih membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk mengunggah kembali tentang kisah tokoh lokal yang berasal dari Kotaagung agar lebih dikenal dan dihargai jasa-jasanya oleh masyarakat Indonesia khususnya Lampung.
1.2. Identifikasi Masalah
Dalam rangka untuk mempermudah pengkajian suatu penulisan, maka usaha untuk mengidentifikasi suatu masalah sangat diperlukan. Dari latar belakang masalah yang ada tentang persepsi masyarakat terhadap perjuangan Batin Mangunang, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Persepsi guru terhadap perjuangan Batin Mangunang dalam menentang kolonialisme Belanda di Kotaagung Pusat
2. Persepsi petani terhadap perjuangan Batin Mangunang dalam menentang kolonialisme Belanda di Kecamatan Kotaagung Pusat.
3. Persepsi nelayan terhadap perjuangan Batin Mangunang dalam menentang kolonialisme Belanda di Kecamatan Kotaagung Pusat.
4. Persepsi buruh terhadap perjuangan Batin Mangunang dalam menentang kolonialisme Belanda di Kecamatan Kotaagung Pusat.
5. Persepsi pedagang terhadap perjuangan Batin Mangunang dalam menentang kolonialisme Belanda di Kecamatan Kotaagung Pusat.
7
1.3. Batasan Masalah
Karena banyaknya indentifikasi masalah yang harus dikaji sehingga membuat pembahasan menjadi melebar. Maka peneliti membatasi masalah untuk dikaji lebih dalam tentang persepsi guru terhadap Perjuangan Batin Mangunang dalam menentang kolonialisme Belanda di Kecamatan Kotaagung Pusat.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah persepsi guru terhadap perjuangan Batin Mangunang dalam menentang kolonialisme Belanda di Kecamatan Kotaagung Pusat?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui persepsi guru terhadap perjuangan Batin Mangunang dalam menentang kolonialisme Belanda di Kecamatan Kotaagung Pusat.
1.6. Kegunaan penelitian a. Kegunaan Teoritis
8
b. Kegunaan Praktis
Secara praktis penulisan persepsi masyarakat terhadap perjuangan Batin Mangunang di Kotaagung sangat berguna sebagai tambahan materi sejarah lokal, khususnya yang membahas tentang sejarah perjuangan Batin Mangunang di Lampung.
1.7. Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat masalah diatas cukup umum dalam penelitian, maka untuk menghindari kesalahpahaman, dalam hal ini peneliti memberikan kejelasan tentang sasaran dan tujuan penelitian mencakup :
1. Objek Penelitian : Persepsi guru terhadap perjuangan Batin Mangunang
2. Subjek Penelitian : Guru di Kec. Kotaagung Pusat
3. Tempat Penelitian : Kec. Kotaagung Pusat Kab. Tanggamus 4. Waktu Penelitian : Tahun 2014
9
REFERENSI
Soerjono Soekamto. 1985. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada. : Jakarta. Hlm.22
Koentjaraningrat. 2002. Metode-metode dalam Penelitian Masyarakat. Gramedia : Jakarta. Hlm.153
Proyek IDSN. 1993. Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan
9
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep yang akan dijadikan landasan teoritis bagi penelitian.
2.1.1.Konsep Persepsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menerangkan bahwa persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu serapan atau proses seorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya (Depdikbud, 2005: 759).
Menurut Rakhmat :
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi tadi memberikan makna pada stimulus inderawi.Menafsirkan bahwa inderawi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi atensi, ekspentasi, motivasi, dan memori. Pendapat di atas menerangkan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Stimulus atau rangsangan yang diterima individu melalui penginderaan akanditeruskan kepusat susunan syaraf yaitu otak dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang dilihat dan apa yang didengar (Rakhmat, 1991:15)
A. Pembentukan Persepsi dan Faktor yang mempengaruhinya Menurut Branca (1964) dan Marquis (1957):
10
umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf, dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya (dalam Bimo Walgito, 1994: 53)
Proses persepsi terjadi karena banyaknya rangsangan yang ada pada individu, karena rangsangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi adanya persepsi.
Menurut Bimo Walgito faktor-faktor lain yang berperan terhadap adanya persepsi yaitu:
a. Obyek yang dipersepsikan, obyek akan menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsikan, tetapi juga dapat datang dari dalam individu.
b. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf merupakan alat untuk menerima rangsangan yang diteruskan oleh syaraf sensorik untuk diterima dan diolah di pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
c. Adanya perhatian terhadap obyek merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi, karena tanpa ada perhatian maka tidak akan ada persepsi.
(Bimo Walgito, 2004: 89-90)
B.Proses Terjadinya Persepsi Menurut Bimo Walgito:
11
Menurut Burhanuddin salam pengetahuan Biasa (Knowledge), tidak memandang betul-betul sebabnya, tidak mencari rumusan yang subjektif-objektifnya, tidak mnyelidiki objeknya sampai habis-habisan, tak bermetode dan tak bersistem (Burhanuddin Salam, 1984: 8). Dengan Common sense, semua orang sampai kepada keyakinan secara umum tentang sesuatu.
Menurut Burhanuddin Salam dalam bukunya “pengantar Filsafat” menyatakan bahwa mengerti adalah seseorang tidak hanya tahu apa yang dia lihat tetapi mencoba untuk mengenal lebih jauh tentang apa yang dia lihat, dengan kata lain orang tersebut tidak puas dengan hanya melihat keadaan dan kejadian-kejadian itu saja melainkan dengan akalnya ia “mengerjakan” fakta-fakta itu, menggolong-golongkan, menghubung-hubungkan dan menarik kesimpulan dari yang dia lihat (Burhanuddin Salam, 2003: 50)
Menurut Poesprodjo bahwa pemahaman bukan kegiatan berfikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam diri disituasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali ssituasi yang dijumpai pribadi lain dalam erlebnis(sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain (Poesprodjo, 1987: 52-53)
Menurut Robbins (2002) dalam Repository.usu.ac.ad/bitstream
12
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan tanggapan, penilaian mengenai suatu objek yang terbentuk dari pengetahuan, pengertian dan pemahaman manusia. Persepsi masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu gambaran, tanggapan, penilaian masyarakat terhadap perjuangan Batin Mangunang yang terbentuk berdasarkan pengetahuan, pengertian dan pemahaman terhadap informasi yang diperoleh melalui alat indera dan persepsi bersifat positif dan negatif.
2.1.2. Konsep Masyarakat
Mayarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan (Soerjono Soekamto, 1985: 20). Sedangkan menurut pendapat lain masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain (Hassan Sadily, 1984: 47).
Menurut Soleman B. Taneko (1984:11) masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia itu hidup bersama. Masyarakat merupakan Suatu sistem yang terbentuk karena hubungan dari anggotanya. Dengan kata lain masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari kehidupan bersama manusia. Yang lazim disebut dengan sistem kemasyarakatan.
Louis A. Radelet dalam buku Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat mengemukakan bahwa:
13
mencakup kelompok-kelompok sosial, pembedaan tersebut lebih banyak didasarkan pada cirri atau pola perilaku yang nyata” (Soerjono Soekanto, 1993:113).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama disuatu wilayah yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat Kecamatan Kotaagung Pusat yang digolongkan berdasarkan profesi yang ada di kecamatan yaitu guru. Guru merupakan salah satu kategori atau golongan masyarakat yang digolongkan berdasarkan profesi.
2.1.3. Konsep Guru
Guru adalah seseorang yang memperoleh surat keputusan (SK), baik dari pemerintah maupun pihak swasta untuk mengajar. Guru di definisikan sebagai seseorang yang mengajarkan sesuatu hal baik di sekolah swasta maupun sekolah negeri (Suparlan, 2008: 13).
Dalam www.bestektur.com/2013/10/pengertian-guru-dan-tugasnya.html#ixzz2uh8lu4Tg.
Pendapat lain juga menerangkan bahwa
“guru adalah setiap orang yang bertugas dan berwenang dalam dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan formal. Guru sekolah dasar adalah guru yang mengajar dan mengelola administrasi di sekolah itu. Untuk melaksanakan tugasnya prinsip-prinsip tentang tingkah laku yang diinginkan dan diharapkan dari semua situasi pendidikan adalah berjiwa Pancasila. Berilmu pengetahuan dan keterampilan dalam menyampaikan serta dapat dipertanggungjawabkan secara didaktis dan metodis. Sebagai profesi, guru memenuhi ciri atau karakteristik yang melekat pada guru, yaitu:
14
2.Menurut ketrampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.
3.Memiliki kompetensi yang didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu (a sytenatic bady of knowledge).
4.Memiliki kode etik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku anggota beserta saksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran kode eti tersebut.
5.Sebagai konsekwensi dari layanan dan prestasi yang diberikan kepada masyarakat, maka anggota profesi secara perorangan atau kelompok berhak memperoleh imbalan finansial atau material” (Moh. Uzer Usman, 1996: 15)
http://zonainfosemua.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-guru-menurut-pakar-pendidikan.html.
Berdasarkan UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menerangkan bahwa:
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”(UU No. 14, 2005: pasal 1.1)
“Dosen adalah pendidik professional dan ilmuan dengan tugas utama
mentranformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat”(UU no. 14, 2005: pasal 1.2)
15
Meskipun guru TK/PAUD juga disebut dengan guru, tetapi dalam hal ini guru TK/PAUD kurang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti, yaitu guru sebagai penyampai informasi kepada peserta didik tentang rasa nasionalisme, rasa menghargai jasa para pejuang kemerdekaan dan cinta tanah air, melalui materi yang beraspek kesejarahan.
Jadi, guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang mengajar di sekolah-sekolah yang berada di Kecamatan Kotaagung Pusat, yang dibedakan berdasarkan jenjang sekolah tempat mengajar yaitu guru SD, SMP, dan SMA.
2.1.4. Konsep Perjuangan Daerah
Secara harfiah kata “perjuangan” berarti berjuang untuk merebut sesuatu.
Perjuangan juga berarti mengadu kekuatan, fisik atau untuk mencapai tujuan.Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan perjuangan berarti:
1. Perkelahian ( merebut sesuatu )
2. Usaha yang penuh kesabaran dan berbahaya
3. Salah satu wujud interaksional termasuk persaingan, pelanggaran dan konflik ( Dekdikbud, 1981: 366)
16
Kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia telah membawa perubahan besar dalam kehidupan Bangsa Indonesia. Kegiatan monopoli yang diberlakukan Belanda terhadap Bangsa Indonesia memunculkan keinginan putra-putri Indonesia untuk melakukan perjuangan agar kembali mendapatkan kemerdekaan.
Upaya mencegah maksud kolonialisme Belanda tersebut juga telah memunculkan sebuah perjuangan di Kotaagung. Perjuangan menentang kolonialisme Belanda yang dilakukan Batin Mangunang beserta pengikutnya di Kotaagung didasari oleh beberapa hal antara lain:
a. Rakyat Kotaagung ingin hidup merdeka dan tidak mau menjadi jajahan bangsa Belanda.
b. Rakyat Kotaagung sangat memegang teguh agama Islam
c. Solidoritas yang tinggi dari orang-orang Kotaagung terhadap saudaranya di Kalianda maupun daerah-daerah lainnya di Lampung yang berusaha untuk mengusir kolonialisme Belanda.
d. Adanya tindakan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh seorang pati pengganti assisten residen Kruesmen yang melakukan penangkapan terhadap penduduk Kotaagung.
17
Indonesia. Menghadapi tindakan penindasan itu, rakyat Indonesia memberikan perlawanan yang sangat gigih.
“…. Malahan kemudian hak-hak mereka atas penguasa-penguasa setempat merasa
telah diperkosa oleh pedagang-pedagang Eropa., misalnya tindakan monopoli yang dilakukan penguasa Eropa terhadap daerah yang telah berada di bawah pengaruhnya sehingga menimbulkan perlawanan bersenjata terhadap orang-orang Inggris dan Belanda.”(Proyek IDSN, 1991: 58)
“….Penduduk yang biasanya hidup dalam norma-norma yang diatur oleh hokum adat dan nilai-nilai budaya turun temurun, kemudian mengalami pergeseran nilai-nilai baru yang dibawa oleh Bangsa Eropa. Semua itu dianggap masyarakat sebagai pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma yang telah ada. Halini melahirkan perombakan masyarakat desa secara tidak langsung, sehingga menimbulkan perlawanan-perlawanan di Sumatera Utara terhadap penjajahan…”(Proyek IDSN, 1991: 59)
“…..Dengan demikian dalam bidang politik penguasa-penguasa tradisionil makin
tergantung pada kekuasaan asing, sehingga kebebasan dalam menentukan soal-soal pemerintahan menipis.”(Sartono Kartodirdjo, M. Djoened Poesponegoro,
Nugroho Notosusanto, 1975: 123)
18
“Di bidang budaya terutama dalam abad 19 nampak makin meluasnya pengaruh kehidupan Barat dalam lingkungan kehidupan tradisionil. Di kalangan sementara penguasa bumiputera timbul kekhawatiran bahwa pengaruh kehidupan Barat dapat merusak nilai-nilai kehidupan tradisionil. Tentangan yang kuat terutama datang daripemimpin-pemimpin agama yang memandang kehidupan Barat bertentangan dengan norma-norma dalam ajaran agama Islam…”.”(Sartono Kartodirdjo, M. Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, 1975: 124)
“….. bahwa perlawanan-perlawanan tersebut dipimpin oleh orang-orang dari golongan tertentu dalam masyarakat. Pengaruh pemimpin perlawanan menjadi lebih kuat apabila di samping ia berasal dari golongan bangsawan, juga tergolong orang saleh dan amhir dalam soal kegamaan. Di dalam sejarah perlawanan orang-orang bumiputera terhadap kekuasaan Belanda dapat dijumpai tokoh-tokoh pemimpin seperti itu. Loyalitas pengikut terhadap pemimpin tersebut kecuali berdasarkan ikatan feodal, juga berdasarkan ikatan kepercayaan. Ikatan kepercayaan dan keyakinan sangat besar pengaruhnya pada golongan pengikut dalam menentukan sikap waktu terjadi perlawanan. Dalam hubungan ini pemimpin perlawanan oleh pengikutnya dianggap sebagai orang yang dapat mengantarkannya kea rah tujuan perang… Atas dasar ini pula para pengikut member kepercayaan dan menaruh loyalitas pada pemimpin dan menjalankan apa yang diperintahkan….. ”(Sartono Kartodirdjo, M. Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, 1975: 216-217)
“….Seperti halnya perlawanan di daerah Sumatera Barat, perlawanan di daerah Aceh juga merupakan reaksi terhadap perluasan kekuasaan Belanda. Di samping itu motif keagamaan juga nampak kuat Dalam perlawanan ini pimpinan terutama dipegang oleh kepala-kepala daerah, seperti panglima-panglima dan uleebalang maupun tokoh-tokoh dari golongan agama……”(Sartono Kartodirdjo, M. Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, 1975: 222)
“… Dalam perlawanan-perlawanan yang terjadi di pelbagai daerah,
pelawan-pelawan bumiputera menggunakan benteng atau kubu pertahan sebagai pusat-pusat kedudukan pasukan mereka… ”(Sartono Kartodirdjo, M. Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, 1975: 228)
“… Benteng ini terletak di atas suatu bukit yang menjorok ke laut dan dengan
19
Pertahanan kaum padre yang terdapat di Matua di beri pagar kayu yang tinggi dan tebal, di beri lubang-lubang untuk menembak, sedang disepanjang depan pagar terdapat parit rangkap dua yang cukup lebar dan dalam… ”(Sartono Kartodirdjo, M. Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, 1975: 229)
“….Di Bali pasukan-pasukan pelawan menggunakan sistim perbentengan yang
cukup menarik,. Benteng Jagaraga dibangun di atas bukit yang dikelilingi oleh jurang-jurang, sehingga sulit untuk didekati pasukan Belanda…”(Sartono Kartodirdjo, M. Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, 1975: 230)
“Di dalam perlawanan-perlawanan bumiputera terhadap Belanda di daerah-daerah
di Indonesia terlihat jelas bahwa senjata tradisonil merupakan senjata utama. Senjata senapan sementara ada yang telah dibuat oleh orang bumiputera,…Senjata
tradisionil lainnya kemudian juga banyak digunakan seperti tombak, keris, pedang, dan panah.”(Sartono Kartodirdjo, M. Djoened Poesponegoro, Nugroho
Notosusanto, 1975: 235)
“Cara lain untuk mmberitahu para geriliyawan tentang kedatangan pasukan juga
digunakan. Di dalam perlawanan rakyat Saparua misalnya, pemberitahuan itu dilakukan dengan cara memasang kentongan dari bambu beserta alat pemukulnya dari rotan di atas pohon-pohon, mulai dari hutan sampai di tepi laut….. ”(Sartono Kartodirdjo, M. Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, 1975: 237)
20
yang jelas yakni mencapai kemerdekaan dan terbebas dari belenggu penjajahan, hal ini sebagai dasar pelawanan karena tindak kesewenag-wenangan Belanda terhadap rakyat Indonesia. Dalam proses perjuangan ada aspek-aspek yang penting seperti strategi perlawanan dan sarana perjuangan. Kondisi geografis dan kewilayahan juga berpengaruh terhadap proses perjuangan.
Berdasarkan buku Sejarah Nasional Indonesia jilid IV tahun1975, Sejarah Perlawanan terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Jawa Barat, dan Sumatera Utara, serta Lampung, menjadi dasar acuan bahwa hal-hal yang dibicarakan tentang perjuangan dan perlawanan para pejuang/ tokoh daerah mencakup delapan aspek yakni, personaliti tokoh, ideologi perjuangan, kondisi geografis saat perjuangan, strategi perjuangan, pihak yang mendukung perjuangan, sarana perjuangan, kisah perjuangan, dan orientasi perjuangan.
2.1.5. Konsep Kolonialisme Belanda di Lampung
21
Salah satu Bangsa Eropa yang mempraktekkan kolonialisme di Indonesia adalah Belanda. Kolonialisme sendiri dapat diartikann sebagai sebuah penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain dengan maksud untuk memperluas Negara itu. (Depdikbud, 1990: 451).
Kolonialisme juga berarti rangkaian nafsu suatu bangsa untuk menaklukkan bangsa dalam bidang politik, social, ekonomi, dan kebudayaan dengan jalan : dominasi politik, eksploitasi ekonomi dan penetrasi kebudayaan. Hal tersebut tidak berbeda jauh menurut pendapat Dietrich Schaffer bahwa kolonialisme dilandasi oleh nafsu serakah untuk menguasai bangsa lain. (Dewan Harian Daerah Angkatan 45, 1994: 50).
Adanya nafsu serakah itulah telah membawa Belanda keluar dari negerinya dengan mengarungi samudera yang luas untuk mencari daerah-daerah yang akan dijadikan sasaran kolonialisme. Di negeri Dibidang politik penjajah melakukan dominasi politik yaitu kekuasaan pemerintah berada ditangan kaum penjajah yang dapat memerintah dengan sekehendak hatinya. Dalam bidang ekonomi penjajah melakukan eksploitasi ekonomi yang mengambil dan mengankut jauh lebih banyak kekayaan dari negeri jajahan, sedangkan dalam bidang budaya meluasnya pengaruh kehidupan Barat dapat mersak nilai-nilai kehidupan tradisional yang bertentangan dengan norma-norma agama Islam yang berlaku.
22
Batin Mangunang untuk menentang kesewenang-wenangan yang dilakukan kolonialisme Belanda.
2.2. Kerangka Pikir
Masyarakat Kecamatan Kotaagung Pusat merupakan masyarakat kompleks baik berdasarkan suku, agama, tingkat pendidikan dan profesi yang dijalani. Dalam penelitian ini peneliti mengkategorikan masyarakat Kotaagung dari segi profesi. Profesi yang dijalani masyarakat Kotaagung yakni petani, guru, buruh, nelayan, pedagang, dan pegawai kependidikan dan non kependidikan. Masyarakat Kecamatan Kotaagung Pusat memliki pendidikan terakhir yang cukup bervariasi mulai dari TK, SD, SMP, SMA maupun sarjana strata 1, yang paling banyak adalah lulusan SD dan SMP kemudian SMA.
Dalam penelitian ini karena objek yang dipersepsikan berkaitan dengan ranah pendidikan yakni tentang kesejarahan lokal/ daerah, maka guru berperan penting dalam penyaluran materi/ pengetahuan terhadap generasi muda, agar tidak melupakan jasa para pahlawan dan pejuang kemerdekaan khususnya Batin Mangunang dan menghargai jasa-jasanya. Oleh karena itu perlu kita kaji bagaimana persepsi guru SD, SMP, SMA terhadap perjuangan Batin Mangunang di Kecamatan Kotaagung Pusat.
23
inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti bagaimana persepsi guru terhadap perjuangan Batin Mangunang di Kotaagung.
2.3. Paradigma
Keterangan :
: Garis Pengaruh : Garis Kegiatan
Perjuangan Batin Mangunang dalam menentang Kolonialisme Belanda
di Kotaagung Pusat
Persepsi masyarakat
Guru SD Guru SMP Guru SMA
Indikator:
1. Kepribadian Batin Mangunang 2. Ideologi Perjuangan
3. Kondisi Geografis saat Perjuangan 4. Strategi Perjuangan
5. Pihak yang Mendukung Perjuangan 6. Sarana Perjuangan
24
REFERENSI
Depdikbud. 2005. Kamus Besar bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.Hlm. 759
Rachmat Jalaludin. 1991. Psikologi Pendidikan. Ghalia Indonesia: Jakarta.Hlm.15 Bimo Walgito. 1994. Psikologi sosial. Andi Ofset: Yogyakarta.Hlm.53
Bimo Walgito. 2004. Pengantar psikologi Umum. Andi: Yogyakarta.Hlm.89-90
Ibid. Hlm. 91
Burhanuddin Salam. 1984. Pengantar Filsafat. Bandung: Bumiaksara.Hlm. 8
Ibid. 2003. Hlm. 50
Poesprodjo. 1987. Beberapa Catatan Pendekatan Filsafatinya. Bandung: remaja Karya.Hlm. 52-53
Soerjono Soekamto. 1985. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada. : Jakarta.Hlm. 20
Hasan Sadily. 1984. Sosiologi untuk masyarakat Indonesia. Bina Aksara: Jakarta.Hlm. 47
Soleman Taneko. 1984. Struktur dan Proses sosial. Raja Grafindo Persada : Jakarta.Hlm. 11
Soerjono Soekamto. 1993. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur
Masyarakat. Raja Grafindo Persada. : Jakarta. Hlm.113 Undang-Undang RI no. 14. 2005. Tentang Guru dan Dosen. Pasal 1.1
Ibid. Pasal 1.2
Depdikbud. 1981. Kamus Besar bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.Hlm. 366
Proyek IDSN.1991. Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan
24
III. METODE PENELITIAN
Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau yang sering disebut dengan metode. Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, maka langkah-langkah yang ditempuh harus sesuai dengan masalah yang dirumuskan. Karena penelitian ini memusatkan perhatian pada pemecahan yang dihadapi sekarang yang bersifat objekktif melalui pendeskripsian data, maka digunakan metode.
Menurut Husin Sayuti metode merupakan suatu cara atau jalan yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu penelitian. Metode yang berhubungan dengan ilmiah adalah menyangkut masalah kerja, yakni cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Husin Sayuti, 1989: 32).
25
3.1. Metode yang digunakan
Berdasarkan permasalahan yang penulis rumuskan maka untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga data relevansi dengan tujuan yang akan dicapai, maka pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif.
Menurut pendapat Nurul Zuriah, dalam bukunya Metodologi Penelitian Soaial dan
Pendidikan,”Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk
memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu” (Nurul Zuriah, 2006: 47).
Menurut pendapat Hadari Hawawi, Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Hadari Nawawi, 2001: 63).
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah metode penelitian yang memberikan gambaran secermat mungkin dan gambaran yang nyata tentang masalah yang diteliti berdasarkan fakta yang ada. Dalam penelitian ini akan dijelaskan tentang persepsi guru terhadap perjuangan Batin Mangunang dalam menentang kolonialisme Belanda di Kecamatan Kotaagung Pusat Kabupaten Tanggamus dengan menggunakan langkah-langkah:
1. Menentukan masalah yang menjadi pokok-pokok permasalahan.
26
2. Menentukan ruang lingkup penelitian
3. Mengumpulkan data dan menjawab permasalahan penelitian.
Di dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data berupa teknik observasi, teknik angket, teknik wawancara dan dokumentasi.
4. Pengolahan data berdasarkan data-data yang terkumpul. 5. Menarik kesimpulan dari data yang telah terkumpul. 6. Menyusun laporan hasil penelitian secara tertulis.
3.2. Variabel penelitian
Menurut Sugiyono, variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti, untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 60).
Variabel juga dapat diartikan sebagai konsep yang dapat dinilai. Hal ini sesuai dengan pendapat Budi Koestoro dan Basrowi yang menjelaskan bahwa variabel adalah konsep yang dapat diukur dan mempunyai variasi nilai (Koestoro dan Basrowi, 2006: 415). Dengan demikian, maka variabel adalah sesuatu yang menjadi titik perhatian penelitian yang dapat diukur dan memiliki berbagai macam nilai.
27
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal. Adapun pengertian variabel tunggal adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki berbagai aspek atau koloni di dalamnya yang berfungsi mendominasi dalam kondisi atau masalah tanpa dihubungkan dengan yang lainnya. (Hadari Nawawi,1996: 58)
Berdasarkan pengertian dari variabel tunggal di atas, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap perjuangan Batin mangunang dalam menentang kolonialisme Belanda di Kecamatan Kotaagung Pusat.
3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Menurut Nurul Zuriah dalam metodologi penelitian sosial dan pendidikan, populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan (Nurul Zuriah, 2006: 116).
Sedangkan menurut sugiyono dalam metode penelitian pendidikan, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (sugiyono, 2010: 117). Pendapat lain mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek peneletian (Trianto, 2010: 255).
28
guru SD, SMP, dan SMA. Untuk lebih jelasnya tentang populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel. 1 Jumlah Anggota Populasi
Sumber : Arsip dan dokumentasi KUPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kotaagung Pusat tahun 2014
3.3.2. Sampel
29
Pendapat lain dari Trianto (2010: 255) menerangkan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Suharsimi Arikunto menerangkan untuk sekedar ancar-ancar maka apabila subyeknya kurang dari 100. Lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan peneltian populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10%- 15% atau 20%-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana,
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya, dan
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh para peneliti. (Suharsimi Arikunto,1998: 134).
Berdasarkan pertimbangan di atas maka dalam penelitian ini peneliti mengambil 20 % dari jumlah populasi. Jadi sampel yang di ambil adalah 20 % x 360 = 72 orang.
Jadi sampel yang diambil yaitu:
Guru SD : 152 X 20% = 30,4 = 30 orang Guru SMP : 114 X 20% = 22,8 = 23 orang Guru SMA : 94 X 20% = 18,8 = 19 orang
30
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2. Jumlah Anggota Sampel
No Jenis Guru Jumlah Guru
1 Guru SD 30
2 Guru SMP 23
3 Guru SMA 19
Jumlah 72
Sumber : Hasil pengolahan sampel
Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Menurut Sugiyono teknik simple random sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. (Sugiyono, 2012: 120)
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Informasi-informasi yang kita butuhkan untuk memaparkan tentang sesuatu hal maupun peristiwa termuat di dalam data. Jelas artinya untuk mendapatkan informasi tersebut kita harus menggunakan teknik-teknik pengumpulan data, sehingga informasi yang kita perlukan akan lebih mudah kita peroleh. Menurut Winarno Surachmat (1987: 71) pada umumnya, setiap teknik pengumpulan data dilaksanakan melalui tiga fase yaitu fase pengumpulan data, fase kualifikasi data dan fase interpretasi data. Teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:
3.4.1. Teknik Angket atau Kuesioner
31
1987: 117). Pendapat lain mengatakan bahwa kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti (Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2005: 70). Budi Koestoro dan Basrowi berpendapat angket tertutup yaitu angket yang jumlah item dan jawabannya sudah ditentukan, jadi responden tinggal memilihnya (Budi Koestoro dan Basrowi, 2006: 175)
Teknik angket yang dimaksudkan untuk mendapatkan data yang berupa jawaban tertulis yang diajukan peneliti untuk mengetahui bagaimana persepsi guru terhadap perjuangan Batin Mangunang, maka data yang diperoleh melalui angket kemudian diuji dengan menggunakan persentase.
Dalam penelitian ini peneliti membagi kedalam dua bagian yaitu sebagai berikut : 1. Bagian A untuk melengkapi karakteristik responden meliputi jenis kelamin/usia
dan pendidikan.
2. Bagian B berisi 32 pertanyaan tentang tentang perjuangan Batin Mangunang.
Tabel 3. Kisi-kisi Angket
3 Kondisi geografis saat perjuangan 4 9-12
4 Strategi perjuangan 4 13-16
5 Pihak yang mendukung perjuangan 4 17-20
6 Sarana perjuangan 4 21-24
7 Kisah perjuangan 4 25-28
8 Orientasi perjuangan 4 29-32
32
3.4.2. Teknik Wawancara
Cara pengumpulan data selanjutnya adalah wawancara. Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data, merupakan suatu cara yang digunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan cara bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu (Koentjaraningrat,1997: 162).
Sedangkan menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2005: 70).
Wawancara yang digunakan bersifat bebas terarah yaitu wawancara tanpa daftar pertanyaan, hanya menggunakan suatu pedoman yang berisikan garis-garis besar pokok masalah yang hendak diperoleh informasinya.
Teknik ini digunakan sebgai pelengkap dengan menggunakan data dengan tujuan untuk memperkuat hasil penelitian dan memperoleh informasi yang obyektif. Wawancara dilakukan setelah responden mengisi angket. Wawancara digunakan untuk menambah informasi yang belum diperoleh dari angket.
3.4.3. Teknik Dokumentasi
33
seperti teks berupa bacaan, rekaman audio atau audio visual dan bisa juga berupa foto-foto yang berhubungan dengan obyek yang akan diteliti.
Menurut Hadari Nawawi, Dokumentasi adalah cara atau pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama tentang arsip-arsip dan termasuk buku-buku lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Hadari Nawawi, 2001: 133).
Teknik dokumentasi adalah teknik mencari data-data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan transkrif, buku-buku, surat kabar, majalah, notulen, lengger, agenda dan sebagainya (Suharsimi Arikunto,1989: 188). Digunakn teknik dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang berupa catatan-catatan (dokumen) dan foto-foto yang kaitannya dengan masalah yang diteliti.
3.5.Teknik Analisis Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Pada dasarnya teknik analisis data ada dua macam yaitu : teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantitatif.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik analisis data kualitatif. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui bagaimana Persepsi guru Terhadap Perjuangan Batin Mangunang di Kecamatan Kotaagung Pusat, data yang diperoleh melalui angket kemudian diuji dengan menggunakan persentase. Uji persentase akan diuji dengan menggunakan
34
Keterangan : P= Persentase
F= jumlah skor yang diperoleh N= jumlah skor maksimum (Sutrisno Hadi, 1991: 421)
Arikunto mengatakan bahwa “ Dalam menganalisis data dari angket
bergradasi atau berperingkat 1 sampai 4, peneliti menyimpulkan makna alternatif sebagai berikut :
1. “sangat banyak” , “ sangat sering” , “sangat setuju” , dan lain-lain menunjukan gradasi paling tinggi. Untuk kondisi tersebut diberi nilai 4.
2. “banyak” , “sering” , “setuju” , dan lain-lain menunjukan peringkat yang lebih rendah dibandingkan dengan yang ditambah kata “sangat”. Oleh karena itu kondisi tersebut diberi nilai 3.
3. “sedikit” , “jarang” , “kurang setuju” , dan lain-lain karena berada di
bawah “setuju” dan sebagainya, diberi nilai 2.
4. “sangat sedikit” , “sangat jarang” , “sangat kurang setuju” , dan lain-lain
yang berada dalam gradasi paling bawah diberi nilai 1”.( Arikunto 2008: 241-242).
Maka pada setiap item jawaban kuantitatif ditafsirkan dalam pengertian kualitatif: 4 : sangat setuju : 76% - 100%
3: setuju : 51% - 75% 2 : tidak setuju : 26% - 50% 1 : sangat tidak setuju : 0 - 25% (Sugiyono, 2010: 144)
maka peneliti menyimpulkan bahwa untuk item jawaban sangat setuju dan setuju
maka masuk dalam kategori “positif” karena memiliki skor tertinggi yaitu 4 dan 3,
untuk item jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju masuk dalam kategori
35
REFERENSI
Husin Sayuti. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Fajar Agung : Jakarta.Hlm. 32 Nurul Zuriah. 2006. Metodologi penelitian Sosial dan Pendidikan. Bumi aksara:
Jakarta.Hlm. 47
Hadari Nawawi. 2001. Metode Penelitian bidang social. Gajah Mada Univercity Press: Yogyakarta. Hlm. 63
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung. Hlm. 60
Koestoro dan Basrowi. 2006. Strategi Penelitian Sosial dan pendidikan. Yayasan Kampusina : Surabaya. Hlm. 415
Hadari Nawawi.1996. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada
Univercity Press: Yogyakarta. Hlm. 55
Ibid. Hlm. 58
Nurul Zuriah. Op. Cit. Hlm. 116 Sugiyono. Op.Cit. Hlm. 117
Trianto. 2010. Pengantar penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga kependidikan. Kencana: Jakarta. Hlm. 255 Sugiyono. 2010. Op.Cit. Hlm. 118
Suharsimi Arikunto. 1989. ManajemenPenelitian. PT. Rineka Cipta:
Jakarta.Hlm.91
Trianto. Op. Cit. Hlm. 255
Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Rineka Cipta: Jakarta.Hlm. 134
108
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil jawaban 72 responden dan pembahasan yang telah diuraikan maka diperoleh data bahwa :
Persepsi guru SD terhadap perjuangan Batin Mangunang dalam menentang kolonialisme Belanda di Kecamatan Kotaagung Pusat dari 8 indikator sebesar 2909 sehingga persentase yang diperoleh sebesar 75,75 % maka berarti bahwa persepsi guru SD adalah positif.
Persepsi guru SMP terhadap perjuangan Batin Mangunang dalam menentang kolonialisme Belanda di Kecamatan Kotaagung Pusat dari 8 indikator sebesar 2277 sehingga persentase yang diperoleh sebesar 77,34% maka berarti bahwa persepsi guru SMP adalah positif.
Persepsi guru SMA terhadap perjuangan Batin Mangunang dalam menentang kolonialisme Belanda di Kecamatan Kotaagung Pusat dari 8 indikator sebesar 1956 sehingga persentase yang diperoleh sebesar 80,42% maka berarti bahwa persepsi guru SMA adalah positif.
109
dalam menentang kolonialisme Belanda di Kecamatan Kotaagung Pusat sebesar 77,49 % maka berarti bahwa persepsi guru SD, SMP, dan SMA adalah “positif”.
Berdasarkan data hasil penelitian jumlah skor yang diperoleh dari guru SD, SMP, dan SMA seluruhnya adalah positif, meskipun tingkat persentasenya berbeda.
Artinya responden mengetahui dengan baik tentang perjuangan Batin mangunang. Responden mengetahui bahwa Batin Mangunang adalah seorang tokoh dan pemimpin yang disegani dan di taati oleh masyarakat Kotaagung terutama sebagai panglima perang.
Responden juga mengetahui dengan baik ideologi perjuangan Batin Mangunang yang salah satunya disebabkan oleh kesewenang-wenangan Belanda terhadap rakyat Kotaagung dan ingin menguasai perdagangan di Kotaagung karena pada waktu itu daerah Kotaagung merupakan daerah yang sangat potensial sehngga menjadi incaran Belanda.
Responden juga megetahui dengan baik bahwa strategi perjuangan yang dilakukan Batin Mangunang untuk melawan Belanda dengan menggunakan taktik perang griliya meskipun masih bersifat tradisonal dan Batin Mangunang menghindari cara-cara diplomasi. Batin Mangunang dalam perjuangannya didukung berbagai pihak di antaranya orang-orang inggris di Bengkulu, Raden Intan I dan Raden Imba, serta kepala marga di Kotaagung, dan tentunya rakyat Kotaagung.
110
Responden juga mengetahui dengan baik tentang kisah perjuangan Batin Mangunang yang sempat menghadapi beberapa pertempuran dengan pihak Belanda hingga akhirnya wafat karena sakit.
Responden Mengetahui dengan baik bahwa perjuangan Batin Mangunang adalah demi membebaskan rakyat Kotaagung dari belenggu penjajahan dan mengembalikan hak-hak rakyat Kotaagung.
Jadi dapat disimpulkan bahwa seluruh Responden mengetahui dengan baik tentang perjuangan Batin mangunang dalam menentang kolonialisme Belanda di Kecamatan Kotaagung Pusat mencakup delapan indikator perjuangan seorang tokoh pejuang.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan berikut ini penulis ingin mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi kemajuan pendidikan, antara lain:
1. Bagi pemerintah daerah khususnya kabupaten Tanggamus diharapkan lebih memperhatikan mengenai pejuang lokal yakni Batin Mangunang yang perjuanganya perlu dilestarikan dan di teruskan kapada generasi muda, melalui berbagai hal seperti penerbitan buku, pembuatan monument dan digunakan untuk nama-nama jalan dan lain-lain. Kemudian yang paling penting adalah agar dapat mengkukuhkan Batin Mangunang sebagai pahlawan nasional.
111
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1989. ManajemenPenelitian. PT. Rineka Cipta: Jakarta Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Rineka Cipta: Jakarta.
Arikunto, Suharsimi.2008.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: PT. Bumi Aksara
Abu achmadi & Cholid Narbuko. 2005. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara: Jakarta
Basrowi dan Koestoro. 2006. Strategi Penelitian Sosial dan pendidikan. Yayasan Kampusina : Surabaya.
Depdikbud. 2005. Kamus Besar bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta Depdikbud. 1981. Kamus Besar bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta
Dewan Harian Daerah Angkatan 45. 1994. Sejarah Kemerdekaan di Lampung Buku 1. CV. Mataram.
Du Bois, J. A. 1832. Briven Litrekklijk De Expeditie Naar De Lampongs. Arsip Nasional.
Hoffman. 1863. Resident Lampungsche districten GeslachlsSyat Van Kapitan Batin. Arsip Nasional.
Jalaludin, Rachmat. 1991. Psikologi Pendidikan. Ghalia Indonesia: Jakarta
Koentjaraningrat.1997. Metode-metode dalam Penelitian Masyarakat. Gramedia : Jakarta
Leagtmand. 1810. Journal Open Togt Naar De Lampongs. Arsip Nasional.
Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian bidang social. Gajah Mada Univercity Press: Yogyakarta
Nawawi, Hadari.1996. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada Univercity Press: Yogyakarta
Proyek IDSN. 1993. Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Lampung. Depdikbud : jakarta.
Proyek IDSN. 1990. Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Jawa Barat. Depdikbud : jakarta.
Proyek IDSN. 1991. Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Sumatera Utara. Depdikbud : jakarta.
Sadily, hasan. 1984. Sosiologi untuk masyarakat Indonesia. Bina Aksara: Jakarta Salam, Burhanuddin. 1984. Pengantar Filsafat. Bandung: Bumiaksara
Sartono Kartodirdjo, M. Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto. 1975. Sejarah Nasional Indonesia jilid IV. Balai Pustaka : Jakarta.
Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Fajar Agung : Jakarta
Soekamto, soerjono. 1985. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada. : Jakarta
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung
Surachmat, Winarno. 1987. Pengantar Penelitian Ilmu Dasar Metode dan Teknik. Tarsito: Bandung
Sutrisno Hadi. 1991. Pengantar Metode Risech Sosial. Yayasan Fakultas psikologi. UGM: Yogyakarta.
Taneko, Soleman. 1984. Struktur dan Proses sosial. Raja Grafindo Persada : Jakarta
Trianto. 2010. Pengantar penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga kependidikan. Kencana: Jakarta
Undang-undang RI no. 14. 2005. Tentang Guru dan Dosen. Walgito, Bimo. 1994. Psikologi sosial. Andi Ofset: Yogyakarta Walgito, Bimo. 2004. Pengantar psikologi Umum. Andi: Yogyakarta
Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi penelitian Sosial dan Pendidikan. Bumi aksara: Jakarta
Arsip dan Dokumentasi Kantor Kecamatan Kotaagung Pusat tahun 2013 Arsip dan Dokumentasi KUPT Dinas Pendidikan Kec. Kotaagung Pusat tahun
2013
Koffieenco. 2013. Tersedia di http://www.bestektur.com/2013/10/pengertian-guru-dan-tugasnya.html#ixzz2uh8lu4Tg (diunduh tanggal 15 juli 2014, pukul 14.00)
Mukhtar.DY. 2012. Tersedia di Repository.usu.ac.ad/bitstream (diunduh pada 15 juli 2014, pkl. 15.00)
Heru Setyawan, Dodik. 2014. Tersedia di