• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak Tutur Mahasiswa Pendatang (Studi Fenomenologi Dengan Pendekatan Analisis Percakapan Mahasiswa Pendatang Dari Suku Batak Dengan Mahasiswa Suku Sunda Di Kota Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tindak Tutur Mahasiswa Pendatang (Studi Fenomenologi Dengan Pendekatan Analisis Percakapan Mahasiswa Pendatang Dari Suku Batak Dengan Mahasiswa Suku Sunda Di Kota Bandung)"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Bahasa

Analisi

Percakapan

Tindak Tutur

Komunikasi

Mahasiswa

Pendatang Suku

Batak

Mahasiswa Suku

(3)

1. Bagaimana tindak tutur komunikasi mahasiswa

pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa suku

Sunda?

Mikro

1. Bagaimana Lokusi dari tindak tutur komunikasi yang

dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan

mahasiswa suku Sunda?

2. Bagaimana Ilokusi dari tindak tutur komunikasi yang

dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan

mahasiswa suku Sunda?

(4)

Maksud penelitian

Untuk mengetahui secara detail mengenai tindak tutur

komunikasi Mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan

mahasiswa suku Sunda

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Lokusi dari tindak tutur komunikasi yang

dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan

mahasiswa suku Sunda

2. Untuk mengetahui Ilokusi dari tindak tutur komunikasi yang

dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan

mahasiswa suku Sunda

(5)

Peneliti

Sebagai bahan referensi

sebuah pengetahuan dan

pengalaman

serta

penerapan

ilmu

yang

diperoleh secara teori

Kegunaan Praktisi

Peneliti berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat

untuk pengembangan ilmu yang diperoleh peneliti selama proses

akademik, dan ilmu komunikasi secara khusus

Bagi Mahasiswa

Memberikan informasi

dan evaluasi mengenai

analisis percakapan

Akademik

Di

jadikan

sebagai

literatur

dan

referensi

tambahan

terutama

(6)

Memahami

tindak

sosial

melalui

penafsiran

yang

dilakukan

mahasiswa

suku

batak

dan

suku

sunda

untuk

mengetahui simbol

yang digunakan.

Lokusi

The act of

saying

something

Interaksi Simbolik

Interaksi ada karena

ide-ide

dasar

yang

membentuk makna yang

berasal dari mind, self,

dan society.

Tindak Tutur

Komunikasi

Sebuah

ungkapan

yang

dilakukan

mahasiswa

suku

batak

dan

suku

sunda

menggambarkan

maksut

dan

tujuannya

Ilokusi

The act of

doing

something

Analisis Percakapan

Membentuk

suatu

komunikasi

yang

menghasilkan

suatu

hubungan

antara

mahasiswa suku batak

dan suku sunda

Perlokusi

The

act

of

affecting

(7)

(Autobiografi)

Hubungan (Kontrak)

Episode

Tindak

tutur

(8)
(9)
(10)
(11)

Batak

Sunda

1

Informan

Amelia Haloho

Mahasiswa

Batak

2

Informan

Dicky jaelani

Mahasiswa

Sunda

3

Informan

Raja Situmorang

Mahasiswa

Batak

4

Informan

Yuni Ratnahningsih

Mahasiswa

Sunda

5

Informan Pendukung

Michael

Mahasiswa

Batak

6

Informan Pendukung

Markus

Mahasiswa

Batak

7

Informan Pendukung

Emmy

Mahasiswa

Batak

(12)

Pengumpulan Data

Penyeleksian Data

Reduksi Data Penarikan

Kesimpulan

(13)

yang lain, diluar data itu untuk

keperluan

pengecekan

atau

sebagai pembanding data. Teknik

data ini adalah cara terbaik

untuk

mengecek

kebenaran

dengan

cara

menghilangkan

perbedaan-perbedaan yang ada

saat mengumpulkan data

(14)

Waktu Penelitian

(15)

Lokusi

Ilokusi

Perlokusi

-Hai Mel

(greeting)

Skipsi

(isi

Dialog)

-Ntar

balik lagi

ke

sini

(Janji)

-Ya, Pasti

itu.hehe,

kita pasti

bisa

(kode)

-Ya (dada

Amel )

-Hai

Amel

(Greeting)

-Yuni

meminta Air

minum)

-penampilan

Mega

-Ya

ampun

kasihan

bangat

sih

dia,

Oh

Yaudah atuh

mel(kode)

Dadah Amel

(penutup

-

Menyapa

-Saling

Menceritaka

n Skripsi dan

dosen

pembinbing

-mengakhiri

dialog

dengan

bahasa halus

-Yuni datang

kembali

-Dialog telah

berakhir

-Menyapa

-Yuni merasa

tidak

ditawarkan.

Mengundang

Amel

menceritakan

penampilan

mega

-mengakhiri

dengan

bahasa halus

-Dialog telah

berakhir

-Kesan

yang baik.

Mencerita

kan

pengalam

an pribadi

masing-masing

-Memberi

kode dan

Mengakhi

ri

dialog

dengan

baik

Topik 1

Topik 2

Topik 1

Topik 2

-Kesan yang

baik.

-Memberikan

botol

berisi

air minum

-berempati

untuk

tidak

meniru

penampilan

Mega

-Yuni

memberi

kode

daengakhiri

dialog.

(16)

Mahasiswa pendatang dari suku Batak dapat berkomunikasi dengan

menggunakan bahasa Sunda yang populer

Mahasiswa pendatang dari Batak juga bisa menyampaikan humor dengan

menggunakan bahasa Sunda dengan logat kasar

Kalimat pembuka adalah sebagai pintu untuk membuka percakapan atau

dialog.

Terjalinnya suatu persahabatan didasari oleh intensitas interaksi dan saling

percaya.

Kalimat penutup adalah sebagai etika sopan santun untuk komunikasi

berikutnya.

(17)

LOKUSI

Kalimat pembuka diperlukan untuk memberikan kesan yang baik kepada lawan

tutur atau sebagai sopan santun untuk membuka dan melanjutkan ketahap

berikutnya yaitu isi dialog yang terkadang tidak terlalu penting dibandingkan

dengan kalimat pembuka

ILOKUSI

Kalimat pembuka disampaikan untuk menyapa, dan merupakan suatu etika

sopan santun yang bertujuan untuk mengakrabkan diri dengan lawan tutur, Amel

tidak menyadari bahwa pentingnya keramah tamahan dan Yuni pun tidak

terseinggung ketika ia tidak dijamu dengan baik.

PERLOKUSI

(18)

1.

Sebaiknya

gunakanlah

bahasa

yang

mudah

dipahami supaya memperoleh kesan yang baik

terhadap orang lain.

2.

Sebaiknya isi dialog harus lebih spesifik yang

memiliki makna agar komunikan dapat melakukan

suatu tindakan-tindakan.

(19)
(20)
(21)

Suku Sunda di Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Sidang Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh :

Widya Astuti Siagian

NIM: 41808038

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(22)
(23)

iii Oleh:

Widya Astuti Siagian Nim : 41808038

Sikripsi ini di bawah bimbingan Arie Prasetio, S.Sos,.M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengungkapkan mengenai tindak tutur komunikasi mahasiswa pendatang ditinjau dari pendakatan analisis percakapan dan mengatahui tindakan lokusi, ilokusi dan perlokusi yang dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa suku Sunda.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan studi fenomenologi dengan pendekatan analisis percakapan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara Wawancara Mendalam, Observasi/Pengamatan berperan-serta, Studi Kepustakaan, dan Internet Searching. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan informan dengan pertimbangan tertentu. Teknik analisa data yang digunakan yaitu dengan Data

collection, Data reduction, Data display, dan Data Conclusion verification.

Sedangkan untuk menguji keabsahan data digunakan Triangulasi data dan Member Check.

Hasil dari penelitian adalah bahwa percakapan yang dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan suku Sunda terdiri dari salam pembuka, isi dialog, janji tanda-tanda untuk mengakhiri dialog dan salam penutup, dari dialog tersebut terdiri dari 3 tindakah yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi, mereka dapat menikmati percakapan tersebut mulai dari awal percakapan dan berakhir karena mereka memiliki hubungan yang akrab.

Simpulan dari penelitian ini adalah kalimat pembuka diperlukan untuk memberikan kesan yang baik, isi dialog terkadang tidak terlalu penting dari pada kalimat pembuka, janji biasanya diungkapkan ketika percakapan tersebut belum tuntas karena masih ada pertemuan berikutnya, sementara ketika mengakhiri dialog tedapat kode untuk mengakhiri dialog bermaksud agar percakapan berakhir, kalimat penutup sebagai suatu etika untuk membangun komunikasi berikutnya.

Dari hasil penelitian ini diperoleh saran yaitu menggunakan bahasa yang mudah dipahami untuk memperoleh kesan yang baik, isi dialog harus lebih spesifik yang memiliki makna dan melakukan percakapan haruslah bermuatan positif atau pengaruh yang positif agar terjalin hubungan yang baik.

(24)

iv

Editor:

Widya Astuti Siagian Nim : 41808038

This research under the guidance of,

Arie Prasetio, S.Sos., M.Si

The aim of the research is to know and to find out communication utterances from comer of student university from approaching communication analysis and to know the action of Lokusi, Ilokusi and Perlokusi which is done by the comer of university student from Batak and Sundanese.

Methode which is use in this research, is using Phenomenologi study by communication analysis approaching. Collecting the data are done by indepth interviews, observation, literature study, and Internet searching. Informan selecting done is use by the technic purposive sampling which consideration informan taken. The data analysis techiques used are data reduction, data collection, data presentation, drawing conclusions, and evaluation. While for validating data testing is used by Tringulasi techinc and Member check.

Result of the reseacrh is that the communications which is done by the comer student of university from Batak and Sundanese consist of the greeting preface, dialouge content using sign for ending the dialouge by closing greeting. From those dialouges consist of three action, those are Lokusi, Ilokusi, and Perlokusi, they can enjoy the communication from the beginning until ending because they have friendly relationship.

Conclution from this research is that preface is needed for giving good impretions, sometime the content of the dialouge is not so important than preface word,and then promising is told when the communication its self is not ending

because there is still the next meeting, while when they want to end the dialouge there is one code for doing that in other that communication ends and the closing word is done for showing the ethis for doing the next communication.

From the research it is suggested to use the simple and easy word which can be understood and can get good immpresion and the content dialouge should be specific and has good meaning and the communication done should be positif or can influence something which is always positif in other to have a good relationship.

(25)

v

KATA PENGANTAR

Salam sejatera,

Puji syukur peneliti panjatkan yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang

Maha Esa atas rahmat, kasih karunia, anugrah, kekuatan, dan perlindungan-Nya yang

Ia berikan setiap saat, waktu, dan tempat sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Skripsi ini dengan tepat waktu.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua

orang tua, Papa tersayang Maju Siagian (alm) dan Mama Rosdiana Sianturi yang

telah melahirkan dan merawat peneliti. Terima kasih atas cinta, kasih sayang,

nasehat, arahan, petunjuk, materi, dan bimbingan baik dikala sedih maupun gembira.

Terima kasih untuk cinta Mama, yang selalu kuat dan selalu memberikan dukungan.

Tanpa jasa-jasamu, peneliti tidak akan mampu untuk menjalani kuliah dan

menyelesaikan Skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, peneliti banyak

mendapat dorongan, bantuan, dan bimbingan yang berharga dari berbagai pihak.

Untuk itu pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang

(26)

vi

1. Yth, Rektor UNIKOM, DR. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto beserta

jajarannya yang telah menyediakan gedung dan ikut memotivasi seluruh

civitas akademika dalam menciptakan para kalangan intelektual yang

berkualitas.

2. Yth, Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs.,M.A selaku dekan

FISIP UNIKOM yang telah mengeluarkan surat izin penelitian skripsi.

3. Yth, Drs., Manap Solihat, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi FISIP UNIKOM yang telah mengesahkan skripsi ini.

4. Yth, Melly Maulin P., S.Sos.,M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi FISIP UNIKOM.

5. YthIbu Rismawaty, S.Sos,M.Si, selaku staf dosen tetap Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer

Indonesia, serta selaku dosen wali yang telah sabar dalam memberikan

arahan, nasehat, bimbingan kepada peneliti.

6. Yth, Arie Prasetio, S.Sos.,M.Si. selaku dosen pembimbing peneliti pada

skripsi ini, yang telah banyak memberikan motivasi, nasehat, bimbingan,

arahan, semangat, serta ilmu-ilmu yang berharga kepada peneliti selama ini.

7. Yth, Staf dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah mengajar dan

memberikan ilmu kepada peneliti selama menempuh studi hingga saat ini.

8. Yth, Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi, Mbak Astri Ikawati

(27)

vii

9. Yang Tersayang Abang Kakak dan Adik peneliti. Kepada Walris Siagian,

Rikardo Siagian, Legiana Siagian, Leonardo Siagian, Rosantri Siagian, Tanti

Sianturi Terima kasih atas waktu dan perhatian yang telah diberikan baik di

kala sedih juga gembira. Tidak lupa pula atas nasehat, bimbingan yang selalu

diberikan kepada peneliti selama peneliti menempuh studi hingga saat ini.

10.Kepada teman-teman yang sangat peneliti sayangi, Kriston Situmorang,

Elibert Manurung, Leonardus Sitohang, Amelia Haloho, Meslina Raja

Gukguk, Laura Malau, Rosidayani Sipayung, Andes Marpaung, Yolanda

Parede, Romario Tarigan, Indra Gultom, Yoshua Barus, Emmy Mastalina

Sipayung, Grace Kristiani Aritonang dan semua sahabat-sahabat PMK

(Persekutuan Mahasiswa Kristen). Terima kasih sudah menjadi sahabat yang

baik. Terima kasih atas perhatian kalian, baik sedih dan gembira sudah

pernah kita lewati bersama, dan tetap semangat.

11.Kepada teman-teman di IK-Humas, Rengga Reksapati, Nuraini, Rian

Widistira, Garputri, Diah Handini. Terima kasih atas bantuan, dorongan, dan

kerja sama yang kita lewati bersama-sama.

12.Kepada teman-teman IK angkatan 2008, yang tidak dapat disebutkan satu

per satu. Semoga tetap kompak dan dapat lulus bersama-sama.

13.Seluruh informan penelitian yang telah memberikan informasi yang sangat

(28)

viii

Yang terakhir, peneliti ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak

dapat disebut satu per satu. Terima kasih telah membantu peneliti selama peneliti

melakukan penelitan atau selama peneliti menampuh studi hingga saat ini

Demikian Skripsi ini peneliti buat, untuk kesempurnaan Skripsi yang lebih baik

lagi maka kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh peneliti. Semoga

Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua khusunya para mahasiswa sebagai literatur.

Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih.

Bandung, Agustus 2012

(29)

ix

LEMBAR PENGESAHAN ... .i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 12

1.2.1. Makro ... 12

1.2.2. Mikro ... 12

1.3. Maksud dan Tujuan ... 13

1.3.1. Maksud Penelitian ... 13

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 13

1.4. Kegunaan Penelitian ... 14

(30)

x

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 16

2.1.2. Tinjauan Tentang Komunikasi ... 17

2.1.2.1. Defenisi Komunikasi ... 17

2.1.2.2. Komponem Komunikasi ... 19

2.1.2.3. Unsur-unsur Komunikasi... 21

2.1.2.4. Fungsi Komunikasi ... 23

2.1.2.5. Tujuan Komunikasi ... 24

2.1.3. Tinjauan Komunikasi Antarapribadi ... 25

2.1.3.1. Definis Komunikasi Antarapribadi ... 26

2.1.3.2. Jenis-jenis Komunikasi Antarapribadi ... 26

2.1.4. Komunikasi Verbal dan Nonverbal... 27

2.1.4.1. Komunikasi Verbal ... 27

2.1.4.2. Kode Verbal... 30

2.1.4.3. Komunikasi Nonverbal ... 31

2.1.4.4. Kode Non verbal... 32

2.1.4.5. Klarifikasi Pesan Nonverbal ... 33

2.1.4.6. Fungsi Pesan Nonverbal ... 35

2.1.5. Tinjauan Interaksi Simbolik ... 37

2.1.5.1. Sejarah Interaksi Simbolik ... 37

(31)

xi

2.1.9. Tinjauan Percakapan Mahasiswa ... 60

2.2. Kerangka Pemikiran ... 62

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian ... 82

3.1.1. Sejarah Suku Batak ... 83

3.1.2. Marga dan Tarobo ... 85

3.1.3. Nilai yang dianut Masyarakat Batak ... 86

3.1.4. Bahasa Batak ... 88

3.2.1. Sejarah Suku Sunda ... 89

3.2.2. Perkembangan Suku Sunda saat ini ... 95

3.2. Metode Penelitian ... 96

3.2.1. Desain Penelitian ... 96

3.2.1.1. Sejarah Fenomenologi ... 98

3.2.1.2. Tokoh-tokoh Fenomenologi ... 104

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data ... 107

3.2.2.1. Studi Pustaka ... 107

3.2.3. Teknik Penentuan Informan ... 115

3.2.4. Teknik Analisa Data... 118

(32)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data informan ... 126

4.1.1. Proses Pendekatan Informan ... 127

4.1.2. Data-Data Informan ... 129

4.2. Hasil Penelitian ... 136

4.3. Pembahasan ... 151

4.3.1. Lokusi dari tindak tutur komunikasi mahasiswa pendatang

dari suku Batak dengan mahasiswa suku Sunda ... 152

4.3.1. Ilokusi dari tindak tutur komunikasi mahasiswa pendatang

dari suku Batak dengan mahasiswa suku Sunda ... 174

4.3.1. Perlokusi dari tindak tutur komunikasi mahasiswa pendatang

dari suku Batak dengan mahasiswa suku Sunda ... 190

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ... 202

(33)

xiii

Tabel 3.2 : Bahasa Tempat (Sunda) ... 94

Tabel 3.3 : Bahasa Waktu (Sunda) ... 95

Tabel 3.4 : Informan ... 116

Tabel 3.5: Informan Pendukung ... 117

(34)

xiv

Gambar 2.2 : George Herbert Mead... 37

Gambar 2.3 : Hirarki Makna yang terorganisir ... 64

Gambar 2.4 : Model Penelitian ... 71

Gambar 3.1 : Teknik Analisis Data ... 119

Gambar 3.2 : Trianggulasi Teknik ... 121

Gambar 4.3: Model Hasil Penelitian ... 148

Gambar Lam 1.1: Wawancara dengan Raja Situmorang ... 279

Gambar Lam 1.2: Wawancara dengan Dicky Jaelani ... 279

Gambar Lam 1.3: Percakapan Topik yang Pertama ... 280

Gambar Lam 1.4: Percakapan Topik yang Kedua ... 280

Gambar Lam 1.5: Wawancara dengan Michael ... 281

Gambar Lam 1.6: Wawancara dengan Markus Siagian ... 281

Gambar Lam 1.7: Wawancara dengan Emmy Sipayung ... 282

(35)

xv

Lampiran Revisi Usulan Penelitian ... 211

Lampiran Revisi Skripsi ... 112

Lampiran Berita Acara Bimbingan ... 213

Lampiran Pedoman Observasi ... 214

Lampiran Pertanyaan Wawancara ... 215

Lampiran Transkip Wawancara ... 223

Lampiran Transkip Observasi ... 263

Lampiran Dokumentasi Penelitian ... 278

(36)
(37)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting dalam menyampaikan

maksud dan tujuan, bahasa merupakan ungkapan perasaan untuk mewujudkan

tingkahlaku manusia baik lisan maupun tulisan sehingga orang dapat mendengar,

mengerti, serta merasakan apa yang dimaksud. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki

oleh setiap manusia guna untuk dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari ketika

berinteraksi dengan sesama manusia.

Berbahasa berarti menggunakan bahasa untuk tujuan komunikasi,

penggunaan bahasa tersebut tercermin dari kegiatan menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. Dalam komunikasi sehari hari keempat kegiatan

berbahasa tersebut terjadi secara terpadu, yang berarti satu peristiwa berbahasa

orang dapat menggunakan lebih dari satu keterampilan berbahasa sekaligus secara

stimultan, jelas manusia tidak dapat lepas dari bahasa. Terbukti dari

penggunaannya untuk percakapan sehari-hari, tentu ada peran bahasa yang

membuat satu sama lain dapat berkomunikasi, saling menyampaikan maksud dan

tujuan. Pada dasarnya semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia tentu sangat

berkaitan erat dengan bahasa, baik ketika bercakap-cakap dengan teman, atau

dalam kegiatan formal seperti di kampus, pekerjaan ataupun tempat-tempat

(38)

yang beragam-ragam dan terkadang tidak memiliki makna sama sekali, dimana

makna adalah sebagai pemikiran atau lebih tepatnya sebagai buah pemikiran.

Menurut Keraf yang dikutip dari Smarapradhipa mendefinisiskan bahwa

bahasa adalah sebagai berikut:

Beliau memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer Smarapradhipa (2005:1)1

Dalam definisi di atas menyatakan bahwa bahasa adalah merupakan suatu

alat komunikasi yang dilakukan oleh setiap manusia berupa simbol bunyi yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia, sehingga ketika melakukan komunikasi melalui

bahasa maka manusia dapat mengerti maksud dan tujuan yang telah diucapkannya

memalui percakapan.

Ricoeur membedakan 3 jenis bahasa yaitu: (1). Bahasa yang digunakan

sehari-hari, bahasa ini digunakan untuk berkomunikasi dan bersifat mereduksi dan

ambiguitas. (2). Bahasa ilmiah yang menekankan makna tunggal untuk

berargumentasi. (3). Bahasa metaphor, yaitu bahasa yang ada dalam ketegangan

antara kesamaan dan perbedaan yang dapat digunakan untuk menggambarkan

ulang realitas. (Saputra C. Purnama, 2010:29)

Dalam kehidupan sehari-hari manusia akan melakukan percakapan dimana

percakapan adalah merupakan sebuah interaksi sehari hari yang informal. Sebuah

1

(39)

percakapan akan dipandang sebagai suatu pencapaian sosial karena mengharuskan

setiap yang melakukan percakapan secara kooperatif melalui pembicaraan,

masudnya adalah bagaimana manusia mengefektifkan sebuah percakapan dalam

kehidupan sehari hari. Salah satu karya dalam komunikasi yang paling menarik

dalam kehidupan sehari-hari adalah analisis percakapan, dimana analisis

percakapan ini merupakan suatu tahap untuk menguji apa yang pembicara lakukan

ketika manusia berkomunikasi, banyak hal yang manusia lakukan ketika

berkomunikasi baik itu bertanya, dan menjawab pertanyaan, mengatur giliran dan

melindungi wajah dan hal yang paling penting adalah bagaimana hal-hal di atas

dapat dilakukan dalam bahasa.(Little John.2011:239)

Analisis percakapan memungkinkan kita untuk melihat lekat bagaimana

pesan untuk diorganisir, digunakan dan dipahami. Proses dari analisis percakapan

memungkinkan kita bisa memeriksa apa yang kita sampaikan dan apa yang orang

lain sampaikan sehingga kita dan orang lain dapat mengetahui pemenuhan pesan

tersebut. Dalam Analisis percakapan hal yang sangat perlu dilihat dalam

percakapan adalah cara-cara perilaku komunikasi menciptakan stabilitas dan

pengaturan dalam pembicaraan mereka, bahkan ketika percakapan terlihat buruk

pada awalnya, terdapat suatu pengaturan dalam berbicara, serta pelaku percakapan

sendiri benar-benar menciptakan seiring mereka berjalan yaitu menyamakan

prinsip-prinsip yang ada, dimana pelaku percakapan menyusun pembicaraan

(40)

Analisis percakapan tentu berhubungan dengan beragam masalah seperti

apa yang ingin diketahui oleh pembicara untuk memulai percakapan,

aturan-aturan percakapan, fitur fitur percakapan seperti pergantian giliran, jedah dan

celah serta penimpaan telah menjadi ketertarikan khusus, dan analisis percakapan

ini juga tidak jauh dari pelanggaran aturan atau cara-cara manusia mencegah serta

membenarkan kesalahan dalam pembicaraan. Analisis Percakapan juga akan

dihadapkan kedalam 3 jenis permasalahan yaitu, permasalahan dalam pengertian,

permasalahan dalam tindakan, permasalahan dalam hubungan.

Sebuah percakapan yang memiliki hubungan dimana pelaku komunikasi

(speech act) mengikuti tindakan komunikasi lainnya dalam komunikasi. Sebuah

percakapan terdiri atas serangkaian speech act yang teratur dan keterkaitan

dicapai dengan memastikan setiap tindakan adalah respon yang tepat untuk

melakukan tindakan berikutnya. Seperti contoh pertanyaan, “Hai, apa kabar?” dan

biasanya akan diikutin oleh “Baik, bagaimana dengan mu?”

Dalam teori ini tindak tutur (speech act ) adalah unit dasar dari bahasa

yang digunakan untuk menjelaskan arti sebuah ungkapan yang menggambarkan

tujuan. Saat seseorang berbicara dan melakukan tindakan, dan tindakan itu bisa

berupa menyatakan, menanyakan, memerintah, menjanjikan, atau hal-hal lain

yang bisa memungkinkan untuk berbicara. Jika kita melakukan suatu tindakan

tersebut tentu kita akan mengkomunikasikan apa yang akan kita komunikasikan

(41)

Teori speec act yang dijabarkan oleh Para Linguistik yaitu J.L. Austin

menyatakan bahwa secara pragmatis, setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan

yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur dalam melakukan tindak tutur yakni

tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. (1)Tindak tutur

lokusi adalah gaya bicara tindak tutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai

dengan makna kata, frasa dan kalimat tersebut. Tindak tutur ini berhubungan

dengan proposisi kalimat yang terdiri dari subjek predikat. (2) Tindak tutur ilokusi

atau suatu tindakan dimana perhatian pembicaraan utama adalah bahwa pendengar

memahami niatnya untuk membuat suatu janji, suatu permintaan atau tindakan

untuk melakukan suatu maksud dan fungsi tetentu pula.(3)Tindak tutur perlokusi

adalah tindakan dimana sipembicara mengharapkan sipendengar tidak hanya

memahami tetapi juga untuk bertindak dengan cara tertentu oleh karena

pemahaman tersebut.(Ernest Justin, 2010:33)

Tindak tutur komunikasi memang sangat berperan di lingkungan kita

sehari-hari khususnya yang dilakukan oleh mahasiswa pendatang dari suku Batak

dengan mahasiswa suku Sunda, dua budaya yang berbeda tentu memiliki banyak

perbedaan baik itu dari segi pengalaman, perilaku, latar belakang, kebiasaan dan

lain-lain.

Bila diperhatikan kata mahasiswa pendatang adalah mahasiswa yang mau

menuntut ilmu, memperbaiki kehidupannya kelak, dan berusaha lebih tinggi

kedudukannya dari orang lain. Masyarakat Indonesia banyak yang melakukan

(42)

Indonesia dikenal dengan seribu pulau, dan merupakan Negara yang berbentuk

kepulauan dengan letak geografis yang berbeda dan memiliki masyarakat yang

tersebar luas diseluruh kepulauan tersebut, bahkan tersebar juga di Negara lain.

Dari setiap kepulauan dengan letak geografis yang memiliki perbedaan jelas

masyarakat Indonesia terdapat bermacam-macam suku dengan memiliki budaya

yang berbeda, pengalaman, latar belakang, sifat yang berbeda, dan mereka juga

dapat mencerminkan daerahnya masing-masing.

Dari setiap suku budaya yang berada di Indonesia, mereka memiliki

keunikan tersendiri, diantaranya adalah salah satu suku yang berada di provinsi

Sumatera Utara. Dimana Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak

dipulau Sumatera berbatasan dengan Aceh sebelah utara dan dengan Sumatera

Barat serta Riau di sebelah Selatan. Provinsi ini merupakan kumpulan mayoritas

orang Batak atau suku Batak, tetapi ada juga masyarakat yang hidup di provinsi

ini seperti seprti suku bangsa Melayu, suku bangsa Jawa, Nias, Tionghoa dan

lain-lain.

Masyarakat Batak biasanya diharuskan keluar dari daerah masing-masing

untuk mengembangkan kemampuannya di kota lain, biasanya orangtua

memberangkatkan anaknya untuk merantau ke kota lain. Alasan lain mengapa

orang Batak diizinkan untuk merantau karena daerah asal Batak sangat gersang

dengan kondisi yang lebih buruk, sehingga suku Batak diwajibkan keluar dari

daerah tersebut. Terdapat banyak filosofi yang berkembang pada masyarakat

(43)

makan atau tidak makan, orangtua harus tetap mencari biaya siang dan malam

untuk meyekolahkan anaknya, orangtua rela melakukan apapun agar anaknya

tidak sama seperti apa yang telah dialami orangtuanya, untuk itulah maka

orangtua memberangkatkan anaknya ke kota lain untuk memuntut ilmu dan

memperbaiki kehidupannya dikemudian hari.

Walaupun suku Batak berada di daerah atau wilayah orang, suku Batak

tetap memengang teguh nilai-nilai budaya yang mereka pegang mulai dari nenek

moyang, yaitu (1). Nilai kekerabatan masyarakat Batak yang terwujud dalam

pelaksanaan adat Dalian na tolu, dimana seseorang harus mencari jodoh di luar

kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling menyebut sabutuha

(bersaudara), untuk kelompok yang menerima gadis untuk diperistri disebut

hula-hula. Kelompok yang memberikan gadis disebut boru. (2). Hagabeon, nilai

budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu banyak, dan yang

baik-baik. (3). Hamoraon, nilai kehormatan suku Batak yang terletak pada

keseimbangan aspek spiritual dan material. (4). Uhum dan ugari, nilai uhum

orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam menegakkan keadilan sedangkan

ugari terlihat dalam kesetiaan akan sebuah janji. (5). Pengayoman, wajib

diberikan terhadap lingkungan masyarakat, tugas tersebut diemban oleh tiga unsur

Dalihan na tolu. (6). Marsisarian suatu nilai yang berarti saling mengerti,

menghargai, dan saling membantu. Sehingga ketika berada di perantauan orang

Batak selalu mencari orang yang satu suku dengan mereka sendiri.2

2

(44)

Suku Batak adalah perantau abadi suku yang terlahir untuk meninggalkan

tanah kelahirannya dan mencari hidup di daerah lain, maka tak heran hampir di

setiap kota suku Batak tetap ada. Suku Batak bukanlah perantau yang paling besar

di Indonesia, tetapi salah satu keunikan dari suku Batak adalah bahwa orang Batak

mau bekerja keras, belajar keras, dan berusaha untuk mencapai target yang dia

inginkan. Keunikan lain dari Batak adalah keras bukan kasar, logat suku Batak

memang berbeda dengan suku lain, orang Batak telah terbiasa dengan logatnya

dan akan sangat sulit bagi mereka untuk melepaskannya. Apalagi mereka sudah

sejak lahir ada di lingkungan asli Batak atau di lingkungan luar namun mereka

berada dalam lingkungan yang mayoritas dengan suku Batak dengan logat yang

kental, sehingga dari logat yang terdengar kasar maka orang lain menilai bahwa

suku Batak berkepribadian kasar. Padahal berbicara keras bukan berarti kasar.

Logat Batak adalah salah satu simbol kekokohan kepribadian, atau ketangguhan

dalam bekerja.

Keras yang tercermin dalam diri Batak justru keras dalam arti kuat. Selain

dari kasar bahwa suku Batak memiliki keunikan lain yaitu walaupun mereka

berada di kota perantauan mereka tetap memegang sistem kekerabatan melalui

marga yang mereka miliki sebagai nama keluarga. Ketika bertemu dengan satu

marga biasanya mereka menjalin hubungan kekerabatan yang sangat baik, dan

bahkan selalu berusaha untuk membantu satu sama lain dan saling berbagi.

Keunikan lain adalah dimanapun mahasiswa Batak mereka selalu berusaha untuk

mencari mahasiswa Batak dan melakukan perkumpulan agar mereka merasa

(45)

perkumpulan banyak hal yang mereka dapatkan, baik itu masalah masalah

partuturan atau pun masalah yang mereka hadapi di sekitar kampus, atau pun

lingkungan Sunda.

Batak dapat menghormati semua budaya, kedinamisan orang Batak yang

terlihat dari sifat mereka yang menghormati budaya lain. Walaupun orang Batak

sangat mencintai bahasa Batak, namun banyak orang Batak yang fasih

menggunakan bahasa suku lain. Hal ini senada dengan pepatah dimana bumi

dipijak disitu bumi dijungjung.

Begitu juga halnya dengan mahasiswa pendatang dari suku Batak di kota

Bandung, terdapat kumpulan atau terdapat tempat permainan yang dibentuk

sebagai salah satu tempat untuk bertukar pikiran atara sesama mahasiswa. Alasan

penulis meneliti orang Batak adalah karena orang Batak memiliki keunikan

tersendiri, dimana suku Batak yang identik dengan “keras”, tegas, ketika berbicara

dengan suku Sunda suaranya terdengar kuat dan menggebu-gebu, seolah-olah

marah dan membentak, ketika bercanda mimik wajah terlihat serius, dan

terkadang suku Sunda pun merasa ketakutan atau segan untuk menjalin

persahabatan, dan bahkan ketika berbicara hanya sepentingnya saja. Tetapi salah

satu keunikan yang paling menonjol di dalam diri suku Batak jika mereka nyaman

berteman dengan orang Sunda maka mereka menjalin persahabatannya dengan

kuat, dan saling percaya, tetapi jika kepercayaan tersebut di langgar maka mereka

tidak akan mempercayainya lagi. Dan banyak orang Sunda yang berpendapat

(46)

opini-opini negatif yang mungkin bisa mereka lontarkan. Tetapi dibalik itu semua

ada sisi positif yang terdapat dalam diri suku Batak. Dimana suku Batak itu setia,

suka berbagi dan senang untuk berteman dengan suku lain.

Sementara suku Sunda yang identik dengan “kalem”, penuh dengan

senyuman, ketika becakap-cakap dengan suku Batak atau suku lain mereka penuh

dengan kelembutan, jarang untuk menyinggung lawan bicaranya ketika

berinteraksi, ketika berkomunikasi mereka sering menggunakan bahasa-bahasa

teh, dan mah sehingga dari kata-kata itu mereka terlihat sangat lembut.

Tidak mudah bagi mahasiswa Batak untuk beradaptasi di lingkungan

Sunda, karena memiliki budaya yang berbeda, dan cara berkomunikasipun tentu

sangat dipengaruhi oleh budaya. Dua orang yang berasal dari budaya yang

berbeda akan memiliki cara-cara komunikasi yang berbeda pula, itulah sebabnya

dalam komunikasi antarbudaya akan sering terjadi kesalah pahaman antara

komunikator dan komunikaan. (Deddy Mulyana,1996)

Suku Sunda yang pembawaannya “ kalem” dan sangat jauh berbeda

dengan suku Batak dimana pembawaannya tegas sehingga terlihat garang dan

galak, selain dari pembawaan fisik yang dimikili oleh suku-suku ini, dapat dilihat

juga dari segi berbicara, orang Batak selalu berbicara apa adanya, walaupun

terlihat sangat kasar dan kadang dapat menyinggung perasaan lawan bicara, dan

sesama Batakpun kadang bisa saling menyinggung. Berbeda dengan suku Sunda

yang tidak akan berbicara kepada lawan bicaranya apa adanya, terkadangan apa

(47)

karena hal tersebut dilakukan oleh suku Sunda untuk mengantisipasi atau menjaga

perasaan lawan bicaranya.

Karakteristik suku Sunda yang memiliki pembawaan “kalem” diperkuat

oleh penelitian yang dilakukan oleh Yekti Sriwulan mahasiswa jurusan Psikologi

Universitas Negri Yogyakarta didalam makalahnya. Mengenai karakter suku

Batak sendiri juga dipertegas oleh pernyataan Dinandjait yang merupakan pemuda

asli dari suku Batak yang menyatakan bahwa karakter orang-orang dari suku

Batak memegang berwatak keras.(Miarti.2010:5)

Perbedaan yang muncul diatas Ketika orang Batak melakukan percakapan

dengan mahasiswa suku Sunda, tentu harus malakukan tidak tutur komunikasi,

baik secara lokusi, ilokusi, dan perlokusi, sehingga ketika melakukan pembicaraan

dari kedua suku yang “keras” dan “ kalem” atau lembut dapat saling mengerti

pesan dan makna serta dampak yang terjadi ketika melakukan percakapannya.

Dengan latar belakang perbedaan budaya dan bahasa antara mahasiswa

suku Batak dengan mahasiswa suku Sunda, tentu dapat menimbulkan suatu

persepsi diantara mereka, selain itu bagaimana mereka menggunakan bahasa

untuk melakukan tindah tutur komunikasi agar dapat melakukan percakapan atau

berinteraksi satu sama lain. Untuk itulah maka peneliti merasa tertarik untuk

meneliti bagaimana tindak tutur komunikasi mahasiswa pendatang dengan

(48)

1.2Rumusan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas pertanyaan pada

perumusan masalah yang masih bersifat umum. Dengan subfokus-subfokus yang

terpilih, sehingga dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka, Rumusan

masalahnya sebagai berikut :

1.2.1 Makro

Dari Latar belakang yang telah diuraikan di atas permasalahan makro

yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana tindak tutur komunikasi

mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa suku Sunda?

1.2.2 Mikro

1. Bagaimana lokusi dari tindak tutur komunikasi yang dilakukan

mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa suku Sunda?

2. Bagaimana ilokusi dari tindak tutur komunikasi yang dilakukan

mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa suku Sunda?

3. Bagaimana perlokusi dari tindak tutur komunikasi yang terjadi

terhadap mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa suku

(49)

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Pada penelitian ini memiliki maksud dan tujuan yang menjadi bagian dari

penelitian sebagai ranah yang perlu diketahui kedepannya, adapun maksud dan

tujuannya sebagai berikut:

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara detail mengenai

tindak tutur komunikasi mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa

suku Sunda.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Dari berbagai permasalahan seperti yang terdapat pada identifikasi masalah

sebagai arah peneliti pada penelitian ini. Maka, tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui lokusi dari tindak tutur komunikasi yang

dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa

suku Sunda.

2. Untuk mengetahui ilokusi dari tindak tutur komunikasi yang

dilakukan mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan mahasiswa

suku Sunda.

3. Untuk mengetahui perlokusi dari tindak tutur komunikasi yang

terjadi terhadap mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan

(50)

1.4Kegunaan penelitian

Dalam suatu penelitian diharapkan dapat memberikan suatu manfaat atau

kegunaan yang digunakan oleh masyarakat luas, adapun kegunaan penelitian ini

dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis, sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Pada penelitian ini memiliki kegunaan secara teoritis, semoga dapat

memberikan dan bermanfaat dalam upaya pengembangan ilmu yang

diperoleh oleh peneliti secara teoritis selama proses akademik. Baik Ilmu

Komunikasi secara umum dan studi tentang Analisis Percakapan dan

bagian dari bentuk Komunikasi secara khusus yaitu, tentang “Tindak tutur

komunikasimahasiswa pendatang dari suku Batak dengan suku Sunda”.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun hasil penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa menjadi bahan

bagi mereka yang tertarik atau memang terlibat dengan Mahasiswa Pendatang

dari Suku Batak. Kegunaan secara praktis pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi sebuah pengetahuan dan

pengalaman serta penerapan ilmu yang diperoleh selama studi yang

diterima oleh peneliti secara teori. Dalam hal ini khususnya mengenai

(51)

2. Bagi Akademik

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa UNIKOM

secara umum, dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi secara

khusus yang dapat dijadikan sebagai literatur dan referensi tambahan

terutama bagi peneliti selanjutnya, yang akan melakukan penelitian pada

kajian yang sama.

3. Bagi Masyarakat (Mahasiswa pendatang dari suku Batak secara

khusus)

Hasil penelitian ini dapat memberikan bentuk informasi dan evaluasi

mengenai Analisis Percakapan yang dilakukan oleh mahasiswa pendatang

dari suku Batak ketika berkomunikasi dengan mahasiswa suku Sunda di

kota Bandung. Dan evaluasi ini juga diharapkan agar menjadi suatu acuan

untuk memperbaiki percakapan antara mahasiswa suku Sunda dan

(52)

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan studi pustaka, peneliti menemukan beberapa referensi

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan

peneliti. Studi penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan acuan yang

membantu peneliti dalam merumuskan asumsi dasar, untuk mengembangkan

“Tindak tutur komunikasi mahasiswa pendatang dari suku Batak dengan

mahasiswa suku Sunda” berikut adalah beberapa hasil penelitian yang dijadikan

sebagai referensi

Persepsi mahasiswa suku Batak terhadap suku Sunda di kota Bandung,

Yeheskiel Junaedi Siregar, Mankom UNPAD 2011. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui Persepsi mahasiswa suku Batak terhadap perilaku

masyarakat suku Sunda di kota Bandung. Sikap mahasiswa suku Batak terhadap

perilaku masyarakat suku Sunda di kota Bandung. Hasil penelitian ini adalah

perilaku masyarakat di sekitar kampus tidak jauh berbeda dengan masyarakat

suku Batak, masyarakat suku Sunda memiliki sikap yang baik dan ramah

berbicara dengan nada yang pelan dan halus, bahkan ada yang tertarik dalam

mempelajari budaya suku Batak. Presepsi negative dari suku Batak adalah suku

(53)

keras dan sebagian masyarakat suku Sunda terkadang juga menghindari suku

Batak.

Komunikasi Interpersonal pada Komunitas Batak perantau, Mugih Miarti

Humas UNPAD 2010. Tujuan dari penelitian adalah Untuk mengetahui suku

Batak dalam kegiatan merantau, pemaknaan komunitas Batak atas marga,

pengalaman suku Batak yang merantau dalam menghadapi warga pribumi yang

memiliki budaya yang berbeda, pola komunikasi yang digunakan antara

komunitas Batak yang merantau dengan warga pribumi. Dan hasil penelitiannya

adalah Motif suku Batak merantau adalah karena dilatar belakangi oleh alasan

ekonomi dan pendidikan, dan untuk memperbaiki taraf hidup mereka melalui

pekerjaan maupun kualitas pendidikan bagi generasi penerus mereka.

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.2.1. Definisi Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu hal yang paling penting dan merupakan

aspek yang paling kompleks dalam kehidupan manusia. Disadari atau tidak kita

sadari bahwa di dalam kehidupan kita sehari hari komunikasi merupakan

pengaruh yang sangat kuat untuk mempengaruhi komunikasi kita dengan orang

lain maupun pesan pesan yang kita terima dari orang lain yang bahkan tidak kita

kenal baik yang sudah hidup maupun sudah mati, dan juga komunikator yang

dekat maupun jauh jaraknya. Karena itulah komunikasi sangat vital didalam

(54)

Sejak lahir manusia telah melakukan komunikasi, dimulai dengan tangis

bayi pertama merupakan ungkapan perasaannya untuk ratilai membina,

komunikasi dengan ibunya. Semakin dewasa manusia, maka semakin rumit

komunikasi yang dilakukannya. Dimana komunikasi yang dilakukan tersebut

dapat berjalan lancar apabila terdapat persamaan makna antara dua pihak yang

terlibat. Hal ini sesuai dengan pengertian dari komunikasi itu sendiri yaitu :

Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa, Inggris "Communication" yang menurut Wilbur Schramm bersumber pada istilah latin "Communis" yang dalam bahasa Indonesia berarti "sama" dan menurut Sir Gerald Barry yaitu "Communicare" yang berarti berercakap-cakap". Jika kita berkomunikasi, berarti kita mengadakan "kesamaan, dalam hal ini kesamaan pengertian atau makna. (Effendy:2003).

Komunikasi mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, hampir

90% dari kegiatan keseharian manusia dilakukan dengan berkomunikasi.

Dimanapun, kapanpun, dan dalam kesadaran atau situasi macam apapun manusia

selalu terjebak dengan komunikasi. Dengan berkomunikasi manusia dapat

memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan-tujuan hidupnya, karena

berkomunikasi merupakan suatu kebutuhan manusia yang amat mendasar. Oleh

karena itu sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan

manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin

mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Dengan rasa ingin tahu inilah yang

memaksa manusia perlu berkomunikasi. Dari definisi diatas menjelaskan bahwa,

komunikasi merupakan proses penyampaian simbol-simbol baik verbal maupun

nonverbal. Rangsangan atau stimulus yang disampaikan komunikator akan

(55)

terhadap pesan yang disampaikan. Jika disimpulkan maka komunikasi adalah

suatu proses, pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan

yang terjadi di dalam seseorang atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan

tertentu sebagaimana. semetara Carl Hovland, jenis & Kelly mendefenisiskan

komunikasi adalah :

Suatu proses memulai dimana seseorang (komunikator) menyampaikan

stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau

membentuk perilaku orang-orang lainnya) (Riswandi 2009:1)

Dari kedua definisi di atas menjelaskan bahwa, komunikasi merupakan

proses penyampaian simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal. Ransangan

atau stimulus yang disampaikan komunikator akan mendapat respon dari

komunikan selama keduannya memiliki makna yang sama terhadap pesan yang

disampaikan. Jika disimpulkan maka komunikasi adalah suatu proses,

pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan yang terjadi di

dalam seseorang dan atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu

sebagaimana diharapkan oleh komunikator.

2.1.2.2. Komponem komunikasi

Lasswel juga mengemukakan bahwa komunikasi secara eksplisit dan kronologis menjelaskan lima komponem yang terlibat dalam komunikasi yaitu:

- Siapa (perilaku komunikasi pertama yang mempunyai inisiatif atau

sumber)

(56)

- Kepada siapa (perilaku komunikasi lainya yang dijadikan sasaran

penerima)

- Melalui saluran apa (alat/saluran penyampaian informasi)

- Dengan akibat/ hasil apa (hasil yang terjadi pada diri penerima)

1. Sumber (source) adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai

kebutuhan untuk berkomunikasi, sumber bisa menjadi seorang individu,

kelompok, organisasi, perusahaan, dan Negara. Sumber juga dapat disebut

sebgai pengirim (sander), penyandi (encoding), komunikator, pembicara

(speaker) atau originator.

2. Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.

Pesan merupakan seperangkan simbol verbal atau nonverbal yang

mewakili perasaan, nilai gagasan, atau maksut sumber tersebut, dan pesan

memiliki 3 komponem diantaranya adalah makna yaitu digunakan untuk

menyampaikan pesan, dan bentuk organisasi atau pesan.

3. Saluran atau media adalah alat atau wahana yang digunakan sumber

untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Dan pada dasarnya

saluran komunikasi manusia adalah 2 saluran, yaitu cahanya dan suara.

Saluran juga merujuk pada cara penyampaian pesan, apakah langsung

(tatap muka) atau lewat media (cetak atau elektronik).

4. Penerima (receiver) adalah sebagai sasaran/ tujuan (destination),

komunikate, penyandi balik (decoder) atau khalayak, pendengar (listener),

penafsir (interpreter), yaitu orang yang menerima dari sumber.

(57)

pola piker, dan perasaan, penerima pesan, menafsirkan seperangkat simbol

atau nonverbal yang ia terima.

5. Efek adalah apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan

tersebut, misalnya terhibur, menambah pengetahuan, perubahan sikap, atau

bahkan perubahan perilaku (Riswadi, 2009:3)

2.1.2.3. Unsur-unsur komunikasi

Komunikasi akan terjadi bila telah memenuhi unsur-unsur yang terdapat di

dalamnya artinya, komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya

sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut

komponen atau elemen komunikasi. Untuk melihat unsur-unsur komunikasi

[image:57.595.90.548.589.695.2]

berikut beberapa unsur komunikasi menurut Hafied Cangara :

Gambar 2.1

UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI

Sumber: Hafied Cangara. 1988. Pengantar Ilmu Komunikasi.

Sander Pesan Media Penerima Efek

(58)

Keterangan:

1. Sumber (Source) Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut

pengirim, komunikator atau dalam bahasa inggrisnya disebut

source,sender,decoder.

2. Pesan (Message) Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Isi pesan bisa

berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau proganda.

Dalam istilah asing pesan diterjemahkan dengan kata message, content,

atau information

3. Media Media ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari

sumber kepada penerima. Selman atau media komunikasi terbagi atas

media massa dan media nirmassa. Nirmassa merupakan komunikasi tatap

muka sedangkan media massa menggunakan saluran yang berfungsi

sebagai alat yang dapat menyampaikan pesan secara massal.

4. Penerima (Receiver) Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa

dalam bentuk kelompok, partai atau negara.

5. Pengaruh (Influence) Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan

sesudah menerima pesan. Pengaruh bisa diartikan perubahan atau

penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang

(59)

2.1.2.4. Fungsi Komunikasi

Dalam kajian ilmu komunikasi banyak ahli yang mengemukakan

pendapatnya tentang fungsi-fungsi komunikasi, dari berbagai pendapat yang

berkembang Horald D. Laswell (1948), mengemukakan fungsi fungsi komunikasi

secara terperinci sebagai berikut:

1. Penjajangan/pengawasan lingkunag (surveillance of the environment)

menunjukkan pengumpulan dan distribusi informasi baik didalam maupun

diluar masyarakat tertentu. Tindakan menghubungkan bagian-bagian

meliputi interpretasi informasi mengenai lingkungan dan pemakaiannya

untuk berperilaku dalam reaksinya terhadap perstiwa-peristiwa dan

kejadian-kejadian tadi.

2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk

menanggapi lingkungannya.(correlation of the part of society in

responding to the environtment) dan

3. Menurunkan warisan social dari generasi ke generasi berikutnya

(transmission of the social heritage) berfokus pada nilai-nilai dan

norma-norma sosial. (Nurudin. 2004:15)

(60)

2.1.2.5. Tujuan Komunikasi

Komunikasi memiliki tujuan. Seperti kegiatan lainnya, komunikasi

memiliki tujuan atau destination yang ingin dicapai oleh para, pelaku komunikasi.

Menurut Schramm dalam. Sendjaja (2004) menjelaskan, "Tujuan komunikasi

dapat dilihat dari dua persfektif yaitu : kepentingan komunikator dan kepentingan

komunikan”. Tujuan komunikasi dilihat dari sudut kepentingan number atau

komunikator antara lain:

a. Memberikan informasi.

Komunikasi merupakan proses pesan yang di dalamnya sama akan

informasi. Melalui komunikasi, pesan tersebut disampaikan

komunikator kepada komunikan.

b. Mendidik

Dari sekedar memberikan informasi akhirnya banyak input yang

disampaikan komunikator agar komunikan menjadi lebih luas

pengetahuannya.

c. Menghibur

Seorang komunikator berkomunikasi tidak semata-mata memberikan

informasi dan pengetahuan melainkan juga, menghibur perasaan

komunikan. Hal ini Sering dilakukan untuk mengakrabkan ikatan

emosional.

(61)

Pesan yang disampaikan komunikator merupakan stimulus yang dapat

menjadi acuan bagi komunikan. Komunikator dapat mempengaruhi

komunikan melalui komunikasi.

2.1.3. Tinjauan Komunikasi Antarapribadi (Interpersonal Communication)

2.1.3.1. Definisi Komunikasi Antarapribadi

Komunikasi didefenisikan oleh Josep A.Devito dalam bukunya ”The

Interpersonal Book”(Devito,1989:4) sebagai.

“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa unpan balik seketika” (the process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of person, with some effect and some immediate feedback). (Effendy, 2000:60)

Berdasarkan defenisi di atas, maka komunikasi antarapribadi dapat

berlangsung antara dua orang yang sedang bercakap-cakap, atau antara dua orang

yang sedang melakukan pertemuan. Komunikasi antarapribadi dapat berlangsung

secara dialogis, dan komunikasi ini biasanya selalu lebih baik dari pada

monologis, dimana monolog dapat menunjukkan suatu komunikasi dimana

seorang berbicara, yang lain mendengarkan, sehingga dari hal ini tidak ada

interaksi atau tidak terbentuk percakapan, dimana yang aktif adalah hanya

komunikator saja sedangkan komunikan passive, berbeda dengan yang sedang

(62)

Dialog adalah bentuk komunikasi antarapribadi yang menunjukkan

terjadinya interaksi, dimana membentuk suatu komunikasi yang berfungsi secara

ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian.

Proses komunikasi ini terdapat suatu upaya dari para pelaku komunikasi untuk

terjadinya pengertian bersama (mutual understanding) dan empati. Dari sinilah

terjadi rasa saling menghormati, bukan disebabkan oleh status sosial ekonomi,

melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing-masing adalah manusia yang

wajib, berhak, pantas, dan wajar dihargai dan dihormati sebagai manusia.

2.1.3.2. Jenis- jenis komunikasi antarapribadi

1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication). Komunikasi diadik adalah komunikasi antarapribadi yang berlangsung anata dua orang yakni

yang seseorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan

seseorang lagi komunikan yang menerima pesan, perilaku komunikasi

diadik ini terjadi anatara dua orang, sehingga dialog yang terjadi

berlangsung secara intensif. Komunikator memusatkan perhatiannya hanya

kepada diri komunikan seorang itu

2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication). Komunikasi triadik adalah komunikasi anatarapribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang,

yaitu seorang komunikator dan dua orang komunikan. Misalnya A

menjadi komunikator, maka ia pertama-tama menyampaikan kepada

komunikan B, kemudian jika dijawab atau ditanggapai, beralih kepada

komunikan C, juga secara berdialogis. Jika dibandingkan dengan

(63)

komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan,

sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan sepenuhnya.

Juga unpan balik yang berlangsung. ( Effendy, 2000:63)

2.1.4. Komunikasi verbal dan nonverbal

2.1.4.1. Komunikasi verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan

satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal

(Deddy Mulyana, 2008). Bahasa adalah seperangkan kata yang disusun secara

berstruktur sehingga menjadi suatu kalimat yang mengandung makna (Riswandi

2009:59) setiap orang mempunyai nama untuk dijadikan sebagai identifikasi

social. Orang juga dapat memahami apa saja, atau menamai objek-objek yang

berlainan, termasuk menamai perasaan tertentu yang mereka alami, penamaan

adalah dimensi pertama dalam bahasa dan merupakan basis bahasa, dan pada

awalnya hal itu dilakukan manusia sesuka mereka yang kemudian menjadi

konvensi.

Jalaluddin Rakhmat (2008), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan

formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama

untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa

hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok

sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua

(64)

Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan

dirangkaikan supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa Indonesia yang

berbunyi ”Di mana saya dapat menukar uang?” akan disusun dengan tatabahasa

bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut:

a. Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I change

some money?).

b. Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change

de l’argent?).

c. Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich

etwasGeld wechseln?).

d. Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde puedo cambiar dinero?).

Tata bahasa meliputi tiga unsure: fonologi, sintaksis, dan semantik.

Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis

merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan

pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.

Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki 3 fungsi

1. Penamaan: merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau

orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam

komunikasi

2. Interaksi: menekankan pada berbagai gagasan dan emosi yang dapat

(65)

informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Ada juga menerima

informasi setiap hari melalui bangun pagi hari sampai tidur dimalam hari.

3. Transmisi informasi: melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepda

orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya media

massa (Riswandi 2009:60)

Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles,

Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya

bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:

a. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja

yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada

masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.

b. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul

dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka

untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan

lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.

c. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa

memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri

kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita. (Riswandi

(66)

2.1.4.2. Kode verbal

Kode verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa, dimana bahasa

memiliki fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang

efektif. Ketiga fungsi itu adalah:

a. Untuk mempelajari tentang dunia disekeliling kita

b. Untuk membina hubungan yang baik diantara sesame manusia

c. Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.

Keterbatasan Bahasa:

a. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek. Kata-kata

adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda,

peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk

merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka

realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat

parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.

b. Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya

baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.

c. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual. Kata-kata bersifat ambigu,

karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang

yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda

pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka

(67)

dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada mahasiswanya yang

nyontek.

d. Kata-kata mengandung bias budaya. Bahasa terikat konteks budaya. Oleh

karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya

dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata

yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda,

atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama.

Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh

jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka menggunakan kata yang

sama. (Riswadi, 2009: 63-68)

2.1.4.3. Komunikasi nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan

pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua

peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis

komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam

kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi

dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.

(68)

symbol-simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku nonverbal itu tidak sungguh-sungguh bersifat nonverbal (mulyana 2008)

2.1.4.4. Kode nonverbal

Manusia ketika melakukan komunikasi nonverbal tentu memiliki suatu

kode verbal atau bahasa. Kode verbal disebut juga dengan bahasa isyarat atau

bahasa diam. Dan hal yang menarik dari kode nonverbal adalah studi Albert

Mahribian (1971) yang menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari

pembicaraan orang hanya 7 persen berasal dari bahasa verbal, 38 persen dari vocal

suara dan 55 persen dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi

pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya, orang

lain cenderung mempercayai hal hal yang bersifat nonverbal. Oleh sebab itu Mark

Knapp (1978) menyebut bahwa penggunaan kode nonverbal dalam komunikasi

mempunyai fungsi yaitu.

1. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition)

2. Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan

kata-kata (substitution)

3. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenal (identiti)

4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum

sempurna.(Cangara 2008)

Dalam hubungannya dengan peril

Gambar

Gambar 2.1 UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
Gambar 2.2 Sosok George Harbert Mead
Gambar: 2.3 Hirarki  Makna yang Teorganisir
Gambar 2.4 Model Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

(nilai yang ditanamkan: Jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, peduli lingkungan, tanggung jawab.

Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada masyarakat mengenai manfaat ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) sebagai pengedalian

Menurut pernyataan dari informasi Guru kelas IV SDN Gugus Ismaya, diperoleh informasi bahwa hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) materi globalisasi masih rendah,

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka data primer yang diperlukan adalah: data tentang keyakinan konsumen akan

Sakit kepala terutama datang bila pasien merasa banyak pikiran.Dalam kesehariannya jarang melakukan kegiatan olah raga aktivitas olahraga yang dilakukan sebatas ikut

1) Yang dapat diterima menjadi anggota GAPOKTAN Ngudi Rajarjo II adalah mereka yang tercatat sebagai penduduk Desa Pagerwojo, Kecamatan Limbangan, dibuktikan dengan KTP

Berdasarkan hasil analisis yang peneliti lakukan sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, ditemukan bentuk-bentuk abreviasi yang ditulisa dalam halaman

Penelitian ini akan membahas penggunaan platform tersebut dalam menginvestigasi peran dan fitur dari komponen fasad diantaranya panjang kanopi jendela, luas permukaan bukaan,