• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Limbah Industri Penggergajian Kayu Sebagai Bahan Subtitusi Pembuatan Paving Block

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemanfaatan Limbah Industri Penggergajian Kayu Sebagai Bahan Subtitusi Pembuatan Paving Block"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Ekologi Industri

“ Pemanfaatan Limbah Industri Penggergajian Kayu Sebagai Bahan Subtitusi Pembuatan Paving Block “

D i s u s u n O l e h : A Z M A W I J A Y A . A G 4 1 1 1 3 5 1 0 P R O D I K E T E K N I K A N P E R T A N I A N J U R U S A N T E K N O L O G I P E R T A N I A N F A K U L T A S P E R T A N I A N U N I V E RS I T A S H A S A N U D D I N M A K A S S A R 2 0 1 4

(2)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam saya sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “Pemanfaatan Limbah Industri Penggergajian Kayu Sebagai Bahan Subtitusi Pembuatan Paving Block ”, suatu permasalahan yang selalu dialami bagi masyarakat yang menggunakan kayu untuk berbagai macam kebutuhan. Khususnya pada Industri kayu tetapi mereka tidak tahu mengolah, dan menggunakan limbah dari pengolahan kayu tersebut .

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah penanggulangan dampak limbah yang sangat diperlukan dalam suatu harapan mendapatkan keamanan dalam memanfaatkan teknologi, terutama dari segi disiplin ilmu saya sendiri. Yang berkaitan dengan mekanisasi Alat-alat pertanian. Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan kepada semua dosen mata kuliah Ekologi Industri dan rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.

Demikian makalah ini saya buat semoga memberikan manfaat .

Makassar, 28 Mei 2014

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi berakibat pada tingginya kebutuhan akan sarana hunian. Pengembangan kawasan-kawasan hunian lebih lanjut akan memacu meningkatnya kebutuhan bahan bangunan. Bahan -bahan tersebut harus disediakan dalam jumlah besar dari alam maupun buatan. Salah satu cara untuk mengatasi permintaan kebutuhan bahan bangunan tersebut adalah dengan cara meningkatkan pemberdayaan sumber daya lokal yang berada di lingkungan kita. Pemberdayaan sumber daya lokal dapat berupa pemanfaatan sampah maupun limbah. Pemanfaatan sampah maupun limbah disamping dapat mengurangi penc emaran lingkungan juga dapat digunakan sebagai alternative pengganti bahan bangunan yang sudah ada. Salah satu sampah atau limbah yang dapat dimanfaatkan dengan baik adalah limbah industri penggergajian kayu.Serbuk gergaji merupakan bahan yang banyak tertimbun dan cenderung menjadi sampah karena pemanfaatannya yang masih sedikit / relatif kecil, sehingga perlu ditangani secara serius. Selain itu, dewasa ini serbuk gergaji hanya dimanfaatkan untuk sebagian kecil kebutuhan saja. Misalnya sebagai bahan pembaka ran batu bata. Melihat potensi serbuk gergaji yang belum maksimal, maka perlu diusahakan untuk memanfaatkannya, khususnya sebagai bahan susun dalam pembuatan paving block. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu Adanya Makalah mengenai pemanfaatan serbuk gergaji sebagai bahan subtitusi agregat dalam pembuatan paving block dengan judul “Pemanfaatan Limbah Industri Penggergajian Kayu Sebagai Bahan Subtitusi Pembuatan Paving Block”

(4)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas timbul permasalahan yang menarik untuk diteliti yaitu, :

1. Apa yang dimaksud paving block ?

2. Berapa besar kuat tekan paving block bila menggunakan bahan subtitusi serbuk gergaji dari limbah penggergajian kayu.

3. Berapa besar penyerapan air paving block bila menggunakan bahan subtitusi serbuk gergaji dari limbah penggergajian kayu

1. 3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui defenisi dari paving block .

2. Mengetahui kuat tekan paving block dengan penambahan serbuk gergaji sebagai bahan substitusi agregat pada pembuatan paving block.

3. Mengetahui resapan air paving block dengan penambahan serbuk gergaji sebagai bahan substitusi agregat pada pembuatan paving block.

1.4 Manfaat Penulisan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat diantaranya adalah:

1. Sebagai salah satu sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan sehingga menambah wawasan khususnya pada bahan paving block.

2. Sebagai bahan masukan kepada masyarakat sekitar industri penggergajian kayu tentang pemanfaatan serbuk gergaji sebagai bahan subtitusi dalam pembuatan paving block.

3. Dapat mengurangi dampak pencemaran dari limbah industri penggergajian kayu.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Paving Block

Paving block merupakan bahan bangunan yang digunakan sebagai perkerasan permukaan jalan, baik jalan untuk keperluan pelataran, parker kendaraan, jalan raya, ataupun untuk keperluan dekoratif pada pembuatan taman. Paving block dibuat dari campuran bahan pengikat hidrolis atau sejenisnya dengan agregat halus dan dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya, dicetak sedemikian rupa (Nadhiroh, 1992). Paving block adalah batu cetak berbentuk tertentu yang dipakai sebagai penutup halaman tanpa memakai adukan dalam pemasangannya (mortar). Pengikatan terjadi karena masing-masing batu cetak saling mengunci satu sama lainnya. Batu cetak halaman dibuat dengan mencetak campuran semen portland dan pasir dengan atau tanpa aditif. ( Balai Penelitian Bahan Bangunan 1984:10, dalam Arianto 2005 ). Menurut SNI-03-0691-1989 pengertian paving block adalah : “ suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidraulis sejenis, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton. Bata beton lantai berwarna seperti aslinya atau dapat diberi zat warna pada komposisinya dan digunakan untuk lantai, baik lantai di dalam maupun di luar bangunan.”

Pendapat Dudung Kusmara (1997) dalam Satya (2002), paving block adalah batu cetak berbentuk tertentu yang dipakai sebagai bahan penutup halaman tanpa memakai aduk pasangan (mortar), pengikatan terjadi karena masing masing batu cetak saling mengunci satu sama lain, sehingga daya serap air dari tanah dibawahnya tetap terjamin dan kemungkinan menggenangnya air di halaman dapat dikurangi.

(6)

Selain sebagai penutup permukaan tanah dan peresapan air, paving block merupakan alternatif baru sebagai sistem perkerasan. Kekuatan paving block yang terpasang di atas permukaan tanah ditentukan oleh dua hal, yaitu ;

1) Kuat tekan masing-masing elemen paving block yang terbuat dari beton dengan mutu tertentu.

2) Gesekan antar elemen paving block yang dapat terjadi dengan adanya pasir sebagai bahan pengisi di antara sela-sela paving block.

Menurut Andriati (1996:55), persyaratan ketebalan paving block pada umumnya adalah sebagai berikut :

1) 6 cm, digunakan untuk beban lalu lintas ringan dengan frekuensi terbatas, misalnya : sepeda motor, pejalan kaki.

2) 8 cm, digunakan untuk beban lalu lintas sedang atau berat dan padat frekuensinya, misalnya : mobil, pick up, truk, bus.

3) 10 cm, digunakan untuk beban lalu lintas super berat, misalnya : tronton, loader, crano.

Menurut SNI-03-0691-1989, syarat mutu bata beton (paving block) sebagai berikut :

1) Sifat tampak

Bata beton untuk lantai mempunyai bentuk sempurna tidak terdapat retak-retak dan cacat, bagian sudutnya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan jari tangan.

2) Bentuk dan Ukuran

Bentuk dan ukuran bata beton untuk lantai dapat tergantung dari persetujuan antara konsumen dan produsen. Penyimpangan tebal bata beton (paving block) diperkenankan ± 3 mm.

3) Sifat Fisis

Bata beton untuk lantai harus mempunyai kekuatan fisis yang memadai. Berdasarkan penelitian Kemino (1996:26), bata beton yang menggunakan

(7)

subtitusi serbuk gergaji setelah dikonversikan sesuai mutu paving block dengan perbandingan 10 % dari berat semen dihasilkan kuat tekan rata-rata 286,431 kg/cm2, perbandingan serbuk gergaji 20 % dihasilkan kuat tekan rata-rata 254,277 kg/cm2; perbandingan serbuk gergaji 30% dihasilkan kuat tekan rata-rata 217,404 kg/cm2; dan pada perbandingan serbuk gergaji 50% dihasilkan kuat tekan rata-rata 165,091 kg/cm2; seperti terlihat pada tabel 2.1

Subtitusi Serbuk Gergaji (%) Kuat Tekan (Kg/cm2)

Kemino, 1996

Sedangkan peningkatan porositas paving block dengan 0% serbuk gergaji terhadap berat semen sebesar 3,66%; 10% serbuk gergaji sebesar 4,59%; 20% serbuk gergaji sebesar 5,81%; 30% serbuk gergaji sebesar 6,64%; 40% serbuk gergaji sebesar 7,52% serta 50% serbuk gergaji sebesar 8,66% .

Subtitusi Serbuk Gergaji (%) Porositas (%)

Kemino_1996

Menurut penelitian Andriati, dkk, (1996:49) paving block yang menggunakan campuran fly ash Cement dengan perbandingan 40% fly ash Cement dari berat semen dihasilkan kuat tekan sebesar 415,36 kg/cm2 Sedangkan menurut Nadhiroh (1992) kuat tekan paving block dengan menggunakan campuran terak dengan perbandingan 1 semen : 1 slag : 1 pasir, diperoleh kuat tekan sebesar 548,65 kg/cm2 dengan memakai slag peleburan besi sedangkan dalam perbandingan 1 semen : 4 slag : 1 pasir, diperoleh kuat tekan sebesar 200,51 kg/cm2 dengan memakai slag nikel.

2.2 Bahan Susun Paving Block

Kualitas dan mutu paving block ditentukan oleh bahan dasar, bahan tambahan, proses pembuatan, dan alat yang digunakan. Semakin baik mutu bahan bakunya, komposisi perbandingan campuran yang direncanakan dengan

(8)

baik, proses pencetakan dan pembuatan yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan paving block yang berkualitas baik pula.

Bahan-bahan pokok paving block adalah semen, pasir, air dalam proporsi tertentu. Tetapi ada juga paving block yang memakai bahan tambahan misalnya kapur, gips, tras, abu layang, abu sekam padi dan lain-lain.

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan paving block adalah sebagai berikut:

2.2.1 Semen Portland

Semen portland adalah semen hidrolis yag dihasilkan dari penggilingan klingker yang kandungan utamanya calcium silicate dan satu atau dua buah bentuk calcium sulfat sebagai bahan tambahan. (PT. Semen Padang, 1995). Fungsi semen adalah untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa yang kompak atau padat. Perbedaan sifat jenis semen satu dengan yang lainnya dapat terjadi karena perbedaan susunan kimia maupun kehalusan butir-butirnya. Sesuai dengan tujuan pemakainnya, menurut SNI-15-2049-1994 dalam PT. Semen Gresik (2002), semen portland dibagi menjadi 5 jenis yaitu: Jenis 1 : Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain. Jenis 2 : Semen Portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

Jenis 3 : Semen Portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah proses pengikatan terjadi.

Jenis 4 : Semen Portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan panas hidrasi yang rendah.

Jenis 5 : Semen Portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.

(9)

Semen Portland terdiri dari oksida kapur (CaO), oksida silica (SiO2), oksida alumina (Al2O3), dan oksida besi (Fe2O3). Kandungan dari keempat oksida kurang lebih 95% dari berat semen dan biasanya disebut “major oxides”, sedangkan sisanya sebanyak 5% terdiri dari oksida magnesium dan oksida lain. PT. Semen Padang (1995) menyatakan bahwa sifat-sifat semen menurut pemakaiannya meliputi :

a) Hidrasi Semen

b) Setting (pengikatan) dan Hardening (pengerasan) c) Pengaruh Kualitas Semen terhadap Kuat Tekan Beton d) Kehalusan semen

ii) Komposisi kimia

Makin besar kandungan C3A cenderung akan menghasilkan setting time yang makin pendek, sedangkan semakin besar kandungan Gypsum di dalam semen akan menghasilkan setting time yang panjang. Makin besar kandungan C3S akan menghasilkan panas yang tinggi sehingga pengerasan berjalan cepat. sedangkan semakin besar C2S akan menghasilkan proses pengerasan yang berjalan lambat

2.2.2 Agregat a. Umum

Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70% volume mortar atau beton. Walaupun hanya sebagai pengisi akan tetapi agregat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar atau beton. Agregat untuk unsur bangunan beton terdiri dari dua golongan, yaitu agregat anorganik dan agregat organik. (Andrias, dkk, 1996:5).

(10)

~ Agregat Anorganik

Agregat dari golongan ini dapat berupa agregat alam atau buatan yang bahan bakunya berasal dari bahan galian. Jenis dari agregat ini yang banyak digunakan untuk menghasilkan unsur bangunan beton antara lain :

• Pasir, kerikil dan batu pecah • Tras atau pozoland • Tanah stabilisasi • Kapur

• Alwa • Kwarsa

• Batu apung • Serat asbes

~ Agregat Organik

Pada umumnya agregat organik berasal dari tumbuh-tumbuhan, limbah industri hasil pertanian, limbah industri tekstil, limbah industri pengolahan kayu dan lain-lain. Persyaratan agregat organik untuk tujuan pembuatan komponen bahan bangunan memerlukan pengolahan terlebih . Pendahuluan yang disebut proses mineralisasi. Proses ini diperlukan untuk mengurangi kadar zat ekstraktif seperti selulosa, tannin dan asam-asam organik dari tumbuh tumbuhan agar daya lekatan dan pengerasan semen tidak terganggu Seperti halnya kayu ataupun serbuk gergaji mengandung zat yang dapat mengganggu pengerasan semen, misalnya gula, tannin, dan asam-asam organik lainnya. Oleh karena itu, sebelum dicampur dengan bahan perekat semen, serpihan kayu ataupun serbuk gergaji perlu diolah terlebih dahulu dengan cara merendamnya dalam larutan kapur.

b. Pasir

Pasir atau agregat halus merupakan bahan pengisi yang dipakai bersama bahan pengikat dan air untuk membentuk campuran yang padat dan keras. Pasir yang dimaksud adalah butiran-butiran mineral yang keras dengan besar butiran antara 0,15 mm sampai 5 mm (Tjokrodimuljo, 1996). Agregat halus / pasir untuk paving block dapat berupa pasir alami hasil disintregasi

(11)

alam dari batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Menurut SK-SNI-S-04- 1989-F syarat untuk agregat halus, yaitu agregat halus terdiri dari butir-butir tajam, keras, kekal dengan gradasi yang beraneka ragam. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat total agregat, bahan organik dan reaksi terhadap alkali harus negatif.

Gradasi agregat

Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil, hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori diantara butiran yang besar sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata lain kemapatannya tinggi. Sebagai pernyataan gradasi dipakai nilai presentase dari berat butiran yang tertinggal atau lewat di dalam ayakan dengan lubang 76 mm; 38 mm; 19 mm; 9,6 mm; 4,80 mm, 2,40 mm; 1,2 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm.

Berat jenis agregat

Berat jenis agregat adalah ratio antara masa padat agregat dan massa air dengan volume sama pada suhu yang sama. Menurut (Tjokrodimuljo, 1996) agregat dapat dibedakan berdasarkan berat jenisnya :

i) Agregat normal adalah agregat yang berat jenisnya antara 2,5 sampai 2,7. Agregat ini biasanya berasal dari granit, basalt, kuarsa dan sebagainya. Beton yang dihasilkan berberat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan antara 15 MPa sampai 40 MPa, betonnya disebut beton normal.

ii) Agregat berat adalah agregat yang berat jenisnya lebih dari 2,8 misalnya (Fe3O2) magnetic, barites (BaSO4), atau serbuk besi.

(12)

beton dengan agregat ringan mempunyai kuat tarik rendah, modulus elastisitas rendah, serta rayapan dan susutan lebih tinggi.

Berat jenis agregat dibedakan menjadi dua berat jenis mutlak dan berat jenis semu. Berat jenis mutlak jika volume benda padatnya tanpa pori, sedangkan jenis semu volume benda padatnya termasuk pori-pori tertutupnya (Tjokrodimuljo, 1996)

Tekstur permukaan butir

Tekstur permukaan butir adalah sifat permukaan yang tergantung pada ukuran permukaan butir termasuk halus atau kasar, mengkilap atau kusam dan macam-macam bentuk kekasaran permukaan. Butir-butir agregat dengan tekstur permukaan yang licin membutuhkan air yang lebih sedikit daripada buti-butir yang mempunyai permukaan kasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tertentu dari agregat kasar, kekasarannya menambah gesekan antara pasta dan permukaan butir-butir agregat. Bentuk dan tekstur agregat mempengaruhi mobilitas dari beton segarnya maupun daya lekat antara agregat dan pastanya. Kuat tekan antara agregat dan pasta semen tergantung pada tekstur permukaan tersebut. Rekatan terebut merupakan pegembangan dari ikatan mekanis antar butiran. Agregat dengan permukaan yang berpori dan kasar lebih disukai daripada agregat dengan permukaan yang halus, karena agregat dengan tekstur permukaan yang kasar dapat meningkatkan rekatan agregat dengan semen sampai 1,75 kali, adapun kuat tekan betonnya dapat meningkat sekitar 20 % (Tjokrodimuljo, 1996).

2.2.3 Serbuk Gergaji

Serbuk gergaji merupakan limbah dari industri penggergajian kayu selain sedetan dan potongan-potongan kayu. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh W.T Kartono, (1992:8) dalam Andrias, dkk (1996) menyatakan

(13)

bahwa rata-rata limbah yang dihasilkan oleh industry penggergajian adalah 49, 15 %, dengan perincian sebagai berikut :

a. Serbuk Gergaji 8,46% b. Sedetan 24,41 %

c. Potongan-potongan kayu 16,28 %

Sebelum serbuk gergaji dijadikan bahan pengisi pada beton atau mortar terlebih dahulu serbuk gergaji tersebut diolah melalui proses mineralisasi. Proses ini diperlukan untuk mengurangi kadar zat ekstraktif seperti gula, tanin dan asam-asam organik dari tumbuhtumbuhan agar daya lekatan dan pengerasan semen tidak terganggu (Andrias, dkk, 1996). Seperti terlihat pada reaksi kimia di bawah ini

C6H11O6 [C6H11O5]n C6H11O5 + CaO CaCO3 + CO2 + H2O

(selulosa) (larutan kapur) (kalsium karbonat)

Terlihat dari hasil reaksi diatas bahwa serbuk gergaji yang banyak mengandung selulosa setelah direndam dengan larutan kapur selama ±24 jam akan membentuk kalsium karbonat sebagai zat perekat (tobermorite) yang apabila bereaksi dengan semen akan semakin merekatkan butir-butir agregat sehingga terbentuk massa yang kompak dan padat (Andrias, dkk, 1996). Menurut penelitian Kemino (1992) tentang pemanfaatan limbah industri pengolahan kayu sebagai bahan baku pembuatan bata cetak dengan komposisi campuran 1 semen : 6 pasir : 6 limbah didapatkan kuat tekan sebesar 26 kg/cm2, dan dengan komposisi campuran 1 semen : 6 pasir : 2 limbah didapatkan kuat tekan sebesar 79,83 kg/cm2. Sedangkan menurut penelitian Andrias,dkk (1996) pembuatan bata cetak dengan menggunakan serbuk gergaji dengan komposisi 75 %, fas 0,35 dan tekanan pengepresan 125 kg/cm2 dihasilkan kuat tekan sebesar 95,26 kg/cm2.

(14)

2.2.4 Air

Fungsi air adalah sebagai media perantara pada proses pengikatan kimiawi antara semen dan agregat. Proses ini akan berlangsung baik, apabila air yang dipakai adalah air tawar murni / tidak mengandung kotoran-kotoran dan bahan-bahan lainnya. Setiap air yang dihasilkan oleh alam, jernih dan tidak berasa, tidak berbau dapat digunakan dalam pencampuran beton (Petunjuk Praktek Assisten Teknisi Laboratorium Pengujian Beton). Kandungan air yang tinggi dapat menyebabkan beton segar mudah dikerjakan, kekuatan beton dan mortar rendah, mortar dan beton menjadi poros dan juga dapat menyebabkan pemisahan antara pasir atau agregat pada adukan mortar atau beton yang disebut segresi (PT. Semen Padang, 1995).

Untuk bereaksi dengan semen, air yang diperlukan hanya sekitar 25% berat semen saja, namun dalam kenyataanya factor air semen yang dipakai sulit kurang dari 0,35.

Air harus bebas terbebas dari zat-zat yang membahayakan beton, dimana pengaruh zat tersebut antara lain :

(1) Pengaruh kandungan asam dalam air terhadap kualitas mortar dan beton. (2) Pengaruh pelarut carbonat

(3) Pengaruh bahan padat (Lumpur) (4) Pengaruh kandungan minyak (5) Pengaruh air laut

(15)

BAB III PENERAPAN

Hasil-hasil penelitian dan ilmu yang diterapkan tidak akan berarti tanpa adanya penyebarluasan kepada masyarakat pengguna. Untuk hal ini perlu dilakukan serangkaian ujicoba, maupun alih teknologi kepada masyarakat. Adapun fungsi dan kegunaan bagi Negara dalam segi penerapan ini yaitu untuk memberikan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi yang pada akhirnya masyarakat dapat membuat dan mengolah sendiri bahan-bahan yang belum termanfaatkan, minimal untuk kebutuhan sendiri sehingga dapat menghemat pengeluaran biaya bulanan. Dalam hal ini, Terapan dari pengetahuan mengenai ilmu Ekologi industri ini diterapkan. Ekologi industri merupalan salah satu konsep untuk menerapkan pembangunan berkelanjutan. Ekologi industri ini merupakan multi disiplin ilmu yang membahas masalah system industry, aktivitas ekonomi dan hubunganny yang fundamental dengan system alam. Ide Ekologi industri diartikan dengan sistematologi alam, yang biasanya digerakkan oleh energi matahari, ekosistem, termasuk di dalamnya hubungan mutualisme antar berbagai jasad renik dan lingkungan sekitarnya dimana terjadi pertukaran material melalui suatu siklus besar. Idealnya system yang dibangun dalam Ekologi industri juga mengikuti siklus seperti itu, dimana aliran energi, material dan penggunaan sampah hasil olahannya dapat dibentuk dalam suatu siklus tertutup, sehingga dapat mengefisiensikan penggunaan sumberdaya alam, bahkan bisa melengkapi atau memperkaya sumber daya alam itu sendiri.

(16)

BAB IV

KENDALA-KENDALA

Terjadinya penurunan kualitas paving block dilihat kuat tekannya ada keterkaitan dengan karakteristik serbuk gergaji yang dipakai sebagai bahan subtitusi. Adapun penyebab menurunnya kualitas paving block dikarenakan beberapa hal yang berhubungan dengan serbuk gergaji yaitu :

1) Berat jenis

Dengan semakin bertambahnya subtitusi serbuk gergaji, paving block mengalami penurunan berat jenis, hal ini terjadi karena serbuk gergaji yang digunakan mempunyai berat jenis yang lebih kecil bila dibandingkan pasir. Rendahnya berat jenis serbuk gergaji membuat volume campuran pada campuran tetap semakin besar, hal itu juga mengakibatkan berat volume campuran menurun. Sedangkan berat volume campuran menunjukkan nilai kepadatan suatu campuran. Kepadatan paving block berkurang seiring dengan penambahan serbuk gergaji sehingga kuat tekan paving block juga berkurang.

2) Keadaan butiran

Serbuk gergaji merupakan butiran-butiran kayu yang memiliki sifat-sifat kimia (selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif kayu) sehingga satu butir serbuk gergaji merupakan kumpulan sel-sel kayu dinding sel dibentuk oleh selulosa yang disatukan oleh zat perekat lignin yang mempunyai kekuatan yang relatif lemah jika dibandingkan dengan selulosa, sehingga serbuk gergaji merupakan bahan yang terdiri dari partikel-pertikel kuat tetapi tidak terikat dengan kuat. Selain itu serbuk gergaji juga memiliki bentuk dan tekstur permukaan butir-butir yang belum terdefinisikan dengan jelas. Sehingga sifat sifat tersebut sulit diukur dengan baik dan pengaruhnya terhadap kekuatan

(17)

paving block sulit diperiksa dengan teliti. Faktor terbesar yang mengakibatkan penurunan kekuatan paving block adalah sifat kimia kayu yaitu kandungan zat ekstraktif pada serbuk gergaji. Kandungan ekstraktif yang tinggi akan menghambat proses hidrasi semen yang mengakibatkan penurunan kekuatan pasta semen dan memperlemah lekatan antara butir agregat halus dan pasta semen, sehingga dengan semakin tingginya kandungan serbuk gergaji maka semakin tinggi pula kandungan zat ekstraktif dalam campuran yang akan menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan paving block.

(18)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan Pemanfaatan Limbah Industri Penggergajian Kayu Sebagai Bahan Subtitusi Pembuatan Paving Block dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Paving Block suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidraulis sejenis, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton. 2. Kuat tekan paving block yang dihasilkan pada subtitusi serbuk gergaji sampai 20% dari berat semen rata-rata sebesar 208,619 kg/cm2. Meskipun ada penurunan kuat tekan, namun masih tergolong dalam mutu III sesuai SNI-03 0691-1989 dengan batas bawah kuat tekan sebesar 170 kg/cm2.

3. Paving block dengan subtitusi serbuk gergaji sampai 20 % dari berat semen mengalami kenaikan pada porositasnya rata-rata sebesar 5,89%. Hal ini dikarenakan sifat serbuk gergaji yang higroskopis atau mudah menyerap air. Berdasarkan hasil penelitian ini maka limbah / serbuk gergaji Industri penggergajian kayu desa Kaligading Kecamatan Boja dapat digunakan sebagai bahan subtitusi pembuatan paving block.

(19)

5.2 Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan paving block. Adanya penelitian lanjutan tersebut adalah penggunaan cetakan hidrolis yang telah terukur bebannya pada saat pencetakan, penggunaan variasi nilai fas, serta perbandingan jumlah semen dengan agregat agar diperoleh kuat tekan yang lebih baik.

2. Melihat kandungan kimia serbuk gergaji yang sebagian besar terdiri dari selulosa, dimana menuntut pengolahan terlebih dahulu serta mempunyai sifat higroskopis maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh penggunaan serbuk gergaji ditinjau dari waktu pemeliharaan.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1989. Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SK SNI S-04-1989-F) Bandung: Yayasan Lembaga Pendidikan Masalah Bangunan.

Anonim.1989. Standart Pengujian dan Analisis saringan Agregat Halus dan Kasar (SNI-M-08-1989-F) Bandung. Yayasan Lembaga Pendidikan Masalah Bangunan. Departemen Pekerjaan Umum.

Anonim. 1990. Syarat-Syarat Bahan Bangunan (SNI-T-15-1990-03). Bandung.

Anonim. 1995. Teknologi dan Pembuatan Semen. Padang :PT Semen Padang. Anonim.2002. Jenis Semen dan Penggunaanya. Yogyakarta : PT. Semen Gresik.

Andrias,dkk. 1996. Pengembangan Teknologi Pengolahan Serbuk Gergaji Sebagai Bahan Pengisi Pada Pembuatan Bata Cetak. Balai Industri Ujung Pandang.

Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi IV) .Yogyakarta : Rineka Cipta Kemino.1996. Penelitian Limbah Industri Pengolahan Kayu Sebagai Bahan Pembuatan Bata Cetak. Jurnal Penelitian Permukiman I. Vol XII. No 1-2.

Paving Block. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang. Tjokrodimuljo K.1996.Teknologi Beton. Yogyakarta.Naviri

Referensi

Dokumen terkait

Maka dengan adanya kasus tersebut penulis tertarik untuk meneliti tradisi penarikan kembali harta seserahan pasca perceraian yang terjadi di Kelurahan Titian Antui Kecamatan

penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyalurkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata (Aditama, 2006). Tanggung jawab apoteker rumah sakit adalah: 1)

Menurut Kountor (2004:105), “penelitian deskriptif (descriptive research) adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas

Sedangkan kekurangan dari model Problem Based Learning yaitu persiapan pembelajaran memerlukan alat, sarana dan prasana yang tidak semua sekolah memilikinya, sulit

 Produk yang ditawarkan harus berkualitas. Perilaku konsumen yang didasarkan pada teori instrumental conditioning mengharuskan pemasaran menciptakan dan menawarkan produk

Tingginya persentase human error di kereta api Indonesia juga dialami oleh negara Asia lain, salah satunya adalah Korea yang memiliki persentase kecelakaan kereta api

Perancangan sistem informasi manajemen stok pada penelitian ini menghasilkan sistem peringatan yang akan memberitahukan kepada bagian dapur ketika stok makanan ataupun minuman

Bell’s palsy atau prosoplegia adalah kelumpuhan fasialis akibat paralisis nervus fasial perifer yang terjadi secara akut dan penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) di luar sistem