SKRIPSI
PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI
LARUTAN KALSIUM SERTA METODE PENGERINGAN
TERHADAP MUTU KERIPIK KENTANG
OIeh
NY! RD. DIAH KATNA WULAN P F 28.0893
1996
fakultasteknologipertセ@
LARUT AN KALSIUM SERTA METODE PENGERINGAN
TERHADAP MUTU KERIPIKKENT ANG
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian
Oleh
NYI RD. DIAH RATNA WULAN P F 28.0893
1996
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANlAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI
LARUTAN KALSIUM SERTA METODE PENGERINGAN
TERHADAP MUTU KERIPIKKENTANG
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mempet'oleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pad a Jurusan Telmologi Pang an dan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian
Oleh
NYI RD. DIAH RA TNA WULAN P F 28.0893
Dilahirkan pad a tanggal 12 April 1972 di Bandung
Serta Metode Pengeringan Terhadap Mutu Keripik Kentang. Dibawah bimbingan
DEDDY MUeRTADI.
RINGKASAN
Konsumsi keripik kentang menduduki posisi yang cukup strategis dalam
industri pengolahan kentang maka pengembangan mutu produk keripik kentang untuk
tujuan komersial dirasa perlu dilakukan.
Dalam pembuatan keripik kentang ini dilakukan percobaan dengan beberapa
perlakuan sebagai berikut: (A) jenis kalsium, (B) konsentrasi kalsium dan (e) metode
pengeringan. Jenis kalsium terdiri dari kalsium sulfat (AI)' kalsium klorida (A2) dan
kalsium oksida (A3). Konsentrasi kalsium terdiri dari 0.5 % (BI), 1.0% (B2), 1.5 %
(B3) dan 2.0% (B.). Sedangkan metode pengeringan terdiri dari penjemuran (C I) dan
pengering kabinet (e2). Keripik yang diperoleh kemudian dianalisa kadar air. kadar
abu dan kadar protein dalam keadaan mentah. Sedangkan analisa kandungall Asam
Lemak Bebas (ALB), kerenyahan dan uji organoleptik yang meliputi warna. rasa dan
tekstur dalam bentuk hasil digoreng.
Berdasarkan hasil analisa terhadap keripik kelltang diperoleh bahwa kadar air
terendah diperoleh dari perlakuall pemberian kalsium klorida 2 % dan dikeringkan
dellgall alat pengering kabinet selama 12-15 jam dengall nilai 4.80% bk. Kadar abu
tertinggi diperoleh dari pemberian kalsium klorida 2
%
dan dikeringkall dellgallpelljemuran selama 2 hari dengan llilai 3.49% bk. Kadar protein tertillggi diperoleh
dengan nilai 6.74 % bk. Kadar Asam Lemak Bebas terendah diperoleh dari perlakuan
kalsium sulfat 0.5% dan dikeringkan dengan alat kabinet dengan nilai 0.12%.
Kekerasan tertinggi diperoleh dari perlakuan perendaman kalsium sui fat 0.5 % dan
dikeringkan dengan penjemuran dengan nilai 4.78 kg/mm.
Hasil uji organoleptik Kruskall-Wallis memberikan gambaran bahwa kesukaan
panel is terhadap keripik kentang untuk parameter warna adalah keripik dengan
perlakuan perendaman dalam kalsium oks ida 1.5
%
dan dikeringkan dengan pengeringkabinet dengan kisaran rangking tertinggi yaitu 771.1 dengan nilai tengah 4 (sangat
suka). Kesukaan panel is terhadap rasa adalah keripik yang diberi perlakuan
perendaman dalam garam kalsium klorida 2
%
dan dikeringkan dengan penjemuranyang memiliki kisaran rangking tertinggi sebesar 724.1 dan nilai tengahnya 4 (sangat
suka). Keripik yang paling disukai dari hasil uji hedonik dan uji skalar adalah
keripik yang direndam dalam larutan garam kalsium oks ida 1.5 % dan dikeringkan
dengan alat kabinet; dengan kisaran rangking berturut-turut adalah 735.6 yang
memiliki nilai tengah 4 (sangat suka) dan 739.5 dengan nilai tengah 4 (sangat
renyah).
Parameter penentu keripik kentang adalah mutu akhir produk berdasarkan
tingkat kesukaan konsumen. sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan garam
kalsium oks ida dengan konsentrasi 1.5 % persen dan dikeringkan dengan alat kabinet
memberikan hasil terbaik dalam pembuatan keripik kentang; dengan komposisi kimia
sebagai berikut: kadar air 5.74 % (bk), kadar abu 2.95% (bk), kadar protein 4.37%
Puji syukur ya ALLAH atas segenap karunia dan hidayah-Mu. Segala puji
hanya bagi ALLAH yang dengan segala kemurahan-Nya senantiasa menyiapkan
kemudahan dibalik setiap kesulitan, menjadikan kenikmatan dalam setiap kemudahan
dan pelajaran dibalik setiap kesulitan, selama penyusunan skripsi ini.
Dengan rasa hormat penulis ucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Ir.
Deddy Muchtadi, MS., atas bimbingan, asuhan dan didikkannya baik dalam sikap,
cara berpikir dan tindakan. Penulis ucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ir. Hanny
Widjaya, MSc. serta ibu Ir. Dede Robiatul Adawiyah selaku dosen penguji atas
masukan dan sarannya.
Rasa terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada pimpinan dan
karyawan labolaturium Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi IPB, Bangsal
Percontohan Pengolahan Hasil Pertanian (AP4) FATETA-IPB serta Pusat Penelitian
dan Pengembangan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor atas segenap bantuan
selama penulis melakukan penelitian.
Kepada Mamah tercinta, Ny. Sariningsih, dengan rasa hormat dan cinta yang
dalam, penulis ucapkan terima kasih atas segenap kasih sayang, jerih payah serta
do'a-do'a yang tiada putusnya yang menjadi sumber semangat dan kekuatan bagi
penulis. Begitu pula kepada kakak-kakak dan adik yang penulis sayangi (A. Yayat
& Teh Ida, A. Dede & Teh Susi, Teh Yanni & Kang Agus, Teh Iyenk & A. Syam,
kehangatan perhatian, bantuan, do 'a serta dorongan semangat yang membuat penulis
senantiasa merasa ditemani. Limpahkan kasih dan sayang-Mu kepada mereka ya
ALLAH.
Kepada ayahanda, Bapak Djerman Prawira Winata (almarhum), penulis
hadiahkan tulisan ini sebagai buah hasil didikan dan asuhannya. Ya ALLAH
balaskanlah segala amal baiknya dan limpahkanlah ampunan kepada beliau, amino
Terima kasih penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat di Al-Izzah dan
Asy-Syifaa. Juga untuk sahabat karib yang penulis sayangi Fitri, Endang, Ninda, Ririt,
Satri, Yanti dan Nia. Semangat dan do'anya sangat berarti bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata,
semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang memerlukan.
Bogor, Agustus 1996
Penulis
Halaman
KATA PENGANTAR . . . I
DAFfAR lSI . . . III
DAFfAR TABEL . . . v
DAFfAR GAMBAR . . . " VI
DAFfAR LAMPmAN . . . vii
I. PENDAHULUAN . . . 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. T ANAMAN KENT ANG . . . 3
B. KOMPOSISI DAN NILAI GIZI KENTANG . . . 3
c. PROSES PENGOLAHAN KERIPIK KENT ANG
1. Pengupasan . . . 6
2. Pengirisan . . . " 6
3. Perendaman dalam Larutan Kalsium . . . " 7
4. Blanching . . . 8
5. Pengeringan . . . 9
D. PROSES PENGGORENGAN . . . 13
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT . . . 15
--... Mセ@
.-' .-'
C. RANCANGAN PERCOBAAN . . . 18
D. PENGAMA T AN 1. Kadar air . . . 20
2. Kadar Asam Lemak Bebas . . . 20
3. Kadar protein . . . 21
4. Kandungan abu . . . 22
5. Uji organoleptik . . . 22
6. Kekerasan . . . 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar air . . . 25
B. Kadar abu . . . 29
C. Kadar protein . . . 34
D. Kandungan Asam Lemak Bebas . . . 36
E. Kekerasan dan Kerenyahan . . . 42
F. Uji Organoleptik 1. Warna . . . 49
2. Rasa . . . 51
3. Tekstur . . . 52
V. KESIMPULAN DAN SARAN . . . . 54
DAFfAR PUSTAKA . . . 59
SKRIPSI
PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI
LARUTAN KALSIUM SERTA METODE PENGERINGAN
TERHADAP MUTU KERIPIK KENTANG
OIeh
NY! RD. DIAH KATNA WULAN P F 28.0893
1996
fakultasteknologipertセ@
LARUT AN KALSIUM SERTA METODE PENGERINGAN
TERHADAP MUTU KERIPIKKENT ANG
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian
Oleh
NYI RD. DIAH RATNA WULAN P F 28.0893
1996
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANlAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI
LARUTAN KALSIUM SERTA METODE PENGERINGAN
TERHADAP MUTU KERIPIKKENTANG
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mempet'oleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pad a Jurusan Telmologi Pang an dan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian
Oleh
NYI RD. DIAH RA TNA WULAN P F 28.0893
Dilahirkan pad a tanggal 12 April 1972 di Bandung
Serta Metode Pengeringan Terhadap Mutu Keripik Kentang. Dibawah bimbingan
DEDDY MUeRTADI.
RINGKASAN
Konsumsi keripik kentang menduduki posisi yang cukup strategis dalam
industri pengolahan kentang maka pengembangan mutu produk keripik kentang untuk
tujuan komersial dirasa perlu dilakukan.
Dalam pembuatan keripik kentang ini dilakukan percobaan dengan beberapa
perlakuan sebagai berikut: (A) jenis kalsium, (B) konsentrasi kalsium dan (e) metode
pengeringan. Jenis kalsium terdiri dari kalsium sulfat (AI)' kalsium klorida (A2) dan
kalsium oksida (A3). Konsentrasi kalsium terdiri dari 0.5 % (BI), 1.0% (B2), 1.5 %
(B3) dan 2.0% (B.). Sedangkan metode pengeringan terdiri dari penjemuran (C I) dan
pengering kabinet (e2). Keripik yang diperoleh kemudian dianalisa kadar air. kadar
abu dan kadar protein dalam keadaan mentah. Sedangkan analisa kandungall Asam
Lemak Bebas (ALB), kerenyahan dan uji organoleptik yang meliputi warna. rasa dan
tekstur dalam bentuk hasil digoreng.
Berdasarkan hasil analisa terhadap keripik kelltang diperoleh bahwa kadar air
terendah diperoleh dari perlakuall pemberian kalsium klorida 2 % dan dikeringkan
dellgall alat pengering kabinet selama 12-15 jam dengall nilai 4.80% bk. Kadar abu
tertinggi diperoleh dari pemberian kalsium klorida 2
%
dan dikeringkall dellgallpelljemuran selama 2 hari dengan llilai 3.49% bk. Kadar protein tertillggi diperoleh
dengan nilai 6.74 % bk. Kadar Asam Lemak Bebas terendah diperoleh dari perlakuan
kalsium sulfat 0.5% dan dikeringkan dengan alat kabinet dengan nilai 0.12%.
Kekerasan tertinggi diperoleh dari perlakuan perendaman kalsium sui fat 0.5 % dan
dikeringkan dengan penjemuran dengan nilai 4.78 kg/mm.
Hasil uji organoleptik Kruskall-Wallis memberikan gambaran bahwa kesukaan
panel is terhadap keripik kentang untuk parameter warna adalah keripik dengan
perlakuan perendaman dalam kalsium oks ida 1.5
%
dan dikeringkan dengan pengeringkabinet dengan kisaran rangking tertinggi yaitu 771.1 dengan nilai tengah 4 (sangat
suka). Kesukaan panel is terhadap rasa adalah keripik yang diberi perlakuan
perendaman dalam garam kalsium klorida 2
%
dan dikeringkan dengan penjemuranyang memiliki kisaran rangking tertinggi sebesar 724.1 dan nilai tengahnya 4 (sangat
suka). Keripik yang paling disukai dari hasil uji hedonik dan uji skalar adalah
keripik yang direndam dalam larutan garam kalsium oks ida 1.5 % dan dikeringkan
dengan alat kabinet; dengan kisaran rangking berturut-turut adalah 735.6 yang
memiliki nilai tengah 4 (sangat suka) dan 739.5 dengan nilai tengah 4 (sangat
renyah).
Parameter penentu keripik kentang adalah mutu akhir produk berdasarkan
tingkat kesukaan konsumen. sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan garam
kalsium oks ida dengan konsentrasi 1.5 % persen dan dikeringkan dengan alat kabinet
memberikan hasil terbaik dalam pembuatan keripik kentang; dengan komposisi kimia
sebagai berikut: kadar air 5.74 % (bk), kadar abu 2.95% (bk), kadar protein 4.37%
Puji syukur ya ALLAH atas segenap karunia dan hidayah-Mu. Segala puji
hanya bagi ALLAH yang dengan segala kemurahan-Nya senantiasa menyiapkan
kemudahan dibalik setiap kesulitan, menjadikan kenikmatan dalam setiap kemudahan
dan pelajaran dibalik setiap kesulitan, selama penyusunan skripsi ini.
Dengan rasa hormat penulis ucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Ir.
Deddy Muchtadi, MS., atas bimbingan, asuhan dan didikkannya baik dalam sikap,
cara berpikir dan tindakan. Penulis ucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ir. Hanny
Widjaya, MSc. serta ibu Ir. Dede Robiatul Adawiyah selaku dosen penguji atas
masukan dan sarannya.
Rasa terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada pimpinan dan
karyawan labolaturium Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi IPB, Bangsal
Percontohan Pengolahan Hasil Pertanian (AP4) FATETA-IPB serta Pusat Penelitian
dan Pengembangan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor atas segenap bantuan
selama penulis melakukan penelitian.
Kepada Mamah tercinta, Ny. Sariningsih, dengan rasa hormat dan cinta yang
dalam, penulis ucapkan terima kasih atas segenap kasih sayang, jerih payah serta
do'a-do'a yang tiada putusnya yang menjadi sumber semangat dan kekuatan bagi
penulis. Begitu pula kepada kakak-kakak dan adik yang penulis sayangi (A. Yayat
& Teh Ida, A. Dede & Teh Susi, Teh Yanni & Kang Agus, Teh Iyenk & A. Syam,
kehangatan perhatian, bantuan, do 'a serta dorongan semangat yang membuat penulis
senantiasa merasa ditemani. Limpahkan kasih dan sayang-Mu kepada mereka ya
ALLAH.
Kepada ayahanda, Bapak Djerman Prawira Winata (almarhum), penulis
hadiahkan tulisan ini sebagai buah hasil didikan dan asuhannya. Ya ALLAH
balaskanlah segala amal baiknya dan limpahkanlah ampunan kepada beliau, amino
Terima kasih penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat di Al-Izzah dan
Asy-Syifaa. Juga untuk sahabat karib yang penulis sayangi Fitri, Endang, Ninda, Ririt,
Satri, Yanti dan Nia. Semangat dan do'anya sangat berarti bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata,
semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang memerlukan.
Bogor, Agustus 1996
Penulis
Halaman
KATA PENGANTAR . . . I
DAFfAR lSI . . . III
DAFfAR TABEL . . . v
DAFfAR GAMBAR . . . " VI
DAFfAR LAMPmAN . . . vii
I. PENDAHULUAN . . . 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. T ANAMAN KENT ANG . . . 3
B. KOMPOSISI DAN NILAI GIZI KENTANG . . . 3
c. PROSES PENGOLAHAN KERIPIK KENT ANG
1. Pengupasan . . . 6
2. Pengirisan . . . " 6
3. Perendaman dalam Larutan Kalsium . . . " 7
4. Blanching . . . 8
5. Pengeringan . . . 9
D. PROSES PENGGORENGAN . . . 13
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT . . . 15
--... Mセ@
.-' .-'
C. RANCANGAN PERCOBAAN . . . 18
D. PENGAMA T AN 1. Kadar air . . . 20
2. Kadar Asam Lemak Bebas . . . 20
3. Kadar protein . . . 21
4. Kandungan abu . . . 22
5. Uji organoleptik . . . 22
6. Kekerasan . . . 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar air . . . 25
B. Kadar abu . . . 29
C. Kadar protein . . . 34
D. Kandungan Asam Lemak Bebas . . . 36
E. Kekerasan dan Kerenyahan . . . 42
F. Uji Organoleptik 1. Warna . . . 49
2. Rasa . . . 51
3. Tekstur . . . 52
V. KESIMPULAN DAN SARAN . . . . 54
DAFfAR PUSTAKA . . . 59
Halaman
Tabel 1. Komposisi umbi kentang dan tepung kentang
per 100 gram umbilbagian yang dimakan . . . 4
Tabel 2. Pengaruh perlakuan jenis kalsium dan metoda pengeringan
terhadap kadar air keripik kentang . . . 27
Tabel 3. Pengaruh perlakuan jenis dan konsentrasi kalsium serta
metode pengeringan terhadap kadar abu keripik kentang . . . 30
Tabel 4. Pengaruh perlakuan jenis kalsium dan metode pengeringan
terhadap kadar protein keripik kentllng . . . 35
Tabel 5. Pengaruh perlakuan jenis dan konsentrasi kalsium serta
metode pengeringan terhadap kandungan ALB keripik kentang . . . 37
Tabel 6. Pengaruh perlakuan jenis dan konsentrasi kalsium serta metode pengeringan terhadap t ingkat kekerasan
keripik kentang . . . 43
[image:21.603.84.503.156.435.2]DAFfAR GAMUAR
Halaman
Gambar 1. Prosedur pembuatan keripik kentang . . . . . . . . 18
Gambar 2. Histogram pengaruh perendaman jenis kalsium dan
metode pengeringan terhadap kadar air keripik kentang . . . 28
Gambar 3. Histogram pengaruh perlakuan jenis dan konsentrasi
kalsium terhadap kadar abu keripik kentang .. . . . 31
Gambar 4. Histogram pengaruh perlakuan jenis dan konsentrasi kalsium serta metode pengeringan terhadap kadar abu
keripik kentang . . . . . . 33
Gambar 5. Histogram pengaruh perlakuan jenis dan konsentrasi kalsium terhadap kandungan ALB keripik kentang
Gambar 6. Histogram pengaruh perlakuan jenis kalsium dan metode pengeringan konsentrasi kabium terhadap
. . . . 38
kandungan ALB keripik kentang . . . .. . . . 40
Gambar 7. Histogram pengaruh perlakuan jenis dan konsentrasi kalsium serta meode pengeringan te,hadap kandungan
ALB keripik kentang . . . .. . . . . 41
Gambar 8. Histogram pengaruh perlakuan jenis dan konsentrasi
kalsium terhadap kekerasan keripik kentang . . . . . . . 44
Gambar 9. Histogram pengaruh perlakuan jenis kalsium dan
metode pengeringan terhadap kekerasan keripik kentang . . . 45
GambarlO. Histogram pengaruh perlakuan jenis dan konsentrasi kalsium serta metode pengeringan terhadap kekerasan
keripik kentang . . . . . . 46
Gambarll. Keripik kentang dengan berbagai jenis dan konsentrasi
kalsium serta metode pengeringan . . . 49
[image:22.602.73.511.130.688.2]Halaman
Lampiran 1. Rekapitulasi data hasil analisa . . . 61
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 7a.
Lampiran 8.
Lampiran 8a.
Lampiran 9.
Analisis ragam kadar air keripik kentang
·
...
Analisis ragam kadar abu keripik kentang
· .
.
. . .
Analisis ragam kadar protein keripik kentang . . . .
.
...
Analisis ragam kandungan FFA keripik kentang
. . .
.
. .
Analisis ragam kekerasan keripik kentang
...
Uji Kruskall-Wallis untuk uji hedonik
parameter wama
...
.
. . .
. .
Uji nilai tengah mood terhadap parameter warna .
. . .
Uji Kruskall-Wallis untuk uji hedonik
parameter rasa
... · ...
Uji nilai tengah mood terhadap parameter rasa
.
...
Uji Kruskall-Wallis untuk uji hedonik parameter tekstur . . . .
Lampiran 9a. Uji nilai tengah mood terhadap parameter tekstur
Lampiran 10. Uji Kruskall-Wallis untuk uji hedonik parameter skalar . . . .
Lampiran lOa. Uji nilai tengah mood terhadap parameter skalar
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kentang berasal dari daerah Amerika Selatan dan dibawa oleh orang
Spanyol masuk Eropa. Di Eropa kentang mangalami adaptasi genetik terhadap
cuaca sedang dan kemudian menjadi makanan pokok disana. Dari Eropa
budidaya kentang berkembang ke seluruh dunia sampai ke daerah tropik dan
penelitian mengenai kentang telah menjadi bagian dari penelitian di negara
berkembang. Pada saat sekarang kentang telah menjadi tanaman pangan yang
memiliki nilai ekonomi yang tinggi di negara-negara berkembang.
Faktor utama pembudidayaan kentang dikarenakan nutrisi yang
dikan-dung, pertumbuhan yang cepat dan produktivitas yang tinggi. Jumlah produksi
kentang di negara-negara berkembang (91.1 juta ton) menduduki urutan keempat
setelah tanaman padi (382.6 juta ton), gandum (162.4 juta ton) danjagung (153.9
juta ton) (FAD, 1982). HasH produksi kentang di seluruh Indonesia mencapai
143.82 tonlha, dengan luas panen 48.852 ha dan jumlah produksi sebesar
702.584 ton, BPS (1992).
Keripik merupakan suatu jenis makanan kering yang sudah lama dikenal
oleh sebagian besar masyarakat. Jenis ini digemari oleh segala lapisan
Karena konsumsi keripik kentang menduduki posisi yang cukup strategis
dalm industri pengolahan kentang maka pengembangan mutu produk keripik
kentang untuk tujuan komersial dirasa perlu dilakukan.
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh jenis dan
konsentrasi larutan kalsium serta metode pengeringan terhadap mutu keripik
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. TANAMAN KENTANG
Kentang (Solanum tuberosum) merupakan tanaman dikotil bersifat
semu-sim. Umbi kentang terbentuk dari pembesaran bag ian ujung stolon dan berfungsi
sebagai tempat cadangan makanan. Bentuk umbi kentang ini mencirikan varietas
kentang, namun demikian bentuk umbi ini dapat dipengaruhi oleh cara bertanam,
keadaan lingkungan tumbuh dan penyakit (Burton, 1966).
Untuk pertumbuhannya, kentang memerlukan suhu ideal rata-rata tiap hari
dibawah 21. 1°C sedangkan suhu lebih dari 29°C tanaman tersebut tidak tumbuh.
Suhu yang baik untuk fotosintesa adalah 20°C dan untuk pembentukan umbi
antara 15.6°C sampai dengan 18.3°C. Oleh karena itu biasanya penanaman
dilakukan pada ketinggian diatas 1000 sampai 2000 meter diatas permukaan laut,
dengan kelembaban udara antara 80-90 persen dan penyinaran matahari yang
cukup. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhannya adalah jenis tanah andosol
atau lempung berpasir yang gem bur dan banyak mengandung humus dengan pH
antara 5-5.5 (Sunarjono, 1975).
B. KOMPOSISI DAN NILAI GIZI KENTANG
Komposisi umbi kentang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain, varietas, keadaan tanah yang ditanami, pup uk yang dipergunakan, umur
kentang selama pertumbuhan meliputi naiknya kadar pati dan sukrosa serta
turunnya kadar air dan gula pereduksi.
Kecuali kulitnya yang sangat tipis, seluruh bag ian dagingnya dapat
dimakan. Umbi kentang termasuk pula kedalam kelompok lima besar dari
makanan pokok dunia yang terdiri atas gandum, jagung, beras, terigu dan
kentang. Menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI tahun 1979,
kom-posisi gizi umbi kentang dan tepung kentang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi umbi kentang dan tepung kentang per 100 gram umbilbagian yang dapat djmakan
k。ョ、オョセ。ョ@ Umbi ォ・ュ。ョセ@ TeDune kemane
Kalari (KaJ) 83.00
Proteinhl 2.00
Lemak (e) 0.10
Karbohidrat HセI@ 19.10
Kalsium (me) 11.00
Fasfar (me) 56.00
Besi (me) 0.70
Vitamin A (S!)
•
Vitamin B (m2) 0.11
Vitamin C (me) 17.00
Air (g) 77.80
Ba2ian daDat dimakan 85.00
Sumber : Direktorat Gizi Dep'anemen Kesehatan Rl.. 1979.
Keterangan : • = sangat kec!l (dapat diabaikan )
347.00 0.30 0.10 85.60 20.00 30.00 0.50
*
0.04 0.00 13.00 100.00
Komposisi utama dari umbi kentang adalah air 80
%,
pati 18%,
dan protein2 %. Dengan mengkonsumsi sebuah umbi kentang yang berukuran sedang,
[image:27.600.121.461.317.581.2]5 vitamin C dan sebagian besar vitamin B serta zat besi. Nilai kalori sebuah umbi
kentang yang berukuran sedang ini adalah 100 kalori yang sarna nilainya dengan
sebuah apel ; atau pisang ukuran sedang atau sebuah jeruk berukuran besar.
C. PROSES PENGOLAHAN KERIPIK KENT ANG
Keripik adalah produk yang dihasilkan melalui tahapan pengupasan,
peng-irisan dan penggorengan. Keripik banyak menyerap minyak selama
penggoreng-an, banyak sedikitnya minyak yang diserap akan mempengaruhi rasa, tekstur
serta penampakan keripik kentang. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
banyak sedikitnya minyak yang diserap adalah kandungan padatan bahan, suhu
minyak goreng, lama penggorengan, jenis minyak, ketebalan bahan serta sifat
v'
fisik permukaan irisan (Matz, 1984).
d。カセ@
(1977) menambahkan bahwa adanya pengeringan awal pada keripikkentang akan mengurangi penyerapan minyak pada waktu ー・ョァァッセ・ョァ。ョ@ atau
dengan kata lain, semakin sedikit kadar air suatu bahan maka minyak yang
diserap akan sedikit.
1. Pengupasan
Sebelum pengirisan, kentang dikupas lebih dulu untuk menghilangkan
lapisan luar (kulit), mata, cacat dan lain-lain. Cara-cara pengupasan yang
dalam larutan NaOH encer panas ataupun dengan uap bertekanan tinggi
(Matz, 1984)
v
Harrington dan Shaw (1967) menyatakan bahwa keuntungan pengupasan
dengan alat abrasi adalah sederhana, kepadatan bahan baik, biaya murah dan
mudah. Alat ini khususnya sangat sesuai untuk pengupasan kentang untuk
maksud pembuatan keripik, selama tidak merubah sifat kimia lapisan
per-mukaan kentang. Sekitar 10% dari berat umbi akan hilang dengan
pengupas-an secara abrasi untuk pembuatpengupas-an keripik.
2. Pengirisan
Pemotongan dan pengirisan yang cermat pada kentang dapat
meng-hasilkan ukuran yang seragam bagi produk kering. Keseragaman ukuran
adalah penting, selain untuk memperoleh penampakan yang baik, juga dalam
pengolahan produk mengalami penetrasi panas yang merata (Muchtadi et al.,
1979)
3. Perendaman dalam Larutan Kalsium
Perubahan kekerasan pada buah-buahan selama penyimpanan dan
proses pengolahan menggunakan panas dapat terjadi karena adanya
per-ubahan sifat permeabilitas membran sel, perper-ubahan zat pektin dan pengaruh
7
Pemanasan menyebabkan denaturasi pada protein sel, kemudian
mengendap dan sel mati, sehingga kemampuan membran sel untuk
menem-buskan sesuatu zat akan hilang. Vakuola tidak lagi dikelilingi oleh membran
protoplasma yang hidup, akibatnya eairan sel akan keluar dan mas uk ke
ruang sel khusus
(extra cellular space)
dan sel pembuluh, sehingga teksturakan menjadi lunak (Mayer, 1973).
Perubahan kekerasan ini dapat dieegah dengan perendaman dalam
larutan garam-garam kalsium, karena kalsium bereaksi dengan gugus
kar-boksil dari pektin. Kalsium yang bervalensi dua akan berikatan seeara
menyilang diantara dua gugus karboksil pada pektin. Bila ikatan-ikatna ini
terdapat dalan jumlah yang besar, maka akan terbentuk jaringan-jaringan
molekul kalsium-pektat. Makin besar jaringan molekul ini, akan semakin
rendah daya larut pektin dan semakin kuat dari gangguan mekanis, sehingga
semakin keeil kemungkinan terjadi pemeeahan pektin selama pengolahan
(Lowe, 1963).
Ion-ion kalsium yang ditambahkan akan bereaksi dengan pektin dalam
dinding sel, sehingga akan memperkuat ikatan diantara sel-sel lersebul
(Mohammadzadeh dan Luh, 1968). Keefektifan ion-ion kalsium dalam
mempertahankan kekerasan buah-buahan tergantung dari kandungan molekul
zat-zat yang dapat mengikat kalsium, misalnya ion-ion oksalat atau nitrat
(Ad-ams dan Blundstone, 1973; Muchtadi, 1978).
4. Blanching
Blanching merupakan suatu proses pemanasan bahan pangan pada
suhu tinggi dalam waktu yang singkat. Tujuan blanching adalah untuk
inaktivasi enzim enzim terutama enzim katalase dan peroksidase. Blanching
juga bertujuan mencegah perkembangan bau dan warna yang tidak
dikehen-daki selama pengeringan dan penyimpanan. Blanching dapat membuat
sel-sel membran bahan menjadi lebih permeabel sehingga pergerakkan air tidak
terhambat dan menghilangkan udara dari jaringan bahan. Dengan blanching
jumlah mikroorganisma awal dapat diturunkan, disamping itu dapat
men-cegah kerusakan karoten selama pengeringan (Van Arsdel dan Copley, 1964;
Braverman, 1963; Gaver, 1951). MenurutWinarnoetal., (1981) blanching
dilakukan dengan menggunakan air mendidih selama 3 sampai 5 men it dapat
menghilangkan bau-bauan.
5. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengurangi kadar air bahan
9
untuk penguapan dapat diperoleh dari sinar matahari atau sumber panas
buatan atau modifikasi kedua sumber panas tersebut.
a. Pengeringan dengan Panas Matahari
Pengeringan dengan panas matahari adalah menguapan air
de-ngan energi matahari menggunakan perlengkapan dan peralatan yang
sederhana, diperlukan halaman yang luas dengan sinar matahari
lang-sung untuk meletakkan bahan yang akan dikeringkan.
Menurut Suhadi Hardjo dan Syachri (1975), pengeringan dengan
panas matahari menimbulkan berbagai masalah terutama sulitnya
me-ngontrol suhu, kelembaban dan kontaminasi oleh jasad renik serta
sangat tergantung pada kondisi cuaca setempat. Kondisi yang tidak
merata sering menyebabkan produksi kering bermutu rendah, terjadinya
pencoklatan karena aktivitas berbagai enzim.
b. Pengering Kabinet (Cabinet Dryer)
Pengering kabinet terdiri dari suatu ruangan yang terisolasi
dengan baik untuk mencegah kehilangan panas. Dalam penggunaan
komersial sumber panasnya bisa berasal dari tenaga listrik atau gas.
Pengering kabinet umumnya digunakan untuk potongan-potongan
suhu udara 93,3°C (db). Pengeringan akan memakan waktu 10-20 jam
tergantung dari jenis bahan dan tingkat kadar air akhir yang diinginkan
(De Leon, 1988).
Menurut De Leon (1988), bahan yang akan dikeringkan bisa
diletakkan diatas nampan yang berlubang-lubang atau loyang sebagai
lapisan yang tip is. Pada pengering kabinet yang besar,
nampan-nam-pan diletakkan diatas trolley untuk memudahkan penanganan. Untuk
ukuran yang lebih kecil, bisa diletakkan diatas penopang yang
per-manen. Kipas yang berada dalam pengering kabinet mengalirkan udara
melalui elemen-elemen pemanas dan menyebarkannya secara merata
melalui nampan-nampan yang berisi bahan yang akan dikeringkan.
Alat pengering ini dilengkapi dengan sebuah saluran dimana udara yang
penuh uap air dikeringkan sebelum resirkulasi dengan melewatkannya
melalui suatu bahan penyerap air atau kumparan dingin untuk
meng-kondensasikan uap air dalam udara.
c. Reaksi Fisik dan Kirnia Selama Pengeringan
Umumnya makanan yang dikeringkan mempunyai nilai gizi yang
lebih rendah dibandingkan bahan segarnya. Selama pengeringan juga
dapat terjadi perubahan warna, tekstur, aroma dan lain lain (Winarno
II
Shrinkage dan case hardening adalah perubahan tekstur yang
umum terjadi pada pengeringan buah (Potter, 1973). Shrinkage terjadi
akibat adanya perpindahan massa uap air secara drastis selama
penge-ringan, menimbulkan tekanan kuat pada dinding sel yang akhirnya akan
merusak membran sel sehingga kehilangan permeabilitasnya (Potter,
1973).
Case hardening umumnya terjadi pada buah-buahan yang
me-ngandung banyak gula terlarut. Selama pengeringan, air beserta
gula-gula pelarut bergerak di dalam potongan makanan kepermukaan
makan-an. Air akan segera menguap sedang gula beserta pada
padatan-pa-datan lainnya akan tetap tinggal dipermukaan dan mengering serta
mengeras, menyebabkan air yang masih berada di dalam sel potongan
makanan tidak dapat keluar atau menguap. Biasanya case hardening
terjadi bersamaan dengan shrinkage. Perubahan ini dapat
diminimum-kan dengan menurundiminimum-kan suhu permukaan bahan selama pengeringan
(Potter, 1973). Atau memperlambat proses pengeringan awal (Winarno
et aI., 1980).
Case hardening ini juga dapat disebabkan oleh adanya
per-ubahan-perubahan kimia tertentu seperti terjadinya penggumpalan
protein pada permukaan bahan karena panas atau terbentuknya dekstrin
Keadaan ini akan menghambat proses pengeringan, memungkinkan
mikroba berkembang biak di da1am bahan kering serta memperlama
proses rehidrasi (Winarno et at, 1980).
Perubahan warna produk yang dikeringkan sering terjadi, dimana
produk yang dikeringkan cenderung berwarna lebih gelap. Perubahan
ini bisa terjadi akibat proses enzimatis atau non enzimatis. Reaksi
per-ubahan warna dapat 、ゥウセ「。「ォ。ョ@ oleh reaksi pencoklatan non enzimatis
yaitu reaksi karamelisasi dan reaksi maillard. Perlakuan pendahuluan
sebelum pengeringan mempengaruhi aktivitas enzim terutama yang
dapat menyebabkan perubahan warna menjadi coklat. Pada umumnya
enzim tidak tahan terhadap keadaan panas yang lembab terutama diatas
suhu maksimum aktivitas enzim tersebut (Muchtadi et at, 1979).
Umumnya buah-buahan kaya akan karbohidrat, dan sedikit
mengandung protein dan lemak. Kerusakan warna pada buah-buahan
terjadi pada karbohidrat tersebut (Desroiser, 1988). Meskipun
buah-buahan mengandung hanya sedikit protein, akan tetapi jumlah yang
sedikit ini secara biokimia cukup berarti karena enzim-enzim terdiri
dari atau mengandung protein. Gugus amino dari protein atau asam
amino bebas terlibat dalam perubahan warna jaringan baik selama
13
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Pengeringan
Dengan semakin tebalnya irisan buah, maka semakin sulit proses pengeringan beriangsung karena semakin jauh jarak yang harus ditem-puh oleh uap air, penutupan jalan keluarnya air, penghambatan aliran uap air oleh kantung-kantung udara, dan peningkatan viskositas akibat peningkatan konsentrasi gula, Untuk itu diperlukan peningkatan rasio luas permukaan terhadap berat irisan buah, agar laju pengeringan makin cepat (McBean et a!. ,1970).
D.PROSESPENGGORENGAN
Penggorengan adalah proses pemasakan dan pengeringan bahan melalui kontak dengan minyak panas dan secara simultan dan terjadi pindah panas dan pindah massa (Ashkenazi et aI., 1984). Penggorengan adalah proses untuk mempersiapkan makanan dengan jalan memanaskan makanan dalam ketel yang berisi minyak.
Tujuan dilakukannya penggorengan adalah untuk menghasilkan produk yang mengembang dan renyah, selain itu untuk meningkatkan citarasa. warna. kandu-ngan gizi dan daya awet produk akhir.
I. Proses penggorengan rendam (deep frying) adalah metode penggorengan
bahan pangan yang digoreng harus terendam seluruhnya dalam minyak
(Robertson, 1967).
2. Proses gangsa (panfrying) adalah metoda penggorengan bahan pangan yang
tidak terendam dalam minyak (Ketaren, 1986)
Menurut Jacobson (1967), faktor-faktor yang periu diperhatikan dalam
penggorengan adalah ketel penggorengan, minyak goreng dan kondisi
penggoren-gan. Berdasarkan pada sistem penggorengan umumnya ketel penggorengan
memi-Iiki dua macam bentuk : ketel dengan dasar berbentuk dasar dan dinding ketel
yang dangkal yang digunakan untuk proses gang sa. Ketel dengan dasar datar dan
dinding ketel yang dalam untuk proses deep frying.
Minyak goreng berfungsi sebagai media penghantar panas, menambah rasa
gurih, menambah nilai gizi dan kalori dalam bahan pangan (Ketaren, 1986).
Selain berfungsi sebagai medium penghantar panas, minyak goreng juga akan
menjadi bagian dari produk akhir (Matz, 1984).
Selama penggorengan perlu diperhatikan suhu minyak goreng. Biasanya
suhu yang dipergunakan yaitu sebesar 163-196°C, tergantung bahan pangan yang
digoreng. Panas yang berlebihan akan menyebabkan pemasakan yang tidak
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
Bahan untuk proses meliputi kentang (Solanum tuberosum) segar
varietas granola dengan umur petik 80 - 100 hari dan minyak goreng
kelapa merek Vetco yang diperoleh dipasaran. Bahan kimia yang
diguna-kan CaCI2 , CaO, dan CaS04 • Bahabahan untuk analisis meliputi
n-Heksan, H2S04 , NaOH, ethanol 95%, CuS04 , Na2S04 , HCl, indikator
phenolphtalein, indikator meningsel (CuS04.5H20 : K2S04 : HgO) dan
akuades.
2. Alat
Alat-alat proses yang dipergunakan adalah unit penggorengan,
kabinet dryer untuk pengeringan kentang segar, alat blanching, neraca,
pisau, wadah plastik, panci, stopwatch, kompor dan lain-lain. Alat-alat
analisis yang dipergunakan adalah neraca analitik, wadah alumunium,
desikator, oven, alat-alat gelas, labu Kjeldahl, alat pendestruksi,
serang-kaian alat destilasi, cawan porselen, tanur pengabuan, penangas air,
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di laboraturium Pusat Penelitian dan
Pengem-bangan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor. Bangsal Percontohan
Peng-olahan Hasil Pertanian (AP4) FATETA-IPB. Prosedur pembuatan keripik
kentang dapat dilihat pada Garnbar 1.
Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini terdiri dari perbedaan
jenis dan konsentrasi larutan kalsium dan perbedaan metoda pengeringan.
Faktor jenis kalsium terdiri dari tiga taraf faktor. faktor konsentrasi larutan
kalsium terdiri dari empat taraf faktor dan faktor metoda pengeringan terdiri
dari dua taraf. Masing-masing taraf jenis dan konsentrasi serta metoda
penge-ringan dikombinasikan satu sarna lain sehingga diperoleh dua puluh empat
per-lakuan.
1. Jenis Larutan Kalsium
Perbedaan jenis larutan kalsium yang diberikan pada penelitian ini
adalah tiga taraf yang masing-masing diberi kode AI' A2 • dan A3 yaitu:
A, = CaSO.
A2 = CaCl2
i
17
KEN TANG SEGAR
セ@
PENCUCIAN I
T
PENGUPASAN
T
PENCUCIAN II
T
PENGIRISAN 2 nun
セ@
/PERENDAMAN DALAM CaCI
2 ,CaO DAN CaS04
0.5, 1.0, 1.5 DAN 2.0
%SELAMA 30 MEN IT
1
PENCUCIAN III
T
BLANCHING 5-6 MENIT, 70-80
°c
-1
PERENDAMAN DALAM NaCI 0.5
%,30 MENIT
!
PENGERINGAN
1
[image:40.600.150.364.69.657.2]PENGGORENGAN DENGAN SUHU 176-198
°c
SELAMA 1 MENIT
2. Konsentrasi Larutan
Perbedaan konsentrasi larutan yang diberikan pada penelitian
ini terdiri dari tiga yang masing-masing diberi kode B" B2 , B3 dan B4 ,
yaitu:
B, = 0.5%
B2 = 1.0%
B3 = 1.5%
B. = 2.0%
3. Metode Pengeringan
Perbedaan metode pengeringan yang diberikan pada penelitian
ini terdiri dari dua taraf yang masing-masing diberi kode C, dan C2
yaitu:
C, = penjemuran (2 hari)
C2 = pengering kabinet (suhu 50-60°C, 12-15 jam)
C. RANCANGAN PERCOBAAN
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua kali ulangan. Faktor pertama
adalah jenis Kalsium terdiri dari tiga taraf yaitu CaSO. (A,), CaCl2 (A2) dan
CaO (A3). Faktor kedua adalah konsentrasi Kalsium terdiri dari 4 taraf yaitu;
19
pengeringan dengan dua taraf yairu penjemuran matahari (C,) dan pengeringan kabinet dryer (C20). Model rancangannya adalah sebagai berikut;
Y ijk1 = J1.
+
Ai+
B j+
C k+
ABij+
AC ik+
BCjk+
ABC ijk+
E1(ijk)Y ijk1
=
variabel respon hasil pengamatan ke-l yang terjadi karenape-ngaruh bersama taraf ke-i faktor jenis kalsium, taraf ke-j faktor
konsentrasi kalsium dan taraf ke-k faktor metode pengeringan
J1.
=
Pengaruh rata-rata sebenamyaAi
=
Pengaruh taraf ke-i faktor jenis kalsiumB j
=
Pengaruh taraf ke-j faktor konsentrasi kalsiumABij
=
Pengaruh interaksi antara taraf ke-i faktor jenis kalsium dengantaraf ke-j faktor konsentrasi kalsium
ACik
=
Pengaruh interaksi antara taraf ke-i faktor jenis kalsium dengantaraf ke-k faktor metode pengeringan
BCj,
=
Pengaruh interaksi antara taraf ke-j faktor konsentrasi kalsiumdengan taraf ke-k faktor metode pengeringan
ABCijk
=
Pengaruh terhadap variabel respon yang disebabkan olehinterak-si antara taraf ke-i faktor jenis kalinterak-sium, taraf ke-j faktor
konsen-trasi kalsium dan taraf ke-k faktor metode pengeringan
D. PENGAMATAN
1. Kadar Air (AOAC 1984)
Sebanyak 2-5 gram contoh ditimbang secara teliti di dalam wadah
alumu-nium kering yang telah diketahui beratnya, lalu dikeringkan dalam oven pada
suhu 105°C selama 3-5 jam. Setelah kering, cawan beserta isinya didinginkan
dalam desikator sampai suhu kamar, selanjutnya ditimbang. Pengeringan
contoh dilakukan sampai diperoleh berat yang konstan.
Kadar Air (%) =
H,-=.Jb
X 100 %B2
B, = Berat contoh awal (gram)
B2 = Berat contoh akhir (gram)
2. Kadar Asarn Lemak Bebas (ALB) (Mehlenbacher,1960)
Bahan harus diaduk merata dan berada dalam keadaan cair waktu diambil
contohnya. Timbang sebanyak 28.2
±
0.2 gr contoh dalam erlenmeyer.Tambahkan 30 mg alkohol netral yang panas dan 2 ml indikator
phenop-thalein (pp)
Titrasi dengan lamtan 0.1 N NaOH yang telah distandarisasi sampai
wama merah jambu tercapai dan tidak hilang selama 30 detik. Persen asanr> .
..
セM - - , -セセ@
"
._/ .: ,". -,."
:.' '
.
,.'./
21
lemak dinyatakan sebagai asam linoleat minyak kelapa sawit. Asam lemak
bebas dinyatakan sebagai % ALB
% ALB = ml NaOH x N x BM Linoleat x 100 berat contoh x 100
3. Kadar Protein (AOAC, 1984)
Contoh ditimbang sebanyak 0.1 gram, kemudian dimasukkan kedalam
labu Kjeldahl dan ditambah 1 gram katalis yang terdiri dari campuran CuS04
dan Na2S04 (1:1.2). Campuran tersebut selanjutnya ditambahkan 25 ml
H2S04 pekat, kemudian didestruksi sampai cairannya berwama hijau jemih.
setelah itu pendidihan dilanjutkan selama 30 menit.
Labu beserta isinya didinginkan sampai suhu kamar, kemudian isinya
dipindahkan ke dalam alat destilasi dan ditambah 15 ml NaOH 50 % (sampai
seluruh larutan menjadi basa).
Hasil sUlingan ditampung ke dalam erlenmeyer 200 ml yang berisi 25 ml
HCl 0.02 N sampai tertampung tidak kurang dari 25 ml destilat, kemudian
hasilnya didestilasi dengan NaOH 0.02 N disertai penambahan indikator
Meningsel 3-4 tetes. Langkah tersebut dilakukan juga terhadap bangko.
Kadar Protein (%) = a X N X 14 X 6.25 X 100% W
N ==Normalitas larutan NaOH
W ==Berat contoh (mg)
4. Kadar Abu (AOAC, 1984)
Contoh ditimbang sebanyak 2-10 gram di dalam cawan porselen yang
kering dan diketahui beratnya, lain dipijarkan di dalam tanur pengabuan
sampai di dapatkan abu keputih-putihan. Cawan tersebut selanjutnya
di-masukkan ke dalam desikator. Setelah dingin dilakukan penimbangan berat
abu.
Kadar Abu (%) ==
11
X 100% BlBl == Berat contoh kering (gram)
B2 == Berat abu (gram)
5. Uji OrganoJeptik
Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji hedonik dengan prosedur
sebagai berikut :
Keripik kentang dari keduapuluh empat sampel disajikan secara
ber-samaan. Sebanyak 25 panelis diminta memberikan penilaian berdasarkan
tingkat kesukaan dari amat sangat suka sampai dengan tidak suka. Dimana
1 == tidak suka, 2
==
agak sUka, 3==
suka, 4==
sangat suka dan 5 = amat23
tingkat kekerasan untuk tekstur dari tidak renyah sampai amat sang at renyah.
Dimana 1
=
tidak renyah, 2=
agak renyah, 3=
renyah, 4=
sangat renyahdan 5 = amat sangat renyah.
Untuk masing-masing sampel diberi penilaian terhadap empat parameter
yaitu: tekstur, warna, kerenyahan dan rasa. Penilaian tersebut diisikan ke
dalam kartu yang dibagikan pada masing-masing panelis. Hasil uji
organolep-tik hedonik dianaJisa secara statisorganolep-tik non parametrik dengan uji
Kruskal\-Wallis terhadap tiap perJakuan.
Statistik uji Kruskall-Wallis didasarkan pada apakah jumlah-jumlah
peringkat cukup berbeda sehingga mengarah ke penolakan Ho' atau apakah
jumlah-jumlah peringkat itu begitu mirip sehingga kita tidak dapat menolak
Ho. Dimana Ho adalah ke-k distribusi populasi identik dan H) adalah tidak
semua dari ke-k populasi identik. Statistik uji ini adalah jumlah
kuadrat-kuadrat dengan pembobotan dari deviasi-deviasi jumlah-jumlah peringkat
terhadap jumlah peringkat yang diharapkan, menggunakan resiprokal dari
ukuran-ukuran sampel sebagai bobot, (Daniel, W., 1989)
6. Kekerasan
Pengukuran dilakukan dengan Instron Food Testering Instrumen Model
Table 1140 menggunakan Kramer Shear Cell. Untuk setiap pengukuran,
Cell. Perhitungan kekerasan keripik kentang dapat dijelaskan sebagai berikut
- untuk konversi kertas grafik :
*
pembebanan yang dipakai*
jumlah skala dalam kertas grafikjadi 1 skala = 500Kg/50 = 10 kg
- Dari grafik diperoleh :
*
tinggi pembebanan (y) = satuan kg*
lebar pembebanan (x) = satuan mrn= 500 kg
= 50 skala
- perhitungan kekerasan untuk setiap
3
gram sampel adalahIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk keripik kentang yang dihasilkan kemudian dihitung kadar air, kadar
abu dan kadar proteinnya dalam keadaan keripik kentang mentah. Sedangkan produk
keripik kentang yang sudah digoreng dianalisa kandungan Asam Lemak Bebas (ALB),
dan kekerasan diuji secara obyektif dengan alat Instron Table Model 1140 dan secara
subyektif dengan uji organoleptik untuk wama, rasa dan tekstur.
A. Kadar Air
Berdasarkan analisa sidik ragam (Lampiran 2) diketahui bahwa kadar air
dipengaruhi nyata oleh jenis kalsium yang ditambahkan dan dipengaruhi sangat
nyata oleh perlakuan pengeringan serta interaksi antara jenis kalsium serta
metode pengeringan. Hasil pengamatan kadar air keripik kentang berkisar antara
4.34 persen sampai 10.14 persen berat kering. Rata-rata kadar air keripik
kentang dengan penjemuran sebesar 10.13 persen sedangkan rata-rata kadar air
keripik kentang dengan pengering kabinet adalah 4.80 persen berat kering.
Menurut Fennema (1976), air yang teranalisa pada penetapan kadar air adalah
air bebas yang ada dalam suatu bahan.
Perlakuan perendaman garam kalsium sangat mempengaruhi kadar air
keripik kentang. Menurut Wills dan Tarmizi (1977), kalsium memiliki sifat
dapat mengikat molekul-molekul air yang terdapat dalam bahan sehingga
Kadar air keripik kentang yang diberi perlakuan perendaman garam kalsium
sui fat berbeda nyata dengan keripik kentang yang diberi perlakuan perendaman
garam kalsium oks ida, dapat dilihat pada Tabel 2. Hal ini disebabkan karena
kentang yang diberi perlakuan perendaman kalsium sulfat menghasilkan tekstur
yang lebih kaku daripada kentang dengan perendaman kalsium oksida. Kekakuan
ini disebabkan oleh berikatannya molekul kalsium dengan pektin dalam jaringan
kentang sehingga kentang memiliki tekstur yang rapat (tidak porous) yang
menyebabkan air terikat dalam jaringan kentang, sehingga air akan lebih sulit
keluar saat dikeringkan. Menurut Meyer (1973), perendaman buah dalam larutan
garam kalsium akan menghasilkan reaksi menyilang antara kalsium dengan gugus
karboksil dari pektin dalam jaringan.
Tabel 2. Pengaruh perlakuan jenis kalsium dan metode pengeringan terhadap kadar air keripik kentang
Perlakuan Faktor perlakuan Kadar air (%) Jenis Kalsium Kalsium sulfat 7.52"
Kalsium klorida 7.69ab ,
Kalsium oksida 7.81b
Metode pengeringan Pengering kabinet 5.64"
Penjemuran 9.70b
[image:49.603.122.454.465.646.2]27
Metoda pengeringan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air keripik
kentang. Menurut Yamazaki dan Hayashida (1976) yang dikutip oleh Robbins
(1976), potongan-potongan buah untuk pembuatan keripik dikeringkan terlebih
dahulu sampai kadar air 6-8 persen. Kandungan air keripik kentang yang
dihasilkan diluar rentang tersebut (6-8 %) dapat dilihat pada Lampiran 1, karena pada penjemuran sangat dipengaruhi oleh faktor yang sulit dikendalikan seperti
suhu, kelembaban dan intensitas panas yang berfluktuasi. Sedangkan pengering
kabinet menghasilkan kadar air yang lebih rendah karena suhu, kelembaban
udara dan waktu pengeringan dapat diatur dan diawasi sehingga menurut Von
Loesecke (1955) mutu produk kering yang diperoleh akan lebih baik.
12
⦅セN⦅Q@
_____
j ___ .
10 <---"- ! ゥセ@ i
=
i セ|A@, .-4"---""-" ヲMNセNMMLMNM
セセM
NᄋMセeM
8
l
..
6f=:;
セ@
セ@
•
"
.
/ , /ッセセセ@ __ セセ、MセセセセセセセセセセW@
A1e, A1C2 A2C1 A2C2 Mel A3C2
Keterangan: Al = Kalsium sulfat A2 = Kalsium klorida A3
=
Kalsium oksidaPerlakuan
CI = penjemuran C2
=
pengering kabinet [image:50.602.126.413.407.629.2]Perlakuan perendaman garam kalsium klorida dan pengering kabinet
berpengaruh sangat nyata pada kadar air keripik kentang. Gambar 2
menunjuk-kan bahwa kadar air keripik kentang dengan perlakuan pengering kabinet lebih
rendah daripada penjemuran dalam berbagai jenis kalsium. Keripik kentang
dengan perlakuan perendaman kalsium klorida dan dikeringkan dengan kabinet
memiliki kandungan air terendah yaitu sebesar 4-6
%.
Hal ini disebabkan karenagaram kalsium klorida lebih mudah larut yang menyebabkan semakin mudah ion
kalsium berpenetrasi ke dalam jaringan kentang. Semakin banyak ion kalsium
yang berpenetrasi kedalam jaringan diduga dapat memperJebar pori-pori jaringan
sehingga mempermudah molekul-lolekul air untuk teruapkan selama proses
pengeringan. Sehingga ketika dikeringkan pada kondisi yang dapat dikontrol
menghasilkan kadar air yang paling rendah dibandingkan dengan jenis garam
kalsium lainnya.
Sedangkan kadar air terendah dengan perJakuan penjemuran adalah keripik
yang direndam dalam garam kalsium sulfat (8-10 persen). Hal ini disebabkan
ion kalsium dari kalsium sulfat memiliki daya penetrasi yang paling rendah
dibandingkan dengan jenis kalsium lainnya sehingga air terikat dalam jaringan
kentang dalam bentuk hidrat semakin kecil yang menyebabkan semakin
mudahnya air teruapkan selama penjemuran. Menurut Fennema (1985) air yang
terikat dengan molekul lainnya seperti N dan
0
yang berasal dari karbohidrat,29
daripada air terikat dengan molekul air lainnya seperti pada membran selama
pengeringan, selain itu penjemuran sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
yang sulit dikontrol sehingga menghasilkan kadar air yang lebih tinggi dan
bervariasi dibandingkan dengan pengeringan yang menggunakan alat pengering
kabinet.
B, Kadar abu
Penentuan kadar abu pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
banyaknya kandungan mineral yang terdapat pada keripik yang dihasilkan.
Kandungan mineral ini penting diketahui untuk setiap produk yang dihasilkan.
Menurut Sudarmadji et aI., (1988) abu adalah zat organik sisa hasil pembakaran
suatu bahan organik.
Berdasarkan analisa sidik ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 3 temyata
kadar abu dipengaruhi sangat nyata oleh jenis kalsium dan konsentrasi kalsium
juga dipengaruhi nyata oleh metode pengeringan, interaksi antara jenis dan
konsentrasi kalsium serta interaksi antara ketiga perlakuan yang diberikan.
Jenis kalsium memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar abu
keripik kentang. Tabel 3 menunjukkan bahwa jenis kalsium klorida berbeda
nyata dengan kalsium sui fat dan kalsium oksida dalam pengaruhnya terhadap
kadar abu. Hal ini disebabkan karena kalsium klorida mudah larut sehingga ion
membentuk komplek kalsium-pektat, kalsium dalamjaringan ini merupakan salah
satu mineral yang akan terhitung dalam penentuan kadar abu.
Tabel 3. Pengaruh perlakuan jenis dan konsentrasi kalsium serta metode pengeringan terhadap kadar abu keripik kentang
Perlakuan Faktor perlakuan Kadar abu (%)
Jenis kalsium Kalsium oksida 2.60'
Kalsium sulfat 2.71'
Kalsium klorida 3.15b
Konsentrasi kalsium 0.5 persen 2.64'
2.0 persen 2.78"
1.0 persen 2.85bc
1.5 persen 3.OOc
Metode pengeringan Penjemuran 2.75'
Pengering kabinet 2.89b
Keterangan. angka yang dlsertal huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 %
Konsentrasi kalsium yang diberikan memberikan pengaruh yang sangat nyata
pada kadar abu keripik kentang. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa kalsium
dengan konsentrasi 0.5% berbeda nyata dengan kalsium pada konsentrasi 1.5%.
Konsentrasi 1.0 % tidak memberikan pengaruh yang nyata pada kadar abu keripik
kentang. Sedangkan untuk konsentrasi 2.0% larutan sudah mendekati titikjenuh
maka ion kalsium yang terlarut tidak memberikan pengaruh yang nyata karena
[image:53.602.118.453.216.491.2]: i ; i i : , I , • I
v
-.. ,." ...
LNャᄋMᄋLᄋMMᄋセᄋMMLᄋMMエMᄋMᄋBMᄋiBᄋᄋMLᄋᄋMᄋエMMᄋMヲMᄋ@
.. __
l __ ....
-U---l---}-3.5 I i i i ' "
L I
I : I--+--F't-t ..
= jr-1--t---i-i: 2.5 j " " <::. -,;!: セ@
o
セ@
'" 2
j
'"" 1.5
0.5
[
"'
o A1B1 A182 A183 A184 A2B1 A2B2 A263 A264 ASSl aSセ@ A3B3 ASB4
Perlakuan
Keterangan: Al
=
Kalsium sulfat BI=
0.5% A2= Kalsium klorida
B2= L 0
%A3
= Kalsium oksida
B3=
1.5 %B4 = 2.0%
31
Gambar 3. Histogram pengaruh perJakuan jenis dan konsentrasi kalsium terhadap kadar abu keripik kentang
Gambar 3 menunjukkan bahwa keripik kentang yang diberi perJakuan
perendaman garam kalsium klorida pada berbagai konsentrasi memiliki kadar abu
yang lebih tinggi daripada keripik kentang dengan perlakuan garam kalsium
sulfat dan kalsium oksida. Pengaruh perJakuan jenis dan konsentrasi kalsium
terhadap kadar abu keripik kentang ini menegaskan bahwa ada korelasi yang
positif antara jenis dan konsentrasi kalsium terhadap kadar abu keripik kentang.
Kalsium klorida 1.5 % memiliki kadar abu yang paling tinggi, hal ini disebabkan
[image:54.602.175.416.140.392.2]konsentrasi 1. 5 % adalah konsntrasi yang optimal dibandingkan dengan tingkat
konsentrasi lainnya.
Hasil uji Duncan kadar abu dengan perlakuan penJemuran (Tabel 3)
menunjukkan bahwa kadar abu dengan pengering kabinet lebih besar daripada
penjemuran. Hal ini disebabkan karena selama kentang dikeringkan dengan alat
pengering kabinet adanya kecepatan udara yang mengalir melalui bahan
berpengaruh terhadap kecepatan pengeringan. Jika kecepatan udara yang
mengalir tinggi maka kecepatan pengeringan juga tinggi. Keadaan tersebut
mengakibatkan penguapan air dan zat-zat nutrisi lainnya pada waktu pengeringan
menjadi lebih mudah sehingga berat bahan makin menurun dan kadar abu
meningkat berdasarkan berat kering. Sedangkan pada penjemuran kadar air
yang teruapkan relatif lebih rendah sehingga berat bahan lebih besar maka kadar
abu menjadi kecil berdasarkan berat keringnya.
Gambar 4 menunjukkan bahwa interaksi antara ketiga perlakuan yang
diberikan berpengaruh terhadap kadar abu keripik kentang. Keripik kentang
yang direndam dalam larutan garam kalsium klorida 1. 0-2.0 persen dengan
penjemuran dan pengering kabinet memiliki kadar abu yang lebih tinggi daripada
keripik kentang dengan perlakuan perendaman kalsium sui fat dan kalsium oks ida
pada berbagai konsentrasi dan metode pengeringan.
Hal ini disebabkan karena jenis dan konsentrasi kalsium sangat berperan
33
kalsium yang terlarut maka makin mudah ion kalsium berpenentrasi ke dalam
jaringan kentang. Ion kalsium dalam jaringan kentang membentuk ikatan-ikatan
kompleks kalsium-pektat dalam jaringan kentang. Semakin banyak ion kalsium
yang berikatan dengan pektin dalam kentang maka semakin banyak abu yang
terukur dalam analisa. Didukung oleh metode pengeringan yang dapat
menu-runkan kadar air pada tingkat yang paling rendah maka kadar abu yang diperolh
akan semakin besar. Semakin rendah kadar air maka massa yang ditimbang yang
ditimbang akan memberikan kontribusi bahan organik yang besar pula sehingga
pada pengukuran kadar abu akan memberikan nilai kadar abu yang tinggi pula.
4
o
Perlakuan
Keterangan: Al
=
Kalsium sulfat BI=
0.5% A2=
Kalsium klorida B2=
1.0 % A3 = Kalsium oksida B3 = 1.5%B4 = 2.0%
C I = Penjemuran C2 = Pengering kabinet
[image:56.603.101.452.391.604.2]C. Kadar Protein
Pengukuran kadar protein bertujuan unruk mengetahui perbedaan kadar
protein pada keripik kentang mentah akibat perJakuan yang diberikan. Menurut
Desroiser (1988), jaringan sayuran yang dikeringkan dengan cara buatan atau
dengan penjemuran cenderung mengalami kehilangan zat gizi dalam jumlah yang
relatif sama dengan buah-buahan. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa kadar
protein keripik kentang dengan penjemuran memiliki nilai 4.08% sampai 7.53%
dan untuk pengering kabinet sebesar 4.20% sampai 5.36%.
Berdasarkan analisa sidik ragam (Lampiran 4) ternyata kadar protein
dipengaruhi oleh jenis kalsium dan dipengaruhi sangat nyata oleh metode
pengeringan. Hasil uji Duncan unruk kadar protein dapat dilihat pada Tabel 4.
menunjukkan bahwa kadar protein dengan perlakuan jenis kalsium oksida
berbeda nyata dengan perJakuan perendaman kalsium sulfat dan kalsium klorida.
Hal ini disebabkan karena selama perendaman kentang segar dalam larutan
kalsium sulfat terjadi salting out, yairu terjadinya penurunan kelarutan protein
yang disebabkan oleh ion SO. セ@ yang menyebabkan protein di dalam jaringan
kentang terpisah dan kemudian mengendap. Sedangkan selama perendaman di
dalam larutan kalsium klorida terjadi salting in yang disebabkan oleh ion
35
Kadar protein keripik kentang dengan penjemuran memiliki kadar protein
yang lebih tinggi daripada pengering kabinet. Keadaan ini terjadi karena selama
keripik kentang dikeringkan dengan alat pengering kabinet diberlakukan panas
pada suhu 50-60°C, dimana pada kondisi tersebut sebagian besar protein
terdenaturasi.
Tabel 4. Pengaruh perlakuan jenis kalsium dan metode pengeringan kadar protein keripik kentang
Perlakuan F aktor perlakuan Kadar protein
(%)
Jenis kalsium Kalsium sulfat 5.02'
Kalsium klorida 5.03'
Kalsium oksida 5.68b
Metode pengeringan Pengering kabinet 4.56'
Penjemuran 5.93b
Keteran an: an ka an disertai huruf an g g y g y g berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 %
Kadar protein berkorelasi positif dengan kadar air dapat dilihat pada Tabel
2 dan Tabel4. Semakin tinggi kadar protein dalam bahan maka semakin tinggi
kadar airnya. Menurut Fennema (1985), karbohidrat dan protein memiliki
kemampuan untuk mengikat air dalam jumlah besar. Air akan berikatan dengan
gugus hidroksil (OH), karbonil dan amino yang terdapat dalam karbohidrat dan
protein dan dihubungkan dengan ikatan hidrogen. Oleh karena itu semakin tinggi
[image:58.602.122.457.287.477.2]berikatan dengan karbohidrat dan protein akan semakin tinggi pula. Hal ini akan
mengakibatkan nilai kadar air yang tinggi pada keripik kentang yang dihasilkan.
D. Asam Lemak Bebas (ALB)
Berdasarkan analisa sidik ragam pada Lampiran 5 dapat dilihat bahwa
kandungan ALB dipengaruhi sangat nyata oleh jenis kalsium, konsentrasi kalsium
dan metode pengeringan. Dipengaruhi sangat nyata oleh interaksi antara jenis
dan konsentrasi kalsium, interaksi antara jenis kalsium dan metode pengeringan
serta interaksi antara ketiga perJakuan yang diberikan. Hasil pengamatan ALB
keripik kentang berkisar antara 0.10 sampai 0.43 persen. Rata-rata ALB keripik
kentang yang dikeringkan dengan penjemuran adalah 0.21 persen sedangkan
keripik yang dikeringkan dengan pengering kabinet sebesar 0.25 persen.
Hasil uji Duncan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa ALB keripik kentang
dengan perendaman garam kalsium klorida berbeda nyata dengan ALB keripik
kentang dengan perendaman garam kalsium sulfat dan kalsium oksida. Hal ini
disebabkan karena kalsium klorida memiliki tingkat kelarutan yang lebih tinggi
daripada kalsiurn sulfat dan kalsium oksida, sehingga ion kalsiurn dari kalsium
klorida lebih rnudah berpenetrasi ke dalam jaringan kentang dan mengikat
molekul air dari bahan. Dengan semakin rendahnya kadar air dalam bahan maka
Tabel 5. Pengaruh perlakuan jenis dan konsentrasi kalsium serta metode pengeringan terhadap kandungan ALB keripik kentang
Perlakuan Faktor perlakuan ALB (%)
Jenis kalsium Kalsium oks ida 0.21'
Kalsium sulfat 0.21'
Kalsium klorida 0.27b
Konsentrasi kalsium 0.5 persen 0.21'
1.0 persen 0.21'
1.5 persen 0.24b
2.0 persen 0.27'
Metoda pengeringan Penjemuran 0.21'
Penjemuran kabinet 0.25b Keterangan: angka ang disertal huruf an y y g berbeda
menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5
%
37
Konsentrasi kalsium berpengaruh sangat nyata terhadap ALB keripik
kentang. Tabel 5 menunjukkan bahwa kalsium dengan konsentrasi 0.5% dan
1.0% berbeda nyata dengan kalsium yang memiliki konsentrasi 1.5 dan 2.0
persen. Kalsium 1.5 persen berbeda nyata dengan kalsium 2.0 persen. Keadaan
ini disebabkan karena semakin besarnya konsentrasi kalsium maka semakin
banyak pula ion kalsium yang berpenetrasi ke dalam dinding sel membentuk
komplek kalsium pektat yang dapat mengikat air membentuk hidrat. Semakin
banyak jaringan kalsium pektat maka semakin banyak air terikat dalam jaringan
[image:60.602.128.440.136.407.2]asam lemak bebas yang meningkatkan nilai ALB. Dari keadaan tersebut maka
interaksi jenis dan konsentrasi kalsium sangat berpengaruh terhadap kandungan
ALB, dapat dilihat pada Gambar 5.
0.'
0,05
ッᆬ「セセセセセセセセセセセセセ「、セセ@
A1B1 A1B2 A163 A164 A261 A262 A2S3 A264 A361 A382 A3B3 A384 Perlakuan
Keterangan: Al = Kalsium sulfat B 1 = 0.5 %
A2 = Kalsium klorida B2 = 1.0% A3 = Kalsium oksida B3 = 1.5 %
B4
=
2.0%Gambar 5. Histogram pengaruh perlakuan jenis dan konsentrasi kalsium terhadap kandungan ALB keripik kentang
Pengaruh metode pengeringan terhadap kandungan ALB keripik kentang
dapat dilihat pada Tabel5, dimana penjemuran berbeda nyata dengan pengering
kabinet. Hal ini dipengaruhi oleh kadar air akhir bahan, jika kadar air akhir
bahan rendah maka kandungan ALB keripik kentang yang diperoJeh akan rendah
39
yang dikeringkan dapat mengakibatkan tingginya nilai ALB keripik yang
dihasilkan. Dengan kandungan air yang tinggi, maka terjadinya proses hidrolisis
lemak yang lebih besar dapat terjadi. Pada proses hidrolisis ini akan
meng-hasilkan gliserol dan asam lemak bebas dalam jumlah yang lebih besar dan akan
meningkatkan nilai ALB keripik kentang. Menurut Nawar (1985) yang dikutip
oleh Fennema (1985), adanya air akan menyebabkan reaksi hidrolisis pada
minyak dan menghasilkan asam lemak dan gliserol. Pembebasan
asam-asam lemak berantai pendek tersebut dapat menyebabkan ketengikkan.
Pada penelitian ini untuk jenis kalsium dan metode pengeringan terjadi
penyimpangan, dapat dilihat pada Gambar 6. Dntuk jenis kalsium secara teori
bahwa kalsium klorida seharusnya memiliki kandungan ALB yang lebih rendah
dari kalsium oksida, karena dari analisa kadar air kalsium klorida memiliki kadar
air yang lebih rendah. Demikian pula untuk metode pengeringan keripi