• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN MUSIK SEBAGAI PENGIRING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN MUSIK SEBAGAI PENGIRING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PAIR SHARE DENGAN MUSIK SEBAGAI PENGIRING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIKA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Semaka Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh : Agustina

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan pengetahuan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Perkembangan yang pesat pada dunia pendidikan dilandasi oleh perkembangan matematika, sehingga untuk tampil unggul pada keadaan yang selalu berubah diperlukan kemampuan untuk dapat berpikir secara kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemampuan untuk dapat bekerja sama secara efektif. Melalui matematika kemampuan tersebut dapat dikembangkan, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat serta jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siapapun yang mempelajarinya terampil berpikir rasional (Syaban, 2010:1).

(3)

matematika bukan hanya dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga dapat digunakan untuk membantu mempelajari ilmu pengetahuan lain seperti ilmu fisika, kimia, ekonomi, dan sosial.

Mengingat begitu pentingnya matematika dalam memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan, maka dalam pembelajaran matematika perlu dikembangkan kemampuan pemecahan masalah. Pemecahan masalah adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Menurut Retman dalam Sudjana (2003: 139) Kegiatan belajar perlu mengutamakan pemecahan masalah karena dengan menghadapi masalah peserta didik akan didorong untuk menggunakan pikiran secara kreatif dan bekerja secara intensif untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Dengan demikian kegiatan belajar yang melibatkan berbagai dimensi pemikiran dan perbuatan pendidik serta peserta didik menjadi ciri umum kegiatan belajar pemecahan masalah.

(4)

secara optimal, guru harus membuat suasana sedemikian rupa sehingga siswa merasa aman dan nyaman.

Untuk menciptakan suasana aman dan nyaman di dalam belajar guru harus menciptakan iklim kelas yang kondusif. Secara sadar guru sebenarnya sudah memahami bahwa untuk menghasilkan siswa yang hidup, keatif dan inovatif, maka kelas harus menyenangkan dan penuh dengan kegiatan - kegiatan keilmuan, namun kebanyakan guru masih belum mampu mengelola kelas secara baik sehingga kelas terkesan hanya ramai dan menyenangkan, tetapi tidak terarah. Oleh karena itu, perlu dipilih model pembelajaran yang sesuai agar kelas dapat terkelola dengan baik, sehingga guru dapat mengajar dengan gembira begitu pula siswa mampu mengoptimalkan kinerja otaknya tanpa rasa takut dan terancam.

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas dalam mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif, setiap siswa harus saling membantu temannya satu sama lain dalam memahami pelajaran, saling berdiskusi menyelesaikan tugas, dan saling bertanya antar teman jika belum memahami materi. Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak variasi, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS, siswa

(5)

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS menekankan pada kemampuan berpikir siswa. Dalam model pembelajaran TPS siswa diberikan pertanyaan atau suatu permasalahan yang berhubungan dengan materi pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau permasalahan secara mandiri untuk beberapa saat. Pada tahap ini, siswa sudah memiliki persiapan berupa pemecahan masalah secara mandiri. Setelah itu siswa diminta berpasangan untuk mendis-kusikan hasil pemikiran atau gagasan yang telah didapat kepada pasangannya sehingga akan menjadi lebih paham. Setelah siswa berdiskusi dengan pasangan-nya beberapa pasangan diminta untuk mempresentasikan hasil diskusipasangan-nya di depan dan siswa lain menanggapi. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe TPS sangat cocok digunakan untuk belajar pemecahan masalah metematika.

Menurut Yusuf (2003:161) pelajaran matematika yang memerlukan proses pemecahan masalah pada umumnya berbentuk soal esai (cerita), meskipun tidak setiap soal merupakan pemecahan masalah. Selanjutnya Polya (dalam Suherman, 2003: 105) mendefinisikan beberapa langkah dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah, yaitu: 1) memahami masalah; 2) merencanakan penyelesaiannya; 3) menyelesaikan masalah; dan 4) memeriksa kembali.

(6)

Otak kanan sangat suka pada sesuatu yang menyenangkan, musik adalah salah satunya. Musik yang bagus akan menghasilkanmooddan emosi yang bagus yang pada akhirnya akan memacu otak untuk bekerja secara optimal (Rasyid, 2010: 90). Saat siswa belajar, walaupun sudah berusaha untuk konsentrasi, pikiran siswa tetap melayang kemana-mana tidak fokus, itu terjadi karena saat siswa berusaha mempelajari suatu materi siswa secara aktif menggunakan otak kiri, sedangkan otak kanan menganggur tidak ada pekerjaan sehingga otak ini mulai bosan dan akan mengganggu konsentrasi siswa. Saat itulah musik memainkan perannya, ketika otak kiri siswa sibuk dengan belajar, otak kanan mendapatkan pekerjaan yang memang sangat disukainya yaitu menikmati musik, hal ini membantu otak kanan siswa untuk sibuk sehingga konsentrasi bisa terkendali.

Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu yang berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang. Menurut Aristoteles (dalam Rasyid, 2010: 13) musik mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi reaktif dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Pendapat lain mengatakan, musik diartikan sebagai bahasa nurani yang menghubungkan pemahaman dan pengertian antar manusia pada sudut-sudut ruang dan waktu dimanapun kita berada. Penggunaan musik dalam proses pembelajaran berfungsi untuk: 1) menata suasana hati; 2) meningkatkan hasil belajar yang diinginkan; dan 3) menyoroti hal-hal penting (Deperter, 1999:75). Dalam kenyataannya, musik memang memiliki peran yang sangat penting, sehingga musik memiliki kontribusi yang sangat baik untuk memaksimalkan fungsi otak manusia.

(7)

membantu proses pembelajaran. Contoh musik yang sering digunakan dalam pembelajan adalah musik Mozart. Musik klasik Mozart terbukti dapat meningkatkan fungsi otak dan intelektual manusia secara optimal. Efek Mozart dalam pembelajaran bermanfaat untuk mempertajam pikiran, meningkatkan kreatifitas dan menyehatkan tubuh.

Dari paparan diatas memberikan gambaran, bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan musik sebagai pengiring, merupakan salah satu cara dalam pembelajaran matematika yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika, sesuai kemampuan yang siswa miliki. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan musik sebagai pengiring perlu diteliti untuk mencari alternatif pembelajaran yang lebih tepat agar dapat mengaktifkan peserta didik, membuat suasana belajar yang menyenangkan dan melibatkan guru secara langsung dalam proses belajar.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan penggunaan musik sebagai pengiring dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan tidak diiringi musik?

C. Tujuan Penelitian

(8)

kooperatif tipe TPS dengan penggunaan musik sebagai pengiring lebih baik dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan tidak diiringi musik.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat tersebut.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi terbangunnya khasanah keilmuan pembelajaran matematika terutama dalam kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui model pembelajaran TPS dengan musik sebagai pengiring.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi guru dan peneliti lain. Bagi guru diharapkan dapat dalam proses pembelajaran matematika dapat lebih menekankan kepada kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika.

Bagi peneliti lain diharapkan dapat menjadi pengetahuan yang bermanfaat sarana bagi pengembangan diri, menambah pengalaman dan pengetahuan terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan musik sebagai pengiring serta sebagai acuan atau refrensi pada penelitian yang sejenis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

(9)

1. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas dalam mencapai tujuan bersama.

2. Pembelajaran kooperatif tipe TPS yaitu merupakan suatu model pembelajaran kooperatif dengan cara memproses informasi dengan mengembangkan cara berfikir dan komunikasi. Siswa diberi kesempatan untuk berpikir (Thinking) atas informasi yang diberikan guru, berpasangan (Pairing) dengan teman sebangku untuk berdiskusi, dan berbagi (Sharing) dengan seluruh kelas atas hasil diskusinya.

3. Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu yang berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang. Musik yang diperdengarkan dalam proses penelitian adalah musikMozart.

4. Kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan kemampuan yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan soal-soal matematika. Kemampuan pe-mecahan masalah matematika siswa yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari empat indikator kemampuan pemecahan masalah yang akan diteliti antaralain:

1) Membangun pengetahuan baru dengan pemecahan masalah; 2) Memecahkan masalah dalam matematika dan konteks lain;

3) Menggunakan berbagai strategi yang tepat untuk memecahkan masalah; dan

(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share

Menurut Trianto (2009: 58), pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kelompok ini siswa dipilih dengan memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dari segi budaya, jenis kelamin dan kemampuan akademiknya. Sebagai anggota kelompok, siswa bekerjasama untuk membantu dan memahami suatu bahan pelajaran serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

(11)

belajar diperkirakan secara emosional lebih terlihat. Selanjutnya Roger dan Johnson dalam Lie (2004: 40) Untuk mencapai hasil yang maksimal, terdapat lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu: 1) saling ketergantungan positif; 2) tanggung jawab perseorangan; 3) tatap muka; 4) komunikasi antar anggota; dan 5) evaluasi proses kelompok.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Think Pair Share (TPS). TPS merupakan model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan saling membantu. Selanjutnya Tjokrodiharjo (dalam Trianto, 2009: 82) mengemukakan pembelajaran kooperatif TPS memiliki tiga langkah utama, seperti pada Tabel 2.1.

Dapat disimpulkan TPS adalah salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan sebagai alternatif bagi guru untuk mengajar matematika. TPS memiliki keistimewaan yaitu selain dapat mengembangkan kemampuan siswa juga dapat mengembangkan kemampuan sosial.

Tabel 2.1. Langkah-Langkah PembelajaranThink Pair Share

(12)

1. Thinking (berpikir) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang berkaitan dengan pelajaran dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah

2. Pairing (berpasangan) Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi pada langkah ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

3. Sharing (berbagi) Pada langkah akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat ksempatan untuk melaporkan.

Tjokrodiharjo (dalam Trianto, 2009: 82)

2. Pemanfaatan Musik dalam Pembelajaran

Menurut Aristoteles (dalam Rasyid, 2010:13) musik adalah bunyi yang diterima oleh individu yang berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Musik digunakan untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar. Musik membantu siswa bekerja lebih baik, mengingat lebih banyak, merangsang dan meremajakan pikiran serta memperkuat ingatan. Musik merupakan ragam seni yang berpengaruh terhadap audiennyatanpa perantara konsep ataupun interpretasi. Lewat efeknya yang ajaib, musik dapat membebaskan manusia dari jeratan tekanan batin, rasa kesepian, panik dan berbagai gangguan mental.

(13)

Oleh karena itu Nietzsche (dalam Rasyid, 2010: 14) meyakini bahwa musik tidak diragukan lagi dapat memberikan kontribusi yang positif bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan itu ia menyatakan, Without music, life word be an error yang artinya tanpa musik di dunia akan terjadi kesalahan. Dalam kenyataannya, musik memang memiliki peran yang sangat penting sehingga tidak satupun manusia yang bisa lepas dari keberadaan musik.

a. Hubungan Musik dengan Kecerdasan

Kecerdasan adalah konsep genetik yang melibatkan kemampuan individual untuk berbuat dengan tujuan tertentu Wechsler (dalam Iskandar 2009: 50). Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Secara penelitian ilmiah kita mengenal banyak macam kecerdasan manusia yang ditemukan oleh pakar-pakar, namun yang akan dibahas disini fokus kepada kecerdasan musik.

Menurut Rasyid (2010: 101) kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk, dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi, dan timbre dari musik yang didengar. Kecerdasan musik merupakan bagian dari kecerdasan jamak yang berkaitan dengan kepekaan mendengarkan suara musik dan suara lainnya, kemunculan keceradasan ini dapat dilihat dari kemampuan dalam mengapresiasi ritme dan musik yang dapat diwujudkan dalam kemampuan mempersepsikan.

(14)

(Emotional Quotion) siswa dalam belajar. Dalam kenyataannya, musik memang memiliki peran yang sangat penting sehingga tidak satupun manusia yang bisa lepas dari keberadaan musik, sehingga musik memiliki kontribusi yang sangat baik untuk memaksimalkan fungsi otak manusia.

b. Jenis musik yang biasa digunakan untuk pembelajaran

Schuster dan Gritton (dalam DePorter, 2005: 74) mengemukakan jenis musik yang digunakan dalam pembelajaran tidak boleh sembarang musik. Untuk proses pemasukan informasi atau information intake, tidak boleh menggunakan musik yang mengandung kata-kata. Bila belajar sambil mendengarkan lagu, Informasi yang pelajari akan berbaur dengan lirik lagu tersebut. Ini akan mengakibatkan interferensi dalam proses penyimpanan informasi di memori. Jenis musik yang sesuai untuk pembelajaran adalah jenis musik barok. Untuk penelitian musik barok sangat cocok karena musik ini adalah salah satu dari sekian banyak jenis musik klasik. Selain musik barok adapula musik mozart. Menurut Campbell (2002: 10) musik mozart dapat meningkatkan kesadaran ruang dan kesadaran waktu, kekuatan untuk meningkatkan konsentrasi, dan kecendrungan untuk memungkinkan lompatan lebih jauh prestasi dalam belajar.

c. Efek Musik pada Pikiran atau Tubuh

(15)

kecepatan musik itu (bit per menit). Hal ini menjelaskan mengapa saat kita mendengarkan musik dengan tempo yang tinggi, detak jantung kita meningkat, kita menjadi semangat. Saat kita mendengar musik dengan tempo(bit per menit) yang rendah, misalnya sekitar 55-70bpm, detak jantung akan melambat sehingga kita menjadi rileks. Selain itu musik juga sangat berpengaruh pada tubuh kita, antara lain :

1) Musik meningkatkan energi otot; 2) Musik meningkatkan energi sel tubuh; 3) Musik mempengaruhi detak jantung; 4) Musik meningkatkan metabolisme tubuh; 5) Musik mengurangi stres dan sakit;

6) Musik meningkatkan kecepatan penyembuhan dan pemulihan pasien operasi; 7) Musik mengurangi rasa lelah dan mengantuk;

8) Musik membantu meningkatkan kondisi emosi ke arah yang lebih baik; dan 9) Musik meangsang kreativitas, kepekaan dan kemampuan berpikir.

d. Otak dan musik

(16)

Sumber:http://4.bp.blogspot.com/_p3JwtJqDS0A/SmsToK4KpqI/AAA AAAAAAAk/V9QFVW0u-go/s320/05004_01Ca.jpg

Gambar 2.1 Otak Manusia

Otak repti bermula dari batang otak yang terletak di dasar otak dan terhubung dengan tulang belakang. Otak ini berfungsi sebagai pusat kendali sistem syaraf otonomi dan untuk mengatur fungsi utama tubuh seperti denyut jantung dan pernapasan. Selain itu, otakreptiljuga mengatur rekasi seseorang terhadap bahaya dan ancaman (Gunawan, 2006: 58). Hal ini sejalan dengan pendapat Nggermanto (2002: 43) bahwa untuk keperluan belajar otak reptil mestinya dikondisikan aman. Dalam kondisi aman, otak reptil mampu bekerja dengan baik dan mendukung bagian-bagian otak lain untuk belajar.

(17)

lebih efektif dan menggairahkan. Selain itu, otak mamalia juga berperan dalam mengendalikan sistem kekebalan tubuh, hormon dan memori jangka panjang.

Memori jangka panjang adalah kemampuan untuk menyimpan informasi secara permanen untuk rentang waktu mulai dari beberapa bulan, tahun dan bahkan seumur hidup (Gunawan, 2006: 74). Sebelum membahas memori jangka panjang lebih lanjut peneliti akan membahas bagian otak yang tearakhir yaitu otak neo cortex. Otak noe cortex adalah lapisan terluar dari otak mamalia, lapisan terluar yang hanya dimiliki oleh manusia tidak oleh makhluk lain. Keberadaan otak neo cortex menjadi keistimewaan manusia. Sesuai dengan pendapat Nggermanto (2002: 44) bahwa:

engan otak neo cortex manusia mampu membaca dan menulis puisi, mampu melakukan perhitungan yang rumit, menyusun rumus-rumus dan sebagainya. Dalam otak mamalia juga ada yang disebut sebagai system limbic, sistem limbic ini berperan sebagai saklar untuk menentukan otak mana yang aktif, otakreptileatau otakneo cortex

(18)

cara efektif untuk menyibukkan otak kanan ketika sedang berkonsentrasi pada aktifitas-aktifitas otak kiri sehingga otak kanan dan otak kiri bisa bekerja secara optimal sesuai dengan fungsinya masing masing.

e. Musik dan Proses Pembelajaran

DePorter (2005: 73) menggemukakan musik berpengaruh kuat pada lingkungan belajar. Penelitian menunjukkan bahwa belajar lebih mudah dan cepat bila pelajar berada dalam kondisi santai dan reseptif. Terdapat keuntungan menggunakan musik dalam proses pembelajaran antara lain membuat siswa rileks ,mengurangi masalah disiplin, merangsang kreativitas, dan merangsang kemampuan berpikir

f. Cara Mengunakan Musik untuk Membantu Proses Pembelajaran

Manfaat musik sangat tergantung pada cara kita mengguakannya, kapan dan apa jenis musiknya. Gunawan (2006:261- 268) mengemukakan 4 cara menggunakan musik hubungannya dengan proses pembelajaran:

1) Musik sebagai pembuka

Sangat tepat jika digunakan pada waktu yang sesuai akan sangat membantu mood atmosfir belajar. Contoh musiknya Sonata for two pianos in D dari Wolfgang Amadeus Mozart danPaganini for twodari Nicolo Paganini.

2) Musik sebagai pembatas waktu

(19)

3) Musik untuk relaksasi

Musik ini digunakan setelah siswa selesai mengerjakan tugas yang membutuhkan pemikiran yang dalam dan berat atau sebelum memberikan tugas yang berhubungan dengan kreativitas. Contoh musiknya The Four Seasions dari Antonio Vivaldi dan Nocturne in E Flat Major dari Frederic Chopin.

4) Musik penutup

Musik ini digunakan setelah selesai proses pembelajaran berlangsung. Musik ini demainkan untuk menggugah emosi positif siswa sehingga pembelajaran yang telah dipelajari lebih melekat dan tersimpan dimemori jangka panjang. Contoh musiknya We Are the Champion dari Quin dan Celebration dari Fun Factori.

3.Kemampuan Pemecahan Masalah

Masalah pada dasarnya merupakan suatu hambatan yang harus disingkirkan atau pernyataan yang harus dijawab dan dipecahkan. Apabila peserta didik tidak dapat keluar dari satu situasi yang dihadapi kepada situasi lain yang dikehendaki, maka keadaan ini akan mengundang peserta didik untuk berfikir. Berfikir disini adalah upaya mengembangkan, menganalisis dan menyatakan suatu kegiatan yang dapat menjembatani antara situasi yang ada sekarang dengan situasi yang diinginkan.

(20)

kegiatan-kegiatan belajar terdahulu, melainkan lebih dari itu, merupakan suatu proses untuk mendapatkan seperangkat aturan pada tingkat yang lebih tinggi (Wena, 2009: 52).

4.Pemecahan Masalah dalam Matematika

Ruseffendi (2006: 335) mengartikan bahwa masalah dalam matematika adalah sesuatu persoalan yang ia sendiri mampu menyelesaikannya tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin. Sedangkan Sujono (Syafei, 2004: 12) melukiskan masalah matematika sebagai tantangan bila pemecahannya memerlukan kreativitas, pengertian dan pemikiran yang asli atau imajinasi.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kompetensi dasar matematika yang harus dimiliki siswa. Hal ini merupakan tuntutan yang sangat tinggi dan tidak bisa dicapai hanya dengan hafalan, latihan pengerjaan soal yang bersifat rutin, serta proses pembelajaran biasa. Untuk memperoleh kemampuan pemecahan masalah, seseorang harus mempunyai banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah. Terdapat banyak interpretasi tentang pemecahan masalah dalam matematika, diantaranya pendapat Polya (Syafei, 2004: 12) mengartikan pemecahan masalah matematika sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai.

(21)

memecahkan masalah secara sistematis dan logis. Hal ini berarti, dalam belajar pemecahan masalah siswa juga dituntut untuk dapat berpikir logis.

Untuk dapat menunjukan bahwa siswa memiliki kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah, maka diperlukan suatu indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah tersebut. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada penelitian ini, indikator kemampuan pemecahan masalah matematika yang digunakan mengacu pada pendapat NCTM (2000: 52), yaitu: 1) membangun pengetahuan baru dengan pemecahan masalah; 2) memecahkan masalah dalam matematika dan konteks lain; 4) menggunakan dan menyesuaikan berbagai strategi dalam menyelesaikan masalah; dan 5) mengawasi dan merefleksi proses pemecahan masalah matematika.

B. Kerangka Berpikir

(22)

siswa kurang terlatih dalam mengembangkan ide-idenya di dalam memecahkan masalah.

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS terdiri dari tiga tahapan, yaituthinking, pairing, dan sharing. Pada tahap thinking (berpikir), siswa secara mandiri mencoba untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, hal ini membuat siswa lebih terbiasa dalam menemukan sendiri suatu konsep terkait dengan masalah tersebut sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematikanya. Pada tahap Pairing (berpasangan), siswa secara berpasangan mendiskusikan hasil pemikiran atau gagasan yang telah mereka kembangkan pada tahap berfikir sehingga kemampuan pemecahan masalah matematikanya semakin baik dan setiap siswa diharapkan aktif dalam menyampaikan pendapat agar tidak ada siswa yang hanya berperan sebagai penonton diskusi. Pada tahap Sharing(berbagi), siswa saling berbagi ide dari hasil diskusi kelompoknya. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa menjadi lebih baik saat pembelajaran berlangsung, hal ini dapat membuat siswa melihat kesamaan konsep yang diungkapkan dengan cara yang berbeda.

(23)

merangsang dan meremajakan pikiran dan memperkuat ingatan sehingga memungkinkan siswa lebih berprestasi dalam belajar.

Efek musik pada model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada tahap thinking, musik dapat membantu merangsang kemampuan berfikir siswa sehingga dalam menyelesaikan masalah membuat siswa lebih cepat dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika. Pada tahap Pairing, karena musik dapat membantu merangsang kreativitas maka ketika berdiskusi mendorong siswa untuk mengemukakan pemikiran atau gagasan secara kreative dan hal ini dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematikanya. Pada tahap Sharing, musik dapat membuat siswa menjadi rileks sehingga ketika mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas siswa menjadi fokus dan tidak tegang hal ini membuat kemampuan pemecahan masalah siswa menjadi jauh lebih baik saat pembelajaran berlangsung. Musik juga dapat mengurangi rasa lelah dan mengantuk sehingga siswa yang lainnya dapat memfokuskan diri pada temannya yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya agar dapat melihat kesamaan konsep yang diungkapkan dengan cara yang berbeda.

C. Hipotesis Penelitian

(24)
(25)

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Semaka

Kabupaten Tanggamus. Kelas VIII di SMP Negeri 2 Semaka terdiri dari lima

rombongan belajar, yaitu VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, dan VIII E yang

kemampuan siswa masing-masing kelasnya homogen. Sampel diambil dengan

cara memilih dua dari lima kelas secara acak. Terpilihlah kelas VIII D yang terdiri

dari 36 siswa sebagai kelas kontrol, yaitu kelas yang menggunakan model

pembelajaran tipe TPS tidak diiringi musik dan kelas VIII C yang juga terdiri

dari 36 siswa sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan diiringi musik.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu kuasi eksperimen. Desain yang digunakan adalah

pretest-posttest control design yang dipilih berdasarkan pedoman dari Ruseffendi

(26)

Tabel 3.1.Pretest Posttest Control Design

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

E O1 TPS Musik O2

K O3 TPS O4

Keterangan :

E = Kelas eksperimen

K = Kelas kontrol

O1 = Pretestpada kelas ekperimen

O3 = Pretestpada kelas kontrol

O2 = Posttestpada kelas ekperimen

O4 =Posttestpada kelas kontrol

C. Langkah Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Orientasi sekolah, untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama pem-belajaran.

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan pembe-lajaran kooperatif tipe TPS dan pembepembe-lajaran konvensional.

3. Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).

4. Memperkenalkan musik yang akan digunakan pada kelas eksperimen

5. Mempersiapkan instrumen penelitian berupa tes kemampuan pemecahan masalah beserta aturan penskorannya.

(27)

8. Mengadakanpre-testbaik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol 9. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Pembe-lajaran (RPP) yang telah disusun baik pada kelas eksperimen yaitu dengan menggunakan pembelajaran TPS dengan diiringi musik dan pada kelas kontrol yaitu dengan menggunakan pembelajaran TPS tidak diiringi musik kegiatan selengkapnya terdapat pada Lampiran A.1 dan Lampiran A.2

10. Mengadakanpost-testbaik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol 11. Menganalisis data

12. Membuat kesimpulan

D. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Instrument Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan

pemecahan masalah. Jenis tes yang digunakan adalah tes tertulis dengan bentuk

uraian yang terdiri atas empat soal. Materi yang diujikan adalah pokok bahasan kubus dan balok.

Tes kemampuan pemecahan masalah ini menuntut siswa memberikan jawaban

berupa memahami masalah, merencanakan penyelesaiannya, menyelesaikan masalah, dan memeriksa kembali. Pemberian skor jawaban siswa disusun berdasarkan empat kemampuan di atas, seperti yang terlihat pada Lampiran B.1.

Sebelum digunakan dalam penelitian, soal tes tersebut dikonsultasikan terlebih

dahulu kepada guru mitra. Selanjutnya soal tes tersebut diujicobakan pada siswa

(28)

mengajar matematika di kelas VIII C, dan VIII D SMPN 2 Semaka tahun

pelajaran 2011-2012.

Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian diolah dengan menggunakan

bantuan Software Microsoft Excel untuk mengetahui reliabilitas tes, indeks daya

pembeda, dan indeks kesukaran butir soal.

a. Validitas Butir Soal

Dalam penelitian ini validitas tes yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Validitas ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah isi dari tes tersebut sudah mewakili dari keseluruhan materi yang telah dipelajari. Jadi dalam penelitian ini validitas isi digunakan untuk mengetahui isi suatu tes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran

matematika kelas VIII. Dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika

kelas VIII SMP Negeri 2 Semaka mengetahui dengan benar kurikulum SMP,

maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran

matematika. Tes yang dikategorikan valid adalah yang butir-butir tesnya telah

dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur

berdasarkan penilaian guru mitra.

Setelah tes dinyatakan valid, tes tersebut diuji coba di luar sampel tetapi masih dalam populasi, uji coba tes ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat reliabilitas tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran tes.

(29)

Bentuk soal tes yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes tipe subjektif

atau uraian, karena itu untuk mencari koefisien reliabilitas (11) digunakan rumus

Alphayang dirumuskan sebagai berikut:

r11 = (1 )

Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas alat evaluasi

= Banyaknya butir soal

= Jumlah varians skor tiap soal

= Varians skor total

Tabel 3.2. Kriteria Reliabilitas

Menurut Sudijono, suatu tes dikatakan baik apabila koefisien reliabilitasnya sama dengan atau lebih besar dari 0,70 (

kriteria reliabilitas tes yang digunakan adalah lebih dari 0,70.

c. Indeks Daya Pembeda

Daya pembeda tes adalah kemampuan tes dalam memisahkan antar subjek yang pandai dengan subjek yang kurang pandai. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah, kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai

Koefisien relibilitas

(r11) Kriteria

r11 sangat rendah

(30)

terendah (disebut kelompok bawah). Daya pembeda ditentukan dengan rumus berikut:

DP =

Keterangan :

DP : indeks daya pembeda satu butri soal tertentu

JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah).

[image:30.595.114.422.413.506.2]

Menurut Sudijiono (2008: 388) hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam tabel berikut.

Tabel 3.3. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

20 , 0 DP

negatif Lemah Sekali(Jelek)

40 , 0 20

,

0 DP Cukup(Sedang)

70 , 0 40

,

0 DP Baik

00 , 1 70

,

0 DP Baik Sekali

Untuk keperluan pengambilan data dalam penelitian ini digunakan butir soal dengan daya pembeda lebih dari atau sama dengan 0,30.

d. Indeks Kesukaran

Sudijono (2008: 372) mengungkapkan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu

butir soal digunakan rumus berikut.

(31)

Keterangan:

TK : tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.

[image:31.595.111.401.270.338.2]

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria in-deks kesukaran menurut Sudijono (2008: 372) seperti tabel berikut.

Tabel 3.4. Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Besarnya TKi Interpretasi

Kurang dari 0,30 Sangat Sukar

0,30-0,70 Cukup (Sedang)

Lebih dari 0,70 Terlalu Mudah

Dalam penelitian ini digunakan butir-butir soal dengan kriteria sedang dan membuang butir-butir soal dengan kategori sangat sukar dan terlalu mudah. Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut.

Tabel 3.5. Data Uji Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Berdasarkan tabel hasil tes uji coba di atas, diperoleh bahwa seluruh butir soal telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

E. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Test

No

Soal Validitas Reliabilitas

Daya Pembeda

Tingkat Kesukaran

1 Valid

0,71

0,58 (Baik) 0,52 (Sedang)

2 Valid 0,56 (Baik) 0,66 (Sedang)

3 Valid 0,50 (Baik) 0,69 (Sedang)

4 a Valid 0,53 (Baik) 0,59 (Sedang)

[image:31.595.117.508.456.610.2]
(32)

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest, dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan ke-mampuan belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut Melzer (dalam Noer; 105) besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternorma-lisasi (normalized gain) = g, yaitu :

[image:32.595.110.428.380.460.2]

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasi-fikasi dari Hake ( dalam Noer, 105:2010 ) seperti terdapat pada tabel berikut

Tabel 3.6.Kriteria Indeks Gain

Indeks Gain (g) Kriteria

g > 0,7 Tinggi

Sedang Rendah

Sumber : Meltzer (dalam Noer, 2010: 105)

Data hasil tes akhir (post-test) yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian yang sebelumnya telah diuji normalitas dan homo-genitasnya.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat

berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas dalam penelitian ini

menggu-nakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273) adalah

sebagai berikut.

a. Hipotesis

score pretes score

possible imum

score pretest

score posttest

g

(33)

Ho: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

b.

c. Statistik uji

= ( )

Keterangan:

= frekuensi harapan

= frekuensi yang diharapkan

= banyaknya pengamatan

d. Keputusan uji

Terima H0jika

2. Uji Homogenitas

Jika sampel berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas

variansi. Uji homogenitas variansi dilakukan untuk mengetahui apakah kedua

kelompok data memiliki variansi yang homogen atau tidak. Untuk menguji

homogenitas digunakan uji Bartlett. Uji Bartlett menurut Sudjana (2005:

261-264) adalah sebagai berikut.

a. Hipotesis

Ho: = (variansi homogen)

H1: (variansi tidak homogen)

b.

(34)

1 1 2 2 i i i n s n s

1) Menghitung Si2dari masing-masing kelas.

2) Menghitung semua varians gabungan dari semua kelas dengan rumus:

3) Menghitung Nilai Satuan B dengan rumus:

4) Uji Barlet dengan menggunakan statistik chi kuadrat dengan rumus:

= (ln 10) ( 1) log

d. Kriteria Uji : terima H0jika < dengan ( )( )

3. Uji Kesamaan Dua Rata-rata atau Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata yang dilakukan adalah uji dua pihak. Uji dua pihak

menurut Sudjana (2005: 239) adalah:

=

Keterangan:

= rata-rata skor gain kelas yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif

tipe TPS diiringi musik

= rata-rata skor gain pada kelas yang diajar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TPS tidak diiringi musik

Statistik yang digunakan untuk uji ini adalah: 1 2 2 n x x

si i

(35)

= 1

+ 1

Dengan

Keterangan:

= rata-rata skor gain kelas eksperimen

= rata-rata skor gain kelas kontrol

n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen

n2 = banyaknya subyek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen

= varians kelompok kontrol

= varians gabungan

Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika < < dengan

derajat kebebasan dk = (n1 + n2 2) dan peluang (1 ) dengan taraf

signifikan = 5%. Untuk nilai t lainnya H0ditolak.

2 1 1

2 1

2 2 2 2 1 1 2

n n

(36)

A. Simpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah siswa SMPN 2 Semaka yang menggunakan model pembelajaran koopertif tipe TPS dengan diiringi musik tidak berbeda dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS tidak diiringi musik.

B. Saran

Saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 2 Semaka Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012 antara lain :

1. Kepada para peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sama, agar melakukan penelitian pada suasana sekitar kelas yang kondusif.

(37)

De Porter, Dkk. 2003.Quantum Teaching. Bandung: Penerbit Kaifa.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional : Surabaya.

Gunawan, A W. 2007.Jenius Learning Strategi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Http://4.bp.blogspot.com/_p3JwtJqDS0A/SmsToK4KpqI/AAAAAAAAAAk/ V9QFVW0u-go/s320/05004_01Ca.jpg. Diakses pada tanggal : 2 januari 2011

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan.Jakarta: gaung persada.

Nasoetion, N, dkk. 2007.Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nggermanto, Agus.2002.Quantum Question.Bandung: Nuansa Cendekia.

Noer, Sri Hastuti. 2010.Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila. Banadarlampung.

Rasyid, F. 2010.Cerdaskan Anakmu Dengan Musik. Jogjakarta:DIVA press.

Riduwan. 2009.Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan

Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

---. 2010.Pengantar Statistika. Bandung: Alfabeta

Ruseffendi, E.T. 1980.Pengantar kepada Mengembangkan Kompetensi Guru

Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

---. 2005.Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang

Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito

Sudjana, N. 2002.Metode Statistika. Bandung: Tarsito

---.2005.Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar.Bandung : Remaja Rosdakarya.

---.2005. Strategi pembelajaran.Bandung: Falah Production.

(38)

Sardiman, AM. 2004.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Trianto. 2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Surabaya.

Weda, M.2009.Strategi Peembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara

Gambar

Gambar 2.1 Otak Manusia
Tabel 3.2. Kriteria Reliabilitas
Tabel 3.3. Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Tabel 3.4. Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
+2

Referensi

Dokumen terkait

(Meski sesungguhnya hal terakhir ini tidak menjadi masalah yang terlalu signifikan sepanjang pemrogram-pemrogram yang akan mengembangkan aplikasi di atas MongoDB memahami

Berdasarkan hasil evaluasi penawaran dan evaluasi teknis yang kami lakukan pada proses Seleksi Sederhana untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dan Sertifikasi ISO 9001:2008

Bentuk bantuan dari sosial media sendiri biasanya diwujudakan dengan menulis status (pesan yang dapat dilihat banyak orang di sosial media) yang berhubungan dengan konflik yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hambatan kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan petani padi sawah di daerah penelitian, mengetahui apa faktor internal

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

Prosedur penyelesaian dirancang untuk menemukan kebijakan optimal dari keseluruhan masalah, yang menunjukkan keputusan kebijakan mana yang optimal pada setiap tahap untuk

Laba bersih kepada pemegang saham dikurangi dividen saham preferen. Pemegang saham biasa (sekarang dan yang potensial) terkecuali prioritas pembayaran tidak

Dikaitkan dengan pandangan wanita sendiri yang pada faktanya kebanyakan tidak ingin memilih jenis pekerjaan yang biasanya menjadi lahan pekerjaan bagi laki-laki, apalagi