PEMANFAATAN LIMBAH KACA SEBAGAI BAHAN
FILLER
UNTUK PEMBUATAN
PAVING BLOCK
MENGGUNAKAN
TANAH LEMPUNG
Oleh
DANIEL FAJARYANTO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
PEMANFAATAN LIMBAH KACA
SEBAGAI BAHANFILLERUNTUK PEMBUATAN
PAVING BLOCKMENGGUNAKAN TANAH LEMPUNG
Oleh
DANIEL FAJARYANTO
Paving block adalah suatu komposisi bahan bangunan yang terbuat dari
campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air, dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. Paving Block merupakan salah satu jenis beton non struktural yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan jalan, pelataran parkir, trotoar, taman, dan keperluan lainnya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai kuat tekan yang dihasilkan paving blockdan penyerapan air menggunakan bahan dari pasir dan tanah lempung, dengan campuranfillerkaca yang variasi campuran 0%, 5%, 10% dan 15%.
Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan paving block, nilai kuat tekan tertinggi didapat pada campuran filler kaca 10% sebesar 23,90 Mpa untuk berbahan dasar pasir dan 10,60 Mpa untuk berbahan dasar tanah lempung. Dan untuk pengujian serapan air dimana paving block berbahan dasar dasar pasir didapat nilai maksimum sebesar 5,90% dengan campuran filler kaca 0% dan berbahan dasar tanah lempung 9,03% dengan campuran filler kaca 0%. Maka
paving blockberbahan dasar pasir tergolong ke dalam paving block mutu B dan
paving block berbahan dasar tanah masuk ke dalam paving blockmutu D. Hal ini
menunjukkan bahwa paving block berbahan dasar tanah dapat dimanfaatkan sebagai taman kota dengan dengan kuat tekan 8,5 Mpa–10Mpa mutu D menurut SNI – 3 – 0691 – 1996. Dan dalam pengujian penyerapan air tersebut menunjukkan bahwa penggunaan bahan dasar tanah lempung dapat digunakan untuk taman kota danfillerkaca dapat secara efektif digunakan sebagai komponen
paving block.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... i
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR... vi
DAFTAR NOTASI... vii
I. PENDAHULUAN……….. 1
A. LatarBelakang ... 1
B. TujuanPenelitian ... 3
C. Batasan Masalah... 3
D. Manfaat Penelitian... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA………... 9
A. Paving Block... 6
B. Klasifikasi Tanah ... 6
1. Sistem Klasifikasi AASHTO……... 7
2. Sistem Klasifikasi TanahUnified(USCS)……... 10
C. Teori Tentang Bahan Bangunan Berbasis Semen ... 13
D. Teori TentangPaving Block... 13
ii
2. Kegunaan dan KeuntunganPaving Block... 15
3. Syarat Mutu Paving Block………... 16
4. Penggunaan Paving BlockSebagai Lapisan Perkerasan Permeable………... 18
E. Material ... 20
1. SemenPortland(PC)………... 20
2. Agregat Halus………... 21
3. Air………. 22
4. Tanah Lempung………...………. 23
5. Limbah Kaca………. 24
F. Komposisi CampuranPaving Block... 24
G. Kuat TekanPaving Block... 25
H. Penyerapan AirPaving Block... 27
I. Analisis Data ... 27
J. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan ... 30
III. METODOLOGI PENELITIAN………... 38
A. Waktu dan Tempat ... 31
B. Bahan………... 31
C. Alat... 32
D. Tahapan Penelitian ... 32
E. Pengujian Bahan-bahan Dasar……….... 33
1. Pemeriksaan Kadar Air Agregat ... 33
2. Analisis Saringan/Pengujian GradasiAgregat... 34
4. Pengujian Berat Jenis ... 36
5. Uji BatasAtterberg………... 38
F. Ketentuan Campuran Mortar... 41
G. Rencana Kebutuhan Campuran Mortar... 42
H. Analisis Hasil ... 42
I. SpesifikasiStandar Acuan Penelitian ... 43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Bahan DasarPaving Block... 45
B. Campuran Bahan DasarPaving Block... 45
C. Kebutuhan CampuranMortar... 46
D. Bentuk dan Ukuran ... 48
E. BeratPaving Block... 48
F. Kuat TekanPaving Block... 51
G. Penyerapan AirPaving Block ... 59
iv
LAMPIRAN E
LAMPIRAN F
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampah merupakan salah satu permasalahan yang tengah dihadapi oleh kota-kota
sedang berkembang seperti Lampung, khususnya limbah kaca . Pemanfaatan
limbah kaca untuk digunakan kembali (re-use) merupakan salah satu solusi
penanganan limbah yang tepat. Untuk mengurangi pengaruh negative dan
mengotimalkan bahan, maka perlu adanya penelitian dalam pemanfaatannya
untuk usaha meningkatkan nilai guna sehingga tidak menimbulkan masalah
pencemaran lingkungan. Serbuk kaca diharapkan berfungsi sebagai filler dan
binder karena memiliki potensi sebagai material pozzolan.. Maka penulis mecari
solusi dengan memanfaatkan limbah kaca sebagai bahan tambahan untuk paving
block.
Pemanfaatan limbah kaca berbentuk pecahan memiliki potensi untuk digunakan
sebagai bahan campuran pembuatan paving block. Limbah kaca yang
dimanfaatkan untuk campuran pembuatan paving block, dapat digunakan sebagai
alternatif jalan lingkungan. Penelitian ini diharapkan memberikan dampak
ekonomis terhadap penggunaan paving block.. Pada konteks sosial diharapkan
2
produk-produk kerja, dan selain itu pula memperluas wawasannya tentang potensi
yang terdapat pada barang-barang limbah dapat bermanfaat dan tidak mencemari
lingkungan serta dapat membuka lapangan kerja baru. Dan Memberikan dampak
positif terhadap lingkungan khususnya tata guna lahan dan pencemaran.
Paving block (bata beton) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang terbuat
dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air, dan
agregat (abu batu/pasir) dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya (SNI
03-0691-1996). Dengan komposisi tertentu paving block mempunyai permukaan
semi permeable atau permeable yang memungkinkan air dapat masuk ke dalam
tanah. Paving block yang dimanfaatkan sebagai lapisan perkerasan baik di dalam
atau di luar bangunan dapat berwarna seperti aslinya atau diberi warna tertentu
(SNI 03-0691-1996).
Aplikasipaving block pada pembangunan ruas jalan sudah kita jumpai diberbagai
daerah, pembangunan perkerasan kaku relatif lebih besar kemampuannya
menahan beban dan lebih ekonomis dari pada penggunaan plat beton bertulang,
mudah dalam pekerjaan pemasangan dan mampu menahan beban dalam batas
tertentu, secara umur konstruksinya relatif tahan lama. Selain itu paving block
mempunyai sifat khas yang tidak memiliki perkerasan lain yaitu kesan keindahan
dan artistic yang terbentuk oleh warna beton pejal tersebut dan berbentuk
pola-pola yang menarik pada permukaannya. Selain memiliki fungsi dan keunggulan,
penggunaan serbuk kaca pada beton juga memiliki kelemahan yang perlu
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, yaitu :
• Meningkatkan mutu elemen bahan bangunan dengan menggunakan bahan tambahan dari limbah kaca
• Mengetahui kuat tekan karakteristikpaving block
• Untuk mengetahui kadar optimum limbah kaca dalam campuran paving block
• Untuk memberikan ilustrasi terhadap dampak ekonomi.
C. Batasan Masalah
Untuk membatasi permasalahan yang diteliti agar penelitian dapat terarah sesuai
tujuan yang diharapkan, maka digunakan anggapan dasar dan batasan masalah
sebagai berikut ini.
• Jenis campuran yang digunakan untuk Golongan I semen (PC) + Pasir (PS) + Filler kaca (FL) dan Golongan II Semen (PC) + Tanah Lempung
(TL) +Fillerkaca (FL)
• Semen yang digunakan adalah semenPortland type I
• Pemadatanpaving blockyang dilakukan menggunakan mesinpress
• Menggunakan cetakan paving block berbentuk segi empat dengan ukuran 21cm x 10,5 cm x 6cm.
• Benda uji berjumlah 160 buah untuk setiap golongan
4
• Klasifikasi mutu paving block hanya mutu D yaitu untuk taman dan pengguna lain.
• Pengujianpaving blockmeliputi pengujian kuat tekan dan penyerapan air.
• Pengujian sample dilakukan dilaboratorium bahan dan konstruksi dengan menggunakan alatCompression Testing Machine(CTM).
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat memberikan informasi tentang paving block yang tahan
terhadap beban sekunder dan ekonomis kepada :
• Produsenpaving blockuntuk menggunakan bahan proporsi yang ekonomis dan ramah lingkungan
• Sebagai usaha untuk mengurangi limbah kaca
• Masyarakat umum sebagai bahan pertimbangan untuk memilih jenis
paving blockyang tahan lama
• Akademis untuk mampu mengembangkan lebih lanjut tentang paving
block yang tahan terhadap beban sekunder, ekonomis, dan ramah
lingkunagn, dikemudian hari.
Sampah merupakan salah satu permasalahan yang tengah dihadapi oleh kota-kota
sedang berkembang seperti Lampung, khususnya limbah kaca. Cara mengatasinya
agar tidak mencemari lingkungan masih menjadi persoalan besar. Penanganan
limbah kaca yang terencana memiliki prospek untuk memecahkan permasalahan
Pemanfaatan limbah kaca berbentuk pecahan memiliki potensi untuk digunakan
sebagai bahan campuran pembuatan paving block. Limbah kaca yang
dimanfaatkan untuk campuran pembuatan paving block, dapat digunakan sebagai
alternatif jalan lingkungan. Penelitian ini diharapkan memberikan dampak
ekonomis terhadap penggunaan paving block.. Pada konteks sosial diharapkan
hasil-hasil penelitian ini dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap
produk-produk keria, dan selain itu pula memperluas wawasannya tentang potensi
yang terdapat pada barang-barang limbah dapat bermanfaat dan tidak mencemari
lingkungan serta dapat membuka lapangan kerja baru. Dan Memberikan dampak
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Paving Block
Menurut Standar Konsep Standar National Indonesia (SK SNI T –04–1990–F)
yang dimaksud dengan blok beton terkunci atau paving block adalah
segmen-segmen kecil yang terbuat beton, dengan bentuk segi enam atau segi banyak yang
dipasang sedemikian shingga mereka saling mengunci dan dibidang diatas blok
beton terkunci ataupaving blockharus diberi pinggul.
B. Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang
berbeda-beda tetapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok
berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu bahasa yang
mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat
bervariasi tanpa penjelasan yang terinci (Das, 1995).
Sistem klasifikasi tanah dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang
karakteristik dan sifat-sifat fisik tanah serta mengelompokkannya sesuai dengan
perilaku umum dari tanah tersebut. Tanah-tanah yang dikelompokkan dalam
untuk menentukan kesesuaian terhadap pemakaian tertentu, serta untuk
menginformasikan tentang keadaan tanah dari suatu daerah kepada daerah lainnya
dalam bentuk berupa data dasar. Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang
lebih terinci mengenai keadaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian
untuk menentukan sifat teknis tanah seperti karakteristik pemadatan, kekuatan
tanah, berat isi, dan sebagainya (Bowles, 1989).
Kebanyakan klasifikasi tanah menggunakan indek pengujian yang sangat
sederhana untuk memperoleh karakteristik tanahnya. Umumnya klasifikasi
didasarkan atas ukuran partikel yang diperoleh dari analisis saringan (percobaan
sedimentasi) dan plastistasnya (Hardiyatmo, 1992).
Jenis dan sifat tanah yang sangat bervariasi ditentukan oleh perbandingan banyak
fraksi-fraksi (kerikil, pasir, lanau dan lempung), sifat plastisitas butir halus.
Klasifikasi bermaksud membagi tanah menjadi beberapa golongan tanah dengan
kondisi dan sifat yang serupa diberi simbol nama yang sama. Ada dua cara
klasifikasi yang umum yang digunakan :
1. Sistem Klasifikasi AASTHO
Sistem Klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway and
Transportation Official) dikembangkan pada tahun 1929 dan mengalami
beberapa kali revisi hingga tahun 1945 dan dipergunakan hingga sekarang,
yang diajukan oleh Commite on Classification of Material for Subgrade and
Granular Type Road of the Highway Research Board (ASTM Standar No.
8
menentukan kualitas tanah guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (sub-base)
dan tanah dasar (subgrade).
Sistem ini didasarkan pada kriteria sebagai berikut :
a. Ukuran butir
Kerikil : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter
75 mm dan tertahan pada saringan diameter 2 mm (No.10).
Pasir : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter 2
mm dan tertahan pada saringan diameter 0,0075 mm (No.200).
Lanau & lempung : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter
0,0075 mm (No.200).
b. Plastisitas
Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah
mempunyai indeks plastisitas (PI) sebesar 10 atau kurang. Nama berlempung
dipakai bila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisitas
sebesar 11 atau lebih.
c. Apabila ditemukan batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) dalam contoh
tanah yang akan diuji maka batuan-batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih
dahulu, tetapi persentasi dari batuan yang dikeluarkan tersebut harus dicatat.
Sistem klasifikasi AASTHO membagi tanah ke dalam 7 kelompok utama yaitu
A-1 sampai dengan A-7. Tanah berbutir yang 35 % atau kurang dari jumlah
butiran tanah tersebut lolos ayakan No.200 diklasifikasikan ke dalam kelompok
lolos ayakan No.200 diklasifikasikan ke dalam kelompok 4, 5 6, dan
A-7. Butiran dalam kelompok A-4 sampai dengan A-7 tersebut sebagian besar
adalah lanau dan lempung.
Untuk mengklasifikasikan tanah, maka data yang didapat dari percobaan
laboratorium dicocokkan dengan angka-angka yang diberikan dalam Tabel 1.
Kelompok tanah dari sebelah kiri adalah kelompok tanah baik dalam menahan
beban roda, juga baik untuk lapisan dasar tanah jalan. Sedangkan semakin ke
kanan kualitasnya semakin berkurang.
Tabel 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO
Klasifikasi umum Tanah berbutir
(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200 Klasifikasi kelompok A-1 A-3 A-2
A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7 Analisis ayakan (%
Maks 10 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Sifat fraksi yang lolos
ayakan No.40 Batas Cair (LL)
Indeks Plastisitas (PI) Maks 6 NP
Maks 40
halus Kerikil dan pasir yang berlanau atau berlempung Penilaian sebagai bahan
tanah dasar Baik sekali sampai baik
Klasifikasi umum Tanah berbutir
(Lebih dari 35% dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200
Klasifikasi kelompok A-4 A-5 A-6 A-7
10
Tipe material yang
paling dominan Tanah berlanau Tanah Berlempung Penilaian sebagai bahan
tanah dasar Biasa sampai jelek
Gambar 1. menunjukkan rentang dari batas cair (LL) dan Indeks Plastisitas (PI)
untuk tanah data kelompok A-2, A-4, A-5, A-6, dan A-7.
Gambar 1.Nilai-nilai batasAtterberguntuk subkelompok tanah (Hary Christady, 1992).
2. Sistem Klasifikasi TanahUnified(USCS)
Sistem klasifikasi tanah unifiedatauUnified Soil Classification System(USCS)
diajukan pertama kali oleh Casagrande dan selanjutnya dikembangkan oleh
United State Bureau of Reclamation(USBR) dan United State Army Corps of
Engineer (USACE). Kemudian American Society for Testing and Materials
(ASTM) memakai USCS sebagai metode standar untuk mengklasifikasikan
tanah. Dalam bentuk sekarang, sistem ini banyak digunakan dalam berbagai
pekerjaan geoteknik.
Sistem klasifikasi USCS mengklasifikasikan tanah ke dalam dua kategori
a. Tanah berbutir kasar (coarse-grained soil), yaitu tanah kerikil dan pasir
yang kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos saringan No.200. Simbol
untuk kelompok ini adalah G untuk tanah berkerikil dan S untuk tanah
berpasir. Selain itu juga dinyatakan gradasi tanah dengan simbol W untuk
tanah bergradasi baik dan P untuk tanah bergradasi buruk.
b. Tanah berbutir halus (fine-grained soil), yaitu tanah yang lebih dari 50%
berat total contoh tanahnya lolos dari saringan No.200. Simbol kelompok ini
adalah C untuk lempung anorganik dan O untuk lanau organik. Simbol Pt
digunakan untuk gambut (peat), dan tanah dengan kandungan organik tinggi.
Plastisitas dinyatakan dengan L untuk plastisitas rendah dan H untuk plastisitas
tinggi.
Tabel 2.Sistem klasifikasi tanahunified(Bowles, 1991).
Jenis Tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks
Kerikil G Gradasi baik W
Gradasi buruk P
Pasir S Berlanau M
Berlempung C
Lanau M
Lempung C wL< 50 % L
Organik O wL> 50 % H
12
Tabel 3 .Klasifikasi Tanah Berdasarkan SistemUnified
Divisi Utama Simbol Nama Umum Kriteria Klasifikasi
Ta
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW
SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau
0% ML Lanau anorganik, pasir halussekali, serbuk batuan, pasir halus
berlanau atau berlempung
Diagram Plastisitas:
Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar. BatasAtterbergyang termasuk dalam daerah yang di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan dua simbol.
berlanau, lempung “kurus” (lean clays)
Lanau anorganik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae, kandungan organik sangat tinggi
PT
Peat(gambut),muck, dan tanah-tanah lain dengan kandungan organik tinggi
Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat di ASTM Designation D-2488
Sumber : Hary Christady, 1996.
C. Teori Tentang Bahan Bangunan Berbasis Semen
Bahan bangunan berbasis semen di antaranya adalah :
• Mortar, yaitu didefinisikan sebagai bahan yang diperoleh dari mencampurkan agregat halus, semen portland dan air (SNI 03-0691-1996).
• Beton, yaitu didefinisikan sebagai bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen portland dan air (PBI,
1971).
• Conblock (batu cetak beton), yaitu komponen bangunan yang dibuat dari
campuran semen portland atau sejenisnya, pasir, air, dan atau tanpa bahan
tambahan lainnya (additive), dicetak sedemikian rupa sehingga memenuhi
syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding (SNI
03-0691-1996).
• Paving block, yaitu didefinisikan sebagai suatu komposisi bahan bangunan
yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis
sejenisnya, air, dan agregat (abu batu/pasir) dengan atau tanpa bahan tambahan
lainnya (SNI 03-0691-1996).
D. Teori TentangPaving Block
Paving block mulai dikenal dan dipakai di Indonesia terhitung sejak tahun
1977/1978, dimulai dengan pemasangan trotoar di Jalan Thamrin dan untuk
terminal bis Pulogadung, keduanya di Jakarta. Sekarang pemakaiannya sudah
14
terminal, jalan setapak dan juga perkerasan jalan di kompleks-kompleks
perumahan serta untuk keperluan lainnya.
1. KlasifikasiPaving Block
Menurut SK SNI T – 04 – 1990 – F, klasifikasi paving block ini didasarkan
atas bentuk, tebal, kekuatan dan warna.
a. Klasifikasi berdasarkan bentuk
Bentukpaving blocksecara garis besar terbagi atas dua macam, yaitu :
a.Paving blockbentuk segi empat
b.Paving blockbentuk segi banyak
Pola pemasangan sebaiknya disesuaikan dengan tujuan penggunaannya.
Pola yang umum dipergunakan ialah susun bata (strecher), anyaman tikar
(basket weave), dan tulang ikan (herring bone). Untuk perkerasan jalan
diutamakan pola tulang ikan karena mempunyai kuncian yang baik. Dalam
proses pemasangannya, paving block harus berpinggul dan pada tepi
susunan paving block biasanya ditutup dengan pasak yang berbentuk topi
uskup
b. Klasifikasi berdasarkan ketebalan
Ketebalanpaving blockada tiga macam, yaitu :
b.Paving blockdengan ketebalan 80 mm
c.Paving blockdengan ketebalan 100 mm
Pemilihan bentuk dan ketebalan dalam pemakaian harus disesuaikan dengan
rencana penggunaannya dan kuat tekan paving block tersebut juga harus
diperhatikan
c. Klasifikasi berdasarkan kekuatan
Pembagian kelaspaving blockberdasarkan mutu betonnya adalah :
a.Paving blockdengan mutu beton fc’37,35 MPA
b.Paving blockdengan mutu beton fc’27,0 MPA
4. Klasifikasi berdasarkan warna
Warna yang tersedia dipasaran antara lain abu-abu, hitam, dan merah.
Paving blockyang berwarna kecuali untuk menambah keindahan juga
dapat digunakan untuk memberi batas pada perkerasan seperti tempat parkir,
tali air, dan lain-lain.
2. Kegunaan dan KeuntunganPaving Block
Keberadaan paving block bisa menggantikan aspal dan pelat beton, dengan
banyak keuntungan yang dimilikinya. Paving block mempunyai banyak
kegunaan diantaranya sebagai lapisan perkerasan lapangan terbang, terminal
bis, parkir mobil, pejalan kaki, taman kota, dan tempat bermain. Penggunaan
paving blockmemiliki beberapa keuntungan, antara lain :
16
• Dapat diaplikasikan pada pembangunan jalan dengan tanpa memerlukan keahlian khusus.
• Pada kondisi pembebanan yang normal paving block dapat digunakan selama masa-masa pelayanan danpaving blocktidak mudah rusak.
• Paving block lebih mudah dihamparkan dan langsung bisa digunakan tanpa
harus menunggu pengerasan seperti pada beton (Arum dan Perdhani, 2007).
• Tidak menimbulkan kebisingan dan gangguan debu pada saat pengerjaannya.
• Paving block menghasilkan sampah konstruksi lebih sedikit dibandingkan
penggunaan pelat beton.
• Adanya pori-pori pada paving block meminimalisasi aliran permukaan dan memperbanyak infiltrasi dalam tanah.
• Perkerasan dengan paving block mampu menurunkan hidrokarbon dan menahan logam berat.
• Paving block memiliki nilai estetika yang unik terutama jika didesain
dengan pola dan warna yang indah(www.paving.org.uk).
• Perbandingan harganya lebih rendah dibanding dengan jenis perkerasan konvensional yang lain.
• Pemasangannya cukup mudah dan biaya perawatannya pun murah (www.paving.org.uk).
3. Syarat MutuPaving Block
Paving block untuk lantai harus memenuhi persyaratan SNI 03-0691-1996
• Sifat tampak paving block untuk lantai harus mempunyai bentuk yang sempurna, tidak terdapat retak-retak dan cacat, bagian sudut dan rusuknya
tidak mudah direpihkan dengan kekuatan jari tangan.
• Bentuk dan ukuran paving block untuk lantai tergantung dari persetujuan antara pemakai dan produsen. Setiap produsen memberikan penjelasan
tertulis dalamleaflet mengenai bentuk, ukuran, dan konstruksi pemasangan
paving blockuntuk lantai.
• Penyimpangan tebal paving block untuk lantai diperkenankan kurang lebih 3mm.
• Paving blockuntuk lantai harus mempunyai kekuatan fisik sebagai berikut:
Tabel 4. Kekakauan fisikpaving block.
Keterangan: *mpa = mega Pascal (1mPa = 10 kg/cm = K 10)
Mutu A : digunakan untuk jalan.
Mutu B : digunakan untuk pelataran parkir.
Mutu C : digunakan untuk pejalan kaki.
Mutu D : digunakan untuk taman dan pengguna lainnya.
• Paving block untuk lantai apabila diuji dengan natrium sulfat tidak boleh
cacat, dan kehilangan berat yang diperbolehkan maksium 1%.
Rata-rata Min Rata-rata Min
Kuat Tekan (MPA*) Ketahanan Aus Penyerapan air
(rata-rata Maks.) Mutu
18
4. PenggunaanPaving BlockSebagai Lapisan Perkerasan Permeabel.
Pada prinsipnya ada 3 jenis sistem pada penggunaan paving block sebagai
lapisan perkerasan permeabel, yaitu :
a. Sistem Infiltrasi Total
Pada sistem ini, air yang jatuh ke perkerasan akan merembes melalui celah
diantarapaving block, melewati lapisansub basekemudian masuk ke dalam
tanahsub grade.
Gambar 2.Sistem Total Infiltrasi
b. Sistem Parsial Infiltrasi
Pada sistem ini, air yang jatuh ke perkerasan akan merembes melalui celah
diantara paving block, melewati lapisan sub base kemudian sebagian akan
mengalir melalui pipa berlubang dan dilepaskan pada saluran drainase,
Gambar 3.Sistem Parsial Infiltrasi
c. Sisten Non Infiltrasi
Pada sistem ini, air yang jatuh ke perkerasan akan merembes melalui celah
diantarapaving block, melewati lapisansub basekemudian seluruh air akan
mengalir melalui pipa berlubang dan dilepaskan pada saluran drainase tanpa
ada yang masuk ke dalam tanahsub grade.
Gambar 4.SistemNon Infiltrasi
Pada penggunaan paving block sebagai lapisan permeabel, diharapkan air
dapat masuk ke dalam tanah. Meskipun demikian hal ini harus
20
• Kedalaman antara permukaan perkerasan dengan muka air tanah harus lebih dari 1 meter. Kedalaman yang lebih besar dibutuhkan untuk
menghasilkan tambahan saringan untuk polutan yang melewati tanah.
• Lapisan perkerasan permeabel bisa saja berdekatan dengan sungai, hal ini dapat menjadi perlemahan struktur pada daerah sekitar sungai.
• Pada daerah terlindungi seperti di daerah sumber mata air, penggunaan lapisan perkerasan yang seluruh airnya meresap ke dalam air mungkin
tidak cocok karena dapat mempengaruhi kualitas air
(www.paving.org.uk).
E. Material
Material penyusun pada paving block yang akan digunakan antara lain semen
portland(PC), agregat halus dan air.
1. SemenPortland(PC)
Semen Portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan
menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya
mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan
yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya. Fungsi utama semen
adalah mengikat butir-butir agregat hingga hingga membentuk suatu massa
padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat. Semen
yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII.0013-81.
a. Tipe I : SemenPortlanduntuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus.
b. Tipe II : SemenPortlandyang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
c. Tipe III : SemenPortland yang dalam penggunaannya menuntut
kekuatan awal yang tinggi.
d. Tipe IV : SemenPortlandyang dalam penggunaannya menuntut
persyaratan panas hidrasi rendah.
e. Tipe V : SemenPortlandyang dalam penggunaannya menuntut
persyaratan sangat Tahan terhadap sulfat.
2. Agregat Halus
Agregat halus atau pasir adalah butiran-butiran mineral keras yang bentuknya
mendekati bulat, tajam dan bersifat kekal dengan ukuran butir sebagian besar
terletak antara 0,07-5 mm (SNI 03-1750-1990). Agregat halus digunakan
sebagai bahan pengisi dalam campuran paving block sehingga dapat
meningkatkan kekuatan, mengurangi penyusutan dan mengurangi pemakaian
bahan pengikat/semen. Mutu dari agregat halus ini sangat menentukan mutu
paving blockyang dihasilkan. Menurut SNI 03-1750-1990 untuk menghasilkan
paving block yang baik, agregat halus harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
22
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik
matahari atau hujan.
• Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 1,50-3,80.
• Kadar lumpur / bagian butir yang lebih kecil dari 0,07 m maksimum 5 %.
• Kadar zat organik ditentukan dengan larutan natrium hidroksida 3 %, jika dibandingkan dengan warna standar atau pembanding, tidak lebih tua dari
pada warna standar (sama).
• Kekerasan butir, jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir pembanding yang berasal dari pasir kwarsa Bangka, memberikan angka
hasil bagi tidak lebih besar dari 2,20.
Sifat sifat pasir yang lain diantaranya :
Sangat berpori
Kurang bersatu atau lepas (nonkohesif)
Berwarna putih atau sampai abu-abu gelap
Berbentuk bulat kecil dan permukaannya halus
Penyerapan Airdanpermeabilitasyang besar
3. Air
Fungsi air pada campuran paving block adalah untuk membantu reaksi kimia
yang menyebabkan berlangsungnya proses pengikatan. Persyaratan air sesuai
Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 adalah sebagai berikut:
• Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
• Tidak mengandung klorida ( Cl ) lebih dari 0.5 gram/liter.
• Tidak mengandung senyawa-senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
Pemakaian air pada pembuatan campuran harus pas karena pemakaian air yang
terlalu berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses
hidrasi selesai dan hal tersebut akan mengurangi kekuatan paving block yang
dihasilkan. Sedangkan terlalu sedikit air akan menyebabkan proses hidrasi
tidak tercapai seluruhnya, sehingga dapat mempengaruhi kekuatan paving
blockyang dihasilkan.
4. Tanah Lempung
Tanah lempung terdiri dari berbagai golongan tekstur yang agak susah
dicirikan secara umum. Warna tanah pada tanah lempung tidak dipengaruhi
oleh unsur kimia yang terkandung di dalamnya, karena tidak adanya perbedaan
yang dominan dimana kesemuanya hanya dipengaruhi oleh unsur Natrium saja
yang paling mendominasi.
Semakin tinggi plastisitas, grafik yang dihasilkan pada masing-masing unsur
kimia belum tentu sama. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur warna tanah
dipengaruhi oleh nilaiLiquid Limit(LL) yang berbeda-beda (Marindo, 2005).
Tanah lempung lunak merupakan partikel mineral yang berukuran lebih
kecil dari 0,002 mm. Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari
24
Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran mikroskopis sampai
dengan sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi
penyusun batuan, tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering dan
bersifat plastis pada kadar air sedang. Pada kadar air lebih tinggi lempung
bersifat lengket (kohesif) dan s angat lunak (Das, 1995).
5. Limbah kaca
Pecahan kaca yang dimaksud dalam penelitian ini pecahan kaca hanya pecahan
gelas, piring atau peralatan rumah tangga yang terbuat dari kaca. Dalam
penelitian ini pecahan kaca di tumbuk menggunakan palu sampai halus
berbentuk butiran-butiran pasir halus hingga lolos saringan diameter 200.
F. Komposisi Campuran Paving Block
Komposisi campuranpaving blockdi bagi menjadi 2 golongan :
1. Golongan I
Untuk komposisi Gol. I ini campuran paving block yang menggunakan
Semen, Pasir, danfillerpecahan kaca (FL) dari nilai 5% ; 10% ; 15% dari
semen adalah sebagai berikut :
Campuran denganfillersebanyak 5% dari semen.
( PC : PS : FL = 1 : 4 : 0,05)
Campuran denganfillersebanyak 10% dari semen.
Campuran denganfillersebanyak 15% dari semen.
( PC : PS : FL = 1 : 4 : 0,15 )
2. Golongan II
Untuk komposisi Gol. II ini campuran paving block yang menggunakan
Semen (PC), Tanah Lempung (TL), dan fillerpecahan kaca (FL) dari nilai
5% ; 10% ; 15% semen adalah sebagai berikut :
Campuran denganfillersebanyak 5% dari semen.
( PC : PS : FL = 1 : 4 : 0,05 )
Campuran denganfillersebanyak 10% dari semen.
( PC : PS : FL = 1 : 4 : 0,1)
Campuran denganfillersebanyak 15% dari semen.
( PC : PS : FL = 1 : 4 : 0,15 )
G. Kuat TekanPaving Block
Kuat hancur dari beton dipengaruhi oleh sejumlah factor, selain perbandingan air
semen dan tingkat pemadatannya. Factor-faktor penting lainnya yaitu (Murdock
dan Brook,1999):
1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat
batas beton
2. Jenis dan lekuk-lekuk bidang permukaanagregrat
3. Efesiensi dari perawatan (curing), kehilangan sampai sekitar 40% dapat
terjadi apabila pengeringan diadakan sebelum waktunya.
Perawatan adalah hal terpenting pada pengerjaan lapangan pada pembuatan
26
4. Suhu. Pada umumnya suhu berpengaruhterhadap pengerasan beton,
kecepatanbertambahdenganbertambahnya suhu.
5. Umur. Pada keadaan normal kekuatan beton bertambah dengan umur,
kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung dari jenis semen. Semen
dengan kadar alumina tinggi menghasilkan beton yang kuat hancurnya pada
24 jam sama dengan semenPortlandbiasa pada 28 hari.
Kuat tekan beton setelah mengeras tergantung dari factor air semen, jumlah
semen, sifatagregrat, dan kepadatan betonnya (Sebayang, 2005)
Harus diperhatikan untuk menghindari campuran yang terlalu kering, oleh karena
ini adalah mengakibatkan kehilangan kekuatan, gampang pecahnya sudut-sudut
paving block dan suatu kedapan air yang tinggi. Campuran digunakan untuk
paving block biasanya berbanding I semen : 6 pasir, dan 1 semen : 8 pasir
(Murdock, 1999).
Kuat tekanpaving blockdihitung dengan rumus persamaan :
=
……….………. (1)Dengan :
= kuat tekan beton (N/mm2)
= beban maksimum (N)
H. Penyerapan AirPaving Block
Prosedur pengujian Penyerapan Air dilakukan untuk mengetahui besarnya
Penyerapan Air yang terdapat pada paving block. Adapun prosedur pengujiannya
adalah sebagai berikut: Paving block diambil dari ruangan pengering ,kemudian
paving block direndam di dalam bak selama 24 jam. Setelah perendaman paving
block dikeluarkan dan ditimbang dalam keadaan basah (A), Lalu paving block
dikeringkan dengan menggunakan oven atau didapur pengeringan selama 24 jam
dengan suhu 1150. Kemudian timbang dalam keadaan kering oven (B).
Penyerapan Airpaving blockdihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Penyerapan Air = 100%………..………..(2)
Ket:
A = BeratPaving Blockbasah
B = BeratPaving Blockkering
I. Analisis Data
Untuk mendapatkan gambaran tentang sekumpulan data, selain disajikan dalam
bentuk tabell dan diagram, diperlukan pula ukuran-ukuran tertentu sebagai
peringkas. Secara umum peringkas dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu
ukuran pemusatan dan ukuran pemencaran. Ukuran pemusatan antara lain :mean,
mode, danmedian. Ukuran pemencaran diiiaaantaranya adalah jangkauan (range),
28
(standart deviasi). Dalam hal ini pemusatan dan pemencaran yang akan dibahas
adalah mean (rata-rata) dari simpangan baku (standart deviasi).
Mean(rata-rata)
Dalam menyatakan dan menghitung rata-rata diperlukan lambing yang mewakili
numeric tertentu, nilai rata-rata dengan persamaan sebagai berikut:
=
ƒ
………..…… (3)
Dengan :
ƒcr = Kuat tekan beton rata-rata (Mpa).
ƒb(i) = Kuat tekan pada masing-masing benda uji (Mpa).
N = Jumlah benda uji yang diperiksa.
Simpangan Baku (Standard Deviasi)
Simpangan baku untuk sampel dilambangkan dengan Sdengan ukuran sampel N,
simpangan baku merupakan pencaran yang paling banyak digunakan. Simpangan
baku dapat dihitung dengan rumus:
Dengan:
SD = Standard deviasi (simpangan baku)
= Kuat tekan benda uji (Mpa)
N = Jumlah benda uji yang diperiksa (Minimal 20)
= Kuat tekan rata-rata seluruh benda uji (Mpa).
Jika benda uji yang dibuat kurang dari 30 buah, masih dapat diijinkan dengan
memakai factor pembesaran untuk nilai standar deviasi :
Tabel 5.Faktor modifikasi untuk untuk deviasi standar jika jumlah pengujian kurang dari 30 contoh
Tabel 6.Kuat tekan rata-rata perlu jika data tidak tersedia untuk menetapkan deviasi standar
kurang dari 15 contoh gunakan tabel 5
15 contoh 1,16
20 contoh 1,08
25 contoh 1,03
30 contoh atau lebih 1,00
Jumlah Pengujian Faktor modifikasi untuk deviasi standar
Interpolasi untuk jumlah pengujian yang berada diantara nilai-nilai diatas catatan
Persyaratan kuat tekan, f'c Kuat tekan rata-rata perlu, f' cr
Mpa Mpa
kurang dari 21 f'c + 7,0
21 sampai dengan 35 f'c + 8,5
30
Jumlah minimum benda uji = 10 buah
Ketentuan berlaku untuk setiap tingkatan mutu beton yang digunakan dalam
pekerjaan/proyek.
Syarat penerimaan desain mix dalam SNI adalah nilai fcr’ dari seluruh data yang
diuji harus memenuhi nilai besar dari syarat di bawah ini :
fcr’=fc’+ 1,34SD……….…..……… (5)
fcr’=fc’+ 2,33SD–3,5……..……… (6)
J. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebagai bahan tambahan referensi adalah
“ Pengaruh Penambahan Fly Ash Sebagai Bahan Pengganti Semen Dalam
Pembuatan Paving Block untuk Perkerasan Jalan “, ( Dirgahayu, Ketut. 2006 ).
Beberapa hal yang dapat diambil dari penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :
1. Perlakuan Perawatan perendaman dapat meningkatkan nilai kuat tekan paving
block hingga mencapai mutu I, dengan menyiram mencapai mutu II
dibandingkan dengan paving block tanpa diawat yang hanya mencapai mutu
III.
2. Nilai kuat tekan paving block menurun seiring penambahan presentase
penggantian semen denganfly ash.
3. Penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk balok dengan perbandingan 1
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar
Lampung dan pengujian sampel dilaksanakan di laboratorium Analisis Bahan dan
Konstruksi dan di laboratorium tanah Fakultas Teknik Universitas Lampung.
B. Bahan
Bahan-bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:
1. SemenPortlandTipe 1
Semen yang digunakan adalah semen Portland tipe 1 (merek Baturaja), dalam
kemasan 50 kg/zak yang diperoleh dari toko dalam keadaan baik dan tertutup
rapat.
2. Pasir
Pasir yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Gunung Sugih, Lampung
Tengah
3. Tanah Lempung
Tanah lempung ini digunakan dalam penelitian ini berasal dari Jatimulyo way
32
4. Pecahan kaca
Pecahan kaca dalam penelitian ini berasal dari pecahan piring, gelas yang ada di
rumah tangga dan di tempat pembuangan sampah.
5. Air
Air yang digunakan berasal dari air sumur yang ada disekitar lokasi industri
paving block.
C. Alat
Alat yang digunakan untuk membuatpaving blockini adalah:
1. Alat cetakanpaving block
2. Mesin pengaduk bahanpaving block(Concrete Mixer)
3. Tungku pembakaran untuk proses membakarpaving block
4. Compression Testing Machine(CTM)
5. Peralatan perlengkapan seperti sarung tangan, alas kaki, dan sendok takaran.
D. Tahapan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dibagi dalam 6 tahapan penelitian yaitu:
1. Pengujian bahan-bahan dasar
2. Rencana campuran
3. Pembuatan benda uji
4. Pemeliharaan benda uji
5. Pengujian benda uji
E. Pengujian Bahan-bahan Dasar
Pengujian bahan-bahan dasar meliputi pengujian sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Kadar Air Agregat
Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar air agregat dengan cara
pengeringan
Bahan
Bahan-bahan yang dipakai dalam pengujian ini adalah:
1. Pasir 1 Kg.
2. Pecahan kaca 1 Kg.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
2. Oven yang dilengkapi dengan pengatus suhu
3. kontainer/talam.
Prosedur kerja
Prosedur kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Menimbang dan mencatat berat talam
2. Memasukkan benda uji kedalam talam, kemudian menimbang dan mencatat
34
3. Menghitung berat benda uji
4. Mengeringkan benda uji beserta talam kedalam oven sampai beratnya tetap
5. Setelah kering menimbang dan mencatat berat benda uji beserat talam
6. Menghitung berat benda uji.
2. Analisis Saringan / Pengujian gradasiagregat
Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui distribusi ukuran atau susunan
pembagian butiran agregat halus (pasir dan pecahan kaca) dan menghitung
kehalusannya (fineness modulus) sesuai dengan ASTM C 136.
Bahan
Bahan-bahan yang dipakai dalam pengujian ini adalah:
1. Agregat pasir sebanyak 1000 gram.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
2. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu.
3. Satu set ayakan.
4. Kuas, sikat kuningan dan sendok.
5. Talam.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Memeriksa pasir yang akan diuji sebesar 1000 gram, lalu mengeringkan
nya dalam oven dengan temperatur 105º C–110º C selama 24 jam.
2. Menyusun saringan menurut ukuran diameter dari yang terbesar berada
bagian atas dan diameter terkecil berada dibagian bawah, sebelumnya
membersihkan terlebih dahulu saringan yang akan digunakan.
3. Memasukkansampelkedalam saringan yang paling atas.
4. Menyusun saringan dan memasangnya pada mesin pengguncang atau
mengayak dengan tangan selama 10-15 menit.
5. Menimbang contoh yang tertahan pada masing-masing saringan.
3. Pengujian kadar lumpur
Tujuan
Tujuan pengujian kadar lumpur yaitu untuk menentukan kadar persentase
lumpur dalam agregat halus (ASTM-C117).
Bahan
Bahan yang digunakan adalah agregat halus.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
36
3. Saringan no. 16 (1,2 mm) dan no. 200 (0,0074 mm)
4. Kontainer
5. Ovendengan alat pengatus suhu.
Prosedur kerja
Prosedur kerja yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Menimbang pasir sebanyak 1200 gram lalu mengoven pasir yang lolos
saringan diameter 4,75 mm selama 24 jam dengan temperatur 105º C –
110º C
2. Mendinginkan sampel dan mempersiapkan 100 gram, kemudian membagi
sampel menjadi dua bagian dengan masing-masing 500 gram untuk 2
kalipengujian (W1)
3. Memasukkan sampel satu kedalam kontainer dengan menuangkan air
secukupnya sampai pasir terendam
4. Mengaduk-ngaduk beberapa saat lalu menuangkannya keatas saringan no.
16 dan no. 200
5. Mengulang langkah (4) sehingga air tampak bersih
6. Memasukkan pasir yang telah bersih kedalam oven selama 24 jam.
Kemudian menimbang sampel setelah didinginkan (W2)
7. Melakukan hal serupa untuk sampel 2 seperti langkah diatas.
4. Pengujian Berat Jenis
Bahan
Bahan-bahan yang dipakai dalam pengujian ini adalah:
1. Agregat pasir sebanyak 1000 gr.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
2. Picknometer dengan kapasitas 500 gram.
3. Cetakan kerucut pasir dan tongkat pemadat logam
4. Talam.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Mengeringkan agregat halus yang jenuh air sampai didapat keadaan
kering merata dan dapat tercurah
2. Memasukkan sebagian benda uji kedalam cetakan kerucut pasir menjadi
tiga lapis. Memadatkan tiap lapis dengan tongkat pemadat logam, dengan
jumlah total 25 kali pukulan. Kondisi jenuh kering permukaan untuk pasir
diperoleh jika cetakan diangkat, agregat halus runtuh atau longsor 1/3 dari
tinggi kerucut
3. Memasukkan benda uji pasir pada kondisi SSD sebanyak 500 gr (B)
kedalam piknometer dan menambah air sebanyak 500 cc
38
5. Merendam piknometer kedalam bak air pada temperature 20º C selama 1
jam
6. Menimbang picknometer + air +sampel(C)
7. Mengeluarkan contoh + air dari dalam piknometer kemudian
memasukkan kedalam kontainer dan dioven pada suhu 105º C – 110º C
selama 24 jam
8. Mencatat berat contoh setelah dioven (E)
9. Menimbang berat piknometer + air (D).
5. Uji BatasAtterberg
a. Batas Cair (Liquid Limit)
Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis
tanah pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Pengujian ini
menggunakan standar ASTM D-4318.
Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-4318, antara lain :
1. Mengayak sampel tanah yang sudah dihancurkan dengan
menggunakan saringan No.40
2. Mengatur tinggi jatuh mangkukcassagrandesetinggi 10 mm.
3. Mengambil sampel tanah yang lolos saringan No.40, kemudian
diberi air sedikit demi sedikit dan aduk hingga merata, kemudian
dimasukkan kedalam mangkuk cassagrande dan meratakan
4. Membuat alur tepat ditengah-tengah dengan membagi benda uji
dalam mangkuk cassagrande tersebut dengan menggunakan
grooving tool.
5. Memutar tuas pemutar sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang
13 mm sambil menghitung jumlah ketukan dengan jumlah ketukan
harus berada diantara 10-40 kali.
6. Mengambil sebagian benda uji di bagian tengah mangkuk untuk
pemeriksaan kadar air dan melakukan langkah kerja yang sama
untuk benda uji dengan keadaan adonan benda uji yang berbeda
sehingga diperoleh 4 macam benda uji dengan jumlah ketukan yang
berbeda yaitu 2 buah dibawah 25 ketukan dan 2 buah di atas 25
ketukan.
Perhitungan :
1) Menghitung kadar air masing-masing sampel tanah sesuai jumlah
pukulan.
2) Membuat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan pada
grafik semi logritma, yaitu sumbu x sebagai jumlah pukulan dan
sumbu y sebagai kadar air.
3) Menarik garis lurus dari keempat titik yang tergambar.
40
b. Batas Plastis (Plastic limit)
Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada
keadaan batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. Nilai
batas plastis adalah nilai dari kadar air rata-rata sampel. Pengujian ini
menggunakan standar ASTM D-4318.
Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-4318 :
1. Mengayak sampel tanah yang telah dihancurkan dengan saringan
No. 40
2. Mengambil sampel tanah kira-kira sebesar ibu jari kemudian
digulung-gulung di atas plat kaca hingga mencapai diameter 3 mm
sampai retak-retak atau putus-putus.
3. Memasukkan benda uji ke dalam container kemudian ditimbang
4. Menentukan kadar air benda uji.
Perhitungan :
1) Nilai batas plastis (PL) adalah kadar air rata-rata dari ketiga benda
uji.
2) Indeks Plastisitas (PI) adalah harga rata-rata dari ketiga sampel tanah
yang diuji, dengan rumus persamaan :
PI = LL–PL ……… (7)
Dimana :
PI = Indeks Plastisitas
LL = Nilai Batas Cair
F. Ketentuan Campuran Mortar
Ketentuan yang digunakan untuk mendapatkan adukan mortar dalam
penelitian ini adalah:
1. Perbandingan semen (PC) terhadap pecahan kaca adalah:
- Golongan I
PC : PS : FL = 1 : 4 : 0,05
PC : PS : FL = 1 : 4 : 0,1
PC : PS : FL = 1 : 4 : 0,15
- Golongan 2
PC : TL : FL = 1 : 4 : 0,05
PC : TL : FL = 1 : 4 : 0,1
PC : TL : FL = 1 : 4 : 0,15
2. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 14 hari
3. Jumlah sampel 160 buah dengan ketentuan sampel yang berbahan dasar
pasir 80 sampel dan yang berbahan dasar tanah 80 sampel .
Pengujian dilakukan dilaboratorium pada sampel paving block yang telah
dibuat adalah pengujian kuat tekan dengan menggunakan alat CTM
42
G. Rencana Kebutuhan Campuran Mortar
Untuk membuat 1 m3mortar dihitung berdasarkan volume absolut, yaitu berat
jenis semen dan agregat halus. Prinsip perhitungan ini adalah bahwa volume
mortar dapat sama dengan jumlah bahan-bahan dasarnya.
Rencana campuran mortar :
+
.+
.( )(1 +
) = 1
……… (8)Dengan :
S = kebutuhan semen (kg)
P = kebutuhan pasir terhadap semen (kg)
=
perbandingan berat air terhadap berat semen=
berat jenis semen (gram/cm3) = berat jenis pasir (gram/cm3) = berat jenis air (gram/cm3)= persentase udara dalam mortar (3%)
H. Analisis Hasil
Tujuan
Tujuan dari analisa hasil data adalah untuk memudahkan pengolahan data
hasil pengujian, dan mendapatkan sampel yangrepresentatifdari populasi.
Metode yang digunakan
Dalam menganalisa data digunakan metode statistic deskriptif dengan
pemusatan dan pemencaran (Mean dan Standar Deviasi).
Prosedur kerja
2. Mengurutkan nilai data darisampelpertama sampai sampel terakhir
3. Mencari nilai rata-rata (mean), dengan menjumlahkan nilai hasil uji dan
membagi dengan jumlah benda uji. Bila nilai yang menyimpang jauh
sebaiknya tidak dimasukkan kedalam perhitungan karena akan merusak
nilai hasil analisa
4. Menghitung nilai besarnya penyebaran data hasil pengujian dengan
menggunakanmetodesimpangan baku
5. Menghitung nilai benda uji yang represenntatif, sehingga dapat mewakili
keseluruhan data (populasi).
I. KekuatanPaving Block
Berdasarkan SNI 03-0691-1996 dapat dilihat pada tabel 4, maka penelitian
paving block dengan bahan dasar tanah lempung ini hanya difokuskan pada
mutu D yaitu untuk tujuan pemakaian non struktural, seperti untuk taman dan
pengguna lainnya yang tidak diperlukan untuk menahan beban berat
diatasnya.
J. SpesifikasiStandar Acuan Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan acuan standar sebagai berikut :
1. SK SNI T – 04 – 1990 – F : tata cara pemasangan block beton terkunci
untuk permukaan jalan.
2. Pengujian kuat tekan dan peresapan air (Penyerapan air) menggunakan
44
Tidak
Ya
Gambar 5.Bagan Alir Penelitian
Mulai Pecahan Kaca (filler)
5 % 10% 15% Pecahan Kaca (filler)
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, mulai dari studi pustaka,
pengujian material, pembuatan benda uji, hingga pengujian benda uji, dapat
diambil pemahaman dan pengalaman mengenai pengaruh penambahan filler kaca
dalam pembuatan paving block berbahan dasar pasir dan tanah terhadap kuat
tekan dan penyerapan air.
Dari penelitian yang telah dilaksanakan didapat beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Penelitian menunjukkan bahwa filler kaca dapat secara efektif digunakan
sebagai komponenpaving blockdan dapat meningkat mutu elemen bahan.
2. Penggunaanfillerkaca padapaving blockdapat memberikan dampak positif
terhadap lingkungan khususnya tata guna lahan dan pencemaran.
3. fillerkaca akan memberikan kontribusi yang besar terhadap penurunan daya
serap airpaving block.
4. Didapat nilai optimum kuat tekan rata-rata paving block berbahan dasar
pasir pada 10% campuran filler dengan nilai 23,9 Mpa dan pada paving
block berbahan dasar tanah pada 10% campuran filler dengan nilai 10,60
64
5. Penggunaan tanah lempung sebagai bahan dasar pembuatan paving block
masuk dalam mutu D yaitu penggunaan untuk taman.
6. Di dapat hubungan atau korelasi antara kuat tekan terhadap penyerapan air
paving block yaitu semakin besar penyerapan air pada benda uji maka
semakin rendah kekuatannya.
B. Saran
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pemanfaatan pecahan kaca sebagai filler paving block kepada penduduk sekitar
dan para peneliti bahan bangunan. Saran-saran yang dapat peneliti sampaikan
adalah sebagai berikut;
1. Guna menghasilkanpaving blockberbahan dasar tanah dengan kuat tekan yang
besar, perlu dilakukan pengeringan dan pengayakan tanah dalam proses
pembuatan paving block agar tanah dapat tercampur rata dengan bahan
pengikat lainnya.
2. Paving blockdisarankan untuk penggunaan taman kota dan daerah industri.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan filler kaca
sebagai bahan pembuatan paving block berbahan dasar tanah. Adanya
penelitian lanjutan tersebut adalah penggunaan cetakan hidrolis yang telah
terukur bebannya pada saat pencetakan, perbandingan jumlah semen dengan
agregat dan analisis waktu pemeraman 7, 14 dan 28 hari agar diperoleh kuat
Anonimous. 1989. Standar Nasional Indonesia S-04-1989-F: Spesifikasi Bahan
Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam). Departemen
Perkerjaan Umum. Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta.
Anonimous. 1996.Standar Nasional Indonesia 03-0691-1996: Bata Beton
(Paving Block). Dewan Standarisasi Nasional. Departemen Perkerjaan
Umum. Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta.
Arum, Ch Wulan., dan Perdhani, Dyah. 2007. Nilai Korelasi Kuat Tekan Paving
Block Pada Umur 3, 7, 14, 21, Dan 28 Hari. Tugas Akhir Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang.
Bowles, J. E. 1989. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Erlangga. Jakarta.
Das, B. M. 1988. Mekanika Tanah I. Erlangga. Jakarta.
Dirgahayu, Ketut. 2006. Pengaruh Penambahan Fly Ash Sebagai Bahan
Pengganti Semen Dalam Pembuatan Paving Block Untuk Perkerasan Jalan.
Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Gunawan, Rudy. 1994. Pengantar Ilmu Bangunan. Kanisius. Yogyakarta.
Hardiyatmo, Hary Chirstady. 1992. Mekanika Tanah I. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hardiyatmo, Hary Chirstady. 1992. Mekanika Tanah II. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
http://www.paving.org.uk
Murdock, L.J.;et al. 1999. Bahan dan Praktek Beton. Edisi ke-4. Erlangga. Jakarta.
Samekto, W. 2001. Teknologi Beton. Kanisius. Yogyakarta.
Sebayang, S. 2005. Buku Ajar Bahan Bangunan. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas