BAB II
KERANGKA KONSEP PENGEMBANGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Pendekatan pembangunan yang selama ini berorientasi pada pertumbuhan dalam mengejar ketertinggalannya dari negara-negara kapitalis maju atau yang lebih dikenal dengan paradigma pertumbuhan telah membawa perubahan penting bagi kehidupan perekonomian daerah. Edward J Blakely (1994), mengemukakan bahwa Local Economic Development merupakan fungsi dari sumber daya alam, tenaga kerja, kapital, investasi, enterpreneurships, transportasi, komunikasi, komposisi industri teknologi, pasar ekspor, situasi ekonomi internasioanl, kemampuan pemerintah daerah dan nasioanal. Sedangkan masyarakat mengartikan pengembangan ekonomi lokal sebagai upaya untuk membebaskan masyarakat dari semua keterbatasan yang menghambat usahanya guna membangun kesejahteraannya.
Kesejahteraan dapat diartikan sebagai jaminan keselamatan bagi usaha masyarakat itu sendiri dalam mempertahankan harga dirinya sebagai manusia. Jaminan keselamatan itu sendiri harus dapat diperoleh dari sistem masyarakat itu sendiri sebagai masyarakat yang mandiri. Dengan demikian pembangunan ekonomi lokal merupakan upaya pemberdayaan masyarakat
ekonomi dalam suatu wilayah dengan bertumpukan kepada kekuatan lokal, sumer daya alam, sumber daya manusia, teknologi dan kerjasama antar sesama aktor pembangunan. Pengembangan Corporate soscial responsibility merupakan suatu langkah positif dalam percepatan pembangunan ekonomi kerakyatan.
Dalam pengembangan Corporate Social Responsibilty diperlukan dana yang cukup besar dan punya keterkaitan dengan pasal-pasal lain sehingga kegiatan ini tidak bisa hanya ditanggulangi oleh pemerintah akan tetapi juga melibatkan pelaku pembangunan lain seperti, swasta, masyarakat, organisasi kemasyarakatan serta individual expert.
Pengembangan Corporate Social Responsibility bertujuan untuk lebih memantapkan paradigma baru pembangunan yaitu pemberdayaan ekonomi kerakyatan sehingga pembangunan tersebut tidak hanya dimiliki oleh segelintir orang saja. Tujuan yang lain dari pengembangan Corporate Social Responsibility yaitu berbagi beban dan tanggung jawab dalam pembangunan, berbagi resiko serta pembiayaan bersama serta memeberikan arah kepada masyarakat dalam pengembangan potensi lokal. Program Corporate Social Responsibility pada sebagian perusahaan memang telah berjalan namun dirasakan masih belum optimal dan tidak terarah seperti tumpang tindih dalam pelaksanaannya dan tidak terjadinya
kurangnya kontrol terhadap program yang dilaksanakan dan kurangnya transparansi dari Perusahaan.
Ada tiga klasifikasi dasar dalam melibatkan masyarakat dalam pembangunan. Pertama; Pasrtisipasi atas dasar instruksi (instructive). Partisipasi masyatrakat atas dasar instruksi tidak menjamin adanya suatu kesinambungan (sustainablility). Disini terjadi ketimpangan dalam kesiapan, untuk pihak yang memberi instruksi memang sudah siap untuk mengeluarkan instruksi, akan tetapi sebaliknya pihak yang menerima yaitu masyarakat ternyata belum sepenuhnya siap untuk memahami makna yang terkandung didalam instruksi tersebut. Selain tidak akan tercapai suatu partisipasi nyata dari masyarakat, maka ujud dari partisipasi atas dasar instruksi ini akan berhenti begitu instruksi tersebut telah selesai dilaksanakan . Kedua, Adapun partisipasi atas dasar normatif yang terjadi karena adanya norma-norma tertentu yang telah disiapkan dan diterima oleh semua pihak seperti budaya gotong royong dan sejenisnya, dan semangat musyawarah mufakat. Partisipasi masyarakat atas dasar ini terjadi secara spontan/otomatis sifatnya. Sedangkan partisipasi yang terjadi atas dasar suatu kebersamaan dalam suatu kepentingan (Pemerintah-Masyarakat), Masyarakat dalam suatu kelompok, Masyarakat Kelompok satu dengan kelompok lainnya, masyarakat perorangan satu terhadap lainnya) Untuk suatu tujuan/kepentingan yang disepakati bersama. Partisipasi
seperti ini umumnya akan membuahkan suatu hasil kegiatan yang memuaskan semua pihak yang terlibat, sama-sama merasa memiliki dan sama-sama merasa bertanggung jawab untuk memeliharanya.
Pokok persoalan dalam menumbuhkembangkan partsisipasi masyarakat dari dua klasifikasi tersebut terkahir ini (normatif dan kebersamaan dalam kepentingan) adalah bagaimana memformulasikan jalur-jalur dan mekanisme sehingga partisipasi masyarakat tersebut dapat dioptimalkan dan diintegrasikan sebagai bagian dari program dan kegiatan pembangunan.
2.1. Corporate Social Responsibility
Banyak lliteratur yang menyebutkan bahwa CSR tidak hanya untuk perusahaan yang terkait dengan ekploitasi sumberdaya alam saja, namun CSR merupakan bagian dari kegiatan perusahaan dalam membangun citra perusahaan atau building image. CSR dilaksanakan sebagai salah satu upaya mendapatkan manfaat jangka panjang bagi perusahaan berupa kepercayaan dan loyalitas customers. Melalui kegiatan CSR diharapkan customers dapat memberikan kontribusi pada peningkatan daya saing perusahaan, apapun jenis perusahaan tersebut.
Dalam pelaksanaannya, CSR tidak akan berjalan dengan baik, manakala pelaksanaannya berseberangana dengan kepentingan para
melaksanakan CSR apabila akan mengurangi laba perusahaan dan inilah yang akan menjadi kendala bagi perusahaan dalam pelaksanaan CSR, bila terjadi perbedaan persepsi dan kepentingan antara manajemen dengan stakeholder.
2.2. Metoda
Metoda yang dapat digunakan dalam pelaksanaan corporate social responsibility adalah metode partisipatif yaitu suatu cara untuk menumbuh kembangkan potensi daerah (sumber daya alam, sumber daya manusia dan kelembagaan) yang ada secara swadaya agar masyarakat dapat meningkatkan kemampuan, penghasilan dan kemakmuran secara berkelanjutan.
Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat dapat dilakukan melalui pendekatan pendekatan terhadap pemimpin formal (kepala desa, pamong desa dan sebagainya), pemimpin non-formal (tokoh masyarakat) dan pendekatan langsung kepada masyarakat atau kelompok-kelompok masyarakat. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah setempat dan atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Ada beberapa teknik pendekatan partipasi yang dapat digunakan dalam CSR, di antaranya adalah metode Riset Aksi secara Partisipatif (Participatory Action Research). Metode pendekatan ini merupakan gabungan antara kegiatan penelitian atau riset konvensional dengan
kegiatan aksi pengembangan. Suatu kegiatan penelitian yang rekomendasinya disusun bersama-sama masyarakat yang kemudian menjadi dasar untuk menyususun kegiatan aksi pembangunan bersama-sama masyarakat.
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan CSR adalah : 1. Berbasis masyarakat (community based) yaitu masyarakat bertindak
sebagai subjek dalam perencanaan dan pelaksanaan;
2. Berbasis sumberdaya setempat (local resource based) yaitu kegiatan yang dilakukan harus mengutamakan pemanfaatan sumberdaya setempat dan penggunaan tenaga lokal;
3. Berkelanjutan (sustainable) yaitu program CSR harus berfungsi sebagai penggerak awal dalam pembangunan masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan;
4. CSR yang dilakukan harus sejalan dengan program pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
2.3. Prinsip-prinsip
Asas CSR adalah “dari-oleh-dan untuk masyarakat”. Artinya program yang dilaksanakan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dilaksanakan semaksimal mungkin dengan memanfaatkan tenaga kerja lokal yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Dengan arti lain, kegiatan
CSR bukan hadiah perusahaan kepada masyarakat tetapi kegiatan masyarakat yang dibantu oleh perusahaan.
Titik berat program CSR adalah pemberdayaan masyarakat dengan prinsip kemitraan yang berfungsi sebagai penggerak awal (prime mover) dalam pembangunan ekonomi rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan.
Untuk itu prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengelolaan CSR adalah : 1. Demokratis, yaitu setiap pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah
yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat;
2. Transparan, yaitu pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka sehingga dapat diketahui secara luas oleh masyarakat;
3. Akuntabilitas, yaitu pengelolaan program harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dan finansial;
4. Responsif, yaitu pemilihan kegiatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Program CSR di suatu wilayah dapat dilakukan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Adanya keinginan dan kebutuhan dari sebagian besar masyarakat lokal;
3. Adanya peranserta masyarakat yang maksimal mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pemantauannya;
4. Adanya program pengembangan dari Pemda setempat, yaitu program CSR harus sinergi dengan program Pemerintah Daerah setempat.
2.4. Proses Implementasi CSR
Program CSR merupakan suatu pola kemitraan dalam pembangunan daerah, dimana pengimplementasiannya melibatkan pemerintah, swasta, masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan individual expert. Dalam implementasi CSR ini ada beberapa tahap atau proses yang harus dilalui yaitu:
A.Inventarisasi dan identifikasi
Identifikasi program dapat dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah beserta Divisi CSR Perusahaan (Forum bersama/Komite). Suatu hal yang perlu mendapat perhatian dalam tahap inventarisasi dan indentifikasi ini adalah perlunya penekanan untuk pendataan masyarakat miskin yang akan diberdayakan disekitar perusahaan. Hasil dari inventarisasi dan identifikasi ini dijadikan acuan dalam menetapkan skala prioritas program pemberdayaan masyarakat yang akan dilaksanakan.
Kepada kelompok-kelompok masyarakat (LSM, PT, dan organisasi kemasyarakatan lainnya) yang akan mengajukan program CSR kepada perusahaann terkait harus memberikan panduan mengenai rancangan program yang meliputi :
1. Proposal yang harus diajukan 2. Pagu dana yang dapat diberikan
3. Tipe-tipe program yang akan digulirkan
4. Skala waktu penerimaan proposal sampai dengan proposal disetujui.
B.Perencanaan
Secara konseptual dalam pembuatan perencanaan program CSR ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian. Dalam perencanaan ini masyarakat sasaran dapat saja didampingi oleh perguruan tinggi atau kelompok-kelompok kemasyarakatan (LSM). Adapun konsep tersebut secara sistimatis dituangkan dalam akronim DISCUSS
1. Development ; Pengembangan konsep sesuai dengan tujuan dan sasaran program berdasarkan hasil community needs analysis.
2. Involve; Harus dilibatkan komunitas yang menjadi sasaran program CSR
3. Socialize; Sosialisasikan program yang akan dilaksanakan kepada seluruh komunitas disekitar perusahaan
4. Cater; Program-progam yang ditawarkan/disajikan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka.
5. Utilize; gunakan tenaga kerja setempat untuk melaksanakan program (kegiatan) terutama kegiatan untuk fasilitas umum (charity). 6. Sensitive and Socialize; harus ada kepekaan (sensitive) dalam
memahami situasi psikologis, sosial, dan budaya yang tengah berkembang dalam komunitas dan sosialisasikan program yang telah dilaksanakan dalam CSR ke berbagai pihak.
Secara detail rancangan program yang dibuat oleh kelompok masyarakat sekurang-kurangnya harus berisikan :
1. Tujuan program
2. Kegiatan yang akan dilakukan 3. Hasil yang diharapkan
4. Sumber daya yang digunakan 5. Dana yang dibutuhkan
Penilaian program dilakukan oleh suatu Tim berdasarkan pada kriteria dan indikator yang telah disepakati. Apabila program yang diajukan tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, perusahaan dapat menolak program yang diusulkan.
tentang pendanaan dan lembaga-lembaga yang akan terlibat. Pelaksanaan program dimulai setelah naskah perjanjian ditandatangani. Dalam pelaksanaan program ini harus dilakukan pemantauan oleh Tim dan Stakeholder secara periodik. Hasil pemantauan dijadikan acuan dalam kegiatan evaluasi program lainnya.
C. KELEMBAGAAN
CSR dilaksanakan oleh perusahaan dan masyarakat setempat, sedangkan Pemerintah berperan sebagai fasilitator antara kepentingan perusahaan dan masyarakat.
Untuk melaksanakan program CSR dibentuk organisasi yang dapat berbentuk komisi (Komite) yang beranggotakan wakil-wakil perusahaan, masyarakat, Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah.
Organisasi yang dibentuk mempunyai fungsi sebagai ;
1. Koordinator dari seluruh kegiatan yang diajukan oleh masyarakat; 2. Forum konsultasi dan penentuan program yang akan dilaksanakan; 3. Sebagai pengawas atas pelaksanaan program yang sedang berjalan. D.Pendampingan
Peran pendampingan dalam implementasi CSR adalah untuk memberikan konsultasi jasa mulai dari perencanaan program sampai pada tahap pelaksanaan program. Peran pendampingan dapat saja diambil oleh
Perguruan tinggi dan kelompok masyarakat (LSM) yang mempunyai kepedulian terhadap pemberdayaan masyarakat di sekitar perusahaan. E.Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi program atau kegiatan CSR dilakukan oleh komite bersama yang beranggotakan wakil-wakil perusahaan, masyarakat, Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah. Monitoring dilakukan sewaktu mulai pelaksanaan program sampai berkahirnya pelaksanaan program/kegiatan CSR. Sedangkan evaluasi program dilakukan ketika program tersebut selesai dilaksanakan. Hasil evaluasi ini merupakan umpan balik untuk program-program selanjutnya.
Untuk melihat sejauh mana keberhasilan suatu program atau kegiatan CSR diperlukan parameter atau indikator untuk mengukurnya. Salah satu indikator penting adalah terbentuknya suatu tingkatan sosial-ekonomi masyarakat di sekitar wilayah perusahaan menuju kualitas yang lebih baik. Sekurang-kurangnya ada tiga indikator keberhasilan yang dapat digunakan, yaitu :
1. Indikator ekonomi; Indikator ekonomi ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat secara berkelanjutan; terjadinya tingkatan kemandirian masyarakat dalam kehidupan ekonominya; dan adanya kehadiran prasarana dan
2. Indikator sosial. Indikator sosial ditunjukkan dengan tidak terjadinya gejolak sosial sehingga tercipta hubungan yang harmonis antar masyarakat, perusahaan dan Pemerintah Daerah; dan meningkatnya citra dan performan perusahaan di mata masyarakat dan Pemerintah Daerah.
3. Indikator teknis. Indikator teknis ditunjukkan dengan terlaksananya program dan kegiatan dengan memanfaatkan sumber daya lokal serta termanfaatkan teknologi lokal.
Kegiatan program CSR dinyatakan berakhir apabila kegiatannya sudah selesai atau dibatalkan oleh pihak perusahaan karena suatu alasan yang kuat. Pembatalan kegiatan ini harus dilaporkan Pemerintah Daerah setempat. Suatu kegiatan CSR tidak memenuhi syarat untuk dilaksanakan apabila bertentangan dengan program pembangunan daerah dan pelaksanaannya dipindahtangankan atau dikerjasamakan dengan pihak lain tanpa persetujuan perusahaan dan Pemerintah Daerah.
KONSEPSI PERMASALAHAN PENGEMBANGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Kualitas SDM Infrastruktur Pemasaran Investasi Industri hulu Potensi Daerah/Kawasan Industri Hilir
2.5 Pelaku Dalam CSR
2.5.1 Peran Pemerintah Daerah
Melihat berbagai perkembangan, kewenangan pembangunan serta penyelenggaraan urusan pengembangan wilayah semakin terdesentralisasi. Sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Keuangan Daerah, maka pemerintah pusat akan mengalihkan kewenangan pembangunan ke pemerintah daerah. Ditingkat daerah sendiri, pola dan strategi pembangunan akan terus bergeser ke arah pemberdayaan
POTENSI DAERAH/ KAWASAN PENINGKATAN LINGKUP PERTANIAN (PEMERINTAH/ PROV/KAB/KOTA/ SWASTA/MASY.) PENINGKATAN
MODAL UKM & HOME INDUSTRI (APBN/APBD/ SWASTA) PENINGKATAN PRASARANA INFRASTRUKTUR (PEMERINTAH/PROV/ KAB/KOTA SWASTA DAN MASYARAKAT) PENINGKATAN KUALITAS SDM (PEMERINTAH/PROV KAB/KOTA SWASTA MASYARAKAT)
masyarakat. Dengan demikian terjadi perubahan dari peran pemerintah dari government ke governance, ketika seluruh pihak terkait dianggap sebagai bagian dari penyelenggaraan pembangunan.
Sehubungan dengan itu peran yang perlu dikemukakan oleh pemerintah dalam mendukung pelaksanaan CSR antara lain.
a) Melihat kondisi masyarakat Jambi yang heterogen, maka pemerintah daerah perlu secara intensif mensosialisasikan berbagai kebijakan pembangunan sehingga masyarakat dapat memperoleh gambaran yang riil mengenai kebijakan tersebut. Sejalan dengan itu juga pemerintah diharapkan dapat memfasilitasi agar partisipasi masyarakat dalam pembangunan semakin meningkat. Disamping itu pemerintah diharapkan mampu menciptakan suatu situasi usaha yang kondusif sehingga masyarakat dapat berkarya untuk menjadi lebih berdaya dan lebih produktif.
b) Dalam mendukung proses pembangunan dan upaya percepatan pemberdayaan ekonomi rakyat, pemerintah daerah diharapkan dapat menjadi fasilitator keinginan masyarakat untuk dapat mengatasi keterbatasan-keterbatasan sumber daya yang dimilikinya dengan cara mengadakan kerjasama baik itu kerjasama antar daerah, luar negeri, antar kelembagaan, antar masyarakat maupun kerjasama
dapat berperan sebagai sebagai stakeholder yang sekaligus fasilitator masyarakat.
c) Untuk dapat menjalankan fungsi fasilitator yang dapat memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat dalam hal pengembangan CSR maka pemerintah daerah dituntut dapat menciptakan suatu bentuk organisasi pemerintah yang efektif dan efisien.
d) Pemerintah dalam pelaksanaan CSR adalah melakukan pembinaan dan pengawasan. Sedangkan perannya adalah sebagai fasilitator antara perusahaan dan masyarakat dan sebagai arbitrator apabila terjadi konflik antara perusahaan dan masyarakat.
2.5.2. Peran Lembaga Non Pemerintah/Swasta
Lembaga non-pemerintah disini termasuk lembaga legislatif. Lembaga ini sejak digulirkannya reformasi merupakan bagian penting dalam struktur kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Pada prinsipnya lembaga ini diharapkan dapat menjadi mitra pemerintah dalam menunjang suksesnya pelaksanaan program pembangunan. Lembaga non-pemerintah merupakan unsur-unsur yang paling dekat dengan kehidupan masyarakat, sehingga mereka sangat aktif dalam menyuarakan aspirasi masyarakat dan mengupayakan agar aspirasi tersebut dapat diimplementasikan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Secara garis besar peran penting lembaga non-pemerintah yang dapat dimainkan antara lain :
a) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan lembaga yang dibentuk untuk menjalankan kekuasaan legislatif yang berfungsi sebagai lembaga kontrol terhadap jalannya roda pemerintahan dan pembangunan. Dengan demikian lembaga ini diharapkan mampu berperan dan berfungsi sebagai lembaga pengontrol sekaligus sebagai lembaga penyalur aspirasi rakyat, dapat memberikan masukan secara berkesinambungan kepada pemerintah daerah mengenai berbagai kebijakan dan kegiatan yang perlu diprioritaskan. b) Lembaga swasta dapat menjadi mitra pemerintah daerah untuk
saling mendukung di dalam upaya menciptakan good corporate governance. Lembaga swasta ini dapat memberikan masukan pada pemerintah agar kebijakan pembangunan dapat mendukung terciptanya iklim usaha yang sehat dan kondusif untuk kegiatan investasi dan penciptaan lapangan kerja baru. Selai hal-hal yang disebutkan di atas lembaga ini juga dapat bekerjasama dengan lembaga-lembaga/badan-badan di daerah lain atau bahkan dengan luar negeri bersama-sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan investasi yang pada gilirannya akan mendorong
community development, setiap perusahaan diwajibkan untuk membentuk Divisi CSR yang tugasnya adalah :
1. Mengidentifikasi program ;
2. Merumuskan program yang akan dilaksanakan; 3. Menilai kelayakan program;
4. Menyusun anggaran biaya;
5. Melakukan kerjasama dengan para stakeholders dalam pelaksanaan program;
6. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program.
7. Hak perusahaan dalam pelaksanan community development adalah :
• Menolak dan menangguhkan program yang diusulkan masyarakat jika tidak sesuai dengan kemampuan perusahaan dan atau tidak selaras dengan program Pemerintah Daerah.
• Memilih beberapa sektor kegiatan yang diusulkan sesuai dengan kemampuan dana yang tersedia;
c) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan salah satu lembaga yang memegang peranan penting dalam proses pembangunan. Lembaga ini merupakan bagian penting yang akan berperan sebagai kepanjangan tangan masyarakat dan dunia internasional yang dapat
secara pro-aktif mensosialisasikan berbagai kesepakatan dan standar kehidupan kepada masyarakat luas dan sekaligus mengadakan pengawasan agar kesepakatan yang telah dibuat dapat secara konsisten dijadikan bagian dari kebijakan pembangunan daerah serta diaplikasikan.
2.5.3 Peran Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan (entity) yang diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam menunjang suksesnya kerjasama pembangunan. Pada prinsipnya partisipasi dan peran masyarakat dalam pelaksanaan kerjasama pembangunan harus dilihat sebagai wujud representatif dari suatu produk kebijakan. Pendapat umum mengakui bahwa sistem pemerintahan yang terlalu sentralistik saat ini menjadi sangat tidak populer karena ketidakmampuannya untuk memahami secara tepat nilai-nilai atau sentimen aspirasi lokal.
Dalam konteks pelaksanaan, masyarakat hendaknya dapat diposisikan sebagai entitas yang akan melaksanakan sekaligus penikmat hasil dari kerjasama yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, upaya pembentukan kerjasama antar kelembagaan dan masyarakat hendaknya ditujukan hanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dilakukan berdasarkan pada level kebutuhan masyarakat serta disesuaikan
dengan tingkat kemampuan dan kesiapan masyarakat untuk mengelola kegiatan tersebut.
Salah satu kunci suksesnya program CSR adalah adanya peranserta masyarakat. Peranserta masyarakat diartikan sebagai kegiatan masyarakat yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri untuk bergerak dalam penyelenggaraan program CSR.
Bentuk peranserta masyarakat yang diharapkan dalam pelaksanaan CSR di antaranya adalah :
1. Memberikan masukan untuk menentukan arah program CSR yang akan dilaksanakan;
2. Memberikan masukan untuk merumuskan perencanaan program CSR;
3. Memberikan informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam penyusunan setiap pelaksanaan program CSR;
4. Mengajukan keberatan terhadap rencana program CSR;
Dalam pelaksanaan program CSR, masyarakat mempunyai hakhak sebagai berikut :
1. Berperan serta dalam proses perencanaan kegiatan program;
2. Mengetahui rencana program secara umum dan rencana program secara rinci;
3. Menikmati manfaat dari hasil pelaksanaan program yang dilakukan oleh perusahaan;
4. Memperoleh bantuan yang layak atas kondisi yang dialami masyarakat sehubungan adanya kegiatan program oleh perusahaan. Selain mempunyai hak, masyarakat juga mempunyai kewajiban sebagai berikut :
1. Berperanserta dalam memelihara kualitas hasil pelaksanaan program; 2. Mentaati program yang telah ditetapkan; dan Memelihara keamanan