• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, DISIPLIN, DAN PEMANFAATAN SARANA PRASARANA TERHADAP KINERJA GURU EKONOMI SMA SE KABUPATEN KEBUMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, DISIPLIN, DAN PEMANFAATAN SARANA PRASARANA TERHADAP KINERJA GURU EKONOMI SMA SE KABUPATEN KEBUMEN"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEPSI KEPEMIMPINAN KEPALA

SEKOLAH, DISIPLIN, DAN PEMANFAATAN

SARANA PRASARANA

TERHADAP KINERJA GURU EKONOMI SMA

SE-KABUPATEN KEBUMEN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Dewi Sawitri NIM 7101408026

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan kesidang panitia ujian skripsi pada :

Hari : Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Rediana Setiyani, S.Pd,M.Si Lyna Latifah, S.Pd., S.E., M.Si. NIP. 197912082006042002 NIP. 197909232008122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Tanggal :

Penguji

Drs. Tarsis Tarmudji, M.M.

NIP.194911211976031002

Anggota I Anggota II

Rediana Setiyani, S.Pd,M.Si Lyna Latifah, S.Pd., S.E., M.Si.

NIP. 197912082006042002 NIP. 197909232008122001

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Desember 2012

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Barangsiapa yang memberikan kemudahan kepada seseorang yang mengalami kesulitan, maka Allah akan memberi kemudahan kepadanya di dunia dan akhirat. (HR. Muslim).

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, skripsi ini kupersembahkan untuk :  Bapak Riyadi dan Mamah Murdiyati

yang selalu memberi do’a, kasih sayang dan dukungan yang tak pernah habis  Mba Rini dan Mas Anto yang selalu

memberi semangat

(6)

vi PRAKATA

Puji syukur penyusun panjatkan atas karunia yang Allah SWT telah berikan serta rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Pengaruh Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Disiplin, dan Pemanfaatan Sarana Prasarana terhadap Kinerja Guru Ekonomi/ SMA Se-Kabupaten Kebumen”.

Karya ini tidak akan tercipta tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo,M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan kepada penyusun untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. S.Martono,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

3. Dra. Nanik Suryani,M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk mengadakan observasi dan penelitian.

4. Rediana Setiyani,S.Pd,M.Si sebagai dosen pembimbing I yang telah berkenan memberikan bimbingan dan arahan hingga terselesaikan penyusunan skripsi ini.

(7)

vii

6. Drs.Tarsis Tarmudji, M.M. sebagai penguji skripsi yang telah memberikan masukan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik

7. Kepala Kesbangpolinmas Kabupaten Kebumen yang telah berkenan memberikan surat rekomendasi penelitian.

8. Kepala Bappeda Kabupaten Kebumen yang telah berkenan memberikan surat rekomendasi penelitian.

9. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kebumen yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

10.Kepala Sekolah SMA se-kabupaten Kebumen yang telah berkenan memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

11.Bapak/ Ibu Guru ekonomi SMA se-kabupaten Kebumen yang telah meluangkan waktu untuk mengisi angket penelitian.

12. Semua pihak yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyusun berharap nantinya skripsi dapat berguna bagi siapapun pihak yang akan membaca tulisan ini.

Semarang, Desember 2012

(8)

viii SARI

Sawitri, Dewi . 2012. “Pengaruh Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah,

Disiplin, dan Pemanfaatan Sarana Prasarana terhadap Kinerja Guru Ekonomi SMA Se-Kabupaten Kebumen”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Rediana Setiyani,S.Pd,M.Si. II. Lyna Latifah, S.Pd., S.E., M.Si.

Kata Kunci : Kinerja Guru, Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Disiplin, Pemanfaatan Sarana Prasarana

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengawas mata pelajaran ekonomi didapatkan bahwa kinerja guru di Kabupaten Kebumen masih belum optimal padahal kinerja guru yang optimal adalah yang memenuhi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Upaya untuk meningkatkan kinerja guru diduga dapat dilakukan dengan kepemimpinan kepala sekolah, disiplin, dan pemanfaatan sarana prasarana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh simultan dan parsial persepsi kepemimpinan kepala sekolah, disiplin, dan pemanfaatan sarana prasarana terhadap kinerja guru ekonomi SMA se-Kabupaten Kebumen.

Penelitian ini merupakan penelitian populasi yaitu guru ekonomi SMA se-Kabupaten Kebumen sebanyak 38 guru. Variabel penelitiannya yaitu variabel terikat adalah kinerja guru dan variabel bebas adalah persepsi kepemimpinan kepala sekolah, disiplin, dan pemanfaatan sarana prasarana. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket. Metode analisis data adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh persepsi kepemimpinan kepala sekolah, disiplin, dan pemanfaatan sarana prasarana terhadap kinerja guru ekonomi SMA se-Kabupaten Kebumen secara simultan sebesar 50% dan secara parsial untuk variabel kepemimpinan kepala sekolah sebesar 15,52%, disiplin sebesar 17,05% dan pemanfaatan sarana prasarana sebesar 11,56%.

(9)

ix ABSTRACT

Sawitri, Dewi. 2012. "The Influence of Perceptions of Headmaster Leadership, Discipline, and Using of Utilization od Infrastructure toward Teachers Performance of Economics of SMA Kebumen District". Final Project. Department of Economics Education. Faculty of Economics. Semarang State University. First Advisor: Rediana Setiyani, S.Pd,M.Si. Second Advisor: Lyna Latifah, S.Pd., S.E., M.Si.

Keywords: Teachers Performance, Perceptions of Headmaster Leadership, Discipline and Utilization of Infrastructure

Based on the interview with economics supervisor, it was found that teachers performance in Kebumen District was still not optimal. Besides the optimal teachers performance must be fulfill the competences like pedagogic competence, personal competence, social competence and professional competence. However there is not all of those economics teachers have completed all of the competences yet. To increase teachers performance can be done by doing head master leadership, discipline, and utilization infrastructure. The purpose of this research is analyze whether there is influence simultaneously and partially of perceptions of headmaster leadership, discipline, and utilization of infrastructure toward teachers performance of economics of SMA Kebumen District.

This research is population research with economics teachers of SMA Kebumen District as many as 38 teachers. This research’s variables are dependent variable (teachers performance) and independent variable include perceptions of headmaster leadership, discipline, and utilization of infrastructure. Collecting data method is using questionnaire. Analyzing data method is descriptive and the multiple linear regression analysis.

The result of the research shows there is the influence of perceptions of headmaster leadership, discipline, and utilization of infrastructure toward teachers performance of economics of SMA Kebumen District simultaneously 54% and partially for variable perceptions of headmaster leadership’s amount is 15,52%, discipline’s amount is 17,05% and utilization of infrastructure’s amount is 11,56%.

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

1.4 Kegunaan Penelitian... 13

BA B II LANDASAN TEORI 2.1 Kinerja Guru... 15

2.1.1 Pengertian Kinerja ... 15

2.1.2 Faktor Yang mempengaruhi Kinerja Guru ... 17

2.1.3 Penilaian Kinerja Guru ... 19

2.1.4 Tujuan Penilaian Kinerja Guru ... 20

2.1.5 Indikator Kinerja Guru………... 22

2.2 Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah... 25

2.2.1 Persepsi Guru………. 25

2.2.2 Pengertian Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah 27 2.2.3 Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah... 29

2.2.4 Tugas dan Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah .. 31

(11)

xi

2.3 Disiplin ... 36

2.3.1 Pengertian Disiplin ... 36

2.3.2 Tipe dan Prinsip Pendisiplinan ... 38

2.3.3 Indikator Disiplin ... 39

2.4 Pemanfaatan Sarana Prasarana ... 41

2.4.1 Pengertian Pemanfaatan Sarana Prasarana... 41

2.4.2 Macam Sarana Prasarana ... 43

2.4.3 Indikator Pemanfaatan Sarana Prasarana ... 49

2.5 Kerangka Berpikir ... 49

2.6 Hasil Penelitian Terdahulu ... 54

2.7 Hipotesis Penelitian ... 57

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian………… ... 58

3.4 Metode Analisis Uji Instrumen ... 61

3.4.1 Uji Validitas ... 62

3.4.2 Uji Reliabilitas ... 63

3.5 Metode Analisis Data ... 64

3.5.1 Analisis Deskriptif ... 64

3.5.2 Uji Prasyarat Analisis Regresi ... 66

3.5.2.1 Uji Normalitas ... 66

3.5.2.2 Uji Linieritas ... 66

3.5.3 Uji Asumsi Klasik ... 67

3.5.3.1 Uji Multikolinieritas ... 67

3.5.3.2 Uji Heteroskedastisitas ... 68

(12)

xii

3.5.5 Uji Hipotesis Penelitian ... 69

3.5.5.1 Uji Simultan (Uji F) ... 69

3.5.5.2 Koefisien Determinasi Simultan(R2) ... 70

3.5.5.3 Uji Parsial (Uji t) ... 71

3.5.5.4 Koefisien Determinasi Parsial (r2) ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 73

4.1.1 Deskriptif Kinerja Guru ... 73

4.1.2 Deskripsi Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 74

4.1.3 Deskripsi Disiplin ... 75

4.1.4 Deskripsi Pemanfaatan Sarana Prasarana ... 77

4.1.5 Uji Prasyarat Analisis Regresi Berganda ... 77

4.1.5.1 Uji Normalitas ... 77

4.1.5.2 Uji Linieritas ... 78

4.1.6 Uji Asumsi Klasik ... 80

4.1.6.1 Uji Multikolinieritas ... 80

4.1.6.2 Uji Heteroskedastitas ... 81

4.1.7 Analisis Regresi Linier Berganda ... 82

4.1.8 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 83

4.1.8.1 Uji Simultan (Uji F) ... 83

4.1.8.2 Koefisien Determinasi (R2)... 84

4.1.8.3 Uji Parsial (Uji t) ... 85

4.1.8.4 Koefisien Determinasi Parsial (r2) ... 86

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 87

BAB V PENUTUP ... 97

5.1 Simpulan ... 97

5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Penilaian atau Skor Pernyataan ... 61

3.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 63

3.3 Kriteria Skor Masing-Masing Variabel ... 65

4.1 Deskriptif Kinerja Guru ... 73

4.2 Deskriptif Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 74

4.3 Deskriptif Disiplin ... 75

4.4 Deskriptif Pemanfaatan Sarana Prasarana ... 76

4.5 Hasil Uji Normalitas ... 77

4.6 Hasil Uji Linieritas ... 78

4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ... 80

4.10 Hasil Uji Glejser ... 81

4.11 Hasil Analisis Regresi ... 82

4.12 Hasil Uji Simultan F ... 84

4.13 Hasil Uji Determinasi R2 ... 85

4.14 Hasil Uji Parsial t ... 85

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Tabel Sebaran Populasi ... 102

2 Tabel Daftar Nama Responden ... 103

3 Kisi-Kisi Instrumen Uji Coba ... 104

4 Instrumen Uji Coba Penelitian ... 111

5 Tabulasi Data Uji Coba ... 122

6 Tabel Uji Validitas ... 124

7 Uji Reliabilitas ... 126

8 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 127

9 Instrumen Penelitian ... 133

10 Tabulasi Data Hasil Penelitian ... 143

11 Kategori Skor ... 147

12 Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif ... 155

13 Output SPSS ... 159

14 Daftar Pertanyaan Wawancara ... 165

(16)

1

1.1

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah alat untuk mencerdaskan bangsa. Manusia membutuhkan pendidikan untuk kehidupannya. Manusia dapat menggunakan pendidikan yang telah dia dapatkan untuk memperbaiki kualitas hidupnya. Setiap insan yang mengikuti pendidikan diharapkan dapat mencapai semua cita-cita yang mereka inginkan serta diakui oleh masyarakat lainnya. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003).

(17)

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jenjang dalam pendidikan dibedakan menjadi pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Adapun bentuk dari pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat, sedangkan bentuk pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat, serta pendidikan tinggi yang berbentuk perguruan tinggi.

SMA( Sekolah Menengah Atas) merupakan sekolah menengah yang siswa lulusannya diharapkan dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi yakni jenjang perguruan tinggi. Pentingnya peran SMA dalam mencetak kuliatas lulusan untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi berhubungan pula dengan pentingnya peran guru yang bertugas di SMA tersebut. Peran guru sangat penting yakni sebagai agen pembelajaran. Agen pembelajaran terdiri peran guru sebagai fasilitator, guru sebagai motivator, guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, guru sebagai pemacu, dan guru sebagai pemberi inspirasi (Mulyasa, 2009:53).

(18)

pun menjadi lebih baik. Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam implementasi kurikulum di kelas yang perlu mendapat perhatian.

Sekarang ini bahkan telah diadakan uji kompetensi guru, hal ini memperlihatkan betapa pentingnya kinerja guru untuk kelangsungan pendidikan. Seorang guru harusnya selalu berusaha meningkatkan kinerjanya untuk dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya.

(19)

menjadi guru berkualitas yang mempunyai kinerja baik untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Kinerja (prestasi kerja) merupakan sebuah merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan padanya yang didasarkan pada kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta penggunaan waktu untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kinerja terdapat standar yang harus dicapai oleh seseorang, apabila mereka telah melebihi standar tersebut maka dapat dikatakan bahwa prestasi orang tersebut baik. Berkaitan dengan kinerja guru, maka seharusnya kinerja guru lebih dioptimalkan untuk meningkatkan kualitas lulusan yang akan berdampak pada perbaikan sumber daya manusia nantinya. Kinerja guru pada penelitian ini adalah kinerja guru ekonomi dimana mereka harus memenuhi semua tugas dan kewajibannya dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hingga evaluasinya khususnya dibidang mata pelajaran ekonomi.

(20)

lebih keras sangat diperlukan di lingkungan sekolah. Berdasarkan hasil wawancara masih terdapat kepala sekolah yang belum optimal dalam mengarahkan orang-orang di bawahnya untuk bekerja lebih optimal. Masih ada beberapa kepala sekolah yang bersikap seenaknya sendiri dalam bekerja. Informasi tersebut didapatkan dari guru ekonomi yang kadang bercerita kepada pengawas ekonomi.

(21)

disadari bahwa faktor disiplin sangat penting karena apabila guru tidak disiplin maka akan berakibat pada kualitas kerjanya. Disiplin yang dilaksanakan terus menerus akan menjadi sebuah kebiasaan yang akan melekat pada diri seseorang. Kedisiplinan seorang guru juga dapat memberikan inspirasi kepada siswanya untuk berlaku disiplin pula.

Selain kedua faktor tersebut masih ada faktor sarana prasarana yang masih menjadi kendala dalam pembelajaran ekonomi yang menyebabkan kinerja guru ekonomi kurang optimal. Sarana prasarana yang berbeda di sekolah negeri dan swasta menyebabkan kinerja guru kurang optimal. Cara guru memanfaatkan sarana prasarana di sekolah untuk mengoptimalkan kinerja mereka yang menjadi masalah dalam meningkatkan kinerjanya. Masih terdapat guru yang kurang memaksimalkan pemanfaatan sarana prasarana yang ada di sekolah untuk mengoptimalkan kinerjanya. Di sebuah sekolah bahkan ada yang sarana prasarana telah lengkap, namun pemanfaatannya kurang dilakukan oleh guru sehingga kinerja guru tersebut belum optimal. Masih terdapat guru yang masih menggunakan media konvensional dalam proses pembelajaran padahal di sekolah sudah terdapat media pembelajaran modern. Sehingga pemanfaatan sarana prasarana lebih ditekankan pada bagaimana cara sumber daya manusia yang menggunakan sarana prasarana tersebut untuk memudahkan kerjanya.

(22)

menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur, dan objektif dalam membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya. Kualitas kinerja guru tidak terlepas dari pencapaian hasil belajar. Hal ini karena kinerja guru sangat menentukan keberhasilan proses belajar yang efektif dan efisien sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dari hasil belajar siswa yang baik pada akhirnya dapat mencetak lulusan yang berkualitas.

Kinerja guru tidak muncul begitu saja, terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Menurut Saondi (2010:24) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru yaitu kepribadian dan dedikasi, pengembangan profesi, kemampuan mengajar, komunikasi, hubungan dengan masyarakat luas, kedisiplinan, kesejahteraan, iklim kerja. Sedarmayanti (2001) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain: (1) sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja); (2) pendidikan; (3) ketrampilan; (4) manajemen kepemimpinan; (5) tingkat penghasilan; (6) gaji dan kesehatan; (7) jaminan sosial; (8) iklim kerja; (9) sarana prasarana; (10) teknologi; (11) kesempatan berprestasi. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja guru yang telah disebutkan, persepsi kepemimpinan kepala sekolah, disiplin dan pemanfaatan sarana prasarana diduga berpengaruh lebih dominan dibandingkan dengan faktor lainnya.

(23)

akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya, pengetahuan yang diperolehnya melalui interpretasi data indra. Untuk menjadi guru yang mempunyai kinerja yang baik harus memiliki semua kompetensi yang telah ditetapkan.

Kepala sekolah merupakan pemimpin yang akan dapat membawa bawahannya untuk bekerja lebih giat. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kepala sekolah bertanggungjawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah (Mulyasa, 2009:24-25). Keberhasilan dari pendidikan sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola sekolah dan mengoptimalkan keberadaan tenaga pendidik yang ada di sekolahnya. Penelitian yang dilakukan oleh Irawan dengan judul “Pengaruh Persepsi Guru Mengenai Persepsi kepemimpinan kepala sekolah dan Iklim Organisasi Sekolah terhadap Kinerja Guru SMKN di Kabupaten Brebes” mendapatkan hasil temuan bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel persepsi kepemimpinan kepala sekolah yang dipersepsikan oleh guru terhadap kinerja guru. Kontribusinya sebesar 58,1%.

Penelitian Enueme dan Egwunyega (2008) yang berjudul ”principals’

(24)

inspirasi kepada orang lain agar mereka proaktif untuk melakukan berbagai tindakan demi tercapainya visi, misi dan tujuan organisasi.

Berkaitan dengan kinerja guru maka tidak akan terlepas dari disiplin. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Prabowo (2010) tentang “Pengaruh Disiplin dan Persepsi kepemimpinan kepala sekolah terhadap Kinerja Guru Akuntansi di SMK Program Bisnis dan Manajemen Se-Kota Semarang” menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara disiplin kerja dan persepsi kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru akuntansi. Menurut Hasibuan (2009, 193-194) ketidakdisiplinan dalam diri pegawai dapat disebabkan karena kurangnya kesadaran pada diri seseorang tersebut akan arti pentingnya disiplin sebagai pendukung dalam kelancaran bekerja. Sementara kesadaran pada diri sendiri memiliki arti bahwa seseorang tersebut secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya beserta kesediaan akan melakukan perbuatan sesuai dengan peraturan, baik yang tertulis maupun tidak.

(25)

melaksanakan tugas dan kewajibannya. Dengan demikian kedisiplinan seorang guru menjadi tuntutan yang sangat penting untuk dimiliki dalam upaya menunjang dan meningkatkan kinerja dan disisi lain akan memberikan teladan bagi siswa bahwa disiplin sangat penting bagi siapapun apabila ingin sukses.

Keberhasilan guru dalam kegiatan pembelajaran akan lebih optimal lagi apabila ditunjang oleh pemanfaatan sarana prasarana di sekolah. Cara guru memanfaatkan sarana prasarana yang ada di sekolah dapat mengoptimalkan hasilnya terhadap pembelajaran siswa. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan sarana prasarana di tiap SMA di Kabupaten Kebumen. Menurut Sunardi, S.Pd. yang merupakan pengawas ekonomi SMA di Kabupaten Kebumen, menyatakan bahwa perbedaan sarana prasarana yang mencolok terlihat pada sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah negeri lebih banyak mempunyai sarana prasarana yang modern dan canggih daripada sekolah swasta. Bentuk perbedaan sarana prasarana tersebut ada pada perangkat dan peralatan yang digunakan untuk media pembelajaran, seperti LCD dan laptop. Adapula sekolah yang masih belum mempunyai ruang khusus mata pelajaran secara terpisah. Sarana prasarana yang memadai akan berfungsi optimal apabila digunakan dengan optimal pula. Oleh karena itu guru diharapkan dapat memanfaatkan sarana prasarana yang ada di sekolah demi meningkatkan kinerjanya.

(26)

pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah. Jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pelajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan (Mulyasa, 2002:49).

Sarana dan prasarana pendidikan menjadi penting karena mutu pendidikan dapat ditingkatkan melalui pengadaan sarana dan prasarana. Pemerintah melalui Menteri Pendidikan menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2010) yang berjudul “Pengaruh Kompensasi dan Sarana Prasarana terhadap Kinerja Guru Ekonomi SMA se Kota Pati” yang memberi hasil bahwa kompensasi dan sarana prasarana berpengaruh secara simultan terhadap kinerja guru Ekonomi/Akuntnsi se-Kota Pati. Hal ini dipertegas dengan penelitian Ruhayati, dkk (2009) yang menunjukkan hasil bahwa faktor-faktor yang meningkatkan kinerja guru diperlukan layanan supervisi, persepsi kepemimpinan kepala sekolah, dan ketersediaan fasilitas pembelajaran.

(27)

persepsi kepemimpinan kepala sekolah, disiplin dan pemanfaatan sarana prasarana yang diduga akan meningkatkan kinerja guru. Subjek penelitian yang dipilih adalah guru Ekonomi SMA Se-Kabupaten Kebumen. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi evaluasi bagi guru untuk meningkatkan kinerjanya supaya dapat memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia.

Berdasarkan latar belakang di atas penyusun tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul ”PENGARUH PERSEPSI PERSEPSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, DISIPLIN, DAN PEMANFAATAN SARANA PRASARANA TERHADAP KINERJA GURU EKONOMI SMA SE-KABUPATEN KEBUMEN”.

1.2

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh persepsi kepemimpinan kepala sekolah, disiplin dan pemanfaatan sarana prasarana secara simultan terhadap kinerja guru ekonomi SMA se-Kabupaten Kebumen?

2. Adakah pengaruh persepsi kepemimpinan kepala sekolah secara parsial terhadap kinerja guru Ekonomi SMA se-Kabupaten Kebumen ?

3. Adakah pengaruh faktor disiplin secara parsial terhadap kinerja guru Ekonomi SMA se-Kabupaten Kebumen ?

(28)

1.3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh persepsi kepemimpinan kepala sekolah, disiplin dan pemanfaatan sarana prasarana secara simultan terhadap kinerja guru Ekonomi SMA se-Kabupaten Kebumen.

2. Mengetahui pengaruh persepsi kepemimpinan sepala sekolah secara parsial terhadap kinerja guru Ekonomi SMA se-Kabupaten Kebumen.

3. Mengetahui pengaruh disiplin secara parsial terhadap kinerja guru Ekonomi SMA se-Kabupaten Kebumen.

4. Mengetahui pengaruh pemanfaatan sarana prasarana secara parsial terhadap kinerja guru Ekonomi SMA se-Kabupaten Kebumen.

1.4

Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut:

1. Dapat digunakan sebagai alat untuk memperkaya pengetahuan mengenai kinerja guru dan faktor yang mempengaruhinya.

(29)

1.4.2 Kegunaan Praktis

Secara praktis hasil yang di dapat dari penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :

1. Bagi kepala sekolah dapat digunakan untuk mengetahui kinerja guru Ekonomi di sekolahnya sehingga dapat memantau perkembangan dari kinerja guru Ekonomi di sekolah mereka. Dengan mengetahui kinerja gurunya, kepala sekolah dapat melakukan tindakan pencegahan apabila ada penurunan kinerja guru. Selain itu juga untuk mengetahui sarana prasarana pendidikan yang tepat untuk meningkatkan kinerja guru sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan nasional.

(30)

15

2.1

Kinerja Guru

2.1.1 Pengertian Kinerja

Karyawan yang baik akan sangat menentukan kelanjutan suatu organisasi beserta kualitasnya. Kualitas sebuah organisasi dapat dilihat dari kinerja karyawannya. Menurut Mangkunegara (2012:9) kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja menurut Sulistyorini dalam Saondi (2010:20) adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok dalam melaksanaka tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuannya untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan. Selain itu pengertian kinerja juga Lacham dan Wexley dalam Mulyasa (2009:135) dapat diartikan sebagai berikut ”performance appraisals are crucial to the efectifity management of an organization’s human resources, and the proper

management of human resources is a critical variable afectuing an organization’s productivity”.

Mulyasa (2009:136) mengutip beberapa pendapat menurut pengertian operasional tentang kinerja tenaga kependidikan yaitu :

1. Model Vroomian

(31)

jika seseorang rendah pada salah satu komponen maka prestasi kerjanya akan rendah pula. Kinerja seseorang yang rendah merupakan hasil dari motivasi yang rendah dengan kemampuan yang rendah.

2. Model Lawler dan Porter

Lawler dan Porter mengemukakan bahwa kinerja merupakan perkalian antara usaha (effort), kemampuan (ability) dan persepsi peran (role perceptions).

Effort adalah banyaknya energi yang dikeluarkan seseorang dalam situasi tertentu, abilities adalah karakteristik individu seperti intelegensi, keterampilan, sifat sebagai kekuatan potensial untuk berbuat dan melakukan sesuatu. Sedangkan role perceptions adalah kesesuaian antara usaha yang dilakukan seseorang dengan pandangan atasan langsung tentang tugas yang seharusnya dikerjakan. Hal yang baru dalam model ini adalah “role perceptions”, sebagai jenis perilaku yang paling cocok dilakukan individu untuk mencapai sukses.

3. Model Ander dan Butzin

Ander dan Butzin mengemukakan bahwa kinerja masa depan adalah penggabungan antara kinerja sebelumnya dengan perkalian antara motivasi dan kemampuan. Jika semua teori tentang kinerja dikaji, maka didalamnya melibatkan dua komponen utama yakni “ability” dan motivasi. Perkalian antara ability dan motivasi menjadi sangat populer, sehingga banyak sekali dikutip para ahli dalam membicarakan kinerja. Mitchell dalam Mulyasa (2009:137) mengadakan pengukuran terhadap kinerja berdasarkan suatu formula : “Performance = Ability

(32)

menghasilkan kinerja kinerja yang rendah, demikian halnya orang yang bermotivasi tinggi tetapi ability-nya rendah.

Dari beberapa pengertian kinerja menurut para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah prestasi kerja atau hasil kerja guru yang telah melakukan suatu pekerjaan mulai dari awal proses sampai akhir dimana mereka menunjukkan kemampuan optimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Standar digunakan untuk membandingkan kinerja guru apakah sudah lebih baik atau belum.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Mangkunegara dalam Ariani (2011:13) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja, antara lain sebagai berikut :

a. Faktor kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri atas kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

b. Faktor motivasi

(33)

c. Sikap mental

Kondisi yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal.

Sementara itu Gibson dalam Umam (2010:190) memberikan gambaran lebih rinci dan komprehensif tentang faktor–faktor yang berpengaruh terhadap kinerja, yaitu :

a. Variabel Individu, meliputi kemampuan, keterampilan, mental fisik, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman, demografi (umur, asal – usul, jenis kelamin).

b. Variabel Organisasi, meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan.

c. Variabel Psikologis yang meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi.

(34)

Dari berbagai teori yang telah disebutkan, dalam penelitian ini penyusun menggunakan teori yang dikemukakan oleh Saondi (2010:24) dan Sedarmayanti (2001). Dari faktor-faktor yang telah disebutkan, penyusun menggunakan tiga faktor yaitu persepsi kepemimpinan kepala sekolah, disiplin, dan pemanfaatan sarana prasarana.

2.1.3 Penilaian Kinerja Guru

Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar, dan kemudian mengkomunikasikannya dengan para karyawan. Penilaian kinerja karyawan memiliki dua penggunaan yang umum didalam organisasi dan keduanya bisa merupakan konflik yang potensial. Salah satu kegunaan adalah mengukur kinerja untuk tujuan memberikan penghargaan atau dengan kata lain untuk membuat keputusan administratif mengenai karyawan. Promosi atau pemecatan karyawan dapat bergantung pada hasil penilaian ini, yang sering membuat hal ini menjadi sulit untuk dilakukan oleh manajer. Kegunaan lain adalah untuk pengembangan potensi individu. Para manajer ditampilkan dengan peran yang lebih sebagai seorang konselor daripada seorang hakim dan atmosfernya sering kali berbeda. Penekanannya dalah pada pengidentifikasian potensi dan perencanaan terhadap arah dan kesempatan pertumbuhan karyawan (Mathis dalam Ariani, 2011:13)

(35)

keputusan-keputusan personalia dan memberkan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.

Guru sebagai pihak yang secara langsung bersentuhan dengan pendidikan siswa di sekolah diwajibkan mempunyai keprofesionalan yang baik supaya dapat meningkatkan kualitas lulusan. Sesuai dengan Undang-Undang No 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru berkewajiban : merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Dalam penelitian ini kinerja yang dinilai adalah kinerja guru Ekonomi. Penilaian kinerja guru harus senantiasa dilakukan untuk dapat memonitor kerja guru dalam melaksanakan tugasnya. Dilihat dari peran penting seorang guru yang akan berhubungan dengan kualitas siswanya.

2.1.4 Tujuan Penilaian Kinerja Guru

Penilaian prestasi karyawan berguna untuk perusahaan serta harus bermanfaat bagi karyawan. Tujuan dan kegunaan penilaian kinerja menurut Hasibuan (2009:89-90) sebagai berikut:

1) Dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi, pemberhentian, dan penetapan besarnya balas jasa.

2) Mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan dapat sukses dalam pekerjaannya.

(36)

4) Dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja, dan peralatan kerja.

5) Indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan yang berada di dalam organisasi.

6) Alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai tujuan untuk mendapatkan performance yang baik

7) Alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan (supervisor, manager, administrator) untuk mengobservasi perilaku bawahan supaya diketahui minat dan kebutuhan bawahannya.

8) Alat untuk bias melihat kekurangan di masa lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.

9) Kriteria dalam memutuskan seleksi dan penempatan karyawan.

10)Alat untuk mengidentifikasi kelemahan personel sehingga bias sebagai bahan pertimbangan agar bias diikutsertakan dalam program latihan kerja tambahan.

11)Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawan.

12)Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian pekerjaan

(job description).

(37)

kualitas atau status dari beberapa obyek orang maupun barang. Sehingga penilaian kinerja guru digunakan untuk mengetahui hasil pekerjaan guru di sekolah. Penilaian kerja guru menjadi penting karena penilaian bermanfaat untuk mengetahui masalah yang dihadapi dan untuk meningkatkan kinerja organisasi. 2.1.5 Indikator Kinerja Guru

Berdasarkan Permendiknas No.16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru disebutkan bahwa kualifikasi Akademik Guru SMA/MA adalah Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Sementara itu kompetensi, artinya memiliki pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki dan dikuasainya dalam melaksanakan tugasnya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

(38)

kedewasaan, kearifan, kewibawaan, dan akhlak yang mulia supaya dapat dijadikan teladan bagi siswa. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.

Standar kompetensi guru mata pelajaran menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru adalah sebagai berikut :

(39)

2. Kompetensi kepribadian terdiri dari bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia; menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa; menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri; menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3. Kompetensi profesional terdiri dari menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

4. Kompetensi sosial terdiri dari bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi; berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat, beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya; berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

(40)

Guru yaitu : kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

2.2

Persepsi kepemimpinan kepala sekolah

2.2.1 Persepsi Guru

Robbins dalam Levonia (2009:27) menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses dengan mana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna kepada lingkungan mereka. Menurut Prihernandi dalam Wahyudi (2006:12) menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses dari seseorang dalam memahami lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman psikologis. Persepsi terjadi karena hal-hal sebagai berikut yakni indera penangkap fakta disekitar, fakta-fakta yang tertangkap diorganisasikan dan ditafsirkan, kesimpulan yang diperoleh diwujudkan dengan tindakan maupun sikap sebagai respon terhadap lingkungan.

Persepsi merupakan salah satu faktor kejiwaan yang cukup besar sumbangannya terhadap tingkah laku seseorang. Persepsi seseorang mengenai suatu objek atau peristiwa yang sama akan berbeda sehingga tingkah laku yang ditampilkan seseorang tidak sama dengan orang lain karena persepsinya berbeda. Ada tiga hal yang mempengaruhi persepsi yaitu pelaku persepsi, situasi, dan objek persepsi. Faktor-faktor ini dapat membentuk persepsi yang sesuai dengan apa yang seharusnya, namun kadang justru sebaliknya.

(41)

pelaku persepsi. Faktor ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Persepsi guru dengan latar belakang dari lingkungan pedagang terhadap kepala sekolahnya cenderung melihat sisi pengelolaan keuangan, namun bagi seorang guru dari lingkungan demokratis akan melihar sisi hubungan antara kepala sekolah dengan komponen yang lain. Fakta ini menunjukkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu atau latar belakang dari pelaku persepsi.

Persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh sikap pribadi orang tersebut. Seorang guru yang menginginkan suasana tenang maka dalam memandang perilaku persepsi kepemimpinan kepala sekolah cenderung menerima apa adanya, sedangkan guru yang memiliki sikap inovatif cenderung menginginkan sikap kepala sekolah sesuai dengan keadaan yang seharusnya. Disamping sikap dan pengalaman masa lalu, pada karakeristik pribadi persepsi juga dipengaruhi oleh motif, kepentingan dan pengharapan. Menurut Robbins dalam Levonia (2009) diantara karakteristik pribadi yang lebih relevan yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan.

(42)

acuh tak acuh dalam persepsinya terhadap lingkungan . pengharapan seorang guru terhadap persepsi kepemimpinan kepala sekolah dan kebijakan pemerintah seringkali menimbilkan persepsi yang berbeda dengan keadaan yang sebenarnya.

Target atau objek serupa membuat penyamaan persepsi pada objek tersebut dengan berorientasi pada objek yang telah diketahui sebelumnya, atau yang dilihat saat itu. Situasi juga berpengaruh dala persepsi walau pemersepsi dan objek sama. Persepsi seorang guru terhadap sikap kepala sekolah pada saat pertama kali datang dengan setelah sekian lama memimpin dirinya akan berbeda. Kesimpulan dari uraian diatas, persepsi adalah tanggapan langsung seseorang terhadap sesuatu. Pada penelitian ini persepsi guru berarti tanggapan guru terhadap sikap seseorang melalui indera yang dimilikinya.

2.2.2 Pengertian Persepsi kepemimpinan kepala sekolah

Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Pada hakikatnya kepemimpinan merupakan berasal dari pribadi pemimpin itu agar bisa mempengaruhi orang lain. Dengan mempengaruhi bawahannya, seorang pemimpin berharap bawahannya bisa bergerak dalam suatu ikatan tertentu, aktivitas terarah, sadar dan bekerja sama dengan penuh tanggung jawab atas pekerjaannya tersebut. Tannebaum dalam Wahjosumidjo (2002:17) mengemukakan definisi kepemimpinan sebagai berikut “ Leadership is interpersonal influence exercised in a situation, and

directed, through the communication process, towards the attainment of a

(43)

menjadi seorang pemimpin dihadapi dengan tiga persoalan utama yakni bagaimana seseorang dapat menjadi seorang pemimpin, bagaimana para pemimpin itu berperilaku, dan apa yang membuat pemimpin itu berhasil.

Selain itu Wahjosumidjo (2002:17) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerja antar peran, dan kedudukan dari satu jabatan administratif. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan kelompok itu. Tujuan itu merupakan tujuan bersama (Indrafachrudi, 2006:2).

Berdasarkan pengertian tersebut menjadi seorang pemimpin sangat dibutuhkan kemampuan dalam hal mengelola perilaku orang lain. Kepemimpinan berkenaan dengan bagaimana cara mempengaruhi orang lain dan mengarahkan orang lain untuk menjadi patuh,setia dan mampu bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kepala sekolah merupakan pemimpin di lingkungan sekolah. Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2002:83). Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Selain itu dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 dikemukakan bahwa “Kepala

(44)

Berdasarkan pengertian para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi kepemimpinan kepala sekolah adalah tanggapan guru terhadap sikap seseorang melalui indera yang dimilikinya mengenai usaha, tindakan, perilaku kepala sekolah, untuk mengatur, mempengaruhi, mempersatukan dan menggerakan bawahannya secara bersama mencapai tujuan pendidikan nasional.

2.2.3 Tipe kepemimpinan kepala sekolah

Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya ada perbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya. Gaya kepemimpinan merupakan salah satu posisi kunci dimana seorang pemimpin harus bisa mempengaruhi, mengarahkan, dan menunjukkan kemampuannya agar semua tujuan perusahaan bisa tercapai sesuai dengan yang telah ditetapkan. Gaya kepemimpinan menurut Thoha dalam Mulyasa (2002:108) gaya kepemimpinan merupakan perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih pemimpin untuk dikerjakan, dan cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinnya. Menurut Indrafachrudi (2006:17) berdasarkan cara pelaksanaannya, tipe kepemimpinan pendidikan yaitu :

a. Kepemimpinan otokratis

(45)

besar sekali. Hanya dialah yang bertanggung jawab dalam kepemimpinannya. Maju mundurnya sekolah yang dipimpinnya sangat bergantung kepadanya. Sehubungan dengan itu, dengan bekerja keras, teliti, dan tertib, ia menghendaki dan mengharapkan agar bahawannya juga harus bekerja keras dan bersungguh-sungguh. Ia takut dan merasa cemas kalau-kalau pekerjaan yang dilakukan bawahannya tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Oleh karena itu pengawasannya sangat ketat.

b. Kepemimpinan pseudo-demokratis

Seorang pemimpin yang bersifat pseudo-demokratis sering memakai “topeng”. Ia pura-pura memperlihatkan sifat demokratis didalam kepemimpinannya. Ia memberi hak dan kuasa kepada guru-guru untuk menetapkan dan memutuskan sesuatu, tetapi sesungguhnya ia bekerja dengan perhitungan. Ia mengatur siasat agar kemauannya terwujud kelak.

c. Kepemimpinan Laissez-Faire

Pemimpin yang bersifat laissez-faire menghendaki supaya kepada bawahannya diberikan banyak kebebasan. Pemimpin tipe ini bekerja tanpa rencana. Dia berpendapat bahwa suatu rencana akan mengekang kebebasan guru, oleh karena itu bimbingan pun tidak diberikan kepada mereka. Pemimpin bersikap acuh tak acuh terhadap tugas dan kewajibannya di sekolah dan bersikap masa bodoh.

d. Kepemimpinan demokratis

(46)

Pemimpin menghormati dan menghargai pendapat tiap-tiap guru dan memberi kesempatan kepada guru-guru untuk mengembangkan inisiatif dan gaya kreatifnya. Pemimpin demokratis tidak melaksanakan tugasnya sendiri. Ia bijaksana dalam pembagian pekerjaan dan tanggung jawab. Banyak perhatian yang dicurahkan untuk tugas pendidikan dan pengajaran. Di dalam kepemimpinan ini, pemimpin berusaha supaya bawahannya kelak dapat menjalankan tugasnya sebagai pemimpin.

2.2.4 Tugas dan Fungsi kepemimpinan kepala sekolah

Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus mempunyai dedikasi yang tinggi untuk menjadikan sekolah yang dipimpinnya menjadi sekolah yang berkualitas. Sehingga kepala sekolah perlu melakukan tugas dan fungsi sebagaimana mestinya. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional terdapat tujuh fungsi utama kepala sekolah (Mulyasa, 2009:98).

a. Kepala sekolah sebagai educator, kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.

(47)

membuahkan kerja sama (cooperation), memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Sebagai manajer, kepala sekolah mau dan mampu mendayagunakan sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan mencapai tujuannya.

c. Kepala sekolah sebagai administrator, memiliki hubungan erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik kepala sekolah perlu memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi kearsipan, mengelola asministrasi sarana prasarana, mengelola administrasi personalia, dan administrasi keuangan.

d. Kepala sekolah sebagai supervisor, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

e. Kepala sekolah sebagai leader, mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas.

(48)

gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada tenaga kependidikan dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.

g. Kepala sekolah sebagai motivator, kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif dan penyediaan berbagai sumber belajar.

2.2.5 Indikator kepemimpinan kepala sekolah

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah / madrasah. Kepala sekolah harus mempunyai 5 kompetensi kemampuan sebagi berikut :

(49)
(50)

kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah, dan melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/ madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.

3. Kompetensi kewirausahaan merupakan kemampuan kepala sekolah sebagai pemrakarsa perancang perubahan dan kemampuan wirausaha. Kompetensi ini terdiri atas menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif, memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah, pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah, dan memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

4. Kompetensi supervisi merupakan kemmapuan dalam menyusun dan melaksanakan progam supervisi serta memanfaatkan hasil supervisi. Kompetensi ini terdiri atas merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat, dan menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

(51)

bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah, berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, dan memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

Pada penelitian ini, yang menjadi indikator persepsi kepemimpinan kepala sekolah adalah kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah / madrasah.

2.3

Disiplin

2.3.1 Pengertian Disiplin

Penegakan disiplin dalam bekerja pada bawahan sudah menjadi perhatian bagi setiap pemimpin, karena pengaruh dari kedisiplinan sangatlah besar pada setiap aspek dalam perusahaan. Kata disiplin selalu menjadi ukuran yang positif dan biasanya dijadikan sebagai indikasi seseorang yang sukses mencapai tujuannya. Disiplin memperlihatkan tingkat tanggung jawab dari tiap orang dalam menjalankan dan menyelesaikan tugasnya.

(52)

Menurut Anoraga (2005:46) pada disiplin terdapat 2 faktor penting yakni faktor waktu dan faktor kegiatan atau perbuatan. Seorang pekerja yang berdisiplin tinggi, masuk kerja tepat waktunya, demikian juga pulang tepat pada waktunya, selalu taat pada tata tertib diharapkan kinerjanya baik. Aritonang (2005) mengatakan bahwa guru yang berdisiplin diartikan sebagai guru yang selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku.

Davis dalam Mangkunegara (2011:129) menyebutkan bahwa disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman organisasi. Disiplin pada hakekatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung yang telah ditetapkan. Hal ini terkait dengan kemauan dan kemampuan seseorang menyesuaikan internnya dan mengendalikan dirinya agar sesuai dengan norma, aturan, hukum, kebiasaan yang berlaku dalam lingkungan sosial budaya setempat.

(53)

kewajibannya. Wujud kinerja guru dapat dilihat dari disiplin kerja. Guru yang dapat menghasilkan kinerja yang baik. Apabila seorang guru mempunyai kemampuan, kemauan, dan usaha dalam kegiatan proses belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan suatu tindakan yang berasal dari kesadaran seseorang melakukan sesuatu yang ada pada norma kehidupan dengan berusaha melakukan sesuatu berdasarkan peraturan dan menghindari sesuatu yang dilarang.

2.3.2 Tipe dan Prinsip Pendisipllinan

Menurut Handoko (2001 :208) tipe-tipe kegiatan pendisiplinan ada tiga, yaitu :

a. Disiplin preventif yaitu kegiatan yang mendorong pada karyawan untuk mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokok dari kegiatan ini adalah untuk mendorong disiplin antara karyawan/pegawai. Dengan cara ini karyawan/pegawai diharapkan dapat bekerja dengan ikhlas bukan karena paksaan manajemen.

b. Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran yang dilakukan karyawan/pegawai terhadap peraturan yang berlaku dan mencegah terjadinya pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan. Contohnya dengan tindakan skorsing terhadap karyawan.

(54)

Menurut Ranupandoyo dalam Prabowo (2010:19) untuk mengkondisikan pegawai agar bersikap disiplin, maka dikemukakan prinsip pendisiplinan sebagai berikut:

a. Pendisiplinan dilakukan secara pribadi, dilakukan dengan menghindari menegur kesalahan dihadapan banyak orang, karena bila hal ini dilakukan menyebabkan karyawan yang bersangkutan malu dan tidak menutup kemungkinan akan sakit hati.

b. Pendisiplinan yang bersifat membangun, menunjukkan kesalahan yang dilakukan, haruslah disertai dengan memberi petunjuk penyelesaiannya, sehingga karyawan tidak merasa bingung dalam menghadapi kesalahan yang dilakukan.

c. Keadilan dalam pendisiplinan, dalam melakukan tindakan pendisiplinan hendaknya dilakukan secara adil tanpa pilih kasih serta tidak membedakan antar karyawan.

d. Pendisiplinan dilakukan pada waktu karyawan tidak absen, pimpinan hendaknya melakukan pendisiplinan ketika karyawan yang melakukan kesalahan hadir, sehingga secara pribadi mengetahui kesalahannya.

e. Setelah pendisiplinan hendaknya bersikap wajar, hal itu agar proses kerja dapat berjalan lancar seperti biasa dan tidak kaku dalam bekerja.

2.3.3 Indikator Disiplin

(55)

1. Ketepatan waktu

Ketepatan waktu seorang guru dapat dilihat dari datang ke kantor tepat waktu, teratur dan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan adalah penting bagi guru. Untuk dapat menjadi guru teladan, guru berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum batas waktu yang ditentukan berakhir. Sub indikator dari ketepatan waktu adalah waktu masuk, waktu pulang sekolah, ketepatan waktu dalam memulai dan mengakhiri pelajaran. 2. Pemanfaatan sarana prasarana

Pemanfaatan sarana yang maksimal dapat membantu kelancaran jalannya kegiatan. Dalam hal pembelajaran di sekolah, mendayagunakan sarana yang maksimal oleh guru sangat membantu siswa dalam menyerap materi pelajaran. Guru yang mampu memaksimalkan sarana yang tersedia di sekolah untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas dikelas merupakan indikator guru yang disiplin. Sub indikator dari pemanfaatan sarana prasarana adalah pemanfaatan sarana sekolah dengan baik.

3. Tanggung jawab yang tinggi

(56)

4. Ketaatan pada peraturan

Ketaatan memiliki arti selalu melaksanakan segala peraturan yang telah ditetapkan. Ketaatan yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan mewujudkan ketertiban dalam suatu organisasi. Ketaatan dalam aturan kantor dapat dilihat dari pegawai memakai segam kantor, menggunakan kartu tanda pengenal, membuat izin apabila tidak masuk kantor juga merupakan cerminan dari disiplin yang tinggi. Sub indikator dari ketaatan terhadap aturan adalah mematuhi aturan sekolah.

2.4

Pemanfaatan Sarana Prasarana

2.4.1

Pengertian

Pemanfaatan Sarana Prasarana

(57)

beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, ruang/tempat lainnya yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjuran.

Manfaat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009) adalah “guna atau faedah”. Sedangkan pemanfaatan merupakan kata benda yang berarti proses, cara, perbuatan memanfaatkan sumber daya untuk pembangunan. Dalam menjalankan profesinya sebagai guru haruslah menggunakan sarana prasarana yang ada di sekolah untuk memudahkan proses kerjanya. Dengan adanya sarana dan prasarana akan dapat memudahkan proses pembelajaran. Sarana adalah perlengkapan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah. Prasarana adalah fasilitas dasar yang diperlukan untuk menjalankan fungsi satuan pendidikan. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah. Jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pelajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan (Mulyasa, 2002:49).

(58)

adalah proses memanfaatkan/menggunakan segala peralatan, perlengkapan dan fasilitas yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung proses pendidikan.

2.4.2 Macam Sarana Prasarana

Sarana pendidikan menurut Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik Tenaga Kependidikan dalam Setyowati (2010) dibedakan menjadi 3 macam bila ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar, yaitu : a. Alat pengajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses

belajar mengajar, misalnya buku, alat peraga, alat tulis, dan alat praktik. b. Alat peraga adalah alat pembantu yang digunakan dan pengajaran, dapat

berupa perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang mudah memberi pengertian kepada anak didik berturut-turut dari yang abstrak sampai dengan yang konkret.

c. Media pengajaran adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajara mengajar, untuk lebih mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. Ada 3 jenis media , yaitu media audio, media visual, dan media audiovisual.

(59)

sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, dan tempat parkir kendaraan. Proses administrasi meliputi lima hal, yaitu 1) penentuan kebutuhan, 2) pengadaan, 3) pemakaian, 4) pengurusan dan pencatatan, 5) pertanggungjawaban.

Mengacu pada Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk SMA/MA adalah sebagai berikut :

a. Satuan Pendidikan

1. Satu SMA/MA memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar. 2. Satu SMA/MA dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum

6000 jiwa. Untuk pelayanan penduduk lebih dari 6000 jiwa dapat dilakukan penambahan rombongan belajar di sekolah yang telah ada atau pembangunan SMA/MA baru.

3. Minimum satu SMA/MA disediakan untuk satu kecamatan. b. Lahan

1. Memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan terhadap peserta didik. 2. Untuk satuan pendidikan yang memiliki rombongan belajar dengan

banyak peserta didik kurang dari kapasitas maksimum kelas, lahan juga memenuhi ketentuan luas minimum.

(60)

4. Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat.

5. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada dalam garis sempadan sungai dan jalur kereta api.

6. Lahan terhindar dari gangguan-gangguan: (a) Pencemaran air; (b) Kebisingan; dan (c) Pencemaran Udara.

7. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi dan mendapat izin pemanfaatan tanah dari Pemerintah Daerah setempat.

8. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun.

c. Bangunan

1. Memenuhi ketentuan rasio minimum luas lantai terhadap peserta didik. 2. Untuk satuan pendidikan yang memiliki rombongan belajar dengan

banyak peserta didik kurang dari kapasitas maksimum kelas, lantai bangunan juga memenuhi ketentuan luas minimum.

(61)

pantai, jalan kereta api, dan/atau jaringan tegangan tinggi, jarak antara bangunan gedung dengan batas-batas persil, dan jarak antara as jalan dan pagar halaman yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

4. Memenuhi persyaratan keselamatan: yang terdiri atas (a) Memiliki struktur yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi pembebananmaksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati, serta untuk daerah tertentu kemampuan untuk menahan gempa dankekuatan alam lainnya, (b) Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah danmenanggulangi bahaya kebakaran dan petir.

5. Memenuhi persyaratan kesehatan yang terdiri atas (a) Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan yang memadai, (b) Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhikebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan tempat sampah, serta penyaluran air hujan, dan (c) Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dantidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. 6. Menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, nyaman, dan aman

termasuk bagi penyandang cacat.

(62)

kelembaban yang tidak melebihi kondisi di luar ruangan, dan (c) setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.

8. Bangunan gedung bertingkat memenuhi persyaratan yang terdiri atas maksimum terdiri atas tiga lantai dan dilengkapi tangga yang mempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan pengguna.

9. Dilengkapi sistem keamanan yang terdiri atas (a) peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi jika terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lain, (b) Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi penunjuk arah yang jelas. 10.Dilengkapi intstalasi listrik dengan daya minimum 1300 watt.

11.Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan, dan diawasi secara profesional.

12.Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU. 13.Bangunan gedung sekolah baru dapat bertahan minimum 20 tahun. 14.Pemeliharaan bangunan gedung sekolah yang terdiri atas (a)

(63)

15.Bangunan gedung dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Kelengkapan Sarana Prasarana

Sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut: 1. Ruang kelas.

2. Ruang perpustakaan.

3. Ruang laboratorium biologi. 4. Ruang laboratorium fisika 5. Ruang laboratorium kimia. 6. Ruang laboratorium komputer. 7. Ruang laboratorium bahasa. 8. Ruang pimpinan

9. Ruang guru 10.Ruang tata usaha. 11.Tempat beribadah. 12.Ruang konseling. 13.Ruang UKS.

14.Ruang organisasi kesiswaan. 15.Jamban.

16.Gudang.

17.Ruang sirkulasi.

Gambar

Tabel
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 Skor Pernyataan untuk Variabel Kinerja Guru, Persepsi Kepemimpinan kepala sekolah, Disiplin, Pemanfaatan Sarana Prasarana
Table 3.2 Tabel Uji Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah penulis melakukan perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) untuk tahun 2013, 2014 dan

Dengan mengkaitkan beberapa variabel maka dapat diketahui kecenderungan gubahan bentuk geometris pada selubung rumah tradisional, karena respon terhadap kondisi iklim

Jika masih membutuhkan penambahan referensi maka anda dapat melakukan permintaan penambahan data tempat lahir dengan mengklik link tombol HelpDesk SSCASN 2019 pada menu Lokasi

Hal ini didasarkan atas hasil penelitian yang menunjukkan bahwa variabel kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas toko, baik pada Terang Bulan Manis

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Densitas Latihan Kecepatan 3x, 4x dan 5x dalam Satu Minggu Terhadap

[r]

Pada klinik ini, pendaftaran dan pembayaran masih bersifat manual, oleh karena itu penulis mencoba menerapkan komputerisasi pada klinik tersebut, agar diharapkan tercipta suatu

Anggi Puspita Sari (1002136), “ Penciptaan Customer Value di Mason Pine Hotel Melalui Distinctive Capabilities ” (Survei pada tamu yang menginap di Mason Pine