SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
oleh Najmi Fajria NIM 12201241007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI
v
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Asy-Syarh: 5-6)
ۗ ا عـْس ََإ اًسْف ن هللا ف ل كي َ
۶ . . .
۶۸
۵
vi
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karya ini saya persembahkan untuk;
1. Abah (alm) dan Ibu saya yang telah sabar, tulus, ikhlas mendoakan dan mendidik saya dengan penuh kasih sayang,
2. Kakak-kakak dan keluarga saya yang tidak lelahnya memberikan semangat,
3. Teman-teman dari PBSI 2012 dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang tidak hentinya memberikan semangat dan mengingatkan di saat saya mulai sering menghilang,
vii
Tugas Akhir yang berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta guna memeroleh gelar sarjana pendidikan.
Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya doa, dukungan, semangat, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini saya ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada
1. Keluarga saya, terutama Ibu. Beliau yang telah membesarkan saya dan kedua kakak saya seorang diri dan menjadi panutan yang baik bagi anak-anaknya. Beliau tidak henti-hentinya mendoakan saya dengan tulus dan ikhlas, selalu memberikan nasihat dan motivasi sehingga akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Dr. Teguh Setiawan, M.Hum. yang selama ini telah sabar dalam membimbing saya untuk menyelesaikan skripsi.
3. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 8 Yogyakarta, Bapak Puji Isyantana, S.Pd. yang telah bersedia membantu pada saat pengambilan data.
4. Bapak dan Ibu dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Terima kasih atas kesabaran dan ilmu yang telah diberikan.
5. Teman-teman PBSI angkatan 2012, khususnya kelas A. Terima kasih atas semangat, dukungan, dan kebersamaan selama ini.
6. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah UNY. Terima kasih untuk ilmu, kebersamaan, semangat, doa, dan dukungannya. Di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah saya tidak hanya belajar berorganisasi tetapi juga mendapatkan keluarga baru.
ix
3. Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 13
x
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. Jenis Penelitian ... 26
B. Subjek Penelitian ... 26
C. Setting Penelitian ... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ... 27
E. Instrumen Penelitian ... 28
F. Teknik Analisis Data ... 28
G. Triangulasi Data ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBHASAN ... 30
A. Hasil Penelitian ... 30
1. Perencanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 31
2. Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 32
3. Penilaian Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 48
B. Pembahasan ... 49
1. Perencanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 49
2. Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 51
3. Penilaian Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 72
C. Keterbatasan Penelitian ... 74
BAB V PENUTUP ... 75
A. Simpulan ... 75
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78
xi
Belajar dan Maknanya ... 14
Tabel 2 : Materi Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 33
Tabel 3 : Metode Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 40
xii
Halaman Lampiran 1 : Panduan Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
Teks Cerita Fantasi ... 81
Lampiran 2 : Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi ... 82
Lampiran 3 : Panduan Catatan Lapangan ... 102
Lampiran 4 : Hasil Catatan Lapangan ... 103
Lampiran 5 : Hasil Wawancara ... 121
Lampiran 6 : RPP ... 126
Lampiran 7 : Soal Ulangan ... 142
Lampiran 8 : Hasil Ulangan ... 143
Lampiran 9 : Contoh Pekerjaan Siswa ... 144
Lampiran 10 : Dokumentasi Foto ... 150
xiii ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta. Pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi ditinjau dari materi, metode, dan media pembelajaran.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek dari penelitian ini adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi dan panduan wawancara. Keabsahan data diuji dengan triangulasi. Data dianalisis induktif dengan tiga tahap, yaitu perbandingan antardata, kategorisasi, dan penyajian data.
Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, RPP yang digunakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi merupakan RPP model lama. RPP tersebut dirancang untuk 12 kali tatap muka. RPP teks cerita fantasi sudah sesuai dengan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Kedua, pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi berbeda dengan perencanaan. Dalam praktiknya, pembelajaran tersebut dilaksanakan lebih dari 12 kali tatap muka. Adapun materi teks cerita fantasi yang disampaikan antara lain unsur pembangun cerita fantasi, jenis cerita fantasi, struktur cerita fantasi, menyimpulkan karakteristik bagian-bagian struktur cerita fantasi, unsur kebahasaan cerita fantasi, dan cara menyajikan cerita fantasi. Metode yang digunakan dalam pembelajaran teks cerita fantasi meliputi ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, tugas belajar, dan latihan. Metode-metode tersebut tidak tercantum dalam RPP secara rinci. Media yang digunakan dalam pembelajaran teks cerita fantasi di antaranya media pandang proyeksi, media pandang nonproyeksi, media cetak, dan media audio visual. Ketiga, penilaian dalam pembelajaran teks cerita fantasi dibagi menjadi empat aspek, yaitu spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian aspek spiritual dilakukan secara tertutup. Penilaian aspek sosial dilakukan secara tersirat. Penilaian pengetahuan dilaksanakan di akhir pembelajaran, yaitu ulangan harian secara tertulis. Penilaian keterampilan dilakukan selama pembelajaran, yaitu diambil dari tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mulyasa (2008: 255) menyatakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya
merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga
terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Menurut Kurniawan
(2014: 1) pembelajaran merupakan proses aktivitas yang dilakukan oleh guru
dalam mengondisikan siswa untuk belajar. Dalam pembelajaran terdapat tujuh
komponen yang harus dipenuhi, yaitu guru, siswa, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran.
Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ke
Kurikulum 2013 berpengaruh pada proses pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran yang semula menggunakan EEK (eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi) berubah menjadi pendekatan saintifik 5 M (mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan). Sesuai
dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses menyatakan bahwa proses pembelajaran menggunakan
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata
pelajaran.
Selain mengalami perubahan pada kegiatan pembelajarannya, sistem
autentik merupakan penilaian yang berpusat pada peserta didik. Penilaian
tersebut mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan.
Ketiga penilaian tersebut tercermin dalam Kompetensi Inti (KI). KI I berkaitan
dengan sikap keagamaan, KI II berkaitan dengan sikap sosial, KI III berkaitan
dengan pengetahuan, dan KI IV berkaitan dengan keterampilan.
Masing-masing KI kemudian dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD).
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib di setiap
jenjang sekolah formal, SD/ MI, SMP/ MTs, dan SMA/ MA/ SMK. Tarigan
(2008: 1) membagi empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Di sekolah, keempat komponen keterampilan tersebut
saling terkait satu sama lain. Hal tersebut bertujuan agar siswa terampil dalam
berbahasa. Baik berbahasa secara lisan maupun tulis. Pembelajaran
keterampilan berbahasa merupakan bekal yang harus didapatkan oleh para
siswa secara imbang untuk terjun ke masyarakat yang lebih luas.
Kurikulum 2013 merupakan pembelajaran berbasis teks. Revisi
Kurikulum 2013 pada tahun 2016 mengalami perubahan yang signifikan,
terutama pada ruang lingkup materi. Pada tingkat SMP/MTs kelas VII terdapat
delapan jenis teks yang harus dipelajari dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia, yaitu (1) teks deskripsi, (2) teks narasi (cerita fantasi), (3) teks
prosedur, (4) teks laporan observasi, (5) teks puisi rakyat, (6) teks cerita rakyat,
(7) teks surat, dan (8) teks literasi. Perubahan yang terjadi pada ruang lingkup
Selain itu, revisi Kurikulum 2013 terbaru juga berdampak pada penilaian dan
perubahan model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas VII.
SMP Negeri 8 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah yang telah
menggunakan Kurikulum 2013 revisi terbaru, yaitu revisi tahun 2016. Banyak
prestasi yang telah diraih oleh sekolah tersebut, baik dalam bidang sains,
bahasa, olah raga, dan tartil. Selain itu, pada Tahun Ajaran 2015/2016 SMP
Negeri 8 Yogyakarta memperoleh nilai Ujian Nasional (UN) SMP tertinggi di
DIY dengan jumlah nilai 363,71 dari 313 siswa yang mengikuti UN.
Berdasarkan revisi Kurikulum 2013, cerita fantasi termasuk salah satu
bentuk dari teks narasi pada pelajaran bahasa Indonesia di kelas VII. Dalam
cerita fantasi terdapat keajaiban atau keanehan atau kemisteriusan yang tidak
ditemui dalam dunia nyata. Dunia fantasi atau dunia khayal yang dimiliki oleh
siswa satu dengan siswa lain jelas berbeda, terutama untuk siswa kelas VII,
sehingga guru perlu memahami karakter siswa. Usia siswa kelas VII
merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju remaja atau sering disebut
dengan masa pubertas. Menurut Hurlock (Istiwidayanti dan Soedjarwo, 1980:
184) pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak
berubah menjadi makhluk seksual. Oleh karena itu, penelitian ini perlu
dilakukan guna mengetahui bagaimana cara guru dalam mengajarkan tentang
teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta dilihat dari
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut.
1. Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ke Kurikulum
2013 berpengaruh pada proses pembelajaran.
2. Revisi Kurikulum 2013 pada tahun 2016 mengalami perubahan yang
signifikan.
3. Perubahan pada ruang lingkup materi untuk kelas VII secara otomatis
berpengaruh pada metode dan media pembelajaran.
4. Perubahan model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas
VII.
5. Dunia fantasi atau dunia khayal yang dimiliki oleh siswa satu dengan siswa
lain berbeda.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ditemukan, kemudian dibuat
batasan masalah agar pembahasan lebih fokus. Berikut adalah masalah yang
akan diteliti.
1. Perencanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8
Yogyakarta.
2. Pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8
3. Penilaian pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8
Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F
SMP Negeri 8 Yogyakarta?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F
SMP Negeri 8 Yogyakarta?
3. Bagaimana penilaian pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F SMP
Negeri 8 Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII
F SMP Negeri 8 Yogyakarta.
2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII
F SMP Negeri 8 Yogyakarta.
3. Mendeskripsikan penilaian pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara praktis sebagai acuan
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang bersangkutan. Selain itu juga
sebagai pedoman bagi guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya
pembelajaran teks cerita fantasi.
G. Batasan Istilah
Berdasarkan alasan pemilihan judul, untuk menjaga agar tidak terjadi
salah penafsiran istlah maka perlu ada batasan istilah seperti berikut.
1. Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara siswa
dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah
yang lebih baik.
2. Teks Cerita Fantasi
Cerita fantasi adalah salah satu jenis teks narasi. Narasi merupakan cerita
fiksi yang berisi perkembangan kejadian atau peristiwa. Dalam cerita
fantasi terdapat keajaiban atau keanehan atau kemisteriusan yang tidak
ditemui dalam dunia nyata.
3. Komponen Pembelajaran
Komponen pembelajaran adalah bagian dari pembelajaran yang saling
terkait satu sama lain. Komponen tersebut meliputi guru, siswa, tujuan
pembelajaran, metode pembelajaran, materi pembelajaran, media
8
KAJIAN TEORI
A. Teks Cerita Fantasi
Cerita fantasi adalah salah satu jenis teks narasi. Narasi merupakan
cerita fiksi yang berisi perkembangan kejadian atau peristiwa. Nurgiyantoro
(2012: 2) menjelaskan bahwa istilah fiksi sering dipergunakan dalam
pertentangannya dengan realitas sehingga kebenarannya dapat dibuktikan
dengan data empiris. Fiksi bergenre fantasi merupakan dunia khayal atau
imajinatif yang diciptakan oleh penulis. Tokoh, peristiwa, dan latar yang
digunakan juga bersifat imajinatif. Pada cerita fantasi hal yang tidak mungkin
dijadikan biasa.
Adapun ciri-ciri umum teks cerita fantasi dapat diketahui melalui ide
cerita, latar, tokoh unik, sifat, dan bahasa. Ide cerita pada cerita fantasi tidak
dibatasi pada realitas atau kehidupan nyata. Ide cerita terbuka pada daya khayal
penulis. Latar yang digunakan pun lintas ruang dan waktu. Tokoh dalam cerita
fantasi biasanya memiliki kesaktian, watak, dan ciri unik yang tidak ada dalam
kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan pun variatif, ekspresif, dan
bukan bahasa formal (Harsiati, Agus, dan Kosasih, 2016: 51-52).
1. Unsur Intrinsik Teks Cerita Fantasi
Dalam sebuah karya harus terdapat unsur-unsur yang membangun
ektrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang terdapat di dalam sebuah
cerita dan menjadi bagian untuk membentuk suatu cerita. Sedangkan unsur
ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar cerita tetapi memiliki pengaruh
terhadap suatu cerita.
Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam teks cerita fantasi di
antaranya sebagai berikut.
a. Tema
Sayuti (2000: 187) mengemukakan bahwa tema merupakan
makna dari sebuah cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita. Sama halnya
dengan Stanton dan Keny (dalam Nurgiyantoro, 2012: 67) yang
mendefinisikan bahwa tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah
cerita. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah
karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis
dan menyangkut persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan
(Hartoko dan Rahmanto dalam Nurgiyantoro, 2012: 68). Pada cerita
fantasi biasanya tema yang digunakan bersifat fantasi,berhubungan
dengan magic, supernaatural atau futuristik.
b. Judul
Judul adalah hal pertama yang dibaca oleh pembaca fiksi. Judul
merupakan elemen lapisan luar suatu fiksi dan menjadi sebuah elemen
yang paling mudah dikenali oleh pembaca. Artinya, judul dari suatu
karya bertalian erat dengan elemen-elemen yang membangun fiksi dari
c. Tokoh dan penokohan
Nurgiyantoro (2012: 165) menjelaskan bahwa istilah “tokoh”
menunjuk pada pelaku cerita. Berdasarkan keterlibatan dalam
keseluruhan cerita, tokoh dibedakan menjadi tokoh sentral (tokoh utama)
dan tokoh periferal (tambahan). Sedangkan berdasarkan perwatakannya,
tokoh dibedakan menjadi tokoh sederhana (simple atau flat character)
dan tokoh kompleks atau bulat (complex atau round character).
d. Alur atau plot
Alur cerita adalah urutan peristiwa dalam suatu cerita yang
dialami oleh tokoh. Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2012: 113)
mengemukakan bahwa plot merupakan peristiwa-peristiwa yang
ditampilkan dalam cerita yang sifatnya tidak sederhana, karena
menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat.
e. Latar
Menurut Sayuti (2000: 126), latar atau setting merupakan elemen
fiksi yang menunjukkan waktu dan tempat kejadian-kejadian dalam
cerita berlangsung. Ada juga yang menyebut latar sebagai landas tumpu,
lingkungan tempat, waktu, dan lingkungan sosial di mana peristiwa
terjadi (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2012: 216; Sayuti, 2000: 126).
Nurgiyantoro (2012: 227, 230, 233) membagi latar atau setting
menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial budaya.
Latar tempat berhubungan dengan lokasi atau tempat suatu peristiwa
sosial budaya berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat di suatu
tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Pada teks cerita fantasi, latar
cerita dibedakan menjadi tiga kategori yaitu latar lintas wktu masa
lampau, latar waktu sezaman, dan latar lintas waktu futuristik (masa yang
akan datang).
f. Sudut pandang
Sudut pandang merupakan cara pandang pengarang dalam
mengisahkan sebuah cerita. Sayuti (2000: 159) membedakan sudut
pandang menjadi dua kelompok, yaitu sudut pandang orang pertama
(akuan) dan sudut pandang orang ketiga (diaan). Lazimnya sudut
pandang yang digunakan oleh pengarang dibagi menjadi empat jenis,
yakni:
1) Sudut pandang first person-central atau akuan sertaan
Dalam sudut pandang first person-central, tokoh utama cerita adalah
pengarang yang secara langsung terlibat di dalam cerita. Biasanya kata ganti yang digunakan adalah ‘aku’.
2) Sudut pandang first person peripheral atau akuan tak sertaan
Tokoh ‘aku’ biasanya hanya sebagai pengantar tokoh lain. Pada
umumnya tokoh tersebut hanya muncul pada bagian awal dan akhir
3) Sudut pandang third person-omniscient atau diaan maha tahu
Pada sudut pandang third person-omniscient, pengarang berada di luar
ceriita dan biasanya hanya menjadi pengamat yang maha tahu, bahkan
mempu berdialog langsung dengan pembaca.
4) Sudut pandang third person limited atau diaan terbatas.
Pengarang hanya menceritakan apa yang dialami oleh tokoh yang
dijadikan sebagai tumpuan cerita. Pengarang memergunakan orang
ketiga sebagai pencerita yang hak berceritanya terbatas.
g. Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca atau pendengar. Amanat berkaitan dengan
nilai-nilai kehidupan yang dapat disimpulkan dari isi cerita.
2. Struktur Teks Cerita Fantasi
Sesuai dengan buku cetak pegangan siswa kurikulum 2013 revisi,
struktur teks cerita fantasi di antaranya terdiri dari orientasi, komplikasi,
resolusi. Orientasi merupakan pengenalan pada bagian awal cerita yang
biasanya berisi tentang pengenalan tokoh, waktu, dan tempat. Komplikasi
merupakan bagian di mana permasalahan-permasalahan yang dihadapi
tokoh mulai bermunculan. Resolusi adalah proses penyelesaian masalah
yang dihadapi tokoh. Bagian ini biasanya terdapat pada akhir dari sebuah
3. Pembelajaran Teks Cerita Fantasi
Mulyasa (2008: 255) menyatakan bahwa pembelajaran pada
hakikatnya merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya,
sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Sedangkan
menurut Kurniawan (2014: 1) pembelajaran merupakan proses aktivitas
yang dilakukan oleh guru dalam mengondisikan siswa untuk belajar.
Sehingga dalam pembelajaran, guru harus mampu mengondisikan siswa
untuk aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran bukan berarti penyeragaman dan penertiban belajar,
tetapi pengondisian anak-anak untuk aktif dan kreatif dalam belajar. Guru
harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif dan penuh
penghargaan, penyampaian materi jelas dan mudah diterima oleh siswa,
selalu memberikan motivasi agar siswa tetap bersemangat, menghormati
serta menghargai keaktifan dan kekreatifan siswa.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum yang
menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi menjadi meningkat, baik dalam sikap, pengetahuan, dan
keterampilan, sehingga kegiatan pembelajaran perlu menggunakan lima
prinsip, di antaranya (a) berpusat pada peserta didik, (b) mengembangkan
kreativitas peserta didik, (c) menciptakan kondisi menyenangkan dan
(e) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan
berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,
kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Teks cerita fantasi merupakan teks baru yang terdapat dalam
Kurikulum 2013 revisi terbaru. Teks tersebut merupakan salah satu bentuk
teks narasi. Tokoh, peristiwa, dan latar yang digunakan juga bersifat
imajinatif atau khayalan. Pada cerita fantasi hal yang tidak mungkin
dijadikan biasa.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun
2013 tentang Implementasi Kurikulum menyatakan bahwa proses
pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yaitu mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengomunikasikan. Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci
dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tabel berikut:
LANGKAH Tabel 1: Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan
B. Komponen Pembelajaran 1. Guru
Guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan
siswa. Guru memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas dan
kuantitas pengajaran di kelas. Kurniawan (2014: 5-6) menjelaskan bahwa
guru tidak boleh segan untuk melakukan penilaian terhadap diri sendiri.
Guru juga harus mengetahui kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada
dirinya. Sehingga tidak dengan serta merta guru menganggap sepenuhnya
kesalahan siswa ketika apa yang telah disampaikan guru tidak dipahami oleh
siswa. Untuk itu perlu adanya evaluasi yang berasal dari rekan sesama guru,
kepala sekolah, orang tua siswa, dan siswa itu sendiri. Hal tersebut
dilakukan untuk pembelajaran yang lebih baik.
Menurut Sanjaya (2011: 21-33) peran guru dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Guru sebagai Sumber Belajar
Peran guru sebagai sumber belajar tidak dapat dpisahkan dengan
penguasaan materi. Dalam pembelajaran guru diharuskan untuk
menguasai materi pembelajaran sehingga dapat berperan sebagai
sumber belajar bagi siswa.
b. Guru sebagai Fasilitator
Sesuai dengan perannya sebagai fasilitator, guru dituntut untuk
memberikan fasilitas atau kemudahan bagi siswa dalam kegiatan
c. Guru sebagai Pengelola
Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar
tetap kondusif dan nyaman. Sesuai dengan peran guru sebagai
pengelola pembelajaran ada dua kegiatan yang dilakukan oleh guru,
yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagi sumber
belajar.
d. Guru sebagai Demonstrator
Peran guru sebagai demonstrator adalah menunjukkan kepada siswa
segala sesuatu yang dapat membuat siswa mengerti dan memahami
peasan yang disamaikan oleh guru.
e. Guru sebagai Pembimbing
Guru membimbing siswa agar pelaksanaan pembelajaran berjalan
dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini guru
juga dituntut untuk memahami karakter siswa.
f. Guru sebagai Motivator
Guru dituntut untuk kreatif dalam membangkitkan semangat belajar
siswa. Meciptakan suasana belajar yang nyaman sehingga siswa
mampu bersaing dan bersemangat untuk belajar.
g. Guru sebagai Evaluator
Peran guru sebagai evalutor adalah mengevaluasi kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Sesuai atau tidaknya kegiatan
2. Siswa
Menurut Kurniawan (2014: 7) siswa merupakan individu yang akan
diberi materi dalam pembelajaran. Karakteristik siswa menjadi hal penting
yang harus diperhatikan oleh guru. Untuk mengetahui karakteristik siswa
dapat diidentifikasi berdasarkan tiga aspek, yaitu usia perkembangan siswa,
sifat personal siswa, dan potensi yang terkait dengan akademik siswa.
Usia perkembangan siswa perlu diperhatikan oleh guru. Hal tersebut
berhubungan dengan siswa baik dalam kemampuan bahasa, intelektual,
sosial, moral, dan sebagainya. Mengenali sifat personal siswa juga sangat
penting untuk melakukan pendekatan secara intens sebagai bentuk
pengondisian anak dalam belajar. Guru tidak boleh memukul rata
kemampuan siswa satu dengan yang lain. Oleh karena itu guru juga harus
mengenali potensi yang terkait dengan kemampuan akademik siswa.
3. Tujuan Pembelajaran
Kurniawan (2014: 14) menyatakan bahwa setiap pembelajaran yang
dilakukan harus mempunyai tujuan, baik tujuan instruksional yang telah
ditentukan atau pun tujuan tambahan. Pembelajaran dinyatakan berhasil
apabila siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Sanjaya
(2011: 63) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran merupakan pengikat
segala aktivitas guru dan siswa.
Sanjaya (2011: 64) mengemukakan beberapa alasan bahwa tujuan
yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan proses
pembelajaran. Kedua, tujuan pembelajaran digunakan sebagai pedoman dan
panduan siswa. Ketiga, dapat membantu dalam merancang sistem
pembelajaran. Keempat, tujuan pembelajaran dapat dijadikan sebagai kontrol
dalam menentukan batas dan kualitas pembelajaran.
Adapun tujuan dari pembelajaran terdalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru sebelum mengajarkan
materi pembelajaran. RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap
muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus
untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar (KD) (Permendikbud No. 22 Tahun 2016).
4. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam
sebuah proses pembelajaran. Arifin (2012: 24) mengungkapkan bahwa materi
adalah isi kurikulum yang berupa topik atau pokok bahasan dan perincian
dalam setiap mata pelajaran. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat
Sudjana (1998: 10) bahwa materi pembelajaran merupakan uraian atau pokok
bahasan, yakni penjelasan lebih lanjut makna dari setiap konsep yang ada
dalam pokok bahasan.
Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 219) mengemukakan bahwa
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikna dalam memilih materi
kurikulum sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional, (b)
materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan dan
perkembangan peserta didik, (c) materi pelajaran hendaknya terorganisasi
secara sistemik dan berkesinambungan, dan (d) materi pelajaran hendaknya
mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.
5. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Sudjana (1998: 76) menyatakan bahwa
metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saaat berlangsungnya pengajaran. Sama halnya
Uno (2007: 2) yang mendefinisikan metode pembelajaran sebagai cara yang
digunakan guru sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sedangkan, Sunarti dan Subana (2011: 20) menyatakan bahwa metode
pembelajaran merupakan rencana penyajian secara menyeluruh dengan
urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam
mengimplementasikan tujuan pembelajaran. Salah satu peran guru adalah
sebagai sumber belajar siswa. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu
mengenali kondisi siswa di kelas sehingga dapat menggunakan metode
Sudjana (1998: 78-89) mengemukakan beberapa metode
pembelajaran, antara lain (a) metode ceramah, (b) metode tanya jawab, (c)
metode diskusi, (d) metode tugas belajar dan resistasi, (e) metode kerja
kelompok, (f) metode demonstrasi dan eksperimen, (g) metode sosiodrama,
(h) metode problem solving (pemecah masalah), (i) metode sistem regu (team
teaching), (j) metode latihan, (k) metode karya wisata, (l) metode resource
person, (m) survei masyarakat, dan (n) simulasi.
6. Media Pembelajaran
Soeparno (1988: 1) menyatakan bahwa media adalah alat yang
digunakan sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan pesan (massage)
atau informasi dari suatu sumber (resource) pada penerima (receiver). Lain
halnya dengan Arsyad (1996: 3) yang mengemukakan bahwa media sebagai
alat-alat grafis, photografis, atau elektronis yang berfungsi untuk menangkap,
meproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Berdasarkan
beberapa pendapat tersebut media dapat diartikan sebagai sebuah perantara
untuk menyalurkan informasi pada siswa.
Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, media
pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Media cetak, seperti buku teks, majalah, modul, dan lain sebagainya.
b. Media pandang nonproyeksi, seperti papan tulis, papan tali, papan selip,
c. Media pandang proyeksi, seperti LCD, Proyektor, slide bisu, dan lain
sebagainya.
d. Media dengar, seperti radio, rekaman, pembacaan cerita secara langsung
dan tidak langsung, dan lain sebagainya.
e. Media pandang dengar, seperti film, video, dan lain sebagainya.
f. Media permainan dan simulasi, seperti bermain peran, mengarang, dan
lain sebagainya.
Adapun Sanjaya (2011: 165) mengemukakan bahwa media
pembelajaran mempunyai tiga fungsi, yaitu (a) menangkap suatu objek atau
peristiwa-peristiwa tertentu, (b) memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek
tertentu, dan (c) menambah gairah dan motivasi siswa.
7. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi dalam pembelajaran mengacu pada tujuan dan kompetensi
yang telah ditetapkan. Evaluasi pembelajaran merupakan yang menentukan
kondisi, keputusan di mana suatu tujuan dapat dicapai (Sukardi, 2011: 1).
Sejalan dengan Nurgiyantoro (2011: 6) yang menyatakan bahwa penilaian
digunakan sebagai suatu proses mengukur kadar pencapaian tujuan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, evaluasi pembelajaran diartikan
sebagai usaha yang dijadikan acuan oleh seorang guru untuk mengetahui
berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar.
Ada tiga istilah yang sering digunakan yaitu penilaian, pengukuran,
penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui apakah keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang ditentukan, pengukuran adalah bagian atau alat penilaian yang selalu nerhubungan dengan data-data kuantitatif, seperti skor dari siswa, dan tes adalah cara untuk mendapatkan informasi tentang siswa.
Evaluasi tidak selalu dilakukan di akhir pembelajaran. Evaluasi juga
dapat dilakukan sebelum pembelajaran dan pada saat pembelajaran (selama
pembelajaran). Adapun ranah penilaian yang melekat pada diri siswa, yaitu
ranah proses berpikir (kognitif), ranah sikap (afektif), dan ranah keterampilan
(psikomotorik). Tiga ranah tersebut yang menjadi sasaran dalam setiap
evalausi hasil belajar.
Hal tersebut sesuai dengan Permendikbud No. 023 Tahun 2016
tentang Standar Penilaian telah menjelaskan pada BAB II pasal 3 ayat 1
bahwa penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian ketiga aspek tersebut juga sesuai dengan Permendikbud No. 023
Tahun 2016 tentang Standar Penilaian BAB VI Pasal 9 ayat 1 poin (b)
penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik
penilaian lain yang relevan, dan pelaporannya menjadi tanggungjawab wali
kelas atau guru kelas; (c) penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes
tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai; dan
(d) Penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek,
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Iis
Apriyatin Nupus (2016) yang berjudul Pembelajaran Teks Ulasan Film dan
Drama pada Kurikilum 2013 bagi Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Yogyakarta.
Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Iis Apriyatin Nupus adalah
sama-sama membahas mengenai pembelajaran bahasa Indonesia yang terdapat
dalam kurikulum 2013 dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Selain itu,
persamaan terdapat pada teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu
observasi, wawancara, dan analisis dokumen.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Iis
Apriyatin Nupus yakni, penelitian Iis Apriyanti Nupus mendeskripsikan
mengenai pelaksanaan pembelajaran teks ulasan. Sedangkan penelitian ini
bermaksud untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi.
Penelitian ini juga mempunyai persamaan dengan penelitian Daryati
(2013) yang berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Kelas VII SMP Negeri 2 Gombong, Kabupaten Kebumen. Persamaan antara
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Daryati adalah sama-sama
menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Selain itu, Daryati juga
menggunakan observasi, wawancara, dan analisis dokumen sebagai teknik
pengumpulan data.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilkukan Daryati
terdapat pada kurikulum yang digunakan. Penelitian Daryati mendeskripsikan
Satuan Pendidikan (KTSP). Sedangkan penelitian ini bermaksud untuk
mendeskripsikan pembelajaran menulis teks cerita fantasi yang terdapat dalam
26
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian “Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas
VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta” adalah kualitatif deskriptif. Data dalam
penelitian tersebut berupa deskripsi mengenai pelaksanaan pembelajaran teks
cerita fantasi. Data yang dihasilkan dari penelitian kualitatif berupa data
deskriptif verbal yang berwujud kata-kata.
B.Subjek Penelitian
Subjek penelitian “Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di
Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta” adalah guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta, Bapak Puji Isyantana, S.Pd.
C.Setting Penelitian
Setting penelitian ini adalah kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan di satu kelas karena beberapa faktor, di antaranya (1)
mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII yang diampu oleh guru lain,
khususnya teks cerita fantasi, telah diajarkan oleh mahasiswa PPL, (2) RPP teks
cerita fantasi yang digunakan oleh Bapak Puji Isyantana di kelas VII F dan kelas
Pengamatan penelitian ini dilakukan di dalam dan di luar kelas.
Pengamatan di dalam kelas digunakan untuk mencari data selama pelakasanaan
pembelajaran teks cerita fantasi. Sedangkan pengamatan di luar kelas digunakan
untuk mencari informasi yang tidak didapatkan saat pengamatan di dalam kelas,
seperti melakukan wawancara terhadap guru.
D.Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
1. Observasi
Observasi difokuskan pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang
dilakukan oleh guru dan siswa pada pembelajaran teks cerita fantasi mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Peneliti melakukan penelitian dengan hati-hati
dan secara cermat selama kegiatan KBM tersebut.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperkuat informasi dan kondisi yang ditemukan saat pengamatan. Pelaksanaan wawancara dalam bentuk “semi
structured” yang menggabungkan antara wawancara terstruktur dan tidak
terstruktur. Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat pedoman
wawancara atau daftar pertanyaan. Adapun pertanyaan yang diajukan seputar
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
yang dianalisis adalah dokumen resmi seperti silabus, RPP, dan hasil catatan
pembelajaran. Analisis dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara agar data yang diperoleh semakin akurat.
E.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian “Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di
Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta” adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai
human instrument menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai
sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis
data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan dari hasil penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam mengambil data berupa lembar observasi,
panduan wawancara.
F. Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis induktif
dengan tiga tahap, yaitu perbandingan antardata, kategorisasi, dan penyajian
data.
1. Perbandingan antardata, pada tahap ini hasil dari observasi, wawancara, dan
dokumentasi dibandingkan dan dikelompokkan dengan data sejenis atau
2. Kategorisasi, pada tahap ini satuan yang sudah diidentifikasi kemudian dibaca
dan diteliti/ ditelaah sehingga ditemukan data yang memiliki kategori sama.
3. Penyajian data, pada tahap ini hasil pengelompokan dan kategorisasi
dilanjutkan dengan interpretasi data kemudian disajikan dalam tabel.
G.Triangulasi Data
Cara yang dilakukan oleh peneliti adalah ketekunan pengamatan dan
triangulasi. Dalam ketekunan pengamatan, peneliti melakukan pengamatan
dengan teliti dan rinci terhadap faktor-faktor yang menonjol secara
berkesinambungan. Cara tersebut didukung dengan menggunakan cara
triangulasi. Triangulasi dicapai dengan membandingkan data hasil pengamatan
dan data hasil wawancara. Hasil pengamatan dan wawancara selanjutnya
30
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran teks
cerita fantasi di kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta pada semester gasal Tahun
Ajaran 2016/2017. Pembelajaran teks cerita fantasi kelas VII F dalam penelitian ini
terdiri dari dua Kompetensi Dasar (KD) tentang pengetahuan dan dua KD tentang
keterampilan, yaitu KD 3.3 mengidentifikasi unsur-unsur teks narasi (cerita fantasi)
yang dibaca dan didengar, KD 4.3 menceritakan kembali isi teks narasi (cerita
fantasi) yang didengar dan dibaca, KD 3.4 menelaah struktur dan kebahasaan teks
narasi (cerita fantasi) yang dibaca dan didengar, serta KD 4.4 menyajikan gagasan
kreatif dalam bentuk cerita fantasi secara lisan dan tulis dengan memerhatikan
struktur dan penggunaan bahasa. Adapun yang mejadi fokus utama dalam
penelitian ini yaitu (1) perencanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F,
(2) pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F, dan (3) penilaian
pembelajaran teks cerita fantasi di kelas VII F. Berikut deskripsi hasil penelitian
dan pembahasan mengenai pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi di kelas
VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta pada semester gasal Tahun Ajaran 2016/2017.
A. Hasil Penelitian
Bagian hasil penelitian mendeskripsikan beberapa hal yang sudah
ditetapkan dalam rumusan masalah yaitu perencanaan pembelajaran,
pembelajaran meliputi materi, metode, dan media pembelajaran. Pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah data ganda melalui pengamatan, wawancara,
dan dokumentasi. Oleh karena itu, hasil penelitian ini akan disajikan secara
langsung bersamaan.
1. Perencanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta
Berdasarkan Kurikulum 2013 revisi 2016, guru merencanakan
pembelajaran teks cerita fantasi dengan membuat RPP dan mangacu pada
silabus. RPP yang digunakan guru dalam pembelajaran teks cerita fantasi
masih berdasar pada model RPP sebelumnya, yakni dengan model RPP
Kurikulum 2013 yang lama. RPP teks cerita fantasi dirancang untuk 12
pertemuan. Adapun struktur RPP teks cerita fantasi meliputi identitas RPP,
Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Indikator Pencapaian
Kompetensi, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode
Pembelajaran, Media dan Alat Pembelajaran, Sumber Belajar,
Langkah-langkah Pembelajaran, dan Penilaian Hasil Belajar.
Langkah-langkah pembelajaran dibagi menjadi tiga, yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan
berisi salam pembuka, menyanyikan mars, hymne, dan satu lagu nasional,
menyampaikan tujuan pembelajaran, serta penyampaian motivasi.
Kegiatan inti memuat kegiatan 5 M dalam pembelajaran teks cerita fantasi.
Kegiatan penutup berisi refleksi dari pembelajaran yang telah dilakukan,
Pada bagian akhir RPP, guru melampirkan naskah cerita fantasi
yang berjudul Manusia Kue Jahe. Dalam pelaksanaannya, guru
menggunakan lebih dari satu naskah dalam pembelajaran cerita fantasi.
Akan tetapi, naskah Manusia Kue Jahe yang dilampirkan dalam RPP tidak
digunakan. Sebagian besar naskah-naskah yang digunakan terdapat dalam
buku bahasa Indonesia pegangan siswa, seperti Kekuatan Ekor Biru
Nagata, Ruang Dimensi Alpha, Berlian Tiga Warna, dan Belajar dengan
Gajah Mada.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta
Pembelajaran teks cerita fantasi direncanakan dalam 12 pertemuan.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran teks cerita fantasi dilaksanakan
lebih dari 12 pertemuan. Berikut merupakan deskripsi pelaksanaan
pembelajaran teks cerita fantasi yang meliputi materi, media, dan metode
pembelajaran.
a. Materi Pembelajaran Teks Cerita Fantasi
Guru menyampaikan materi pembelajaran tentang teks cerita
fantasi dari pertemuan pertama sampai keenam, di antaranya unsur
pembangun cerita fantasi, jenis cerita fantasi, struktur cerita fantasi,
menyimpulkan karakteristik bagian-bagian struktur cerita fantasi, unsur
Pertemuan Ke-
Materi Pembelajaran Sumber Belajar
1 - -
2 Jenis cerita fantasi Buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia, cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi) 3 Jenis cerita fantasi dan
unsur intrinsik
Buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia, cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi) 4 Unsur intrinsik dan
struktur cerita fantasi
Buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia, cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi)
5 Menyimpulkan
karakteristik bagian-bagian pada struktur cerita fantasi
Buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia, cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi) 6 Unsur kebahasaan dan
cara menyajikan cerita fantasi
Buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia, cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi) 7 Guru hanya mengulas
beberapa materi yang telah disampaikan
Buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia, cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi) Tabel 2. Materi Pembelajaran Teks Cerita Fantasi 1) Materi Pembelajaran Pertemuan Pertama
Peneliti belum bisa melakukan penelitian pembelajaran teks
cerita fantasi pada pertemuan pertama karena masih terkendala
surat izin penelitian. Akan tetapi, berdasarkan informasi yang
diperoleh dari informan (guru), materi yang disampaikan pada
dengan indikator ketercapaian 4.3.1 menyimpulkan tokoh dan latar
cerita fantasi.
2) Materi Pembelajaran Pertemuan Kedua
Materi yang disampaikan pada pertemuan kedua adalah
jenis cerita fantasi. Materi tersebut berdasar pada KD 3.3 dengan
indikator ketercapaian 3.3.2 menentukan jenis cerita fantasi dan
menunjukkan bukti pada teks yang dibaca/ didengar. Adapun
tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa dapat menentukan jenis cerita
fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang dibaca/ didengar.
Sebelum guru menyampaikan materi tentang jenis cerita
fantasi, para siswa melakukan presentasi tentang video cerita
fantasi. Para siswa melakukan presentasi secara berkelompok
untuk menampilkan video cerita fantasi dan menjelaskan ringkasan
cerita dari isi video tersebut. Setiap kelompok menampilkan video
secara bergantian dan setelah masing-masing kelompok melakukan
presentasi, guru memberikan koreksi dan masukan.
Guru menyampaikan materi tentang jenis cerita fantasi
secara singkat sebelum jam pelajaran berakhir. Guru menjelaskan
secara singkat jenis cerita fantasi irisan atau total, sezaman atau
lintas waktu, sehingga para siswa dapat menyimpulkan jenis video
digunakan oleh guru adalah buku pegangan siswa dengan judul
Bahasa Indonesia cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi).
3) Materi Pembelajaran Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan ketiga guru masih menyampaikan materi
yang sama, yaitu tentang jenis cerita fantasi. Guru menjelaskan
secara rinci tentang jenis cerita fantasi disertai dengan contoh. Hal
tersebut membuat para siswa lebih mudah untuk memahami
tentang jenis cerita fantasi.
Setelah menjelaskan tentang jenis cerita fantasi, guru
menjelaskan tentang unsur intrinsik. Materi pada pertemuan ketiga
sesuai dengan KD 3.3 dan KD 4.3. Adapun indikator yang hendak
dicapai dari pembelajaran kali ini yaitu (a) 3.3.1 menjelaskan ciri
tokoh, latar, alur, dan tema pada cerita fantasi dan menunjukkan
buktinya pada teks yang dibaca/ didengar, (b) 4.3.2 menyimpulkan
cerita fantasi.
Guru mengingatkan kepada para siswa bahwa materi
tentang unsur intrinsik sudah pernah mereka pelajari pada
pembelajaran teks deskripsi. Guru memacu ingatan dan
pemahaman para siswa tentang unsur intrinsik dengan memberikan
beberapa pertanyaan seputar unsur intrinsik. Guru kemudian
menjelaskan kembali mulai dari tema, penokohan, perwatakan,
Setelah itu, guru meminta para siswa membetuk kelompok.
Setiap kelompok mencari unsur intrinsik yang terdapat dalam salah
satu naskah cerita fantasi, yaitu Kekuatan Ekor Biru Nagata atau
Berlian Tiga Warna. Sumber belajar yang digunakan oleh guru
adalah buku pegangan siswa dengan judul Bahasa Indonesia
cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi).
4) Materi Pembelajaran Pertemuan Keempat
Materi yang disampaikan pada pertemuan keempat adalah
struktur cerita. Materi tersebut berdasar pada KD 3.4 dengan
indikator ketercapaian 3.4.1 merinci struktur cerita fantasi. Adapun
tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa dapat merinci struktur cerita
fantasi dengan baik. Sebelum menyampaikan materi tentang
struktur cerita fantasi, para siswa memaparkan hasil diskusi
kelompok mereka tentang unsur intrinsik yang terdapat dalam
naskah cerita fantasi.
Guru meminta beberapa siswa untuk membaca naskah cerita fantasi “Belajar dengan Gajah Mada” secara bergantian.
Kemudian guru menjelaskan tentang struktur cerita fantasi, yaitu
orientasi, komplikasi, dan resolusi disertai dengan contoh. Guru
menjelaskan bahwa orientasi merupakan pengenalan tokoh, latar,
dan watak tokoh. Guru juga menjelaskan bahwa komplikasi
terjadinya klimaks atau puncak pemasalahan dalam cerita. Setelah
itu guru menjelaskan tentang resolusi yang merupakan
penyelesaian masalah dalam cerita.
Kemudian guru menunjuk siswa secara acak untuk
membaca materi variasi pengungkapan struktur cerita fantasi.
Sebelum melanjutkan materi, guru terlebih dahulu menjelaskan
mengenai alur cerita. Kemudian guru kembali menunjuk siswa
secara acak untuk membaca materi selanjutnya, yaitu ragam alur
dan telaah teks cerita dari segi strukturnya. Sumber belajar yang
digunakan oleh guru adalah buku pegangan siswa dengan judul
Bahasa Indonesia cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi).
5) Materi Pembelajaran Pertemuan Kelima
Materi yang disampaikan pada pertemuan kelima adalah
menyimpulkan kaarakteristik bagian-bagian pada struktur cerita
fantasi. Materi tersebut berdasar pada KD 3.4 dengan indikator
ketercapaian 3.4.2 menyimpulkan karakteristik bagian-bagian pada
struktur cerita fantasi (orientasi, komplikasi, dan resolusi). Adapun
tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa dapat menyimpulkan
karakteristik bagian-bagian pada struktur cerita fantasi (orientasi,
komplikasi, dan resolusi).
Pada pertemuan kali ini, para siswa akan berdiskusi secara
akan ditampilkan oleh guru. Guru menampilkan dua video cerita
fantasi secara berurutan. Guru meminta setiap kelompok untuk
mengamati video yang ditampilkan secara seksama. Kemudian
masing-masing kelompok memilih salah satu cerita dari video yang
ditampilkan. Setelah memilih salah satu cerita dari video yang
ditampilkan, masing-masing kelompok menentukan struktur dari
cerita tersebut. Setelah kedua video ditampilkan, guru meminta
masing-masing kelompok yang terdiri dari empat siswa untuk
segera mendiskusikan hasil pengamatan mereka. Sumber belajar
yang digunakan oleh guru adalah buku pegangan siswa dengan
judul Bahasa Indonesia cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi).
6) Materi Pembelajaran Pertemuan Keenam
Materi yang disampaikan pada pertemuan keenam adalah
unsur kebahasaan dan cara menyajikan cerita fantasi. Materi
tersebut berdasar pada KD 3.4 dan KD 4.4. Adapun indikator
ketercapaian pada pertemuan keenam yaitu (a) 3.4.5 mengomentari
cerita fantasi dari segi struktur dan bahasanya, (b) 4.4.1
merencanakan pengembangan cerita fantasi.
Guru menginstruksikan pada semua kelompok untuk saling
menukarkan hasil diskusi mereka pada pertemuan sebelumnya.
Setiap kelompok satu persatu maju ke depan untuk membacakan
kesempatan para siswa untuk memberikan masukan terhadap hasil
diskusi dari kelompok lain. Setelah itu guru memberikan apresiasi,
tanggapan, dan evaluasi pada kelompok yang hasil diskusinya
dibacakan.
Setelah memberikan penilaian, guru melanjutkan materi
tentang unsur kebahasaan. Guru menjelaskan mulai dari
penggunaan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang
penceritaan, penggunaan kata yang mencerap panca indera untuk
deskripsi latar, penggunaan diksi dengan makna kias dan makna
khusus, penggunaan kata sambung urutan waktu, penggunaan kata/
ungkapan keterkejutan, dan penggunaan dialog/ kalimat langsung
dalam cerita. Setelah itu guru melanjutkan materi tentang
menyajikan cerita fantasi.
Guru menunjuk siswa secara acak untuk membaca cara
menyajikan cerita fantasi. Guru memberikan penjelasan bahwa ada
dua tahapan dalam menyajikan cerita fantasi. Tahapan yang
pertama yaitu merencanakan cerita, mulai dari menemukan ide,
menggali ide cerita melalui membaca, membuat rangkaian
peristiwa, hingga pengembangan cerita. Kemudian tahapan yang
kedua yaitu menulis cerita fantasi mulai dari merencanakan,
mengembangkan produk, memberi judul yang menarik, menelaah
digunakan oleh guru adalah buku pegangan siswa dengan judul
Bahasa Indonesia cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi).
7) Materi Pembelajaran Pertemuan Ketujuh
Pada pertemuan ketujuh, guru tidak memberikan materi
baru. Guru hanya mengulas secara singkat materi-materi yang telah
disampaikan. Pertemuan pada pembelajaran kali ini digunakan
oleh guru untuk mengetahui pemahaman para siswa tentang teks
cerita fantasi. Guru memberikan ulangan dengan delapan soal esai
terkait dengan teks cerita fantasi. Sumber belajar yang digunakan
oleh guru adalah buku pegangan siswa dengan judul Bahasa
Indonesia cetakan ke-3 tahun 2016 (edisi revisi).
b. Metode Pembelajaran Teks Cerita Fantasi
Berdasarkan hasil observasi, metode yang digunakan oleh guru
dalam menyampaikan materi teks cerita fantasi meliputi ceramah, tanya
jawab, diskusi, kerja kelompok, tugas belajar, dan latihan. Berikut
deskripsi penggunaan metode pembelajaraan teks cerita fantasi.
Pertemuan Ke-
Materi Pembelajaran Metode Pembelajaran
1 - -
Pertemuan Ke-
Materi Pembelajaran Metode Pembelajaran 3 Jenis cerita fantasi dan unsur
intrinsik
5 Meyimpulkan karakteristik bagian-bagian pada struktur cerita fantasi.
7 Guru hanya mengulas beberapa materi yang telah disampaikan, karena
Ceramah dan latihan
Tabel 3. Metode Pembelajaran Teks Cerita Fantasi 1) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Pertama
Peneliti belum bisa melakukan penelitian pembelajaran teks
cerita fantasi pada pertemuan pertama karena masih terkendala
surat izin penelitian. Akan tetapi, berdasarkan informasi yang
diperoleh dari informan (guru), para siswa dibagi dalam beberapa
kelompok untuk mencari dan memresentasikan video cerita fantasi.
2) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua guru menggunakan metode ceramah
dan pembelajaran berbasis TIK. Metode tersebut digunakan untuk
mengajarkan KD 3.3 dengan indikator 3.3.2 menentukan jenis
didengar. Metode ceramah digunakan oleh guru untuk menjelaskan
tentang jenis cerita fantasi total atau irisan, sezaman atau lintas
waktu. Adapun pembelajaran berbasis TIK digunakan oleh guru
untuk memresentasikan tugas yang diberikan guru pada pertemuan
sebelumnya, yaitu menampilkan video cerita fantasi. Metode
terebut dipilih sesuai dengan materi dan kondisi siswa di kelas.
3) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Ketiga
Metode yang digunakan guru untuk mengajarkan KD 3.3
dan 4.3 yaitu metode ceramah, tanya jawab, pebugasan, diskusi,
dan kerja kelompok. Berdasarkan informasi yang diperoleh, guru
menggunakan metode pembelajaran secara situasional. Metode
ceramah digunakan oleh guru untuk menjelaskan kembali tentang
jenis cerita fantasi dan contohnya. Selain itu, metode ceramah juga
digunakan oleh guru untuk menjelaskan tentang unsur intrinsik.
Metode tanya jawab digunakan oleh guru untuk memacu ingatan
siswa tentang unsur intrinsik dengan memberikan beberapa
pertanyaan seputar unsur intrinsik. Metode penugasan, diskusi, dan
kerja kelompok dilakukan dengan memberikan tugas secara
berkelompok kepada siswa untuk menemukan unsur intrinsik pada
4) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Keempat
Guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan
tugas belajar untuk mengajarkan KD 3.4 dengan indikator
ketercapaian 3.4.1 merinci struktur cerita fantasi. Guru
menggunakan metode pembelajaran secara situasional sesuai
materi dan kodisi kelas. Metode ceramah digunakan untuk
menjelaskan pertanyaan siswa terkait materi unsur intrinsik pada
pertemuan sebelumnya, yaitu sudut pandang. Selain itu, metode
ceramah juga digunakan oleh guru untuk menjelaskan tentang
struktur cerita. Metode tanya jawab digunakan oleh guru setelah
para siswa memaparkan hasil diskusi mekera pada pertemuan
sebelumnya. Metode tugas belajar diberikan oleh guru kepada
siswa untuk membaca buku paket halaman 68-69 di rumah. Tugas
belajar tersebut terkait unsur kebahasaan yang terdapat dalam
cerita fantasi.
5) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Kelima
Guru menggunakan metode penugasan, ceramah, diskusi,
dan kerja kelompok untuk mengajarkan KD 3.4 dengan indikator
ketercapaian 3.4.2 menyimpulkan karakteristik bagian-bagian pada
struktur cerita fantasi (orientasi, komplikasi, dan resolusi).
Metode-metode tersebut digunakan secara situasional sesuai dengan materi
memberikan tugas kepada para siswa untuk mengamati video cerita
fantasi yang ditampilkan oleh guru. Metode ceramah digunakan
oleh guru untuk menjelaskan tata cara mengerjakan tugas yang
telah diberikan. Metode diskusi dan kerja kelompok diberikan
kepada siswa untuk menemukan bagian-bagian dari struktur cerita
fantasi yang ditampilkan oleh guru.
6) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Keenam
Metode yang digunakan oleh guru pada KD 3.4 dan KD 4.4
adalah metode ceramah. Metode yang digunakan oleh guru
berdasarkan situasi dan kondisi kelas. Guru menggunakan metode
ceramah untuk memberikan koreksi dan apresiasi pada
kelompok-kelompok yang telah memresentasikan hasil diskusi mereka pada
pertemuan sebelumnya. Metode ceramah juga digunakan untuk
menjelaskan tentang unsur kebahasaan dan cara menyajikan cerita
fantasi.
7) Metode Pembelajaran pada Pertemuan Ketujuh
Metode yang digunakan guru pada pertemuan ketujuh
adalah ceramah dan latihan. Metode ceramah digunakan oleh guru
untuk mengulas materi yang telah disampaikan di
pertemuan-pertemuan sebelumnya. Selain itu, metode ceramah juga
dilakasanakan. Metode latihan dilakukan dengan memberikan
delapan soal esai ulangan kepada para siswa.
c. Media Pembelajaran Teks Cerita Fantasi
Terdapat empat media yang digunakan oleh guru dalam
mengajarkan materi teks cerita fantasi, yaitu media pandang proyeksi
(LCD, proyektor, laptop), media pandang nonproyeksi (papan tulis,
spidol, dll), media cetak (buku paket), dan media audio visual (video
cerita fantasi). Berikut deskripsi penggunaan media pembelajaran teks
cerita fantasi.
Pertemuan Ke-
Materi Pembelajaran Media Pembelajaran
1 - -
2 Jenis cerita fantasi Media pandang proyeksi, pandang nonproyeksi, cetak, dan audio visual 3 Jenis cerita fantasi dan
unsur intrinsik Media cetak dan pandang nonproyeksi
4 Unsur intrinsik dan struktur cerita fantasi.
5 Meyimpulkan
karakteristik bagian-bagian pada struktur cerita fantasi.
Media pandang proyeksi, cetak, dan audio visual
6 Unsur kebahasaan dan cara menyajikan cerita fantasi.
Media cetak dan pandang nonproyeksi
7 Guru hanya mengulas beberapa materi yang telah disampaikan, karena
1) Media Pembelajaran pada Pertemuan Pertama
Peneliti belum bisa melakukan penelitian pembelajaran teks
cerita fantasi pada pertemuan pertama karena masih terkendala
surat izin penelitian.
2) Media Pembelajaran pada Pertemuan Kedua
Media yang digunakan dalam pembelajaran KD 3.3 yaitu
media pandang proyeksi, media pandang nonproyeksi, media cetak,
dan media audio visual. Media pandang proyeksi yang digunakan
antara lain LCD, proyektor, dan laptop. Media tersebut digunakan
oleh para siswa sebagai sarana memresentasikan video cerita
fantasi. Media pandang nonproyeksi yang digunakan antara lain
papan tulis dan spidol. Media tersebut digunakan oleh guru untuk
menjelaskan jenis cerita fantasi. Media cetak yang digunakan
adalah buku pegangan siswa (buku paket) sebagai sumber belajar.
Media audio visual yang digunakan adalah video-video cerita
fantasi.
3) Media Pembelajaran pada Pertemuan Ketiga dan Keempat
Selain media pandang nonproyeksi, guru juga
menggunakan media cetak pada pertemuan ketiga dan keempat.
Guru menggunakan papan tulis dan spidol untuk menjelaskan
ketiga. Guru menuliskan beberapa hal di papan tulis sehingga para
siswa paham apa yang telah disampaikan oleh guru. Pada
pertemuan keempat guru menjelaskan tentang sudut pandang dan
struktur cerita. Guru menggunakan papan tulis dan spidol untuk
menjelaskan beberapa hal sehingga para siswa dapat memahami
apa yang disampaikan oleh guru. Adapun media cetak yang
digunakan pada pertemuan ketiga dan keempat adalah buku paket
sebagai sumber belajar.
4) Media Pembelajaran pada Pertemuan Kelima
Media yang digunakan dalam pembelajaran kelima yaitu
media pandang proyeksi, media cetak, dan media audio visual.
Guru menggunakan media pandang proyeksi seperti LCD,
proyektor, dan laptop untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.
Pada pertemuan kelima guru menampilkan video-video cerita
fantasi. Adapun media cetak yang digunakan adalah buku paket
sebagai sumber belajar.
5) Media Pembelajaran pada Pertemuan Keenam dan Ketujuh
Media yang digunakan pada pertemuan keenam dan
ketujuh yaitu media pandang nonproyeksi dan media cetak. Pada
pertemuan keenam guru menggunakan papan tulis dan spidol untuk
cerita fantasi. Media tersebut menunjang dalam pembelajaran
untuk menjelaskan secara tertulis apa yang disampaikan oleh guru
sehingga para siswa lebih paham. Pada pertemuan ketujuh, media
pandang nonproyeksi digunakan oleh guru untuk menjelaskan
kembali materi yang telah disampaikan di pertemuan-pertemuan
sebelumnya. Adapun media cetak yang digunakan pada pertemuan
keenam dan ketujuh adalah buku paket sebagai sumber belajar.
3. Penilaian Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta
Penilaian dalam pembelajaran teks cerita fantasi dibagai menjadi
empat aspek, yaitu spritual, sosial (sikap), pengetahuan, dan keterampilan.
Akan tetapi penilaian dari aspek spiritual dilakukan secara tertutup.
Berdasarkan yang tercantum dalam dokumen (RPP), aspek spiritual dan
sosial dilakukan dengan melakukan observasi dan instrumen yang
digunakan adalah lembar jurnal. Dalam pelaksanaannya, penilaian aspek
spiritual dilakukan secara tertutup dan aspek sosial dilakukan oleh guru
secara tersirat. Pada saat penyampaian motivasi sebelum materi dimulai,
tersirat penilaian yang diberikan oleh guru. Hal tersebut ditangkap oleh
peneliti dari deskripsi motivasi yang diberikan oleh guru.
Penilaian pengetahuan dilaksanakan di akhir pembelajaran cerita
fantasi, yaitu pada pertemuan ketujuh. Pada pertemuan ketujuh dilakukan
tertulis berupa delapan soal esai. Penilaian keterampilan dilakukan pada
selama pembelajaran teks cerita fantasi. Penilaian keterampilan diambil
dari tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.
B. Pembahasan
1. Perencanaan Pembelajaran Teks Cerita Fantasi di Kelas VII F SMP Negeri 8 Yogyakarta
Berdasarkan Permendikbud No. 22 Tahun 2016, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran
tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari
silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam
upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Guru merencanakan
pembelajaran teks cerita fantasi dengan membuat RPP dan mangacu pada
silabus. RPP yang digunakan guru dalam pembelajaran teks cerita fantasi
masih berdasar pada model RPP sebelumnya, yakni model RPP
Kurikulum 2013 yang lama. Hal tersebut karena perubahan kurikulum
2013 untuk kelas VII dan X.
Guru membuat RPP teks cerita fantasi berdasar pada model RPP
2013 yang lama karena pelaksanaan pembelajaran teks cerita fantasi
bertepatan dengan pelatihan penyusunan RPP terbaru untuk kelas VII dari
MGMP. Pelatihan penyusunan RPP terbaru dilaksanakan selama satu
bulan. Berdasarkan informasi dari narasumber, RPP akan diperbaiki sesuai