• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT PENDATANG TERHADAP ADAT SEBAMBANGAN BUDAYA LAMPUNG DI LINGKUNGAN III CELIKAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT PENDATANG TERHADAP ADAT SEBAMBANGAN BUDAYA LAMPUNG DI LINGKUNGAN III CELIKAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2014"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT PENDATANG TERHADAP ADAT

SEBAMBANGAN BUDAYA LAMPUNG DI LINGKUNGAN

III CELIKAH KABUPATEN LAMPUNG

TENGAH TAHUN 2014

Oleh

Septiana Kurniasih

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan persepsi masyarakat pendatang terhadap adat sebambangan budaya lampung di lingkungan III celikah kabupaten lampung tengah 2014. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 orang. Analisis data menggunakan presentase.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) persepsi masyarakat pendatang (X) dominan pada kategori menerima dengan persentase 50%, (2) adat sebambangan (Y) dominan pada kategori menerima dengan persentase 28,12%, (3) hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang positif, signifikan, dan kategori keeratan tinggi antara persepsi masyarakat pendatang terhadap adat sebambangan, artinya semakin masyarakat paham terhadap adat sebambangan mungkinkan semakin masyarakat menerima tehadap adat sebambangan.

(2)
(3)

PERSEPSI MASYARAKAT PENDATANG TERHADAP ADAT

SEBAMBANGAN BUDAYA LAMPUNG DI LINGKUNGAN

III CELIKAH KABUPATEN LAMPUNG

TENGAH TAHUN 2014

(skripsi)

Oleh

SEPTIANA KURNIASIH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Septiana Kurniasih, dilahirkan di Desa Seputih Jaya Kabupaten Lampung Tengah, pada 24 September 1992 yang merupakan putri pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Zainal Abidin dan Ibu Marni

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:

1. Sekolah Dasar Negeri 1 Seputih Jaya yang diselesaikan pada tahun 2004. 2. SMP Negeri 1 Gunung Sugih yang diselesaikan pada tahun 2007.

3. SMA Negeri 1 Gunung Sugih yang diselesaikan pada tahun 2010.

(8)

Moto

“Perkokohlah bahteramu, karena samudra itu dalam.

Perkayalah bekalmu, karena perjalanan itu panjang.

Ikhlaskanlah amalmu, karena pengintaian itu jeli”.

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan syukur kepada ALLAH SWT, kupersembahkan

karya kecil ini sebagai tanda bukti dan cinta kasih kepada :

“Kedua orang tuaku, ayah

anda Zainal Abidin dan ibunda marmi

tercinta yang selalu menjadi semanagt dalam hidupku, kesabaran

dan do’a dalam setiap sujudmu untuk

, Menanti keberhasilanku

serta harapan disetiap tetesan

Keringatmu demi keberhasilanku”

Adik-adikku serta saudara-saudaraku tersayang, yang dengan

kasihnya selalu mendukung dan mendo’akanku”

Leo chandra, s. Pd yang selalu menemani keadaan suka maupun

duka, membantu dalam menyeesaikan skripsi

”.

“Teman

-teman PPKN 2010 yang selalu memberikan semangat dan

mendo’akan keberhasilanku”

Serta

(10)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Persepsi Masyarakat Pendatang Terhadap Adat Sebambangan Budaya

Lampung Di Lingkungan III Celikah Kabupaten Lampung Tengah 2014. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(11)

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Thoha B.S Jaya, M.S, selaku pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si, selaku pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H, selaku pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

7. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si selaku pembimbing I, terimakasih atas masukan, saran, dan kritikannya pada penulis.

8. Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II, terimakasih atas masukan, saran, dan kritikannya pada penulis.

9. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd selaku pembahas I, terimakasih atas masukan, saran, dan kritikannya pada penulis.

10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(12)

12. Bapak Basuki, selaku Kepala Lingkungan III Celikah Kabupaten Lampung Tengah yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

13. Bapak dan Ibu serta staf kelurahan Celikah Kabupaten Lampung Tengah yang telah membantu dalam penelitian kepada penulis.

14. Masyarakat lingkungan III Celikah Kabupaten Lampung Tengah yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian.

15. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Bapak Zainal Abidin dan Ibu Marni terimakasih atas keikhlasan, cinta dan kasih sayang, doa, motivasi, moral serta finansial yang tidak akan pernah terbayarkan. Untuk adik-adikku Indah Yuliana, Bagus Suteja, Rahmat Ginanjar, Habibie Ferdiansyah

Terimakasih atas do’a, dukungan, bantuan, perhatian dan cinta kasih yang

diberikan.

16. Leo Chandra, S.Pd yang selalu menemani, menyayangi dan membantu jalanya penyelesaian skripsi

17. Sahabat-sahabat terbaikku di PPKn 2010, Ade Yulia, Fitri, Anesya Puspita, Heni, Nina, Eka F, Hikmah, Evi, Imanida Hutagalung serta semua teman-teman PPKn yang tidak bisa disebutkan satu persatu semoga kebersamaan kita ini akan tetap selalu ada, walaupun kadang-kadang ada kesalahpahaman diantara kita namun kebersamaan dan kenangan tidak akan terlupakan.

(13)

19. Teman-teman seperjuangan KKN, PPL MTs Nurul Ulum Purajaya terima kasih atas kebersamaannya dalam perjuangan kita). Desa Purajaya, Kabupaten Lampung Barat, terimakasih atas tempat menimba ilmu kami. 20. Adik tingkat PPKn 2011 sampai 2013 baik reguler maupun mandiri, genap

maupun ganjil terima kasih atas motivasi dan segala bantuan serta canda tawanya.

21. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/i serta teman-teman berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis,

(14)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

SANWACANA ... vii

SURAT PERNYATAAN ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

LAMPIRAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. ManfaatPenelitian ... 6

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

1. Ruang LingkupIlmu ... 7

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 7

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian ... 7

3. Ruang LingkupWilayah Penelitian ... 8

4. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ... 8

BAB II. TINJUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 9

1. Pengertian Persepsi Masyarakat Pendatang ... 9

2. Pengertian Budaya Lampung ... 13

3. Pengertian Adat Perkawinan ... 17

(15)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel ... 34

C. Variabel Penelitian ... 36

D. Devinisi KonsptualVariabel ... 37

E. Definisi Operasional ... 38

F. Rencana Pengukuran Variabel ... 39

G . Tekhnik Pengumpulan Data ... 49

1. Teknik Pokok ... 39

2. Teknik Penunjang... 39

H. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 40

a. Uji Validitas ... 40

2. Uji Reliabilitas ... 40

I. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Langkah-Langkah Penelitian ... 44

1. Persiapan judul ... 44

2. Penelitian Pendahuluan ... 44

3. Pengajuan Rencana Penelitian ... 45

4. Penyusunan Alat Pengumpulan Data ... 46

B. Pelaksanaan Uji Coba Angket 1.Analisis Validitas Angket ... 47

2. Analisis Reabilitas Angket ... 47

3. Sejarah Lingkungan III Calikah ... 52

C. Deskripsi Data ... 54

1. Pengumpulan Data ... 54

2. Penyajian data ... 54

D. Pembahasan ... 70

a. Pemahaman Masyarakat Pendatang ... 70

b. Tanggapan Masyarakat Pendatang ... 75

c. Sikap Masyarakat Pendatang ... 77

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Tanggapan Masyarakat Terhadap Adat Budaya Setempat Di Desa Celikah Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten

Lampung Tengah ... 4 Tabel 3.1 Data jumlah kepala keluarga (KK) Pendatang Di Lingkungan

III Desa Celikah Kabupaten Lampung Tengah 2014 ... 35 Tabel. 3.2 Data Jumlah Sampel Kepala Keluarga Di Lingkungan III Celikah ... 36 Tabel. 4.1 Hasil Uji Coba Angket Item Ganjil Persepsi Masyarakat

Pendatang Di Lingkungan III Celikah Kelurahan Seputih

Jaya Kabupaten Lampung Tengah... ..48 Tabel.4.2 Hasil Uji Coba Angket Item Genap Persepsi Masyarakat

Pendatang Di Lingkungan III Celikah Kelurahan Seputih

Jaya Kabupaten Lampung Tengah... ... ...49 Tabel. 4.3 Kerja Antara Item Genap Dan Ganjil Dari HasilUji Coba

Angket Persepsi Masyarakat Pendatang Di Lingkungan III

Celikah Kelurahan Seputih Jaya Kabupaten Lampung Tengah... ...49 Tabel 4.4 Hasil Analis Pemahaman Masyarakat Pendatang Terhadap Adat

Sebambangan Budaya Lampung...56 Tabel 4.5 Distribusi Skor Hasil Analis Pemahaman Masyarakat Pendatang

Terhadap Adat Sebambangan Budaya Lampung... . ... 58 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Mengenai pemahaman masyarakat

(17)
(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Keterangan Dekan ... 83

2. Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 84

3. Surat Izin Penelitian ... 85

4. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian Di Lingkungan III Celikah Seputih Jaya Lampung Tengah ... 86

5. Angket Penelitian ... 87

6. Distribusi angket indikator pemahaman masyarakat pendatang ... 93

7. Distribusi angket indikator tanggapan masyarakat pendatang ... 94

8. Distribusi angket indikator sikap masyarakat pendatang ... 95

(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya terdapat berbagai macam keragaman budaya, budaya merupakan satu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi kegenerasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang diantaranya termasuk unsur sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan sekelompok orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya sangat berkaitan erat dengan adat istiadat.

(21)

2

Masyarakat Lampung pada umumnya terdiri dua kelompok besar yaitu masyarakat adat Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin. Salah satunya di desa Celikah kelurahan Seputih Jaya kabupaten Lampung Tengah terdapat masyarakat adat Lampung. Pernikahan adat Lampung baik Saibatin maupun Pepadun terdapat berbagai macam adat perkawinan salah satunya perkawinan adat sebambangan yang biasanya disebut kawin lari. Sebambangan atau kawin lari biasanya terjadi apabila orang tua pihak perempuan tidak setuju dan kurangnya biaya untuk mengikuti prosesi adat lamaran.

Berdasarkan realita yang ada, bahwa adat sebambangan ini merupakan salah satu adat pernikahan yang ada pada masyarakat Lampung. Hal ini tentunya bagi masyarakat pendatang tentu saja ingin mengetahui apakah adat sebambangan baik atau tidak pada masyarakat yang berkembang seperti kenyataan diatas. Masyarakat pendatang merupakan sebagai masyarakat yang datang dari suatu daerah kedaerah lain akibat mutasi. Masyarakat pendatang di provinsi Lampung dengan demikian dapat dikatakan sebagai suku daerah lain berdomisili di daerah Lampung, yang adat istiadatnya berbeda dengan adat istiadat masyarakat pribumi (masyarakat Lampung). Masyarakat pendatang pada umumnya beranggapan bahwa adat sebambangan budaya Lampung kurang baik untuk dilestarikan karena tidak sesuai kaidah norma agama dan norma hukum yang berlaku dalam masyakat.

(22)

3

prinsip hidup merupakan cara pandang seseorang untuk menyikapi suatu masalah yang dianggap baik atau buruk.

Sesuai dengan perbedaan prinsip hidup masing-masing masyarakat dan perbedaan adat istiadat masyarakat yang satu dan masyarakat yang lainnya terkadang membuat seseorang atau sekelompok orang kurang beradaptasi dengan lingkungannya, serta cenderung kurang paham terhadap adat istiadat yang berbeda dengan kelompok masyarakat. Akibat dari kurangnya pemahaman membuat asumsi masyarakat menjadi kurang baik terhadap adat budaya yang berbeda pada masyarakat lain yang pada dasarnya belum tentu buruk. Seharusnya dengan adanya keberagaman prinsip hidup tersebut masyarakat dapat saling menghargai satu sama lain tanpa menimbulkan pertentangan pandangan.

(23)

4

Tabel 1.1 Tanggapan Masyarakat Terhadap Adat Budaya Setempat Di Lingkunan III Celikah Kelurahan Seputih Jaya Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014

No Aspek Yang Diamati Tanggapan Masyakat Baik/

Menerima

Sedang/ Kurang menerima

Kurang/Tidak Menerima 1 Tingkat pemahaman

adat setempat

2 Aspek pengalaman melaksanakan adat budaya setempat

3 Sikap masyarakat terhadap budaya setempat

Sumber: Hasil Observasi Penelitian Pendahuluan Di Lingkungan III Celikah

Tabel di atas menunjukan rata-rata bahwa kurangnya pemahman dan kurangnya pengalaman mengikuti (melihat) prosesi penyelesaian adat Sebambangan oleh masyarakat pendatang terhadap adat sebambangan. Faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya adat sebambangan antara lain karena faktor keinginan pria dan wanita untuk melakukan pekawinan disebabkan karena tidak ada persetujuan orang tua untuk melakukan pernikahan. faktor lain timbul karena pihak laki-laki tidak sanggup membayar uang atau tidak sanggup membayar uang pesta perkawinan adat yang menggunakan cara lamaran. Namun, meskipun demikian pasangan yang telah melakukan sebambangan dapat diterima juga baik dalam keluarga maupun pada kelompok masyarakat.

(24)

5

Berdasarkan fenomena inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang ” Persepsi Masyarakat Pendatang Terhadap Adat Sebambangan

Budaya Lampung Di Lingkungan III Celikah Lampung Tengah Tahun

2014”.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Pemahaman masyarakat terhadap budaya setempat oleh masyarakat pendatang berkaitan dengan sikap.

2. Faktor Pengalaman dalam melaksanakan adat istiadat berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap budaya setempat.

3. Sikap seseorang terhadap budaya setempat berpengaruh pada kesediaan melaksanakan budaya adat kebiasaannya.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut penelitian ini membatasi pada Persepsi Masyarakat Pendatang Terbatas Suku lain yang bermukim di Celikah Terhadap Adat Sebambangan Budaya Lampung Pada Adat Lampung Pepadun dan Saibatin Di Lingkungn III Celikah Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014.

D.Rumusan Masalah

(25)

6

Terhadap Adat Sebambangan Budaya Lampung Di Lingkungan III Celikah Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014 ?

E.Tujuan dan kegunaan penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Persepsi Masyarakat Pendatang terhadap Adat Sebambangan Budaya Lampung Di Lingkungan III Celikah Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014.

2. Manfaat penelitian

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk memperkaya dan mengetahui konsep-konsep pendidikan, khususnya pendidikan kewarganegaraan yang berhubungan dengan konsep pendidikan nilai moral pancasila karena berkenaan dengan nilai-nilai adat budaya tentang sebambangan Lampung.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Masyarakat

(26)

7

2. Bagi guru

Sebagai suplemen dalam membahas tentang pokok bahasan keragaman budaya khususnya budaya adat sebambangan Lampung pada SMA kelas XI.

F. Ruang lingkup penelitian

1.Ruag Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu pendidikan khususnya PKn kawasan pendidikan nilai dan moral karena mengkaji tentang adat istiadat yang berbeda budaya dan di fokuskan pada adat sebambangan budaya Lampung.

2.Ruang Lingkup Objek

Objek penelitian ini adalah Persepsi Masyarakat Pendatang Terhadap Adat Sebambangan Budaya Lampung Di Lingkungan III Celikah Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014.

3. Ruang Lingkup Subjek

(27)

8

4. Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah penelitian ini adalah di Lingkungan III Celikah kelurahan Seputih Jaya kabupaten Lampung Tengah.

5. Ruang Lingkup Waktu

(28)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Deskripsi Teori

1. Pengertian Persepsi Masyarakat Pendatang

a. Pengertian persepsi

Setiap orang mempunyai pendapat (persepsi) yang berbeda-beda terhadap obyek rangsang yang sama. Perbedaan persepsi antara individu dengan individu lainya terhadap obyek tertentu, tergantung pada kemampuan seseorang dalam menanggapi, mengorganisir, dan menafsirkan informasi tersbut.

Menurut Suranto Aw (2010: 107) “Persepsi merupakan proses internal

yang diakui individu dalam menyeleksi, dan mengatur stimuli yang datang dari luar. Stimuli itu ditangkap oleh indera, secara spontan pikiran dan perasaan kita akan memberi makna atas stimuli tersebut. Secara sederhana persepsi dapat dikatakan sebagai proses individu dalam

memahami kontak/ hubungan dengan dunia sekelilingnya”.

Menurut Verderber dalam Suranto Aw (2010: 107) membuat definisi,

(29)

10

Menurut pendapat Young dalam Adrian (2010:1) yang dimaksud dengan persepsi adalah:

Persepsi merupakan aktivitas mengindra, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan pengindraan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada dilingkungannya. Sensasi - sensasi dari lingkugan akan diolah bersama - sama dengan hal - hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap, ingatan, dan lain-lain.

Menurut Sarwono (2009: 51) “Persepsi merupakan pengalaman untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan sebagainya

itu selanjutnya di interorientasi”.

Menurut Shaleh (2009:110) menyatakan bahwa “Persepsi merupakan

sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data

indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa

sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan

diri kita sendiri.”

Senada dengan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi merupakan pandangan/ penilaian seseorang terhadap suatu objek peristiwa yang menjadi pusat perhatiannya dan hasil penilaian ini akan memberikan pengaruh baik atau tidaknya terhadap prilaku obyek yang menjadi titik perhatianya tersebut.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

(30)

11

1. Pengamat.Penginterpretasian dari apa yang seseorang lihat bergantung pada karakteristik pribadi orang tersebut.

2. Sikap. Sikap atau attitude seseorang sangat mempengaruhi persepsi yang dibentuknya akan hal-hal di sekitarnya.

3. Motif atau alasan di balik tindakan yang dilakukan seseorang yang mampu menstimulasi dan memberikan pengaruh kuat terhadap pembentukan persepsi mereka akan segala sesuatu

4. Ketertarikan atau interest. Fokus perhatian kita terhadap hal-hal yang tengah dihadapi membuat persepsi orang berbeda-beda.

5. Pengalaman. Pengetahuan atau kejadian yang telah didapatkan dan dialami seseorang.

6. Harapan atau Ekspektasi, yakni gambaran atau ilustrasi yang membentuk sebuah pencitraan terhadap sebuah keadaan.

7.

c. Pengertian Masyarakat dan Masyarakat Pendatang

Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal kata socius yang

berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab,

yaitu syirk, artinya bergaul ini karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.

Menurut Koenjaraningrat (2012: 122) “masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat-istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa

identitas bersama”.

Dalam buku sosiologi kelompok dan masalah sosial karangan (Syani,

1987: 30), dijelaskan bahwa perkataan “masyarakat berasal dari kata

(31)

12

dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya

mendapat kesepakatan menjadi masyarakat (Indonesia)”.

Menurut Syani (2013: 30) mendefinisikan bahwa:

Masyarakat sebagai community dapat dilihat dari dua sudut pandang; Perta memandang comunity sebagai unsur statis, artinya comunity terbentuk dalam suatu wadah/ tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukan bagian dari kesatuan masyarakat sehinggga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat setempat, misalnya kampung , dusun atau kota-kota kecil. Masyarakat setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan sosial. Disamping itu dilengkapi pula Oleh adanya perasaan sosial, nilai-nilai dan norma-norma yang timbul atas akibat dari adanya pergaulan hidup atau hidup bersama manusia. Kedua, community dipandang sebagai unsur yang dinamis, artinya menyangkut suatu proses (nya) yang terbentuk melalui faktor psikologis dan hubungan antar manusia, maka didalamnya terkandung unsur-unsur kepentingan, keinginan atau tujuan-tujuan yang sifatnya fungsional.

Menurut Parsons (2011: 264) mendefinisikan “masyarakat sebagai suatu

jenis sistem sosial yang dicirikan oleh tingkat kecukupan diri yang relatif bagi lingkungannya, termasuk sistem sosial yang lain”.

Menurut Comte dalam Syani (2012: 31) “masyarakat merupakan kelompok kelompok mahkluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dengan berkembang

menurut pola perkembangannya tersendiri”.

(32)

13

Menurut Soekanto (2012: 32), ciri-ciri dari masyarakat yaitu: 1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama 2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama

3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan 4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama

Berdasarkan pengertian dan ciri-ciri masyarakat yang dikemukakan para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan manusia (individu) yang bertempat tinggal di wilayah tertentu dimana saling berinteraksi dalam kehidupan sosialnya, berkumpul dan saling ketergatungan antara individu satu dan individu lainnya. Masyarakat pendatang didefinisikan sebagai masyarakat yang datang dari suatu daerah ke daerah lain akibat mutasi dan hidup bermasyarakat bersatu dengan yang lainnya dimana menimbulkan perbedaan baik suku, ras, budaya, dan adat istiadat pada masyarakat pribumi. Masyarakat pendatang di propinsi Lampung dengan demikian diartikan sebagai suku daerah lain berdomisili di daerah Lampung yang adat istiadatnya berbeda dengan adat istiadat masyarakat pribumi (masyarakat Lampung).

2. Pengertian Budaya Lampung

a. Pengertian Budaya (Kebudayaan)

(33)

14

Menurut Koentjaraningrat (1984: 45), “dijelaskan bahwa kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta Buddhayah, adalah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Demikian, kebudayaan itu dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Adapun istilah culture, sama artinya dengan kebudayaan, yaitu dari kata latin

colere yang berarti mengolah atau mengerjakan”.

Menurut Soemardjan dan Soemardi dalam Gunawan (2010: 16)

“kebudayaan merupakan semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat”.

Menurut Linton dalam Setiadi (2008: 28) mengatakan bahwa

“kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang

dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat

lainnya”.

Menurut Syani (2012: 48), terdapat definisi kebudayaan menurut para ahli sebagai berikut:

1. Herskovist dan Malinowski memberikan definisi kebudayaan sebagai suatu yang superorganik.

2. E.B Taylor melihat kebudayaan sebagai kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum data-istiadat dab kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan sebagai warga masyarakat.

(34)

15

keperluan dasarnya untuk dapat bertahan hidup, meneruskan keturunan dan mengatur pengalaman sosialnya.

4. Hasan Shadily, kebudayaan berarti keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral hukum, adat kebiasaan, dan lain-lain kepandaian.

5. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengemukakan bahwa kebudayaan itu adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

6. C. Kluckhonhnmengemukakan batasan bahwa kebudayaan itu adalah seluruh cara hidup suatu masyarakat.

7. Koentjaraningrat mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karya itu.

Menurut Kluckhohn (2012: 46) terdapat tujuh unsur kebudayaan yang dapat dianggap sebagai cultural universal, yaitu:

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpor dan sebagainya).

2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, perternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya).

3.Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan).

4.Bahasa (lisan maupun tertulis).

5.Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya). 6.Sistem pengetahauan

(35)

16

Menurut Koentjaraningrat dalam Meinarno (2011: 90) mendefinisikan

“kebudayaan sebagai seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan manusia dengan belajar”.

Budaya dalam masyarakat terbagi menjadi 3:

1. Prilaku: cara bertindak atau berprilaku tertentu dalam situasi tertentu di dalam masyarakat dengan pola prilaku yang di atur dengan norma.

2. Bahasa: sebuah sistem simbol yang dibunyikan dengan suara dan ditangkap oleh telinga.

3. Materi: budaya materi merupakan hasil kreativitas, perbuatan dan karya manusia, dalam masyarakat berupa antara lain pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, dan lain-lain.

Menurut Koenjaraningrat dalam Meinarno (2011: 91) Terdapat tiga unsur budaya cenderung bertahan yaitu 1. Unsur mata pencaharian, 2. Unsur teknologi, 3. Pengetahuan

Senada dengan pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa kebudayaan merupakan hasil karya, cipta termasuk prilaku masyarakat yang di wariskan secara turun temurun dari zaman dahulu hingga saat ini.

b. Budaya Masyarakat Lampung

(36)

17

a. Agama Islam b. Kekerabatan partial

c. Politik kepemimpinan berdasarkan keturunan d. Ekonomi bercocok tanam/ Pertanian

e. Kesenian: Tari, Pencak, Musik, Sastra, dll.

Masyarakat adat Lampung pada umumnya terbagi dalam dua adat yaitu masyarakat adat Pepadun dan masyarakat adat Saibatin.

3. Pengertian Adat Perkawinan a. Pengertian Adat

Adat-istiadat merupakan tata-kelakuan yang berupa aturan-aturan yang mempunyai sanksi yang lebih keras. Selain itu adat istiadat dapat diartikan sebagai prilaku yang bersumber pada kesusilaan kemasyarakatan atau kesusilan umum.

Menurut Panghulu dalam Soekanto (2012: 70) kata “adat sebenarnya

berasal dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan. Pendapat lain mengatakan, bahwa adat sebenarnya berasal dari bahasa sansekerta

(berarti “bukan”) dan dato (yang artinya “sifat kebendaan”.) dengan

demikian maka adat sebenarnya berarti sifat immateril: artinya, adat menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan sistem kepercayaan”.

(37)

18

1. Adat yang sebenar adat. 2. Adat Istiadat

3. Adat nan beradat 4. Adat yang diadatkan.

Menurut Setiady (2009: 1) “adat merupakan kebiasaan masyarakat, dan

kelompok-kelompok masyarakat lambat laun menjadikan adat itu sebagai adat yang seharusnya berlaku bagi semua anggota masyarakat dengan

dilengkapi oleh sanksi, sehingga menjadi hukum adat”.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahawa adat merupakan kepercayaan tata prilaku yang dianggap baik atau buruk oleh masyarakat dimana di dalamnya terdapat sanksi yang keras dan bersumber pada kesusilaan umum.

b. Pengertian Perkawinan

Menurut Scholten dalam Delsa, (2013: 1), “Perkawinan adalah hubungan hukum antara seorang pria dan seorang wanita untuk hidup bersama

dengan kekal, yang diakui oleh Negara”.

Rasyid dalam Sudarsono (2005: 36), “Pengertian Perkawinan adalah

akad yang menghalalkan pergaulan yang membatasi hak dan kewajiban serta bertolong-tolongan antara seorang laki-laki dan seseorang

perempuan yang antara keduanya bukan muhrim”.

(38)

19

Sejalan dengan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas perkawinan merupakan ikatan suci yang sah yang di anjurkan oleh hukum agama dan hukum negara bagi laki-laki dan perempuan yang sudah dewasa sehat jasmani dan rohani untuk menenuhi kebutuhan cinta kasih lawan jenis dan melanjutkan keturunan tanpa menyalahi nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

c. Aturan perkawinan berdasarkan UU

Menurut Debby (2013:1) Aturan Syarat sahnya suatu perkawinan adalah diatur dalam pasal 6 – 12 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan (UU perkawinan). Menurut Prawirohamidjojo, syarat-syarat perkawinan terbagi menjadi syarat-syarat intern (materiil) dan syarat-syarat perkawinan ekstern (formal). Syarat intern berkaitan dengan para pihak yang akan melangsungkan perkawinan. Sedangkan syarat ekstern berhubungan dengan formalitas-formalitas yang harus dipenuhi dalam melangsungkan perkawinan. Syarat syarat intern terdiri dari :

1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua belah pihak (pasal 6 ayat (1) UU perkawinan.

2. Harus mendapat izin dari kedua orang tua, bilamana masing masing calon belum mencapai umur 21 tahun (pasal 6 ayat (2) UU Perkawinan).

(39)

20

4. Bahwa kedua belah pihak dalam keadaan tidak kawin, kecuali bagi mereka yang agamanya mengizinkan untuk berpoligami (pasal 9 Jo. Pasal 3 ayat (2) dan pasal 4 UU perkawinan).

5. Bagi seorang wanita yang akan melakuka perkawinan untuk kedua kali dan seterusnya, undang-undang mensyaratkan setelah lewatnya masa tunggu, yaitu sekurang-kurangnya 90 hari bagi yang putus perkawinanya karena perceraian, 130 hari bagi mereka yang putus perkawinannya karena kematian suaminya (pasal 10 dan 11 UU perkawinan).

d. Aturan perkawinan berdasarkan hukum adat

Menurut Debby (2013: 2) berpendapat sahnya perkawinan berdasarkan hukum adat bahwa:

1. Sahnya perkawinan menurut hukum adat bagi masyarakat hukum adat di Indonesia pada umumnya bagi penganut agama tergantung pada agama yang dianut masyarakat adat bersangkutan. Maksudnya jika telah dilaksanakan menurut tata tertib hukum agamanya, maka perkawinan itu sudah sah menurut hukum adat. Kecuali bagi mereka yang belum menganut agama yang diakui pemerintah, seperti halnya mereka yang masih menganut kepercayaan agama lama (kuno)

seperti „sipelebegu‟ (pemuja roh) di kalangan orang Batak.

(40)

21

Lampung, walaupun sudah terlaksana perkawinan yang sah menurut agama, tetapi apabila mempelai belum diresmikan masuk menjadi warga adat (kugrug adat) Lampung, berarti mereka belum diakui sebagai warga kekerabatan adat.

3. Upacara meresmikan masuk menjadi warga adat ini merupakan upacara perkawinan adat. Misalnya di Lampung, Tulang Bawang upacara perkawinan adat ini dilaksanakan dengan

acara „mosok-majew‟ (menyuap mempelai) dengan tindih sila.

Upacara mosok ini dipimpin oleh tua adat wanita, biasanya istri atau penyimbang (pemuka adat) dan dibantu oleh beberapa wanita sehingga juru bicara dan pembawa syair perkawinan.

e. Aturan perkawinan berdasarkan hukum Islam

Menurut Ramulyo (1999: 50) aturan sahnya perkawinan berdasdarkan hukum islam harus memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Syarat umum

(41)

22

bertentangan dengan larangan-larangan tersebut dalam Al Quranul Karim Surah Al Nissa ayat 22 , 23, dan 24

2. Syarat Khusus

Adanya calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan. Adanya calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan ini adalah suatu konditio sine qua non (merupakan syarat mutlak) absolut, tidak dapat dipungkiri, bahwa logis dan rasional kiranya, karena tanpa calon pengantin laki-laki dan calon peengantin perempuan, tentunya tidak akan ada perkawinan. Kedua calon mempelai itu harus islam, akil baligh (dewasa dan berakal), sehat rohani maupun jasmani.

3. Harus ada persetujuan bebas antara kedua calon pengantin, jadi tidak boleh perkawinan itu dipaksakan. Dari ibnu abbas ra. bahwa seorang perempuan perawan datang kepada nabi Muhamad SAW dan menceritakan bahwa ayahnya telah menikahkannya dengan seorang laki-laki, sedangkan ia tidak mau, maka nabi menyerahkan keputusan itu kepada gadis itu, apakah mau meneruskan perkawinan itu atau minta cerai.

4. Harus ada wali nikah

Menurut Mazhab As Syafi‟i, berdasarkan suatu Hadis Rasul yang

(42)

23

pakai wali kalau hendak menikah. Hadis Rasul menurut mazhab As

Syafi‟i juga berdasarkan Hadis Rasul dari Siti Aisyah RA. Rasul

bersabda, tiap wanita yang menikah tanpa izin dari wali nikahnya batal, batal. (Sampai tiga kali kata-kata batal itu diucapkan).

5. Harus ada dua orang saksi (islam, dewasa, adil).

Dalam Al Qur‟an tidak diatur secara tegas mengenai saksi nikah

itu, tetapi dalam hal talak dan rujuk ada disebutkan mengenai saksi, maka dapat disimpulkan bahwa untuk membuktikan telah diadakan perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, disamping adanya wali harus pula adanya saksi. Hal ini adalah penting untuk kemaslahatan kedua belah pihak, dan kepastian hukum bagi masyarakat, demikian juga bagi suami maupun istri tidak demikian saja secara mudah dapat mengingkari ikatan perjanjian perkawinan yang suci tersebut, sesuai pula dengan

analogi Al Qur‟an surah Al Baqarah ayat 282.

(43)

24

6. Bayarlah mahar (Mas Kawin)

Hendaklah suami membayar mahar kepada istrinya, seperti disebutkan dalam Al Qur‟an surah Al Annisa‟ ayat 25 (Q.IV:25) berikanlah mas kawin itu dengan cara yang patut.

Q. IV: 24; istri yang kamu campuri berikanlah maharnya dengan cara yang patut (wajib).

Mahar menurut pendapat Umar bin Khattab, khalifah kedua mendasarkan kepada Q. IV: 4 yang artinya serahkan kepada istri itu mahar sebagai pemberian tanda suci.

Q. IV: 4; berikanlah mas kawin sebagai pemberian yang wajib. Berapa besarnya mahar itu tidak ditentukan, Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua menyatakan tidak boleh kurang dari 10 dirham.

7. Sebagai proses terakhir dan lanjutan dari akad nikah ialah pernyataan Ijab dan Qabul. Ijab ialah suatu pernyataan kehendak dari calon pengantin wanita yang lazimnya diwakili oleh wali. Suatu pernyataan kehendak dari pihak perempuan untuk mengikatkan diri kepada seorang laki-laki sebagai suaminya secara formil, sedangkan Qabul artinya letterlijk adalah suatu pernyataan penerimaan dari pihak laki-laki atas ijab pihak perempuan.

(44)

25

tempat tinggal orang tua si wanita. Pada umumnya walinya adalah wali hakim. Nikah ini berakibat tidak sahnya suatu perkawinan, kareana syarat sahnya pernikahan harus ada wali khususnya bagi pihak wanita

Senada dengan pendapat mardani bahwa masyarakat pendatang menganggap adat sebambangan kurang pantas untuk dilaksanakan karena suatu akad nikah tidak di sertai wali nikah, namun pada dasarnya adat sebambangan merupakan adat yang meminimalisir dana pesta secara adat namun di selesaikan pula secara mufakat keluarga dan penyimbang adat setempat.

f. Pengertian Sebambangan Pada Masyarakat Lampung Pepadun Dan Saibatin

Sebambangan adalah adat Lampung yang mengatur pelarian gadis oleh bujang ke rumah kepala adat untuk meminta persetujuan dari orang tua si gadis, melalui musyawarah adat antara kepala adat.

Menurut Sabarudin S.a (2013: 72) Sebambangan merupakan dimana si gadis dibawa oleh pihak bujang ke kepala adatnya, kemudian diselesaikan dengan perundingan damai di antara kedua belah pihak

perbuatan mereka disebut “Mulei Ngelakai” (gadis yang menuju jenjang

pernikahan). Apabila si gadis yang pergi berlarian atas kehendak sendiri

maka disebut “ Cakak Lakai/ Nakat”(pergi ke rumah laki-laki). Dalam

acara berlarian ini terjadi perbuatan melarikan dan untuk si gadis dipaksa

lari bukan atas persetujuannya. Perbuatan ini disebut “Tunggang” atau

(45)

26

Perbuatan tersebut diatas merupakan pelanggaran adat muda-mudi dan dapat berakibat dikenakan hukum secara adat atau denda. Tetapi pada umumnya dapat diselesaikan dengan cara damai oleh para penyimbang kedua belah pihak. Namun hal ini dapat di selasaikan dengan cara sebagai berikut:

g. Penyelesaian Adat Sebambangan Zaman dahulu (Asli)

Menurut Nurlaila dalam Rikawati (2014:3) adat sebambangan dapat di selesaikan dengan cara sebagai berikut:

a. Gadis yang hendak sebambangan, sudah bisa dicirikan dari gelagatnya. Biasanya si gadis akan giat beres-beres rumah terutama pada kamarnya, mencuci pakaian yang hendak di bawa pergi, hingga membersihkan halaman rumah ( menyapu dan mencabut rumput) sampai terlihat bersih dan rapi.

b. Tradisi lainnya, si Gadis harus meninggalkan uang (pengeluakh) dan surat sebagai tanda mata dari mekhanai (laki-laki bujangan). Dalam surat itu dijelaskan maksud kepergian dan menerangkan nama pasangan juga orang tuanya. Uang dan surat itu biasanya ditaruh di tempat yang mudah ditemukan seperti bawah tikar dan kasur atau tempat bedak di kamar si gadis. Supaya orang tua bisa cepat mengetahui kepergian anak gadisnya biasanya pasangan yang akan melakukan adat sebambangan benar-benar memikirkan dan meyiapkan rencana dengan matang.

c. Ngattak Pengenduran Senjato atau ngattak salah (meminta maaf dengan membawa senjata.)

Pengenduran senjato atau tali pengundur atau juga disebut ngattak salah adalah tindakan yang dilakukan pihak kerabat bujang yang melarikan gadis dengan mengirim utusan yang membawa senjata (keris) adat dan menyampaikan kepada kepala adat si gadis.

(46)

27

d. Bepadu atau berbelah (bermusyawarah)

Biasanya setelah pengunduran senjato di sampaikan, beberapa orang penyimbang dan kerabat dari pihak bujang datang kepada pihak keluarga gadis atau penyimbang dengan membawa bahan-bahan makanan dan minuman atau mungkin pula hewan untuk dipotong/sembelih.

Apabila didapat berita , bahwa pihak gadis bersedia menerima, pihak bujang untuk segera mengirim utusan tua-tua adat pihak bujang untuk menyatakan permintaan maaf dan memohon perundingan guna mencapai kemufakatan antara kedua belah pihak serta agar sebambangan dapat diselesaikan dengan baik kearah perkawinan. Dalam perundingan itu biasanya pihak keluarga gadis mengajukan syarat-syarat permintaan, misalnya pihak keluarga gadis meminta agar dipenuhinya jujur atau sereh pembayaran penurunan denda dan biaya-biaya adat lainnya.

e. Manjau Mengiyan dan Sujut (Kunjungan menantu pria dan sungkem). Dari pertemuan yang diadakan kedua pihak, maka apabila tidak ada halangan akan diadakan acara manjau mengian (kunjungan menantu pria), dimana calon mempelai pria diantar oleh beberapa orang penyimbang dan beberapa orang anggota keluarga lainnya untuk memperkenalkan diri kepada orang tua gadis dan penyimbangnya.

Selanjutnya diadakan acara “sujut” (sungkem), yaitu bersujud kepada

semua penyimbang tua-tua adat dan kerabat gadis yang hadir. Biasanya dalam acara sujud ini dilakukan pemberanian amai-adek/ gelar oleh para ibu-ibu (bubbai) dari pihak keluarga gadis.

f. Pengadau Rasan dan Cuak Mengan (penyelesaian pekerjaan untuk pernikahan dan Mengundang makan)

Acara Pengandau Rasan, yaitu mengakhiri pekerjaan, melaksanakan acara akad nikah dan cuak mengan (mengundang makan bersama), dimana pada hari yang telah ditentukan dilaksanakan akad nikah kedua mempelai dan pihak keluarga bujang maupun dari pihak keluarga gadis, untuk makan bersama sebagai pemberitahuan telah terjadinya pernikahan.

Pada saat yang sama pihak keluarga gadis menyampaikan atau menyerahkan barang-barang bawaan atau sesan mempelai wanita. Namun ada kemungkinan dikarenakan adanya permintaan dari pihak gadis, maka acara menjadi besar, dimana mempelai wanita

“dimuleikan” (digadiskan kembali), artinya diambil kembali oleh pihak

(47)

28

h. Perkembangan Penyelesaian adat sebambangan pada zaman sekarang.

Menurut Sabarudin S.a (2013: 72) Penyelesaian adat sebambangan dapat di selesaikan sebagai berikut.

a. Tengepik (Peninggalan)

Tengepik artinya peninggalan, benda berupa uang yang jumlah nominal mulai dari Rp. 12.000 dan kelipatanya sesuai dengan kemampuan dari mempelai pria dan surat sebagai tanda pemberitahuan kepergian si gadis. Seorang gadis yang melakukan berlarian, biasanya meninggalkan tanda tengepik , yaitu berupa surat-surat dan sejumlah uang. Setelah si gadis sampai di tempat keluarga pemuda, maka orang tua atau keluarga bujang segera melaporkan kepada penyimbangnya.

Penyimbang segera mengadakan musyawarah menyanak untuk menunjuk utusan yang akan menyampaikan kesalahan pada keluarga

si gadis yang disebut “Ngattak pengenduran senjato” atau “ngattak

Salah”.

b. Ngattak Pengenduran Senjato atau ngattak salah (Meminta Maaf dengan membawa senjata).

(48)

29

Ngattak pengenduran senjato ini harus dilakukan dalam waktu 1 x24 jam (bila jarak dekat) dan 3 x 24 jam bila jarak jauh atau diluar kota. Pengunduran senjato harus diterima oleh kepala adat gadis dan segera memberitahukan keluarga gadis serta meyanak wareinya, bahwa anak gadis mereka sudah berada ditangan kepala adat pihak bujang. Senjata punduk atau keris keris ditinggalkan di tempat keluarga gadis dan senjata ini akan dikembalikan apabila terdapat kesepakatan antara kedua belah pihak.

c. Bepadu atau berbelah (Musyawarah)

Biasanya setelah pengunduran senjato di sampaikan, beberapa orang penyimbang dan kerabat dari phak bujang datang kepada pihak keluarga gadis atau penyimbang dengan membawa bahan-bahan makanan dan minuman atau mungkin pula hewan untuk dipotong/sembelih.

Apabila didapat berita , bahwa pihak gadis bersedia menerima, pihak bujang untuk segera mengirim utusn tua-tua adat pihak bujang untuk menyatakan permintaan maaf dan memohon perundingan guna mencapai kemufakatan antara kedua belah pihak serta agar sebambangan dapat diselesaikan dengan baik kearah perkawinan.

(49)

30

d. Manjau Mengiyan dan Sujut (kunjungan Menantu pria dan sungkem).

Dari pertemuan yang diadakan kedua pihak , maka apabila tidak ada halangan akan diadakan acara manjau mengian (kunjungan menantu pria), dimana calon mempelai pria diantar oleh beberapa orang penyimbang dan beberapa orang anggota keluarga lainnya untuk memperkenalkan diri kepada orang tua gadis dan penyimbangnya.

Selanjutnya diadakan acara “sujut” (sungkem), yaitu bersujud kepada

semua penyimbang tua-tua adat dan kerabat gadis yang hadir. Biasanya dalam acara sujud ini dilakukan pemberanian amai-adek/ gelar oleh para ibu-ibu (bubbai) dari pihak keluarga gadis.

e. Pengadau Rasan dan Cuak Mengan (Penyelesaian pekerjaan untuk pernikahan dan mengundang makan bersama).

Acara Pengandau Rasan, yaitu mengakhiri pekerjaan, melaksanakan acara akad nikah dan cuak mengan (mengundang makan bersama), dimana pada hari yang telah ditentukan dilaksanakan akad nikah kedua mempelai dan pihak keluarga bujang maupun dari pihak keluarga gadis, untuk makan bersama sebagai pemberitahuan telah terjadinya pernikahan.

Pada saat yang sama pihak keluarga gadis menyampaikan atau menyerahkan barang-barang bawaan atau sesan mempelai wanita. Namun ada kemungkinan dikarenakan adanya permintaan dari pihak gadis, maka acara menjadi besar, dimana mempelai wanita

(50)

31

pihak orang tuanya untuk melaksanakan cara Hibal Serbo atau bumbang aji.

(51)

32

B.Kerangka Pikir

[image:51.595.133.508.371.500.2]

Persepsi masyarakat pendatang merupakan penilaian atau tanggapan seseorang terhadap suatu objek peristiwa yang menjadi pusat perhatiannya dan hasil penilaian ini akan memberikan pengaruh baik atau tidaknya terhadap prilaku obyek yang menjadi titik perhatiannya tersebut. Dalam penelitian ini yang objek atau pusat perhatiannya adalah adat sebambangan. Di mana adat sebambangan aktif sebagai kekuaatan moral dan kontrol sosial dalam aspek kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan kerangka pikir dengan bagan sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Variabel Bebas (X)

Persepsi Masyarakat Pendatang:

 Pemahaman

 Tanggapan

 Sikap

Variabel Terikat (Y) Adat Sebambangan:

 Menerima

 Kurang Menerima

(52)

33

III . METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. Berikut ini definisi penelitian deskriptif menurut beberapa ahli.

Menurt Bogdan dan Taylor (1975: 5), “Penelitian deskriptif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orangdan prilaku yang dapat diamati”.

Menurut Creswell (1998) dalam Noor (2012: 34) Penelitian “Deskriptif merupakan sebagai suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang

alami”.

Menurut Emzir (2012: 143) “penelitian deskriptif merupakan bentuk penelitian yang berfokus pada makna sosiologi melalui observasi lapangan tertutup dari fenomena socio cultural”.

(53)

34

kawasannya maupun dalam peristilahannya”. Menurut Noor (201: 33)

Penelitian “Deskriptif merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman yang

berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki, pada pendekatan ini, penelitian menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial, hubungan

erat antara peneliti dan subjek yang diteliti”.

Menurut Suryabrata (2012 : 76) Penelitian “deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian”.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas maka peneliti menganggap bahwa metode penelitian deskriptif sangat tepat. Tujuan kajiannya ialah untuk menjelaskan Persepsi Masyarakat Pendatang Terhadap Adat Sebambangan Budaya Lampung di Lingkungan III Celikah Kabupaten Lampung Tengah dan menganalisis serta menggambarkan masalah yang ada sesuai dengan kenyataan berdasarkan data-data yang di peroleh di lapangan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Babbie dalam Sukardi (2008: 53) “populasi merupakan elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoritis menjadi target hasil penelitian”.

(54)

35

seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada di wilayah penelitiannya, maka penelitiannya merupakan penelitian ilmiah”.

Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Masyarakat di Lingkungan III di desa Celikah Kabupaten Lampung Tengah 2014 yang berjumlah 156 kepala keluarga.

Tabel 3. 1 Data jumlah kepala keluarga (KK) Pendatang Di Lingkungan III Celikah Kelurahan Seputih Jaya Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014.

No RT Jumlah KK Pendatang

1 RT 12 31

2 RT 13 28

3 RT 14 30

4 RT 15 27

5 RT 16 40

Jumlah 156

Sumber: Data administrtif desa Celikah tahun 2014. 2. Sampel

Menurut Arikunto (2006 : 131) “sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud menggeneralisasikan hasil penelitian sampel”.

Menentukan besarnya sampel, peneliti berpedoman pada pendapat Arikunto, yaitu sebagai berikut:

Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar dari 100 dapat diambil 10%-20% atau 20%-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:

1. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana 2. Sempitnya wilayah pengamatan dari setiap sebjek karena

menyangkut hal banyak sedikitnya data

[image:54.595.227.518.301.407.2]
(55)

36

Berdasarkan pendapat di atas, maka jumlah sampel yang di gunakan peneliti dalam penelitian ini sebanyak 32 sampel, dengan ketentuan 20 % dari 156 kepala Keluarga di Lingkungan III desa Celikah, kelurahan Seputih Jaya, kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah.

Berikut ini merupakan data untuk lebih memperjelas jumlah sampel dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 2 Data Jumlah Sampel Kepala Keluarga (KK) Di Lingkungan III Celikah Kelurahan Seputih JayaKecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014.

No RT Jumlah KK

Pendatang

Jumlah Sampel

1 RT 12 31 31 X 20% = 6, 2

2 RT 13 28 28 X 20% = 5,6

3 RT 14 30 30 X 20% = 6

4 RT 15 27 27 X 20% = 5, 4

5 RT 16 40 40 X 20% = 8

Jumlah 156 32

Sumber: Analisis Data Tahun 2014.

C.Variabel Penelitian

Menurut Noor (2012: 47) “Variabel peneltian merupakan kegiatan menguji

hipotesis yaitu menguji kecocokan antara teori dan fakta empiris di dunia

nyata”.

Menurut Suryabrata (2012: 25) “Variabel merupakan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian”.

[image:55.595.147.480.278.458.2]
(56)

37

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas sebagai variabel yang mempengaruhi (X) dan variabel terikat (Y) yaitu:

1. Variabel bebas yaitu persesepsi masyarakat pendatang (X) 2. Variabel terikat yaitu adat sebambangan budaya Lampung (Y)

D. Definisi Konseptual Variabel

a. Persepsi

Persepsi masyarakat pendatang adalah tanggapan seseorang terhadap suatu objek peristiwa yang menjadi pusat perhatiannya dan hasil penilaian ini akan memberikan pengaruh baik atau tidaknya terhadap prilaku obyek yang menjadi titik perhatiannya tersebut.

b. Masyarakat

Masyarakat pendatang adalah sebagai masyarakat yang datang dari suatu daerah lain dan bermukim di Celikah bersatu dengan yang lainnya dimana menimbulkan baik suku, ras, budaya, dan adat istiadat pada masyarakat pribumi.

c. Adat Sebambangan Budaya Lampung

(57)

38

E.Definisi Operasional Variabel

Untuk dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai jenis-jenis variabel pada penelitian ini, maka perlu adanya definisi oprasional dari variabel yang berarti variabel tersebut di atas dapat diartikan lebih lanjut penjelasannya.

Definisi operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Persepsi masyarakat pendatang adalah tanggapan masyarakat yang bukan penduduk pribumi terhadap objek sosial dimana yang menjadi objek sosial penelitian ini adalah adat sebambangan budaya Lampung di desa Celikah kecamatan Gunung Sugih kabupaten Lampung Tengah.

Berkaitan dengan persepsi masyarakat pendatang, maka dapat dapat dijabarkan indikator sebagai berikut:

1. Pemahaman 2. Tanggapan 3. Sikap

2. Adat sebambangan merupakan sebuah penilai proses sebab persoalan pernikahan dalam adat Lampung yang mengatur pelarian gadis oleh bujang ke rumah kepala adat untuk meminta persetujuan dari orang tua si gadis, melalui musyawarah adat antara kepala adat. Berkaitan dengan adat sebambangan maka dapat dijabarkan indikator yang akan di ukur sebagai berikut:

1. Menerima

(58)

39

F. Rencana Pengukuran Variabel

Rencana pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel yang diukur adalah persepsi masyarakat pendatang (X) dengan indikator, pemahaman, tanggapan dan sikap.

G.Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik Pokok

Untuk mendapat data pokok pada penelitan ini dipergunakan angket tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan dengan maksud megumpulkan data. Adapun jenis angket yang digunakan adalah angket yang dimana telah menyediakan alternatif jawaban yang harus dipilih oleh responden tanpa memberikan jawaban yang lain. Masing-masing mempunyai skor atau bobot yang berbeda yaitu:

1. Alternatif jawaban a diberi skor 3 2. Alternatif jawaban b diberi skor 2 3. Alternatif jawaban c diberi skor 1

b. Teknik Penunjang

1. Teknik Dokumentasi

(59)

40

2. Teknik Wawancara

Teknik wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dengan menggunakan beberapa pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan maksud mencari data dan informasi secara langsung dari responden yang bersangkutan. Wawancara dilakukan terhadap masyarakat pendatang Desa Celikah Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah.

H. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas Alat Ukur

Penelitian ini untuk menentukan validitas item soal dilakukan kontrol langsung terhadap teori-teori yang terdapat indikator-indikator yang dipakai. Validitas yang digunakan yaitu logical validit, yaitu dengan cara melakukan penalaran berdasarkan teori-teori konsep yag ada dalam variabel untuk keabsahannya disahkan oleh pembimbing.

b. Uji Reliabilitas

Untuk menguji apakah alat ukur bisa dipakai atau tidak, maka dapat diadakan uji coba angket dengan teknik belah dua yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(60)

41

c. Kemudian hasil item ganjil dan item genap dikorelasikan ke dalam rumus

Product Moment yaitu:

rxy =

 

 

                  

N Y Y N X X N Y X XY 2 2 2 2 Keterangan :

rxy = Hubungan variable X dan Y

X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat

N = Jumlah responden

(Hadi, 1989:318)

c. Untuk mengetahui koefisien reabilitas seluruh angket digunakan rumus Sperman Brown sebagai berikut:

rxy =

 

 

rgg rgg

1 2

Keterangan:

Rxy : Koefisien reabilitas seluruh tes

Rgg : Koefisien korelasi item ganjil dan genap

(Hadi, 1989:37)

d. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reabilitas sebagai berikut:

(61)

42

0,50 – 0,89 : Reliabilitas Sedang

0,00 – 0,49 : Reliabilitas Rendah

I. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh dari penyebaran angket, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Pada penelitian ini digunakan suatu analisis data kualitatif yaitu dengan menguraikan kata-kata dalam kalimat secara sistematis. Langkah awal pada analisis data dengan menggunakan rumus interval yang dikemukakan oleh Hadi, yaitu sebagai berikut:

I = K

NR

NT

Keterangan :

I : Interval

NT : Nilai Tertinggi

NR : Nilai Terendah

K : Kategori

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat persentase, peneliti menggunakan

rumus yang dikemukakan oleh Ali (1984 : 184) sebagai berikut:

% 100

 

N F P

Keterangan:

(62)

43

F = jumlah alternatif seluruh item

N = jumlah responden

Untuk menentukan banyaknya persentase menurut Arikunto (1997: 196) yang diperoleh dengan kriteria sebagai berikut:

76% - 100% = baik

56% - 75 % = sedang

40% - 55% = tidak baik

(63)

79

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai persepsi masyarakat pendatang terhadap adat sebambangan budaya Lampung di lingkungan III kelurahan seputih jaya kecamatan gunung sugih kabupaten Lampung Tengah tahun 2014 dapat ditarik kesimpulan bahwa:

(64)

80

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat di berikan aadalah sebagai berikut:

1. Kepada masyarakat pendatang agar ikut melihat jika di lingkungan tempat tinggal ada yang memakai adat sebambangan agar dapat mendapat wawasan dan ilmu pengtahuan serta dapat mengetahui apakah adat tersebut layak atau tidak.

2. Kepada tokoh adat khususnya adat Lampung seharunya membuat sebubuah karya yang berbentuk buku yang berisi tentang adat budaya Lampung mulai dari seni, bahasa, sosial budaya, pakaian samapai ke adat perkawinan sehingga masyarat selain suku Lampung mendapat wawasan tentang adat istiadat Lampung.

(65)

81

DAFTAR PUSTAKA

.

Adrian, Denis. Psikologi Sosial. 2010. http.//www.psilomedia com/article/view/psikologi sosial/2077/pengertian-persepsi/. 10 maret 2012. 11:45

Deby, Yessyca Sari. 2013 Keabsahan Perkawinan http:// yesica. Blogspot. Com/2013/02/keabsahan-perkawinan/.Minggu, 17 Febuari 2013. 06.50 Delsa. 2012, Pengertian Hukum Perkawinani.

http://statushukum.com/pengertian-hukum-perkawinan.html Diakses 29 November 2013.

Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Gunawan, Ari H. 2010, Sosiologi Pendidikan . Jakarta: PT Rineka Cipta.

Kherustika, Zuraida Dkk. 2004. Pakaian Dan Perhiasan Pengantin Tradisional Lampung. Bandar Lampung: Museum Negeri PropinsiLampung “Ruwa

Jurai”.

Koenjaraningrat. 2011. Pengantar Ilmu Antropologi 1. Jakarta: PT Rineka Cipta. Mardani.2011. Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Meinarno, Eko A. Dkk. 2011. Manusia Dalam Kebudayaan Masyarakat. Jakarta: Salemba Humanika.

Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenanda Media Group.

Ramulyo, Idris Hohd. 1999. Hukum Perkawinan Islam: Jakarta: Bumi Aksara. Rikawati. 2014. Sebambangan Detik Tumpang. Ttp://

teknokra.com/regional/budaya/194-sebambangan-detik-tumbang. Html Diakses 29 November 2013.

(66)

82

Sarwono, Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Depok: Rajawali Pers. Scott, John. 2011. Sosiologi The Key Concepts. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Setiadi, Elly M. Dkk. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana

Prenanda Media Group.

Shaleh, Abdul Rahman. 2009. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif

Islam. Jakarta: Kencana.

Soekanto, Soerjono. 2012. Hukum Adat Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Stiady, Tolib. 2009. Intisari Hukum Adat Indonesia. Bandung: Alfabeta. Sudarsono. 2005. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: PT Grafindo Persada

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Suranto Aw. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha llmu.

Suryabrata, Sumadi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Syani, Abdul. 2012. Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Tohirin. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Yue. 2012. Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Persepsi. http://yueisme.

Gambar

Tabel 1.1 Tanggapan Masyarakat Terhadap Adat Budaya Setempat  Di
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 3. 1 Data jumlah kepala keluarga (KK) Pendatang Di Lingkungan III Celikah Kelurahan Seputih Jaya Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014
Tabel 3. 2 Data Jumlah Sampel Kepala Keluarga (KK) Di

Referensi

Dokumen terkait

sekolah terhadap siswa antara Kabupaten Mamasa dengan Kabupaten Polman Tahun 2006-2010 menunjukkan bahwa Kabupaten Mamasa memiliki kemampuan (tingkat) daya tampung sekolah

Definisi konseptual merupakan konsepsi peneliti atas variabel-variabel atau aspek utama tema penelitian, yang disusun atau dibuat berdasarkan teori-teori yang telah

Hal itu sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan

Dalam melakukan pengawasan, seorang owner surveyor dari sebuah perusahaan pelayaran atau perusahaan pemilik kapal yang cukup besar (memiliki kapal lebih dari satu) biasanya

[r]

Oleh karena itu, cakupan analisis sensitivitas adalah sebagai berikut : ( 1) Perubahan profitabilitas agroindustri ceo sebagai akibat dari berubahnya kebijakan distortif menjadi

Dalam pertemuan ini disepakati bahwa kegiatan akan dilaksanakan dalam rangkaian Festival Bedog 2016, bersama program lain bidang kesehatan, yaitu Kodim yang merupakan

Dari variabel-variabel Country Of Origin, Perceived Value, dan Minat beli peneliti ingin meneliti apakah Country Of Origin dari handphone yang berasal dari China