ABSTRAK
PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA PERUSAHAAN YANG MENERAPKAN CORPORATE SOCIAL RESPONCIBILITY (CSR)
DENGAN PERUSAHAAN PADA SAAT BELUM MENERAPKAN CORPORATE SOCIAL RESPONCIBILITY (CSR)
Oleh
Belina Rochayati Ningsih
Perbedaan kinerja perusahaan tidak hanya diukur dengan besar kecilnya profitabilitas yang dihasilkan. Permasalahan pada penelitian ini adalah pembatasan antara alat ukur kinerja keuangan dengan kinerja keuangan di terapkan dalam penelitian ini. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan menggunakan Rasio Profitabilitas {Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin dan Return On Equity (ROE)} pada perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan perusahaan pada saat belum menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penelitian ini menggunakan data yang bersifat sekunder,yang dilakukan pada 5 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun-tahun yang berbeda sesuai dengan tahun penerapan CSR baik pada saat belum atau sudah menerapkan. Data yang diambil adalah data cross-sectional berupa laporan keuangan tahunan dari beberapa perusahaan. Sedangkan untuk metode pengujian dengan menggunakan analisis Uji Statistik. Variabel yang digunakan adalah profitabilitas (return on equity, net profit mardin dan gross profit margin).
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pertumbuhan dan persaingan dunia bisnis saat ini mengharuskan perusahaan untuk
memandang jauh ke depan guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat
mempengaruhi perkembangan perusahaannya. Tujuan perusahaan yang semula
mengumpulkan laba sebesar-besarnya sudah kurang relevan lagi dimasa sekarang
karena perusahaan tidak hanya mempunyai tanggung jawab kepada pemilik saja
namun juga kepada berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung
terikat pada perusahaan. Laporan tahunan dapat memberikan informasi mengenai
aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara sekaligus.
Tanggung jawab perusahaan yang mencakup semua aspek, baik sosial, lingkungan,
dan keuangan secara sekaligus dikenal dengan istilah Corporate Sosial
2 No.40 tahun 2007. DPR mengetuk palu tanda disetujuinya klausul CSR masuk ke
dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) dan UU No. 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU PM). Pasal 74 UU PT yang
menyebutkan bahwa “setiap perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan. Jika tidak dilakukan, maka perseroan tersebut bakal
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.” Perusahaan yang
wajib melaksanakan Corporate Social Responsibility CSR adalah yang kegiatan
usahanya berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam. Sedangkan perusahaan
yang tidak menyentuh sama sekali sumber daya alam boleh melaksanakan Corporate
Social Responsibility CSR secara sukarela.
Setelah diterapkannya Corporate Social Responsibility CSR, timbul kekhawatiran
para pengusaha di Indonesia bahwa biaya Corporate Social Responsibility CSR akan
menghambat perkembangan dunia usaha nasional. Ternyata biaya sosial yang
dikeluarkan perusahaan lebih mengarah kepada citra positif dari masyarakat terhadap
perusahaan dan juga berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Rasio
profitabilitas diperlukan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, karena rasio
ini akan menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba dengan menggunakan seluruh kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan.
Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas
setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Undang-undang tersebut mewajibkan
industri atau korporasi terutama yang bergerak pada bidang ekstraktif untuk
melaksanakannya, tetapi kewajiban ini bukan merupakan suatu beban yang
memberatkan.Perlu diingat bahwa pembangunan suatu Negara bukan hanya
tanggung jawab pemerintah dan industry tetapi setiap insan manusia berperan untuk
mewujudkan kesejahteraan sosial dan pengelolaan kualitas hidup masyarakat.
Pemikiran yang melandasi CSR yang sering dianggap inti dari etika bisnis adalah
bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal
(artinya kepada pemegang saham atau shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban
terhadap pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi
kewajiban-kewajiban diatas. Tanggung jawab sosial dari perusahaan terjadi antara
sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya adalah
pelanggan atau customer, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah,
supplier bahkan juga competitor.
Dengan bertambahnya kewajiban-kewajiban perusahaan tersebut, memunculkan
pihak-pihak yang pro dan kontra terhadap CSR. Pihak yang kontras berpendapat
bahwa CSR hanya akan menambah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
Sebaliknya, pihak yang mendukung CSR berpendapat bahwa program ini merupakan
upaya investasi yang mendukung keberlanjutan dari usaha yang dikembangkan dan
4 menyukai perusahaan yang melaksanakan program CSR. CSR berhubungan erat
dengan pembangunan berkelanjutan, di mana ada argumentasi bahwa suatu
perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya
tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden
melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini
maupun untuk jangka panjang. Adapun perkembangan laba bersih, laba kotor dan
laba setelah pajak perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dapat dilihat pada
tabel-tabel berikut.
Tabel 1.1 Perbandingan Laba Bersih Perusahaan yang menggunakan CSR dan pada
saat belum menerapkan CSR.
1 PT AKR Corporindo Tbk. 160.613.620.000 376.009.800.000
2 PT Aqua Golden Misissippi Tbk. 413.691.134.000 1.085.229.264.000 3 PT Arwana Citramulia Tbk. 207.657.535.000 384.316.817.000 4 PT Astra Internastional Tbk 47.078.994.000 119.582.234.000
5 PT Fast Food Indonesia Tbk 312.399.542.000 647.256.951.000
Rata-rata 228.288.165.000 480.080.743.000
Sumber : IDX (Annual Report)
Terlihat dari table 1.1, bahwa terdapat perbandingan rata-rata laba bersih perusahaan
pada saat menerapkan CSR sebesar Rp 480.080.743.000 dengan perusahaan saat
belum menerapkan CSR sebesar Rp 228.288.165.000. Namun untuk membuat
tidak hanya dilihat pada perbedaan laba bersih yang dihasilkan. Dari tabel tersebut
menunjukkan bahwa rata-rata laba bersih perusahaan yang menerapkan Corporate
Social Responsibility (CSR) lebih baik dari pada pada saat belum menerapkan
Corporate Social Responsibility (CSR).
Tabel 1.2 Perbandingan Laba Kotor Perusahaan yang menerapkan CSR dan pada
1 PT AKR Corporindo Tbk. 763.983.116.000 3.069.999.025.000
2 PT Aqua Golden Misissippi Tbk. 782.824.278.000 1.731.326.405.000 3 PT Arwana Citramulia Tbk. 703.894.430.000 1.179.090.061.000 4 PT Astra Internastional Tbk 1.069.356.003.000 2.704.239.846.000
5 PT Fast Food Indonesia Tbk 3.268.517.772.000 6.993.661.592.000
Rata-rata 1.317.715.120.000 2.999.302.176.000
Sumber : IDX (Annual Report)
Terlihat dari table 1.2, bahwa terdapat perbandingan rata-rata laba kotor perusahaan
yang menerapkan CSR sebesar Rp 2.999.302.176.000 dengan pada saat belum
menerapkan CSR sebesar Rp 1.317.715.120.000. Namun untuk membuat keputusan
investasi bagi investor dan pengambilan keputusan pihak manajemen tidak hanya
dilihat pada perbedaan laba kotor yang dihasilkan. Dari tabel tersebut menunjukkan
bahwa rata-rata laba kotor perusahaan yang menerapkan Corporate Social
Responsibility (CSR) lebih baik dari kondisi perusahaan pada saat belum
6 Tabel 1.3 Perbandingan Laba Setelah Pajak Perusahaan yang menerapkan CSR dan
pada saat belum menerapkan CSR.
1 PT AKR Corporindo Tbk. 21.753.901.000 51.406.193.000 2 PT Aqua Golden Misissippi Tbk. 12.375.411.000 30.264.564.000 3 PT Arwana Citramulia Tbk. 3.545.166.281.000 5.515.678.084.000
4 PT Astra Internastional Tbk 2.528.387.432.000 975.812.404.000 5 PT Fast Food Indonesia Tbk 5.145.015.000 11.051.952.000
Rata-rata 1.222.565.608.000 738.482.337.000
Sumber : IDX (Annual Report)
Terlihat dari table 1.2, bahwa terdapat perbandingan rata-rata laba setelah pajak
perusahaan yang menerapkan CSR sebesar Rp 738.482.337.000 dengan perusahaan
pada saat belum menerapkan CSR sebesar Rp 1.222.565.608.000. Namun untuk
membuat keputusan investasi bagi investor dan pengambilan keputusan pihak
manajemen tidak hanya dilihat pada perbedaan laba setelah pajak yang dihasilkan.
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa rata-rata laba setelah pajak perusahaan yang
menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) lebih baik dari pada perusahaan
pada saat belum menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR).
Hasil tersebut belum bisa menunjukkan perbedaan kinerja perusahaan yang
sebenarnya karena kinerja perusahaan tidak hanya diukur dengan besar atau kecil
profitabilitas yang dihasilkan. Perlu adanya analisis yang lebih akurat yaitu dengan
Penelitian ini merujuk perbedaan Rasio Profitabilitas antara lain, pertama peneliti
menambahkan variabel Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM) dan
Return On Equity (ROE) dengan alasan bahwa CSR berpengaruh terhadap
variabel-variabel tersebut. Selain itu banyak stakeholder yang cenderung melihat rasio-rasio
tersebut sebelum melakukan investasi. Kedua, peneliti menggunakan sampel
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Peneliti menggunakan sampel
manufaktur. Cakupan perusahaan manufaktur pada penelitian ini lebih luas sehingga
diharapkan hasil penelitian ini dapat digeneralisir dan digunakan oleh berbagai sub
sektor perusahaan manufaktur di BEI.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membahas dan melanjutkan
peneliitian sebelumnya untuk dapat membuktikan secara empiris perbedaan kinerja
keuangan perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR)
dengan perusahaan pada saat belum menerapkan Corporate Social Responsibility
(CSR), sehingga penulis memilih judul :
“Perbandingan Kinerja Keuangan antara perusahaan yang menerapkan
8 1.2 PERMASALAHAN
Pembatasan antara alat ukur kinerja keuangan dengan kinerja keuangan di terapkan
dalam penelitian ini. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang
diukur dengan menggunakan Rasio Profitabilitas {Net Profit Margin (NPM), Gross
Profit Margin dan Return On Equity (ROE)} pada perusahaan yang menerapkan
Corporate Social Responsibility (CSR) dengan perusahaan pada saat belum
menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penulis dalam penelitian ini adalah guna mengetahui dan menguji secara
empiris perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang menerapkan Corporate Social
Responsibility (CSR) dengan perusahaan pada saat belum menerapkan Corporate
Social Responsibility (CSR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Penelitain ini mengandung manfaat, antara lain :
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti
kinerja keuangan perusahaan yang telah menerapkan Corporate Social
Responsibility (CSR) dengan perusahaan pada saat belum menerapkan Corporate
Social Responsibility (CSR).
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan bagi pihak
manajemen perusahaan agar lebih memperhatikan kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR), serta diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan manajemen di masa yang akan
datang.
c. Bagi Stakeholder
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para stakeholder
sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam membuat keputusan investasi yang
tepat.
d. Bagi Peneliti yang akan datang
Penelitian ini diharapkan bias menjadi bahan bacaan dan referensi sebagai acuan
peneliti selanjutnya yang mengambil tema yang sama.
1.5 KERANGKA PEMIKIRAN
Penelitian ini akan mengungkap perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang
menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan perusahaan pada saat
belum menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR), Laporan Keuangan,
10 menggunakan Rasio Profitabilitas { Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin
dan Return On Equity (ROE) } yang akan diuji menggunakan analisis statistik.
Sehingga dapat dilihat kerangka pemikiran yang teringkas dalam bagan berikut ini :
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
1.6 HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh
karena itu rumusan masalah penelitian biasanya dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori
yang didapat belum didasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian, belum menjadi jawaban yang empiris.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan
antar perusahaan yang menerapkan dan tidak menerapkan Corporate Social
Responsibility (CSR) pada perusahaan manufaktur yang terdapat dalam Bursa Efek
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 LAPORAN KEUANGAN
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perusahaan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam beberapa cara, misalnya
laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lainnya, serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu
juga termasuk schedule dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan
tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga.
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang
posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan
ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas
2.1.2 Pengertian Laporan Tahunan
Laporan tahunan (Annual Report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaan
keuangan emiten dalam jangka waktu satu tahun. Laporan ini harus disampaikan
kepada para pemegang saham untuk disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) yang selanjutnya disahkan sebagai laporan tahunan resmi perusahaan.
Laporan tahunan (Annual Report) wajib disampaikan oleh emiten yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai pelaporan kegiatan perusahaan selama satu
tahun dan nantinya laporan ini akan digunakan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholder). Keseluruhan isi laporan tahunan ini diatur oleh
regulator Bursa Efek yaitu BAPEPAM.
2.1.3 Tujuan Laporan Tahunan
Tujuan dari laporan tahunan (Annual Report) Adalah :
1. Berguna bagi pemakai (user) laporan tahunan dalam membuat keputusan
investasi, masalah kredit atau keputusan-keputusan lainnya.
2. Menyediakan laporan yang komprehensif mengenai prospek perusahaan di masa
yang akan datang, baik kegiatan operasional, keuangan dan informasi-informasi
relevan lainnya.
3. Menyediakan informasi lain mengenai sumber daya perusahaan serta
14 2.2 KINERJA KEUANGAN
2.2.1 Pengertian Kinerja
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang dalam hal ini perusahaan
secara keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan seperti standar hasil kerja, target,
sasaran atau kriteria yang telah dientukan terlebih dahulu dan telah disepakati
bersama.
Istilah kinerja keuangan atau performance seringkali dikaitkan dengan kondisi
keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap
perusahaan karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam
mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu, tujuan pokok penilaian
kinerja adalah untuk memotivasi para karyawan dalam mencapai sasaran organisasi
dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya. Standar
perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan
dalam anggaran.
Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai
perubahan potensi sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.
Informasi kinerja adalah penting karena informasi kinerja bermanfaat untuk
yang ada. Di samping itu, informasi tersebut juga berguna dalam perumusan
perimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya.
2.2.2 Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja perusahaan meliputi proses perencanaan, pengendalian dan
proses transaksional bagi kalangan perusahaan sekuritas, fund manager, eksekutif
perusahaan, pemilik, pelaku bursa, kreditur serta stakeholders lainnya. Penilaian
kinerja keuangan oleh stakeholders digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan kepentingan mereka terhadap perusahaan.
Kepentingan terhadap perusahaan tersebut berkaitan erat dengan harapan
kesejahteraan yang mereka peroleh.
Penilaian kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan,
karena pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar menyusun system imbalan
dalam perusahaan yang dapat mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan bertujuan untuk :
1. Memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan penting
mengenai asset yang digunakan dan memacu para manajer untuk membuat
keputusan yang menyalurkan kepentingan perusahaan.
16 Pentingnya suatu analisis kinerja keuangan suatu perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Hasil dari analisis kinerja akan menjadi dasar penting bagi manajer keuangan
untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.
2. Hasil dari analisis kinerja dapat dijadikan standar dalam pengambilan keputusan
yang menyangkut efektivitas maupun efisiensi perusahaan dimasa yang akan
dating.
3. Hasil dari analisis kinerja juga dapat menjadi ukuran prestasi manajer atau
perusahaan secara keseluruhan.
4. Hasil dari analisis kinerja dapat dijadikan ukuran pertanggungjawaban
manajemen perusahaan kepada pemilik modal.
2.2.3 Metode Pengukuran Kinerja Perusahaan
Kinerja suatu perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan
selama satu periode tertentu. Pengukuran berdasarkan rasio keuangan ini sangatlah
bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dalam menyususn
laporan keuangan perusahaan. Sehingga sering kali kinerja perusahaan terlihat baik
dan meningkat, yang mana sebenarnya kinerja perusahaan tersebut tidak mengalami
Ukuran yang lazim dipakai dalam penelitian suatu perusahaan untuk menilai
kinerjanya dinyatakan dalam rasio finansial, antara lain :
1. Rasio Likuiditas
Mengukur seberapa likuid perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
dalam jangka pendek. Termasuk dalam kategori ini adalah Current Ratio, Quick
Ratio, rasio kas atas aktiva lancer, rasio kas atas utang lancar, rasio utang lancar
dan total aktiva, rasio aktiva lancar dan total utang.
2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibanya apabila perusahaan
tersebut dilikuidasi. Termasuk dalam kategori ini adalah rasio utang atas modal,
Debt to Equity Ratio (DER), dan rasio utang atas aktiva.
3. Rasio Profitabilitas (Laba)
Rasio ini ditujukan menilai seberapa bagus tingkat laba suatu perusahaan.
Termasuk dalam kelompok ini adalah Net Profit Margin (NPM), Return On
Equity (ROE), dan Gross Profit Margin.
4. Rasio Leverage
Bertujuan mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan dan juga
untuk melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang pihak luar dengan
kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Termasuk dalam
kategori ini adalah Rasio Leverage, Capital Adequacy Ratio, dan Capital
18 5. Rasio Aktivitas
Rasio ini mencoba mengukur efisiensi dari kegiatan operasional perusahaan dan
mencoba mengungkapkan maslah-masalah yang selama ini tersembunyi.
Termasuk dalam kategori ini adalah Total Assets Turn Over, Fixed Assets Turn
Over, dan Receivable Turn Over.
Apabila kinerja keuangan perusahaan menunjukkan adanya prospek yang baik, maka
sahamnya akan diminati investor dan harganya akan meningkat. Dalam konsep
investasi ada teori yang menyatakan return yang tingi mempunyai risiko yang tinggi
juga, sehingga perusahaan yang kinerjanya sangat bagus maka sangat mungkin
risiko untuk jatuh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kinerja perusahaan yang
biasa-biasa saja.
2.2.4 Alat pengukuran Kinerja Keuangan dengan Melihat pada Profitable
Secara konvensional, alat analisis yang sering digunakan dalam mengukur kinerja
keuangan dengan melihat pada laba adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba, baik dengan menggunakan seluruh
aktiva yang ada atau modal sendiri, juga menjadi alat ukur terhadap efektivitas dan
efisiensi penggunaan semua sumber daya perusahaan yang ada dalam kegiatan
operasional sehari-hari. Adapun pendekatan baru dalam menilai kinerja perusahaan
yaitu dengan menghitung dengan Net Profit Margin (NPM), Return On Equity
Alat pengukur kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini, (Syamsuddin
Lukman : 61-63) antara lain:
1. Net Profit Margin (NPM)
Menggambarkan tingkat pendapatan bersih perusahaan terhadap tingkat
penjualan. Rasio ini merupakan laba bersih yaitu penjualan sesudah dikurangi
dengan expenses termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin
tinggi Net Profit Margin, semakin baik operasi perusahaan.
2. Return On Equity (ROE)
Menunjukkan berapa persen laba bersih yang diperoleh jika diukur dari total
modal atau pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di
dalam perusahaan.
3. Gross Profit Margin (GPM)
Menunjukkan keadaaan operasi perusahaan berupa persentase dari laba kotor
dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini merupakan persentase dari laba kotor
dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar gross profit margin maka
20 2.3 PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
2.3.1 Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut World Business Council On Sustainable Development (Prabowo,2006)
tentang definisi Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen dari bisnis
atau perusahaan untuk berperilaku etis dan konstribusi terhadap pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan, sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawan dan
keluarganya, komunitas local dan masyarakat. Tanggung jawab sosial perusahaan
berarti bahwa perusahaan mampu bertanggung jawab terhadap semua kegiatannya
yng mempengaruhi manusia, komunitas mereka dan lingkungan. Hal tersebut
berdampak pada kesejahteraan manusia dan masyarakat.
Dalam UU PT No. 40 Tahun 2007, pasal 1 butir ke-3 menyebutkan, tanggung jawab
sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat,
maupun masyarakat pada umumnya.
Salah satu definisi tanggung jawab sosial yang digunakan Indonesia Business Links
(IBL) adalah strategi bisnis yang melihat bahwa kepentingan bisnis jangka panjang
dicapai dengan laba dan pertumbuhan, sejalan dengan kesejahteraan masyarakat,
perlindungan lingkungan dan peningkatan taraf hidup manusia. Corporate Social
kepentingan untuk berlaku etis, memiimalkan dampak negatif dan memaksimalkan
dampak positif yang mencakup aspek ekonomis, sosial dan lingkungan dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dibedakan menjadi tida jenis, antara lain
yaitu :
1. Ethical Corporate Social Responsibility
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk meghindari terjasinya kerusakan
lingkungan atau sosial masyarakat akibat kegiatan bisnis perusahaan.
2. Altoristik Corporate Social Responsibility
Aktivitas sosial perusahaan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup
dan kesejahteraan masyarakat tanpa terkait langsung dengan keputusan
perusahaan.
3. Strategic Corporate Social Responsibility
Aktivitas perusahaan yang ditujukan untuk meningkatkan citra perusahaan
ditarget pasarnyu meningkatkan pendapatan perusahaan.
2.3.2 Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR)
Lingkungan akuntansi sosial merupakan area yang menjadi perhatian perusahaan
sehubungan dengan pengungkapan sosial aktivitas perusahaan. Lingkup akuntansi
sosial ini terbagi menjadi beberapa kategori-kategori yang berbeda menurut para
ahli. Perbedaan tersebut dikarenakan belum adanya format standar mengenai
22 sosialnya. Jadi pengungkapan kategori-kategori antara perusahaan satu dengan
perusahaan yang lainnya mungkin berbeda-beda, tergantung pada kebutuhan
masing-masing perusahaan dan juga stakeholdernya.
Berikut ini pendapat beberapa ahli mengenai klasifikasi kategori yang ada dalam
lingkup pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), antara lain :
1. Belkaoni (1993 : 436)
Kategori-kategori yang mencakup pengungkapan sosial adalah bidang-bidang
yang terdiri dari :
a. Klasifikasi di bawah sumber daya manusia yaitu program pendidikan,
program latihan, program perluasan kesempatan kerja, kondisi kerja,
kebijakan kenaikan pangkat, dan tunjangan karyawan.
b. Sumbangan produk yaitu memperhatikan pengaruh produk atau jasa terhadap
masyarakat dengan memperhitungkan beberapa pertimbangan seperti :
kualitas produk, pembungkus produk, pengiklanan produk, ketentuan garansi
produk, dan keamanan produk.
c. Melibatkan masyarakat yaitu kegiatan yang pada dasarnya menguntungkan
masyarakat umum seperti perseroan dibidang kedermawanan, pelayanan
kesehatan, kegiatan sukarela para karyawan, program pemberian makanan,
dan perencanaan serata perbaikan masyarakat.
d. Klasifikasi sumber fisik dan sumbangan lingkungan yaitu : mengenai kualitas
udara dan air serta pengendalian polusi udara maupun pelestarian lingkungan
2. Linowes
Dalam model pelaporan akuntansi sosialnya Linowes mengklasifikasikan tiga
bentuk kategori, yaitu :
a. Berhubungan dengan Masyarakat
b. Berhubungan dengan Lingkungan
c. Berhubungan dengan Konsumen.
3. Parker ( 1989 : 178 – 180)
a. Pendekatan model pelaporan dengan Inventory Approach terdiri dari empat
kategori yaitu : Employment, Community, Product, and Environment.
b. Model pelaporan dengan Outlay-Cost Approach terdiri dari empat kategori
yaitu : Personnel, Customer, Environment, and Community.
c. Model pelaporan dengan Cost Benefit Approach : kategori yang menyangkut
kedejahteraan karyawan (Employee), kategori yang menyangkut konsumen
atau produk (customer), kategori yang menyangkut masyarakat (community),
dan kategori yang menyangkut kepala lingkungan (environment).
4. Hackston dan Milne (1999)
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab
sosial perusahaan terdiri dari tujuh kategori. Kategori untuk perusahaan
24 a. Lingkungan
- Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset, dan
pengembangan unttuk pengurangan polusi.
- Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak
mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hokum dan peraturan
polusi.
- Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan
dikurangi.
- Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan
sumber alam. Misalnya reklamasi daratan atau reboisasi.
- Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak,
air, dan kertas.
- Pengguna material daur ulang.
- Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang
dibuat oleh perusahaan.
- Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan.
- Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan.
- Kontribusi dalam hal pemugaran bangunan sejarah.
- Pengelolahan limbah.
- Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan
b. Energi
- Menggunakan energy secara lebih efisien dalam kegiatan operasi.
- Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energy.
- Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energy dari produk.
- Mengungkapkan penghematan energy sebagai hasil produk daur ulang.
- Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi.
- Pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk.mengungkapkan
kebijakan energi perusahaan.
c. Kesehatan dan Keselamaan Tenaga Kerja
- Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.
- Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja.
- Menetapkan suatu komite keselamatan kerja.
- Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamtan kerja.
- Mematuhi peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja.
- Mengungkapkan statistic kecelakaan kerja.
- Mengurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja.
- Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau
26 d. Lain-lain tentang Tentang Kerja
- Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita atau orang cacat.
- Mengungkapkan persentase atau jumlah tenaga kerja wanita atau orang
cacat dalam tingkat managerial.
- Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita atau orang cacat
dalam kerjaan.
- Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita dan orang cacat.
- Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja.
- Memberikan bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang
pendidikan.
- Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja.
- Mengungkapkan bantuan atau bimbingan bagi tenaga kerja yang dalam
proses mengundurkan diri atau yang membuat kesalahan.
- Mengungkapkan perencanaan dan kepemilikan rumah karyawan.
- Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi.
- Mengungkapkan persentase gaji untuk pension.
- Mengungkapkan kebijakan penggajian dan perusahaan.
- Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan.
- Mengungkapkan tingkatan managerial yang ada.
- Mengungkapkan disposisi staf (dimana staf ditempatkan)
- Mengungkapkan jumlah staf, masa kerja dan kelompok usia mereka.
- Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja.
e. Produk
- Pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan, termasuk
pengemasannya.
- Gambaran pengeluaran riset dan pengembanfan produk.
- Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki
produk.
- Pengungkapan bahwa produk memenuhi standar keselamatan.
- Membuat produk lebih aman untuk konsumen.
- Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan.
- Pengungkapan peningkatan kebersihan atau kesehatan dalam pengelolaan
dan penyiapan produk.
- pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan.
- Pengungkapan informasi mutu produk yang dicerminkan dalam
penerimaan penghargaan.
- Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat,
misalnya ISO 9000.
f. Keterlibatan Masyarakat
- Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas
28 - Tenaga kerja paruh waktu (part-time employment) dari mahasiswa atau
pelajar.
- Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat.
- Membantu riset medis.
- Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar, atau pameran
seni.
- Membiayai program beasiswa.
- Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat.
- Mempromosikan kampanye nasional.
- Mendukung pengembangan industri local.
g. Umum
- Pengungkapan tujuan atau kebijakan perusahaan secara umum berkaitan
dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat.
- Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain
yang disebutkan di atas.
2.3.3 Tinjauan Teoritis Terhadap Motivasi Pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR)
Beberapa motivasi yang mungkin mendorong pengungkapan informasi Corporate
1. Legitimasi Operasi Perusahaan (Teori Legitimasi)
Menurut teori legistimasi, organisasi atau perusahaan melakukan aktivitas tertentu
dalam hal pengungkapan informasi karena untuk memperoleh legitimasi dalam
masyarakat sekian dimana organisasi atau perusahaan tersebut beroperasi. Teori
ini bertumpu pada kontrak sosial yang diartikan sebagai izin dari masyarakat
untuk beroperasi. Pengugkapan informasi kepada publik adalah salah satu strategi
yang dapat dilakukan organisasi atau perusahaan untuk memperoleh dan
mempertahankan legitimasinya.
Pengungkapan informasi mengenai hubungan dan dampak operasi sebuah
organisasi atau perusahaan dengan masyarakat disekitarnya dapat diterapkan
dalam empat strategi untuk mempertahankan legitimasinya. Strategi tersebut
antara lain :
a. Mengubah ekspektasi eksternal mereka terhadap kinerja organisasi atau
perusahaan yang bersangkutan.
b. Mendidik dan menginformasikan kepada publik yang relevan mengenai
perubahan-perubahan yang terjadi pada kinerja dan aktivitas organisasi atau
perusahaan.
c. Mengubah persepsi publik, tetapi tidak mengubah perilaku aktual mereka.
d. Memanipulasi persepsi dengan mengalihkan perhatian publik kepada isu-isu
30 2. Mengelola Hubungan dengan Kelompok Stakeholder
Perusahaan atau organisasi dalam teori stakeholder juga dianggap sebagai bagian
dari sistem sosial yang lebih luas, tetapi teori ini secara spesifik membedakan
kelompok-kelompok stakeholder yang ada di dalam masyarakat.
Kekuatan stakeholder dapat diukur berdasarkan hal-hal berikut ini :
a. Kemampuan dalam mempengaruhi konsumsi benda dan jasa yang diperoleh
oleh organisasi.
b. Kekuatan terhadap sumber daya terbatas (keuangan dan tenaga kerja).
c. Kemampuan dalam melakukan perlawanan hukum terhadap organisasi atau
perusahaan yang bersangkutan.
d. Akses terhadap media masa yang berpengaruh.
Perilaku yang berbeda dari kelompok-kelompok stakeholder harus
dipertimbangkan oleh manajemen dalam menyusun strategi untuk mencapai
kesesuaian antara aktivitas organisasi atau perusahaan dengan lingkungannya.
Teori stakeholder juga menyarankan agar sebuah organisasi atau perusahaan
mengindentifikasi apa saja yang dapat memuaskan stakeholder dan juga sedang
dicari oleh stakeholder dari organisasi atau perusahaan tersebut.
3. Meningkatkan Kekayaan Pemegang Saham dan Manajer
Teori Akuntansi Positif mempunyai asumsi bahwa setiap orang melakukan
aktivitas karena didorong oleh pemenuhan kepentingan pribadi. Jika semua orang
mengartikan bahwa manajer memutuskan untuk mengungkapkan informasi
Corporate Social Responsibility (CSR) karena mereka mengharapkan akan
mendapatkan peningkatan kekayaan dari aktivitas pelaporan tersebut.
4. Regulasi yang mewajibkan Corporate Social Responsibility (CSR)
Dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Pasal 74 Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh
perusahaan. Perusahaan yang wajib melaksanakan Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan
dengan pemanfaatan sumber daya alam. Kewajiban Corporate Social
Responsibility (CSR) ini dianggarkan dan diperhitungkan oleh perusahaan dan
akan dimasukkan dalam anggaran perusahaan selama satu tahun.
Dalam Undang-Undang No.25 Tahun 2077 tentang Penanaman Modal (UU PM)
menyebutkan bahwa perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban Corporate
Social Responsibility (CSR) akan dikenai sanksi, mulai dari teguran secara lisan,
tertulis, hingga sanksi pencabutan izin usahanya.
5. Etika dan tanggung jawab sosial Perusahaan.
a. Sesuai dengan keinginan para pemegang saham, dalam hal ini publik.
b. Mengurangi tensi kebencian masyarakat kepada perusahaan yang
kadang-kadang suatu kegiatan yang dibenci masyarakat tidak mungkin dihindari.
c. Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai yang
32 d. Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat.
Sehingga jika perusahaan memiliki tanggung jawab sosial mungkin dapat
menghindari pembatasan kegiatan perusahaan.
e. Meningkatkan nama baik perusahaan, menimbulkan simpati langganan,
simpati karyawan, simpati investor, dan lain-lain.
f. Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan
masyarakat, yang mungkin akan menurunkan biaya produksi.
g. Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan harapan
masyarakat terhadap peranan perusahaan. Dalam jangka panjang, hal ini
sangat menguntungkan perusahaan.
h. Membantu kepentingan nasional, seperti konservasi alam, pemeliharaan
barang seni budaya, peningkatan pendidikan masyarakat, lapangan kerja, dan
lain-lain.
6. Dari pendapat-pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi
dan alasan perusahaan untuk melakukan pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah :
a. Upaya untuk meminimalkan resiko bisnis perusahaan.
b. Untuk meningkatkan legalitas perusahaan dihadapan stakeholder.
c. Untuk mendukung kesinambungan bisnis perusahaan.
2.4 HUBUNGAN ANTARA CSR DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
Di dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas pasal 74 menyebutkan bahwa
perseroan wajib melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR). Bila tidak,
perusahaan akan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Perusahaan yang wajib melaksanakan Corporate Social Responsibility CSR adalah
yang kegiatan usahanya berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam.
Sedangkan perusahaan yang tidak menyentuh sama sekali sumber daya alam boleh
melaksanakan Corporate Social Responsibility CSR secara sukarela.
Setelah diterapkannya Corporate Social Responsibility CSR, timbul kekhawatiran
para pengusaha di Indonesia bahwa biaya Corporate Social Responsibility CSR akan
menghambat perkembangan dunia usaha nasional. Ternyata biaya sosial yang
dikeluarkan perusahaan lebih mengarah kepada citra positif dari masyarakat terhadap
perusahaan dan juga berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Rasio-rasio
profitabilitas diperlukan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, karena
rasio-rasio ini akan menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan.
Analisis laporan keuangan merupakan pendekatan dalam mengukur kinerja
keuangan suatu perusahaan. Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE),
34 rasio-rasio tersebut maka kinerja perusahaan dinilai semakin baik. Net Profit Margin
merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan.
Semakin besar rasio ini berarti semakin baik karena dianggap kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba cukup tinggi. Sedangkan Gross Profit Margin
merupakan persentase dari laba kotor dibandingkan dengan penjualan.
Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap profitable
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan
menggunakan 5 perusahaan sebagai sampel. Penelitian tersebut menggunakan rasio
Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), Gross Profit Margin sebagai
rasio profitabilitas. Hasil penelitiannya yaitu untuk pengujian asosiasi (hubungan)
menunjukkan bahwa pengungkapan CSR memiliki hubungan yang signifikan
dengan profitabilitas pada rasio NPM, GPM, dan ROE. Untuk pengujian regresi
linear sederhana menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh secara
signifikan terhadap profitabilitas pada rasio NPM, GPM. Tetapi pengungkapan CSR
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas pada rasio ROE
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 SUMBER DATA
Menurut Sarwono (2006 : 8), dilihat dari sumber perolehannya, data dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah
data penelitian secara langsung dari sumber asli atau pertama. Sedangkan sumber
data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung atau melalui media perantara.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder karena penulis hanya
mencari dan mengumpulkannya saja dari literatur-literatur yang sudah ada. Sumber
data dalam penelitian ini diperoleh dari Kantor Bursa Efek Indonesia yang berada di
Lampung, Indonesia Capital Market Directory (ICMD), alamat website Bursa Efek
36 3.2 METODE PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan dalam mendapatkan data
yang akan diolah menjadi suatu hasil penelitian. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara mengadakan studi kepustakaan
dari berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian ini, karangan ilmiah,
serta sumber lain yang berhubungan dengan penelitian untuk menghimpun
pengetahuan teoritis serta teknik-teknik perhitungan yang berhubungan dengan
penelitian.
3.3 JENIS PENELITIAN
Melalui data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi
berupa publikasi oleh lembaga, dalam hal ini Bursa Efek Indonesia (BEI). Data ini
mengenai variabel yang terkait dalam penelitian ini, yaitu data laporan keuangan
perusahaan, yaitu meliputi neraca dan laporan laba rugi. Penelitian yang berjudul “Perbandingan Kinerja Keuangan antara Perusahaan yang Menerapkan Corporate
Social Responcibility (CSR) dengan perusahaan pada saat belum Menerapkan
Corporate Social Responcibility (CSR)” (Studi kasus perusahaan manufaktur) ini
menggunakan analisis kuantitatif, menggunakan pendekatan teoriitis relevan yang
bersifat deskriptif dan analisis kuantitatif, menggunakan statistik deskriptif dan
3.4 POPULASI PENELITIAN
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan (Sugiyono, 2008 : 115).
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.5 SAMPEL PENELITIAN
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2008 : 116). Dalam penelitian ini perusahaan yang menjadi
sampel dipilih berdasarkan Purposive Sampling atau berdasarkan kriteria tertentu
yaitu :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
merupakan emiten aktif.
2. Perusahaan secara lengkap menerbitkan laporan keuangan tahunan pada Bursa
Efek Indonesia selama periode pengamatan.
3. Perusahaan mencantumkan biaya (beban bunga) di neraca selama periode
pengamatan.
4. Perusahaan memiliki informasi yang lengkap mengenai pinjaman jangka pendek
38 5. Perusahaan yang menjadi sampel untuk perusahaan yang menerapkan Corporate
Social Responsibility (CSR) mengungkapkan kegiatan Corporate Social
Responsibility CSR nya pada Annual Report maupun website resmi perusahaan
secara periodik.
Berdasarkan kriteria tersebut, didapat 5 (lima) perusahaan yang dijadikan sampel
perbandingan perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR)
dan perusahaan pada saat belum menerapkan Corporate Social Responsibility
(CSR), maka sampel penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
memenuhi kriteria seperti di atas.
Tabel 3.1 Perusahaan yang akan dijadikan sampel dalam mengungkap
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh
dari laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sumber data berasal dari :
1. Indonesia Capital Market Directory (ICMD) berupa summary dari laporan
keuangan tahunan.
2. Bursa Efek Indonesia yang berada di Lampung dan website BEI
(hhp://202.155.2.90/corporate_action/new_info_jsx/jenis_informasi/01_Laporan
_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan/) berupa laporan keuangan
tahunan.
3. Serta website resmi perusahaan yang menjadi sampel untuk melihat lebih akurat
pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan.
Populasi penelitian ini adalah lima perusahaan manufaktur yang listed di BEI.
Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Tabel 1.5 berikut ini
40 Tabel 3.2 Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan merupakan 147* emiten aktif
Perusahaan yang tidak secara lengkap mengeluarkan laporan
keuangan tahunan (21)
Perusahaan tidak mencantumkan biaya (beban bunga) di neraca
(63)
Perusahaan tidak memiliki informasi yang lengkap mengenai
pinjaman jangka pendek tanpa bunga (14)
Perusahaan yang tidak lengkap mengungkapkan pelaporan CSR
selama periode pengamatan (12)
Jumlah Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian : 10
- Perusahaan yang menerapkan CSR (5)
- Perusahaan yang tidak menerapkan CSR (5)
Sumber : Data dari ICMD
Berdasarkan tabel 4.4 Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian, diperoleh 5 sampel
perusahaan manufaktur yang telah mengungkapkan pelaporan Corporate Social
3.6 VARIABEL PENELITIAN
Pada dasarnya variable dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan. Secara
spesifik, kinerja keuangan disini difokuskan terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) dan perusahaan
pada saat belum menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR), indikator yang
digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan antara lain :
1. Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini menggambarkan tingkat pendapatan bersih perusahaan terhadap
tingkat penjualan.
Rasio Net Profit Margin (NPM) dapat dihitung dengan rumus :
Laba Bersih Setelah Pajak Net Profit Margin (NPM) =
Penjualan
2. Return on Investment (ROE)
Rasio ini menunjukkan berapa persen laba bersih yang diperoleh jika diukur dari
total modal. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Laba Bersih Setelah Pajak Return On Equity (ROE) =
42 3. Gross Profit Margin
Menunjukkan keadaaan operasi perusahaan berupa persentase dari laba kotor
dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Laba Kotor Gross Profit Margin =
Penjualan
3.7 TEKNIK ANALISIS DATA
Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variable dan
jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variable dari seluruh responden,
menyajikan data tiap variable yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab
rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah
diajukan.
3.7.1 Analisis Kualitatif
Analisis kualitas merupakan metode analisis yang digunakan pada data yang
dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar. Analisis ini digunakan untuk
menganalisis data dengan menggunakan pendekatan teoriitis relevan yang bersifat
3.7.2 Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif merupakan metode analisis yang digunakan pada data yang
berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan inferensial,
sebagai berikut :
1. Statistik Deskriptif
Ststistik ini merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Statistik Deskriptif
dalam penelitian ini adalah dengan melihat nilai mean (rata-rata hitung), standar
deviasi (penyimpangan data dari rata-rata), serta nilai maksimum dan minimum
dari setiap variabel penelitian.
2. Statistik Inferensial
Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis
data sampel, dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Dalam pengujian
hipotesis yang menggunakan statistik inferensial ini peneliti menggunakan
44 3.8 METODE ANALISIS
3.8.1 Pengujian Normalitas Data
Ghozali (2001), menyatakan bahwa uji normalitas adalah untuk menguji apakah
model regresi, variabel independen, dan variabel dependennya memiliki distribusi
data normal atau tidak. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal dari grafik dalam data yang dihasilkan dengan
menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya adalah :
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau garis histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau garis histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Selain itu pengujian normalitas data juga dilakukan dengan menggunakan grafik,
dimana jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal
maka data distribusi normal, jika data menyebar jauh dari garis diagonal, maka data
tidak berdistribusi normal.
Setelah melakukan uji normalitas maka akan diketahui jenis alat analisis yang
a. Jika data berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis yang dilakukan dengan
uji parametrik menggunakan Independent Sample Test dengan tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan analisi (α) 5%.
b. Sedangkan jika data tidak berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis
dilakukan dengan uji beda menggunakan analisis uji statistik.
3.8.2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesisi berkaitan dengan adanya perbedaaan antara kinerja keuangan
perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan
perusahaan pada saat belum menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR)
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan hasil uji normalitas, keseluruhan hipotesis pada penelitian ini
menggunakan alat Uji Statistik.
Uji Beda Menggunakan Analisis Uji Statistik
Apabila signifikansi (sig) uji beda untuk 2 sampel dependen dengan uji 2 sisi lebih
kecil dari 0,025 (Sig/2 < 0,025) maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan
kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio profitabilitas { Net Profit
Margin (NPM), Return On Equity (ROE), Gross Profit Margin } antara perusahaan
yang menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan perusahaan pada
saat belum menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan
46 Namun apabila Signifikasi (Sig) uji beda 2 sampel dependen dengan uji 2 sisi lebih
besar dari 0,025 (Sig/ > 0,025) maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
perbedaaan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio profitabilitas
{ Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), Gross Profit Margin } antara
perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan
perusahaan pada saat belum menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja keuangan yang diukur dengan Net Profit Margin (NPM) pada perusahaan
Sesudah menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan perusahaan
Sebelum menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR).
2. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja keuangan yang diukur dengan Return On Equity (ROE) pada perusahaan
Sesudah menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan perusahaan
Sebelum menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR).
3. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
65 5.2SARAN
Dari permasalahan yang timbul, serta dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka
penulis memaparkan keterbatasan penelitian dan memberikan saran sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya menguji perbedaan kinerja keuangan dari rasio profitabilitas saja,
sedangkan masih banyak rasio lainnya yang digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan perusahaan. Oleh karena itu, untuk penelitian berikutnya diharapkan dapat
menggunakan rasio lain yang berkaitan dengan kinerja perusahaan dan pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR).
2. Perusahaan ini hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang go public di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat
menggunakan sampel perusahaan yang lebih kompleks dan memperpanjang periode
penelitian, sehingga hasil penelitian lebih dapat digeneralisir untuk jenis
perusahaan-perusahaan lain dan lebih akurat. Periode penelitian yang lebih panjang akan
memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh hasil yang lebih
mendekati kondisi sebenarnya.
3. Menggunakan metode perhitungan yang berbeda dapat menyebabkan hasil yang berbeda
pula, sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan mempertimbangkan pemilihan
metode perhitungan yang telah teruji sehingga hasilnya dapat lebih akurat.
4. Bagi manajemen perusahaan, penulis menyarankan untuk lebih meningkatkan
melakukan perusahaan Sesudah menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR)
karena dalam jangka panjang, kinerja keuangan perusahaan Sesudah menerapkan
Corporate Social Responsibility (CSR) dan Sebelum menerapkan Corporate Social
Responsibility (CSR) berbeda dan perusahaan yang menerapkan CSR memiliki kinerja
yang lebih baik dibanding dengan perusahaan yang belum menerapkan CSR.
4. Bagi investor, penulis menyarankan untuk memperhatikan kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh perusahaan, karena kinerja keuangan
perusahaan Sesudah menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan
perusahaan Sebelum menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) berbeda.
Corporate Social Responsibility (CSR) juga dapat meningkatkan Return On Equity
(ROE) dan Gross Profit Margin
5. Bagi penelitian selanjutnya yang ingin mengambil tema yang sama agar dapat
DAFTAR PUSTAKA
Budiarta, Ketut, 2008. Buletin Studi Ekonomi Volume 13 Nomor 2 : Cara
Pandang Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2007 Dan Undang-Undang
RI No 17 Tahun 2000 Terhadap Corporate Social Responcibility (CSR).
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar.
Cahya, Bramantya Adhi. 2010. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responcibility)
(Studi pada Bank Indonesia Periode Tahun 2007-2008). Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika : Teori, Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS.17. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hanafi, Mamduh M. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi 1, Cetakan kedua.
BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.
Helfert, Erich. A. 1996. Teknik Analisis Keuangan, Petunjuk Praktis Untuk
Mengelola dan mengukur Kinerja Perusahaan. Edisi Kedelapan.
Erlangga. Jakarta.
Noor, Akhmad Syarifudin. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di BEI.
Universitas Antakusuma Pangkalan Bun. Pangkalan Bun..
Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan,Teori dan Aplikasi. Edisi 4, Cetakan
kedua. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.
Supranto, J. 2001. Statistik (Teori dan Aplikasi). Edisi Keenam, Jilid 2. Erlangga.
Jakarta.
Kusumadilaga, Rimba. 2010. PengaruhCorporate Social Responcibility (CSR)
Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas Sebagai Variabel
Moderating (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro, Semarang.
Lestari, Puji. 2009. Perbandingan Kinerja KEuangan Perusahaan dengan
Menggunakan Merode EVA antara Perusahaan yang Menerapkan CSR
dan Tidak Menerapkan CSR. Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung.
Prabowo, Angga. 2009. Kajian Efektivitas Program CSR Yayasan Unilever
Indonesia (Studi Kasus : Pasar Minggu, Jakarta). Fakultas Ekonomi
Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Susilawati, Ely Dwi. 2010. PengaruhCorporate Social Responcibility (CSR).
tahun 2006-2008). Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiayah
Surakarta.
Harahap, Sofyan Syafri, 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. 1990. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Edisi 9, Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1995. Manajemen Keuangan. Edisi 9,
Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta.
Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1997. Manajemen Keuangan. Edisi 9,
Jilid 2. Binarupa Aksara. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal
Vernando, Rico. 2008. Pengaruh Pengungkapan Sosial terhadap Profitabilitas
Perusahaan Manufaktur Yang terdaftar di BEI. Fakultas Ekonomi,
Universitas Lampung
http://202.155.2.90/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_laporan_k
euangan/02_Soft_copy_laporan_keuangan/