• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEKS CERITA FANTASI DI KELAS VII F SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEKS CERITA FANTASI DI KELAS VII F SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA."

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh Najmi Fajria NIM 12201241007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)
(3)
(4)
(5)

v

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Asy-Syarh: 5-6)

ۗ ا عـْس ََإ اًسْف ن هللا ف ل كي َ

۶ . . .

۶۸

۵

(6)

vi

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karya ini saya persembahkan untuk;

1. Abah (alm) dan Ibu saya yang telah sabar, tulus, ikhlas mendoakan dan mendidik saya dengan penuh kasih sayang,

2. Kakak-kakak dan keluarga saya yang tidak lelahnya memberikan semangat,

3. Teman-teman dari PBSI 2012 dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang tidak hentinya memberikan semangat dan mengingatkan di saat saya mulai sering menghilang,

(7)

vii

Tugas Akhir yang berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta guna memeroleh gelar sarjana pendidikan.

Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya doa, dukungan, semangat, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini saya ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada

1. Keluarga saya, terutama Ibu. Beliau yang telah membesarkan saya dan kedua kakak saya seorang diri dan menjadi panutan yang baik bagi anak-anaknya. Beliau tidak henti-hentinya mendoakan saya dengan tulus dan ikhlas, selalu memberikan nasihat dan motivasi sehingga akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Dr. Teguh Setiawan, M.Hum. yang selama ini telah sabar dalam membimbing saya untuk menyelesaikan skripsi.

3. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 8 Yogyakarta, Bapak Puji Isyantana, S.Pd. yang telah bersedia membantu pada saat pengambilan data.

4. Bapak dan Ibu dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Terima kasih atas kesabaran dan ilmu yang telah diberikan.

5. Teman-teman PBSI angkatan 2012, khususnya kelas A. Terima kasih atas semangat, dukungan, dan kebersamaan selama ini.

6. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah UNY. Terima kasih untuk ilmu, kebersamaan, semangat, doa, dan dukungannya. Di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah saya tidak hanya belajar berorganisasi tetapi juga mendapatkan keluarga baru.

(8)
(9)

ix

3. Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 13

(10)

x

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Subjek Penelitian ... 26

C. Setting Penelitian ... 26

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Instrumen Penelitian ... 28

F. Teknik Analisis Data ... 28

G. Triangulasi Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian ... 30

1. Perencanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 31

2. Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 32

3. Penilaian Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 48

B. Pembahasan ... 49

1. Perencanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 49

2. Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 51

3. Penilaian Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 72

C. Keterbatasan Penelitian ... 74

BAB V PENUTUP ... 75

A. Simpulan ... 75

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(11)

xi

Belajar dan Maknanya ... 14

Tabel 2 : Materi Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 33

Tabel 3 : Metode Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 40

(12)

xii

Halaman Lampiran 1 : Panduan Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Teks Cerita Fantasi ... 81

Lampiran 2 : Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 82

Lampiran 3 : Panduan Catatan Lapangan ... 102

Lampiran 4 : Hasil Catatan Lapangan ... 103

Lampiran 5 : Hasil Wawancara ... 121

Lampiran 6 : RPP ... 126

Lampiran 7 : Soal Ulangan ... 142

Lampiran 8 : Hasil Ulangan ... 143

Lampiran 9 : Contoh Pekerjaan Siswa ... 144

Lampiran 10 : Dokumentasi Foto ... 150

(13)

xiii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta. Pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi ditinjau dari materi, metode, dan media pembelajaran.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek dari penelitian ini adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi dan panduan wawancara. Keabsahan data diuji dengan triangulasi. Data dianalisis induktif dengan tiga tahap, yaitu perbandingan antardata, kategorisasi, dan penyajian data.

Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, RPP yang digunakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi merupakan RPP model lama. RPP tersebut dirancang untuk 12 kali tatap muka. RPP teks cerita fantasi sudah sesuai dengan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Kedua, pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi berbeda dengan perencanaan. Dalam praktiknya, pembelajaran tersebut dilaksanakan lebih dari 12 kali tatap muka. Adapun materi teks cerita fantasi yang disampaikan antara lain unsur pembangun cerita fantasi, jenis cerita fantasi, struktur cerita fantasi, menyimpulkan karakteristik bagian-bagian struktur cerita fantasi, unsur kebahasaan cerita fantasi, dan cara menyajikan cerita fantasi. Metode yang digunakan dalam pembelajaran teks cerita fantasi meliputi ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, tugas belajar, dan latihan. Metode-metode tersebut tidak tercantum dalam RPP secara rinci. Media yang digunakan dalam pembelajaran teks cerita fantasi di antaranya media pandang proyeksi, media pandang nonproyeksi, media cetak, dan media audio visual. Ketiga, penilaian dalam pembelajaran teks cerita fantasi dibagi menjadi empat aspek, yaitu spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian aspek spiritual dilakukan secara tertutup. Penilaian aspek sosial dilakukan secara tersirat. Penilaian pengetahuan dilaksanakan di akhir pembelajaran, yaitu ulangan harian secara tertulis. Penilaian keterampilan dilakukan selama pembelajaran, yaitu diambil dari tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.

(14)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mulyasa (2008: 255) menyatakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya

merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga

terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Menurut Kurniawan

(2014: 1) pembelajaran merupakan proses aktivitas yang dilakukan oleh guru

dalam mengondisikan siswa untuk belajar. Dalam pembelajaran terdapat tujuh

komponen yang harus dipenuhi, yaitu guru, siswa, tujuan pembelajaran, materi

pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi

pembelajaran.

Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ke

Kurikulum 2013 berpengaruh pada proses pembelajaran. Kegiatan

pembelajaran yang semula menggunakan EEK (eksplorasi, elaborasi, dan

konfirmasi) berubah menjadi pendekatan saintifik 5 M (mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan). Sesuai

dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013

tentang Standar Proses menyatakan bahwa proses pembelajaran menggunakan

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata

pelajaran.

Selain mengalami perubahan pada kegiatan pembelajarannya, sistem

(15)

autentik merupakan penilaian yang berpusat pada peserta didik. Penilaian

tersebut mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan.

Ketiga penilaian tersebut tercermin dalam Kompetensi Inti (KI). KI I berkaitan

dengan sikap keagamaan, KI II berkaitan dengan sikap sosial, KI III berkaitan

dengan pengetahuan, dan KI IV berkaitan dengan keterampilan.

Masing-masing KI kemudian dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD).

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib di setiap

jenjang sekolah formal, SD/ MI, SMP/ MTs, dan SMA/ MA/ SMK. Tarigan

(2008: 1) membagi empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. Di sekolah, keempat komponen keterampilan tersebut

saling terkait satu sama lain. Hal tersebut bertujuan agar siswa terampil dalam

berbahasa. Baik berbahasa secara lisan maupun tulis. Pembelajaran

keterampilan berbahasa merupakan bekal yang harus didapatkan oleh para

siswa secara imbang untuk terjun ke masyarakat yang lebih luas.

Kurikulum 2013 merupakan pembelajaran berbasis teks. Revisi

Kurikulum 2013 pada tahun 2016 mengalami perubahan yang signifikan,

terutama pada ruang lingkup materi. Pada tingkat SMP/MTs kelas VII terdapat

delapan jenis teks yang harus dipelajari dalam mata pelajaran Bahasa

Indonesia, yaitu (1) teks deskripsi, (2) teks narasi (cerita fantasi), (3) teks

prosedur, (4) teks laporan observasi, (5) teks puisi rakyat, (6) teks cerita rakyat,

(7) teks surat, dan (8) teks literasi. Perubahan yang terjadi pada ruang lingkup

(16)

Selain itu, revisi Kurikulum 2013 terbaru juga berdampak pada penilaian dan

perubahan model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas VII.

SMP Negeri 8 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah yang telah

menggunakan Kurikulum 2013 revisi terbaru, yaitu revisi tahun 2016. Banyak

prestasi yang telah diraih oleh sekolah tersebut, baik dalam bidang sains,

bahasa, olah raga, dan tartil. Selain itu, pada Tahun Ajaran 2015/2016 SMP

Negeri 8 Yogyakarta memperoleh nilai Ujian Nasional (UN) SMP tertinggi di

DIY dengan jumlah nilai 363,71 dari 313 siswa yang mengikuti UN.

Berdasarkan revisi Kurikulum 2013, cerita fantasi termasuk salah satu

bentuk dari teks narasi pada pelajaran bahasa Indonesia di kelas VII. Dalam

cerita fantasi terdapat keajaiban atau keanehan atau kemisteriusan yang tidak

ditemui dalam dunia nyata. Dunia fantasi atau dunia khayal yang dimiliki oleh

siswa satu dengan siswa lain jelas berbeda, terutama untuk siswa kelas VII,

sehingga guru perlu memahami karakter siswa. Usia siswa kelas VII

merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju remaja atau sering disebut

dengan masa pubertas. Menurut Hurlock (Istiwidayanti dan Soedjarwo, 1980:

184) pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak

berubah menjadi makhluk seksual. Oleh karena itu, penelitian ini perlu

dilakukan guna mengetahui bagaimana cara guru dalam mengajarkan tentang

teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta dilihat dari

(17)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa masalah yang dapat

diidentifikasi adalah sebagai berikut.

1. Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ke Kurikulum

2013 berpengaruh pada proses pembelajaran.

2. Revisi Kurikulum 2013 pada tahun 2016 mengalami perubahan yang

signifikan.

3. Perubahan pada ruang lingkup materi untuk kelas VII secara otomatis

berpengaruh pada metode dan media pembelajaran.

4. Perubahan model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas

VII.

5. Dunia fantasi atau dunia khayal yang dimiliki oleh siswa satu dengan siswa

lain berbeda.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ditemukan, kemudian dibuat

batasan masalah agar pembahasan lebih fokus. Berikut adalah masalah yang

akan diteliti.

1. Perencanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8

Yogyakarta.

2. Pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8

(18)

3. Penilaian pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8

Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut.

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F

SMP Negeri 8 Yogyakarta?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F

SMP Negeri 8 Yogyakarta?

3. Bagaimana penilaian pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP

Negeri 8 Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII

F SMP Negeri 8 Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII

F SMP Negeri 8 Yogyakarta.

3. Mendeskripsikan penilaian pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F

(19)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara praktis sebagai acuan

pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang bersangkutan. Selain itu juga

sebagai pedoman bagi guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya

pembelajaran teks cerita fantasi.

G. Batasan Istilah

Berdasarkan alasan pemilihan judul, untuk menjaga agar tidak terjadi

salah penafsiran istlah maka perlu ada batasan istilah seperti berikut.

1. Pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara siswa

dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah

yang lebih baik.

2. Teks Cerita Fantasi

Cerita fantasi adalah salah satu jenis teks narasi. Narasi merupakan cerita

fiksi yang berisi perkembangan kejadian atau peristiwa. Dalam cerita

fantasi terdapat keajaiban atau keanehan atau kemisteriusan yang tidak

ditemui dalam dunia nyata.

3. Komponen Pembelajaran

Komponen pembelajaran adalah bagian dari pembelajaran yang saling

terkait satu sama lain. Komponen tersebut meliputi guru, siswa, tujuan

pembelajaran, metode pembelajaran, materi pembelajaran, media

(20)

8

KAJIAN TEORI

A. Teks Cerita Fantasi

Cerita fantasi adalah salah satu jenis teks narasi. Narasi merupakan

cerita fiksi yang berisi perkembangan kejadian atau peristiwa. Nurgiyantoro

(2012: 2) menjelaskan bahwa istilah fiksi sering dipergunakan dalam

pertentangannya dengan realitas sehingga kebenarannya dapat dibuktikan

dengan data empiris. Fiksi bergenre fantasi merupakan dunia khayal atau

imajinatif yang diciptakan oleh penulis. Tokoh, peristiwa, dan latar yang

digunakan juga bersifat imajinatif. Pada cerita fantasi hal yang tidak mungkin

dijadikan biasa.

Adapun ciri-ciri umum teks cerita fantasi dapat diketahui melalui ide

cerita, latar, tokoh unik, sifat, dan bahasa. Ide cerita pada cerita fantasi tidak

dibatasi pada realitas atau kehidupan nyata. Ide cerita terbuka pada daya khayal

penulis. Latar yang digunakan pun lintas ruang dan waktu. Tokoh dalam cerita

fantasi biasanya memiliki kesaktian, watak, dan ciri unik yang tidak ada dalam

kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan pun variatif, ekspresif, dan

bukan bahasa formal (Harsiati, Agus, dan Kosasih, 2016: 51-52).

1. Unsur Intrinsik Teks Cerita Fantasi

Dalam sebuah karya harus terdapat unsur-unsur yang membangun

(21)

ektrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang terdapat di dalam sebuah

cerita dan menjadi bagian untuk membentuk suatu cerita. Sedangkan unsur

ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar cerita tetapi memiliki pengaruh

terhadap suatu cerita.

Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam teks cerita fantasi di

antaranya sebagai berikut.

a. Tema

Sayuti (2000: 187) mengemukakan bahwa tema merupakan

makna dari sebuah cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita. Sama halnya

dengan Stanton dan Keny (dalam Nurgiyantoro, 2012: 67) yang

mendefinisikan bahwa tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah

cerita. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah

karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis

dan menyangkut persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan

(Hartoko dan Rahmanto dalam Nurgiyantoro, 2012: 68). Pada cerita

fantasi biasanya tema yang digunakan bersifat fantasi,berhubungan

dengan magic, supernaatural atau futuristik.

b. Judul

Judul adalah hal pertama yang dibaca oleh pembaca fiksi. Judul

merupakan elemen lapisan luar suatu fiksi dan menjadi sebuah elemen

yang paling mudah dikenali oleh pembaca. Artinya, judul dari suatu

karya bertalian erat dengan elemen-elemen yang membangun fiksi dari

(22)

c. Tokoh dan penokohan

Nurgiyantoro (2012: 165) menjelaskan bahwa istilah “tokoh”

menunjuk pada pelaku cerita. Berdasarkan keterlibatan dalam

keseluruhan cerita, tokoh dibedakan menjadi tokoh sentral (tokoh utama)

dan tokoh periferal (tambahan). Sedangkan berdasarkan perwatakannya,

tokoh dibedakan menjadi tokoh sederhana (simple atau flat character)

dan tokoh kompleks atau bulat (complex atau round character).

d. Alur atau plot

Alur cerita adalah urutan peristiwa dalam suatu cerita yang

dialami oleh tokoh. Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2012: 113)

mengemukakan bahwa plot merupakan peristiwa-peristiwa yang

ditampilkan dalam cerita yang sifatnya tidak sederhana, karena

menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat.

e. Latar

Menurut Sayuti (2000: 126), latar atau setting merupakan elemen

fiksi yang menunjukkan waktu dan tempat kejadian-kejadian dalam

cerita berlangsung. Ada juga yang menyebut latar sebagai landas tumpu,

lingkungan tempat, waktu, dan lingkungan sosial di mana peristiwa

terjadi (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2012: 216; Sayuti, 2000: 126).

Nurgiyantoro (2012: 227, 230, 233) membagi latar atau setting

menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial budaya.

Latar tempat berhubungan dengan lokasi atau tempat suatu peristiwa

(23)

sosial budaya berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat di suatu

tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Pada teks cerita fantasi, latar

cerita dibedakan menjadi tiga kategori yaitu latar lintas wktu masa

lampau, latar waktu sezaman, dan latar lintas waktu futuristik (masa yang

akan datang).

f. Sudut pandang

Sudut pandang merupakan cara pandang pengarang dalam

mengisahkan sebuah cerita. Sayuti (2000: 159) membedakan sudut

pandang menjadi dua kelompok, yaitu sudut pandang orang pertama

(akuan) dan sudut pandang orang ketiga (diaan). Lazimnya sudut

pandang yang digunakan oleh pengarang dibagi menjadi empat jenis,

yakni:

1) Sudut pandang first person-central atau akuan sertaan

Dalam sudut pandang first person-central, tokoh utama cerita adalah

pengarang yang secara langsung terlibat di dalam cerita. Biasanya kata ganti yang digunakan adalah ‘aku’.

2) Sudut pandang first person peripheral atau akuan tak sertaan

Tokoh ‘aku’ biasanya hanya sebagai pengantar tokoh lain. Pada

umumnya tokoh tersebut hanya muncul pada bagian awal dan akhir

(24)

3) Sudut pandang third person-omniscient atau diaan maha tahu

Pada sudut pandang third person-omniscient, pengarang berada di luar

ceriita dan biasanya hanya menjadi pengamat yang maha tahu, bahkan

mempu berdialog langsung dengan pembaca.

4) Sudut pandang third person limited atau diaan terbatas.

Pengarang hanya menceritakan apa yang dialami oleh tokoh yang

dijadikan sebagai tumpuan cerita. Pengarang memergunakan orang

ketiga sebagai pencerita yang hak berceritanya terbatas.

g. Amanat

Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh

pengarang kepada pembaca atau pendengar. Amanat berkaitan dengan

nilai-nilai kehidupan yang dapat disimpulkan dari isi cerita.

2. Struktur Teks Cerita Fantasi

Sesuai dengan buku cetak pegangan siswa kurikulum 2013 revisi,

struktur teks cerita fantasi di antaranya terdiri dari orientasi, komplikasi,

resolusi. Orientasi merupakan pengenalan pada bagian awal cerita yang

biasanya berisi tentang pengenalan tokoh, waktu, dan tempat. Komplikasi

merupakan bagian di mana permasalahan-permasalahan yang dihadapi

tokoh mulai bermunculan. Resolusi adalah proses penyelesaian masalah

yang dihadapi tokoh. Bagian ini biasanya terdapat pada akhir dari sebuah

(25)

3. Pembelajaran Teks Cerita Fantasi

Mulyasa (2008: 255) menyatakan bahwa pembelajaran pada

hakikatnya merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya,

sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Sedangkan

menurut Kurniawan (2014: 1) pembelajaran merupakan proses aktivitas

yang dilakukan oleh guru dalam mengondisikan siswa untuk belajar.

Sehingga dalam pembelajaran, guru harus mampu mengondisikan siswa

untuk aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran bukan berarti penyeragaman dan penertiban belajar,

tetapi pengondisian anak-anak untuk aktif dan kreatif dalam belajar. Guru

harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif dan penuh

penghargaan, penyampaian materi jelas dan mudah diterima oleh siswa,

selalu memberikan motivasi agar siswa tetap bersemangat, menghormati

serta menghargai keaktifan dan kekreatifan siswa.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum yang

menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses yang

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan

potensi menjadi meningkat, baik dalam sikap, pengetahuan, dan

keterampilan, sehingga kegiatan pembelajaran perlu menggunakan lima

prinsip, di antaranya (a) berpusat pada peserta didik, (b) mengembangkan

kreativitas peserta didik, (c) menciptakan kondisi menyenangkan dan

(26)

(e) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan

berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,

kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

Teks cerita fantasi merupakan teks baru yang terdapat dalam

Kurikulum 2013 revisi terbaru. Teks tersebut merupakan salah satu bentuk

teks narasi. Tokoh, peristiwa, dan latar yang digunakan juga bersifat

imajinatif atau khayalan. Pada cerita fantasi hal yang tidak mungkin

dijadikan biasa.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun

2013 tentang Implementasi Kurikulum menyatakan bahwa proses

pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yaitu mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan

mengomunikasikan. Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci

dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tabel berikut:

(27)

LANGKAH Tabel 1: Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan

(28)

B. Komponen Pembelajaran 1. Guru

Guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan

siswa. Guru memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas dan

kuantitas pengajaran di kelas. Kurniawan (2014: 5-6) menjelaskan bahwa

guru tidak boleh segan untuk melakukan penilaian terhadap diri sendiri.

Guru juga harus mengetahui kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada

dirinya. Sehingga tidak dengan serta merta guru menganggap sepenuhnya

kesalahan siswa ketika apa yang telah disampaikan guru tidak dipahami oleh

siswa. Untuk itu perlu adanya evaluasi yang berasal dari rekan sesama guru,

kepala sekolah, orang tua siswa, dan siswa itu sendiri. Hal tersebut

dilakukan untuk pembelajaran yang lebih baik.

Menurut Sanjaya (2011: 21-33) peran guru dalam proses

pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Guru sebagai Sumber Belajar

Peran guru sebagai sumber belajar tidak dapat dpisahkan dengan

penguasaan materi. Dalam pembelajaran guru diharuskan untuk

menguasai materi pembelajaran sehingga dapat berperan sebagai

sumber belajar bagi siswa.

b. Guru sebagai Fasilitator

Sesuai dengan perannya sebagai fasilitator, guru dituntut untuk

memberikan fasilitas atau kemudahan bagi siswa dalam kegiatan

(29)

c. Guru sebagai Pengelola

Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar

tetap kondusif dan nyaman. Sesuai dengan peran guru sebagai

pengelola pembelajaran ada dua kegiatan yang dilakukan oleh guru,

yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagi sumber

belajar.

d. Guru sebagai Demonstrator

Peran guru sebagai demonstrator adalah menunjukkan kepada siswa

segala sesuatu yang dapat membuat siswa mengerti dan memahami

peasan yang disamaikan oleh guru.

e. Guru sebagai Pembimbing

Guru membimbing siswa agar pelaksanaan pembelajaran berjalan

dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini guru

juga dituntut untuk memahami karakter siswa.

f. Guru sebagai Motivator

Guru dituntut untuk kreatif dalam membangkitkan semangat belajar

siswa. Meciptakan suasana belajar yang nyaman sehingga siswa

mampu bersaing dan bersemangat untuk belajar.

g. Guru sebagai Evaluator

Peran guru sebagai evalutor adalah mengevaluasi kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan. Sesuai atau tidaknya kegiatan

(30)

2. Siswa

Menurut Kurniawan (2014: 7) siswa merupakan individu yang akan

diberi materi dalam pembelajaran. Karakteristik siswa menjadi hal penting

yang harus diperhatikan oleh guru. Untuk mengetahui karakteristik siswa

dapat diidentifikasi berdasarkan tiga aspek, yaitu usia perkembangan siswa,

sifat personal siswa, dan potensi yang terkait dengan akademik siswa.

Usia perkembangan siswa perlu diperhatikan oleh guru. Hal tersebut

berhubungan dengan siswa baik dalam kemampuan bahasa, intelektual,

sosial, moral, dan sebagainya. Mengenali sifat personal siswa juga sangat

penting untuk melakukan pendekatan secara intens sebagai bentuk

pengondisian anak dalam belajar. Guru tidak boleh memukul rata

kemampuan siswa satu dengan yang lain. Oleh karena itu guru juga harus

mengenali potensi yang terkait dengan kemampuan akademik siswa.

3. Tujuan Pembelajaran

Kurniawan (2014: 14) menyatakan bahwa setiap pembelajaran yang

dilakukan harus mempunyai tujuan, baik tujuan instruksional yang telah

ditentukan atau pun tujuan tambahan. Pembelajaran dinyatakan berhasil

apabila siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Sanjaya

(2011: 63) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran merupakan pengikat

segala aktivitas guru dan siswa.

Sanjaya (2011: 64) mengemukakan beberapa alasan bahwa tujuan

(31)

yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan proses

pembelajaran. Kedua, tujuan pembelajaran digunakan sebagai pedoman dan

panduan siswa. Ketiga, dapat membantu dalam merancang sistem

pembelajaran. Keempat, tujuan pembelajaran dapat dijadikan sebagai kontrol

dalam menentukan batas dan kualitas pembelajaran.

Adapun tujuan dari pembelajaran terdalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru sebelum mengajarkan

materi pembelajaran. RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap

muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus

untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya

mencapai Kompetensi Dasar (KD) (Permendikbud No. 22 Tahun 2016).

4. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam

sebuah proses pembelajaran. Arifin (2012: 24) mengungkapkan bahwa materi

adalah isi kurikulum yang berupa topik atau pokok bahasan dan perincian

dalam setiap mata pelajaran. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat

Sudjana (1998: 10) bahwa materi pembelajaran merupakan uraian atau pokok

bahasan, yakni penjelasan lebih lanjut makna dari setiap konsep yang ada

dalam pokok bahasan.

Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 219) mengemukakan bahwa

terdapat beberapa hal yang harus diperhatikna dalam memilih materi

(32)

kurikulum sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional, (b)

materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan dan

perkembangan peserta didik, (c) materi pelajaran hendaknya terorganisasi

secara sistemik dan berkesinambungan, dan (d) materi pelajaran hendaknya

mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.

5. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran. Sudjana (1998: 76) menyatakan bahwa

metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan

hubungan dengan siswa pada saaat berlangsungnya pengajaran. Sama halnya

Uno (2007: 2) yang mendefinisikan metode pembelajaran sebagai cara yang

digunakan guru sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sedangkan, Sunarti dan Subana (2011: 20) menyatakan bahwa metode

pembelajaran merupakan rencana penyajian secara menyeluruh dengan

urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam

mengimplementasikan tujuan pembelajaran. Salah satu peran guru adalah

sebagai sumber belajar siswa. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu

mengenali kondisi siswa di kelas sehingga dapat menggunakan metode

(33)

Sudjana (1998: 78-89) mengemukakan beberapa metode

pembelajaran, antara lain (a) metode ceramah, (b) metode tanya jawab, (c)

metode diskusi, (d) metode tugas belajar dan resistasi, (e) metode kerja

kelompok, (f) metode demonstrasi dan eksperimen, (g) metode sosiodrama,

(h) metode problem solving (pemecah masalah), (i) metode sistem regu (team

teaching), (j) metode latihan, (k) metode karya wisata, (l) metode resource

person, (m) survei masyarakat, dan (n) simulasi.

6. Media Pembelajaran

Soeparno (1988: 1) menyatakan bahwa media adalah alat yang

digunakan sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan pesan (massage)

atau informasi dari suatu sumber (resource) pada penerima (receiver). Lain

halnya dengan Arsyad (1996: 3) yang mengemukakan bahwa media sebagai

alat-alat grafis, photografis, atau elektronis yang berfungsi untuk menangkap,

meproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Berdasarkan

beberapa pendapat tersebut media dapat diartikan sebagai sebuah perantara

untuk menyalurkan informasi pada siswa.

Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, media

pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Media cetak, seperti buku teks, majalah, modul, dan lain sebagainya.

b. Media pandang nonproyeksi, seperti papan tulis, papan tali, papan selip,

(34)

c. Media pandang proyeksi, seperti LCD, Proyektor, slide bisu, dan lain

sebagainya.

d. Media dengar, seperti radio, rekaman, pembacaan cerita secara langsung

dan tidak langsung, dan lain sebagainya.

e. Media pandang dengar, seperti film, video, dan lain sebagainya.

f. Media permainan dan simulasi, seperti bermain peran, mengarang, dan

lain sebagainya.

Adapun Sanjaya (2011: 165) mengemukakan bahwa media

pembelajaran mempunyai tiga fungsi, yaitu (a) menangkap suatu objek atau

peristiwa-peristiwa tertentu, (b) memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek

tertentu, dan (c) menambah gairah dan motivasi siswa.

7. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi dalam pembelajaran mengacu pada tujuan dan kompetensi

yang telah ditetapkan. Evaluasi pembelajaran merupakan yang menentukan

kondisi, keputusan di mana suatu tujuan dapat dicapai (Sukardi, 2011: 1).

Sejalan dengan Nurgiyantoro (2011: 6) yang menyatakan bahwa penilaian

digunakan sebagai suatu proses mengukur kadar pencapaian tujuan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, evaluasi pembelajaran diartikan

sebagai usaha yang dijadikan acuan oleh seorang guru untuk mengetahui

berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar.

Ada tiga istilah yang sering digunakan yaitu penilaian, pengukuran,

(35)

penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui apakah keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang ditentukan, pengukuran adalah bagian atau alat penilaian yang selalu nerhubungan dengan data-data kuantitatif, seperti skor dari siswa, dan tes adalah cara untuk mendapatkan informasi tentang siswa.

Evaluasi tidak selalu dilakukan di akhir pembelajaran. Evaluasi juga

dapat dilakukan sebelum pembelajaran dan pada saat pembelajaran (selama

pembelajaran). Adapun ranah penilaian yang melekat pada diri siswa, yaitu

ranah proses berpikir (kognitif), ranah sikap (afektif), dan ranah keterampilan

(psikomotorik). Tiga ranah tersebut yang menjadi sasaran dalam setiap

evalausi hasil belajar.

Hal tersebut sesuai dengan Permendikbud No. 023 Tahun 2016

tentang Standar Penilaian telah menjelaskan pada BAB II pasal 3 ayat 1

bahwa penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan

pendidikan menengah meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Penilaian ketiga aspek tersebut juga sesuai dengan Permendikbud No. 023

Tahun 2016 tentang Standar Penilaian BAB VI Pasal 9 ayat 1 poin (b)

penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik

penilaian lain yang relevan, dan pelaporannya menjadi tanggungjawab wali

kelas atau guru kelas; (c) penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes

tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai; dan

(d) Penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek,

(36)

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Iis

Apriyatin Nupus (2016) yang berjudul Pembelajaran Teks Ulasan Film dan

Drama pada Kurikilum 2013 bagi Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Yogyakarta.

Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Iis Apriyatin Nupus adalah

sama-sama membahas mengenai pembelajaran bahasa Indonesia yang terdapat

dalam kurikulum 2013 dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Selain itu,

persamaan terdapat pada teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu

observasi, wawancara, dan analisis dokumen.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Iis

Apriyatin Nupus yakni, penelitian Iis Apriyanti Nupus mendeskripsikan

mengenai pelaksanaan pembelajaran teks ulasan. Sedangkan penelitian ini

bermaksud untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi.

Penelitian ini juga mempunyai persamaan dengan penelitian Daryati

(2013) yang berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Kelas VII SMP Negeri 2 Gombong, Kabupaten Kebumen. Persamaan antara

penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Daryati adalah sama-sama

menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Selain itu, Daryati juga

menggunakan observasi, wawancara, dan analisis dokumen sebagai teknik

pengumpulan data.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilkukan Daryati

terdapat pada kurikulum yang digunakan. Penelitian Daryati mendeskripsikan

(37)

Satuan Pendidikan (KTSP). Sedangkan penelitian ini bermaksud untuk

mendeskripsikan pembelajaran menulis teks cerita fantasi yang terdapat dalam

(38)

26

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian “Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas

VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta” adalah kualitatif deskriptif. Data dalam

penelitian tersebut berupa deskripsi mengenai pelaksanaan pembelajaran teks

cerita fantasi. Data yang dihasilkan dari penelitian kualitatif berupa data

deskriptif verbal yang berwujud kata-kata.

B.Subjek Penelitian

Subjek penelitian “Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di

Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta” adalah guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta, Bapak Puji Isyantana, S.Pd.

C.Setting Penelitian

Setting penelitian ini adalah kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta.

Penelitian ini dilakukan di satu kelas karena beberapa faktor, di antaranya (1)

mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII yang diampu oleh guru lain,

khususnya teks cerita fantasi, telah diajarkan oleh mahasiswa PPL, (2) RPP teks

cerita fantasi yang digunakan oleh Bapak Puji Isyantana di kelas VII F dan kelas

(39)

Pengamatan penelitian ini dilakukan di dalam dan di luar kelas.

Pengamatan di dalam kelas digunakan untuk mencari data selama pelakasanaan

pembelajaran teks cerita fantasi. Sedangkan pengamatan di luar kelas digunakan

untuk mencari informasi yang tidak didapatkan saat pengamatan di dalam kelas,

seperti melakukan wawancara terhadap guru.

D.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

1. Observasi

Observasi difokuskan pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang

dilakukan oleh guru dan siswa pada pembelajaran teks cerita fantasi mata

pelajaran Bahasa Indonesia. Peneliti melakukan penelitian dengan hati-hati

dan secara cermat selama kegiatan KBM tersebut.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperkuat informasi dan kondisi yang ditemukan saat pengamatan. Pelaksanaan wawancara dalam bentuk “semi

structured” yang menggabungkan antara wawancara terstruktur dan tidak

terstruktur. Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat pedoman

wawancara atau daftar pertanyaan. Adapun pertanyaan yang diajukan seputar

(40)

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

yang dianalisis adalah dokumen resmi seperti silabus, RPP, dan hasil catatan

pembelajaran. Analisis dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observasi dan wawancara agar data yang diperoleh semakin akurat.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian “Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di

Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta” adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai

human instrument menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai

sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis

data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan dari hasil penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam mengambil data berupa lembar observasi,

panduan wawancara.

F. Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis induktif

dengan tiga tahap, yaitu perbandingan antardata, kategorisasi, dan penyajian

data.

1. Perbandingan antardata, pada tahap ini hasil dari observasi, wawancara, dan

dokumentasi dibandingkan dan dikelompokkan dengan data sejenis atau

(41)

2. Kategorisasi, pada tahap ini satuan yang sudah diidentifikasi kemudian dibaca

dan diteliti/ ditelaah sehingga ditemukan data yang memiliki kategori sama.

3. Penyajian data, pada tahap ini hasil pengelompokan dan kategorisasi

dilanjutkan dengan interpretasi data kemudian disajikan dalam tabel.

G.Triangulasi Data

Cara yang dilakukan oleh peneliti adalah ketekunan pengamatan dan

triangulasi. Dalam ketekunan pengamatan, peneliti melakukan pengamatan

dengan teliti dan rinci terhadap faktor-faktor yang menonjol secara

berkesinambungan. Cara tersebut didukung dengan menggunakan cara

triangulasi. Triangulasi dicapai dengan membandingkan data hasil pengamatan

dan data hasil wawancara. Hasil pengamatan dan wawancara selanjutnya

(42)

30

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran teks

cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta pada semester gasal Tahun

Ajaran 2016/2017. Pembelajaran teks cerita fantasi kelas VII F dalam penelitian ini

terdiri dari dua Kompetensi Dasar (KD) tentang pengetahuan dan dua KD tentang

keterampilan, yaitu KD 3.3 mengidentifikasi unsur-unsur teks narasi (cerita fantasi)

yang dibaca dan didengar, KD 4.3 menceritakan kembali isi teks narasi (cerita

fantasi) yang didengar dan dibaca, KD 3.4 menelaah struktur dan kebahasaan teks

narasi (cerita fantasi) yang dibaca dan didengar, serta KD 4.4 menyajikan gagasan

kreatif dalam bentuk cerita fantasi secara lisan dan tulis dengan memerhatikan

struktur dan penggunaan bahasa. Adapun yang mejadi fokus utama dalam

penelitian ini yaitu (1) perencanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F,

(2) pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F, dan (3) penilaian

pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F. Berikut deskripsi hasil penelitian

dan pembahasan mengenai pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas

VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta pada semester gasal Tahun Ajaran 2016/2017.

A. Hasil Penelitian

Bagian hasil penelitian mendeskripsikan beberapa hal yang sudah

ditetapkan dalam rumusan masalah yaitu perencanaan pembelajaran,

(43)

pembelajaran meliputi materi, metode, dan media pembelajaran. Pengumpulan

data dalam penelitian ini adalah data ganda melalui pengamatan, wawancara,

dan dokumentasi. Oleh karena itu, hasil penelitian ini akan disajikan secara

langsung bersamaan.

1. Perencanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta

Berdasarkan Kurikulum 2013 revisi 2016, guru merencanakan

pembelajaran teks cerita fantasi dengan membuat RPP dan mangacu pada

silabus. RPP yang digunakan guru dalam pembelajaran teks cerita fantasi

masih berdasar pada model RPP sebelumnya, yakni dengan model RPP

Kurikulum 2013 yang lama. RPP teks cerita fantasi dirancang untuk 12

pertemuan. Adapun struktur RPP teks cerita fantasi meliputi identitas RPP,

Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Indikator Pencapaian

Kompetensi, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode

Pembelajaran, Media dan Alat Pembelajaran, Sumber Belajar,

Langkah-langkah Pembelajaran, dan Penilaian Hasil Belajar.

Langkah-langkah pembelajaran dibagi menjadi tiga, yaitu kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan

berisi salam pembuka, menyanyikan mars, hymne, dan satu lagu nasional,

menyampaikan tujuan pembelajaran, serta penyampaian motivasi.

Kegiatan inti memuat kegiatan 5 M dalam pembelajaran teks cerita fantasi.

Kegiatan penutup berisi refleksi dari pembelajaran yang telah dilakukan,

(44)

Pada bagian akhir RPP, guru melampirkan naskah cerita fantasi

yang berjudul Manusia Kue Jahe. Dalam pelaksanaannya, guru

menggunakan lebih dari satu naskah dalam pembelajaran cerita fantasi.

Akan tetapi, naskah Manusia Kue Jahe yang dilampirkan dalam RPP tidak

digunakan. Sebagian besar naskah-naskah yang digunakan terdapat dalam

buku bahasa Indonesia pegangan siswa, seperti Kekuatan Ekor Biru

Nagata, Ruang Dimensi Alpha, Berlian Tiga Warna, dan Belajar dengan

Gajah Mada.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta

Pembelajaran teks cerita fantasi direncanakan dalam 12 pertemuan.

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran teks cerita fantasi dilaksanakan

lebih dari 12 pertemuan. Berikut merupakan deskripsi pelaksanaan

pembelajaran teks cerita fantasi yang meliputi materi, media, dan metode

pembelajaran.

a. Materi Pembelajaran Teks Cerita Fantasi

Guru menyampaikan materi pembelajaran tentang teks cerita

fantasi dari pertemuan pertama sampai keenam, di antaranya unsur

pembangun cerita fantasi, jenis cerita fantasi, struktur cerita fantasi,

menyimpulkan karakteristik bagian-bagian struktur cerita fantasi, unsur

(45)

Pertemuan Ke-

Materi Pembelajaran Sumber Belajar

1 - -

2 Jenis cerita fantasi Buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia, cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi) 3 Jenis cerita fantasi dan

unsur intrinsik

Buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia, cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi) 4 Unsur intrinsik dan

struktur cerita fantasi

Buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia, cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi)

5 Menyimpulkan

karakteristik bagian-bagian pada struktur cerita fantasi

Buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia, cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi) 6 Unsur kebahasaan dan

cara menyajikan cerita fantasi

Buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia, cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi) 7 Guru hanya mengulas

beberapa materi yang telah disampaikan

Buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia, cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi) Tabel 2. Materi Pembelajaran Teks Cerita Fantasi 1) Materi Pembelajaran Pertemuan Pertama

Peneliti belum bisa melakukan penelitian pembelajaran teks

cerita fantasi pada pertemuan pertama karena masih terkendala

surat izin penelitian. Akan tetapi, berdasarkan informasi yang

diperoleh dari informan (guru), materi yang disampaikan pada

(46)

dengan indikator ketercapaian 4.3.1 menyimpulkan tokoh dan latar

cerita fantasi.

2) Materi Pembelajaran Pertemuan Kedua

Materi yang disampaikan pada pertemuan kedua adalah

jenis cerita fantasi. Materi tersebut berdasar pada KD 3.3 dengan

indikator ketercapaian 3.3.2 menentukan jenis cerita fantasi dan

menunjukkan bukti pada teks yang dibaca/ didengar. Adapun

tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa dapat menentukan jenis cerita

fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang dibaca/ didengar.

Sebelum guru menyampaikan materi tentang jenis cerita

fantasi, para siswa melakukan presentasi tentang video cerita

fantasi. Para siswa melakukan presentasi secara berkelompok

untuk menampilkan video cerita fantasi dan menjelaskan ringkasan

cerita dari isi video tersebut. Setiap kelompok menampilkan video

secara bergantian dan setelah masing-masing kelompok melakukan

presentasi, guru memberikan koreksi dan masukan.

Guru menyampaikan materi tentang jenis cerita fantasi

secara singkat sebelum jam pelajaran berakhir. Guru menjelaskan

secara singkat jenis cerita fantasi irisan atau total, sezaman atau

lintas waktu, sehingga para siswa dapat menyimpulkan jenis video

(47)

digunakan oleh guru adalah buku pegangan siswa dengan judul

Bahasa Indonesia cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi).

3) Materi Pembelajaran Pertemuan Ketiga

Pada pertemuan ketiga guru masih menyampaikan materi

yang sama, yaitu tentang jenis cerita fantasi. Guru menjelaskan

secara rinci tentang jenis cerita fantasi disertai dengan contoh. Hal

tersebut membuat para siswa lebih mudah untuk memahami

tentang jenis cerita fantasi.

Setelah menjelaskan tentang jenis cerita fantasi, guru

menjelaskan tentang unsur intrinsik. Materi pada pertemuan ketiga

sesuai dengan KD 3.3 dan KD 4.3. Adapun indikator yang hendak

dicapai dari pembelajaran kali ini yaitu (a) 3.3.1 menjelaskan ciri

tokoh, latar, alur, dan tema pada cerita fantasi dan menunjukkan

buktinya pada teks yang dibaca/ didengar, (b) 4.3.2 menyimpulkan

cerita fantasi.

Guru mengingatkan kepada para siswa bahwa materi

tentang unsur intrinsik sudah pernah mereka pelajari pada

pembelajaran teks deskripsi. Guru memacu ingatan dan

pemahaman para siswa tentang unsur intrinsik dengan memberikan

beberapa pertanyaan seputar unsur intrinsik. Guru kemudian

menjelaskan kembali mulai dari tema, penokohan, perwatakan,

(48)

Setelah itu, guru meminta para siswa membetuk kelompok.

Setiap kelompok mencari unsur intrinsik yang terdapat dalam salah

satu naskah cerita fantasi, yaitu Kekuatan Ekor Biru Nagata atau

Berlian Tiga Warna. Sumber belajar yang digunakan oleh guru

adalah buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia

cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi).

4) Materi Pembelajaran Pertemuan Keempat

Materi yang disampaikan pada pertemuan keempat adalah

struktur cerita. Materi tersebut berdasar pada KD 3.4 dengan

indikator ketercapaian 3.4.1 merinci struktur cerita fantasi. Adapun

tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa dapat merinci struktur cerita

fantasi dengan baik. Sebelum menyampaikan materi tentang

struktur cerita fantasi, para siswa memaparkan hasil diskusi

kelompok mereka tentang unsur intrinsik yang terdapat dalam

naskah cerita fantasi.

Guru meminta beberapa siswa untuk membaca naskah cerita fantasi “Belajar dengan Gajah Mada” secara bergantian.

Kemudian guru menjelaskan tentang struktur cerita fantasi, yaitu

orientasi, komplikasi, dan resolusi disertai dengan contoh. Guru

menjelaskan bahwa orientasi merupakan pengenalan tokoh, latar,

dan watak tokoh. Guru juga menjelaskan bahwa komplikasi

(49)

terjadinya klimaks atau puncak pemasalahan dalam cerita. Setelah

itu guru menjelaskan tentang resolusi yang merupakan

penyelesaian masalah dalam cerita.

Kemudian guru menunjuk siswa secara acak untuk

membaca materi variasi pengungkapan struktur cerita fantasi.

Sebelum melanjutkan materi, guru terlebih dahulu menjelaskan

mengenai alur cerita. Kemudian guru kembali menunjuk siswa

secara acak untuk membaca materi selanjutnya, yaitu ragam alur

dan telaah teks cerita dari segi strukturnya. Sumber belajar yang

digunakan oleh guru adalah buku pegangan siswa dengan judul

Bahasa Indonesia cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi).

5) Materi Pembelajaran Pertemuan Kelima

Materi yang disampaikan pada pertemuan kelima adalah

menyimpulkan kaarakteristik bagian-bagian pada struktur cerita

fantasi. Materi tersebut berdasar pada KD 3.4 dengan indikator

ketercapaian 3.4.2 menyimpulkan karakteristik bagian-bagian pada

struktur cerita fantasi (orientasi, komplikasi, dan resolusi). Adapun

tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa dapat menyimpulkan

karakteristik bagian-bagian pada struktur cerita fantasi (orientasi,

komplikasi, dan resolusi).

Pada pertemuan kali ini, para siswa akan berdiskusi secara

(50)

akan ditampilkan oleh guru. Guru menampilkan dua video cerita

fantasi secara berurutan. Guru meminta setiap kelompok untuk

mengamati video yang ditampilkan secara seksama. Kemudian

masing-masing kelompok memilih salah satu cerita dari video yang

ditampilkan. Setelah memilih salah satu cerita dari video yang

ditampilkan, masing-masing kelompok menentukan struktur dari

cerita tersebut. Setelah kedua video ditampilkan, guru meminta

masing-masing kelompok yang terdiri dari empat siswa untuk

segera mendiskusikan hasil pengamatan mereka. Sumber belajar

yang digunakan oleh guru adalah buku pegangan siswa dengan

judul Bahasa Indonesia cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi).

6) Materi Pembelajaran Pertemuan Keenam

Materi yang disampaikan pada pertemuan keenam adalah

unsur kebahasaan dan cara menyajikan cerita fantasi. Materi

tersebut berdasar pada KD 3.4 dan KD 4.4. Adapun indikator

ketercapaian pada pertemuan keenam yaitu (a) 3.4.5 mengomentari

cerita fantasi dari segi struktur dan bahasanya, (b) 4.4.1

merencanakan pengembangan cerita fantasi.

Guru menginstruksikan pada semua kelompok untuk saling

menukarkan hasil diskusi mereka pada pertemuan sebelumnya.

Setiap kelompok satu persatu maju ke depan untuk membacakan

(51)

kesempatan para siswa untuk memberikan masukan terhadap hasil

diskusi dari kelompok lain. Setelah itu guru memberikan apresiasi,

tanggapan, dan evaluasi pada kelompok yang hasil diskusinya

dibacakan.

Setelah memberikan penilaian, guru melanjutkan materi

tentang unsur kebahasaan. Guru menjelaskan mulai dari

penggunaan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang

penceritaan, penggunaan kata yang mencerap panca indera untuk

deskripsi latar, penggunaan diksi dengan makna kias dan makna

khusus, penggunaan kata sambung urutan waktu, penggunaan kata/

ungkapan keterkejutan, dan penggunaan dialog/ kalimat langsung

dalam cerita. Setelah itu guru melanjutkan materi tentang

menyajikan cerita fantasi.

Guru menunjuk siswa secara acak untuk membaca cara

menyajikan cerita fantasi. Guru memberikan penjelasan bahwa ada

dua tahapan dalam menyajikan cerita fantasi. Tahapan yang

pertama yaitu merencanakan cerita, mulai dari menemukan ide,

menggali ide cerita melalui membaca, membuat rangkaian

peristiwa, hingga pengembangan cerita. Kemudian tahapan yang

kedua yaitu menulis cerita fantasi mulai dari merencanakan,

mengembangkan produk, memberi judul yang menarik, menelaah

(52)

digunakan oleh guru adalah buku pegangan siswa dengan judul

Bahasa Indonesia cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi).

7) Materi Pembelajaran Pertemuan Ketujuh

Pada pertemuan ketujuh, guru tidak memberikan materi

baru. Guru hanya mengulas secara singkat materi-materi yang telah

disampaikan. Pertemuan pada pembelajaran kali ini digunakan

oleh guru untuk mengetahui pemahaman para siswa tentang teks

cerita fantasi. Guru memberikan ulangan dengan delapan soal esai

terkait dengan teks cerita fantasi. Sumber belajar yang digunakan

oleh guru adalah buku pegangan siswa dengan judul Bahasa

Indonesia cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi).

b. Metode Pembelajaran Teks Cerita Fantasi

Berdasarkan hasil observasi, metode yang digunakan oleh guru

dalam menyampaikan materi teks cerita fantasi meliputi ceramah, tanya

jawab, diskusi, kerja kelompok, tugas belajar, dan latihan. Berikut

deskripsi penggunaan metode pembelajaraan teks cerita fantasi.

Pertemuan Ke-

Materi Pembelajaran Metode Pembelajaran

1 - -

(53)

Pertemuan Ke-

Materi Pembelajaran Metode Pembelajaran 3 Jenis cerita fantasi dan unsur

intrinsik

5 Meyimpulkan karakteristik bagian-bagian pada struktur cerita fantasi.

7 Guru hanya mengulas beberapa materi yang telah disampaikan, karena

Ceramah dan latihan

Tabel 3. Metode Pembelajaran Teks Cerita Fantasi 1) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Pertama

Peneliti belum bisa melakukan penelitian pembelajaran teks

cerita fantasi pada pertemuan pertama karena masih terkendala

surat izin penelitian. Akan tetapi, berdasarkan informasi yang

diperoleh dari informan (guru), para siswa dibagi dalam beberapa

kelompok untuk mencari dan memresentasikan video cerita fantasi.

2) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua guru menggunakan metode ceramah

dan pembelajaran berbasis TIK. Metode tersebut digunakan untuk

mengajarkan KD 3.3 dengan indikator 3.3.2 menentukan jenis

(54)

didengar. Metode ceramah digunakan oleh guru untuk menjelaskan

tentang jenis cerita fantasi total atau irisan, sezaman atau lintas

waktu. Adapun pembelajaran berbasis TIK digunakan oleh guru

untuk memresentasikan tugas yang diberikan guru pada pertemuan

sebelumnya, yaitu menampilkan video cerita fantasi. Metode

terebut dipilih sesuai dengan materi dan kondisi siswa di kelas.

3) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Ketiga

Metode yang digunakan guru untuk mengajarkan KD 3.3

dan 4.3 yaitu metode ceramah, tanya jawab, pebugasan, diskusi,

dan kerja kelompok. Berdasarkan informasi yang diperoleh, guru

menggunakan metode pembelajaran secara situasional. Metode

ceramah digunakan oleh guru untuk menjelaskan kembali tentang

jenis cerita fantasi dan contohnya. Selain itu, metode ceramah juga

digunakan oleh guru untuk menjelaskan tentang unsur intrinsik.

Metode tanya jawab digunakan oleh guru untuk memacu ingatan

siswa tentang unsur intrinsik dengan memberikan beberapa

pertanyaan seputar unsur intrinsik. Metode penugasan, diskusi, dan

kerja kelompok dilakukan dengan memberikan tugas secara

berkelompok kepada siswa untuk menemukan unsur intrinsik pada

(55)

4) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Keempat

Guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan

tugas belajar untuk mengajarkan KD 3.4 dengan indikator

ketercapaian 3.4.1 merinci struktur cerita fantasi. Guru

menggunakan metode pembelajaran secara situasional sesuai

materi dan kodisi kelas. Metode ceramah digunakan untuk

menjelaskan pertanyaan siswa terkait materi unsur intrinsik pada

pertemuan sebelumnya, yaitu sudut pandang. Selain itu, metode

ceramah juga digunakan oleh guru untuk menjelaskan tentang

struktur cerita. Metode tanya jawab digunakan oleh guru setelah

para siswa memaparkan hasil diskusi mekera pada pertemuan

sebelumnya. Metode tugas belajar diberikan oleh guru kepada

siswa untuk membaca buku paket halaman 68-69 di rumah. Tugas

belajar tersebut terkait unsur kebahasaan yang terdapat dalam

cerita fantasi.

5) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Kelima

Guru menggunakan metode penugasan, ceramah, diskusi,

dan kerja kelompok untuk mengajarkan KD 3.4 dengan indikator

ketercapaian 3.4.2 menyimpulkan karakteristik bagian-bagian pada

struktur cerita fantasi (orientasi, komplikasi, dan resolusi).

Metode-metode tersebut digunakan secara situasional sesuai dengan materi

(56)

memberikan tugas kepada para siswa untuk mengamati video cerita

fantasi yang ditampilkan oleh guru. Metode ceramah digunakan

oleh guru untuk menjelaskan tata cara mengerjakan tugas yang

telah diberikan. Metode diskusi dan kerja kelompok diberikan

kepada siswa untuk menemukan bagian-bagian dari struktur cerita

fantasi yang ditampilkan oleh guru.

6) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Keenam

Metode yang digunakan oleh guru pada KD 3.4 dan KD 4.4

adalah metode ceramah. Metode yang digunakan oleh guru

berdasarkan situasi dan kondisi kelas. Guru menggunakan metode

ceramah untuk memberikan koreksi dan apresiasi pada

kelompok-kelompok yang telah memresentasikan hasil diskusi mereka pada

pertemuan sebelumnya. Metode ceramah juga digunakan untuk

menjelaskan tentang unsur kebahasaan dan cara menyajikan cerita

fantasi.

7) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Ketujuh

Metode yang digunakan guru pada pertemuan ketujuh

adalah ceramah dan latihan. Metode ceramah digunakan oleh guru

untuk mengulas materi yang telah disampaikan di

pertemuan-pertemuan sebelumnya. Selain itu, metode ceramah juga

(57)

dilakasanakan. Metode latihan dilakukan dengan memberikan

delapan soal esai ulangan kepada para siswa.

c. Media Pembelajaran Teks Cerita Fantasi

Terdapat empat media yang digunakan oleh guru dalam

mengajarkan materi teks cerita fantasi, yaitu media pandang proyeksi

(LCD, proyektor, laptop), media pandang nonproyeksi (papan tulis,

spidol, dll), media cetak (buku paket), dan media audio visual (video

cerita fantasi). Berikut deskripsi penggunaan media pembelajaran teks

cerita fantasi.

Pertemuan Ke-

Materi Pembelajaran Media Pembelajaran

1 - -

2 Jenis cerita fantasi Media pandang proyeksi, pandang nonproyeksi, cetak, dan audio visual 3 Jenis cerita fantasi dan

unsur intrinsik Media cetak dan pandang nonproyeksi

4 Unsur intrinsik dan struktur cerita fantasi.

5 Meyimpulkan

karakteristik bagian-bagian pada struktur cerita fantasi.

Media pandang proyeksi, cetak, dan audio visual

6 Unsur kebahasaan dan cara menyajikan cerita fantasi.

Media cetak dan pandang nonproyeksi

7 Guru hanya mengulas beberapa materi yang telah disampaikan, karena

(58)

1) Media Pembelajaran pada Pertemuan Pertama

Peneliti belum bisa melakukan penelitian pembelajaran teks

cerita fantasi pada pertemuan pertama karena masih terkendala

surat izin penelitian.

2) Media Pembelajaran pada Pertemuan Kedua

Media yang digunakan dalam pembelajaran KD 3.3 yaitu

media pandang proyeksi, media pandang nonproyeksi, media cetak,

dan media audio visual. Media pandang proyeksi yang digunakan

antara lain LCD, proyektor, dan laptop. Media tersebut digunakan

oleh para siswa sebagai sarana memresentasikan video cerita

fantasi. Media pandang nonproyeksi yang digunakan antara lain

papan tulis dan spidol. Media tersebut digunakan oleh guru untuk

menjelaskan jenis cerita fantasi. Media cetak yang digunakan

adalah buku pegangan siswa (buku paket) sebagai sumber belajar.

Media audio visual yang digunakan adalah video-video cerita

fantasi.

3) Media Pembelajaran pada Pertemuan Ketiga dan Keempat

Selain media pandang nonproyeksi, guru juga

menggunakan media cetak pada pertemuan ketiga dan keempat.

Guru menggunakan papan tulis dan spidol untuk menjelaskan

(59)

ketiga. Guru menuliskan beberapa hal di papan tulis sehingga para

siswa paham apa yang telah disampaikan oleh guru. Pada

pertemuan keempat guru menjelaskan tentang sudut pandang dan

struktur cerita. Guru menggunakan papan tulis dan spidol untuk

menjelaskan beberapa hal sehingga para siswa dapat memahami

apa yang disampaikan oleh guru. Adapun media cetak yang

digunakan pada pertemuan ketiga dan keempat adalah buku paket

sebagai sumber belajar.

4) Media Pembelajaran pada Pertemuan Kelima

Media yang digunakan dalam pembelajaran kelima yaitu

media pandang proyeksi, media cetak, dan media audio visual.

Guru menggunakan media pandang proyeksi seperti LCD,

proyektor, dan laptop untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.

Pada pertemuan kelima guru menampilkan video-video cerita

fantasi. Adapun media cetak yang digunakan adalah buku paket

sebagai sumber belajar.

5) Media Pembelajaran pada Pertemuan Keenam dan Ketujuh

Media yang digunakan pada pertemuan keenam dan

ketujuh yaitu media pandang nonproyeksi dan media cetak. Pada

pertemuan keenam guru menggunakan papan tulis dan spidol untuk

(60)

cerita fantasi. Media tersebut menunjang dalam pembelajaran

untuk menjelaskan secara tertulis apa yang disampaikan oleh guru

sehingga para siswa lebih paham. Pada pertemuan ketujuh, media

pandang nonproyeksi digunakan oleh guru untuk menjelaskan

kembali materi yang telah disampaikan di pertemuan-pertemuan

sebelumnya. Adapun media cetak yang digunakan pada pertemuan

keenam dan ketujuh adalah buku paket sebagai sumber belajar.

3. Penilaian Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta

Penilaian dalam pembelajaran teks cerita fantasi dibagai menjadi

empat aspek, yaitu spritual, sosial (sikap), pengetahuan, dan keterampilan.

Akan tetapi penilaian dari aspek spiritual dilakukan secara tertutup.

Berdasarkan yang tercantum dalam dokumen (RPP), aspek spiritual dan

sosial dilakukan dengan melakukan observasi dan instrumen yang

digunakan adalah lembar jurnal. Dalam pelaksanaannya, penilaian aspek

spiritual dilakukan secara tertutup dan aspek sosial dilakukan oleh guru

secara tersirat. Pada saat penyampaian motivasi sebelum materi dimulai,

tersirat penilaian yang diberikan oleh guru. Hal tersebut ditangkap oleh

peneliti dari deskripsi motivasi yang diberikan oleh guru.

Penilaian pengetahuan dilaksanakan di akhir pembelajaran cerita

fantasi, yaitu pada pertemuan ketujuh. Pada pertemuan ketujuh dilakukan

(61)

tertulis berupa delapan soal esai. Penilaian keterampilan dilakukan pada

selama pembelajaran teks cerita fantasi. Penilaian keterampilan diambil

dari tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.

B. Pembahasan

1. Perencanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta

Berdasarkan Permendikbud No. 22 Tahun 2016, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran

tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari

silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam

upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Guru merencanakan

pembelajaran teks cerita fantasi dengan membuat RPP dan mangacu pada

silabus. RPP yang digunakan guru dalam pembelajaran teks cerita fantasi

masih berdasar pada model RPP sebelumnya, yakni model RPP

Kurikulum 2013 yang lama. Hal tersebut karena perubahan kurikulum

2013 untuk kelas VII dan X.

Guru membuat RPP teks cerita fantasi berdasar pada model RPP

2013 yang lama karena pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi

bertepatan dengan pelatihan penyusunan RPP terbaru untuk kelas VII dari

MGMP. Pelatihan penyusunan RPP terbaru dilaksanakan selama satu

bulan. Berdasarkan informasi dari narasumber, RPP akan diperbaiki sesuai

Gambar

Tabel 1: Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya
Tabel 2. Materi Pembelajaran Teks Cerita Fantasi
Tabel 3. Metode Pembelajaran Teks Cerita Fantasi
Tabel 4. Media Pembelajaran Teks Cerita Fantasi

Referensi

Dokumen terkait

• Guru memulai pembelajaran daring dengan mengucapkan salam dan mengajak peserta didik untuk berdoa sebelum memulai belajar.. • Guru meminta peserta didik untuk membaca

1) Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa bersama dipimpin oleh seorang peserta didik dengan penuh khidmat. 2) Guru memulai pembelajaran dengan pembacaan

1. Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa, menanyakan kehadiran peserta didik, kebersihan

Melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning terintegrasi dengan TPACK, peserta didik dapat mengidentifikasi unsur intrinsik (tema, tokoh dan penokohan, latar,

Persiapan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti pembelajaran dengan berdoa, guru menanyakan kehadiran peserta didik, kebersihan dan kerapian kelas,

Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan : ● Guru membuka pelajaran dengan diawali berdoa bersama ● Guru menanyakan kondisi kesehatan siswa ● Guru melakukan presensi peserta didik

Guru menyelenggarakan proses pembelajaran yang berorientasi pada kegiatan siswa Guru memberikan toeri dan pemahaman kepada peserta didik juga teori yang berpengalaman di

KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan Pendahuluan 10 Menit  Guru mengajak peserta didik untuk berdoa  Guru mengecek kesiapan kelas dan kehadiran peserta didik  Guru menyampaikan tujuan